• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh rentabilitas terhadap kualitas aktiva produktif pada PT.Bank Syariah Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh rentabilitas terhadap kualitas aktiva produktif pada PT.Bank Syariah Indonesia"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah Islam, di mana tatacara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan

Al-Quran dan Hadits yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam

khususnya yang menyangkut tatacara bermuamalah secara Islam1.

Bank syariah bukan semata-mata sistem perbankan Arab. Bank syariah

merupakan suatu bentuk perbankan yang mengikuti ketentuan-ketentuan syariah

Islam. Oleh karena itu praktek perbankan syariah ini bersifat universal, artinya

negara manapun dapat melakukan dan mengadopsi sistem bank syariah dalam hal: 1. Menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat sehubungan

dengan penggunaan dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya.

2. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan dana

kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan investasi

maupun modal kerja.

3. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainya yang lazim

dilakukan oleh bank syariah2.

1

Karnaen Perwataatmadja, M.Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1992 ) cet.1 h.1

2

(2)

Perbankan syariah muncul di Indonesia Tahun 1992 yang merupakan hal

baru dalam kerangka mekanisme perbankan pada umumnya. Krisis moneter yang

mengguncang Indonesia Tahun 1997 membuat perbankan konvensional lumpuh

yang disebabkan oleh kredit. Kredit yang semulanya lancar akhirnya menjadi

macet, sedangkan perbankan syariah yang tertuang dalam Undang Undang No.10

Tahun 1998 yang mengakui adanya dua sistem perbankan, yaitu konvensional dan

sistem syariah. Semakin berkembangnya perbankan syariah di Indonesia dirasakan

semakin perlunya sosialisasi atas apa dan bagaimana operasional bank syariah,

karena operasional perbankan syariah sangat berbeda dengan perbankan

konvensional3.

Bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem

bunga sebagai dasar penentuan imbalan yang akan diterima atas jasa pembiayaan

yang diberikan dan atau pemberian imbalan atas dana masyarakat. Penentuan

imbalan yang diinginkan dan yang akan diberikan tersebut semata-mata

didasarkan pada prinsip syariah. Kebalikannya dengan bank konvensional di mana

imbalan selalu dihitung dalam bentuk bunga (dengan persentase tertentu). Tingkat

bunga yang dinyatakan dalam persentase tertentu tersebut merupakan aspek

penting yang selalu terkait dengan kegiatan usaha bank konvensional4.

Sepintas secara teknis menabung di bank konvensional atau bank syariah

hampir tidak ada bedanya. Hal ini dikarenakan baik bank konvensional atau bank

3

Sofyan S. Harahap, dkk., Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: LPFE Usakti, 2005) cet.1 h.1 4

(3)

syariah harus mengikuti aturan teknis perbankan secara umum. Akan tetapi,

apabila diamati secara mendalam bank syariah dengan bank konvensional jelas

sangat berbeda. Hal ini karena prinsip dasar yang digunakan pada kedua bank

tersebut berbeda5.

Dalam bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan

hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership)

antara penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh

karena itu, tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat bagi

hasil untuk para pemegang saham tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang

dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana. Hubungan kemitraan ini

merupakan bagian yang khas dari proses berjalannya mekanisme bank syariah6.

Untuk menjaga agar fungsi intermediari dapat berjalan dengan baik, maka

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter membuat peraturan untuk menunjang

kesehatan perbankan, satu di antara ketentuan yang dibuat adalah peraturan

mengenai aktiva produktif. Ketentuan tersebut dituangkan dalam Peraturan Bank

Indonesia (PBI) No. 9/9/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007 tentang ”Penilaian

Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan

Prinsip Syariah”7.

5

Sri Susilo, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba 4, 2004) h.109 6

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004) ed.2 cet.2 h.56

7

(4)

Aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah

maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga

syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen

dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif serta sertifikt wadiah Bank

Indonesia8.

Dalam melakukan kegiatan penanaman dana, bank yang melakukan usaha

berdasarkan prinsip syariah mempunyai risiko kerugian atas kegagalan penanaman

dananya. Untuk menjaga agar bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah mampu dan siap menanggung risiko kerugian dari penanaman dana

tersebut dan untuk menjaga kelangsungan usahanya, maka bank yang melakukan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib membentuk penyisihan

penghapusan aktiva produktif9, yaitu berupa cadangan umum dan cadangan khusus

guna menutupi risiko kemungkinan kerugian10.

Dalam metode cadangan ini pengakuan kerugian aktiva produktif tidak perlu

menunggu sampai terjadinya kerugian tersebut muncul, namun bank harus

mengakui pada periode yang sama dengan terjadinya penemptan aktiva produktif

dengan cara membentuk cadangan penyisihan aktiva produktif. Cadangan ini

dibentuk/bertambah dengan adanya penyisihan aktiva produktif yang diakui dan

dipakai (berkurang) bila benar terjadi kerugian aktiva produktif. Bank yang

8

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah,(Yogyakarta: Ekonisia, 2005) ed.1 cet.2 h.118 9Ibid.,

h.127 10

(5)

melakukan penghapusan terhadap aktiva produktif tentu menggunakan cadangan

yang telah dibentuk sebelumnya. Pengakuan adanya penyisihan atau kerugian

aktiva produktif dilakukan pada setiap akhir periode melalui jurnal penyesuaian

yang diaplikasikan pada setiap jenis aktiva produktif11.

Cadangan yang dibentuk dimasukan dalam bentuk beban atau biaya

penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), semakin tidak baik kualitas

aktiva produktif maka semakin besar cadangan yang di bentuk maka semakin

besar pula biaya atau beban yang dikeluarkan, biaya atau beban semakin besar

maka laba yang dihasilkan semakin kecil.

Profesionalisme bank ditujukan terhadap pengelolaan dana yang

diperoleh dari sumber dana dan penanaman dana dalam aktiva produktif

yang menghasilkan pendapatan bagi bank. Pendapatan yang dimaksud adalah

pendapatan bagi hasil yang merupakan pendapatan utama bank yang menempati

proporsi terbesar dari keseluruhan pendapatan bank.

Kegiatan operasional bank sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat

dalam menginvestasikan dananya karena dana masyarakat inilah akan disalurkan

dalam bentuk pembiayaan. Oleh karena itu manajemen pembiayaan sangat penting

untuk diperhatikan, sebab sebagian besar pendapatan bank diperoleh dari hasil

pendapatan bagi hasil itu sendiri.

Manajemen bank dituntut untuk mengalokasikan dananya sedemikian

(6)

rupa sehingga dana didapatkan dari berbagai sumber dana menghasilkan

laba optimal sementara itu dalam waktu yang bersamaan bank harus pula

memperhatikan secara cermat kebutuhan likuiditasnya untuk memenuhi

kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya

sewaktu waktu. Kemampuan dan kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat

ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat khususnya

nasabah terhadap bank yang bersangkutan dan memenuhi tanggung jawab

sosial bank dalam menjaga integritas bank12.

Saat ini di Indonesia ada 3 bank umum syariah dan PT. Bank Syariah Mega

Indonesia adalah salah satu yang termasuk dalam bank umum syariah. Perjalanan

PT. Bank Syariah Mega Indonesia (yang selanjutnya disingkat dengan PT. BSMI)

diawali dari sebuah bank umum bernama PT. Bank Umum Tugu yang

berkedudukan di Jakarta. Pada Tahun 2001, Para Group (PT. Para Global

Investindo dan PT. Para Rekan Investama), kelompok usaha yang juga menangui

PT. Bank Mega, Tbk., Trans TV, dan beberapa perusahaan lainnya, mengakusisi

PT. Bank Umum Tugu untuk dikembangkan menjadi bank syariah. Hasil konversi

tersebut, pada 25 Agustus 2004 PT. Bank Umum Tugu resmi beropersi syariah

dengan nama PT. Bank Syariah Mega Indonesia.

