• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

PENYULUH TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN

PELAKSANAAN TUGAS POKOK PENYULUH PERTANIAN

(Studi Kasus di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH :

AIVA VIFORIT 090304014 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

PENYULUH TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN

PELAKSANAAN TUGAS POKOK PENYULUH PERTANIAN

(Studi Kasus di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH :

AIVA VIFORIT 090304014

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

(Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Siti Khadijah, H.N, SP. M. Si) NIP : 195411111981031001 NIP: 197310111999032002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

AIVA VIFORIT (090304014/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si, dan Ibu Siti Khadijah, SP, M.Si.

Penelitian bertujuan untuk (1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian (2) Mengetahui pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian (3) Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian (4) Mengetahui apakah ada pengaruh antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh di Kecamatan Pantai Cermin.

Metode penelitian yaitu (1) dan (2) menggunakan metode deskriptif, (3) menggunakan metode scoring dan (4) metode regresi linear berganda dengan bantuan spss 16.

Hasil penelitian diperoleh (1) Variasi yang terjadi pada umur, tingkat pendidikan, total pendapatan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dapat menjelaskan variasi tingkat keberhasilan sebesar 86,1%. Dari keseluruhan variasi bebas yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan. (2) Secara parsial menunjukkan bahwa variabel lama menjadi penyuluh dan total pendapatan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Sedangkan umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Kata kunci: karakteristik, tingkat keberhasilan.

(4)

RIWAYAT HIDUP

AIVA VIFORIT lahir di Kutacane pada tanggal 30 Agustus 1991, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, putri dari Bapak Jumadin, dan Ibu Asmawati.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri Percontohan Kutacane dan tamat pada tahun 2003.

2. Tahun 2003 masuk sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Kutacane dan tamat pada tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk sekolah menengah atas di SMA Negeri Perisai Kutacane dan tamat pada tahun 2009.

4. Tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1. Menjadi anggota pada Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (IMASEP FP USU) periode 2012-2013.

2. Menjadi anggota FSMM SEP periode 2012-2013

3. Menjadi anggota Koperasi Akademika Pertanian periode 2012-2013. 4. Menjadi Kordinator acara HUT IMASEP FP USU Ke-31

5. Menjadi anggota Tranning Leadership IMASEP FP USU

6. Bulan Juli-Agustus 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENYULUH TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PELAKSANAAN TUGAS POKOK PENYULUH PERTANIAN (Studi Kasus di Kecamatan

Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)”.

Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si selaku ketua komisi pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dan selalu sabar mengajarkan banyak hal sampai penulis mengerti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Ibu Siti Khadijah, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing, yang telah

memberikan penulis bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec

(6)

4. Penulis sangat berterima kasih khususnya kepada Ayahanda tercinta Jumadin dan Ibunda tercinta Asmawati yang selalu mendoakan, mendukung baik moril maupun materi sehingga skripsi saya dapat terselesaikan dengan baik. 5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis

serta kepada seluruh Staf pengajar dan Pegawai yang ada di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, USU.

6. Teman-teman di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara angkatan 2009 Amel, Fika, Aminah. Terkhusus kepada sahabat saya Reny Marissa Panggabean, Debbie Febrina Manurung, Nova Rohani, Indri Pratiwi Pohan, Febry Tita Ekaputri dan lain-lain yang tidak bisa saya ucapkan semuanya, yang telah mendukung penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini di kemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2014

(7)

DAFTAR ISI

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tugas Pokok Penyuluh Pertanian ... 6

2.2Teori Penyuluhan ... 11

2.3 Penelitian Terdahulu ... 15

2.4 Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4 Metode Analisis Data ... 25

3.5Defenisi dan Batasan Operasional ... 30

3.5.1 Defenisi ... 30

3.5.2 Batasan Operasional ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 33

4.1.1 Geografis Kecamatan Pantai Cermin ... 34

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 35

4.1.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Pertanian Sampel ... 34

4.3 Pelaksanaan Tugas Pokok penyuluh Pertanian ... 36

(8)

4.5 Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh dengan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok penyuluh Pertanian ... 41

BABV KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 54 5.2 Saran ... 55

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Hal

2.1 Penelitian Terdahulu ... 16 3.1 Kecamatan yang Dibawahi BPP pematang Sijonam Beserta Penyuluh

dan Wilayah Kerjanya ... 23 3.2 Daftar Nama Penyuluh Beserta Wilayah kerjanya dan Jumlah

Kelompok Tani Binaan ... 24 4.1 Luas Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian Dan Persentase Terhadap Luas Kecamatan ... 33 4.2 Jumlah Penduduk laki-laki dan Perempuan Kecamatan Pantai Cermin ... 34 4.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh di Kecamatan Pantai

Cermin ... 35 4.4 Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok penyuluh

Pertanian ... 40 4.5 Hasil Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Terhadap

Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok penyuluh

Pertanian ... 46 4.6 Nilai Collinearity Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Hal

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan

1 Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

(12)

ABSTRAK

AIVA VIFORIT (090304014/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si, dan Ibu Siti Khadijah, SP, M.Si.

Penelitian bertujuan untuk (1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian (2) Mengetahui pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian (3) Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian (4) Mengetahui apakah ada pengaruh antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh di Kecamatan Pantai Cermin.

Metode penelitian yaitu (1) dan (2) menggunakan metode deskriptif, (3) menggunakan metode scoring dan (4) metode regresi linear berganda dengan bantuan spss 16.

Hasil penelitian diperoleh (1) Variasi yang terjadi pada umur, tingkat pendidikan, total pendapatan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dapat menjelaskan variasi tingkat keberhasilan sebesar 86,1%. Dari keseluruhan variasi bebas yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan. (2) Secara parsial menunjukkan bahwa variabel lama menjadi penyuluh dan total pendapatan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Sedangkan umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Kata kunci: karakteristik, tingkat keberhasilan.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non formal) yang diberikan kepada petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment) (Departemen Pertanian, 2009).

Penyuluh pertanian menitikberatkan pandangannya pada orang-orang (masyarakat) yang terlibat dalam kehidupan di bidang pertanian. Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian sasaran yang ingin dicapainya juga berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap petani sehingga mereka akan mampu untuk mandiri dan meningkatnya kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas usahataninya yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan mereka dan dengan peningkatan pendapatan ini maka kehidupan petani akan lebih sejahtera (Suhardiyono, 1992).

