i
SEBAGAI ALTERNATIF VARIASI PERMAINAN BOLA KECIL
DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES BAGI SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 2 PATEBON KABUPATEN
KENDAL TAHUN 2012
SKRIPSI
diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
oleh Gentur Tri Basuki
6101408148
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
ii
Penjasorkes pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Patebon. Kabupaten Kendal Tahun 2012. Skripsi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Permasalahan pernelitian ini adalah: Bagaimana hasil pengembangan model permainan Tembak Kaleng sebagai alternatif variasi permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes bagi siswa kelas VIII SMP. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk model permainan Tembak Kaleng sebagai alternatif permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes pada siswa kelas VIII.
Kata Kunci : Pengembangan, Permainan, Bola Kecil, Tembak Kaleng
Metode penelitian pengembangan yang mengacu pada Borg & Gall dilakukan dengan langkah-langkah prosedur pengembangan: 1) Melakukan studi pendahuluan dan mengumpulkan informasi termasuk observasi lapangan dan kajian pustaka, 2) Mengembangkan produk awal, 3) Evaluasi para ahli serta uji coba lapangan skala kecil, 4) Revisi produk pertama, revisi produk berdasarkan hasil evaluasi ahli dan uji coba lapangan skala kecil. Revisi ini digukanan sebagai perbaikan terhadap produk awal yang dibuat oleh peneliti, 5) Uji lapangan, 6) Revisi produk akhir yang dilakukan berdasarkan hasil uji lapangan, dan 7) Hasil akhir model modifikasi permainan Tembak Kaleng untuk siswa kelas VIII SMP N 2 Patebon. Desain uji coba menggunakan desain eksperimental dengan dua tahap: 1) skala kecil 16 siswa, 2) skala besar 34 siswa. Subjek uji coba adalah sasaran pemakaian produk, yaitu siswa kelas VIII SMP N 2 Patebon. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam pengembangan produk menggunakan angket dan kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan berupa presentase untuk menguji kelayakan kualitas dan keterimaan produk terhadap produk pengembangan berdasarkan skala klasifikasi persentase Guilford.
Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil uji coba skala kecil persentase jawaban sangat baik (70,8%), baik (18,75%) dan kurang baik (10,42). Hasil uji coba skala besar dengan persentase jawaban sangat baik (87,25%), baik (7,84%), dan kurang (4,9%). Sedangkan persentase yang diperoleh dari hasil data evaluasi ahli yaitu ahli penjas masuk dalam kategori baik (77,33%), ahli pembelajaran I masuk katagori baik (90,67%), ahli pembelajaran II masuk katagori cukup baik (65,33%).
iii
karya tulis ilmiah yang telah saya susun sendiri dan bukan merupakan hasil jiplakan dari karya tulis ilmiah orang lain. Berbagai pendapat serta temuan dari orang ataupun pihak lain yang ada didalam karya tulis ilmiah ini dikutip dan dirujuk berdasarkan pedoman kode etik etika penyusunan karya tulis ilmiah. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Semarang, 7 Februari 2013
Peneliti
iv Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Nama : Gentur Tri Basuki
NIM : 6101408148
Judul : Pengembangan Model Permainan “Tembak Kaleng” sebagai Alternatif Variasi Permainan Bola Kecil dalam Pembelajaran Penjasorkes bagi Siswa Kelas VIII SMP N 2 Patebon Kabupaten Kendal Tahun 2012.
Pada hari : Senin
Tanggal : 11 Februari 2013
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. H. Harry Pramono, M.Si Supriyono, S.Pd., M.Or NIP. 19591019 198503 1 001 NIP. 19720127 199802 1 001
Dewan Penguji
1. Dra. Endang Sri Hanani, M.Kes (Ketua) NIP. 19590603 198403 2 001
2. Drs.Uen Hartiwan, M.Pd (Anggota) NIP.19530411 198303 1 001
v MOTTO
1. Kita semua hanyalah sebutir debu, yang akan segera hilang diterbangkan angin (Kerry Livgren).
2. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (QS Ar-Ra'd ayat: 11).
PERSEMBAHAN
1. Maha Besar Allah satu-satunya tempat menyembah dan memohon pertolongan. 2. Kedua orang tua yang saya sayangi dan
saya cintai: Bapak Tohari dan Ibu Yarti Puji Winarni, terimakasih atas segala dukungan, do’a, cinta, kasih sayang, dan nasehatnya serta adiku tercinta Putri Arum Sulistina yang saya sayangi. 3. Teman-teman Blachan Abang : Edwin
Fatah, Rizal Alam Islami, Satria Nur Edi Santoso
vi
melimpahkan rahmat dan karuniannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan penulis menjadi mahasiswa UNNES.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan dalam menyusun skripsi.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNNES yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Uen Hartiwan, M.Pd, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan petunjuk, dorongan dan motivasi dengan penuh sabar, jelas, mudah dipahami serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi. 5. Drs. Mugio Hartono, M.Pd, selaku Pembimbing Pendamping yang telah
sabar dan teliti dalam memberikan petunjuk, dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan pada khususnya dan Dosen Universitas Negeri Semarang pada umumnya atas ilmu yang telah diberikan.
7. Danardono, S.Pd M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 patebon yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8. Suparti, S.Pd dan Mundjari, S.Pd, selaku Guru Pendidikan Jasmani SMP
Negeri 2 patebon yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
vii
semoga amal yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca semua.
Semarang, 7 Februari 2013
viii
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
SARI ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan Pengembangan ... 4
1.4Spesifikasi Produk ... 5
1.5Pentingnya Pengembangan ... 5
1.5.1 Bagi Peneliti ... 6
1.5.2 Bagi Peneliti Lanjutan ... 6
1.5.3 Bagi Guru Penjas ... 6
ix
2.1.2 Pengertian Pendidikan Jasmani ... 9
2.1.2.1Tujuan Pendidikan Jasmani ... 11
2.1.2.2Pelaksanaan Pendidikan Jasmani ... 14
2.1.3 Permainan Rounders... 16
2.1.3.1Istilah dalam Permainan Rounders ... 16
2.1.3.2Lapangan Rounders ... 17
2.1.3.3Peraturan Permainan ... 18
2.1.4 Karakteristik Perkembangan Anak Sekolah Lanjutan ... 19
2.1.4.1Ukuran dan Bentuk Tubuh Anak Usia 12-20 Tahun ... 19
2.1.4.2Perkembangan Aktivitas Motorik Kasar ... 20
2.1.4.3Perkembangan Aktivitas Motorik Halus ... 20
2.1.4.4Perkembangan Gerak Pada Fase Adolesensi ... 21
2.1.5 Belajar Gerak ... 22
2.1.4.1 Pengertian Gerak ... 22
2.1.5.2 Konsep gerak ... 23
2.1.5.3 Belajar Gerak ... 26
2.1.6 Modifikasi Permainan ... 27
2.1.6.1 Modifikasi Pembelajaran Penjas ... 27
2.1.6.2 Pengembangan dan Modifikasi Pembelajaran ... 30
x
4.1.2 Draft Awal Produk Modifikasi “Tembak Kaleng” ... 45
4.1.2.1Sarana dan Prasarana Permainan “Tembak Kaleng” ... 46
4.1.2.2 Peraturan Permainan “Tembak Kaleng” ... 47
4.1.3 Ujicoba LapanganSkala Kecil Validasi Ahli ... 48
4.1.3.1 Validasi Draft Produk Awal ... 48
4.1.3.2 Deskripsi Data Validasi ahli ... 49
4.1.4 Ujicoba Lapangan Skala Kecil ... 50
4.1.5 Revisi Pertama Produk modifikasi “Tembak Kaleng” ... 53
4.1.6 Uji Coba Skala Besar ... 53
4.1.7 Revisi Produk Akhir Modifikasi “Tembak Kaleng” ... 55
4.1.8 Draft Produk Akhir Modifikasi “Tembak Kaleng” ... 56
4.1.8.1 Sarana dan Prasarana Permainan “Tembak Kaleng” ... 56
4.1.8.2 Peraturan Permainan “Tembak Kaleng” ... 57
4.2Pembahasan ... 59
4.3Keunggulan dan Kelemahan Produk ... 61
4.3.1 Keunggulan Produk ... 61
xi
xii
3.2 Skor Jawaban Kuesioner “ya” dan “tidak” ...41
3.3 Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesoner ...41
xiii
2.1 Pelaksanaan Penjas ... 14
2.2 Lapangan Rounders ... 17
3.1 Prosedur Model Pengembangan Permainan Tembak Kaleng ... 37
4.1 Draft Awal Lapangan Tembak Kaleng ... 46
4.2 Grafik Rekapitulasi Persentase Skala Kecil ... 52
4.3 Grafik Rekapitulasi Persentase Skala Besar ... 54
xiv
Lampiran halaman
1. Usulan Topik Skripsi ... 66
2. Surat Keputusan Penetapan Pembimbing ... 67
3. Surat Ijin Penelitian... 68
4. Surat Balasan Penelitian ... 69
5. Program pengembangan model ... 70
6. Lembar Evaluasi Ahli ... 72
7. Kuesioner Untuk Siswa ... 76
8. Saran Untuk Perbaikan Model Permainan ... 80
9. Hasil Evaluasi Ahli ... 81
10.Data Siswa Uji Skala Kecil ... 89
11.Data Hasil Uji Coba Skala kecil ... 90
12.Lembar Pengamatan Siswa Skala Kecil ... 91
13.Data Siswa Uji Skala Besar ... 92
14.Data hasil Uji Coba Skala Besar ... 93
15.Lembar Pengamatan Siswa Skala Besar ... 105
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pendidikan jasmani, kesehatan, olahraga dan rekreasi di sekolah menengah pertama (SMP) selama ini masih jauh dari tujuan pendidikan jasmani itu sendiri. Banyak sekali faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, diantaranya adalah kurangnya sarana prasarana yang memadai, kurangnya kompetensi guru dll. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan memodifikasi pembelajaran penjasorkes dengan syarat tujuan penjasorkes yang sebenarnya masih dapat tercapai.