PT. BSMI memproyeksikan asetnya akhir tahun 2008 ini mencapai Rp. 4,5

triliun. Sedangkan, penyaluran pembiayaan hingga akhir tahun 2008 ini

12

(7)

diharapkan mencapai Rp. 3,5 triliun. Sementara, penghimpunan dana pihak ketiga

(DPK) tahun 2008 ini diharapakan mencapai Rp. 4 triliun. Hingga akhir

September tahun 2007 lalu, aset PT. BSMI tercatat meningkat 33,33% menjadi

Rp. 2,4 triliun disbanding periode serupa pada tahun 2006 Rp. 1,8 triliun.

Sedangkan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) PT. BSMI per September

tahun 2007 lalu tercatat meningkat 23,53% menjadi Rp. 2,1 triliun dibandingkan

periode serupa tahun 2006 lalu Rp. 1,7 triliun. Pembiayaan PT. BSMI per

September tahun 2007 lalu tercatat meningkat 18,75% menjadi Rp. 1,9 triliun

dibandingkan periode serupa tahun 2006 Rp. 1,6 triliun. Pembiayaan per

September tahun 2007 lalu menunjukkan rasio pembiayaan terhadap DPK atau

financing to deposit ratio (FDR) berada pada posisi 91%. Hingga akhir tahun 2007

lalu, laba sebelum pajak PT. BSMI diproyeksikan mencapai Rp. 130 miliar.

Sedangkan, laba sebelum pajak tahun 2008 ini diproyeksikan mencapai Rp. 150

miliar.

PT. BSMI berencana menyalurkan pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro

(UKM) sebesar Rp. 300 miliar. Pembiayaan tersebut menjadi uji coba PT. BSMI

dalam mengembangkan pembiayaan UKM. UKM yang akan dibiayai akan

didominasi jenis perdagangan. Sedangkan, sektor pembiayaanUKM juga

direncanakan berjangka pendek. Target pembiayaan PT. BSMI tahun 2008 ini

cukup realistis. Sebab potensi pengembangan bisnis perbankan syariah cukup

(8)

juga sangat bergantung pada kemampuan PT. BSMI tersebut untuk mendorong

ekspansi pembiayaan ke berbagai sektor bisnis13.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian

lebih lanjut dalam sebuah skripsi dengan judul: “PENGARUH RENTABILITAS

TERHADAP KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF PADA PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA”

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, pemaparan yang dijelaskan di

atas jika dibahas secara keseluruhan di dalam penulisan ini tentu akan sangat luas,

maka penulis menganggap perlu untuk membatasi masalah apa saja yang akan

dibahas.

Untuk itu pembahasan hanya akan dibatasi pada masalah rasio rentabilitas

(NCOM, ROA dan BOPO), aktiva produktif, kualitas aktiva produktif, dan

bagaimana pengaruh antara rentabilitas terhadap kualitas aktiva produktif dengan

menggunakan laporan keuangan bulanan PT. BSMI periode Januari 2005 sampai

dengan Desember 2007. Secara spesifik rumusan masalahnya adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana perkembangan rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) pada PT.

BSMI?

13

(9)

2. Bagaimana perkembangan kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI?

3. Bagaimana pengaruh rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) terhadap kualitas

aktiva produktif pada PT. BSMI?

4. Variabel rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) manakah yang paling

dominan mempengaruhi kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitin ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang tingkat

rasio rentabiliatas (NCOM, ROA dan BOPO), aktiva produktif, kualitas aktiva

produktif, dan mengetahui seberapa besar pengaruh antara rentabilitas (NCOM,

ROA dan BOPO) terhadap kualitas aktiva produktif.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)

pada PT. BSMI.

2. Untuk mengetahui perkembangan kua lit a s aktiva pro dukt if pada PT.

BSMI.

3. Untuk mengetahui pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)

terhadap kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI.

4. Unt uk me nget ahu i var ia be l re nt abilit a s (NCOM, ROA dan BOPO)

mana yang paling banyak mempengaruhi kualitas aktiva produktif pada PT.

(10)

Sedangkan manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang rasio rentabilitas

(NCOM, ROA dan BOPO) dan tentang kualitas aktiva produktif serta

mangetahui seberapa besar pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan

BOPO) terhadap kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI.

2. Bagi perusahaan, diharapkan dapat berguna sebagai masukan dalam

mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk

merencanakan suatu strategi baru, serta dapat meningkatkan kinerja bagi PT.

BSMI.

3. Bagi akademisi, untuk memperkaya khazanah literatur kepustakaan ekonomi

Islam khususnya pada perbankan syariah mengenai tingkat rentabilitas

(NCOM, ROA dan BOPO) dan kualitas aktiva pproduktif pada PT. BSMI. 4. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi

mengenai kinerja PT. BSMI, kepada para nasabahnya serta masyarakat umum

yang tertarik terhadap perbankan syariah.

D.Kajian Pustaka

Agar dalam penulisan ini dapat dengan mudah untuk dikaji lebih lanjut maka

penulis membutuhkan pedoman untuk dijadikan acuan dalam penulisan. Untuk itu

penulis telah meneliti beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pedoman dan

(11)

1. Analisis Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Net Profit Margin. Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Oleh Rosdiana Awalia, Konsentrasi Perbankan Syariah, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah Dan

Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006. Dalam skripsi tersebut

penulis terdahulu membahas tentang pengaruh kualitas aktiva produktif

terhadap net profit margin, dimana adanya hubungan yang terjadi antara

kedua variabel adalah hubungan negatif, di mana nilai kualitas aktiva

produktif turun dan nilai net profit margin naik, dan sebaliknya apabila nilai

kualitas aktiva produktif turun maka nilai net profit marginnya naik. Dalam

pengolahan data penulis terdahulu menggunakan analisis desktiptif, dan

mengungkapkan dari hasil analisisnya dengan menggunakan tabel dan grafik.

2. Analisa Modal Kerja Dan Hubungannya Terhadap Rentabilitas Pada BMT Al-Karim. Oleh Rusmiati, Konsentrasi Perbankan Syariah, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah Dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006. Dalam

skripsi tersebut penulis terdahulu membahas tentang analisis modal kerja yang

mempunyai hubungan atau pengaruh terhadap rentabilitas, di mana kenaikkan

modal kerja yang disebabkan dari bertambahnya dana pihak ketiga, sehingga

menambah aktiva lancar dalam bentuk piutang.

(12)

Hidayatullah, Jakarta, 2007. Dalam skripsi tersebut, penulis terdahulu

membahas tentang pengaruh jumlah pembiayaan yang disalurkan terhadap

tingkat rasio NPF di mana jumlah pembiayaan yang disalurkan dengan tingkat

rasio NPF mempunyai keterkaitan atau hubungan positif di mana katerkaitan

disini adalah setiap kenaikan jumlah pembiayaan yang disalurkan akan

mempengaruhi meningkatnya tingkat rasio NPF.

E.Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesanya adalah:

Secara simultan:

Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)

dengan kualitas aktiva produktif.