(14)

Kegiatan penyuluh pertanian dapat berjalan dengan tidak baik walaupun sudah diketahui memiliki tujuan yang baik. Hal ini disebabkan ketidaksesuaian informasi atau materi yang disampaikan oleh penyuluh kepada petani dalam kondisi lokal, terutama petani-petani yang memiliki sumber daya yang rendah, pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang tidak sesuai dengan jadwal, PPL yang seakan-akan memerintah, petani tersinggung karena merasa dianggap tidak mampu. Apabila demikian petani akan cenderung bersikap negatif atau kurang respon akan kegiatan penyuluhan pertanian (Sudaryanto, et al. 2002).

Menurut Wiriaatmadja (1990), bahwa mengenal sifat-sifat atau ciri-ciri petani, bahasa, dan istilah yang sering digunakan, cara berpikir, tingkat pendidikan petani, dan kebutuhan dalam usahatani serta memiliki teknik komunikasi yang sesuai akan membantu penyuluh dalam terlaksananya penyuluh pertanian dengan baik.

Pembangunan pertanian dalam era globalisasi saat ini telah mengalami banyak perubahan dimana pembangunan yang selama ini terkesan berdiri sendiri, selanjutnya lebih mencerminkan keterkaitan yang erat dengan sektor lainnya. Berdasarkan hal tersebut, salah satu strategi dasar yang ditempuh dalam pembangunan pertanian adalah penerapan pendekatan sosial ekonomi dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya pertanian dalam suatu kawasan ekosistem melalui penyuluh pertanian. Keterkaitan dan keterpaduan strategi tersebut dalam pelaksanaan pembangunan pertanian yang berdaya saing tinggi, baik di pasar domestik maupun internasional (Sudaryanto, et al. 2002).

(15)

Perubahan ini sangat dirasakan oleh penyuluhan pertanian dari waktu ke waktu yang ditandai dengan kebijaksanaan yang ada. Dalam proses perubahannya tidak jarang membuat para penyuluh pertanian mengalami kemunduran atau stagnasi

(jalan di tempat) dalam kegiatannya di lapangan bahkan ada yang sampai tidak jalan. Hal ini semestinya tidak perlu terjadi. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan itu mempunyai dampak psikologis bagi penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian sebagai ujung tombak selalu menjadi sasaran manakala berbicara mengenai kegiatan pertanian di lapangan. Di sisi lain, selain dampak psikologis tersebut para penyuluh pertanian merasa belum menemukan wadah bernaung yang dapat memayungi dan memberi motivasi mereka dalam melaksanakan tugas dengan baik (Sudaryanto, et al. 2002).

(16)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi beberapa permasalahan dalam penelitian ini:

1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian.

2. Bagaimana pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian. 3. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

di daerah penelitian.

4. Apakah ada pengaruh antara karakteristik sosial ekonomi penyuluhan (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh di Kecamatan Pantai Cermin.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian diarahkan untuk mencapai tujuan:

1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian.

2. Mengetahui pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian. 3. Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

di daerah penelitian.

(17)

1.4.Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi penyuluh dalam pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam upaya peningkatan kinerja penyuluh pertanian.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

Tugas pokok penyuluhan pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga mampu bertani lebih baik, berusaha lebih menguntungkan serta membina kehidupan keluarga yang lebih sejahtera.

Tugas pokok penyuluhan pertanian di BPP Pematang Sijonam adalah sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan kunjungan secara berkesinambungan kepada kelompok tani sesuai sistem kerja LAKU (latihan dan kunjungan).

2. Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu, mendinamisasikan kelompok tani dengan pendekatan kelompok.

3. Menyusun bersama program penyuluhan di Balai Penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat.

4. Memanfaatkan metode penyuluhan dan memantapkan sistem kerja LAKU (antara lain: demonstrasi-demonstrasi Sipedes, kursus-kursus tani desa).

(19)

6. Menyusun rencana kerja di tingkat WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian).

7. Membantu menyusun RDK (Rencana Definitif Kelompok)/RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok).

8. Membantu menyusun administrasi kelompok.

9. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh kepala Bapeluh (Badan Pelaksanaan Penyuluh) (Departemen Pertanian, 2008).

LAKU singkatan dari latihan dan kunjungan. Latihan/pelatihan adalah suatu kegiatan ilmu pengetahuan dan keterampilan baik berupa teori maupun praktek dari fasilitator ke penyuluh pertanian. Sedangkan kunjungan adalah kegitan penyuluh pertanian ke kelompok tani di wilayah kerjanya yang dilakukan secara teratur, terarah dan berkelanjutan. Pelatihan dalam sistem LAKU merupakan proses belajar-mengajar bagi penyuluh pertanian secara rutin setiap dua minggu sekali bertempat di Balai Penyuluhan Kecamatan. Pelatihan ini difasilitasi oleh penyuluh pertanian yang menguasai materi, maupun tenaga ahli dari lembaga/instansi lain. Materi pelatihan dalam sistem LAKU mencakup program-program pembangunan yang sedang dan akan dikembangkan di daerah setempat, serta materi-materi bersifat membantu memecahkan permasalahan petani (Suhardiyono, 1992).

(20)

waktu yang sama dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas usahatani dalam meningkatkan standar hidup meraka (Suhardiyono, 1992).

Para penyuluh juga berperan sebagai agen perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani merubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik dan dapat membantu petani mengenal masalah-masalah yang mereka hadapi dan mencari jalan ke luar yang mereka perlukan. Melalui peran penyuluhan, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri, dan dapat berperan di masyarakat dengan lebih baik (Kartasapoetra, 1994).

Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di lain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak sasaran yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Dengan demikian penyuluhan hanya dapat mencapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan sesuai dengan kepentingan petani. Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang semakin meningkat dengan harga bersaing di pasar dunia (Ilham, 2010).

Seorang penyuluh pertanian dikatakan profesional jika ia memenuhi 4 (empat) persyaratan, yaitu:

(21)

efektif dan efesien, tetapi yang lebih penting adalah kemampuan dan keterampilan penyuluh untuk berempati dan bersimpati dengan sasarannya. 2. Sikap penyuluh, yang meliputi menghayati dan bangga dengan profesinya,

meyakini bahwa inovasi yang disampaikan bermanfaat bagi sasarannya dan mencintai masyarakat sasarannya.

3. Kemampuan pengetahuan penyuluh, tentang isi, fungsi, manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dapat disampaikan baik secara ilmiah maupun praktis.

4. Karakteristik sosial budaya penyuluh, seorang penyuluh perlu memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya (Ekstensia, 2000).

