• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Modal Kerja Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan di Indonesia Tahun2012-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Manajemen Modal Kerja Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan di Indonesia Tahun2012-2014"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian Perusahaan Perbankan

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

(2)

LAMPIRAN 2 Data Variabel Corporate Social Responsibilitry Tahun 2012-2014

Perusahaan Perbankan Sampel yang Terdaftar Di BEI

No Kode Perusahaan 2012 2013 2014

1 BABP 0,607 0,607 0,643

2 BACA 0,823 0,859 0,895

3 BBCA 0,644 0,68 0,711

4 BBNI 0,607 0,571 0,678

5 BBNP 0,571 0,607 0,643

6 BBRI 0,57 0,534 0,034

7 BCIC 0,501 0,573 0,609

8 BDMN 0,715 0,751 0,787

9 BJBR 0,678 0,714 0,75

10 BKSW 0,676 0,711 0,747

11 BMRI 0,785 0,821 0,857

12 BNGA 0,607 0,751 0,787

13 BNII 0,641 0,676 0,711

14 BSIM 0,431 0,501 0,537

15 BVIC 0,526 0,571 0,607

16 INPC 0,537 0,572 0,607

(3)

18 NISP 0,571 0,643 0,607

19 PNBN 0,608 0,644 0,68

(4)

LAMPIRAN 3 Data Variabel Manajemen Modal Kerja (Aggressive IV) tahun 2012-2014

Perusahaan Perbankan Sampel yang Terdaftar Di BEI

No Kode Perusahaan 2012 2013 2014

1 BABP 0,978 0,978 0,960956

2 BACA 0,970 0,973 0,976453

3 BBCA 0,853 0,850 0,879615

4 BBNI 0,818 0,844 0,860166

5 BBNP 0,971 0,981 0,979514

6 BBRI 0,916 0,907 0,885213

7 BCIC 0,917 0,909 0,819894

8 BDMN 0,767 0,743 0,736183

9 BJBR 0,871 0,923 0,925373

10 BKSW 0,964 0,973 0,970744

11 BMRI 0,775 0,818 0,803781

12 BNGA 0,912 0,891 0,887768

13 BNII 0,911 0,901 0,883553

14 BSIM 0,945 0,913 0,928644

15 BVIC 1,005 1,076 0,993738

16 INPC 0,872 0,872 0,856488

(5)

18 NISP 0,886 0,901 0,895790

19 PNBN 0,819 0,891 0,891221

(6)

LAMPIRAN 4 Data Variabel Kinerja keuangan (ROE) Tahun 2012-2014

Perusahaan Perbankan Sampel yang Terdaftar Di BEI

No Kode Perusahaan 2012 2013 2014

1 BABP 0,26 16,28 6,69

2 BACA 8,46 10,96 8,93

3 BBCA 30,4 28,2 25,5

4 BBNI 19,99 22,47 23,64

5 BBNP 14,37 12,16 9,09

6 BBRI 38,66 34,11 31,22

7 BCIC 15,04 -142,48 -57,88

8 BDMN 16,2 14,5 8,6

9 BJBR 25,02 26,76 19,1

10 BKSW -3,38 0,29 6,54

11 BMRI 22,6 22,23 20,95

12 BNGA 20,88 17,74 8,52

13 BNII 15,79 16,18 6,02

14 BSIM 15,42 9,23 5,72

15 BVIC 16,48 16,72 7,62

16 INPC 13,14 11,59 5,8

(7)

18 NISP 12,22 11,87 9,68

19 PNBN 15,37 14,56 13,09

(8)

Lampiran 5

Data Variabel Kinerja Keuangan (ROA) Tahun 2012-2014 Perusahaan Perbankan

Sampel yang Terdaftar Di BEI

No KodePerusahaan 2012 2013 2014

1 BABP 0,09 0,93 0,82

2 BACA 1,32 1,59 1,33

3 BBCA 3,6 3,8 3,9

4 BBNI 2,92 3,36 3,49

5 BBNP 1,57 1,58 1,32

6 BBRI 5,15 5,03 4,74

7 BCIC 1,06 -7,58 -4,96

8 BDMN 2,7 2,5 1,4

9 BJBR 2,46 2,61 1,94

10 BKSW -0,81 0,07 1,05

11 BMRI 3,54 3,54 3,39

12 BNGA 3,18 2,76 1,44

13 BNII 1,62 1,71 0,67

14 BSIM 1,74 1,71 1,02

15 BVIC 2,17 1,97 0,8

(9)

17 MEGA 2,74 1,14 1,16

18 NISP 1,79 1,81 1,79

19 PNBN 1,96 1,85 1,79

(10)

DAFTAR PUSTAKA.

Adullah, Ma’ruf, 2015. Manajemen Komunikasi Korporasi. Aswaja Pressindo, Yogyakarta.

Andriyani, Ade dan Ati, Harmoni, 2008. “Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Official Website Perusahaan Studi Pada PT. Unilever Indonesia Tbk”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

Brigman, Houston .2006. Fundamentals Of Financial Manajement. Edisi 10. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Hal. 475.

Budi Untung, Hendrik, 2008. Corporate Social Responsibility, Sinar Grafika, Jakarta.

Bursa Efek Indonesia. Website:

Eko, Rianto 2011.“PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 - 2008)”. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Fahmi Irham. 2010. Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Cetakan Pertama. Penerbit: Alfabeta. Bandung.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Departemen Akuntansi, 2015. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Kompherensif Program Strata Satu (S1), Medan.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivarate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indriyani, Eka. 2015. “Analisis Efektivitas Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Princess Diary Acc Di Samarinda”. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis. Hal 107.

Jeanne. 2013. Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Skripsi. Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Lubis, Ade Fatma dan Adi Syah Putra, 2012. Manajemen Keuangan Sebagai Alat Untuk Pengambilan Keputusan, USU Press, Medan.

(11)

Rosiana, Gusti Ayu Made Ervina, dkk, 2013. “Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi”, Jurnal Akuntansi Universitas Undayana.

Soeprihanto, John. 1997. Manajemen Modal Kerja.BPFE. Jakarta. Hal 4.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Alfabeta. Bandung.

Sulistyawati, Ardiani Ika, dkk, 2016. “Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Laporan Keuangan Dan Determinasinya”, Jurnal Ekonomi Universita Semarang.

Sutopo, dkk, 2015. “Pengaruh Modal Kerja, Likuiditas Dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Agro Di Bei”,

Hal 467.

Jurnal Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya.

Syafri, Sofyan, 2013. Analisis Atas Laporan Keuangan. Rajawali Pers, Jakarta.

Volume 1 Nomor 2 Hal 3.

Tjondro, David dan R. Wilopo, 2011. “Pengaruh Good Corporate Governance (Gcg) Terhadap Profitabilitas Dan Kinerja Saham Perusahaan Perbankan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal STIE Perbanas Surabaya

Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

. Volume 1 Nomor 1 hal 3.

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan asosiatif kausal atau sebab akibat.Menurut penelitian asosiatif kausal adalah “gambaran informasi lengkap tentang hubungan antara variabel satu dengan gejala yang lain”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility (CSR) dan Manajemen Modal kerja (Working Capital Management) sebagai variabel independen dan kinerja keuangan perusahaan yang diwakili oleh Return on Equity

dan ReturnOn Asset sebagai variabel dependen.

3.2 Batasan operasional

Batasan operasional adalah rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembahasan. Batas operasional bertujuan untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau salah penafsiran terhadap istilah-istilah dalam judul, sehingga dapat mencipkan persepsi dan pemahaman yang jelas. Oleh karena itu penulis menggunakan penegasan istilah agar ruang lingkupnya tidak terlalu luas sehingga dapat dilakukan penegasan yang lebih mendalam yaitu:

1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan perbankan di BEI pada tahun 2012 - 2014

(13)

3. Variabel indevenden dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Corporate Disclosure Index (CSDI) dan Manajemen Modal Kerja yang diproksikan dengan Agressive Investing Variable (IV) dan Aggresive Financing Variable (FV).

1.3. Defenisi Operasional

Berdasarkan perumusan masalah dan metode analisis, maka variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel-variabel independen dan dependen, yaitu:

3.3.1 Variabel independen ( variabel bebas )

Adalah “variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel tidak bebas ( variabel devenden) dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya”.

3.3.2 Variabel dependen ( variabel terkait )

(14)

1.4. Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.1

Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Defenisi Pengukuran Skala

CSR (X1)

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang bertujuan untuk memperlihatkan aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan dan pengaruhnya

Modal yang diperoleh sebagai jangka panjang dan jangka pendek yang dapat dipakai untuk modal kerja atau investasi

Aggressive IV = Current Assets

Total Assets Rasio

Return on Equity (Y1)

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham

ROE = Laba Bersih x 100% Ekuitas

Rasio

Return On Asset (Y2)

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan

ROA = Net Income X 100%

Total Assets Rasio

1.5. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 61) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama tahun 2012-2014 yaitu berjumlah 42 perusahaan pada tahun 2016.

(15)

nilai populasi sesungguhnya. Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Ghozali, 2006). Adapun kriteria perusahaan perbankan yang dijadikan sampel antara lain:

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 – 2014.

2. Perusahaan perbankan yang menerbitkan laporan tahunan selama periode 2012-2014 dan Perusahaan menggunakan mata uang Rupiah (Rp).

3. Perusahaan memiliki data CSR dan data yang diperluka selama penelitian lengkap selama periode 2012-2014.

Berdasarkan kriteria yang dikemukakan diatas, maka diperoleh peusahaanperbankan yang memenuhi tiga kriteria penelitian. Perusahan – perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Perbankan

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

(16)

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang diteliti. Data yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh dari bursa effek indonesia (BEI) dengan mengunduh melalui situs

3.7 Metode Analisis Data

(17)

3.7.1. Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi dari pengungkapan corporate social responsibility dan manajemen modal kerja pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Pengukuran statistik deskriptif ini meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum,mean, dan standar deviasi. Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data bersangkutan bervariasi dari rata-rata.

3.7.2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu harus dilakukan

uji asumsi klasik.Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya estimasi yang bisa mengingat tidak pada semua data dapatditerapkan regresi.Asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah berdistribusi normal, multikolinieritas,

non-autokorelasi, dan homoskedastisitas.

3.7.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas data dilakukan

(18)

Untuk mendeteksi normalitas data melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui Kolmogrorov-Smirnov test

(K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

1) Jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi normal, dan

2) Jika nilai signifikan < 0.05 maka distribusi tidak normal

Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:

Ho : Data residual berdistribusi normal

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

3.7.2.2. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2006:105), uji heteroskedastisitas bertujuan “menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada grafik scatter plot. Dasar analisis uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

(19)

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3.7.2.3. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2006:95), uji autokorelasi bertujuan “menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Untuk menguji

ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji

Durbin-Watson (DW test) dan uji Runs Test. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.3

Kriteria Pengambilan Keputusan Metode Durbin-Watson

3.7.2.4 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2006 : 91) uji multikolinearitas bertujuan untuk “menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel bebas (independen)”.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negative Tidak ada keputusan 4-du ≤ d ≤ 4 - dl Tidak ada auto korelasi positif

atau negative Tidak tolak

(20)

independen.Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihattoleransi variabel dan variance inflation factor (VIF).

Ketentuan suatu model regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas adalah “jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10 dan

Tolerance> 0,1” (Ghozali, 2006:92).Cara untuk perbaikan jika terjadi multikolinearitas yaitu :

1. Mengeluarkan satu atau lebih variabel dependen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya untuk membantu prediksi.

2. Menggabungkan data cross section dan time series (pooling data) 3. Menambah data penelitian.

3.7.2.5 Model Aanalisis Regresi Berganda

Hubungan fungsional antara variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen dapat digunakan teknik regresi berganda dengan bantuan program SPSS 20. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka teoritis yang disajikan sebelumnya, maka model yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = CSR + Size + Ind +Lev+ Cr+ ε

Y = Eko + Lingk + HAM + NAKER + Prod + Sos + Size + Ind + ε Keterangan :

Y : Menggambarkan kinerja perusahaan yang diukur dengan Sales Growth, Asset Turnover, market To Book Ratio, dan penjumlahan dari ketiga asio tersebut yaitu Total Performance

CSR : Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(21)

Lingk : Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Perusahaan aspek lingkungan

HAM : Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Perusahaan aspek hak asasi manusia

NAKER : Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Perusahaan aspek tenaga kerja

PROD : Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Perusahaan aspek Produk SOS : Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Perusahaan aspek Sosial Size : Ukuran Perusahaan

IND : Tipe Perusahaan ( Tipe industri) Lev : Struktur Permodalan

E : Error

Y= a+b1x1+b2x2+e

Keterangan:

Y : Kinerja perusahaan A : Konstanta

X1 : Aggressive investing variable

X2 : Aggressive financing variable

E : Faktor penggangu diluar model (error term )

3.7.3. Pengujian Hipotesis 3.7.3.1 Uji Statistik t

Uji t dalam penelitian ini digunakan untuk menguji signifikansi koefisien variabel bebas dalam memprediksi variabel terikat.Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel

dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung< t tabel untuk a = 5 %

H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung > t tabel untuk a = 5 %

Jika tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka H0 ditolak dan Ha

(22)

masing-masing variabel independen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel dependen.

3.7.3.2 Uji Staistik F

Uji-F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya secara simultan. Proses perhitungan menggunakan SPSS melalui analisis regresi linier dan hasilnya dapat dilihat pada tabel Anova. Dari hasil uji F, maka pada tabel Anova dapat diketahui nilai dari level of significant. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari Alpha 5 % maka secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikatnya, dan begitu pula sebaliknya. (Ghozali, 2005).

3.7.3.3 Uji R2 atau Koefisien Determinasi

(23)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1Analisis Statistik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik dengan persamaan linier berganda. Analisis dimulai dengan pengolahan data yang tersimpan di dalam

Microsoft Excel yang akan digunakan sebagai input data pada program SPSS 20.0. Pada program SPSS akan dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi berganda. Proses input data terlebih dahulu dilakukan dengan memasukkan data yang ada di dalam Microsoft Excel yang berfungsi sebagai variabel-variabel yang akan diuji dan menghasilkan output sesuai dengan metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, penelitian ini memiliki 20 perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian dan diamati selama periode 2012-2014.

4.2.Hasil Penelitian

4.2.1. Statistik Deskriptif

(24)

Tabel 4.1 Statistic Deskriptif

Sumber: Output SPSS. Diolah peneliti 2016.

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dideskripsikan beberapa hal sebagai berikut. 1. Jumlah sampel perusahaan adalah 60 perusahaan , yaitu 20 perusahaan

dikali dengan 3 tahun pengamatan penelitian.

2. Variabel independen manajemen modal kerja memiliki nilai minimum 0,17 dan nilai maksimum sebesar 2,67. Rata-rata Manajemen Modal Kerja sebesar 0,9239 dengan standar deviasi 0,35464.

3. Variabel independen Corporate Social Responsibility memiliki nilai minimum 0,03 dan nilai maksimum 0,90. Rata-rata CSR sebesar 0,6368 dengan standar deviasi 0,13097.

4. Variabel dependen kinerja keuangan diproksikan dengan Return On Equity (ROE) memiliki nilai minimum sebesar -142.48 dan nilai maksimum sebesar 38,66. Rata-rata untuk variabel ROE sebesar 11,3042 dengan standar deviasi sebesar 23.80375.

5. Variabel dependen kinerja keuangan diproksikan dengan Return on Asset (ROA) memiliki nilai minimum sebesar -7,58 dan nilai maksimum

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

manajemen_modal_kerja 60 .17 2.67 55.44 .9239 .35464

Csr 60 .03 .90 38.21 .6368 .13097

Roe 60 -142.48 38.66 678.25 11.3042 23.80375

Roa 60 -7.58 5.15 110.62 1.8437 1.99674

(25)

sebesar 5,15. Rata-rata untuk variabel ROA sebesar 1,8437 dengan standar deviasi sebesar 1.99674.

4.2.2. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian terhadap gejala penyimpangan asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik meliputi:

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau variabel residual terdistribusi normal. Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng.

(26)

Tabel 4.2

Uji Kolmogorov Smirnov (ROE)

Hasil uji Kolmogorov Smirnov pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikan atau nilai probabilitasnya sebesar 0,512. Maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal (H0 diterima)

karena nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,512 > 0,05. Pengujian normalitas data yang dilakukan dengan uji grafik dan uji statistik menunjukkan bahwa data terdistribusi normal sehingga uji hipotesis dapat dilakukan.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 20

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 56.32631635

Most Extreme Differences Absolute .310

Positive .172

Negative -.310

Test Statistic .310

Asymp. Sig. (2-tailed) .512c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

(27)

Tabel 4.3

Uji Kolmogorov Smirnov (ROA)

Hasil uji Kolmogorov Smirnov pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikan atau nilai probabilitasnya sebesar 0,471. Maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal (H0 diterima)

karena nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,471> 0,05. Pengujian normalitas data yang dilakukan dengan uji grafik dan uji statistik menunjukkan bahwa data terdistribusi normal sehingga uji hipotesis dapat dilakukan.

4.2.2.2 Uji Heterokedastisitas

“Uji heteroskedastisitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variabel residu dari satu pengamatan ke pengamatan lain” (Ghozali, 2006:105). Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 20

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 5.27510321

Most Extreme Differences Absolute .185

Positive .093

Negative -.185

Test Statistic .185

Asymp. Sig. (2-tailed) .471c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

(28)

Gambar 4.1

Uji Heterokedastisitas (ROE)

Gambar 4.2

Uji Heterokedastisitas (ROA)

(29)

maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas dan model regresi layak dipakai untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhiKinerja Keuangan.

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1

(periode sebelumnya).Jika terjadi korelasi, maka dinamalan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.Run test sebagai bagian dari statistic non-parametik dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4

Uji Autokorelasi (ROE)

Berdasarkan data yang ada pada tabel 4.3, dapat dilihat bahwa nilai Run Test adalah sebesar -3,16674 dengan

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea -3.16674

Cases < Test Value 30

Cases >= Test Value 30

Total Cases 60

Number of Runs 33

Z .521

Asymp. Sig. (2-tailed) .602

(30)

probabilitas 0,602 lebih besar daripada 0,05 yang berarti dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.

Tabel 4.5

Uji Autokorelasi (ROA)

Berdasarkan data yang ada pada tabel 4.5, dapat dilihat bahwa nilai Run Test adalah sebesar -0,4615dengan probabilitas 0,068 lebih kecil daripada 0,05 yang berarti dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.

4.2.2.4 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel independen. Cara untuk mendeteksi terjadinya multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai tolerance (TOL) dan variance

(31)

inflation factor (VIF). Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan data olahan pada tabel 4.6, maka dapat dilihat bahwa semua variabel independen memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan

Tabel 4.6

(32)

bahwa tidak terjadi korelasi di antara variabel-variabel independen yang diuji dalam penelitian ini

4.2.3.Pengujian Hipotesis

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan pengujian koefisien determinasi (R2), uji signifikansi simultan (Uji-F), dan uji signifikansi parsial (Uji-T).

4.2.3.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Apabila nilai R2 semakin mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

Tabel 4.7

Uji Koefisien Determinasi

Hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.7 menunjukkan nilai R sebesar 0,645 yang berarti korelasi atau hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen cukup kuat karena lebih besar dari 0,5 (50%). Sementara nilai Adjusted R2 adalah 0,413. Hal ini berarti bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap harga

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), Manajemen Modal Kerja, CSR

(33)

saham sebesar 41,3% sedangkan sisanya yaitu 58,7% adalah pengaruh lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.8 menunjukkan nilai R sebesar 0,639 yang berarti korelasi atau hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen cukup kuat karena lebih besar dari 0,5 (50%). Sementara nilai Adjusted R2 adalah 0,413. Hal ini berarti bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap harga saham sebesar 41,3% sedangkan sisanya yaitu 58,7% adalah pengaruh lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

4.2.3.2 Uji Simultan (Uji-F)

Untuk melihat pengaruh secara simultan dari variabel independen dapat dilihat dengan menggunakan uji-F, yaitu apakah

Corporate Social Responsibility (X1) dan Manajemen Modal Kerja (X2) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Equity (Y1) dan Return On Asset (Y2) dengan melihat apakah F hitung > F tabel atau F hitung < F tabel dimana tingkat signifikansinya yaitu < 0,05.

Tabel 4.8

Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .639a .403 .413 1.57678

a. Predictors: (Constant), Manajemen Modal Kerja, CSR

(34)

Tabel 4.9

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 63260.163 2 31630.0815 9.5541 0,000a

Residual 56280.424 17 3310.6113

Total 119540,587 19

a. Dependent Variable: ROE

b. Predictors: (Constant), Manajemen Modal Kerja, CSR

Diperoleh hasil F hitung 9.5541 > F tabel 2,09 dan nilai signifikansinya 0,00 < 0,05, maka Ha yang diajukan dapat diterima, artinya CSR (X1) dan Manajemen Modal Kerja (X2) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Kinerja Keuangan yang diproksikan dengan ROE (Y1).

Tabel 4.10 Uji F Signifikansi

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 56622.136 2 28311.068 10.571 0,000a

Residual 45528.708 17 2678.159

Total 102150,844 19

a. Dependent Variable: ROA

b. Predictors: (Constant), Manajeme Modal Kerja, CSR

(35)

simultan terhadap Kinerja Keuangan yang diproksikan dengan ROA (Y2).

4.2.3.3 Uji Parsial (Uji-t)

Untuk melihat pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel independen dapat dilihat dengan menggunakan uji-t , yaitu apakah Corporate Social Responsibility (X1) dan Manajemen Modal Kerja (X2) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja keuangan yang diproksikan melalui Return On Equity (Y1) da Return On Asset (Y2) dengan melihat apakah t hitung > t tabel atau t hitung < t tabel dimana tingkat signifikasinya yaitu < 0,05.

Tabel 4.11

Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Coefficientsa

a. Dependent Variable: ROE

Coefficientsa

(36)

T tabel dalam penelitian ini adalah sebesar 1,67065. Dari hasil Uji Signifikan Parsial (t) di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen secara parsial, yaitu:

1. Variabel Corporate Social Responsibility (X1) mempunyai nilai t-hitung sebesar 4,136 dan nilai t-tabel sebesar 1,67065 sehingga t-hitung > t-tabel (4,136 > 1,67065) dan memiliki nilai signifikan 0,14 > 0,05. Hal ini berarti Corporate Social Responsibility (X1) secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Equity (Y1).

Variabel Corporate Social Responsibility (X1) mempunyai nilai t-hitung sebesar 6,868 dan nilai t-tabel sebesar 1,67065 sehingga t-hitung > t-tabel (6,868 > 1,67065) dan memiliki nilai signifikan 0,018 < 0,05. Hal ini berarti Corporate Social Responsibility (X1) secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset (Y2).

(37)

Variabel Manajemen Modal Kerja (X2) mempunyai nilai t-hitung sebesar 3,001 dan nilai t-tabel sebesar sehingga t-t-hitung < t-tabel (2,273 > 1,67065) dan memiliki nilai signifikan 0,39 > 0,05. Hal ini berarti Manajemen modal kerja (X2) secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Retrn On Asset (Y2). Dari hasil pengujian pada Tabel 4.7 diatas dapat diperoleh

model persamaan regresi linier berganda, yaitu : Y1 = 5,504 + 10,142X1 + 6,259X2 + e

Y2 = 10,277 + 6,704X1 + 4,229X2 + e

Model persamaan regresi linier berganda diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Koefisien konstanta sebesar 5,504 menunjukkan apabila variabel independen bernilai tetap atau 0, maka jarak hari pelaporan keuangan dengan tanggal tutup buku ialah 170 hari. 2. X1 adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility (X1)

memiliki nilai koefisien sebesar 10,142 dan 6,704 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel CSR menyebabkan jarak hari pelaporan keuangan dengan tanggal tutup buku akan berkurang 8 hari dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.

3. X2 adalah Manajemen Modal Kerja (X2) memiliki nilai

(38)

kenaikan satu satuan variabel Manajemen modal kerja menyebabkan jarak hari pelaporan keuangan dengan tanggal tutup buku akan berkurang 0,1 hari dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil uji statistik F yang dilakukan, menunjukkan bahwa variabel Corporate Social Responsibility (X1) dan Manajemen Modal Kerja (X2) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Kinerja Keuangan yang diproksikan dengan Return On Equity (Y1) dan Return On Asset (Y2) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara parsial menunjukkan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility (X1) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROE

(Y1).

2. Secara parsial menunjukkan bahwa Manajemen modal kerja yang diproksikan dengan Aggressive Investing Variable (CA/TA) (X2)

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROE (Y1).

3. Secara parsial menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility (X1)

berpengaruh positif signifikan terhadap ROA(Y2).

4. Secara parsial menunjukkan bahwa Manajemen modal kerja yang diproksikan dengan Aggressive Investing Variable (CA/TA) (X2)

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA (Y2).

5. Secara simultan menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility (X1), Mnajemen Modal Kerja (X2), berpengaruh signifikan terhadap

kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Equity (Y1) dan

(40)

5.2. Keterbatasan

1. Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel independen, yaitu Corporate Social Responsibility (CSR), Manajemen Modal Kerja (CA/TA), dimana variabel independen tersebut hanya dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu kinerja keuangan (ROE dan ROA) sebesar 41,3%, oleh sebab itu masih terdapat sekitar 58,7% faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang tidak disertakan dalam penelitian ini.

2. Analisis data yang dilakukan hanya menggunakan data perusahaan perbankan saja dan tidak mengikutsertakan perusahaan lain sehingga hasil penelitian tidak dapat digunakan secara umum untuk industri lain di Indonesia.

3. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang sudah dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya.

4. Periode pengamatan dalam penelitian ini terbatas, karena hanya mencakup tahun 2012-2014.

5.3. Saran

Berdasrkan kesimpulan dan keterbatasan diatas maka saran yang dapat diberikan sebagai hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(41)

bulan setelah tanggal akhir tahun keuangan, maka sebaiknya pihak manajer keuangan lebih efektif dan aktif sesuai dengan tugasnya.

2. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dapat memasukkan variabel tambahan yang tidak digunakan dalam penelitian ini sehingga dengan menambah variabel akan lebih baik yang diduga dapat mempengaruhi

kinerja keuangan.

3. Sebaiknya untuk memperluas penelitian disarankan menambah sampel penelitian dari seluruh perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sehingga hasil penelitian mampu menggambarkan keadaaan di Indonesia secara umum.

(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Stakeholder

Teori stakeholder merupakan teori yang menjelaskan bagaimana manajemen perusahaan memenuhi atau mengelola harapan para stakeholder.

Menurut Ma’ruf Abdullah (2015:40) secara sederhana arti stakeholders adalah

kelompok-kelompok yang memepengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh korporasi sebagai dampak dari aktivitasnya. Dalam hubungan aktivitas korporasi, maa pemenuhan kewajiban korporasi diberi predikat sesuai dengan level yang dapat dicapai, oleh masing-masing korporasi:

a) Level VI Economic Responsibilties disebut “be Profitable” b) Level III Legal Responsibilities disebut “obey the law” c) Level II Ethical Responsibilities disebut “be Ethical

d) Level I Philan Tropic Responsibility disebut “be a good corporate citizen

Stakeholder dalam korporasi kalau kita lakukan pemetaan ada dua kelompok: 1) stakeholders internal, masing-masing: owner, karyawan, dan pemegang saham. 2) stakeholders eksternal, masing-masing: pelanggan, investor, lembaga keuangan (perbankan), masyarakat, lingkungan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), Pers, dan pemerintah. Masing-masing stakeholder memiliki keinginan dan kebutuhannya, diantaranya:

a) Pelanggan

i) Berhak atas produk yang berkualitas ii) Berhak mendapatkan harga yang layak b) Masyarakat

i) Berhak mendapat perlindungan dari kejahatan bisnis

ii) Mendapatkan dampak hubungan yang baik dari keberadaan perusahaan

c) Karyawan

i) Mendapatkan jaminan keamanan dalam bekerja ii) Mendapatkan jaminan keselamatan

(43)

d) Pemegang saham

i) Berhak mendapatkan harga yang layak ii) Keuntungan atas saham

e) Investor

i) Berhak mendapat jaminan keamanan modal yang turut diinvestasikan

ii) Berhak mendapat laporan perkembangan usaha iii) Berhak pembagian keuntungan yang dijanjikan f) Lembaga keuangan (perbankan)

i) Berhak mendapat laporan studi kelayakan pada saat memulai hubungan kerja (menjadi nasabah)

ii) Berhak mendapatkan pemenuhan persyaratan-persyaratan kredit perbankan

iii) Dan hak-hak lain yng diatur dalam undang-undang perbankan g) Lingkungan

i) Mendapatkan jaminan perlindungan dari dampak operasi korporasi

ii) Mendapatkan hak rehabilitasi karena dampak dari operasi korporasi

h) Pemerintah

i) Mendapat laporan atas pemenuhan persyaratan ii) Menerima pembayaran pajak

i) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

i) Mendapat kesempatan memantau dan mengikuti pelaksanaan CSR

ii) Mendapat kesempatan melaksanakan fungsi melindungi masyarakat dari praktik CSR yang tidak benar

j) Pers

i) Mendapat informasi tentang perkembangan kegiatan korporasi ii) Berhak mempublikasikan kegiatan korporasi

iii) Berhak melakukan advokasi terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan

Dalam pelaksanaan CSR semua yang termasuk stakeholders ini wajib dirangkul dan dilibatkan dalam tahap perencanaan, implementasi, dan evaluasi kegiatan CSR korporasi.

(44)

permintaan wajibnya, untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholders. Salah satu bentuk pengungkapan sukarela yang berkembang denganpesat saat ini yaitu publikasi CSR.

2.1.2 Legitimasi Theory

Legitimasi dapat memberikan mekanisme yang kuat dalam memahami pengungkapan sukarela untuk lingkungan dan sosial yang dilakukan oleh perusahaan,dan pemahaman ini yang nantinya akan mengarah ke debat public yang kritis, lebih jauh lagi teori legitimasi menunjukan kepada peneliti dan masyarakat luas jalan untuk lebih peka terhadap isi pengungkapan perusahaan. Dengan adanya pengungkapan Corporate Social Responsibility

yang baik, maka diharapkan perusahaan akan mendapat legitimasi dari masyarakat sehingga dapat meningkatkan kinerja yang bertujuan untuk mencapai keuntungan perusahaan.

Norma perusahaan selalu berubah mengikuti perubahan dari waktu kewaktu sehingga perusahaan harus mengikuti perkembangannya. Usaha perusahaan mengikuti perubahan untuk mendapatkan legitimasi merupakan suatu proses yang dilakukan secara berkesinambungan. Proses untuk mendapatkan legitimasi berkaitan dengan kontrak sosial antara yang dibuat oleh perusahaan dengan berbagai pihak dalam masyarakat.

Menurut Lako (2011) dalam Ma’ruf Abdullah (2015:105) dalam perspektif teori legitimasi, perusahaan dan komunitas menyatakan bahwa sekitarnya memiliki relasi social yang erat karena keduanya terikat dalam

(45)

masyarakat. Dengan demikian adanya kontrak social secara tidak langsung antara korporasi dengan masyarakat dimana masyarakat memberi cost dan benefits untuk keberlanjutan suatu korporasi. Oleh karena itu, maka CSR merupakan suatu kewajiban asasi korporasi yang tidak bersifat sukarela.

Teori legitimasi memfokuskan terhadap interaksi antara perusahaan dengan masyarakat. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Maka legitimasi dapat dikatakan sebagai manfaat atau sumber potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup. Perbedaan yang terjadi ini antara nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai sosial masyarakat sering dinamakan ”legitimacy gap” dan dapatmempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kegiatan usahanya.

(46)

2.1.3 Corporate Social Responsibility

Menurut Putri (2007) dalam Hendrik Budi Untung (2008:1) menyatakan bahwa “Corporate Social Resposibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikbertakan dalam keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis sosial dan lingkungan”.

Secara konseptual, Nuryana (2005) dalam Fahmi (2013:293) menyatakan bahwa

CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Artinya pihak perusahaan harus melihat jika CSR bukan program pemaksaan tapi bentuk rasa kesetiakawanan terhadap sesama umat manusia yaitu membantu melepaskan pihak-pihak dari berbagai kesulitan yang mendera mereka dan efeknya nanti bagi perusahaan itu juga. Konsep tanggungjawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak tahun 1979 yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan stakeholder, nilai – nilai pemenuhan hukum, penghargaan masyarakat terhadap lingkungan serta komitmen dunia usaha. CSR bukan hanya kegiatan karikatif perusahaan dan kegiatannya tidak hanya bertujuan untuk memenuhi hukum dan aturan yang berlaku. Lebih dari itu CSR diharapkan memberikan manfaat dan nilai guna bagi pihak – pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.

(47)

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk memperbaiki masalah sosial dan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan, oleh sebab itu csr sangat berperan untuk meningkatkan nilai perusahaan” (Gusti et al. (2013). Menurut Harmoni dan Andriyani (2008), “CSR mengandung makna bahwa, seperti halnya individu, perusahaan memiliki tugas moral untuk berprilaku jujur, mematuhi hukum, menjunjung integritas, dan tidak korup”. Menurut Sulistyawati et al. (2016), “Corporate Social Responsibility merupakan bentuk kepedulian sosial perusahaan terhadap lingkungan masyarakat dan sekitarnya. Hal ini mengandung makna bahwa meskipun secara umum tujuan perusahaan adalah profit oriented, namun tidak bisa melepaskan diri dari masyarakat”.

Dari berbagai pengertian CSR dapat diambil kesimpulan bahwa CSR adalah operasi bisnis perusahaan yang tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan juga untuk pembangunan sosial ekonomi kawasan yang menyeluruh, melembaga dan berkelanjutan. Ditinjau dari motivasinya CSR dapat dibagi dalam empat kelompok yaitu

corporate giving, corporate philanthropy, corporate community dan

community development.

2.1.4 Tujuan Corporate Social Responsibility

Menurut Ma’ruf Abdullah (2015:36) menyatakan bahwa

Tujuan CSR itu ternayata sangat mulia. Tujuan itu tidak hanya tumbuh secara spradik, tetapi digali melalui suatu pertemuan yang secara sengaja digagas oleh suatu badan Internasional yaitu ”World Commission on Environtment and Development”(WCED), untuk

(48)

memperhatikan kerusakan alam dan lingkungan di berbagai penjuru dunia, akibat oleh korporasi yang tidak bertanggung jawab karena hanya mengejar keuntungan semata, tanpa memperhatikan konsep “Sustainability Development”(pembangunan yang berkelanjtan) yang sudah menjadi program PBB melalui badan khususnya yang menangani hal tersebut, yaitu “United Nations Development Programme” (UNDP).

2.1.5 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Laporan tanggung jawab sosial merupakan laporan aktivitas tanggungjawab sosial yang telah dilakukan perusahaan baik berkaitan dengan perhatian masalah dampak sosial maupun lingkungan. Laporan tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dengan laporan tahunan (annual report) yang dipertanggungjawabkan direksi di depan sidang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). World Business Council for Sustainable Development

(WBCSD,1999) mendefinisikan “pelaporan tanggung jawab sosial dan lingkunganperusahaan merupakan komitmen yang berlanjut dari bisnis menjadiperilaku etis dan berkontribusi bagi perkembangan ekonomi, dan di lainpihak sekaligus memperbaiki kualitas hidup pekerja dan keluarganyasebagai bagian dari komunitas lokal dan social”.

(49)

2.1.6 Manajemen Modal Kerja

2.1.6.1. Pengertian Manajemen

Menurut abdullah (2014) dalam Ma’ruf Abdullah (2015:1) “Manajemen adalah keselurhan aktivitas yang berkenaan dengan melaksakan pekerjaan organisasi melalui fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan untuk mencapai organisasi yang sudah ditetapkan dengan menggunakan sumber daya organisasi yang meliputi man, money, material, mechine, and method

secara efisien dan efektif”. Dalam pengertian bidang studi manajemen, manajemen (pengelolaan) adalah hal yang dilakukan oleh para manajer. Manajemen melibatkan aktivitas – aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. Manajemen melibatkan tanggungjawab memastikan pekerjaan – pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara yang efisien dan efektif oleh orang – orang yang bertanggungjawab untuk melakukannya atau setidaknya, hal inilah yang idealnya dijalankan oleh seorang manajer.

(50)

Manajemen juga berupaya menjadi efektif, dengan menyelesaikan tugas-tugas demi terwujudnya sasaran-sasaran organisasi. Manajemen yang buruk (yang menghasilkan kinerja yang buruk pula) biasanya disertai oleh sifat kerja yang tidak efisien dan tidak efektif, atau efektif namun tidak efisien. Menurut pendekatan dari sudut pandang fungsi, seorang manajer menjalankan fungsi-fungsi atau aktivitas-aktivitas tertentu dalam rangka mengelola pekerjaan orang lain secara efisien dan efektif. Henri Fayol,seorang pengusaha Perancis, pertama kali menggagas hal semacam ini di awal abad ke-20 yang lampau, ia mengatakan bahwa setiap manajer menjalankan lima buah funsi, perencanaan, penataan, penugasan, pengkoordinasian, dan pengendalian. Dimasa kini, fungsi-fungsi itu telah dipadatkan menjadi empat buah fungsi: perencanaan, penataan, kepemimpinan, dan pengendalian.

2.1.6.2. Pengertian Modal

(51)

dalam posisi sebelah kanan neraca, termasuk hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, preferredstock dan common equity” (Fatma dan Putra, 2012:133).

2.1.6.3. Pengertian Modal Kerja

“Modal kerja perusahaan didefenisikan sebagai selisih antara aktiva lancar dan hutng lancar” (Yuandi 2013). Modal kerja dapat diperoleh baik dari dalam (laba ditahan dan modal sendiri), maupun dari luar (pinjaman). Menurut (John Soeprihanto 1997:11) pengertian modal kerja atau “working capital” adalah “bersangkutan dengan keseluruhan dana yang digunakan selama periode akuntansi tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode akuntansi yang bersangkutan (current income)”. Tetapi ini tidak berarti bahwa semua dana yang digunakan yang menghasilkan “curent income” adalah unsur modal kerja. Misalnya dana yang ditanamkan dalm deposito berjangka dimana setiap bulannya menghasilkan pendapatan dalam bentuk bunga.

“Modal kerja berhubungan dengan investasi perusahaan dalam aset jangka pendek, seperti kas, saham (surat berharga jangka pendek), piutang dan inventory perusahaan. Sedangkan net working capital merupakan current assets – current liabilities” (Fatma dan Putra, 2012:135).

(52)

perusahaan. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan” (Sutopo et. Al (2015).

Menurut Van Horne (Horne dan Wachowiez, 2007:214) terdapat dua konsep utama modal kerja, yaitu:

a) Modal kerja bersih adalah perbedaan nilai mata uang antara aktiva lancarn dengan kewajiban jangka pendek.

b) Modal kerja kotor adalah investasi perusahaan dalam aktiva lancar. Menurut Niki Lukviarman (Niki Lukviarman, 2006:68) menyatakan bahwa

manajemen modal kerja yang efektif, akan menjadi penentu tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan untuk jangka panjang. Alasannya adalah karena investasi di dalam modal kerja akan melibatkan suatu proses yang berkelanjutan, selama perusahaan melakukan aktivitasnya. Melalui modal kerja yang cukup, perusahaan dengan mudah dapat meningkatkan kapasitas mesin masih mencukupi) disamping akan mampu membayar kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu tanpa menghadapi kesulitan likuiditas.

Indryani (2015) menyatakan bahwa

Manajemen modal kerja dalam suatu perusahaan diperlukan untuk mengetahui jumlah modal kerja optimal yang dibutuhkan. Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancer dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah :

1) Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengelolaan investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.

2) Meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva.

(53)

Berdasarkan penjelasan diatas , maka dapat disimpulkan bahwa “manajemen terhadap modal kerja merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan faktor administrasi yang terdapat dalam current assets dan current liabilities

2.1.7. Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan diartikan sebagai penetuan ukuran – ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Penelitian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya kepada para pemilik perusahaan. Dalam evaluasi kinerja keuangan tentunya memerlukan standar tertentu baik bersifat eksternal maupun internal. Standar eksternal mengacu Competitive Beenchmarking

yang merupakan perbandingan perusahaan dengan pesaing utama dan industri.

(54)

fenomena yang terjadi, dan tindakan apa yang akan diambil oleh manajemen terhadap fenomena tersebut. Informasi kualitatif ini dapat diungkapkan dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan.

Analisis kinerja perusahaan individual dengan menggunakan pendekatan industri dinilai sangat relevan dengan persaingan industri. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan namun faktor eksternal perusahaan. Salah satu faktor yang digunakan dalam persaingan industri adalah daya tarik bisnis (bussinness attractiveness). Indikator dapat diukur dengan rasio profitabilitas industri seperti Return On Asset dan Return on Equity.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi dan keadaan dari suatu yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui baik dan buruknya kondisi keuangan dan prestasi kerja sebuah perusahaan dalam waktu tertentu. Kinerja keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang dilakukan dimasa lalu. Ukuran keungan juga dilengakapi dengan ukuran – ukuran non keuangan yang menunjukkan kepuasan pelanggan, produktivitas, dan cost efectiveness proses bisnis dan produktuifitas serta komitmen serta komitmen dari tiap personal untuk menentukan kinerja keuangan di masa yang akan datang.

2.1.8. ROE (Return on Equity)

(55)

(Return on Equity) dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selam satu tahun terakhir.

Menurut Indriyani (2015) “Return on equity adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik”. Formulasi dari return on equity atau ROE adalahsebagai berikut:

Laba Bersih

X

100%

Ekuitas

Profit margin sendiri didapat dari laba dibagi dengan nilai penjualan selam satu tahun. Profit margin merupakan nilai sisa dari dana operasional yang digunakan oleh perusahaan. Semakin tinggi profit margin suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula ROE perusahaan. Profit margin juga merupakan suatu gambaran kompetisi yang terjadi di perusahaan. Dalam industri yang memiliki tingkat persaingan tinggi memiliki nilai profit margin yang rendah berbeda sekali dengan perusahaan-perusahaan yang bersifat monopolistik.

Hal ini terjadi karna banyak perusahaan dalam suatu industri maka akan memiliki pangsa pasar yang semakin kecil sehingga memiliki nilai profit margin yang kecil sebaliknya sedikit perusahaan dalam satu industri maka akan semakin besar pangsa pasarnya sehingga memiliki profit margin yang besar. Semakin tinggi nilai profit margin perusahaan maka akan menunjukkan

(56)

posisi perusahaan yang lebih kuat di mata konsumen serta efisiensi pengelolaan biaya yang lebih baik.

Unsur yang kedua dari ROE adalah aset manajemen. Aset manajemen didapat dari jumlah penjualan di bagi aset total perusahaan. Besarnya aset manajemen menunjukkan besarnya penjualan yang dihasilkan dari setiap rupiah aset yang dimiliki perushaan. Perhitungan aset manajemen digunakan sebagai angka pembanding relatif. Besar kecilnya angka aset manajemen tidak langsung menunjukkan baik atau buruknya sebuah perusahaan. Untuk menilai baik dan buruknya kinerja keuangan suatu perushaan aset manajemen harus digunakan dalam kontek ROE karna dengan memperhatikan angka efisiensi dari aset manajemen, profit margin, dan financial laverage barulah dapat diketahui apakah perusahaan menjalankan bisnisnya dengan baik atau tidak.

Unsur ketiga yang juga merupakan unsur terakhir dari ROE adalah

financial laverage. Financial laverage atau sering disebut dengan laverage

(57)

Misalnya pada industri perkapalan yang memiliki nilai laverage yang besar. Besarmnya nilai laverage ini belum tetntu menunjukkan jeleknya kinerja keuangan dari perusahaan ini. Hal ini terjadi karna barang-barang modal yang digunakan memiliki nilai yang sangat besar sehingga wajar saja bila perusahaan ini juga laverage yang besar. Kemungkinan besarnya utang yang dimiliki perusahaan ini nantinya juga akan mengahsilkan tingkat penjualan yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan dalam rasio laverage

adalah rata-rata pada industri dimana perushaan yang akan dianalisa bergerak. Tinggi rendahnya angka rasio laverage tidak didasarkan pada basis tertentu namun pada relativitasnya terhadap industri perushaan yang dinilai.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Return On Equity (ROE) adalah suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.

2.1.9. ROA (Return on Asset)

“ Return On Asset (ROA ) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan dan menunjukkan tingkat efisiensi kerja” (Tjondro dan Wilopo (2011).

(58)

Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah kinerja perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Formulasi dari return on assets atau ROA adalah sebagai berikut:

dan Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Yoshua CSR- Ekonomi dan CSR- Social Secara Bersamaan Berpengaruh Signifikan Terhadap Harga Saham

(59)

Tabel 2.1

Tinjauan penelitian terdahulu (Lanjutan) Nama Peneliti

dan Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Kurnianto (ROA Dan ROS), Tetapi Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap ROE dan Current Rasio Yang Merupakan Proksi

2.2. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.2.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini yaitu:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Corporate Social

Responsibility (CSR)

Manajemen modal kerja( Agressive IV

dan Agressive FV)

Return On Equity (ROE)

(60)

Perusahaan dengan pengungkapan CSR yang baik tentunya juga memiliki tingkat pengungkapan yang lebih baik. Makin baiknya tingkat pengungkapan oleh perusahaan merupakan sinyal positif yang diberikan oleh Stakeholder maupun Shareholder. Respon positif yang diberikan oleh stakeholder berupa kepercayaan dan diterimanya produk – produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga akan meningkatkan laba dan ROE perusahaan. Respon psitif dari pemegang saham (shareholder) berupa pergerakan harga saham ytang cenderung meningkat sehingga akan mempengaruhi abnormal return perusahaan.

Jeanne (2013), menayatakan bahwa terdapat dua masalah pokok dalam working capital management dari suatu prusahaan, yaitu:

a. Pengelolaan investasi perusahaan yang berupa aktiva lancar (

Aggressive Investing Variable ; CA / TA )

b. Pengelolaan penggunaan hutang lancar atau hutang jangka pendek perusahaan ( Aggressive Financing Variable ; CL / TA ).

(61)

pelaporan CSR dan menganalisis manajemen modal kerja terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2.2.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hubungan CSR terhadap ROE

Pengungkapan CSR menyangkut tentang bagaimana pengaruh kinerja keuangan perusahaan dimasa lalu dan bagaimana prospek perusahaan dimasa depan. Perusahaan dengan pengungkapan CSR yang baik tentunya juga memiliki tingkat pengungkapan yang lebih baik. Makin baiknya tingkat pengungkapan oleh perusahaan merupakan sinyal positif yang diberikan oleh Stakeholder maupun Shareholder. Respon positif yang diberikan stakeholder berupa kepercayaan dan diterimanya produk-produk yang dihasilkan perusahaan sehingga akan meningkatkan laba ROE perusahaan.

2. Hubungan CSR terhadap ROA

Pengungkapan CSR memberikan indikasi bagi investor tentang bagaimana kinerja keuangan perusahaan di tahun sebelumnya dan apakah besar atau kecil pengarunya terhadap prospek ditahun yang akan mendatang .

(62)

Manajemen modal kerja akan menunjukkan bagaimana efisiensi dan efektivitas suatu manajemen modal kerja terhadap kinerja keuangan perusahaan. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Modal kerja yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek dapat dipakai sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan. modal kerja dapat dibiayai dengan modal sendiri, hutang jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Hubungan Manajemen modal kerja terhadap ROA

Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal mungkin. Modal kerja yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang dan jangka pendek dapat digunakan untuk melihat pendapatan yang dinyatakan dalam presentasi dari modal investastasi, kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas) yang diukur dengan return on assets (ROA).

Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

(63)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Corporate Social Responsibility adalah komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya.

CSR mengandung makna bahwa, seperti halnya individu, perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum, menjunjung integritas, dan tidak melakukan korupsi.CSR menekankan bahwa perusahaan harus mengembangkan praktik bisnis yang etis dan berkesinambungan (sustainable) secara ekonomi, sosial dan lingkungan.

CSR merupakan suatu cara agar perusahaan mengelola usahanya tidak hanya untuk kepentingan para pemegang saham tetapi untuk pihak - pihak lain diluar perusahaan seperti pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, para pekerja dan komunitas lokal atau yang sering disebut sebagai stakeholder. Menurut Global Compact Initiative (2002) menyebutkan pemahaman CSRdengan 3P yaitu profit, people, planet.Konsep ini memuat pengertian bahwabisnis tidak hanya sekedar mencari keuntunganmelainkan jugamemberikan kesejahteraan kepada orang laindan menjaminkeberlangsungan hidup bumi.

(64)

perusahaan dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Menurut konsep CSR sebuah perusahaan dalam melaksanakan aktivitas dan pengambilan keputusannya tidak hanya berdasarkan faktor keuangan semata misalnya deviden dan keuntungan melainkan juga berdasarkan konsenkuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun masa yang akan datang.

Kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan hidup di Indonesia sudah mulai berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peraturan yang mengatur hal tersebut dalam Undang – Undang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 Tahun 2007 yang mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 2007. Undang – undang ini mengatur perusahaan – perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang atau yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggungjawab sosial dan lingkungan. Sementara itu, dikalangn birokrasi menyikapinya sebagai sumber pembiayaan pembangunan yang tidak mampu dibiayai APBN / APBD dan sumber-sumber yang lain. Dan dikalangan masyarakat/ LSM, melihatnya sebagai sumbangan wajib perusahaan bagi masyarakat di sekitarnya, untuk beragam keperlua yang mereka inginkan.Agar dapat berkesinambungan perusahaan sangat perlu mempertimbangan lingkungan sosialnya dalam melakukan pengambilan keputusan.

Laporan keuangan tahunan merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk pengungkapan informasi sosial dan lingkungan perusahaan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 1998) paragraph 9 dinyatakan bahwa :

(65)

khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan keuangan.

Industri perbankan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara.Tujuan industri perbankan pada dasarnya mempunyai dua tujuan penting dalam pembangunan perekonomian.Pertama sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efisien bagi nasabah.Untuk tujuan tersebut, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit.Tabungan merupakan sebagian pendapatan masyarakat yang tidak dibelanjakan, disimpan sebagai cadangan guna berjaga-jaga dalam jangka pendek.Peran perbankan tersebut merupakan peran yang terpenting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efisien ini, maka barang hanya akan dapat diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu. Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan meningkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.

(66)

sehari-hari, misalnya: untuk pembelian bahan mentah, membiayai upah gaji pegawai, dan lain-lain, dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produksinya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu mencapai laba yang optimal.

Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan adalah masalah efisiensi modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama sekali. Sehingga, adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting untuk dilakukan guna untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian hal itu dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Dari informasi ini dapat ditentukan program apa yang harus dibuat atau langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya.

(67)

semakin lama periode perputaran modal kerja, maka profitabilitas perusahaan akan semakin menurun. Untuk itu perusahaan secara umum harus mempertahankan aktiva lancar yang lebih besar dibandingkan jumlah hutang lancar, sehingga perputaran modal kerja dapat meningkat.

Adanya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan dalam memenuhi kewajiban – kewajiban jangka pendek atau hutang lancarnya dan dapat memenuhi pembayaran – pembayaran yang dibutuhkan untuk kelancaran jalannya perusahaan sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan sebagai akibat adanya krisis atau kekacauan keuangan.Modal kerja yang cukup pada perusahaan harus digunakan secara efektif dan efisien, sehingga diperlukan adanya penyesuaian antara modal kerja yang tersedia dengan kebutuhan operasi perusahaan.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2.
Tabel 3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan
Tabel 4.1 Statistic Deskriptif
+7

Referensi

Dokumen terkait

This study discusses two approaches in testing the causal ordering of a model, i.e., the Granger and Sim’s tests as well as SCDTs test of causality, which could be either used

Karena biasanya tidak mungkin bagi bayi mengkonsumsi makanan hewani dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat besi, seng atau kalsium, bila secara ekonomi

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

[r]

47 Yasin Desa Jinggah 48 Istiqomah Desa Melayu 49 Nururahman Desa Batu Raya 50 Iqra Jl. Karanggan 51 Hidayatul

[r]

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa..

KEENAM : Dengan berlakunya Keputusan Bupati ini maka Keputusan Bupati Bantul Nomor 163 Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim Pemantau Desa Bebas 4 (Empat) Masalah