• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Pertanyaan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan

1. Melaksanakan sistem pertanaman legowo 4:1 A. Setiap musim tanam diterapkan

B. Kadang-kadang dilaksanakan C. Tidak diterapkan

2. Terjadi dinamika kelompok tani ( kenaikan kelas kelompok tani dari belum pengalaman menjadi pengalaman, kelas pemula dst )

A. Seluruhnya naik kelas

B. Sebahagian kelompok naik kelas C. Tidak terjadi kenaikan kelas

3. Jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan PUAP terjadi peningkatan selama 3 tahun terakhir

A. Seluruhnya B. Sebahagian C. Tidak meningkat

4. Pelaksaanaan SLPTT (Sekolah lapang Pengelolaan Terpadu) A. 1 kali dalam setahun

B. 1 kali dalam dua tahun C. 1 kali dalam ≥3 tahun

5. Kelompok tani menggunakan dan memanfaatkan pupuk organik selama tiga tahun terakhir

A. Seluruhnya B.` sebahagian C. Tidak ada

(2)

B. Kadang- kadang C. Tidak pernah

7. Memberikan materi setiap musim tanam dalam peningkatan produksi beras nasional atau tanaman pangan.

A. Selalu

B. Kadang-kadang C. Tidak pernah

8. Membina petani dalam membantu masalah modal dalam usaha tani. A. PPL membantu 10 – 13 kelompok tani

(3)
(4)
(5)
(6)

Lampiran 5. Output Analisis Regresi Linear Berganda

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Keberhasilan Penyuluhan 85.8824 6.70711 17

Umur Penyuluh 50.4706 3.51990 17

T. Pendidikan 16.4118 .61835 17

Lama Bekerja 27.4118 4.18418 17

Frek. Kunjungan 14.9412 1.59963 17

J.Tanggungan 2.6471 1.61791 17

J. Bertugas 12.4118 9.54633 17

Fasilitas yang Dimiliki 2.0000 .00000 17

T. Pendapatan 3.4595E6 4.51076E5 17

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .699a .489 .092 6.39215

a. Predictors: (Constant), T. Pendapatan, T. Pendidikan, Frek. Kunjungan, J. Bertugas, J.Tanggungan, Lama Bekerja, Umur Penyuluh

ANOVAb

a. Predictors: (Constant), T. Pendapatan, T. Pendidikan, Frek. Kunjungan, J. Bertugas, J.Tanggungan, Lama Bekerja, Umur Penyuluh

(7)

Coefficientsa a. Dependent Variable: Keberhasilan Penyuluhan

Coefficientsa a. Dependent Variable: Keberhasilan

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous a. Jurnal skripsi.com. faktor yang mempengaruhi gaji tenaga kerja PT. jarum Station Lombok NTB diakses pada tanggal 18 juni 2012.

Anonimous b.Penyuluhan dan Pencapaian Sukses Pertanian di Tingkat Desa. 2012.

Anonimous.c.Harmonis-kimagcom.blogspot.com/2011_11_01_archive.htm. penyuluh pertanian di BPP Medan Kriou. Diakses pada tanggal 11 November 2012.

Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan Pertanian. Paradigma kebijakan dan

strategi Revitalisasi. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Satatistik Sumatera utara. 2011. Jumlah Desa, Kecamatan Kabupaten

Deli Serdang dalam Angka. BPS. Medan.

Biro Pusat Statistik provinsi Bali. 2006. Statistik ketenagakerjaan provinsi Bali. BPS provinsi Bali.

Briawan. Dodik, Setiawan. Budi, Sri Mustika. 2008. Jurnal ketahanan pangan dan gizi. Keragaan Penyuluh Pertanian. Dalam Upaya Mendukung Ketahanan Pangan di Lampung Barat. IPB Press. Bogor.

Cahyono, T 1983. Kebijakan Pertanian Yogyakarta., Penerbit Andi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Daniel, Moehar 2002. Metode dan Penelitian Sosial Ekonomi. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Daniel Moehar, Darmawati, Nieldalina, 2005. Parcipatory Rural Appraisal,

pendekatan efektif mendukung Penerapan Penyuluhan Pertanian Partisipatif Dalam Upaya Pembangunan Pertanian.PT Bumi Aksara. Jakarta.

Hamdani, Agustini. K, Matindar, 1999. Ekstensia Majalah Penyuluhan pertanian. Pengembangan SDM pertanian. Otonomi penyuluhan pertanian. Volume 12 tahun VIII September. Jakarta.

Harian Analisa, Kamis 29 April 2010 Kolom Opini.

(9)

Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS dan UNS Pres. Surakarta.

Mosher.A.T. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Syarat-syarat Pokok Pembangunan Modernisasi. Yasaguna. Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Penerbit PT Pertja. Jakarta.

Nuryanto. Haryanto. Hadi, Nirboyo, Soeharso, Suharti. 2000. Ekstensia Majalah Penyuluh Pertanian. Otonomi penyuluhan Pertanian. Volume 10 Tahun VI, September. Jakarta.

Padmowiharjo. S. 2001. Metode penyuluhan pertanian. Universitas terbuka, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Pakpahan, Agus. 1993. Kelembagaan Inovatif dalam Penanggulangan Kemiskinan. Prosiding Seminar Pembangunan Pertanian dalam Menanggulangi Kemiskinan. PERHEPI. Jakarta.

Rachman. A.Sriati, Bintarti. Arifah, Royandiah Ida. 1995. Materi Pokok Komunikasi Penyuluhan Universitas Terbuka. Jakarta.

Sastraatmadja, E, 1993. Penyuluhan pertanian. Penerbit ALUMNI IPB, Bandung. Slamet M. 2003. Membentuk Pola perilaku Manusia pembangunan. IPB Press.

Bogor.

Syafrudin. 2003. Pengaruh Media Cetak brosur dalam proses adopsi dan difusi inovasi beternak ayam broiler di Kota Kediri. UGM. http : / www. Demandiri.or.id/file/syafrudinugmbab6/pdf.

Siagian, Sondang, 2001. Manajemen Sumber Daya manusia. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

(10)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive sampling yaitu dengan sengaja di Kecamatan Kutalimbaru dan Kecamatan Sunggal. Penelitian berdasarkan pertimbangan dari penelitian terdahulu bahwa penyuluh di daerah ini merupakan salah satu penyuluh teladan seSumatera Utara. Dengan kondisi 2 kecamatan berada dalam 1 BPP (Balai Penyuluhan Pertanian). Data sekunder dapat kita lihat dari Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Jumlah Desa, Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang.

No Kecamatan Nama Ibukota Jumlah Desa

1 Gunung Meriah G. Meriah 12

2 STM Hulu Tiga Juhar 20

3 Sibolangit Bandar Baru 30

4 Kutalimbaru Kutalimbaru 14

5 Pancur Batu Pancur Batu 25

11 Tanjung Morawa Tanjung Morawa 25

12 Patumbak Patumbak 8

(11)

Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan Sampel di lakukan di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru mengggunakan metode “sensus “dimana dari data BPP Medan Krio 2012 jumlah Penyuluh ada 17 orang termasuk Kepala BPP, sementara untuk petani jumlah sampel yang diambil sebanyak 17 berdasarkan jumlah penyuluh di 2 kecamatan ini.

Metode ‘’Sensus’’ dikenal juga sebagai metode pencacahan lengkap artinya semua individu yang ada dalam populasi diambil (dicacah) sebagai responden (Daniel, 2002).

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari BPP Medan Krio 2012 serta BPS Deli Serdang 2011.

Tabel 2. Metode Pengumpulan Data

No Topik Data Jenis Data Metode

Wawancara Kuisioner 1 Perkembangan keadaan

penyuluhan

Jumlah PPL, jumlah kelompok

tani atau Gapoktan, jumlah program penyuluhan

pertanian.

 

2 Keberhasilan program penyuluhan

Jumlah program yang dilakukan PPL dan Petani mengadopsi teknologi baru.

 

3 Karakteristik penyuluh Karakteristik sosial dan ekonomi.

(12)

Metode Analisis data

Hipotesis 1 yang menyatakan bagaimana pelaksanaan program penyuluhan yang berhasil dianalis dengan metode deskriptif.

Keberhasilan program ada 3 kategori :

1. Ketika program penyuluhan dilaksanakan oleh PPL dengan aktif dan jumlah kelompok tani yang mengadopsi teknologi mencapai ≥ 50 % maka tingkat keberhasilan tinggi.

2. Ketika progam penyuluhan dilaksanakan PPL secara aktif dan jumlah kelompok tani mengadopsi teknologi mencapai > 25 % maka tingkat keberhasilan sedang.

3. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL dengan aktif dan jumlah kelompok tani yang mengadopsi teknologi ≤ 25% maka tingkat keberhasilan rendah.

Pelaksanaan program oleh PPL dengan aktif dapat diketahui dari nilai Y dari hasil skoring dan petani mengadopsi teknologi dapat diketahui dari jumlah kelompok tani sampel yang telah melaksanakan dan menerapkan teknologi. Hipotesis 1 bagaimana pelaksanaan program penyuluh pertanian dan nilai keberhasilanya dapat menggunakan metode skoring.

