• Tidak ada hasil yang ditemukan

Viabilitas Benih Koro Pedang Putih (Canavalia ensiformis (L).DC) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Viabilitas Benih Koro Pedang Putih (Canavalia ensiformis (L).DC) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

VIABILITAS BENIH KORO PEDANG PUTIH (

Canavalia ensiformis

(L.)DC.)

YANG DISIMPAN PADA BEBERAPA JENIS KEMASAN

DAN PERIODE SIMPAN

FURI FEBRIYANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Viabilitas Benih Koro Pedang Putih (Canavalia ensiformis (L.)DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Furi Febriyanti

(4)

ABSTRAK

FURI FEBRIYANTI. Viabilitas Benih Koro Pedang Putih (Canavalia ensiformis (L.)DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan. Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN.

Koro pedang putih termasuk famili Leguminoceae dan dikenal sebagai tanaman substitusi kedelai karena mempunyai kemiripan komposisi kimia benih. Kandungan protein dalam benih menyebabkan benih tanaman legum seperti kedelai memiliki masa penyimpanan yang pendek. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis kemasan dan periode penyimpanan pada kondisi ruang simpan berbeda terhadap viabilitas benih koro pedang putih (Canavalia ensiformis (L.)DC.). Penelitian ini menggunakan rancangan petak tersarang dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu jenis kemasan dan faktor kedua yaitu periode simpan. Koro dikemas dalam empat jenis kemasan (plastik polietilen, karung terigu, karung plastik dan botol kaca) dan disimpan selama enam bulan di ruang suhu kamar dan ruang ber-AC. Hasil penelitian menunjukkan kemasan plastik polietilen dan botol kaca merupakan kemasan yang paling baik untuk penyimpanan benih koro pedang putih selama enam bulan. Viabilitas benih koro pedang putih dalam kemasan tersebut lebih tinggi dibandingkan kemasan karung terigu dan karung plastik untuk kedua ruang penyimpanan. Hasil ini mengindikasikan bahwa benih koro dapat disimpan dalam ruang AC maupun kamar lebih dari enam bulan.

Kata kunci: benih, daya berkecambah, legum, penyimpanan

ABSTRACT

FURI FEBRIYANTI. Viability of Jack Bean Seed (Canavalia ensiformis

(L.)DC.) that was Storaged in Various Types of Packaging Materials and Storage Period. Supervised by MEMEN SURAHMAN.

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

VIABILITAS BENIH KORO PEDANG PUTIH (

Canavalia ensiformis

(L.)DC.)

YANG DISIMPAN PADA BEBERAPA JENIS KEMASAN

DAN PERIODE SIMPAN

FURI FEBRIYANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)
(9)

Judul Skripsi : Viabilitas Benih Koro Pedang Putih (Canavalia ensiformis (L).DC) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan Nama : Furi Febriyanti

NIM : A24090100

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah ini dengan judul “Viabilitas Benih Koro Pedang Putih (Canavalia

ensiformis (L.)DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan”. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Memen Surahman, MScAgr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan, Dr Ir Heni Purnamawati MscAgr selaku dosen pembimbing akademik, Dr. Endah Retno Palupi dan Dr. Tatiek Kartika sebagai dosen penguji, bapak Rahmat dan staf Leuwikopo yang banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian, teman-teman SOCRATES AGH 46, dan semua pihak yang telah membantu sehingga terwujudnya karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih ini juga disampaikan kepada keluarga yaitu bapak Abdul Hamid, ibu Yoyoh Hartini, Andri Saputra dan Indra Januar atas do’a yang mengiringi setiap langkah selama pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani dan Ekologi Kacang Koro Pedang Putih 2

Pengolahan dan Penyimpanan Benih 3

Jenis Kemasan Benih 3

BAHAN DAN METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Bahan dan Alat 4

Metode Penelitian 4

Analisis Data 5

Pelaksanaan Penelitian 5

Persiapan 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kondisi Umum 8

Penyimpanan Benih Koro Pedang Putih di Ruang AC 9

Interaksi antara Jenis Kemasan dan Periode Simpan di Ruang AC 9 Penyimpanan Benih Koro Pedang Putih di Ruang Suhu Kamar 12 Interaksi antara Jenis Kemasan dan Periode Simpan di Ruang Kamar 13

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kondisi awal benih koro pedang putih sebelum perlakuan 8

2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jenis kemasan dan periode simpan terhadap peubah pengamatan pada penyimpanan 2─6 bulan di ruang AC 9

3 Interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap viabilitas benih koro pedang putih di ruang AC 10

4 Interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap vigor benih koro pedang putih di ruang AC 11

5 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jenis kemasan dan periode simpan terhadap peubah pengamatan pada penyimpanan 2─6 bulan di ruang suhu kamar 12

6 Interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap viabilitas benih koro pedang putih di ruang suhu kamar 13

7 Interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap vigor benih koro pedang putih di ruang suhu kamar 14

8 Hasil uji-t kadar air dan viabilitas benih koro pedang putih di ruang simpan AC dan ruang suhu kamar saat periode simpan enam bulan 15

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Koro pedang putih (Canavalia ensiformis (L.)DC.) merupakan salah satu tanaman yang diharapkan dapat menjadi substitusi kedelai untuk bahan pangan seperti tahu dan tempe. Benih koro memiliki protein cukup tinggi sekitar 18-25 % dan karbohidrat 50-60 % (van der Mesen dan Somaatmadja 1993) sedangkan beberapa varietas kedelai dalam negeri mengandung protein 36.9─45.6 % dan kandungan lemak antara 13.0-19.6 % (Ginting dan Tastra 2007). Pengetahuan masyarakat tentang koro pedang putih belum tersebar secara merata pada beberapa wilayah di Indonesia. Tanaman koro secara botani dapat tumbuh di berbagai kondisi lahan sehingga penanaman koro ini cocok diterapkan di Indonesia (Puslitbangtan 2007).

