Oleh :
IDA LAELA
NIM: 18100110000029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Skripsi berjudul
Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak Siswa
Kelas VIII di SMPI Yapkum Depok
disusun oleh Ida Laela, NIM.
18100110000029, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 26 Nopember 2014
Yang mengesahkan
Pembimbing,
Ida Laela. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak Siswa Kelas
VIII di SMPI Yapkum Depok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara perhatian orang
tua terhadap akhlak siswa kelas VIII di SMPI Yapkum Depok. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif, merupakan penelitian yang dilakukan untuk
mendapatkan jawaban dari permasalahan atau gambaran umum tentang suatu
fenomena atau gejala yang dilandasi pada teori, asumsi atau andaian, dalam hal ini
dapat diartikan sebagai pola fikir yang menunjukkan hubungan antara
variabel-variabel yang diteliti.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel 24% dari jumlah populasi yaitu 30 siswa.Adapun teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum perhatian orang tua siswa
sudah sangat baik, ini dapat dilihat dari nilai skor sebesar 1192 yang berada pada
posisi sangat baik. Akhlak siswa kelas VII SMPI Yapkum Depok cukup baik, ini
dapat dilihat dari nilai skor sebesar 970 yang berada pada posisi cukup baik. Dari
hasil analisis statistik diketahui bahwa korelasi antara perhatian orang tua dengan
akhlak siswa 0,639 yang berada pada kategori tingkat korelasi yang tergolong
kuat
. Perhatian orang tua mempunyai pengaruh sebesar 40,8% terhadap akhlak
siswa SMPI Yapkum Depok. Sedangkan dari uji hipotesis menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh antara variabel perhatian orang tua terhadap akhlak siswa kelas
VIII SMPI Yapkum Depok.
Ida Laela. Islamic Education Department of the Faculty of Science of MT
and Teaching. Effect of Attention Parents Against Morals Grade VIII in
SMPI Yapkum Depok.
This study aims to determine the effect of parental attention toward morals eighth
grade students in SMPI Yapkum Depok. This study uses a quantitative approach,
the research done to get the answer to a question or a general description of a
phenomenon or symptom that is based on the theory, assumptions or assumption,
in this case can be interpreted as the mindset that shows the relationship between
the variables studied. In this study, the authors took a sample of 24% of the total
population that is 30 students. The techniques used in data collection in this study,
observation, interviews and questionnaires. The results showed that in general the
attention of the parents has been very good, it can be seen from the score of 1192
which is located in a very good position. Morals class VII SMPI Yapkum Depok
good enough, it can be seen from the score of 970 which is in a position good
enough. From the results of statistical analysis known that the correlation between
parents' attention to the morals of 0.639 students who are in the category of
relatively strong degree of correlation. Attention parents have the effect of 40.8%
against the morals of students SMPI Yapkum Depok. While the hypothesis test
showed that there is influence between the variables of attention of parents of
eighth grade students SMPI character Yapkum Depok.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Ida Laela
NIM
: 18100110000029
Jurusan/Prodi
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak
Siswa Kelas VIII di SMPI Yapkum Depok
Dosen Pembimbing
: Marhamah Saleh, Lc., MA.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
i
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah, Segala puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada seluruh muslimin dan
muslimat.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, senantiasa penulis panjatkan kepada
-Nya.
Karena atas ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang
tidak mungkin dapat hidup mandiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan
penyusunan skripsi, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan
do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik. Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1.
Nurlena
Rifa’i, Ph.D.
, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. H. Abd. Majid, Khon, M.A., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, berkat jasa beliau penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik, beliau juga yang senantiasa
memberikan yang terbaik untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Agama Islam.
3.
Marhamah Saleh, Lc., M.A., selaku dosen pembimbing, berkat jasa beliau,
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
4.
Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu
kepada saya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kau
berikan dengan pahala yang berlipat.
5.
Dra. Juhriatul Fitriah, kepala sekolah SMPI Yapkum Depok, yang telah
ii
untuk penulis, agar senantiasa mendapatkan ridho-Nya di setiap langkah
perjuangan dalam menempuh perjalanan yang berliku untuk menggapai
kesuksesan.
7.
Suami tercinta Maswadi yang telah memberikan doa, serta motivasi moril dan
materil.
8.
Anak-anakku tersayang Muhammad Faathir Raihan dan Zulfa Fathiyah Kamil
yang selalu memberikan semangat.
9.
Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan
banyak inspirasi kepada penulis.
10.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang
turut memberikan do’a dan dukungan
selama proses penyusunan skripsi.
Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa
yang telah mereka berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang
jauh lebih baik dari-Nya. Amin.
Akhirul kalam, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala
kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, dan dengan kerendahan hati penulis
menerima kritik dan saran yang konstruktif. Besar harapan penulis, semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 26 Nopember 2014
Penulis
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
...
i
DAFTAR ISI
... iii
BAB I
PENDAHULUAN
...
1
A.
Latar Belakang Masalah ...
1
B.
Identifikasi Masalah ...
4
C.
Pembatasan Masalah...
4
D.
Perumusan Masalah ...
4
E.
Tujuan Penelitian ...
4
F.
Kegunaan Penelitian ...
5
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
...
6
A.
Deskripsi Teoritik ...
6
1.
Perhatian Orang Tua ...
6
2.
Akhlak ... 11
3.
Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak Anak ... 22
B.
Hasil Penelitian Yang Relevan ... 25
C.
Kerangka Berfikir ... 26
D.
Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
... 28
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
B.
Metode dan Desain Penelitian ... 28
C.
Populasi dan Sampel ... 28
D.
Teknik Pengumpulan Data ... 29
E.
Instrumen Penelitian ... 31
F.
Teknik Analisis Data ... 32
iv
1.
Sejarah SMPI Yapkum Depok ... 36
2.
Visi dan Misi SMPI Yapkum Depok ... 37
3.
Keadaan Siswa ... 38
B.
Deskripsi Data ... 39
C.
Analisis Data ... 54
BAB V PENUTUP
... 58
A.
Kesimpulan ... 58
B.
Implikasi ... 58
C.
Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA
... 60
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat.1 Baik tidaknya suatu
masyarakat ditentukan oleh baik tidaknya keadaan suatu keluarga umumnya pada
masyarakat tersebut. Oleh karena itu, apabila kita menghendaki terwujudnya suatu
masyarakat yang baik dan tertib mulailah dari keluarga. Dari institusi keluarga
inilah akan lahir anak-anak yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa.
Dalam kaitannya dengan pembentukan dan pembekalan terhadap
generasi-generasi baru ini maka orang tua yang ada di dalam keluarga tersebutlah yang
secara kodrati diserahi tanggung jawab untuk mendidik mereka.
Bagi seorang muslim pendidikan anak ini merupakan tanggung jawab
yang sangat penting. Mendidik dan mengajar anak bukan merupakan hal yang
mudah, bukan pekerjaan yang dapat dilakukan serampangan, dan bukan pula hal
yang bersifat sampingan. Mendidik dan mengajar anak ini sama kedudukannya
dengan kebutuhan pokok dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim
yang mengaku dirinya memeluk agama yang hanif ini.2 Bahkan mendidik dan mengajar anak merupakan tugas yang harus dan mesti dilakukan oleh setiap orang
tua karena perintahnya datang dari Allah sebagaimana yang tersimpulkan dari
makna firmanNya:
1
Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, h. 2
2
ا ً ر َル ْ ﻢُﻜﻴ ِﻠ ْﻫَأ َ و ْ ﻢُﻜ َ ﺴُﻔْـﻧَأ اﻮُﻗ اﻮُﻨ َ ﻣآ َ ﻦﻳ ِﺬﱠﻟا ﺎ َﻬﱡـﻳَأ َ レ
...
)
ﱘﺮﺤﺘﻟا
:
٦
(
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka… (Q.S. At Tahrim: 6)3
Hal tersebut merupakan peringatan kepada kita agar ketika di dunia
sungguh-sungguh dalam mengajarkan dan mengawasi keluarga dan anak-anak
kita, jangan sampai tergelincir pada perbuatan-perbuatan yang melanggar
ketetapan agama.
