BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam, di mana tatacara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan
Al-Quran dan Hadits yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam
khususnya yang menyangkut tatacara bermuamalah secara Islam1.
Bank syariah bukan semata-mata sistem perbankan Arab. Bank syariah
merupakan suatu bentuk perbankan yang mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
Islam. Oleh karena itu praktek perbankan syariah ini bersifat universal, artinya
negara manapun dapat melakukan dan mengadopsi sistem bank syariah dalam hal: 1. Menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat sehubungan
dengan penggunaan dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya.
2. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan dana
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan investasi
maupun modal kerja.
3. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainya yang lazim
dilakukan oleh bank syariah2.
1
Karnaen Perwataatmadja, M.Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1992 ) cet.1 h.1
2
Perbankan syariah muncul di Indonesia Tahun 1992 yang merupakan hal
baru dalam kerangka mekanisme perbankan pada umumnya. Krisis moneter yang
mengguncang Indonesia Tahun 1997 membuat perbankan konvensional lumpuh
yang disebabkan oleh kredit. Kredit yang semulanya lancar akhirnya menjadi
macet, sedangkan perbankan syariah yang tertuang dalam Undang Undang No.10
Tahun 1998 yang mengakui adanya dua sistem perbankan, yaitu konvensional dan
sistem syariah. Semakin berkembangnya perbankan syariah di Indonesia dirasakan
semakin perlunya sosialisasi atas apa dan bagaimana operasional bank syariah,
karena operasional perbankan syariah sangat berbeda dengan perbankan
konvensional3.
Bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem
bunga sebagai dasar penentuan imbalan yang akan diterima atas jasa pembiayaan
yang diberikan dan atau pemberian imbalan atas dana masyarakat. Penentuan
imbalan yang diinginkan dan yang akan diberikan tersebut semata-mata
didasarkan pada prinsip syariah. Kebalikannya dengan bank konvensional di mana
imbalan selalu dihitung dalam bentuk bunga (dengan persentase tertentu). Tingkat
bunga yang dinyatakan dalam persentase tertentu tersebut merupakan aspek
penting yang selalu terkait dengan kegiatan usaha bank konvensional4.
Sepintas secara teknis menabung di bank konvensional atau bank syariah
hampir tidak ada bedanya. Hal ini dikarenakan baik bank konvensional atau bank
3
Sofyan S. Harahap, dkk., Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: LPFE Usakti, 2005) cet.1 h.1 4
syariah harus mengikuti aturan teknis perbankan secara umum. Akan tetapi,
apabila diamati secara mendalam bank syariah dengan bank konvensional jelas
sangat berbeda. Hal ini karena prinsip dasar yang digunakan pada kedua bank
tersebut berbeda5.
Dalam bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan
hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership)
antara penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh
karena itu, tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat bagi
hasil untuk para pemegang saham tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang
dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana. Hubungan kemitraan ini
merupakan bagian yang khas dari proses berjalannya mekanisme bank syariah6.
Untuk menjaga agar fungsi intermediari dapat berjalan dengan baik, maka
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter membuat peraturan untuk menunjang
kesehatan perbankan, satu di antara ketentuan yang dibuat adalah peraturan
mengenai aktiva produktif. Ketentuan tersebut dituangkan dalam Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 9/9/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007 tentang ”Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah”7.
5
Sri Susilo, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba 4, 2004) h.109 6
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004) ed.2 cet.2 h.56
7
Aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah
maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga
syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen
dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif serta sertifikt wadiah Bank
Indonesia8.
Dalam melakukan kegiatan penanaman dana, bank yang melakukan usaha
berdasarkan prinsip syariah mempunyai risiko kerugian atas kegagalan penanaman
dananya. Untuk menjaga agar bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah mampu dan siap menanggung risiko kerugian dari penanaman dana
tersebut dan untuk menjaga kelangsungan usahanya, maka bank yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib membentuk penyisihan
penghapusan aktiva produktif9, yaitu berupa cadangan umum dan cadangan khusus
guna menutupi risiko kemungkinan kerugian10.
Dalam metode cadangan ini pengakuan kerugian aktiva produktif tidak perlu
menunggu sampai terjadinya kerugian tersebut muncul, namun bank harus
mengakui pada periode yang sama dengan terjadinya penemptan aktiva produktif
dengan cara membentuk cadangan penyisihan aktiva produktif. Cadangan ini
dibentuk/bertambah dengan adanya penyisihan aktiva produktif yang diakui dan
dipakai (berkurang) bila benar terjadi kerugian aktiva produktif. Bank yang
8
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah,(Yogyakarta: Ekonisia, 2005) ed.1 cet.2 h.118 9Ibid.,
h.127 10
melakukan penghapusan terhadap aktiva produktif tentu menggunakan cadangan
yang telah dibentuk sebelumnya. Pengakuan adanya penyisihan atau kerugian
aktiva produktif dilakukan pada setiap akhir periode melalui jurnal penyesuaian
yang diaplikasikan pada setiap jenis aktiva produktif11.
Cadangan yang dibentuk dimasukan dalam bentuk beban atau biaya
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), semakin tidak baik kualitas
aktiva produktif maka semakin besar cadangan yang di bentuk maka semakin
besar pula biaya atau beban yang dikeluarkan, biaya atau beban semakin besar
maka laba yang dihasilkan semakin kecil.
Profesionalisme bank ditujukan terhadap pengelolaan dana yang
diperoleh dari sumber dana dan penanaman dana dalam aktiva produktif
yang menghasilkan pendapatan bagi bank. Pendapatan yang dimaksud adalah
pendapatan bagi hasil yang merupakan pendapatan utama bank yang menempati
proporsi terbesar dari keseluruhan pendapatan bank.
Kegiatan operasional bank sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat
dalam menginvestasikan dananya karena dana masyarakat inilah akan disalurkan
dalam bentuk pembiayaan. Oleh karena itu manajemen pembiayaan sangat penting
untuk diperhatikan, sebab sebagian besar pendapatan bank diperoleh dari hasil
pendapatan bagi hasil itu sendiri.
Manajemen bank dituntut untuk mengalokasikan dananya sedemikian
rupa sehingga dana didapatkan dari berbagai sumber dana menghasilkan
laba optimal sementara itu dalam waktu yang bersamaan bank harus pula
memperhatikan secara cermat kebutuhan likuiditasnya untuk memenuhi
kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya
sewaktu waktu. Kemampuan dan kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat
ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat khususnya
nasabah terhadap bank yang bersangkutan dan memenuhi tanggung jawab
sosial bank dalam menjaga integritas bank12.
Saat ini di Indonesia ada 3 bank umum syariah dan PT. Bank Syariah Mega
Indonesia adalah salah satu yang termasuk dalam bank umum syariah. Perjalanan
PT. Bank Syariah Mega Indonesia (yang selanjutnya disingkat dengan PT. BSMI)
diawali dari sebuah bank umum bernama PT. Bank Umum Tugu yang
berkedudukan di Jakarta. Pada Tahun 2001, Para Group (PT. Para Global
Investindo dan PT. Para Rekan Investama), kelompok usaha yang juga menangui
PT. Bank Mega, Tbk., Trans TV, dan beberapa perusahaan lainnya, mengakusisi
PT. Bank Umum Tugu untuk dikembangkan menjadi bank syariah. Hasil konversi
tersebut, pada 25 Agustus 2004 PT. Bank Umum Tugu resmi beropersi syariah
dengan nama PT. Bank Syariah Mega Indonesia.
