• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan tentang Pencegahan Keputihan di SMK YMJ Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan tentang Pencegahan Keputihan di SMK YMJ Ciputat"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG PENCEGAHAN KEPUTIHAN

DI SMK YMJ CIPUTAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Pernyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

DIAN ERIKA PURNAMA

NIM: 109104000045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Nama : Dian Erika Purnama Tempat, TanggalLahir : Aceh, 7 Juni 1991 Status Pernikahan : Belum menikah

Alamat : Desa ladang kec. Samadua Kab. Aceh Selatan Nanggroe Aceh Darussalam

Telepon : 085296096010/085697498290 Email : dianerikapurnama@yahoo.com

RiwayatPendidikan

1. SD Negeri 1 Bakongan, Aceh Selatan [1997-2003] 2. Mts Pondok Pesantren Al-kautsar Al-akbar Medan [2003-2006] 3. MA Pondok Pesantren Al-kautsar Al-akbar Medan [2006-2009]

RiwayatOrganisasi

1. Pengurus pesantren Al-kautsar Al-akbar devisi Ibadah [2007-2008] 2. Staff pengurus devisi PPIP Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh Jakarta

(IMAPA) [2007-2009]

(7)

vii Skripsi, September 2013

Dian Erika Purnama, NIM :109104000045

Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan tentang Pencegahan Keputihan di SMK YMJ Ciputat

ABSTRAK

(8)

viii Skripsi, September 2013

Dian Erika Purnama, NIM :109104000045

The Effectiveness of HealthEducation toward the KnowledgeLevel of The TeenageGirls about the Prevention of The Whitish in SMK YMJ Ciputat

ABSTRACT

Teenage girls undergo some biological changes, from anatomical to functional. One of the changes is in reproductive organ which is affected by hormonal change. Patogenic agents, such as virus, bacteria and fungi can attack this organ and one of the symptoms of an abnormal condition of reproductive organ is whitish. It can be prevented by maintaining the cleanliness of the reproductive organ. Health education can be one of information sources for teenage girls to get the knowledge about prevention of the whitish.This research is aimed to see the effectiveness of health education toward the knowledge level of the teenage girls about the prevention of the whitish. This research uses qualitative method with quasyexperimen one group pre and post test design. The data is obtained by using questionnaires. There are 26 teen girls as samplings. The data analysis which is used is paired t test. The result of this research shows that the knowledge of the teenage girls before they were given the health education is 66, 8 % for the average score. And then, there is enhancement knowledge and the score becomes 75, 5% after they were given the health education. The result of the hypothesis test with an alpha error level 0.05 obtained significant score p <0.05. It can be concluded that there is a significant difference for the teenage girls about the prevention of whitish before and after they were given the health education. The effectiveness of health education score which is calculated with Eta Squared formula obtained a result 0.468 which means health education has great effectiveness in increasing knowledge of the teenage girls.

(9)

ix

memberikan karunia, rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan tentang Pencegahan Keputihan di SMK YMJ Ciputat. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua umat manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah dengan doa, kesungguhan, kerja keras, dan kesabaran disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh sebab itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam NegeriS yarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullah Jakarta. 3. Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat selaku

(10)

x

5. Ibu Ita Yuanita, S.Kp., M.Kep selaku Dosen Penasehat Akademik peneliti yang telah membimbing dan memberikan nasehat selalu kepada peneliti selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada bangku kuliah

7. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

8. Pihak sekolah Triguma Utama dan SMK YMJ Ciputat yang telah memberikan kesempatan dan perizinan dalam melakukan uji validitas danr reabilitas dan penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

9. Siswi SMK YMJ Ciputat kelas X dan XI yang telah bersedia menjadi responden penelitian

(11)

xi

(12)

xii

(13)

xiii

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

LEMBAR PERSEMBAHAN ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

1. Manfaat ilmiah ... 6

2. Manfaat praktis ... 6

(14)

xiv

1. Definisi ... 8

2. Periode masa remaja ... 9

3. Perkembangan pada remaja perempuan ... 9

B. Pengetahuan ... 14

1. Pengertian ... 14

2. Domain pengetahuan ... 16

C. Pendidikan kesehatan ... 17

1. Pengertian ... 17

2. Tujuan ... 18

3. Pendidikan kesehatan dalam pencegahan penyakit... 18

4. Sasaran pendidikan kesehatan ... 19

5. Metode... 20

6. Media pendidikan kesehatan ... 26

7. Tahap pelaksanaan pendidikan kesehatan ... 27

D. Model kepercayaan kesehatan (health belief model) ... 29

E. Keputihan ... 31

1. Pengertian ... 31

2. Klasifikasi ... 32

3. Penyebab ... 33

4. Tanda dan gejala ... 34

5. Penyakit yang menyebabkan keputihan ... 35

(15)

xv

BAB III: KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. KerangkaKonsep ... 41

B. DefinisiOperasional... 42

C. Hipotesis ... 43

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN A. DesainPenelitian ... 44

B. Lokasi dan waktu penelitian ... 44

C. Populasi dan sampel ... 45

D. Teknik pengambilan sampel ... 45

E. Instrumen penelitian ... 45

F. Uji validitas dan reabilitas ... 46

G. Tahapan pengambilan data ... 48

H. Pengolahan data ... 50

I. Analisis data ... 51

J. Etika penelitian... 52

BAB V : HASIL PENELITIAN A. Gambaran lokasi penelitian ... 55

B. Analisis univariat ... 56

C. Analisis bivariat ... 59

(16)

xvi

C. Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan tentang pencegahan keputihan ... 67 D. Keterbatasan penelitian ... 71 BAB VII : PENUTUP

(17)

xvii Hal

(18)

xviii Hal

3.1 Definisi Operasional ... 42 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian ... 46 5.1 Deskripsi Data DemografiResponden ... 56 5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan

Sesudah diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang

Pencegahan Keputihan ... 57 5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Sebelum Diberikan

Pendidikan Kesehatan ... 58 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Setelah Diberikan Pendidikan

Kesehatan ... 58 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Perempuan

Tentang Pencegahan Keputihan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan ... 59 5.6 Distribusi Perbedaan Pengetahuan Tentang Pencegahan Keputihan

(19)

xix Lampiran 2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Lampiran 3 Outline Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Surat Izin Studi Pendahuluan Lampiran 6 Surat Izin Validitas Dan Reabilitas Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Pernyataan Telah Melakukan Studi Pendahuluan Lampiran 9 Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Populasi remaja di Indonesia saat ini cukup besar. Jumlah populasi remaja berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 sekitar 43.551.815. Jumlah populasi remaja perempuan 21.275.092 atau sekitar 8,8% dari populasi seluruh penduduk (BPS, 2012).