Ha : 0, terdapat pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)

dengan kualitas aktiva produktif.

Secara parsial:

Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara NCOM dengan kualitas aktiva

produktif.

Ha : 0, terdapat pengaruh antara NCOM dengan kualitas aktiva produktif.

Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara ROA dengan kualitas aktiva produktif.

Ha : 0, terdapat pengaruh antara ROA dengan kualitas aktiva produktif.

Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara BOPO dengan kualitas aktiva produktif.

(13)

F. Kerangka Pemikiran

PT BSMI

Laporan Keuangan

Analisis Regresi Berganda

Kualitas Aktiva Produktif 1. NCOM

2. ROA 3. BOPO

Uji Asumsi Klasik

Normalitas Multikolonieritas Heterokesdasitas Autokorelasi

Interpretasi

Koefisien Regresi Uji F

(14)

G.Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Berdirinya PT. Bank Syariah Mega Indonesia

Perjalanan PT. Bank Syariah Mega Indonesia diawali dari sebuah bank

umum bernama PT. Bank Umum Tugu yang berkedudukan di Jakarta. Pada

tahun 2001, Para Group (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan

Investama), kelompok usaha yang juga menaungi PT Bank Mega, Tbk., Trans

TV, dan beberapa Perusahaan lainnya, mengakuisisi PT Bank Umum Tugu

untuk dikembangkan menjadi bank syariah. Hasil konversi tersebut, pada 25

Agustus 2004 PT. Bank Umum Tugu resmi beroperasi syariah dengan nama

PT. Bank Syariah Mega Indonesia.

Komitmen penuh PT Para Global Investindo sebagai pemilik saham

mayoritas untuk menjadikan PT Bank Syariah Mega Indonesia sebagai bank

syariah terbaik, diwujudkan dengan mengembangkan bank ini melalui

pemberian modal yang kuat demi kemajuan perbankan syariah dan

perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. Penambahan modal dari

Pemegang Saham merupakan landasan utama untuk memenuhi tuntutan pasar

perbankan yang semakin meningkat dan kompetitif. Dengan upaya tersebut, PT.

Bank Syariah Mega Indonesia yang memiliki semboyan "untuk kita semua"

tumbuh pesat dan terkendali serta menjadi lembaga keuangan syariah ternama

yang berhasil memperoleh berbagai penghargaan dan prestasi.

Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang

(15)

profesionalisme, keterbukaan dan kehati-hatian. Didukung oleh beragam

produk dan fasilitas perbankan terkini, PT. Bank Syariah Mega Indonesia terus

berkembang, hingga saat ini memiliki 15 jaringan kerja yang terdiri dari kantor

cabang, cabang pembantu dan kantor kas yang tersebar di hampir seluruh kota

besar di Pulau Jawa dan di luar Jawa.

Guna memudahkan nasabah dalam memenuhi kebutuhannya di bidang

keuangan, PT Bank Syariah Mega Indonesia juga bekerjasama dengan PT

Arthajasa Pembayaran Elektronis sebagai penyelenggara ATM Bersama serta

PT. Rintis Sejahtera sebagai penyelenggara ATM Prima dan Prima Debit. Ini

dilakukan agar nasabah dapat melakukan berbagai transaksi perbankan dengan

lebih efisien, praktis, dan nyaman.

2. Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mega Indonesia Dewan Pengawas Syariah

K.H. Ma’ruf Amin Ketua DPS

Dr. H. A. Satori Ismail Anggota DPS

Kanny Hidaya Y. Anggota DPS

Dewan Komisaris

Mar’ie Muhammad Komisaris Utama

Dudi Hendrakusuma Syahlani Komisaris

(16)

Dewan Direksi

Beny Witjaksono Direktur Utama

Ani Murdiati DirekturBisnis

Haryanto Budi Purnomo Direktur Compliance & HCM

3. Visi Dan Misi PT. Bank Syariah Mega Indonesia VISI

Bank Syariah Kebanggaan Bangsa.

MISI

Memberikan jasa layanan keuangan syariah terbaik bagi semua kalangan,

melalui kinerja organisasi yang unggul, untuk meningkatkan nilai tambah bagi

stakeholder dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa.

NILAI - NILAI

Visioner, Amanah, Profesional, Konsisten, Interpreneurship, Teamwork dan

Berbagi.

PENGHARGAAN

a. Bank Syariah Terbaik 2007 Versi Majalah Investor.

b. Bank non devisa terefisien 2007 Versi Bisnis Indonesia.

c. The Most Growing Earning Asset Market Share Sharia Bank 2006 Versi

Karim Businss Consulting.

d. The Most Growing Third Party Fund Market Share Sharia Bank 2006 Versi

(17)

e. Bank Umum Syariah terbaik Peringkat 2 tahun 2006 versi karim Business

Consulting.

f. Bank Mega Syariah meraih predikat " sangat bagus " untuk kinerja tahun

2004 versi Majalah Infobank.

4. Produk Produk PT. Bank Syariah Mega Indonesia a. Produk Pendanaan

1) Mega Syariah Tama (Leluasa dan Sesuai Syariah)

Mega Syariah Tama, leluasa dan sesuai syariah adalah simpanan

wadiah yang memungkinkan investasi sesuai syariah sekaligus

memperoleh kemudahan mengelola dana selayaknya tabungan.

2) Mega Syariah Fleksi (Simpanan Fleksibel Sesuai Syariah)

Mega Syariah Fleksi, simpanan fleksibel sesuai syariah adalah

simpanan dengan konsep syariah titipan (wadiah) yang dapat Anda

manfaatkan untuk berinvestasi dalam waktu yang lebih leluasa.

3) Mega Syariah Pendidikan (Perencanaan Dana Pendidikan Sesuai Syariah)

Mega Syariah Pendidikan, perencanaan dana pendidikan sesuai

syariah. Anda ingin merencanakan dan mewujudkan masa depan yang

indah bagi buah hati anda tercinta sejak dini? Bank Mega Syariah

(18)

4) Mega Syariah Umrah (Memudahkan Langkah Ke Tanah Suci)

Mega Syariah Umrah, untuk memudahkan anda mempersiapkan

biaya perjalanan umrah dengan simpanan terencana sesuai syariah, Bank

Mega Syariah menawarkan Mega Syariah Umrah.

Dengan fasilitas ini persiapan biaya umrah akan lebih pasti karena

dapat diangsur setiap bulannya.

5) Mega Syariah Giro (Rekening Koran Wadiah)

Mega Syariah Giro, adalah rekening koran wadiah yang

kemungkinan anda mengelola dana dengan nyaman sesuai kebutuhan.

Menyimpan dana sesuai syariah dan mendapatkan kemudahan

bertransaksi melalui cek dan bilyet giro? mengapa tidak? Mega Syariah

Giro dari Bank Mega Syariah bisa menjawab kebutuhan anda.

6) Mega Syariah Depo (Deposito Sesuai Syariah)

Mega Syariah Depo, simpanan berjangka mudharabah yang bukan

hanya memberikan nisbah bagi hasil yang relatif tinggi, tetapi juga dapat

dijadikan fasilitas jaminan untuk kebutuhan pembiayaan anda.

Bagi anda yang ingin menginvestasikan dana sesuai syariah

sekaligus mendapatkan keuntungan optimal, Mega Syariah Depo dari

(19)

b. Produk Pembiayaan

1) Syariah Mega Oto (Pembiayaan Kepemilikan Mobil Sesuai Syariah)

Mega Syariah Oto adalah fasilitas pembiayaan kepemilikan

kendaraan dengan konsep secara syariah jual beli (murabahah) yang

dapat diangsur dengan jumlah yang tetap setiap bulannya, dalam jangka

waktu yang disepakati.

2) Syariah Mega Griya (Pembiayaan Kepemilikan Rumah Sesuai Syariah)

Mega Syariah Griya adalah fasilitas pembiayaan pemilikan rumah,

apartemen ataupun renovasi dan pembangunan rumah dengan konsep

syariah jual beli (murabahah) dengan angsuran tetap selama jangka waktu

yang disepakati. 3) Syariah Mega Multi

Mega Syariah Multi adalah fasilitas pembiyaan untuk keperluan

barang konsumtif yang merupakan barang halal dengan konsep syairah

jual beli (murabahah) dengan angsuran tetap selama jangka waktu yang

disepakati.

4) Syariah Mega Invest

Mega Syariah Invest adalah fasilitas pembiayaan kepada pengusaha

atau perusahaan untuk keperluan pengadaan barang investasi dengan

konsep syariah jual beli atau bagi hasil dengan kemudahan proses dan

(20)

5) Syariah Mega Capital

Mega Syariah Capital adalah fasilitas pembiayaan kepada

pengusaha atau perusahaan untuk tujuan modal kerja usaha, di mana

pemberian modal biaya tersebut dapat secara penuh atau sharing dana

berdasarkan sistem bagi hasil.

6) Syariah Mega Garansi

Mega Syariah Garansi adalah fasilitas penjaminan tertulis yang

diberikan Bank Mega Syariah kepada penerima jaminan untuk keperluan

nasabah dalam melaksanakan proyek tertentu. 7) Syariah Mega Emas (Fasilitas Gadai Sesuai Syariah)

Mega Syariah Emas adalah fasilitas pinjaman dana yang sesuai

prinsip syariah dengan menggandakan barang berharga berupa perhiasan

emas, emas batangan dan koin emas, tanpa dikenakan bunga atau margin. c. Jasa Dan Layanan

1) Syariah Mega Card

Mega Syariah Card merupakan fasilitas kartu ATM serbaguna bagi

nasabah rekening tabungan Bank Mega Syariah yang dapat digunakan

(21)

2) Syariah Mega Safe Deposit Box

Mega Syariah Safe Deposit Box adalah fasilitas penyimpanan

barang berharga (safe deposit box) dengan berbagai ukuran dan harga

hemat14.

H.Sistematika Penulisan

Dalam skiripsi ini penulis menyusun lima bab uraian, di mana dalam

tiap-tiap bab dilengkapi dengan sub-sub bab masing-masing yaitu sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, kajian

pustaka, hipotesis, kerangka pemikiran, gambaran umum perusahaan

dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Dalam bab ini penulis menjelaskan teori yang digunakan yaitu

pengertian rasio rentabilitas, aktiva produktif, komponen aktiva

produktif, penilaian kualitas aktiva produktif, penyisihan penghapusan

aktiva produktif, tujuan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva

produktif, tata cara pembentukan penyisihan penghapusan aktiva

produktif.

14

(22)

BAB III Metode Penelitian

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang metode yang digunakan

dalam melakukan penelitian, yang terdiri dari ruang lingkup penelitian,

metode pengumpulan data, operasional variabel dan metode analisa

data.

BAB IV Hasil Dan Pembahasan

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang hasil perkembangan rasio

NCOM, ROA, BOPO dan jualitas aktiva produktif pada PT. BSMI,

hasil uji asumsi klasik, hasil uji hipotesis, hasil uji koefisien

determinasi, hasil uji koefisien regresi dan interpretasi data.

BAB V Penutup

Dalam bab ini penulis menyimpulkan kesimpulan dari semua

pembahasan yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, serta

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Rasio Rentabilitas

Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam

menghasilkan laba. Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dilakukan dengan melakukan

penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut15:

1. Net operating margin (NOM), merupakan rasio utama,

2. Return on assets (ROA), merupakan rasio penunjang,

3. Rasio efisiensi kegiatan operasional (REO)/(BOPO), merupakan rasio penunjang,

4. Rasio aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan, merupakan rasio penunjang,

5. Diversifikasi pendapatan, merupakan rasio penunjang,

6. Proyeksi pendapatan bersih operasional utama (PPBO), merupakan rasio penunjang,

7. Net structural operating margin, merupakan rasio penunjang,

8. Return on equity (ROE), merupakan rasio pengamatan,

9. Komposisi penempatan dana pada surat berharga/pasar keuangan, merupakan rasio

pengamatan,

15

(24)

10. Disparitas imbal jasa tertinggi dengan terendah, merupakan rasio pengamatan,

11.Pelaksanakan fungsi edukasi, merupakan rasio pengamatan,

12.Pelaksanaan fungsi sosial, merupakan rasio pengamatan,

13. Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/bagi hasil yang diberikan oleh

bank syariah, merupakan rasio pengamatan,

14.Rasio bagi hasil dana investasi, merupakan rasio pengamatan,

15. Penyaluran dana yang diwrite-off dibandingkan dengan biaya operasional,

merupakan, rasio pengamatan.

Menurut Juminang, rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank

dalam menghasilkan profit melalui operasi bank16. Rasio yang digunakan adalah:

1. NCOM (Net Core Operational Margin), rasio ini bertujuan untuk mengetahui

kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba17. Formulanya adalah:

Rumus 2.1 100% x f a Produkti rata Aktiv -Rata Utama l Operasiona Biaya Utama l Operasiona Pendapatan M O C

N =

Peringkat 1 : NCOM > 3%

Peringkat 2 : 2% < NCOM < 3%

Peringkat 3 : 1,5% < NCOM < 2%

Peringkat 4 : 1% < NCOM < 1,5%

16

Juminang, Analisa Laporan Keuangan,(Jakarta: PT. Bumi Akasara, 2006) h.243 17

(25)

Peringkat 5 : NCOM < 1%

2. ROA (Return On Assets), rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan

manajemen bank dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ini

mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal

mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan atau menekan biaya18.

Formulanya adalah:

Rumus 2.2

100% x Pajak Sebelum Laba

A O R

sset rataTotalA Rata

=

Peringkat 1 : ROA > 1,5%

Peringkat 2 : 1,25% < ROA <1,5%

Peringkat 3 : 0,5% < ROA < 1,25%

Peringkat 4 : 0% < ROA < 0,5%

Peringkat 5 : ROA < 0%

3. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio

efisiensi biaya yang sering dipakai oleh bank dalam penilaian kesehatan bank.

Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) adalah rasio yang

mengukur seberapa besar suatu perusahaan/suatu bank mampu mngendalikan

biaya-biaya yang terdapat dalam bank tersebut untuk menghasilkan

(26)

pendapatan. Dengan kata lain, rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur

efisiensi kegiatan operasional bank syariah19. Formulanya adalah:

Rumus 2.3

x 100%

l Operasiona Pendapatan

l Operasiona Biaya

BOPO =

Peringkat 1 : BOPO > 83%

Peringkat 2 : 83% < BOPO <85%

Peringkat 3 : 85% < BOPO < 87%

Peringkat 4 : 87% < BOPO < 89%

Peringkat 5 : BOPO < 89%

B.Aktiva Produktif

Aktiva produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta

asing untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk pembiayaan, surat berharga syariah,

penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi

pada transaksi rekening administratif, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia serta bentuk

penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu20.

Menurut Muhammad dalam bukunya Manajemen Dana Bank Syariah, aktiva

produktif adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing

19Ibid., h.23 20

(27)

dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,

penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada transaksi

rekening administratif serta sertifikat wadiah Bank Indonesia21.

C.Komponen Aktiva Produktif

1. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan/piutang yang dapat dipersamakan

dengan itu berupa:

a. Transaksi investasi dalam akad Mudharabah dan/atau Musyarakah;

b. Transaksi sewa dalam akad Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik

dalam akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik;

c. Transaksi jual beli dalam akad Murabahah, Salam dan Istishna’:

d. Transaksi pinjam meminjam dalam akad Qardh; dan

e.Transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang

mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang/kewajibannya dan/atau

menyelesaikan investasi Mudharabah dan/atau Musyarakah dan hasil

pengelolaannya sesuai dengan akad22.

2. Mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada

pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan

menggunakan metode bagi untung (profit sharing) atau metode bagi pendapatan (net

21

Muhammad, Manajemen Dana Bank Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005) ed.1 cet.2 h.118 22

(28)

revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati

sebelumnya23.

Landasan Syariah24:

Al-Qur’an

!

"# $%&

'(

Artinya: “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah” . (QS. Al-Muzammil/73 : 20)

Hadits

!"

#$

%&'($

) ( $ * + ( $ ' ,-$ .'($ / 0 %1 23$

!456 $ ) ($

7

5 ﻡ 9

:

Artinya: “Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah).

3. Musyarakah adalah penanaman dana dari para pemilk dana/modal untuk

mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian

keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian

ditanggung semua pemilik dana/modal berdasarkan bagian dana/modal

masing-masing25.

Landasan Syariah26:

Al-Qur’an

)

*

+

,-.

/!

(

%0123 45

6

7%8

23Ibid., h.4 24

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani dan Tazkia Cendikia, 2004) h.95-96

25

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 26

(29)

9:;<=3

? 1

AB3

CD *

E FG(

H

+ !

H

32 I

JK

% 2KLM8

Artinya: “Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini” (QS. Shaad/38: 24)

Hadits

;

,

<'ی'> ?

(@

3> A@ Bی $ ﻡ

Cی'-$ D$ E

7

F F 9

:

Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati yang lainnya “. (HR Abu Dawud no.2936, dalam kitab al-Buyu dan Hakim)

4. Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan

margin keuntungan yang disepakati27.

Landasan Syariah28:

Al-Qur’an

)#

N O

P(

Q47 R48

ST

N

H

?

UV 8

Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah/2: 275)

Hadits

%&'($

!"

#$

1 23$

!456 $ ) ($

) ( $ * + ( $ ' ,-$ '($ / 0 %

7

5 ﻡ 9

:

Artinya: Dari Shalih bin Suaib ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,

27

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 28

(30)

muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual ” (HR. Ibnu Majah)

5. Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu

dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh29.

Landasan Syariah30:

Al-Qur’an

WX

YZK

[\E FG(

H

]

+ !

%^ *

_ `+

a%

b 4E

a

1c *

8#

d O

DefgX!

1

R

hi

%&

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (QS. Al-Baqarah/2: 282)

Hadits

,ﻡ !45 $ !G ,ﻡ !;H

!G ,ﻡ !4 & ?I !Jﺵ

L

!G

Artinya: “Barang siapa yang melakukan salam, hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula untuk jangka waktu yang diketahui.”

6. Istishna’ adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan

kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan

kesepakatan31.

Landasan Syariah32:

Al-Qur’an

WX

YZK

[\E FG(

H

]

+ !

%^ *

_ `+

a%

29

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 30

Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, h.108 31

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 32

(31)

b 4E

a

1c *

8#

d O

DefgX!

1

R

hi

%&

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (QS. Al-Baqarah/2: 282)

Hadits

C@

MG N@

+ O

+ 2

?Q O

45'$

?Q$PRی

) ($

$

S

TAQ

U V

$

W XR$

,

*

)(O

S $ ﻡ

YAQ

9

V$

TZ ﻡ'

Artinya: Dari Hakim bin Hizam r.a. berkata: “Saya telah berkata kepada Rasulullah SAW: Seorang laki-laki datang kepada ku dan dia meminta kepada ku untuk menjual suatu barang yang belum saya miliki, apakah saya boleh membeli di pasar kemudian saya menjual kepadanya, Rasulullah SAW bersabda: Janganlah engkau menjual sesuatu yang belum kamu miliki. (HR. Tirmidzi).

7. Ijarah adalah sewa menyewa atas suatu barang dan/atau jasa antara pemilik objek sewa

termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan

imbalan atas objek sewa yang disewakan33.

Landasan Syariah34:

Al-Qur’an

*

9jk

O

O

H

]

3lm

ng1#

.

aK%8

O

o-%&

+ d

p4712 q

%^ *

9

IZ2

r

(

)!

_ `47%

l

st3uv&w

p

H

x*)

G(

H

] I12

)

O

G(

z{ p

32 e3%

lM

Artinya: “Dan jika kamu hendak menyusukan anak kamu (kepada orang lain) tidak berdosa apabila kamu memberikan pembayaran secara pantas. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah/2: 233)

33

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 34

(32)

Hadits

?(Q$ ; '3

[

' L\ی ;6 4( 9'5 ' 5*

]

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda

“Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda, ‘ Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”.(HR. Bukhari dan Muslim)

8. Ijarah Muntahiyah bit Tamlik adalah sewa penyewa antara pemilik objek sewa dan

penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi

perpindahan hak milik objek sewa baik dengan jual beli atau pemberian (hibah) pada

saat tertentu sesuai akad sewa35.

9. Qardh adalah pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak

peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka

waktu tertentu36.

Landasan Syariah37:

Al-Qur’an

})!

%^

~ FG(

• U 4*

G(

m

%F

•+fg

N

N-{ 3Ko$ 7%&

N%8

{‚ O%(

ƒ

d O

$„ U -.

Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.(QS. Al-Hadid/57: 11)

Hadits

!F ,Rﻡ

;

?(Q$

! Rﻡ

^'

M3 Rﻡ

M1'

O'ﻡ

*

; &

V A_&

'ﻡ

M<

35

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 36Ibid.,

h.4 37

(33)

Artinya: Dari Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata: “Bukan seorang Muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah. (HR. Ibnu Majah no.2421, kitab al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi).

10. Surat Berharga Syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah

yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan/atau pasar modal antara lain

obligsasi syariah, sertifikat reksadana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan

prinsip syariah38.

11. Penempatan adalah penanaman dana bank pada bank lainnya dan/atau Bank

Perkreditan Rakyat Syariah antara lain dalam bentuk giro dan/atau tabungan

Mudharabah dan/atau Wadiah, deposito berjangka dan/atau tabungan Mudharabah,

pembiayaan yang diberikan, dan/atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan

prinsip syariah39.

12. Penyertaan Modal adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan

yang bergerak di bidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan

prinsip syariah yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada

perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah40.

13. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal bank dalam perusahaan

nasabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (debt to equity swap)

sebagai mana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, atau jenis

38

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.5 39Ibid.,

h.5 40Ibid.,

(34)

transaksi tertentu yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada

perusahaan nasabah41.

14. Transaksi Rekening Administratif adalah komitmen dan kontinjensi (off balance sheet)

berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi/endosemen,

Irrevocable Letter of Credit (L/C) yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas dasr

L/C berjangka, stanby L/C dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah42.

15. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia sebagai bukti penitipan dan berjangka pendek dengan akad Wadiah43.

Berdasarkan uraian diatas, maka Bank Indonesia menetapkan dalam Peraturan Bank

Indonesia: PBI No.9/9/PBI/2007 bahwa aktiva produktif yang dimiliki oleh setiap bank

syariah ada 14 komponen yang terdiri dari Mudharabah, Musyarakah, Murabahah,

Salam, Istishna, Ijarah, Ijarah Muntahiyah bit Tamlik, Qard, Surat Berharga Syariah,

Penempatan, Penyertaan Modal, Penyertaan Modal Semantara, Transaksi Rekening

Administratif (komitmen dan kontinjensi) serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

D.Penilain Kualitas Aktiva Produktif

Kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah tergantung pada kinerja, yang salah indikator utamanya adalah kualitas dari

penanaman dana bank. Kualitas penanaman dana yang baik akan menghasilkan

keuntungan, sehingga kinerja bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

41Ibid., h.5 42Ibid.,

h.5 43Ibid.,

(35)

syariah akan baik. Sebaliknya kualitas penanaman dana yang buruk akan membawa

pengaruh menurunnya kinerja bank yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan

usaha bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Dengan menyadari pentingnya kualitas penanaman dana, maka pengurus bank yang

melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagai penerima amanat dari

pemilik dana (investor) memiliki tanggung jawab atas pengelolaan dana tersebut, mulai

dari persetujuan sampai dengan monitoring atas kualitas penanaman dana. Monitoring atas

penanaman dana ini dilakukan dengan cara selalu menilai kualitas penanaman dana

tersebut berdasarkan pada prospek usaha, kondisi keuangan, dan atau kemampuan

membayar nasabah44.

Untuk memelihara kondisi kualitas aktiva produktif dari bank-bank umum terhadap

berbagai risiko yang mungkin saja terjadi, Bank Indonesia selaku otoritas moneter

melakukan fungsi pengamanan dan pengaturan dengan menerbitkan regulasi melalui surat

edaran Bank Indonesia yang telah disempurnakan sesuai dengan kondisi ekonomi dan

moneter yang memang membutuhkan fleksibilitas akan ketentuan tersebut45. Regulasi

mengenai kolektibilitas ini diatur melalui Surat Keputusan Diresi Bank Indonesia

No.9/9/PBI/2007 tentang ”Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan

Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah”.

Tata Cara Penilaian Kualitas Aktiva Produktif

1. Kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dinilai berdasarkan:

a. Prospek usaha;

b. Kinerja (performance) nasabah; dan

44

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, h.117 45

(36)

c. Kemampuan membayar

2. Kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 5 (lima) golongan yaitu lancar, dalam

perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.

a. Penilaian terhadap kualitas pembiayaan yang dilakukan berdasarkan

kemampuan membayar mengacu kepada ketepatan pembayaran angsuran pokok

dan atau pencapaian rasio antara realisasi pendapatan (RP) dengan proyeksi

pendapatan (PP).

b. Proyeksi pendapatan dihitung berdasarkan pada analisa kelayakan usaha dan

arus kas masuk nasabah selama jangka waktu pembiayaan.

c. Bank syariah dapat mengubah proyeksi pendapatan berdasarkan kesepakatan

dengan nasabah sepanjang terdapat perubahan atas kondisi ekonomi makro,

pasar dan politik yang mempengaruhi usaha nasabah.

d. Bank syariah wajib mencantumkan proyeksi pendapatan dan perubahan proyeksi

pendapatan dalam perjanjian pembiayaan antara bank syariah dengan nasabah

dan harus terdokumentasi secara lengkap.

e. Perhitungan pencapaian rasio antara realisasi pembiayaan dengan proyeksi

pembiayaan adalah sebagai berikut:46

Rumus 2.4

K = RP x 100% PP

Di mana:

K= Kualitas pembiayaan.

46

(37)

RP= Realisasi pendapatan yang diterima bank syariah dari nasabah.

PP= Proyeksi pendapatan yang akan diterima oleh bank syariah dari nasabah.

3. Penggolongan kualitas surat berharga syariah ditetapkan sebagai berikut:

a. Lancar, apabila:

1) Memiliki peringkat investasi (investment grade) atau lebih tinggi yang

diterbitkan oleh lembaga pemeringkat (ratingagency) yang diakui oleh Bank

Indonesia dan diterbitkan dalam waktu satu tahun terakhir;

2) Telah diterima imbalan dalam jumlah dan waktu yang tepat, sesuai

perjanjian; dan

3) Belum jatuh tempo.

b. Kurang lancar, apabila:

1) Memiliki peringkat investasi (investment grade) atau lebih tinggi yang

diterbitkan oleh lembaga pemeringkat (rating agency) yang diakui oleh Bank

Indonesia dan diterbitkan dalam waktu satu tahun terakhir;

2) Terdapat penundaan pembayaran bagi hasil/marjin/fee berkala atau

kewajiban lain sejenis; dan

3) Belum jatuh tempo

Atau

1) Memiliki peringkat paling kurang 1 (satu) tingkat dibawah peringkat

investasi (investment grade) yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat

(rating agency) yang diakui oleh Bank Indonesia dan diterbitkan dalam

(38)

2) Tidak terdapat penundaan pembayaran bagi hasil/marjin/fee berkala atau

kewajiban lain sejenis; dan

3) Belum jatuh tempo.

c. Macet, apabila tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf a dan

huruf b.

4. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan surat berharga dan/atau tagihan yang

diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang dimiliki oleh bank

digolongkan lancar.

5. Penyertaan modal, penggolongan kualitasnya ditetapkan sebagai berikut:

a. Lancar, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang telah

diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan memperoleh laba dan

tidak mengalami kerugian kumulatif;

b. Kurang lancar, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang

telah diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan mengalami

kerugian sampai dengan 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal perusahaan;

c. Diragukan, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang

telah diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan mengalami

kerugian lebih dari 25% (dua puluh lima perseratus) sampai dengan 50% (lima

puluh perseratus) dari modal perusahaan;

d. Macet, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang telah

diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan mengalami kerugian

(39)

6. Kualitas penyertaan modal sementara dinilai berdasarkan jangka waktu dan

ditetapkan sebagai berikut:

a. Lancar, apabila belum melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun;

b. Kurang lancar, apabila telah melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun namun belum

melebihi jangka waktu 4 (empat) tahun;

c. Diragukan, apabila telah melebihi jangka waktu 4 (empat) tahun dan belum

melebihi 5 (lima) tahun;

d. Macet, apabila telah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun atau belum ditarik

kembali meskipun perusahaan debitur telah memiliki laba kumulatif.

7. Kualitas penempatan, ditetapkan sebagai berikut:

a. Lancar, apabila:

1) Bank yang menerima penempatan memiliki rasio KPMM paling kurang

sama dengan ketentuan yang berlaku; dan

2) Memenuhi persyaratan:

i. Tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk akad Qardh, atau

dapat ditarik setiap saat untuk giro dan tabungan berdasarkan akad

Wadiah, atau

ii. Tidak terdapat tunggakan pembayaran nominal investasi dan/atau bagi

hasil untuk tabungan atau deposito berdasarkan akad Mudharabah, atau

iii. Tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok investasi dan/atau rasio

realisasi pendapatan terhadap proyeksi pendapatan sama atau lebih

besar dari 80% (delapan puluh perseratus) untuk pembiayaan

(40)

iv. Tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau marjin untuk

pembiayaan berdasarkan akad Murabahah.

b. Kurang lancar, apabila:

1) Bank yang menerima penempatan memiliki rasio KPMM paling kurang

sama dengan ketentuan yang berlaku; dan

2) Memenuhi persyaratan:

i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok sampai dengan 5 (lima) hari kerja

untuk akad Qardh, atau

ii. Tidak dapat ditarik sampai dengan 5 (lima) hari kerja untuk

giro dan tabungan berdasarkan akad Wadiah, atau

iii. Terdapat tunggakan pembayaran nominal investasi dan/atau

bagi hasil sampai dengan 5 (lima) hari kerja untuk tabungan atau

deposito yang berprinsip Mudharabah, atau

iv. Terdapat tunggakan pembayaran pokok investasi sampai dengan 5 (lima)

hari kerja dan/atau rasio realisasi pendapatan terhadap proyeksi

pendapatan lebih besar dari 30% (tiga puluh perseratus) sampai dengan

80% (delapan puluh perseratus), atau rasio realisasi pendapatan terhadap

proyeksi pendapatan sama atau lebih kecil dari 30% (tiga puluh

perseratus sampai dengan 3 (tiga) periode pembayaran, untuk

(41)

v. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau marjin sampai dengan 5

(lima) hari kerja untuk pembiayaan berdasarkan akad Murabahah.

c. Macet, apabila:

1) Bank yang menerima penempatan memiliki rasio KPMM kurang dari

ketentuan yang berlaku;

2) Bank yang menerima penempatan telah ditetapkan dan diumumkan sebagai

bank dengan status dalam pengawasan khusus (special surveillance) atau

bank telah dikenakan sanksi pembekuan keseluruhan kegiatan usaha;

3) Bank yang menerima penempatan ditetapkan sebagai bank dalam likuidasi;

dan/atau

4) Memenuhi persyaratan:

i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk akad Qardh lebih dari 5

(lima) hari kerja, atau

ii. Tidak dapat ditarik saat jangka waktu lebih dari 5 (lima) hari kerja untuk

giro dan tabungan berdasarkan akad Wadiah,atau

iii. Tidak dapat ditarik saat jangka waktu lebih dari 5 (lima) hari kerja untuk

tabungan atau deposito berdasarkan akad Mudharabah, atau

iv. Terdapat tunggakan pembayaran pokok investasi sampai dengan 5

(lima) hari kerja dan/atau rasio realisasi pendapatan terhadap proyeksi

pendapatan sama atau lebih kecil dari 30% (tiga puluh perseratus) lebih

dari 3 (tiga) periode pembayaran untuk pembiayaan berdasarkan akad

(42)

v. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau marjin lebih dari 5

(lima) hari kerja untuk pembiayaan berdasarkan akad Murabahah.

8. Transaksi Rekening Administratif, ditetapkan sebagi berikut:

a. Mengikuti kualitas penempatan, apabila pihak lawan transaksi (counterparty)

dari transaksi rekening administratif tersebut adalah bank lain yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; atau

b. Mengikuti kualitas pembiayaan, apabila pihak lawan transaksi (counterparty)

dari transaksi rekening administratif tersebut adalah nasabah47.

Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk

antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul.

Penilaian kuantitatif faktor kualitas aset dilakukan dengan melakukan penilaian

terhadap komponen-komponen sebagai berikut48:

1. Kualitas aktiva produktif bank, merupakan rasio utama,

2. Risiko konsentrasi penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio penunjang,

3. Kualitas penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio penunjang,

4. Kemampuan bank dalam menanganai/mengembalikan aset yang telah

dihapuskanbukukan, merupakan rasio penunjang,

5. Besarnya pembiayaan non performing, merupakan rasio penunjang,

6. Tingkat kecukupan agunan, merupakan rasio pengamatan,

7. Proyeksi/perkembangan kualitas aset produktif, merupakan rasio pengamatan,

47

Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007

(43)

8. Perkembangan/tren aktiva produktif bermasalah yang direstrukturisasi, merupakan

rasio pengamatan.

Penilaian rasio kualitas aktiva produktif (KAP), yaitu sebagai berikut :

Rumus 2.5

Rasio ini digunakan untuk mengukur kualitas aktiva produktif bank syariah.

Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baik kualitas aktiva produktif bank

syariah49.

Aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) adalah aktiva produktif yang sudah

maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan

kerugian yang besarnya ditetapkan sebagai berikut:

• 25% dari aktiva produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus (DPK)

• 50% dari aktiva produktif yang digolongkan Kurang Lancar (KL)

• 75% dari aktiva produktif yang digolongkan Diragukan (D)

• 100% dari aktiva produktif yang dogolongkan Macet (M)

Peringkat 1 : KAP > 0,99%

Peringkat 2 : 0,96% < KAP < 0,99%

Peringkat 3 : 0,93% < KAP < 0,96%

Peringkat 4 : 0,90% < KAP < 0,93%

Peringkat 5 : KAP < 0,90%

49

Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, h.13

(44)

E. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Dalam melakukan kegiatan penanaman dana, bank yang melakukan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah mempunyai risiko kerugian atas kegagalan penanaman

dananya. Untuk menjaga agar bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah mampu dan siap menanggung risiko kerugian penanaman dana tersebut dan untuk

menjaga kelangsungan usahanya maka bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif.

Penyisihan penghapusan aktiva yang selanjutnya disebut PPA adalah cadangan

yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kualitas aktiva. Cadangan

umum pada Bank Umum Syariah minimal sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif yang

digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Surat

Utang Pemerintah (SUP). Besarnya cadangan khusus yang dibentuk ditetapkan sama

dengan sebagaimana yang dipersyaratkan bagi bank umum. Sementar itu untuk cadangan

khusus piutang Ijarah yang digolongkan dalam perhatian khusus, kurang lancar dan macet

ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 50% dari masing-masing kewajiban pembentukan

PPAP50.

Dalam pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif, agunan memegang

paranan yang penting sebagai unsur pengurang dari risiko kegagalan pengembalian

penanaman dana (credit risk exposure). Untuk memperoleh nilai wajar, agunan harus

dinilai secara periodik oleh penilai independen. Dengan mempertimbangkan keunikan dan

50

(45)

keanekaragaman dari produk bank yang melakukan kegiatan usaha berdasrkan prinsip

syariah dan dalam rangka mewujudkan tatacara penyisihan penghapusan aktiva produktif

yang berdasarkan kepada prinsip kehati-hatian, maka perlu diterbitkan Peraturan Bank

Indonesia tentang penyisihan penghapusan aktiva produktif bagi bank syariah, yaitu PBI

No.9/9/PBI/200751.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia bahwa betiap bulannya wajib melaporkan

kualitas aktiva produktifnya, dan harus membentuk cadangan dana pada penyisihan

penghapusan aktiva produktif (PPAP). PPAP adalah cadangan dana yang harus dibentuk

sebesar persentase tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan aktiva produktif

sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia yang berlaku52. Penentuan PPAP

yang diklasifikasikan terdiri dari 5 (lima) kategori, yaitu; lancar (pass), dalam perhatian

khusus (DPK) (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful) dan

macet (loss).

Cadangan dana pada PPAP terdiri dari cadangan umum dan cadangan khusus yang

telah ditentukan sebesar persentase tertentu oleh Bank Indonesia, dan PPAP ini wajib

dilaporkan kepada Bank Indonesia setiap bulannya.