Profesionalisme peran penyuluh dalam kaitannya dengan kualifikasi yang dimiliki dan tugas pokok yang dilaksanakan untuk mencapai keberhasilan penyuluh. Paling tidak ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan keberhasilan seorang penyuluh:

1. Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjalin pengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui para tokoh masyarakat, pemuka adat, lembaga swadaya masyarakat) dengan masyarakat sasarannya.

2. Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjadi perantara sumber-sumber inovasi dengan pemerintah (lembaga penyuluh), swasta (petani, produsen dll) dan masyarakat sasarannya.

(22)

Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat membantu petani meramalkan peluang keberhasilan dengan segala konsekuensinya, dengan memberikan wawasan luas yang dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek sosial dan aspek ekonomi.

Menurut Rasyid (2001), belum optimalnya peranan penyuluhan pertanian dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap penyuluh pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan pertanian. Selain itu lemah dan tidak sistematisnya sistem pendanaan sehingga menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian yang dapat menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan peranan yang sesuai anatara lain sebagai: penyedia jasa pendidikan (education),

motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping petani.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi; tingkat pendidikan, motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya penyuluh. Adapun faktor eksternal meliputi: manajemen organisasi penyuluhan, intensif atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya, serta tingkat partisipasi sasaran yang berada di bawah koordinasinya. Faktor-faktor tersebut

(23)

sebagai acuan untuk mengupayakan peningkatan kompetensi penyuluh (Departemen Pertanian, 2009).

2.2. Teori Penyuluhan

Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang diharapkannya. Tujuan jangka pendek adalah menciptakan perubahan perilaku termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta untuk tujuan jangka panjang adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf hidup mereka (Sastraatmadja, 1993).

Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial dan faktor ekonomi yang mempengaruhinya. Beberapa faktor sosial dan faktor ekonomi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor sosial a. Umur

Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Tenaga kerja dalam usia sangat produktif (22-65 tahun) memiliki potensi kerja yang masih produktif (Anonimous, 1991).

(24)

Umur adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan penyuluh, umur dapat dijadikan tolak ukur dalam melihat aktifitas seseorang dalam bekerja bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

b. Tingkat pendidikan

Pendidikan sangat berpengaruh dengan perilaku seorang PPL. Tetapi apabila ini terlalu ditekankan, maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan dikemudian harinya. Karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik.

(Suhardiyono, 1992).

Penempatan seorang penyuluh sangat di tentukan oleh pendidikan yang dimilikinya, pendidikan juga sangat berpengaruh pada perilaku seorang PPL. Tetapi jika didalam memilih penyuluh ini terlalu ditekankan pada kualitas akademis, maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan dikemudian hari karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik (Suhardiyono, 1992).

c. Lama menjadi penyuluh

Orang-orang yang lama/berpengalaman pada suatu pekerjaan akan memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tingkat senioritasnya lebih rendah (Suhardiyono, 1992).

(25)

yang sudah lama menjadi penyuluh lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian juga dengan penerapan teknologi (Soekartawi, 1999).

Jika penyuluh mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam melakukan penyuluhan, biasanya mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan penyuluh yang kurang berpengalaman (Lubis, 2000).

2. Faktor ekonomi

a. Jumlah tanggungan keluarga

Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah tangga. Kegagalan penyuluh dalam penyuluhan pertanian akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga (Soekartawi, 1988).

Jumlah tanggungan keluarga sering menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima inovasi. Konsekuensi penerimaan inovasi akan berpengaruh terhadap sistem keluarga, dimulai dari anak-anak, istri dan anggota keluarga lainnya. Semakin besar jumlah anggota keluarga akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah tangga. Kegagalan penyuluh dalam penyuluhan pertanian akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga (Soekartawi, 1988).

(26)

b. Total pendapatan

Meningkatnya pendapatan maka pengeluaran untuk keperluan rumah tangga pun akan ikut meningkat. Menurunnya pendapatan akan menurunkan pula pengeluaran untuk konsumsi dan modal (Tohir, 1991).

Semakin besarnya pendapatan yang diterima penyuluh maka semakin baik pula kinerja kerja penyuluh dalam melaksanakan tugasnya (Soekartawi, 1988).

c. Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas

(27)

2.3. Penelitian Terdahulu

Untuk mengetahui penelitian yang dilakukan terlepas dari plagiat (originalnya) maka dilakukan pemetaan (mapping) terhadap penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian terdahulu yang diperoleh dari berbagai sumber disajikan pada satu Tabel yang menggambarkan nomor, nama peneliti, judul penelitian, perumusan masalah, variabel pengamatan, metode analisis dan kesimpulan.

(28)

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Perumusan Masalah Variabel Pengamatan Metode Analisis Kesimpulan 1 Lisa Khalida, Pertanian (Studi Kasus di

BPP Medan Krio Kecamatan

Sunggal

Kabupaten Deli Serdang Provinsi 2. Bagaimana tingkat

keberhasilan

pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian

3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi yang ditugaskan di BPP

Medan Krio

3.Analisis data untuk masalah 4.Hipotesis kedua

diuji dengan baik karena lebih dari 75% tugas

(29)

Lanjutan Tabel 2.1.

No Nama Peneliti Judul Penelitian Perumusan Masalah Variabel Pengamatan

Metode Analisis Kesimpulan 2 Abdul Qalik, 2011. Hubungan

Pertanian (Studi Kasus di

1. Bagaimana pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian

2. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian

3. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian

4. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh.

Seluruh penyuluh pertanian lapangan yang ditugaskan di Kecamatan Pantai Cermin.

1. Masalah kedua dianalisis secara deskriptif

2. Analisis data untuk masalah ketiga atau hipotesis pertama digunakan metode pemberian skor 3. Hipotesis kedua

diuji dengan

1. Karakteristik sosial ekonomi penyuluh di Kecamatan Perbaungan

tergolong baik 2. Pelaksanaan tugas

pokok penyuluh pokok yang ada

3. Tingkat keberhasilan

pelaksanaan tugas pokok pertanian di Kecamatan

Perbauangan 89%, atau dalam kriteria tinggi

4. Terdapat hubungan

antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan

(30)

Lanjutan Tabel 2.1.

No Nama Peneliti Judul Penelitian Perumusan Masalah Variabel Pengamatan Metode Analisis Kesimpulan 3 Muhammad Padi) di Kabupaten Luwu Utara. padi di Kabupaten Luwu Utara

2. Untuk menganalisis variabel apa saja yang berpengaruh terhadap

peningkatan

produksi dan pendapatan petani padi di Kabupaten Luwu Utara.

