• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi dan karakterisasi struktur sarang lebah Trigona (Hymenoptera: Apidae) di Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi dan karakterisasi struktur sarang lebah Trigona (Hymenoptera: Apidae) di Bogor"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR

SARANG LEBAH

Trigona

(HYMENOPTERA: APIDAE) DI

BOGOR

TITO OCTORIADI

BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi dan Karakterisasi Struktur Sarang Lebah Trigona (Hymenoptera: Apidae) di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

TITO OCTORIADI. Identifikasi dan Karakterisasi Struktur Sarang Lebah Trigona (Hymenoptera: Apidae) di Bogor. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan SIH KAHONO

Trigona dikenal sebagai stingless bee termasuk dalam famili Apidae yang hidup secara sosial dan menempati rongga untuk dijadikan sarang. Trigona membangun sarang dengan struktur yang kompleks dalam rongga yang berbeda-beda bentuknya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi Trigona dan mempelajari struktur sarang, bentuk, warna, ukuran pot, dan penghubung pada pot pakan dan anakan lebah T. laeviceps. Identifikasi spesies lebah Trigona dilakukan berdasarkan karakter pada tungkai belakang dan warna tubuh. Pengamatan sarang dilakukan pada tiap koloni yaitu struktur sarang, ukuran, bentuk, penghubung, susunan, dan warna pot pakan dan anakan. Lebah yang diidentifikasi adalah Trigona laeviceps. Lebah T. laeviceps memiliki ciri panjang tungkai belakang kurang dari 2 mm, warna hitam menutupi hampir seluruh tubuh kecuali clypeus dan mesosomal dorsum, sayap depan transparan, mandibula dengan dengan gigi yang tidak tajam, scutellum besar dengan mesoscutellum melebihi cekungan propodeum. Urutan struktur sarang dari luar ke dalam adalah saluran masuk, batumen, involucrum, pot pakan, pot anakan, dan pot pakan lagi. Struktur dan komponen sarang menyesuaikan bentuk rongga tempatnya. Pot pakan dan anakan dan penghubung memiliki bentuk dan warna yang beraneka ragam. Ukuran pot anakan relatif sama dibanding pot pakan.

Kata kunci: Trigona laeviceps, struktur sarang, bentuk pot pakan, warna pot anakan, serangga sosial

ABSTRACT

TITO OCTORIADI. Identification and Nest Structure Characterization of Trigona (Hymenoptera: Apidae) in Bogor. Supervised by RIKA RAFFIUDIN and SIH KAHONO.

(5)

cavities shape. Storage pots, brood combs, and their connections have diverse shape and colour. Brood combs have relatively the same length compare to the storage pots.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR

SARANG LEBAH

Trigona

(HYMENOPTERA: APIDAE) DI

BOGOR

TITO OCTORIADI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul “Identifikasi dan Karakterisasi Struktur Sarang Lebah Trigona (Hymenoptera: Apidae) di Bogor”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Rika Raffiudin, MSi dan Bapak Dr Sih Kahono selaku pembimbing. Di samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh laboran dan staff departemen Biologi, Rika and Research Student, Ibu Iskandar, Biologi 47 dan dapur zoo yang telah membantu penulis selama pengumpulan data dan atas waktu berharga yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga dan teman-teman, atas segala dukungan, doa, dan kasih sayangnya selama proses penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini berlangsung.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Alat dan Bahan 2

Identifikasi Trigona 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

SIMPULAN 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

(12)

DAFTAR TABEL

1 Data pengambilan sarang serta koloni 4

2 Komponen sarang Trigona dan keberadaannya pada koloni 1, 2, dan 3 9 3 Ukuran pot pakan dan pot anakan T. laeviceps koloni 1 (dalam cm) 9 4 Bentuk pot pakan Trigona dan keberadaannya pada koloni 1, 2, dan 3 11 5 Bentuk pot anakan Trigona dan keberadannya pada koloni 1, 2, dan 3 11

6 Pot pakan T. laeviceps dan warnanya 14

7 Pot anakan T. laeviceps dengan warna dan kondisinya 15

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur morfologi T. laeviceps koloni 1 5

2 Struktur morfologi bagian-bagian tubuh T. laeviceps 5

3 Sarang koloni 1 T. laeviceps 6

4 Sarang koloni 2 T. laeviceps 6

5 Sarang koloni 3 T. laeviceps 7

6 Struktur sarang T. laeviceps koloni 1 7

7 Struktur sarang T. laeviceps koloni 2 8

8 Struktur sarang T. laeviceps koloni 3 8

9 Bentuk pot pakan T. laeviceps 10

10 Bentuk pot anakan T. laeviceps 11

11 Bentuk penghubung pot pakan T. laeviceps 12

12 Bentuk penghubung pot anakan T. laeviceps 12

13 Tipe susunan pot T. laeviceps 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi (o) pengambilan sampel T. laeviceps di kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor 18

2 Peta lokasi (o) pengambilan sampel T. laeviceps di kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor 18

(13)

PENDAHULUAN

Serangga adalah hewan yang memiliki keanekaragaman tinggi, karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada banyak tipe lingkungan dan daya reproduksi yang tinggi. Serangga dapat memiliki sifat soliter yang mana antar individu tidak terikat dalam sistem, contohnya belalang dan lalat; dan bersifat sosial contohnya lebah Trigona dan Apis. Trigona mempunyai sistem kasta eusocial yang sama dengan Apis dan setiap kasta memiliki peranan dan tugas masing-masing dalam koloni (Grimaldi dan Engel 2005). Trigona dan kebanyakan lebah mengalami metamorfosis sempurna yaitu fase telur-larva-pupa-imago (Winston 1991).

Spesies Trigona dibedakan dengan yang lainnya melalui kunci identifikasi misalnya Sakagami et al. (1990). Beberapa jenis Trigona memiliki kemiripan antar satu dengan yang lain yaitu warna, bentuk dan bagian tubuh. Contoh Trigona yang kompleks untuk diidentifikasi ialah Trigona laeviceps. Lebah T. laeviceps mempunyai ciri tubuh berwarna hitam dominan, sayap transparan, mandibuladua gigi besar dan lemah, dan mata tanpa seta (Sakagami et al. 1990).

Trigona mencari pakan pada bermacam tumbuhan berbunga dengan peranan ekologi sebagai polinator (Momose 1998). Contoh tumbuhan berbunga yang menjadi sumber pakan Trigona antara lain kelapa sawit (Elais guineensis), putri malu (Mimosa pudica), pohon pinang (Areca catechu), dan babadotan (Ageratum conyzoides) (Wati 2013). Kehadiran Trigona pada suatu daerah dapat menandakan daerah tersebut masih asri, tersedia pakan (nektar & polen), dan ada rongga untuk dijadikan sarang (Michener 1974).

Trigona membangun dan menempati sarang dalam rongga yang telah ada, dengan bentuk rongga yang berbeda-beda. Bentuk rongga akan mempengaruhi susunan sarang didalamnya seperti distribusi pot tempat penyimpanan polen, nektar, dan larva (Vit 2013). Selain itu spesies Trigona yang berbeda akan mempengaruhi karakter saluran masuk seperti diameter, bentuk, panjang, variasi, dan karakter sarang (Sakagami dan Yamane 1984). Pot dalam sarang dibagi menjadi dua jenis yaitu pot anakan dan pakan. Pot-pot anakan berfungsi sebagai tempat perkembangan stadia muda (telur-larva-pupa). Pot pakan berfungsi sebagai tempat untuk menampung dan menyimpan makanan (polen dan nektar) bagi anakan lebah dan lebah dewasa (Michener 2007).

(14)

2

METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013-April 2014. Sarang dan koloni Trigona pertama berasal dari Kecamatan Dramaga, Bogor (Lampiran 1), dua sarang dan koloni lainnya berasal dari Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor (Lampiran 2). Trigona diidentifikasi di Bagian Biosistematika Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB dan di Laboratorium Entomologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah jaring serangga (insect net), tabung 50 ml, mikroskop stereo, kotak pemeliharaan, GPS, jangka sorong, dan kamera digital. Bahan yang digunakan adalah spesimen Trigona yang diawetkan dalam larutan etanol 70%.

