• Tidak ada hasil yang ditemukan

Infeksi parasit pada diare dan gejala penyerta yang ditimbulkannya pada balita di Kelurahan Pondok Ranji periode Juni - Juli 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Infeksi parasit pada diare dan gejala penyerta yang ditimbulkannya pada balita di Kelurahan Pondok Ranji periode Juni - Juli 2009"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

INFEKSI PARASIT

PADA

DIARE DAN GEJALA

PENYARTA YANG

DITIMBULKANNYA

PADA

BALITA

DI KELURAHAN PONDOKRANJI

PERIODE

JUNI

_

JULI

2OO9

Laporan Penelitian

ini

ditulis

sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar

SARIANA KEDOKTERAN

Universltas lslam ilegeri

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

OLEH:

Khairunnisa

NIM:

106103003723

PROGRAM

STUDI

PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN

ILMU

KESEIIATAN

UNIYERSITAS

ISLAM I{EGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430

H/2009

M

I IIN

(2)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

KARYA

Dengan

ini

saya menyatakan bahwa:

1.

Laporan

penelitian

ini

merupakan

hasil karya

asli

saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar

strata

1

di

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

ini

telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika

di

kemudian

hari

terbukti

bahwa

karya

ini

bukan karya

asli

saya atau

merupakan hasil

jiplakan

dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku

di

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 2 November 2009

METERAI TEMPEL

Khairunnisa

tw

q€

859388 E@@

(3)

INFEKSI PARASIT

PADA

DIARE

DAN

GEJALA PEI\ITERTA YANG DITIMBULKANNYA,

PADA

BALITA

DI

KELURATTAN PONDOK

RANJI

PERIODE

JUNI

_ JULI2OOg

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu

Kesehatan untuk

Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Khairuunisa

NIM:

106103003723

PROGRAM

STUDI

PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

DAN

ILMU

KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 IV2009

M

Pembimbing

^0.

A

U\inrl/

S

ilvia

r,,r,"J il*r'lr,on,

M. biomed
(4)

PENGESAHAN

PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian

berjudul

II\FEKSI

PARASIT

PADA DIARE

DAI\

GEJALA

PEI\IYERTA

YAI\G DITIMBT'LKAI{NYA PADA BALITA DI

KELURAHAN PONDOK RANJI

PERIODE

JIINI

-

JULI

2009

yans

diajukan oleh Khairunnisa

(NIM:

106103003723), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu

Kesehatan pada

2

November 2009. Laporan penelitian

ini

telah diterima sebagai salah satq syarat memperoleh gelar Sarjana

Kedokleran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Cinutl,

2 November 2009

DEWAN PENGUJI

-jry*

w of . D

qh#.M.

E ladjudbrspAnd

(-/

Dekan

FKIKUIN

-f-h

dr.

Y

Penguji

tr'il{

anti Susianti, SpA

PIMPINAN T'AKULTAS

Kaprodi PSPD

FKIK{IN

r$-IV

(5)

KATA

PENGANTAR

As s alamu' al aikum warahmatull ahi w abarakatuh,

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan limpahan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Salawat dan

salam semoga selalu tercurah ke haribaan nabi Muhammad SAW.

Penulisan laporan penelitian

ini

saya susun dalam rangka memenuhi salah

satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokleran pada Program

Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan

Ilmu

Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan penelitian

ini,

sangatlah

sulit bagi

saya

untuk

menyelesaikan laporan

ini.

Oleh

karena

itu,

saya

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1)

Prof. Dr(hc). dr.

M.

K. Tadjudin, SpAnd. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan.

2)

Dr. dr.

Syarief Hasan Lutfie. SpKFR. selaku Ketua Prodi Studi Pendidikan

Dokter.

3)

Ibu

Silvia

Fitrina Nasution, M.Biomed. selaku dosen pembimbing dalam

penyusunan skripsi ini.

4)

Staff

dan keluarga besar kelurahan Pondok

Ranji

yang telah membantu

terlaksananya penelitian ini.

5)

Staff

pekerja laboratorium

yang

telah

mengizinkan

dan

meminjamkan

peralatan untuk menunjang penelitian ini.

6)

Dosen-dosen

di

Fakultas Kedokteran

dan

Ilmu

Kesehatan

yang

telah

memberikan banyak ilmu dan pembelajaran kepada saya

7)

Ayah, ibu dan kedua saudara saya yang selalu mendoakan dan memberikan
(6)

8)

Teman-teman satu

kelompok

dalam penelitian

ini

yaitu

Gianisa Adisaputri,

Gita Ruryatesa, Santi

Muria Dini,

dan Zvhriyah Rosa.

9)

Teman-teman sejawat dalam Program Studi Pendidikan Dokter.

10) Terakhir, kepada semua pihak yang

tidak

sempat saya sebutkan satu per satu,

yang telah banyak membantu secara langsung maupun

tidak

langsung dalam

proses penyusunan laporan penelitian

ini.

Akhir

kata, saya berharap

Allah

SWT berkenan membalas segala kebaikan

semua

pihak

yang

telah

membantu. Semoga

laporan penelitian

ini

membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Was s alamu' alaikum w ar ahmatullahi w ab ar akatuh.

I akarta, 2 Novembe

r

2009

Penulis

(7)

ABSTRAK

Khairunnisa.

Program Studi

Pendidikan

Dokter.

Infeksi

parasit pada

diare

dan

gejala penyerta

yang

ditimbulkannya pada

balita

di

Kelurahan Pondok

Ranji

periode Juni

-

Juli 2009.

Lutar

belakang

Sejumlah patogen

baru

memperlihatkan agen penyebab diare

yang

sering

ditemukan,

diantaranya adalah

oleh

infeksi

parasit.

Belum

banyak

disebutkan

tentang

spesies

parasit yang

berperan sebagai penyebab

utama

timbulnya

gejala

diare

terutama

pada

balita yang

sangat

rentan akan

infeksi

parasit.

Untuk infeksi

yang disebabkan oleh protozoa usus, merupakan penyebab

diare yang cukup

tinggi

di

Indonesia. Entamuba

histolytica

menyebabkan diare

sekitar

I0-I8%

kejadian, Entamuba

coli

8-T8o/o,

dan

Giardia lamblia

4,4Yo.

Demikian pula halnya

pada

infeksi

cacing tambang dan

jenis

nematoda lainnya

pada

saluran

pencernaan

bisa

terjadi

tanpa

gejala

yang

spesifik

dari

gastrointestinal, seperli nyeri, mual, dan diare

Metodologi

Penelitan

dilakukan

secara cross-sectional simple rqndom sampling pada 52 subyek balita. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan pemeriksaan sampel feses

di

laboratorium.

Uji

laboratorium dan analisis data

dilakukan untuk mengetahui hubungan antara gqalapenyerta diare dengan infeksi

parasit yang menyertainya.

Hasil

Dali

52

orang subyek penelitian didapatkan

infeksi

Oxyuris

vermicularis 3,8o , Ascaris lumbricoides 9,60/o,

Giardia lamblia

l,906, dan Entamuba

coli

3,8o/o

yang diduga sebagai

infeksi

penyerta yang menyebabkan

timbulnya

gejala-gejala penyerta pada diare. Setelah dibandingkan dengan gejala penyerta berupa demam, mual muntah, dan lemah lesu, didapatkan

nilai

p>0,005 yang berarti bahwa infeksi

parasit tersebut tidak mempengaruhi timbulnya gejala-gejala penyerta diare.

Kesimpalan

Gejala penyerta diare berupa demam,

mual

muntah, dan lemah lesu pada penderita diare

tidak

dipengaruhi oleh

infeksi

Oxyuris vermicularis , Ascaris lumbricoides,

Giardia

lamblia, ataupun Entamoeba coli.

Kata kunci

:

Diare, infeksi

parasit, gejala penyerta,

Oxyuris

vermicularis

,

Ascaris lumbricoides,

Giardia

lamblia, Entamoeba coli.
(8)

ABSTRACT

Khairunnisa. Departement

of

Medicine.

Parasitic

infections

to

diarrhea

and accompanying symptoms are caused

in

infants

in

Kelurahan Pondok Ranji period

from June to July 2009.

Background

Some

of

pathogens recently shows their role

of

causing diarrhea that

is

commonly

found,

for

example, the parasitic infection.

Not

much

is

mentioned about

the

species

of

parasite that becomes the main cause diarrhea, especially

in

children

who

are

highly

susceptible

for

infection

by

parasites.

Infections

by

intestinal

protozoa,

is a

cause

of

diarrhea

which

is

quite

common

in

Indonesia. Entamubo

histolytica

causes approximately 10-18% incidence

of

diarrhea,S-l9Yo Entamuba

coli,

and

Giardia lamblia

4.4%.

Likewise

on hookworm

infection

and

other

nematode species

in

the

gastrointestinal

tract

can occur

without

specific gastrointestinal symptoms, such as pain, nausea, and dianhea.

Methodology This

research

is

a

cross-sectional study using random sampling

in

52

subjects under

the

age

of

five.