Seluruh penyuluh pada 4 kecamatan sentra tanaman padi yakni Kecamatan Bone-Bone 19 penyuluh, Sukamaju 25 penyuluh, Masamba 16 penyuluh dan Sabbang 21 penyuluh.

(31)

2.4. Kerangka Konseptual

Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian agar dapat mencakupi kebutuhan pribumi. Penyuluh dilandasi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek-praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknologi-teknologi yang lebih maju di lain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi-teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer.

Penyuluh memiliki beberapa tugas pokok yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Tugas pokok penyuluhan pertanian tersebut dilaksanakan untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga mampu bertani lebih baik, berusaha lebih menguntungkan serta membina kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera.

(32)

Gambar 2.1. : Skema Kerangka Konseptual Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh: 1. Umur

2. Tingkat Pendidikan 3. Lama menjadi Penyuluh 4. Jumlah Tanggungan

Keluarga

5. Total Pendapatan 6. Jarak tempat tinggal

penyuluh dengan WKPP tempat bertugas

Tugas Pokok Penyuluh Pertanian: dengan materi yang terpadu

3. Menyusun bersama program penyuluhan di Balai Penyuluhan

4. Memanfaatkan metode

penyuluhan dan memantapkan sistem kerja LAKU

5. Bersama-sama dengan kontak tani dan

tokoh-tokoh masyarakat menyelenggarakan

gerakan massal di wilayah kerja

6. Menyusun rencana kerja di tingkat WKPP 7. Membantu menyusun

RDK/RDKK

8. Membantu menyusun administrasi kelompok. 9. Melaksanakan tugas

(33)

2.5. Hipotesis Penelitian

1. Pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Pantai Cermin telah berhasil dengan kriteria tingkat keberhasilan tinggi.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), yakni di Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki jumlah penyuluh paling banyak dan WKPP paling banyak dalam satu wilayah kerja BPP Desa Pematang Sijonam, setelah Kecamatan Perbaungan yang sebelumnya sudah pernah diteliti. Jumlah penyuluh di Kecamatan Pantai Cermin adalah 11 orang penyuluh dengan 12 WKPP.

(35)

Tabel 3.1. Kecamatan yang Dibawahi BPP Pematang Sijonam Beserta Penyuluh dan Wilayah Kerjanya

No Kecamatan Penyuluh Wilayah Kerja Penyuluh (Desa) 1. Perbaungan 1. Supriyadi

2. Erwin Siregar, SPt

3. Dosep Ginting, SP 4. Erika Elviyani, SP 5. Yenni Sriwahyuni, SP 6. Amat Giran

7. Bungaria S, SP 8. Zulkarnain Nst, SPt 9. Nunung Israq A, SP 10.Jainal Sitopu, SP 11. Suriadi, SP

12.Erpalinda Br, Trg. SP 13.Ruly Andri Nst 14.Sumardi 15. M. Arsyad, SP 16. Arlina Affindarni

Desa Cinta Air Desa Kota Galuh

Kel. Simpang Tiga Pekan Desa Lida Tanah

Desa Kesatuan Desa Suka Beras Desa Bengkel Desa Deli Muda Kel Tualang

Desa Pematang Tatal Desa Lubuk Cemara Desa Jambur Pulau Desa Sei Naga Lawan Desa Suka Jadi Desa Tanah Merah Desa Lubuk Dendang Desa Lubuk Bayas Desa Sei Sijenggi Desa Sei Buluh 2. Pantai

Cermin

1. Marasi Rumapea 2. Rudy Syahrizal 3. Juliani Sitorus 4. Sutrsino

5. Nanang Lesmana, SPt 6. Siswo Aji, Amd 7. Adi Ahmad 8. Asyah Raini 9. Yunita Fitriani 10. Surya Syahputra, SP 11. Ruji Asmaji

Desa Naga Kisar Desa Kota Pari Desa Kuala Lama Desa Besar II Terjun Desa Ujung Rambung Desa Cilawan

Desa Sementara Desa Lubuk Saban Desa Pantai Cermin Kiri Desa Pantai Cermin Kanan Desa Pematang Kasih Desa Arah Payung 3 Pegajahan 1. Sukawati

2. Teguh Sutoto, SPt

3. Surya Ningsih, SP 4. Sri Sumarsih, SP 5. Sukadi

6. Safrina, SP 7. Nurlis 8. Sutiran

Desa Lestari Dadi Desa Senna

Desa Pondok Tengah Desa Suka Raja Desa Tanjung Putus Desa Jati Mulya Desa Suka Sari

Desa Petuaran Hulu dan Hilir Desa Karang Anyar

(36)

Tabel 3.2. Daftar Nama Penyuluh Beserta Wilayah Kerjanya dan Jumlah Kelompok Tani Binaan No Penyuluh Wilayah Kerja Penyuluh

(Desa)

Nanang Lesmana, SPt Siswo Aji, Amd Adi Ahmad Asyah Raini Yunita Fitriani Surya Syahputra, SP Ruji Asmaji

Desa Naga Kisar Desa Kota Pari Desa Kuala Lama Desa Besar II Terjun Desa Ujung Rambung Desa Cilawan

Desa Sementara Desa Lubuk Saban Desa Pantai Cermin Kiri Desa Pantai Cermin Kanan Desa Pematang Kasih Desa Arah Payung

8 Sumber: Kantor Camat Pantai Cermin

Tabel 3.2. memperlihatkan bahwa Desa Kota Pari adalah desa yang memiliki jumlah kelompok tani terbanyak yaitu berjumlah 15 kelompok tani. Sedangkan Desa Pantai Cermin Kanan merupakan desa yang memiliki jumlah kelompok tani paling sedikit yaitu berjumlah 2 kelompok tani.

3.2. Metode Penentuan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penyuluh pertanian lapangan yang ditugaskan di Kecamatan Pantai Cermin yang terdiri dari 11 orang. Metode penentuan sampel penelitian dilakukan secara sensus, artinya seluruh penyuluh pertanian yang ditugaskan di Kecamatan Pantai Cermin menjadi sampel dalam penelitian ini.

3.3. Metode Pengumpulan Data

(37)

yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh dari informasi dari lembaga atau instansi yang mendukung penelitian, seperti: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

3.4. Metode Analisa Data

1. Masalah petama dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan cara menjelaskan karakteristik sosial ekonomi penyuluh pertanian di Kecamatan Pantai Cermin.

2. Masalah kedua dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menjelaskan pelaksanaan tugas-tugas pokok penyuluh pertanian yang dilaksanakan oleh penyuluh di Kecamatan Pantai Cermin. 3. Analisis data untuk masalah ketiga atau hipotesis pertama digunakan metode pemberian skor.