Periode remaja menurut World Health Organization (WHO, 2013) berkisar antara usia 10-19 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang mengalami serangkaian perkembangan biologis yang meliputi perubahan anatomi dan fungsional, psikologis, kognitif, sosial, dan emosional, sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Wong, 2008; Notoatmodjo, 2007). Perubahan biologis pada remaja perempuan salah satunya pada sistem reproduksi yang dipengaruhi oleh perubahan hormonal. Perubahan anatomi organ reproduksi remaja perempuan ditandai dengan tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan pada bentuk dada, dan perbesaran panggul, sedangkan perubahan fisiologis ditandai dengan adanya menstruasi. Remaja dapat mengalami keputihan yang fisiologis pada setiap siklus menstruasi (Kusmiran, 2012; Notoatmodjo, 2007).

(21)

sedangkan keputihan patologis terjadi karena infeksi genetalia dan keganasan organ reproduksi. Dampak dari penyakit yang memiliki gejala keputihan abnormal sangat berbahaya bagi organ reproduksi perempuan dapat menimbulkan gangguan dalam fungsi organ reproduksi (Manuaba dkk, 2009).

(22)

ini terjadi karena hampir seluruh remaja perempuan belum pernah mendapatkan informasi mengenai penatalaksaan keputihan.

Pengetahuan remaja sangat mempengaruhi perilaku pencegahan keputihan melalui menjaga kebersihan organ reproduksi. Hal ini dilaporkan oleh Sugiarto (2012) dalam studinya di SMA 1 Jatinom bahwa terdapat 29,6% remaja perempuan memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi wanita dengan baik, 34,6% dengan pengetahuan cukup dan 35,8% dengan pengetahuan kurang. Perilaku pencegahan keputihan diperoleh data 25,9% memiliki perilaku yang baik, 39,5% dengan perilaku cukup, dan 34,6% dengan perilaku kurang.

(23)

pendidikan kesehatan tentang stres melalui ceramah efektif terhadap peningkatan pengetahuan remaja di SMPN 34 Semarang.

Hasil studi pendahuluan terhadap 10 orang siswi SMK YMJ Ciputat didapatkan data bahwa semua siswi pernah mengalami keputihan. Mereka mengatakan belum mengetahui tentang masalah keputihan, baik dari pencegahan, penanganan, serta karakteristik keputihan normal dan abnormal. Penelitian mengenai efektifitas pendidikan kesehatan tentang keputihan telah dilakukan, namun penelitian mengenai pencegahan keputihannya belum ada yang melakukannya di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik ingin melakukan penelitian mengenai “Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan keputihan pada remaja perempuan tentang pencegahan keputihan”.

B.Rumusan Masalah

(24)

yang dilakukan oleh Sugiarto (2012) menyatakan bahwa adanya hubungan antara tingkat pengetahuan remaja perempuan dengan pencegahan keputihan. Pengetahuan ini bisa didapatkan dari berbagai cara salah satunya melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan sangat membantu remaja perempuan dalam menambah pengetahuannya mengenai keputihan. Penelitian yang dilakukan Kustriyani (2009) menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan remaja perempuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai keputihan, sedangkan Purwono (2011) menyatakan dalam penelitiannya bahwa pendidikan kesehatan tentang stres melalui ceramah efektif terhadap peningkatan pengetahuan remaja di SMPN 34 Semarang. Penelitian mengenai efektifitas pendidikan kesehatan mengenai keputihan sudah banyak dilakukan sedangkan mengenai pencegahannya belum ditemukan. Hasil studi pendahuluan pada 10 orang siswi di SMK YMJ Ciputat didapatkan data bahwa semua siswi pernah mengalami keputihan dan belum mengetahui cara pencegahannya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja perempuan tentang pencegahan keputihan di SMK YMJ Ciputat.

C.Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum

(25)

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja perempuan tentang pencegahan keputihan sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

b. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja perempuan tentang pencegahan keputihan setelah diberikan pendidikan kesehatan.

c. Diketahuinya efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja perempuan tentang pencegahan keputihan.

D.Manfaat penelitian 1. Manfaat ilmiah

Menjadi landasan dalam promosi kesehatan remaja untuk meningkatkan pengetahuan pencegahan keputihan pada remaja perempuan.

2. Manfaat praktis

a. Institusi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan dalam mengembangkan kurikulum pendidikan keperawatan khususnya dalam mata ajar pendidikan dalam keperawatan.

b. Pelayanan Keperawatan

(26)

c. Peneliti selanjutnya

Penelitian diharapkan menjadi landasan pengembangan evidence base keperawatan khususnya kesehatan reproduksi remaja.

E.Ruang lingkup penelitian

(27)

8 A. Remaja

1. Pengertian

Remaja secara etimologi diambil dari bahasa Latin adolescere

diambil dari kata benda adolescentia yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 2010). Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mengalami serangkaian perubahan, baik dari proses fisiologis, sosial, dan kematangan yang dimulai dengan perubahan pubertas (Notoatmodjo, 2007; Wong, 2008).

WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. WHO menyatakan remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak mejadi dewasa dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (dalam Sarwono, 2005).

(28)

2. Periode Masa Remaja

Wong (2008) menyebutkan masa remaja terbagi menjadi tiga periode, yaitu:

a. Remaja awal (early adolescent) berada pada rentang usia 11 sampai 14 tahun, pada masa ini laju pertumbuhan terjadi dengan cepat, puncak kecepatan pertumbuhan, karakteristik seks sekunder muncul.

b. Remaja pertengahan (middle adolescent) berada pada rentang usia 15 sampai 17 tahun, pada masa ini pertumbuhan melambat pada remaja putri, tinggi badan mencapai 95% tinggi badan dewasa, karakteristik seks sekunder berkembang dengan baik.

c. Remaja akhir (late adolescent) berada pada rentang usia 18 sampai 20 tahun, terjadi kematangan secara fisik, pertumbuhan struktur dan reproduktif hampir lengkap.

3. Perkembangan pada Remaja Perempuan a. Perkembangan fisik

(29)

sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder, perubahan yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan neurogonad yang disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi (Kusmiran, 2012; Wong, 2008).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja perempuan meliputi: 1) Perubahan payudara ; 2) Pertambahan berat badan dan tinggi

badan yang cepat; 3) Pertumbuhan rambut pubis; 4) Penampkan rambut aksila; 5) Menstruasi; 6) Perlambatan pertumbuhan linear yang tiba-tiba; 7) Pinggul semakin membesar (Kusmiran, 2012; Wong, 2008).

(30)

ada pada perempuan tapi dalam jumlah sedikit (Santrock, 2003; Wong, 2008).

b. Perkembangan Psikologis

Remaja merupakan masa seseorang mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral (Kusmiran, 2012). Awal masa remaja, anak laki-laki dan perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Mereka juga sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong untuk memperbaiki kepribadian mereka dengan harapan untuk meningkatkan dukungan sosial. Remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian ideal terhadap bagaimana mereka menilai kepribadian mereka sendiri (Hurlock, 2010).

(31)

tidak terlampau dinilai tinggi, remaja dapat memandang diri sendiri dari sudut pandang yang berbeda dan dapat merasa lebih percaya diri (Hurlock, 2010).