Data

was

collected

by

distributing questionnaires

and

examination

of

stool

samples

in

the

laboratory.

Laboratory

tests

and

analysis

were

conducted

to

determine

the

relationship

between symptoms accompanying dianhea

with

parasitic infections that accompanies it.

Results

From

the

52

subjects,

Oxyuris vermiculans infection was found

3.8yo,

Ascaris

lumbricoides

infection

9.6yo,

Giardia lamblia infection

1.9yo, and 3.8o/o

Entamuba

coli

infection

suspected

as

an

accompanying

infection that

causes

symptoms

of

diarrhea

accompanying.

After

compared

with

accompanying symptoms include fever, nausea,

vomiting,

lethargic and weak, the

p

value was

)

0.005,

which

means

that the

parasite

infection

does

not

affect the

onset

of

symptoms accompanying dianhea.

Conclusions

The

symptoms accompanying

diarrhea

include fever,

nausea,

vomiting,

lethargy and

weakness

in

patients

with

diarrhea

is

not

affected by Oxyuris vermicularis,

Ascaris

lumbricoides,

Giardia lamblia, or

Entamoeba

coli

infection

Keywords: Diarrhea, parasitic infections,

accompanying symptoms,

Oxyuris

vermicularis, As caris lumbricoides,

Giardia

lamblia, Entamoeba coli.
(9)

DAFTAR

ISI

Lembar Judul

Lembar Pernyataan Keaslian Karya

Lembar Persetujuan Pembimbing ... Lembar Pengesahan

Kata pengantar ...

Abstrak

...:.

Daftar isi... Daftar Gambar

Daftar Tabel

BAB

1

PENDAHULUAN

I.I.Latar

Belakang

1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

1.3.2. Tujuan Khusus 1.4.

Hipotesis

... 1.5. Manfaat Penelitian

BAB

2

TINJAUAN PUSTAKA

... 2.1. Deflrnisi Diare

2.2.KIasifrkasi

Diare

2.3.

Infeksi

Parasit

Penyerta

Pada

Gejala

Diare

Serta Mekanisme Patofi siologinya

2.3.1. Nematode usus ...

2.3.2. Golongan protozoausus ... 2.4. Respon Imun Terhadap parasit

2. 5 . P enatalaksanaan Diare

BAB

3

BAHAN DAN CARA KERJA

3.1. Bahan dan

Alat

3.2.

CaraKerja

3.2.1. Pemeriksaan Sampel

3 .2.2. Desain Penelitian

3.2.3. Waktu dan Tempat Penelitian

v

vii

ix

xi

xii

1 1 2 2 2 2 J a J 4 4 4 5 5 9

I4

I4

t6

I6

t6

I6

t7

BAB

4

3 .2.4. Pengambilan Sampel 3 .2.5.

Kriteria

Penelitian

3.2.6.

Alur

Penelitian ...

3 .2.7 . Pengambilan/Pengumpulan Data

3.2.8. Pemilihan

Sampel

...;...

3.2.9. Pengolahan Data dan Analisa Statistik

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1 .1 . Karakteristik Subjek 4.1.2. Hasil Analisa Statistik

KESIMPULAN DAN

SARAN

5.1. Kesimpulan

t7

t7

17 18 18 18

t9

20 20 20

2t

31 31 IX
(10)

5.2. Saran 31

32

35

Daftar Pustaka

(11)

DAFTAR

GAMBAR

[image:11.595.109.548.130.756.2]

Gambar 2.1. Siklus Hidup As:caris Lumbricoides

...

... 6

Gambar 2.2. Siklus Hidup cacing

tambang

... 8

Gambar 2.3. Siklus

Hidup

Oxyuris vermicularls

...

... 9

Gambar 2.4. Entamoeba

Histolitika

...

11

Gambar 2.5. Siklus

Hidup

Giardia Lamblia
(12)

DAFTAR

TABEL

Tabel

4.l.Karakteristik

subjqkpenelitian

... 20

Tabel.4.2

Hasil

uji

Mann_Withney arfara Ascaris

Lumbricoides

dengan

gejalademam

... 22

Tabel.43

Hasil

uji

Mann_Withney

antara

Ascaris

Lumbricoides

dengan gejala mual,

muntah

...,... 23

Tabel.4.4

Hasil

uji

Mann_Withney

arfiara

Ascaris

Lumbricoides

dengan gejala lemah lesu

...

... 23

Tabel.4.5 Hasil

uji

Mann_Withney antara Oxyuris vermiculans dengan

gqalademam

...24

Tabel.4.6 Hasil

uji

Mann*Withney

antara Oxyuris vermicularls dengan

gejala mual muntah

...

....

25

Tabel.4.7 Hasil

uji

Mann_Withney antara Oxyuris vermicularls dengan

gejala lemah

lesu

...

... 25

Tabe1.4.8

Hasil

uji

Mann_Withney

antara

Entamoeba

coli

dengan

gejalademam

...

26

Tabel.4.9

Hasil

uji

Mann_Withney

antara

Entamoeba

coli

dengan

gejalamual

...

....

26

Tabel.4.10

Hasil

uji

Mann_Withney

arftara Entamoeba

coli

dengan

gejala lemah

lesu

...

... 27

Tabel.4.ll

Hasil

qi

Mann_Withney

arfiara

Giardia lamblia

dengan

gejala

demam

... 28

Tabel.4.l2 Hasil

uji

Mann_Withney

antara

Giardia lamblia

dengan

gejalamual muntah

...

....

2g

TabeI.4.l3

Hasil

uji

Mann_Withney

antaru

Giardia lamblia

dengan

gejala lemah

lesu

...

... 2g [image:12.595.110.558.117.564.2]
(13)

BAB

1

PENDAHULUAN

I.LLatar

Belakang

Penyakit

diare

merupakan

penyakit kedua terbanyak

di

seluruh

dunia

setelah

infeksi

saluran

pernafasan

akut

(ISPA).

Hasil

survei

program

Pemberantasan diare

di

Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 301 per 1.000 penduduk dengan episode diare

balita

adalah 1,0

-

1,5

kali

per tahun. Tahun

2003

angka kesakitan penyakit

ini

meningkat

menjadi 374 per

1.000 penduduk

dan

merupakan

penyakit

dengan

frekuensi kejadian

luar

biasa kedua

tertinggi

setelah demam berdarah. Survei

Departemen Kesehatan (2003), penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor

dua pada

balita,

nomor tiga

pada

bayi, dan nomor

lima

pada

semua umur.

Kejadian diare pada golongan balita

yakni

sebesar 55 persen secara proporsional

lebih banyak dibandingkan kejadian diare pada seluruh golongan umur (Ratnawati

D,

Wibowo

TA,

Solikhah,2009)

Sejumlah patogen baru memperlihatkan agen penyebab diare yang sering

ditemukan,

diantaranya

adalah

oleh

infeksi

parasit

(putra DS,

200g).

Menurut

Sheral S. Patel dan James W. Kazura, banyak orang

memiliki risiko

yang rendah terhadap cacing dan

tidak memiliki

gejala.

Infeksi

cacing tambang pada saluran pencernaan

bisa

terjadi

tanpa gejala

yang spesifik

dari

gastrointestinal, seperti

nyeri, mual, dan diare

(Behrman

RE,

Kliegman

RM,

Jenson

HB;

2004).

pada

cacing

tambang, selama perlekatan

ke

mukosa usus

halus,

dapat dirasa nyeri

abdomen, diare, dan kehilangan berat badan.

Komplikasi

serius

juga

terjadi pada

infeksi Ascaris

lumbricoides

yaitu

obstruksi

pada

usus

halus,

gejalanya

mirip

dengan obstruksi pencernaaan akut dengan muntah, distensi abdomen, dan kram.

(Hrikelek

M,

2008).

untuk

infeksi

yang disebabkan oleh protozoa usus, merupakan penyebab

diare

yang

cukup

tinggi

di

Indonesia. Entamuba

histolytica

menyebabkan diare

sekitar

10-18% kejadian, Entamuba

coli

B-r9yo, dan

Giardia lamblia

4,4o/o
(14)

Belum

banyak disebutkan tentang spesies parasit yang berperan sebagai

penyebab utama

timbulnya

gejala diare terutama

padabalita

yang sangat rentan akan infeksi parasit tersebut. Pada bagian

lain

dari penelitian

ini

ditemukan bahwa Cacing tambang

dat

Entamuba histolytica berpengaruh nyata terhadap timbulnya

geiala

utama pada diare.

Penemuan beberapa spesies

parasit

lain

(Ascaris

lumbricoides,

oxyuris

vermicularis, Entamuba

coli,

dan

Giardia lamblia),

belum diketahui peranannya terhadap

timbulnya

gejala-gejala penyerta pada penderita

diare.

1.2. Rumusan Masalah

Beberapa spesies

parasit

nematoda

dan protozoa usus

ditemukan pada

balita yang

menderita

diare

di

Indonesia.

Namun, belum

banyak

disebutkan

tentang spesies parasit tersebut yang berperan sebagai penyebab utama timbulnya gejala

diare

ataukah sebagai

gejala penyerta.

Untuk

itu

dalam penelitian ini

dilaporkan beberapa spesies parasit yang

diidentifikasi

sebagai penyebab gejala penyerta diare serta berapa prevalensi gejala penyerta diare yang ditimbulkannya

pada anak balita di

Kelurahan

Pondok Ranji?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui prevalensi gejala penyerta

diare

serta hubungannya dengan

infeksi parasit nematoda dan protozoa usus pada balita di kelurahan Pondok Ranji

1.3.2. Tujuan Khusus

1.

Mengetahui

spesies

parasit

serta prevalensinya

sebagai penyebab gejala penyerta diare pada

balita

di

kelurahan Pondok

Ranji

periode

Juni-Juli Tahun 2009.

2.

Mengetahui prevalensi gejala penyerta diare yang

ditimbulkan

akibat

infeksi parasit tersebut.

(15)

1.4. Hipotesis

l.

Ascaris

lumbricoides, Oxyuris vermicularis, Entamuba

coli,

dan Giardia

lamblia

merupakan spesies

parasit penyerta

yang

ditemukan pada

balita

penderita diare di kelurahan Pondok Ranji

2. Infeksi parasit mempengaruhi timbulnya gejala penyerta diare

1.5.

Manfaat Penelitian

Hasil

penelitian

ini

dapat digunakan sebagai

informasi

kesehatan bagi

masyarakat

di

kelurahan

Pondok

Ranji

sebagai upaya

program

pemberantasan

diare dan penyakit oleh infeksi parasit, sefta berguna sebagai penelitian awal yang

memberikan data tambahan

untuk

melakukan

penelitian

lebih lanjut

mengenai
(16)

BAB

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.I.Diare

Berdasarkan

defisini WHO,

diare adalah buang

air

besar dalam bentuk

cafuart

lebih dari tiga

kali

dalam satu

hari

dan biasanya berlangsung selama dua

hari

atau

lebih

(who.org,

2009).

Menurut Luszy

A,

2006 diare

adalah suatu

kondisi

dimana seseorang buang

air

besar

3 kali

atau

lebih

dalam satu

hari

dan

tinja

atau feses yang

keluar

berupa

curan

encer atau

sedikit

berampas, kadang

juga

disertai darah atau

lendir.

Kematian akibat diare umumnya disebabkan oleh

mencret yang

terjadi tak

berkesudahan sehingga penderita kehilangan cairan dan

elektrolit

dalam tubuh yang menyebabkan dehidrasi (Irianto J, 2000).

Diare

adalah

kebalikan

status penyerapan

normal

cairan dan elektrolit

yang

semestinya

diserap

justru

dikeluarkan.

Berbagai

gangguan

bisa

menyebabkan gaya

osmotik

yang bekerja

di

lumen

membawa

air ke

usus atau

status sekretori

aktif

yang diinduksi oleh enterosit. (Guandalini S, 2009)

Pada anak kurang

dari2

tahun, diare didefinisikan sebagai buang air besar harian dengan volume

lebih dari

10

ml/kg.

Sedangkan pada anak

di

atas

2

tahun

didefinisikan

sebagai

buang

air

besar

harian

dengan massa

lebih

dari

200

g.

Dengan kata lain, kehilangan cairan lewat buang air besar sampai 4

kali

atau lebih

perhari. (Guandalini S, 2009)

Pada beberapa

diare

dengan

infeksi enterik

biasanya

memiiliki

gqala

sistemik seperti nyeri abdomen, muntah, dan demam. (Stefano

Guandalini,2009)

2.2.Klasifrkasi

Diare

Klasifikasi

diare berdasarkan lama waktu diare

terdiri

dari

diare akut dan
(17)

a.

Diare

Akut

Diare akut adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk

cair dalam

satu

hari

dan berlangsung

kurang 14 hari.

Penyebab diare akut

pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis, keracunan makanan karena

antibiotika

dan

infeksi

sistemik. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh

infeksi

(Irianto J, 2000).

b.

Diare persisten/kronis

Diare

persisten

didefinisikan

sebagai berlanjutnya episode

diare

selama 14

hari atau lebih.

2.3. Infeksi parasit penyerta pada gejala diare serta mekanisme patofisiologinya

2.3.1. Golongan nematoda usus

a. Ascaris Lumbricoides

Askariasis

paling umum

pada

anak-anak

di

negara-negara

tropis

dan

berkembang,

dimana

mereka terus-menerus terkontaminasi tanah dengan feses

manusia

atau

menggunakan feses

yang

tak

terjaga

sebagai

pupuk.

Prevalensi askariasis

tertinggi

pada anak usia 2-10 tahun (Haburchak

DR,

2008). Prevalensi

Ascaris

lumbricoides sebesar

l6,8yo

di

beberapa sekolah

di

Jakarta

Timur

pada

tahun 1994 turun menjadi 4,9Yo pada tahun 2000. (Gandahusada S, Ilahude HHD, Pribadi

W,2004)

Gejala yang

timbul

pada penderita dapat disebabkan

oleh

cacing dewasa dan larva. Gangguan larva biasanya terjadi pada saat berada

di

paru. Pada orang

yang rentan

terjadi

perdarahan

kecil

pada

dinding

alveolus dan

timbul

gangguan

pada paru yang disertai dengan batuk, demam, dan eosinofilia. Pada toraks tampak

infiltrat

yang

menghilang dalam

waktu

tiga

minggu.

Kadang-kadang penderita

mengalami

gejala gangguan usus

ringan

seperli

mual,

nafsu makan berkurang,

diare atau konstipasi. (Gandahusada S, Ilahude

HHD,

Pribadi W, 2004)
(18)

menyebabkan obstruksi

patologik.

Cacing tersebut

mungkin mati,

menyebabkan

inflamasi, nekrosis, infeksi, dan pembentukan abses. Jika cacing bermigrasi keluar

akan meninggalkan perforasi

di

dinding usus. Larva selama migrasi menyebabkan pembentukan granuloma, inflamasi, atau infeksi. (Shoff

WH,2008)

Nyeri

abdomen, distensi,

kolik,

nausea, anoreksia,

dan diare

intermiten

bisa

merupakan

manifestasi obstruksi usus

parsial atau komplit oleh

cacing

dewasa.

Jaundice,

nausea,

muntah, demam

dan nyeri

abdomen

berat

dapat

memberi kesan adanya

kolangitis,

pankreatitis, atau apendisitis. (Haburchak DR,

2008).

[image:18.595.118.506.182.609.2]

*r

Gambar 2.1. Siklus Hidup Ascaris Lumbricoides

(sumber: www. dod. cdc. gov, th 2009)

b. Cacing tambang (Necator Americanus, Ancylostoma duodenale)

Berdasarkan prevalensi diindikasikan bahwa Ancylostoma duodenale dan

Necator Americanus

menginfeksi

576-740

juta

orang dan menyebabkan anemia

A*

lnf*etn*s stas*

iL,"

{:tug*o*r* gtuc*
(19)

kira-kira

l}Yo

dari mereka yang terinfeksi. (Haburchak

DR,

2003).

Infeksi

cacing

tambang

endemik

terutama

di

negara-negara berkembang.

A

duodenale

adalah spesies predominan

di

region

Mediterania,

region utara

India

dan China,

dan

Afrika

Utara.

N

Americanus

adalah spesies predominan

di

China

selatan, Asia

Tenggara,

Amerika,

kebanyakan

Afrika,

dan

sebagian

Australia.

Distribusi

ini

tidak

absolut, dan

infeksi

camprran

dapat

terjadi

pada satu

individu.

(Dhawan

vK,2008).

Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis menurut Gandahusada S, Ilahude

HHD

dan Pribadi

W

(2004) berupa :

o

Stadium larva:

Bila

banyak

larva filariform

sekaligus menembus

kulit,

maka

terjadi perubahan

kulit

yang

disebut

ground icth.

Pentbahan

pada

paru

biasanya

ringan.

o

Stadium dewasa:

Gejala tergantung pada spesies dan

jumlah

cacing serta keadaan gizipenderita

(Fe dan Protein).

Setelah mencapai usus halus proksimal, larva berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa menempel dengan mulutnya pada mukosa usus halus dan

mulai

menghisap.

cacing

tambang mencerna

jaringan

dengan

kapsul

buccal,

menggunakan giginya, otot esofagus, dan

enzimhidrolitik.

pada waktu yang sama

cacing

mengeluarkan antikoagulan

poten

yang

menyebabkan perdarahan dari

kapiler di lamina propria. (Dhawan

VK,

2008)

Setiap

cacing

Necator

menghisap

0,03

mL

darah

per hari, dan

setiap

cacing Ancylostoma menghisap

0,2

mL

darah

perhari

(Haburchak

DR,

2009). Biasanya

terjadi

anemia

hipokrom

mikrositer

(Gandahusada

S,

Ilahude

HHD,

Pribadi

W,

2004).

Anemia

yang berat mempengaruhi perkembangan intelektual
(20)

Infeksi berat

cacing tambang

dapat menyebabkan

pneumonitis

dengan

manifestasi

batuk,

demam,

dan

lemah.

Jika

cacing

dewasa berada

di

jejunum,

pasien dapat mengalami diare,

nyeri

abdomen,

kolik,

dan/atau muntah. Gejala

ini

lebih

umum pada eksposur

awal

dibandingkan eksposur berikutnya. (Haburchak

DR, 2008; Dhawan

VK,

2008).

6

,*@:'''

ffiffi

?#t:

,*

,,.

t.r__-

A

,.**-,,,r: ; }ru. :kss 'itel r!t* *!h1!qstr

"3,'i:.li

l'

r'a*ru*t*a*w [image:20.595.114.502.189.544.2]

t&'

i}**'*'** c**o*

Gambar 2.2. Siklus Hidup cacing tambang

(sumber: www.dpd.cdc.gov, th 2009)

c. O xyur i s v er mi cul ar i s (Ent er ob ius v ermi cul ar i s)

Infeksi

Oxyuris

paling

sering

di

area kosmopolitan pada

daerah yang

dingin.

Prevalensi

paling

tinggi

pada anak

usia

5-9 tahun,

tapi

semua usia bisa

terinfeksi.

(Wolfram

W, 2007)

Enterobiasis

relatif

tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang berarti.
(21)

sehingga menyebabkan

pruritus

lokal.

Oleh

karena cacing bermigrasi

ke

daerah

anus dan menyebabkan

pruritus

ani,

maka penderita menggaruk daerah sekitar

anus sehingga

timbul

luka

garuk

di

sekitar anus. Keadaan

ini

sering

terjadi

pada

waktu malam hari

hingga penderita

lerganggu

tidurnya dan menjadi

lemah.

(Gandahusada S, Ilahude

HHD,

Pribadi

W,2004).

Cacing yang

tinggal

di

sekum danarea yang berdekatan secara khas tidak menyebabkan

gejala.

Diare

mengacu pada

inflamasi

dinding

usus

yang

dapat

terjadi selama infeksi akut. (Huh S,2008)

AE**r**r*t***

*rrgd$Ld by hsol$a

{E}

:r$

J,isnxe dgt r.,r9r *{}Bt$tldx

#:lffi,TH**

A

eooor

#roFtnu

1f,w htugiw sho*

[image:21.595.121.501.200.568.2]

11L* *ug"*o,rc $ugo

Gambar 2.3. Siklus Hidup Oxyuris vermicularis

(sumber: www.dpd.cdc. gov, th 2009)

2.3.2. Golongan protozoa usus

a. Entamub a H istolyt ica

Pada sebuah

studi

disebutkan

rasio diare

amuba

akut

mulai

l,5o/o pada

pelancong

yang

kembali dari Asia

Tenggata sampai 3,60/o pada mereka yang

kembali dari Amerika Tengah. Insiden amubiasis

tinggi

pada negara berkembang.

LeY{* flsld€ tt}6 s€q* tfialsr* sthrn a rt! E hosfe

(22)

10

Sebuah

studi

di

Bangladesh

mengindikasikan

bahwa pada anak

prasekolah

ditemukan

0,09

episode diare yang berhubungan dengan

E

histolytica

dan 0,03

episode disentri setiap tahun. (Dhawan

VK,

2008).

Entamuba

histolytica

adalah

parasit

protozoa nonflagellata

yang

menyebabkan

proteolisis

dan lisis

jaringan

dan dapat menginduksi apoptosis sel

host.

Penyakit

mungkin bisa terjadi

hanya dengan

sedikit kista.

Perlekatan

trofozoit

pada

sel

epitel

kolon

seperlinya

dimediasi dengan

galaktosaA{-acetylgalaktosamin

(GAl/GalNac)-lectin spesifik.

Respon Immunoglobulin

A

(IgA)

mukosa melawan

lektin

dapat

menyebabkan beberapa

infeksi

rekuren.

(Lacasse

A,2009)

Disentri

amuba mempunyai gejala yang khas,

yaitu

sindrom disentri yang

merupakan

kumpulan

gejala

terdiri

atas

diare

(berak-berak encer) dengan

tinja

yang berlendir

dan berdarah serta tenesmus anus

(nyeri

pada

waktu

buang air

besar). Terdapat

juga

rasa

tidak

enak

di

perut dan mules. Perdarahan rektal tanpa

diare dapat

terjadi,

khususnya pada anak-anak.

Hanya

l0-30Yo yang mengalami
(23)

TL

ffi;r-t*4.$&t cla?* rr"Efctt

aatalr*tr.-H!qa' tl&R*

lr.{g {r*nv* dgf f$e.*e".U*{,fu

lN.lnftttr*

Sagr

lL'o"r:.*"tl:

$tqle

+ l&nn"rllrru Cokr.i*tc,n

,:'':L * !r"rO* all l}lCagc

Gl " *"*"t* utqta!+

ilyt.,n {l1t lsFfrsao,4es

ta,rr*d ',n fccc*

\\j\

i\

/\

11ryg$;1rlri.lfi

Er.r1*1*n

s

i

0|l

fw

Lt!rttF$4crlkl$

\_ffi

cwer

A

.*m*ffi

AA

-..w

A

[image:23.595.124.507.92.549.2]

A

Gambar 2.4. Entamaeba

Histolitika

(sumber: www.dpd.cdc. gov. th 2009)

b. Entamuba

Coli

Amuba

ini

ditemukan kosmopolit di Indonesia dengan frekuensi

antara

8

-

l8

%. (Gandahusada S, Ilahude

HIID,

Pribadi

w,

2004). Pada sebuah penelitian

si kepulauan seribu, diantara 101 sampel anak sekolah dasar ditemukan 5% infeksi

Entamuba

histolytica

dan Entamuba cali. (Sasongko

A,

Irawan HSJY, Tatang RS,

dkk,2002)

(24)

T2

siklus

hidup

E

coli

menyerupai

E

histolytica

namurn

tanpa

adanya

penjalaran ekstraintestinal

(Yulfi

H, 2006). E coli

tidak

patogen, tetapi penting

dipelajari

untuk

membedakan dengan

E

histolytica.

(Gandahusada

S,

Ilahude

HHD,

Pribadi

W,2004).

c.

Giardia lamblia

Giardiasis adalah infeksi protozoa paling umum pada pencernaan manusia.

G

lamblia

adalah

salah satu

dari

agen penyebab

paling umum

epidemik

dan

endemik penyakit diare

di

dunia. Estimasi prevalensi

infeksi

berdasarkan temuan

kista

sebesar 20-25%o pada anak dibawah

3

tahun.

(Mukherjee S,

2009) Infeksi

lebih sering pada anak-anak dari pada dewasa. (Hokelek

M,

2008)

Mekanisme kerusakan epitel masih belum jelas. Bagaimanapun, studi oleh

Panaro dkk menyebutkan bahwa tropozoit

Giardia

menginduksi apoptosis dengan

mengaktivasi

jalur

apoptosis

instrinsik

dan

ekstrinsik,

menurunkan

protein antiapoptosis

Bcl-2,

dan

meningkatkan

proapotosis

Bax,

kemungkinan

yang mengatur apoptosis dalam patogenesis giardiasis. (Mukherjee S, 2009)

Kebanyakan subjek yang

terinfeksi

asimtomatik.

walaupun begitu,

50%

pasien yang

terinfeksi

Giardia

dapat mengalami berbagai gejala, termasuk diare,

disertai steatore dengan gangguan absorbsi

lemak.

Selain daripada

itu,

juga

ada

gangguan absorbsi karoten,

folat

dan

vitamin B12.

Produksi enzim mukosa juga

berkurang.

Penyerapan

bilirubin oleh Giardia

menghambat

aktivitas

lipase

pankreatik. Kelainan

fungsi

usus

kecil

ini

disebut sindrom

malabsorbsi, yang

menimbulkan gejala kembung, abdomen membesar dan tegang,

mual

anoreksia,

feses banyak

dan

berbau

busuk

dan

mungkin

penurunan

berat

badan.

(Gandahusada S, Ilahude

HHD,

Pribadi

W,2004)

Diare akut

adalah gejala

paling umum dari

infeksi Giardia,

terladi 90o/o

pada subjek simptomatik.

Patogenesis

diare pada giardiasis

belum

diketahui.

Mekanisme

yang diusulkan

adalah

oklusi

mukosa

oleh

mikroorganisme dalam

jumlah

banyak, kompetisi

dengan

host

daram

hal

makanan, kerusakan epitel,

perubahan

imun yang

memediasi penyerapan, perubahan sekresi

mukosa

dan
(25)

13

dan

mengubah

mikrovili

pada tempat

perlekatannya.

Giardia

mungkin

mengeluarkan substrat sitopatik yang merusak epitel usus. (Hrikelek

M,

2003)

Kerusakan enterositik dimediasi oleh aktivasi

limfosit T

host. Patofisiologi aktivasi

limfosit

adalah induksi sekunder dari

Giardia

yang merusak tautan epitel,

sehingga meningkatkan permeabilitas

usus. Hilangnya

fungsi barier

epitel

disebabkan apoptosis enterosit yang

diindvksi Giardia.

(H<ikelek

M,

2008)

Pada

infeksi

kronik,

gejala

yang

timbul

termasuk

diare

kronik,

malaise/lemah, nausealmual, muntah, dan anoreksia. (Mukherjee S, 2009). Gejala

lain

yang

dapat

menyertai

giardiasis termasuk

nyeri

abdomen, demam derajat

rendah, dan urtikaria. (Hrlkelek

M,2008)

Giarclia

larnLrlia

4lffi-**

n\tF€CTICIhl iI

rvrt E

t I

t

t I Tf+grna*$e! f,* slrlQ

$**{i4r', in *lcrJ sil{ !h*r r:ri) 6d f,.r{}fiF gt

lh6tift$tffil

J

I \I

t

[image:25.595.117.509.156.683.2]

sl\ar

Gambar 2.5. Siklus

Hidup

Giardia

Lamblia

(sumber: www.dpd. cdc. gov, th 2009)

.t"-'.idcs*

fn;

Callsssrcdff Gt sdt* fq{d, s lvll{te-fo8rtei *i!tr tn}lr:f* n tti

*

E)(f F*t{r{L

*I*ShrclgYtc

FSR*.S
(26)

t4

2.4 Respon Imun Terhadap Parasit

Banyak parasit mempunyai siklus hidup kompleks yang sebagian terjadi di

dalam tubuh manusia. Kebanyakan infeksi parasit bersifat kronis yang disebabkan

oleh imunitas nonspesifik yang lemah

dan kemampuan parasit

untuk

bertahan

terhadap imunitas spesifik. (Bratawijaya

KG,

2006)

Berbagai protozoa

dan

cacing

berbeda

dalam besar, struktur,

sifat

biokimiawi, siklus

hidup

dan

patogenesisnya.

Infeksi

cacing

biasanya terjadi

kronik

dan kematian pejamu akan merugikan parasit sendiri. Pertahanan terhadap

infeksi cacing diperankan oleh aktivasi T helper 2

(TM).

(Bratawijaya

KG,

2006)

Pertahanan terhadap banyak

infeksi

cacing diperankan

oleh

aktivasi

sel

TM.

Cacing merangsang subset

Th2

sel CD4+ yang melepas Interleukin-a

(IL-4)

dan

Interleukin-5

(L-5).

IL-4

merangsang produksi

Imunoglobulin

E (Ig E)

dan

IL-5

merangsang perkembangan dan aktivasi eosinofil. IgE yang berikatan dengan

permukaan

cacing

diikat

eosinofil.

Selanjutnya

eosinofil diaktifkan

dan mensekresi granul enzim yang menghancurkan parasit. (Bratawijaya

KG,

2006)

Eosinofil

lebih

efektif

dibanding

leukosit

lain

karena

eosinofil

mengandung granul yang lebih

toksik

dibanding enzim

proteolitik

dan

ROI

yang

dihasilkan

neutrofil

dan makrofag. Cacing dan ekstrak cacing dapat merangsang

produksi

IgE

nonspesifik.

Reaksi

inflamasi yang ditimbulkannya diduga

dapat

mencegah menempelnya cacing pada mukosa saluran cerna.

(Bratawijaya

KG, 2006)

2.5 P enatalaksanaan Diare

Depkes

zu

(2008) telah

mengadopsi rekomendasi bersama

WHO

dan

TINICEF

dan

saat

ini

sedang menyosialisasikan

program

Lima

Langkah Tuntaskan Diare

(LINTAS DIARE),

yaitu:

1.

Oralit

baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah.

Berikan

segera

bila

anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.

2.

ZINC

diberikan

selama

10

hari

berturut-turut mengurangi

lama

dan

beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan.

Zinc

juga

(27)

15

ASI

dan makanan tetap diteruskan sesuai

umur

anak dengan menri yang

sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta

pengganti nutrisi yang hilang.

Antibiotik

jangan diberikan kecuali

dengan

indikasi misalnya

diare

berdarah, kolera.

Nasihat pada

ibu

atau

pengasuh:

Kembali

segera

jika

demam,

tirya

berdarah, muntah berulang, makan atau

minum sedikit,

sangat haus, diare

makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. 4.

(28)

L6

BAB

3

BAHAN DAN CARA KERJA

3. 1. Bahan dan

Alat

3.1.1. Feses

Feses

diambil dari

sampel subyek penelitian. Feses segar disimpan dalam

medium larutan formalin

I0

%

untuk

pengawetan sebelum dilakukan

pemeriksaan sampel di bawah mikroskop.

3.I.2.

Bahan

kimia

o

Formalin

l0

%o

o

PewarnaLugol

lo/o

o

NaCl

10Yo (gararn fisiologis/faal)

3.1.3.

Alat

o

Object

&

cover glass

o

Gloves

o

Masker

.

Selofan tape ukuran + 2.5

x

3 cm

.

Pipet

o

Mikroskop

o

Tabung sampel feses

o

Lidi

3.2. CanKerja

3.2.I.

Pemeriksaan sampel

Dalam

tinja

dapat ditemukan cacing dewasa, larva, telur, dan kista.

Telur

dapat diperiksa dengan cara langsung atau dengan cara konsentrasi.

Pada

penelitian

ini,

dilakukan

pemeriksaan langsung secara mikroskopis

sediaan

tinja

basah yang diletakkan pada kaca

objek

dan

diberi

pewamaan

lugol

1 o/oataupunNaCl 10%.

Cara kerjanya sebagai berikut :

(29)

L7

b.

Dengan

lidi

diambil sedikit

tirya

(l-2

*-'),

kemudian

diaduk

atau

dihomogenkan dengan pewama tersebut

di

atas kaca benda.

c.

Sebarkan suspensi

tinja

itu

di

atas

kaca

benda

sehingga terdapat lapisan yang

tipis

dan tidak bercampur dengan debris feses.

d.

Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran

objektif

10

kali

untuk cacing, dan pembesaran kuat 40

kali

untuk protozoa/amuba.

Lakukan

identifikasi

spesies parasit yang ditemukan dalam sediaan tersebut

3.2.2. Desain Penelitian

Penelitian

ini

dilakukan

secara cross-sectional

simple random

sampling dengan

analisa

deskriptif

analitik

secara observasi

dan

eksperimental dengan pemeriksaan sampel secara mikroskopis.

3.2.3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian

ini

dilakukan

di

beberapa

RT/RW di

Kelurahan Pondok Ranji

pada bulan Juni

-

Juli

2009 untuk observasi Iapangan, pengambilan sampel, dan wawancara responden/subyek penelitian.

3.2.4

Pengambilan Sampel

Populasi

sampel

terjangkau

adalah semua

balita

di

Kelurahan

Pondok

Ranji

yang

dengan

riwayat penyakit

diare. Sampel berupa feses

diambil

secara

random pada anak berusia 0-5 tahun yang sedang menderita diare maupun tidak di

Kelurahan Pondok Ranj i.

3.2.5.

Kriteria

penelitian

Kriteria Inklusi

:

-

Balita yang berusia 0-5 tahun di Kelurahan Pondok Ranji

-

Tidak sedang mengalami sakit lainnya

-

Bertempat tinggal di wilayah penelitian

-

Sedang atau pernah mengalami diare

-

Orang tua balita bersedia balitanya untuk

diambil

sampelnya

Kriteria

Eksklusi :
(30)

18

3.2.6.

Alur

Penelitian

3 .2.7 . Pengambilan/Pengumpulan data

Pengambilandata dilakukan dengan cara :

-

Menyebarkan kuesioner dan interview langsung dengan ibu balita

-

Pengambilan sampel feses dari populasi balita

-

Koleksi

data sekunder dari kelurahan, puskesmas, dan posyandu

3.2.8. Pemilihan sampel

Sample

dipilih

dengan cluster random sampling,

yaitu

masyarakat

kelurahan dikelompokkan

berdasarkan

RT/RW

masing-masing.

Kemudian

RT/RW

tersebut

diundi.

Hanya

RT/RW yang keluar undian

saja

yang

akan

dijadikan sampel.

Penentuan besar sampel(N) menurut rumus:

1Zu;2Pq:

d2 ,

dimana

(Za)

adalah deviat baku alfa, (P) adalah proporsi kategori,

(Q)

adalah 1-P,

dan (d) adalah presisi.

Pengambilan sampel feses

Pengumpulan data

(31)

19

U ntuk A s c ar i s lumbr i c oi de s :

Proporsi kategori

(P):

4,9Yo.

Kami

mengambil

presisi

:

r\yo"

Mengharapkan

tingkat kepercay aan 9 5Yo

MakaN:

(1,96)210,0+S;10,951) : (0,1)2

:

t7,90

Jadi,

N

:

18

orang

(tidak

memenuhi

syarat

(tidak valid),

karena

nilai

harus PxN>5)

Untuk cacing tambang:

Dari penelilitan

sebelumnya

di

Jakarta

Timur

didapatkan prevalensi I9o/o.

Maka

dalam

perhitungan

kali

ini

digunakan

Proporsi

kategori(P)

I9%.

Kami

mengambil presisi

:

I0%.

Mengharapkan tingkat kepercayaang}oh

MakaN:

(1,64)2

70,1970,967 :

(0,1)2:4g,41

Jadi,

N:50

orang

Untuk

mengantisipasi adanya kendala dilapangan

jumlah

sampel ditingkatkan

menjadi 52.

3.2.9.

Pengolahan Data dan Analisa Statistik

Data

dari

kuisioner dan

pemeriksaan

laboratorium akan

diolah

dengan

SPSS

16. Data

sampel

diambil dan

diseleksi

berdasarkan

gejala-gejala

yang ditemukan pada orang yang

tidak

diare

tetapi ditemukan

adanya

infeksi

parasit

tersebut yang diduga sebagai penyebab gejala penyerta pada penderita diare yang

(32)

20

BAB

4

HASIL

DAN

PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

4. 1. 1 Karakteristik Subjek

Tabel 4.1. Karakteristik subjek penelitian

No. Karakteristik Subjek Jumlah Persentase

1. Jenis kelamin

Umur

Laki-laki

Perempuan 0-1 tahun 1-2 tahun 2-3 tahvn

3-4 tahun

4-5 tahun Demam

Mual, muntah

Lemah,lesu

Oxyuris vermicularis Ascaris lumbricoides

Cacing tambang

Giardia lamblia

Entamuba

coli

Entamuba histoyitica

25 27

t9

T6 6 5 6

t7

9

t9

2 5 6

I

2 J 47,9ya 52,Iyo 3g,3oA

3r9%

l0,6oh 8,5yo 10,60A 32,7o4 17,3yo 36,5yo 3,8yo 9,60h

ll,5oA

r,9yo 3,804 5,\yo -t-4. 5. Manifestasi

klinik

Kelompok

infeksi

nematoda usus Kelompok

infeksi

protozoa

USUS

Berdasarkan

tabel

4.1

diatas,

dapat

disimpulkan bahwa subyek

balita

perempuan

lebih

banyak

dibandingkan

laki-laki,

dengan

prosentase sebesar

52,104, dengan kelompok usia terbanyak 0-2 tahun sebesar 70,2oA.

[image:32.595.121.512.181.573.2]
(33)

2L

sedikit

ditemukan pada penderita diare dalam penelitian

ini

dibandingkan gejala lemah dan lesu.

Hasil

pemeriksaan

dan identifikasi

sampel menunjukkan adanya infeksi

cacing tambang

sebesar

II,5vA

danr 5,8%o

oleh Entamuba

histolytica

sebagai

parasit terbanyak pada sampel subyek

penelitian

ini.

Ascaris

lumbricoides (At),

oxyuris

vermicularis

(ov),

Entamuba

coli

(Ec),

dan Giardia

lambtia

(Gl)

merupakan

kelompok infeksi

dengan persentase

yang

lebih

rendah ditemukan pada subyek penelitian

4.I.2

Hasil Analisa Statistik

Berdasarkan

hasil

pemeriksaan sampel

dan analisa

statistik

didapatkan

bahwa cacing tambang dan Entamuba

histolytica

merupakan infeksi parasit utama yang mempengaruhi kejadian diare pada sukjek penelitian. Maka

jenis

parasit lain

seperti

ov,

Ec,

Al,

Gl

diduga merupakan

infeksi

penyerta yang ditemukan pada

penderita

diare.

Gejala-gejala yang

disebabkan

oleh infeksi

penyerta tersebut

merupakan gejala penyerta pada diare.

Untuk

mengetahui berapa besar prosentase atau prevalensi

infeksi

parasit

penyerta pada

diare dan

apakah

infeksi

penyerta tersebut berpengaruh terhadap

kejadian diare, maka dilakukan

uji

analisa statistik sebagai berikut:

a.

Uji

normalitas/homogenitas data

Hasil

uji

normalitas/homogenitas data

Kolmogorov

Smirnov pada seluruh

variabel didapatkan

nilai p:0,000

yang menyatakan bahwa

distribusi

data tidak homogen.

Kemudian dilakukan

transformasi data dengan menggunakan

log

10

untuk

menormalkan

distribusi

datanya.

Hasil

transformasi

juga

didapatkan

nilai

p:0,000

yang berarti distribusi data tidak normal.

Setelah diketahui penyebaran data y ang tidak homogen/tidak normal maka

dilakukan

uji

non parametrik komparatif/asosiatif untuk variabel 2 kelompok tidak
(34)

22

b.

Uji

non parametrik komparatif/asosiatif.

uji ini

dilakukan untuk

membandingkan

adanya perbedaan ataupun hubungan bermakna arfiar 2 kelompok / variabel uji"

Dalam

hal

ini,

uji

non

parametrik

komparatif/asosiatif dilakukan

untuk

mengetahui

:

apakah terdapat perbedaan dan hubungan bermakna arfiara infeksi

parasit dengan gejala

klinis

yang ada.

Untuk

itu

dilakukan analisa untuk

masing-masing

kelompok variabel

berpasangan arrtara

infeksi parasit dengan

gejala

penyerta.

Uji

hipotesis

dilakukan

dengan menggunakan analisa

non

parametrik

Mann-Whitney untuk katagori data ordinal pada2 varibel sampel.

Hipotesis

nol

(He) dinyatakan dengan

nilai

p Mann_Whitney

<

0,005 yang

berarti terdapat perbedaan atau hubungan nyata dan bermakna arfiar

2

kelompok

variabel.

Sebaliknya

Ho

ditolak

atau

Hr

diterima

bila nilai

p>0,005

yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan atau hubungan nyata dan bermakna antara

2 kelompok variabel.

[image:34.595.108.510.273.674.2]

A.

Infeksi Ascaris lumbricoides dengan gejala penyerta diare

Tabel.4.2

Hasil

uji

Mann_Withney

antara

Ascaris

lumbricoides

dengan gejala demam

Test Statisticsu

Ascaris lumbricoides Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

281.000 911.000 -.630

(35)

23

Tabel.4.3

Hasil

uji

Mann_Withney

antara

Ascaris

lumbricoides

dengan gejala mual, muntah

Test Statisticsb

Ascaris lumbricoides Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(ltailed Sig.)]

190.000

235.000 -.166

.B{rB

.943u a. Not corrected for ties.

[image:35.595.111.506.133.543.2]

b. Grouping Variable: mual, muntah

Tabel.4.4

Hasil

uji

Mann_Withney

antara

Ascaris

lumbricoides dengan

gejala lemah lesu

Test Statistics"

Ascaris lumbricoides Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

292.000

853.000

-.800

.42.X

a. Grouping Variable: lemah, letih, lesu

Dari

hasil analisa statistik didapatkan

nilai

p

Mann_Whitney:0,529

yang

menyatakan

bahwa

tidak

ada

hubungan

bermakna antara

infeksi

Ascaris lumbricoide,s

dengan

gejala demam.

Demikian

pula

antara

infeksi

Al

dengan

gejala

mual, muntah

(p:0,868)

dan infeksi

Al

dengan gejala

lemah,

lesu

(p:0,424).

Dengan

kata

lain

infeksi

parasit tersebut

tidak

mempengaruhi gejala

lemah dan lesu.

Hal

ini

berarti bahwa gejala-gejala tersebut bukan disebabkan oleh infeksi

Al,

namun diduga merupakan manifestasi

klinis

yang disebabkan oleh infeksi atau
(36)

24

Menurut

Haburchak

DR

(2008)

mual,

muntah

dan

demam dapat terjadi

pada askariasis dengan

komplikasi

kolangitis, pankreatitis, atau apendisitis. Pada

infeksi ringan tidak terjadi gejala tersebut.

Gejala demam pada subjek

penelitian

dapat disebabkan

oleh infeksi

lain

seperti spesies Campylobacter dan spesies Salmonella (Guandalini S, 2009) yang

tidak menjadi subjek dalam penelitian ini.

Gejala

mual

dan muntah yang

terjadi

bersamaan dengan diare

juga

dapat

terjadi

pada

penyakit

gangguan mortalitas

usus

seperti

obstruksi

usus.

(Kuwajerwala

NK,

2CI07). [image:36.595.108.509.167.559.2]

B.

Infeksi

Oxyuris vermiculans dengan gejala penyerta diare

Tabel.4.5

Hasil

uji

Mann_Withney

antara

Oxyuris vermiculans

dengan gejala demam

Test Statisticsa

Oxyuris vermicularis Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

288.500 441.500 -.527

..t98

(37)

25

Tabel.4.6

Hasil

uji

Mann_Withney

antara

Oxyuris

vermiculans

dengan

gejala mual muntah

Test Statisticsb

Oxyuris vermicularis Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

184.500

1 130.500 -.653

..513

.831u a. Not corrected for ties.

[image:37.595.110.504.135.543.2]

b. Grouping Variable: mual, muntah

Tabel.4.7

Hasil

uji

Mann_Withney

antara

Oxyuris

vermicularis

dengan gejala lemah lesu

Test Statistics"

Oxyuris vermicularis Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2+ailed)

280.500 470.500 -1.882

.06{}

a. Grouping Variable: lemah, letih, lesu

Dari hasil

analisa

statatistik

didapatkan

nilai

p

Mann_Witney

:0,598

yang

menyatakan bahwa

tidak

ada hubungan

bermakna

antara

infeksi

Oxyuris

vermicularls dengan

gejala demam.

Demikian

pula

antara

infeksi Ov

dengan

gejala

mual, muntah (p:0,513) dan

infeksi

Ov

dengan

gejala lemah,

lesu

(p:0,060).

Dengan

kata

lain

infeksi

parasit tersebut

tidak

mempengaruhi gejala

lemah dan lesu.

Hal

ini

berarti bahwa gejala-gejala tersebut bukan disebabkan oleh infeksi

Ov,

namun

diduga

merupakan manifestasi

klinis

yang

disebabkan

oleh

infeksi
(38)

26

Menurut

Huh

s

(2008) cacing

kremi

ov

yang

tinggal

di

sekum dan area

yang

berdekatan secara

khas

tidak

menyebabkan gejala.

Diare

mengacu pada

inflamasi dinding usus yang dapat terjadi selama infeksi akut.

Gejala

klinis

yang menonjol disebabkan

iritasi di sekitar

anus, perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi

ke

daerah anus dan vagina

sehingga menyebabkan pruritus local dan penderita menjadi lemah. (Gandahusada

S,Ilahude

HHD,

Pribadi

W,2004).

[image:38.595.107.505.149.711.2]

C. Infeksi Entamuba

coli

dengan gejala penyerta diare

Tabel.4.8 Hasil

uji

Mann_withney

antara Entamuba

coli

dengan gejara demam

Test Statistics"

Entamoeba coli Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

280.500

910.500

-.995 1)rl

a. Grouping Variable: demam

Tabel.4.9

Hasil

uji

Mann_withney

antara

Entamuba

coli

dengan

gejala

mual muntah

Test Statisticsb

Entamoeba coli Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(l-tailed Sig.)]

1 84.500

I130.500 -.653

.5 t:i

.831u

a. Not corrected for ties.

(39)
[image:39.595.108.511.125.567.2]

27

Tabel.4.10

Hasil

uji

Mann_Withney

antara lesu

Test Statisticsu

Entamoeba coli

Entamuba

coli

dengan gejala lemah

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

294.500

855.500

- 1.084

a. Grouping Variable: lemah, letih, lesu

Dari hasil analisa statatistik didapatkan

nilai

p

Mann_Witney:0,380

yang menyatakan bahwa

tidak

ada hubungan bermakna antara

infeksi

Entamuba

coli

dengan

gejala

demam

atau

infeksi

parasit tersebut

tidak

mempengaruhi gejala demam.

Demikian pula

antara

infeksi

Ec

dengan gejala

mual,

muntah

(p:0,513)

dan infeksi

Ec

dengan gejala lemah, lesu

(p:0,278).

Hal

ini

berarti bahwa gejala-gejala tersebut bukan disebabkan oleh infeksi

Ec, namun diduga merupakan manifestasi

klinis

yang disebabkan oleh

infeksi

atau

kondisi lainnya

Menurut Gandahusada S

dkk

(2004) infeksi

E.

coli

tidak patogen.

Gejala

demam pada subjek penelitian dapat disebabkan oleh

infeksi

lain

seperti spesies

Campylobocter dan

spesies

Salmonella (Guandalini

S,

2009;

Thielman

NM,

(40)

28

D.

Infeksi Giardia

lamblia dengan gejala penyerta diare

Tabel.4.l 1

Hasil

uji Mann_Withney arfiara

Giardia

lomblia dengan gejala demam

Test Statistics"

Giardia lamblia Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

289.000 919.000

-.697 .486

[image:40.595.107.508.140.523.2]

a. Grouping Variable: demam

Tabel.4.l2

Hasil

uji

Mann_Withney antata

Giardia

muntah

Test Statisticsb

Giardia lamblia

lamblia

dengan gejala mual

Giardia lamblia

dengan gejala lemah

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

189.000 I 135.000

-.457

.647

.9244

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: mual, muntah

Tabel.4.13

Hasil

uji

Mann_Withney antara

lesu

Test Statisticsu

Giardia lamblia Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

304.000

865.000

-.759 .448

(41)

29

Dari hasil

analisa

statistik pada

infeksi

G.

lamblia

didapatkan

nilai

p

Mann_Whitney

:

0,486

(p

>

0,005) yang menyatakan bahwa

tidak

ada hubungan

bermakna arftara

infeksi G. Iamblia

dengan

gejala

demam. Dengan

kata

lain

infeksi

parasit tersebut

tidak

mempengaruhi gejala demam.

Hal ini

berarti bahwa

gejala demam pada

diare

bukan

disebabkan

oleh infeksi

Gl,

namun

diduga

merupakan manifestasi

klinis

yang disebabkan oleh infeksi atau kondisi lainnya.

Hasil

yang

sama

juga

didapatkan arftara

infeksi

Gl

dengan gejala mual,

muntah

(p:0,647)

dan

antara

infeksi G/

dengan gelala

lemah, lesu (p:0,488).

Maka dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala penyerta tersebut bukan disebabkan oleh infeksi G/.

Menurut Mukherjee

S

(2009)

lemah,

mual

dan

muntah

pada

giardiasis

terjadi pada infeksi yang telah berlangsung

kronik.

Kira-kira

150% kasus giardiasis

asimtomatik. Gejala

demam

pun

sangat

jatang

terjadi

(Hrikelek

M,

2009)

dan

hampir tidak ada (Guandalini S, 2009).

Gejala

mual

dan muntah yang

terjadi

bersamaan dengan diare

juga

dapat

terjadi

pada

penyakit

gangguan mortalitas

usus

seperti

obstruksi

usus.

(Kuwajerwala

NK,

2007).

Mual

dan muntah yang tidak berhubungan dengan diare

lebih sering lagi terjadi.

Dari

hasil

analisa

statatistik

diatas dapat

disimpulkan bahwa

gejala

penyerta

berupa demam, lemah

dan

lesu, serta

mual

dan

muntah

bukan

disebabkan

oleh

infeksi

parasit golongan nematode dan protozoa usus tersebut diatas.

Infeksi

parasit tersebut masih bersifat asimptomatik dan

belum

mencapai

tahap

kronik

yang

dapat menimbulkan

gejala-gejala

tersebut diatas.

Namun dugaan

kuat

gejala utama pada diare

lebih

disebabkan

oleh infeksi

lain

atau

disebabkan oleh mekanisme lain secara patogenesis.

Penemuan parasit sebagai hasil

identifikasi

secara mikroskopis, umumnya sangat

bersifat subyektif

dan berbeda

hasilnya

antara

peneliti

satu dengan yang

lainnya.

Hal

ini

dapat menimbulkanfalse

positive

dari

hasil identifikasi

tersebut.

Oleh

sebab

itu, dari

sejumlah sampel yang

diidentifikasi,

hanya sebagian

kecil

saja

yang

dapat

ditemukan

adanya parasit

dalam

sampel tersebut. Jumlah hasil

positif dari

penemuan

ini

tidak

cukup untuk

menguatkan

hasil

analisa statistik
(42)

30

menunjukkan adanya hubungan bermakna atau pengaruh

infeksi

parasit tersebut

terhadap

timbulnya

gejala-gejala yang ada.

Namun demikian, hasil penemuan

infeksi

cacing tambang dan Entamuba

histolytica dikategorikan pada prevalensi yang cukup

tinggi

untuk penyebab diare,

menurut hasil

-

hasil penemuan yang pernah dilaporkan sebelumnya. Sehingga

hipotesis

diterima yang

berarti

bahwa

gelala utama pada

diare

disebabkan oleh

adanya

infeksi

cacing

tambang

(Necator

americanus, Ancylostoma duodenale)
(43)

31

BAB

5

KESIMPULAN DAN

SARAN

5.1. Kesimpulan

1.

Infeksi cacing tambang dan Entamuba

histolytica

merupakan infeksi utama

penyebab gejala diare pada balita di kelurahan pondok Ranji

2.

Infeksi

Ascaris

lumbricoides, Oxyuris vermicularis,

Entamuba

coli,

dan

Giardia

lamblia merupakan infeksi penyerta pada diare.

3.

Gejala penyerta berupa demam,,

mual

muntah,

dan lemah lesu

(36,5%)

yang dialami

subjek penelitian bukan

disebabkan

oleh infeksi

parasit-parasit penyerta tersebut.

5.2. Saran

1.

Untuk

penelitian

selanjutnya, hendaknya pengambilan

dan

pengujian

sampel dilakukan secara berulang atau

lebih dafi2 kali

dengan jarak waktu yang berselang-seling..

2.

Pemeriksaan sampel feses hendaknya

dilakukan

segera

dalam

keadaan feses segar terutama untuk diagnosis protozoa.

3.

Dalam pengambilan sampel sebaiknya diberikan instruksi yang jelas pada responden, atau bila mungkin dilakukan sendiri oleh peneliti.

4.

Penelitian hendaknya dilakukan dalam kurun waktu yang cukup.

5.

Dalam pengolahan analisa data sebaiknya

dilakukan

dengan cara manual
(44)

32

DAFTAR PUSTAKA

Bratawijaya

K.G.

(2006) Imunologi Dasar. Ed 7. Balai Penerbit

FKUI,

Jakarta.

Behrman R.E., Kliegman R.M., Jenson H.B. (2004) Nelson Textbook

of

Pediatrics.

lTth

edition. Elsevier, United States of America.

Depkes

RI.

(2008) Zinc Sebagai Tatalal<sana Baru Pengobatan

Diare

Pada Anak.

Dhawan

V.K.

(2008) Amebiasis. Emedicine fserial

online]

[eited 2009 Oct

l7l

Available

from URL : http

://emedicine.medscape.com/article/996092-overview

Dhawan

V.K.

(2008) Ancylostoma Infection. Emedicine [serial

online]

[eited 2009

Oct 171

Available

from

URL:

http ://emedicine.medscape.com/article/9963 6 1 -overview

Gandahusada S.,Ilahude H.H.D., Pribadi

W.

(2004)

Parasitologi

Kedokteran. Ed.3. Balai Penerbit

FKUI,

Jakarta.

Guandalini S. (2009)

Diarrhea.

Emedicine fserial

online]

[eited 2009 Oct

I7l

Available

from

URL:

http ://emedicine.medscape.com/article/928

598-overview

Haburchak D.R. (2008) Ascariasis. Emedicine fserial

online]

feited 2009 Oct

17]

Available

from URL : http ://emedicine.medscape. com/article/2 1 2 5 I

0-overview

Haburchak D.R. (2008)

Hookworns.

Emedicine [serial

online]

[eited 2009 Oct

1

7l Available

from URL : http ://emedicine.medscape. com/article/2 1 8 805

-overview

Hdkelek

M.

(2008) Giardiasis. Emedicine fserial

online]

[eited 2009 Oct

l7l

Available

from URL : http ://emedicine.medscape. com/article/99 8 I 6 8

-overview

Hokelek

M.

(2008) Nematode Infections. Emedicine fserial

online]

feited 2009

Oct 171 Available from

URL:

(45)

33

Huh S. (2008) Pinworm. Emedicine fserial

online]

[eited 2009 Oct 18] Available from

URL:

http ://emedicine.medscape.com/article/225652-overview

Irianto J. (2000) D i arr he a.

Dikutip

dari URL : http ://di gilib. litbans. depkes. eo.

id

KuwajerwalaN.K.

(2007) Intestinal

Motility

Disorders. Emedicine [serial online]

[eited 2009 Oct 19] Available from

URL:

http ://emedicine.medscaoe.com/article/ 1 7993 7-overview

Lacasse

A.

(2009) Amebiasis. Emedicine fserial

online]

[eited 2009 Oct

l7l

http : I I emedicine.medscape.coml articlel 212029

-Available from

URL:

overview

Mukherjee S. (2008) Giardiasis. Emedicine [serial

online]

[eited 2009 Oct

l7l

Available from URL : http : //emedicine.medscap e. com/article/ 1 767 1 8

-overview

Putra D.S. (2008)

Diare

Persisten pada Anak.

Dikutip

dari

URL:

http://www.dr-rocky. com/layout- artikel-kesehatan/42 - diare-persisten-pada- anak

Ratnawati D.,

Wibowo T.A.,

Solikhah. (2009) Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada

Balita

di Kabupaten Kulon Progo. Dinkes

Kulon

Progo fserial

onlinel

feited 2009 Apr 25]. Available from

URL:

http ://kulonpro go. go.

idldinkes/?p:22

Sasongko

A.,

Irawan H.S.J.Y., Tatang R.S., dkk. (2002) Intestinal

Parasitic

Infections In

Primary

School Children In Pulau Panggang and Pulau Pramuka, Kepulauan seribu. Makara, Kesehatan,

VOL.

6,

No.

1, Juni

2002.

Shoff

W.H.

(2008) Ascariasis. Emedicine fserial

online]

[eited 2009 Oct 17]

Available

from URL : http ://emedicine. medscape. com/article/9 9 64 82

-overview

Sutanto

I,

Ismid LS, Sjarifuddin P.K., Sungkar S. (2008) Buku

Ajar

Parasitologi

Kedoheran

Edisi 4. Balai Penerbit

FKUI,

Jakarta.
(46)

34

Wolfram

W.

(2007) Enterobiasls. Emedicine [serial

online]

[eited 2009 Oct 18]

Avai I ab I e from URL : kmp : I I eme dicine .me dsc ap e. c oml article I 22 5 6 5 2

-overview

Yulfi

H. (2006) Protozoa Intestinalis. USU Repository. [eited 2009

Oct

18]
(47)

35

LAMPIRAN

Kuisioner

Infeksi Parasit pada Diare dan Gejala Penyerta yang Ditimbulkannya, pada Balita

di

Kelurahan Pondok Ranji Periode Juni

-

Juli

2009

1.

Identitas

Responden/keluarga Hari, Tanggal wawancara

No.

Sampel

Nama responden(Ibu/perwakilan)

Nama balita Alamat responden

Telepon

Jumlah anggota rumah tangga Jumlah balita

(ika

ada)

_

orang (termasuk balita)

_

orang

RT/RW

2.

Umur.

Pendidikan.

dan

Pekeriaan

responden

1.

Berapa umur

ibu?

tahun

2.

Apa jenjang pendidikan tertinggi yang responden pernah selesaikan ?

1. Tidak sekolah 2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD/sederajat

4 . T amat S LTP/sederaj at

5. Tamat

SlTA/sederajat

6. Akademifuniversitas

3.

Apa status/peran responden dalam rumah tangga?

1.

Kepala rumah tangga

2.

Ibu rumah tangga

3.

Anak/anggota rumah tangga

4.

Lain-lain

4.

Apa pekerjaan responden?

1.

pegawai negeri

2.

karyawan swasta

3.

ibu rumah tangga
(48)

36

3. Pertanvaan yang

berhubungan

dengan

diare

1.

Apakah anak ibu pernah mengalami diare?

a.

Ya

b.

Tidak

2.

Apakah anak ibu sedang diare?

a.

Ya

b.

Tidak

3.

Sudah berapa lama anak ibu diare?

a.

< 3 hari

b.

3

-

15 hari

4.

Apakah diarenya mengandung darah?

a"

Ya

b.

Tidak

5.

Apakah diarenya mengandung lendir?

a.

Ya

b.

Tidak

6.

Apakah diarenya disertai demam?

a.

Ya

b.

Tidak

7.

Apakah anak anda mengalami mual/muntahpada saat diare?

a.

Ya b. Tidak

8.

Kapan terakhir

kali

anak ibu diare?

a.

Minggu ini

b.

bulan

ini

c.

>

15 hari

c.

>

1 bulan yang lalu

9.

Apakah anak anda selalu lemah, letih, dan lesu?
(49)

Prevalensi diare akibat infeksi parasit pada balita di Kelurahan Pondok Ranji, Juni . Juli 2009

,io Sampel l{ama Umur K€lamin Data sampel Geiala penyerta diare

histolitice E. coli u- vefmtculart: :- tambat demam mual lemah lesu

3 bulan lakilaki

3.0 laki-laki

4.0 10 bulan laki-laki

6.0 1 tahun perempuan

t.u 2 bulan laki-laki

r.0.0 13 bulan laki-laki

tI 13 bln rerempuan

L6.0 20 bulan laki-laki L7.O 2,5 tahun laki-laki

1( 19.U 4 tahun perempuan

1 20.0 2 tahun laki-laki

1 22

1 23.0 bulan percmpuan

1 25.0 bhun perempuan 1 2t.l) bulan laki-laki 1F 28.0 tahun retempuan

1 30.0 tahun laki-laki

'tt 35.0 tah0n lakFlaki 1S 3 /.1) tahun laki-laki

2( 4I 3th10bn peremDuan

2 42 4 tahun rercmpuan

43.0 t bulan percmpuan

44.O tthnSbn perempuan

24 45.U 10 bulan perempuan 2a 46.0

2e 47.O 11 bulan perempuan

48.0 2thgbln lakilaki

2t 49.0 2th6bln perempuan

29 52 16 bulan laki-laki

53.0 3 hhun peretr 31 54.0 5 tahun lak

Gambar

Gambar 2.1. Siklus Hidup As:caris Lumbricoides ...............
Tabel 4.l.Karakteristik subjqkpenelitian
Gambar 2.1. Siklus Hidup Ascaris Lumbricoides
Gambar 2.2. Siklus Hidup cacing tambang
+7

Referensi

Dokumen terkait