(38)

Tabel 3.2. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi PPL

No Tugas Pokok Indikator Skor

1 Menyelenggarakan kunjungan secara berkesinambungan kepada kelompok tani sesuai sistem kerja LAKU

A: 24 kali kunjungan ke 16 kelompok tani dalam setahun

B: 12 - 23 kali kunjungan ke 16 kelompok tani dalam setahun

C: <12 kali kunjungan ke 16 kelompok tani dalam setahun

3 2 1 2 Menyelenggarakan penyuluhan

pertanian dengan materi yang

terpadu, mendinamisasikan kelompok tani dengan pendekatan

kelompok

A: 2 kali dalam sebulan B: 1 kali dalam sebulan C: Tidak pernah

3 2 1

3 Menyusun bersama program

penyuluhan di Balai Penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat

A: 1 kali dalam setahun B: 1 kali dalam dua tahun C: 1 kali dalam >3 tahun

3 2 1

4 Memanfaatkan metode penyuluhan dan memantapkan sistem kerja LAKU (antara lain: demonstrasi-demonstrasi Sipedes, kursus-kursus tani desa)

A: Selalu

B: Kadang-kadang C: Tidak pernah

3 2 1

5 Bersama-sama dengan kontak tani dan tokoh-tokoh masyarakat menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain: pemberantasan hama, gotong royong, dan sebagainya)

A: Selalu

B: Kadang-kadang C: Tidak pernah

3 2 1

6 Menyusun rencana kerja di tingkat WKPP

A: 1 kali dalam setahun B: 1 kali dalam dua tahun C: 1 kali dalam >3 tahun

3 2 1 7 Membantu menyusun RDK/RDKK

kelompok

A: 1 kali dalam setahun B: 1 kali dalam dua tahun C: 1 kali dalam >3 tahun

3 2 1 8 Membantu menyusun administrasi

kelompok

A: 12-16 kelompok tani B: 6-11 kelompok tani C: 1-5 kelompok tani

3 2 1 9 Melaksanakan tugas lain yang

dibebankan oleh Kepala Bapeluh

A: Selalu

B: Kadang-kadang C: Tidak pernah

(39)

Menurut Irianto (2004) untuk mengukur range 2 variabel digunakan rumus: Range =

Jumlah Indikator Data terbesar – Data terkecil

Range = 27 – 9 3

= 6

Jumlah skor tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian antara lain 9 – 27 dengan range 6, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut:

9 – 15 = Tingkat keberhasilan rendah 16 – 21 = Tingkat keberhasilan sedang 22 – 27 = Tingkat keberhasilan tinggi

4. Hipotesis kedua diuji dengan Metode Regresi Linear Berganda. Hasan (2004), menyatakan rumus regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +

Dimana :

Y = Tingkat keberhasilan tugas pokok penyuluh pertanian (tahun) a = Koefisien intersep

X1 = Umur (tahun)

X2 = Tingkat pendidikan (tahun) X3 = Lama menjadi penyuluh (tahun) X4 = Jumlah tanggungan keluarga (orang) X5 = Total pendapatan penyuluh (Rp/bln)

X6 = Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas (Km) b1 – b6 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel

(40)

Kemudian diuji dengan Uji t, dengan rumus sebagai berikut:

� =��� � −2

1− ��2

Dengan uji kriteria sebagai berikut: Dimana:

Jika t hitung ≤ t tabel, berarti H0 diterima (tidak ada pengaruh) Jika t hitung > t tabel, berarti H0 ditolak (ada pengaruh)

Hipotesa kedua dapat juga diuji dengan menggunakan software SPSS. 4.1.Uji Kesesuaian Model

4.1.1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain. Koefisien determinasi untuk mengukur tingkat ketepatan. Besarnya koefisien determinasi berganda (multiple coefficient of correlation) yang bersimbol R2. Makin banyak variabel didalam model, maka semakin naik fungsi tersebut, artinya semakin besar nilai R2 semakin dengan satu, maka semakin cocok regresi untuk meramalkan Y (Firdaus, 2004).

4.1.2. Uji Serempak (Uji F)

(41)

non/tidak signifikan maka model regresi tidak bisa digunakan untuk peramalan (Firdaus, 2004).

4.1.3. Uji Parsial (Uji t)

Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung, proses uji t identik dengan Uji F (Firdaus, 2004).

4.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas sangat diperlukan dalam menghadapi sampel kecil untuk keperluan pengujian hipotesis (Supranto, 2005). Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (Sulianto, 2011).

Untuk menguji normalitas dengan pendekatan grafik digunakan Normal Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif data sesungguhnya (yang digambarkan dengan ploting) dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal (yang digambarkan garis lurus normal dari kiri ke kanan atas). Jika data normal, maka garis yang digambarkan data akan mengikuti atau merapat ke garis diagonalnya (Sulianto, 2011).

4.2.2. Uji Multikolinieritas

(42)

menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat ditinjau dari beberapa hal berikut :

1. nilai toleransi lebih kecil dari 0,1 2. nilai VIF lebih besar dari 10 3. R² = 1

4.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati

scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal ini menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan scatterplot

jika menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas

(Santoso, 2010).

Dengan uji kriteria sebagai berikut: Dimana:

H0 diterima apabila signifikan > 0,05 H1 ditolak apabila signifikan < 0,05 .

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Defenisi

(43)

2. Tugas pokok yang diukur dalam penelitian ini adalah tugas pokok di BPP Pematang Sijonam, khususnya daerah Kec. Pantai Cermin.

3. Karakteristik adalah ciri khas seseorang yang membedakan antara seseorang dengan orang yang lain.

4. Karakteristik sosial adalah suatu ciri khas yang dilihat dari faktor sosial seorang penyuluh. Pada penelitian ini, karakteristik sosial penyuluh yang akan diteliti adalah:

a. Umur.

b. Tingkat pendidikan. c. Lama menjadi penyuluh.

5. Karakteristik ekonomi adalah ciri khas yang dilihat dari faktor ekonomi seorang penyuluh. Pada penelitian ini, karakteristik ekonomi penyuluh yang akan diteliti adalah:

a. Jumlah tanggungan keluarga. b. Total pendapatan penyuluh.

c. Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas. 6. Umur adalah usia penyuluh pada saat dilakukan penelitian (tahun).

7. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh penyuluh (tahun). 8. Lama menjadi penyuluh adalah lama seorang penyuluh telah bekerja sebagai petugas

penyuluh pertanian (tahun).

9. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota yang belum berpenghasilan dan menjadi tanggung jawab penyuluh (orang).