Berdasarkan survey di SMPI Yapkum Depok diketahui bahwa banyaknya
kedua orang tua siswa yang bekerja dari pagi sampai sore hari. Sehingga
perhatian mereka terhadap pembentukan akhlak anak kurang maksimal.
Konsekuensi dari kurangnya perhatian orang tua ini, pembentukan akhlak siswa
kurang optimal yang mengakibatkan perilaku dan emosional mereka cenderung
labil. Apabila tidak dibekali dengan pembinaan keagamaan yang kuat sejak dini,
dikhawatirkan ketika mereka menghadapi zaman globalisasi, mereka tidak mampu
menahan godaan yang menghampirinya. Untuk itu peran orang tua sangat
dibutuhkan, terutama pada anak masa pubertas.
Masa Pubertas sering juga disebut masa transisi dari sautu tahapan masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Biasanya mulai usia 14 tahun pada anak
laki-laki dan usia 12 tahun pada anak wanita. Biasanya anak berada dalam jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA).4
Masa pubertas ini biasanya anak ingin mencoba hal-hal baru yang belum
pernah mereka temukan sebelumnya. Dan juga pada masa ini anak mulai
melakukan hal-hal yang mereka inginkan tanpa memperdulikan disekitarnya, serta
pada masa pubertas ini mereka mulai merasa ingin bebas, tidak ada aturan yang
membelenggu mereka.
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1999), h. 951
4
Masa terpenting untuk sebuah pendidikan adalah masa kanak-kanak, yang
merupakan masa terpanjang dalam kehidupan manusia. Dengan itu diperlukan
adanya pendidikan akhlak, sehingga ketika mereka beranjak dewasa, mereka
sudah terbiasa dengan akhlak yang baik. Oleh karena itu orang tua selaku
pendidik pertama memiliki peran yang sangat menentukan dalam membentuk
anak agar memiliki kepribadan yang baik.
Secara umum akhlak Islam dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia ( al-akhlaq al-mahmudah/al-karimah) dan akhlak tercela (al-akhlaq al-madzmumah/qabihah). Akhlak mulia adalah yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, sedang akhlak tercela adalah akhlak yang harus kita jauhi
jangan sampai kita praktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari.5
Akhlak itu tumbuh dan berkembang dari pengalaman-pengalaman yang
dilalui oleh anak-anak sejak ia lahir. Pembinaan akhlak tidak dapat terjadi hanya
melalui pengertian-pengertian tanpa adanya latihan, pembiasaan dan
contoh-contoh yang diperoleh sejak kecil. Kebiasaan itu tertanam dengan
berangsur-angsur sesuai dengan pertumbuhan kecerdasannya, sesudah itu, barulah si anak
diberikan pengertian-pengertian tentang akhlak. Pertumbuhannya baru dapat
dikatakan mencapai kematangannya pada usia 13-21 tahun.
Dalam upaya menjaga diri dan keluarga, tidak ada jalan lain kecuali orang
tua secara penuh bertanggung jawab, menanamkan pendidikan agama Islam
kepada anak-anaknya, sehingga dari hasil didikan itu akan terbentuk kepribadian
yang religius, yang terasah kefahamannya dan dapat diaktualisasikan di dunia
nyata, serta kemudian dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya,
sehingga wewenang lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang
telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengombinasikan antara pendidikan yang
diperoleh dari keluarga dengan lembaga pendidikan tersebut, sehingga sekolah
merupakan tempat peralihan dari pendidikan keluarga.
5
Sejalan dengan pentingnya perhatian orang tua terhadap akhlak anak
terutama masa pubertas yang berada dalam jenjang SMP, penulis tertarik untuk
mengkajinya melalui penelitian ilmiah dengan judul: “Pengaruh Perhatian Orang
Tua Terhadap Akhlak Siswa Kelas VIII SMPI Yapkum Depok”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka peneliti mencoba
membahas masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya perhatian orang tua terhadap akhlak anak dapat menimbulkan
perilaku yang menyimpang.
2. Banyaknya perilaku siswa yang melanggar tata tertib sekolah.
3. Pengaruh perhatian orang tua terhadap akhlak siswa.
C. Pembatasan Masalah
Batasan pada penelitian ini ialah untuk mengetahui peranan perhatian
orang tua terhadap akhlak anak, apakah dapat memberi pengaruh yang berarti atau
tidak. Penelitian ini dilaksanakan di SMPI Yapkum Depok Tahun Pelajaran
2014/2015. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 60
siswa dengan menggunakan penelitian lapangan (field research).
Ada dua batasan pokok dalam penelitian ini yaitu pehatian orang tua anak
dan akhlak siswa kelas VIII SMPI Yapkum Depok Tahun Pelajaran 2014/2015.
Maksud perhatian orang tua yaitu membimbing, melatih, mengajak, memberikan
teladan, mengajarkan dan memperhatikan. Sedangkan akhlak siswa yaitu akhlak
terhadap Allah, terhadap sesama manusia dan terhadap lingkungan.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Adakah pengaruh perhatian
orang tua terhadap akhlak siswa kelas VIII SMPI Yapkum Depok tahun pelajaran
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perhatian orang tua siswa kelas VIII di SMPI Yapkum
Depok.
2. Untuk mengetahui akhlak siswa kelas VIII di SMPI Yapkum Depok.
3. Untuk mengetahui apakah perhatian orang tua berpengaruh terhadap akhlak
siswa kelas VIII di SMPI Yapkum Depok.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan oleh penulis diantaranya:
1. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk mengambangkan
teori pendidikan tentang perhatian orang tua terhadap akhlak anak.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti, untuk kelengkapan persyaratan dalam rangka mencapai gelar
Sarjana Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan untuk mengetahui hambatan atau kekurangan yang belum
dilakukan berhubungan dengan siswa, sekolah, orang tua, bahkan
lingkungan sekolah sehingga dapat ikut berperan dalam usaha
pembentukan akhlak peserta didik sesuai yang diharapkan.
b. Bagi peserta didik, agar menyadari pentingnya kedisiplinan belajar,
mengatur waktu, sopan terhadap semua serta selalu membiasakan perilaku
yang baik dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah atau
masyarakat.
c. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan laporan/pedoman mengambil
kebijakan mengingatkan orang tua tentang pentingnya perhatian terhadap
akhlak anak.
d. Bagi masyarakat, sebagai sumbang pikir ilmiah menambah wawasan
pengetahuan Pendidikan Agama Islam khususnya dalam pembentukan
6 BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik 1. Perhatian Orang Tua
Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang
didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-anak, dan yang diterimanya dari
kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena
itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya hendaklah kasih sayang yang
sejati pula.1
Keluarga memegang perenan utama dalam pemeliharaan dan pembiasaan
sikap hormat kepada semua anggota keluarga tersebut. Kasih sayang semua
anggota keluarga yang tumbuh akibat dari hubungan darah dan akan diberikan
kepada anak dengan wajar atau sesuai kebutuhan, mempunyai arti penting bagi
anak, karena anak akan merasa diperhatikan oleh semua anggota keluarga.
Apabila keluarga tidak memberikan kasih sayang kepada anak, anak akan
merasakan bahwa kehadiran dirinya tidak mempunyai arti bagi kedua orang
tuanya, akibatnya anak sulit diatur, mudah berontak, dan mempunyai sikap negatif
lain.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tayangan televisi terbukti cukup
efektif untuk membentuk dan mempengaruhi perilaku anak-anak karena media ini
1
sekarang telah berfungsi sebagai sumber rujukan dan wahan peniruan. Televisi
secara tidak langsung telah ikut mendidik dan menemani anak-anak di saat orang
tua disibukkan dengan berbagai aktivitas. Oleh karena itu untuk membantu agar
anak dapat memanfaatkan tayangan televisi secara positif tentunya sangat
dibutuhkan peran optimal orang tua dalam mendampingi dan mengontrolnya.
Orang tua harus sabar mendampingi anak-anak saat menonton televisi.
Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan
kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah
darah dagingnya, kecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua ini. Maka
sebagian tanggung jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain, yaitu
melalui sekolah.2
Pada umumnya pendidikan rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari
kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik melainkan karena
secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami
membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya
pergaulan dan hubungan pengaruh-mempengaruhi secara timbal balik antara
orangtua dan anak.
Anak lahir dalam keadaan suci atau fitrah sedangkan jika tidak beragama
tauhid (menyimpang dari fitrah) itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan
terutama lingkungan keluarga. Oleh karena itu, orang tua harus mendidik
anak-anak atau anggota keluarga agar mentaati Allah. Keharusan tanggung jawab orang
tua untuk menyelamatkan diri dan keluarganya melalui pendidikan Islam juga
telah ditegaskan dalam firman Allah surat At-Tahrim ayat 6:
َ و ُ سﺎﱠﻨﻟا ﺎ َﻫُدﻮُﻗ َ و ا ً رَル ْ ﻢُﻜﻴ ِﻠ ْﻫَأ َ و ْ ﻢُﻜ َ ﺴُﻔْـﻧَأ اﻮُﻗ اﻮُﻨ َﻣآ َ ﻦﻳ ِﺬﱠﻟا ﺎ َﻬﱡـﻳَأ َ レ
ﺎ َﻬ ْـﻴَﻠَﻋ ُة َ رﺎ َﺠِ ْﳊا
َنو ُ ﺮ َ ﻣْﺆُ ـﻳ ﺎ َ ﻣ َنﻮُﻠ َﻌْﻔ َ ـﻳ َ و ْ ﻢ ُﻫ َ ﺮ َ ﻣَأ ﺎ َ ﻣ َﱠYا َنﻮ ُﺼْﻌ َ ـﻳ َﻻ ٌدا َﺪ ِﺷ ٌظ َﻼِﻏ ٌﺔَﻜِﺋ َﻼ َ ﻣ
)
ﱘﺮﺤﺘﻟا
:
٦
(
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. At Tahrim: 6)
2
Dalam membentuk akhlak anak dengan baik, orang tua harus memberikan
pendidikan kepada anak. Pendidikan adalah sebagai usaha membentuk akhlak
manusia melalui proses yang panjang, dengan hasil (resultan) yang tidak dapat diketahui dengan segera. Dalam proses pembentukan, diperlukan suatu
perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pikiran-pikiran
atau teori yang tepat sehingga kegagalan atau kesalahan langkah pembentukan
terhadap anak dapat dihindarkan, karena sasaran pendidikan adalah makhluk yang
sedang tumbuh dan berkembang dan mengandung berbagai kemungkinan, bila
salah bentuk maka akan sulit memperbaikinya.
Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa ayat 9:
اﻮُﻟﻮُﻘ َـﻴْﻟ َ و َ ﱠYا اﻮُﻘﱠـﺘ َـﻴْﻠَـﻓ ْ ﻢِﻬْﻴَﻠ َﻋ اﻮُﻓﺎ َﺧ ﺎًﻓﺎ َﻌ ِﺿ ًﺔﱠﻳِ ّ رُذ ْ ﻢِﻬِﻔْﻠ َﺧ ْ ﻦِﻣ اﻮُﻛَ ﺮَـﺗ
ْ ﻮَﻟ َ ﻦﻳ ِﺬﱠﻟا َﺶْﺨَﻴْﻟ َ و
ا ًﺪﻳ ِﺪ َ ﺳ ًﻻْ ﻮَـﻗ
)
ءﺎﺴﻨﻟا
:
٩
(
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS An Nisa: 9) a. Pengertian perhatian
Perhatian adalah modus dari fungsi. Modus yaitu cara berposisi dan
menggerakkan. Perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa tertuju kepada
suatu objek.3
Menurut Sayekti Pujdo Suwarno, perhatian adalah menaruh hati. Menaruh
hati pada seluruh anggota keluarga adalah dasar pokok hubungan yang baik
diantara pada anggota keluarga. Menaruh hati terhadap kejadian dan peristiwa
yang terjadi di dalam keluarga berarti mengikuti dan memperhatikan
perkembangan seluruh keluarga. 4
Berdasarkan pendapat yang telah disebutkan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa perhatian adalah pemusatan pikiran, perasaan dan kemauan
yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek.
3
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 34
4
Dalam penelitian ini istilah perhatian dikaitkan dengan orang tua, sehingga
terbentuklah istilah perhatian orang tua. Orang tua yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah ibu dan bapak.
b. Sifat dan Jenis Perhatian
Perhatian dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis:
1) Perhatian yang konsentratif: dalam hal ini perhatian kita terpusat pada
suatu objek, terbatas.
2) Perhatian yang statis, yaitu dengan suatu perangsangan saja sudah dapat
menimbulkan perhatian dalam waktu yang cukup lama tercurah kepada
suatu objek/kesibukan saja. Lawannya: perhatian yang dinamis, yaitu agar
perhatian itu terus berlangsung diperlukan perangsangan berkali-kali,
karena lagi-lagi perhatian itu merendah.
3) Perhatian yang pasif: dalam hal ini (di luar kehendak kita) kita tertarik
pada suatu objek. Lawannya adalah: perhatian yang aktif yaitu kita harus
sengaja (dibawah pengaruh kehendak) mencurahkan perhatian terhadap
sesuatu hal.
Jenis-jenis perhatian:
1) Type terpusat (Fixerend); yaitu orang yang mudah memusatkan perhatiannya dan sebaliknya sukar mengalihkan perhatian kepada hal yang
baru/lainnya.
2) Type tersebar (Fluctuerend); yaitu orang yang mudah mengalihkan perhatiannya dari suatu objek kepada objek lainnya, perhatiannya mudah
dibelokkan ke arah yang lain.5
Dari pengertian perhatian serta macam-macam perhatian seperti telah
dikutip di atas dihubungkan dengan perhatian orang tua yang tertuju pada akhlak
anak, sehingga perhatian orang tua dapat diartikan sebagai pemusatan energi yang
dilakukan secara sengaja, intensif dan terkonsentrasi dari orang tua yang dilandasi
rasa penuh kesadaran dalam melakukan tindakan demi tercapainya akhlak mulia
pada anak.
5
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua
Perhatian merupakan kesadaran manusia untuk melakukan respon dengan
memusatkan tenaga psikis tertuju pada obyek yang merangsang kesadaran seorang
didalam melakukan respon yang berbeda, sehingga obyek dan kesadaran manusia
yang berbeda akan mempunyai perbedaan terhadap besar kecilnya perhatian.
Orang tua yang disibukkan dengan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, lupa terhadap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Keadaan
psikis anak semakin parah karena orang tua mengalami gangguan emosional
disebabkan persaingan hidup dimasyarakat. Hal ini membuat orang tua stress,
berperilaku negatif seperti cepat marah, bertengkar, anak dibiarkan sendiri bahkan
ditinggal bekerja ke tempat yang jauh untuk memenuhi persaingan hidup keadaan
tersebut berpengaruh negatif terhadap anak, anak akan bandel, kurang sopan
bahkan sikap seperti ini dibawa ke sekolah dan akhirnya mempengaruhi
kestabilan pribadi dan akhlak anak.
Menurut Sayekti Pudjo Suwarno, faktor-faktor yang mempengaruhi
perhatian orang tua terhadap anak adalah: a) ajaran dan pengalaman agama, b)
membiasakan kebersihan dan menjaga kesehatan, c) berbuat baik kepada sesama
manusia, d) mencintai tanah air, e) memberi tauladan yang baik, f) perasaan cinta
kasih, disiplin dan beraturan. 6
Suatu hal yang perlu diperhatikan setiap orang tua dalam membimbing
anak adalah penyesuaian bimbingan pada perkembangan jiwa anak-anak. Banyak
keluarga kurang berhasil didalam membimbing putra-putrinya hanya karena
kurang perhatian terhadap masalah yang berhubungan dengan perkembangan
akhlak anak.