Range = Data terbesar – Data terkecil Jumlah kriteria

(13)

24 - 19 = tingkat keberhasilan penyuluhan tinggi 18 – 13 = tingkat keberhasilan penyuluhan sedang 12 - 8 = tingkat keberhasilan rendah

Dimana nilai Y akan didapat dari hasil skoring pertanyaan dari Tabel 3 berikut : Tabel 3. Daftar Pertanyaan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian

No Program Penyuluhan Indikator Skor

1. Sistem Pertanaman Legowo 4:1

A.Setiap musim tanam

diterapkan 3

B. Kadang-kadang

menerapkan 2

C. Tidak diterapkan 1

2.

Adanya Dinamika Kelompok tani ( Kenaikan kelas kelompok tani dari belum pengalaman-

pemula, dst)

A.Seluruh kelompok

naik kelas 3

B. Sebagian kelompok 2 C. Tidak naik Kelas 1 3.

Jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan PUAP terjadi peningkatan selama 3 tahun terakhir

A. Seluruhnya 3

B. Sebahagian 2

C. Tetap 1

4. Pelaksanaan sekolah lapang pengelolaan terpadu ( SLPPT)

A. Selalu ( 1 kali dalam setahun)

3 B. Kadang-kadang ( 1

kali dalam dua tahun)

2 C. Tidak pernah ( 1 kali

dalam ≥ 3 tahun)

1

5.

Kelompok tani menggunakan dan

memanfaatkan pupuk organik selama tiga tahun terakhir

A. Seluruhnya 3

B. Sebahagian 2

C. Tidak Menggunakan 1 6. Kelompok tani menggunakan dan

memanfaatkan lahan secara maksimal

A. Seluruhnya 3

B. Sebahagian 2

C. Tidak 1

7. Memberikan materi peningkatan produksi beras nasional Setiap musim tanam

A. Selalu 3

B. Kadang- Kadang 2

C. Tidak Pernah 1

8.

Membantu Petani atau kelompok tani dalam masalah modal usaha tani selama tiga tahun terakhir

A. Selalu ( 1 kali dalam setahun)

3 B. Kadang-kadang ( 1

kali dalam dua tahun)

2 C. Tidak pernah ( 1 kali

dalam ≥ 3 tahun)

(14)

Hipotesis 3 bagaimana pengaruh karakteristik penyuluh pertanian terhadap keberhasilan program penyuluhan di daerah penelitian berhasil dianalisis dengan regresi linear berganda dengan SPSS 16 dengan asumsi untuk menguji dan untuk melihat sejauh mana variable bebas (umur, tingkat pendidikan, lama bekerja, frekuensi kunjungan, jarak tempat tinggal dengan wilayah kerja, fasilitas yang diperoleh, jumlah tanggungan serta tingkat pendapatan) mempengaruhi variabel terikat yaitu keberhasilan penyuluhan pertanian dapat digunakan rumus :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 +

Dimana : e

Y =Keberhasilan program penyuluhan

b1, b2, b3, b4, b5, b6 = koe�isienvariabel

a = Parameter intersep X1 = Umur ( tahun)

X2 = Tingkat pendidikan ( tahun) X3 = Lama bekerja ( tahun )

X4 = Frekuensi kunjungan ( berapa kali ) X5 = Jumlah tanggungan ( jiwa )

X6 = jarak tempat tinggal dengan wilayah bekerja (km) X7 = Fasilitas yang dimiliki (Unit)

X8 = Tingkat pendapatan (Rp)

℮ = Standar error (variable pengganggu)

Untuk mengetahui variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat digunakan uji F, yaitu dengan menggunakan rumus : jika F hitung ≤ F tabel : maka Ho diterima atau H1 tidak diterima

jika F hitung > F tabel : maka H1 diterima atau Ho tidak diterima

Untuk mengetahui variable bebas berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat maka digunakan uji t, yaitu dengan rumus :

(15)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : Defenisi.

1. Karakteristik adalah hal yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. 2. Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah

perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemampuan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya. 3. Karakteristik penyuluh pertanian ditinjau dari segi sosial yaitu umur,

pendidikan, frekuensi kunjungan ke petani.

4. Karakteristik penyuluh pertanian yang ditinjau dari segi ekonomi adalah jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah dengan wilayah kerja, fasilitas yang dimiliki dan tingkat pendapatan.

5. Karakteristik segi umur adalah usia produktif penyuluh yang dihitung sejak mulai bekerja sampai ke tahun terdekat pada waktu penelitian.

6. Pendidikan adalah jumlah tahun dalam mengikuti pendidikan formal mulai dari SD sampai pendidikan terakhir.

7. Lama bekerja adalah jumlah waktu tugas dalam melakukan penyuluhan dalam hitungan tahun.

8. Frekuensi kunjungan adalah jumlah kunjungan penyuluh ke petani dalam kegiatan penyuluhan.

(16)

10.Jarak rumah dengan wilayah kerja adalah jarak yang ditempuh oleh PPL tersebut dari rumah ke tempat dia bekerja.

11.Fasilitas yag dimiliki adalah jenis–jenis peralatan yang dimiliki oleh si PPL dalam melakukan tugas penyuluhan.

12.Tingkat pendapatan adalah jumlah penghasilan seorang PPL dari kegiatan penyuluhan dalam waktu satu bulan.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru (BPP Desa Medan Krio)

(17)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian

Letak dan kondisi geografis.

BPP (Balai penyuluhan Pertanian) Medan krio terdiri dari 2 kecamatan yaitu kecamatan Sunggal dan Kecamatan Kutalimbaru dengan 19 WKPP yang diisi oleh 19 orang penyuluh pertanian lapangan (PPL). Selain itu 2 orang pengamat hama penyakit (PHP).

Batas wilayah BPP Medan Krio adalah : Sebelah Barat berbatasan dengan kota Binjai

Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Madya Medan

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Hamparan perak Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan pancur Batu.

Luas wilayah BPP Medan Kriou 14.243,2 ha yang terdiri dari sawah 4.322 ha, Lahan Kering 17.936 ha, dengan ketinggian 23 m dpl, Suhu rata-rata 20-300

Penduduk yang ada di wilayah BPP Medan Krio sebanyak 299.583 jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 37.405 KK. Petani Sebanyak 162.433 orang dan non petani sebanyak 137.140 orang.

(18)

Deskripsi kecamatan Sunggal. Luas daerah

Tahun 1986 luas daerah kecamatan Sunggal menciut menjadi 92,52 km persegi dengan 17 desa dan 159 dusun disebabkan perluasan kota Binjai. Tahun 2009 luas Kecamatan Sunggal 92,52 Km2

Keadaan alam

yang terdiri dari 159 dusun dengan ibukota kecamatan adalah desa Sei Semayang.

Kecamatan Sunggal daerahnya landai (dataran rendah) dengan ketinggian 20 s/d 40 m di atas permukaan laut, dengan suhu udara rata-rata 20-34o

Batas-batas Wilayah

C yang dipengaruhi iklim musim kemarau dan penghujan.

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Sunggal dan kecamatan Medan Tuntungan. Sebelah Barat : Kota Binjai dan kecamatan Kutalimbaru Kab. Deli Serdang. Sebelah Utara : Kecamatan Hamparan perak dan Kecamatan Labuhan Deli. Sebelah Selatan : Kec. Pancur Batu dan Kec. Kutalimbaru Kab. Deli Serdang. Kondisi Demografis

a. Distibusi jumlah Penduduk berdasarkan umur

Jumlah penduduk di Kecamatan Sunggal dari 17 Desa dan 159 Dusun pada tahun 2009 tercatat sebanyak 240.746 jiwa. Terangkum dalam 51.988 RT. Jika digolongkan dengan jenis kelamin, laki-laki sebanyak 120.083 jiwa dan

(19)

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Sumber BPS Kecamatan Sunggal dalam angka tahun 2010

Dari Tabel 4 bahwa jumlah penduduk usia produktif dari 15-59 tahun sebanyak 163.120 jiwa dari jumlah penduduk 240.746 jiwa. Ini menunjukkan bahwa sebahagian besar jumlah penduduk di Kecamatan Sunggal merupakan usia produktif.

b. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan agama

(20)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Sunggal

Sumber : BPS Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru tahun 2011

Jumlah WKPP di Kecamatan Sunggal

Berikut jumlah WKPP dan kelompok tani Kecamatan Sunggal dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah.

Tabel 6. Data Kelompok Tani Kecamatan Sunggal

No WKPP Kelas Kelompok

Sumber : BPP Medan Krio Tahun 2012.

(21)

Keadaan Usahatani

Keadaan usahatani di Kecamatan Sunggal ada sawah ½ tehnis, tadah hujan, ladang tegalan, pekarangan dan lainnya. Penggolongan berikut pada tabel 7 di bawah ini :

Tabel 7. Keadaan Usaha Tani Dalam Satuan ha Kecamatan Sunggal No Sumber : BPP Medan Krio tahun 2012.

(22)

Deskripsi Kecamatan Kutalimbaru.

Luas daerah Kecamatan kutalimbaru adalah sebesar 19.799 km2

Keadaan Alam

yang terdiri dari 14 desa 99 dusun, dengan ibukota kecamatan adalah desa Kutalimbaru.

Kecamatan Kutalimbaru daerahnya landai dengan ketinggian 200 s/d 400 m dpl, dengan suhu udara pada umumnya panas dan sedang ( 22-340

Batas- batas Wilayah

C ) dipengaruhi iklim musim kemarau dan musim penghujan).

Sebelah Utara : Kecamatan Sunggal Perak dan Kecamatan pancur Batu. Sebelah Selatan : Kabupaten Karo.

Sebelah Timur : Kecamatan Sibolangit, Kecamatan Pancur Batu. Sebelah Barat : Berbatas dengan Kabupaten Langkat.

Kondisi Demografis.

a. Distribusi penduduk berdasarkan umur.

(23)

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Sumber BPS Kecamatan Kutalimbaru dalam angka 2012

Dari Tabel 8 kita dapat mengetahui bahwa usia produktif (15-59 tahun) mencapai 19.810 jiwa menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Kutalimbaru tergolong usia produktif.

b. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut.

Kehidupan beragama yang ada di kecamatan Kutalimbaru cukup beragam, dengan persentase jumlah agama Islam merupakan agama terbesar yaitu 44,54% dan jumlah penganut agama terkecil yaitu Hindu dengan persentase 0,003%. Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Kutalimbaru

Agama

(24)

Jumlah WKPP di Kecamatan Kutalimbaru

Tabel 10. Jumlah WKPP dan Kelompok Tani Kecamatan Kutalimbaru 2012

No WKPP

Kelas Kelompok Belum

pengalaman Pemula Lanjut Madya Utama 1 Lau Bakri

Sumber : BPP Medan Krio tahun 2012

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah kelompok tani untuk kelas kelompok belum pengalaman berjumlah 9 kelompok, kelas pemula berjumlah 11 kelompok, kelas lanjut 18 kelompok, kelas madya 4 kelompok. Dari jumlah tersebut bahwa dinamika kelompok tani di daerah penelitian tergolong masih lebih rendah dibandingkan kelas kelompok tani di Kecamatan Sunggal. Keadaan Usahatani Kecamatan Kutalimbaru.

Keadaan usahatani penduduk di Kecamatan Kutalimbaru cukup beragam dapat dilihat dari Tabel 11 dibawah ini.

Tabel 11. Keadaan Usahatani Kecamatan Kutalimbaru Dalam Satuan ha.

No WKPP

Tegalan Pekarangan Perkebunan Lainnya

1 Lau Bakri 184,4 1665,8 149 150 7,5

Sumber : diolah dari BPP Medan Krio

(25)

mencapai 447 ha di desa Sei mencirim. Dari lahan pekarangan tata guna lahan terbesar di desa Sei Mencirim mencapai 418 ha. Sementara untuk perkebunan hanya terdapat di desa Lau Bakri mencapai 150 ha.

Komoditi usahatani di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru antara lain : padi sawah, jagung, jambu biji, ubi kayu, semangka, kacang panjang, cabe merah, pisang, kacang tanah, ubi jalar, pepaya, terong. Berbagai jenis komoditi dan luas lahan usahatani tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 12 Berikut :

Tabel 12. Komoditi Usahatani dan Luas Lahan.

No Kecamatan Komoditi Luas Lahan (ha)

1 Sunggal Padi Sawah 3.792

Kacang panjang 35,5

Cabai Merah 38

(26)

Lahan yang paling banyak di usahakan petani di Kecamatan Sunggal yaitu padi sawah, sebesar 3.792 ha yang memiliki potensi besar dalam produksi beras. Sementara di Kecamatan Kutalimbaru luas lahan yang potensial yang diusahakan yaitu komoditi jagung sebesar 2.222 ha.

Keadaan Sarana dan prasarana di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru. Sarana dan prasarana akan mempengaruhi aktivitas dan kemajuan kehidupan masyarakat. Sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam memperlancar pembangunan daerah. Sarana dan prasarana dapat dilihat dari Tabel 12 di bawah. Tabel 13. Ketersediaan Sarana dan Prasarana di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru.

Sarana dan prasarana Jumlah( Unit)

Kec. Sunggal Kec. Kutalimbaru

Sarana pendidikan

Sumber : BPS kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru 2012

(27)

pendidikan sudah tergolong memadai dengan banyaknya jumlah sekolah di 2 kecamatan ini.

Sarana kesehatan di Kecamatan Kutalimbaru kurang memadai karena tidak memiliki fasilitas rumah sakit, tetapi meskipun demikian sarana posyandu cukup banyak. Sedangkan untuk Kecamatan Sunggal sudah cukup memadai. Sarana ibadah di 2 kecamatan ini tergolong memadai karena disesuaikan dengan jumlah penduduk yang menggunakan setiap sarana yang ada.

Karakteristik Sampel Penelitian Karakteristik Penyuluh Sampel

Karakteristik penyuluh yang menjadi objek penelitian ini meliputi umur, lama menjadi penyuluh, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan penyuluh, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP, fasilitas yang dimiliki, serta tingkat pendapatan jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini:

Tabel 14. Karakteristik PPL di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru.

No Karakteristik Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 45 - 56 50,5

2 Lama bekerja Tahun 24 - 36 30

3 Pendidikan Tahun 15 - 17 16

4 Frek. Kunjungan berapa kali 10 - 16 15

5 Jumlah Tanggungan jiwa 2 - 4 3

6 Jarak Bertugas km 2- 30 16

7 Fasilitas yang dimiliki unit 1 1

8 Tingkat Pendapatan Rupiah 2.950.000-4.135.000 3.547.500 Sumber : Diolah dari BPP Medan Krio Lampiran 1

(28)

Lama bekerja mencapai 30 tahun, ini menunjukkan sudah cukup berpengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman bekerja mempengaruhi produktivitas dalam mengemban tugas dalam bekerja, dengan pengalaman bekerja cukup lama meningkatkan motivasi petani dalam menerima teknologi karena petani sudah belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

(29)

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang dimaksud yaitu umur, lama berusahatani serta tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini:

Tabel 15. Karakteristik Petani Sampel No

Karakteristik

Petani satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 39-58 47

2 lama berusahatani Tahun 10-29 16

3 Pendidikan Tahun 6-12 10.05

Sumber : diolah dari lampiran 3

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Program Penyuluhan

Program penyuluhan dibuat berdasarkan keadaan usahatani, materi-materi penyuluhan, komoditi yang diusahakan dan teknologi yang tepat dalam mengusahakan usahatani sehingga penyuluhan di daerah penelitian dapat terlaksana dan berhasil.

Penelitian dilakukan terhadap penyuluh pertanian lapangan yang terdapat di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru. Pada penelitian ini jumlah sampel penyuluh PNS sebanyak 17 orang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan program penyuluhan, perkembangan program penyuluhan, dan pengaruh karakteristik penyuluh terhadap keberhasilan program penyuluhan.

Pelaksanaan program penyuluhan di BPP Medan Krio dilakukan secara berkesinambungan oleh PPL dan petani. Adapun program yang dilaksanakan yaitu :

1. Melaksanakan Sistem pertanaman legowo 4:1

(31)

2. Adanya dinamika kelompok tani.

Dinamika kelompok dapat dilihat dari perkembangan dan kenaikan kelas kelompok tani yang dibina oleh PPL. PPL dalam hal ini melakukan program secara continue. Kelompok-kelompok tani ini memiliki kelas kelompok yang berbeda, jika dilihat dari tingkatan kelas kelompok tani di Kecamatan Sunggal dimulai dari kelas pemula, sementara di Kecamatan Kutalimbaru ada kelas belum pengalaman.

Dari kelompok tani yang sebelumnya kelas pemula akan naik ke tingkatan kelas lanjut, dan rangkaian tingkatan kelas kelompok tani dapat di urutkan yaitu : Belum pengalaman – pengalaman – pemula – lanjut – madya - utama.

3. Membentuk Gapoktan PUAP ( Program Usaha Agribisnis Pedesaan ) Program usaha agribisnis pedesaaan dibuat untuk melatih para petani dan kelompok tani untuk mampu menjadi pengusaha yang mandiri di bidang pertanian. Program ini sudah dilakukan sejak tahun 2009 sampai tahun 2012. Semua kelompok tani masuk kedalam Gapoktan PUAP karena Gapoktan juga merupakan sebuah wadah agar petani dapat memperoleh bantuan modal usaha tani.

(32)

kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Program ini dibantu oleh PPL dan dilaksanakan 1x dalam setahun.

Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)

merupakan program nasional pemerintah Indonesia sejak tahun 2008 yang

di lakukan oleh Departemen Pertanian. Program ini bertujuan untuk

meningkatkan kemandirian pangan nasional melalui usaha meningkatkan

produksi pangan nasional, khususnya padi, jagung dan kedelai yang

melibatkan sekitar 60.000 kelompok tani di seluruh indonesia.

5. Meningkatkan produksi tanaman pangan.

Program ini sejalan dengan P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional) dalam ketahanan pangan di daerah Sumatera Utara. Sehinggga untuk meningkatkan produksi tanaman pangan, PPL akan memberikan materi penyuluhan dengan metode pertemuan massal, diskusi dengan kelompok tani, dan demonstrasi.

6. Pemanfaatan pupuk organik.

Pemanfaatan pupuk organik merupakan rekomendasi dari pemerintah dan kerjasama dengan dinas pertanian. Dinas pertanian menganjurkan kepada BPP(Balai Penyuluhan Pertanian) agar PPL memberikan materi-materi pemanfaatan pupuk organik. Sampai saat ini pemanfaatan pupuk organik sudah diterapkan walaupun belum seluruh petani memanfaatkannya.

(33)

Dalam hal ini kelompok tani dibina dalam memanfaatkan lahan yang ada baik dalam skala kecil maupun besar sehingga lebih efektif dan efisien dalam penggunaannya. Lahan dengan skala kecil tetap bisa dimanfaatkan dalam usahatani. Pelaksanaan pemanfaatan lahan maksimal merupakan suatu inisiatif petani agar lebih dapat menguntungkan keluarga dengan menanam jenis sayuran dan tanaman hias.

8. Modal kelompok dalam usahatani.

Kelompok tani dibina oleh PPL dalam membentuk modal atau tabungan yang dapat membantu petani pada saat musim tanam. Kendala yang dirasakan petani dan kelompok tani dalam pengembangan usaha agribisnis adalah lemahnya permodalan. Akibatnya usaha sulit terlaksana secara optimal. Mereka terpaksa menggunakan pinjaman dari pelepas uang yang secara ekonomis kurang/tidak menguntungkan.

Salah satu cara peningkatan permodalan petani/kelompok tani adalah melalui pemupukan tabungan. Modal (tabungan) sangat penting dalam mengembangkan usaha atau memulai usaha baru.

(34)

Tabel 16. Hasil Analis dan Persentase dari Pelaksanaan Program oleh PPL.

No Program Penyuluhan Skor

rataan

kriteria

1. Sistem Pertanaman Legowo 4:1 3 Tinggi

2. Adanya Dinamika Kelompok tani ( kenaikan kelas kelompok tani dari belum pengalaman- pemula, dst)

2,47 Tinggi

3. Jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan PUAP terjadi peningkatan selama 3 tahun terakhir

2,58 Tinggi

4. Pelaksanaan sekolah lapang pengelolaan terpadu ( SLPPT)

2,52 Tinggi

5. Kelompok tani menggunakan dan memanfaatkan pupuk organik selama tiga tahun terakhir

2,05 Tinggi

6. Kelompok tani menggunakan dan memanfaatkan lahan secara maksimal

2,05 Tinggi

7. Memberikan materi peningkatan produksi beras nasional Setiap musim tanam

2,94 Tinggi

8. Membantu Petani atau kelompok tani dalam masalah modal usaha tani selama tiga tahun terakhir

3 Tinggi

Total 20,61

Sumber : diolah dari lampiran 2

Tabel 16 pelaksanaan program penyuluhan di Kecamatan Kutalimbaru dan sunggal. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pelaksanaan program penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah tinggi. Pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian dengan tingkat keberhasilan tinggi ini diperoleh dari kesungguhan dan semangat penyuluh dalam melaksanakan program penyuluhan di Kecamatan sunggal dan kutalimbaru.

(35)

program penyuluh termasuk dalam kriteria tinggi dengan skor 19 - 24 yaitu skor 20,61 dengan nilai persentase yaitu 86,02%.

Jika ditinjau dari petani yang mengadopsi teknologi yang telah disusun dapat diketahui dari jumlah kelompok tani yang mengadopsi teknologi yang dipilih secara acak, dari hasil penelitian bahwa jumlah petani yang melakukan adopsi teknologi dari 17 kelompok tani sampel sebanyak 14 kelompok yang telah mengadopsi sesuai dengan jumlah materi yang diberikan penyuluh mencapai ≥ 12 materi. Sementara untuk 3 kelompok tani mengadopsi ≤ 11. Dari jumlah tersebut menunjukkan persentase petani pengaadopsi teknologi mencapai 82,3%. Dapat dijelaskan pada Tabel 17 berikut.

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Petani Pengadopsi Teknologi. Jumlah petani

Sumber : diolah dari lampiran 4

(36)

Tabel 18. Materi Teknologi Penyuluhan Pertanian di BPP Medan Krio

No Topik Sasaran

Kelompok tani 1 Pembuatan RDKK (Rencana Definit Kebutuhan Kelompok ) 16 2 Pemberian kapur pertanian pada yang tanah pHnya rendah 14

3 Pergiliran varietas padi sawah 9

4 Pemupukan tanaman jagung 14

5 Pembumbunan tanaman jagung 14

6 Pemakaian alat BWD ( Bagan warna daun) untuk efisiensi Nitrogen

pada tanaman Jagung 14

7 Pengaturan Jarak tanam padi sawah legowo 4:1 9

8 Dosis dan saat pemberian pupuk pada tanaman padi sawah 14

9 Pengairan padi sawah 9

10 Pemupukan modal 16

11 Teknologi budidaya semangka 7

12 PHT ( Pengendalian Hama Terpadu ) pada tanaman padi sawah 9 13 Teknologi pengendalian penyakit keriting cabai 7

14 Dinamika kelompok 152

15 Pertanian organik 152

16 Pelestarian lingkungan hidup 152

17 Pembuatan RDKK ( Rencana Definit Kebutuhan kelompok ) 152 Sumber : BPP medan krio tahun 2012 .

Maka secara keseluruhan tingkat adopsi petani terhadap teknologi yaitu sebesar 70,88% hal ini menunjukkan tingkat adopsi petani terhadap teknologi tinggi. berarti hipotesis 1 diterima adanya tingkat adopsi ≥ 50% maka adopsi tinggi yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan yang berhasil. Perkembangan Program Penyuluhan Selama Tiga Tahun Terakhir.

(37)

penyuluhan yang diberikan kepada petani. Program penyuluhan secara detail dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Perkembangan Program Penyuluhan di BPP Medan Krio Selama tahun 2012

No Tahun Program Penyuluhan

1 2007 Sistem Pertanaman legowo 4:1

2 2007 Pembentukan Gapoktan

3 2008 Peningkatan Produksi Beras nasional 4 2007 Sekolah lapang pengelolaan Terpadu

5 2009 Pemanfaatan Pupuk Organik

6 2010 Sistem pertanaman Legowo 4:1 Dinamika Kelompok Tani Gapoktan PUAP

7 2011 SLPTT

Pemanfaatan Pupuk Organik Gapoktan PUAP

Pemanfaatan lahan maksimal

8 2012 Pemanfaatan Pupuk organik dan Pertanian organik PUAP( Program Usaha Agribisnis Perdesaan ) Modal kelompok dalam Usahatani

Peningkatan produksi tanaman pangan Dinamika Kelompok tani

Sumber : BPP Medan Krio tahun 2012

Dari Tabel 16 program penyuluhan pertanian selama 3 tahun terakhir ( 2010- 2012) mengalami peningkatan dari 5 program menjadi 8 program, dengan program yang bertambah yaitu dinamika kelompok tani, pemanfaatan lahan maksimal, serta modal kelompok dalam usahatani.

(38)

serta dinamika kelompok tani disebabkan program ini masih perlu progress oleh PPL dan sangat bermanfaat bagi keberlangsungan usahatani bagi petani.

Perkembangan jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan PUAP dan Non PUAP juga menunjukkan adanya perkembangan program penyuluhan di daerah ini. Secara detail jumlah Gapoktan PUAP dan non dapat dijelaskan dalamTabel 20 berikut.

Tabel 20. Jumlah Gapoktan PUAP Kecamatan Sunggal

No Desa WKPP Nama Gapoktan Tahun

1 Medan Krio Medan Krio Serasi 2010

2 Sei Beras sekata Sei Beras Sekata Simande Angin 2010

3 SerbaJjadi Serba Jadi Serba Guna 2010

4 Sei Semayang Sei Semayang karya Mandiri 2010

5 Sei Mencirim Sei Mencirim Mentari 2011

6 Sunggal Kanan Sunggal Kanan Suka pari 2011

7 suka Maju Suka Maju Suka Maju 2012

8 SM. Diski SM. Diski Diski Jaya 2012

9 Sunggal Kanan Sunggal kanan Makmur Sejahtera 2012

Jumlah 9

Sumber BPP Medan Krio 2012

Dari Tabel 19 menunjukkan bahwa Gapoktan PUAP sudah dibentuk sejak tahun 2010. Adapun penggabungan kelompok tani dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dalam penyediaan saprodi, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. Dari tabel tersebut ada peningkatan jumlah Gapoktan dari tahun ke tahun.

(39)

Tabel 21. Jumlah Gapoktan PUAP di Kecamatan Kutalimbaru

No Desa WKPP Nama Gapoktan Tahun

1 Perpanden Perpanden Berdikari 2009

2 Sei mencirim Sei mencirim Tanah makmur 2009

3 Suka makmur Suka makmur Malem Teta 2009

4 Lau Bakeri Lau Bakeri Sada Ari 2011

5 Silebo-lebo Silebo-lebo Mekar tani 2012

Jumlah 5

Sumber BPP Medan Krio 2012

Tabel 22. Jumlah Gapoktan Non PUAP di kecamatan Kutalimbaru

No Desa WKPP Nama Gapoktan

1 Kutalimbaru Kutalimbaru Sumber rejeki

Usaha tani Bersama

Sumber : BPP medan krio 2012

Dari Tabel 20 dan 21 menunjukkan bahwa di Kecamatan Kutalimbaru masih terdapat Gapoktan Non PUAP, hal ini disebabkan karena dinamika kelompok tani dan kurangnya kesadaran petani dalam pentingnya dan manfaat Gapoktan PUAP, hal ini berbeda sekali dengan kecamatan Sunggal bahwa keseluruhan WKPP Kecamatan Sunggal sudah bergabung dalam Gapoktan PUAP.

Pengaruh Karakteristik PPL Terhadap Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian.

Program penyuluhan yang berhasil tentunya ada program yang dikerjakan oleh PPL secara berkesinambungan dan ada objek yang disuluh. Dari penelitian ini keberhasilan program tidak lepas dari karakteristik PPL dan petani.

(40)

kunjungan, jumlah tanggungan, jarak bertugas, fasilitas yang dimiliki, serta tingkat pendapatan.

Tabel 23. Karakteristik PPL di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru.

No Karakteristik Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 45 - 56 50,5

2 Lama bekerja Tahun 24 - 36 30

3 Pendidikan Tahun 15 - 17 16

4 Frek. Kunjungan berapa kali 10 - 16 15

5 Jumlah. Tanggungan jiwa 2 - 4 3

6 Jarak Bertugas km 2- 30 15

7 Fasilitas yang dimiliki unit 1 1

8 Tingkat Pendapatan Rupiah 2.950.000-4.135.000 3.547.500 Sumber : Diolah dari BPP Medan Krio Lampiran 3

Dari karakteristik penyuluh ditinjau dari segi umur rata-rata mencapai 50,5 tahun tergolong masih produktif. Semakin tinggi umur seorang penyuluh sebenarnya semakin kurang produktif untuk mengerjakan tugasnya, tetapi sejauh ini masih efektif kinerja dari PPL sendiri.

Lama bekerja mencapai 30 tahun, ini menunjukkan sudah cukup berpengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman bekerja mempengaruhi produktivitas dalam mengemban tugas dalam bekerja, dengan pengalaman bekerja cukup lama meningkatkan motivasi petani dalam menerima teknologi karena petani sudah belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

(41)

Intensitas penyuluh dalam mengunjungi petani secara langsung cukup efektif, karena saat petani mengerjakan lahan justru disaat itulah penyuluh mengunjungi petani. Sementara jarak bertugas dari rumah ke tempat kerja mencapai 16 km hal ini menunjukkan bahwa rumah penyuluh dengan lapangan yang harus dikunjungi dan disuluh cukup jauh, harus menempuh sejauh 16 km dengan menggunakan kendaraan roda dua, kendaraan tersebut mempermudah penyuluh dalam kinerja dan sejauh ini hal tersebut tidak menjadi masalah yang signifikan bagi PPL. Sementara untuk tingkat pendapatan mencapai Rp. 3.547.500 per bulan ini tergolong cukup tinggi.

(42)

Tabel 24. Hasil analisis SPSS Nilai Variabel Bebas dan Signifikansi

Sumber: Diolah dari lampiran 5

Maka persamaan regresi Linear berganda dapat diketahui sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 +

Dapat dijelaskan pengaruh karakteristk PPL dari hal berikut : Dari hasil analisis regresi R2

 Pengaruh secara Serempak

diperoleh 0,489. Hal ini berarti karakteristik PPL mempengaruhi keberhasilan program penyuluhan sebesar 48,9%, sedangkan sisanya 51,1 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

(43)

diterima hal ini menunjukkan karakteristik PPL secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.

 Pengaruh secara parsial

Sementara tingkat umur dari hasil uji t diperoleh t hitung < t tabel (1,428 < 3,787) dengan signifikansi 0,18 > 0,05 bahwa umur tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian.

Pada tingkat pendidikan hasil uji t diperoleh t hitung < t tabel (-0,71 < 3,787) dengan signifikansi 0,49 > 0,05 ini berarti bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.

Lama bekerja hasil uji t diperoleh t hitung < t tabel (-0,74 < 3,787) dengan signifikansi 0,47 > 0,05 ini berarti bahwa lama bekerja tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.

Dari hasil uji t diperoleh untuk t hitung > t tabel (-0,33 < 3,787 ) dengan signifikansi 0,74 > 0,05 dalam frekuensi kunjungan tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian.

Jumlah tanggungan hasil uji t diperoleh t hitung < t tabel ( 0,19 < 3,787 ) dengan signifikansi 0,84 > 0,05 ini berarti bahwa jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.

Jarak bertugas hasil uji t diperoleh t hitung < t tabel ( -0,80 < 3,787 ) dengan signifikansi 0,44 > 0,05 ini berarti bahwa jarak bertugas tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.

(44)

Fasilitas yang dimiliki oleh setiap PPL bernilai konstan karena setiap PPL memiliki kendaraan roda dua dan tas kerja, sehingga tidak termasuk dalam variabel bebas.

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Program penyuluhan di daerah penelitian berhasil dimana penyuluhan dilaksanakan oleh PPL mencapai 86,02 % dan tingkat adopsi petani terhadap teknologi mencapai 70,88 %.

2. Program Penyuluhan di daerah penelitian mengalami peningkatan jumlah yang signifikan dari 5 program menjadi 8 Program selama tahun 2010-2012.

3. Jumlah Gapoktan PUAP selama tiga tahun terakhir 2010- 2012 mengalami peningkatan kuantitas sehingga terjadi perkembangan penyuluhan di daerah penelitian.

4. Karakteristik penyuluh pertanian secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian.

5. Karakteristik Penyuluh secara parsial jika sangat tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.

. Saran

1. Biaya operasional penyuluh lebih ditingkatkan agar dapat menfasilitasi pada saat penyuluhan sedang berlangsung

2. Saran kepada Penyuluh agar dalam program yang berjalan dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan petani.

3. Saran kepada pemerintah agar dalam bantuan benih sesuai dengan kebutuhan petani..

(46)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Penyuluhan Pertanian

Berbicara tentang penyuluhan sebenarnya merupakan suatu persoalan yang takkan pernah selesai. Apalagi bagi negara kita yang tergolong dalam kategori negara yang sedang melakukan pembangunan. Dimana pun manusia berada dan bagaimanapun rumitnya keadaan masyarakat tersebut kehadiran seorang penyuluh mutlak diperlukan urgensinya. Masalah demi masalah yang ada di negara kita, kita tidak dapat menghentikannya, tetapi kita dapat memecahkan masalah tersebut dengan mencari jalan keluar melalui pengembangan pertanian Indonesia yang kurang diperhatikan selama ini.

Salah satu caranya yang dapat dilakukan adalah dengan menyiapkan suatu modal dasar yang perlu diketahui dan dimiliki oleh mereka sebagai tenaga

penyuluh dan bertindak sebagai agen pembaharuan masyarakat, seorang penyuluh berdasarkan fungsinya harus berhubungan langsung dengan petani, ia harus dikenal oleh para petani, dan demikian juga sifat- sifat yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh (Sastraadmadja, 1993).

Menurut Kartasapoetra (1994) Sifat-sifat yang harus dimiliiki seorang penyuluh itu harus dapat menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1. Rasa cinta akan tugas yang diembannya, dengan demikian maka ia akan menunjukkan rasa tanggung jawabnya.

(47)

3. Keyakinan bahwa apa yang disuluhkannya dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan petani.

4. Penguasaan ilmu dan teknologi pertanian yang mampu menjelaskan, memperagakan, dan memberikan contoh-contoh dalam praktek dan hal-hal yang berkaitan dengan budidaya tanaman usahatani.

5. Luwes menarik penampilannya, dan cepat beradaptasi terhadap situasi dan kondisi perdesaan, khususnya wilayah pekerjaan.

6. Beritikad baik, sabar dan tekun dalam mengemban tugasnya.

7. Pandai menyelami jiwa dan perasaan serta keinginan petani selalu siap memberi bantuan dalam berbagai masalah yang menyangkut bidang pertanian yang tengah dihadapi para petani.

8. Jiwa mendidik dan tidak mudah putus asa, tidak bersikap masa bodoh dengan apa yang sedang dialami petani.

9. Dinamis, progresif, dan demokratis.

10. Mau belajar, melatih ketrampilan dan kecakapan praktis sehubungan dengan keadaan pertanian yang terus berkembang.

(48)

mengubah sikap dan perilaku petani agar lebih respon untuk mewujudkan pertanian yang tangguh ( Nuryanto, dkk, 2000).

Jenjang pangkat untuk masing-masing jabatan penyuluh pertanian

sebagaimana dimaksud adalah jenjang pangkat dan jabatan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki untuk masing-masing jenjang jabatan. Penetapan jenjang jabatan penyuluh pertanian untuk pengangkatan dalam jabatan ditetapkan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, sehingga dimungkinkan pangkat dan jabatan tidak sesuai dengan pangkat dan jabatan ( Anonimus a, 2012 ).

Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan untuk mengubah sikap para petani agar mampu menolong dirinya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dengan bantuan secara terus menerus dilakukan para penyuluh. Pola penyuluhan adalah dengan sistem LAKU (Latihan dan Kunjungan) yang dalam kegiatannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah. Peningkatan sarana penyuluhan dengan menambahkan jumlah tenaga PPL demonstrater, PPL

laboratorium diagnostik, peningkatan produksi ternak memanfaatkan faktor-faktor produksi dan teknologi (Cahyono, 1983).

Kemampuan seseorang untuk berkomunikasi bukan hanya dipengaruhi oleh bakat, tetapi dapat tumbuh dari pengalaman hidup seseorang, di samping itu juga sejumlah prinsip komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Penyuluh/komunikator dalam komunikasi penyuluhan dapat berupa

(49)

melakukan persiapan-persiapan seperti melakukan penelitian tentang

sasaran/khalayak. Dengan demikian penyuluh dapat mengetahui latar belakang pendidikan, agama, bahasa, adat, kebiasaan, norma, usia, pekerjaan, jabatan, pengetahuan. selain dari hal-hal yang harus diperhatikan mengenai gangguan yang mungkin terjadi seperti engineering noise (ganguan yang timbul akibat dari

kurang sempurnanya medium yang digunakan baik oleh komunikan atau penyuluh) dan semantic noise (gangguan yang timbul dari susunan kata-kata, lambang sehingga tidak dipahami oleh komunikan), selanjutnya yang harus diperhatikan penyuluh adalah berkenaan audience coverage (berapa besar dan macam audiens yang dapat dicapai ), audience response (apakah audiens dapat mengerti pesan-pesan yang disampaikan), communication impact (apa efek yang tampak dari penyampaian pesan) dan procces of influence (bagaimana proses penyuluhan mempengaruhi seseorang) (Rachman, dkk, 1995 ).

(50)

Tujuan penyuluhan pertanian masa lalu adalah untuk mengubah perilaku petani agar dapat bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community). Tujuan penyuluhan pertanian sekarang adalah menghasilkan pengusaha agribisnis yang unggul, manusia pemimpin masyarakatnya, manusia “guru” dalam masyarakatnya dari petani lain yang bersifat mandiri dan independen. Sifat mandiri meliputi kemandirian material, kemandirian intelektual dan kemandirian pembinaan (Daniel dkk, 2005). Landasan Teori

Tugas pokok penyuluh

Profesionalisme PPL berkaitan erat dengan tugas pokok penyuluh pertanian. Tugas pokok penyuluh secara garis besar adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi dan melaporkan, kegiatan penyuluhan pertanian. Setiap penyuluh harus mampu melaksanakan peran ganda sebagai guru,

penganalisa, konsultan dan organisator. Peran penyuluh berkaitan erat dengan tugas pokok penyuluh (Nuryanto, dkk, 2000).

Menurut Padmowiharjo (2001) mengatakan Adapun misi dan pesan penyuluh pertanian mencakup :

1. Bertani lebih baik (better farming).

2. Berusahatani lebih menguntungkan (better bussines). 3. Hidup Lebih Sejahtera (better living).

(51)

Faktor internal (seperti tingkat pendapatan) maupun faktor eksternal (seperti citra penyuluh sebagai pelaksana) dapat mempengaruhi kemampuan penyuluh secara profesionalis (Nuryanto, dkk, 2000).

Penyuluhan diartikan sebagai proses luasan informasi, penyebar-luasan dalam hal ini merupakan penyebarpenyebar-luasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis (Mardikanto, 2009 ).

Peneliti, tenaga pengajar maupun penyuluh sama-sama merupakan tenaga fungsional yang seharusnya bertanggung jawab pada bidang keahlian dan

kemampuan profesionalnya. Pertanggungjawaban penyuluh dalam melaksanakan profesinya akan dinilai oleh petani (Slamet, 2003).

(52)

Tunjangan operasional/fungsional penyuluh yang tidak dibayarkan atau tidak sebesar sebagaimana seharusnya menyebabkan kurangnya motivasi penyuluh untuk bekerja lebih baik. Besarnya tujuan fungsional seorang penyuluh

bergantung pada jabatan fungsional penyuluh. PNS yang berhak mendapatkan tunjangan fungsional penyuluh pertanian adalah PNS yang diangkat dan

ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional penyuluh (Anonimus a, 2012 ). Menurut Siagian (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu :

1. Tingkat upah dan gaji ( tingkat pendapatan) 2. Sifat tugas yang dilakukan

3. Kemampuan organisasi dalam memberikan penghargaan yang wajar 4. Iklim kerja yang terdapat dalam organisasi

5. Syarat kerja; kondisi kerja, hubungan kerja dan manajemen organisasi 6. Keselamatan kerja.

Di Indonesia pada umumnya penyuluhan pertanian belum dapat dikatakan berhasil hal ini disebabkan antara lain karena jumlah penyuluh masih terlalu sedikit, yaitu hanya sampai pada tingkat desa. Saat ini satu penyuluh lapangan membawahi satu WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) yang umumnya meliputi satu desa. Bahkan dibeberapa daerah ada satu penyuluh untuk tiga desa. Berarti satu orang penyuluh akan membina minimal 1000 warga atau paling tidak 800 petani ( Daniel, 2002).

(53)

pada akhir tahun 2014, jumlah desa yang 75.000 tersebut semua sudah memiliki tenaga penyuluh pertanian". Sehingga untuk menambah kekurangan penyuluh, telah diangkat penyuluh bantu atau Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) sebanyak 25.000 orang, namun jumlah tersebut ternyata masih kurang sehingga dalam beberapa tahun berikutnya semua yang berjumlah 75.000 desa itu dapat terpenuhi. Sebagai gambaran di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sendiri THL-TBPP Deptan memiliki 8 (delapan) personil yang terdiri dari angkatan I, II dan III yang tersebar di beberapa (WKPP) Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian ( Harian Analisa, 2010 ).

Di Indonesia pada umumnya penyuluhan pertanian belum dapat dikatakan berhasil hal ini disebabkan antara lain karena jumlah penyuluh masih terlalu sedikit yaitu hanya pada tingkat kecamatan yang masing-masing seorang mantra untuk kurang lebih sepuluh ribu orang penduduk tani. Alat-alat penyuluhan dan pengangkutan yang sangat kurang, pendidikan para penyuluh yang kurang memadai, gaji penyuluh yang rendah dan lain-lain lebih menyulitkan lagi pencapaian-pencapaian tujuan penyuluhan tersebut (Mubyarto, 1989). Menurut Mubyarto (1989) penyuluhan dapat dianggap berhasil kalau :

1. Pengetahuan petani mengenai sesuatu yang berguna.

2. Ada penerimaan adopsi petani terhadap hal-hal yang dianjurkan penyuluh. 3. Petani bersedia bekerjasama dengan penyuluh.

(54)

Karakteristik Sosial dan Ekonomi 1. Umur

Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Penggolongan umur produktif kerja berada pada 15-64 tahun (BPS, 2006). Sorenson (1964) menyatakan bahwa terdapat banyak bukti dimana perkembangan mental individu berjalan parallel dengan perkembangan fisik.

Oleh sebab itu, dengan bertambahnya usia seseorang maka kemampuannya untuk memahami pengertian-pengertian yang rumit akan meningkat, termasuk dalam mengelola pendapatannya (Suardiman, 2001).

2. Tingkat Pendidikan

Apabila tingkat pendidikan formal Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mayoritas tamatan SPP dibandingkan sarjana, ini sangat berpengaruh terhadap adopsi inovasi. Jika pendidikan penyuluhnya tinggi maka akan proses

penyampaian informasi mengenai adopsi inovasi akan lebih baik dan apabila tingkat pendidikan penyuluh rendah maka proses penyampaian informasi akan sulit, namun ada beberapa faktor selain tingkat pendidikan dapat juga

mempengaruhi proses adopsi inovasi seperti bidang keahlian dan materi penyuluhan ( Anonimus b, 2012 ).

