• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Anggota Keluarganya yang Mengalami Gangguan Jiwa di RSJD Propinsi SUMUT Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Anggota Keluarganya yang Mengalami Gangguan Jiwa di RSJD Propinsi SUMUT Medan Tahun 2014"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN

TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI ANGGOTA

KELUARGANYA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

DI RSJD PROPINSI SUMUT MEDAN

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh :

D I A N A

101101001

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RS JIWA PROV.SU MEDAN TAHUN 2013”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapat gelar sarjana keperawatan pada fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi kata maupun penguraian dalam menyusun Skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat untuk membangun dari semua pihak guna kesempurnaan Skripsi dan perbaikan di masa mendatang.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dekan fakultas keperawatan USU 2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan I.

3. Evi Karota, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan II.

(4)

5. Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan masukan serta motivasi selama pembuatan Skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya.

6. Ikram, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku penguji I yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan masukan dan arahan.

7. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku penguji II yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan masukan dan arahan.

8. Lince Herawaty, S.Pd, S.Kep, Ns, selaku Ketua Pendidikan Keperawatan RSJ Prov. SU Medan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

9. Ayahanda tercinta dan Ibunda tersayang yang selama ini memberikan dukungan dan arahan serta kasih sayang kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman sejawat dan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dan buat teman-teman saya yang juga memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Mei 2014

(5)

DAFTAR ISI

2.1.2 Karakteristik Keluarga ... 9

2.1.3 Peran Keluarga ... 9

2.1.4 Tipe Keluarga... 10

2.1.5 Tugas Keluarga... 11

2.1.6 Fungsi Kelurga... 12

2.1.7 Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga... 13

2.1.8 Karakteristik Keluarga... 14

2.2. Kecemasan ...………..………... 15

2.2.1 Definisi Kecemasan ... 15

2.2.2 Macam-macam Kecemasan ... 17

2.2.3 Tingkat Kecemasan ... 17

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan ... 18

2.2.5 Stres dan Koping Keluarga... 19

2.3. Gangguan Jiwa ... 20

2.3.1 Definisi Gangguan Jiwa ....……….. 20

2.3.2 Macam-macam Gangguan Jiwa ...………... 20

BAB 3. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 24

3.1. Kerangka Konsep ... 24

3.2. Hipotesis ... 24

3.3. Definisi Operasional ... 26

BAB 4. METODE PENELITIAN ..………...…………... 27

4.1. Desain Penelitian ... 27

4.2. Populasi dan Sampel ... 27

4.3. Tempat Penelitian ... 28

4.4. Waktu Penelitian ... 28

4.5. Pertimbangan Etik Penelitian ... 28

(6)

4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

4.8. Teknik Pengumpulan Data ... 30

4.9. Analisa Data ... 31

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1. Hasil Penelitian ... 33

5.1.1. Karakteristik Responden ... 34

5.1.2. Tingkat Kecemasan ... 35

5.2. Pembahasan ... 37

5.2.1. Tingkat Kecemasan Responden ... 37

5.2.2. Tingkat Kecemasan Responden Berdasarkan Umur ... 38

5.2.3. Tingkat Kecemasan Responden Berdasarkan Pendidikan .... 39

5.2.4. Tingkat Kecemasan Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 40

5.2.5. Tingkat Kecemasan Responden Berdasarkan Penghasilan .. 41

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

6.1. Kesimpulan ... 42

6.2. Saran ... 43

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.3. Definisi Operasional ... 26 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Demografi Kepala Keluarga Yang

Anggota Keluarganya Mengalami Gangguan Jiwa Di RS Jiwa

Prov.SU Medan Tahun 2014 (n = 56) ... 34 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga dalam

Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan

Jiwa di RS Prov.SU Medan Tahun 2014 ... 35 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga Berdasarkan

Umur dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di RS Jiwa Prov.SU Medan Tahun 2014

... 34 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga berdasarkan

Pendidikan Dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di RS. Jiwa Prov.SU Medan Tahun

2014 ... 36 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga berdasarkan

Pekerjaan dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di RS. Jiwa Prov.SU Medan Tahun

2014 ... 36 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga berdasarkan

Penghasilan dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di RS. Jiwa Prov.SU Medan Tahun

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

(10)

Judul : Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat Kecemasn Keluarga Dalam Menghadapi Anggota Keluarganya Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di RSJD Provinsi Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Diana

NIM : 101101001

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Abstrak

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien gangguan jiwa. Karakteristik keluarga dapat mempengaruhi kecemasan keluarga.Penelitian bertujuan mengetahui Hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di RSJ Propinsi Sumatera Utara Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Populasi penelitian adalah 547 orang dan sampel sebanyak 56 orang dengan cara purposive sampling. Data diolah secara komputerisasi, analisis hubungan dengan tabulasi silang dan uji chi-square. Hasil penelitian hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, diketahui mayoritas responden menyatakan tingkat kecemasan adalah sedang sebanyak 21 orang (37,5%), dan karakteristik keluarga berdasarkan umur mayoritas < 35 tahun sebanyak 26 orang (46,4%), berdasarkan pendidikan mayoritas SMA sebanyak 40 orang (71,4%), berdasarkan pekerjaan mayoritas petani/buruh sebanyak 41 orang (73,2%), berdasarkan penghasilan mayoritas < 1jt sebanyak 34 orang (60,7%), hasil perhitungan che-square dengan nilai probabilitas (p)=0,000<0,05, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat kecemasan, sedangan umur, pekerjaan, dan penghasilan tidak ada hubungan dengan tingkat kecemasan. Kesimpulan penelitian, ada hubungan pendidikan dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, sedangkan umur, pekerjaan dan penghasilan tidak ada hubungan dengan tingkat kecemasan. Peneliti menyarankan pada RSJ Prov.SU Medan untuk melakukan penyuluhan bagi keluarga pasien yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa dalam meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat.