Banyak kondisi dalam kehidupan remaja yang turut membentuk pola kepribadian melalui pengaruhnya pada konsep diri. Beberapa di antaranya sama dengan kondisi pada masa kanak-kanak, tetapi banyak yang merupakan akibat dari perubahan-perubahan fisik pikologis yang terjadi selama masa remaja (Hurlock, 2010).

c. Perkembangan Kognitif

Tahap perkembangan kognitif pada remaja menurut Piaget (1959) adalah tahap masa formal–operasional dimana seseorang sudah mampu berpikir abstrak dan hipotesis. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan konkret sebagai landasan berpikirnya. Mereka mampu membayangkan situasi rekaan, kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proposisi abstrak, dan mencoba mengolahnya dengan pemikiran logis. Pada tahap ini ia bisa memperkirakan apa yang mungkin terjadi. Ia bisa mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan yang abstrak (dalam Sarwono, 2005).

(32)

tercurah ke dalam benak mereka dari lingkungan. Remaja menyesuaikan diri dengan dua cara yaitu: 1) Asimilasi terjadi ketika seseorang menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah dimilikinya; 2) Akomodasi terjadi ketika seseorang menyesuaikan dirinya terhadap informasi baru (dalam Santrock, 2003).

d. Perkembangan Emosional

Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan yaitu suatu masa dengan ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningkatnya emosi pada remaja karena berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu (Hurlock, 2010).

Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru (Hurlock, 2010 ).

e. Perkembangan Sosial

(33)

tetapi rentan terhadap opini dari mereka yang berusaha menyamai atau melebihinya (Bastable, 2002). Kusmiran (2012) mengatakan bahwa terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan pola perilaku dewasa merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja. Remaja diharuskan dapat menyesuaikan diri dengan peran orang dewasa dan melepaskan diri dari peran anak-anak. Perubahan perilaku sosial remaja ditunjukkan dengan:

1) Minat dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar

2) Kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan perempuan dan laki-laki

3) Bertambahnya wawasan sehingga remaja memiliki penilaian yang lebih baik serta lebih bisa mengerti orang lain. Remaja juga mengembangkan kemampuan sosial yang mendorongnya lebih percaya diri dan aktif dalam aktivitas sosial

4) Berkurangnya prasangka dan diskriminasi. Mereka cenderung tidak mempersoalkan orang yang tidak cocok latar belakang budaya dan pribadinya.

B. Pengetahuan 1. Pengertian

(34)

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Efendi, 2009). Feiblenan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “pengetahuan adalah hubungan antara objek dan subjek”. Montagu mengatakan “ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem

yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang sesuatu yang sedang dipelajari” (dalam Zurinal, 2006). Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005) merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Jadi dapat disimpulkan pengetahuan adalah hasil dari pengamatan seseorang melalui panca inderanya terhadap suatu objek atau suatu hal yang dipelajari.

(35)

eksterna sangat kurang tetapi tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mereka menjaga kebersihan eksterna.

2. Domain Pengetahuan

Domain pengetahuan terbagi menjadi enam tingkatan (Sunaryo, 2004), yaitu:

a. Tahu (know), merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan , dan menyatakan.

b. Memahami (comprehension), artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberi contoh, dan menyimpulkan.

c. Penerapan (application), yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

(36)

e. Sintesis (synthesis), yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang ada.

f. Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu obek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

C. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

(37)

menyebarluaskan informasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan

Manurung (2006) mengungkapkan tujuan pendidikan kesehatan meliputi:

a. Meningkatkan pengetahuan (kognitif)

Tindakan yang dilakukan adalah menjelaskan, memberikan informasi, menyarankan, mendiskusikan masalah kesehatan.

b. Mengubah atau memperbaiki perasaan

Tindakan yang dapat dilakukan adalah bermain peran, pengalaman langsung, diskusi, memberikan contoh atau model. c. Meningkatkan keterampilan

Kegiatan untuk meningkatkan keterampilan seperti mendemonstrasikan, bermain peran, simulasi, latihan kerja.

3. Pendidikan Kesehatan dalam Pencegahan Penyakit

Menurut Leavell dan Clark (2006) dalam Tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI (2007) terdapat tiga jenis pencegahan dalam pelayanan kesehatan, yang terdiri dari:

(38)

b. Pencegahan sekunder, diberikan pada individu atau masyarakat yang baru terkena penyakit atau terancam terhadap suatu penyakit dan bertujuan untuk mencegah kesakitan dan kecacatan pada masyarakat melalui tindakan penapisan, deteksi dini dan pengobatan segera saat gejala awal penyakit muncul

c. Pencegahan tersier, diberikan pada individu atau masyarakat yang sedang dalam pemulihan setelah mengalami kesakitan atau dalam masa rehabilitasi yang bertujuan untuk membatasi keterbatasan dan mendukung program rehabilitasi. Pembatasan kecacatan, dengan melakukan pengobatan secara tuntas dan benar.

4. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2005) dalam tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI (2007) mengatakan terdapat tiga sasaran pendidikan kesehatan, yaitu perorangan, kelompok dan masyarakat a. Pendidikan kesehatan perorangan

(39)

b. Pendidikan Kesehatan kelompok

Pendidikan kesehatan pada kelompok harus memperhatikan beberapa hal seperti tempat dan waktu memberikan pendidikan, jumlah peserta dalam kelompok, homogenitas kelompok, selain karakteristik khusus pada kelompok tersebut seperti usia, sosial ekonomi, suku bangsa, agama dan sebagainya.

c. Pendidikan Kesehatan Massa

Pada pendidikan massa ini biasanya tidak memperhatikan homogenitas kelompok massa tersebut. Biasanya tujuan pendidikan massa ini adalah untuk menggugah perhatian massa terhadap suatu masalah kesehatan yang relatif baru dan merupakan masalah masyarakat secara umum (Tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI , 2007).

5. Metode

Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992) dalam Maulana (2009) menyatakan bahwa metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu metode pendidikan individu, kelompok, dan massa.

a. Pendidikan kesehatan perseorangan Metode yang dapat dilakukan adalah: 1) Bimbingan dan konseling

(40)

sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Maulana, 2009).

2) Wawancara

Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadobsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi (Fitriani, 2011).

b. Pendidikan kesehatan kelompok masyarakat

Pendidikan kesehatan pada kelompok masyarakat terdiri dari kelompok besar dan kelompok kecil. Metode yang dapat digunakan pada kelompok besar adalah :

1) Ceramah

(41)

(Simamora, 2009). Maulana (2009) mengatakan metode ini digunakan jika berada dalam kondisi berikut:

a) Waktu untuk menyampaikan informasi terbatas. b) Orang yang mendengarkan sudah termotivasi. c) Pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata. d) Kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain.

e) Ingin menambah atau menekankan apa yang sudah dipelajari.

f) Mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan suatu pelajaran atau aktivitas.

Kelebihan metode ini dapat dipakai pada orang dewasa, pendidik mudah menguasai kelas, menghabiskan waktu dengan baik, dapat dipakai pada kelompok yang besar, mudah dilaksanakan, dan tidak terlalu melibatkan banyak alat bantu (Maulana, 2009; Simamora, 2009).

Metode ceramah adalah metode yang sangat sederhana yang paling banyak digunakan. Penyuluh berfungsi sebagai

transmitter dan peserta didik sebagai receiver. Bahasa, baik verbal maupun nonverbal, merupakan satu-satunya media komunikasi. Bahan yang disampaikan dengan bahasa sebagai alatnya disebut message (pesan) atau ide. Komunikasi dikatakan baik jika pesan atau ide diterima 100% oleh

(42)

yang ada pada transmitter tidak diterima sesuai dengan aslinya oleh receiver.

Saha (2007) dalam tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI (2007) menyimpulkan bahwa model pendekatan komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Metode ceramah, diskusi, lebih disukai oleh kelompok dengan latar belakang pendidikan sukup, sedangkan metode dengan media hiburan lebih disukai oleh kelompok dengan latar belakang pendidikan yang lebih rendah.

Purwono (2011) menyatakan dalam penelitiannya bahwa pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah efektif dalam meningkatkan pengetahuan remaja perempuan tentang stress.

2) Seminar

Metode seminar hanya cocok untuk saasran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat (Fitriani, 2011).

Metode pendidikan kesehatan pada kelompok kecil, meliputi: 1) Diskusi kelompok(Group Discussion)

(43)

tujuan tertentu. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan (Fitriani, 2011).

2) Mengungkapkan pendapat (Brainstorming)

Metode brainstorming adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta dan semacam pemecahan masalah ketika setiap anggota mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan yang dipikirkan (Fitriani, 2011; Maulana, 2009).

3) Bermain peran(Role Play)

Role play adalah permainan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan atau tanpa melakukan latihan sebelummnya (Maulana, 2009). Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk „menghadirkan„ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam datu „pertunjukkan peran’ di dalam kelas

pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian (Fitriani, 2011).

4) Kelompok membicarakan desas-desus(Buzz Group)

(44)

mendiskusikan masalah tersebut. Kemudian akan dicari kesimpulannya (Fitriani, 2011).

5) Bola salju(Snow Balling)

Metode ini dilakukan dengan cara tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan. Kemudian dilontarkan satu permasalahan, setelah berdiskusi pasangan tersebut bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusi masalah yang sama. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas (Fitriani, 2011).

6) Simulasi (Simulation)

Metode ini adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar. Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya (Fitriani, 2011). c. Pendidikan massa

(45)

informasi seperti acara TV (Fitriani, 2011; Tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI , 2007).

6. Media Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan menurut Tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI (2007) dan Nursalam (2008) dapat memanfaatkan berbagai macam media untuk menyampaikan atau membantu menyampaikan materi pendidikan. Media pendidikan kesehatan terdiri dari media cetak, media elektronik, dan media papan.

a. Media cetak terdiri dari buku kecil, leaflet, selebaran (flyer), lembar balik (flip chart), poster, surat kabar (newspaper), tabloid, jurnal, majalah, dan foto. Buku kecil (Booklet) adalah media berbentuk buku kecil yang berisi tulisan atau gambar atau kedua-duanya yang dapat diberikan pada masyarakat yang dapat membaca. Leaflet

[image:45.595.128.529.83.511.2]

adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri dari 200-400 kata dan kadang-kadang kata berseling dengan gambar. Leaflet berukuran 20x30 cm dan biasanya disajikan dalam ukuran berlipat. Biasanya leaflet diberikan kepada sasaran selesai kuliah/ceramah, agar dapat dipergunakan sebagai pengingat pesan atau dapat juga dibagikan sewaktu ceramah untuk memperkuat pesan yang sedang disampaikan.

(46)

adalah pesan singkat dalam bentuk gambar. Kata-kata dalam poster tidak lebih dari tujuh kata dan hurufnya dapat dibaca oleh orang yang lewat dari jarak enam meter.

b. Media elektronik berupa televisi, radio, video, filmstrip, dan slide

(power point). Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan secara audiovisual dan gerak. Radio merupakan media audio yang menyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu pamancar. Filmstrip adalah media visual proyeksi diam, yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide. Film strip ini terdiri atas beberapa film yang merupakan satu kesatuan (Hassan, 2010).

Slide (power point), merupakan salah satu media untuk menyampaikan presentasi. Power point dapat merupakan bagian dari keseluruhan presentasi maupun manjadi satu-satunya sarana penyampaian informasi. Power point sebagai pendukung presentasi, misalnya adalah power point sebagai alat bantu visual dalam presentasi oral. Power point dapat pula menjadi media utama penyampaian presentasi. (Isroi, 2005),

c. Media papan (billboard) : berbentuk papan besar berukuran 2x2 m yang berisi tulisan dan/gambar yang ditempkan di pinggir jalan besar yang dapat dibaca atau dilihat oleh pemakai jalan.

7. Tahap pelaksanaan pendidikan kesehatan

(47)

1. Identifikasi karakteristik peserta didik yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman dan pengetahuan tentang kesehatan, bahasa dan budaya, masalah kesehatan, dan tingkat kemampuan untuk menerima. Hal ini berguna untuk menentukan metode dan media pendidikan kesehatan yang akan diberikan (Nursalam, 2008).

2. Identifikasi kebutuhan dan masalah peserta didik, hal ini dibutuhkan untuk menentukan materi pendidikan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

3. Menentukan tujuan dari pendidikan kesehatan. Tujuan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, hal ini diperlukan agar pendidikan kesehatan berjalan sesuai dengan tujuan dan dapat menjadi bahan evaluasi untuk menilai tingkat keberhasilan pendidikan kesehatan yang diberikan.

4. Identifikasi sumber-sumber dalam pelaksanaan seperti kemampuan pemberi materi, materi yang diberikan, sarana dan prasarana yang dimiliki untuk menunjang pelaksanaan pendidikan kesehatan.

5. Membuat perencanaan isi, metode, dan teknik pendidikan kesehatan agar dapat tercapai tujuan umum dan tujuan khusus yang sudah direncanakan. Hal ini harus disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan, sumber yang tersedia, dan kebutuhan klien 6. Membuat rencana metode evaluasi yang sesuai untuk dapat

(48)

7. Melaksanakan pendidikan kesehatan sesuai dengan yang sudah direncanakan.

8. Evaluasi proses dan hasil dari pendidikan kesehatan yang sudah dilaksanakan.

D. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)

(49)

Berdasarkan Health Belief Model, kemungkinan seseorang melakukan tindakan pencegahan dipengaruhi secara langsung dari hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan (health belief) (Maulana, 2009), antara lain sebagai berikut:

1. Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka, hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Jika ancaman meningkat, perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan didasarkan pada hal-hal berikut:

a) Ketidakkebalan yang dirasakan. Individu mungkin dapat menciptakan masalah kesehatannya sendiri sesuai dengan kondisi. b) Keseriusan yang dirasakan. Individu mengevaluasi keseriusan

penyakit jika penyakit tersebut muncul akibat ulah individu tersebut atau penyakit dibiarkan tidak ditangani.

2. Keuntungan dan kerugian, pertimbangan antara keuntungan dan kerugian perilaku untuk memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak.

Petunjuk berperilaku juga diduga tepat untuk memulai proses perilaku, yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol. Hal ini berupa berbagai informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan (misalnya media massa, kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari anggota keluarga yang lain atau teman).

(50)

akibatnya secara tidak langsung mempengaruhi perilaku kesehatannya. Faktor pemodifikasi tersebut mencakup tingkat pendidikan yang dimiliki, perbedaan kebudayaan, usia, pengalaman pribadi, jenis kelamin, dan status ekonomi, dan dapat mempengaruhi persepsi kerentanan, keparahan risiko, manfaat, dan kendala (Bensley, 2008).

Ancaman, keseriusan, ketidakkebalan, pertimbangan keuntungan, dan kerugian dipengaruhi oleh 1) variabel demografi seperti umur, jenis kelamin, dan latar belakang budaya; 2) variabel sosiopsikologis seperti kepribadian, kelas sosial, dan tekanan sosial; 3) variabel struktural seperti pengetahuan, dan pengalaman sebelumnya. Penilaian terhadap masalah kesehatan terdahulu merupakan petunjuk untuk berprilaku diduga tepat untuk memulai proses perilaku, disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol. Hal ini dapat berupa bermacam-macam informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan, misalnya media, kampanye, nasihat orang lain, dan penyakit anggota keluarga lain atau teman (Maulana, 2009).

E. Keputihan 1. Pengertian

(51)

memudahkan terjadinya infeksi organ reproduksi terutama melalui hubungan seksual. Agen penyakit dari luar sepert virus, jamur, bakteri dan protozoa dapat menginfeksi alat reproduksi perempuan dan menyebabkan berbagai macam penyakit infeksi dengan bermacam keluhan. Salah satu keluhan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal organ reproduksi adalah “keputihan” dengan berbagai macam ciri khas sesuai dengan penyebab penyakit ( Manuaba dkk, 2009).

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Keputihan dapat bersifat normal (fisiologis) dan abnormal (patologis) (Kusmiran, 2012; Manuaba dkk, 2009).

2. Klasifikasi

Keputihan terdiri dari keputihan normal dan abnormal (Kusmiran, 2012; Manuaba dkk, 2009):

a. Keputihan normal

Keputihan yang bersifat fisiologis dipengaruhi oleh hormon tertentu. Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan ada kelainan. Keputihan ini dapat terjadi ketika menjelang menstruasi atau setelah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi, juga dapat terjadi melalui rangsangan seksual.

b. Keputihan abnormal

(52)

penyakit oleh karena itu perlu diketahui karakteristik keputihan yang keluar dan hasil dari pemeriksaan laboratorium untuk dapat menegakkan diagnosa penyakit yang menyebabkan keputihan. 3. Penyebab

Keputihan normal menurut Kasdu (2005) dan Jatmiko (20120 dapat disebabkan oleh beberapa faktor fisiologis dan psikologis seperti:

a. faktor hormonal, dapat terjadi sebelum atau sesudah menstruasi, rangsangan seksual dan penggunaan kontrasepsi seperti pil.

b. kelelahan fisik dan jiwa seperti stres dapat mencetus terjadinya keputihan normal.

c. adanya benda asing seperti penggunaan kontrasepsi IUD dan benda asing lainnya.

d. Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis

Keputihan abnormal menjadi salah satu tanda atau gejala adanya kelainan pada organ reproduksi wanita. Tidak semua infeksi pada saluran reproduksi wanita memberikan gejala keputihan (Kasdu, 2005). Beberapa penyebab keputihan menurut Kasdu (2005), Williams dkk (2008), dan Tim Cancer Helps (2010), yaitu:

a. Non Penyakit Hubungan Seksual (non-PHS)

(53)

menjalar ke organ reproduksi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi gejala keputihan. ada beberapa infeksi non-PHS yang sering di alami wanita, yaitu : 1) Vaginitis, penyebabnya adalah bakteri Gardnerella, 2) Kandidiasis vaginitis, penyebabnya adalah jamur Candida albican, 3)Trikomonisis, berasal dari parasit

Trichomonas Vaginalis, 4) Keganasan organ reproduksi, Keganasan yang terjadi pada organ reproduksi seperti kanker servis dapat menimbulkan gejala keputihan.

b. Penyakit Hubungan Seksual (PHS)

Adanya pelecetan dan kontak mukosa vagina dengan air mani merupakan pintu masuk mikroorganisme penyebab infeksi PHS. Penyakit yang tergolong PHS adalah sifilis, gonore yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, ulkus mola, limfogranuloma venereum, granuloma inguinale (Manuaba, 2009). Menurut Jatmiko (2012) penyebab keputihan abnormal didapatkan dari beberapa perilaku yang tidak sehat seperti: a) sering menggunakan WC yang kotor, b) sering bertukar celana dalam dan handuk dengan orang lain, c) membilas vagina dari arah yanng salah, yaitu dari belakang ke depan, d) kurang menjaga kebersihan vagina, e) tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi, f) sering berganti pasangan dalam berhubungan seksual.

4. Tanda dan gejala

(54)

a. Keputihan yang normal memiliki ciri-ciri keputihan berwarna putih, bening, encer, tidak berbau dan tidak gatal.

b. Bakterial vaginosis, karakteristik keputihan bersifat encer, abu-abu, kuning kehijauan, atau putih, berbusa dan berbau busuk, gatal dan terasa tidak nyaman.

c. Candida albican, keputihan berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi disertai rasa gatal dan kemerahan di sekitar vagina.

d. Trichomonas vaginalis, ciri-ciri keputihan berwarna hijau kekuningan-kuningan, berbau dan berbusa, kecoklatan. Biasanya gatal-gatal di bagian labia mayora.

e. Keganasan organ reproduksi, keputihan lendir kental, berwarna kuning atau kecoklatan, berbau atau bercampur darah (Tim Cancer Helps, 2010; Nurwijaya dkk, 2010).

5. Penyakit yang menyebabkan keputihan

Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan keputihan (Williams. 2010; Tim Cancer Helps, 2010) diantaranya:

a. Bakterial Vaginosis

(55)

b. Kandidiasis vaginitis

Kandidiasis vaginitis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Keputihan berwarna putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal. Mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut (Djuanda, 2007; Manuaba, 2009). c. Trikomoniasis

(56)

d. Kanker serviks

Kanker serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks. disebabkan oleh virus HPV yang menyerang selaput di dalam mulut dan kerongkongan serviks dan anus. Terjadinya kanker serviks sangat perlahan. Pertama, beberapa sel normal berubah menjadi sel-sel prakanker, kemudian berubah menjadi sel kanker. Kanker serviks pada stadium awal tidak menimbulkan gejala. Gejalanya baru muncul saat kanker serviks suudah menginvasi jaringan di sekitarnya. Salah satu gejala yang muncul adalah keputihan yang abnormal dengan ciri-ciri berwarna kuning atau kecoklatan, berlendir dan kental, berbau busuk, gatal, dan kadang-kadang bercampur darah. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah operasi, kemoterapi, dan radioterapi (Tim CancerHelps, 2010; Nurwijaya dkk, 2010).

6. Penanganan

(57)

Pengobatan keputihan dapat juga menggunakan cara tradisional yaitu dengan menggunakan bahan alami seperti daun sirih. Daun sirih terkenal ampuh sebagai antibiotik sehingga membersihkan daerah vagina dengan air sirih akan membantu menghilangkan kuman dan jamur yang menimbulkan rasa gatal (Shanti, 2012).

7. Pencegahan

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah keputihan menurut Saraswati (2010), Jatmiko (2012) dan Herawati (2013) adalah sebagai berikut:

a. Basuh dengan air bersih dari arah depan ke belakang (dari arah vagina ke anus) untuk menghindari masuknya kuman dan jamur dari daerah anus kedalam vagina

b. Hindari penggunaan bilasan vagina dengan menggunakan sabun pembersih agar keseimbangan asam vagina tetap seimbang.

c. Gunakan air yang berasal dari kran jika berada di toilet umum. Hindari penggunaan air yang berasal dari tempat penampungan karena menurut penelitian air yang ditampung di toilet umum dapat mengandung bakteri dan jamur.

d. Sediakan selalu tisu untuk mengeringkan bagian luar vagina setelah buang air kecil atau besar.

(58)

f. Ganti pembalut segera jika terasa ada gumpalan darah di atas pembalut yang sedang dipakai, agar terhindar dari bakteri dan jamur.

g. Gunakan celana dalam yang berdasarkan katun. Katun merupakan jenis kain yang dapat mengalirkan udara sehingga dapat mencegah daerah vagina dari kelembaban.

h. Menjaga kebersihan organ reproduksi dengan cara tradisional dengan menggunakan daun sirih yang direbus kemudian airnya digunakan untuk membersihkan vagina.

(59)

F. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori dimodifikasi dari Notoatmodjo (1993) (dalam Maulana, 2009) dan Health Belief Model yang dimodifikasi dari teori Health

Belief Model Rosenstock 1974. Glanz dkk (1998) ( dalam Maulana, 2009). Pendidikan Kesehatan Metode

- Konseling - Wawancara - Ceramah - Seminar

- Diskusi kelompok - Bermain peran

- Mengungkapkan pendapat - Simulasi

- dll Media

- Leaflet

- Booklet

- Poster

- Video

- Power Point

- dll 1. Faktor

demografi (umur, jenis kelamin)

(60)

41

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A.Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007). Kerangka konsep harus didukung landasan teori yang kuat serta ditunjang oleh infomasi yang bersumber pada berbagai laporan ilmuah, hasil penelitian, jurnal penelitian, dan lain-lain (Hidayat, 2008).

Berdasarkan kerangka teori, pendidikan kesehatan diharapkan dapat menambah pengetahuan remaja perempuan mengenai pencegahan keputihan sehingga dapat menjadi pertimbangan mereka dalam mengambil tindakan pencegahan. Kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian

Kerangka konsep diatas terdiri dari input, proses dan output. Pengetahuan remaja perempuan mengenai pencegahan keputihan menjadi

input, pendidikan kesehatan merupakan suatu proses untuk menciptakan

output yaitu peningkatan pengetahuan remaja perempuan mengenai pencegahan keputihan.

Proses Pendidikan

kesehatan

Output

Peningkatan Pengetahuan remaja perempuan mengenai pencegahan keputihan

Input

(61)

B.Definisi Operasional

[image:61.595.126.560.112.800.2]

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suartu variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel danistilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007).

Tabel. 3.1 Definisi Operasional N

o

Variabel Definisi Cara pengukuran

Alat ukur Hasil ukur Skala

1 Pengetahuan tentang pencegahan keputihan

Hasil dari tahu terhadap informasi yang didapatkan mengenai: Definisi keputihan Penyebab keputihan

Tanda dan gejala keputihan Penanganan keputihan Pencegahan keputihan Responden akan diberikan pertanyaan melalui kuesioner mengenai pencegahan keputihan

Kuesioner Jika benar bernilai 1 jika salah bernilai 0. Point minimal = 0

Point maksimal = 25

Interval

2 Pendidikan kesehatan

Penyampaian materi tentang kesehatan reproduksi remaja dengan tema

pencegahan keputihan dengan

(62)

menggunakan media power point dan

leaflet dengan metode

ceramah dan tanya jawab

C.Hipotesis

(63)

44

METODE PENELITIAN

A.Desain penelitian`

Penelitian ini menggunakan jenis pra-eksperimental dengan desain penelitian one group before after atau pre-test dan post-test group design. Dalam rancangan ini digunakan satu kelompok subjek. Pertama-tama dilakukan pengukuran dengan membagikan kuesioner, lalu dikenakan perlakuan yaitu berupa pemberian materi pendidikan kesehatan, kemudian kuesioner akan dibagikan kembali pada kelompok responden yang sama (Nursalam, 2008).

O1---X---O2

Keterangan:

O1: mengukur tingkat pengetahuan responden dengan mengisi kuesioner X : memberikan perlakuan berupa pendidikan kesehatan

O2: mengukur tingkat pengetahuan responden setelah diberi tindakan dengan mengisi kembali kuesioner.

B.Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK YMJ Ciputat tanggal 1 Juni 2013. Alasan penelitian dilakukan di SMK YMJ Ciputat adalah berdasarkan hasil studi pendahuluan yang didapatkan data bahwa 10 dari 10 orang siswi di SMK YMJ Ciputat pernah mengalami keputihan.

(64)

C.Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peniliti. Populasi dirumuskan sebagai populasi finite

(terbatas) dan infinite (tidak terbatas) (Danim, 2003; Wasis, 2008). Populasi pada penelitian ini bersifat finite atau terbatas yaitu remaja perempuan kelas X dan XI di SMK YMJ Ciputat.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Sampel penelitian yang diambil adalah siswi-siswi SMK YMJ Ciputat sebanyak 26 orang.

D.Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilam sampel yang digunakan adalah total sampling

dengan jumlah responden 80 orang yang terdiri dari kelas X dan XI.Saat dilakukan penelitian siswi yang hadir berjumlah 34 orang, hal ini dikarenakan banyaknya siswi yang tidak datang ke sekolah dengan alasan mempersiapkan study tour. Responden yang dapat diambil sebagai sample berjumlah 26 orang karena ada beberapa responden yang tidak lengkap mengisi kuesioner sehingga harus di diskualifikasi.

E.Instrumen penelitian

(65)
[image:65.595.124.536.185.502.2]

diinginkan. Jenis kuesioner yang akan digunakan adalah kuesioner tertutup atau berstruktur dimana kuesioner tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada (Hidayat, 2008; Nursalam, 2008; Wasis, 2008). Kuesioner akan menggunakan skala guttman yaitu dengan interpretasi penilaian, apabila jawaban benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2008). Kuesioner terdiri dari data umum dan pengetahuan tentang pencegahan keputihan.

Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian Variabel Parameter Jumlah

pertanyaan

No Pertanyaan Data Umum

(Kuesioner A)

 Umur, kelas, pengetahuan,

5 1, 2, 3, 4, dan 5 Pengetahuan tentang pencegahan keputihan (Kuesioner B) Definisi Klasifikasi

Tanda dan gejala Penyebab Penanganan Pencegahan 3 2 3 6 2 14

1, 2, 3 4, 5 6, 7, 8

9, 10, 11, 12, 13, 14

14, 15

16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

F. Uji Validitas dan Reabilitas

(66)

Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan kemudian dilihat penafsiran dari indeks korelasinya (Hidayat, 2008).

Rumus Pearson Product Moment:

rhitung = √[

] [ ]

Keterangan:

rhitung =koefesien korelasi

∑Xi = jumlah skor item ∑Yi = jumlah skor total (item)

n = jumlah responden Rumus uji t:

thitung = √ √

Keterangan: t = nilai thitung

r = koefisien korelasi hasil rhitung

n = jumlah responden

[image:66.595.128.534.112.484.2]

Untuk tabel tα = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2). Jika nilai t hitung > t tabel valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitungnya < t tabel tidak valid.

(67)

berlainan (Suryabrata, 2010). Bila berkali-kali untuk mengukur bedanya banyak, maka alat ukur tersebut tidak reliabel (Machfoedz, 2008). Dalam mengukur reabilitas dapat menggunakan rumus Spearman Brown. Metode ini dilakukan dengan jalan memilih satu instrumen kedalam dua bagian yang sama banyaknya, bagian yang pertama muat skor dari unsur-unsur pokok bernomor ganjil dan bagian kedua memuat skor dari unsur-unsur pokok yang bernomor genap (Hidayat, 2008; Setiadi, 2007).

Rumus Spearmen Brown: r11=

Keterangan :

r11= koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb= nilai r Pearson dari pokok genap dengan pokok ganjil

Apabila r11> r tabel berarti reliabel dan apabila r11 < r tabel tidak reliabel.

Uji validitas dan reabilitas telah dilakukan pada tanggal 29 Maret 2013 di sekolah Triguna Utama dengan responden 30 orang. Hasil uji validitas kuesiner hanya menunjukkan 2 pertanyaan yang valid dan nilai reabilitas 0,58 sedangkan nilai koefisien reabilitas yang baik diatas 0,7. namun, karena semua item pertanyaan dibutuhkan untuk menilai tingkat pengetahuan remaja perempuan, maka item tersebut tidak dihapuskan, melainkan kalimat pertanyaannya diperbaiki menjadi kalimat yang mudah dimengerti.

G.Tahapan pengambilan data

Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengambilan data:

(68)

2. Peneliti membuat surat perizinan penelitian untuk pihak sekolah dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta

3. Peneliti mendatangi pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan membuat kontrak waktu penelitian

4. Peneliti mempersiapkan peralatan untuk pelaksanaan penelitian

5. Peneliti mendatangi pihak sekolah pada hari yang telah dijanjikan, dan meminta dipersiapkan calon responden

6. Pihak sekolah mengumpulkan calon responden dalam suatu ruangan

7. Peneliti menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan pada calon responden

8. Peneliti dengan bantuan fasilitator membagikan kuesioner pada responden sebelum pemberian pendidikan kesehatan untuk melihat pengetahuan mereka mengenai pencegahan keputihan, kuesioner diisi selama 10-15 menit

9. Peneliti memberikan materi pendidikan kesehatan mengenai pencegahan keputihan dengan dibantu oleh observer dan fasilitator. Materi yang akan diberikan terdiri dari definisi keputihan, penyebab keputihan, tanda dan gejala keputihan, penanganan keputihan dan pencegahan keputihan.

Media yang akan digunakan adalah power point dengan bantuan LCD dan

leaflet, menggunakan metode penyampaian ceramah dan tanya jawab selama 20-30 menit.

(69)

11. Peneliti mengumpulkan data dari hasil kuesioner

12. Peneliti berpamitan dengan responden dan pihak sekolah 13. Peneliti melakukan analisa data

H.Pengolahan data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007).

Ada beberapa tahap dalam proses pengolahan data (Setiadi, 2007; Hidayat, 2008) yaitu:

1. Editing atau mengedit data, memeriksa daftar pertanyaan yang telah terkumpul dimaksudkan untuk mengevaluasi kelengkapan, keterbacaan tulisan, konsistensi dan kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan penelitian. Jika terdapat beberapa kuesioner yang masih belum diisi, atau pengisian yang tidak sesuai dengan petunjuk dan tidak relevannya jawaban dengan pertanyaan sebaiknya diperbaiki dengan jalan menyuruh isi kembali kuesioner yang masih kosong pada responden semula, kalau tidak memungkinkan dilakukan maka mencari responden lain sebagai pengganti asal sesuai dengan polanya.

(70)

Proses ini dimaksudkan untuk menguantifikasi data kualitatif atau membedakan aneka karakter. Pemberian kode ini secara manual, menggunakan kalkulator, maupun menggunakan komputer.

3. Entri data, jawaban-jawaban yang sudah diberi kode katagori kemudian dimasukan dalam tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

4. Melakukan teknik analisis data, penelitian akan menggunakan analisis analitik bivariat dengan menggunakan statistik inferensial. Statistik inferensial adalah statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial.

I. Analisis data

(71)

J. Etika penelitian

Etika penelitian kesehatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan lngsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etik yang harus diperhatikan menurut Setiadi (2007), Hidayat (2008), dan Nursalam (2008) yaitu:

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek khususnya jika menggunakan tindakan khusus

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.

c. Risiko (Benefits ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan menguntungkan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (Respect human dignity)

(72)

tanpa adanya sanksi apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (Right to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

c. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya. Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, manfaat, kerahasiaan dan lain-lain.

3. Prinsip keadilan (Right to justice)

(73)

b. Hak dijaga kerahasiaannya (Right to privacy)

(74)

55

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SMK YMJ Ciputat pada hari sabtu tanggal 1 Juni 2013 dengan jumlah responden awal 34 orang, karena banyaknya siswi yang tidak hadir disebabkan persiapan studi tour ke Jogjakarta maka pengambilan sample diambil dari siswi yang hadir pada hari itu yang terdiri dari kelas X dan XI. Responden yang dijadikan sampel berjumlah 26 orang. Hal ini dikarenakan ada beberapa responden tidak mengisi semua pertanyaan. Penelitian dilakukan pada satu waktu dari jam 12.40 WIB sampai dengan jam 13.45 WIB. Responden diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang pencegahan keputihan.

A.Gambaran lokasi penelitian

SMK YMJ adalah sekolah swasta yang berada di jalan Limun No. 27 RT 002 RW 08 Ciputat-Pisangan, Banten.. Sekolah ini didirikan pada tanggal 25 bulan 6 tahun 1988. SMK YMJ memiliki 4 Jurusan kompetensi keahlian yaitu teknik komputer dan jaringan, administrasi perkantoran, akuntansi, dan pemasaran. Pihak sekolah tidak pernah mengadakan penyuluhan kesehatan untuk murid-murid di sekolah tersebut. Ruang UKS yang tersedia juga tidak berfungsi lagi.

B.Analisis Univariat 1. Data Demografi

(75)
[image:75.595.132.538.67.441.2]

Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden

No Item

pertanyaan

Jawaban Jumlah siswi

N

1 Umur 16 tahun

17 tahun

11 15

26

2 Kelas X

XI

4 22

26 3 Keputihan Pernah

Tidak Pernah

26 0

26

4 Pernah

mendapatkan informasi Pernah Tidak pernah 18 8 26

5 Sumber

informasi Media Lingkungan Tenaga kesehatan 4 14 0 26

Umur responden berkisar antara 16 sampai 17 tahun. 15 orang berumur 17 tahun dan 11 orang berumur 16 tahun yang terdiri dari kelas X sebanyak 4 orang dan kelas XI sebanyak 22 orang. Responden yang pernah mengalami keputihan sebanyak 26 orang atau 100%. 18 orang mengatakan pernah mendapatkan informasi mengenai keputihan yang didapatkan dari sumber informasi media sebanyak 4 orang dan sumber informasi dari lingkungan sebanyak 14 orang, sedangkan 8 orang mengatakan tidak pernah mendapatan informasi mengenai keputihan.

(76)

2. Deskripsi pengetahuan remaja perempuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan keputihan

[image:76.595.117.538.66.475.2]

Perbedaan pengetahuan remaja perempuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Remaja Perempuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang

Pencegahan Keputihan

N Min Max Mean SD Median 95%CI Nilai total kuesioner Sebelum 26 16 25 20.04 2.849 20.00

18.89-21.19

30 Sesudah 26 18 26 22.65 2.244 23.00

21.75-23.56

Hasil analisis didapatkan rata-rata pengetahuan remaja perempuan tentang pencegahan keputihan sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 20.04, nilai terendah 16 dan nilai tertinggi 25, dengan nilai total 30 jika responden dapat menjawab semua pertanyaan. Nilai median 20,00 dengan standart deviasi 2.849. Hasil 95% confidence interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini pengetahuan remaja perempuan tentang pencegahan keputihan diantara 18,89 sampai dengan 21,19.

(77)

standart deviasi maka semakin dekat mendekati nilai rata-ratanya yang berarti data tersebut semakin bagus dari data sebelumnya. Hasil 95% confidence interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini pengetahuan remaja perempuan tentang pencegahan keputihan diantara 21.75 sampai dengan 23.56. Data diatas menggambarkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan remaja perempuan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan keputihan, begitu juga dengan pengingkatan nilai minimum dan nilai maximum.

3. Deskripsi pengetahuan siswi setiap item pertanyaan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

Tabel di bawah ini akan dijelaskan secara rinci pengetahuan remaja perempuan mengenai keputihan dan pencegahannya.

Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan

No Item pertanyaan Benar Salah Total poin keseluruhan

pertanyaan peritem Poin % Poin %

1 Definisi 45 58 33 42 78

2 Klasifikasi 23 44 29 56 52 3 Tanda dan

gejala

43 55 35 45 78

4 Penyebab 104 67 52 33 156

5 Penatalaksanaan 47 90 5 10 52 6 Pencegahan 260 71 104 29 364

[image:77.595.133.532.174.613.2]
(78)
[image:78.595.132.538.76.458.2]

Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan

No Item pertanyaan Benar Salah Total poin keseluruhan

pertanyaan peritem Poin % Poin %

1 Definisi 50 64 28 36 78

2 Klasifikasi 28 54 24 46 52

3 Tanda dan gejala

53 68 25 32 78

4 Penyebab 116 74 40 26 156

5 Penatalaksanaan 51 98 1 2 52 6 Pencegahan 294 81 70 19 364

Sebelum diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan yang paling banyak tidak diketahui responden adalah tentang klasifikasi keputihan sekitar 54%, sedangkan pengetahuan yang paling banyak diketahui responden adalah mengenai penatalaksanaan keputihan sekitar 98% pertanyaan dijawab benar. Tidak ada perbedaan dari sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

C. Analisis Bivariat 1. Uji Normalitas

(79)
[image:79.595.130.538.84.498.2]

Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Perempuan tentang Pencegahan keputihan Sebelum dan Sesudah diberikan

Pendidikan Kesehatan

Variabel Shapiro-Wilk

Df Sig.

Pengetahuan 26 0.354

Uji normalitas di atas menggunakan uji Shapiro-Wilk karena uji ini lebih tepat dan lebih efisien digunakan untuk menguji normalitas pada sampel kurang dari 50 (Ayuningtyas, 2012). Hasil uji normalitas di atas diperoleh nilai signifikan Shapiro-Wilk variabel pengetahuan 0.354 (p>0.05). Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa data setelah diberikan intervensi berdistribusi normal karena p>0,05 sedangkan data sebelum diberikan intervensi tidak berdistribusi normal p<0,05. Kesimpulan diatas menunjukkan bahwa penelitian ini dapat menggunakan uji analisis t test berpasangan.

2. Perbedaan Pengetahuan tentang Pencegahan Ke

Gambar

gambar. Leaflet berukuran 20x30 cm dan biasanya disajikan dalam
Tabel. 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian
tabel valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitungnya < t tabel tidak valid.
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN PASAL 374 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ( KUHP ). TERHADAP TINDAK PIDANA PENGGELAPAN PADA PERKARA NOMOR :

Dalam setiap kegiatan atau penelitian ilmiah harus digunakan suatu metode penelitian yang tepat agar memperoleh hasil penelitian yang tepat pula sehingga memperoleh hasil

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan ( life skill ) dan minat para perempuan kurban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Desa Duwet,

Dengan demikian akan mengurangi adanya asimetri informasi dan memperkecil ketidakpastian pasar dan pada akhirnya perusahaan dan penjamin emisi cenderung menentukan harga

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan, risiko keuangan tidak berpengaruh signifikan, nilai perusahaan berpengaruh signifikan,

Consultants : ( I) Ora. Zakiyah Tasnim, MA. Bambang Suharjito, M.Ed. Jt was to know whether the test constructed follows the characteristics of a good test or not. The

Jadi dapat disimpulkan bahwa, gaya hidup hedonis adalah pola kehidupan dan perilaku mewah seseorang untuk menunjukan kelas sosial ekonominya pada masyarakat.Menurut hasil

penelitian dengan judul “ pengaruh pelatihan kerja, pengembangan karir dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di Dinas Cipta Karya Kabupaten Banyumas ”.. 1.2