• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis of the potential areas for directions to preserve paddy fields in Solok Regency West Sumatera Province

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analysis of the potential areas for directions to preserve paddy fields in Solok Regency West Sumatera Province"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ARAHAN MEMPERTAHANKAN LAHAN SAWAH

DI KABUPATEN SOLOK SUMATERA BARAT

DIDI IRWANDI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Potensi Wilayah untuk Arahan Mempertahankan Lahan Sawah di Kabupaten Solok Sumatera Barat adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, November 2011 Didi Irwandi NRP A156100314

Ar ada dia inf

di

di di

di dii di di

di

di

di

di

di

di

di

di dii di di

dii

di

di d di dii

di

d

d d d

di

d di di di d d di di di di di di di

di

di

d

d di dii di di di dii d

d

d d d d di d d d di di d di di d diii d di di dii dii di diiii

di di diiittttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt D

D

D D D D D

Da

Da

Da Da D D D D D D D D

D

(4)

ABSTRACT

DIDI IRWANDI. Analysis of the potential areas for directions to preserve paddy fields in Solok Regency- West Sumatera Province. Under direction of ATANG SUTANDI and BOEDI TJAHJONO.

The increasing of rice production by the programme of rice intensification and the controlling of paddy fields conversion becomes very important to maintain food security considering the increasing of paddy fields raw area has been difficult to be realized, mainly due to various barriers of economic and social factors, such as land status, remote location and the lack of manpower. Therefore, to ensure the food security, the priority areas that need to be preserved as paddy fields have to be set. The objective of this study was to analyze the potential of the region to be preserved as the paddy fields. The results of this study showed that there is 3.198 ha of area in Solok Regency which is suitable to be developed as paddy fields that is currently the grassland/tall grass, shrubs, bushes and fields. There are six districts namely Gunung Talang, Bukit Sundi, Kubung, Lembang Jaya, X Koto Singkarak and Junjung Sirih which is the most potential to be preserved as paddy fields by considering the availability of the technical irrigation network and the wide of semi technical, simple and village irrigation network, the value of cropping index that is more than 2 times per year and the level of paddy productivity that is more than 4,5 tons per ha. Moreover, the existence of subsidies or incentives for farmers is necessary to implement high yield productivity of farming so it could provides welfare for farmer families.

Key words : paddy fields, coversion, food security, potential area, Solok Regency

(5)

DIDI IRWANDI. Analisis Potensi Wilayah untuk Arahan Mempertahankan Lahan Sawah di Kabupaten Solok Sumatera Barat. Dibimbing oleh ATANG SUTANDI dan BOEDI TJAHJONO.

Berkembangnya sektor industri, jasa dan properti pada umumnya memberikan tekanan terhadap sektor pertanian terutama pada lahan-lahan yang produktif seperti lahan sawah. Namun demikian pengembangan sektor industri, jasa dan properti sulit untuk dihindari karena mengimbangi jumlah penduduk sehingga menimbulkan perubahan penggunaan lahan terutama pada lahan-lahan sawah. Sementara terobosan-terobosan teknologi untuk meningkatkan produksi pertanian sejauh ini masih belum dapat mengkompensasi produksi yang dapat dihasilkan pada lahan yang telah beralih fungsi tersebut. Kabupaten Solok merupakan kabupaten yang mayoritas perekonomiannya mengandalkan pada sektor pertanian. Produk pertanian utama yang dihasilkan dari Kabupaten Solok adalah padi dan sekaligus sebagai pemasok beras utama untuk wilayah Provinsi Sumatera Barat maupun di luar Provinsi Sumatera Barat. Sebagai daerah penghasil beras perlu secara komprehensif mempertahankan bahkan diharapkan dapat meningkatkan produksi beras.

Tujuan yang penelitian ini adalah (1) mengetahui ketersediaan lahan untuk padi sawah, (2) mengetahui pola persebaran sentra produksi padi, (3) mengetahui tipologi wilayah potensial untuk mempertahankan lahan sawah, dan (4) merumuskan arahan kebijakan mempertahankan lahan sawah potensial di Kabupaten Solok

Analisis ketersediaan lahan dimaksudkan untuk dapat mengeliminasi konflik pengelolaan lahan berkenaan dengan status lahan dan perencanaan tata ruang. Untuk mengetahui pemusatan suatu aktivitas pada suatu wilayah dalam cakupan wilayah agregat yang lebih luas dengan analisis LQ (Location Quotient). Analisis PCA dilakukan untuk melihat struktur keterkaitan antar indikator/peubah penentu kelayakan wilayah untuk dipertahankan lahan sawahnya dan analisis kluster untuk mengelompokan obyek sedemikian rupa sehingga obyek dalam satu kelompok memilki karakteristik yang lebih mirip dibandingkan dengan obyek dalam kelompok lain serta melihat pola penyebaran secara spasial dari variabel dan faktor utama yang menjadi penentu potensi wilayah. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis guna merumuskan kebijakan dan strategi sebagai arahan mempertahankan lahan sawah di Kabupaten Solok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan yang sesuai dan tersedia sebagai cadangan untuk pengembangan padi di Kabupaten Solok sekitar 3.198 ha (10,64 %) dari total potensi lahan sawah seluas 30.061 Ha. Lahan tersebut saat ini merupakan padang rumput/alang-alang, semak belukar, semak dan tegalan. Penambahan luas baku lahan sawah dapat dilakukan pada lahan-lahan tersebut dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis seperti kesesuaian lahan dan infrastruktur penunjang serta aspek-aspek keruangan agar pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya menghasilkan nilai sinergi yang besar terhadap kesejahteraan masyarakat dan tidak bertentangan dengan pelestarian lingkungan.

DI

kon tata dal

Qu

(6)

Secara komparatif sentra produksi padi di Kabupaten Solok adalah Kecamatan Gunung Talang, Bukit Sundi, Kubung, X Koto Singkarak, Hiliran Gumanti dan Payung Sekaki dengan nilai LQ > 1. Pada wilayah tersebut padi menjadi komoditi unggulan karena share luas panen padi terhadap luas panen tanaman pangan melebihi share luas panen padi terhadap luas panen tanaman pangan di Kabupaten.

Berdasarkan pada karakteristik penciri wilayah dihasilkan tiga tipologi wilayah yaitu; tipologi wilayah potensial merupakan prioritas utama suatu kecamatan yang akan dipertahankan lahan sawahnya, tipologi wilayah cukup potensial sebagai prioritas kedua dan tipologi wilayah kurang potensial bukan prioritas. Kecamatan yang menjadi prioritas utama untuk dipertahankan sebagai kawasan lahan sawah adalah Kecamatan Gunung Talang, Bukit Sundi, Kubung, Lembang Jaya, X Koto Singkarak dan Junjung Sirih dengan total potensi lahan sawah 19.668 ha (65,43 % dari total potensi lahan sawah di Kabupaten Solok). Dengan mempertahankan wilayah tersebut sebagai persawahan kontribusi produksi mencapai sekitar 71,72 % dari total produksi dan berkontribusi sekitar 45,72 % dari surplus produksi di Kabupaten Solok.