3. Jumlah tanggungan

Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumber daya manusia pertanda yang dimiliki oleh petani terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam usahataninya. Demikian juga halnya dengan penyuluh tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarga apabila tidak dapat bekerja

(55)

4. Lama bekerja

Pengalaman menyuluh mempunyai pengaruh signifikan negatif dengan pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi penyuluh ini berarti bahwa semakin lama seseorang menjadi penyuluh belum tentu akan membuat seseorang penyuluh menjadi lebih paham terhadap tugas pokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Suhada, 2008 yang menyatakan lama bekerja penyuluh memberi efek positif bagi penyuluh yang masih baru. Sementara kepada penyuluh yang sudah lebih lama bekerja menunjukkan tingkat kepuasan klien yang rendah ( Briawan, dkk, 2008 ).

Orang-orang yang lama berada pada suatu pekerjaan akan lebih produktif daripada mereka yang senioritasnya lebih rendah ( Soehardiyono, 1992 ).

5. Frekuensi Kunjungan Penyuluh.

Frekuensi kunjungan penyuluh adalah banyaknya atau jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seorang penyuluh terhadap kelompok tani binaannya. Semakin banyak kunjungan yang dilakukan oleh penyuluh terhadap kelompok tani binaannya maka akan semakin besar peluang untuk membangkitkan kemauan petani terhadap teknologi baru yang disampaikan atau diberikan oleh penyuluh. Agar pelaksanaan kunjungan berjalan dengan baik, setiap penyuluh diwajibkan untuk mempersiapkan jadwal kunjungan yamg harus disesuaikan dengan jumlah kelompok yang ada dalam satu wilayah kelompok ( Anonimus b, 2012 ).

6. Fasilitas penyuluhan.

(56)

memperlancar tugasnya berupa kendaraan bermotor, biaya operasional penyuluh dan koran sinar tani ( Briawan, dkk 2008 ).

7. Jarak rumah dengan wilayah kerja.

Jarak yang ditempuh oleh penyuluh dari rumah dimana dia tinggal dengan tempat dia bekerja. Dengan adanya fasilitas yang dimiliki seperti kendaraan akan memudahkan penyuluh untuk sampai ke tempat pekerjaaanya (Anonimous, 2012).

8. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan meningkat maka bertambah juga pengeluaran kepala rumah tangga untuk konsumsi dan modal (Tohir, 1991). Menurut Siagian (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja salah satunya yaitu tingkat upah dan gaji (tingkat pendapatan).

Kerangka Pemikiran

Untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme dari penyuluh perlu diadakan motivasi dan etos kerja, perlu dilaksanakan semacam penyegaran terhadap tenaga penyuluh yaitu mungkin dengan memberikan pelatihan ataupun sertifikasi seperti halnya dengan petani.

Dalam mendukung keberhasilan penyuluhan maka penyuluh tersebut harus melaksanakan program penyuluh pertanian yang akan dikerjakan yaitu :

1. Sistem pertanaman legowo 4:1

2. P2BN ( Peningkatan Produksi Beras Nasional) 3. Pembentukan Gapoktan

(57)

Dimana penyuluh pertanian memiliki karakteristik yaitu : 1. Umur

2. Tingkat pendidikan 3. Lama bekerja

4. Frekuensi kunjungan

5. Jarak rumah dengan wilayah kerja 6. Jumlah tanggungan

7. Fasilitas yang diperoleh 8. Tingkat pendapatan

Karakteristik penyuluh pertanian dapat mempengaruhi keberhasilan program penyuluhan. Keberhasilan program penyuluhan dapat dikategorikan berdasarkan :

1. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL dengan aktif dan petani mengadopsi teknologi mencapai ≥ 50 % maka tin gkat keberhasilan tinggi.

2. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL secara aktif dan petani mengadopsi teknologi mencapai > 25 % maka tingkat keberhasilan sedang.

3. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL dengan aktif dan petani mengadopsi teknologi ≤ 25% maka tingkat keberhasilan rendah.

(58)

Skema Kerangka Pemikiran Skema kerangka pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Karakteristik PPL Terhadap

Keberhasilan Program penyuluhan. Keterangan :

Mempengaruhi.

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran pengaruh karakteristik PPL terhadap keberhasilan program penyuluhan

Ket :

4. Frekuensi kunjungan 5. Jarak rumah dengan

wilayah kerja

6. Jumlah Tanggungan 7. Tingkat pendapatan 8. Fasilitas yang diperoleh Program penyuluhan

pertanian

Tingkat keberhasilan programp penyuluhan pertanian

Program penyuluhan di BPP Medan krio :

1. Sistem pertanaman legowo 4:1

5. Pemanfaatan pupuk organik

(59)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, hampir 80% warga negaranya bermasyarakat di pedesaan serta sekitar 62% dari jumlah tersebut bermata

pencaharian petani. Secara otomatis peranan penyuluhan pertanian sangat dibutuhkan terutama dalam upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat

terbesarnya yaitu para petani. Namun begitu kondisi objektif perdesaan yang ada di sekitar kita seperti tingginya tingkat pengangguran yang tak kentara, tingginya tingkat buta huruf, serta masalah-masalah soial, ekonomi, budaya lainnya memaksa kepada semua pihak untuk mencari alternatif penyuluhan pertanian yang bagaimana yang sepantasnya diterapkan di negara kita ini (Sastraatmadja, 1993).

Dalam agenda pembangunan pertanian yang dapat berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan yang tujuannya jelas untuk memperbaiki komunikasi antar petani pada masing-masing sentra produksi dan akses pasar ( Arifin, 2005 ).

Informasi sarana produksi dan pembiayaan dan pemasaran yaitu

(60)

Keberhasilan Indonesia mencapai swasembada pangan tahun 1984 tidak terlepas dari peranan penyuluhan pertanian. Selama periode REPELITA I (tanggal 1 April 1969) sampai akhir REPELITA V (1989/1990 -1994/1995), pertanian dijadikan sebagai sektor pembangunan yang paling penting sehingga pembangunan pertanian memperoleh prioritas utama. Pada periode tersebut aktivitas penyuluhan sangat menonjol ditandai dengan banyaknya pelatihan yang diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia (SDM) seperti pelatihan penyuluh, pelatihan petani yang dikenal dengan kursus tani, demonstrasi plot, demontrasi area, siaran pedesaan melalui RRI, televisi, karyawisata, lokakarya, dan sebagainya ( Daniel, dkk, 2005 ).

Sistem pemasaran pangan di Indonesia berkembang mengikuti perubahan yang ada dalam masyarakat disebabkan tiga hal dan salah satunya adalah perubahan yang disebabkan berkembangnya peranan jasa seperti penelitian pemasaran, pelatihan dan penyuluhan. informasi pasar dan adanya kredit pemasaran. Pelatihan dan penyuluhan adalah penting untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) khususnya para pelaku pasar ( Pakpahan, 1993 ).

(61)

perhatian terhadap kebutuhan bahan dan peralatan menjalankan tugas juga berkurang. Bahkan perhatian terhadap kesejahteraan penyuluhan pun tidak dirasakan lagi sehingga muncul beberapa keluhan yang bersifat krusial (Daniel, dkk, 2005 ).

Adapun target sasaran dari revitalisasi penyuluhan pertanian yang tertuang dalam UU No. 16 Tahun 2006 antara lain :

a. Kelembagaan penyuluhan pertanian;

b. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian dan tenaga penyuluh pertanian. Bentuk konkretnya yaitu peremajaan tenaga penyuluh PNS yang saat ini semakin berkurang karena telah memasuki usia pensiun dangan perekrutan tenaga bantu penyuluh pertanian.

(62)

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Medan Krio terdiri dari dua Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP), pertama WKPP Sei Mencirim terdiri dari dua Desa yaitu Desa Sei Mencirim, Desa Telagasari dan kedua WKPP Suka Maju yang terdiri dari satu Desa yaitu Desa Suka Maju. WKPP Sei Mencirim

mempunyai luas lahan 1498 ha yang terdiri dari sawah irigasi 269 ha, sawah tadah hujan 262 ha, tegalan 446 ha, pekarangan/perumahan 375 ha, lain-lain 146 ha dan WKPP Suka Maju seluas 611 ha yang terdiri dari lahan sawah 300 ha, lahan darat 311 ha ( Anonimus c, 2012 ).

Di Wilayah ini telah terbentuk kelompok tani dimana WKPP Sei Mencirim terdiri dari 14 kelompoktani dan WKPP Suka Maju terdiri dari 8 kelompoktani, pada umumnya wilayah ini bergerak dibidang usahatani padi dan jagung. Dari keuntungan-keuntungan dan luas lahan yang telah diuraikan diatas seharusnya produk jagung dari Kecamatan Sunggal Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Medan Krio Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) Sei Mencirim dan WKPP Suka Maju lebih mampu bersaing di pasar lokal ( Anonimus c, 2012 ).

Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemampuan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya (Mosher, 1987).

(63)

1) Selalu berhubungan dengan masyarakat petani di pedesaan yang sesuai dengan kepentingan atau kebutuhan pada waktu tertentu yang sangat berkaitan dengan mata pencaharian tetap atau usahataninya guna mencapai tujuan peningkatan taraf hidup baik petani itu sendiri beserta keluarganya maupun masyarakat di sekelilingnya.

2) Menggunakan cara-cara dan metode pendidikan khusus yang disesuaikan dengan sifat, perilaku dan kepentingan petaninya.

3) Keberhasilan pelaksanaannya memerlukan bantuan berbagai aktivitas baik yang langsung menunjang pendidikan itu (seperti perencanaan penyuluhan, penjadwalan waktu serta evaluasi) maupun yang tidak langsung menunjangnya (penyediaan sarana produksi, fasilitas pengolahan hasil yang memadai).

4) Pelaksanaan pendidikan non formal ini dilaksanakan dalam suasana koperatif dan toleransi, musyawarah untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan usahatani.

Pendidikan sangat berpengaruh dengan perilaku seseorang PPL tetapi apabila ini terlalu ditekankan maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan dikemudian hari karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik ( Soehardiyono, 1992 ).

(64)

Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana pengaruh karakteristik penyuluh pertanian terhadap keberhasilan penyuluhan maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan program penyuluhan pertanian di daerah penelitian?

2. Bagaimana perkembangan program penyuluhan pertanian di daerah Penelitian selama tiga tahun terakhir?

3. Bagaimana pengaruh karakteristik penyuluh pertanian (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, frekuensi kunjungan ke petani, jarak rumah dengan wilayah kerja, jumlah tanggungan keluarga, fasilitas yang dimiliki, serta tingkat pendapatan) terhadap keberhasilan program penyuluhan tersebut ?

Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program penyuluhan di daerah penelitian

1. bagaimana tingkat keberhasilan penyuluhan di daerah penelitian

(65)

Kegunaan penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain:

1. Bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dan instansi terkait dalam pengambil keputusan dan kebijakan khususnya dalam keberhasilan penyuluhan pertanian;

2. Memberikan gambaran mengenai pengaruh karakteristik PPL terhadap keberhasilan program penyuluhan

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Hipotesis Penelitian

Untuk mengarahkan penelitian sesuai dengan identifikasi masalah dan tujuan penelitian maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Pelaksanaan program penyuluhan di daerah penelitian berhasil.

(66)

ABSTRAK

INEL MAWAR NABABAN (080309030) : “PENGARUH

KARAKATERISTIK PENYULUH PERTANIAN TERHADAP KEBERHASILAN PENYULUHAN’’ (studi Kasus: Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, MSi dan Ir. Hasman Hasyim, MSi.

Berbicara tentang penyuluhan sebenarnya merupakan suatu persoalan yang takkan pernah selesai. Apalagi bagi negara kita yang tergolong dalam kategori negara yang sedang melakukan pembangunan. Dimana pun manusia berada dan bagaimanapun rumitnya keadaan masyarakat tersebut kehadiran seorang penyuluh mutlak diperlukan urgensinya sebagai tenaga penyuluh dan bertindak sebagai agen pembaharuan masyarakat harus berhubungan langsung dengan petani.

Dalam masa pemerintahan orde baru, penyuluh lapang mempunyai prestasi yang cukup gemilang. Latihan Kunjungan dan Supervisi (LAKUSISI) yang dilaksanakan cukup efektif sehingga masyarakat mengenal dan mulai menerapkan komponen teknologi. Walaupun masih penuh dengan kekurangan sifatnya sangat instruktif. Sejalan dengan perkembangan, perhatian terhadap penyuluh dan kegiatan penyuluhan semakin menurun. Puncaknya adalah pada era otonomi ketika penyuluh tidak lagi punya program dan tugas seperti masa sebelumnya, tidak hanya perhatian terhadap pelaksanaan program yang berkurang, tetapi perhatian terhadap kebutuhan bahan dan peralatan menjalankan tugas juga berkurang.

Bahkan perhatian terhadap kesejahteraan penyuluhan pun tidak dirasakan lagi sehingga muncul beberapa keluhan yang bersifat krusial.sehingga penulis mencoba untuk mengetahui pengaruh karakteristik PPl terhadap keberhasilan program penyuluhan. Metode penentuan objek penelitian dalam dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling, yaitu sebanyak 17 orang penyuluh PNS dan 17 orang Kelompok petani . Metode analisis yang digunakan adalah metode pemberian skor dan metode analisis regresi linear dengan spss 16.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: pelaksanaan program penyuluhan dalam pencapaian tingakat keberhasilan tergolong tinggi serta adopsi teknologi petani tergolong tinggi. Bahwa dalam keberhasilan program tidak dipengaruhi oleh karakteristik PPL.

(67)

PENGARUH KARAKTERISTIK PENYULUH PERTANIAN

TERHADAP KEBERHASILAN PENYULUHAN

( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

SKRIPSI

Oleh :

INEL MAWAR NABABAN 080309030

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(68)

PENGARUH KARAKTERISTIK PENYULUH PERTANIAN

TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PENYULUHAN

Di Kecamatan Sunggal - Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

SKRIPSI

OLEH:

INEL MAWAR NABABAN

080309030

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh : Komisi pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Lily Fauzia, MSi ) (Ir. Hasman Hasyim, MSi

Nip :196308221988032003 Nip : 195411111981031001 )

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(69)

ABSTRAK

INEL MAWAR NABABAN (080309030) : “PENGARUH

KARAKATERISTIK PENYULUH PERTANIAN TERHADAP KEBERHASILAN PENYULUHAN’’ (studi Kasus: Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, MSi dan Ir. Hasman Hasyim, MSi.

Berbicara tentang penyuluhan sebenarnya merupakan suatu persoalan yang takkan pernah selesai. Apalagi bagi negara kita yang tergolong dalam kategori negara yang sedang melakukan pembangunan. Dimana pun manusia berada dan bagaimanapun rumitnya keadaan masyarakat tersebut kehadiran seorang penyuluh mutlak diperlukan urgensinya sebagai tenaga penyuluh dan bertindak sebagai agen pembaharuan masyarakat harus berhubungan langsung dengan petani.

Dalam masa pemerintahan orde baru, penyuluh lapang mempunyai prestasi yang cukup gemilang. Latihan Kunjungan dan Supervisi (LAKUSISI) yang dilaksanakan cukup efektif sehingga masyarakat mengenal dan mulai menerapkan komponen teknologi. Walaupun masih penuh dengan kekurangan sifatnya sangat instruktif. Sejalan dengan perkembangan, perhatian terhadap penyuluh dan kegiatan penyuluhan semakin menurun. Puncaknya adalah pada era otonomi ketika penyuluh tidak lagi punya program dan tugas seperti masa sebelumnya, tidak hanya perhatian terhadap pelaksanaan program yang berkurang, tetapi perhatian terhadap kebutuhan bahan dan peralatan menjalankan tugas juga berkurang.

Bahkan perhatian terhadap kesejahteraan penyuluhan pun tidak dirasakan lagi sehingga muncul beberapa keluhan yang bersifat krusial.sehingga penulis mencoba untuk mengetahui pengaruh karakteristik PPl terhadap keberhasilan program penyuluhan. Metode penentuan objek penelitian dalam dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling, yaitu sebanyak 17 orang penyuluh PNS dan 17 orang Kelompok petani . Metode analisis yang digunakan adalah metode pemberian skor dan metode analisis regresi linear dengan spss 16.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: pelaksanaan program penyuluhan dalam pencapaian tingakat keberhasilan tergolong tinggi serta adopsi teknologi petani tergolong tinggi. Bahwa dalam keberhasilan program tidak dipengaruhi oleh karakteristik PPL.

Gambar

Tabel  1. Jumlah Desa, Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang. No
Tabel 2. Metode Pengumpulan Data No Topik Data
Tabel 3.  Daftar Pertanyaan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan                 Pertanian
Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan untuk (1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian (2) Mengetahui pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian, mengetahui pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah

Dewi Kurniawati : Peran penyuluh pertanian dalam menunjang keberhasilan pembangunan desa studi kasus ..., 2001 USU e-Repository © 2008... PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM

Dewi Kurniawati : Peran penyuluh pertanian alam menunjang keberhasilan pembangunan desa studi kasus di kecamatan..., 2001 USU e-Repository © 2008...

Penelitian bertujuan untuk (1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian (2) Mengetahui pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di

Jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan PUAP terjadi peningkatan selama 3 tahun terakhir.. Pelaksaanaan SLPTT (Sekolah lapang Pengelolaan Terpadu)

Hubungan antara keberhasilan penyuluhan dengan kepercayaan petani terhadap penyuluh pertanian pada 3 kelompok tani yang diteliti adalah kuat dengan koefisien korelasi

Hasil uji analisis berganda ini adalah untuk menguji hipotesis, yaitu: “Karakteristik petani, karakteristik sistem sosial dan kompetensi penyuluh pertanian