Dari pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perhatian orang tua terhadap anak antara lain: a) tuntunan
kemajuan zaman, b) kondisi orang tua, c) lingkungan, d) keutuhan rumah tangga,
e) keadaan ekonomi, f) kesadaran orang tua, g) perasaan cinta kasih.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perhatian orang tua yang
dicurahkan pada anak tak lepas dari pengalaman-pengalaman yang pernah
6
dimiliki yang diantaranya persepsi terhadap nilai pendidikan yaitu menumbuhkan
dan mengembangkan aspek akhlak anak.
2. Akhlak
Dalam era modern sekarang ini, akhlak seolah-olah hanya sebagai slogan
dalam menilai karakter seseorang. Banyak terlihat dengan jelas di sekitar kita
bagaimana pola pergaulan yang bahkan dilakukan oleh umat Islam sendiri
menyimpang dari esensi dan nilai akhlak. Oleh sebab itu, perlu disadari bahwa
Islam datang dan disyiarkan pertama kali oleh Rasulullah saw adalah dengan
dasar akhlak. Bahkan Rasulullah saw sendiri memproklamirkan kerasulannya
adalah untuk menyempurnakan akhlak.
a. Pengertian akhlak
Secara etimologi (lughotan) akhlaq (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti tabiat, budi pekerti.7 Sedangkan Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan
secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.8
Menurut Ahmad Amin yang dikutip oleh Abuddin Nata menjelaskan
Bahwa Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang
dapat dinilai baik atau buruk. Tetapi tidak semua amal yang baik atau buruk itu
dapat dikatakan perbuatan akhlak. Banyak perbuatan yang tidak dapat disebut
perbuatan akhlaki, dan tidak dapat dikatakan baik atau buruk. Perbuatan manusia
yang dilakukan tidak atas dasar kemauannya atau pilihannya seperti bernafas,
berkedip, berbolak-baliknya hati, dan kaget ketika tiba-tiba terang setelah
sebelumnya gelap tidaklah disebut akhlak, karena perbuatan tersebut yang
dilakukan tanpa pilihan.9
Di antara tujuan mempelajari akhlak adalah karena misi utama diutusnya
Nabi Muhammad saw adalah karena akhlak. Karena seluruh ibadah yang kita
7
Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), h. 364
8
Ahmad A.K. Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Reality Publisher, 2006), hal 45-50
9
lakukan tujuan utamanya adalah memurnikan akhlak. Jika tidak, maka ibadah
tidak lebih dari sekedar latihan dan olah raga semata.
Selanjutnya, di antara tujuan memperlajarinya adalah menghindari
pemisah dan mempererat kaitan antara akhlak dengan ibadah. Atau singkatnya,
mempererat hubungan antara agama dan dunia. Pemisah dalam hal ini sama sekali
bukan dari ajaran Islam. Islam adalah satu kesatuan, saling melengkapi,
komprehensif dan tidak parsial. Maka janganlah seperti orang yang hanya
membuat orang banyak terpengaruh dengan ibadah-ibadahnya, tetapi perilakunya
sangat berbeda dengan akhlak Islam.
b. Jenis-jenis akhlak
Secara umum akhlak Islam dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia ( al-akhlaq al-mahmudah/al-karimah) dan akhlak tercela (al-akhlaq al-madzmumah/qabihah). Akhlak mulia adalah yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, sedang akhlak tercela adalah akhlak yang harus kita jauhi
jangan sampai kita praktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari.10
Dilihat dari ruang lingkupnya akhlak Islam dibagi menjadi dua bagian,
yaitu akhlak terhadap Khaliq (Allah SWT.) dan akhlak terhadap makhluq (selain
Allah). Akhlak terhadap makhluk masih dirinci lagi menjadi beberapa macam,
seperti akhlak terhadap sesama manusia, akhlak terhadap makhluk hidup selain
manusia (seperti tumbuhan dan binatang), serta akhlak terhadap benda mati.
Diantara contoh-contoh dari akhlak terpuji (Al-Akhlaaqul Mahmuudah)
adalah:
1) Akhlak baik terhadap Allah, di antaranya meliputi:
a) Shalat (As-Sholaat), yaitu amalan yang disyariatkan kepada kita untuk mengingat Allah Azza Wajalla. Shalat sangatlah penting karena hal itu merupakan pernyataan lahiriah seseorang menjadi muslim. Sebagai
seorang muslim diwajibkan mendirikan shalat wajib lima kali sehari,
10
selain shalat-shalat sunnah lainnya sesuai dengan yang di amalkan
Rasulullah saw, dan agar mengetahui betapa besar manfaat shalat bagi
individu seorang muslim. Rasulullah saw telah mengisyaratkan dalam
hadist:
ِإ
َن
َأ َ و
َل
َﻣ
ُﻳ ﺎ
ْ ﺴ
َﺄ
ُل
َﻋ
ْﻨ
ُﻪ
ْﻟا
َﻌ
ْﺒ
ُﺪ
َـﻳ
ْ ﻮ
َم
ْﻟا
ِﻘ
َﻴ
َﻣﺎ
ِﺔ
ِﻣ
ْ ﻦ
َﻋ
َ ﻤ
ِﻠ
ِﻪ
َﺻ
َﻼ
ُﺗ
ُﻪ
َﻓ
ِﺈ
ْن
ُـﺗ
ُﻘ
ِ ّﺒ
َﻠ
َﺖ
ِﻣ
ْﻨ
ُﻪ
َﺻ
َﻼ
ُﺗ
ُﻪ
ُـﺗ
َﻘ
ُـﺒ
َﻠ
ْﺖ
ِﻣ
ْﻨ
ُﻪ
َ ﺳ
ِﺋﺎ
ُ ﺮ
َﻋ
َ ﻤ
ِﻠ
ِﻪ
.
َ و
ِإ
ْن
ُ ر
ﱠد
ْت
َﺻ
َﻼ
ُﺗ
ُﻪ
ُ ر
ﱠد
َ ﺳ
ِﺋﺎ
ُ ﺮ
َﻋ
َ ﻤ
ِﻠ
ِﻪ
)
ﺪﲪأ ﻩاور
ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑإ و دواد ﰉأ
(
Amal yang pertama-tama ditanyai Allah pada hamba dihari Kiamat nanti ialah amalan shalat. Bila shalatnya dapat diterima, maka akan diterima seluruh amalnya, dan bila shalatnya ditolak akan tertolak pula seluruh amalnya. (HR Ahmad, Abi Daud, dan Ibnu Majah).
Setiap muslim semestinya mengetahui bahwa tujuan hakiki dari
shalat adalah membangkitkan perasaan akan keagungan Tuhan sehingga ia
merasa takut. Dengan demikian, ia akan melaksanakan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya11
b) Puasa (As-Saum) yaitu menahan masuknya sesuatu ke dalam rongganya, maka puasa itu batal dengan makan, minum, obat yang dihirup (sa'uth)
dan suntikan. Dengan puasa, banyak sekali manfaat yang didapat,
diantaranya dapat mendatangkan kelembutan dan mengalahkan syahwat,
serta menolak kejahatan dan kesombongan. Dan diantara hikmah lapar
adalah tidak melupakan siksaan dan mengalahkan syahwat lainnya.
Rasulullah saw bersabda:
ُﻛ
ْ ﻞ
َ ﺣ
َ ﺴ
َﻨ
ِﺔ
َـﺑ
َﻌ
ْﺸ
ِﺮ
َأ ْﻣ
ِﺜ
َﻠ
َﻬ
ِإ ﺎ
َﱃ
َ ﺳ
ْ ـﺒ
َﻌ
ِﻤ
َﺋﺎ
ِﺔ
َﺿ
ْﻌ
ٍﻒ
ِإ
َﻻ
َﺼﻟا
ْ ﻮ
ِ م
َﻓ
ِﺈ
َﻧ
ُﻪ
ْ ِ ﱃ
َ و
َأ َル
َأ
ْﺟ
َ ﺮ
ِﺑ ى
َﻪ
)
ﻢﻠﺴﳌا ﻩاور
(
Setiap kebaikan digandakan sepuluh hingga tujuh ratus kali kecuali puasa, karena puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang memberikan balasnya.