Arahan kebijakan mempertahankan lahan sawah di Kabupaten Solok adalah dengan memanfaatkan karakteristik wilayah seperti ketersediaan lahan dan air serta sarana pendukungnya agar petani mampu melaksanakan usaha tani dengan produksi tinggi dan memberikan kesejahteraan kepada keluarga tani. Namun demikian dalam pelaksanannya lahan-lahan yang akan dipertahankan sebagai kawasan sawah harus mendapatkan perlindungan hukum dan pemberian insentif yang menarik kepada petani agar lahan-lahan sawah tersebut dapat terus menghasilkan bahan pangan dan tidak dialihfungsikan ke penggunaan yang lain.

Kata Kunci : lahan sawah, konversi, keamanan pangan, areal potensi, Kabupaten Solok

Ke Gu me tan pan

(7)

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Di Di D D D Di D D D D D Di D D D D D D D D D

D

D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D Dl at at at at at at at at at at at a a a at at at at at a at at att at at at at atttt att att at at att at a at at a at at at at a at a at at at at a at at att a a att at a a at a a a att a attttt a a att att attt a att a a a attt at a a a a

a

at a

a

a a a a a a a a a a a a a a a aa pe pe pe pe pe p p p p pe pe pe p

pe pe pe p p pe pe pe p pe p p pe p p p p p p p p peeeee p p pe pe pe pe peee pe p p pe pe p p pe p p p p pee pe pe pe p pe pe pe pe p p p p pe p pee p p pe pe pe p p peee pe p p pe p p p pe p p p pe p p pe p p p pe p p p p p p p pe pe p p p pe p p p p pe p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p pe p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p n ti

ti

ti ti t ti ti ti ti ti tii ti ti ti ti ti ti ti t ti tiiiii tiii tiiii tiiiiii tiiiiiii tiiiiiii tiiiiii tiiiiii t t t t ti ti tiii t t ti tii t tiii t ti tiiiii ti t ti ti tii ti t t t t t ti t t t t ti t t tinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnjnnnnnnnnnnnnnnnnn ya ya y y ya ya ya ya ya ya yaa ya ya ya ya

ya

ya y ya y y ya ya ya y ya y y y y ya y ya yaaa ya ya ya yaa y yaaa ya y yaaaa yaaa ya y ya y y y y y y y y y y

y

ya y y y y yaa y y y yaa y yaa ya ya y y y y y y y ya y y n Di Di Di D D D D D D D D D D D D D Di D D Di D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D

D

(8)
(9)

ARAHAN MEMPERTAHANKAN LAHAN SAWAH

DI KABUPATEN SOLOK SUMATERA BARAT

DIDI IRWANDI

Tesis

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains

Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc. P

P

P

(11)

Lahan Sawah di Kabupaten Solok Sumatera Barat

Nama : Didi Irwandi

NRP : A 156100314

Disetujui Komisi Pembimbing

Ir. Atang Sutandi, M.Si., Ph.D. Ketua

Dr. Boedi Tjahjono, M,Sc Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 15 November 2011 Tanggal Lulus :

N N

K Il

Pr P P Pr P

P

P P P P Pr P P P P P P P P P P

P

P P P P P P P P P P P P P P P P P

P

P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P

T T T

T

(12)

YANG SELALU DI HATI

Ayahanda M. Andriyanto dan Ibunda Hj. Wastonah Yang tercinta:

(13)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2011 adalah Analisis Potensi Wilayah untuk Arahan Mempertahankan Lahan Sawah di Kabupaten Solok Sumatera Barat.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Ir. Atang Sutandi, M.Si, Ph.D selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Boedi Tjahjono, M,Sc selaku anggota komisi pembimbing atas segala motivasi, arahan dan bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hinga penyelesaian tesis ini, serta Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc selaku penguji luar komisi yang telah memberikan koreksi dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini. Disamping itu, penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus selaku ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB dan Ibu Dr. Khursatul Munibah, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB beserta segenap staf pengajar dan manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB.

Selain itu terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Solok yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti program ini. Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang diberikan bagi penulis. Sahabat-sahabat terbaikku PWL kelas khusus Bappenas Angkatan 2010 (Adi, Erpan, Eva, Fitri, Goi, Hayati, Irena, Irma, Kadek, Masruri, Nina, Nunik, Rimta, Suhut, Wawa dan Zainal) atas segala do’a, dukungan dan kebersamaannya selama proses belajar hingga selesai, dan pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tesis ini.

Akhirnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang utama dan pertama serta setinggi-tinginya untuk istri tercinta dan seluruh keluarga atas segala do’a, dukungan, pengertian dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2011 Didi Irwandi

Ny pen Wi pen

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Glugur Rimbun, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada tanggal 15 Oktober 1971 dari pasangan M. Andriyanto dan Wastonah. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan SD hingga SMA diselesaikan di Kabupaten Deli Serdang sedangkan pendidikan sarjana ditempuh pada Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 1995. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2010 dan diterima pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah melalui beasiswa pendidikan dari Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

Selesai menempuh pendidikan sarjana penulis bekerja di PT. Branita Sandhini sampai tahun 2002 dan PT. Riau Alamindo Sejahtera sampai tahun 2003. Tahun 2005 penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil dan ditempatkan di Dinas Pertanian Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat.

Uta Pen dis pad lu

lu lul

Pa Pa

Pa

Pa Pa Pa Pa Pa

Pa

Pa Pa Pa Pa Pa Pa Pa Pa Pa

Pa

Pa Pa P Pa Pa Pa Pa P Pa Pa Pa Pa Paaaa P P Pa Pa Pa

Paa Pa Pa P Pa Pa Pa Pa Paa Pa P

P

P P Pa Pa Pa P Pa P P P P Pa Pa Pa P Pa Pa

P Paa P Pa Paaa Paaaaa Paa Paaa

Pa Paaa Paaa Paaaaa P Pa Paa P P P Pa P P P

pa

pa pa pa

pa

pa

p p p p p p paaaaa pa p p p p p pa p p p pa paaaa p p pa pa p p p paa paaaa paa paa p pa p p pa p pa p p paaaa p p p p p p pa p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p d

Pu

Pu

Pu P P P P P P Pu P Pu Pu P P P P P Pu Pu Pu Pu P P P Pu P

P

P P Pu Pu Pu P P P Pu P P P P P Pu P P Pu P P Pu P P Pu P P P P P P P P P P P Pu P P P P P Pu P P P P P P P P P P P P P P P P Pu P P P P P P P P P P P Pu P P P P P P P P P P P P P P

P

P P P P P P P P P Puu Puuu P Puu Puu Pu Pu P Pu P P P P

P

P P P Puuuuu P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P Pe Pe

Pe

Pe Pe Pe Pe P Pe Pe Pe P P P Pe P P P P P Pe Pe P P P Pe P P P P Pe P Pe P P Pe P P P P Pe Pe Pe Pe Pe P P Pe P P P P Pe P P Pe P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P Pe P P P P Pe P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P

P

P P P

P

P P P P P P P P P P P P P

P

Pe Pe P P P P Peee Peee P Pe P Pee Per

Sa Sa

Sa

S

Sa

S S S S S S S S S S S S S S S S S S

Sa

S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S Sa S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S n