Pemindahan Sarang Trigona

Pemindahan sarang dan koloni Trigona dilakukan pada tiga buah sarang yang ditemukan pada pintu dan bambu. Sarang dipindah dengan memotong batas pinggir pintu dan bambu dengan gergaji, sarang pada pintu dipotong menjadi tiga bagian dan sarang pada bambu dipotong membujur menjadi dua bagian ke dalam kotak pemeliharaan. Sampel Trigona dikoleksi untuk diidentifikasi berasal dari koloni satu yang berada di Dramaga. Sarang serta koloni satu diambil dari pintu dengan ukuran 51x35x2 cm3, sarang serta koloni dua dan tiga diambil dari bambu dengan ukuran 44x4,5x4,5 cm3 dan 33,5x5,6x5,6 cm3. Sarang yang telah ditentukan diamati bagian terluarnya yaitu saluran masuk dan tempat ditemukan sarang (pintu atau bambu). Sarang serta koloni dipindahkan saat malam hari dan cuaca cerah, karena pada pagi hingga sore Trigona melakukan perilaku mencari makan. Sarang serta koloni dipindahkan untuk mempermudah pengamatan. Data yang diambil ialah pencatatan (1) sarang: lokasi, posisi persarangan, ukuran sarang, (2) saluran masuk sarang: bentuk, posisi saluran, diameter, dan panjang.

Sarang dan koloni dipindahkan ke dalam kotak berukuran 40,2x20,5x19,7 cm3. Kotak yang digunakan memiliki dua penutup berupa triplek dan kaca. Penutup kaca berguna untuk pengamatan pada bagian dalam sarang.

Identifikasi Trigona

(15)

3 propodeum, mesoscutellum, sayap, mesoscutal, dan warna (kepala, toraks, dan abdomen).

Pengamatan Sarang Trigona

a. Pengamatan struktur sarang. Pengamatan struktur sarang dilakukan pada tiap koloni dengan melihat sarang secara horizontal. Pengamatan secara horizontal dilakukan dari saluran masuk sampai bagian paling dalam sarang. Pengamatan struktur sarang, dilakukan dengan membuat sketsa keseluruhan sarang.

b. Pengamatan ukuran pot pakan dan anakan. Pengamatan pot pakan dan anakan dilakukan pada 20 pot dari koloni satu yang dipilih secara acak. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi dan diameter pot pakan dan pot anakan. Pengukuran pot pada koloni satu menggunakan jangka sorong.

c. Pengamatan bentuk pot pakan dan anakan. Pengamatan bentuk pot pakan dan anakan dilakukan pada tiap koloni. Pengamatan bentuk pot dilakukan berdasarkan bentuk dalam Ohgushi et al. (1990) dengan modifikasi.

d. Pengamatan bentuk penghubung pot pakan dan anakan.

Pengamatan bentuk penghubung pot dilakukan pada tiap koloni. Pengamatan bentuk penghubung dilakukan berdasarkan bentuk selubung pada pot. Karakter penghubung pot yang diamati adalah bentuk, ketebalan, dan panjang penghubung.

e. Pengamatan tipe susunan pot pakan dan anakan. Pengamatan tipe susunan pot dilakukan pada tiap koloni. Pengamatan tipe susunan pot dilakukan secara vertikal yaitu dengan diamati dari dasar sarang hingga pot teratas.

f. Pengamatan warna pot pakan dan anakan. Pengamatan warna pot pakan dan anakan dilakukan pada pot yang telah ditentukan bentuknya pada tiap koloni. Warna pada pot pakan ditentukan berdasarkan warna yang ada pada gambar. Warna pada pot anakan ditentukan berdasarkan warna yang tampak dari dasar hingga bagian atas pot.

Analisis Data

(16)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemindahan Sarang Trigona

Pemindahan sarang serta koloni dilakukan setelah dilakukan pencatatan data (Tabel 1). Sarang serta koloni satu diambil dari pintu yang terletak secara vertikal. Sarang serta koloni dua dan tiga diambil dari bambu yang terletak secara horizontal. Sarang koloni satu memiliki saluran masuk dengan bentuk yang melebar, posisi menempel dengan pintu, diameter berukuran 1 cm, dan panjang saluran 4 cm. Sarang koloni dua dan tiga tidak memiliki saluran masuk atau saluran masuk pendek.

Tabel 1 Data pengambilan sarang serta koloni

No Karakter Tempat ditemukan sarang

Pintu Bambu Bambu

1 Lokasi Dramaga Ciampea Ciampea

2 Posisi persarangan Vertikal Horizontal Horizontal

3 Ukuran sarang 51x35x2 cm3 44x4,5x4,5 cm3 33,5x5,6x5,6 cm3

4 Saluran masuk

(17)

5

Struktur Sarang T. laeviceps

Sarang T. laeviceps terdiri dari saluran masuk, pot pakan, pot anakan, batumen, dan involucrum. Koloni satu memiliki komponen lebih banyak dengan adanya saluran masuk dan pot pakan yang bercampur batumen (Tabel 2). Saluran masuk tampak jelas teramati pada koloni satu (Gambar 3), namun pada koloni dua (Gambar 4) dan tiga (Gambar 5) saluran masuknya pendek dan berada didalam substrat sehingga tidak tampak. Struktur sarang T. laeviceps koloni satu dari luar ke dalam yaitu saluran masuk, batumen, involucrum, pot pakan, pot anakan, dan pot pakan (Gambar 6). Struktur sarang T. laeviceps koloni dua dari luar ke dalam yaitu batumen, involucrum, pot pakan, dan pot anakan (Gambar 7). Struktur sarang T. laeviceps koloni tiga dari luar ke dalam yaitu involucrum, batumen, pot pakan, dan pot anakan (Gambar 8). Koloni tiga memiliki batumen sebelum involucrum, namun jumlahnya sedikit dan tampak involucrum dibangun setelah Gambar 1 Struktur morfologi T. laeviceps koloni 1 a. antena, b. mata, c. tegula, d. mesoscutum, e. propodeum, f. sayap depan, g. metasoma, h. basitarsus belakang, i. tibia belakang, j. tungkai tengah, k. tungkai depan, l. gena, m. mandibular, n. clypeus, o. scape, p. pedicel, q. flagella

(18)

6

sarang dimasukkan ke dalam kotak. Koloni tiga merupakan koloni baru, hal ini bisa dilihat dari jumlah Trigona dan komponen sarang yang masih sedikit.

Struktur sarang T. laeviceps berbeda dengan struktur yang terdapat pada Trigona ventralis; struktur sarang T. ventralis dari luar ke dalam yaitu saluran masuk, batumen, involucrum, pot anakan dan pot pakan (Sakagami 1984). Saluran masuk berfungsi sebagai jalur keluar masuk sarang T. laeviceps. Batumen adalah lapisan yang terbuat dari lilin bercampur lumpur atau resin yang menutupi keseluruhan sarang. Campuran dari lilin dan resin disebut cerumen. Lapisan cerumen di sekitar pot anakan disebut involucrum (Michener 2007). Involucrum berfungsi untuk mencegah serangan serangga parasit pada pot anakan (Sakagami 1982). Pot pakan yang bercampur batumen merupakan pot pakan dengan batumen yang melekat.

Gambar 3 Sarang koloni 1 T. laeviceps

(19)

7

Gambar 5 Sarang koloni 3 T. laeviceps

(20)

8

Gambar 7 Struktur sarang T. laeviceps koloni 2 (i) Foto sarang (ii) Sketsa sarang koloni 2. Keterangan: Karakter B-E mengikuti Gambar 6

(21)

9

Ukuran Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps

Kisaran ukuran diameter pot pakan adalah 0,3-2,0 cm, dan pot anakan 0,6-1,1 cm. Rata-rata ukuran tinggi pot pakan 1,3+0,6 cm dan tinggi pot anakan 0,6+0,2 cm. Ukuran pot anakan tertinggi dicapai pada tinggi pot 1,1 cm dan diameter 0,4 cm, sedangkan ukuran pot anakan terendah dicapai pada 0,4 dan diameter terendah 0,2 cm. Pot pakan mempunyai rasio 0,4-3,3 dan pot anakan 1,7-3,7. Posisi antar pot mempengaruhi ukuran diameter dan tinggi pot. Semakin ke atas kumpulan pot, maka ukuran pot cenderung lebih kecil (Gambar 9a) . Tabel 3 Ukuran pot pakan dan pot anakan T. laeviceps koloni 1 (dalam cm)

Pot pakan Pot anakan

Tabel 2 Komponen sarang Trigona dan keberadaannya pada koloni 1, 2, dan 3

(22)

10

Bentuk Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps

Pengamatan perbedaan bentuk pot dibagi menjadi (1) pot pakan: terbuka sebagian, dengan cekung, oval, membulat, dengan tiang penyangga (Gambar 9) dan (2) pot anakan: terbuka sebagian, oval, membulat, tak beraturan, dengan tiang penyangga (Gambar 10). Bentuk oval pada pot pakan juga ditemukan pada famili Halictidae (Wcislo dan Engel 1996).

Bentuk pot pakan membulat dan dengan tiang penyangga tidak dijumpai pada tiap koloni dan kondisinya tidak selalu sama (Tabel 4). Hal ini dikarenakan posisi pot pada sarang memungkinkan adanya penambahan struktur (penyangga) atau kondisi pot itu sendiri (terbuka sebagian dan tak beraturan). Bentuk pot pakan terbuka sebagian terjadi karena pot belum terisi penuh dengan makanan. Bentuk pot pakan dengan cekung selalu berada diatas dan sudah menutup, tapi masih dimungkinkan akan dibangun untuk penyempurnaan bentuk pot menjadi oval atau membulat. Bentuk oval dan membulat dibentuk berdasarkan penempatan pot pada sarang (Michener 2007). Bentuk pot anakan dijumpai pada semua koloni (Tabel 5). Pot anakan bentuk terbuka sebagian berisi telur (Gambar 7a). Pot anakan bentuk oval dan membulat berisi larva atau pupa (Gambar 7b dan 7c). Pot anakan bentuk tak beraturan disebabkan keluarnya imago dari dalam pot (Gambar 7d). Pot anakan dengan tiang penyangga ditemukan dalam semua siklus hidup T. laeviceps (Gambar 7e).

(23)

11

Bentuk Penghubung Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps

Bentuk penghubung ditemukan pada (1) pot pakan: menyerupai tangkai, pendek, pendek tebal, panjang tipis, tak beraturan (Gambar 11) dan (2) pot anakan: menyerupai tangkai, menyerupai lingkaran, menyerupai huruf Y, pendek Gambar 10 Bentuk pot anakan T. laeviceps (i) Foto pot anakan (ii) Sketsa pot anakan a. terbuka sebagian, b. oval, c. membulat, d. tak beraturan, e. dengan tiang penyangga. Skala (I) pada masing-masing gambar diatas 1 mm

Tabel 4 Bentuk pot pakan Trigona dan keberadaannya pada koloni 1, 2, dan 3

No Koloni Karakter

Tabel 5 Bentuk pot anakan Trigona dan keberadannya pada koloni 1, 2, dan 3

No Koloni Karakter

(24)

12

tebal, panjang tipis, menyerupai segitiga, pendek (Gambar 12). Karakter bentuk penghubung yang menyerupai tangkai juga ditemukan pada tawon Vespidae, selain itu terdapat pot yang tidak memiliki tangkai penghubung (Ohgushi 1990).

Penghubung pot pakan dengan karakter menyerupai tangkai menempel pada substrat sarang (Gambar 11a). Penghubung pot pakan karakter tak beraturan kemungkinan terjadi karena kumpulan pot-pot pakan. Pot anakan dibuat dengan karakter seperti Gambar 12 supaya larva didalamnya memiliki ruang saat keluar menjadi imago (pengamatan pribadi). Penghubung pot adalah struktur penyusun sarang yang menghubungkan pot dengan komponen sarang. Pembuatan penghubung pot kemungkinan untuk memanfaatkan rongga sarang T. laeviceps dari pembangunan horizontal menjadi pembangunan vertikal.

Gambar 11 Bentuk penghubung pot pakan T. laeviceps (i) Foto bentuk penghubung pot pakan (ii) Sketsa bentuk penghubung pot pakan a. menyerupai tangkai, b. pendek, c. pendek tebal, d. panjang tipis, e. tak beraturan. Skala (I) pada masing-masing gambar diatas 1 mm

(25)

13

Tipe Susunan Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps

Sarang T. laeviceps memiliki tiga tipe susunan pot secara vertikal diantaranya lurus, miring, dan tak beraturan (Gambar 13). Susunan pot anakan lebih mudah diamati dibandingkan pot pakan karena ukuran pot pakan lebih besar dan berkelompok sehingga pot anakan lebih mudah ditentukan tipe susunannya. Bentuk susunan pot secara vertikal kemungkinan bertujuan untuk memanfaatkan rongga yang ada pada sarang. Jumlah pot mempengaruhi tipe susunan yang akan dibentuk. Semakin sedikit pot yang disusun mungkin susunan yang dibuat semakin sederhana.

Warna Pot Pakan dan Anakan T. laeviceps

Warna yang ditemukan pada pot pakan antara lain Black, Blue-gray, Brown, Coral, Dark purple, Dark red, Dark yellow, Gold, Gray-25%, Gray-50%, Gray-80%, Ice blue, Indigo, Lavender, Light blue, Olive green, Orange, Periwinkle, dan Tan (Tabel 6). Pot anakan memiliki warna dominan kuning dan putih, karena pot anakan dibuat dari getah dan propolis saja. Warna yang ditemukan pada pot anakan antara lain Brown, Coral, Dark red, Dark yellow, Gold, Gray-25%, Gray-50%, Light yellow, dan Tan (Tabel 7).

Pot pakan memiliki warna yang lebih beragam dibandingkan pot anakan. Warna yang lebih sering dijumpai pada pot pakan ialah warna Brown. Pot anakan memiliki bagian dasar yang berwarna Brown. Warna Brown dan Tan ditemukan pada berbagai kondisi pot anakan. Warna pot pakan pada Apis mellifera juga cenderung lebih berwarna dibandingkan pot anakan (Seeley dan Morse 1976), karena bahan untuk membuat pot T. laeviceps kemungkinan berasal dari lilin dengan campuran resin atau getah (Michener 2007).

(26)

14

Tabel 6 Pot pakan T. laeviceps dan warnanya

(27)

15

SIMPULAN

Spesies lebah dari koloni satu yang diidentifikasi adalah Trigona laeviceps dengan ciri panjang tungkai belakang kurang dari 2 mm, tubuh didominasi warna hitam kecuali pada clypeus dan mesosomal dorsum, sayap depan berwarna transparan, mandibula dengan dengan gigi yang lemah, scutellum besar dengan mesoscutellum melebihi cekungan propodeum. Sarang T. laeviceps dibuat dengan struktur sarang batumen, involucrum, pot pakan, dan pot anakan. Pot pakan dan Tabel 7 Pot anakan T. laeviceps dengan warna dan kondisinya

(28)

15

SIMPULAN

Spesies lebah dari koloni satu yang diidentifikasi adalah Trigona laeviceps dengan ciri panjang tungkai belakang kurang dari 2 mm, tubuh didominasi warna hitam kecuali pada clypeus dan mesosomal dorsum, sayap depan berwarna transparan, mandibula dengan dengan gigi yang lemah, scutellum besar dengan mesoscutellum melebihi cekungan propodeum. Sarang T. laeviceps dibuat dengan struktur sarang batumen, involucrum, pot pakan, dan pot anakan. Pot pakan dan Tabel 7 Pot anakan T. laeviceps dengan warna dan kondisinya

(29)

16

anakan memiliki bentuk, warna, dan penghubung yang beraneka ragam. Ukuran pot anakan relatif sama dibanding pot pakan. Rasio ukuran pot pakan dengan nilai dibawah 1 menunjukkan pot tersebut dalam pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Crane E. 1999. The World History of Beekeeping and Honey Hunting. New York (US): Routledge Inc.

Eltz T, Brȕhl CA, Imiyabir Z, Linsenmair KE. 2003. Nesting and Nest Trees of Stingless Bees (Apidae: Meliponini) in Lowland Dipterocarp Forests in Sabah, Malaysia, with Implications for Forest Management. Elsevier 172:301-313. Grimaldi D, Engel MS. 2005. Evolution of The Insects. Cambridge (US):

Cambridge Univ. Pr.

Inoue T, Nakamura K. 1990. Physical and Biological Background for Insect Studies in Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra: Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm 1-11.

Michener CD. 1974. The Social Behaviour of The Bees. Massachusetts (US): The Belknap of Harvard Univ Pr.

Michener CD. 2007. The Bees of The World. Baltimore (US): The John Hopkins Univ Pr.

Momose K, Yumoto T, Nagamitsu T, Kato M, Nagamasu H, Sakai S, Harrison RD, Itioka T, Hamid AA, Inoue T. 1998. Pollination Biology in a Lowland Dipterocarp Forest. American Journal of Botany 85(10): 1477-1501.

Ohgushi R, Sakagami SF, Yamane S. 1990. Nest architecture of the stenogastrine wasps: diversity andevolution (Hymenoptera, Vespidae). A comparative review. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra; Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm 73-96.

Sakagami SF. 1982. Stingless Bees. Di dalam: Sung IH, Yamane S, Hozumi S, editor. Thermal Characteristics of the Taiwanese Stingless Bee Trigona ventralis hoozana (Hymenoptera: Apidae). Zoological Studies 47(4): 417-428. Sakagami SF, Yamane S. 1984. Notes on taxonomy and nest architecture of the

Taiwanese stingless bee Trigona (Lepidotrigona) ventralis hoozana. Di dalam: Sung IH, Yamane S, Hozumi S, editor. Thermal Characteristics of the Taiwanese Stingless Bee Trigona ventralis hoozana (Hymenoptera: Apidae). Zoological Studies 47(4): 417-428.

Sakagami SF, Inoue T, Salmah S. 1990. Stingless bees of central Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra; Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm 125-137.

(30)

16

anakan memiliki bentuk, warna, dan penghubung yang beraneka ragam. Ukuran pot anakan relatif sama dibanding pot pakan. Rasio ukuran pot pakan dengan nilai dibawah 1 menunjukkan pot tersebut dalam pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Crane E. 1999. The World History of Beekeeping and Honey Hunting. New York (US): Routledge Inc.

Eltz T, Brȕhl CA, Imiyabir Z, Linsenmair KE. 2003. Nesting and Nest Trees of Stingless Bees (Apidae: Meliponini) in Lowland Dipterocarp Forests in Sabah, Malaysia, with Implications for Forest Management. Elsevier 172:301-313. Grimaldi D, Engel MS. 2005. Evolution of The Insects. Cambridge (US):

Cambridge Univ. Pr.

Inoue T, Nakamura K. 1990. Physical and Biological Background for Insect Studies in Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra: Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm 1-11.

Michener CD. 1974. The Social Behaviour of The Bees. Massachusetts (US): The Belknap of Harvard Univ Pr.

Michener CD. 2007. The Bees of The World. Baltimore (US): The John Hopkins Univ Pr.

Momose K, Yumoto T, Nagamitsu T, Kato M, Nagamasu H, Sakai S, Harrison RD, Itioka T, Hamid AA, Inoue T. 1998. Pollination Biology in a Lowland Dipterocarp Forest. American Journal of Botany 85(10): 1477-1501.

Ohgushi R, Sakagami SF, Yamane S. 1990. Nest architecture of the stenogastrine wasps: diversity andevolution (Hymenoptera, Vespidae). A comparative review. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra; Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm 73-96.

Sakagami SF. 1982. Stingless Bees. Di dalam: Sung IH, Yamane S, Hozumi S, editor. Thermal Characteristics of the Taiwanese Stingless Bee Trigona ventralis hoozana (Hymenoptera: Apidae). Zoological Studies 47(4): 417-428. Sakagami SF, Yamane S. 1984. Notes on taxonomy and nest architecture of the

Taiwanese stingless bee Trigona (Lepidotrigona) ventralis hoozana. Di dalam: Sung IH, Yamane S, Hozumi S, editor. Thermal Characteristics of the Taiwanese Stingless Bee Trigona ventralis hoozana (Hymenoptera: Apidae). Zoological Studies 47(4): 417-428.

Sakagami SF, Inoue T, Salmah S. 1990. Stingless bees of central Sumatra. Di dalam: Sakagami SF, Ohgushi R, Roubik DW, editor. Natural History of Social Wasps and Bees in Equatorial Sumatra; Sapporo, Jepang. Sapporo (JP): Hokkaido Univ. Pr. Hlm 125-137.

(31)

17 Seeley TD, Morse RA. 1976. The Nest of Honey Bee (Apis mellifera L.). Insectes

Sociaux 23(4):495-512.

Wati DL. 2013. Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen Trigona laeviceps Smith di Perkebunan Karet (Hevea braziliensis) dan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wcislo WT, Engel MS. 1996. Social Behaviour and Nest Architecture of Nomiine Bees (Hymenoptera: Halictidae; Nomiinae). Journal of The Kansas Entomological Society 69(4): 158-167.

Winston ML. 1991. The Biology of The Honey Bee. Cambridge (US): Harvard Univ. Pr.

(32)

18

Lampiran 1 Peta lokasi (o) pengambilan sampel T. laeviceps di kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

(33)
(34)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Oktober 1992 dari ayah Haryadi dan ibu Tumpuk. Penulis adalah putra pertama dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 105 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Vertebrata pada tahun ajaran 2013, Biologi Dasar dan Mikroteknik pada tahun 2014. Penulis aktif sebagai anggota Observasi Wahana Alam (OWA) sejak tahun 2012.

Gambar

Gambar 1 Struktur morfologi T. laeviceps koloni 1 a. antena, b. mata, c. tegula, d.
Gambar 3 Sarang koloni 1 T. laeviceps
Gambar 5 Sarang koloni 3  T. laeviceps
Gambar 7 Struktur sarang T. laeviceps koloni 2 (i) Foto sarang (ii) Sketsa sarang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di era ini juga lahir pendidikan nasional yang sejalan dengan kebangkitan nasional, seperti lahirnya Pendidikan Tamansiswa (1922) dan juga pendidikan agama, terutama agama..

Metode perancangan data warehouse yang digunakan adalah nine-step methodology serta skema yang tepat adalah Schema Snowflake yang terdiri dari tabel fakta penjualan dan tabel

PT. Santosa Agrindo adalah anak perusahaan dari PT. Japfacomfeed Indonesia yang bergerak di agribisnis peternakan sapi potong, penggemukan sapi potong dan pengolahan

Dalam SIA Penerimaan dan Pengeluaran Kas diperlukan adanya prosedur yang efektif dan efisien sehingga peneliti dalam penelitian ini mengambil rumusan masalah

Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang faktor lain yang mempengaruhi kristalinitas sintesis ZSM-5 secara langsung dari kaolin tanpa templat organik ini,

soal pembagian seperti pada soal persen (potongan harga jika pada soal cerita), pemecahan soal akar dan pembagian dengan susun. 2) Metode wawancara dengan guru kelas :

Oleh karena itu, Perancangan Desain Interior Pasar Gedhe sebagai Galeri Art Space Surakarta bergaya Modern Kontemporer dinilai penting dilakukan guna menjadikan

Hasil perhitungan analisis regresi linear berganda dengan pengujian secara simultan diketahui bahwa variabel gaya kepemimpinan (X1) dan budaya organisasi (X2)