F. Tujuan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Aktiva produktif memang berfungsi untuk memperoleh pendapatan utama bank.

Sebagai sumber utama, pada aset ini juga terdapat risiko terbesar. Potensi kerugian yang

diakibatkan oleh memburuknya tingkat kolektibilitas aset ini dapat membawa

51

Penjelasan Atas PBI No. 9/9/PBI/2007 52

(46)

kebangkrutan bank oleh karena itu bank wajib membentuk PPAP berupa cadangan umum

dan cadangan khusus guna menutupi risiko kemungkinan kerugian53.

PPAP dibentuk dengan tujuan untuk mencegah kerugian akibat aktiva produktif

yang mengalami penurunan tingkat kolektibilitas yang dapat menyebabkan risiko

kebangkrutan bank. Sebagai bank wajib membentuk cadangan umum dan cadangan

khusus guna menutup risiko kemungkinan kerugian tersebut dalam bentuk PPAP.

Semakin turun tingkat kolektibilitas maka semakin buruk pula kondisi aktiva

produktifnya, maka dari itu bank wajib untuk membentuk cadangan dana untuk mencegah

kerugian yaitu berupa PPAP.

G.Tata Cara Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Bank syariah wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif berupa

cadangan umum dan cadangan khusus guna menutupi risiko kerugian. Semakin buruk

tingkat kolektibilitas aktiva prodiktif maka semakin besar cadangan yang harus

dialokasikan oleh bank dan konsekuensinya adalah semakin besar pula biaya yang

dikeluarkan. Apabila total biaya plus biaya cadangan tidak mampu ditutupi oleh

pendapatan bank maka secara perlahan bank tersebut akan mengarah kepada

kehancuran.54

Tata cara pembentukan penyisihan penghapusan aktiva pada bank syariah diatur

dalam PBI No. 9/9/PBI/2007, sebagai berikut:

1. Pembentukan cadangan umum:

53Ibid., h.245 54

(47)

a. Ditetapkan sekurang-kurangmya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif

yang digolongkan lancar;

b. Pembentukan cadangan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a dikecualikan untuk aktiva produktif dalam bentuk Sertifikat Wadiah

Bank Indonesia, surat berharga yang diterbitkan pemerintah berdasarkan

prinsip syariah, serta bagian aktiva produktif yang dijamin dengan

jaminan pemerintah dan agunan tunai.

2. Pembentukan cadangan khusus, cadangan dana yang ditetapkan

sekurang-kurangnya sebesar:

a. 5% (lima perseratus) dari aktiva dengan kualitas yang digolongkan dalam

perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan; dan

b. 15% (lima belas perseratus) dari aktiva dengan kualitas yang digolongkan

kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan; dan

c. 50% (lima puluh perseratus) dari aktiva dengan dari kualitas yang

digolongkan diragukan setelah dikurangi nilai agunan; dan

d. 100%(seratus perseratus) dari aktiva dengan dari kualitas yang

digolongkan macet setelah dikurangi nilai agunan.

PPAP akan dilaporkan setiap bulannya dalam bentuk Laporan Kualitas Aktiva

(48)

aktiva produktif dibentuk cadangan dana berdasarkan persentase yang telah dibentuk

seperti diatas55.

55

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisa

kuantitatif, di mana penulis menjelaskan secara sistematik, aktual dan akurat

mengenai fakta dan karakteristik yang terjadi berdasarkan penelitian yang

dilakukan di PT. Bank Syariah Mega Indonesia, khususnya mengenai rasio

rentabilitas dan kualitas aktiva produktif.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai rasio

rentabilitas dan aktiva prodiktif, data akan dikumpulkan, dianalisa dan diterapkan

dengan teori yang ada dengan menggunakan alat analisis regresi berganda dan

kemudian akan diambil suatu kesimpulan.

B.Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan masalah yang akan dibahas, maka sumber data yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer : Wawancara dengan pihak terkait yang mengetahui tentang keadaan

perusahaan untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai permasalahan yang

dibahas.

2. Data Sekunder: Laporan Keuangan Publikasi, adalah laporan yang menggambarkan

(50)

kualitas aktiva produktif, laporan perubahan modal, laporan perhitungan rasio

keuangan. Buku-buku, literatur-literatur, artikel-artikel serta data lainnya yang

bersangkutan dengan permasalahan yang dibahas.

C.Operasional Variabel

1. Variabel X (Variabel Independen atau Variabel Bebas)

Merupakan suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab

variabel lainnya. Variabel X dalam penelitian ini adalah Net Core Operational

Margin (NCOM), Return On Assets (ROA) dan Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO).

2. Variabel Y (Variabel Dependen atau Variabel Terikat)

Merupakan suatu variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh

variabel lainnya. Variabel Y dalam penelitian ini adalah rasio kualitas aktiva

produktif (KAP).

Paradigma Penelitian:

NCOM ROA BOPO

(51)

D.Metode Analisa Data

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati

normal.

Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi

dengan melihat normality probability plot. Jika data (titik) menyebar

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data (titik) menyebar jauh

dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model

regresi tidak memenuhi asumsi normalitas56.

b. Uji Heterokesdastisitas

Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke

pengamata yang lain tetap, hal tersebut dinamakan homokesdastisitas. Dan

56

(52)

jika varians berbeda disebut sebagai heterokesdastisitas. Model regresi yang

baik adalah tidak terjadi heterokesdastisitas57.

Untuk mengetahui ada tidaknya heterokesdastisitas pada suatu model

regresi, maka dapat dilihat pada pola Scatterplot model tersebut. Dengan

ketentuan sebagai berikut:

• Titik-titik (data) menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.

• Titik-titik (data) tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.

• Penyebaran titik-titik (data) tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

• Penyebaran titik-titik (data) sebaiknya tidak berpola58. c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja regresi yang baik adalah

regresi yang bebas dari autokorelasi. Dengan ketentuan sebagai berikut:

• Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi.

• Angka D-W dibawah -2, maka terjadi autokorelasi positif.

• Angka D-W diatas +2, maka terjadi autokorelasi negatif59.

Ibid.,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang dicapai pada penelitian ini, secara umum dapat disimpulkan bahwa Metode Kooperatif Teknik Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan berbicara dalam diskusi siswa

Respon stres oleh endokrin disebut dapat ditekan dengan teknik regional anestesi, general anestesi yang dalam dan dengan menghambat selama operasi sebenarnya

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis proyek terhadap peningkatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur asupan zat besi, vitamin A dan zink dari makanan anak yang berkontribusi terhadap masalah kurang gizi mikro.. Desain penelitian

Diantaranya yaitu (1) mitra belum mendapat pengetahuan mengenai pola tanam padi terintegrasi dengan pemeliharaan itik, (2) mitra belum mempunyai tambahan penghasilan

Aplikasi kontrol logika fuzzy pada sistem tracking matahari ini dapat memperlihatkan respon pergerakan panel PV yang stabil dan sesuai dengan posisi tegak lurus cahaya

Pada tugas akhir ini penulis akan membuat suatu rancang-bangun sistem pengontrolan beban pada DC power house , agar daya yang dihasilkan dapat mencukupi konsumsi

Keterbatasan waktu pertemuan mengakibatkan tidak semua materi dapat disampaikan dengan detil. Kegiatan yang diawali dengan ceramah dan demonstrasi ini kemudian dilanjutkan