Kurikulum standar isi 2006 pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sekolah menengah pertama kelas VIII semester 1 dengan setandar isi Mempraktikkan kombinasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola kecil lanjutan dengan kombinasi yang baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan (Samsudin, 2008:130).
bahwa materi permainan bola kecil belum pernah diajarkan kepada siswa. Hal ini disebabkan minimnya sarana prasarana yang memadai untuk mengajarkan siswa permainan bola kecil, misalnya softball, tenis lapangan, bulutangkis dll. Materi permainan bola kecil seharusnya bisa diajarkan kepada siswa karena sesuai dengan kurikulum standar isi Penjasorkes tahun 2006.
Selain minimnya prasarana yang memadai, antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran penjasorkes juga kurang. Hal ini dibuktikan pada saat observasi ditemukan siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Penjasorkes. Sehingga berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di SMP N 2 Patebon tidak berjalan dengan baik karena minimnya sarana prasarana dan kurangnya variasi dalam pembelajaran Penjasorkes. Masalah tersebut dapat diatasi dengan variasi pembelajaran melalui pengembangan model permainan tembak kaleng.
Produk permainan Tembak Kaleng merupakan pengembangan model permainan yang akan dijadikan alternatif variasi permainan bola kecil dalam pembelajaran penjasorkes. Permainan ini merupakan permainan olahraga bola kecil beregu yang bisa dimainkan oleh 8 sampai 10 orang siswa per tim. Pada dasarnya permainan ini mengadopsi permainan rounders yang prinsipnya adalah menggunakan bola kecil dan regu yang paling banyak mengelilingi lapangan permainan dinyatakan sebagai pemenang, sehingga membutuhkan kerja sama dan kekompakkan para pemain.
meter, hanya saja jika rounders memiliki 5 base, hal ini berbeda dengan permainan Tembak Kaleng yang hanya memiliki 4 base. Perbedaan yang mencolok adalah cara memulai permainan, jika rounders mengawalai permainan dengan cara lemparan pitcher yang di arahkan ke batter untuk di pukul, berbeda halnya dengan Tembak kaleng yang mengawali permainan dengan cara menembak susunan kaleng dengan bola tonis. Cara mengawali permainan yang demikian adalah yang menjadi alasan mengapa permainan ini diberi nama Tembak Kaleng.
Sarana prasarana yang digunakan dalam permainan Tembak kaleng hanya bola tonis, kaleng bekas susu kental manis, tali ravia sebagai garis dan lapangan yang tidak terlalu luas sehingga sarana prasarana mudah terjangkau dan mudah didapat. Selain sarana prasarana permainan Tembak Kaleng yang mudah didapat, keunggulan permainan tembak kaleng adalah aman dimainkan oleh anak usia SMP karena menggunakan bola tonis yang karakteristiknya lunak dan mudah untuk melakukan lempar tangkap menggunakan bola tersebut. Berbeda dengan permainan bola kecil lainnya seperti softball, baseball atau rounders yang menggunakan bola yang berat sehingga membahayakan untuk anak usia SMP.
mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. Permainan tembak kaleng ini mempunyai banyak keunggulan sehingga perlu diujicobakan sebagai alternatif variasi permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes kelas VIII SMP N 2 Patebon.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah maka penulis mengadakan penelitian dengan judul:
“Pengembangan model permainan “Tembak Kaleng” sebagai alternatif variasi permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Patebon Kabupaten Kendal tahun 2012.”
1.2 Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian tentunya mempunyai permasalahan yang perlu diteliti dan dianalisis untuk memecahkan permasalahan. Setelah mencermati dari latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan dikaji adalah : “Bagaimana model pengembangan permainan “Tembak Kaleng” sebagai alternatif variasi permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes bagi siswa kelas VIII SMP N 2 Patebon Kab. Kendal, Tahun 2012?”
1.3 Tujuan Pengembangan
Kaleng” sebagai alternatif variasi permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes bagi siswa kelas VIII SMP N 2 Patebon Kab. Kendal, Tahun 2012.
1.4 Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan melalui penelitian pengembangan ini berupa model permainan alternatif variasi permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah menengah pertama, yang dapat mengembangkan semua aspek pembelajaran (kognitif, afektif, psikomotor) secara efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan intensitas fisik sehingga kebugaran jasmani dapat terwujud, serta dapat mengatasi kesulitan dalam pengajaran permainan bola keci. Efektif yaitu sesuai dengan produk yang diinginkan, dan efisien yaitu sesuai dengan yang seharusnya dilakukan atau sesuai dengan yang ingin dicapai.
1.5 Pentingnya Pengembangan
Pendidikan Jasmani pada saat sekarang ini masih jauh dari tujuan pendidikan jasmani itu sendiri. Pendidikan jasmani seharusnya bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan keterampilan psikomotorik, kognitif, dan afektifnya.
Pentingnya pengembangan bagi peneliti, peneliti lanjutan, guru penjas dan lembaga (FIK Unnes) antara lain:
1.5.1 Bagi Peneliti
1) Sebagai bekal pengalaman di bidang penelitian dalam memodifikasi olahraga pada umumnya dan olahraga permainan pada khususnya.
2) Sebagai dasar pengembangan hasil penelitian di masa yang akan datang. 3) Sebagai bekal dalam menyusun skripsi untuk memperoleh gelar
kesarjanaan bidang studi pendidikan jasmani, kesehatan, dan rekreasi. 1.5.2 Bagi Peneliti Lanjutan
Informasi dari pengembangan ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan apabila akan melakukan penelitian bola kecil yang serupa.
1.5.3 Bagi Guru Penjas
1) Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar bidang studi olahraga pada umumnya dan permainan bola kecil pada khususnya.
2) Sebagai bahan pertimbangan dan pedoman untuk membina siswa dalam bermain bola kecil.
3) Sebagai dorongan dan motivasi kepada guru penjas untuk menciptakan terobosan-terobosan baru dan variasi mengajar dengan cara memodifikasi jenis permainan olahraga sehingga siswa tidak merasa cepat bosan, serta
1.5.4 Bagi Lembaga ( FIK UNNES)
8 2.1 Landasan Teori
Dalam rangka pemecahan masalah, maka sebagai acuan berfikir secara ilmiah, pada landasan teori ini akan dimuat beberapa pendapat dari pakar. Selanjutnya secara garis besar akan diuraikan tentang: penelitian dan pengembangan, pendidikan jasmani, permainan rounders, karakteristik perkembangan gerak anak sekolah lanjutan, perkembangan penguasaan gerak pada fase adolesensi (12-20 tahun), klasifikasi ketrampilan gerak, tinjauan ketrampilan gerak dasar usia 12-20 tahun, pengembangan pembelajaran penjas dan pengembangan modifikasi olahraga.
2.1.1 Penelitian dan Pengembangan
Penelitian pendidikan dan pengembangan, yang lebih kita kenal dengan
istilah Research and development (R & D). Strategi untuk mengembangkan suatu
produk pendidikan oleh Borg & Gall (1983) dalam bukunya (Punaji Setyosari
2012:215) disebut sebagai penelitian dan pengembangan. Penelitian dan
pengembangan ini kadang kala disebut juga sesuatu pengembangan berbasis pada
penelitian atau disebut juga research-based development. Dalam dunia
pendidikan, penelitian pengembangan ini memang hadir belakangan dan
Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (1983)
(2012:215) adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah
secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri
atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan,
mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji
coba lapangan sesuai dengan latar di mana produk tersebut akan dipakai, dan
melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan. Penelitian dan pengembangan
pendidikan itu sendiri dilakukan berdasarkan suatu model pengembangan berbasis
industri, yang temuan-temuannya dipakai untuk mendesain produk dan prosedur,
yang kemudian secara sistematis dilakukan uji lapangan, dievaluasi,
disempurnakan untuk memenuhi kriteria keefektifan, kualitas, dan standar tertentu
Gall & Borg, 2003 dalam buku (Punaji Setyosari, 2012:216).
Pengembangan berbeda dengan penelitian pendidikan karena tujuan
pengembangan adalah menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan dari
serangkaian uji coba, misalnya melalui perorangan, kelompok kecil, kelompok
sedang dan uji lapangan kemudian dilakukan direvisi dan seterusnya untuk
mendapatkan hasil atau produk yang memadai atau layak dipakai (2012:220).
2.1.2 Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung, tidak
integral dari proses pendidikan keseluruhan pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan organik neuromuskuler, intelektual dan sosial (Abdulkadir Ateng, 1992:4).
Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktifitas pengembangan fisik secara terisolasisasi, akan tetapi harus ada dalam konteks pendidikan secara umum general education (Samsudin, 2008:1).
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara keseluruhan (Adang Suherman, 2000:1)
Pendidikan jasmani dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang, yaitu: 1) Pandangan tradisional, yang menganggap bahwa manusia itu terdiri dari 2
komponen utama yang dapat dipilah-pilah, yaitu jasmani dan rohani. Pandangan ini menganggap bahwa penjas semata-mata hanya mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Dengan kata lain penjas hanya sebagai pelengkap saja (Adang Suherman, 2000:17),
penting bagi pengembangan manusia secara utuh dan merupakan dari pendidikan secara keseluruhan (Adang Suherman, 2000:19).
2.1.2.1 Tujuan Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktifitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara keseluruhan. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja, akan tetapi juga aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual (Adang Suherman, 2000:22-23).
Tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu:
1) Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness),
2) Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna,
4) Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat (Adang Suherman, 2000:22-23).
Tujuan pendidikan jasmani menurut Husdarta (2009:9) dapat diringkas dalam terminologi populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif.
2.1.2.1.1 Pengembangan Aspek Psikomotorik
1) Ketrampilan Gerak yaitu tujuan utama dalam mengajarkan ketrampilan gerak
adalah pengembangan keterampilan untuk berpastisipasi dalam kegiatan
olahraga, serta membantu dirinya bertindak efektif dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari setara dengan tujuan pendidikan jasmani yang berhubungan dengan
kebugaran jasmani, yaitu individu, sebagai anggota keluarga, serta sebagai
anggota masyarakat.
Ketrampilan menurut para ahli adalah sebuah cakapan atau tingkat penguasaan
terhadap suatu gerak atau pola gerak, yang dicirikan oleh tiga indikator kualitas
utama, yaitu efektif, efisien dan dapat diadaptasi. Kualitas efektifitas
merupakan hasil dari tindakan yang berorientasi pada tujuan atau sasaran
tertentu (2008:21-22).
2) Kebugaran fisik yaitu prinsip- prinsip peningkatan kondisi fisik yang meliputi
pengembangan kapasitas kardiovaskular, daya tahan otot lokal, kekuatan,
kelenturan, dan power. Implikasinya, dalam model ini peran guru adalah
lakukan. Memilih kegiatan pembelajaran ketrampilan gerak yang juga bernilai
fitness tinggi sehingga guru akan memilih kegiatan dan cabang olahraga yang
mengandung sekaligus juga mampu meningkatkan kebugaran jasmani
(Samsudin 2008:23).
2.1.2.1.2 Perkembangan Aspek Kognitif
Anak memiliki pengertian tentang pengaruh latihan atau kegiatan fisik
terhadap kesehatan tubuh yang berguna bagi mereka untuk menjalani gaya hidup
yang aktif. Beberapa konsep yang ditentukan oleh para ahli bahwa dalam
pembelajaran pendidikan jasmani aspek kognitif yang ditekankan antara lain:
Pernyataan deskripsi yang memberikan informasi tentang “apa” fakta
pengetahuan informasi.
1) Pernyataan yang dimaksud menjawab “mengapa” alasan sederhana, nilai,
pembenaran, manfaat.
2) Pernyataan yang bermaksud menjawab “mengapa” hal itu terjadi”
prinsip-prinsip kaitan, dan hukum atau dalil.
3) Pernyataan pemecahan masalah (apa yang dapat dilakukan) penerapan fakta,
prinsip dan keterhubungan (2008:25).
2.1.2.1.3 Pengembangan Aspek Afektif
Sikap positif terhadap pendidikan jasmani selera, kepercayaan, acuan nilai,
dan idealisme seseorang akan memengaruhi cara ia berprilaku. Karena siswa
berfikir dan merasa, tidak ada satu pun pembelajaran psikomotor yang terjadi
pelajarannya, dan tentang situasi di sekitarnya. Dalam setiap perasaan dan acuan
nilai anak terdapat daya yang sangat kuat yang mengontrol perilaku individual.
Kadang daya tersebut menghalangi terjadinya pembelajaran; di saat yang lain
malah meningkatkannya (Samsudin, 2008:30)
2.1.2.2 Pelaksanaan Pendidikan Jasmani
Bagan di bawah ini menunjukan cakupan tujuan ideal pendidikan jasmani yang pelaksanaanya dilandaskan pada pendekatan pengajaran yang berorientasi pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak.
Gambar 2.1 Pelaksanaan Penjas
(Sumber: Strategi Belajar Mengajar Penjas, 2000) Pendidikan Jasm ani
Prakt ik pengajaran berorient asi pada karakt erist ik
perkem bangan dan
Pengembangan domain psikomotor yang mencakup aspek kesegaran jasmani dan perkembangan perseptual-motorik menegaskan bahwa upaya pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau aktifitas jasmani sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik, dan sekaligus untuk tujuan yang bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan itu sendiri. Kesegaran jasmani merupakan sebuah topik penting dari domain psikomotor yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem ( misalnya, sistem peredaran darah dan sistem pernafasan, sistem metabolisme ) (Rusli Lutan, 2000:4).
Perkembangan perseptual-motorik terjadi melalui proses kemampuan seseorang untuk meneerima rangsang dari luar dan rangsang itu kemudian diolah dan diprogram sampai kemudian tercipta respons berupa aksi yang selaras dengan rangsang. Dampak langsung dari aktifitas jasmani yang merangsang kemampuan dan kecepatan proses persepsi dan aksi itu adalah perkembangan kepekaaan sistem saraf. (Rusli Lutan, 2000:5).
Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, namun lebih, diantaranya adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainya seperti intelegensia emosional dan watak (Rusli Lutan, 2000:6).
2.1.3 Permainan Rounders
Rounders adalah permainan bola kecil dengan teknik dasar yang hampir
sama dengan permainan kasti yaitu melempar, menangkap, dan memukul ditambah dengan ketrampilan mengetik dan menghindari sentuhan bola.
2.1.3.1 Istilah dalam Permainan Rounders
1) Ball : Bola yang dilemparkan pelambung salah, yaitu bola tidak berada di atas tempat untuk memukul.
2) Strike : Bola yang dilemparkan pelambung benar, yaitu bola yang dilemparkan meluncur di atas tempat pemukul antara lutut dan bahu pemukul.
3) Out : Bola yang dipukul jatuh di luar garis batas pelari.
4) Base : Tempat hinggap bagi seorang pemukul atau pelari.
5) Pitcher : Pelambung, dari regu jaga, bertugas melambungkan bola ke arah better.
8) Mengetik : Mematikan lawan dengan cara menyentuh bola. 9) Membakar : Mematikan lawan dengan memegang bola sebelum
pemain sampai di base.
10)Home Run : Pemukul dengan pukulannya sendiri dapat kembali ke ruang bebas secara langsung.
2.1.3.2 Lapangan Rounders
Gambar 2.2 Lapangan Permainan Rounders (sumber: Permainan Bola Kecil, 2012)
KETERANGAN
a : t em pat pit cher
b : t em pat cat cher
c : ruang t unggu
a 15
15 15
15 15
9 m
b d
2.1.3.3PeraturanPermainan
1) Pitcher adalah pemain yang bertugas melempar bola kepada pemukul. Bola harus dilemparkan dengan kuat, cepat dan tepat berada di atas home base. Untuk mendapatkan lemparan bola yang keras dan cepat, pitcher harus melemparkan bola dengan ayunan penuh.
2) Catcher adalah penangkap belakang yaitu salah seorang penjaga yang ditugaskan khusus menangkap bola di belakang home base.
3) Pemukul Ketentuan bagi pemukul (batter) pemukul harus berlari jika hasil pukulan pertama strike (baik),Pukulan ketiga tidak kena tetapi wasit mengatakan strike (baik). Pelari waktu lari menuju base dihalang-halangi oleh penjaga, maka pemukul bebas menuju base yang telah ditentukan oleh wasit.
Jika pitcher sudah empat kali melambungkan bola salah dan tidak dipukul, maka pemukul dipersilahkan melakukan free walk. Bola baik (strike) meskipun dipukul kena atau tidak kena oleh pemukul, tidak dipukul oleh pemukul, dipukul salah (out/keluar) oleh si pemukul. Bola diangkap mati jika Bola hilang, bola sudah dipegang oleh pitcher dan siap dilemparkan kepada pemukul, bola out. Pada waktu bola mati, semua pelari tidak boleh meninggalkan base yang ditempati. Pelari dianggap mati jika pada waktu lari tidak menginjak base, melewati pelari yang ada di depannya, jika base yang dituju telah dibakar oleh penjaga mengganggu penjaga yang sedang menangkap bola.
yaitu dengan menginjakkan kaki pada base yang dituju pelari sambil memegang bola.
4) Cara bermain rounders dimainkan oleh 2 regu, dimana tiap regu terdiri atas 12 pemain dengan 6 pemain cadangan. Sebelum permainan dimulai, dilakukan undian. Regu yang memenangkan undian berhak memilih menjadi regu pemukul atau regu jaga. Pemukul diberi kesempatan memukul sebanyak 3 kali, jika pukulan pertama atau kedua baik, ia harus lari menuju base. Urutan memukul sesuai dengan normor yang telah ditentukan. Pemukul di belakangnya tidak boleh mendahului pemukul di depannya. Setiap base hanya boleh diisi oleh satu pemain saja. Setiap regu pemukul berpindah base, regu jaga boleh mematikan.
5) Cara mendapatkan angka yaitu setiap base yang dilewati pemain mendapat angka 1. Jika dibakar atau terkena tik tidak mendapat nilai pada base itu. Jika dapat kembali ke ruang tunggu dengan pukulan sendiri dan setiap base selamat maka akan mendapat angka 6.
2.1.4 Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Sekolah Lanjutan
2.1.4.1 Ukuran dan Bentuk Tubuh Anak Usia 12-20 Tahun
keadaan tersebut tidak terlali lama setelah perubahan yang cepat terjadi pada anak laki-laki pada masa adolesensi.Akhirnya anak laki-laki mengejar dan mengungguli tinggi dan berat badan anak perempuan, demikian pula ukuran-ukuran yang lain, seperti tinggi togok, panjang tungkai, lebar pundak, lebar pinggul, ukuran lengan dan sebagainya mengikuti pertumbuhan tinggi dan berat badan yang berlangsung secara cepat.
2.1.4.2 Perkembangan Aktivitas Motorik Kasar (Gross Motor Ability)
Perkembangan motorik dasar difokuskan pada ketrampilan yang biasa disebut dengan ketrampilan motorik dasar meliputi jalan, lari, lompat, loncat, dan ketrampilan menguasai bola seperti melempar, menendang, dan memantulkan bola. Ketrampilan motor dasar dikembangkan pada masa anak sebelum sekolah dan pada masa sekolah awal dan ini akan menjadi bekal awal untuk mempraktikkan ketrampilan gerak yang efisien bersifat umum dan selanjutnya akan diperlukan sebagai dasar untuk perkembangan ketrampilan motorik yang lebih khusus yang semuanya ini merupakan satu bagian integral prestasi bagi anak dalam segala umur dan tingkatan (Yanuar Kiram, 1992:42).
2.1.4.3 Perkembangan Aktivitas Motorik Halus (Fine Motor Activity)
perkembangan motorik secara total anak-anak dan secara jelas mencerminkan kapasitas sistem saraf pusat untuk mengangkut dan memproses input visual dan menterjemahkan input tersebut ke bentuk ketrampilan. Untuk mendapatkan ketrampilan dengan baik, maka perilaku yang perlu dilakukan anak harus dapat berinteraksi dengan praktik dan melakukan komunikasi terhadap objek sekolah dan lingkungan rumah (Yanuar Kiram, 1992:43).
2.1.4.4 Perkembangan Gerak Pada Fase Adolesensi (12-20 Tahun)
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam penampilan gerak pada masa adolesensi cenderung mengikuti perubahan-perubahan dalam ukuran badan, kekuatan, dan fungsi fisiologis. Peredaan-perbedaan dalam penampilan keterampilan gerak dasar antara kedua jenis kelamin semakin meningkat, anak laki-laki menunjukkan peningkatan yang terus berlangsung,sedangkan anak perempuan menunjukkan peningkatan yang tidak berarti, bahkan menurun setelah umur menstruasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai gerakan, seperti lari, lompat jauh tanpa awalan, dan melempar jarak jauh.
Kuantitas penampilan keterampilan masih terus meningkat selama masa praadolesensi sampai adolensi untuk kedua jenis kelamin. Setelah masa adolesensi perbedaan penampilan antara anak laki-laki dan perempuan mulai nampak, sedikit dalam lari dan lompat, tetapi dalam hal kekuatan tubuh bagian atas, seperti melempar perbedaanya sangat nyata. Perbedaan tersebut disebabkan terjadinya peningkatan yang terhenti, bahkan mulai menurun pada anak perempuan, sedangkan anak laki-laki terus meningkat.
2.1.5 Belajar Gerak
2.1.5.1 Pengertian Gerak
Gerak (motor) sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia, sedangkan psikomotor khusus digunakan pada domain mengenai perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi, gerak ( motor) ruang lingkupnya lebih luas dari pada psikomotor. Pengertian gerak dasar adalah kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari yang meliputi gerak jalan, lari, lompat, lempar (Ma’mun, 2000:20).
Menurut Amung Ma’mun dan Yudha M. saputra (2000:20), kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi 3, yaitu :
2) Kemampuan non lokomotor, dilakukan di tempat tanpa ada ruang gerak yang memadai, contoh mendorong, menarik, dll.
3) Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan kemampuan tangan dan kaki. Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif antara lain melempar, memulkul, menendang dan memukul.
2.1.5.2 Konsep Gerak
Konsep gerak dalam pendidikan jasmani dapat berupa sebuah label atau
nama suatu kelompok respon gerak, seperti menangkap, melempar, menunjuk
pada pola gerak tertentu yang biasanya ditemui pada softball, kasti, basket, atletik
dan sebagainya. Untuk mengenal label atau nama ini siswa akan dihadapkan pada
keharusan memahami ciri, jenis, serta syarat yang harus dipenuhi agar gerak itu
layak disebut sesuatu (Samsudin, 2008:27). Konsep gerak dalam pendidikan
jasmani.
2.1.5.2.1 Rangkaian aksi
Rangkaian aksi merupakan kategori atau penjenisan gerakan secara
luas yang mencakup respons khusus yang beragam. Istilah seperti keseimbangan
berpindah tempat, memukul, menerima atau berputar adalah rangkaian aksi yang
bersifat konsep, sebab aksinya dapat dilakukan dalam banyak cara dan dalam
situasi yang berbeda. Seorang anak akan dapat membuat keseimbangan pada satu
kaki, dua kaki, kedua tangan, atau kepala dan kedua lengan. Seorang anak dapat
berpindah tempat dengan berlari, melompat, merangkak, atau mengguling dan
2.1.5.2.2 Kualitas gerak
Untuk melihat respons gerak adalah dengan mengorganisasikan ke dalam
kualitas gerak yang ditunjukannya. Kualitas gerak merupakan kelompok respons
yang mengandung kualitas tertentu dilihat dari beberapa aspek, seperti aspek
ruang, aspek usaha, aspek keterhubungan. Aspek usaha menunjukan adanya
kualitas waktu, bobot, ruang, dan aliran. Sedangkan aspek keterhubungan
menggambarkan hadirnya kesesuaian, kerja sama, dan keterkaitan. Konsep
kualitas gerak tadi berasal dari rumusan deskripsi analisis sistem gerak dari
Rudolf Labanyang melihat bahwa pada dasarnya gerakan selalu berkisar di antara
ketiga kualitas di atas. Dengan konsep kualitas, guru akan melihat bahwa siswa
dapat melakukan gerak yang lambat, cepat, tiba-tiba atau diatur
berkelanjutanmengikuti ketinggian, arah dan bidang tertentu (Samsudin, 2008:28).
2.1.5.2.3 Prinsip gerak
Prinsip gerak adalah pengelompokan konsep secara meluas yang
memasukan prinsip-prinsip yang mengatur efisiensi dan efektivitas gerak.
Gagasan tentang (1) hubungan antara pemindahan berat atau gerak lanjut dan
penghasil daya, dan (2) pengaruh putaran cepat pada sudut naik suatu benda, juga
ide yang dikaitkan dengan keseimbangan dan stabilitas, semuanya merupakan
prinsip gerak yang menjadi isi utama dari pembelajaran ini, siswa akan belajar
prinsip-prinsip mekanika gerak secara dini, yang berhubungan dengan titik berat
badan serta sumber-sumber daya dan hukuman-hukuman yang menunjang dan
2.1.5.2.4 Strategi gerak
Strategi gerak adalah konsep yang berhubungan dengan bagaimana
gerakan digunakan dalam kaitannya dengan benda atau orang lain. Dalam konsep
ini dimasukan gagasan tentang bagaimana memberikan operan pada penerima
yang sedang bergerak, menyesuaikan langkah dalam tarikan baik sebagai
pemimpin maupun yang mengikuti danmenetapkan diri secara defensif di antara
bola dan gawang. Strategi gerak adalah kemampuan menyesuaikan gerak yang
berhasil dilakukan seseorang ketika dirinya terlibat dalam kegiatan dengan orang
lain (2008:28).
2.1.5.2.6 Pengaruh gerak
Pengaruh gerak merupakan konsep yang dikaitkan dengan pengaruh
pengalaman gerak pada perilaku. Pengaruh latihan yang keras pada jantung dan
tipe latihan yang menghasilkan daya tahan, kekuatan, dan kelentukan merupakan
konsep pengaruh gerak. Ketika suatu pengarah gerak menjadi sebuah konsep yang
harus dipelajari, tujuannya adalah agar siswa mampu menerapkan konsep itu pada
pengalaman baru (Samsudin, 2008:29).
2.1.5.2.7 Emosi gerak
Emosi atau jiwa gerak merupakan suatu pengelompokan khusus dari
konsep yang berfokus secara khusus pada wilayah efektif dari perkembangan
manusia. Konsep emosi gerak dihubungkan dengan pengungkapan perasaan,
kenikmatan gerak, kerja sama kelompok, perasaan yang menggambarkan
Ketika emosi gerakmenjadi sasaran utama pengajaran, tujuan guru adalah
mengembangkan beberapa aspek perasaan, sikap, atau hubungan sosial yang akan
beralih pada pengalaman gerak lain dan terutama pada perilaku siswa secara
umum. Tujuan yang menetap dari program pendidikan jasmani adalah sikap yang
positif terhadap semua kegiatan fisik dan pembelajaran. Emosi gerak sebagai
materi khusus pembelajaran harus berlangsung melintasi fokus utama dari
pembelajaran harus bersifat afektif dari pada bersifat psikomotor (2008: 29).
2.1.5.3 Belajar Gerak
Menurut Amung Ma’mun (2000:3), belajar gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak (motor skill). Keterampilan gerak sangat terikat dengan latihan dan pengalaman individu yang bersangkutan. Belajar gerak khusus dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman, atau situasi belajar pada gerak manusia.
Ada tiga tahapan dalam belajar gerak (motor learning) yaitu :
1) Tahapan verbal kognitif, tugasnya adalah memberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta didik. Sebagai pemula, mereka belum memahami mengenai apa, kapan, dan bagimana gerak itu dilakukan. Oleh karena itu, kemampuan verbal kognitif sangat mendominasi tahapan ini.
peserta didik pertama kali dalam belajar motorik adalah kontrol dan konsistensi sikap berdiri serta rasa percaya diri.
3) Tahapan otomatisasi, setelah peserta didik banyak melakukan latihan, secara berangsur-angsur memasuki tahapan otomatisasi. Disini motor program sudah berkembang dengan baik dan dapat mengontrol gerak dalam waktu singkat. Peserta didik sudah menjadi lebih terampil dan setiap gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien.
Pembelajaran gerak pada umumnya memiliki harapan dengan munculnya hasil tertentu, hasil tersebut biasanya adalah berupa penguasaan keterampilan. Keterampilan siswa yang tergambarkan dalam kemampuannya menyelesaikan tugas gerak tertentu akan terlihat mutunya dari seberapa jauh siswa tersebut mampu menampilkan tugas yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas gerak tersebut maka semakin baik keterampilan siswa tersebut (Amung Ma’mun, 2000:57).
2.1.6 Modifikasi Permainan
2.1.6.1 Modifikasi Pembelajaran Penjas
Penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu, Developmentally Appropriate Practice (DAP). Artinya adalah tugas ajar yang diberikan harus
harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik setiap individu serta mendorongnya kearah perubahan yang lebih baik (Yoyo Bahagia dan Adang Suherman 2000:1).
Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar pembelajaran salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP. Oleh karena itu, DAP, termasuk di dalamnya “ body scaling” atau ukuran tubuh siswa, harus selalu dijadikan prinsip utama
dalam memodifikasi pembelajaran penjas. Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus menegembangkan meteri pembelajaran yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi memiliki tingkat yang lebih tinggi (Yoyo Bahagia dan Adang Suherman 2000:1).
Beberapa aspek analisa memodifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan tentang:
2) Karakteristik meteri modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan keterampilan yang dipelajarinya. Komponen ketrampilan (skill) yaitu materi pembelajaran dalam kurikulum dasar merupakan ketrampilan-ketrampilan yang akan dipelajari peserta didik. Guru dapat memodifikasi keterampilan yang dipelajari peserta didik tersebut dengan cara mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitannya. Misalnya dengan cara menganalisis dan membagi keterampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen lalu melatihnya perkomponen sebelum melakukan latihan keseluruhan (Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:4).
3) Kondisi lingkungan modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajaran. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang di gunakan untuk melakukan skill. Misalnya: (1) ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan (2) lapangan permainan (3) waktu permainan atau lamanya permainan (4) peraturan permainan (5) jumlah pemain (Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:7).
2.1.6.2 Pengembangan dan Modifikasi Olahraga
Meskipun olahraga pada umumnya diterima sebagai alat pendidikan, namun makin banyak pula para pendidik yang semakin kritis dan mempertanyakan keberadaannya, misal: apakah permainan olahraga bermanfaat bagi anak-anak? Bagaimana permainan olahraga diterapkan dan dikembangkan bagi anak-anak? Hal ini yang melandasi perlunya modifikasi dan pengembangan permainan dan olahraga (Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:12). Keuntungan dari pembelajaran permainan dan olahraga yaitu antara lain:
1) Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam bentuk aktivitas jasmani 2) Menunjukkan penguasaan pada beberapa bentuk aktivitas jasmani 3) Memiliki kemampuan tentang cara mempelajari keterampilan baru
4) Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ketrampilan gerak
5) Mengetahui aturan, strategi, dan prilaku yang harus dipenuhi pada aktivitas jamani yang dipilih
6) Memahami bahwa aktivitas jasmani memberi peluang untuk mendapatkan kesenangan, menyatakan diri pribadi, dan berkomunikasi
7) Menghargai hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari partisipasi dalam aktivitas jasmani (Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:15).
Adapun tujuan memilih dan mengevaluasi modifikasi permainan dan olahraga ini antara lain:
1) Mendorong partisipasi maksimal, apakah modifikasi itu dapat mendorong atau
aktif belajar gerak dan kesempatan melakukan pengulangan dan apakah alat yang digunakannya cukup tersedia.
2) Memperhatikan keselamatan, apakah modifikasi berikut peraturanya ini dapat menjaga keamanan? Apakah semua peralatan yang digunakannya juga aman? Apakah gerak yang diperlukan untuk melakukan permainan itu juga aman? Keselamatan merupakan faktor penting dalam mengevaluasi permainan atau modofikasinya. Hampir semua permainan mempunyai resiko terhadap keselamatan. Namun, tingkat resiko keselamatan ini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Demikian juga anak harus diajarkan menjaga keselamatan bagi dirinya dan orang lain selama melakukan permainan sesuai dengan tingkat perkembangan belajarnya (Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:39).
4) Meningkatkan perkembangan emosional sosial, permainan sangat potensial dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan emosial anak. Modifikasi permainan diharapkan dapat meningkatkan perkembangan emosional dan sosial anak ke arah positif. Permaian gugur, hukuman, yang pada akhirnya peserta didik yang lamban yang akan gugur sebaiknya dihindarkan untuk diberikan terlebih dini. Memdorong peserta didik yang termpil untuk menjadi pemenang meman sangat penting, namum mendorong pemain atau team yang kalah juga sama pentingnya. (Yoyo Bahagia-Adang Suherman 2000:39)
2.1.6.3 Permainan “Tembak Kaleng”
Model pengembangan yang akan dikembangkan adalah model pengembangan permainan “Tembak Kaleng” sebagai alternatif variasi permainan bola kecil untuk pembelajaran penjas pada siswa kelas VIII SMP N 2 Patebon Kabupaten Kendal. Permainan ini diadopsi dari permainan olahraga bola kecil beregu yaitu permainan rounders. Persamaan dan perbedaanya terletak pada: 1) Persamaan Permainan Tembak kaleng dengan Rounders. Prinsip permainan
ini adalah olahraga beregu bola kecil dimana regu yang paling banyak mengelilingi lintasan dinyatakan sebagai pemenang. Jarak antar base sama-sama memiliki panjang 15 meter. Seorang pemain bisa memperoleh poin di setiap base yang bisa ditempuh. Cara mematikan lawan dilakukan dengan cara disentuhkan/ take, dibakar/ burn dan strike out sebanyak 3 kali.Cara take, tidak menggunakan glove seperti permainan softball/ baseball. Tiap-tiap
keluar jika memasuki base yang sudah terisi. Change/ pergantian dari regu jaga menjadi penyerang dan sebaliknya dilakukan jika sudah 3 pemain out/ keluar.
2) Perbedaan Permainan Tembak kaleng dengan Rounders adalah jumlah base dalam rounders adalah 5 base, sedangkan Tembak Kaleng hanya memiliki 4 base. Bola yang digunakan dalam permainan rounders adalah bola softball,
sedangkan permainan tembak Kaleng menggunakan bola tonis yang karakteristiknya lebih lunak. Cara memulai permainan dalam rounders adalah pitching (bola dilempar kearah better oleh seorang pitcher dari jarak 9 m),
sedangkan dalam Tembak Kaleng dilakukan dengan cara pemain penyerang meruntuh kan susunan kaleng dengan lemparan bola tonis dengan jarak 3m. Jumlah pemain dalam rounders adalah 12 orang per regu, sedangkan Tembak Kaleng berjumlah 8-10 orang per regu.
2.2 Kerangka Berpikir
kurikulum Penjasorkes sekolah menengah pertama (SMP) terdapat materi-materi pembelajaran penjasorkes seperti atletik, senam, permainan bola besar, permainan bola kecil dan lain-lain. Materi permainan bola kecil merupakan optional atau pilihan yang dapat diajarkan menggunakan olahraga permainan bola
kecil seperti bulutangkis, tenis meja, tenis lapangan, softbal, rounders dll. Permainan rounders adalah permainan yang banyak memiliki persamaan dalam sarana prasarana dan peraturan dengan model permainan Tembak kaleng
Penjasorkes. Pembuatan produk ini harus sesuai dengan hakikat, tujuan dan pelaksanaan pendidikan jasmani. Permainan ini sejatinya mengadopsi prinsip-prinsip berupa peraturan permainan dan beberapa sarana prasarana dari permainan rounders yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak usia SMP, perkembangan gerak anak usia SMP serta prinsip-prinsip modifikasi penjas dan olahraga.
35 3.1 Model Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan menghasilkan produk berupa model pembelajaran bola kecil bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menurut Borg dan Gall dalam Sugiyono (2009:9), Penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk- produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tujuh langkah yang utama, yaitu :
1) Melakukan penelitian dan pengumpulan informasi, termasuk observasi lapangan dan kajian pustaka. Langkah awal ini dilakukan untuk analisis kebutuhan yang bertujuan untuk menentukan model pembelajaran dibuat memang di butuhkan atau tidak.
2) Mengembangkan bentuk produk awal, berdasarkan analisis kebutuhan, maka langkah selanjutnya adalah pembentukan produk model pembelajaran pendidikan jasmani sesuai materi yang dikembangkan yang didasarkan pada kajian teori.
dibidangnya), dan dua orang ahli pembelajaran (gunakan guru pendidikan jasmani yang memiliki pengalaman mengajar yang cukup). Setelah dilakukan evaluasi oleh para ahli selanjutnya lakukan uji coba lapangan skala kecil (gunakan siswa secukupnya dengan siswa sesuai kebutuhan materi), dengan menggunakan lembar evaluasi dan kuisioner yang selanjutnya hasilnya dianlisis.
4) Lakukan revisi produk pertama dari hasil evaluasi ahli dan uji coba lapangan skala kecil yang dilakukan sebelumnya.
5) Uji coba lapangan skala besar dengan manggunakan model pembelajaran yang sudah direvisi atau hasil uji coba lapangan skala kecil yang dilakukan sebelumnya.
6) Revisi produk akhir, dilakukan berdasarkan evaluasi dan analisis uji coba lapangan (melalui pengamatan dan diperlukan instrument baik pengamatan maupun melalui angket siswa pengamat).
7) Hasil akhir produk model pembelajaran pendidikan jasmani yang dihasilkan melalui revisi setelah uji coba lapangan skala besar.
3.2 Prosedur pengembangan
Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas
kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan,
mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji
coba lapangan sesuai dengan latar di mana produk tersebut akan dipakai, dan
model pembelajran modifikasi permainan tembak kaleng dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
Analisis kebutuhan
Kajian pustaka observasi dan wawancara
Pembuatan produk awal
Tinjauan ahli penjas uji coba skala kecil Dan ahli pembelajaran
revisi produk pertama uji lapangan / skala besar
Revisi produk akhir
Produk akhir permainan tembak kaleng.
Gambar 3.1 : Prosedur Model Pengembangan Permainan Tembak Kaleng
3.2.1 Analisis kebutuhan
3.2.2 Pembuatan Produk Awal
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan produk model permainan bola kecil. Dalam pembuatan produk yang dikembangkan, peneliti membuat produk berdasarkan kajian teori yang kemudian dievaluasi oleh satu ahli Penjas dan dua ahli pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 2 Patebon Kabupaten Kendal.
3.2.3 Uji Coba Produk
Pelaksanaan uji coba produk dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: (1) menetapkan desain uji coba sebanyak 2 kali, (2) menentukan subjek uji coba (8 siswa putra dan 8 siswi putri kelas VIIIB), (3) menyusun instrumen pengumpulan data, dan (4) menetapkan teknik analisis data.
3.2.4 Revisi Produk Pertama
Setelah uji coba produk, maka dilakukan revisi produk pertama hasil dari evaluasi ahli dan uji coba kelompok kecil sebagai perbaikan dari produk yang telah diujicobakan.
3.2.5 Uji Coba Lapangan
Hasil anaslisis uji coba skla kecil serta revisi produk pertama, selanjutnya
dilakukan uji coba lapangan skala besar. Uji coba lapangan sekala besar ini
dilakukan pada siswa VIIIB SMP N 2 Patebon dengan jumlah siswa 34 yang
3.2.6 Revisi Produk Akhir
Revisi produk dari hasil uji lapangan yang telah diujicobakan siswa kelas VIII SMP N 2 Patebon Kabupaten Kendal.
3.2.7 Hasil Akhir
Hasil akhir produk pengembangan dari uji lapangan yang berupa model pembelajaran bola kecil melalui permainan “Tembak Kaleng”.
3.3 Uji Coba Produk
3.3.1 Desain Uji Coba
Dalam penelitian ini desain uji coba yang digunakan adalah desain eksperimental. Uji coba produk pengembangan melalui dua tahap, yaitu : Uji skala kecil ( dilakukan pada 16 siswa ), dan uji skala besar ( dilakukan pada 34 siswa ).
Uji coba skala kecil dilakukan dengan 16 siswa, dimana akan dibagi menjadi 2 tim, satu tim berjumlah 8 orang. Dalam uji coba ini dilakukan 2 kali pertandingan.
Uji coba skala besar dilakukan dengan 34 siswa, dimana akan dibagi menjadi 4 tim. Dalam uji coba ini dilakukan 4 kali pertandingan.
3.3.2 Subjek Uji Coba
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan kuntitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara lisan maupun tulisan dari ahli penjas dan pakar pembelajaran penjas SMP sebagai bahan untuk revisi produk. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari kuesioner siswa.
3.5 Intrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2006: 160).
Instrumen yang digunakan dalam pengembangan produk menggunakan angket dan kuesioner. Angket digunakan untuk menjaring informasi secara sistematis dari ahli penjas dan pakar pembelajaran. Sedangkan kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk. Alasan memilih kuesioner adalah jumlah subjek yang relatif banyak. .
Kuesioner yang digunakan untuk ahli berupa sejumlah aspek yang harus dinilai kelayakannya. Faktor yang digunakan dalam kuesioner berupa kualitas model permainan Tembak Kaleng. Serta komentar dan saran umum jika ada. Rentangan evaluasi mulai dari “tidak baik” sampai dengan “sangat baik” dengan cara dengan memberi tanda ″√″ pada kolom yang tersedia.
Tabel 3.1 Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner
No. Faktor Indikator Jumlah
1 Kualitas Model Kualitas produk terhadap standar kompetensi, keaktifan siswa, dan kelayakan untuk diajarkan pada siswa SMP
15
Kuesioner yang digunakan siswa berupa sejumlah pertanyaan, yang harus dijawab oleh siswa dengan alternatif jawaban ”Ya” dan ”Tidak”. Faktor yang digunakan dalam kuesioner meliputi aspek psikomotor, kognitif, afektif. Cara pemberian skor pada alternatif jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Skor Jawaban Kuesioner ”Ya” dan ”Tidak”.
Alternatif Jawaban Positif Negatif
Ya 1 0
Tidak 0 1
Berikut ini adalah faktor-faktor, indikator, dan jumlah butir kuesioner yang akan digunakan pada siswa :
Tabel 3.3 Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner
No. Faktor Indikator Jumlah
1 Psikomotorik Kemampuan siswa mempraktekkan variasi gerak dalam bermain model permainan bola kecil.
10
dan pengetahuan tentang model permainan bola kecil.
3 Afektif Menampilkan sikap dalam bermain model permainan bola kecil, serta nilai kerjasama, sportifitas, dan kejujuran.
10
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah prosentase untuk menganalisis dan penilaian subyek pengembang dalam menilai tingkat kelayakan, kualitas dan keterterimaan produk terhadap produk pengembangan.
Adapun rumus yang digunakan dalam pelenitian ini adalah indeks persentase yaitu :
Keterangan : % : persentase
n : nilai yang diperoleh
N : jumlah seluruh nilai ( Muhammad Ali, 1987: 184)
Dari hasil persentase yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk memperoleh kesimpulan data. Pada tabel 7 akan disajikan klasifikasi persentase
Persentase Klasifikasi Makna
0 – 20% 20,1 – 40% 40,1 – 70% 70,1 – 90% 90,1 – 100%
Tidak baik Kurang baik
Cukup baik Baik Sangat baik
Dibuang Diperbaiki Digunakan (bersyarat)
Digunakan Digunakan
44 BAB IV
HASIL PENGEMBANGAN
4.1 Hasil Data Uji Coba
Hasil yang disajikan dalam penelitian pengembangan ini meliputi analisis
kebutuhan, produk awal modifikasi permainan “Tembak Kaleng”, revisi produk
awal modifikasi permainan “Tembak Kaleng”, revisi produk akhir modifikasi
permainan “Tembak Kaleng”, hasil produk akhir modifikasi permainan “Tembak
Kaleng” serta efektivitas pengembangan permainan “Tembak Kaleng”.
4.1.1 Analisis Kebutuhan
Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan pembelajaran yang terjadi
di lapangan terutama berkaitan dengan proses pembelajaran pendidikan jasmani,
serta bentuk pemecahan dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan analisis
kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menganalisis proses pembelajaran
yang terjadi sesunggahnya di lapangan, melakukan observasi pembelajaran dan
melakukan studi pustaka/ kajian literatur.
Sesuai dengan kompetensi dasar pada materi permainan bola kecil bagi
siswa Sekolah Menengah Pertama, disebutkan bahwa siswa dapat mempraktikkan
kombinasi teknuk dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola kecil
lanjutan dengan kombinasi yang baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri,
keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan. Kenyataan
Pertama sering kali tidak dapat disampaikan dengan baik karena keterbatasan alat
standar yang umumya tidak dimiliki oleh sekolah.
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di SMP N 2 Patebon
Kabuapten Kendal, guru pendidikan jasmani sampai saat ini mengalami kendala
dalam pelaksanaan pembelajaran permainan bola kecil karena belum tersedianya
sarana prasarana yang memadai. Oleh karena itu diperlukan langkah kreatif untuk
memodifikasi permainan tersebut menggunakan sarana dan prasana yang telah ada
di sekolah agar semua kompetensi dasar dalam pembelajaran pendidikan jasmani
dapat diajarkan pada siswa.
Penelitian pengembangan permainan bola kecil pada siswa kelas VIII SMP
N 2 Patebon Kabupaten Kendal dilakukan dengan memberikan model baru
permainan bola kecil pada pembelajaran pendidikan jasmani siswa Sekolah
Menengah Pertama. Model baru dalam permainan bola kecil yang dikembangkan
yaitu berkaitan dengan sarana prasaran dan peraturan yang digunakan dalam
permainan bola kecil yang kemudian diberi nama permainan “Tembak Kaleng”.
Mengingat waktu yang dimiliki untuk melakukan praktek relatif pendek,
paling tidak pendidikan jasmani diarahkan agar siswa memiliki kebugaran
jasmani, kesenangan melakukan aktivitas fisik dan olahraga (gaya hidup yang
aktif dan sehat), serta memperoleh nilai-nilai pendidikan yang diperlukan bagi
siswa untuk bekal kehidupan sekarang maupun dimasa yang akan datang.
4.1.2 Draf Awal Produk Modifikasi “Tembak Kaleng”
Produk awal yang buat dalam memodifikasi permainan “Tembak Kaleng”
4.1.2.1 Sarana dan Prasana Permainan “Tembak Kaleng”
4.1.2.1.1 Lapangan
Lapangan yang digunakan dalam permainan “Tembak Kaleng” hampir sama dengan bentuk lapangan permainan softball, yang membedakan hanya ukuran, tidak adanya outfield dan tambahan area larangan bola keluar sebelum kaleng selesai ditata. Lapangan berbentuk persegi dengan ukuran 20m x 20m, jarak tembak dengan kaleng 4m. Selain itu juga terdapat zona bola tidak boleh keluar selama kaleng belum tertata dengan ukuran 12x12m2.
4.1.2.1.2 Peralatan Permainan
1) Bola, bola yang digunakan dalam permainan ini adalah bola tonis. Bola tonis digunakan dalam permainan ini karena memiliki pantulan yang tidak terlalu keras, sehingga bola tidak liar pada saat dipakai bermain “Tembak Kaleng”. 2) Kaleng, kaleng yang digunakan dalam permainan ini adalah kaleng bekas susu
kental manis dengan jumlah 5 kaleng.
4.1.2.2Peraturan Permainan “Tembak Kaleng”
1) Cara memulai permainan, pemain dibagi menjadi 2 tim, masing0masing tim terdiri dari 8 sampai 10 orang.Pemain penyerang menentukan urutan pelempar kaleng. Sedangkan pemain bertahan menentukan posisi penjaga. Sedangkan pemain bertahan bertugas menjaga daerah dengan rincian satu orang bertugas
menata kaleng dan yang lain bertugas mematikan lawan dengan bola. Seorang penyerang harus bisa menjatuhkan kaleng maksimal dengan 2 kali percobaan, apa bila lebih dari 2 kali pemain tersebut mati/out karena terkena strike out. Setelah berhasil merubuhkan susunan kaleng, seorang pemain minimal harus menginjakkan kaki di Base pertama sebelum kaleng tersusun kembali. Dalam satu Base hanya diperbolaehkan ditempati oleh seorang pemain, jika terdapat 2 pemain atau lebih pemain tersebut boleh dimatikan.
2) Cara mematikan pemain penyerang/visit yaitu dengan strike out terjadi apabila seorang pemain menyerang tidak dapat menjatuhkan kaleng setelah percobaan ke-2. Kaleng tersusun, khusus untuk base pertama, apabila pemain menyerang
bola tidak boleh keluar dari zona kaleng sebelum semua kaleng tersusun kembali.
3) Cara mencetak angka dalam permainan “Tembak Kaleng”, seorang pemain mendapatkan satu poin jika berhasil menjatuhkan kaleng kemudian berlari dari Home Base menuju Base 1, 2, 3, dan kembali ke Home Base.
4) Cara memenangkan pertandingan Suatu tim dapat memenangkan pertandingan apabila mencetak skor lebih banyak dari tim lawan.
5) Wasit terdiri dari 2 orang, wasit pertama berada di dekat kaleng, wasit kedua berada di dekat Base pertama. Tugas wasit pertama adalah meniup peluit ketika kaleng sudah tertata sehingga menentukan pelari yang safe ataupun yang out, selain itu wasit pertama juga bertugas menghentikan pertandingan. Wasit kedua bertugas mengamati pelari yang menuju Base pertama, jika tiba di Base pertama sebelum peluit dibunyikan wasit pertama maka pelari dinyatakan safe. Sebaliknya apabila pelari tiba di Base sesudah peluit maka pelari tersebut dinyatakan out.
4.1.3 Uji Coba Lapangan Skala Kecil Validasi Ahli
4.1.3.1Validasi Draf Produk Awal
Produk awal pengembangan model permainan “Tembak Kaleng” bagi
siswa Sekolah Menengah Pertama sebelum diujicobakan dalam kelompok kecil,
terlebih dahulu dilakukan validasi oleh para ahli yang sesuai dengan bidang
peneliti ini. Peneliti melibatkan satu orang ahli yaitu Agus Pujianto, M.Pd.
dua orang ahli pembelajaran yaitu Mundjari, S.Pd. dan Suparti, S.Pd. dengan
spesifikasi guru pendidikan jasmani SMP N 2 Patebon Kabupaten Kendal.
Validasi draf produk awal oleh ahli dilakukan dengan cara memberikan
draf produk awal model modifikasi permainan “Tembak Kaleng” dengan disertai
lembar evaluasi untuk masing-masing ahli. Lembar evaluasi berupa kuesioner
yang berisi aspek kualitas model permainan, saran, serta komentar dari ahli
terhadap model permainan “Tembak Kaleng”. Hasil evaluasi berupa nilai dari
aspek kualitas model pembelajaran dengan menggunakan skala Likert 1 sampai 5.
Caranya dengan menyontreng salah satu angka yang tersedia pada lembar
evaluasi, adapun lembar evaluasi terlampir.
4.1.3.2Deskripsi Data Validasi Ahli
Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh ahli pendidikan jasmani
dan ahli pembelajaran pendidikan jasmani SMP merupakan pedoman untuk
menyatakan apakah produk modifikasi permainan “Tembak Kaleng” dapat
digunakan untuk uji coba lapangan skala kecil dan uji coba lapangan skala besar.
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh ahli pendidikan
jasmani dan ahli pembelajaran pendidikan jasmani Sekolah Menengah Atas
didapat rata-rata skor 3,9 yang termasuk kategori baik, oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa modifikasi permainan “Tembak Kaleng” bagi siswa kelas VII
SMP N 2 Patebon Kabupaten Kendal dapat digunakan untuk uji coba lapangan