20 20 20 2 20 20 2 20 2 20 2000 200 20 20 20 20 20 20 2 2 2 20000 20 2 2 2 20 200 2000 2000 20 2 20 20 20 2 2 2 2 20 20000000 2 2 2000 200 20000 20000 2 2 2 20 200 20 2 200000 20 20 200 2 2 200 20 2 2 2 2 2 2 200 2 2 2 20 20 2 2 2 2 2 2 200 2000 20 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 200

di di di di di di di d d d d di di diii dii d di di di di diiii d di di di dii di di di d di d di di dii di di d di d d diii d di di d d dii di di di di di d dii d d d di d d d d d di di dii d d d di d d d d d d d d d di di di d d diiii di d di d d di d di d dii di diiii d d d d di

d

(15)

Halaman

DAFTAR TABEL………..……….... iii

DAFTAR GAMBAR………. v

DAFTAR LAMPIRAN……….. vi

PENDAHULUAN Latar Belakang……….….…. 1

Perumusan Masalah………..………. 3

Tujuan Penelitian……….... 5

Manfaat Penelitian……….. 5

Kerangka Pemikiran………... 5

TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan wilayah……….. 8

Pembangunan Pertanian………. 9

Komoditi Unggulan……… 10

Lahan Sawah………... 11

Pengendalian Alih Fungsi Lahan sawah………. 12

Evaluasi Sumberdaya Lahan………..……. 13

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 17

Metode Pengumpulan Data………. 17

Jenis dan Sumber Data……….. 17

Metode Analisis Data……… 18

Analisis Ketersediaan dan Kesesuaian Lahan………... 19

Analisis Location Quotient(LQ)………... 20

Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) ... 21

Analisis Kluster (Cluster Analysis)……… 23

Analisis Land Rent……….. 24

Analisis SWOT……… 25

DA

DA

D D

D

D D D

D

D

D

D D

D

D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D

D

D D D D D D D D D D D D D D D D D D D

D

D D D D D D D D

D

D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D DAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

PE

PE PE PE PE P PE PE P P PE P PE PE PE PE PE P P P PE P PE P P P PE

PE

PE P PE P PE P P P P PE P PE PEE P P P

PE

P PEE PEEE P P P P PE P P P P P PE P P P PEE P PE PE P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P

P P

P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P

P

P P P P P P

TI TI TI TI TI TI TI TI T TII TI TI T TI T T TI TI TI TII TI T T T TI

TI

TI TII TII T T T TII TI T T T TI TIII T TI T TI T TI T T T T T T T T T T T T T T T TI TI T T T T TI T T T T T TI T

TI

TI T T T T T T T TI TI TI T T T TI T T T T TII T TI T T TI T TI T T TI TII T TI T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T TN

(16)

ii

Halaman

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak dan Administrasi Wilayah………... 27

Kependudukan……… 29

Ketenagakerjaan………. 31

Struktur Perekonomian……….. 32

Kondisi Fisik Wilayah……… 34

Penggunaan Lahan………. 36

HASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan Lahan untuk Padi Sawah……….. 37

Persebaran Sentra Produksi Padi………... 45

Analisis Tipologi Wilayah Untuk Mempertahankan Lahan Sawah ... 47

Indikator Kelayakan Wilayah ... 47

Analisis Pengelompokan dan Tipologi Wilayah………….... 52

Analisis dan Pemetaan Pola Spasial Tipologi Wilayah ... 55

Arahan Mempertahankan Lahan Sawah ... 59

Analisis Land Rent Usaha Tani Padi ... 59

Dinamika Perubahan Lahan Sawah ... 60

Analisis SWOT………...… 64

Rekomendasi Arahan Untuk Mempertahankan Lahan sawah 69 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan……….………. 72 Saran………...……… 73

DAFTAR PUSTAKA ………. 74

LAMPIRAN………..……….……… 77

KE

H H H H H H H H H H H H H

H

H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H

H

H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H H HAAA

KE

D D D D D D D D D D D D

D D

D

D

D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D

D

D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D DAAAAA

L L L L L L L L L L

L

L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L

L L

L

L L L L L L

L

L L L L

L

L L L L L L L L L

L

L L L L L L L L

L

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Luas tanam, panen dan produksi padi Kabupaten Solok (2004-2009)… 3 2. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian………... 17 3. Matriks analisis penelitian ... 18

4. Matriks strategi SWOT………...……… 26

5. Nama kecamatan, ibukota kecamatan, jumlah nagari dan jorong di

Kabupaten Solok……….

29 6. Jumlah dan sebaran penduduk per kecamatan Kabupaten Solok tahun

2010………. 30

7. Persentase penduduk usia kerja di Kabupaten Solok menurut kegiatan utama dan jenis kelamin tahun 2009 ………..

31 8. Persentase penduduk Kabupaten Solok yang bekerja menurut lapangan

kerja tahun 2009………..

32 9. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Solok Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha 2004 –2009……….

33 10. Laju pertumbuhan dan distribusi PDRB Kabupaten Solok Atas Dasar

Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha 2004 –2009 .………. 33 11. Jenis tanah di Kabupaten Solok………... 35 12. Penggunaan lahan Kabupaten Solok ... 37 13. Sebaran kelas kesesuaian lahan untuk padi sawah pada tipe

penggunaan lahan Kabupaten Solok………..…………. 44 14. Nilai LQ luas panen tanaman pangan Kabupaten Solok………. 46 15. Prioritas komoditas unggulan tanamn pangan berdasarkan nilai LQ per

kecamatan di Kabupaten Solok……….. 47 16. Peubah penentu kelayakan wilayah untuk mempertahankan lahan

Sawah ... 49 17. Nilaieigenvaluekumulatif ………....………. 50 18. Nilai faktor loadings peubah penentu untuk mempertahankan lahan

sawah ... 51

1

2

3

3 3

3

4 4

4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

6 6 6 6 6 6

6

6

6 6 6 6 6 6 6 6

6

6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

7 7 7 7 7

7

7

7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

8

8

8

8

8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

9 9 9 9

9

9

10 1 1 1 10 10 1

10

10 10

10

1 1 1 10 10 1 10 1 10 1 1

10

1 10 1 10

10

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1

1

1 1 1 1 1 1000000 1000000 1000 10 1 1 1 1 1 100 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1000 1 1 100 100

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11

12

13

14

144

15

15 15 1 15 15 15 1 1 15 1 1 1 1 15 15 1 1 15

15

1 15 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

16

1 16 16

16

16 1 1 16 1 1 1 1 1 16 1 16 16 1 1 16 16 16 16 16 16 16 16 1 1 1 1 16 16 16 16 1 1 1 16 16 1 16 16 16 16 1 16 16 16 16 16 1 16 16 1666 16 166

16

16

1

1 166666 1 1 1 1 1666

16 1666 16 166 1 166 1 1666 16666666666666666666 1 1 1 166

17 17 17 17

17

1

1 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 177 1 1 1 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 17 1 17777777

(18)

iv

Halaman

19. Anggota masing-masing tipologi wilayah ... 52

20. Luas dan skala prioritas areal potensial untuk mempertahankan lahan sawah di Kabupaten Solok ... 54 21. Land rentusahatani padi sawah masing-masing tipologi ... 59

22. Data perkembangan luas sawah per kecamatan (tahun 2004-2010) ... 62

23. Penilaian tingkat kepentingan SWOT …...….…….……….…… 67

24. Pemilihan analisis prioritas yang diunggulkan …..……….……... 68

19

20

21

22 22 22 22 22 22 22 22

22

22 22 22 22 222 2222 22 2222 22 22 22 22 22 22 222 22 22 22 222 22 222222 222 22 22222 22222 22 2222 222 2222222 2222222 222222 222222 22 22 2222 222 222 2 2

2222 2222 2 2 22 222 22 22 2 22 2 2 22 2 2 222222

3 2

23

233

23

23 23 23 2 2

23

2

23

2 2 2 23 23 2 23 2 23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2 2

2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 2 2 2333 23 2 2 23 233 23 23 2 2 2 2 2 23 233 2 2 2 2 2 2 2 2 2333

2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

24 24

24

24 2 2 2 2 24 2 2 2 2 2 2 2 24

24

24 24 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 24 2 2 2 2 24 2 2 2 2 24 24 2 2 2 2 2 24 2 2 2

24

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pikir penelitian………... 7

2. Diagram alur penelitian………. 19

3. Peta administrasi Kabupaten Solok ……….. 28

4. Peta kesesuaian lahan dan faktor pembatas untuk padi sawah ... 39

5. Peta kondisi morfologi atau bentuk wilayah Kabupaten Solok ... 41

6. Peta penggunaan lahan Kabupaten Solok ... 42

7. Peta potensi lahan sawah Kabupaten Solok ... 43

8. Scree plot eigenvalues …….………... 49

9. Penyebaran spasial tipologi wilayah ... 56

10. Peta potensi lahan sawah pada masing-masing tipologi wilayah ... 57

1

2

3

3 3

3

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

3

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

4 4 4 4 4

4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5

5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

6

6 6

6

6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

7 7 7 7 7

7 7

7 7 7 7 7 7

7

7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

8

8

8

8 8

9 9 9

9 9

9 9 9 9 9 9 9 9

9

9

9

9

9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

1 1 1 1 1 1

10

10

10

10

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1

(20)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kriteria kesesuaian untuk padi sawah ……….………..… 77 2. Peta RTRW Kabupaten Solok 2008-2028……….……… 78 3. Data rata-rata luas tanam, panen dan produksi padi Kabupaten Solok

tahun 2004-2010 ……….……….

79

4. Matriks SWOT………... 80

1

2

3

3 3

3

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

4 4

4

(21)

Latar Belakang

Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh berbagai hal dan manifestasinya juga beragam di masing-masing daerah, rumah tangga dan individu. Ketersediaan pangan tidak hanya diperoleh dari produksi pangan pada suatu wilayah tetapi juga dari sistem tataniaganya. Produksi pangan suatu wilayah tergantung dari berbagai faktor seperti iklim, sifat tanah, curah hujan, irigasi, komponen produksi yang digunakan dan insentif bagi petani untuk menghasilkan tanaman pangan. Sumber bahan pangan dapat diperoleh dari berbagi jenis tanaman pangan dan salah satu yang terpenting dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan adalah komoditi padi.

Untuk meningkatkan produksi pangan dapat dilakukan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Peningkatan luas tanam khususnya padi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan indeks pertanaman (IP). Cara tersebut harus didukung oleh berbagai faktor diantaranya penyediaan benih bermutu, ketersediaan air yang cukup, tersedianya sarana alat dan mesin pertanian, pengendalian organisme pengganggu tanaman dan juga peningkatan kesuburan tanah. Sementara peningkatan produksi melalui ekstensifikasi tidaklah mudah terutama untuk mendapatkan areal yang sesuai baik dari aspek keruangan maupun status lahan.

Berkembangnya sektor industri, jasa, dan properti pada umumnya memberikan tekanan pada sektor pertanian terutama lahan-lahan yang produktif seperti lahan sawah. Pemanfaatan lahan untuk pengembangan sektor industri, jasa dan properti sulit dihindari karena untuk mengimbangi jumlah penduduk, sehingga kondisi ini menimbulkan perubahan penggunaan lahan terutama pada lahan-lahan sawah. Sementara itu terobosan-terobosan teknologi untuk meningkatkan produksi pertanian sejauh ini masih belum dapat mengimbangi besarnya produksi yang seharusnya dapat dihasilkan dari lahan-lahan yang telah beralih fungsi tersebut.

sem

Ke

pen

tan

ter

sta

(22)

2 Penataan ruang merupakan salah satu kebijakan yang diharapkam mampu mengendalikan laju alih fungsi lahan pertanian. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan peraturan mengenai lahan pertanian abadi. Amanat tersebut telah dilaksanakan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Dengan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut diharapkan dapat menahan tingginya laju alih fungsi lahan sawah.

Kabupaten Solok merupakan kabupaten yang mayoritas perekonomiannya mengandalkan sektor pertanian dan merupakan salah satu kekuatan tersendiri dalam tatanan perekonomian daerah. Berdasarkan hasil perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 sektor pertanian berkontribusi 42,05 persen dengan perincian subsektor tanaman pangan dan hortikultura 32,89 persen, perkebunan 5,89 persen, peternakan 2,10 persen, kehutanan 0,54 persen dan perikanan 0,63 persen (Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010)

Produk tanaman pangan utama yang dihasilkan dari Kabupaten Solok adalah padi dan sekaligus sebagai pemasok beras utama untuk wilayah Provinsi Sumatera Barat maupun di luar Provinsi Sumatera Barat dengan nama beras yang sangat terkenal yaitu ”Bareh Solok”. Daerah di luar Provinsi Sumatera Barat yang selalu menerima pasokan beras dari Kabupaten Solok adalah Provinsi Riau dan Jambi.

Kabupaten Solok merupakan daerah pertanian dengan luas wilayah 373.800 ha yang terdiri dari lahan pertanian ± 189.417 ha atau 50.67 % dan lahan bukan pertanian ± 184.383 ha atau 49.33 %. Lahan bukan pertanian adalah areal yang digunakan untuk pemukiman, hutan negara, rawa-rawa, jalan, sungai dan danau. Sementara lahan pertanian terdiri dari lahan sawah ± 23.561 ha dan lahan non sawah ± 165.856 ha. Selama periode tahun 2004 sampai 2010 luas tanam dan panen padi di Kabupaten Solok mengalami fluktuasi setiap tahunnya sedangkan dari sisi produksi terjadi peningkatan (Tabel 1). Produksi padi yang dihasilkan jika dikaitkan dengan kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Solok mengalami surplus. Tahun 2010 dengan jumlah penduduk 348.991 jiwa dan dengan

me

200

per

Un

san

sel

Jam

(23)

kebutuhan beras sebanyak ± 49.627 ton (konsumsi ± 140 kg/kapita/thn) terdapat kelebihan/surplus sebanyak 141.246 ton (Diperta Kabupaten Solok, 2011).

Tabel 1 Luas tanam, panen dan produksi padi Kabupaten Solok (2004-2009)

Tahun Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)

2004 52.311 51.117 252.013

2005 58.375 54.370 268.870

2006 55.673 52.890 274.046

2007 51.828 53.791 277.208

2008 53.869 53.315 286.528

2009 55.169 55.010 304.124

2010 55.596 55.656 319.667 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Solok (2011)

Walaupun mengalami surplus di Kabupaten Solok, namun secara nasional tingkat produksi padi dibandingkan konsumsi beras masih belum stabil. Kabupaten Solok sebagai daerah penghasil beras perlu secara komprehensif mempertahankan bahkan diharapkan dapat meningkatkan produksi beras. Untuk itu penetapan komoditi unggulan daerah perlu dilakukan sebagai upaya untuk merencanakan pengembangan komoditas yang lebih baik. Aspek awal yang perlu dilakukan adalah pemetaan pewilayahan komoditas unggulan. Dengan pewilayahan ini diharapkan pendayagunaan lahan dapat dilakukan dengan lebih optimal dan dapat menghindari terjadinya persaingan antar komoditas serta meningkatkan daya saing produk dalam pasar.

Dalam merumuskan perencanaan pengembangan pertanian dibutuhkan suatu perencanaan yang bersifat: (1) spesifik komoditas; (2) dapat mewadahi kepentingan publik (masyarakat petani dan pelaku usaha) dan (3) mampu memformulasikan upaya dan langkah-langkah operasional yang bertahap dan berkesinambungan. Perencanaan pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan perlu dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek meliputi aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.

Perumusan Masalah

Tantangan dalam sistem produksi pertanian pada masa yang akan datang cenderung semakin kompleks, karena ada tarik menarik kepentingan yang saling berbenturan, dengan alasan rasionalitas dan tujuan yang berbeda-beda. Masalah

keb

kel

Su

pew

opt

me

sua

kep

(24)

4 kemiskinan, ketahanan pangan, keberlanjutan sistem produksi, mutu lingkungan, penurunan sumberdaya lahan dan air perlu mendapat perhatian dan penanganan yang berimbang dalam pembangunan pertanian. Disamping hal-hal tersebut dalam upaya peningkatan produksi padi terdapat faktor penghambat mencakup fluktuasi luas tanam dan luas panen setiap tahun, belum optimalnya penerapan teknologi budidaya hingga pasca panen, terbatasnya sarana dan prasarana produksi, adanya anomali iklim serta alih fungsi lahan sawah.

Alih fungsi lahan akan mengakibatkan terganggunya suatu sistem produksi yang mencakup kesejahteraan masyarakat, sistem kelembagaan pertanian produktif, dan sumber-sumber pendapatan lain yang terkait dengan kegiatan pertanian. Meskipun demikian dampak positif yang timbul akibat alih fungsi lahan adalah penyerapan tenaga kerja, meningkatnya produk regional bruto, dan penghematan devisa. Akan tetapi karena pola penyebarannya tidak terkendali maka sejumlah dampak negatif seperti penelantaran investasi di sektor pertanian, menurunnya produksi/pasokan pangan, degradasi fungsi lahan/sawah di sekitarnya, dan hilangnya kelembagaan sistem penunjang sistem pertanian produktif tidak dapat dihindari.

Konflik penggunaan dan pemanfaatan lahan bersifat dilematis mengingat perluasan areal pertanian sudah sangat terbatas, sementara tuntutan terhadap kebutuhan lahan untuk perkembangan sektor non pertanian semakin meningkat terutama wilayah yang dekat dengan perkotaan seperti Kecamatan Kubung di Kabupaten Solok. Dengan demikian perubahan penggunaan lahan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional tidak mungkin dapat dihindarkan. Bila keadaan tersebut tidak dapat diatasi dengan kebijakan maka kelangsungan sistem pertanian sulit dipertahankan.

Selanjutnya sebagai upaya mengatasi permasalahan tersebut, aspek daya dukung lahan penting untuk diketahui dalam rangka peningkatkan produksi. Peningkatan produksi padi dapat ditingkatkan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi dengan menitikberatkan pada optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan sawah. Untuk tujuan optimalisasi sumberdaya lahan diperlukan seperangkat data dan informasi yang diperoleh melalui evaluasi lahan agar pengembangan padi sesuai dengan daya dukung untuk keberlanjutannya. Penggunaan lahan yang

kem

pen

yan

dal

flu

tek

pr

per

keb

ter

Ka

per

ter

(25)

tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menimbulkan kerusakan lahan serta masalah-masalah sosial. Oleh karena itu evaluasi lahan merupakan salah satu mata rantai yang harus dilakukan agar rencana tata guna lahan dapat tersusun dengan baik (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Dalam rangka peningkatan produksi padi di Kabupaten Solok dengan beberapa permasalahan pokok yang dirumuskan disusun pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut :

1 Bagaimanakah status kesesuaian lahan untuk tanaman padi? 2 Masih adakah lahan yang tersedia untuk pengembangan padi?

3 Wilayah mana yang berpotensi untuk dipertahankan sebagai lahan sawah? 4 Bagaimanakah arahan mempertahankan lahan sawah potensial?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1 Mengetahui ketersediaan lahan yang sesuai untuk padi sawah. 2 Mengetahui pola persebaran sentra produksi padi.

3 Mengetahui tipologi wilayah potensial untuk mempertahankan lahan sawah. 4 Merumuskan arahan kebijakan mempertahankan lahan sawah potensial di

Kabupaten Solok.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1 Sebagai bahan masukan dalam kebijakan penatagunaan lahan di Kabupaten Solok.

2 Sebagai bahan masukan untuk kebijakan program ketahanan pangan di Kabupaten Solok.

3 Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Solok.

Kerangka Pemikiran

Pembangunan yang dilaksanakan di suatu wilayah sesungguhnya merupakan kegiatan mengelola sumberdaya yang dimiliki. Untuk itu dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan potensi-potensi wilayah, seperti

tid

ma

ran

bai

beb

(26)

6 sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal, teknologi dan kelembagaan. Pengembangan wilayah diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan prioritas sektor-sektor yang semestinya dikembangkan, seperti sektor-sektor yang mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan wilayah (Gambar 1).

Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan maka perlu dilakukan pengkelasan lahan sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah dan menggunakan analisis kesesuaian lahan seperti metode dari FAO (1976).

Untuk menentukan wilayah sentra produksi padi maka dapat digunakan pendekatan berbasis ekonomi, seperti analisis Location Quotient (LQ) dimana satuan wilayah administrasi kecamatan dapat digunakan sebagai satuan analisis. Adapun untuk mengetahui wilayah-wilayah yang berpotensi untuk pengembangan padi maka terlebih dahulu perlu ditentukan variable-variabel yang dapat dijadikan sebagai ukuran penentu. Perumusan variabel dapat dilakukan dengan pendekatan berbagai aspek yang terkait dengan sistem produksi padi yang meliputi (1) input-input yang digunakan, dan (2) sarana dan prasarana penunjang. Kedua aspek tersebut banyak mempengaruhi produktifitas dan produksi yang akan dihasilkan, dan pada akhirnya akan mempengaruhi keuntungan usaha tani. Variabel-variabel yang dipilih adalah yang didasarkan pada pertimbangan kelengkapan data dan kemampuan variabel tersebut dalam menjelaskan karakteristik wilayah. Seleksi variabel dapat dilakukan melalui teknik analisis komponen utama (Principal Components Analysis/PCA)dan melalui analisis ini dapat dikelompokan variabel-variabel penting yang dapat digunakan untuk menduga fenomena sekaligus memahami struktur dan melihat hubungan antar variabel. Hasil analisis PCA ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis pewilayahan (Cluster Analysis)sehingga dapat menghasilkan tipologi wilayah.

Analisis land rent dengan pendekatan parameter rataan per hektar per tahun merupakan langkah selanjutnya untuk mengetahui penerimaan bersih petani. Data yang digunakan dalam perhitungan adalah hasil dari survey kepada responden

sum

Pen

me

dal

sem

kon

un

inp

ter

dan

yan

kem

var

(27)

pada masing-masing wilayah produksi padi. Hasil dari analisis land rent dapat menggambarkan suatu wilayah pengembangan padi yang memiliki karakteristik pokok sehingga dapat dibedakan dengan wilayah lain. Adapun analisis SWOT akan digunakan sebagai alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan pendapat responden yang dianggap ahli dari kalangan akademisi/peneliti, instansi terkait pada Pemerintah Kabupaten Solok, tokoh masyarakat dan pelaku usaha komoditas padi.

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian Pengembangan

Wilayah

Pembangunan Pertanian

Prioritas Pembanguan

- Aspek Sosek - Aspek Biofisik - Aspek Spasial Daya Dukung

Lahan

Aspek Kesesuaian Lahan

Penggunaan Lahan

Analisis Potensi Pengembangan

Padi Sawah

RTRW

Analisis Komoditi Unggulan

Sentra Wilayah Komoditas

Analisis SWOT

Arahan Mempertahankan Lahan Sawah Dinamika

Perubahan Luas Lahan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

pad

me

pok

aka

me

aka

ma ma ma ma ma ma

ma

ma ma ma ma ma ma ma ma ma ma ma ma ma m ma ma ma m ma ma ma m m ma m m ma m m m m m ma m m ma ma ma ma ma

m

m ma m ma m m m m ma m ma m m m m m m m m ma m m ma ma m m ma ma m m m ma ma ma maa ma ma m ma m m ma m m m m m m m m m m

A

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah (regional development) merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya, dan geografis yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah yang bersangkutan (Riyadi, 2002)

Dalam pengembangan wilayah, perlu terlebih dahulu dilakukan perencanaan penggunaan lahan yang strategis yang dapat memberikan keuntungan ekonomi wilayah (strategic land-use development planning). Perencanaan penggunaan lahan yang strategis bagi pembangunan merupakan salah satu kegiatan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan (Sitorus, 2004). Hal ini penting untuk mengetahui potensi pengembangan wilayah, daya dukung dan manfaat ruang wilayah melalui proses inventarisasi dan penilaian keadaan/kondisi lahan, potensi, dan pembatas-pembatas suatu daerah tertentu (Djakapermana, 2010).

Menurut Rustiadi et al. (2009) pembangunan harus dipandang sebagai proses multi dimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan indiviual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spiritual.

Menurut Anwar dan Rustiadi (2000) sektor prioritas merupakan sektor basis yang memiliki potensi optimal dalam pembangunan daerah. Sektor prioritas atau sektor strategis merupakan sektor yang memberikan sumbangan besar dalam

me

pro

stru

teta

(29)

perekonomian wilayah serta keterkaitan sektoral dan aspek spasialnya, mengingat besarnya sumbangan sektor prioritas dalam perekonomian wilayah maka program pembangunan diarahkan kepada sektor ini untuk memperoleh hasil pembangunan yang optimal.

Suatu perencanaan pembangunan selalu memerlukan adanya skala prioritas sebagai akibat keterbatasan sumberdaya yang tersedia, dimana dari sudut dimensi sektor pembangunan suatu skala prioritas didasarkan atas pemahaman bahwa : (1) setiap sektor memiliki sumbangan yang langsung maupun tidak langsung yang berbeda terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan baik penyerapan tenaga kerja, pendapatan regional dan lain-lain, (2) setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lain dengan karakteristik yang berbeda-beda, dan (3) aktivitas sektoral menyebar secara tidak merata dan spesifik, beberapa sektor cenderung memiliki aktivitas terpusat dan terkait dengan sebaran sumber daya alam, buatan (infrastruktur) dan sosial yang ada. Atas dasar pemikiran tersebut, disetiap wilayah selalu terdapat sektor-sektor yang bersifat strategis sebagai akibat besarnya sumbangan yang diberikan dalam perekonomian wilayah serta keterkaitan sektoral spasialnya. Perkembangan sektor strategis tersebut memberikan dampak langsung dan tidak langsung secara signifikan, dimana dampak tidak langsung terwujud akibat perkembangan sektor tersebut berdampak bagi perkembangan sektor-sektor lain dan secara spasial berdampak luas di seluruh wilayah sasaran (Rustiadi et al.2009).

Pembangunan Pertanian

Menurut Rustiadi et al. (2009) pembangunan berbasis pengembangan wilayah memandang penting keterpaduan antar sektoral, antar spasial serta antar pelaku pembangunan di dalam maupun antar daerah. Keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional dan sinergis antar sektor pembanguan sehingga setiap program pembangunan sektoral selalu dilaksanakan dalam kerangka pembanguan wilayah.

Tujuan utama dari program pembangunan pertanian adalah menaikkan produksi per ha dan per orang, serta berkesinambungan dalam jangka waktu yang lama. Pembangunan dalam arti ini mempunyai tujuan ekonomi dan tujuaan

per

bes

pem

yan

pr

dim

ber

lua

(30)

10 ekologi. Tujuan ekologi dan ekonomi bersifat saling menunjang tidak bersifat kompetitif. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan membutuhkan perhatian terhadap integritas dan sistem ekologi (Wiradisastra, 2006).

Peran sektor pertanian yang merupakan dasar bagi kelangsungan pembangunan ekonomi berkelanjutan diharapkan mampu memberikan pemecahan permasalahan bagi bangsa Indonesia, hal tersebut dikarenakan sektor pertanian mempunyai empat fungsi yang sangat fundamental bagi pembanguan suatu bangsa yaitu (1) mencakup pangan dalam negeri, (2) penyediaan lapangan kerja dan usaha, (3) penyediaan bahan baku industri, dan (4) sebagai penghasil devisa bagi negara (Dillon, 2004).

Komoditas Unggulan

Menurut Badan Litbang Pertanian (2003), komoditas unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan di suatu wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan baik secara teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya, manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat). Ditambahkan pula oleh (Bachrein, 2003) bahwa penetapan komoditas unggulan di suatu wilayah menjadi suatu keharusan dengan pertimbangan bahwa komoditas-komoditas yang mampu bersaing secara berkelanjutan dengan komoditas yang sama di wilayah lain adalah komoditas yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi serta memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Selain itu kemampuan suatu wilayah untuk memproduksi dan memasarkan komoditas yang sesuai dengan kondisi lahan dan iklim di wilayah tertentu juga sangat terbatas.

Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapai globalisasi perdagangan (Hendayana, 2003). Menurut Bachrein (2003), penetapan komoditas unggulan perlu dilakukan sebagai acuan dalam penyusunan prioritas program pembangunan oleh penentu kebijakan mengingat berbagai keterbatasan sumberdaya yang dimiliki baik sumberdaya keuangan, sumberdaya manusia,

eko

kom

per

pem

pe

yan

wil

tek

kom

(31)

maupun sumberdaya lahan. Selain itu, keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan juga diharapkan akan lebih baik karena kegiatan yang dijalankan lebih terfokus pada program yang diprioritaskan. Batasan wilayah dalam penetapan komoditas unggulan biasanya merupakan wilayah administrasi baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kabupaten.