(HR. Muslim)12
11
Al-Jaziri, Kitab Shalat Fikih Empat Mazhab, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2010), h. 3
12
c) Membaca Al-Qur’an (Qiraatul Qur'an) adalah salah satu tradisi (sunnah)
Rasulullah saw, yang harus hidup dan membumi dalam kehidupan setiap
muslim. Karena Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi ummat Islam, agar
kita selamat dunia dan akhirat.
Rasulullah saw bersabda:
ِإ
ْـﻗ
َ ﺮ
ُأ
ْﻟا او
ُﻘ
ْ ﺮ
َا
َن
َﻓ
ِﺄ
ﱠﻧ ُﻪ
ْ َ
ِﺗ
َـﻳ ﻰ
ْ ﻮ
َم
ْﻟا
ِﻘ
َﻴ
َﻣﺎ
ِﺔ
َﺷ
ِﻔ
ْـﻴ
ًﻌ
ﺎ
َﻷ
ْﺻ
َ ﺤ
ِﺑﺎ
ِﻪ
.
)
ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور
(
Bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari Kiamat sebagai penolong orang yang rajin membacanya. (HR. Muslim)
Membaca Al-Qur’an dengan penuh khusyu dan tadabbur sangat
dianjurkan oleh Allah SWT. Bahkan, orang yang tidak mentadaburi
Al-Qur’an disebut sebagai orang yang tertutup (terkunci) hatinya.13
d) Berdzkir (Adz-Zikru) yaitu mengingat Allah Yang Maha Pencipta. Dengan mengingat Allah swt maka hati menjadi tenang dan orang-orang yang
beriman hatinya selalu terpaut pada Allah, ia menjadi tenang dalam
hidupnya karena Allah ada dan menyertainya.
Allah swt berfirman:
ا ً ﲑِﺜَﻛ ا ً ﺮْﻛِذ َ ﱠYا او ُ ﺮُﻛْذا اﻮُﻨ َﻣآ َ ﻦﻳ ِﺬﱠﻟا ﺎ َﻬﱡـﻳَأ َ レ
)
٤١
(
ًﻼﻴ ِﺻَأ َ و ًة َ ﺮْﻜُﺑ ُﻩﻮ ُﺤِ ّﺒ َ ﺳ َ و
)
٤٢
(
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyakbanyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. (QS Al Ahzab: 41-42)
e) Berdo’a (Ad-Du'a) adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah swt. Allah swt sangat mencintai hamba-Nya yang berdo’a kepada-Nya. Berdo’a
hukumnya sunnah, barangsiapa yang tidak berdo’a kepada Allah berarti ia
telah meninggalkan kebaikan yang banyak. Allah swt berfirman:
ْ ﻢُﻜَﻟ ْ ﺐ ِﺠَﺘ ْ ﺳَأ ِ ﱐﻮُﻋْدا ُ ﻢُﻜﱡﺑ َ ر َلﺎَﻗ َ و
ۚ ◌
ِ ﰐَدﺎ َﺒ ِﻋ ْ ﻦَﻋ َنوُ ِﱪْﻜَﺘ ْ ﺴَﻳ َ ﻦﻳ ِﺬﱠﻟا ﱠنِإ
َ ﻦﻳِﺮ ِﺧا َد َ ﻢﱠﻨ َ ﻬ َ ﺟ َنﻮُﻠ ُﺧ ْﺪَ ﻴ َ ﺳ
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orangorang yang menyombongkan
13
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS. Ghofir: 60)
2) Akhlak baik terhadap sesama manusia, diantaranya:
a) Jujur (As-Shidqu) yaitu kesesuaian ucapan dengan hati kecil dan kenyataan obyek yang dikatakan. Diriwayatkan dalam hadist dari Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahu „anhu “Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantar kepada surga. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku jujur hingga ia disebut shiddiq (orang yang senantiasa jujur). Sedang dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang (dzalim) dan perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku dusta hingga ia disebut pendusta besar”. (HR Bukhari).
Allah swt berfirman:
ٌفو ُ ﺮ ْﻌ َ ﻣ ٌل ْ ﻮَـﻗ َ و ٌﺔَﻋﺎَﻃ
ۚ ◌
َذِﺈَﻓ
ْ ﻢَُﳍ ا ً ﺮ ْ ـﻴ َﺧ َنﺎَﻜَﻟ َ ﱠYا اﻮُﻗ َﺪ َﺻ ْ ﻮَﻠَـﻓ ُ ﺮ ْ ﻣَْﻷا َم َ ﺰَﻋ ا
Ta'at dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (QS Muhammad: 21)
b) Memberi salam (At-Tasliim) yaitu mengucapkan salam „
Assalamu'alaikum'. Salam juga merupakan amalan dan tradisi (sunnah) para rasul-rasul Allah dan para malaikat-Nya. Dalam Islam bukan hanya
sekedar sapaan saja, tetapi lebih mulia dari itu. Ia merupakan sebagian dari
ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala, yang jelas mempunyai nilai dan pahala yang besar di sisi-Nya. Ucapan salam itu adalah doa. Sedangkan
doa itu sendiri merupakan inti ibadah dan diberikan pahala bagi siapa yang
mengucapkannya.
Allah swt berfirman:
ﺎ َﻫوﱡد ُ ر ْ وَأ ﺎ َ ﻬْـﻨ ِﻣ َ ﻦ َ ﺴ ْ ﺣَِ اﻮﱡﻴ َ ﺤَﻓ ٍﺔﱠﻴ ِﺤَﺘِﺑ ْ ﻢُﺘﻴِ ّﻴ ُ ﺣ اَذِإ َ و
ۗ ◌
ِ ّ ﻞُﻛ ٰ ﻰَﻠ َﻋ َنﺎَﻛ َ ﱠYا ﱠنِإ
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (QS An Nisa: 86)
c) Menghormati orang tua; orang-orang yang terdekat dengan kita adalah
anggota keluarga, kerabat, saudara dan tetangga. Sebagai seorang muslim,
harus saling menghormati, yang muda menghormati yang tua, yang tua
menyanyangi yang muda. Anak harus menghormati kedua orang tuanya,
murid menghormati gurunya.
Rasulullah saw bersabda:
ا ْ ﻮُﻠ َﺻَ و ، َمﺎ َﻌَﻄﻟا اﻮ ُ ﻤِﻌْﻃَأ َ و ، َمﺎ َ ﺣْ رَﻻا ا ْ ﻮُﻠ ِﺻ َ و ، َم َﻼ َ ﺴﻟا ا ُ ﻮ ْﺸَﻓا ُ سﺎَﻨﻟا ﺎ َﻬُـﻳَأ َ レ
ٍمَﻼ َ ﺴِﺑ َﺔَﻨ ََﳉا اﻮُﻠ ُﺧْﺪَﺗ ، ُمﺎ َ ﻴِﻧ ُ سﺎَﻨﻟا َ و ِﻞْﻴَﻠﻟ ِヨ
)
ىﺬﻣﱰﻟا ﻩاور
(
Hai manusia, syiarkan salam, dan hubungi keluargakeluarga dan berilah makan dan sembayanglah pada malam ketika manusia tidur, niscaya kamu masuk surga dengan sejahtera. (HR Tirmidzi)
d) Larangan hidup boros; Islam tidak membenarkan penggunaan harta secara
boros, yakni menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak benar menurut
Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena, pemborosan merupakan kebiasaan
setan yang sangat merugikan manusia. Harta akan cepat habis, sementara
kebiasaan berlebihan menjadi sangat sulit untuk ditinggalkan, meskipun
dia tidak memiliki harta yang cukup.14 Sebagaimana difirmankan Allah:
ا ً ﺮﻳ ِﺬْﺒَـﺗ ْ رِ ّﺬَﺒُـﺗ َﻻَ و ِﻞﻴِﺒﱠﺴﻟا َ ﻦْﺑا َ و َﲔِﻜ ْ ﺴِﻤْﻟا َ و ُﻪﱠﻘ َ ﺣ َٰ ﰉْ ﺮُﻘْﻟا اَذ ِتآ َ و
)
٢٦
(
ﱠنِإ
ِﲔِﻃﺎ َﻴﱠﺸﻟا َنا َ ﻮ ْﺧِإ اﻮُﻧﺎَﻛ َ ﻦﻳِرِ ّﺬَﺒ ُ ﻤْﻟا
ۖ ◌
ا ً رﻮُﻔَﻛ ِﻪِ ّﺑ َ ﺮِﻟ ُنﺎَﻄْﻴﱠﺸﻟا َنﺎَﻛَ و
)
٢٧
(
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al Isra: 26-27)
14
3) Akhlak baik terhadap lingkungan
Alam dan sekitarnya adalah anugerah Allah swt yang amat besar yang
diciptakan-Nya untuk keperluan hidup manusia seperti udara, sungai, hutan,
lautan dan lain sebagainya. Manusia wajib menjaga keutuhan dan
kebersihannya agar kehidupan atau ekosistem dapat seimbang. Manusia,
hewan, tumbuhan dan lainnya dapat hidup dengan baik.