PT. BSMI memproyeksikan asetnya akhir tahun 2008 ini mencapai Rp. 4,5
triliun. Sedangkan, penyaluran pembiayaan hingga akhir tahun 2008 ini
12
diharapkan mencapai Rp. 3,5 triliun. Sementara, penghimpunan dana pihak ketiga
(DPK) tahun 2008 ini diharapakan mencapai Rp. 4 triliun. Hingga akhir
September tahun 2007 lalu, aset PT. BSMI tercatat meningkat 33,33% menjadi
Rp. 2,4 triliun disbanding periode serupa pada tahun 2006 Rp. 1,8 triliun.
Sedangkan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) PT. BSMI per September
tahun 2007 lalu tercatat meningkat 23,53% menjadi Rp. 2,1 triliun dibandingkan
periode serupa tahun 2006 lalu Rp. 1,7 triliun. Pembiayaan PT. BSMI per
September tahun 2007 lalu tercatat meningkat 18,75% menjadi Rp. 1,9 triliun
dibandingkan periode serupa tahun 2006 Rp. 1,6 triliun. Pembiayaan per
September tahun 2007 lalu menunjukkan rasio pembiayaan terhadap DPK atau
financing to deposit ratio (FDR) berada pada posisi 91%. Hingga akhir tahun 2007
lalu, laba sebelum pajak PT. BSMI diproyeksikan mencapai Rp. 130 miliar.
Sedangkan, laba sebelum pajak tahun 2008 ini diproyeksikan mencapai Rp. 150
miliar.
PT. BSMI berencana menyalurkan pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro
(UKM) sebesar Rp. 300 miliar. Pembiayaan tersebut menjadi uji coba PT. BSMI
dalam mengembangkan pembiayaan UKM. UKM yang akan dibiayai akan
didominasi jenis perdagangan. Sedangkan, sektor pembiayaanUKM juga
direncanakan berjangka pendek. Target pembiayaan PT. BSMI tahun 2008 ini
cukup realistis. Sebab potensi pengembangan bisnis perbankan syariah cukup
juga sangat bergantung pada kemampuan PT. BSMI tersebut untuk mendorong
ekspansi pembiayaan ke berbagai sektor bisnis13.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian
lebih lanjut dalam sebuah skripsi dengan judul: “PENGARUH RENTABILITAS
TERHADAP KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF PADA PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA”
B.Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, pemaparan yang dijelaskan di
atas jika dibahas secara keseluruhan di dalam penulisan ini tentu akan sangat luas,
maka penulis menganggap perlu untuk membatasi masalah apa saja yang akan
dibahas.
Untuk itu pembahasan hanya akan dibatasi pada masalah rasio rentabilitas
(NCOM, ROA dan BOPO), aktiva produktif, kualitas aktiva produktif, dan
bagaimana pengaruh antara rentabilitas terhadap kualitas aktiva produktif dengan
menggunakan laporan keuangan bulanan PT. BSMI periode Januari 2005 sampai
dengan Desember 2007. Secara spesifik rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana perkembangan rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) pada PT.
BSMI?
13
2. Bagaimana perkembangan kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI?
3. Bagaimana pengaruh rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) terhadap kualitas
aktiva produktif pada PT. BSMI?
4. Variabel rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) manakah yang paling
dominan mempengaruhi kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI?
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitin ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang tingkat
rasio rentabiliatas (NCOM, ROA dan BOPO), aktiva produktif, kualitas aktiva
produktif, dan mengetahui seberapa besar pengaruh antara rentabilitas (NCOM,
ROA dan BOPO) terhadap kualitas aktiva produktif.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)
pada PT. BSMI.
2. Untuk mengetahui perkembangan kua lit a s aktiva pro dukt if pada PT.
BSMI.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)
terhadap kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI.
4. Unt uk me nget ahu i var ia be l re nt abilit a s (NCOM, ROA dan BOPO)
mana yang paling banyak mempengaruhi kualitas aktiva produktif pada PT.
Sedangkan manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang rasio rentabilitas
(NCOM, ROA dan BOPO) dan tentang kualitas aktiva produktif serta
mangetahui seberapa besar pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan
BOPO) terhadap kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI.
2. Bagi perusahaan, diharapkan dapat berguna sebagai masukan dalam
mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk
merencanakan suatu strategi baru, serta dapat meningkatkan kinerja bagi PT.
BSMI.
3. Bagi akademisi, untuk memperkaya khazanah literatur kepustakaan ekonomi
Islam khususnya pada perbankan syariah mengenai tingkat rentabilitas
(NCOM, ROA dan BOPO) dan kualitas aktiva pproduktif pada PT. BSMI. 4. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
mengenai kinerja PT. BSMI, kepada para nasabahnya serta masyarakat umum
yang tertarik terhadap perbankan syariah.
D.Kajian Pustaka
Agar dalam penulisan ini dapat dengan mudah untuk dikaji lebih lanjut maka
penulis membutuhkan pedoman untuk dijadikan acuan dalam penulisan. Untuk itu
penulis telah meneliti beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pedoman dan
1. Analisis Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Net Profit Margin. Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Oleh Rosdiana Awalia, Konsentrasi Perbankan Syariah, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah Dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006. Dalam skripsi tersebut
penulis terdahulu membahas tentang pengaruh kualitas aktiva produktif
terhadap net profit margin, dimana adanya hubungan yang terjadi antara
kedua variabel adalah hubungan negatif, di mana nilai kualitas aktiva
produktif turun dan nilai net profit margin naik, dan sebaliknya apabila nilai
kualitas aktiva produktif turun maka nilai net profit marginnya naik. Dalam
pengolahan data penulis terdahulu menggunakan analisis desktiptif, dan
mengungkapkan dari hasil analisisnya dengan menggunakan tabel dan grafik.
2. Analisa Modal Kerja Dan Hubungannya Terhadap Rentabilitas Pada BMT Al-Karim. Oleh Rusmiati, Konsentrasi Perbankan Syariah, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah Dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006. Dalam
skripsi tersebut penulis terdahulu membahas tentang analisis modal kerja yang
mempunyai hubungan atau pengaruh terhadap rentabilitas, di mana kenaikkan
modal kerja yang disebabkan dari bertambahnya dana pihak ketiga, sehingga
menambah aktiva lancar dalam bentuk piutang.
Hidayatullah, Jakarta, 2007. Dalam skripsi tersebut, penulis terdahulu
membahas tentang pengaruh jumlah pembiayaan yang disalurkan terhadap
tingkat rasio NPF di mana jumlah pembiayaan yang disalurkan dengan tingkat
rasio NPF mempunyai keterkaitan atau hubungan positif di mana katerkaitan
disini adalah setiap kenaikan jumlah pembiayaan yang disalurkan akan
mempengaruhi meningkatnya tingkat rasio NPF.