(44)

11. Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas adalah jarak antara tempat tinggal penyuluh dengan desa/kelurahan wilayah kerja penyuluh bertugas (WKPP).

3.5.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

2. Objek penelitian adalah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Kecamatan Pantai Cermin dalam wilayah kerja BPP Pematang Sijonam, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Geografis Kecamatan Pantai Cermin

Kecamatan Pantai Cermin merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, yang memiliki luas wilayah 80,30 Ha dan terdiri dari 12 desa. Letak dari permukaan laut ± 0 - 6 meter.

Adapun batas – batas wilayah Kecamatan Pantai Cermin adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Selatan : Kecamatan Perbaungan Sebelah Timur : Kecamatan Perbaungan

Sebelah Barat : Kecamatan Beringin/Kecamatan Pantai Labu

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian Dan Persentase Terhadap Luas Kecamatan No Desa/Kelurahan Luas Wilayah/Kilometer

(Km2)

Persentase terhadap Luas Kecamatan (%)

(46)

4.1.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Pantai Cermin adalah 43.514 jiwa dengan jumlah penduduk laki – laki 21.964 jiwa dan perempuan 21.550 jiwa. Untuk melihat gambaran yang jelas dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Laki – Laki dan Perempuan Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2012

No Desa/Kelurahan Laki - laki Perempuan Jumlah (Jiwa) (%) (Jiwa) (%) (Jiwa) (%) 1 Desa Naga Kisar 1.955 4.5 1.928 4.4 3.883 8.9 2 Desa Kota Pari 3.132 7.2 3.019 6.9 6.151 14.1 3 Desa Kuala Lama 2.253 5.2 2.189 5 4.442 10.2 4 Desa Besar II Terjun 2.075 4.8 2.040 4.7 4.113 9.5 5 Desa Ujung Rambung 1.256 2.9 1.236 2.8 2.492 5.7 6 Desa Cilawan 3.272 7.5 3.256 7.5 6.528 15 7 Desa Sementara 959 2.2 973 2.2 1.932 4.4 8 Desa Lubuk Saban 1.367 3.1 1.326 3 2.693 6.1 9 Desa Pantai Cemin Kiri 1.958 4.5 1.898 4.4 3.856 8.9 10 Desa Pematang Kasih 609 1.4 566 1.3 1.175 3 11 Desa Pantai Cermin Kanan 1.991 4.6 2.024 4.6 4.105 9.2 12 Desa Arah Payung 1.139 2.6 1.095 2.5 2.234 5.1 Sumber: BPS Kab. Serdang Bedagai, 2013

Tabel 4.2. memperlihatkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk wanita, yaitu laki-laki berjumlah 21.964 jiwa, penduduk wanita berjumlah 21.550 jiwa.

4.2. Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Pertanian Sampel

(47)

Tabel 4.3. Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh di Kecamatan Pantai Cermin

No Karakteristik Satuan Rataan Range

1 Umur Tahun 36 29-49

2 Tingkat Pendidikan Tahun 14 12-16

3 Lama Menjadi Penyuluh Tahun 9 3-26

4 Jumlah tanggungan Keluarga Orang 3 0-5 5 Total Pendapatan Jutaan rupiah 2.9 2.5-3.2 6 Jarak Tempat Tinggal Penyuluh

ke WKPP

Km 11.2 1-34

Sumber: Lampiran 1

Tabel 4.3. memperlihatkan bahwa umur penyuluh berkisar antara 29-49 tahun, dengan rataan 36 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh sampel di daerah penelitian tergolong pada usia produktif. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang diikuti dari bangku sekolah yaitu: SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Lama pendidikan penyuluh sampel di daerah penelitian berkisar antara 12-16 tahun, dengan rataan 14 tahun atau setara dengan Perguruan Tinggi. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan penyuluh di daerah penelitian tergolong tinggi.

Lamanya seorang penyuluh menjadi penyuluh di daerah penelitian berkisar antara 3-26 tahun, dengan rataan 9 tahun. Rataan tersebut menunjukkan bahwa pengalaman penyuluh sudah cukup lama. Jumlah tanggungan keluarga penyuluh berkisar 0-5 orang, dengan rataan sebesar 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga penyuluh di daerah penelitian

(48)

penyuluh ke WKPP berkisar antara 1-34 km, dengan rataan 11.2 km. Hal ini menunjukkan jarak tempat tinggal penyuluh ke WKPP tempat bertugas cukup jauh.

4.3. Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

1. Menyelenggarakan kunjungan secara berkesinambungan kepada kelompok tani sesuai sistem kerja LAKU (latihan dan kunjungan)

Penyuluh mengunjungi setiap kelompok tani 1 kali dalam 2 minggu atau 2 kali dalam 1 bulan, yakni pada hari Senin, Selasa, Kamis dan Jum’at, sedangkan pada hari Rabu penyuluh berkumpul di kantor Kecamatan Pantai Cermin untuk mendapatkan pengarahan rutin oleh Kepala Bapeluh (Badan Pelaksanaan Penyuluh). Kunjungan penyuluhan kepada masing-masing kelompok tani dilaksanakan selama ± 90 menit. Penyuluh mengunjungi 1 atau 2 kelompok tani adalah satu hari, sehingga dalam 2 minggu penyuluh dapat mengunjungi maksimal 16 kelompok tani, dan dalam satu bulan penyuluh telah mengunjungi setiap kelompok tani 2 kali dalam satu bulan.

2. Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu,

mendinamisasikan kelompok tani dengan pendekatan kelompok

(49)

3. Menyusun bersama program penyuluhan di balai peyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat

Penyuluh menyusun program penyuluhan 1 kali dalam 1 tahun bersama tokoh masyarakat yang dilaksanakan di Balai Penyuluhan, tokoh masyarakat yang dilibatkan antara lain adalah Kepala Desa, Kepala Lingkungan, Ketua Kelompok Tani. Penyuluh akan mananyakan kepada tokoh masyarakat tentang apa yang akan dikembangkan di desa dalam penyusunan program penyuluhan dan pelaksanaannya, penyuluh akan mendiskusikan dan mempertimbangkan kembali pendapat dari tokoh masyarakat untuk dimasukkan ke dalam program penyuluhan.

4. Memanfaatkan metode penyuluhan dan memantapkan sistem kerja LAKU (antara lain: demonstrasi Sipedes, kursus tani desa)

Penyuluh dalam menyelenggarakan penyuluhannya atau selalu memanfaatkan metode penyuluhan dan memantapkan sistem kerja LAKU (antara lain: demonstrasi Sipedes, kursus tani desa) yang dilakukan di Kecamatan Pantai Cermin antara lain adalah ceramah dan diskusi, demplot, SLPTT (Sekolah Lapang Penyuluh Tingkat Terpadu). Penyuluh akan melakukan tanya jawab kepada petani/peserta setelah memberikan penyuluhan, hal ini akan mencari tahu apakah petani sudah mengerti dan memahami akan apa yang sudah disampaikan penyuluh atau tidak.

5. Bersama dengan kontak tani dan lapisan masyarakat lainnya untuk turut berpartisipasi dalam menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain: pemberantasan hama, gotong royong, dan sebagainya)

(50)

suatu kegiatan yang dikerjakan beramai ramai, misalnya untuk mengerjakan lahan atau memberantas hama secara manual.

6. Menyusun rencana kerja di tingkat WKPP

Penyuluh melakukan penyusunan rencana kerja 1 kali dalam setahun, biasanya dilakukan pada akhir tahun atau bulan Desember untuk rencana kerja tahun depan. Rencana kerja di tingkat WKPP disusun berdasarkan kebutuhan di lapangan, isi dari rencana kerja tersebut adalah jadwal kunjungan kelompok tani, dan materi penyuluhan. Materi penyuluhan yang dijadwalkan di rencana kerja sifatnya fleksibel, dapat berubah sesuai dengan keadaan di lapangan.

7. Membantu menyusun RDK (Rencana Definitif Kelompok)/RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok)

Penyuluh membantu menyusun RDK/RDKK 1 kali dalam setahun. Penyuluh bertugas mengawasi dalam menyusun RDK/RDKK, karena RDK/RDKK kelompok tani itu adalah wewenang kelompok tani tersebut. Penyuluh hanya membimbing dan mengarahkan kelompok tani, hal ini dilakukan karena terkadang petani tidak mengerti dan membutuhkan arahan dalam penyusunan RDK/RDKK tersebut.

8. Membantu menyusun administrasi kelompok

(51)

9. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh kepala Bapeluh

(52)

4.4. Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

Hasil analisis mengenai tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanain di daerah penelitian dapat diuraikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian di Kecamatan Pantai Cemin 1 Menyelenggarakan kunjungan

secara berkesinambungan kepada kelompok tani sesuai sistem kerja LAKU (latihan dan kunjungan)

3 2.27 76

2 Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu, mendinamisasikan kelompok tani dengan pendekatan kelompok

3 2.45 82

3 Menyusun bersama program penyuluhan di balai peyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat

3 3.00 100

4 Memanfaatkan metode

penyuluhan dan memantapkan sistem kerja LAKU (antara lain: demonstrasi Sipedes, kursus tani desa)

3 2.72 91

5 Bersama dengan kontak tani dan lapisan masyarakat lainnya untuk turut berpartisipasi dalam menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain: pemberantasan hama, gotong royong, dan sebagainya)

3 2.27 76

6 Menyusun rencana kerja di tingkat WKPP

(53)

Lanjutan Tabel 4.4. Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian di Kecamatan Pantai Cemin

No Uraian Skor yang 7 Membantu menyusun RDK

(rencana definitif kelompok)/RDKK (rencana

definitif kebutuhan kelompok)

3 2.09 70

8 Membantu menyusun

administrasi kelompok

3 2.00 67

9 Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh kepala Bapeluh

3 2.09 70

Rata-rata 27 21.90 81

Sumber: Data Primer Lampiran 2

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa skor rata-rata tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Pantai Cermin adalah sebesar 21.90, atau dengan persentase 81%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah tinggi.

4.5. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh dengan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

Karakteristik sosial ekonomi penyuluh yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas. Hasil analisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dapat diuraikan sebagai berikut:

(54)

tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Hasil pengamatan dilapangan menunjukan bahwa penyuluh yang memiliki umur muda maupun tua, tidak memiliki hubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Hal ini dikarenakan, baik penyuluh yang masih muda maupun yang sudah tua, tetap melaksanakan tugas pokok penyuluh pertanian sebagaimana mestinya. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian ditolak.

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki penyuluh akan menunjukan tingkat pengetahuan dan wawasan yang luas untuk diterapkan dalam pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,078 > 0,05 artinya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Penyuluh yang memiliki pendidikan lebih tinggi maupun lebih rendah tidak menunjukan adanya hubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Penyuluh dengan tingkat pendidikan tinggi maupun lebih rendah tetap melaksanakan tugas pokok dengan baik, sehingga tingkat keberhasilannya juga tinggi. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian ditolak.

(55)

analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,031 < 0,05 artinya hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian signifikan. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Semakin lama menjadi penyuluh, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Hal ini dikarenakan, semakin lama menjadi penyuluh, semakin tinggi tingkat pengalamannya. Penyuluh juga akan memiliki tingkat kepercayaan yang lebih dari para petani, sehingga lebih memudahkan dalam pelaksanaan tugas pokok. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian diterima.

Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,358 > 0,05 artinya hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hunbungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

(56)

Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,033 > 0,05 artinya hubungan antara total pendapatan penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian signifikan. Dengan demikian H0 ditolak H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara total pendapatan penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Besar atau kecilnya total pendapatan penyuluh, memiliki hubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Hal ini dikarenakan, semakin besarnya pendapatan yang diterima penyuluh maka semakin baik pula kinerja kerja penyuluh. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara total pendapatan penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian diterima.

Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,770 > 0,05 artinya hubungan antara jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hunbungan antara jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

(57)

Tabel 4.5. Hasil Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

Variabel Koefisien Regresi

Standart Error

T-Hitung Signifikan

(Constant) 15.749 5.808 2.712 .053

Umur -.094 .099 -.951 .396

Tingkat Pendidikan -.599 .254 -2.358 .078

Lama Menjadi

Penyuluh -.259 .080 -3.246 .031

JumlahTanggungan

Keluarga .411 .396 1.038 .358

Total pendapatan 6.570 2.046 3.211 .033

JarakTempat Tinggal

ke WKPP .038 .036 1.040

R2

F-Hitung

ά

0.861 4.118 0.05 Sumber: Data Primer Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 4.5. diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y= 15.749 - 0.094X1 - 0,599 X2 - 0.259 X3 + 0.411 X4 + 6.570 X5 + 0.38 X6 + �

(58)

Uji kesesuaian model

1. Koefisien Determinasi (R2)

Diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,861. Koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa 86,1% variasi tingkat keberhasilan tugas pokok penyuluh pertanian (Y) dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Sedangkan 13,9% dijelaskan oleh variabel lain diluar model persamaan.

