KARYA AKHIR
PERANCANGAN MESIN SEPARATOR
PEMISAHAN OLEIN ( MINYAK NABATI)DAN
STEARIN (MENTEGA) – DETERGEN
DISUSUN OLEH :
NAMA : DIDI DHARWAN
NIM : 035202023
UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN (DIPLOMA-IV)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI PROGRAM STUDI DIPLOMA-IV FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat
rahmat dan hidayahn-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir di “PT.PAMINA ADOLINA UNIT BELAWAN” dan menyelesaikan laporan ini
dengan sebaiknya.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di PT.PAMINA ADOLINA UNIT BELAWAN Pengolahan CPO dan ditambahkan
dengan teori yang berhubungan dengan percobaan.
dengan menyelesaikan Karya Akhir ini, penyusun berterima kasih kepada
pihak-pihak yang bertanggung jawab, membantu dan mendukung khususnya kepada:
1. Bapak Ir. Tugiman MT, selaku Dosen Pembimbing selama mengerjakan
Karya Akhir.
2. Bapak Ir. Alfian Hamsi Msc. selaku Ketua Program Studi Teknologi
Mekanik Industri.
3. Bapak Tulus Burhanuddin ST, MT selaku Sekertaris Program Studi Teknologi mekanik Industri.
4. Bapak Ir. Mulfi Hazwi . Msc. selaku Koordinator Program Studi Teknologi Mekanik Industri.
6. Bapak Asron Siregar yang telah menbimbing penulis selama mengerjakan Karya Akhir di pengolahan minyak Goreng PT.Pamina Adolina Unit Belawan.
7. Bapak Mahyuzar Maimun Yang telah mengijinkan Penulis melakukan penelitian di PT.Pamina Adolina Unit Belawan.
8. Ayahanda (Supratno) dan Ibunda (Sulasmi) yang telah banyak memberikan semangat, motivasi kepada penulis.
9. Kakanda ( Dhanny Indrawan, Dudi Dharmawan) dan Adinda ( Dicky S
Putra, Dewi Maya Sari, Ardian Permana) yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis
10.Keluarga Besar Markidi yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
11.Rekan – rekan yang telah menbantu dan memberi semangat dalam
melakukan dan menyusun laporan Karya Akhir.
Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih belum sempurna, karena masih ada banyak kekurangan baik dari segi ilmu maupun susunan bahasa. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan Karya Akhir ini.
Akhir kata bantuan dan budi baik yang telah penulis dapatkan, menghaturkan terima kasih dan hanya ALLAH SWT yang dapat memberikan limpahan pahala yang setimpal. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
Medan, Agustus 2007 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ... Lembar Pengesahan ... Daftar isi ...
Daftar Gambar ... Daftar Diagram Alir...
Daftar Tabel ... Daftar Litaratur ...
Daftar Notasi...
BAB I PENDAHULUAN ...
1.1.Latar Belakang ...
1.2.Batasan Masalah ... 1.3.Tujuan ... 1.4.Manfaat ...
1.4.1 Bagi Mahasiswa ... 1.4.2 Bagi Program Studi ...
1.4.1 Bagi Perusahaan/Instansi ... 1.5.Metodologi Penulisan (Pengumpulan Data) ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
2.1.2. Peralatan Pemisahan ... 2.1.3. Gaya Sentripetal yang Berkerja Pada Partikel ... 2.1.4. Kecepatan Pemisahan ...
2.1.5 Daya Pemisahan ... 2.2. Motor Induksi ...
2.2.1. Konstruksi Motor Induksi ... 2.2.2. Prinsip Kerja Motor Induksi ... 2.3. Poros ...
2.3.1 Macam-Macam Poros ... 2.3.2 Penentuan Daya Perencanaan ...
2.3.3 Pemilihan Bahan ... 2.3.4 Perencanaan Diameter Poros ... 2.3.5 Pemeriksaan Kekuatan Poros ...
2.4 Pasak ... 2.4.1 Macam-Macam Pasak... 2.4.2 Hal-Hal Penting Dalam Perencanaan Pasak ...
2.5. Sabuk-V dan Puli ... 2.5.1 Konstruksi Sabuk-V ...
2.5.2 Hal-Hal Dalam Perencanaan V-belt dan Puli ... 2.6. Penentuan Bantalan ... 2.61 Bantalan Pendukung Poros ...
BAB III. PERHITUNGAN DAN ANALISA ...
3.1. Perhitungan Dan Analisa Separator yang Dirancang ... 3.1.1 Analisa gaya Pada Separator ...
3.1.2 Tekanan Pada Separator ... 3.1.3 Kecepatan Pemisahan ...
3.1.4 Daya Pemisahan ... 3.1.5. Analisa dan Perhitungan elektomotor ...
BAB IV. SISTEM MAINTANANCE ...
4.1. Sistem Perawatan Pada Motor ...
4.2. Sistem Perawatan Pada V-Belt dan Puli ... 4.3. Sistem Perawatan As Atau Poros ... 4.4. Sistem Perawatan Pada Bantalan (Bearing) ...
4.5. Sistem Perawatan Bowl Disc ... 4.6. Sistem Perawatan Tangki Separator ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...
5.1. Kesimpulan ...
5.2. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR TABEL
Halaman TABEL 2.1. faktor koreksi berdasarkan daya yang ditransmisikan ...
TABEL 2.2. Batang baja karbon definisi dingin ( standart JIS ) ... TABEL 2.3. Ukuran Sabuk-V ...
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Pemisahan dan sendimentasi ...
Gambar 2.2. Pemisahan dengan gaya gravitasi ... Gambar 2.4. Separator...
Gambar 2.5. Stator motor induksi tiga phasa ... Gambar 2.6. Rotor sangkar ... Gambar 2.7. Konstruksi motor induksi rotor sangkar ukuran kecil ...
Gambar 2.8. Pasak... Gambar 2.9. Macam-Macam Pasak ...
Gambar 2.10 Konstruksi Sabuk V ... Gambar 2.11. Bantalan ... Gambar 2.12. Analisa Gaya Pada Bantalan Pendukung Poros ...
DAFTAR TABEL
Hal
TABEL 2.1. faktor koreksi berdasarkan daya yang ditransmisikan ...
TABEL 2.2. Batang baja karbon definisi dingin ( standart JIS ) ...
TABEL 2.3. Ukuran Sabuk-V ...
TABEL 2.4. Diameter minimum puli yang diizinkan dan dianjurkan (mm) ..
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pemisahan dan sendimentasi
Gambar 2.2. Pemisahan dengan gaya gravitasi
Gambar 2.3. Pemisahan sentrifugal sederhana
Gambar 2.4. Separator
Gambar 2.5. Stator motor induksi tiga phasa
Gambar 2.6. Rotor sangkar
Gambar 2.7. Konstruksi motor induksi rotor sangkar ukuran kecil
Gambar 2.8. Pasak
Gambar 2.9. Macam-Macam Pasak
Gambar 2.10 Konstruksi Sabuk V
Gambar 2.11. Bantalan
Gambar 2.12. Analisa Gaya Pada Bantalan Pendukung Poros
Gambar 3.1.Perbedaan Tekanan Pada Separator
Gambar 3.2. Ukuran Penampang Sabuk-V
DAFTAR DIAGRAM ALIR
DAFTAR LITARATUR
1. Literatur 1 : Metcalf & Eddy, Wastewater Engineering Treatment Disposal
Reuse, 3rd
2. Literatur 2 : Sularso, Elemen Mesin 2, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1994. edition, New York, MacGraw-Hill,Inc,.1991.
DAFTAR NOTASI
1. F : Gaya yang terjadi pada benda (N)
2. m : Massa ( Kg)
3. a : Percepatan (m.s-3
4.
)
ω
: Kecepatan sudut (rad/det)5. vt : Kecepatan tangensial (rad/det)
6. ρ : Kerapatan dari fluida (kg/m3
7. P : Tekanan (kg/m
)
2
8.
)
9. Q : Kapasitas aliran (m
P : Daya (Kw)
3
10.
/s)
11.n : Putaran (rpm)
f : frekuensi (Hz)
12.Mp
13.τ
: Momen puntir (kg⋅mm)
g : Tegangan geser izin (kg/mm2
14.σ
)
b : Kekuatan tarik bahan (kg/mm
2
15.C : Konstanta ( kg.mm/(mm
)
2
16.Z : Jumlah Kutub
.s)
17. V : Kecepatan (m/s)
18. D : Diameter (mm)
19.ns
20.n
: Putaran Stator (rpm)
r
21.
: Putaran Rotor (rpm)
µ : Kekentalan (N.s/m2
22.Sf : Faktor Keamanan
23.Kt
24.d
: Faktor koreksi tumbukan
s
25.C : Jarak Sumbu Poros (mm)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Karya Akhir merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
dilaksanakan oleh setiap mahasiswa/i Program Studi Diploma-IV sebelum
menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Dimana Karya Akhir yang
dimaksud pada kesempatan ini adalah mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama mengikuti perkuliahan, dan merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi.
1.2 Batasan Masalah
Sesuai dengan judul Karya Akhir yang telah diberikan yaitu studi tentang
kerja Mesin Separator di PT. Pamina Adolina Unit Belawan, maka yang menjadi
pembahasan utama dalam Karya Akhir adalah tentang Mesin Separator pada
stasiun Fraksionasi yang meliputi antara lain :
1. Kerja mesin Separator pada umumnya.
2. Bagian-bagian Mesin Separator dan fungsinya.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya Karya Akhir ini adalah :
1. Menyelesaikan masa perkuliahan Program Studi Diploma IV Jurusan
Teknologi Mekanik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatra
Utara.
2. Mengetahui kerja dari Mesin Separator pada stasiun fraksionasi pada
PT. Pamina Adolina Unit Belawan pengolahan CPO.
3. Mengetahui proses pengolahan dan produksi Minyak Nabati di PT.
Pamina Adolina Unit Belawan.
4. Mengetahui bagian-bagian yang terdapat pada Mesin Separator di
stasiun fraksionasi yang akan diolah menjadi Minyak Nabati.
5. Mengetahui tentang cara perawatan dan perbaikan (maintenance) dari
Mesin Separator pada stasiun fraksionasi.
6. Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan untuk
digunakan dalam proses perancangan mesin separator sebagai
prototipe Karya Akhir nantinya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa/i
1. Sebagai media untuk mengenal atau memperoleh kesempatan untuk
melatih diri dalam melaksanakan berbagai jenis perkerjaan yang ada
dilapangan.
2. Sebagai bahan untuk mengenal berbagai aspek ilmu perusahaan baik
3. Memperoleh kesempatan untuk melatih keterampilan dalam
melakukan perkerjaan atau kegiatan lapangan.
1.4.2 Bagi Program Studi
1. Sebagai sarana untuk memperkenalkan Program Studi Diploma-IV
Jurusan Teknologi Mekanik Industri Fakultas Teknik Universitas
Sumatra Utara, pada lingkungan masyarakat dan perusahaan.
2. Sebagai sarana untuk memperoleh kerja sama antara pihak fakultas
dengan perusahaan.
3. Sebagai masukan dari penerapan disiplin ilmu dari kurikulum
tersebut, apakah masih ada relevansinya dengan keadaan dilapangan.
1.4.3 Bagi Perusahaan/Instansi
1. Sebagai bahan bandingan atau usulan bagi perusahaan di dalam
usaha menyelesaikan permasalahan diperusahaan.
2. Sebagai bahan untuk mengetahui eksistensi perusahaan dari sudut
pandang masyarakat khususnya mahasiswa/i yang melakukan Karya
Akhir.
3. Sebagai mitra perusahaan berupa teori ilmu pengetahuan yang
berguna untuk memperbaiki sistem kerja yang lebih baik.
4. Sebagai sumbangan perusahaan didalam peranannya untuk
1.5 Metodologi Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan Karya Akhir dilakukan kegiatan-kegiatan yang
meliputi :
1. Persiapan dan orientasi
Mempersiapkan hal-hal yang perlu untuk kegiatan penelitian,
pengenalan perusahaan, membuat permohonan Karya Akhir,
membuat proposal dan konsultasi pada dosen pembimbing.
2. Studi Kepustakaan
Studi litaratur yaitu mempelajari buku-buku karangan ilmiah yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
3. Peninjauan Lapangan
yaitu melihat langsung keadaan perusahaan, wawancara dengan
pimpinan atau staff perusahaan sehingga dapat diperoleh
gambaran perusahaan, organisasi dan menejemen dan proses
produksi.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akan digunakan penyusunan laporan
Karya Akhir dengan cara :
a. Pengamatan langsung terhadap objek
b. Data yang menyangkut tentang perusahaan seperti sejarah
berdirinya, lokasi perusahaan, struktur organisasi, sumber
bahan buku peralatan produksi serta proses produksi.
d. Melakukan wawancara dengan pihak mekanik dan ikut serta
dalam pengerjaan peralatan produksi yang rusak.
5. Analisa dan Evaluasi Data
Yakni data yang diperoleh dianalisa dan dievaluasi bersama-sama
dosen pembimbing.
6. Membuat Draft Laporan
Yaitu membuat penuliasan Draft Karya Akhir sehubungan dengan
data yang diperoleh dari perusahaan.
7. Asistensi
Melaporkan hasil penulisan Karya Akhir kepada dosen
Bagan alir persiapan penulisan Karya Akhir
Gambar 1.1 Diagram Alir Pengerjaan Laporan Karya Akhir Persiapan dan orientasi
Studi Kepustakaan
Peninjauan Lapangan
Analisa dan Evaluasi Data
Membuat Draft Laporan
Asistensi
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Separator (Pemisahan)
Separator merupakan elemen utama dalam pembahasan materi ini.
Kebanyakan operasi pemisahan padat dan cair dapat diklasifikasikan sebagai
pemisahan dua macam bahan cair yang tidak bercampur atau bahan cair dengan
bahan padat secara pengendapan, tergantung pada pengaruh gaya tarik bumi
terhadap sistem. Kadang – kadang pemisahan ini dapat sangat lambat oleh karena
berat spesifik komponen sangat tidak berbeda nyata atau oleh karena gaya yang
menahan sistem dalam ikatan. Dengan maksud untuk meningkatkan kecepatan
pemisahan gaya sentrifusi dapat dipergunakan untuk menekan perbedaan daya
terhadap sistem.
Adapun pemisahan yang mempunyai sifat di dalam sistem yaitu berupa
homogen dan heterogen dengan cara pemisahan yang meliputi :
1. Jika campuran yang akan dipisahkan bersifat homogen (berupa larutan),
pemisahan hanya dapat dilakukan dengan cara penambahan atau
penciptaan fasa lain di dalam sistem.
2. Jika campuran bersifat heterogen, pemisahan dapat dilakukan dengan
mengeksploitasi perbedaan yang sudah terdapat dalam sistem.
Pemisahan fasa-fasa campuran heterogen harus dilakukan sebelum
pemisahan bagian-bagian yang homogennya dipisahkan lebih lanjut, karena
Jenis – jenis sistem heterogen yang terdapat dalam sistem yaitu :
a. uap-cair;
b. cair-cair (tak saling larut);
c. padat-cair;
d. padat uap;
e. padat-padat.
Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang sistem heterogen pada
padat-cair .
Pemisahan heterogen dapat dilakukan dengan 4 metode utama yaitu :
a. Pengendapan dan Sedimentasi;
b. Flotasi;
c. Pemisahan sentrifugal; dan
d. Filtrasi (penyaringan) dan pengayakan.
a. Pengendapan, merupakan pemisahan (cepat) partikel-partikel dari suatu
fluida dengan gaya gravitasi yang bekerja pada partikel-partikel tersebut.
Sedimentasi, merupakan pemisahan partikel-partikel padat yang tersuspensi
di dalam suatu cairan dengan memanfaat-kan gaya gravitasi, menjadi cairan
jernih dan lumpur berkadar padatan lebih tinggi.Terlihat pada gambar 2.1 :
Keterangan gambar menunjukan bahwa:
a. Kecepatan uap dalam drum pemisah uap-cair harus lebih kecil dari
kecepatan pengendapan tetesan cairan.
b. Kecepatan pengumpanan campuran ke dalam tangki pemisah cair-cair
harus cukup kecil sehingga tetes cairan berat tenggelam dan tetes cairan
ringan terapung.
c. Pada bilik pemisah padatan-udara, (tinggi vertikal bilik)/(kecepatan
pengendapan partikel) harus lebih kecil dari waktu tinggal udara.
b.
FlotasiPemisahan berdasarkan gaya berat yang mengeksploitasi sifat permukaan
partikel-partikel. Gelembung-gelembung gas (biasanya udara) dibangkitkan di
dalam suatu cairan dan menempel pada suatu jenis partikel padat atau tetes
cairan tak-larut, hingga partikel-partikel atau tetesan-tetesan termaksud
terbawa mengapung ke permukaan cairan. Dapat diterapkan untuk
memisahkan campuran padat-padat maupun cair-cair. Penting dalam
pemrosesan mineral. Campuran padatan yang akan diolah harus digiling halus
agar partikel-partikel zat kimia yang akan di ikatkan (recovered) terbebas dari zat-zat lain.
Zat-zat kimia yang biasa dibubuhkan pada medium flotasi :
1. Modifier : utk mengendalikan pH pemisahan. Yang lazim : asam, kapur,
2. Kolektor : reagen tak suka air (water repellent) yang dibubuhkan utk
teradsorpsi secara selektif pada permukaan salah satu jenis partikel padat,
hingga partikel tsb lebih hidrofobik dan cenderung menempel pada
gelembung gas.
3. Aktivator : untuk mengaktifkan afinitas permukaan suatu mineral (yang
dikehendaki) pada kolektor.
4. Depressant : zat yang bisa teradsorpsi pada partikel padat yang
dikehendaki tertinggal, membuatnya kurang hidrofobik dan tak mau
menempel pada gelembung gas.
5. Pembuih (frother) : zat aktif permukaan yang dibubuhkan ke dalam
medium flotasi utk menstabilkan buih dan memperlancar pemisahan.
2.1.1 Pemisahan Secara Sentrifugal
Pemisahan sentrifugal dipilih jika pemisahan dengan gaya gravitasi terlalu
pelahan, karena :
1. Massa-jenis partikel dan fluida tak jauh berbeda; atau
2. Kecepatan pengendapan kecil karena partikel terlalu kecil; atau
3. Campuran yang hendak dipisahkan membentuk emulsi yang (cukup)
stabil.
Siklon (dan hidrosiklon) adalah pemisah sentrifugal paling sederhana pada
gambar 2.5.
Gambar 2.5 Pemisahan sentrifugal sederhana
Pada proses pemisahan yang dilakukan dengan gaya fisik yang berkerja
pada partikel atau bahan cair, gaya ini termasuk gaya gravitasi, gaya sentrifusi dan
gaya kinetik yang timbul dari aliran. Partikel atau aliran dipisahkan oleh karena
perbedaan reaksinya terhadap gaya-gaya tersebut, dan peralatan disusun untuk
melakukan peralatan ini. Sebagai contoh, dalam proses pengendapan atau
sendimentasi, gaya yang berkerja adalah gaya gravitasi dan partikel-partikel yang
dipisahkan oleh karena perbedaan berat jenisnya serta sifat-sifat pengendapan,
apabila partikel tersebut dijatuhkan melalui bahan cair.
Pemisahan dikelompokan dalam 4 kelompok yaitu penyaringan,
pengendapan, klasifikasi, pemisahan sentrifusi. Penyaringan adalah pemisahan
bahan padat dari bahan cair dicapai dengan mengalirkan campuran penembus
untuk melakukan bahan cair. Dalam sendimentasi , dua bahan cair yang tidak
dapat bercampur yaitu bahan cair dengan bahan padat dipisahkan dengan
membiarkan bahan ini dalam keadaan seimbang di bawah pengaruh gaya
gravitasi, bahan yang berat terlebih dahulu jatuh dari pada bahan yang ringan.
Proses ini mungkin merupakan proses lambat dan selalu dipercepat dengan
mempergunakan gaya sentrifusi untuk menigkatkan kecepatan pengendapan,
resultante proses pemisahan ini disebut pemisahan sentrifusi.
1. Proses pemisahan secara sentrifusi
Pemisahan dua bahan cair yang tidak bercampur atau bahan cair dengan
bahan padat secara pengendapan, tergantung pada pengaruh gaya tarik bumi
terhadap komponen. Kadang-kadang pemisahan ini dapat sangat lambat oleh
karena berat spesifik komponen sangat tidak berbeda nyata atau karena gaya
yang menahan komponen dalam ikatan, misalnya sebagai yang terjadi dalam
emulsi. Untuk meningkatkan kecepatan pemisahan gaya sentrifusi dapat
dipergunakan untuk menekan perbedaan daya terhadap komponen. Gaya
sentrifugal pada partikel yang dipaksa untuk berputar melalui sebuah lorong
diberikan dengan analogi pada persamaan 2-1 yaitu :
F = m . a (2-1)
Dimana : F = gaya yang terjadi pada benda ( .2
dtk m kg
m = massa benda ( Kg)
a = percepatan benda (m.s-3
dengan;
)
r
a
=
ω
2.
Dari persamaan 2-1 dapat diasumsikan bahwa gaya sentrifugal yang terjadi
pada partikel dengan lintasan lingkaran maka didapat persamaan (2-2):
( 2-2 )
Dimana : fs : gaya sentrifugal yang berkerja pada partikel untuk
mempertahankan dalam lingkaran lorong (
2
.
dtk m kg
)
r : jari-jari lintasan yang dilewati (mm)
m : massa partikel (kg)
ω
: kecepatan sudut partikel (rad/dtk)Oleh karena; , (2-3)
dan , (2-4)
dimana :vt : kecepatan tangensial partikel (rad/dtk)
T : waktu (dtk2)
Gaya sentrifugal tergantung pada jari-jari dan kecepatan putaran pada
massa partikel. Apabila jari-jari dan kecepatan putaran tetap, maka faktor yang
perlu diperhatikan adalah berat partikel, sehingga bertambah berat partikel,
bertambah besar gaya sentrifugal yang berkerja pada partikel tersebut. Akibatnya
dalam keranjang diputar pada sumbu tegaknya pada kecepatan yang tinggi, gaya
sentrifugal per satuan isi akan dua kali lebih besar pada bahan cair yang lebih
berat daripada bahan cair yang lebih ringan.
Bahan cair yang berat akan menempati lingkaran keliling bagian luar
keranjang dan bagian ini menggantikan bahan cairan yang ringan
ketengah-tengah.
2.1.2 Peralatan Pemisahan
Bentuk sentrifuse yang paling sederhana terdiri dari sebuah keranjang
berputar sekitar sumbu, seperti terlihat pada gambar 2.3. Bahan cair atau bahan
cair dan padat dimasukkan kedalam keranjang dan dibawah gaya sentrifugal,
bahan cair yang lebih berat atau partikel padat lolos ke daerah terluar keranjang
sedangkan komponen yang paling ringan bergerak ke tengah-tengah. Apabila
umpan seluruhnya bahan cair maka pipa pengumpulan yang sesuai dapat disusun
untuk membiarkan pemisahan komponen yang paling berat dan yang paling
ringan. Berbagai susunan dipergunakan untuk menyelesaikan pengumpulan ini
secara efektif dan dengan gangguan terhadap pola aliran di dalam mesin semini
mungkin. Untuk mendapat pengertian, fungsi susunan pengumpulan selalu lebih
menolong untuk memikirkan kerja sentrifusi sebagai analog dengan jatuh bebas,
dengan berbagai bendungan dan aksi aliran berlebihan sama seperti dalam tangki
pengendapan, meskipun gaya sentrifugal jauh lebih besar dari pada gaya gravitasi.
Menentukan jari-jari daerah netral sehingga pipa pemasukan dapat di
design sedemikian rupa. Dari gambar 2.3. separator yang menggambarkan
masuk sentrifus dekat sumbu, bahan cair yang lebih berat keluar melalui lubang
atas r1 dan bahan cair lebih ringan keluar melalui lubang atas r2, r1 yaitu pipa
lubang pengeluaran bahan cair yang ringan dan r2 yaitu pipa lubang
[image:30.595.223.413.197.454.2]pengeluaran bahan cair yang lebih ringan.yang terlihat pada gambar 2.3 :
Gambar 2.3.Separator
Jadi, untuk mencari tekanan pada setiap komponen pada jari-jari r2,dan
diberikan persamaan 2-5:
g dr dP
2 . .ω2
ρ
= (2-5)
menjadi:
g r r P
P rn
2
) (
.
. 2 2 2
1 2
− =
− ρ ω (2-6)
maka;
g r r P
P rn
2
) ( 2 2
2 1
2
− −
jadi;
) (
) ( 12 22
B A
B A
n
r r
r
ρ
ρ ρ
ρ − −
= (2-8)
Dimana : rn : jari-jari netral (mm)
ρA : Kerapatan minyak (kg/m 3
)
B
ρ : Kerapatan lumpur dan air (kg/m3
r1 : jari-jari pipa keluar padatan dan air (mm) )
r2 : jari-jari pipa keluar minyak (mm)
Dengan kerapatan minyak nabati dan padatan, dapat digunakan persamaan
kerapatan fluida per satuan volume yaitu pada persamaan 2-9:
(2-9)
dimana : ρ : Kerapatan fluida (kg/m3
m : massa fluida (kg)
)
V : Volume (m3)
Gaya sentripetal memiliki besar sebanding dengan kuadrat 2.1.3 Gaya sentripetal yang berkerja pada partikel
tangensial benda dan berbanding terbalik dengan jari-jari lintasan dapat dilihat
[image:31.595.221.370.587.718.2]pada gambar 2.4:
apabila dianalogikan dengan hukum kedua Newton pada persamaan 2-10:
(2-10)
dengan arah menuju pusat lintasan berbentuk
bahwa terdapat suatu percepatan sentripetal,pada persamaan 2-11:
(2-11)
Maka gaya sentripetal memiliki besar sebanding dengan kuadrat
tangensial benda dan berbanding terbalik dengan jari-jari lintasan seperti pada
persamaan 2.12 :
( 2-12)
2.1.4 Kecepatan pemisahan
Sesuai dengan hukum stokes, kecepatan dalam keadaan steady partikel
yang bergerak di dlam aliran “streamline” dibawah pengaruh kerja suatu gaya
percepatan adalah pada persamaan 2-13 :
µ ρ
ρ )/18 (
2
f p m D a
V = − (2-13)
Pada persamaan ini percepatan a telah menggantikan percepatan gravitasi
g. apabila aliran “streamline” terjadi di dalam sentrifusi, persamaan 2-14 dapat
ditulis :
2
) 60 2
( n
r
a= π (2-14)
µ ρ ρ µ ρ ρ π 1640 / ) ( 18 / ) ( ) 60 / 2 ( 2 2 2 2 f P f p m n D n r D V − = − = (2-15)
Dimana : Vm = kecepatan minyak menembus air
2.1.5 Daya Pemisahan
Dalam perencanaan separator dapat dibutuhkan daya pemisahan untuk
mendapatkan poros yang akan digunakan nantinya. adapun daya yang dibutuhkan
dalam pemisahan adalah seperti persamaan 2-16 :
h
Q
P
=
ρ
.
.
(2-16)Dimana: P : Daya yang dibutuhkan (Kw)
Q : Kapasitas aliran (m3/s)
h : Head loses sepanjang separator ( m )
ρ : Kerapatan minyak nabati (kg/m3)
2.2 Motor Induksi
Motor yang digunakan sebagai elemen pendukung adalah motor induksi.
Motor induksi banyak digunakan dalam industri baik skala besar maupun skala
kecil karena motor induksi mempunyai konstruksi yang sangat baik, harga yang
murah dan mudah dalam pengaturan kecepatannya, stabil ketika berbeban dan
mempunyai efisiensi yang tinggi. Motor induksi atau asinkron pada umumnya
hanya memiliki satu suplai tenaga yang mengeksitasi belitan stator. Belitan
rotornya tidak terhubung langsung dengan sumber tenaga listrik, melaikan belitan
ya dieksitasi oeleh induksi dari perubahan medan magnetik yang disebabkan oleh
2.2.1 Konstruksi Motor Induksi
Motor induksi terdiri atas dua bagian utama yaitu stator dan rotor.
Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang berbentuk sislinder dan simetris.
Diantara rotor dan stator terdapat celah udara yang sempit.
a. Stator
Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang diam
yang membawa arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi yang
menjadi alur kumparan ( Gambar 2.4 ). Tiap kumparan tersebar dalam
beberapa alur yang disebut belitan phasa dimana untuk tiga motor phasa
belitan terpisah secara listrik sebesar 120 0. bila stator tersebut dicatu
oleh tegangan tiga phasa yang setimbang, maka pada stator tersebut
akan muncul suatu medan magnet pada celah yang berputar pada
kecepatan serempak yang besarnya ditentukan oleh jumlah kutub (p)
dan frekuensi stator (f) yang dirumuskan dalam persamaan ( 2-17) :
p f ns
120
= ( 2-17)
Dimana : ns = putaran sinkron medan stator (rpm)
f = frekuensi (Hz)
Z = jumlah kutub
Berikut adalah contoh bagian stator dan belitan dalamnya untuk motor
Gambar 2.5 Stator motor induksi tiga phasa
b. Rotor
Ada dua jenis belitan rotor yaitu : rotor sangkar bajing ( squirrel cage
rotor) atau biasanya disebut rotor sangkar dan rotor belitan ( wound rotor). Rotor jenis rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.6:
Gambar 2.6 Rotor sangkar, (a) Tipikal rotor sangkar
Batangan rotor biasanya terbuat dari tembaga, almunium, magnesium atau
logam campuran yang diletakkan pada alur atau slot. jenis rotor standart tidak
terisolasi, karena batangan membawa arus yang besar pada tegangan rendah.
[image:35.595.200.434.431.546.2]Gambar 2.7. Konstruksi motor induksi Rotor sangkar ukuran kecil
2.2.2 Prinsip kerja motor Induksi
Motor induksi adalah peralatan pengubah energi elektromekanis, dimana
terjadi perubahan energi dari bentuk energi listrik ke energi mekanis. Pengubah
energi ini bergantung pada keberadaan fenomena alami magnetik dan medan
listrik yang saling berkaitan pada satu sisi dan gaya mekanis. Adapun prinsip
kerja motor induksi tiga phasa mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Apabila kumparan stator dihubungkan pada sumber tegangan tiga phasa,
maka akan timbul medan putar dengan kecepatan ns yang besarnya
ditunjukkan dalam persamaan 2-17 yaitu:
p f ns
120
= (2-17)
2. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar E2
3. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup maka ggl tersebut
akan menghasilkan I.
4. Adanya arus I didalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada
5. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul
kopel beban, rotor akan berputar searah medan putar stator.
6. Perputaran rotor akan semangkin meningkat hingga mendekati kecepatan
sinkron. Perbedaan kecepatan medan putar stator (ns) dan kecepatan rotor
(nr) disebut slip (s) dan dinyatakan dengan :
% 100
x n
n n s
s r s −
= ( 2-18 )
7. Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan terinduksi pada
kumparan rotor akan bervariasi tergantungnya slip. Tegangan induksi ini
dinyatakan dengan E2s yang besarnya :
E2s = 4,44 .s .f. N2.φm (2-19)
8. Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir
pada kumparan rotor, dengan demikian tidak akan dihasilkan kopel. Kopel
ditimbulkan jika nr < ns. selain itu kita dapat juga menghitung daya yang
digunakan yaitu sebesar :
ϕ
cos . . . .
3 in in
in V I
p = (2-20)
2.3 Poros
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap mesin yang
berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran.Poros adalah suatu bagian stasioner
yang berputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen
2.3.1 Macam-Macam Poros
Menurut pembebanannya poros diklasifikasikan menjadi:
a) Poros Transmisi
b) Poros Spindel
c) Poros Gandar
Dalam perencanaan kopling ini dipilih jenis ‘poros transmisi’. Poros ini
mendapat beban puntir murni atau gabungan beban puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley, dll.
Dalam perencanaan poros transmisi ini, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Kekuatan Poros
Suatu proses transmisi harus dapat menahan beban seperti: puntiran, lenturan,
tarikan dan takanan. Oleh karena itu, poros harus dibuat dari bahan pilihan
yang kuat dan tahan terhadap beban-beban tersebut.
b. Kekakuan Poros
Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan
atau defleksi puntirnya terlalu besar, akan mengakibatkan terjadinya getaran
dan suara. Oleh karena itu,disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus
dipertimbangkan sesuai dengan jenis mesin yang dilayani.
c. Putaran Kritis
Suatu mesin bila putarannya dinaikkan,maka pada harga putaran tertentu akan
terjadi getaran yang sangat besar dan disebut putaran kritis. Putaran ini harus
d. Bahan Poros
Poros transmisi biasa dibuat dari bahan yang ditarik dingin dan difinishing
seperti baja karbon yang dioksidasikan dengan ferra silikon dan di cor.
Pengerjaan dingin membuat poros menjadi keras dan kekuatannya menjadi
besar.
2.3.2 Penentuan Daya Perencanaan
Poros yang akan dirancang adalah poros transmisi yang digunakan untuk
memindahkan daya dan putaran sebesar:
P = 76,87 kW
n = 7000 rpm
Penentuan daya rencana diperoleh dari persamaan 2-21 :
Pd = fc. N (2-21)
di mana: Pd = daya rencana (kW)
fc = faktor koreksi
Pn = daya nominal keluaran motor penggerak (kW).
Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan
[image:39.595.112.511.595.710.2]sesuai dengan Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang akan ditransmisikan
Daya yang Akan Ditransmisikan fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2
Daya normal 1,0 - 1,5
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa
momen puntir. Oleh sebab itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama dari poros
akan dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan
kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan.
Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung dari:
(2-22)
di mana: Mp = momen puntir (kg⋅mm)
Pd = daya rencana (kW)
n = putaran (rpm).
2.3.3 Pemilihan Bahan
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja karbon yang di-finish
dingin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari Ingot yang di-Kill (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon terjamin). Jenis-jenis
[image:40.595.114.540.535.731.2]baja S-C beserta sifat-sifatnya dapar dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS) Lambang Perlakuan
Panas
Diameter (mm)
Kekuatan Tarik (kg/mm2)
Kekerasan
HRC (HRB) HB
S35C-D
Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80
58 – 79 53 – 69
(84) - 23 (73) - 17
- 144 - 216 Tanpa
dilunakkan
20 atau kurang 21 – 80
63 – 82 58 – 72
(87) - 25 (84) - 19
- 160 - 225
S45C-D
Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80
65 – 86 60 – 76
(89) - 27 (85) - 22
- 166 - 238 Tanpa
dilunakkan
20 atau kurang 21 – 80
71 - 91 66 – 81
12 - 30 (90) - 24
- 183 - 253
S55C-D
Dilunakkan 20 atau kurang 21 – 80
72 - 93 67 – 83
14 - 31 10 - 26
- 188 - 260 Tanpa
dilunakkan
20 atau kurang 21 – 80
80 - 101 75 – 91
19 - 34 16 - 30
- 213 - 285 sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, “Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin”
n P 10 9,74
Tegangan geser ijin dari bahan ini diperoleh dari rumus :
(2-23)
dimana: τg = tegangan geser izin (kg/mm2)
σb = kekuatan tarik bahan (kg/mm 2
)
Sf1 = faktor keamanan yang bergantung pada jenis bahan, di mana
untuk bahan S-C besarnya adalah 6,0.
Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros, di mana
harganya berkisar antara 1,3 – 3,0.
2.3.4 Perencanaan Diameter Poros
Diameter poros dapat diperoleh dari persamaan 2-24 :
(2-24)
di mana: dp = diameter poros (mm)
τa = tegangan geser izin (kg/mm 2
)
Kt = faktor koreksi tumbukan, harganya berkisar antara 1,5 – 3,0
Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur,
dalam perencanaan ini diambil 1,0 karena diperkirakan tidak
akan terjadi beban lentur
Mp = momen puntir yang ditransmisikan (kg⋅mm). 3
1
⋅ ⋅ ⋅
= t b p
a
p 5,1 K C M
d
τ
2 1
b
Sf Sf
p ⋅
=
σ
2.3.5 Pemeriksaan Kekuatan Poros
Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya. Pengujian
dilakukan dengan memeriksa tegangan geser (akibat momen puntir) yang bekerja
pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui tegangan geser izin yang dapat
ditahan oleh bahan maka poros akan mengalami kegagalan.
Besar tegangan geser akibat momen puntir yang bekerja pada poros
diperoleh dari persamaan 2-25:
(2-25)
di mana: τp = tegangan geser akibat momen puntir (kg/mm 2
)
Mp = momen puntir yang ditransmisikan (kg⋅mm)
dp = diamater poros (mm).
2.4 Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan
bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling, dll. pada poros. Momen
diteruskan dari poros ke naf ke poros.
Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh spline dan gerigi
yang mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam dengan jumlah gigi yang
sama pada naf dan saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya, gigi pada
spline adalah besar-besar, sedang pada gerigi adalah kecil-kecil dengan jarak bagi
yang kecil pula. Kedua-duanya dapat digeser secara aksial pada waktu
meneruskan daya. Pada Gambar 2.8 :
3 p p
d M 16
⋅⋅ = π
Gambar 2.8. Pasak
2.4.1 Macam – Macam Pasak
Pasak pada umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam sebagai
berikut yaitu : Menurut letaknya pada poros dapat dibedakan atas : pasak pelana,
pasak benam, pasak rata, pasak singgung yang umumnya segi empat. Dalam arah
memanjang dapat berbentuk primatis atau berbentuk tirus. pasak benam primatis
ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping macam-macam pasak
diatas ada pula pasak tembereng dan pasak jarum (Gambar 2.9).
Pasak luncur memungkinkan pergeseran roda gigi, dan lain-lain pada
porosnya, seperti pada spline. yang paling umum dipakai adalah pasak benam
yang dapat meneruskan momen yang besar. Untuk momen dengan tumbukan,
dapat dipakai pasak singgung. Dapat dilihat pada gambar 2.9 :
[image:43.595.193.433.581.723.2]2.4.2 Hal-Hal Penting Dalam Perencanaan Pasak
Pasak benam mempunyai bentuk penampang segi empat dimana terdapat
bentuk prismatis dan tirus yang diberi kepala untuk memudahkan pencabutannya.
Pada pasak yang rata, sisi sampingnya harus presisi dengan alur pasakagar pasak
tidak goyah. untuk pasak umumnya dipilih bahan yang mempunyai kekuatan tarik
lebih dari 60 ( kg/mm2), lebih kuat daripada porosnya.
Jika momen rencana dari poros adalah T ( kg.mm), dan diameter poros adalah ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah:
) 2 / (ds
T
F= (2-26)
Gaya geser yang berkerja pada penampang mendatar b x l (mm2 oleh gaya
F (kg), dengan demikian tegangan geser yang ditimbulkan adalah:
l b
F
k . =
τ (2-27)
ka τ
Dengan tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2), panjang pasak l1
(mm) yaitu sebesar :
l b
F
ka . ≥
τ (2-28)
2.5 Sabuk-V Dan Puli
Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan
transmisi langsung dengan roda gigi. dalam hal demikian, cara transmisi atau daya
yang lain dapat diterapkan , dimana sebuah sabuk luwes atau rantai dibelitkan
Transmisi dengan elemen mesin yang luwes dapat digolongkan atas
transmisi sabuk, transmisi rantai, dan trasmisi kabel atau tali. Transmisi sabuk
dapat dibagi atas tiga kelompok. Dalam kelompok pertama, sabuk rata dipasang
pada pully silinder dan meneruskan momen antara dua poros yang jaraknya dapat
sampai 10 (m) dengan perbandingan putaran antara 1/1 sampai 6/1. Dlam
kelompok kedua, sabuk dengan penampang trapesium dipasang pada puli dengan
alur dan meneruskan momen antara 2 poros yang jaraknya sampai 5 (m) dengan
perbandingan putaran antara 1/1 sampai 7/1. Kelompok terakhir terdiri atas sabuk
dengan gigi yang digerakkan dengan sproket pada jarak pusat sampai mencapai 2
(m), dan meneruskan putaran secara tepat dengan perbandingan antara 1/1 sampai
6/1.
Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah
penanganannya dan harganya pun murah. kecepatan sabuk direncanakan untuk 10
sampai 20 (m/s) pada umumnya, dan maksimum 25 (m/s). daya maksimum yan
dapat ditransmisikan kurang lebih sampai 500 (kw).
2.5.1 Konstruksi Sabuk-V
Sabuk V terbuat dari karet yang mempunyai penampang trapesium.
tenunan tetoran atau semacamnya dipergunakan sebagai sabuk untuk membawa
tarikan yang besar. Sabuk V dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V
pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan
sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan
bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan daya yang besar
sabuk V dibandingkan dengan sabuk rata. dapat dilihat konstruksi sabuk V pada
gambar 2.10. :
[image:46.595.225.421.137.255.2]
Gambar 2.10. Konstruksi Sabuk-V
2.5.2 Perencanaan Sabuk-V dan puli
Pada pemilihan penampang sabuk-V ini dengan menggunakan penampang
standar tipe B yang terlihat pada tabel 2.3 terlampir :
Dalam hal perencanaan sabuk-V dan pully dapat ditentukan daya dan
putaran (rpm) yang diperlukan terutama menentukan penampang sabuk yang
terlihat pada tabel 2.4 :
Tabel 2.4 Ukuran puli-V Penampang
Sabuk-V
Diameter Nominal (diameter lingkaran jarak bagi dp)
(*)
α W* L0 K K0 e f
A 71-100
101-125 126 atau lebih
34 36 38 11,95 12,12 12,30
9,2 4,5 8,0 15,0 10,0
B 125-160
161-200 201 atau lebih
34 36 38 15,86 16,07 16,29
12,5 5,5 9,5 19,0 12,5
C 200-250
251-315 316 atau lebih
34 36 38 21,18 21,45 21,72
16,9 7,0 12,0 25,5 17,0
D 355-450
451 atau lebih
36 38
30,77 31,14
24,6 9,5 15,5 37,0 24,0
E 500-630
631 atau lebih
36 38
36,95 37,45
28,7 12,7 19,3 44,5 29,0
Sumber Tabel: Dasar Perencanaan dan Pemilihan, Sularso, hal 166
Diameter puli yang terlalu kecil akan memperpendek umur sabuk. Dalam
Tabel 2.5 diberikan diameter minimum yang dianjurkan dan yang diizinkan
Tabel 2.5 Diameter minimum puli yang diizinkan dan dianjurkan (mm)
Penampang A B C D E
Diameter min. yang diizinkan 65 115 175 300 450
Diameter min. yang dianjurkan 95 145 225 350 550
Dimana putaran puli pengger ak dan yang digerakkan berturut-turut adalah
n1 (rpm) dan n2 (rpm), dan diameter nimnal masing- masing adalah dp(mm) dan
Dp (mm), serta perbandingan putaran u dinyatakan dengan n2/n1 atau dp/ Dp karena
sabuk –V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan yang
umum dipakai ialah perbandingan reduksi I (i>1), di mana
i u dp Dp i n
ni 1
; 1
2 = = = = (2-29)
Kecepatan linier sabuk –v ( m/s) adalah
v
1000 60
1
x dpn
= (2-30)
jarak sumbu poros dapat dihitung dengan persamaan 2-31 :
2 k
k D
d
C = + (2-31)
Maka diameter lingkaran jarak bagi puli dp, Dp (mm) diameter luar puli dk, Dk
(mm) dan diameter naaf dB, DB dapat dilihat pada persamaan 2-32:
Dp = dp x i (2-32)
maka;
dk = dp + 2 x K (2-33)
jika dB dan DB berturut-turut adalah diameter bos atau naaf puli kecil dan puli
besar ds1 dan ds2 berturut-turut adalah diameter poros penggerak dan yang
digerakkan.
dB ≥ 5/3 ds1 + 10 (mm)
DB≥ 5/3 ds2 + 10 (mm)
Besarnya daya yang dapat ditransmisikan oleh satu sabuk P0 (kw)
diberikan oleh persamaan 2-35 biasanya dipakai untuk sabuk-V standar.
P0 = (dp n){( C1 (dpn)-0,09-(C2/dp)- C3(dpn)2} – C2n x {1 – (1/C5)} (2-35)
dimana C1 sampai C5 adalah konstanta-konstanta.
untuk menyerderhanakan perhitungan, setiap produsen sabuk mempunyai
katalog yang berisi daftar untuk memilih sabuk. tabel.2.6. yang terlampir
menunjukkan daftar kapasitas dari daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk bila
dipakai puli dengan diameter minimum yang dianjurkan.
2.6 Penentuan Bantalan
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang digunakan untuk
menghubungkan dua elemen mesin lainnya yang saling bergerak satu terhadap
yang lain. Pada konstruksi kopling Mitsubishi Kuda digunakan dua jenis bantalan,
yaitu:
1. Bantalan pendukung poros, berupa bantalan bola radial untuk menahan
2. Bantalan pembebas (release bearing), berupa bantalan bola aksial untuk
menekan pegas matahari saat pedal kopling ditekan.
Perancangan kedua bantalan tersebut akan diuraikan dalam bagian berikut.
2.6.1 Bantalan Pendukung Poros
Bantalan yang digunakan untuk mendukung poros adalah bantalan bola radial
beralur dalam baris tunggal (single row deep groove radial ball bearing), sebanyak dua buah, masing-masing pada kedua ujung poros. Sketsa bantalan
pendukung poros ini beserta komponen-komponen lain yang terhubung
[image:49.595.170.453.364.511.2]dengannya ditunjukkan pada gambar 2.11 :
Gambar 2.11 Bantalan
2.6.2 Penentuan Bahan Bantalan
Diagram benda bebas untuk gaya-gaya yang bekerja pada poros dan kedua
Gambar. 2.11 Analisa Gaya Pada Bantalan Pendukung Poros
Bahan poros dan bahan bantalan mempunyai harga tekanan yang diizinkan
[image:50.595.109.516.407.564.2]Seperti yang terlihat pada Tabel 2.8 :
Tabel 2.8 Tekanan yang diizinkan untuk bantalan aksial.
Poros Bantalan Tekanan yang diizinkan
Pa (kg/mm2)
Baja keras
Baja keras
Baja lunak
Baja lunak
Perunggu
Besi cor mutu tinggi
Perunggu
Besi cor
0,5-0,75
0,5-0,75
0,3-0,4
0,2-0,25
Sumber: Perencanaan dan pemilihan elemen mesin , sularso hal 125.
harga-harga pa diberikan dalam Tabel 2.8. Untuk macam pelumasan biasa,
harga-harga (pv)a adalah 0,17 ( kgm/mm2.s). Untuk pelumasan dengan pompa
minyak 0,4-0,8 kg.m/mm2.s), untuk pelumasan dengan alat pendingin 0,8
(kg.m/mm2.s) atau kurang.
C N W d
d1 − 2 = . (2-38)
dimana : d1 = Diameter poros (mm)
d2 = Diameter luar bantalan (mm)
W = Berat bowl disc (kg)
N = Putaran poros (rpm)
C = Konstanta ( kg.mm/(mm2.s)
dapat dilihat pada persamaan 2-39 :
a pv x
C =30000 ( ) (2-39)
a pv)
( = Tekanan yang diizinkan 0,17 [kg.m/mm2.s)]
jadi tekanan yang terjadi pada bantalan aksial pada persamaan 2-40 :
) (
). 4 / (
1000
2 2 2 1 d d P
− =
π (2-40)
faktor keamanan bantalan aksial dapat dibandingkan dengan tekanan izin
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Separator (Pemisahan)
Separator merupakan elemen utama dalam pembahasan materi ini.
Kebanyakan operasi pemisahan padat dan cair dapat diklasifikasikan sebagai
pemisahan dua macam bahan cair yang tidak bercampur atau bahan cair dengan
bahan padat secara pengendapan, tergantung pada pengaruh gaya tarik bumi
terhadap sistem. Kadang – kadang pemisahan ini dapat sangat lambat oleh karena
berat spesifik komponen sangat tidak berbeda nyata atau oleh karena gaya yang
menahan sistem dalam ikatan. Dengan maksud untuk meningkatkan kecepatan
pemisahan gaya sentrifusi dapat dipergunakan untuk menekan perbedaan daya
terhadap sistem.
Adapun pemisahan yang mempunyai sifat di dalam sistem yaitu berupa
homogen dan heterogen dengan cara pemisahan yang meliputi :
1. Jika campuran yang akan dipisahkan bersifat homogen (berupa larutan),
pemisahan hanya dapat dilakukan dengan cara penambahan atau
penciptaan fasa lain di dalam sistem.
2. Jika campuran bersifat heterogen, pemisahan dapat dilakukan dengan
mengeksploitasi perbedaan yang sudah terdapat dalam sistem.
Pemisahan fasa-fasa campuran heterogen harus dilakukan sebelum
pemisahan bagian-bagian yang homogennya dipisahkan lebih lanjut, karena
Jenis – jenis sistem heterogen yang terdapat dalam sistem yaitu :
a. uap-cair;
b. cair-cair (tak saling larut);
c. padat-cair;
d. padat uap;
e. padat-padat.
Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang sistem heterogen pada
padat-cair .
Pemisahan heterogen dapat dilakukan dengan 4 metode utama yaitu :
a. Pengendapan dan Sedimentasi;
b. Flotasi;
c. Pemisahan sentrifugal; dan
d. Filtrasi (penyaringan) dan pengayakan.
a. Pengendapan, merupakan pemisahan (cepat) partikel-partikel dari suatu
fluida dengan gaya gravitasi yang bekerja pada partikel-partikel tersebut.
Sedimentasi, merupakan pemisahan partikel-partikel padat yang tersuspensi
di dalam suatu cairan dengan memanfaat-kan gaya gravitasi, menjadi cairan
[image:53.595.141.481.585.745.2]jernih dan lumpur berkadar padatan lebih tinggi.Terlihat pada gambar 2.1
Keterangan gambar menunjukan bahwa:
a. Kecepatan uap dalam drum pemisah uap-cair harus lebih kecil dari
kecepatan pengendapan tetesan cairan.
b. Kecepatan pengumpanan campuran ke dalam tangki pemisah cair-cair
harus cukup kecil sehingga tetes cairan berat tenggelam dan tetes cairan
ringan terapung.
c. Pada bilik pemisah padatan-udara, (tinggi vertikal bilik)/(kecepatan
pengendapan partikel) harus < waktu tinggal udara.
b.
FlotasiPemisahan berdasarkan gaya berat yang mengeksploitasi sifat permukaan
partikel-partikel. Gelembung-gelembung gas (biasanya udara) dibangkitkan di
dalam suatu cairan dan menempel pada suatu jenis partikel padat atau tetes
cairan tak-larut, hingga partikel-partikel atau tetesan-tetesan termaksud
terbawa mengapung ke permukaan cairan. Dapat diterapkan untuk
memisahkan campuran padat-padat maupun cair-cair. Penting dalam
pemrosesan mineral. Campuran padatan yang akan diolah harus digiling halus
agar partikel-partikel zat kimia yang akan di ikatkan (recovered) terbebas dari zat-zat lain.
Zat-zat kimia yang biasa dibubuhkan pada medium flotasi :
1. Modifier : utk mengendalikan pH pemisahan. Yang lazim : asam, kapur,
soda api.
hingga partikel tsb lebih hidrofobik dan cenderung menempel pada
gelembung gas.
3. Aktivator : utk mengaktifkan afinitas permukaan suatu mineral (yang
dikehendaki) pada kolektor.
4. Depressant : zat yang bisa teradsorpsi pada partikel padat yang
dikehendaki tertinggal, membuatnya kurang hidrofobik dan tak mau
menempel pada gelembung gas.
5. Pembuih (frother) : zat aktif permukaan yang dibubuhkan ke dalam
medium flotasi utk menstabilkan buih dan memperlancar pemisahan.
2.1.1 Pemisahan Secara Sentrifugal
Pemisahan sentrifugal dipilih jika pemisahan dengan gaya gravitasi terlalu
pelahan, karena :
1. Massa-jenis partikel dan fluida tak jauh berbeda; atau
2. Kecepatan pengendapan kecil karena partikel terlalu kecil; atau
3. Campuran yang hendak dipisahkan membentuk emulsi yang (cukup)
[image:55.595.216.345.539.712.2]stabil.
Siklon (dan hidrosiklon) adalah pemisah sentrifugal paling sederhana pada
gambar 2.5.
Gambar 2.5 Pemisahan sentrifugal sederhana
Pada proses pemisahan yang dilakukan dengan gaya fisik yang berkerja
pada partikel atau bahan cair, gaya ini termasuk gaya gravitasi, gaya sentrifusi dan
gaya kinetik yang timbul dari aliran. Partikel atau aliran dipisahkan oleh karena
perbedaan reaksinya terhadap gaya-gaya tersebut, dan peralatan disusun untuk
melakukan peralatan ini. Sebagai contoh, dalam proses pengendapan atau
sendimentasi, gaya yang berkerja adalah gaya gravitasi dan partikel-partikel yang
dipisahkan oleh karena perbedaan berat jenisnya serta sifat-sifat pengendapan,
apabila partikel tersebut dijatuhkan melalui bahan cair.
Pemisahan dikelompokan dalam 4 kelompok yaitu penyaringan,
pengendapan, klasifikasi, pemisahan sentrifusi. Penyaringan adalah pemisahan
bahan padat dari bahan cair dicapai dengan mengalirkan campuran penembus
untuk melakukan bahan cair. Dalam sendimentasi , dua bahan cair yang tidak
dapat bercampur yaitu bahan cair dengan bahan padat dipisahkan dengan
membiarkan bahan ini dalam keadaan seimbang di bawah pengaruh gaya
gravitasi, bahan yang berat terlebih dahulu jatuh dari pada bahan yang ringan.
Proses ini mungkin merupakan proses lambat dan selalu dipercepat dengan
mempergunakan gaya sentrifusi untuk menigkatkan kecepatan pengendapan,
resultante proses pemisahan ini disebut pemisahan sentrifusi.
1. Proses pemisahan secara sentrifusi
Pemisahan dua bahan cair yang tidak bercampur atau bahan cair dengan
bahan padat secara pengendapan, tergantung pada pengaruh gaya tarik bumi
terhadap komponen. Kadang-kadang pemisahan ini dapat sangat lambat oleh
karena berat spesifik komponen sangat tidak berbeda nyata atau karena gaya
yang menahan komponen dalam ikatan, misalnya sebagai yang terjadi dalam
emulsi. Untuk meningkatkan kecepatan pemisahan gaya sentrifusi dapat
dipergunakan untuk menekan perbedaan daya terhadap komponen. Gaya
sentrifugal pada partikel yang dipaksa untuk berputar melalui sebuah lorong
diberikan dengan analogi pada persamaan 2-1 yaitu :
F = m . a……….(2-1)
Dimana : F = gaya yang terjadi pada benda ( .2
dt m kg
m = massa benda ( Kg)
a = percepatan benda (m.s-3
dengan;
)
r
a
=
ω
2.
Dari persamaan 2-1 dapat diasumsikan bahwa gaya sentrifugal yang terjadi
pada partikel dengan lintasan lingkaran maka didapat persamaan (2-2):
……….( 2-2 )
Dimana : fs : gaya sentrifugal yang berkerja pada partikel untuk
mempertahankan dalam lingkaran lorong (
2
.
dt m kg
)
r : jari-jari lintasan yang dilewati (mm)
m : massa partikel (kg)
ω
: kecepatan sudut partikel (rad/det)Oleh karena; , ...(2-3)
dan , ... (2-4)
dimana :vt : kecepatan tangensial partikel (rad/det)
T : waktu (det)
Gaya sentrifugal tergantung pada jari-jari dan kecepatan putaran pada
massa partikel. Apabila jari-jari dan kecepatan putaran tetap, maka faktor yang
perlu diperhatikan adalah berat partikel, sehingga bertambah berat partikel,
bertambah besar gaya sentrifugal yang berkerja pada partikel tersebut. Akibatnya
dalam keranjang diputar pada sumbu tegaknya pada kecepatan yang tinggi, gaya
sentrifugal per satuan isi akan dua kali lebih besar pada bahan cair yang lebih
berat daripada bahan cair yang lebih ringan.
Bahan cair yang berat akan menempati lingkaran keliling bagian luar
keranjang dan bagian ini menggantikan bahan cairan yang ringan
ketengah-tengah.
2.1.2 Peralatan Pemisahan
Bentuk sentrifuse yang paling sederhana terdiri dari sebuah keranjang
berputar sekitar sumbu, seperti terlihat pada gambar 2.3. Bahan cair atau bahan
cair dan padat dimasukkan kedalam keranjang dan dibawah gaya sentrifugal,
bahan cair yang lebih berat atau partikel padat lolos ke daerah terluar keranjang
sedangkan komponen yang paling ringan bergerak ke tengah-tengah. Apabila
umpan seluruhnya bahan cair maka pipa pengumpulan yang sesuai dapat disusun
untuk membiarkan pemisahan komponen yang paling berat dan yang paling
ringan. Berbagai susunan dipergunakan untuk menyelesaikan pengumpulan ini
secara efektif dan dengan gangguan terhadap pola aliran di dalam mesin semini
mungkin. Untuk mendapat pengertian, fungsi susunan pengumpulan selalu lebih
menolong untuk memikirkan kerja sentrifusi sebagai analog dengan jatuh bebas,
dengan berbagai bendungan dan aksi aliran berlebihan sama seperti dalam tangki
pengendapan, meskipun gaya sentrifugal jauh lebih besar dari pada gaya gravitasi.
Menentukan jari-jari daerah netral sehingga pipa pemasukan dapat di
design sedemikian rupa. Dari gambar 2.3. separator yang menggambarkan
masuk sentrifus dekat sumbu, bahan cair yang lebih berat keluar melalui lubang
atas r1 dan bahan cair lebih ringan keluar melalui lubang atas r2, r1 yaitu pipa
lubang pengeluaran bahan cair yang ringan dan r2 yaitu pipa lubang
[image:60.595.223.413.197.454.2]pengeluaran bahan cair yang lebih ringan.yang terlihat pada gambar 2.3 :
Gambar 2.3.Separator
Jadi, untuk mencari tekanan pada setiap komponen pada jari-jari r2,dan
diberikan persamaan berikut:
g dr dP . .
2
ω ρ
= ...(2-5)
menjadi:
g r r P
P
2
) (
.
. 2 22 12
1 2
− =
− ρ ω ...(2-6)
maka;
g r r g
r
rn B n A
2
) (
2
)
( 2 12 2 2 22
2 −
=
− ρ ϖ
ϖ
jadi;
) (
) ( 12 22
B A
B A
n
r r
r
ρ
ρ ρ
ρ − −
= ………. (2-8)
Dimana : rn : jari-jari netral (mm)
ρA : Kerapatan minyak (kg/m 3
)
B
ρ : Kerapatan lumpur dan air (kg/m3
r1 : jari-jari pipa keluar padatan dan air (mm) )
r2 : jari-jari pipa keluar minyak (mm)
Dengan kerapatan minyak nabati dan padatan, dapat digunakan persamaan
kerapatan fluida per satuan volume yaitu pada persamaan 2-9:
...(2-9)
dimana : ρ : Kerapatan fluida (kg/m3
m : massa fluida (kg)
)
V : Volume (m3)
Gaya sentripetal memiliki besar sebanding dengan kuadrat 2.1.3 Gaya sentripetal yang berkerja pada partikel
tangensial benda dan berbanding terbalik dengan jari-jari lintasan dapat dilihat
pada gambar
……….(2-10)
dengan arah menuju pusat lintasan berbentuk
bahwa terdapat suatu percepatan sentripetal, yaitu:
...(2-11)
Maka gaya sentripetal memiliki besar sebanding dengan kuadrat
tangensial benda dan berbanding terbalik dengan jari-jari lintasan
………( 2-12)
2.1.4 Laju pemisahan
Sesuai dengan hukum stokes, kecepatan dalam keadaan steady partikel
yang bergerak di dlam aliran “streamline” dibawah pengaruh kerja suatu gaya
percepatan adalah
µ ρ
ρ )/18 (
2
f p m D a
V = − ……….(2-13)
Pada persamaan ini percepatan a telah menggantikan percepatan gravitasi
g. apabila aliran “streamline” terjadi di dalam sentrifusi, persamaan dapat ditulis :
2 ) 60 2 ( n r
a= π ……….(2-14)
Sehingga µ ρ ρ µ ρ ρ π 1640 / ) ( 18 / ) ( ) 60 / 2 ( 2 2 2 2 f P f p m n D n r D V − = − = ………..(2-15)
2.1.5 Daya Pemisahan
Dalam perencanaan separator dapat dibutuhkan daya pemisahan untuk
mendapatkan poros yang akan digunakan nantinya. adapun daya yang dibutuhkan
dalam pemisahan adalah seperti persamaan yaitu:
h
Q
P
=
ρ
.
.
………..(2-16)Dimana: P : Daya yang dibutuhkan (Kw)
Q : Kapasitas aliran (m3/s)
h : Head loses sepanjang separator ( m )
ρ : Berat jenis minyak nabati (kg/m3)
2.2 Motor Induksi
Motor yang digunakan sebagai elemen pendukung adalah motor induksi.
Motor induksi banyak digunakan dalam industri baik skala besar maupun skala
kecil karena motor induksi mempunyai konstruksi yang sangat baik, harga yang
murah dan mudah dalam pengaturan kecepatannya, stabil ketika berbeban dan
mempunyai efisiensi yang tinggi. Motor induksi atau asinkron pada umumnya
hanya memiliki satu suplai tenaga yang mengeksitasi belitan stator. Belitan
rotornya tidak terhubung langsung dengan sumber tenaga listrik, melaikan belitan
ya dieksitasi oeleh induksi dari perubahan medan magnetik yang disebabkan oleh
arus pada belitan stator.
2.2.1 Konstruksi Motor Induksi
Motor induksi terdiri atas dua bagian utama yaitu stator dan rotor.
Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang berbentuk sislinder dan simetris.
a. Stator
Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang diam
yang membawa arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi yang
menjadi alur kumparan ( Gambar 2.4 ). Tiap kumparan tersebar dalam
beberapa alur yang disebut belitan phasa dimana untuk tiga motor phasa
belitan terpisah secara listrik sebesar 120 0. bila stator tersebut dicatu
oleh tegangan tiga phasa yang setimbang, maka pada stator tersebut
akan muncul suatu medan magnet pada celah yang berputar pada
kecepatan serempak yang besarnya ditentukan oleh jumlah kutub (p)
dan frekuensi stator (f) yang dirumuskan dalam persamaan ( 2-17)
p f
ns=120 ...( 2-17)
Dimana : ns = putaran sinkron medan stator (rpm)
f = frekuensi (Hz)
P = jumlah kutub
Berikut adalah contoh bagian stator dan belitan dalamnya untuk motor
[image:64.595.216.386.585.683.2]induksi tiga phasa.
b. Rotor
Ada dua jenis belitan rotor yaitu : rotor sangkar bajing ( squirrel cage rotor) atau biasanya disebut rotor sangkar dan rotor belitan ( wound rotor). Rotor
[image:65.595.199.395.197.293.2]jenis rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Rotor sangkar, (a) Tipikal rotor sangkar
Batangan rotor biasanya terbuat dari tembaga, almunium, magnesium atau
logam campuran yang diletakkan pada alur atau slot. jenis rotor standart tidak
terisolasi, karena batangan membawa arus yang besar pada tegangan rendah.
Motor induksi dengan rotor sangkar ditunjukakan pada gambar 2.6
[image:65.595.197.420.472.639.2]2.2.2 Prinsip kerja motor Induksi
Motor induksi adalah peralatan pengubah energi elektromekanis, dimana
terjadi perubahan energi dari bentuk energi listrik ke energi mekanis. Pengubah
energi ini bergantung pada keberadaan fenomena alami magnetik dan medan
listrik yang saling berkaitan pada satu sisi dan gaya mekanis. Adapun prinsip
kerja motor induksi tiga phasa mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Apabila kumparan stator dihubungkan pada sumber tegangan tiga phasa,
maka akan timbul medan putar dengan kecepatan ns yang besarnya
ditunjukkan dalam persamaan 2-17 yaitu:
p f ns
120
= ... (2-17)
2. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar E2
3. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup maka ggl tersebut
akan menghasilkan I.
4. Adanya arus I didalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada
rotor.
5. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul
kopel beban, rotor akan berputar searah medan putar stator.
6. Perputaran rotor akan semangkin meningkat hingga mendekati kecepatan
sinkron. Perbedaan kecepatan medan putar stator (ns) dan kecepatan rotor
(nr) disebut slip (s) dan dinyatakan dengan :
% 100
x n
n n s
s r s −
7. Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan terinduksi pada
kumparan rotor akan bervariasi tergantungnya slip. Tegangan induksi ini
dinyatakan dengan E2s yang besarnya :
E2s = 4,44 .s .f. N2.φm...(2-19)
8. Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir
pada kumparan rotor, dengan demikian tidak akan dihasilkan kopel. Kopel
ditimbulkan jika nr < ns. selain itu kita dapat juga menghitung daya yang
digunakan yaitu sebesar :
ϕ
cos . . . .
3 in in
in V I
p = ...(2-20)
2.3 Poros
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap mesin yang
berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran.
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya berpenampang bulat
dimana terpasang elemen-elemen seperti: kopling, roda gigi, pulley, roda gila,
engkol sproket, dll.
2.3.1 Macam-Macam Poros
Menurut pembebanannya poros diklasifikasikan menjadi:
a) Poros Transmisi
b) Poros Spindel
Dalam perencanaan kopling ini dipilih jenis ‘poros transmisi’. Poros ini
mendapat beban puntir murni atau gabungan beban puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley, dll.
Dalam perencanaan poros transmisi ini, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Kekuatan Poros
Suatu proses transmisi harus dapat menahan beban seperti: puntiran, lenturan,
tarikan dan takanan. Oleh karena itu, poros harus dibuat dari bahan pilihan
yang kuat dan tahan terhadap beban-beban tersebut.
b. Kekakuan Poros
Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan
atau defleksi puntirnya terlalu besar, akan mengakibatkan terjadinya getaran
dan suara. Oleh karena itu,disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus
dipertimbangkan sesuai dengan jenis mesin yang dilayani.
c. Putaran Kritis
Suatu mesin bila putarannya dinaikkan,maka pada harga putaran tertentu akan
terjadi getaran yang sangat besar dan disebut putaran kritis. Putaran ini harus
dihindari dengan membuat putaran kerja lebih rendah dari putaran kritisnya.
d. Bahan Poros
Poros transmisi biasa dibuat dari bahan yang ditarik dingin dan difinishing
seperti baja karbon yang dioksidasikan dengan ferra silikon dan di cor.
Pengerjaan dingin membuat poros menjadi keras dan kekuatannya menjadi
2.3.2 Penentuan Daya Perencanaan
Poros yang akan dirancang adalah poros transmisi yang digunakan untuk
mentransmisikan daya dan puta