Memasyaratkan koro pedang putih perlu dilakukan sehingga dapat membantu pemerintah mengurangi impor kedelai. Produksi koro di daerah selain Sulawesi dan NTB perlu dilakukan secara bertahap sehingga masyarakat lebih mengenal dan mampu menjadikan kacang ini sebagai salah satu bahan pangan pengganti kedelai. Produksi koro yang tinggi diharapkan mampu mengurangi jumlah impor kedelai secara bertahap.

Produksi yang tinggi dan berkelanjutan perlu didukung oleh jumlah benih bermutu yang memadai. Mutu benih mencakup mutu genetis, fisik, fisiologis, dan mutu patologis benih yang ditentukan sejak benih ditanam hingga panen. Penyimpanan benih setelah panen yang termasuk upaya memperpanjang viabilitas benih perlu dikembangkan. Dengan demikian, ketersediaan benih dengan mutu yang tinggi lebih terjamin dan konsumen dapat memperoleh benih koro pedang setiap saat dengan harga yang terjangkau.

Upaya memperpanjang viabilitas dapat dilakukan dengan menjaga kondisi lingkungan penyimpanan atau mengemas benih untuk mempertahankan viabilitas benih. Viabilitas benih secara alami akan menurun seiring lamanya penyimpanan sehingga diperlukan kondisi ruang simpan dan jenis kemasan yang sesuai untuk mengurangi kecepatan kemunduran benih. Daya simpan benih dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi kondisi benih, serangga dan hama gudang serta cendawan. Faktor abiotik meliputi suhu, kelembapan dan komposisi gas (Justice dan Bass 2002). Faktor yang paling mempengaruhi viabilitas benih yaitu kadar air benih dan suhu selama penyimpanan. Semakin tinggi kadar air benih dan suhu ruang simpan maka viabilitas benih akan menurun dengan cepat. Sifat ini berlaku untuk jenis benih ortodoks termasuk benih koro pedang putih.

(15)

2

koro pedang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi daya simpan benih koro pedang putih.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis kemasan dan periode penyimpanan pada kondisi ruang simpan berbeda terhadap viabilitas benih koro pedang putih (Canavalia ensiformis (L.)DC.).

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Ekologi Kacang Koro Pedang Putih Botani

Tanaman koro pedang secara botani dibedakan menjadi dua tipe tanaman yaitu koro pedang yang tumbuh tegak dan berbiji putih (Canavalia ensiformis (L.) DC.) dan koro pedang yang tumbuh merambat dan berbiji merah (Canavalia gladiata (Jack)DC). Koro pedang berbiji putih memiliki tipe pertumbuhan tegak/perdu, polongnya dapat menyentuh permukaan tanah sehingga disebut koro dongkrak (jack bean).

Bentuk tanaman menyerupai perdu, batangnya bercabang pendek dan lebat dengan jarak percabangan pendek dan perakaran termasuk akar tunggang. Bentuk daun trifoliat dengan panjang tangkai daun 7─10 cm, lebar daun sekitar 10 cm, dan tinggi tanaman dapat mencapai satu meter. Bunga berwarna putih keunguan dan termasuk bunga majemuk, tumbuh pada ketiak/buku cabang, dan berbunga mulai umur 2 bulan hingga umur 3 bulan. Polong dalam satu tangkai berkisar 1─3 polong, tetapi umumnya satu polong per tangkai. Panjang polong 30 cm dan lebar 3.5 cm, polong muda berwarna hijau dan polong tua berwarna kuning jerami. Koro pedang berbiji putih dapat dipanen antara 9 hingga 12 bulan, namun terdapat

varietas berumur genjah umur 4─6 bulan (Puslitbangtan 2007).

Ekologi

(16)

3

Pengolahan dan Penyimpanan Benih

Kegiatan pengolahan benih meliputi pembersihan, pengeringan, sortir dan pemilahan. Benih yang telah diolah kemudian disimpan dalam ruang tertentu sebelum didistribusikan kepada konsumen. Penyimpanan benih bertujuan untuk mempertahankan daya hidup benih (daya simpan) selama mungkin. Faktor yang mempengaruhi daya simpan adalah faktor benih, faktor lingkungan penyimpanan, dan faktor jasad hidup di ruang penyimpanan.

Kadar air selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidup benih. Menurut Justice dan Bass (2002), suhu dan kadar air merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Kaidah Harrington (1972) menyatakan setiap peningkatan suhu sebesar 5oC atau kadar air 1%, maka daya simpan benih diperpendek setengah kali. Sebaliknya, setiap penurunan suhu sebesar 5oC atau kadar air 1%, maka daya simpan benih meningkat dua kali lipat. Kaidah ini hanya berlaku pada kisaran suhu 0─5 oC dan

kadar air benih 5─14 %. Penggunaan sistem penyimpanan benih secara tertutup

menyebabkan kadar air benih tetap konstan selama periode penyimpanan sedangkan pada penyimpanan terbuka kadar air benih berubah-ubah sesuai dengan perubahan kelembapan nisbi udara di penyimpanan. Penyimpanan tertutup dapat menjaga kondisi benih lebih baik dibandingkan penyimpanan terbuka.

Jenis Kemasan Benih

Peran utama kemasan adalah untuk melindungi bahan yang dikemas dari kerusakan dan pengaruh luar hingga bahan tersebut digunakan sesuai dengan tujuannya (Marsh dan Bugusu 2007). Hal yang penting dalam pengemasan adalah bahan pengemas dapat menahan masuknya uap air. Sifat permeabilitas bahan pengemas terhadap uap air sangat penting untuk mempertahankan kadar air serta viabilitas benih. Sudikno (1977) mengemukakan pengaruh kemasan terhadap benih dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek fisik dan fisiologis. Pengaruh kemasan terhadap aspek fisik dapat diketahui dari warna, bobot, kadar air, dan kerusakan mekanis yang diperlihatkan benih sedangkan terhadap aspek fisiologis dapat diketahui dari viabilitas benih.

Penggunaan kemasan sangat berperan dalam usaha mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan. Penyimpanan benih dalam suatu kemasan ditentukan oleh kemampuannya mempertahankan kadar air benih dan viabilitas benih selama penyimpanan (Copeland dan McDonald 1985). Materi kemasan dibagi menjadi tiga golongan yaitu kemasan kedap uap air (alumunium foil dan kaleng), kemasan yang resisten terhadap kelembapan (plastik) dan kemasan yang

(17)

4

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih dan gudang penyimpanan Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Dramaga, Bogor. Pengujian viabilitas benih dilakukan di rumah plastik, Kebun Percobaan Leuwikopo, IPB, Dramaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2012 hingga April 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih koro pedang putih yang telah dipanen pada bulan September 2012 di lahan Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Benih telah mengalami masa simpan selama satu bulan dan dikemas menggunakan kemasan karung plastik di ruang simpan ber-AC (20─23 oC dan RH 30─33 %) sebelum diberi perlakuan. Jenis kemasan yang digunakan adalah kemasan plastik polietilen yang memiliki massa jenis 0.914 hingga 0.925 g cm-3, karung terigu (15 cm x 15 cm), karung plastik (15 cm x 15 cm), dan botol kaca. Media pasir digunakan sebagai media untuk mengecambahkan benih, mika plastik berukuran 24 cm x 24 cm x 3.5 cm sebagai wadah mengecambahkan benih dan wadah alumunium untuk mengeringkan benih dalam pengukuran kadar air.

Alat-alat yang digunakan meliputi peralatan untuk mengukur kadar air (oven 105oC, timbangan analitik dan desikator), pengukur suhu dan RH ( hygro-thermometer), ruang bersuhu kamar, ruang ber-AC, alat perekat kemasan (sealer), benang, jarum dan box plastik.

Metode Penelitian

(18)

5

Analisis Data

Data hasil percobaan dianalisis ragam (anova) pada taraf α = 5%. Hasil analisis ragam yang menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap variabel yang diamati, dilakukan uji Duncan Multiple Range Test

(DMRT) pada taraf α = 5% untuk masing-masing ruang penyimpanan. Selain itu,

untuk membandingkan antara dua ruang penyimpanan dilakukan uji-t untuk mengetahui ruang simpan yang lebih baik bagi penyimpanan benih koro pedang putih.

Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yijk= μ + αi+βj/i + ɣk+ (α, ɣ)ik + εijk Keterangan :

Yijk = nilai peubah yang diamati

μ = nilai tengah populasi

αi = pengaruh jenis kemasan ke-i (i = 1,2,3,4)

βj/i = pengaruh ulangan ke-j dalam periode simpan ke-i (j = 1,2,3)

ɣk = pengaruh periode simpan benih ke-k (k = 0,1,2,3)

(α,ɣ )ik = pengaruh interaksi jenis kemasan ke-i dan periode simpan ke-k

εijk = pengaruh galat jenis kemasan ke-i, periode simpan ke-j dan ulangan ke-k

Pelaksanaan Penelitian Persiapan

Bahan yang digunakan adalah benih koro pedang putih yang telah dipanen pada bulan September di Kebun Percobaan Leuwikopo. Benih diukur kadar airnya terlebih dahulu kemudian dikemas menggunakan jenis kemasan sesuai perlakuan.

Penyimpanan Benih

Benih koro pedang putih dimasukkan ke dalam setiap jenis kemasan. Pengemasan benih dilakukan dengan memasukkan benih ke dalam kemasan plastik polietilen dan karung plastik yang ditutup rapat menggunakan sealer, kemasan karung terigu yang ditutup rapat dengan menggunakan benang, dan kemasan botol kaca yang ditutup dan direkatkan dengan selotip. Benih yang sudah dikemas dimasukkan ke dalam dua tempat penyimpanan yaitu ruang ber-AC dengan suhu 20.8─23.3 oC dan RH 31─33.7 % serta ruang suhu kamar dengan suhu 24.5─27.5 oC dan RH 72─81.5 %. Penyimpanan dilakukan selama enam bulan dan pengujian viabilitas benih dilakukan setiap dua bulan di rumah plastik ( 27─29 oC dan RH 60─70 %).

a b c d

(19)

6

Pengamatan dilakukan terhadap: 1. Kadar air (KA)

Kadar air diukur menggunakan metode langsung yaitu benih koro pedang putih sebanyak 10 benih untuk satu ulangan yang telah dihaluskan dengan

blender kemudian dioven pada suhu 105oC selama 17 jam. Perhitungan KA menggunakan rumus:

BB-BK

KA (%) x 100 % BB

Keterangan: BB = bobot basah benih sebelum dioven (g) BK = bobot kering benih sesudah dioven (g)

2. Daya berkecambah (DB)

Daya berkecambah dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal pada pengamatan I (hari ke-5) dan pengamatan II (hari ke-7) dibandingkan terhadap jumlah benih yang ditanam kemudian dikalikan dengan 100%. Perhitungan DB menggunakan rumus:

∑ KN I + ∑ KN II

DB(%) x 100 % ∑ benih yang ditanam

Keterangan : KN I = kecambah normal pada pengamatan I

KN II = kecambah normal pada pengamatan II

3. Kecepatan tumbuh (KCT)

Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan akumulasi persentase kecambah normal per etmal selama periode perkecambahan yaitu sampai dengan hari ke-7. Perhitungan KCT menggunakan rumus:

t=7

Indeks vigor ditetapkan berdasarkan persentase kecambah normal (KN) pada saat hitungan I (hari ke-5) dengan menggunakan rumus:

∑ KN hitungan I

IV x 100%

(20)

7

5. Keserempakan tumbuh (KST)

Keserempakan tumbuh dihitung berdasarkan persentase kecambah normal kuat yang dihitung pada waktu antara KN I dan KN II (hari ke-6) dengan menggunakan rumus:

∑ kecambah normal kuat

KST (%) x 100%

∑ benih ditanam 6. Potensi tumbuh maksimum (PTM)

Potensi tumbuh maksimum merupakan persentase pemunculan kecambah normal dan abnormal hingga hari ke-7. Perhitungan PTM menggunakan rumus:

∑ benih yang tumbuh

PTM (%) x 100% ∑ benih yang ditanam

7. Berat kering kecambah normal (BKKN)

Berat kering kecambah normal diamati pada hari pengamatan II (hari ke-7) dengan cara memisahkan kecambah normal dari kotiledonnya. Kecambah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop dan dioven pada suhu 60oC selama 3x24 jam. Setelah dioven, amplop yang berisi kecambah dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang.

Pengukuran suhu dan RH menggunakan hygro-thermometer pada masing-masing ruang simpan dilakukan sebagai data pendukung. Menurut Handoko (1986) suhu dan RH rata-rata harian dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

T rata-rata harian = (2 T07.30+ T13.30 + T17.30) / 4

T07.30, T13.30, T17.30 = suhu pada pengamatan pukul 07.30, 13.30, dan 17.30 (oC)

RH rata-rata harian = RH07.30 + RH 13.30 + RH17.30 / 3

(21)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Viabilitas awal berperan besar jika benih mengalami periode simpan panjang dalam kondisi tidak ideal (Ilyas 1986). Kondisi awal benih koro pedang putih sebelum perlakuan yaitu memiliki kadar air 13.55% dan daya berkecambah 65% (Tabel 1).

Tabel 1 Viabilitas awal benih koro pedang putih sebelum perlakuan

Peubah Nilai

Kadar air (KA) 13.55 %

Potensi tumbuh maksimum (PTM) 69%

Daya berkecambah (DB) 65%

Berat kering kecambah normal (BKKN) 5.47 g

Indeks vigor (IV) 54%

Kecepatan tumbuh (KCT) 11.25 % etmal-1

Keserempakan tumbuh (KST) 54%

Perhitungan first count dan final count pada benih koro pedang putih belum terstandarisasi oleh ISTA (International Seed Testing Association) sehingga dilakukan percobaan pendahuluan untuk menentukan hari pengamatan daya berkecambah. Percobaan dilakukan selama 10 hari dengan menghitung jumlah kecambah nomal yang tumbuh setiap hari. First count pada koro pedang putih ditentukan dengan melihat jumlah kecambah normal harian tertinggi sedangkan

final count ditentukan dengan melihat jumlah kecambah normal kumulatif tertinggi selama waktu pengamatan. Berdasarkan hasil percobaan, first count pada koro pedang putih jatuh pada hari ke-5 sedangkan untuk final count jatuh pada hari ke-7. Metode penentuan hari daya berkecambah ini telah dilakukan oleh Rahmasyahraini (2008) pada benih jarak pagar. Kriteria kecambah normal pada koro pedang putih yaitu hipokotil memiliki panjang dua kali dari ukuran benih, akar primer telah berkembang, plumula belum atau telah membuka, dan kotiledon masih menempel pada hipokotil. Kriteria kecambah abnormal pada koro pedang putih yaitu hipokotil belum memiliki panjang dua kali dari ukuran benih, akar belum berkembang sempurna dan kulit benih masih membungkus kotiledon. Berikut merupakan penampakan kecambah normal dan abnormal pada benih koro pedang putih.

Gambar 2 Kriteria kecambah koro pedang putih (a) normal, (b) abnormal

(22)

9

Penyimpanan Benih Koro Pedang Putih di Ruang AC

Rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata pada semua peubah. Faktor tunggal jenis kemasan berpengaruh sangat nyata terhadap peubah KA, PTM, DB dan KCT

serta nyata pada BKKN dan KST. Interaksi antara kedua faktor berpengaruh sangat

nyata terhadap peubah KA dan BKKN serta nyata terhadap PTM, DB, KCT dan

KST.

Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jenis kemasan dan periode simpan terhadap peubah pengamatan selama periode simpan 2─6 bulan di ruang AC

Ruang penyimpanan ber-AC memiliki kondisi ruang yang dingin dan kering sehingga kandungan uap air di udara rendah dan mampu mempertahankan kadar air benih tetap rendah. Selain itu, suhu rendah dapat meminimalisasi serangan cendawan. Kondisi ruang simpan seperti ini sesuai untuk penyimpanan benih ortodoks yang mempunyai sifat tahan terhadap suhu dan RH rendah. Penyimpanan benih dengan suhu dan RH yang rendah dapat dilakukan untuk penyimpanan dalam jangka panjang. Benih selama masa penyimpanan melakukan aktivitas metabolisme seperti respirasi. Aktivitas metabolisme benih yang disimpan pada suhu dan RH yang rendah dapat diperlambat, sehingga proses perombakan cadangan makanan dan deteriorasi benih dapat diperlambat pula. Deteriorasi benih yang lambat dapat memperpanjang masa simpan benih. Interaksi jenis kemasan dan periode simpan menunjukkan jenis kemasan mempengaruhi kadar air selama penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan permeabilitas bahan kemasan yang berbeda sehingga perubahan kadar air benih dalam setiap kemasan juga berbeda.

Interaksi antara Jenis Kemasan dan Periode Simpan di Ruang AC

Interaksi antara kedua faktor diperlukan untuk mengetahui hubungan jenis kemasan dan periode penyimpanan selama enam bulan. Interaksi yang terjadi antara kedua faktor berpengaruh nyata terhadap kadar air dan tolok ukur viabilitas potensial yaitu peubah DB dan PTM (Tabel 3).

(23)

10

Tabel 3 Pengaruh interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap kadar air dan viabilitas potensial benih koro pedang putih di ruang AC

Jenis kemasan Periode simpan (bulan)

Plastik polietilen 97.00ab 90.00abc 99.00a

Karung terigu 91.00abc 75.00de 95.00ab

Karung plastik 91.00abc 78.00de 95.00ab

Botol kaca 88.00abcd 83.00bcd 94.00ab

--- DB (%) ---

Plastik polietilen 75.00abc 59.00c 86.00a

Karung terigu 66.00bc 26.00d 75.00abc

Karung plastik 61.00bc 16.00de 81.00abc

Botol kaca 66.00bc 3.00e 83.00ab

a

angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%

Interaksi antar kedua faktor berpengaruh nyata terhadap peubah KA, DB, dan PTM. Peubah KA, DB dan PTM mengalami fluktuasi dari bulan ke-2 hingga bulan ke-6. Kadar air benih sebelum perlakuan memiliki nilai sebesar 13.55 % dan selama penyimpanan enam bulan mengalami fluktuasi. Kadar air benih pada kemasan plastik polietilen dan botol kaca meningkat hingga bulan ke-6 sedangkan pada kemasan karung terigu dan karung plastik meningkat pada bulan ke-4 dan menurun pada bulan ke-6. Namun, kadar air benih pada bulan ke-6 untuk semua jenis kemasan masih berada di bawah batas aman kadar air untuk penyimpanan benih ortodoks yaitu 12%. Persentase DB dan PTM pada semua jenis kemasan menurun pada bulan ke-4 dan meningkat pada bulan ke-6.

(24)

11 dan memiliki suhu dan RH yang lebih rendah dari tempat penyimpanan awal. Perpindahan tempat penyimpanan benih terjadi dua minggu sebelum masa pengujian bulan ke-4. Kadar air benih sebelum benih dipindahkan diduga memiliki nilai yang cukup tinggi sehingga saat pengujian, benih memiliki kadar air yang tinggi. Kondisi AC di tempat penyimpanan awal tidak selalu dalam keadaan menyala. Hal ini menyebabkan suhu ruang meningkat dan respirasi benih pun meningkat. Tingginya aktivitas respirasi dapat meningkatkan kadar air benih. Peningkatan kadar air benih pada bulan ke-4 membuat persentase DB dan PTM pada bulan ke-4 pun menurun. Hal ini dapat disebabkan kenaikan kadar air meningkatkan aktivitas metabolisme benih sehingga cadangan makanan untuk proses perkecambahan semakin berkurang.

Interaksi yang terjadi antara kedua faktor pun berpengaruh terhadap vigor benih dengan tolok ukur BKKN, IV, KCT danKST (Tabel 4).

Karung terigu 11.59a 4.01bc 13.27a

Karung plastik 10.99a 2.59c 14.96a berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%

(25)

12

bulannya sedangkan pada kemasan karung terigu, karung plastik dan botol kaca menurun pada bulan ke-4 dan meningkat pada bulan ke-6. Nilai peubah IV, KCT

dan KST menurun dari bulan ke-2 ke bulan ke-4 dan meningkat dari bulan ke-4 ke

bulan ke-6. Hal ini mengindikasikan benih koro pedang putih yang disimpan pada kemasan plastik polietilen memiliki nilai vigor yang lebih tinggi dibandingkan kemasan yang lain.

Pengujian viabilitas dan vigor benih dilakukan di rumah plastik menggunakan media pasir. Nilai IV benih koro pedang putih pada Tabel 4 rendah selama masa pengujian vigor benih. Rendahnya nilai IV diduga karena perkecambahan benih koro pedang putih berjalan lambat. Perbedaan suhu yang drastis secara cepat dari suhu ruang AC ke suhu rumah plastik saat pengujian viabilitas dan vigor diduga dapat membuat benih lambat untuk berkecambah. Hasil percobaan penyimpanan benih di ruang AC merekomendasikan bahwa benih koro pedang putih masih dapat disimpan untuk waktu yang lebih dari enam bulan.

Penyimpanan Benih Koro Pedang Putih di Ruang Suhu Kamar

Penyimpanan benih di ruang suhu kamar sering dilakukan oleh petani supaya benih dapat digunakan pada musim tanam berikutnya. Ruang kamar memiliki suhu dan RH yang fluktuatif karena kondisi yang tidak terkontrol dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Viabilitas benih koro pedang putih selama penyimpanan di ruang suhu kamar disajikan pada Tabel 5. Hasil sidik ragam penyimpanan benih koro pedang putih di ruang suhu kamar menunjukkan faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata untuk semua peubah pengamatan. Faktor tunggal jenis kemasan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peubah KA, DB, BKKN, KCT dan KST serta tidak berpengaruh

nyata terhadap PTM dan IV. Interaksi antara kedua faktor berpengaruh sangat nyata terhadap peubah KA, PTM, IV, KCT dan KST serta berpengaruh nyata

terhadap DB dan BKKN.

Tabel 5 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jenis kemasan dan periode simpan terhadap peubah pengamatan pada penyimpanan 2─6 bulan di ruang suhu kamar

(26)

13 ruang penyimpanan (Justice dan Bass 2002). Fluktuasi suhu dan RH di ruang kamar menyebabkan kadar air benih di dalam setiap kemasan memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

Interaksi antara Jenis Kemasan dan Periode Simpan di Ruang Kamar

Ruang kamar memiliki fluktuasi suhu dan RH yang nyata dibandingkan ruang AC. Jenis kemasan dan periode simpan akan lebih berpengaruh terhadap penyimpanan benih di ruang kamar. Interaksi jenis kemasan dan periode simpan (Tabel 6) berpengaruh nyata terhadap peubah KA dan DB. Kadar air benih pada kemasan plastik polietilen meningkat setiap bulannya sedangkan pada kemasan botol kaca meningkat pada bulan ke-4 dan menurun pada bulan ke-6. Kadar air benih koro pada kemasan karung terigu dan karung plastik kadar air benih menurun pada bulan ke-4 dan meningkat pada bulan ke-6.

Tabel 6 Pengaruh interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap kadar air dan viabilitas potensial benih koro di ruang suhu kamar

Jenis kemasan Periode simpan (bulan) Plastik polietilen 93.33bcd 92.00cd 100.00a

Karung terigu 100.00a 93.00bcd 94.67ab

Karung plastik 100.00a 96.00abc 100.00a

Botol kaca 92.00cd 96.00abc 100.00a

--- DB (%) ---

Plastik polietilen 82.67bc 42.67d 97.33a

Karung terigu 82.67abc 8.00e 65.33c

Karung plastik 88.00bc 40.00d 92.00abc

Botol kaca 78.00c 32.00d 98.00abc

a

angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%

(27)

14

Pengujian vigor benih koro diperlukan untuk melihat kemampuan tumbuh di lapangan. Hasil interaksi antara kedua faktor berpengaruh nyata terhadap peubah BKKN, IV, KCT danKST. Nilai semua peubah menurun dari bulan ke-2 ke bulan

ke-4 dan meningkat dari bulan ke-4 ke bulan ke-6 (Tabel 7).

Tabel 7 Pengaruh interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap vigor benih koro di ruang suhu kamar

Plastik polietilen 49.33cd 16.00b 93.33a

Karung terigu 73.33a 0.00c 56.00bcd

Karung plastik 76.00a 0.00c 86.67a

Botol kaca 38.00de 16.00b 92.00a

--- KCT (% etmal -1) ---

Plastik polietilen 15.52ab 7.49c 18.93a

Karung terigu 17.96ab 1.18e 11.72b

Karung plastik 16.13ab 6.19cd 17.29ab

Botol kaca 13.93ab 5.82d 18.59ab

--- KST (%) ---

Plastik polietilen 78.67ab 28.00cde 93.33a

Karung terigu 78.67ab 1.33e 56.00bc Karung plastik 88.00a 20.00de 86.67a Botol kaca 64.00ab 30.00cd 92.00a a

angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%

Peubah BKKN menunjukkan kemasan plastik polietilen, karung plastik dan botol kaca berbeda nyata dari bulan ke-2 dengan bulan ke-4 dan tidak berbeda nyata pada bulan ke-2 dengan bulan ke-6. Nilai IV pada kemasan karung plastik berbeda nyata pada bulan ke-2 ke bulan ke-4 namun tidak berbeda nyata pada bulan ke-2 dan bulan ke-6. Peubah KCT berbeda nyata dari bulan 2 ke bulan

ke-4 namun tidak berbeda nyata dari bulan ke-2 dan bulan ke-6. Peubah KST berbeda nyata pada bulan ke-2 dan bulan ke-4 namun tidak berbeda nyata pada bulan ke-2 dan bulan ke-6.

(28)

15 AC dan kamar berbeda nyata pada peubah PTM dan KST. Nilai PTM dan KST

benih koro di ruang AC lebih tinggi dibandingkan penyimpanan benih di ruang kamar. Peubah KA, DB, BKKN, IV dan KCT tidak berbeda nyata antar kedua

ruang simpan. Hal ini mengindikasikan bahwa benih koro dapat disimpan dalam ruangan AC maupun kamar selama enam bulan namun vigor benih koro yang disimpan pada ruang AC lebih tinggi dibandingkan penyimpanan benih di ruang kamar.

Tabel 8 Hasil uji-t kadar air dan viabilitas benih koro di ruang simpan AC dan ruang suhu kamar saat periode simpan enam bulan persentase di atas 95%. Potensi tumbuh maksimum menunjukkan kemampuan benih tumbuh normal pada keadaan optimum dan dapat pula menunjukkan persentase benih yang tidak tumbuh. Persentase PTM yang tinggi mengindikasikan bahwa benih koro yang memiliki ketebalan kulit sekitar 2 mm tidak termasuk benih keras karena ketebalan kulit tidak menghambat proses perkecambahan. Nilai KST mengindikasikan vigor suatu lot benih. Lot benih yang

(29)

16

pada bulan ke-6 yang disimpan pada ruang ber-AC untuk semua jenis kemasan besar 9.45% sedangkan pada ruang kamar sebesar 12.75%. Persentase DB yang disimpan pada ruang ber-AC sebesar 86.75% sedangkan pada ruang kamar sebesar 79%.

Kadar air benih koro pada kemasan plastik polietilen dan botol kaca di suhu ruang simpan AC dan kamar mengalami peningkatan selama enam bulan seharusnya kemasan kedap mempunyai permeabilitas terhadap uap air yang rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kualitas dan ketebalan kemasan plastik polietilen yang digunakan selama penelitian kurang baik sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan kadar air. Peningkatan kadar air benih dalam kemasan botol kaca dapat disebabkan perekatan tutup botol yang kurang sempurna sehingga memungkinkan terjadi peningkatan kadar air. Benih yang disimpan pada kemasan kedap di ruang ber-AC seharusnya tidak mengalami peningkatan kadar air. Peningkatan kadar air benih dalam kemasan kedap di ruang ber-AC dapat disebabkan kondisi suhu di ruang ber-AC yang digunakan tidak jauh berbeda dengan suhu kamar. Suhu yang baik untuk penyimpanan benih di ruang AC yaitu di bawah 20oC sedangkan suhu ruang AC yang digunakan yaitu 20-23 oC. Kisaran suhu ruang AC penyimpanan yang digunakan dapat menjadi faktor meningkatnya kadar air benih dalam kemasan kedap.

(30)

17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jenis kemasan dan periode simpan mempengaruhi kadar air dan viabilitas benih selama penyimpanan di kedua ruang simpan. Interaksi antara kedua faktor berpengaruh nyata terhadap semua peubah pengamatan. Kadar air benih selama enam bulan pada semua kemasan mengalami fluktuasi. Kadar air benih pada bulan ke-6 dalam semua kemasan di kedua ruang simpan masih berada di bawah batas aman penyimpanan untuk benih ortodoks yaitu di bawah 12% kecuali kemasan karung terigu dan karung plastik memiliki kadar air di atas 12%. Kemasan plastik polietilen dan botol kaca merupakan kemasan yang paling baik untuk penyimpanan benih koro pedang putih selama enam bulan karena menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan kemasan karung terigu dan karung plastik untuk kedua ruang penyimpanan. Penyimpanan benih koro selama enam bulan di suhu ruang AC dan suhu ruang kamar menghasilkan viabilitas yang berbeda nyata hanya pada peubah PTM dan KST. Hal ini

mengindikasikan bahwa koro dapat disimpan di suhu ruang AC dan kamar dengan periode simpan lebih dari enam bulan.

Saran

Penyimpanan benih koro perlu dilakukan lebih dari enam bulan untuk melihat daya simpan benih. Selain itu, pengukuran respirasi benih selama penyimpanan perlu diamati untuk mengetahui aktivitas metabolisme benih koro.

DAFTAR PUSTAKA

Copeland LO, McDonald M.B. 1985. Principles of Seed Science and Technology.

New York (US): Burgess Publishing Comp.

Ginting E, Tastra IK. 2007. Standar mutu biji kedelai. Di dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Husni Kasim, editor. Kedelai – Teknik

Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Pangan. hlm 444 – 463.

Handoko. 1986. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta. 192 hal

Harrington J.F. 1972. Seed Storage and Longevity, Seed Biology, Vol. III, In Ed Kozlowsky, T.T., New York (US):Academic Pr.

(31)

18

Ilyas S. 1986. Pengaruh faktor induced dan enforced terhadap vigor benih kedelai (Glycine max L.Merrill) dan hubungannya dengan produksi per hektar [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Justice OE, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Roesli R, penerjemah. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Terjemahan dari:

Principles and Practices of Seed Storage.

Kusumawana T. 1988. Pengaruh kadar air awal dan wadah selama periode simpan terhadap viabilitas benih Pinus merkusii dalam hubungannya dengan konsumsi oksigen [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kuswanto H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengolahan, dan Penyimpanan Benih.

Yogyakarta (ID): Kanisius.

Marsh K, Bugusu B. 2007. Food packaging – roles, materials and environmental issues. Journal of Food Science.(72):39-55

Marwanto, Marlin, Marlinda M. 2003. Hubungan antara kandungan lignin kulit benih dengan mutu benih kedelai selama penyimpanan [catatan penelitian].

JIPI. 5(1):12-17.

[Puslitbangtan] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2007. Kelayakan dan teknologi budidaya koro pedang (Canavalia sp) [internet]. [diunduh 2012 Des 10]. Tersedia pada http:www.puslittan.bogor.net

Purwanti S. 2004. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai hitam dan kedelai kuning. JIPI. (11):22-31.

Rahmasyahraini. 2008. Studi periode pengujian daya berkecambah serta pengaruh perlakuan benih dan jenis media perkecambahan pada benih jarak pagar. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sadjad S, Murniati E, Ilyas S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif. Jakarta (ID). PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Siregar ST. 2000. Penyimpanan Benih: Pengemasan dan Penyimpanan Benih.

Palembang (ID): Balai Perbenihan Tanaman Hutan Palembang.

Subagio A, Windrati, dan Witono. 2002. Protein albumin dari globulin dari beberapa jenis koro-koroan di Indonesia. Seminar Nasional PATPI,

Kelompok Gizi dan Keamanan Pangan.

Sudikno, T.S. 1977. Teknologi Benih. Yayasan Pembinaan Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta(ID). 101 hal.

(32)

19 Lampiran 1 Sidik ragam data KA selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC

Lampiran 2 Sidik ragam data PTM selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC

Lampiran 3 Sidik ragam data DB selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC

Lampiran 4 Sidik ragam data BKKN selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC

Lampiran 5 Sidik ragam data IV selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 137.8221735 68.9110867 170.28 <.0001 Kemasan (K) 3 8.6590153 2.8863384 7.13 0.0094 Ps*K 6 85.1345327 14.1890888 35.06 <.0001 Galat 27 3.6423254 0.4047028

Total Terkoreksi 47 259.9341162

Sumber keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 1788.871686 894.435843 19.12 <.0001 Kemasan (K) 3 826.680463 275.560154 5.89 0.0031 Ps*K 6 118.061180 19.676863 0.42 0.0003 Galat 27 1262.953895 46.776070

Total Terkoreksi 47 4326.628023

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 13142.73167 6571.36583 61.74 <.0001 Kemasan (K) 3 2313.85732 771.28577 7.25 0.0010 Ps*K 6 2111.74500 351.95750 3.31 0.0143 Galat 27 2873.64999 106.43148

Total Terkoreksi 47 20783.22061

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 461.4437060 230.7218530 43.41 <.0001 Kemasan (K) 3 47.1555362 15.7185121 2.96 0.0500 Ps*K 6 210.3444048 35.0574008 6.60 0.0002 Galat 27 143.4985283 5.3147603

Total Terkoreksi 47 883.2746792

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 11568.34129 5784.17064 33.80 <.0001 Kemasan (K) 3 252.51693 84.17231 0.49 0.6909 Ps*K 6 406.03018 67.67170 0.40 <.0001 Galat 27 4620.81177 171.14118

(33)

20

Lampiran 6 Sidik ragam data KCT selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC

Lampiran 7 Sidik ragam data KST selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC

Lampiran 8 Sidik ragam data KA selama periode simpan 2─6 bulan suhu kamar

Lampiran 9 Sidik ragam data PTM selama periode simpan 2─6 bulan suhu kamar

Lampiran 10 Sidik ragam data DB selama periode simpan 2─6 bulan suhu kamar Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 1248.032840 624.016420 57.35 <.0001 Kemasan (K) 3 170.254040 56.751347 5.22 0.0057 Ps*K 6 224.915879 37.485980 3.45 0.0117 Galat 27 293.788075 10.881040

Total Terkoreksi 47 1996.645732

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 10688.71041 5344.35521 44.71 <.0001 Kemasan (K) 3 1204.62307 401.54102 3.36 0.0333 Ps*K 6 993.01813 165.50302 1.38 0.0256 Galat 27 3227.07719 119.52138

Total Terkoreksi 47 16646.08062

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat KuadratTengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 47.4674825 23.73374125 239.52 <.0001 Kemasan (K) 3 29.1613390 9.72044634 98.10 <.0001 Ps*K 6 82.9912597 13.83187662 139.59 <.0001 Galat 27 0.8918097 0.09909000

Total Terkoreksi 47 172.2341864

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 769.022414 384.511207 9.92 0.0006 Kemasan (K) 3 194.998840 64.999613 1.68 0.1955 Ps*K 6 1202.033874 200.338979 5.17 0.0012 Galat 27 1046.626903 38.763959

Total Terkoreksi 47 3510.243018

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 17396.89380 8698.44690 88.29 <.0001 Kemasan (K) 3 1849.78626 616.59542 6.26 0.0023

Ps*K 6 2026.70781 337.78463 3.43 0.0120

Galat 27 2660.16807 98.52474

(34)

21 Lampiran 11 Sidik ragam data BKKN selama periode simpan 2─6 bulan suhu kamar

Lampiran 12 Sidik ragam data IV selama periode simpan 2─6 bulan suhu kamar

Lampiran 13 Sidik ragam data KCT selama periode simpan 2─6 bulan suhu kamar

Lampiran 14 Sidik ragam data KST selama periode simpan 2─6 bulan suhu kamar

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 830.5499 415.274991 58.47 <.0001 Kemasan (K) 3 117.0844 39.028153 5.50 0.0044 Ps*K 6 92.9445 15.490751 2.18 0.0163 Galat 27 191.7542 7.102009

Total Terkoreksi 51 1285.4650

Sumber keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 31073.9708 15536.98544 166.56 <.0001 Kemasan (K) 3 379.1936 126.39788 1.35 0.2776 Ps*K 6 3246.28694 541.04782 5.80 0.0006 Galat 27 2518.63131 93.28264

Total Terkoreksi 47 38123.5419 541.04782

Sumber keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 1705.710516 852.855258 97.78 <.0001 Kemasan (K) 3 160.992832 53.664277 6.15 0.0025

Ps*K 6 205.224172 34.204029 3.92 0.0060

Galat 27 235.497140 8.722116

Total Terkoreksi 47

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hit Pr>F Periode simpan (Ps) 2 20762.0374 10381.01875 126.28 <.0001 Kemasan (K) 3 1221.45352 407.15117 4.95 0.0072

Ps*K 6 2617.78022 436.29670 5.31 0.0010

(35)

22

Lampiran 15 Rata-rata mingguan suhu dan RH ruang AC dan kamar selama penyimpanan 2─6 bulan

Minggu Suhu (oC) RH (%)

ke AC Kamar AC kamar

1 23.3 26 32.8 75

2 23.24 25 32.4 73

3 22.17 24.5 32.6 72

4 21.35 24 33.7 74

5 22.25 26 32.2 77

6 23.21 25.5 32.6 74

7 22.7 25.5 32.5 75

8 21.46 25 33 73.5

9 21.56 25.5 32 75

10 22.34 25.75 31.2 78

11 22.45 26 32.17 79

12 23.2 24.5 33.4 77

13 21.5 25 33.1 81.5

14 22.41 26 31.8 72.5

15 21.7 26 31.7 72

16 21.5 26.5 32.3 76.5

17 20.7 26 32.2 76

18 22.8 26 32.2 76

19 23 27.5 31.7 74.5

20 21.4 27.5 32 74

21 21.6 27.5 31 74

22 22.8 27.5 31.4 74

23 21.6 25 31.29 75

(36)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 6 Februari 1992 dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Abdul Hamid dan Yoyoh Hartini. Tahun 2006 penulis lulus dari SMP Negeri 2 Bogor, tahun 2009 lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikulitura, Fakultas Pertanian.

Penulis pernah mengikuti kegiatan non akademik antara lain panitia Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru angkatan 47 pada tahun 2010 dan tahun 2011 menjadi panitia Masa Perkenalan Departemen (MPD), Fourty Six Day (Fox Day), acara olahraga tingkat fakultas (SERI-A), Gebyar Pertanian, Fakultas Pertanian dan mengikuti IPB Goes to Field dari LPPM IPB. Selain itu, pada tahun 2012 menjadi panitia Kuliah Lapang Departemen Agronomi dan Hortikultura, anggota Forum Komunikasi Rohis Departemen A (FKRD A) periode 2010-2012, dan anggota HIMAGRON periode 2012-2013. Tahun 2013 penulis menjadi panitia Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) dan panitia buku tahunan Journey of Agh 46 (JOA 46). Kegiatan akademik yang pernah diikuti penulis yaitu menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Dasar Teknologi Benih dan Pembiakan Tanaman pada tahun 2013.

Gambar

Gambar 1 Jenis kemasan yang digunakan  (a) plastik polietilen, (b) karung       plastik, (c) karung terigu, (d) botol kaca
Tabel 1  Viabilitas awal benih koro pedang putih sebelum perlakuan
Tabel 3  Pengaruh interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap kadar air dan viabilitas potensial benih koro pedang putih di ruang AC
Tabel 4  Pengaruh interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap vigor
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan workflow adalah urutan aliran dari suatu proses kerja yang dibuat secara lengkap mencakup actor yang terlibat dan aktivitas yang terjadi untuk

Meskipun dengan demikian dari beberapa alasan yang telah dikemukakan diatas rriengenai alasan tertariknya mereka menjadi nasabah pada Bank Syariah Mandiri, perbandingan

Pola pendidikan agama Islam yang digunakan oleh keluarga petani dalam mendidik anaknya tentang agama Islam di lingkungan keluarga terdiri dari tiga macam, yaitu;

Persentase jumlah ikan dengan ukuran panjang yang lebih kecil dari panjang saat pertama kali memijah ( length at first maturity ) untuk jenis ikan yang tertangkap

Adapun beberapa usulan strategi yang dapat dilakukan antara lain berupa kegiatan sosialisasi untuk para mahasiswa, dosen maupun staf, studi banding dengan kampus lain

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat dilihat bahwa capital budgeting yang diukur dengan DER tidak dapat meningkatkan keputusan investasi pada tahun 2014 dan

Beberapa unsur matematika yang ada dalam pola anyaman tersebut diantaranya: bangun geometri persegi, antara persegi yang satu dengan yang lainnya simetris, sudut-sudut

Dari rumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan pada tinjaun pustaka, maka kerangka pikir dalam penelitan tentang perbandingan ketepatan anatomi dan