(11)

Title : The Relation of Family Characteristic and The Level of Anxiety in Facing The Mental Disorder Person in The Family in The Regional Mental Disorder Hospital (RSJD) of North Sumatera Province in 2014 Name : Diana

NIM : 101101001

Major : Bachelor of Nursing Year : 2014

Abstract

A family is the closest social environment to a mental disorder patient. The characteristic of the family can affect the family’s anxiety. This research is aimed to know the relation of family characteristic and the level of anxiety in facing the mental disorder person in a family in The Regional Mental Disorder Hospital (RSJD) of North Sumatera Province. The design of this research used descriptive correlation. The population for this research was 547 persons and 56 persons as samples with purposive sampling method. The data were processed with computerized system, the analysis of the relation was obtained with cross tabulation and chi-square test. The result of the research of The Relation of Family Characteristic and The Level of Anxiety in Facing The Mental Disorder Person in The Family was that majority of the respondents having medium level of anxiety were 21 persons (37,5%), and the character of the family based on the age <35 years old were 26 persons (46,4%). Based on the education, most of Senior High school graduates, there were 40 persons (71,4%). Based on the occupation, most of farmers/labors, there were 41 persons (73,2%), and based on the income, majority of income < 1 million, there were 34 persons (60,7%). The result of chi-square method, with probability value of (p) = 0,000<0,05, it can be revealed that there is a significant relation between education and anxiety level, on the other hand, age, occupation, and income have no relation with anxiety level. The conclusion of this research is that there is a relation between education and anxiety level in facing a mental disorder person in a family. However, age, occupation, and income have no relation with the level of anxiety. We suggest that The Regional Mental Disorder Hospital (RSJD) of North Sumatera Province Medan do counselings to the family of mental disorder patients to improve the quality of service to the society.

(12)

Judul : Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat Kecemasn Keluarga Dalam Menghadapi Anggota Keluarganya Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di RSJD Provinsi Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Diana

NIM : 101101001

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Abstrak

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien gangguan jiwa. Karakteristik keluarga dapat mempengaruhi kecemasan keluarga.Penelitian bertujuan mengetahui Hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di RSJ Propinsi Sumatera Utara Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Populasi penelitian adalah 547 orang dan sampel sebanyak 56 orang dengan cara purposive sampling. Data diolah secara komputerisasi, analisis hubungan dengan tabulasi silang dan uji chi-square. Hasil penelitian hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, diketahui mayoritas responden menyatakan tingkat kecemasan adalah sedang sebanyak 21 orang (37,5%), dan karakteristik keluarga berdasarkan umur mayoritas < 35 tahun sebanyak 26 orang (46,4%), berdasarkan pendidikan mayoritas SMA sebanyak 40 orang (71,4%), berdasarkan pekerjaan mayoritas petani/buruh sebanyak 41 orang (73,2%), berdasarkan penghasilan mayoritas < 1jt sebanyak 34 orang (60,7%), hasil perhitungan che-square dengan nilai probabilitas (p)=0,000<0,05, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat kecemasan, sedangan umur, pekerjaan, dan penghasilan tidak ada hubungan dengan tingkat kecemasan. Kesimpulan penelitian, ada hubungan pendidikan dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, sedangkan umur, pekerjaan dan penghasilan tidak ada hubungan dengan tingkat kecemasan. Peneliti menyarankan pada RSJ Prov.SU Medan untuk melakukan penyuluhan bagi keluarga pasien yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa dalam meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat.

(13)

Title : The Relation of Family Characteristic and The Level of Anxiety in Facing The Mental Disorder Person in The Family in The Regional Mental Disorder Hospital (RSJD) of North Sumatera Province in 2014 Name : Diana

NIM : 101101001

Major : Bachelor of Nursing Year : 2014

Abstract

A family is the closest social environment to a mental disorder patient. The characteristic of the family can affect the family’s anxiety. This research is aimed to know the relation of family characteristic and the level of anxiety in facing the mental disorder person in a family in The Regional Mental Disorder Hospital (RSJD) of North Sumatera Province. The design of this research used descriptive correlation. The population for this research was 547 persons and 56 persons as samples with purposive sampling method. The data were processed with computerized system, the analysis of the relation was obtained with cross tabulation and chi-square test. The result of the research of The Relation of Family Characteristic and The Level of Anxiety in Facing The Mental Disorder Person in The Family was that majority of the respondents having medium level of anxiety were 21 persons (37,5%), and the character of the family based on the age <35 years old were 26 persons (46,4%). Based on the education, most of Senior High school graduates, there were 40 persons (71,4%). Based on the occupation, most of farmers/labors, there were 41 persons (73,2%), and based on the income, majority of income < 1 million, there were 34 persons (60,7%). The result of chi-square method, with probability value of (p) = 0,000<0,05, it can be revealed that there is a significant relation between education and anxiety level, on the other hand, age, occupation, and income have no relation with anxiety level. The conclusion of this research is that there is a relation between education and anxiety level in facing a mental disorder person in a family. However, age, occupation, and income have no relation with the level of anxiety. We suggest that The Regional Mental Disorder Hospital (RSJD) of North Sumatera Province Medan do counselings to the family of mental disorder patients to improve the quality of service to the society.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota badan, meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada fisik (Aqib, 2013).

Menurut Siswono (2001, dalam Contesa 2012) WHO menunjukkan bahwa beban yang ditimbulkan gangguan jiwa sangat besar, dimana terjadi global burden of disease akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1%. Angka ini lebih tinggi

dari TBC (7,2%), kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4%), dan malaria (2,6%). Keluarga merupakan tempat pertama anak mendapatkan pendidikan. Orang tua pada umumnya memberikan pelayanan kepada putri dan putranya sesuai dengan kebutuhan mereka. Ada kalanya orang-orang tua sangat memanjakan, ada pula yang bertindak keras. Namun demikian, bagi keluarga yang mengerti tentang kesehatan mental akan mendidik putra-putrinya sesuai dengan perkembangan kemampuan dan kesenangan serta kepuasan mereka (Sundari, 2005).

(15)

Notoatmodjo (2010) mengatakan keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien. Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata-mata karena faktor rumah sakit, tetapi juga faktor keluarga.

Semua anggota keluarga terlibat di dalam problem yang dihadapi, karena itu seharusnya perlu untuk mendapatkan solusinya. Sebagian para ahli terapi keluarga mempertimbangkan bahwa problem seorang anggota keluarga disebabkan oleh hubungannya dalam keluarga, sementara yang lain melihat problem seorang anggota keluarga sebagai neurotik dari seluruh anggota keluarga (Aqib, 2013).

Karakteristik keluarga dapat dikembangkan berdasarkan pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, dan tipe keluarga. Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi cenderung akan mendapatkan informasi yang lebih banyak sehingga dalam memberikan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan dan permasalahan dalam keluarga akan lebih baik pula (Harlock, 1999 dalam Anonim, 2012).