2. Uji Serempak (Uji F)

Dari tabel diperoleh nilai signifikansi F adalah sebesar 4,118. Nilai yang diperoleh lebih

kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir yaitu α 5% atau 0,05. Dengan demikian H0 ditolak

atau H1 diterima , hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah Penelitian. 3. Uji Parsial (Uji t)

Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Uji pengaruh variabel secara parsial dapat diketahui dengan menggunakan uji t, berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa:

- Umur merupakan salah satu faktor sosial yang berkaitan dengan cara berfikir dan pandangan dalam melaksanakan tugas pokok penyuluh pertanian. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada Lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,396 > 0,05 artinya hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

(59)

pertanian. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,078 > 0,05 artinya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

- Lama menjadi penyuluh akan membantu penyuluh dalam melaksanakan tugas pokok penyuluh dengan pengalaman yang dimilikinya. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,031 < 0,05 artinya hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian signifikan. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

- Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,358 > 0,05 artinya hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hunbungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

(60)

hubungan antara total pendapatan penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

- Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,770 > 0,05 artinya hubungan antara jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hunbungan antara jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Uji Asumsi Klasik

Pendugaan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square) memiliki beberapa persyaratan untuk memperoleh the best linear unbiased estimated (BLUE) yaitu terpenuhi beberapa uji asumsi klasik. Dalam penelitian ini asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal, dilakukan uji normalitas. Pada penelitian ini normalitas dilakukan dengan pendekatan grafik. Uji

(61)

Gambar 1. Histogram Uji Normalitas

Gambar 2. Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual

(62)

Residual pada Gambar 2 terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar. Suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila garis yang digambarkan data menyebar atau merapat ke garis diagonalnya (Sulianto, 2011). Dengan demikian data tersebut dikatakan berdistribusi normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi.

2. Uji multikolinieritas

Untuk uji multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai VIF pada tiap independent variable yang dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Nilai Collinearity Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

Independent Variabel Tolerance VIF

Umur .257 3.890

Tingkat Pendidikan .408 2.452

Lama Menjadi Penyuluh .281 3.556

JumlahTanggungan

Keluarga .410 2.436

Total pendapatan .442 2.262

JarakTempat Tinggal ke

WKPP .771 1.296

(63)

Menurut Ragner Frish dalam Supranto (2005) untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat ditinjau dari beberapa hal berikut :

4. nilai toleransi lebih kecil dari 0,1 5. nilai VIF lebih besar dari 10 6. R² = 1

Berdasarkan Tabel 4.6. memperlihatkan bahwa nilai VIF masing-masing variabel berada dibawah 10. Nilai VIF umur sebesar 3,890 < 10, nilai VIF tingkat pendidikan sebesar 2,452 < 10, nilai VIF lama menjadi penyuluh sebesar 3,556 < 10, nilai VIF jumlah tanggungan keluarga sebesar 2,436 < 10, nilai VIF total pendapatan sebesar 2,262 < 10, nilai VIF jarak tempat tinggal ke WKPP sebesar 1,296 < 10 dan tolerance semua input produksi di atas 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa model tidak mengandung multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati

scatterplot. Uji asumsi klasik heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik dapat dilihat pada Gambar 3.

(64)

scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal ini menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan scatterplot jika menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan melihat Gambar 3 menunjukkan bahwa

(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Variasi yang terjadi pada umur, tingkat pendidikan, total pendapatan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dapat menjelaskan variasi tingkat keberhasilan sebesar 86,1%. Dari keseluruhan variasi bebas yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan.

(66)

5.2. Saran

1. Saran untuk pemerintah

Pemerintah diharapkan dapat membantu pelaksanaan kegiatan penyuluhan dengan menyediakan fasilitas yang mendukung berjalannya kegiatan penyuluh pertanian dengan baik. Pemerintah diharapkan dapat menempatkan penyuluh yang berpengalaman didaerah tersebut, sehingga pelaksanaan tugas pokok dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.

2. Saran untuk penyuluh

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Q. 2011. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Dengan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai), Skripsi Jurusan Penyuluhan Komunikasi Petanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Anonimus. 1991. Prosiding, “Temu Karya Ilmiah Perikanan Rakyat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan”. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Pematang Sijonam. 2013. Medan Departemen Pertanian. 2008. Modul Diklat Tugas dan Fungsi Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian. 2009. Dasar Dasar Penyuluhan Pertanian.

Ekstensia. 1999. Otonomi Pertanian Otonomi Penyuluh pertanian. Volume 10 Tahun VI, September 1999, Jakarta.

. 2000. Pengembangan SDM Pertanian dan Swadaya Petani. Volume 12 Tahun VII, September 2000, Jakarta.

Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasyim, Hasman. 2006. Analisis Hubungan Karakteristik Petani Kopi Terhadap Pendapatan

(Studi Kasus di Desa Dolok Seribu Kecamatan Paguran Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal komunkasi Penelitian. Lembaga Penelitian. Universitas Sumatera Utara. Medan. Ilham, T. 2010. Disversifikasi Pangan dan Penyuluhan Pertanian Sebagai Upaya Mewujudkan

Ketahanan Nasional. Kompas. Diakses 3 Oktober 2013.

Irianto, A. 2004. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Kencana. Jakata.

Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Lisa, K. 2009. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Dengan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus di BPP Medan Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara), Skripsi Jurusan Penyuluhan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Tabel                                                    Keterangan
Gambar                                                   Keterangan
gambaran umum
gambaran penyuluh, jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja penyuluh pertanian (performance) merupakan respon atau prilaku individu terhadap keberhasilan kerja yang dicapai oleh individu secara aktual dalam suatu organisasi

mernpelajari penggunaan sumber informasi dan pemanfaatan infomasi oleh penyuluh pertanian di Kabupaten Bogor, dm (5) mengetahui hubungan antara karakteristik penyuluh,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi nelayan tradisional dan petani padi sawah di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian dilakukan

Salah satu bentuk yang dapat dilakukan BP2KP sebagai penyelenggara kegiatan penyuluh pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai dalam meningkatkan kinerja penyuluh pertanian adalah

Sinar Indra Kesuma, MSi dan Anggota Komisi Pembimbing adalah Emalisa, SP, M.Si .Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran penyuluh pertanian di dalam pengembangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan kinerja penyuluh dalam melaksanakan tugas pokok penyuluh pertanian adalah tingkat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara karakteristik penyuluh pertanian dengan kinerjanya dalam pelaksanaan tugas pokok, hal ini

Hasil pengujian koefisien korelasi (rs) = 0,204, artinya korelasi antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh