HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT PT. PEPUTRA SUPRA JAYA
KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
NIM. 061000187 RIANA LYZA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT PT. PEPUTRA SUPRA JAYA
KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU TAHUN 2010
SKRIPSI
OLEH
NIM. 061000187 RIANA LYZA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT PT. PEPUTRA SUPRA JAYA
KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh
061000187 RIANA LYZA
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 26 Agustus 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Dra. Lina Tarigan, Apt. MS Ir. Kalsum M.Kes NIP. 19590806 198811 2 001 NIP. 19590813 199103 2 001
Penguji II Penguji III
Dr. Halinda Sari Lubis, MKKK Umi Salmah, SKM, M Kes NIP. 19650615 199601 2 001 NIP. 19730523 200812 2 002
Medan, September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
ABSTRAK
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT PT. PEPUTRA SUPRA JAYA
KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU
TAHUN 2010
Kekurangan kadar hemoglobin dalam darah menimbulkan gejala lesu, lemah, letih dan cepat capai, akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar dan produktifitas kerja. Pada pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2010 dari 25 orang yang berobat di Puskesmas Kecamatan Langgam, 14 orang mengalami keluhan kesehatan yaitu demam dan sakit kepala dan dari hasil wawancara pada saat bekerja sering mengalami keluhan seperti cepat lelah dan sakit kepala.
Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat survei analitik untuk menganalisis hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2010. Sampel sesuai rumus Tarro Yamane sebanyak 39 orang dari pekerja borongan pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya.
Pengukuran kadar hemoglobin menggunakan metode sahli dengan alat ukur Spectrophotometer. Untuk mengukur produktivitas kerja dengan melihat hasil tandan buah segar (TBS) pemanen kelapa sawit.
Hasil penelitian didapat bahwa kadar hemoglobin normal ada 8 orang (20,5 %), produktivitas kerja sesuai ada 5 orang (12,8 %) dan tidak sesuai ada 3 orang (7,7 %). Kadar hemoglobin tidak normal ada 31 orang (79,5 %), produktivitas kerja sesuai ada 2 orang (5,1 %) dan tidak sesuai ada 29 orang (74,4%).
Hubungan kadar hemoglobin terhadap produktivitas kerja menunjukkan hasil yang signifikan (p < 0,05) berarti mempunyai hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja.
ABSTRACT
Lack of hemoglobin in blood was causing symptoms of lethargic, weak, tired and early exhausted consequently might decrease academic achievement and work productivity. In oil palm harvesters PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010, from 25 people who seek treatment at health centers Kecamatan Langgam, 14 people experienced health complaints of fever and headache and the results of interview showed that they had headache and fatique.
This type of research was quantitative with analytical survey to analyze the relationship between hemoglobin concentration and productivity of oil palm harvesters at PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010. Samples obtained by using Yamane Tarro formula were counted 39 people from the oil palm harvesters contract workers at PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010.
The measurement of hemoglobin concentration applied the Sahli method by using Spectrophotometer. Productivity was measured by looking at the fresh fruit bunches of oil palm hervesters.
The result of research showed that there were 8 people with normal haemoglobin level (20,5%), 5 people with appropriate productivity (12,8%) and 3 people with unappropriate productivity (7,7%). There are 31 people with abnormal haemoglobin, 2 people with appropriate productivity (5,1%) and 29 people with unappropriate productivity (74,4%).
The relationship between haemoglobin and productivity showed significant result which meant there were relationship between haemoglobin and productivity.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Riana Lyza
Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 4 September 1988
Agama : Islam
Status : Tidak Kawin
Jumlah Anggota Keluarga : 3 (Tiga)
Alamat Rumah : Komp. Veteran Blok A No. 24 – Medan Estate
Percut Sei Tuan
Alamat Kantor : -
Riwayat Pendidikan : 1. TK Pertiwi Kotamadya Pekanbaru
2. SDN. 001 Cintaraja Pekanbaru
3. SLTPN. 4 Pekanbaru
4. SMAN. 8 Pekanbaru
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul : “Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas
Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. MS selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja FKM USU.
3. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
4. Ibu Ir. Kalsum M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak
6. Ibu Umi Salmah, SKM, M Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Penasihat Akademik.
8. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
9. Bapak Samson. S selaku Direktur PT. Peputra Supra Jaya dan Bapak dr.
Endid Romo Praktiknyo selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Langgam.
10.Kepada Ayahanda Tercinta H. Zamur Das dan Ibunda Tercinta Hj. Lydia
Misfawaty yang telah memberikan doa tanpa kenal waktu, semangat, nasihat,
dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya. Kalian adalah
inspirasi terbesar dalam pencapaian tujuan hidupku.
11.Adikku dan Keluarga yang telah memberikan dukungan selama penulis
menyusun skripsi
12.Sahabat-sahabat seperjuangan, Ipak, Tia, Ajem, Adel, Bila, Tika dan Maria
13.Teman-teman di FKM, Hengki, Andri, Iqbal, Mansur, Conel, Andre, Yuni,
Juni, Desi, Dila, Bg Budi, Bg Ijal, Bg Dani, Fitra, Darli.
14.Rekan-rekan peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan seluruh
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta
masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan
kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Agustus 2010
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hemoglobin (Hb) ... 6
2.1.1 Kadar Hemoglobin (Hb) ... 7
2.1.2 Struktur Hemoglobin (Hb) ... 8
2.1.3 Guna Hemoglobin (Hb) ... 9
2.1.4 Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin (Hb) ... 9
2.1.5 Metode Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) ... 11
2.2 Anemia ... 14
2.2.1 Penyebab Anemia ... 16
2.2.3 Pencegahan Anemia ... 18
2.3 Produktivitas ... 21
2.3.1 Produktivitas Kerja ... 23
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ... 26
2.4 Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas ... 28
2.5. Pemanen Kelapa Sawit ... 31
2.6. Kerangka Konsep ... 32
2.7. Hipotesis Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian ... 33
3.2.2 Waktu Penelitian ... 33
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 33
3.3.2 Sampel ... 34
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35
3.4.1 Data Primer ... 35
3.4.2 Data Sekunder ... 35
3.5 Defenisi Operasional ... 35
3.6. Aspek Pengukuran ... 36
3.7. Analisa Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 38
4.1.2 Jam Kerja Perusahaan ... 40
4.2 Gambaran Umum Responden ... 40
4.3 Hasil Pengukuran ... 42
4.3.1 Kadar Hemoglobin (Hb) Responden ... 42
4.3.2 Produktivitas Kerja Responden ... 43
4.3.3 Hubungan Kadar Hb dengan Produktivitas Kerja ... 43
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Responden ... 45
5.2 Kadar Hemoglobin (Hb) Responden ... 46
5.3 Produktivitas Kerja Responden ... 47
5.4 Hubungan Kadar Hb dengan Produktivitas Kerja ... 47
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 49
6.2 Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Master Data
Lampiran 2 : Karakteristik Responden Lampiran 3 : Analisa Uji Chi-Square Lampiran 4 : Kadar Hemoglobin Pemanen Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampran 6 : Surat Keterangan Penelitian dari PT. Peputra Supra Jaya Lampran 7 : Surat Keterangan Penelitian dari Puskesmas Kecamatan
Langgam
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Batas Kadar Hemoglobin (Hb) menurut WHO
Tabel 2.1.2 Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap kelompok Umur
Tabel 4.1.1 Distribusi Frekuensi Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau
Tabel 4.1.2 Jumlah Pemanen Kelapa Sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau
Tabel 4.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010
Tabel 4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010
Tabel 4.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010
Tabel 4.2.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010
Tabel 4.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010
Tabel 4.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010
ABSTRAK
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMANEN KELAPA SAWIT PT. PEPUTRA SUPRA JAYA
KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU
TAHUN 2010
Kekurangan kadar hemoglobin dalam darah menimbulkan gejala lesu, lemah, letih dan cepat capai, akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar dan produktifitas kerja. Pada pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2010 dari 25 orang yang berobat di Puskesmas Kecamatan Langgam, 14 orang mengalami keluhan kesehatan yaitu demam dan sakit kepala dan dari hasil wawancara pada saat bekerja sering mengalami keluhan seperti cepat lelah dan sakit kepala.
Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat survei analitik untuk menganalisis hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2010. Sampel sesuai rumus Tarro Yamane sebanyak 39 orang dari pekerja borongan pemanen kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya.
Pengukuran kadar hemoglobin menggunakan metode sahli dengan alat ukur Spectrophotometer. Untuk mengukur produktivitas kerja dengan melihat hasil tandan buah segar (TBS) pemanen kelapa sawit.
Hasil penelitian didapat bahwa kadar hemoglobin normal ada 8 orang (20,5 %), produktivitas kerja sesuai ada 5 orang (12,8 %) dan tidak sesuai ada 3 orang (7,7 %). Kadar hemoglobin tidak normal ada 31 orang (79,5 %), produktivitas kerja sesuai ada 2 orang (5,1 %) dan tidak sesuai ada 29 orang (74,4%).
Hubungan kadar hemoglobin terhadap produktivitas kerja menunjukkan hasil yang signifikan (p < 0,05) berarti mempunyai hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja.
ABSTRACT
Lack of hemoglobin in blood was causing symptoms of lethargic, weak, tired and early exhausted consequently might decrease academic achievement and work productivity. In oil palm harvesters PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010, from 25 people who seek treatment at health centers Kecamatan Langgam, 14 people experienced health complaints of fever and headache and the results of interview showed that they had headache and fatique.
This type of research was quantitative with analytical survey to analyze the relationship between hemoglobin concentration and productivity of oil palm harvesters at PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010. Samples obtained by using Yamane Tarro formula were counted 39 people from the oil palm harvesters contract workers at PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010.
The measurement of hemoglobin concentration applied the Sahli method by using Spectrophotometer. Productivity was measured by looking at the fresh fruit bunches of oil palm hervesters.
The result of research showed that there were 8 people with normal haemoglobin level (20,5%), 5 people with appropriate productivity (12,8%) and 3 people with unappropriate productivity (7,7%). There are 31 people with abnormal haemoglobin, 2 people with appropriate productivity (5,1%) and 29 people with unappropriate productivity (74,4%).
The relationship between haemoglobin and productivity showed significant result which meant there were relationship between haemoglobin and productivity.
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Undang-undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 bagian
keduabelas tentang Kesehatan Kerja pasal 164 yang berbunyi “ Upaya kesehatan
kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja”.
Menurut Daryatmi permasalahan penting yang dihadapi para pimpinan suatu
institusi atau organisasi adalah bagaimana meningkatkan produktivitas kerja
karyawannya, sehingga dapat mendukung keberhasilan pencapaian tujuan (Wanda,
2008).
Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran perusahaan dalam
mencapai tujuannya.
dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan
produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia (Siagian, 2002).
Menurut Haas rendahnya produktivitas kerja, ada hubungan baik langsung
maupun tidak langsung dengan anemia gizi di Indonesia (Wanda, 2008). Status gizi
yang baik dapat diperoleh dengan mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup
Di Indonesia, anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi yang utama di
Indonesia, disamping tiga masalah gizi lainnya yaitu kurang kalori protein, defisiensi
vitamin A dan gondok endemik. Dan faktor penyebab yaitu pada asupan makanan
yang tidak adekuat (Arisman, 2008).
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa 15% pekerja kekurangan nilai gizi
pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari membawa akibat buruk terhadap tubuh,
seperti: pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat
badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang
motivasi, bereaksi lamban dan apatis (Wisnoe, 2007).
Menurut Fatmah anemia ditandai dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin
(Hb) atau hematokrit nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya
produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, atau kehilangan darah yang berlebihan.
Defisiensi zat besi (Fe) berperan besar dalam kejadian anemia (FKM UI, 2007).
Kekurangan kadar Hb dalam darah menimbulkan gejala lesu, lemah, letih dan
cepat capai, akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar dan produktifitas kerja
disamping itu penderita kurang zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang
mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI dalam Wanda, 2008).
Berdasarkan data Puskesmas Kecamatan Langgam Tahun 2009, dari 25 orang
yang berobat, 14 orang mengalami keluhan kesehatan yaitu demam dan sakit kepala.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pekerja pemanen kelapa sawit
Berdasarkan data PT. Peputra Supra Jaya pada Tahun 2009, hasil produksi
perusahaan tidak stabil. Pada bulan Januari yaitu 782,540 ton, bulan Februari yaitu
603 ton, bulan Maret yaitu 532,740 ton, bulan April yaitu 690,960 ton, bulan Mei
707,360 ton, bulan Juni yaitu 820,630 ton, bulan Juli yaitu 816,110 ton, bulan
Agustus yaitu 772,320 ton, bulan September yaitu 727,760 ton, bulan Oktober yaitu
971,860 ton, bulan November yaitu 924,750 ton dan bulan Desember yaitu 679,600
ton.
Dari keluhan kesehatan yang dialami pekerja dan hasil tandan buah segar
(TBS) perusahaan yang tidak stabil sehingga penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang analisis hubungan kadar hemoglobin terhadap produktivitas tenaga
kerja pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam,
Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan
produktivitas kerja pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja
pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten
Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik (umur,pendidikan,masa kerja, dan pendapatan)
pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam,
Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010.
2. Mengetahui kadar hemoglobin pemanen kelapa sawit di PT. Peputra
Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau
Tahun 2010.
3. Mengetahui produktivitas kerja pemanen kelapa sawit di PT. Peputra
Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau
Tahun 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai media bagi peneliti untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman dalam penelitian di bidang kesehatan kerja terutama
mengenai kadar hemoglobin dan produktivitas kerja sebagai sarana
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.
2. Sebagai bahan masukan bagi PT. Peputra Supra Jaya untuk
memperhatikan kesehatan pemanen kelapa sawit.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi
dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin
terdiri dari
satu atom besi (Wikipedia, 2007).
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari
paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan
sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.
Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi.
Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul
hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat
rantai globin (Brooker, 2001).
Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan
conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin
Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan
warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung
karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti, 2008).
Menurut William, Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat
yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang
berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang
mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Shinta, 2005).
2.1.1 Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran
darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira
15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn,
2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar
hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan
batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam
Arisman, 2002).
Tabel 2.1.1 Batas Kadar Hemoglobin
Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)
Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0
Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0
Pria dewasa 13,0
Ibu hamil 11,0
Wanita dewasa 12,0
Tabel 2.1.2 Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap kelompok Umur
Kelompok Umur Hb (gr/100ml)
Anak
Dewasa
1. 6 bulan sampai 6 tahun 2. 6-14 tahun
1. Laki-laki 2. Wanita 3. Wanita hamil
11 12
13 12 11 Sumber : Depkes RI, 1999 (Zarianis, 2006)
2.1.2 Struktur Hemoglobin (Hb)
Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan
porfirin yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan
oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan
gabungan dari heme dan globin, globin sebagai istilah generik untuk protein globular.
Ada beberapa protein mengandung heme dan hemoglobin adalah yang paling dikenal
dan banyak dipelajari.
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 submit
protein), yang terdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa dan beta yang terikat
secara non kovalen. Sub unitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama.
Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang lebih 16.000 Dalton, sehingga berat
molekul total tetramernya menjadi 64.000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin
mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas
2.1.3 Guna Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru
untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen :
menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang
lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).
Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam
jaringan-jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan
pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal
berarti kekurangan darah yang disebut anemia (Widayanti, 2008).
2.1.4 Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah :
1. Kecukupan Besi dalam Tubuh
Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga
anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil
dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil
jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan
komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan
peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan
mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat
dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di
dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006).
Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan
senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun
jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin
ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel
otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung
besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan
Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga
apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan
bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada peningkatan absen sekolah dan
penurunan prestasi belajar (WHO dalam Zarianis, 2006).
Menurut Kartono J dan Soekatri M, Kecukupan besi yang direkomendasikan
adalah jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan
cukup besi untuk setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat
terhindar kemungkinan anemia kekurangan besi (Zarianis, 2006).
2. Metabolisme Besi dalam Tubuh
Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa
atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome,
hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu
bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang
merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan
nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat
badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis
dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi
cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme
besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan,
penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006).
2.1.5 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)
Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang
paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode
cyanmethemoglobin. (Bachyar, 2002)
Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin
ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme
yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga
disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini
dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk
memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna
hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran
sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang
berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran
dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk
pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan
di lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telat terlatih
hasilnya dapat diandalkan.
Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode
ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang
kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang
berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan
standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif.
Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium
memilikinya.
a. Prosedur pemeriksaan dengan metode sahli
Reagensia :
1. HCl 0,1 N
2. Aquadest
Alat/sarana :
1. Pipet hemoglobin
2. Alat sahli
3. Pipet pastur
Prosedur kerja :
1. Masukkan HCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli sampai angka 2
2. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan
desinfektan (alcohol 70%, betadin dan sebagainya), kemudian tusuk
dengan lancet atau alat lain
3. Isap dengan pipet hemoglobin sampai melewati batas, bersihkan ujung
pipet, kemudian teteskan darah sampai ke tanda batas dengan cara
menggeserkan ujung pipet ke kertas saring/kertas tisu.
4. Masukkan pipet yang berisi darah ke dalam tabung hemoglobin, sampai
ujung pipet menempel pada dasar tabung, kemudian tiup pelan-pelan.
Usahakan agar tidak timbul gelembung udara. Bilas sisa darah yang
menempel pada dinding pipet dengan cara menghisap HCl dan meniupnya
lagi sebanyak 3-4 kali.
5. Campur sampai rata dan diamkan selama kurang lebih 10 menit.
6. Masukkan ke dalam alat pembanding, encerkan dengan aquadest tetes
demi tetes sampai warna larutan (setelah diaduk sampai homogen) sama
dengan warna gelas dari alat pembanding. Bila sudah sama, baca kadar
hemoglobin pada skala tabung.
b. Prosedur pemeriksaan dengan metode sian-methemoglobin
Reagnesia :
1. Larutan kalium ferrosianida (K3Fe(CN)6 0.6 mmol/l
Alat/sarana :
1. Pipet darah
2. Tabung cuvet
3. Kolorimeter
Prosedur kerja :
1. Masukkan campuran reagen sebanyak 5 ml ke dalam cuvet
2. Ambil darah kapiler seperti pada metode sahli sebanyak 0,02 ml dan
masukkan ke dalam cuvet diatas, kocok dan diamkan selama 3 menit
3. Baca dengan kolorimeter pada lambda 546
Perhitungan :
1. Kadar Hb = absorbs x 36,8 gr/dl/100 ml
2. Kadar Hb = absorbs x 22,8 mmol/l
2.2 Anemia
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan
jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan
(Arisman, 2008). Anemia sebagai keadaan dimana level hemoglobin rendah karena
kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi
bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Fatmah dalam FKM UI, 2007).
Menurut Nursalam, Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah
merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik darah dalam tubuh
manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan
penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya adalah
anemia defisiensi zat besi (Murgiyanta, 2006).
Menurut Wirakusumah, anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah normal. Pada pendertita anemia
lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah atau hemoglobin dibawah
normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan zat besi, asam folat dan vitamin B12.
Tetapi yang sering terjadi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat
besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi
dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup, yang
ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum
dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi
dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama
sekali (Oppusungu, 2009).
Menurut Soekirman, anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi
penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun
dibawah normal. Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dulu dengan keadaan
kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum
parah, dan jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan mengalami
kurang gizi besi saja (tidak disertai anemia gizi besi). Keadaan kurang gizi besi yang
berlanjut dan semakin parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, dimana tubuh
tidak lagi mempunyai cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan
2.2.1 Penyebab Anemia
Ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu : (Arisman, 2008)
a. Kehilangan darah secara kronis
Pada pria dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses
perdarahan akibat penyakit atau akibat pengobatan suatu penyakit. Sementara pada
wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar
selama haid sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi.
Selain itu, kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit,
seperti cacing tambang, schistosoma dan trichuris trichiura. Hal ini sering terjadi di
negara tropis, lembab dan keadaan sanitasi yang buruk.
Darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2-100
cc/hari, tergantung pada beratnya infestasi. Jika jumlah zat besi dihitung berdasarkan
banyaknya telur cacing yang terdapat dalam tinja, jumlah zat besi yang hilang per
seribu adalah sekitar 0,8 mg untuk necator americanus sampai 1,2 mg untuk
ancylostoma duodenale.
b. Asupan dan serapan tidak adekuat
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang
berasal dari daging hewan. Selain banyak mengandung zat besi, serapan zat besi dari
sumber makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20-30%. Sebagian
besar penduduk di negara yang sedang berkembang tidak mampu menghadirkan
bahan makanan tersebut. Kebiasaan konsumsi makanan yang dapat mengganggu
penyerapan zat besi seperti kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan
c. Peningkatan kebutuhan
Asupan zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang
melalui tinja, air seni dan kulit. Berdasarkan jenis kelamin, kehilangan zat besi untuk
pria dewasa mendekati 0,9 mg dan 0,8 untuk wanita.
Sebagian peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan zat besi, serta
peningkatan adaptif jumlah persentase zat besi yang terserap melalui saluran cerna.
Namun, jika cadangan zat besi sangat sedikit sedangkan kandungan dan serapan zat
besi dalam dan dari makanan sedikit, pemberian suplementasi pada masa-masa ini
menjadi sangat penting.
2.2.2 Tanda dan Gejala Anemia
Tanda dan gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas, seperti
pucat, mudah lelah, berdebar dan sesak napas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak
tangan, kuku dan konjungtiva palbera. Tanda yang khas meliputi anemia, angular
stomatitis, glositis, disfagia, hipokloridia, koilonikia dan pafofagia. Tanda yang
kurang khas berupa kelelahan, anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat,
kelainan perilaku tertentu, kinerja intelektual serta kemampuan kerja menurun
(Arisman, 2008).
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang
nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit,
stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang – terutama bila bangkit
dari duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita
tampak pucat. Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi
kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang
tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabka
atau yang biasa disebut 5L juga merupakan salah satu gejala Anemia. Gejala yang
lain adalah mata berkunang-kunang, berkurangnya daya konsentrasi dan menurunnya
daya tahan tubuh (Wikipedia, 2007).
Gejala awal anemia kurang zat besi adalah keluhan badan lemah, lelah,
kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala,
pandangan sering berkunang-kunang terutama dari keadaan duduk kemudian berdiri.
Tanda lainnya adalah kelopak mata, wajah, ujung jari dan bibir biasanya tampak
pucat (Syafitri, 2008) .
2.2.3 Pencegahan Anemia
Sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi besi,
yaitu (Arisman, 2008) :
1. Pemberian tablet atau suntikan zat besi
Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi selama 3-
4 bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel darah merah
hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120 hari,
maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh memerlukan 20 mg zat
besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu
Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi yang dapat menolong
untuk mengoreksi keadaan anemia gizi. Karena menurut hasil penelitian anemia gizi
di Indonesia sebagian besar disebabkan karena kekurangan zat besi.
2. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi
melalui makanan
Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu
sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar mengerti, harus
diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi
akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah
defisiensi zat besi.
Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara :
a. Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang
semestinya dikonsumsi.
b. Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan
mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa
mereduksi penyerapan zat besi.
3. Pengawasan penyakit infeksi
Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang
tidak diingini. Meskipun, jumlah episode penyakit tidak berhasil dikurangi, pelayanan
pengobatan yang tepat telah terbukti dapat menyusutkan lama serta beratnya infeksi.
Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit berlangsung adalah
sakit. Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya kesehatan seperti penyediaan
air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan.
Jika terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi, bahwa cacing tambang
(Ancylostoma dan Necator) serta Schistosoma yang menjadi penyebabnya. Sementara
peran parasit usus yang lain terbukti sangat kecil. Ada banyak bukti tertulis, bahwa
parasit parasit dalam jumlah besar dapat menggaggu penyerapan berbagai zat gizi.
Karena itu, parasit harus dimusnahkan secara rutin.
Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi dengan
langkah pelenyapan sumber infeksi, reinfeksi dapat terjadi sehingga memerlukan obat
lebih banyak. Pemusnahan cacing itu sendiri dapat efektif dalam hal menurunkan
parasit, tetapi manfaatnya di tingkat hemoglobin sangat sedikit. Jika asupan zat besi
bertambah, baik melalui pemberian suplementasi maupun fortifikasi makanan, kadar
hemoglobin akan bertambah meskipun parasitnya sendiri belum tereliminasi.
4. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara
terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi makanan
merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi.
Di negara industri, produk makana fortifikasi yang lazim adalah tepung
gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di negara
sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi garam, gula,
2.3 Produktivitas
Produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik
(barang-barang dan jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Produktivitas adalah
ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran (output) dan
masukan (input). Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan
keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai (Muchdarsyah, 2008).
Menurut L. Greenberg, produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas
pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.
Produktivitas juga diartikan sebagai (Muchdarsyah, 2008) :
a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil
b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan
dalam satu-satuan (unit) umum.
Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan
untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia,
dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit (Konferensi Oslo dalam
Muchdarsyah, 2008).
Menurut Kussrianto, produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang
dicapai dengan peran serta tenaga kerja di sini adalah penggunaan sumber daya
secara efektif dan efisien (Sutrisno, 2009).
Menurut Aigner, bahwa filsafat mengenai produktivitas sudah ada sejak awal
peradaban manusia, karena makna produktivitas adalah keinginan untuk dan upaya
manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala
membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin dan membuat hari esok lebih baik dari
hari ini (Sutrisno, 2009).
Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran
(barang dan jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Produktivitas adalah
ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan.
Masukan sering dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam
kesatuan fisik, bentuk dan nilai (Sutrisno, 2009).
Menurut Webster, memberikan batasan tentang produktivitas yaitu (Sutrisno,
2009) :
a. Keseluruhan fisik dibagi unit dari usaha produksi
b. Tingkat keefektifan dari manajer industri di dalam penggunaan aktivitas untuk
produksi
c. Keefektifan dalam menggunakan tenaga kerja dan peralatan.
Menurut dewan produktivitas Nasional RI, secara umum produktivitas
mengandung pengertian perbandingan atau rasio antara hasil yang dicapai dengan
keseluruhan sumber daya yang digunakan (Oppusungu, 2009).
Menurut Suprihanto, produktivitas diartikan sebagai kemampuan seperangkat
sumber-sumber ekonomi untuk menghasilkan sesuatu atau diartikan juga sebagai
perbandingan antara pengorbanan (input) dengan penghasilan (output) (Pajar, 2008).
Menurut Simanjuntak, produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi
kerja, dan teknis operasional. Secara filosofis, produktivitasmengandung pengertian
pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
Peter F. Drucker mendefinisikan produktivitas adalah keseimbangan antara
seluruh faktor-faktor produksi yang memberikan keluaran yang lebih banyak melalui
penggunaan sumber daya yang lebih sedikit (Pajar, 2008).
Menurut Ravianto, produktivitas dapat dianggap sebagai keluaran atau
sebagai masukan dari suatu sistem. Sebagai masukan maka produktivitas dapat
disebut sebagai suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu
kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari sekarang dan hari esok lebih baik dari
hari ini. Produktivitas sebagai hasil keluaran biasanya dirumuskan sebagai rasio dari
apa yang dihasilkan terhadap keseluruhan masukan. Dapat dikatakan bahwa
produktivitas merupakan ukuran dari kemampuan (baik individu, kelompok maupun
dari organisasi perusahaan) untuk menghasilkan suatu produk barang dan jasa dalam
kondisi dan situasi tertentu.
Berdasarkan pengertian produktivitas sebagai keluaran maka produktivitas
dapat dibedakan kedalam berbagai tingkatan yaitu produktivitas tingkat individu
(tenaga kerja), tingkat satuan (kelompok kerja) dan tingkat organisasi perusahaan
(produktivitas sub sistem, sistem maupun supra sistem) (Murgiyanta, 2006).
2.3.1 Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja adalah rasio dari hasil kerja dengan waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja (Sutrisno, 2009).
Produktivitas tenaga kerja sebenarnya hanya sebagian dari seluruh produktivitas suatu
usaha. Namun Produktivitas tenaga kerja adalah yang paling menentukan, sekaligus
juga yang paling sulit untuk dimengerti, apalagi untuk dikelola (Andreas dalam
Menurut Tohardi, produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental
yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa
seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini dari pada hari kemarin dann
hari esok lebih baik dari hari ini (Sutrisno, 2009).
Menurut Kussrianto, produktivitas kerja adalah rasio dari hasil kerja dengan
waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja
(Sutrisno, 2009). Produktivitas kerja menurut Cascio sebagai pengukuran output
berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa karyawan,
modal, materi atau bahan baku dan peralatan (Almigo, 2004).
Menurut Sedarmayanti, produktivitas kerja menunjukkan bahwa individu
merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran (pencapaian unjuk kerja maksimal)
dengan efisiensi salah satu masukan (tenaga kerja) yang mencangkup kuantitas,
kualitas dalam waktu tertentu. Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil
kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai
keluarannya yang merupakan indikator daripada kinerja karyawan dalam menentukan
bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi.
(Almigo,2004).
Menurut ILO, produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep, menunjukkan
adanya kaitan anatara hasil kerja seorang tenaga kerja dengan satuan waktu yang
dibutuhkannya untuk menghasilkan suatu produk (Elviana, 2001).
Menurut Ravianto, produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang
dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (Gautama, 2006). Seorang
(output) yang lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja lain dalam satuan
waktu yang sama. Bila seorang tenaga kerja menghasilkan keluaran yang sama
dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang
lain. Dengan kata lain seorang tenaga kerja menunjukkan tingkat produktivitas yang
lebih tinggi bila ia mampu menghasilkan produk yang sesuai standar yang telah
ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat atau menggunakan sumber daya
yang lebih sedikit (Elviana, 2001).
Menurut Schermerharn, produktivitas diartikan sebagai hasil pengukuran
suatu kinerja dengan memperhitungkan sumber daya yang digunakan, termasuk
sumber daya manusia. Produktivitas dapat diukur pada tingkat individual, kelompok
maupun organisasi. Produktivitas juga mencerminkan keberhasilan atau kegagalan
dalam mencapai efektivitas dan efisiensi kinerja dalam kaitannya dengan penggunaan
sumber daya. Orang sebagai sumber daya manusia di tempat kerja termasuk sumber
daya yang sangat penting dan perlu diperhitungkan (Daryatmi, 2002).
Menurut Sinungan menyatakan bahwa produktivitas mencakup sikap mental
patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan
diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih
baik dari hari ini. Sikap seperti ini akan mendorong munculnya suatu kerja yang
efektif dan produktif, yang sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produktivitas
kerja (Daryatmi, 2002).
Menurut Putra, produktivitas kerja adalah jumlah output atau keluaran yang
dalam mencapai hasil atau prestasi kerja bersumber dari penggunaan bahan secara
effisien (Pajar, 2008).
Menurut Pandji, produktivitas kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari
sumber daya yang digunakan. Menurut Sritomo, produktivitas seringkali juga
diidentifikasikan dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output) dan
masukan (input). Menurut Sugeng, produktivitas disini adalah perbandingan secara
ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dari setiap jumlah sumber daya yang
dipergunakan selama proses berlangsung (Wahyu, 2009).
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Menurut Putra, produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berasal dari tenaga kerja itu sendiri maupun yang berasal dari lingkungan perusahaan.
Faktor tersebut antara lain (Elviana, 2001) :
1. Gizi dan Kesehatan
Bagi manusia dalam bekerja, zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak
berperan sebagai sumber tenaga dan vitamin, mineral dan zat besi berperan sebagai
pelindung. Aktivitas yang boleh dilakukan manusia adalah sangat dipengaruhi zat
gizi yang dikonsumsinya serta kesehatannya. Gizi yang cukup dan badan yang sehat
merupakan syarat bagi produktivitas kerja yang tinggi.
Bagi pekerja fisik yang berat, gizi dengan kalori yang memadai menjadi
syarat utama yang menentukan produktivitas kerja. Antara kesehatan, ketahan fisik
2. Pendidikan dan Pelatihan
Kemampuan seseorang untuk bekerja berawal dari pendidikan dan pelatihan
yang dialaminya. Pendidikan dan pelatihan yang ditambah dengan praktek yang terus
menerus akan menambah kecakapan seseorang, pekerjaannya akan semakin bermutu
dan cepat selesai, dengan kata lain produktivitas meningkat. Tingkat pendidikan yang
lebih tinggi memberi peluang penghasilan yang lebih tinggi serta produktivitas yang
lebih tinggi. Hal ini terbukti dari tingginya rata-rata pendidikan di negara maju dan
produktivitas yang tinggi.
3. Penghasilan dan Jaminan Sosial
Upah yang dapat diartikan sebagai imbalan yang diterima tenaga kerja dalam
hubungan kerja berupa uang. Imbalan yang diperuntukkan bagi pemenuhan sebagian
besar kebutuhan dirinya beserta keluarganya. Upah yang minimal hanya untuk
memenuhi tingkat hidup yang minimal. Pada tingkat upah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan yang layak, produktivitas kerja memperoleh peluang untuk
meningkat.
4. Kesempatan
Kesempatan yang terbuka untuk seseorang untuk berbuat yang lebih baik,
kreatif dan inovatif juga merupakan persyaratan untuk perbaikan produktivitas kerja.
Kesempatan dalam hal ini sekaligus mencakup kesempatan kerja, yaitu pekerjaan
yang sesuai dengan pendidikan dan ketrampilan serta minat dan kesemapatan untuk
5. Manajemen
Produktivitas kerja juga dipengaruhi oleh manajemen dari kepemimpinan
organisasi perusahaan. Faktor manajerial ini berpengaruh pada semangat kerja tenaga
kerja melalui gaya kepemimpinan, kebijaksanaan dan peraturan-peraturan
perusahaan.
6. Kebijakan Pemerintah
Upaya perbaikan produktivitas dapat didorong oleh kebijakan penanaman
modal, investasi, teknologi, ketatalaksanaan, moneter dan perkreditan serta dorongan
eksport yang menciptakan iklim berusaha yang merangsang perbaikan produktivitas.
2.4 Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Kerja
Menurut De Maeyer, untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, maka
faktor alat, cara dan lingkungan kerja harus betul-betul serasi kemampuan, kebolehan
dan batasan manusia pekerja. Apabila tenaga kerja kekurangan kadar hemoglobin,
maka tenaga yang dihasilkan oleh tubuh akan berkurang dan badan menjadi cepat
lelah sehingga produktivitas kerja juga rendah (Oppusungu, 2009).
Menurut Mahdin, salah satu faktor yang menentukan produktivitas adalah
status gizi tenaga pekerja yang baik yang salah satunya adalah ferum (zat besi)
didalam tubuh jumlahnya harus mencukupi. Ferum (zat besi) adalah salah satu unsur
untuk pembentukan hemoglobin, bila defisiensi zat besi ini maka pembentukan
hemoglobin akan berkurang yang dapat menyebabkan anemia zat besi. Kadar
hemoglobin yang rendah akan mengganggu proses metabolisme dalam tubuh
Menurunnya produktivitas kerja pada kekurangan besi disebabkan oleh dua
hal yaitu (Almatsier, 2003) :
a. Berkurangnya enzim mengandung besi dan besi sebagai kofaktor
enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi.
b. Menurunnya hemoglobin darah, akibatnya metabolisme energi didalam otot
terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah.
Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit,
menurunkan produktivitas kerja, menurunkan sumber daya manusia dan menurunkan
kebugaran. Pekerja yang membutuhkan tenaga besar merasa cepat lelah karena
anemia menyebabkan tenaga berkurang. Dengan demikian hasil kerjanya akan rendah
sehingga produktivitas kerja menurun. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk
melakukan pekerjaan dengan produktivitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh
individu yang tidak anemia (Wirakusumah, 1999).
Menurut Soekirman, Anemia gizi besi erat kaitannya dengan penurunan
kemampuan motorik (dampak fisik) yang dapat menyebabkan rasa cepat lelah. Rasa
cepat lelah terjadi karena metabolisme energi oleh otot tidak berjalan dengan
sempurna karena otot kekurangan oksigen, dimana oksigen yang dibutuhkan oleh
sel-sel otot ini diangkut oleh zat besi dalam darah yaitu hemoglobin (Wulansari, 2006).
Diantara para buruh perkebunan telah pula ditunjukkan adanya korelasi erat
antara kadar hemoglobin dan kesanggupan atau prestasi kerja. Pada kondisi anemia,
kesanggupan dan daya kerja menurun secara bermakna (Sediaoetama, 1993).
darah dapat meningkatkan hemoglobin sehingga pekerja tidak anemia dan diikuti
dengan meningkatnya produktivitas kerja yang lebih baik (Oppusungu,2009).
Menurut Guyton dan Hall, zat besi berkaitan dengan pembentukan
hemoglobin. Dua pertiga besi dalam tubuh terdapat dalam bentuk hemoglobin. Dalam
hal ini zat besi memiliki peranan penting dalam produktivitas kerja dengan peranan
sebagai kofaktor enzim dalam metabolisme energi, besi dapat mempercepat
metabolisme energi sehingga dapat mengganti secara cepat kekurangan energi untuk
beraktivitas secara fit (Syafitri, 2008).
Menurut Widayani defisiensi besi merupakan defisiensi yang paling umum
terjadi karena daya serap tubuh manusia terhadap Fe relatif sulit. Defisiesi Fe
terutama menyerang golongan rentan, seperti anak-anak, remaja, ibu hamil dan
menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah. Defisiensi besi dapat berakibat
menurunkan produktivitas dan kapasitas fisik saat bekerja dan menurunkan imunitas
seluler dan meningkatkan kesakitan (Rosyida, 2010).
Wardani mengemukakan bahwa produktivitas pekerja yang kekurangan zat
besi menurun 10-30% daripada pekerja yang sehat. anemia gizi besi dapat
ditimbulkan akibat terjadinya defisiensi zat besi. Salah satu gejala fisik yang terjadi
pada anemia gizi besi adalah penurunan kemampuan kerja. Efek fisik lainnya adalah
peningkatan sensitivitas terhadap penyakit flu, gangguan gastrointestinal, konstipasi
dan diare (Rosyida, 2010).
Menurut Wirakusumah, kekurangan zat besi akan menurunkan ketahanan
tubuh terhadap penyakit infeksi. anemia gizi besi dapat menyebabkan tenaga
lelah. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil kerja yang rendah karena produktivitas
kerjanya menurun (Rosyida, 2010).
2.5 Pemanen Kelapa Sawit
Panen harus dilakukan pada saat kematangan buah optimum, agar diperoleh
tingkat kandungan minyak dalam daging buah yang maksimum dan dengan mutu
yang baik. Tandan buah dinyatakan matang jika brondolannya telah lepas atau jatuh
secara alami dari tandannya (Suyatno, 1994)
Adapun cara panen kelapa sawit yaitu :
1. Tandan matang dipanen semuanya dengan kriteria 25 - 75 % buah
luar memberondol atau kurang matang dengan 12,5 - 25 % buah luar
memberondol
2. Potong pelepah daun yang menyangga buah
3. Tandan dipotong
4. Bertanda di bekas potongan dengan nama atau tanggal panen
5. Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan dengan cara
ditelungkupkan
Panen dilakukan 5 hari dalam seminggu, 2 hari untuk pemeliharaan alat.
Tingkat produksi dipengaruhi kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim,
2.6 Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja
pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan
Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2010.
Ha : Ada hubungan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja
pemanen kelapa sawit di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan
Langgam Tahun Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau 2010.
Kadar Hemoglobin Produktivitas Kerja
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian menggunakan metode penelitian survei analitik dengan
rancangan cross sectional (Soekidjo, 2005) yaitu untuk menganalisis korelasi antara
faktor resiko dengan faktor efek data penelitian yaitu kadar hemoglobin dengan
produktivitas kerja pemanen kelapa sawit.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam,
Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian berlangsung pada bulan Mei - Juni 2010.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh pemanen kelapa sawit yang merupakan
pekerja borongan di PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten
3.3.2 Sampel
Penentuan jumlah sampel bila populasi lebih kecil dari 10.000, maka
pengambilan sampel dapat dilakukan perhitungan dengan rumus Tarro Yamane
dalam teori Notoadmojo (2005) maka disimpulkan bahwa besar sampel adalah
sebagai berikut :
n = N 1+ N (d2)
Keterangan :
N = Besar populasi n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
Maka : n = 63 1 + 63(0,1)2
n = 63 1,63
n = 38,65 ≈ 39 orang
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapat sampel sebesar
39 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan mengukur kadar hemoglobin (Hb) tenaga kerja
pemanen. Produktivitas kerja pemanen kelapa sawit dilihat dari TBS yang dihasilkan
pemanen kelapa sawit.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Profil PT. Peputra Supra Jaya, dan data
Puskesmas Kecamatan Langgam.
3.5 Definisi Operasional
1. Tenaga kerja adalah pemanen kelapa sawit yang bekerja secara borongan pada
perkebunan kelapa sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam
Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau.
2. Kadar hemoglobin adalah darah yang diambil dari pemanen kelapa sawit
kemudian diukur kadar hemoglobin dengan metode sahli.
3. Produktivitas kerja adalah pemanen kelapa sawit yang dihitung rata-rata
selama 3 hari berturut-turut memamen jumlah tandan buah segar (TBS) yaitu
3.6 Aspek Pengukuran 1. Kadar Hemoglobin
Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan pada siang hari saat
pemanen istirahat yaitu pukul 12.00 - 14.00 WIB. Pemeriksaan kadar
hemoglobin dilakukan oleh petugas puskesmas. Setelah dilakukan
pemeriksaan, kemudian catat hasil pemeriksaan kadar hemoglobin.
Untuk kadar hemoglobin dikategorikan menurut Depkes RI menjadi 2, yaitu :
a. Kadar hemoglobin ≥ 13,0 gr/dl dikelompokkan kadar hemoglobin normal
b. Kadar hemoglobin < 13,0 gr/dl dikelompokkan kadar hemoglobin tidak
normal
2. Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja dengan melihat hasil tandan buah segar dilakukan
pada sore hari setelah pemanen selesai bekerja, kemudian catat hasil buah
segar (TBS)
Untuk produktivitas kerja dikategorikan oleh perusahaan PT. Peputra Supra
Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau menjadi 2,
yaitu :
a. Hasil TBS ≥ 60 TBS/hari dikelompokkan produktivitas kerja sesuai
3.7 Teknik Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan adalah chi square, untuk melihat
hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Dengan tingkat kepercayaan 95 % (α=
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi
Riau adalah salah satu perusahaan swasta di bidang perkebunan kelapa sawit dengan
surat persetujuan dari Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru Nomor
227/1996/PT Tanggal 30 September 1995 dan Surat Izin Usaha dari Bupati
Pelalawan Nomor 180/HK/2007/268 Tanggal 23 Novemver 2007.
PT. Peputra Supra Jaya memiliki pohon kelapa sawit dengan tahun tanam
1994-1997. Luas lahan perkebunan yaitu ± 8900 Ha.
PT. Peputra Supra Jaya terletak di Kecamatan Langgam, Kabupaten
Pelalawan, Propinsi Riau, dengan batas wilayah
1. Sebelah Utara : Desa Penarikan
2. Sebelah Selatan : Desa Mamahan Jaya
3. Sebelah Barat : PT. Agrita Sari Prima
4. Sebelah Timur : PT. Mitra Unggul Pusaka
4.1.1 Tenaga Kerja Perusahaan
Jumlah tenaga kerja PT. Peputra Supra Jaya kecamatan Langgam Kabupaten
Pelalawan Propinsi Riau yaitu 206 orang yang terdiri dari :
1. Dewan Direksi : 1 Orang
2. Direktur : 1 Orang
3. Estate Manajer : 1 Orang
5. Kepala Tata Usaha : 1 Orang
6. Asisten Lapangan : 10 Orang
7. Bagian Keuangan : 1 Orang
8. Bagian Gudang : 2 Orang
9. Administrasi Timbangan : 2 Orang
10.Bagian Keamanan : 12 Orang
11.Mandor : 24 Orang
12.Tenaga Mekanik : 6 Orang
13.Bagian Alat Berat : 7 Orang
14.Bagian Transportasi : 34 Orang
15.Karyawan : 23 Orang
[image:54.612.137.478.467.557.2]16.Pemanen : 80 Orang
Tabel 4.1.1 Distribusi Frekuensi Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2009
No Tenaga Kerja Frekuensi %
1 Pria 200 97,09
2 Wanita 6 2,91
Jumlah 206 100
Sumber : PT. Peputra Supra Jaya, 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tenaga kerja PT. Peputra Supra Jaya
Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau sebagian besar terdiri dari
Tabel 4.1.2 Jumlah Pemanen Kelapa Sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2009
No Pemanen Kelapa
Sawit Frekuensi %
1 Pekerja Tetap 17 21,25
2 Pekerja Borongan 63 78,75
Jumlah 80 100
Sumber : PT. Peputra Supra Jaya, 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pemanen PT. Peputra Supra Jaya
Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau yaitu 80 orang yang terdiri
dari pekerja tetap 17 orang (21,25%) dan pekerja borongan 63 orang (78,75%).
4.1.2 Jam Kerja Perusahaan
Jam Kerja pemanen kelapa sawit adalah pukul 07. 00-16. 00 WIB, dengan
waktu istirahat 2 jam yaitu pukul 12. 00-14.00 WIB. Maka total jam kerja yaitu 9 jam
per hari.
4.2Gambaran Umum Responden
4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010
No Umur Frekuensi %
1 15-24 6 15.4
2 25-34 14 35.9
3 35-44 12 30.8
4 45-54 7 17.9
[image:55.612.139.477.530.653.2]Dari tabel di atas menunjukkan di PT. Peputra Supra Jaya, Kecamatan
Langgam, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau jumlah responden terbanyak
berdasarkan umur pada umur 25-34 tahun yaitu 14 orang (35,9 %).
[image:56.612.138.475.249.365.2]4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010
No Pendidikan Frekuensi %
1 Tidak Tamat SD 16 41,0
2 Tamat SD 11 28,2
3 Tamat SMP 9 23,1
4 Tamat SMA 3 7,7
Jumlah 39 100
Dari tabel di atas menunjukkan di PT. Peputra Supra Jaya, Kecamatan
Langgam, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau jumlah responden terbanyak
berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pada Tidak Tamat SD yaitu 16 orang (41,0 %).
4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan
Tabel 4.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010
No Pendapatan Frekuensi %
1 < Rp 1.112.000 22 56,4
2 ≥ Rp 1.112.000 17 43,6
Jumlah 39 100
Dari tabel di atas menunjukkan di PT. Peputra Supra Jaya, Kecamatan
Langgam, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau jumlah responden terbanyak
[image:56.612.133.477.528.613.2]4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja
Tabel 4.2.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010
No Lama Kerja Frekuensi %
1 < 5 tahun 29 74,4
2 5-10 tahun 8 20,5
3 ≥ 10 tahun 2 5,1
Jumlah 39 100
Dari tabel di atas menunjukkan di PT. Peputra Supra Jaya, Kecamatan
Langgam, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau jumlah responden terbanyak
berdasarkan lama kerja yaitu pada < 5 tahun yaitu 29 orang (74,4 %).
4.3 Hasil Pengukuran
4.3.1 Kadar Hemoglobin (Hb) Responden
Tabel 4.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin di PT. Peputra Supra Jaya Tahun 2010
No Kadar Hemoglobin Frekuensi %
1 Normal 8 20.5
2 Tidak Normal 31 79.5
Jumlah 39 100
Dari tabel di atas menunjukkan di PT. Peputra Supra Jaya, Kecamatan
Langgam, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau jumlah responden terbanyak
berdasarkan kadar hemoglobin yaitu pada kadar hemoglobin tidak normal yaitu 31
orang (79,5 %).
[image:57.612.136.482.465.552.2]