(16)

yang mudah, mengingat anak-anak terutama remaja memiliki keunikan masing-masing (Anonim, 2012).

Pendidikan yang tinggi pada ibu, juga memiliki peluang bagi ibu untuk mendapatkan pekerjaan. Ibu yang bekerja pada umumnya memiliki pendidikan yang lebih baik, sehingga kualitas pengasuhan juga lebih baik, meskipun dalam segi kuantitas frekuensi keberadaan didalam rumah lebih sedikit dibandingkan ibu yang tidak bekerja (Ariani, 2006 dalam Anonim 2012).

Posisi seorang ayah dalam keluarga memilki peran formal sebagai pencari nafkah dan peran informal sebagai pelindung keluarga, pendorong, dan pengambil keputusan. Budaya Indonesia peran bapak masih dominan dalam berbagai segi kehidupan dan pengambil keputusan. Keputusan-keputusan yang diambil berkaitan dengan pengasuhan yang diberikan pada anggota keluarga masih banyak ditentukan oleh bapak. Keputusan akan semakin baik apabila bapak memilki wawasan dan pendidikan yang memadai (Ariani, 2006, dalam Anonim, 2012).

(17)

Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) di seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang (Mubarta, 2011).

Kepadatan penduduk yang tinggi merupakan suatu stresor lingkungan yang memberikan dampak bagi manusia baik secara fisik, sosial, maupun psikis. Dampak psikis meliputi perasaan negatif, cemas, stres, menarik diri dan perilaku agresif. Gangguan jiwa ringan banyak diderita kaum perempuan, yaitu dua kali lebih banyak dibanding laki-laki. Sedangkan gangguan jiwa berat pada perempuan lebih ringan dibanding laki-laki. Gangguan jiwa banyak dialami oleh penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun karena pada usia tersebut memiliki pola psikis yang labil kemudian dilanjutkan dengan beban psikis yang lebih banyak (Mubarta, 2011).

Jenis-jenis gangguan jiwa yang termasuk dalam ruang lingkup kesehatan jiwa masyarakat tercantum dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi Ketiga (PPDGJ-III) tahun 1995 atau chapter F00-F99 dari International Classification of Diseases (ICD-X) antara lain: Gangguan mental

dan perilaku, skizofrenia, gangguan neurosis lainnya (gangguan psikosomatik dan ansietas), gangguan mental organik (demensia/alzheimer, delirium, epilepsi, paska stroke dan lain-lain), gangguan jiwa anak dan remaja serta retardasi mental (Mubarta, 2011).

(18)

pasien baru laki-laki yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa naik 4,3%, jumlah pasien baru perempuan yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa naik 2,3%.

Penelitian Yip (2005, dalam Contesa, 2012) yang dilakukannya di Cina terhadap keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa, diperoleh bahwa 90% keikutsertaan keluarga dalam pengobatan psikiatris dan rehabilitasi klien mampu mengembalikan kondisi klien ke keadaan normal.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan 18 Nopember 2013 pada beberapa orang dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di RS Jiwa Propsu Medan diketahui bahwa ada beberapa masalah yang teridentifikasi pada keluarga dengan karakteristik usia orang tua yang masih muda, pendidikan rendah, orang tua yang bekerja di swasta dengan penghasilan rendah dan mempunyai jumlah anggota keluarga yang banyak (lebih dari 2 orang), kebiasaan dan kepercayaan suku bangsa dan agama tertentu pada orang yang mengalami gangguan jiwa, kondisi yang dapat dilihat yaitu meningkatnya stres dan tingkat kecemasan keluarga, sesama keluarga saling menyalahkan, kesulitan pemahaman (kurangnya pengetahuan keluarga) dalam menerima sakit yang diderita oleh anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dan pengaturan sejumlah waktu dan energi keluarga dalam menjaga serta merawat penderita gangguan jiwa dan jumlah keuangan keluarga yang akan dihabiskan untuk biaya perobatan pada penderita gangguan jiwa.

(19)

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poliklinik RS Jiwa Propsu Medan.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah diatas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik keluarga penderita gangguan jiwa?

2. Bagaimana tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa?

3. Bagaimana hubungan karakteristik keluarga terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

1.3.Tujuan Penelitian

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga klien gangguan jiwa.

b. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

c. Untuk mengidentifikasi hubungan usia kepala keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

(20)

e. Untuk mengidentifikasi hubungan pekerjaan kepala keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

f. Untuk mengidentifikasi hubungan penghasilan kepala keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1.Praktik Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar dalam melakukan intervensi pada keluarga klien gangguan jiwa yang berkaitan dengan peningkatan kesembuhan klien dan sebagai peningkatan motivasi terhadap perawat untuk melakukan kunjungan rumah.

1.4.2.Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi peneliti, sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian yang akan datang mengenai program perawatan klien gangguan jiwa beserta keluarganya.

1.4.3.Bagi Pendidikan Keperawatan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Keluarga

2.1.1. Definisi Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga “kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, yang bersatu (Yulia, 2011).

Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (di samping inti, ada orang lain: kakek/ nenek, adik/ipar, pembantu, dan lain-lain. Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam masyarakat Indonesia (Tirtarahardja, 2008).

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang bersifat primer dan fundamental. Di situlah anak dibesarkan, memperoleh penemuan awal. Serta belajar yang memungkinkan perkembangan diri selanjutnya. Di situ pula anak pertama-tama memperoleh kesempatan untuk menghayati pertemuan/ pergaulan dengan sesama manusia, bahkan memperoleh perlindungan yang pertama (Gunawan, 2010).

(22)

2.1.2. Karakteristik Keluarga

Menurut Gusti (2013), Karakteristik keluarga yaitu:

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: Suami, istri, anak, kakak dan adik.

4. Mempunyai tujuan yaitu: Menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2.1.3. Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut : 1. Peranan Ayah :

(23)

2. Peranan Ibu :

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3. Peran Anak :

Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual

(Yulia, 2011).