Berbagai metode telah dikembangkan dan digunakan dalam penetapan komoditas unggulan daerah. Metode yang paling umum digunakan yaitu metode Location Quotient (LQ) (Hendayana, 2003). Metode ini lebih bersifat analisis dasar yang dapat memberikan gambaran tentang pemusatan aktifitas atau sektor basis saat ini. Selain metode LQ, Bachrein (2003) menambahkan perlunya analisis lanjutan untuk mendapatkan komoditas unggulan daerah yaitu analisis supply, analisis ekonomi, dan analisis kualitatif keunikan komoditas. Analisis supply bertujuan untuk melihat kemampuan suatu wilayah dalam menyediakan berbagai komoditas yang dihasilkan berdasarkan trendproduksi dan luas panen. Analisis keunggulan kompetitif untuk semua komoditas yang diunggulkan dilakukan dengan perhitungan rasio penerimaan/biaya (Revenue Cost Ratio). Analisis kualitatif dilakukan dengan memperhatikan orientasi pasar, daya saing, serta tingkat komersialisasi komoditas.

Lahan Sawah

Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk manahan/menyalurkan air, ditanami padi sawah tanpa memandang darimana diperolehnya status lahan tersebut. Berdasarkan sumber air yang digunakan dan keadaan genangannya, lahan sawah dapat dibedakan menjadi: (1) lahan sawah irigasi dan (2) lahan sawah non irigasi. Lahan sawah irigasi terdiri dari lahan sawah irigasi teknis, lahan sawah irigasi setengah teknis, lahan sawah irigasi sederhana, lahan sawah irigasi desa/non PU tadah hujan, sawah lebak, dan sawah pasang surut. Lahan Sawah Non irigasi terdiri dari lahan sawah tadah hujan, lahan sawah pasang surut, lahan sawah lebak, polder dan sawah lainnya serta lahan sawah yang sementara tidak diusahakan. (BPS dan Departemen Pertanian, 2007).

Lahan sawah memiliki fungsi yang sangat luas yang terkait dengan manfaat langsung, manfaat tidak langsung, dan manfaat bawaan. Manfaat

ma

sas

dij

dal

bai

ko

pem

saw

(32)

12 langsung berhubungan dengan perihal penyediaan pangan, penyediaan kesempatan kerja bidang pertanian, penyediaan sumber pendapatan bagi daerah, sarana penumbuhan rasa kebersamaan (gotong royong), sarana pelestarian kebudayaan tradisional, sarana pencegahan urbanisasi, serta sarana pariwisata. Manfaat tidak langsung terkait dengan fungsinya sebagai salah satu wahana pelestari lingkungan. Manfaat bawaan terkait dengan fungsinya sebagai sarana pendidikan, dan sarana untuk mempertahankan keragaman hayati (Rahmanto et al.2004).

Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah

Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian. Pemerintah didorong untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan untuk membiayai infrastruktur dan pelayanan publik sementara pada saat yang sama mencoba untuk membatasi penggunaan lahan pertanian. Dengan demikian alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari akibat kecenderungan tersebut (Lichtenberg dan Ding, 2008).

Iqbal dan Sumaryanto, (2007) mengatakan bahwa jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara progresif. Lahan pertanian yang paling rentan terhadap alih fungsi adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh : (1). Kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih inggi, (2) Daerah persawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan, (3) Akibat pola pembangunan di masa sebelumnya, infrastruktur wilayah persawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering, dan (4) Pembangunan sarana dan prasarana pemukiman, kawasan industri, dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu (terutama di Pulau Jawa) ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan.

Berdasarkan sintesis data dan informasi dari sejumlah hasil penelitian dan data yang dipublikasikan oleh sejumlah lembaga terkait, diperkirakan luas lahan sawah yang terkonversi tidak kurang dari 110.000 hektar/tahun. Namun demikian,

lan

kes

sar

keb

Ma

jug

alih

di

leb

pen

(33)

sampai saat ini belum ada data yang akurat tentang besaran alih fungsi lahan sawah tersebut. Hal ini terkait dengan pemantauan dan pencatatannya yang belum terlembagakan dengan baik. Kendala yang dihadapi terletak pada terbatasnya anggaran untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan kesulitan untuk menyamakan metode pengukuran dari berbagai lembaga terkait karena perbedaan sudut pandang dan kepentingan. Perbedaan tersebut terkait dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga yang bersangkutan (Bappenas, 2010).

Evaluasi Sumberdaya Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuannya secara potensial akan berpegaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Dari keempat faktor fisik tersebut, tanah memegang peranan sangat penting dalam mendukung pembangunan pertanian. Data mengenai tanah tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan survei dan pemetaan tanah dengan tujuan untuk mendelineasi penyebaran, mengetahui karakteristik dan potensi pemanfaatannya (Soil Survey Division Staff, 1993).

Pemanfaatan lahan merupakan proses yang dinamis dari pola dan aktivitas manusia. Manusia memerlukan bahan pangan, air, energi dan minyak serta infrastruktur perumahan dan fasilitas publik. Kegiatan pemenuhan kebutuhan tersebut menuntut tersedianya lahan. Namun karena ketersediaan tanah relatif tetap, kelangkaan lahan akan terjadi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan tingkat konsumsinya. Dalam kaitan ini, respon terhadap lahan dapat berupa (a) ekstensifikasi, bila masih mungkin ketersediaan lahan yang bersifat elastis, (b) intensifikasi, dengan ketersediaan lahan yang tidak elastis dan digantikan perannya oleh tekonologi, dan (c) kombinasi kedua hal tersebut. Terhadap keseimbangan antara permintaan dan penawaran lahan, sistem umpan balik penggunaan lahan dapat mengalir dalam dua arah, yaitu menghasilkan perbaikan kesejahteraan atau justru menurunkan produktivitas dan mengganggu keberlanjutan produksi (Nasoetion, 1995). Peningkatan kebutuhan akan lahan ini telah mengakibatkan terjadinya persaingan penggunaan lahan sektor pertanian

sam

saw

ter

ang

me

inf

ter

teta

dan

(34)

14 dengan sektor lain di luar pertanian (non pertanian). Dalam kondisi ini diharapkan setiap keputusan penggunaan lahan hendaklah merupakan hasil dari suatu perencanaan tataguna lahan. Perencanaan yang baik akan menempatkan sumberdaya lahan ke dalam penggunaan yang lebih produktif dan pada waktu yang sama melestarikannya untuk kepentingan di masa yang akan datang.

Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan ditetapkan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Selanjutnya Djaenudin et al. (2003) menyebutkan bahwa evalusi lahan merupakan suatu pendekatan atau cara menilai potensi sumberdaya lahan. Hasil evaluasi lahan memberikan informasi dan arahan penggunaan lahan serta nilai produksi yang mungkin diperoleh. Pada dasarnya evaluasi lahan dilakukan dengan cara mencocokkan (matching) antara kualitas lahan (land qualities) dan karakteristik lahan (land characteristics) dengan persyaratan tumbuh tanaman (land use requirement).

Kesesuaian lahan ádalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini atau setelah diadakan perbaikan (improvement). Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri dari iklim, tanah, topografi, hidrologi dan/atau drainase sesuai untuk status usahatani atau komoditas tertentu yang produktif (Djaenudin et al.2003).

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya sebagai berikut : Ordo, keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan yang tergolong tidak sesuai (N). Kelas, adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo, dimana pada tingkat kelas lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu ; sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. Sub-kelas, adalah tingkat dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi sub-kelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi

den

set

per

sum

yan

In

ata

lah

tan

kom

dib

(35)

faktor pembatas terberat. Faktor pembatas ini sebaiknya dibatasi jumlahnya, maksimum dua pembatas. Tergantung peranan faktor pembatas pada masing-masing sub-kelas, kemungkinan kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan ini bisa diperbaiki dan ditingkatkan kelasnya sesuai masukan yang diperlukan. Unit, adalah tingkat dalam sub-kelas kesesuaian lahan yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam satu sub-kelas mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas. Unit yang satu berbeda dari unit yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembedaan tingkat detil dari faktor pembatasnya. Dengan diketahuinya pembatas tingkat unit tersebut memudahkan penafsiran secara detil dalam perencanaan usahatani.

Berdasarkan FAO (1976) ada dua pendekatan yang dapat ditempuh dalam melakukan evaluasi lahan, yaitu pendekatan dua tahapan (two stage approach) dan pendekatan paralel (parallel approach). Pendekatan dua tahap adalah proses evaluasi dilakukan secara bertahap, pertama evaluasi secara fisik dan kedua evaluasi secara ekonomi. Pendekatan ini biasanya untuk inventarisasi sumberdaya lahan secara makro dan studi potensi produksi. Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel) atau dengan kata lain analisis ekonomi sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik. Pendekatan ini umumnya menguntungkan untuk suatu acuan yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat semi detil dan detil dan diharapkan hasil yang lebih pasti dalam waktu singkat.

Ciri dari proses evaluasi lahan adalah tahapan di mana persyaratan yang dibutuhkan suatu penggunaan lahan dibandingkan dengan kualitas lahan. Fungsi dari evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana perbandingan serta alternatif pilihan penggunaan yang diharapkan berhasil (FAO, 1976). Hasil evaluasi lahan juga dapat merumuskan rencana pemanfaatan lahan yang ekonomis, diterima secara sosial dan ramah lingkungan (Sathish dan Niranjana, 2010).

fak

ma

ma

dip

ada

tam

da

den

sec

um

den

dih

(36)

16 Perencanaan penentuan wilayah pengembangan tertentu dalam proses evaluasi lahan dapat dilakukan melalui Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi. Untuk keperluan tersebut maka perlu diketahui peta-peta seperti; peta lereng, peta status lahan dan peta penutupan lahan. Operasi selanjutnya adalah menumpangtindihkan (overlay) berbagai peta tersebut sehingga dapat diperolah lokasi yang sesuai dengan persyaratan komoditas yang bersangkutan (Barus dan Wiradisastra, 2000).

Dalam rangka untuk memastikan efektivitas perencanaan penggunaan lahan, informasi tentang kualitas tanah dan karakteristik lahan memainkan peranan penting. Penerapan teknologi informasi adalah salah satu solusi terbaik di bidang perencanaan penggunaan lahan dimana basis data unit tanah dipertimbangkan terlebih dahulu. Database unit tanah terdiri dari data spasial dan data atribut, yang keduanya harus mengikuti standar (Quanet al.2007).

eva

ada

ber

per

lah

te te te te te te te te te te te te te

te

te te tee te te te te te te te te te t te te te te te tee te te t t teeee t te

te

te t t te tee t t te te te te te te te te t tee te tee te te t te tee te te t t te t te teeerrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr ko ko

ko

k k ko

ko

ko ko k ko kooo ko

ko ko

k k ko k k ko ko ko ko k k ko k k k k k k k k k ko k k k k k k k k k k k k k k k ko k k k k k k k k k k ko k k k k k k

k k

k ko k k k k k k k k k ko k k k koo k k k k k k k ko k k ko k ko k k k k k k ko ko k k k k k k koo ko k k k k k ko k k ko ko k k k k k k k ko k k k k k ko k k k k k k koo k k k k k k ko k k k ko k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k koo koom

la la

la

la laaa

laa l la la la la l l la

l

laaa la la la la la laaa la la la la laa laaaaaa l l l laa laaaaaaaa la la la l laaaaaaaa laa laaaaaaaaaaaaaaaaa la l la la laaaaa l l laaaa l laa laa l l la laaaaa l

la

la l laaaaaaaaaahhh

pe pe p pe pe pe pe

pe

p p pe pe pe pe pe pe p p pe pe pe pe p p p p pee p p p p p p pe p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p pe p p p p p pe p p p p p p pe p p p p p pe pe p p p p p p p pe p

p

p pe p p p pe p p p p p p p p p r

bi bi bi b b bi b b bi bi bi biiii bi b b biii b bi bi bii b bi bi bi bi bii b bii b b bi bi b b b bi biii bii b bi b b bi bii b bi b bi bi bi b bi b bii b b b b b bi b bii b bi bii b b bi bii bii bi b bi b bi bi

b b

biii b b bi

b

bi

bi b

b bii bi b b b

bi

b b b

b b b biii

b b

b

biii b b

b

b bd

di di di d d d d d d di d di d

di

d di di di d d d d

d

di d d d d

di

d

d d di d d

d d

d

d

di d d

d

d d

d

d d d d di di d d d di d d d di d d

d

di d d d d d d d d d d d

d

d d d d di d d d d d d d d

d

d d d d d d d d d d di d d d d d d di d

d d di dii d d d d d

d

d d d di d di d d d d d d di d d d d d d di d d d d d di d d d di d d di d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d di d d d dppppp

da

da

da d d d

da

d d da d da d d d da d da

da d d da

da

da d d da d d da d d d d d da d da d d d d d d d d d da d d d d d d d d d d d d da d da da da da

d

d d da d d da da da da d d daa d d d d da da d d daa d d daa d d daa d d d da d d d daa d daa d d

d

Gambar

Tabel 1  Luas tanam, panen dan produksi padi Kabupaten Solok (2004-2009)
Gambar 1  Kerangka pikir penelitian
Tabel 2  Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
Tabel 3 Matriks analisis penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan varietas padi gogo memperlihatkan pengaruh nyata pada peubah pertumbuhan dan produksi seperti tinggi tanaman 4, 6, 8 dan 10

Introduction to the session, with a brief explanation of the rationale for three papers: Overview of different theories of the policy process; institutional analysis and

[r]

Pengaruh Waktu Pemanasan Serbuk Gergaji yang Berukuran Lebih Besar dari 355 µm yang Dipanaskan pada Suhu 300 o C dan Didinginkan dengan Es Selama 30 Menit terhadap

Dilihat dari aspek finansial, analisis pendapatan usahatani padi menunjukkan bahwa usahatani tersebut mampu memberikan keuntungan yang lebih besar bagi petani yaitu sebesar

yang menentukan persepsi nasabah apakah suatu produk atau jasa bank itu baik. atau tidak, sesuai atau tidak, menguntungkan

März 1952 machte der sowjetische Diktator ein für uns Deutsche geradezu traumhaftes Angebot, nämlich Wiederherstellung der deutschen Einheit, Abzug der Besatzungstruppen innerhalb

[r]