E.Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesanya adalah:
Secara simultan:
Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)
dengan kualitas aktiva produktif.
Ha : 0, terdapat pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)
dengan kualitas aktiva produktif.
Secara parsial:
Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara NCOM dengan kualitas aktiva
produktif.
Ha : 0, terdapat pengaruh antara NCOM dengan kualitas aktiva produktif.
Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara ROA dengan kualitas aktiva produktif.
Ha : 0, terdapat pengaruh antara ROA dengan kualitas aktiva produktif.
Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh antara BOPO dengan kualitas aktiva produktif.
F. Kerangka Pemikiran
PT BSMI
Laporan Keuangan
Analisis Regresi Berganda
Kualitas Aktiva Produktif 1. NCOM
2. ROA 3. BOPO
Uji Asumsi Klasik
Normalitas Multikolonieritas Heterokesdasitas Autokorelasi
Interpretasi
Koefisien Regresi Uji F
G.Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya PT. Bank Syariah Mega Indonesia
Perjalanan PT. Bank Syariah Mega Indonesia diawali dari sebuah bank
umum bernama PT. Bank Umum Tugu yang berkedudukan di Jakarta. Pada
tahun 2001, Para Group (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan
Investama), kelompok usaha yang juga menaungi PT Bank Mega, Tbk., Trans
TV, dan beberapa Perusahaan lainnya, mengakuisisi PT Bank Umum Tugu
untuk dikembangkan menjadi bank syariah. Hasil konversi tersebut, pada 25
Agustus 2004 PT. Bank Umum Tugu resmi beroperasi syariah dengan nama
PT. Bank Syariah Mega Indonesia.
Komitmen penuh PT Para Global Investindo sebagai pemilik saham
mayoritas untuk menjadikan PT Bank Syariah Mega Indonesia sebagai bank
syariah terbaik, diwujudkan dengan mengembangkan bank ini melalui
pemberian modal yang kuat demi kemajuan perbankan syariah dan
perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. Penambahan modal dari
Pemegang Saham merupakan landasan utama untuk memenuhi tuntutan pasar
perbankan yang semakin meningkat dan kompetitif. Dengan upaya tersebut, PT.
Bank Syariah Mega Indonesia yang memiliki semboyan "untuk kita semua"
tumbuh pesat dan terkendali serta menjadi lembaga keuangan syariah ternama
yang berhasil memperoleh berbagai penghargaan dan prestasi.
Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang
profesionalisme, keterbukaan dan kehati-hatian. Didukung oleh beragam
produk dan fasilitas perbankan terkini, PT. Bank Syariah Mega Indonesia terus
berkembang, hingga saat ini memiliki 15 jaringan kerja yang terdiri dari kantor
cabang, cabang pembantu dan kantor kas yang tersebar di hampir seluruh kota
besar di Pulau Jawa dan di luar Jawa.
Guna memudahkan nasabah dalam memenuhi kebutuhannya di bidang
keuangan, PT Bank Syariah Mega Indonesia juga bekerjasama dengan PT
Arthajasa Pembayaran Elektronis sebagai penyelenggara ATM Bersama serta
PT. Rintis Sejahtera sebagai penyelenggara ATM Prima dan Prima Debit. Ini
dilakukan agar nasabah dapat melakukan berbagai transaksi perbankan dengan
lebih efisien, praktis, dan nyaman.
2. Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mega Indonesia Dewan Pengawas Syariah
K.H. Ma’ruf Amin Ketua DPS
Dr. H. A. Satori Ismail Anggota DPS
Kanny Hidaya Y. Anggota DPS
Dewan Komisaris
Mar’ie Muhammad Komisaris Utama
Dudi Hendrakusuma Syahlani Komisaris
Dewan Direksi
Beny Witjaksono Direktur Utama
Ani Murdiati DirekturBisnis
Haryanto Budi Purnomo Direktur Compliance & HCM
3. Visi Dan Misi PT. Bank Syariah Mega Indonesia VISI
Bank Syariah Kebanggaan Bangsa.
MISI
Memberikan jasa layanan keuangan syariah terbaik bagi semua kalangan,
melalui kinerja organisasi yang unggul, untuk meningkatkan nilai tambah bagi
stakeholder dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa.
NILAI - NILAI
Visioner, Amanah, Profesional, Konsisten, Interpreneurship, Teamwork dan
Berbagi.
PENGHARGAAN
a. Bank Syariah Terbaik 2007 Versi Majalah Investor.
b. Bank non devisa terefisien 2007 Versi Bisnis Indonesia.
c. The Most Growing Earning Asset Market Share Sharia Bank 2006 Versi
Karim Businss Consulting.
d. The Most Growing Third Party Fund Market Share Sharia Bank 2006 Versi
e. Bank Umum Syariah terbaik Peringkat 2 tahun 2006 versi karim Business
Consulting.
f. Bank Mega Syariah meraih predikat " sangat bagus " untuk kinerja tahun
2004 versi Majalah Infobank.
4. Produk Produk PT. Bank Syariah Mega Indonesia a. Produk Pendanaan
1) Mega Syariah Tama (Leluasa dan Sesuai Syariah)
Mega Syariah Tama, leluasa dan sesuai syariah adalah simpanan
wadiah yang memungkinkan investasi sesuai syariah sekaligus
memperoleh kemudahan mengelola dana selayaknya tabungan.
2) Mega Syariah Fleksi (Simpanan Fleksibel Sesuai Syariah)
Mega Syariah Fleksi, simpanan fleksibel sesuai syariah adalah
simpanan dengan konsep syariah titipan (wadiah) yang dapat Anda
manfaatkan untuk berinvestasi dalam waktu yang lebih leluasa.
3) Mega Syariah Pendidikan (Perencanaan Dana Pendidikan Sesuai Syariah)
Mega Syariah Pendidikan, perencanaan dana pendidikan sesuai
syariah. Anda ingin merencanakan dan mewujudkan masa depan yang
indah bagi buah hati anda tercinta sejak dini? Bank Mega Syariah
4) Mega Syariah Umrah (Memudahkan Langkah Ke Tanah Suci)
Mega Syariah Umrah, untuk memudahkan anda mempersiapkan
biaya perjalanan umrah dengan simpanan terencana sesuai syariah, Bank
Mega Syariah menawarkan Mega Syariah Umrah.
Dengan fasilitas ini persiapan biaya umrah akan lebih pasti karena
dapat diangsur setiap bulannya.
5) Mega Syariah Giro (Rekening Koran Wadiah)
Mega Syariah Giro, adalah rekening koran wadiah yang
kemungkinan anda mengelola dana dengan nyaman sesuai kebutuhan.
Menyimpan dana sesuai syariah dan mendapatkan kemudahan
bertransaksi melalui cek dan bilyet giro? mengapa tidak? Mega Syariah
Giro dari Bank Mega Syariah bisa menjawab kebutuhan anda.
6) Mega Syariah Depo (Deposito Sesuai Syariah)
Mega Syariah Depo, simpanan berjangka mudharabah yang bukan
hanya memberikan nisbah bagi hasil yang relatif tinggi, tetapi juga dapat
dijadikan fasilitas jaminan untuk kebutuhan pembiayaan anda.
Bagi anda yang ingin menginvestasikan dana sesuai syariah
sekaligus mendapatkan keuntungan optimal, Mega Syariah Depo dari
b. Produk Pembiayaan
1) Syariah Mega Oto (Pembiayaan Kepemilikan Mobil Sesuai Syariah)
Mega Syariah Oto adalah fasilitas pembiayaan kepemilikan
kendaraan dengan konsep secara syariah jual beli (murabahah) yang
dapat diangsur dengan jumlah yang tetap setiap bulannya, dalam jangka
waktu yang disepakati.
2) Syariah Mega Griya (Pembiayaan Kepemilikan Rumah Sesuai Syariah)
Mega Syariah Griya adalah fasilitas pembiayaan pemilikan rumah,
apartemen ataupun renovasi dan pembangunan rumah dengan konsep
syariah jual beli (murabahah) dengan angsuran tetap selama jangka waktu
yang disepakati. 3) Syariah Mega Multi
Mega Syariah Multi adalah fasilitas pembiyaan untuk keperluan
barang konsumtif yang merupakan barang halal dengan konsep syairah
jual beli (murabahah) dengan angsuran tetap selama jangka waktu yang
disepakati.
4) Syariah Mega Invest
Mega Syariah Invest adalah fasilitas pembiayaan kepada pengusaha
atau perusahaan untuk keperluan pengadaan barang investasi dengan
konsep syariah jual beli atau bagi hasil dengan kemudahan proses dan
5) Syariah Mega Capital
Mega Syariah Capital adalah fasilitas pembiayaan kepada
pengusaha atau perusahaan untuk tujuan modal kerja usaha, di mana
pemberian modal biaya tersebut dapat secara penuh atau sharing dana
berdasarkan sistem bagi hasil.
6) Syariah Mega Garansi
Mega Syariah Garansi adalah fasilitas penjaminan tertulis yang
diberikan Bank Mega Syariah kepada penerima jaminan untuk keperluan
nasabah dalam melaksanakan proyek tertentu. 7) Syariah Mega Emas (Fasilitas Gadai Sesuai Syariah)
Mega Syariah Emas adalah fasilitas pinjaman dana yang sesuai
prinsip syariah dengan menggandakan barang berharga berupa perhiasan
emas, emas batangan dan koin emas, tanpa dikenakan bunga atau margin. c. Jasa Dan Layanan
1) Syariah Mega Card
Mega Syariah Card merupakan fasilitas kartu ATM serbaguna bagi
nasabah rekening tabungan Bank Mega Syariah yang dapat digunakan
2) Syariah Mega Safe Deposit Box
Mega Syariah Safe Deposit Box adalah fasilitas penyimpanan
barang berharga (safe deposit box) dengan berbagai ukuran dan harga
hemat14.
H.Sistematika Penulisan
Dalam skiripsi ini penulis menyusun lima bab uraian, di mana dalam
tiap-tiap bab dilengkapi dengan sub-sub bab masing-masing yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, kajian
pustaka, hipotesis, kerangka pemikiran, gambaran umum perusahaan
dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Dalam bab ini penulis menjelaskan teori yang digunakan yaitu
pengertian rasio rentabilitas, aktiva produktif, komponen aktiva
produktif, penilaian kualitas aktiva produktif, penyisihan penghapusan
aktiva produktif, tujuan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif, tata cara pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif.
14
BAB III Metode Penelitian
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang metode yang digunakan
dalam melakukan penelitian, yang terdiri dari ruang lingkup penelitian,
metode pengumpulan data, operasional variabel dan metode analisa
data.
BAB IV Hasil Dan Pembahasan
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang hasil perkembangan rasio
NCOM, ROA, BOPO dan jualitas aktiva produktif pada PT. BSMI,
hasil uji asumsi klasik, hasil uji hipotesis, hasil uji koefisien
determinasi, hasil uji koefisien regresi dan interpretasi data.
BAB V Penutup
Dalam bab ini penulis menyimpulkan kesimpulan dari semua
pembahasan yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, serta
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Rasio Rentabilitas
Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam
menghasilkan laba. Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dilakukan dengan melakukan
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut15:
1. Net operating margin (NOM), merupakan rasio utama,
2. Return on assets (ROA), merupakan rasio penunjang,
3. Rasio efisiensi kegiatan operasional (REO)/(BOPO), merupakan rasio penunjang,
4. Rasio aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan, merupakan rasio penunjang,
5. Diversifikasi pendapatan, merupakan rasio penunjang,
6. Proyeksi pendapatan bersih operasional utama (PPBO), merupakan rasio penunjang,
7. Net structural operating margin, merupakan rasio penunjang,
8. Return on equity (ROE), merupakan rasio pengamatan,
9. Komposisi penempatan dana pada surat berharga/pasar keuangan, merupakan rasio
pengamatan,
15
10. Disparitas imbal jasa tertinggi dengan terendah, merupakan rasio pengamatan,
11.Pelaksanakan fungsi edukasi, merupakan rasio pengamatan,
12.Pelaksanaan fungsi sosial, merupakan rasio pengamatan,
13. Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/bagi hasil yang diberikan oleh
bank syariah, merupakan rasio pengamatan,
14.Rasio bagi hasil dana investasi, merupakan rasio pengamatan,
15. Penyaluran dana yang diwrite-off dibandingkan dengan biaya operasional,
merupakan, rasio pengamatan.
Menurut Juminang, rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan profit melalui operasi bank16. Rasio yang digunakan adalah:
1. NCOM (Net Core Operational Margin), rasio ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba17. Formulanya adalah:
Rumus 2.1 100% x f a Produkti rata Aktiv -Rata Utama l Operasiona Biaya Utama l Operasiona Pendapatan M O C
N =
Peringkat 1 : NCOM > 3%
Peringkat 2 : 2% < NCOM < 3%
Peringkat 3 : 1,5% < NCOM < 2%
Peringkat 4 : 1% < NCOM < 1,5%
16
Juminang, Analisa Laporan Keuangan,(Jakarta: PT. Bumi Akasara, 2006) h.243 17
Peringkat 5 : NCOM < 1%
2. ROA (Return On Assets), rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan
manajemen bank dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ini
mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal
mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan atau menekan biaya18.
Formulanya adalah:
Rumus 2.2
100% x Pajak Sebelum Laba
A O R
sset rataTotalA Rata−
=
Peringkat 1 : ROA > 1,5%
Peringkat 2 : 1,25% < ROA <1,5%
Peringkat 3 : 0,5% < ROA < 1,25%
Peringkat 4 : 0% < ROA < 0,5%
Peringkat 5 : ROA < 0%
3. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio
efisiensi biaya yang sering dipakai oleh bank dalam penilaian kesehatan bank.
Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) adalah rasio yang
mengukur seberapa besar suatu perusahaan/suatu bank mampu mngendalikan
biaya-biaya yang terdapat dalam bank tersebut untuk menghasilkan
pendapatan. Dengan kata lain, rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur
efisiensi kegiatan operasional bank syariah19. Formulanya adalah:
Rumus 2.3
x 100%
l Operasiona Pendapatan
l Operasiona Biaya
BOPO =
Peringkat 1 : BOPO > 83%
Peringkat 2 : 83% < BOPO <85%
Peringkat 3 : 85% < BOPO < 87%
Peringkat 4 : 87% < BOPO < 89%
Peringkat 5 : BOPO < 89%
B.Aktiva Produktif
Aktiva produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta
asing untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk pembiayaan, surat berharga syariah,
penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi
pada transaksi rekening administratif, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia serta bentuk
penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu20.
Menurut Muhammad dalam bukunya Manajemen Dana Bank Syariah, aktiva
produktif adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing
19Ibid., h.23 20
dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada transaksi
rekening administratif serta sertifikat wadiah Bank Indonesia21.
C.Komponen Aktiva Produktif
1. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan/piutang yang dapat dipersamakan
dengan itu berupa:
a. Transaksi investasi dalam akad Mudharabah dan/atau Musyarakah;
b. Transaksi sewa dalam akad Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik
dalam akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik;
c. Transaksi jual beli dalam akad Murabahah, Salam dan Istishna’:
d. Transaksi pinjam meminjam dalam akad Qardh; dan
e.Transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang
mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang/kewajibannya dan/atau
menyelesaikan investasi Mudharabah dan/atau Musyarakah dan hasil
pengelolaannya sesuai dengan akad22.
2. Mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada
pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
menggunakan metode bagi untung (profit sharing) atau metode bagi pendapatan (net
21
Muhammad, Manajemen Dana Bank Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005) ed.1 cet.2 h.118 22
revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya23.
Landasan Syariah24:
Al-Qur’an
!
"# $%&
'(
Artinya: “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah” . (QS. Al-Muzammil/73 : 20)
Hadits
!"
#$
%&'($
) ( $ * + ( $ ' ,-$ .'($ / 0 %1 23$
!456 $ ) ($
7
5 ﻡ 9
:
Artinya: “Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah).
3. Musyarakah adalah penanaman dana dari para pemilk dana/modal untuk
mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian
ditanggung semua pemilik dana/modal berdasarkan bagian dana/modal
masing-masing25.
Landasan Syariah26:
Al-Qur’an
)
*
+
,-.
/!
(
%0123 45
6
7%8
23Ibid., h.4 24
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani dan Tazkia Cendikia, 2004) h.95-96
25
Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 26
9:;<=3
? 1
AB3
CD *
E FG(
H
+ !
H
32 I
JK
% 2KLM8
Artinya: “Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini” (QS. Shaad/38: 24)
Hadits
;
,
<'ی'> ?
(@
3> A@ Bی $ ﻡ
Cی'-$ D$ E
2ی
7
F F 9
:
Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati yang lainnya “. (HR Abu Dawud no.2936, dalam kitab al-Buyu dan Hakim)
4. Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan
margin keuntungan yang disepakati27.
Landasan Syariah28:
Al-Qur’an
)#
N O
P(
Q47 R48
ST
N
H
?
UV 8
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah/2: 275)
Hadits
%&'($
!"
#$
1 23$
!456 $ ) ($
) ( $ * + ( $ ' ,-$ '($ / 0 %
7
5 ﻡ 9
:
Artinya: Dari Shalih bin Suaib ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
27
Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 28
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual ” (HR. Ibnu Majah)
5. Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu
dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh29.
Landasan Syariah30:
Al-Qur’an
WX
YZK
[\E FG(
H
]
+ !
%^ *
_ `+
a%
b 4E
a
1c *
8#
d O
DefgX!
1
R
hi
%&
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (QS. Al-Baqarah/2: 282)
Hadits
,ﻡ !45 $ !G ,ﻡ !;H
!G ,ﻡ !4 & ?I !Jﺵ
L
ﻡ
!G
Artinya: “Barang siapa yang melakukan salam, hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula untuk jangka waktu yang diketahui.”
6. Istishna’ adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan31.
Landasan Syariah32:
Al-Qur’an
WX
YZK
[\E FG(
H
]
+ !
%^ *
_ `+
a%
29
Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 30
Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, h.108 31
Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 32
b 4E
a
1c *
8#
d O
DefgX!
1
R
hi
%&
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (QS. Al-Baqarah/2: 282)
Hadits
C@
MG N@
+ O
+ 2
Pی
?Q O
45'$
?Q$PRی
ﻡ
) ($
ﻡ
$
S
TAQ
U V
$
ﻡ
W XR$
,
*
)(O
S $ ﻡ
YAQ
9
V$
TZ ﻡ'
Artinya: Dari Hakim bin Hizam r.a. berkata: “Saya telah berkata kepada Rasulullah SAW: Seorang laki-laki datang kepada ku dan dia meminta kepada ku untuk menjual suatu barang yang belum saya miliki, apakah saya boleh membeli di pasar kemudian saya menjual kepadanya, Rasulullah SAW bersabda: Janganlah engkau menjual sesuatu yang belum kamu miliki. (HR. Tirmidzi).
7. Ijarah adalah sewa menyewa atas suatu barang dan/atau jasa antara pemilik objek sewa
termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan
imbalan atas objek sewa yang disewakan33.
Landasan Syariah34:
Al-Qur’an
*
9jk
O
O
H
]
3lm
ng1#
.
aK%8
O
o-%&
+ d
p4712 q
%^ *
9
IZ2
r
(
)!
_ `47%
l
st3uv&w
p
H
x*)
G(
H
] I12
)
O
G(
z{ p
32 e3%
lM
Artinya: “Dan jika kamu hendak menyusukan anak kamu (kepada orang lain) tidak berdosa apabila kamu memberikan pembayaran secara pantas. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah/2: 233)
33
Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 34
Hadits
?(Q$ ; '3
[
' L\ی ;6 4( 9'5 ' 5*
]
Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda
“Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda, ‘ Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”.(HR. Bukhari dan Muslim)
8. Ijarah Muntahiyah bit Tamlik adalah sewa penyewa antara pemilik objek sewa dan
penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi
perpindahan hak milik objek sewa baik dengan jual beli atau pemberian (hibah) pada
saat tertentu sesuai akad sewa35.
9. Qardh adalah pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak
peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka
waktu tertentu36.
Landasan Syariah37:
Al-Qur’an
})!
%^
~ FG(
• U 4*
G(
m
%F
•+fg
N
‚
N-{ 3Ko$ 7%&
‚
N%8
{‚ O%(
ƒ
d O
$„ U -.
Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.(QS. Al-Hadid/57: 11)
Hadits
!F ,Rﻡ
;
?(Q$
ﻡ
ﻡ
! Rﻡ
2ی
^'
M3 Rﻡ
M1'
O'ﻡ
*
; &
V A_&
'ﻡ
M<
35Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 36Ibid.,
h.4 37
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata: “Bukan seorang Muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah. (HR. Ibnu Majah no.2421, kitab al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi).
10. Surat Berharga Syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah
yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan/atau pasar modal antara lain
obligsasi syariah, sertifikat reksadana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan
prinsip syariah38.
11. Penempatan adalah penanaman dana bank pada bank lainnya dan/atau Bank
Perkreditan Rakyat Syariah antara lain dalam bentuk giro dan/atau tabungan
Mudharabah dan/atau Wadiah, deposito berjangka dan/atau tabungan Mudharabah,
pembiayaan yang diberikan, dan/atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan
prinsip syariah39.
12. Penyertaan Modal adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan
prinsip syariah yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah40.
13. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal bank dalam perusahaan
nasabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (debt to equity swap)
sebagai mana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, atau jenis
38
Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.5 39Ibid.,
h.5 40Ibid.,
transaksi tertentu yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada
perusahaan nasabah41.
14. Transaksi Rekening Administratif adalah komitmen dan kontinjensi (off balance sheet)
berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi/endosemen,
Irrevocable Letter of Credit (L/C) yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas dasr
L/C berjangka, stanby L/C dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah42.
15. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai bukti penitipan dan berjangka pendek dengan akad Wadiah43.
Berdasarkan uraian diatas, maka Bank Indonesia menetapkan dalam Peraturan Bank
Indonesia: PBI No.9/9/PBI/2007 bahwa aktiva produktif yang dimiliki oleh setiap bank
syariah ada 14 komponen yang terdiri dari Mudharabah, Musyarakah, Murabahah,
Salam, Istishna, Ijarah, Ijarah Muntahiyah bit Tamlik, Qard, Surat Berharga Syariah,
Penempatan, Penyertaan Modal, Penyertaan Modal Semantara, Transaksi Rekening
Administratif (komitmen dan kontinjensi) serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
D.Penilain Kualitas Aktiva Produktif
Kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah tergantung pada kinerja, yang salah indikator utamanya adalah kualitas dari
penanaman dana bank. Kualitas penanaman dana yang baik akan menghasilkan
keuntungan, sehingga kinerja bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
41Ibid., h.5 42Ibid.,
h.5 43Ibid.,
syariah akan baik. Sebaliknya kualitas penanaman dana yang buruk akan membawa
pengaruh menurunnya kinerja bank yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan
usaha bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Dengan menyadari pentingnya kualitas penanaman dana, maka pengurus bank yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagai penerima amanat dari
pemilik dana (investor) memiliki tanggung jawab atas pengelolaan dana tersebut, mulai
dari persetujuan sampai dengan monitoring atas kualitas penanaman dana. Monitoring atas
penanaman dana ini dilakukan dengan cara selalu menilai kualitas penanaman dana
tersebut berdasarkan pada prospek usaha, kondisi keuangan, dan atau kemampuan
membayar nasabah44.
Untuk memelihara kondisi kualitas aktiva produktif dari bank-bank umum terhadap
berbagai risiko yang mungkin saja terjadi, Bank Indonesia selaku otoritas moneter
melakukan fungsi pengamanan dan pengaturan dengan menerbitkan regulasi melalui surat
edaran Bank Indonesia yang telah disempurnakan sesuai dengan kondisi ekonomi dan
moneter yang memang membutuhkan fleksibilitas akan ketentuan tersebut45. Regulasi
mengenai kolektibilitas ini diatur melalui Surat Keputusan Diresi Bank Indonesia
No.9/9/PBI/2007 tentang ”Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah”.
Tata Cara Penilaian Kualitas Aktiva Produktif
1. Kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dinilai berdasarkan:
a. Prospek usaha;
b. Kinerja (performance) nasabah; dan
44
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, h.117 45
c. Kemampuan membayar
2. Kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 5 (lima) golongan yaitu lancar, dalam
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.
a. Penilaian terhadap kualitas pembiayaan yang dilakukan berdasarkan
kemampuan membayar mengacu kepada ketepatan pembayaran angsuran pokok
dan atau pencapaian rasio antara realisasi pendapatan (RP) dengan proyeksi
pendapatan (PP).
b. Proyeksi pendapatan dihitung berdasarkan pada analisa kelayakan usaha dan
arus kas masuk nasabah selama jangka waktu pembiayaan.
c. Bank syariah dapat mengubah proyeksi pendapatan berdasarkan kesepakatan
dengan nasabah sepanjang terdapat perubahan atas kondisi ekonomi makro,
pasar dan politik yang mempengaruhi usaha nasabah.
d. Bank syariah wajib mencantumkan proyeksi pendapatan dan perubahan proyeksi
pendapatan dalam perjanjian pembiayaan antara bank syariah dengan nasabah
dan harus terdokumentasi secara lengkap.
e. Perhitungan pencapaian rasio antara realisasi pembiayaan dengan proyeksi
pembiayaan adalah sebagai berikut:46
Rumus 2.4
K = RP x 100% PP
Di mana:
K= Kualitas pembiayaan.
46
RP= Realisasi pendapatan yang diterima bank syariah dari nasabah.
PP= Proyeksi pendapatan yang akan diterima oleh bank syariah dari nasabah.
3. Penggolongan kualitas surat berharga syariah ditetapkan sebagai berikut:
a. Lancar, apabila:
1) Memiliki peringkat investasi (investment grade) atau lebih tinggi yang
diterbitkan oleh lembaga pemeringkat (ratingagency) yang diakui oleh Bank
Indonesia dan diterbitkan dalam waktu satu tahun terakhir;
2) Telah diterima imbalan dalam jumlah dan waktu yang tepat, sesuai
perjanjian; dan
3) Belum jatuh tempo.
b. Kurang lancar, apabila:
1) Memiliki peringkat investasi (investment grade) atau lebih tinggi yang
diterbitkan oleh lembaga pemeringkat (rating agency) yang diakui oleh Bank
Indonesia dan diterbitkan dalam waktu satu tahun terakhir;
2) Terdapat penundaan pembayaran bagi hasil/marjin/fee berkala atau
kewajiban lain sejenis; dan
3) Belum jatuh tempo
Atau
1) Memiliki peringkat paling kurang 1 (satu) tingkat dibawah peringkat
investasi (investment grade) yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat
(rating agency) yang diakui oleh Bank Indonesia dan diterbitkan dalam
2) Tidak terdapat penundaan pembayaran bagi hasil/marjin/fee berkala atau
kewajiban lain sejenis; dan
3) Belum jatuh tempo.
c. Macet, apabila tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b.
4. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan surat berharga dan/atau tagihan yang
diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang dimiliki oleh bank
digolongkan lancar.
5. Penyertaan modal, penggolongan kualitasnya ditetapkan sebagai berikut:
a. Lancar, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang telah
diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan memperoleh laba dan
tidak mengalami kerugian kumulatif;
b. Kurang lancar, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang
telah diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan mengalami
kerugian sampai dengan 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal perusahaan;
c. Diragukan, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang
telah diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan mengalami
kerugian lebih dari 25% (dua puluh lima perseratus) sampai dengan 50% (lima
puluh perseratus) dari modal perusahaan;
d. Macet, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang telah
diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan mengalami kerugian
6. Kualitas penyertaan modal sementara dinilai berdasarkan jangka waktu dan
ditetapkan sebagai berikut:
a. Lancar, apabila belum melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun;
b. Kurang lancar, apabila telah melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun namun belum
melebihi jangka waktu 4 (empat) tahun;
c. Diragukan, apabila telah melebihi jangka waktu 4 (empat) tahun dan belum
melebihi 5 (lima) tahun;
d. Macet, apabila telah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun atau belum ditarik
kembali meskipun perusahaan debitur telah memiliki laba kumulatif.
7. Kualitas penempatan, ditetapkan sebagai berikut:
a. Lancar, apabila:
1) Bank yang menerima penempatan memiliki rasio KPMM paling kurang
sama dengan ketentuan yang berlaku; dan
2) Memenuhi persyaratan:
i. Tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk akad Qardh, atau
dapat ditarik setiap saat untuk giro dan tabungan berdasarkan akad
Wadiah, atau
ii. Tidak terdapat tunggakan pembayaran nominal investasi dan/atau bagi
hasil untuk tabungan atau deposito berdasarkan akad Mudharabah, atau
iii. Tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok investasi dan/atau rasio
realisasi pendapatan terhadap proyeksi pendapatan sama atau lebih
besar dari 80% (delapan puluh perseratus) untuk pembiayaan
iv. Tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau marjin untuk
pembiayaan berdasarkan akad Murabahah.
b. Kurang lancar, apabila:
1) Bank yang menerima penempatan memiliki rasio KPMM paling kurang
sama dengan ketentuan yang berlaku; dan
2) Memenuhi persyaratan:
i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok sampai dengan 5 (lima) hari kerja
untuk akad Qardh, atau
ii. Tidak dapat ditarik sampai dengan 5 (lima) hari kerja untuk
giro dan tabungan berdasarkan akad Wadiah, atau
iii. Terdapat tunggakan pembayaran nominal investasi dan/atau
bagi hasil sampai dengan 5 (lima) hari kerja untuk tabungan atau
deposito yang berprinsip Mudharabah, atau
iv. Terdapat tunggakan pembayaran pokok investasi sampai dengan 5 (lima)
hari kerja dan/atau rasio realisasi pendapatan terhadap proyeksi
pendapatan lebih besar dari 30% (tiga puluh perseratus) sampai dengan
80% (delapan puluh perseratus), atau rasio realisasi pendapatan terhadap
proyeksi pendapatan sama atau lebih kecil dari 30% (tiga puluh
perseratus sampai dengan 3 (tiga) periode pembayaran, untuk
v. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau marjin sampai dengan 5
(lima) hari kerja untuk pembiayaan berdasarkan akad Murabahah.
c. Macet, apabila:
1) Bank yang menerima penempatan memiliki rasio KPMM kurang dari
ketentuan yang berlaku;
2) Bank yang menerima penempatan telah ditetapkan dan diumumkan sebagai
bank dengan status dalam pengawasan khusus (special surveillance) atau
bank telah dikenakan sanksi pembekuan keseluruhan kegiatan usaha;
3) Bank yang menerima penempatan ditetapkan sebagai bank dalam likuidasi;
dan/atau
4) Memenuhi persyaratan:
i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk akad Qardh lebih dari 5
(lima) hari kerja, atau
ii. Tidak dapat ditarik saat jangka waktu lebih dari 5 (lima) hari kerja untuk
giro dan tabungan berdasarkan akad Wadiah,atau
iii. Tidak dapat ditarik saat jangka waktu lebih dari 5 (lima) hari kerja untuk
tabungan atau deposito berdasarkan akad Mudharabah, atau
iv. Terdapat tunggakan pembayaran pokok investasi sampai dengan 5
(lima) hari kerja dan/atau rasio realisasi pendapatan terhadap proyeksi
pendapatan sama atau lebih kecil dari 30% (tiga puluh perseratus) lebih
dari 3 (tiga) periode pembayaran untuk pembiayaan berdasarkan akad
v. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau marjin lebih dari 5
(lima) hari kerja untuk pembiayaan berdasarkan akad Murabahah.
8. Transaksi Rekening Administratif, ditetapkan sebagi berikut:
a. Mengikuti kualitas penempatan, apabila pihak lawan transaksi (counterparty)
dari transaksi rekening administratif tersebut adalah bank lain yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; atau
b. Mengikuti kualitas pembiayaan, apabila pihak lawan transaksi (counterparty)
dari transaksi rekening administratif tersebut adalah nasabah47.
Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk
antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul.
Penilaian kuantitatif faktor kualitas aset dilakukan dengan melakukan penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut48:
1. Kualitas aktiva produktif bank, merupakan rasio utama,
2. Risiko konsentrasi penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio penunjang,
3. Kualitas penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio penunjang,
4. Kemampuan bank dalam menanganai/mengembalikan aset yang telah
dihapuskanbukukan, merupakan rasio penunjang,
5. Besarnya pembiayaan non performing, merupakan rasio penunjang,
6. Tingkat kecukupan agunan, merupakan rasio pengamatan,
7. Proyeksi/perkembangan kualitas aset produktif, merupakan rasio pengamatan,
47
Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007
8. Perkembangan/tren aktiva produktif bermasalah yang direstrukturisasi, merupakan
rasio pengamatan.
Penilaian rasio kualitas aktiva produktif (KAP), yaitu sebagai berikut :
Rumus 2.5
Rasio ini digunakan untuk mengukur kualitas aktiva produktif bank syariah.
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baik kualitas aktiva produktif bank
syariah49.
Aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) adalah aktiva produktif yang sudah
maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan
kerugian yang besarnya ditetapkan sebagai berikut:
• 25% dari aktiva produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus (DPK)
• 50% dari aktiva produktif yang digolongkan Kurang Lancar (KL)
• 75% dari aktiva produktif yang digolongkan Diragukan (D)
• 100% dari aktiva produktif yang dogolongkan Macet (M)
Peringkat 1 : KAP > 0,99%
Peringkat 2 : 0,96% < KAP < 0,99%
Peringkat 3 : 0,93% < KAP < 0,96%
Peringkat 4 : 0,90% < KAP < 0,93%
Peringkat 5 : KAP < 0,90%
49
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, h.13
E. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Dalam melakukan kegiatan penanaman dana, bank yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah mempunyai risiko kerugian atas kegagalan penanaman
dananya. Untuk menjaga agar bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah mampu dan siap menanggung risiko kerugian penanaman dana tersebut dan untuk
menjaga kelangsungan usahanya maka bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif.
Penyisihan penghapusan aktiva yang selanjutnya disebut PPA adalah cadangan
yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kualitas aktiva. Cadangan
umum pada Bank Umum Syariah minimal sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif yang
digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Surat
Utang Pemerintah (SUP). Besarnya cadangan khusus yang dibentuk ditetapkan sama
dengan sebagaimana yang dipersyaratkan bagi bank umum. Sementar itu untuk cadangan
khusus piutang Ijarah yang digolongkan dalam perhatian khusus, kurang lancar dan macet
ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 50% dari masing-masing kewajiban pembentukan
PPAP50.
Dalam pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif, agunan memegang
paranan yang penting sebagai unsur pengurang dari risiko kegagalan pengembalian
penanaman dana (credit risk exposure). Untuk memperoleh nilai wajar, agunan harus
dinilai secara periodik oleh penilai independen. Dengan mempertimbangkan keunikan dan
50
keanekaragaman dari produk bank yang melakukan kegiatan usaha berdasrkan prinsip
syariah dan dalam rangka mewujudkan tatacara penyisihan penghapusan aktiva produktif
yang berdasarkan kepada prinsip kehati-hatian, maka perlu diterbitkan Peraturan Bank
Indonesia tentang penyisihan penghapusan aktiva produktif bagi bank syariah, yaitu PBI
No.9/9/PBI/200751.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia bahwa betiap bulannya wajib melaporkan
kualitas aktiva produktifnya, dan harus membentuk cadangan dana pada penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP). PPAP adalah cadangan dana yang harus dibentuk
sebesar persentase tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan aktiva produktif
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia yang berlaku52. Penentuan PPAP
yang diklasifikasikan terdiri dari 5 (lima) kategori, yaitu; lancar (pass), dalam perhatian
khusus (DPK) (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful) dan
macet (loss).
Cadangan dana pada PPAP terdiri dari cadangan umum dan cadangan khusus yang
telah ditentukan sebesar persentase tertentu oleh Bank Indonesia, dan PPAP ini wajib
dilaporkan kepada Bank Indonesia setiap bulannya.
F. Tujuan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Aktiva produktif memang berfungsi untuk memperoleh pendapatan utama bank.
Sebagai sumber utama, pada aset ini juga terdapat risiko terbesar. Potensi kerugian yang
diakibatkan oleh memburuknya tingkat kolektibilitas aset ini dapat membawa
51
Penjelasan Atas PBI No. 9/9/PBI/2007 52
kebangkrutan bank oleh karena itu bank wajib membentuk PPAP berupa cadangan umum
dan cadangan khusus guna menutupi risiko kemungkinan kerugian53.
PPAP dibentuk dengan tujuan untuk mencegah kerugian akibat aktiva produktif
yang mengalami penurunan tingkat kolektibilitas yang dapat menyebabkan risiko
kebangkrutan bank. Sebagai bank wajib membentuk cadangan umum dan cadangan
khusus guna menutup risiko kemungkinan kerugian tersebut dalam bentuk PPAP.
Semakin turun tingkat kolektibilitas maka semakin buruk pula kondisi aktiva
produktifnya, maka dari itu bank wajib untuk membentuk cadangan dana untuk mencegah
kerugian yaitu berupa PPAP.
G.Tata Cara Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Bank syariah wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif berupa
cadangan umum dan cadangan khusus guna menutupi risiko kerugian. Semakin buruk
tingkat kolektibilitas aktiva prodiktif maka semakin besar cadangan yang harus
dialokasikan oleh bank dan konsekuensinya adalah semakin besar pula biaya yang
dikeluarkan. Apabila total biaya plus biaya cadangan tidak mampu ditutupi oleh
pendapatan bank maka secara perlahan bank tersebut akan mengarah kepada
kehancuran.54
Tata cara pembentukan penyisihan penghapusan aktiva pada bank syariah diatur
dalam PBI No. 9/9/PBI/2007, sebagai berikut:
1. Pembentukan cadangan umum:
53Ibid., h.245 54
a. Ditetapkan sekurang-kurangmya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif
yang digolongkan lancar;
b. Pembentukan cadangan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dikecualikan untuk aktiva produktif dalam bentuk Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia, surat berharga yang diterbitkan pemerintah berdasarkan
prinsip syariah, serta bagian aktiva produktif yang dijamin dengan
jaminan pemerintah dan agunan tunai.
2. Pembentukan cadangan khusus, cadangan dana yang ditetapkan
sekurang-kurangnya sebesar:
a. 5% (lima perseratus) dari aktiva dengan kualitas yang digolongkan dalam
perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan; dan
b. 15% (lima belas perseratus) dari aktiva dengan kualitas yang digolongkan
kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan; dan
c. 50% (lima puluh perseratus) dari aktiva dengan dari kualitas yang
digolongkan diragukan setelah dikurangi nilai agunan; dan
d. 100%(seratus perseratus) dari aktiva dengan dari kualitas yang
digolongkan macet setelah dikurangi nilai agunan.
PPAP akan dilaporkan setiap bulannya dalam bentuk Laporan Kualitas Aktiva
aktiva produktif dibentuk cadangan dana berdasarkan persentase yang telah dibentuk
seperti diatas55.
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisa
kuantitatif, di mana penulis menjelaskan secara sistematik, aktual dan akurat
mengenai fakta dan karakteristik yang terjadi berdasarkan penelitian yang
dilakukan di PT. Bank Syariah Mega Indonesia, khususnya mengenai rasio
rentabilitas dan kualitas aktiva produktif.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai rasio
rentabilitas dan aktiva prodiktif, data akan dikumpulkan, dianalisa dan diterapkan
dengan teori yang ada dengan menggunakan alat analisis regresi berganda dan
kemudian akan diambil suatu kesimpulan.
B.Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan masalah yang akan dibahas, maka sumber data yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer : Wawancara dengan pihak terkait yang mengetahui tentang keadaan
perusahaan untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai permasalahan yang
dibahas.
2. Data Sekunder: Laporan Keuangan Publikasi, adalah laporan yang menggambarkan
kualitas aktiva produktif, laporan perubahan modal, laporan perhitungan rasio
keuangan. Buku-buku, literatur-literatur, artikel-artikel serta data lainnya yang
bersangkutan dengan permasalahan yang dibahas.
C.Operasional Variabel
1. Variabel X (Variabel Independen atau Variabel Bebas)
Merupakan suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab
variabel lainnya. Variabel X dalam penelitian ini adalah Net Core Operational
Margin (NCOM), Return On Assets (ROA) dan Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO).
2. Variabel Y (Variabel Dependen atau Variabel Terikat)
Merupakan suatu variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh
variabel lainnya. Variabel Y dalam penelitian ini adalah rasio kualitas aktiva
produktif (KAP).
Paradigma Penelitian:
NCOM ROA BOPO
D.Metode Analisa Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal.
Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi
dengan melihat normality probability plot. Jika data (titik) menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data (titik) menyebar jauh
dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas56.
b. Uji Heterokesdastisitas
Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamata yang lain tetap, hal tersebut dinamakan homokesdastisitas. Dan
56
jika varians berbeda disebut sebagai heterokesdastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heterokesdastisitas57.
Untuk mengetahui ada tidaknya heterokesdastisitas pada suatu model
regresi, maka dapat dilihat pada pola Scatterplot model tersebut. Dengan
ketentuan sebagai berikut:
• Titik-titik (data) menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.
• Titik-titik (data) tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.
• Penyebaran titik-titik (data) tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
• Penyebaran titik-titik (data) sebaiknya tidak berpola58. c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Dengan ketentuan sebagai berikut:
• Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi.
• Angka D-W dibawah -2, maka terjadi autokorelasi positif.
• Angka D-W diatas +2, maka terjadi autokorelasi negatif59.
Ibid.,