2.1.4. Tipe – Tipe Keluarga

Menurut Gusti (2013), tipe-tipe keluarga ada 2 (dua) macam, yaitu: 1. Tipe keluarga Tradisionil

a. Keluarga inti (Nuclear family)

Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

b. Keluarga besar (Extended family)

Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi, saudara sepupu, dll).

c. Keluarga bentukan kembali (Dyadic family)

(24)

g. Orang tua tunggal (Single parent family)

Adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.

h. The Single adult living alone

Adalah orang dewasa yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah. i. The unmarried teenage mother

Adalah ibu dengan anak tanpa perkawinan. j. Keluarga usila (Niddle age/ Aging couple)

Adalah suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja atau tinggal di rumah, anak-anaknya sudah meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/ meniti karir.

2. Tipe Keluarga Non Tradisional a. Commune family

Adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah

b. Orang tua (ayah dan ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.

c. Homoseksual

Adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu ruma tangga.

2.1.5. Tugas-tugas Keluarga Dalam Kesehatan

Pada dasarnya tugas keluarga dalam kesehatan ada 5 (lima) yaitu: 1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.

(25)

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. 4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

2.1.6. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut :

1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

2. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

3. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

(26)

ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

6. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.

8. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.

9. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

(Yulia, 2011).

2.1.7. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga

1. Patriakal

(27)

2. Matriakal

Yaitu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah di pihak ibu.

3. Equaltarian

Yaitu yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.

2.1.8. Karakteristik Keluarga

1. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmodjo, 2010).

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun (Wawan, 2011).

Gangguan mental lebih sering terjadi pada orang yang berusia dibawah 45 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Gangguan kepribadian antisosial empat kali lebih banyak pada wanita yang menderita gangguan mood dan kecemasan (Aqib, 2013).

2. Pendidikan

(28)

hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Wawan, 2011).

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Wawan, 2011).

Jenis pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan. Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel umur dan kelamin (Notoatmodjo, 2011)

4. Penghasilan

Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transpor, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2011).

2.2.Kecemasan

2.2.1. Definisi Kecemasan

(29)

Kecemasan menurut Abe Arkoff sebagai berikut: Anxiety as a state of arousal caused by threat to well-being. Jadi, kecemasan adalah suatu keadaan

yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan (Sundari, 2005).

Gangguan kecemasan adalah sekelompok gangguan di mana kecemasan merupakan gejala utama (gangguan kecemasan umum dan gangguan panik). Kecemasan menjadi merusak jika orang yang mengalaminya dari peristiwa yang oleh sebagian besar tidak dianggap stres.

Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum hidup tiap hari dalam ketegangan yang samar-samar, merasa takut atau cemas pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung bereaksi secara berlebihan terhadap stres yang ringan pun. Selama serangan panik yang parah, orang merasa takut bahwa dirinya akan mati.

Orang yang mengalami kecemasan umum dengan gangguan panik mungkin tidak mengetahui dengan jelas mengapa mereka merasa ketakutan. Jenis kecemasan ini kadang-kadang dinamakan “free-floating” (melayang bebas) karena tidak dipicu oleh peristiwa tertentu; namun terjadi dalam berbagai situasi (Aqib, 2013).

(30)

2.2.2. Macam-macam Kecemasan

Sundari (2005) mengatakan, macam-macam kecemasan adalah:

1) Kecemasan karena merasa berdosa atau bersalah. Misalnya seseorang melakukan sesuatu yang bertentangan denga hati nuraninya atau keyakinannya. Seorang pelajar/mahasiswa menyontek, pada waktu pengawas ujian lewat didepannya berkeringat dingin, takut diketahui.

2) Kecemasan karena akibat melihat dan mengetahui bahaya yang mengancam dirinya. Misalnya kendaraan yang dinaiki remnya macet, menjadi cemas kalau terjadi tabrakan beruntun dan ia sebagai penyebabnya.

3) Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti tidak seimbang, bahkan yang ditakuti itu hal/benda yang tidak berbahaya. Rasa takut sebenarnya suatu perbuatan yang biasa/wajar kalau ada sesuatu yang ditakuti dan seimbang. Bila takut yang sangat luar biasa dan tidak sesuai terhadap objek yang ditakuti sebenarnya patologis yang disebut phobia. Phobia adalah rasa takut yang sangat atau berlebihan terhadap sesuatu yang tidak diketahui lagi penyebabnya.

2.2.3. Tingkat Kecemasan

(31)

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan) 1 = gejala ringan

2 = gejala sedang 3 = gejala berat 4 = gejala berat sekali

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu: Jika total nilai (score) kurang dari 14 maka artinya derajat kecemasan seseorang tidak ada kecemasan, jika total nilai (score) 14 – 20 maka artinya derajat kecemasan seseorang mengalami kecemasan ringan, jika total nilai (score) 21 – 27 maka artinya derajat kecemasan seseorang mengalami kecemasan

sedang, jika total nilai (score) 28 – 41 maka artinya derajat kecemasan seseorang mengalami kecemasan berat, jika total nilai (score) 42 – 56 maka artinya derajat kecemasan seseorang mengalami kecemasan berat sekali.

Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A ini bukan dimaksudkan untuk menegakkan diagnosa gangguan kecemasan. Diagnosa gangguan cemas ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh dokter (psikiater); sedangkan untuk mengukur derajat berat ringannya gangguan cemas itu digunakan alat ukur HRS-A (Hawari, 2011).

2.2.4. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Kecemasan

(32)

a. Faktor fisik

Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.

b. Trauma atau konflik

Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan. c. Lingkungan awal yang tidak baik.

Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala kecemasan. Menurut Musfir Az-Zahrani (2005) salah satu faktor yang memepengaruhi adanya kecemasan yaitu lingkungan keluarga yang keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orangtua terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada didalam rumah.

2.2.5. Stres dan Koping Keluarga

Menurut Gusti (2013), Stres dan koping keluarga, yaitu: 1. Stresor jangka pendek dan panjang

(33)

Stresor jangka panjang yaitu stresor yang saat ini dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stresor.

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi stresor yang ada. 3. Strategi koping yang digunakan.

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. 4. Strategi adaptasi disfungsional.

Menjelaskan adaptasi disfungsional (perilaku keluarga yang tidak adaptif) ketika keluarga menghadapi masalah.

2.3.Gangguan Jiwa

2.3.1. Definisi Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota badan, meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada fisik (Aqib, 2013).

2.3.2. Macam-macam Gangguan Jiwa

Macam-macam gangguan jiwa ini banyak sekali, antara lain: 1) Neurasthenia

(34)

mempunyai berbagai penyakit, dan takut akan mati. Menginginkan belas kasihan dari orang lain (Sundari, 2005).

2) Histeria.

Histeria terjadi akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi kesukaran-kesukaran, tekanan perasaan, kegelisahan, kecemasan dan pertentangan batin. Dalam menghadapi kesukaran itu orang tidak mampu menghadapinya dengan cara yang wajar, lalu melepaskan tanggung jawab dan lari secara tidak sadar kepada gejala-gejala histeria yang tidak wajar. Di antara gejala-gejalanya ada yang berhubungan dengan fisik dan ada pula yang berhubungan dengan mental. Termasuk dalam gejala-gejala fisik antara lain:

a. Lumpuh histeria b. Cramp histeria c. Kejang histeria

d. Mutism (hilang kesanggupan berbicara) Termasuk dalam gejala-gejala mental, antara lain: a. Hilang ingatan (amnesia)

b. Kepribadian kembar (double personality) c. Mengelana secara tidak sadar (fugue) d. Jalan-jalan sedang tidur (somnabulism) (Aqib, 2013).

3) Psychasthenia.

(35)

paksaan) untuk berbuat sesuatu. Sebenarnya penderita kurang mempunyai kemampuan untuk tetap dalam keadaan integrasi yang normal, repression (penekanan) terhadap pengalaman yang telah lalu (Sundari, 2005).

4) Gagap Berbicara (stuttering)

Gejala gangguan jiwa lainnya ialah gagap berbicara, ada yang dalam bentuk berputus-putus, tertahan napas atau berulang-ulang. Apabila tekanan gagap itu terlalu besar, maka kelihatan orang menekan kedua bibirnya dengan diiringi gerakan-gerakan tangan dan kaki dan sebagainya.

5) Ngompol (buang air kecil yang tidak disadari) 6) Kepribadian Psikopati

Psikopoati adalah ketidaksanggupan menyesuaikan diri yang mendalam dan kronis. Orang-orang yang psikopati itu biasanya menimpakan kesalahan yang dibuatnya kepada orang lain.

7) Keabnormalan Seksual

Gejala-gejala yang sering dialami antara lain: a. Onani (masturbasi)

b. Homo-seksual c. Sadisme

8) Gangguan Kesadaran

(36)

dalam wujud seperti “mengantuk”, dan ada pula seperti bingung, termangu-mangu, dungu dan linglung.

9) Defisiensi Moral

Defisiensi/defect moral adalah: kondisi individu yang hidupnya delinquent (nakal, jahat). Selalu melakukan kejahatan, dan bertingkah laku a-sosial atau anti-sosial; tanpa adanya penyimpangan atau ganggua organis pada fungsi inteleknya, namun inteleknya tidak berfungsi, hingga terjadi kebekuan moral yang kronis.

10) Damaged Children

Damaged children adalah anak-anak dengan perkembangan pribadi yang regresif serta kerusakan pada fungsi intelek, sehingga interrelasi kemanusiaannya miskin, beku, disertai penolakan terhadap super-ego dan hati nurani sendiri, hingga muncul kebekuan moral.

11) Psikosa/ Psikosis

(37)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu:

1. Variabel Independen (variabel bebas) merupakan variabel penyebab atau variabel pengaruh yaitu karakteristik keluarga.

2. Variebel Dependen (variabel terikat) merupakan variabel akibat atau variabel terpengaruh yaitu tingkat kecemasan (Notoatmodjo, 2010).

3.2.Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis nol dan hipotesis alternatif (Pidekso, 2009).

Ha : Ada hubungan usia kepala keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poliklinik RS Jiwa Propsu Medan.

Karakteristik Keluarga: ‐ Usia

‐ Pendidikan ‐ Pekerjaan ‐ Penghasilan

(38)

Ha : Ada hubungan pendidikan kepala keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poliklinik RS Jiwa Propsu Medan.

Ha : Ada hubungan pekerjaan kepala keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poliklinik RS Jiwa Propsu Medan.

(39)

3.3.Definisi Operasional

N

o Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Pendidikan Jenjang pendidikan terakhir yang pernah diselesaikan kepala keluarga (ayah) pada saat penelitian dilakukan.

Pekerjaan Aktivitas yang dilakukan kepala keluarga

sehari-Penghasilan Jumlah rupiah yang dihasilkan keluarga

Kuesioner 1. Tidak ada kecemasan 2. Ringan 3. Sedang 4. Berat

(40)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1.Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga dan tingkat kecemasan keluarga tentang gangguan jiwa serta mengidentifikasi hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Propsu Medan.

4.2.Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah keluarga inti yang salah satu anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa dan rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Propsu Medan sebanyak 547 orang.

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2006).

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. purposive sampling ialah tenik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai

pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Riduwan, 2010).

Dasar pertimbangan yang ditentukan peneliti untuk subyek penelitian adalah:

(41)

2. Karakteristik (usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan) keluarga yang berbeda-beda.

3. Keluarga yang bersedia menjadi responden.

4. Jumlah responden ditentukan sampai sebanyak 56 responden.

Berdasarkan dasar pertimbangan di atas maka peneliti memperoleh jumlah sampel yaitu 56 responden.

4.3.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Propsu Medan. Alasan peneliti memilih Rumah Sakit Jiwa Propsu Medan sebagai tempat penelitian karena merupakan rumah sakit jiwa pusat di Medan dan memiliki jumlah penderita gangguan jiwa dengan anggota keluarganya relatif banyak sehingga dapat memenuhi kriteria sampel yang diinginkan.

4.4.Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2014.

4.5.Pertimbangan Etik Penelitian

(42)

mengisinya. Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasian informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.

4.6.Instrument Penelitian

Kuesioner penelitian :

1. Bagian instrumen pertama berisi pertanyaan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan. Bagian ini terdiri dari 4 pernyataan dengan jawaban “Cheklist” pada kolom yang sesuai menurut keluarga masing-masing.

(43)

4.7.Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas ini dilakukan sebelum pengumpulan data responden yang memenuhi kriteria sampel kemudian peneliti menilai responsnya. Uji validitas instrumen tidak dilakukan lagi karena kuesioner HRS-A sudah sering dipergunakan untuk mengukur kecemasan dan kuesioner telah dianggap valid.

.

4.8.Teknik Pengumpulan Data

(44)

4.9.Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat persentase data yang terkumpul yang disajikan dalam tabel-tabel distribusi frekuensi. Kemudian dilakukan pembahasan dengan teori yang ada.

1. Univariat

Suatu analisis kecenderungan dalam bentuk ditribusi frekuensi variabel karakteristik keluarga (Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, Jumlah anggota, Suku bangsa, dan Agama).

Data karakteriktik keluarga disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase seperti data usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jumlah anggota keluarga, suku bangsa dan agama. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat gambaran karakteristik keluarga dan tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

2. Bivariat

(45)

yang menunjukkan tidak terdapat hubungan Karakteristik keluarga dengan Tingkat kecemasan.

Hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan formula korelasi Chi-Square. Nilai ρ menginterpretasikan kekuatan hubungan. Jika nilai ρ berada pada level 0.80 –

(46)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian terhadap 56 responden dengan judul hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poliklinik RS Jiwa Propsu Medan.

5.1.Hasil Penelitian

Hasil penelitian disajikan meliputi karakteristik responden dan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

(47)

5.1.1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Demografi Kepala Keluarga Yang Anggota Keluarganya Mengalami Gangguan Jiwa Di RS Jiwa Prov.SU Medan Tahun 2014 (n = 56)

No Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Umur

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa dari 56 responden mayoritas responden berumur < 35 tahun yaitu sebanyak 26 responden (46,4%) dan minoritas responden berumur > 45 tahun yaitu sebanyak 6 responden (10,7%).

(48)

Berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa dari 56 responden mayoritas responden Petani/Buruh yaitu sebanyak 41 responden (73,2%) dan minoritas responden PNS yaitu sebanyak 5 responden (8,9%).

Berdasarkan Penghasilan menunjukkan bahwa dari 56 responden mayoritas responden berpenghasilan < 1jt yaitu sebanyak 34 responden (60,7%) dan minoritas responden berpenghasilan > 5jt yaitu sebanyak 5 responden (8,9%).

5.1.2. Tingkat Kecemasan

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa di RS Prov.SU Medan Tahun 2014

No Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)

1 Tidak Cemas 14 25

2 Ringan 4 7,1

3 Sedang 21 37,5

4 Berat 17 30,4

Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa dari 56 responden, mayoritas responden dengan tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 21 responden (37,5%) dan minoritas tingkat kecemasan responden ringan sebanyak 4 responden (7,1%).

Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Kecemasan Keluarga Berdasarkan Umur dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di RS Jiwa Prov.SU Medan Tahun 2014

Variabel 1 Variabel 2 R pValue

(49)

Hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi Che Square diperoleh pValue sebesar 0,104, ketentuan signifikan apabila p<0,005. Oleh karena nilai probabilitas (pValue) = 0,104 > 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan umur responden.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga berdasarkan Pendidikan Dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di RS. Jiwa Prov.SU Medan Tahun 2014

Variabel 1 Variabel 2 R pValue

Pendidikan Tingkat Kecemasan 0,451 0,000

Hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi Che Square diperoleh pValue sebesar 0,000, ketentuan signifikan apabila p<0,005. Oleh karena nilai probabilitas (pValue) = 0,000 < 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan pendidikan responden.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga berdasarkan Pekerjaan dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di RS. Jiwa Prov.SU Medan Tahun 2014

Variabel 1 Variabel 2 R pValue

Pekerjaan Tingkat Kecemasan 0,163 0,231

(50)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga berdasarkan Penghasilan dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di RS. Jiwa Prov.SU Medan Tahun 2014

Variabel 1 Variabel 2 R pValue

Penghasilan Tingkat Kecemasan 0,186 0,171

Hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi Che Square diperoleh pValue sebesar 0,171, ketentuan signifikan apabila p<0,005. Oleh karena nilai probabilitas (pValue) = 0,171 > 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan penghasilan responden.

5.2.Pembahasan

5.2.1. Tingkat Kecemasan Responden

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 56 responden, mayoritas tingkat kecemasan responden sedang yaitu sebanyak 21 responden (37,5%) dan minoritas tingkat kecemasan ringan sebanyak 4 responden (7,1%).

Menurut teori Aqib (2013), Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur-baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Orang yang mengalami kecemasan umum dengan gangguan panik mungkin tidak mengetahui dengan jelas mengapa mereka merasa ketakutan. Jenis kecemasan ini kadang-kadang dinamakan “free-floating” (melayang bebas) karena tidak dipicu oleh peristiwa tertentu; namun terjadi dalam berbagai situasi.

(51)

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, pendidikan, pekerjaan serta penghasilan. Umur yang masih muda kurang berpengalaman dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sehingga dapat menimbulkan kecemasan. Pendidikan yang rendah juga kurang mengetahui bagaimana cara merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Pekerjaan dan penghasilan keluarga yang pas-pasan juga selalu mencemaskan kekurangan biaya yang dibutuhkan untuk mengobati anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Akan tetapi, masih dijumpai kepala keluarga yang tingkat kecemasan berat sebanyak 17 orang. Hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan keluarga adalah pendidikan dasar, sehingga sulit untuk menyerap informasi, dan kepala keluarga tersebut hanya bekerja sebagai buruh atau petani dengan penghasilan pas-pasan, sehingga selalu mencemaskan biaya yang dikeluarkan setiap hari dalam mengobati anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

5.2.2. Tingkat Kecemasan Responden Berdasarkan Umur

(52)

Penelitian ini tidak sesuai dengan teori Notoatmodjo (2012), yang mengatakan bahwa umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang karena dengan bertambahnya usia seseorang semakin banyak pula pengetahuannya.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak cemas dan tingkat kecemasan ringan mayoritas berumur 35 – 45 tahun, responden yang tingkat kecemasan sedang dan berat mayoritas berumur < 35 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah umur responden maka semakin tinggi tingkat kecemasannya.

5.2.3. Tingkat Kecemasan Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, dari 14 responden yang tidak cemas mayoritas pendidikan SMA sebanyak 11 responden (19,6%). Dari 4 responden tingkat kecemasan ringan mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 3 responden (5,4%). Dari 21 responden dengan tingkat kecemasan sedang mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 17 responden (30,4%). Dari 17 responden tingkat kecemasan berat mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 9 responden (16,1%), minoritas responden berpendidikan SMP dan SD masing-masing sebanyak 4 responden (7,1%).

Penelitian ini sesuai dengan Hidayat (2008), yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi dan pengetahuan.

(53)

responden yang berpendidikan tinggi memiliki wawasan yang luas dan cara berfikir yang baik dalam menyerap dan menganalisis informasi yang diperolehnya sehingga memahami dan mengerti dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Akan tetapi, dalam penelitian ini masih ditemukan responden yang tingkat kecemasan berat dengan pendidikan SMP dan SD masing-masing sebanyak 4 responden. Hal ini disebabkan karena responden yang berpendidikan SMP dan SD tidak mengerti bagaimana cara perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

5.2.4. Tingkat Kecemasan Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, mayoritas pekerjaan responden yang tingkat kecemasan berat adalah Petani/ Buruh sebanyak 14 responden (25%).

Penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010), yang mengatakan bahwa seseorang yang bekerja cenderung memiliki pengetahuan yang luas karena dengan bekerja seseorang akan mendapatkan pengalaman dari rekan kerja, media massa dan sumber lainnya.

(54)

keluarga yang mengalami gangguan jiwa sehingga responden tidak perlu mencemaskan biaya pengobatan.

5.2.5. Tingkat Kecemasan Responden Berdasarkan Penghasilan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa,. Dari 17 responden yang tingkat kecemasan berat mayoritas berpenghasilan < 1jt sebanyak 11 responden (19,6%) dan minoritas berpenghasilan 1 – 5jt sebanyak 6 responden (10,7%).

Menurut teori Notoatmodjo (2011), Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transpor, dan sebagainya.

(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Dari hasil penelitian hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poliklinik RS Jiwa Propsu Medan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan distribusi tingkat kecemasan, mayoritas responden dengan tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 21 responden (37,5%).

2. Berdasarkan distribusi tingkat kecemasan berdasarkan umur ditemukan bahwa, responden dengan tingkat kecemasan berat mayoritas berumur < 35 tahun sebanyak 10 responden (17,9%).

3. Berdasarkan distribusi tingkat kecemasan berdasarkan pendidikan ditemukan bahwa, responden dengan tingkat kecemasan berat mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 9 responden (16,1%), minoritas berpendidikan SMP dan SD. 4. Berdasarkan distribusi pengetahuan berdasarkan pekerjaan ditemukan bahwa,

mayoritas pekerjaan responden yang tingkat kecemasan berat adalah Petani/ Buruh sebanyak 14 responden (25%).

(56)

6.2.Saran

1. Disarankan kepada institusi pendidikan agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi kepustakaan dan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

2. Disarankan kepada pihak RS.Jiwa Prov.SU Medan agar dapat memberikan penyuluhan kesehatan kepada warga dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2012). Karakteristik Keluarga. http://www.psychologymania.com. Diakses tanggal 2 Desember 2013.

Aqib, Zainal., (2013). Konseling dan Kesehatan Mental, untuk: Mahasiswa, Guru, Konselor, Dosen. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta.

Contesa, Emilia., (2012). Jurnal Keperawatan Jiwa, Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan tingkat kecemasan Dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa. Program Studi Ilmu Kesehatan, Lubuk Basung: Stikes ceria Buana.

Gunawan, Ary H., (2010). Sosiologi Psiendidikan, Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hawari, H. Dadang., (2011). Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Edisi ke-2, cetakan ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mubarta, Al Furqonnata., (2011). Gambaran Distribusi Penderita Gangguan Jiwa di Wilayah Banjarmasin dan Banjarbaru Tahun 2011. Banjarmasin: Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

Notoatmodjo, Soekidjo., (2010). Promosi Kesehatan, Teori & Aplikasi, Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.

____________________, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pidekso, Ari. (2009). SPSS 17, Untuk Pengolahan Data Statistik. Yogyakarta: Andi Offset dan Wahana Komputer.

Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian, Untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

(58)

Tirtarahardja, Umar., (2008). Pengantar Pendidikan, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

(59)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa di

Provsu Medan Tahun 2014 Oleh :

Diana

Saya adalah mahasiswa Program S-1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Menghadapi anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa di Provsu.

Saya mengharapkan jawaban yang anda berikan sesuai dengan pendapat anda tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat anda. Informasi yang anda berikan akan dipergunakan untuk

mengembangkan pelayanan kesehatan khususnya ilmu keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian ini.

Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat bebas, anda bebas untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani formulir ini.

Tanda tangan : Hari/Tanggal :

No. Respoden : ………. (diisi oleh peneliti)

Kode :

(60)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN

TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI

ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI

GANGGUAN JIWA DI RS JIWA PROV.SU

MEDAN TAHUN 2014

Petunjuk :

1. Bacalah pertanyaan dengan baik dan seksama untuk menentukan jawaban yang dipilih.

2. Jawablah pertanyaan menurut pendapat anda mana yang paling tepat. 3. Berilah tanda cheklist (√) pada setiap jawaban yang anda anggap benar. 4. Setelah selesai kembalikan kuesioner pada petugas yang memberikan.

I. Karakteristik Keluarga :

1. No. Responden : ______(di isi oleh petugas) 2. Umur : < 35 tahun

35 – 45 tahun > 45 tahun 3. Pendidikan : SD

SMP SMA PT

(61)

Wiraswasta Lain-lain 5. Penghasilan : < 1.000.000,-

(62)

II. Tingkat Kecemasan :

Beri tanda cheklist pada kolom jawaban gejala kecemasan, sesuai jawaban anda: Nilai setiap jawaban:

No Pertanyaan Gejala Kecemasan

TAG GR GS GB GBS

1 Bagaimana gejala cemas (ansietas) yang anda rasakan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? 2 Bagaimana gejala ketegangan yang anda

rasakan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

3 Bagaimana gejala ketakutan yang anda rasakan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

4 Bagaimana gejala gangguan tidur yang anda rasakan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

5 Bagaimana gejala kecerdasan yang anda rasakan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

6 Bagaimana gejala perasaan depresi (murung) yang anda rasakan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, seperti: hilangnya minat, berkurangnya?

7 Bagaimana gejala somatik/ fisik (otot) yang anda rasakan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? 8 Bagaimana gejala somatik/ fisik (sensorik)

yang anda rasakan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

(63)

10 Bagaimana gejala respiratori (pernafasan) yang anda rasakan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

11 Bagaimana gejala gastrointestinal (pencernaan) yang anda rasakan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

12 Bagaimana gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) yang anda rasakan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?.

13 Bagaimana gejala autonom yang anda rasakan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

14 Bagaimana gejala tingkah laku (sikap) pada wawancara yang anda rasakan?

(64)

MASTER TABEL PENELITIAN No

Res Umur Pddkn Pekerjaan P'hasiln

(65)
(66)

Frequencies

Statistics

Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan

Tingkat

Kecemasan

N Valid 56 56 56 56 56

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 35 tahun 26 46.4 46.4 46.4

35 - 45 tahun 24 42.9 42.9 89.3

> 45 tahun 6 10.7 10.7 100.0

Total 56 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sarjana 5 8.9 8.9 8.9

SMA 40 71.4 71.4 80.4

SMP 4 7.1 7.1 87.5

SD 7 12.5 12.5 100.0

(67)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PNS 5 8.9 8.9 8.9

Swasta 10 17.9 17.9 26.8

Petani/Buruh 41 73.2 73.2 100.0

Total 56 100.0 100.0

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 1jt 34 60.7 60.7 60.7

1 - 5 jt 17 30.4 30.4 91.1

> 5jt 5 8.9 8.9 100.0

Total 56 100.0 100.0

Tingkat Kecemasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Cemas 14 25.0 25.0 25.0

Ringan 4 7.1 7.1 32.1

Sedang 21 37.5 37.5 69.6

Berat 17 30.4 30.4 100.0

(68)

Crosstabs

Tingkat Kecemasan * Umur

(69)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 5.152a 6 .524

Likelihood Ratio 5.317 6 .504

Linear-by-Linear Association 2.654 1 .103

N of Valid Cases 56

a. 6 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count

is ,43.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .290 .524

N of Valid Cases 56

Tingkat Kecemasan * Pendidikan

(70)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 19.855a 9 .019

Likelihood Ratio 22.707 9 .007

Linear-by-Linear Association 11.209 1 .001

N of Valid Cases 56

a. 13 cells (81,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,29.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .512 .019

N of Valid Cases 56

Tingkat Kecemasan * Pekerjaan

Crosstab

Pekerjaan

Total PNS Swasta Petani/Buruh

Tingkat Kecemasan Tidak Cemas Count 3 0 11 14

% of Total 5.4% .0% 19.6% 25.0%

Ringan Count 1 1 2 4

% of Total 1.8% 1.8% 3.6% 7.1%

Sedang Count 1 6 14 21

% of Total 1.8% 10.7% 25.0% 37.5%

Berat Count 0 3 14 17

% of Total .0% 5.4% 25.0% 30.4%

Total Count 5 10 41 56

(71)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 10.164a 6 .118

Likelihood Ratio 12.995 6 .043

Linear-by-Linear Association 1.455 1 .228

N of Valid Cases 56

a. 9 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,36.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .392 .118

N of Valid Cases 56

Tingkat Kecemasan * Penghasilan

Crosstab

Penghasilan

Total < 1jt 1 - 5 jt > 5jt

Tingkat Kecemasan Tidak Cemas Count 8 3 3 14

% of Total 14.3% 5.4% 5.4% 25.0%

Ringan Count 2 1 1 4

% of Total 3.6% 1.8% 1.8% 7.1%

Sedang Count 13 7 1 21

% of Total 23.2% 12.5% 1.8% 37.5%

Berat Count 11 6 0 17

% of Total 19.6% 10.7% .0% 30.4%

Total Count 34 17 5 56

(72)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.291a 6 .391

Likelihood Ratio 6.853 6 .335

Linear-by-Linear Association 1.896 1 .169

N of Valid Cases 56

a. 7 cells (58,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,36.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .318 .391

N of Valid Cases 56

Correlations

Correlations

Umur Kecemasan

Umur Pearson Correlation 1 -.220

Sig. (2-tailed) .104

N 56 56

Kecemasan Pearson Correlation -.220 1

Sig. (2-tailed) .104

N 56 56

Correlations

Correlations

Pendidikan Kecemasan

Pendidikan Pearson Correlation 1 .451**

Sig. (2-tailed) .000

N 56 56

Kecemasan Pearson Correlation .451** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 56 56

(73)

Correlations

Correlations

Pekerjaan Kecemasan

Pekerjaan Pearson Correlation 1 .163

Sig. (2-tailed) .231

N 56 56

Kecemasan Pearson Correlation .163 1

Sig. (2-tailed) .231

N 56 56

Correlations

Correlations

Penghasilan Kecemasan

Penghasilan Pearson Correlation 1 -.186

Sig. (2-tailed) .171

N 56 56

Kecemasan Pearson Correlation -.186 1

Sig. (2-tailed) .171

(74)

JADWAL PENELITIAN

Aktivitas Penelitian Sept Okt Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli

Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan judul

penelitian

Menyusun bab 1   Menyusun bab 2 Menyusun bab 3 Menyusun bab 4 Menyerahkan

proposal penelitian

Ujian sidang proposal

Revisi Proposal

Uji Reliabilitas

Penelitian

Menyusun bab 5

Menyusun bab 6

Menyerahkan Skripsi

Gambar

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Demografi Kepala Keluarga Yang Anggota Keluarganya Mengalami Gangguan Jiwa Di RS Jiwa Prov.SU Medan Tahun 2014 (n = 56)
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa di RS Prov.SU Medan Tahun 2014
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

Hasil: seluruh responden mengalami beban dengan tingkat yang berbeda-beda dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. Kesimpulan: Responden secara

Hasil Penelitian: Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Kecamatan

Hasil penelitian memperlihatkan hasil bah- wa keluarga penderita yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar (85%) bekerja, secara umum pekerjaan ini berhubungan dengan

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa perilaku pencarian pengobatan pada saat awal gangguan jiwa yang dilakukan oleh keluarga berbeda- beda, diantaranya adalah

Hasil penelitian memperlihatkan hasil bah- wa keluarga penderita yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar (85%) bekerja, secara umum pekerjaan ini berhubungan dengan

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia paranoid sebagian besar adalah kecemasan sedang sebanyak 39

Rata-rata kemampuan psikomotor keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa ternyata lebih signifikan meningkat pada kelompok intervensi