Allah swt berfirman:
ﺎًﻗﺎ َ ﺒ ِﻃ ٍتا َ وﺎََﲰ َ ﻊْﺒ َ ﺳ َﻖَﻠ َﺧ يِﺬﱠﻟا
ۖ ◌
َـﺗ ْ ﻦِﻣ ِﻦٰ َْﲪﱠﺮﻟا ِﻖْﻠ َﺧ ِ ﰲ ٰىَ ﺮَـﺗ ﺎ َ ﻣ
ٍتُ وﺎَﻔ
ۖ ◌
ٍرﻮُﻄُﻓ ْ ﻦِﻣ ٰىَ ﺮَـﺗ ْ ﻞ َﻫ َ ﺮ َﺼَﺒْﻟا ِﻊ ِ ﺟْ رﺎَﻓ
(Allah) yang telah menciptakan tujuh langit berlapislapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS Al Mulk: 3)
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut
adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap
alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta
pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.15
Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan
mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena
hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai
tujuan penciptaannya.16 Mencabut atau menebang pepohonan dilarang, kecuali
kalau terpaksa, tetapi itupun harus seizin Allah. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
َﻨﻴّ ِﻟ ﻦّ ِﻣ ﻢُﺘ ْﻌَﻄَﻗ ﺎ َﻣ
َ ﺮَـﺗ ْ وَأ ٍﺔ
َ يِﺰ ْﺨُﻴ ِﻟ َ و ِﻪـﱠﻠﻟا ِنْذِﺈِﺒَﻓ ﺎَ ِﳍﻮُﺻُأ ٰ ﻰَﻠَﻋ ًﺔ َ ﻤِﺋﺎَﻗ ﺎ َﻫﻮ ُ ﻤُﺘْﻛ
َﲔِﻘ ِﺳﺎَﻔْﻟا
Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh, berdiri di atas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. (QS. Al-Hasyr, 59:5).
15
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), h. 358
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya
diciptakan oleh Allah SWT, dan menjadikan milik-Nya, serta semua memiliki
ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengatarkan manusia untuk
menyadari bahwa semuanya adalah umat Tuhan yang harus diperlakukan
secara wajar dan baik.
Diantara contoh-contoh dari akhlak tercela (Al-Akhlaaqul Mahzumuumah)
adalah:
1) Akhlak tercela terhadap Allah, diantaranya meliputi:
a) Syirik secara bahasa adalah menyamakan dua hal, sedangkan menurut
pengertian istilah, terdiri atas definisi umum dan definisi khusus. Definisi
umum adalah menyamakan sesuatu dengan Allah dalam hal-hal yang
secara khusus dimiliki Allah. Adapun definisi syurik secara khusus adalah
menjadikan sekutu selain Allah SWT, dan memperlakukannya seperti
Allah SWT, seperti berdoa dan meminta syafaat.17 Allah SWT berfirman:
...
ْ ﺮ َـﻳ َنﺎَﻛ ﻦَﻣ
َ ر َ ءﺎَﻘِﻟ ﻮ ُﺟ
ِﺮْﺸُﻳ َﻻَ و ﺎ ً ِﳊﺎ َﺻ ًﻼ َ ﻤَﻋ ْ ﻞ َ ﻤْﻌ َـﻴْﻠَـﻓ ِﻪّ ِﺑ
َ ر ِة َدﺎ َﺒِﻌِﺑ ْك
ِﻪّ ِﺑ
ا ًﺪ َ ﺣَأ
)
ﻒﻬﻜﻟا
:
١١٠
(
“… Barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahf, 10: 110)
b) Kufur secara bahasa berarti menutupi. Kufur merupakan kata sifat dari
kafir. Jadi, kafir adalah orangnya, sedangkan kufur adalah sifatnya. Menurut syara’, kufur adalah tidak beriman kepada Allah SWT, dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakan atau tidak mendustakan.
َ ﺮَـﺘْـﻓا ِﻦﱠ ِ ﳑ ُ ﻢَﻠْﻇَأ ْ ﻦ َ ﻣ َ و
ُﻩ َ ءﺎ َ ﺟ ﺎﱠﻤَﻟ ّ ِﻖَ ْﳊِヨ َ بﱠﺬَﻛ ْ وَأ ً ヨِﺬَﻛ ِﻪـﱠﻠﻟا ﻰَﻠ َﻋ ٰى
ۚ ◌
َ ﺲْﻴَﻟَأ
ِﺮِﻓﺎَﻜْﻠّ ِﻟ ىً ﻮْـﺜ َﻣ َ ﻢﱠﻨ َﻬ َﺟ ِ ﰲ
َ ﻦﻳ
)
تﻮﺒﻜﻨﻌﻟا
:
٦٨
(
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala
17
yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?. (QS. Al-‘Ankabut, 29:68)18
2) Akhlak tercela terhadap sesama manusia, diantaranya:
a) Dengki, dalam bahasa Arab, dengki disebut hasad, yaitu perasasan y ang timbul dalam diri seseorang setelah memandang sesuatu yang tidak
dimiliki olehnya, tetapi dimiliki oleh orang lain, kemudian dia
menyebarkan berita bahwa yang dimiliki orang tersebut diperoleh dengan
tidak sewajarnya. Dalam hadist disebutkan:
ルاﻮﺧإ ﷲدﺎﺒﻋ اﻮﻧﻮﻛو اوﺮﺑاﺪﺗﻻو اوﺪﺳ ﺎﲢﻻو
)
ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور
(
Jauhilah sifat dengki karena dengki itu melalap kebaikan sebagaimana api memakan kayu. (HR. Muslim)19
b) Gibah (mengupat), Raghib Al-Anshfahani menjelaskan bahwa gibah
adalah membicarakan aib orang lain dan tidak ada keperluan dalam
penyebutannya.
Allah SWT berfirman:
ٍة َ ﺰ َ ﻤﱡﻟ ٍة َ ﺰَُﳘ ّ ِﻞُﻜّ ِﻟ ٌ ﻞْﻳ َ و
.
)
ةﺰﻤـﳍا
:
١
(
“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela”. (QS. Al-Humazah, 104:1)20
3) Akhlak tercela terhadap lingkungan
a) Membuang sampah tidak pada tempatnya
b) Mencemari air atau udara
c) Membuang limbah di sungai atau laut
d) Menebang hutan secara berlebihan.
Allah swt berfirman:
ْﻌ َـﺑ ْ ﻢ ُﻬَﻘﻳ ِﺬُﻴ ِﻟ ِسﺎﱠﻨﻟا يِﺪْﻳَأ ْﺖَﺒ َ ﺴَﻛ ﺎَ ِﲟ ِﺮ ْﺤَﺒْﻟا َ و ِ ّ ﺮ َـﺒْﻟا ِ ﰲ ُدﺎ َ ﺴَﻔْﻟا َ ﺮ َﻬَﻇ
يِﺬﱠﻟا َﺾ
18
Ibid., h. 125
19
Ibid., h. 132-133
20
َنﻮُﻌ ِ ﺟْ ﺮ َـﻳ ْ ﻢ ُﻬﱠﻠ َﻌَﻟ اﻮُﻠ ِﻤَﻋ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagin dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS Ar Ruum: 41)
Itulah beberapa contoh tentang akhlak baik dan buruk terhadap Tuhan,
akhlak baik dan buruk terhadap manusia serta lingkungan, yang penulis uraikan
dalam penelitian ini.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia
sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan
perilakunya; baik ia sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk
individual dan sosial. Diantaranya dampak negatifnya adalah kecenderungan
menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah
nilai materil, sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan
nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan
mengendalikan akhlak manusia.
Secara moralistik, pembinaan akhlak merupakan salah satu cara untuk
membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti
yang luhur dan bersusila; berarti pula cara tersebut sangat tepat untuk membina
mental anak remaja. Dalam proses ini tersimpul indicator bahwa pembinaan
akhlak merupakan penuntun bagi umat manusia untuk memiliki sikap mental dan
kepribadian sebaik yang ditunjukkan Nabi Muhammad saw.
Pada kenyataannya di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui
berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus
dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan
pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi
muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya, hormat kepada
ibu-bapak, sayang kepada sesama makhluk Tuhan dan seterusnya. Sebaliknya
keadaan sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibina
menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai
perbuatan tercela dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa akhlak memamng perlu
dibina.21
c. Sumber akhlak
Sumber untuk menentukan akhlak dalam Islam, apakah termasuk akhlak
yang baik atau akhlak yang tercela, sebagaimana keseluruhan ajaran Islam lainnya
adalah al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak
Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik
dan buruk menurut ukuran manusia.22
Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji
atau tercela, semata-mata karena Syara’ (Al-Qur’an dan Sunnah) menilai
demikian. Dan Islam tidak menafikan peran hati nurani, akal dan pandangan
masyarakat dalam menentukan baik dan buruk. Tapi semua keputusan Syara’
tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kedua-duanya berasal
dari sumber yang sama yaitu Allah swt. Maka semua penilaian harus
dikembalikan kepada Syara’.
d. Kemuliaan Akhlak dalam Islam
Dalam pandangan para humanis dan juga menurut kultur yang
berkembang saat ini, setiap orang diklaim, karena ia manusia, mempunyai nilai
alami kemuliaan, sekalipun misalnya pernah melakukan pembunuhan dan
kejahatan. Berbeda dengan Islam yang memandang ada dua jenis kemuliaan,
yaitu: kemuliaan umum, yakni bahwa setiap manusia tanpa peduli apa perilakunya
memiliki kemuliaan. Kemuliaan jenis ini adalah kemuliaan ciptaan yang memang
Allah Swt. telah menjadikan manusia sebagai ahsani-taqwim. Kemuliaan yang
dimiliki manusia ini adalah karena manusia diberi akal pikiran sedang makhluk
21
Abuddin Nata, op.cit., hlm 134-135
22
yang lain tidak. Demikian pula Allah dengan tegas sudah menyatakan tentang
kemuliaan bani Adam dengan firman-Nya:
ﱠﺮَﻛ ْﺪَﻘَﻟ َ و
ّ ِ َ ﱪْﻟا ِ ﰲ ْ ﻢ ُﻫﺎَﻨْﻠََﲪَ و َمَدآ ِﲏَﺑ ﺎَﻨ ْﻣ
ِﺮ ْﺤَﺒْﻟا َ و
َ ر َ و
ْ ﻢ ُﻫﺎَﻨْﻠﱠﻀَﻓ َ و ِتﺎ َﺒ ّ ِﻴﱠﻄﻟا َ ﻦّ ِﻣ ﻢ ُﻫﺎَﻨْـﻗَز
ٍﲑِﺜَﻛ ٰ ﻰَﻠ َﻋ
ًﻼﻴ ِﻀْﻔَـﺗ ﺎَﻨْﻘَﻠ َﺧ ْ ﻦﱠّ ِ ﳑ
)
ءاﺮﺳﻹا
:
٧٠
(
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. al-Isra’, 17:70)
Jenis kemuliaan yang kedua adalah kemuliaan yang dicapai dan dijangkau
dengan kehendak dan pilihan bebas manusia. Di sinilah manusia akan dinilai siapa
yang paling baik dan berlomba-lomba untuk beramal kebajikan. Dalam kemuliaan
jenis ini manusia tidak semuanya sama. Bahkan jika seseorang tidak berusaha dan
mengerjakan amal kebajikan bisa terjatuh derajatnya sedemikian rupa menjadi
lebih rendah dari binatang. Kemuliaan seseorang dengan demikan akan sangat
ditentukan oleh kerja kerasnya untuk senantiasa melaksanakan kebajikan dan juga
ditentukan oleh kualitas amaliahnya.23
3. Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Akhlak Anak
Keluarga mempunyai fungsi dan pengaruh yang besar terhadap pendidikan
dan kelanjutan anak, karena orang tua merupakan pendidik yang pertama dan
utama. Keluarga harus merupakan basis untuk memenuhi kebutuhan setiap
anggotanya, sehingga merasa berkembang dengan baik sebagai anggota
masyarakat. Rumah tangga harus merupakan koordinasi harmonis yang harus
diciptakan oleh suami istri sehingga ketenangan keluarga sebagai kebutuhan
primer terpenuhi.
Akhir-akhir ini, telah muncul gejala yang kurang baik yang menimbulkan
kegoncangan dalam kehidupan keluarga diantaranya adalah kenakalan anak. Salah
satu sebab timbulnya kenakalan anak, karena kurangnya perhatian orang tua
terhadap anak utamanya pembinaan akhlak.
23
Pembinaan akhlak sangat penting dan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia. Pembinaan akhlak adalah mutiara hidup
yang membedakan makhluk manusia dan makhluk hewani. Manusia tanpa
pembinaan akhlak akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah
yang paling mulia. Nilai-nilai akhlak harus ditanamkan sejak usia dini melalui
pendidikan dalam keluarga, sebagai makhluk individu, manusia mempunyai
potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir dan sangat potensial untuk dikembangkan.
Potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan sempurna tanpa melalui proses
pendidikan. Oleh karena itu, disinilah pentingnya pendidikan utamanya
pembinaan akhlak.
Sekarang ini, banyak orang tua lebih mengutamakan pekerjaan misalnya
lembur larut malam, urusan bisnis, pertemuan rekan kerja, bahkan ada saja orang
tua tidak pulang ke rumah, sehingga pembinaan akhlak dan kasih sayang yang
seharusnya diberikan oleh orang tua terhadap anak menjadi terbengkalai. Adanya
kesibukan orang tua yang diwujudkan dalam bentuk bekerja, mencari nafkah dan
lain-lain merupakan suatu hal yang wajar dalam kehidupan sosial manusia demi
untuk kebutuhan keluarganya. Namun apa yang dilakukan oleh orang tua tentunya
tidak harus melepaskan tanggung jawabnya sebagai pembimbing dan pendidik
dalam rumah tangga. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama seharusnya
memberikan pembinaan akhlak, kasih sayang, perhatian, arahan dan bimbingan
kepada anak-anaknya sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anaknya.
Ahli pendidikan menetapkan bahwa setelah melewati masa kelahiran,
seorang anak mengalami beberapa fase pertumbuhan dan perkembangan yang
harus diketahui oleh orang tua, sehingga orang tua mampu membuat program
untuk diterapkan dalam pembinaan akhlak secara tepat yang disesuaikan dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Mengingat itu semua, maka kiranya perlu dikemukakan batas-batas usia
perkembangan sebagaimana yang diajukan oleh seorang ahli psikologi
perkembangan. Sekali lagi, batas-batas usia ini tidak dapat dijadikan, ukuran
berbagai tahap perkembangan, terutama jika kondisi psiko-sosial orang yang
diselidiki Hurlock, yaitu manusia-manusia di negara maju seperti Amerika
Serikat. Adapun tahapan-tahapan perkembangan menurut Hurlock yang dikutip
oleh Sarlito selengkapnya adalah sebagai berikut:
1. - : prenatal
2. 0 – 2 : orok (infancy)
3. 2 minggu – 2 tahun : bayi (babyhood)
4. 2 – 6 tahun : anak-anak awal (early childhood)
5. 6 – 12 tahun : anak-anak akhir (late childhood)
6. 12 – 14 tahun : pubertas (puberty)
7. 14 – 17 tahun : remaja awal (early adolescence)
8. 17 – 21 tahun : remaja akhir (late adolescence)
9. 21 – 40 tahun : dewasa awal (early adulthood)
10. 40 – 60 tahun : setengah baya (middle age)
11. 60 tahun ke atas : tua (senescence)24
Islam memandang keluarga sebagai awal kehidupan manusia yang dapat
memberikan kemungkinan baik buruk, bahagia atau celaka bagi anggotanya. Anak
bagi orang tua dipandang sebagai amanat dan titipan Allah swt. Orang tua
mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi sebagai pendidik keluarga dan sebagai
pemelihara keluarga.
Menurut Islam, anak bagi orang tuanya merupakan karunia sekaligus
amanat dari Allah swt. Anak menempati posisi yang sangat bernilai, karena anak
dapat menjadi hiasan bagi rumah tangga dan sekaligus menghapus kesan yang
kurang enak yang datang dari masyarakat terhadap keluarga yang tidak
mempunyai keturunan. Alangkah sepinya dalam sebuah keluarga yang tidak
mempunyai anak. Itulah makna anak sebagai karunia Allah swt.
Anak merupakan titipan Allah swt yang harus dipelihara, dibimbing dan
dididik. Allah berfirman dalam surat Al Anfal ayat 28:
ٌ ﻢﻴ ِﻈَﻋ ٌ ﺮ ْﺟَأ ُﻩَﺪْﻨ ِﻋ َ ﱠYا ﱠنَأ َ و ٌﺔَﻨْـﺘ ِﻓ ْ ﻢُﻛُد َﻻْ وَأ َ و ْ ﻢُﻜُﻟا َ ﻮ ْﻣَأ ﺎَﱠﳕَأ اﻮ ُ ﻤَﻠْﻋا َ و
)
لﺎﻔﻧﻻا
:
٢٨
(
24
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS Al Anfal 28)
Berdasarkan kutipan ayat di atas, anak merupakan titipan Allah swt dan
merupakan ujian bagi setiap orang tua. Dengan kata lain anak merupakan titipan
Allah swt yang diberikan kepada orang tuanya agar tidak disia-siakan. Orang tua
berkewajiban mengasuh, membimbing, dan mendidiknya agar kelak setelah
dewasa anak berhasil mengarungi kehidupannya, menjadi manusia yang shalih,
manusia yang berkualitas sesuai yang diharapkan orang tua.
Orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar bagi
pengembangan dan pendidikan anak-anaknya. Orang tua (ayah ibu) memegang
peranan yang penting dan berpengaruh terhadap pendidikan anak-anaknya. Sejak
lahir, ibunya yang selalu ada disisinya, oleh karena itu anak akan meniru perangai
ibunya. Ibu merupakan orang yang pertama kali dikenal anak, menjadi teman dan
dipercayainya. Apapun yang dilakukan ibu dapat dimaafkannya kecuali apabila
anak ditinggalkan dan tidak diperhatikan.
Orang tua merupakan figur bagi anggota keluarganya terutama bagi
anak-anak yang masih memerlukan bimbingan. Sikap dan perilaku orang tua dalam
kehidupan sehari-hari harus menunjukkan perbuatan yang positif karena secara
tidak langsung sikap itu akan ditiru oleh anaknya. Anak usia 12-15 tahun yaitu
fase remaja atau baligh masih memerlukan bimbingan dan perhatian orang tua
agar kelak tumbuh kepribadian yang baik dan dapat diterima di lingkungan sosial
dan masyarakat.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Nasrullah, (2013). Skripsinya yang berjudul “Pengaruh Perhatian Orang
Tua Terhadap Sikap dan Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah
Al-Husna Jakarta Selatan”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari hasil
penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara Perhatian
orang tua dengan Sikap belajar siswa, dan terdapat hubungan antara
Perhatian orang tua dengan Prestasi belajar siswa. Perhatian orang tua
kepada sikap belajar dan prestasi belajar siswa. Untuk itu guru atau pihak
sekolah harus berperan aktif dan juga harus mengimbangi tingginya
tingkat perhatian orang tua dan sikap belajar siswa itu sehingga
memberikan dampak lebih positif terhadap prestasi belajar siswa.
2. Mursalim, (2011). Skripsinya yang berjudul “Pengaruh Motivasi Orang
Tua Terhadap Akhlak Siswa di SMA PGRI 56 Ciputat”, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa diperoleh r
hitung sebesar 0,92 yang dalam indeks korelasi r product moment berkisar antara 0,90 – 1,00 artinya terdapat pengaruh yang sangat kuat antara
motivasi orang tua terhadap akhlak siswa dan jika dilihat dari r hitung
tersebut, ternyata hasil r hitung lebih besar dari harga r tabel, pada taraf
signifikan 5% (0,92 > 0,273). Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang sangat signifikan pula antara motivasi orang tua terhadap
akhlak siswa.
3. Dias Woro Pertiwi, (2010). Skripsinya yang berjudul “Pengaruh
Pengawasan Orang Tua Terhadap Pendidikan Akhlak di MTS
Sa’adatuddarain Mampang Jakarta Selatan”. Hasil penelitiannya
menerangkan bahwa ada pengaruh yang positof antara pengawasan orang
tua dengan pendidikan akhlak anak. Hal tersebut dapat diketahui
berdasarkan hitungan korelasi antara hasil penelitian angket pengaruh
pengawasan orang tua terhadap pendidikan akhlak anak di MTS
Sa’adatuddarain Mampang Jakarta Selatan sebesar rxy = 0,572 terletak
antara rentang 0,40 – 0,70, yang menunjukkan korelasi yang sedang atau
cukup.
C. Kerangka Berpikir
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perhatian pemusatan pikiran,
perasaan dan kemauan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek, dalam
hal ini orang tua yaitu ibu dan bapak.
Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama dalam hal pembentukan
serta pendidik pertama karena merekalah yang pertama mendidik anak-anaknya.
Sekolah, pesantren, dan guru agama yang di undang ke rumah hanyalah institusi
pendidikan dan orang yang sekedar membantu anaknya.
Anak lahir dalam keadaan suci atau fitrah sedangkan jika tidak beragama
tauhid (menyimpang dari fitrah) itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan
terutama lingkungan keluarga. Oleh karena itu, orang tua harus mendidik
anak-anak atau anggota keluarga agar mentaati Allah.
Pembinaan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai akhlaqulkarimah sangat
tepat bagi anak agar didalam perkembangan mentalnya tidak mengalami
hambatan dan penyimpangan ke arah negatif. Media yang dapat digunakan yakni
lewat contoh-contoh, latihan-latihan dan praktek-praktek nyata yang dilakukan
oleh kedua orang tua didalam kehidupan keluarga; oleh para guru dilingkungan
sekolah.
Sejumlah nilai yang harus ditanamkan pada anak antara lain: kejujuran
(shidq), kasih sayang (ar-rahmah), dan segala macam cakupan nilai positif didalamnya. Tidak berlebih-lebihan (zuhud), menghormati orang tua (birrul walidain), memelihara kesucian diri (al-iffah), taat melaksanakan syariat dan bertaqwa.
D. Hipotesis Penelitian
Dari kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh antara perhatian orang tua terhadap akhlak siswa kelas
VIII di SMP Yapkum Depok.
Ha : Ada pengaruh antara perhatian orang tua terhadap akhlak siswa kelas VIII di
28 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPI Yapkum Depok yang berlokasi di Jln.
H. Usman No. 27 Meruyung Depok. Waktu pelaksanaan penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 8 sampai 20 September 2014.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, merupakan penelitian
yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan atau gambaran
umum tentang suatu fenomena atau gejala yang dilandasi pada teori, asumsi atau
andaian, dalam hal ini dapat diartikan sebagai pola fikir yang menunjukkan
hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan
jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori
yang digunakan adalah untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik
yang hendak digunakan1 dengan metode kurva dan teknik korelasional.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabi