perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS ENERGI KUMULATIF GEMPA GUNUNGAPI MERAPI
BERDASARKAN DATA REAL-TIME SEISMIC AMPLITUDE MEASUREMENT (RSAM) DAN PERBANDINGANNYA TERHADAP
DATA SEISMIK PERIODE MEI-JUNI 2006
Disusun Oleh:
FAJRIYAH MAWAR SHOLIHAH NIM M0206032
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fisika
Pada Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Penetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Analisis Energi Kumulatif Gempa Gunungapi Merapi Berdasarkan Data
Real-time Seismic Amplitude Measurement (RSAM) dan Perbandingannya terhadap Data Seismik Periode Mei-Juni 2006
Oleh :
Fajriyah Mawar Sholihah M0206032
Saya dengan ini menyatakan bahwa isi intelektual skripsi ini adalah hasil
kerja saya dan sepengetahuan saya, hingga saat ini skripsi ini tidak berisi materi
yang telah dipublikasikan dan ditulis oleh orang lain, atau materi yang telah
diajukan untuk mendapatkan gelar di Universitas Sebelas Maret Surakarta
maupun di lingkungan perguruan tinggi lainnya, kecuali yang telah dituliskan
dalam daftar pustaka skripsi ini. Semua bantuan dari berbagai pihak baik fisik
maupun psikis, telah saya cantumkan dalam bagian ucapan terimakasih skripsi ini.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
”Dan Dia-lah ALLOH (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.”
(Q.S. Al-An’am:3)
KUPERSEMBAHKAN UNTUK :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ANALISIS ENERGI KUMULATIF GEMPA GUNUNGAPI MERAPI
BERDASARKAN DATA REAL-TIME SEISMIC AMPLITUDE MEASUREMENT (RSAM) DAN PERBANDINGANNYA TERHADAP
DATA SEISMIK PERIODE MEI-JUNI 2006
FAJRIYAH MAWAR SHOLIHAH
Jurusan Fisika, Fakultas Mipa, Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Gunungapi Merapi terletak pada koordinat : 7°32,5'LS - 110°26,5' BT dan secara administratif termasuk ke dalam provinsi Yogyakarta dan provinsi Jawa Tengah. Tulisan ini menjelaskan tentang penelitian terkait nilai energi kumulatif gempa gunungapi Merapi selama periode 8 Mei – 7 Juni 2006 berdasarkan data seismik analog maupun data digital. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data aktivitas gempa yang terekam selama gunungapi Merapi mengalami masa krisis di tahun 2006. Berdasarkan data – data tersebut dapat diketahui bahwa nilai energi kumulatif gempa akibat erupsi gunungapi Merapi cenderung meningkat dengan diikutinya peningkatan aktivitas vulkanik menjelang erupsi 14 Juni 2006.
Teknik Real-time Seismic Amplitude Measurement (RSAM) adalah metode sistematis elektronik dan komputer, yang menyediakan pengukuran berkelanjutan mengenai amplitudo seismik rata-rata absolut dari jumlah stasiun seismik tertentu yang diinginkan. Keterbatasan teknik ini adalah pada jumlah stasiun seismik yang tersedia untuk merekam, elektronik, dan perangkat keras komputer yang tersedia.
Nilai koreksi energi kumulatif dari perbandingan data adalah sebesar 0,94098. Informasi spektral dari data digital menunjukkan terjadi peningkatan power spectral yang didominasi oleh frekuensi 1,3 Hz dan diduga merupakan rentetan gempa yang terjadi akibat distribusi tekanan magma (yang berada didalam) semakin bertambah sehingga intensitas terjadinya gempa LF (Low Frequency) sangat tinggi. Peningkatan pesat dalam jumlah kumulatif RSAM digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan peringatan sebelum letusan gunungapi Merapi pada tanggal 14 Juni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ANALYSIS of CUMULATIVE ENERGY at MERAPI VOLCANO
BASE on REAL-TIME SEISMIC AMPLITUDE MEASUREMENT (RSAM) AND ITS CORRELATION with SEISMIC DATA in MAY-JUNE 2006
FAJRIYAH MAWAR SHOLIHAH
Physics Departement, Scient Faculty, Sebelas Maret University
ABSTRACT
Merapi volcano is located in coordinates 7°32,5' S - 110°26,5' E in two provinces between Yogyakarta and Central of Java. Analysis of activities of Merapi volcano has been done about its cumulative energy in May 8 thru June of 7, 2006 using digital and seismic analog data. Analysis and experiment has been done by collecting the data of volcanic activity in the time of seismic crisis 2006. Data which used to determine the cumulative energy of Merapi volcano and show the increasing energy which follow the vulcanic activity eruptions on June of 14, 2006.
The Real-time Seismic Amplitude Measurement (RSAM) technique is a systematic electronic and computer method that provides a continuous measurement of average absolute seismic amplitudes for any number of seismic stations desired. The limitation of this method are can not discriminate between types of volcanic earthquakes, teleseismic events, regional earthquakes, wind, and other noise.
The correlation of the graphic from both data is 0,94098. And show the informations about its spectral power that dominated in frequency of 1.3 Hz and predicted that volcanic swarm caused the pressure of the magmatic and increasing the number of LF (Low Frequency) earthquake. However, owing to the rapid increase in cumulative RSAM counts, the data were used as a basis for issuing warnings before the eruptions on June 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaykum Wr.Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir (TA) yang berjudul ” Analisis Energi Kumulatif
Gempa Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Real-time Seismic Amplitude
Measurement (RSAM) dan Perbandingannya Terhadap Data Seismik Periode
Mei-Juni 2006 “ ini dengan baik. Tugas Akhir (TA) ini menjadi salah satu persyaratan
akademis untuk menyelesaikan jenjang perkuliahan program strata 1 (S-1) di
Jurusan Fisika Universitas Sebelas Maret.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir (TA) ini,
tentunya tidak terlepas dari adanya dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Harjana, M. Si, Ph. D selaku ketua jurusan Fisika FMIPA
UNS.
2. Bapak Sorja Koesuma, S. Si, M. Si selaku pembimbing I di jurusan Fisika
FMIPA UNS.
3. Bapak Ir. Agus Sampurno, selaku pembimbing II di BPPTK terima kasih
atas bimbingannya.
4. Ibu Dra. Sri Sumarti, selaku kepala Seksi Merapi BPPTK Yogyakarta.
5. Bapak Ir. IGM Agung Nandaka, selaku kepala Seksi MTM BPPTK
Yogyakarta.
6. Bapak Drs. Subandriyo, M. Si yang telah membantu dalam urusan
birokrasi dan administrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
8. Bapak Subagyo dan Ibu Siti Indrawati tercinta, yang selalu memberi
dukungan, doa, semangat dan kasih sayang yang tiada bertepi. Aku
menyanyangi kalian selamanya. Dan aku berdoa selalu surga untuk kalian.
9. Fathoni, Mbak Iin dan Mas Agus dan saudara kembarku Melati atas semua
inspirasi dan kerjasama yang indah.
10.Keluarga besar OGe jurusan Fisika FMIPA UNS Angkatan 2006 dan
Koordinator Tingkat OGe, Mukhlis Herwin Mualif atas persahabatan dan
kekeluaragaan yang menyenangkan. OGe AyE.
11.Mbak Dwi Lestiana, Herlina, Sari, dan Ryanti terima kasih atas
kebersamaannya mPc.
12.Seorang teman yang selalu kuingati di memori, seorang yang bodoh dan
kadang menyebalkan namun kusukai, aku tidak akan melupa. Dan aku
bersyukur telah mengenalmu. Terima kasih atas percakapan dan segala
bantuannya.
13.Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam
pelaksanaan Tugas Akhir maupun dalam penyusunan laporan Tugas Akhir
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Tiada gading yang tak retak dan penyusun menyadari bahwa laporan yang
telah dibuat ini masih jauh dari sempurna. Penyusun menerima saran dan kritik
mengenai laporan ini untuk menyempurnakan penyusunan laporan Tugas Akhir
(TA) ini.
Akhir kata, semoga laporan Tugas Akhir (TA) ini bermanfaat bagi
semuanya, khususnya bagi penulis, instansi terkait dan bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaykum Wr.Wb.
Surakarta, Juli 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul... i
Lembar Pengesahan ... ii
Lembar Pernyataan Keaslian ... iii
Lembar Abstrak... iv
Lembar Persembahan ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... ix
Daftar Gambar ... xi
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
BAB I PENDAHULUAN... 1
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Perumusan Masalah... 5
I.3 Tujuan Penelitian... 5
I.4 Manfaat Penelitian... 5
I.5 Sistematika Penulisan….……….. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7
II.1 Sejarah Singkat Monitoring Gunungapi Merapi ... 7
II.2 Sensor Seismik………...………... 8
II.3 Jaringan Seismik Gunungapi Merapi ...…… 11
II.4 Seismik... 13
II.5 Jaringan Seismik Instrumentasi... 13
II.6 Karakteristik dari Stasiun Seismograf... 17
II.7 Klasifikasi Vulkanis Gempa Gunungapi Merapi ... 21
II.8 Energi Gempa... 24
II.9 Real – time Seismic amplitude Meaurement (RSAM)... 27
BAB III METODOLOGI PNELITIAN... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
III.2 Peralatan Penelitian... 32
III.3 Bahan Penelitian... 32
a. Data Digital... 33
b. Data Seismik... 34
III.4 Prosedur dan Pengumpulan Data ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
IV.1 Hasil Penelitian... 44
IV.2 Pembahasan ... 46
1. Nilai Energi Kumulatif Gempa Berdasarkan Data Seismik dan Data Digital………..…. 46
2. Keterkaitan antara Parameter Gempa Magnitudo, Energi Total dan Energi Kumulatif Gempa Selama Erupsi Gunungapi Merapi (periode 8 Mei - Juni 2006) berdasar Data Digital (RSAM)………..…….….. 55
3. Korelasi kedua Grafik dari Data Digital dan Seismik selama Erupsi Gunungapi Merapi (periode 8 Mei – Juni 2006) berdasar Data Digital dan Seismik)…….…… 56
4. Informasi Spektral dari Data Digital selama Erupsi Gunungapi Merapi (periode 8 Mei - Juni 2006)….…….. 60
BAB V PENUTUP... 64
V.1 Kesimpulan ... 64
V.2 Saran ... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Gunungapi Gunung Merapi diambil dari Jrakah………….. 2
Gambar 2. 1. Peta lokasi G. Merapi yang terletak di Jawa Tengah (BPPTK)……….……….……... 7
Gambar 2. 2 (a) Prinsip Inersia dari seismometer... 9
Gambar 2. 2 (b) Prinsip sederhana dari Force Balanced Accelerometer (BCA) 10
Gambar 2. 5 Skema Seismograf RTS Gunung Merapi... 14
Gambar 2. 6(a) Peta stasiun-stasiun seismik Gunungapi Merapi... 18
Gambar 2. 6(b) Peta distribusi instrument Gunungapi Merapi... 20
Gambar 2. 7 Bentuk gelombang tipe-tipe Gunung Merapi hasil rekaman stasiun Pusunglondon (PUS) yang berjarak horizontal sekitar 1 Km dari kubah lava... 21
Gambar 2. 9 ADC jenis DAQ PCI – MIO – 16E – 4... 31
Gambar 3 Grafik Data RSAM... 33
Gambar 3 (a) Diagram alir Penelitian... 34
Gambar 3 (b)1 Alur data dan kontrol dari setiap modul perangkat lunak dan perangkat keras... 36
Gambar 3(b)2 Alur informasi seismik yang disederhanakan menjadi RSAM... 37
Gambar 3 (c) Memasukkan data komponen x dan y... 39
Gambar 3 (d) plotting line + symbol………. 40
Gambar 3 (e) grafik Energi total Vs tanggal……….. 40
Gambar 3 (f) Memasukkan nilai komponen x, y, dan z... 41
Gambar 3 (g) alur plotting grafik dari gabungan dua data energi... 41
Gambar 3 (h) Hasil grafik gabungan data energi... 42
Gambar 3 (i) Penentuan nilai korelasi...……… 42
Gambar 3 (j) Tampilan koefisien korelasinya...………. 43
Gambar 4 (a) Grafik energi total gempa berdasarkan data digital……… 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Gambar 4 (c) Grafik energi total gempa berdasarkan data seismik……… 53
Gambar 4 (d) Grafik energi kumulatif gempa berdasarkan data seismik... 54
Gambar 4 (e) Grafik hubungan antara nilai magnitudo, energi total,
dan energi kumulatif gempa berdasarkan data digital. …… 55
Gambar 4 (f) Grafik energi total gempa berdasarkan data seismik
dan digital……… 56
Gambar 4 (g) Tampilan koefisien grafik dari kedua grafik energi……… 57
Gambar 4 (h) Grafik energi kumulatif gempa berdasarkan
data seismik dan digital……….. 59
Gambar 4 (i) Tampilan koefisien grafik dari kedua grafik energi
Kumulatif………..………... 59
Gambar 4 (j) Grafik seismisitas spektral gunungapi Merapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Lama penggunaan battere tiap-tiap stasiun... 16
Tabel 2 Posisi stasiun ditentukan berdasarkan peta topografi
Gunungapi Merapi dan sekitarnya
(Ratdomopurbo, 1991 : 6)... 20
Tabel 3 Tipe- tipe gempa gunungapi Merapi
yang digunakan saat ini... 22
Tabel 4 Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia... 25
Tabel 5 Posisi stasiun – stasiun analog di gunungapi Merapi... 32
Tabel 6 Pengolahan data digital dengan menggunakan
microsoft excel... 43
Tabel 7 Hasil dari perhitungan data seismik dengan menggunakan
microsoft excel... 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
manusia. Dengan adanya ilmu sains seperti ilmu fisika, maka hidup manusia
menjadi lebih mudah. Peranan ilmu fisika sendiri telah banyak berkembang
sebagai contohnya adalah ilmu Geofisika. Dalam ilmu Geofisika pembelajaran
tentang bumi menjadi suatu hal yang pokok, terlebih lagi ketika berkaitan dengan
pegetahuan tentang gempa vulkanik dan kegunungapian. Perkembangan ilmu
geofisika ini semakin ditingkatkan mengingat besarnya dampak dari bencana
gunungapi itu sendiri.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi
kegempaan yang tinggi, baik itu yang disebabkan oleh gempa tektonik akibat
pergeseran lempeng tektonik, maupun gempa yang berasal kegiatan vulkanik.
Salah satu pemicu gempa vulkanik di Indonesia adalah gempa akibat gunungapi
Merapi. Gunungapi Merapi merupakan salah satu gunungapi termuda bertipe
strato dengan kubah lava dalam kumpulan gunungapi di Pulau Jawa. Gunung tipe
strato tersusun dari batuan, kemudian tipe letusannya berubah-ubah sehingga
menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan. Pada
gunung tipe ini terbentuk suatu kerucut besar (raksasa) yang kadang tidak
beraturan karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunungapi Merapi ini
terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak di
bawah Lempeng Eurasia.
Gunungapi Merapi secara geografi terletak pada koordinat : 7°32,5'LS -
110°26,5' BT secara administratif termasuk : Kab. Sleman, Prop. D. I.
Yogyakarta, Kab. Magelang, Boyolali, Kab. Klaten, Propinsi Jawa Tengah.
Dengan ketinggian 2986 m dari permukaan air laut (PVMBG, 2001).
Gunungapi Merapi menunjukkan sejarah bentuk kerucut yang kompleks.
Pembentukan gunungapi Merapi melalui 5 tahap, yaitu Pra Merapi (>400.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tahun yang lalu), Merapi Tua berumur antara 400.000 sampai 6.700 tahun yang
lalu, kemudian tahap ketiga adalah Merapi Menengah antara 6.700 – 2.200 tahun
yang lalu, Merapi Muda 2.200 – 600 tahun yang lalu dan Merapi Sekarang sejak
600 tahun lalu (Berthommier, 1990).
Aktivitas vulkanik pertama kali adalah Gunung Bibi yang memiliki
ketinggian 2.025 m dari permukaan air laut. Gunung Bibi berada di lereng timur
laut Gunung Merapi. Gunung Bibi memiliki lava yang bersifat “basaltic andesit”.
Gambar 1. Gunung Merapi diambil dari Jrakah (Merapi, 2006)
Gunung Turgo dan Gunung Plawangan dikenal sebagai Merapi Tua yang
telah berumur antara 60.000 sampai 8.000 tahun serta mendominasi morfologi
lereng selatan Gunungapi Merapi. Pada masa Merapi Pertengahan terjadi
beberapa lelehan lava andesitik penyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur
(di lereng utara Gunungapi Merapi).
Aktivitas Merapi yang sekarang ini disebut “Merapi Baru” telah dimulai
sekitar 2000 tahun yang lalu. Aktivitas Merapi terdiri dari aliran basalt dan andesit
lava, awanpanas, letusan magmatik serta phreatomagmatik. Aktivitas Gunungapi
Merapi berpusat di kubah lava. Dimana kawah Pasarbubar terbentuk kerucut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Merapi merupakan gunungapi paling populer di Indonesia maupun
internasional. Merapi sering dijadikan objek pengamatan dan penelitian terkait
penulisan ilmiah kegunungapian. ” Tipe Merapi” dijadikan model standar dalam
penentuan jenis letusan yang terjadi pada gunungapi diseluruh dunia. Popularitas
Merapi tidak lain karena letusannya. Gunungapi Merapi tersebut termasuk paling
sering meletus dengan periode 2-7 tahun.
Gunungapi Merapi menunjukkan karakter erupsi berupa pertumbuhan
kubah lava secara efusif dan kadang – kadang disertai pembentukan lidah lava.
Sebagian kubah lava yang secara gravitasi tidak stabil akan longsor sehingga
menyebabkan terjadinya awanpanas yang disebut sebagai erupsi ”Tipe Merapi“.
Awanpanas yang terjadi dikenal sebagai tipe Merapi telah dijadikan standar
internasional. Istilah erupsi “Tipe Merapi” telah diterapkan untuk menyebut tipe
erupsi di Gunung Unzen (Jepang) dan Colima (US).
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar
10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di
tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat
seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Lestusan tersebut diduga
menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Provinsi Jawa Timur.
Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.
Letusan pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah
hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia.
Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak
memakan korban jiwa. Catatan letusan yang terjadi pada tahun 2001-2003 berupa
aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.
Gunungapi Merapi mempunyai potensi bahaya. Bahaya ini dapat
dibedakan menjadi bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer ini timbul
sebagai akibat langsung dari letusan yang meliputi awanpanas letusan, lemparan
material letusan dan abu letusan, sedangkan bahaya sekunder merupakan bahaya
yang secara tidak langsung disebabkan oleh letusan atau produk letusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Mengingat begitu besarnya dampak yang ditimbulkan oleh letusan
Gunungapi Merapi maka kecepatan informasi seismik sangatlah diperlukan. Saat
terjadi krisis seismik gunungapi, informasi yang dicirikan seringnya tumpang
tindih sehingga pengolahan datanya pun sulit untuk dilakukan secara tepat waktu.
Gejala peningkatan aktivitas gunungapi Merapi mulai tampak sejak Juli
2005 yang ditandai dengan terjadinya rentetan gempa vulkanik ( volcanic swarm)
dengan magnitude relatif besar. Pada tanggal 9 dan 10 Juli 2005 terjadi gempa
vulkanik terasa yang bisa dirasakan oleh penduduk dalam radius 5 Km dari
puncak. Fenomena ini menandai awal siklus aktivitas baru setelah mengalami
istirahat lebih dari empat tahun sejak letusan terakhir 10 Februari 2001.
(Subandriyo, 2005).
Aktivitas gunungapi Merapi meningkat secara gradual sejak awal tahun
2006. Kemudian secara bertahap status aktivitasnya dinaikkan sesuai dengan
perkembangan aktivitas dan resiko bahayanya. Pada tanggal 15 Maret 2006 status
aktivitas dinaikkan menjadi WASPADA, tanggal 12 April 2006 menjadi SIAGA,
dan pada tanggal 13 Mei 2006 dinaikkan menjadi AWAS. Pada tanggal 13 Juni
2006 sempat aktivitasnya diturunkan menjadi SIAGA, tetapi pada tanggal 14 Juni
2006 terjadi awanpanas besar melampaui batas perkiraan, sehingga status aktivitas
dinaikkan kembali menjadi awanpanas khusus untuk sektor Kali Gendol, yang
merupakan daerah ancaman awanpanas utama pada krisis erupsi gunungapi
Merapi 2006. (Subandriyo, 2006).
Kebanyakan dari event seismik termasuk di dalamnya aktivitas gunungapi
sangatlah sulit untuk dapat terdeteksi dan terekam oleh jaringan pemantau. Namun
ternyata beberapa event tersebut telah mampu menyebabkan pergerakan tanah
sehingga dapat terdeteksi oleh jaringan Real-Time Seismic Amplitude
Measurement (RSAM) sebagai puncak-puncak amplitudo pada rata-rata waktu
seismik. (Endo and Murray, 1991).
RSAM (Real-time Seismic Amplitude Measurement) dengan ide dasar
merata-ratakan sinyal seismik pada suatu waktu tertentu yang merepresentasikan
energi getaran. Dengan RSAM ini mempermudah upaya monitoring gunungapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
untuk mengetahui aktivitas gunung api (berkaitan dengan jumlah energi kumulatif
yang dikeluarkan saat gunung mengalami masa krisis).
Pemantauan gunungapi Merapi dapat dilakukan secara analog dan digital,
berdasarkan data seismik dan data RSAM tersebut dapat dibandingkan nilai
kalkulasi yang menunjukkan korelasi nilai energi saat terjadi krisis seismik di
tahun 2006. Selain itu terdapat penjelasan spektral dari pengolahan data digital
saat terjadi krisis gunungapi Merapi.
I. 2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dibuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah RSAM
(Real-Time Seismic Amplitude Measurement)
dapat menyediakan informasi kualitatif yang tepat saat terjadi krisis
seismik gunungapi.
2. Bagaimanakah pengolahan data seismik untuk menentukan total energi
kumulatif gempa.
I. 3. Tujuan Penelitian
Adapun untuk tujuan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan nilai energi kumulatif gempa akibat erupsi Gunung Merapi
tahun 2006 berdasarkan data RSAM dan data Seismik periode bulan Mei
- Juni 2006.
2. Menentukan nilai koreksi energi kumulatif dari perbandingan data
RSAM dan Data Seismik gempa erupsi Gunung Merapi periode bulan
Mei - Juni 2006.
I. 4. Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Didapatkan hubungan / korelasi grafik energi gempa baik dari RSAM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Pengaruh kenaikan nilai energi kumulatif gempa sebagai indikasi
peningkatan aktivitas gunungapi Merapi.
I. 5. Sistematika Penulisan
Penulisan laporan Tugas Akhir (TA) ini mengikuti sistematika penulisan
sebagai berikut;
BAB I . Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang Tugas Akhir (TA), tujuan, manfaat
pelaksanaan Tugas Akhir (TA), perumusan masalah, dan terdapat pula sistematika
penulisan laporan.
BAB II . Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang beberapa teori yang mendukung proses pengolahan
data gempa vulkanik dan keterangan-keterangan yang dapat mempermudah
pengertian tentang beberapa istilah yang menyangkut gempa pada Gunungapi
Merapi. Selain itu juga terdapat teori tentang RSAM
(Real-Time Seismic
Amplitude Measurement) yang bisa menyediakan informasi kualitatif saat terjadi
krisis seismik gunungapi Merapi.
BAB III. Metodologi Penelitian
Dalam bab ini membahas tentang metode pengolahan data dan keterangan
yang mendukung pengolahan data tersebut.
BAB IV. Pembahasan
Bab ini berisi tentang pembahasan hasil dan analisa dari Tugas Akhir (TA)
yang disesuaikan berdasarkan tujuan dari penulisan Tugas Akhir (TA) ini.
BAB V . Penutup
Pada bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran dari seluruh uraian
Tabel 1. Lama penggunaan battere tiap-tiap stasiun
Lokasi Pusung L Babadan Plawangan Maron Deles Selo
Seismograf RTS-PTS6 RTS-PTS3 RTS-PTS3 RTS-PTS3 RTS-PTS3 RTS-PTS3
Seismometer L4C 1Hz V
L4C 1Hz H
L4C 1Hz H
L4C 1Hz V L4C 1Hz V L4C 1Hz V L4C
1Hz V
L4C 1Hz V
AMP/ Gain AS110-72
AS110-72
AS110-72
AS110-72 AS110-72 AS110-72 AS110-72 AS110-72
Frekuensi VCO-
DCR
1360 Hz
2040 Hz
2720 Hz
1700 Hz 2040 Hz 2380 Hz 2720 Hz 3060 Hz
Frekuensi VHF-
MHz
167.7555- 167.500 165.809 164.500 164.0093 163.6054 167.500
Battery
Jumlah/ lama
4/ 3 bulan + solar 2/1 bulan 1/ 20 hari 2/ 35 hari 2/ 35 hari 1/3bulan +
Tabel 3. Tipe-tipe gempa Gunung Merapi yang digunakan sampai saat ini.
Tipe Ciri Frekuansi
Dominan
(Hz)
Keterangan Versi
Shimozoru
Versi
Minakami
VTA Gelombang P dan S nampak jelas 5 – 8 Volcano tektonik hiposenter >
2,5 km dari puncak
Tidak
tercatat
Tipe A
VTB Gelombang P nampak jelaas, Gelombang
S tidak
5 – 8 Volcano tektonik hiposenter >
1,5 km dari puncak
Tipe B Tipe A dangkal
MP Kurang impulsive daripada VT, dengan
amplitudo yang sama akan lebih panjang,
peluruhan amplitude cepat terhadap jarak
stasiun
3 – 4 Terkait dengan pertumbuhan
kubah lava
Type 4 –
many phase
LF Frekuensi rendah monokromatis seragam
di semua stasiun, durasi pendek
1 – 2 Tipe B Tipe B
LHF LF yang diikuti VTB Hanya teramati aktivitas 1990
– 1992
Tidak
Terekam
Kombinasi tipe
B diikuti tipe A
Tremor Seperti LF dengan durasi panjang 1 – 2 Tremor
Guguran Durasi panjang 60 – 180 s 1 – 20 Berhubungan dengan kubah
lava
Tipe 5,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Sejarah Singkat Monitoring Gunungapi Merapi
Gunungapi Merapi secara administratif terletak di antara empat
kabupaten yaitu Kab. Magelang di sektor Barat, Kab. Boyolali di sektor Utara dan
Timur, Kab. Klaten di sektor Tenggara dan Kotamadya Yogyakarta di sektor
Selatan, adapun secara geografis berada di koordinat 7°32’30”S dan 110°26’30”E.
Berdasarkan tataan tektoniknya, gunung ini terletak di zona subduksi,
dimana Lempeng Indo-Australia menunjam di bawah Lempeng Eurasia yang
mengontrol vulkanisme di Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. G. Merapi
muncul di bagian selatan dari kelurusan dari jajaran gunungapi di Jawa Tengah
mulai dari utara ke selatan yaitu Ungaran-Telomoyo-Merbabu-Merapi dengan
arah N165°E. Kelurusan ini merupakan sebuah patahan yang berhubungan dengan
retakan akibat aktivitas tektonik yang mendahului vulkanisme di Jawa Tengah.
Aktivitas vulkanisme ini bergeser dari arah utara ke selatan, dimana G. Merapi
muncul paling muda.
Progo
0 150 km
Gambar 2. 1. Peta lokasi G. Merapi yang terletak di Jawa Tengah (PVMBG, 2000)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Sebelum tahun 1920-an Indonesia belum serius mengintensifkan
penelitian-penelitian terhadap gunungapi. Baru pada tahun 1982 Direktorat
Vulkanologi bekerjasama dengan USGS (United States Geologycal Survey) telah
memasang suatu jaringan seismik dengan Sistem Telemetri Radio (RTS). Dengan
jaringan ini segala aktivitas letusan tahun 1984 sampai sekarang dapat diketahui
dengan mudah. (Ratdomopurbo, 2000 ).
II. 2 Sensor Seismik
Dalam pemonitoringan gunungapi Merapi, BPPTK menggunakan
banyak cara seperti pemantauan seismik, visual, dan geokimia. Untuk pemantauan
seismik menggunakan seperangkat seismograf. Seismograf merupakan alat
pencatat gempa yang pada dasarnya berfungsi untuk mencatat getaran gelombang
gempa bumi. Pada prinsipnya seismograf merupakan alat yang peka terhadap
getaran maka segala jenis getaran akan terekam. Hasil rekaman seismograf
disebut seismogram.
Sensor seismik merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
pergerakan tanah ketika terjadi suatu guncangan/ getaran. Berdasarkan gerakan ini
maka dapat dianalisa variabel-variabel fisikanya. Misalnya adalah variabel
kinetiknya : perpindahan, kecepatan, dan percepatan.
Tidaklah mudah untuk mengukur pergerakan tanah dengan menggunakan
sensor seismik (seismograf), kesulitan ini dapat diakibatkan karena;
1. Pengukuran dilakukan dengan obyek yang bergerak, di samping itu
sensor juga bergerak terhadap tanah. Berdasarkan prisip inersia, maka
dapat dianalisa percepatan tanah yang terjadi. Sedangkan nilai
kecepatan dan perpindahan hanya dapat diperkirakan saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Berikut ini adalah gambar seismometer sederhana,
Gambar 2. 2(a) Prinsip inersia dari seismometer (Instrumentation in Earthquake Seismology, 2002)
Pada prinsipnya jika bumi bergetar, maka semua benda yang ada di atas
bumi akan turut bergetar, sehingga jika pada suatu daerah akan dilakukan
observasi terhadap gerak-gerak bumi maka tempat observasi tersebut harus diam
(nisbi ) letaknya terhadap tempat di sekelilingnya.
Berdasarkan atas pengertian inilah alat seismograf yang akan mencatat
getaran gempa mempunyai suatu bagian yang disebut ”massa stasioner” (massa
diam) artinya meskipun tempat disekelilingnya bergetar maka bagian ini akan
tetap diam.
Gerak relatif dari massa terhadap tanah kemudian disebut sebagai fungsi
gerak tanah yang dicerminkan oleh resonansi yang dihasilkan oleh gerak pegas,
sehingga frekuensi resonansinya dirumuskan sebagai;
(1)
Dimana;
k = konstantan pegas
m = massa benda
spring
mass
Measure of mass displacement
damping
m k
fo
p
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Sekarang ini sensor mekanik hanya dibuat berdasarkan frekuensi resonansi
sekitar 1.0 Hz (short period sensor). Sensor dapat mengukur frekuensi yang lebih
rendah didasarkan pada Force Balanced Accelerometer (BCA).
Gambar 2. 2(b) Prinsip sederhana dari Force Balanced Accelerometer (BCA) (Instrumentation in Earthquake Seismology, 2002)
Force Balanced Accelerometer (BCA) mempunyai feedback coil yang
dapat memberikan gaya yang sama serta berlawanan dengan gaya inersia terhadap
percepatan yang akan diukur.
Di dalam tranducer sendiri terdapat capasitor (C). Agar alat atau massa
menjadi lebih stabil lagi maka terdapat suatu pegas yang berfungsi sebagai
peredam (dumping). Getaran yang terjadi pada tanah dicatat sebagai suatu
pergeseran relatif dari suatu titik (strain). Akibat pergeseran tanah yang ada maka
timbul getaran dan getaran ini diubah menjadi pulsa listrik dengan adanya lilitan
kawat. Lilitan kawat bekerja dengan prinsip induksi elektromagnetik. Pencatatan
datanya dapat terjadi secara digital maupun analog. Kertas pencatatannya dengan
menggunakan kertas foto atau dengan kertas biasa.
Getaran menyebabkan perubahan fluks magnenik. Ketika terjadi
perubahan medan magnetik maka akan dapat diketahui nilai distribusi arus yang
mengalir di dalamnya (hukum Ampere dalam bentuk diferensial). spring
mass Volt out ~
acceleration
Displacement tranducer
R
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Curl B = µo j (1a)
(Dasar-dasar Fisika Universitas,1994)
Dimana,
B = medan magnetik (Tesla)
µo = permeabilitas magnetic
j = rapat arus
kemudian fluks dari kerapatan arus dapat dinyatakan sebagi arus listrik.
Dengan adanya faktor nilai hambatan (Ohm) maka dapat ditentukan keluaran
seismometer yang berupa nilai voltase / tegangan keluaran.
Hukum Ohm;
V = I R (1b)
(Dasar-dasar Fisika Universitas,1994)
Dimana,
V = tegangan (Volt)
R = hambatan (ohm)
I = arus listrik (A)
III.3 Jaringan Seismik Gunungapi Merapi
Monitoring gunungapi Merapi dilakukan dengan memantau melalui
stasiun-stasiun yang tersebar di sekitar gunungapi Merapi. Sampai saat ini
terdapat empat stasiun seismograf di Merapi, yaitu: di bukit Pusonglondon (PUS)
ketinggian 2.625 m di atas permukaan laut (dpl), bukit plawangan (PLA) pada
1.276 m dpl, Deles (DEL) pada 1.487 m dpl dan di Klatakan (KLA) pada 1.918 m
dpl. Stasiun-stasiun tadi tetap dipertahankan jumlahnya sebanyak empat buah
yaitu syarat minimal untuk perhitungan pusat gempa (hiposenter). Sebelumnya
terdapat stasiun di Gemer (GEM), di lereng barat pada ketinggian 1.318 m dpl,
yang hilang karena terlanda awanpanas pada saat letusan bulan Juli 1998.
Seluruh data dari semua stasiun seismograf dipancarkan ke Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
yang ada di gunung Merapi di bedakan menjadi dua yaitu unit lapangan dan unit
penerima. Unit lapangan terdiri dari semua peralatan yang dipasang di lapangan
yang terdiri dari sensor, amplifier, VCO dan pemancar.
Sensor seismograf (seismometer atau geophone) merupakan inti dari
seismograf. Seismometer yang dipakai dari tipe elektromagnetik, sensor
kecepatan, dengan massa 1 kilogram dan frekuensi 1 Hz. Setiap 1 mm/ detik nilai
out put dari seismometer diatur sebesar 50 miliVolt, sebagai contoh apabila
terdapat kecepatan gerak tanah sebesar 1 mm/s pada kabel keluaran akan terukur
tegangan sebesar 50 mV. Besarnya tegangan keluaran tergantung dari gerak tanah.
Karena pada umumnya getaran tanah sangat kecil, maka tegangan keluaran
seismometer diperkuat dengan amplifier. Di gunungapi Merapi digunakan
penguatan sinyal sebesar 72 dB (desibel), dengan kata lain penguatan sinyalnya
mencapai 2000 x nilai sinyal awal. Sinyal yang telah diperkuat dimasukkan dalam
VCO (pengubah tegangan ke frekuensi suara) sebelum dipancarkan dengan
gelombang Very high Frequency (VHF) ke Yogyakarta. Pancaran menggunakan
daya yang cukup rendah sekitar 100 miliWatt. Walaupun daya cukup rendah,
karena jalur transmisi radio dari Merapi ke Yogyakarta terbuka maka tidak ada
hambatan dalam pengiriman datanya. Transmisi data menggunakan transmisi
analog, yang berarti bahwa transmitter beropersi secara terus menerus
memancarkan gelombang radio yang membawa sinyal seismik.
Unit penerima dari seismograf terdiri dari radio penerima, demodulator
dan rekorder. Dengan radio penerima, sinyal dari seismometer di lapangan dapat
diterima rekorder. Dengan radio penerima, sinyal dari seismometer di lapangan
dapat diterima berupa sinyal analog dan kemudian dengan demodulator sinyal
tersebut dipisahkan dari sinyal pembawanya (carier) sehingga kemudian dapat
dicatat dalam kertas seismogram, sinyal dari seismometer di lapangan juga dicatat
dengan komputer PC lain dengan pencatatan menggunakan kertas seismogram.
Peranan pos pengamatan sangat diperlukan dalam mitigasi bencana
letusan. Oleh karena itu pemantauan seismik dari pos diperlukan sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
II. 4 Seismik
Pemantauan seismik Gunungapi Merapi dimulai pada tahun 1924 dengan
adanya seismograf mekanik Wiechert yang dipasang di lereng Barat sekitar 9 km
dari puncak untuk mengetahui peningkatan aktivitas menjelang erupsi Nopember
1930. Seismograf elektromagnetik mulai digunakan pada tahun 1969 yaitu
menggunakan seismograf Hosaka yang menggunakan kabel agar dapat diletakkan
di tempat-tempat yang lebih representatif.
Pada tahun 1982 terbentuk sebuah jaringan seismograf yang mengelilingi
tubuh gunung yang terdiri atas tujuh stasiun sensor periode pendek. Sensor yang
digunakan adalah produk dari Mark Product tipe L4C dengan faktor redam 0,8
dan konstanta tranduksi 50 mV/mm/s. Stasiun sensor menggunakan daya batere
dengan pengisian solar panel. Sinyal dikirim ke BPPTK Yogjakarta dengan
telemetri radio VHF. Di BPPTK sinyal ini kemudian direkam pada kertas
seismogram rekorder VR-68 produk Sprengnether, dan juga disimpan dalam data
digital menggunakan digitizer Guralp DM24 dengan laju cuplik 100 Hz.
Seismogram kertas dianalisa secara rutin setiap harinya untuk mengetahui jumlah
kegempaan, dan parameter-parameter gempanya sedangkan lokasi gempa dihitung
dengan menggunakan sinyal digital untuk kemudahan pembacaan waktu.
(MERAPI, 2009).
II. 5 Jaringan Seismik (instrumentasi)
Jaringan seismik gunung Merapi yang terdiri dari 6 stasiun seismograf
yaitu Telemetri SPRENGNETHER, menggunakan frekuensi VHF dengan daya
pancar sekitar 100 mWatt. Geophone yang digunakan adalah tipe L4C Mark-
Product. Untuk pencatatan dilakukan di Yogyakarta yang berjarak sekitar 25-30
Km dari jaringan seismik Merapi.
Pencatatan menggunakan recorder drum VR-65 dengan kecepatan putar
drum (kecepatan rekam) sebesar 120 mm/menit. Oleh karena kondisi lokal
seismograf yang tidak sama maka beberapa seismograf mempunyai pembesaran
elektronis yang berbeda. Termasuk di dalamnya tiga stasiun seismik dengan
sistem Telemetri digital yang terletak di Juranggrawah, Pasar Bubar dan Labuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
seismograf yang bekerja pada bentangan frekuensi 0,0001 Hz – 1,0 Hz) merk
Streckeisen tipe STS2, sedangkan dua lainnya digunakan seismometer periode
pendek produk Mark tipe L43D. Akuisisi dan layout data seismik digital serta
kuantifikasi sinyal gempa seperti RSAM dan SSAM menggunakan sistem
[image:30.595.104.535.217.584.2]Earthworm dan Swarm.
Gambar 2. 5. Skema Seismograf RTS Gunungapi Merapi (Ratdomopurbo, 1999) Keterangan :
S = Seismometer
AMP = Amplifier seismometer (AS- 110, Sprengnether)
VCO = Pengubah tegangan ke frekuensi (TC-10, Sprengnether)
T/R = Pemancar / penerima gelombang VHF (T.F/R.F, Monitron Corp.)
DCR = Pengubah frekuensi ke tegangan (TC-20, Sprengnether)
TS = Sistem pewaktuan (TS-250, Sprengnether)
Vr = Perekam Analog (Kertas seismogram; VR-65, Sprengnether)
Sinyal seismik sebagai getaran tanah, oleh seismometer diubah menjadi
sinyal tegangan pada kutub-kutub koil seismometer. Seismometer L4C seperti
juga sensor seismik elektromagnetik lainnya merupakan sensor kecepatan, dalam
arti bahwa out put dari seismometer berbanding langsung dengan kecepatan gerak
tanah (bukan amplitudo gerak tanah). Dengan demikian hubungan antara out put
seismometer dan amplitudo gerak tanah adalah fungsi frekuensi getaran tanah. Unit lapangan
S AMP VCO
T
Base stasion
DCR VR
T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Out put seimometer L4C yang dipakai dimodifikasi menurut standar
USGS sebesar 50 mv/mm/s berarti jika terdapat kecepatan gerak tanah sebesar 1
mm/detik maka out put seismometer akan sebesar 50 mV.
Sinyal seismometer ini disuapkan pada amplifier seismometer AS-110
yang mempunyai perbesaran 72 dB. Melalui proses modulasi pada VCO TC-10
(5V/125Hz) sinyal diubah ke frekuensi suara dalam jangkauan 1000 sampai 3100
Hz. Frekuensi tersebut dipancarkan melalui transmitter dalam frekuensi VHF
(160-170 MHz) dan diterima di kantor Yogyakarta.
Dengan diskriminator TC-20, sinyal frekuensi yang diterima dubah
kembali menjadi sinyal tegangan lagi. Gabungan VCO, transmitter, receiver, dan
diskriminator memperkecil sinyal dari amplifier seismometer AS-110 sebesar
1/5x. Out put dari diskiminator kemudian disuapkan ke VR-65 yang merupakan
sistem pencatat seismogram dan amplifier galvanometer. VR-65 mempunyai
sensitivitas yang diatur sebesar 50 mV/mm dan putaran seismogram sebesar 120
mm/menit (dapat diubah). Tanda waktu diperoleh dari sistem pewaktuan TS-250
dengan tanda menit (durasi 1 menit) dan tanda jam (durasi 2 detik). Untuk
kaliberasi jam dipakai sinyal waktu WWVT (radio broadcasting receiver) pada
gelombang 10 atau 15 MHz. Selain alat-alat yang dioperasikan, masih terdapat
alat-alat cadangan seperti PTS3, PTS6, VCO, diskriminator. Untuk bagian yang
tidak mempunyai cadangan (dari data tahun 1987) yaitu transmitter dan receiver.
Dengan memakai sistem telemetri maka ketepatan waktu pada masing-masing
seismogram bukan merupakan masalah lagi. Pengujian peralatan seismik
dilakukan untuk menjaga perekaman data seismik dengan baik.
Dalam pengoperasian di lapangan menggunakan battery/ accu jenis
65AH-MF. Jika menggunakan battery lama penggunaan tiap-tiap stasiun tidak sama
(lihat tabel 1). Dalam tabel ini juga terdapat daftar alat-alat seismograf telemetri di
BPPTK sampai tahun 1987. Untuk model Babadan, Plawangan, dan Selo
penggantian battery, dilakukan oleh petugas yang ada di pos-pos lokasi tersebut
sedang untuk lokasi lainnya dikerjakan oleh petugas dari kantor BPPTK
Yogyakarta. Penggantian battery bersamaan dengan dilakukannya kliberasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
II. 6 Karakteristik dari stasiun seismograf
Sebagian besar stasiun seismik terletak di tanah yang cukup tebal, kecuali
untuk stasiun Deles yang dipasang pada sebuah aliran lava. Terlihat bahwa
frekuensi VCO-DCR di stasiun Deles lebih besar dibandingkan stasiun lainnya.
Staiun Plawangan yang terletak diatas bukit Plawangan 6 Km arah selatan dari
gunung Merapi yang strukturnya berupa lapisan basalt. Salah satu dari
keistimewaan stasiun ini adalah ia memiliki amplikasi tanah hampir dua kali lebih
besar dibanding stasiun yang lain.
Untuk menghitung besarnya amplikasi tanah dapat diukur menggunakan
data teleseismik. Ada dua faktor yang mempengaruhi amplitudo yang teramati
dalam seismograf yaitu instrumen dan amplikasi dari tanah:
Ao = Ar x G x Cg x Ci (2)
Dimana,
Ao = amplitudo yang terbaca pada seismograf
Ar = amplitudo yang sebenarnya
G = nilai gain dari seismograf
Cg = faktor amplikasi tanah
Ci = faktor kalibrasi instrumen
Ci merupakan koreksi terhadap perbesaran elektronik, yang menyatakan
besarnya penyimpangan perbesaran instrumen dari perbesaran referensi. Faktor Ci
ini dihitung menggunakan generator portabel dengan frekuensi sinusoidal sebesar
5 Hz. Untuk mengkalibrasi stasiun dengan cara menyuapkan gelombang sinus 5
Hz amplitudo 250 µVpp pada input amplifier seismometer, kemudian membaca
simpangan pada seismograf. Untuk kalibrasi di lapangan dipakai signal sebesar
250 µVpp ( 4 mm pada seismogram ), sedang untuk kalibrasi VR-65 dipakai
signal sebesar 250 mVpp ( 5 mm pada seismogram VR-65 50 mV/mm ). Jika
semua berfungsi baik amplitudo dari gelombang sinusoidal terukur dari 2 mm, 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Jadi semua faktor yang diperoleh dari instrumen, maka amplitudo sebuah
gempa jauh di sebuah stasiun dengan stasiun yang lain adalah rasio Gt, seperti
yang telah diketahui nilai G dan faktor kalibrasi Ci bisa dihitung maka besarnya
nilai CG dapat dihitung untuk setiap stasiun.
Gt = G x Cg x Ci (3)
Ao = Ar x Gt (4)
Gambar 2.6(a) Peta stasiun-stasiun seismik Gunung Merapi. Stasiun transmisi analog ditandai dengan simbol silang, sedangkan stasiun transmisi digital ditandai dengan
simbol lingkaran. Tampak juga pos-pos pengamatan (MERAPI, 2009).
Pos pengamatan:
1. Pos Pengamatan Kaliurang (sisi selatan, 864 m dpl). Jarak dari puncak
6,0 km Posisi geografi 7o36,05’ LS & 110o25,48’ BT. Instrumen
seismograf 1 komponen. Pengamat Gunungapi 3 (tiga) orang.
2. Pos Pengamatan Babadan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Posisi geografi 7o31,57’ LS & 110o24,63’ BT. Instrumen seismograf 1
[image:34.595.113.503.187.515.2]perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3. Pos Pengamatan Krinjing (sisi barat daya), jarak dari puncak 6 km.
Desa Krinjing, Kab. Magelang, Jawa Tengah . Pos ini cadangan
apabila Pos PGA Babadan terancam bahaya, tidak ada Pengamat
Gunungapi, tidak ada instrumen.
4. Pos Pengamatan Jrakah (sisi barat laut, 1.335 m dpl). Desa Jrakah, Kab. Boyolali. Posisi geografi 7o29,83’ LS & 110o27,29’ BT.
Instrumen seismograf 1 komponen. Pengamat Gunungapi 3 (tiga)
orang. Pos Pengamatan Selo (sisi utara, 1.760 m dpl). Desa Selo,
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah . Posisi geografi 7o29,94’ LS &
110o27,43’ BT. Instrumen seismograf 1 komponen. Pengamat
Gunungapi 2 (dua) orang.
Jaringan seismik gunungapi Merapi bagi gempa-gempa jauh (teleseismik)
dianggap sebagai suatu titik karena Ci dan G diketahui maka Cg (yaitu ukuran
berapa besar lokasi seismograf meredam / menguatkan sinyal seismik) untuk
tiap-tiap stasiun seismograf dapat dihitung dengan mengamati besarnya amplitudo
terbaca untuk gempa-gempa teleseismik.
Tanpa memperhatikan perbesaran instrumen, ”ratio” perbesaran total (Rg),
yaitu perbandingan besar Gt pada stasiun satu dan lainnya, dihitung dari
perbandingan antara amplitudo gempa teleseismik terbaca pada setiap stasiun
seismograf dibagi dengan amplitudo terbaca rata-rata. Ratio (Rg) ini dapat dipakai
untuk melihat perbandingan perbesaran pada masing-masing stasiun seismograf.
Contoh untuk melihat besar Rg, Cg dan posisi seismograf masing-masing stasiun.
Pada stasiun Plawangan untuk harga (Cg=2.3), cukup besar dibandingkan
stasiun yang lainnya. Penyebabnya karena stasiun Plawangan terletak di bukit
Plawangan yang dimana di bukit itu diduga berpengaruh menguatkan sinyal
terhadap gempa-gempa yang sampai di Plawangan (amplifying effect). Dengan
adanya amplifying effect ini maka jika ada gempa tektonik terasa di Plawangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
[image:36.595.140.479.119.496.2]20
Gambar 2. 6 (b) Peta distribusi instrument Gunungapi Merapi (Ratdomopurbo, 2000:195).
Tabel 2. Posisi stasiun ditentukan berdasarkanpeta topografi Gunung Merapi dan sekitarnya, (Ratdomopurbo, 2000)
Stasiun Seismograf Rg Cg Posisi terhadap Puncak Elevasi (m)
Jarak Datar (m) Azimuth
Pusunglondon 1.04 0.87 0.89 75.6 o 2625
Deles 0.77 0.13 2.98 142.2o 1487
Plawangan 2.58 2.3 5.06 198o 1296
Klathakan 0.97 0.82 1.69 301.8o 1918
Stasiun DEL mempunyai faktor penguatan tanah (Cg) kecil maka
[image:36.595.114.518.543.670.2]perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
seismograf lainnya (referensi). Untuk menghitung magnitude dan energi gempa
digunakan stasiun DEL, pengambilan referensi didasarkan lokasi DEL karena:
(a) Mempunyai tingkat gangguan (background noise level) sangat rendah
karena terletak pada lava flow.
(b) Jaringan seismik Gunung Merapi letaknya tidak terlalu jauh atau pun dekat
dengan puncak sehingga gempa dangkal/dalam, kurang lebih diperlakukan
sama (Ratdomopurbo, 2000).
II.7 Klasifikasi Gempa Vulkanis Gunungapi Merapi
Berdasarkan data sinyal gempa dari jaringan stasiun seismik telemetri
yang dipasang pada tahun 1982 yang diikuti dengan kejadian erupsi pada Juni
1984, diusulkan klasifikasi baru yang sampai sekarang masih digunakan dalam
penentuan aktivitas Gunungapi Merapi. Berikut adalah rangkuman tentang
tipe-tipe gempa vulkanis Gunungapi Merapi (tabel 3), dan contoh bentuk
[image:37.595.112.515.181.656.2]gelombangnya dalam seismogram digital (Gambar 2. 7).
Gambar 2. 7. Bentuk gelombang tipe-tipe Gunungapi Merapi hasil rekaman stasiun Pusunglondon (PUS) yang berjarak horisontal sekitar 1 Km dari kubah lava
(Ratdomopurbo, 2000)
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Direktorat Vulkanologi menggunakan klasifikasi gempa vulkanik
Minakami yang sudah dimodifikasi dengan penemuan-penemuan baru,
gempa-gempa tersebut antara lain :
1. Gempa Vulkanik Type A (HF- deep)
Adalah gempa vulkanik yang mempunyai kedalaman lebih dari 2 km di
bawah puncak gunung. Frekuensi dominan yang diamati seismogram kertas
berkisar antara 5 – 8 Hz. Awalan dari gempa yang tajam dan jelas ini
dibedakan dengan gempa lainnya adanya phase P dan S yang jelas.
2. Gempa vulkanik type B (HF – shallow)
Adalah gempa vulkanik frekuensi tinggi dengan kedalaman kurang dari
dua Km di bawah kawah. Bentuk mirip dengan type A, hanya phase P dan S
tidak dapat dibedakan. Stasiun Pusunglondon (PUS) paling dekat dengan
puncak, pencatat gempa ini dengan amplitudo paling besar.
3. Gempa fase banyak (Multiphase)
Fase banyak dikemukakan oleh “Shimozuru” 1969 untuk menyebutkan
gempa-gempa yang terjadi selama pertumbuhan kubah lava. Frekuensi antara
1.5 Hz. Dan digunakan sejak 1989, yang sebelumnya belum pernah terjadi.
4. Gempa frekuensi rendah (LF)
Adalah gempa frekuensi rendah yang bersumber dangkal, amplitudo yang
tercatat paling besar di stasiun PUS. Frekuensi antara 1.5 Hz. Dan digunakan
sejak 1989, yang sebelumnya belum pernah terjadi.
5. Gempa LHF
Gempa ini terdiri atas dua bagian, yang pertama berfrekuensi rendah dan
yang beberapa titik kemudian disusul dengan bagian kedua yang berfrekuensi
tinggi.
6. Tremor
Tremor Gunung Merapi mempunyai frekuensi 1 – 2 Hz. Durasi bervarasi
dari orde beberapa menit sampai beberapa jam. Sehingga hanya dengan
menggunakan seismograf yang perbesarannya mencukupi akan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
II. 8 Energi Gempa
Energi merupakan ukuran besar gempa. Dalam menghitung besaran
tersebut banyak peneliti yang menggunakan persamaan yang bermacam-macam.
Hal ini dapat saja terjadi karena kelakuan tiap-tiap gunung berbeda-beda.
Persamaan dasar skala Ritchter:
M = MA = log A – log Ao (5)
Dimana:
A = Amplitudo pada seismogram berdasar seismograf “Wood-Anderson” (gain
2800x)
Ao = Amplitudo minimum pada seismogram “Wood-Anderson”, besarnya
tergantung jarak pusat gempa.
(Ritchter, 2000)
Penerapan rumus Ritchter pada seismogram lain harus dilakukan
perhitungan amplitude dari amplitude seismogram yang digunakan diubah ke
amplitude ekivalen “Wood-Anderson”. Untuk melakukan perhitungan magnitude
bisa digunakan monogram Ritchter atau dihitung dengan konstanta Ao yang sudah
diketahui dari alat.
Energi gempa merupakan jumlah energi dari gempa VA, VB dan MP
dalam dimensi erg. Untuk sismogram RTS, amplitudo ekivalen
“Wood-Anderson” dengan persaman :
Ar = amplitude terkoreksi = (2800 / I x Ck x Cg) x (A/2) (6)
(Koyanagi – Kojima, 1984)
Dimana,
A = amplitudo peak to peak pada seismogram RTS
Ck = faktor kaliberasi, jika input amplifier seismometer AS-110 sebesar 250
uVpp 5 Hz dan pada seismogram terbaca simpangan sebesar Ax,
instrument pada 72 dB, 5 fullscale, Vr-65 5o mV/mm maka Ck = Ax/4.
Cg = faktor penguatan tanah masing-masing stasiun ditentukan berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
I = perbesaran seismograf, sebagai fungsi frekeunsi. Sampai tahun 1987
harga I = 53400 untuk frekuensi 15 Hz, jika frequensi di bawah 15 Hz
maka perbesaran akan lebih kecil.
Persamaan dalam menghitung Magnitude (M) dari data gempa (durasi, F – P)
yang digunakan yaitu;
M = 3,33 log (F - P) - 3,92 (7)
Untuk perhitungan energi didasarkan pada Persamaan Guttenberg – Ritchter yaitu:
Log E = 11,8 + 1,5 M (8)
Mengetahui frekuensi gempa selain untuk menentukan amplitudo terkoreksi juga
bisa digunakan dalam mempelajari sifat – sifat serapan frekuensi gelombang
seismik yang melalui batuan gunung Merapi. Seperti diketahui bahwa bahwa
batuan merupakan fiter lintas frekuensi rendah ( low pass filter) maka semakin
jauh dari sumber gempa, frekuensi yang tercatat akan semakin rendah. Sedangkan
[image:41.595.109.515.237.737.2]daya serap frekuensi tergantung pada jenis batuannya.
Tabel 4. Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
Status Makna Tindakan
Awas 1. Menandakan gunung berapi yang segera atau
sedang meletus atau ada
keadaan kritis yang
menimbulkan bencana
2. Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan
asap
3. Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
1. Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan
untuk dikosongkan
2. Koordinasi dilakukan secara harian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Siaga 1. Menandakan gunung berapi yang sedang
bergerak ke arah letusan
atau menimbulkan bencana
2. Peningkatan intensif kegiatan seismik
3. Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat
segera berlanjut ke letusan
atau menuju pada keadaan
yang dapat menimbulkan
bencana
4. Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat
terjadi dalam waktu 2
minggu
1. Sosialisasi di wilayah terancam
2. Penyiapan sarana darurat 3. Koordinasi harian
4. Piket penuh
Waspada 1. Ada aktivitas apa pun bentuknya
2. Terdapat kenaikan aktivitas di atas level
normal
3. Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian
vulkanis lainnya
4. Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh
aktivitas magma, tektonik
dan hidrotermal
1. Penyuluhan/sosialisasi 2. Penilaian bahaya 3. Pengecekan sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Normal 1. Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
2. Level aktivitas dasar
1. Pengamatan rutin 2. Survei dan penyelidikan
II.9 Real-Time Seismic Amplitude Measurement (RSAM)
RSAM merupakan metode seismik untuk monitoring aktivitas gunungapi
yang digunakan untuk memberikan pendekatan pelepasan energi seismik yang
dihitung secara terus menerus. Akuisisi dan layout data seismik digital serta
kuantifikasi sinyal gempa seperti RSAM dan SSAM tersebut menggunakan sistem
Earthworm dan Swarm.
Earthworm adalah suatu sistem paket akuisisi data seismik sekaligus untuk
memproses data seismik secara otomatis dengan menggunakan prinsip-prinsip
modularity, independency, conectivity, dan robustness sebagai petunjuk desain
dan implementasi suatu sistem prosesing data seismik agar kesalahan – kesalahan
di masa lampau dapat dihindari.
Modularity bermakna bahwa fungsi di dalam Earthworm dibungkus dalam
satu modul independen. Implikasinya satu sistem Earthworm dapat dipasng dua
modul atau lebih yang sama namun karakter berbeda. Dengan demikian
eksperimen baru pada modul tidak akan mengganggu pada modul yang telah
dipasangkan sebelumnya.
Independency berarti bahwa modul – modul dapat dioperasikan pada
beberapa mesin komputer yang berbeda, perangkat keras ataupun sistem
operasinya dan antar mesin komputer dapat berhubungan antara satu dengan yang
lainnya. Perpindahan sistem Earthworm dari komputer yang satu ke komputer
yang lain tidak menjadikan Earthworm lumpuh. Kemampuan Earthworm untuk
diadaptasikan pada sembarang sistem operasi sudah dibuktikan di BPPPTK. Dua
buah komputer bersistem operasi windows XP (HP dan DELL) dan satu buah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Robustness dalam hal ini kemampuan unjuk kerja tidaklah penting namun
yang diperlukan adalah ketangguhan sistem ketika menerima beban yang cukup
berat sewaktu terjadi krisis seismik. Dari pengalaman yang ada di BPPTK nampak
kemampuan komputer rakitan tidak lebih bagus dibandingkan dengan komputer
bermerek walaupun RAM komputer rakitan lebih besar bahkan dua kalinya,
dengan catatan keduanya menggunakan sistem operasi Windows XP.
Kegunaan Earthworm sebagai sistem akuisisi data seismik dapat
digunakan pada monitoring gempa tektonik, aktivitas seismik gunungapi hingga
pemantauan aktivitas seismik pada pengeboran. Keterbukaan Earthworm
menjadikan banyak modul dapat diterapkan sesuai kebutuhan.
Salah satu kegunaan Earthworm dalam pemantauan seismik adalah
membuat rekaman data seismik yang menyerupai helikoder analog. Denagn tidak
diproduksinya alat perekam data seismik analog seperti PS-2 dan Sprengthner,
maka Earthworm dapat menggantikan fungsi helikoder pada alat perekam
seismik analog. (Agus Sampurno, 2006).
Beberapa modul Earthworm yang telah dipasng untuk memantau aktivitas
gunungapi Merapi antara lain sebagai berikut;
1. ADSEND
Modul ini bertugas mengatur kerja ADC buatan National
Semikonduktor yaitu DAQ PCI – MIO – 16E – 4, serta bertugas
menterjemahkan kode pewaktu yang berasal dari GPS. Selain itu
juga berfungsi mengirimkan data yang diperoleh ke dalam file
transport pada Earthworm.
2. SCREAM2EW
Merupakan perangkat lunak untuk menangkap data yang dikirim
dari sistem akuisisi GURALP lalu mengirimkannya ke file
transport pada sitem akuisisi digital Earthworm.
3. EW2RSAM
Data RSAM disimpan dalam suatu bentuk modul penyimpanan
data yaitu RSAM2DISK, di dalam disk ini juga menampilkan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dalam bentuk spread sheet. Selain itu dalam folder RSAM
terdapat pula folder events dan trigger. Data events berisi catatan
jumlah events (kejadian) dalam satu satuan waktu dan filenya
dalam bentuk random file. Data yang tersimpan dalam folder
trigger terdiri dari tiga buah jenis data yaitu nilai maksimum
gempa, rata-rata amplitude gempa, dan durasi gempa yang
semuanya dalam format teks sehingga dapat dibaca dengan
program Microsoft Excel ataupun OriginPro8.
4. EW2SSAM
Terdapat EW2SSAM yang secara matematis mentransformasikan
data seismik dari domain waktu ke domain frekuensi. Di dalamnya
terjadi transformasi data dengan menggunakan Fast Fouier
Transform (FFT) dan hasilnya disimpan dalam disk menggunakan
modul SSAM2DISK untuk frekuensi tertentu. EW2SSAM
merupakan suatu aplikasi pengkonversian dan perekaman data dari
Earthworm ke analisis spektral. Data disimpan menurut jumlah
channel frekuensi yang dikehendaki. Folder 16 channel berisi data
hasil FFT dengan 16 pola frekeunsi yang berbeda dan dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan. Adapun channel frekuensi yang
terpasang untuk 16 channel data SSAM di Gunung Merapi adalah :
0.5 Hz, 0.9 Hz, 1.3 Hz, 1.5 Hz, 1.7 Hz, 1.9 Hz, 2.1 Hz, 2.3 Hz, 2.5
Hz, 2.7 Hz, 2.9 Hz, 3.1 Hz, 3.2, Hz 3.6 Hz, 4.4 Hz, dan 9.9 Hz.
Penyimpanan data SSAM ke disk pada SSAM2DISK akan
menampilkan data secara kontinyu dalam layar monitor.
SSAM2DISK merupakan file penyimpanan data SSAM. Terdapat
pula hasil keluaran SSAM2DISK terus menerus pada layar
monitor.
5. HELIKODER
Hasil dari modul ini berupa seismogram dalam bentuk helikoder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Helikoder secara elektronik menjadi alternatif penyimpanan data
sehingga menambah efisiensi pekerjaan dalam pemonitoringan
gunungapi Merapi.
6. Sgram.exe
Merupakan modul yang bertugas membuat spektogram dalam
format HTML. Ini sangat bermanfaat untuk mengetahui distribusi
frekuensi sinyal seismik. Sedangkan spektogram merupakan
tampilan frekuensi data seismik berdasarkan warna, semakin
terangnya warna maka semakin beasar intensitas sinyal seismik
pada frekuensi tersebut semakin beasr.
7. Contrecord
Modul ini membuat rekaman data seismik kontinyuke dalam
harddisk dengan format yang dikehendaki seperti SEISAN, SAC,
dan lainnya.
8. Carlstatrig dan Carlsubstatrig
Fasilitas ini digunakan untuk membuat aktivitas trigger sesuai
perbandingan Short Term Averaging (STA) dan Long Term
Averaging (LTA.)
9. Trig2disk
Digunakan untuk merekam data kejadian seismik ke harddisk
sesuai dengan data yang dikirim oleh modul Carlsubstatrig.
Penyederhanaan informasi seismik menjadi informasi RSAM ini
dilakukan dengan cara memasukkan informasi seismik dari diskriminator ke
rangkaian filter highpass-filter 1 Hz orde dua, yang selanjutnya akan masuk ke
rangkaian integrator (mengubah nilai negatif menjadi nilai mutlak). Atau dengan
kata lain sinyal yang masuk pada sistem Real-Time Seismic Amplitude
Measurement (RSAM) akan masuk ke dalam digitizer dan sinyal tersebut
disearahkan. Terdapat pemutlakan nilai, artinya sinyal yang bernilai negatif
dimutlakkan menjadi positif , setelah itu dilakukan sampling. Kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
menunjukkan out put dari rata-rata amplitude yang terekam dalam suatu waktu
tertentu.
Metode monitoring Real-Time Seismic Amplitude Measurement (RSAM)
ini mengukur seluruh gempa yang tercatat pada suatu stasiun seismik tanpa
membedakan jenis gempa. Besar kecilnya nilai RSAM tergantung besar kecilnya
gempa yang tercatat pada suatu stasiun tersebut. Metode ini cukup baik untuk
monitoring aktivitas suatu gunung api.
Penyimpanan data hasil rata-rata disimpan di dalam file berbentuk
sekuensial file (disesuaikan dengan tanggal, bulan, dan tahun akuisisi) dan random
file (sesuai dengan tahun akuisisi).
Gambar 2.9. ADC jenis DAQ PCI – MIO – 16E – 4 (National Instrument, 2006)
Metode monitoring Real-Time Seismic Amplitude Measurement (RSAM)
ini mengukur seluruh gempa yang tercatat pada suatu stasiun seismik tanpa
membedakan jenis gempa. Besar kecilnya nilai RSAM tergantung besar kecilnya
gempa yang tercatat pada suatu stasiun tersebut. Metode ini cukup baik untuk
monitoring aktivitas suatu gunung api karena dapat mencerminkan energi total per
[image:47.595.114.511.241.502.2]perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 1 Maret 2010
sampai 27 April 2010. Tempat : Balai Penyelidikan Dan Pengembangan
Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Jalan Cendana No.15 Yogyakarta 55166.
III.2 Peralatan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan peralatan sebagai berikut:
1. Seperangkat komputer / PC
2. Perangkat sistem RSAM, Earthworm dan perangkat jaringan seismograf dari
gunungapi Merapi.
Dalam hal ini perangkat seismografnya terdapat di gunungapi Merapi.
Perangkat ini terdiri dari 7 stasiun seismometer yang berada dalam keadaan aktif.
Dalam penelitian ini digunakan 7 stasiun aktif sebagai masukan data digital dan 1
[image:48.595.112.513.239.489.2]stasiun analog sebagai acuan data seismik analog yaitu stasiun Pusunglondon.
Tabel 5. Posisi Stasiun-stasiun analog di Gunungapi Merapi
No. Nama Stasiun Lokasi Koordinat Keterangan X (0) Y (0 ) Z (m)
1 Deles Tenggara 110,4613 -7,5602 1487 Analog 2 Plawangan Selatan 110,4315 -7,5857 1276 Analog 3 Klatakan Barat Laut 110,428 -7,5347 1918 Analog 4 Pusung London Timur Laut 110,454 -7,5383 2700 Analog
3. Perangkat lunak: Microsoft Word 2007, Microsoft Excel 2007, dan OriginPro
8.0 (sebagai perangkat lunak pengolah data).
III.3 Bahan Penelitian
Penelitian ini