• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI DESA JETIS KECAMATAN KLATEN SELATAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI DESA JETIS KECAMATAN KLATEN SELATAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI DESA JETIS

KECAMATAN KLATEN SELATAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister

Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Disusun oleh

Sigid Sudaryanto

NIM,S820907024

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ii

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI DESA JETIS KECAMATAN KLATEN SELATAN KABUPATEN KLATEN

TAHUN 2008

Disusun oleh :

Sigid Sudaryanto

NIM,S820907024

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing :

Jabatan

Nama

Tanda Tangan

Tanggal

Pembimbing I

Prof .Dr. Budiyono,MSc

NIP. 130 794 455

……….

…………

Pembimbing II

Prof. Dr. Sigit Santoso,MPd

NIP. 130529725

………..

………….

Mengetahui

Ketua Program Studi

Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

(3)

iii

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat di Desa Jetis

Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten Tahun 2008

Disusun oleh :

Sigid Sudaryanto

NIM : S 820907024

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan

Nama

Tanda Tangan

Tanggal

Ketua

: Prof.Dr. H. Soegiyanto, SU

………

………….

Sekretaris

: Prof. Drs.Indrowuryatno,M.Si

………

………….

Anggota Penguji :

1 Prof .Dr. Budiyono,MSc

………

………….

2 Prof. Dr. Sigit Santoso,MPd

………

………….

Mengetahui

Ketua Program

Studi PKLH

Prof. Dr. Sigit Santoso,MPd

NIP 130529725

………..

…………

Direktur Program

Pascasarjana

Prof.Drs.Suranto,MSc.Ph.D

(4)

iv

Nama

: Sigid Sudaryanto

NIM

: S820907024

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh

Penyuluhan Sampah Mandiri Terhadap Pengetahuan,Sikap dan Perilaku

Masyarakat di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Tahun 2008” adalah

benar-benar karya sendiri

Hal-hal yang bukan karya saya diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar

yang saya peroleh dari tesis tersebut

Surakarta, Januari 2009

Yang membuat pernyataan

(5)

v

Sigid Sudaryanto

, NIM S820907024, 2008, Tesis Influence The

Community Education about own Rubbishe Manage to Improve the

Knowledge, Attitute and Community Practice at Jetis Village, South Klaten

Subdistrict, Klaten District 2008. Population And Environmental

Educational Program Study , Surakarta Goverment University.

Rubbishes are materials or things that have solid character, it can’t

be used anymore or must be thrown away as the results from human

activities. Rise of the rubbishes from day to days to be up accompany

with grow up the human populations and life style, it estimate that each

person produce rubbish 2,97 litlers/day. The average of rubbishes volume

in Klaten district are 871,1 m

3

, that can managed by Civil Enginering

Departemen are 261,1 m

3

(29,98%). Lowness knowledges from people

communities about rubbish management such as throw the rubbishes to

the river, or piles it on places so that causes putired smells.The aim of this

research is to know the influence from

educational

own rubbish

management against the poeple’s knowledge, attitude and practice.

This research is Quasi Experiment research which close by

Group Pretest – Postest with control Design. Total of the sample are 68

persons that devide on 2 groups that are indemand and control group.

Measurement of knowledges, attitudes, and practice from respondent

used by the questioner that have been tested to 40 respondents before

with the result from that questioner are valid and reliale to use.

Knowledge, attitude and practise measurement done twice that is before

and after the educational. The frequention of the educational done 4

times, in May untill September 2008.

Research’s results before the educational the average from

knowledge, attitude and practise in indemand group is lower, but after the

educational

the measurement done the results are higher than the control

group. Data analysed by t test and get t value 3,904 on knowledge,

46,025 on attitude and 5,622 on practice each p<0,05 that means are

different average in knowledge, attitude and practise before and after the

educational on indemand and control group.

(6)

vi

Sigid Sudaryanto, NIM S820907024,Tesis Pengaruh Penyuluhan tentang

pengelolaan sampah mandiri terhadap pengetahuan, sikap dan perolaku

masyarakat Desa Jetis,Kecamatan Klaten Selatan,Kabupaten Klaten

Tahun 2008, Program Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Program Pascasarjana,Universitas Negeri Surakarta.

Sampah adalah benda yang bersifat padat, sudah tidak dipakai

lagi atau harus dibuang sebagai hasil kegiatan manusia. Penimbulan

sampah semakin meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk dan

gaya hidup masyarakat, diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah

2,97 liter/hari. Volume sampah di Kabupaten Klaten rata-ata perhari 871,1

M

3

,yang dapat dikelola oleh Dinas Kebersihan 261,16 M

3

(29,98%).

Rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam

mengelola sampah menyebabkan mereka membuang ke sungai,atau

tempat-tempat tertentu sehingga menimbulkan bau busuk. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pengelolaan sampah

mandiri terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di Desa

Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten.

Penelitian ini merupakan penelitian Experiment Semu dengan

pendekatan One Group Pretest – Postest Design. Jumlah sample

sebanyak 68 responden terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelopok

perlakuan dan kelompok kontrol. Pengukuran pengetahuan, sikap dan

perilaku menggunakan kuaesioner yang sebelumnya dilakukan ujicoba

kepada 40 responden,kuesioner dinyatakan

valid

dan

reliable.

Pengukuran Pengetahuan,Sikap dan Perilaku dilakukan sebanyak 2 (dua)

kali yaitu sebelum dan sesudah penyuluhan, frekuensi penyuluhan

dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada bulan Mei s/d September 2008.

Hasil Penelitian yaitu sebelum dilakukan penyuluhan nilai rata

-rata Pengetahuan, Sikap dan Perilaku kedua kelompok relatif sama,

setelah penyuluhan pada kelompok perlakuan nilai rata-rata

pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok perlakuan menjadi lebih tinggi.

Setelah dilakukan analisis uji beda menggunakan t test tidak terikat

diperoleh t hitung pengetahuan 3,904 (p<0,05), t hitung sikap 46,025

(p<0,05) dan t hitung perilaku 5,622 (p<0,05) hal ini menunjukkan

perbedaan bermakna sebelum dan sesudah penyuluhan.

(7)

vii

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih, karena

berkat Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan

judul “ Pengaruh Penyuluhan Pengelolaan Sampah Mandiri Terhadap

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat di Desa Jetis Kecamatan

Klaten Selatan Kabupaten Klaten “.

Dalam penyusunan tesis penulis mendapatkan banyak bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis

menghaturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H Sigit Santosa, MPd, Ketua Program Studi

Pendidikan

Kependudukan

dan

Lingkungan

Hidup

Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan sebagai

Pembimbing II yang banyak memberikan arahan dalam penyusunan

tesis.

2. Bapak Prof. Dr. Budiyono, MSc, Pembimbing I Penyusunan Tesis

yang telah banyak memberikan arahan dalam penyusunan tesis.

3. Bapak Prof. Dr. H Soegiyanto, SU, Sekretaris Program Studi

Pendidikan

Kependudukan

dan

Lingkungan

Hidup

Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Penguji.

4. Bapak Prof. Drs Indro Wuryatno,MSi, sebagai Penguji yang

memberikan koreksi dan saran untuk perbaikan.

5. Ibu Dr. Lucky Herawati, SKM.MSc, Direktur Politeknik Kesehatan

Depkes Yogyakarta, yang telah memberikan ijin mengikuti Pendidikan

di Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(8)

viii

Kepala Desa Jetis yang telah memberikan ijin melakukan penelitian

untuk penyusunan tesis.

8. Isteri dan anak – anak tercinta yang telah memberikan dukungan

selama penulis mengikuti pendidikan Program Studi Pendidikan

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9. Staf dan Karyawan pada Program Studi Pendidikan Kependudukan

dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan kemudahan

penyusunan tesis.

10. Semua Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kependudukan dan

Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta,

angkatan

September

2007

atas

dukungan

dan

kebersamaan kita selama pendidikan.

Penulis menyadari bahwa tesis tidak sempurna, maka saran yang

kontrukstif sangat penulis harapkan guna perbaikan selanjutnya. Akhirnya

penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna bagi yang

membutuhkan.

(9)

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL

i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI

ii

iii

PERNYATAAN

iv

ABSTRAC

v

KATA PENGANTAR

vii

DAFTAR ISI

ix

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GRAFIK

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………

B. Identifikasi Masalah ………..

C. Pembatasan Masalah ………

D. Perumusan Masalah ………

E. Tujuan Penelitian ………

F. Manfaat Penelitian ………

1

7

9

10

10

11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengetahuan Tentang Sampah ………

2. Sikap Pada sampah ………

3. Perilaku ………

4. Penyuluhan ……….

5. Sampah ………...

6. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

B. Penelitian Yang Relevan ………

C. Kerangka Berpikir ………

D. Perumusan Hipotesis ………

12

12

18

26

29

34

47

60

61

63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………

1. Tempat Penelitian ……….

2. Waktu Penelitian ………

B. Metode Penelitian………

C. Populasi dan Sampel ………

1. Populasi ……….

2. Sampel ……….…..

D. Variabel Penelitian ………

1. Jenis Variabel ………

2. Definisi Operasional Variabel ………

(10)

x

1. Angket ………

2. Langkah Penyusunan angket ………

F. Validitas dan Reliabilitas ……….

1. Validitas ………

2. Relialibilitas ………..

G. Teknik Analisis Data ………

69

72

76

76

79

80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………

2. Kependudukan ………..

3. Karakteristik Responden ………

B. Analisis Data

1. Analisis Deskriptif ………..

2. Analisis Kuantitatif ………

83

83

83

86

95

95

97

C. Pembahasan

102

1. Pengetahuan Responden ………

2. Sikap Responden ………

3. Perilaku Responden ………

102

105

107

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ………

B. Implikasi ……….

C. Saran ………..

111

113

114

(11)

xi

Halaman

Gambar 2.1

Tahapan Penyuluhan ………

32

Gambar 2.2

Hubungan

Penimbulan

Sampah

dan

pembangunan ………..

35

Gambar 2.3

Sistem

dan

Mekanisme

Peranserta

Masyarakat dalam Pengelolaan sampah……

51

Gambar 2.4

Hubungan antar Elemen Fungsional dalam

Sistem Pengelolaan Sampah………

55

(12)

xii

Halaman

Tabel 3.1

Skor Penilaian Sikap Responden …………..

75

Tabel 3.2

Hasil Perhitungan Validitas Pengetahuan tentang

Sampah dan Pengelolaan Mandiri ……….

77

Tabel 3.3

Hasil Perhitungan Uji Validitas Sikap ………

78

Tabel 3.4

Hasil Validitas Perilaku Responden ……….

79

Tabel 3.5

Hasil Uji Normalitas Pengetahuan,Sikap dan Perilaku

responden ………

81

Tabel 4.1

Distribusi Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten

Selatan Kabupaten Klaten berdasar umur dan Jenis

Kelamin……….

84

Tabel 4.2

Distribusi Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten

Selatan Kabupaten Klaten berdasar Pekerjaan ……

85

Tabel 4.3

Distribusi Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten

Selatan Kabupaten Klaten berdasar Pendidikan……

86

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi responden Penduduk Desa Jetis

Kecamatan

Klaten

Selatan

Kabupaten

Klaten

berdasar Pekerjaan………

87

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi responden Penduduk Desa Jetis

Kecamatan

Klaten

Selatan

Kabupaten

Klaten

berdasar Pendidikan………

88

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi responden Penduduk Desa Jetis

Kecamatan

Klaten

Selatan

Kabupaten

Klaten

berdasar Umur………

89

Tabel 4.7

Distribusi Tingkat Pengetahuan responden Desa Jetis

Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten ………..

90

Tabel 4.8

Distribusi Sikap responden Penduduk Desa Jetis

Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten ………..

92

Tabel 4.9

Distribusi Perilaku responden Penduduk Desa Jetis

Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten………

94

Tabel 4.10

Distribusi Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sikap

dan Perilaku responden Penduduk Desa Jetis

Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten ………

96

Tabel 4.11

Distribusi Pekerjaan,Pengetahuan,Sikap dan Perilaku

responden Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten

Selatan Kabupaten Klaten ………

97

Tabel 4.12

Tabel t test Pengaruh Penyuluhan Pengelolaan

Sampah Mandiri Terhadap Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Masyarakat di Desa Jetis Kecamatan Klaten

(13)

xiii

Halaman

Grafik 5.1

Pengetahuan Responden Tentang Sampah

dan Pengelolaan Mandiri di desa jetis

Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten

Sebelum dan Setelah Penyuluhan………

104

Grafik 5.2

Sikap Responden Tentang Sampah dan

Pengelolaan Mandiri di desa jetis Kecamatan

Klaten Selatan Kabupaten Klaten Sebelum dan

Setelah Penyuluhan……….

107

Hrafik 5.3

Perilaku Responden Tentang Sampah dan

Pengelolaan Mandiri di desa jetis Kecamatan

Klaten Selatan Kabupaten Klaten Sebelum dan

(14)

xiv

Halaman

Lampiran 1

:

Kuesioner Penelitian Pengaruh Penyuluhan

tentang

Pengelolaan

Sampah

Mandiri

terhadap Pengetahuan,Sikap dan Perilaku

Masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten

selatan Kabupaten Klaten ……….

121

Lampiran 2

:

Data Ujicoba Kuesioner Penelitian Pengaruh

Penyuluhan tentang Pengelolaan Sampah

Mandiri terhadap Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Masyarakat Desa Jetis Kecamatan

Klaten selatan Kabupaten Klaten ……….

128

Lampiran 3

:

Hasil analisis Korelasi Product Moment

ujicoba kuesioner Pengetahuan,Responden

Desa Jetis, Kecamatan Klaten selatan,

Kabupaten Klaten ………...

131

Lampiran 4

:

Perhitungan uji Validitas Variabel

Pengetahuan tentang sampah………..

134

Lampiran 5

:

Hasil Uji Korelasi Product Moment Sikap,

Responden Desa Jetis Kecamatan Klaten

selatan Kabupaten Klaten………..

136

Lampiran 6

:

Hasil Ujibeda Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Responden Desa Jetis Kecamatan

Klaten selatan Kabupaten Klaten pada Awal

dan Akhir Penelitian ………..

139

Lampiran 7

:

Perhitungan Reliabilitas Kuesioner variabel

Pengetahuan tentang sampah………..

140

Lampiran 8

:

Hasil Uji Normalitas Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Responden Desa Jetis Kecamatan

Klaten selatan Kabupaten Klaten pada Awal

dan Akhir Penelitian………...

141

Lampiran

9a-9c

:

Tabel Perhitungan Varian dan Uji T test

Pengetahuan tentang sampah, Sikap dan

Perilaku

Pengelolaan

sampah

mandiri

Responden Desa Jetis Kecamatan Klaten

selatan Kabupaten Klaten………..

142

Lampiran

10a-10c

:

Perhitungan nilai t test Pengetahuan,sikap

dan Perilaku reponden. ……….

145

Lampiran 11

:

Data Pengetahuan tentang sampah, Sikap

dan Perilaku Pengelolaan sampah mandiri

Responden Desa Jetis Kecamatan Klaten

selatan Kabupaten Klaten………

148

Lampiran 12

:

Surat Ijin Penelitian dari Bappeda Kabupaten

(15)

xv

dari Puskesmas Klaten Selatan………

Lampiran 14

:

Materi Penyuluhan Pengelolaan Sampah

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(17)

sampah yang dapat diangkut ke TPA berkisar antara 70 – 85% (http/www.com/Bentra,18-4-2008).

Sampah merupakan salah satu penyebab kerusakan alam dan lingkungan yang menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, terutama dampak terhadap kesehatan, lingkungan hidup dan estetika. Timbunan sampah di lahan-lahan kosong, dapat menimbulkan bau busuk dan mengundang lalat-lalat yang kemudian dapat menjadi vektor penyakit pencernaan. Sampah yang dibuang atau dihanyutkan ke sungai dapat menghambat aliran air sungai sehingga bila musim penghujan datang bisa menyebabkan banjir. Resapan air dari kotoran sampah, juga berpengaruh terhadap kualitas tanah, sehingga tanah di sekitar tempat penumpukan sampah dapat tercemar. Demikian pula sampah-sampah plastik yang tidak mudah terurai oleh tanah, akan mengakibatkan pencemaran tanah. Sampah yang tidak dikelola dengan baik, tidak sekedar berdampak negatif terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup,tetapi juga memberikan kesan negatif bila dipandang dari sudut estetika atau keindahan. Sampah yang berserakan di jalan, halaman rumah, memberikan kesan 'kumuh' bagi lingkungan

(18)

seenaknya membuang sampah sembarangan (Eko Bramono,2007). Hal ini sesuai dengan hasil jajak pendapat yang diselenggarakan Litbang Kompas 26-27 Januari 2005, hasilnya menunjukkan bahwa sikap disiplin dari masyarakat sendirilah dipandang sebagai faktor utama penyebab banjir (51%). Sedangkan faktor peran serta pemerintah dan faktor alam (curah hujan) dianggap hanya oleh 22 dan 27 % responden sebagai penyebab banjir (http/kompas,29-1-2005).

Pada dasarnya mengelola sampah secara baik merupakan tanggung jawab setiap individu manusia yang memproduksi sampah, dalam hal ini sampah padat, yang dapat dihasilkan oleh rumah tangga, industri perusahaan, perkantoran, pabrik, pasar, dan sebagainya. Sehingga sesuai dengan prinsip bahwa sampah harus dikelola sedekat mungkin dengan sumber sampah. Oleh karena itu, berbagai elemen memiliki tanggung jawab untuk turut serta dalam pengelolaan sampah, terutama elemen rumah tangga, yang menurut berbagai sumber merupakan produsen terbesar penimbul sampah padat.

(19)

Kabupaten Klaten 2005:42). Selebihnya, sebanyak 609,94 m3 atau 70,02% diserahkan kepada masyarakat untuk menanganinya. Dalam pengelolaan sampah oleh masyarakat selama ini ditimbun atau di bakar di halaman dan sebagian yang lain dibuang ke sungai atau selokan.

Masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan selama ini belum mendapatkan pelayanan pengelolaan sampah oleh Sub Dinas Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten. Mereka mempunyai kebiasaan membuang sampah di kebun, sebagian lain dibuang ke selokan. Akibat dari pengelolaan sampah yang demikian telah menjadikan lingkungan menjadi kotor dan terkesan tidak sehat.

Mengelola sampah bukan sekedar teknis namun diperlukan knowledge dan attitude,memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang sampah, adanya sikap terhadap sampah dan pengelolaan sampah secara benar sehingga menumbuhkan perilaku dan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah secara mandiri (Satriadharma, 2008). Penyuluhan kepada masyarakat menjadi sangat penting agar masyarakat dapat mempunyai pengetahuan tentang pengelolaan secara benar, sikap terhadap pengelolaan sampah yang semakin positif dan perilaku pengelolaan sampah.

(20)

yakni hanya 29,98% saja dari total sampah yang dapat ditangani. Persepsi masyarakat bahwa pengelolaan sampah adalah tanggung jawab pemerintah harus dirubah. Demikian pula adanya persepsi masyarakat mengenai kebersihan lingkungan haruslah meningkat tidak sekedar memperhatikan kebersihan sekitar rumahnya saja, tetapi juga harus ada kesadaran bahwa kebersihan lingkungan sekitar juga mendukung terciptanya kebersihan rumah. Dengan pengelolaan sampah mandiri yang baik akan dapat menciptakan rumah yang indah dalam lingkungan yang bersih.

Upaya yang baik untuk mengatasi masalah besarnya sampah adalah dengan menangani sampah langsung pada sumbernya, yaitu rumah tangga sebagai penghasil sampah terbesar. Upaya-upaya ini telah menjadi salah satu alternatif yang telah dilakukan di beberapa negara, terutama yang memiliki penduduk cukup padat, dengan beralih pada manajemen pengelolaan sampah yang lebih baik dengan pendekatan partsipatif (participatory), yaitu melalui proses pemilahan sampah pada sumbernya, dengan cara meminimalkan penimbulan sampah (reducer), pemanfaatan sampah (reuse) dan daur ulang (recycle).

(21)

dua kali produksi sampah tahun 1960. Sekitar 30% sampah didaur ulang, 15% dibakar, dan 56% dibuang ke TPA. Pada tahun 1999, daur ulang dan pengomposan mengurangi 64 juta ton sampah yang seharusnya dikirim ke TPA.Sekarang ini,prosess daur ulang dilakukan terhadap 30% produksi sampah. Persentase ini meningkat dua kali lipat dibandingkan kondisi 15 tahun yang lalu. Jumlah TPA berkurang dari 8.000 lokasi pada 1998 tinggal menjadi 1.858 lokasi pada tahun 2001 dengan kapasitas yang relatif sama. (Noorkamilah,2005:4)

(22)

karya cipta seperti membuat lukisan di tong-tong sampah dan tempat pembuangan sampah.

Mengingat begitu pentingnya pengelolaan sampah guna menjaga lingkungan hidup bagi kelangsungan dan kesehatan manusia, maka penulis mencoba untuk mengadakan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan tentang lingkungan dan menumbuhkan sikap terhadap lingkungan untuk berpartispasi melakukan pengelolaan sampah secara mandiri di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten. Tujuan jangka menengah dari penyuluhan yang dilakukan adalah terbentuknya budaya dan perilaku pengelolaan smpah secara mandiri, tujuan jangka panjang adalah terwujudnya lingkungan yang bersih dan sehat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis dapat mengemukakan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Aktivitas penimbulan sampah semakin hari semakin bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk dan gaya hidup masyarakat. Pada tahun 2007 di Kabupaten Klaten jumlah sampah yang dihasilkan kira-kira setiap hari sebanyak 871,1 m3, yang dapat ditangani oleh Sub Dinas Kebersihan kira-kira 261,16 m3 atau 29,98%.

(23)

sampah. Disamping itu, juga mungkin disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang sampah dan pengelolaannya, sikap terhadap sampah yang kurang baik, sehingga tidak mengelola sampah dengan benar.

3. Sikap terhadap sampah antara manusia yang satu dengan yang lain berbeda. Seseorang yang memiliki sikap positif terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan mempunyai kecenderungan lebih peduli tehadap pengelolaan sampah. Apakah ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah mandiri di Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten? 4. Pengelolaan sampah secara mandiri berbasis lingkungan memberikan

keuntungan ekonomi, memberikan keuntungan ekologi yaitu berupa kebersihan lingkungan dan keindahan, serta keuntungan sosial. Apakah penyuluhan berpengaruh terhadap pengetahuan tentang sampah, sikap terhadap pengelolaan sampah dan perilaku masyarakat melakukan pengelolaan sampah mandiri di Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten?

(24)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis dapat menyusun pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan adalah kegiatan untuk menyampaikan informasi berkaitan dengan jenis sampah, sumber sampah, bahaya yang timbul dari sampah yang tidak dikelola dengan baik, cara-cara pengelolaan sampah .

2. Sikap tentang pengelolaan sampah adalah suatu keadaan masyarakat yang memiliki pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif) dan kecenderungan (konatif) untuk mendukung atau memihak terhadap usaha-usaha yang telah, sedang, dan akan dilakukan untuk mengelola sampah secara mandiri, meliputi jenis sampah,sumber-sumber sampah, bahaya sampah yang tidak dikelola dengan baik, cara-cara pengelolaan sampah, dan keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan sampah mandiri.

3. Pengetahuan tentang sampah dan pengelolaan sampah mandiri adalah segala sesuatu yang diketahui oleh masyarakat untuk mendukung pengelolaan sampah mandiri yang tercermin pada pengetahuan jenis sampah,sumber-sumber sampah, bahaya sampah yang tidak dikelola dengan baik, cara-cara pengelolaan sampah, dan keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan sampah mandiri.

(25)

rumah tangga. Selanjutnya sampah organik dibuat kompos sedangkan sampah anorganik dikumpulkan pada suatu tempat menjadi milik bersama.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut diatas dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

Apakah terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan pada masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten sebelum dan sesudah diadakan penyuluhan pengelolaan sampah mandiri?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang:

1. Pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan tentang sampah dan pengelolaan sampah mandiri pada Kelompok Perlakuan masyarakat Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten.

2. Pengaruh penyuluhan terhadap sikap pada sampah dan pengelolaan sampah mandiri pada Kelompok Perlakuan masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten.

(26)

F. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat tentang:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan tentang sampah dan pengelolaan sampah mandiri dan sikap terhadap sampah dan pengelolaan sampah mandiri serta perilaku pengelolaan sampah mandiri dalam masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Masukan bagi Pemerintah Daerah untuk mengetahui keberhasilannya dalam program penyuluhan bagi masyarakat khususnya dalam pengelolaan sampah mandiri.

b. Masukan bagi Pemerintah Daerah dalam menentukan kebijakan dan strategi pengelolaan di bidang Kependudukan dan Lingkungan Hidup khususnya tentang pengelolaan sampah mandiri.

c. Bahan acuan dan informasi bagi masyarakat pada umumnya tentang pengelolaan sampah mandiri bagi kelestarian lingkungan hidup.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengetahuan Tentang Sampah

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari suatu usaha untuk tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan melalui panca indera terutama penglihatan dan pendengaran terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang, sehingga perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku baru disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) atau sebaliknya (Soekidjo Notoatmodjo 2003:122)

(28)

Hakekat dari pengetahuan menurut Jujun S Surisumantri (1998:104) adalah sebagai berikut:

"Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Bahkan seorang anak kecilpun telah mempunyai pegetahuan sesuai dengan tahap pertumbuhan dan kecerdasan".

Manusia adalah satu-satunya mahkluk yang dapat mengembangkan pengetahuannya sehingga manusia akan mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik mana yang buruk, serta mana yang indah dan mana yang tidak indah. Selanjutnya dengan kemampuan menalar yang dimiliki, manusia akan menentukan pilihan terhadap apa yang akan diperbuat.

Manusia selalu dituntut mengembangkan pengetahuannya dalam mengatasi kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Manusia memikirkan hal-hal baru, mengembangkan kebudayaan, memberi makna kepada kehidupan, memanusiakan diri dalam hidupnya yang kesemuanya itu pada hekekatnya untuk mencapai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya.

(29)

dengan benda lain sampah memerlukan penanganan agar dapat dipergunakan dan tidak menimbulkan masalah.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa: "Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya". Ruang merupakan sesuatu dimana berbagai komponen lingkungan hidup termasuk didalamnya keberadaan sampah yang menempati dan melakukan proses. Dengan demikian dimanapun terdapat komponen lingkungan hidup maka disitu terdapat ruang yang mengitarinya, sehingga antara ruang dan komponen lingkungan merupakan satu kesatuan (Supriadi, 2006 : 338).

(30)

yang dapat muncul pada masa-masa berikutnya, manusia memiliki cara untuk menyeleksi pengetahuan mana yang cocok untuk memecahkan persoalan dalam kehidupannya. Dengan demikian pengetahuan itu dapat terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi itu sendiri.

Pengetahuan merupakan hasil dari kegiatan keilmuan (pikiran) yang mengkombinasikan sensasi-sensasi pokok (Jujun S Surisumantri. 1998:57). Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang secara empiris sesuai dengan objeknya. Manusia mencari pengetahuan dengan harapan dapat membantu memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya. Pengetahuan termasuk aspek kognitif dalam psikologi

Menurut Bloom dan kawan-kawan dalam Soekidjo Notoatmodjo (2005:50) ranah kognitif (cognitive domain) meliputi : 1) pengetahuan (knowledge); 2) pemahaman (comprehension); 3) penerapan (application); 4) sintesis (synthesis); 5) Analisis (analysis); 6) evaluasi (evaluation). a. Mengetahui (know)

(31)

tangga dapat menyebutkan jenis sampah, sumber-sumber sampah, hubungan sampah dengan kesehatan lingkungan, dll

b. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek, harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan masalah kesehatan

c. Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil. Aplikasi di sini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat melakukan berbagai kegiatan untuk pengelolaan sampah

d. Analisis (analysis)

(32)

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya kepala keluarga bisa melakukan evaluasi hasil kegiatan pengelolaan sampah mandiri.

Selanjutnya bagi masyarakat yang belum mengetahui cara pengelolaan sampah seagai unsure lingkungan, dapat diberikan penyuluhan oleh pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1982 Pasal 9 yang berbunyi: "Pemerintah berkewajiban menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggung jawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui penyuluhan, bimbingan, pendidikan dan penelitian tentang lingkungan hidup"

(33)

pengetahuan konvensi; 2) pengetahuan kecenderungan, 3) pengetahuan klasifikasi dan kategori, 4) pengetahuan tolok ukur, 5) pengetahuan metodologi; dan c) pengetahuan hal-hal umum.

2. Sikap pada Sampah

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya disadari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai reaksi terhadap objek sikap (Soekidjo Notoatmodjo,2003:24)

(34)

objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek , maka proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap juga berjalan dengan pengetahuannya.

Sak 1972 dalam Saifuddin Azwar (1988:9-11) salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Oleh karena itu masalah pengukuran sikap mendapat perhatian khusus. Beberapa karakteristik (dimensi) sikap yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitasnya. Selanjutnya dimensi tersebut dapat diuraikan, yaitu :

a. Sikap mempunyai arah

Artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuannya apakah setuju atau tidak, apakah mendukung atau tidak, apakah memihak atau tidak terhadap suatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap yang berarti memiliki sikap yang arahnya positif. Sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif.

b. Sikap memiliki intensitas

(35)

sama tidak sukanya terhadap sesuatu yaitu sama-sama memiliki sikap yang searah negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Orang pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju. Begitu juga sikap yang positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai dari agak setuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim .

c. Sikap memiliki keluasan

Artinya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap. Seseorang dapat mempunyai sikap favorable terhadap kegiatan pengelolaan sampah yaitu pada semua aspek penimbulan, pemisahan dan penyimpanan. Sedangkan orang lain mungkin mempunyai sikap positif yang lebih terbatas (sempit) dengan hanya setuju terhadap aspek-aspek tertentu saja pada kegiatan pemisahan sampah.

d. Sikap memiliki konsistensi

(36)

bersikap tidak sama tingkatnya pada setiap diri individu dan setiap objek sikap. Sikap yang tidak konsisten, tidak menunjukkan kesesuaian antara pernyataan sikap dan perilakunya. Sikap yang mudah berubah dari waktu ke waktu sulit diinterpretasikan dan tidak banyak berarti dalam memahami serta memprediksi perilaku individu yang bersangkutan.

e. Sikap spontanitas

Yaitu menyangkut kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka, tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya. Dalam berbagai bentuk skala sikap yang umumnya harus dijawab dengan “setuju” atau “tidak setuju”, spontanitas sikap ini pada umumnya tidak dapat dilihat.

(37)

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut .

Sikap mempunyai peranan di dalam pola-pola tingkah laku manusia yang merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu hal atau suatu obyek tertentu. Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (infavourable) pada obyek tersebut (Berkowitz dalam Saifuddin Azwar, 1988:4).

Ciri-ciri sikap antara lain :

1) sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan manusia dalam hubungan dengan obyeknya;

2) sikap dapat berubah-ubah sehingga dapat dipelajari;

3) Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek;

4) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

(38)

dengan individu lain di sekitarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri terutama dalam bentuk selektivitas terhadap rangsang dari luar, dan faktor ekstern yang merupakan faktor di luar manusia terutama situasi dan kondisi pada saat sikap dibentuk. Menurut Mann 1969 dalam Saifuddin Azwar (1988:24-30)) sikap dapat dibentuk atau berubah melalui berbagai cara sebagai berikut :

a. Adopsi: kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus lama kelamaan secara tertahap di serap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.

b. Diferensiasi: dengan berkembangnya intelejensi, bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap obyek tersebut dapat dibentuk sikap tersendiri pula.

c. Integrasi: pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.

d. Trauma: adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

(39)

semakin sulit pula menafsirkan indikator sikap seseorang. Dalam kenyataannya tidak semua faktor harus dipenuhi untuk membentuk suatu sikap, kadang-kadang satu atau dua faktor sudah cukup. Tetapi makin banyak faktor yang ikut mempengaruhi, semakin cepat terbentuknya sikap.

f. Pengertian lain tentang sikap menyebutkan bahwa sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu obyek. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap yang berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen afektif merupakan perasaan yang manyangkut aspek emosional. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komponen kognitif adalah kepercayaan atau beliefs, komponen afekktif adalah berkaitan dengan emosional atau perasaan dan komponen konatif adalah terkait dengan perilaku atau tindakan seseorang.

g. Sesungguhnya sikap dapat dipahami labih daripada sekedar seberapa memihak atau seberapa tidak memihak perasaan seseorang, lebih daripada sekedar seberapa positif atau seberapa negatifnya. Sikap dapat dipahami dari karakteristik.

(40)

kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap, komponen afektif yang menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap dan komponen konatif yang menunjukkan bagaimana prilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada pada diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya, seperti dikemukakan oleh Fazio dan Zanna (1981) bahwa pembentukan sikap melalui pengalaman langsung lebih berhasil daripada sikap yang terbentuk melalui proses belajar lainnya (Sarlito Wirawan Sarwono, 2005: 254).

Dikaitkan dengan uraian di atas, maka yang dimaksudkan dengan sikap pada penelitian ini yaitu sikap tentang sampah dan dihubungkan dengan pengelolaan sampah mandiri oleh masyarakat memiliki indikator-indikator yang meliputi penimbulan sampah, hubungan sampah dengan kesehatan, cara pengelolaan sampah (kognitif), perasaan suka atau tidak suka dalam pengelolaan sampah mandiri, terpaksa atau tidak terpaksa, kesukaran dan kemudahan memenuhi kebutuhan peralatan untuk pengelolaan sampah mandiri (afektif) dan usaha-usaha yang sedang dan akan dilakukan untuk memenuhi pengelolaan sampah mandiri sehari - hari (konatif) masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten.

(41)

konsep diri yang berhubungan dengan kepribadian seseorang. Konsep diri merupakan stuktur yang tersusun dari self atau "aku" yang dapat berfungsi sebagai subjek dan objek. Melalui pengembangan pengalaman dan pengaruh lingkungan sosial konsep diri tumbuh dan berkembang membentuk gambaran diri dan ciri-ciri diri. Proses perkembangannya mengalami abstraksi dan seleksi, sehingga tersusun konsep diri yang mempunyai ciri kompleks atau multidimensional. Konsep diri memiliki ciri dinamis, karena terbentuk dari unsur-unsur yang afektif, maka konsep diri seseorang dapat dinilai positif atau negatif. Menurut pandangan fenomologi, konsep ini tersusun dari persepsi diri yang mengandung makna khusus dalam proses penghayatan, sehingga konsep diri juga dapat bersifat subjektif.

3. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Pengertian perilaku menurut Skiner (1938) dalam Soekidjo Notoatmodjo (2005;43) adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus – Organisme – Respon, yang lebih dikenal dengan teori “ S - O - R”. Selanjutnya Skiner (Bimo Walgito 2006:17) membedakan perilaku menjadi dua yaitu :

(42)

bau tidak sedap maka seseorang akan menutup hidung atau bila mendengar bunyi yang keras/bising akan menutup telinga.

b. Operant respon atau instrumental yakni perilaku yang dibentuk melalui proses belajar, seseorang akan bertindak terhadap stimuli setelah ia mengerti dan memahami tetang fungsinya.

Selanjutnya berdasarkan teori “S–O–R“ Skiner (Notoatmojo, Soekidjo,2003: 115) membedakan perilaku menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup (Covert behavior) yaitu bila respon yang diberikan terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati oleh orang lain (unobservable behavior). Respon seseorang pada obyek masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,persepsi,pengetahuan dan sikap terhadap stimulus. Bentuk perilaku tertutup yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap, misalnya seseorang tahu tentang pentingnya mengelola sampah.

b. Perilaku terbuka (Overt behavior) yaitu respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik yang dapat diamati orang lain (Observable behavior), misalnya seseorang melakukan pemilahan sampah.

(43)

perilaku merupakan fungsi atau tergantung pada lingkungan dan organisme bersangkutan.

Menurut Bandura (Bimo Walgito,2006:17) dan Halohan (Sarlito Wirawan Sarwono,2005:33) bahwa ada hubungan timbal balik antara perilaku seseorang dan lingkungan, hal ini mengandung pengertian bahwa perilaku seseorang dapat berpengaruh pada lingkungan, sebaliknya lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

b. Pembentukan perilaku

Seperti telah diuraikan diatas bahwa perilaku manusia kebanyakan berupa operant respon yang perubahan dan pembentukannya sebagai hasil belajar, maka ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk untuk membentuk perilaku seseorang yang dikembangkan oleh Kohler (Bimo Walgito,2006:18-19) yaitu :

a. Pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan

Yaitu pembentukan perilaku seseorang dengan cara membiasakan diri seperti yang diharapkan. Cara ini dikembangkan oleh Pavlov, Thorndike dan Skiner. Dalam hal pengelolaan sampah dalam penelitian ini responden diarahkan untuk mempunyai kebiasaan memisahkan sampah organic dan anorganik.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (Insight)

(44)

penelitian ini untuk membentuk perilaku pengelolaan sampah mandiri maka responden diberikan penyuluhan agar masyarakat mempunyai pengertian dan pengetahuan tengtang sampah dan cara pengelolaan secara mandiri. Pembentukan cara ini dikembangkan oleh Kohler.

c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Cara pembentukan perilaku ini dilakukan dengan cara memberikan contoh atau model. Model yang biasanya diikuti oleh masyarakat adalah perilaku para tokoh. Dalam penelitian pengelolaan sampah mandiri ini sebagai model adalah para Ketua RT dan RW.

Soekidjo Notoatmodjo (2003:120) mengemukakan bahwa perubahan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh 2 determinan perilaku yaitu 1) determinan internal (sifat – sifat bawaan) seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional dll dan 2) derterminan ekternal yaitu faktor dari luar seperti lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi. Selanjutnya perubahan perilaku juga dipengaruhi oleh pengetahuan,sikap yang diperoleh.

4. Penyuluhan

a. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan merupakan kegiatan penunjang yang sangat penting untuk mencapai tujuan. Penyuluhan dilakukan hampir pada setiap bidang, sehingga ada beberapa pengertian berkaitan dengan penyuluhan antara lain :

(45)

perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya dalam Undang – Undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan, bahwa pengertian penyuluhan adalah proses pembelajaran/pendidikan non formal bagi pelaku utama dan pelaku usaha pertanian agar mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang baik guna menyelesaikan permasalahan untuk mencapai kesejahteraan manusia (Kartono, 2008).

b. Departemen Kehutanan (2002) merumuskan Penyuluhan Kehutanan adalah proses perubahan perilaku masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan untuk mencapai kejahteraan.

c. Departemen Sosial (2007) memberikan definisi penyuluhan adalah suatu bentuk komunikasi antar manusia secara langsung atau tidak langsung, untuk memberikan informasi mengenai kebutuhan dan masalah sosial serta sumber – sumber dan potensi sosial yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah.

(46)

bisa dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila diperlukan (Nasrul Effendy, 1998 ; 233). e. Menurut Azrul Azwar dalam Ircham Machfoedz dan Eko Suryani (2007

;15) Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarluaskan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas maka yang dimaksud penyuluhan dalam penelitian ini adalah upaya memberikan informasi, pesan untuk pengalaman belajar bagi perorangan, kelompok dan masyarakat agar mempunyai pengetahuan tentang sampah, persyaratan kesehatan pengelolaan sampah, cara pengelolaan sehingga timbul sikap positif yang pada akhirnya mau ikut serta dalam kegiatan pengelolaan sampah secara mandiri.

b. Langkah-langkah Penyuluhan

Menurut Ircham Machfoedz dan Eko Suryani (2007:63-74) agar penyuluhan yang kita lakukan dapat berhasil dan mencapai sesuai dengan tujuan yang dikehendaki maka dalam perencanaan perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut

a. Mengenal masalah, masyarakat dan wilayah

(47)

dan tindakan individu, kelompok dan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Selain itu juga perlu diketahui tentang karakteristik penduduk seperti tingkat pendidikan, norma setempat, jumlah penduduk, pekerjaan dan pola partisipasi. Hubungannya dengan wilayah yang perlu diketahui adalah daerah terpencil, daerah perbatasan,daerah pedesaan atau daerah perkotaan.

b. Menentukan prioritas

Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah yang akan dipecahkan. Dalam penelitian ini ditentukan bahwa prioritas yang menjadi pokok bahasan adalah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah.

c. Menentukan Tujuan

Secara sederhana tahapan penyuluhan dapat digambarkan sebagai berikut :

[image:47.612.145.511.464.531.2]

PK

Gambar 2.1 : Tahapan Penyuluhan

Seperti nampak pada skema tersebut bahwa tujuan penyuluhan jangka panjang adalah terciptanya kebersihan lingkungan, tujuan jangka menengah adalah perilaku yang baik dalam pengelolaan sampah mandiri dan tujuan jangka pendek adalah adanya pengetahuan, sikap dan norma yang baik dalam pengelolaan sampah mandiri.

PKM Kelompok sasasan

Hasil Antara : Pengertian,Si kap dan

Norma

Perilaku mengelola sampah

(48)

d. Menentukan sasaran Penyuluhan

Dalam penyuluhan yang dimaksud dengan sasaran penyuluhan adalah kelompok sasaran yaitu kelompok masyarakat yang diharapkan dalam kegiatan yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini sebagai kelompok sasaran adalah ibu rumah tangga karena kelompok ibu merupakan pelaksana atau orang yang paling dekat dengan sampah rumah tangga. Selain itu sebagai kelompok sasaran yang diharapkan dapat membantu dalanm kegiatan ini adalah ketua RT, Ketua RW dan orang-orang yang telah ditunjuk oleh kelompok.

e. Menentukan isi penyuluhan

Setelah tujuan dan sasaran ditentukan maka dapat dirumuskan isi penyuluhan. Dalam menyusun isi penyuluhan perlu dipahami dasar-dasar komunikasi sehingga isi penyuluhan mudah ditangkap dan dipahami.

f. Menentukan Metode penyuluhan

Setalah isi penyuluhan disusun, maka perlu dirancang cara untuk menyampaikan pesan-pesan kepada sasaran agar tujuan penyuluhan tercapai. Untuk tujuan pengertian metode yang dipergunakan dapat berupa penyuluhan lesan atau tertulis. Jika tujuannya untuk mengembangkan sikap positif maka metode yang cocok untuk penyuluhan adalah secara visual. Sedangkan untuk tujuan ketrampilan maka penyuluhan dilakukan dengan cara keterlibatan.

(49)

Penggunaan media dimaksudkan untuk mempermudah penyampaian pesan. Media yang biasa dipergunakan dalam penyuluhan adalah leaflet, poster dll. Sesuai dengan tujuan penyuluhan dalam penelitian ini maka media yang dipergunakan selain leaflet, juga visualisasi serta latihan langsung.

h. Membuat Jadwal pelaksanaan

Setelah pokok-pokok kegiatan penyuluhan ditetapkan, termasuk waktu, tempat dan pelaksanaannya maka perlu dibuat jadwal, selain dipergunakan sebagai alat untuk monitoring, penyusunan jadwal dapat dipergunakan untuk mengendalikan kegiatan dan kendala.

5. Sampah

a. Sampah dan Kesejahteraan Sosial

Sebelum membahas mengenai sampah, akan diulas sekilas terlebih dahulu tentang lingkungan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masalah sampah. Lingkungan, oleh beberapa ahli diberi pembatasan sebagai segala sesuatu atau kondisi, yang ada di sekeliling organisme atau kelompok organisme hidup, yang mempengaruhi perkembangan kehidupannya (Sudarso,1985:2). Dari lingkunganlah sumber-sumber penghidupan manusia berasal, sehingga ada keterkaitan yang erat antara manusia dengan lingkungannya.

(50)

perubahan dalam lingkungan itu sendiri lebih banyak ditentukan sikap maupun perlindungan manusia terhadap alam dan lingkungannya.

Dalam konteks pembangunan sosial, terdapat hubungan yang erat antara pembangunan dengan masalah lingkungan. Lingkungan (ecology) merupakan satah satu prinsip dasar yang harus dipertimbangkan- dalam pengembangan. Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan yang sering muncul terkait dengan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan, karenanya belakangan ini sampah mendapatkan perhatian yang cukup serius terutama di kota-kota besar memasukkan sampah kedalam masalah tersendiri yang cukup serius dalam bidang ilmu kesejahteraan sosial (Suwito,1987:4), hubungan penimbulan sampah dan pembangunan seperti terlihat pada gambar 2.2 berikut :

Dalam skema tersebut nampak bahwa terdapat suatu kaitan antara komponen yang satu dengan lainnya, terutama antara teknologi, lingkungan, sampah dan kesejahteraan manusia. Oleh sebab itu agar

Lingkungan

SDM

SDA

Sampah IPTEKS

Jasa

Barang

(51)

upaya dalam mencapai kesejahteraan benar-benar terwujud, maka komponen-komponen tersebut perlu dijaga keseimbangannya.

Sebagai sesuatu yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia, maka sampah merupakan limbah yang tidak hanya dihasilkan dari level yang paling kecil, yakni rumah tangga, tetapi juga dihasilkan dari limbah industri perusahan-perusahaan multinasional, yang kemudian menjadi masalah lingkungan yang cukup rumit dari tingkat rumah tangga, komunitas, kota dan bangsa, bahkan dunia. Terlebih tahun 2025 telah dicanangkan sebagai tahun zero waste (bebas sampah) dunia. Dengan demikian, mengelola sampah menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat dewasa ini. Bahkan Inoguchi,Takashi, dkk (2003:5) menyebutkan bahwa mengelola sampah merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh masyarakat yang berwawasan ekologi. barangkali Indonesia perlu belajar dari Tokyo yang menyebut salah satu indicator masyarakat berwawasan ekologi adalah; sebuah masyarakat yang berusaha kembali ke alam dengan membuang sampah yang telah diolah atau didaur ulang untuk memperkecil beban lingkungan

(52)

RW 04. Hal senada disampaikan Ana (30) warga RT 06 yang lain : "Januari lalu dokter bilang paru-paru saya sudah berlubang. Setelah tahu dimana saya tinggal, dia menyatakan penyakit saya disebabkan tumpukan sampah di dekat rumah" katanya (Hernowo,2005).

Kutipan tersebut hanyalah contoh kecil betapa sampah. yang tidak dikelola dengan baik dapat berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat. Dalam kaitan dengan hal ini, maka berbagai upaya perlu dilakukan agar masyarakat dapat meraih kesejahteraannya (sosial). Kesejahteraan sosial yang dimaksud menurut Midgley,James (2005:19) adalah suatu kondisi sosial dan bukan sekedar kegiatan amal yang dilakukan kelompok-kelompok philantropi, juga bukan bantuan publik yang diberikan pemerintah. Kondisi kesejahteraan sosial akan terjadi ketika keluarga, semua masyarakat mengalami: kesejahteraan sosial. Kesejahteraan Sosial itu sendiri dalam arti yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, yang tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spiritual (Isbandi Rukminto Adi, 2002:40).

(53)

peningkatan taraf hidup individu, keluarga ataupun masyarakat. Sedangkan sebagai suatu kondisi (keadaan) Midgley,James (2005:21), menyebutkan ada tiga elemen utama untuk menciptakan suatu kondisi kesejahteraan sosial, yakni pertama, sejauh mana masalah-mesalah sosial ini diatur, dan sejauh mana kebutuhan-kebutuhan dipenuhi, dan ketiga, sejauh mana kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup dapat disediakan. Ketiga elemen ini berlaku bagi individu,keluarga,kelompok, komunitas bahkan seluruh masyarakat. Ketiga elemen ini selanjutnya dapat bekerja pada level sosial yang berbeda dan harus diaplikasikan ketika sebuah masyarakat secara menyeluruh ingin menikmati apa yang dimaksud dengan kesejahteraan sosial.

(54)

faktor lingkungan (ekologi) yang tidak memenuhi standar sesehatan akibat tercemar oleh sampah yang bertumpuk di sekitar tempat tinggalnya. Dengan demikian, sampah merupakan isu penting yang perlu dikaji lebih jauh dalam kaitannya dengan ilmu kesejahteraan sosial.

b. Pengertian Sampah

Definisi mengenai sampah perlu dikaji untuk memberi batasan dalam penelitian ini. Terdapat beberapa pengertian sampah sebagai berikut :

a. Aminatun (2003) menyatakan sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat, ada yang mudah membusuk dan yang tidak mudah membusuk

b. Didik Sarudji (1985 ; 1) sampah adalah semua benda padat yang timbul dari kegiatan manusia yang dibuang karena tidak digunakan atau tidak diingini lagi oleh pemiliknya.

c. American Public Health Association (APHA) dalam Haryoto Kusnopoetranto (1983:64) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

d. Azrul Azwar (1995:53) sampah adalah benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang sedemikian sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup. e. Departemen Kesehatan RI (1999:2) sampah adalah benda yang tidak

(55)

manusia dan bersifat padat, dan tidak termasuk uangan yang bersifat biologis (human waste).

Dari beberapa definisi tersebut, terdapat beberapa prinsip yang hampir sama bahwa sampah adalah :

- Sesuatu benda, zat padat, atau bahan.

- Benda atau bahan tersebut sudah tidak disenangi, tidak dipakai lagi, dan dibuang.

- Benda atau bahan tersebut merupakan benda-benda sisa atau benda-benda bekas.

- Berhubungan dengan aktivitas manusia - Tidak bersifat biologis.

- Belum memiliki nilai ekonomis.

Adapun pengertian sampah yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu bahan atau benda yang bersifat padat, yang sudah tidak dipakai lagi, atau harus dibuang, sebagai hasil dari aktivitas manusia, yang bukan biologis, belum memiliki nilai ekonomis dan bersifat padat (solid waste).

c. Jenis Sampah

(56)

yang membaginya atas dasar sifatnya, yakni a) jenis sampah yang secara alami mudah terurai (degradable waste) atau sampah yang mudah membusuk,b) sampah yang sukar terurai atau yang tidak mudah membusuk (non-degradable waste),c) sampah yang mudah terbakar (combustible) dan d) sampah yang sulit atau tidak mudah terbakar (non combustible) (Azrul Azwar,1983 dalam Depkes,1999 ;.3).

Dalam Ilmu Kesehatan Lingkungan, pembagian macam sampah yang sering dilakukan ialah dengan membedakan sampah atas :

1. Garbage, ialah sisa pengelolaan ataupun sisa makanan yang mudah memnusuk. Misalnya kotoran dari dapur rumah tangga, restoran, hotel dan lain sebagainya.

2. Rubbish, ialah bahan atau sisa pengelolaan yang tidak mudah membusuk, yang dibedakan 48 bahan yang mudah terbakar seperti kayu, kertas dan yang tidak mudah terbakar seperti kaleng kaca.

3. Ashes, ialah segala jenis abu, misalnya yang terjadi sebagai hasil pembakaran kayu, batu bara di rumah-rumah ataupun industri.

4. Dead animal, ialah segala jenis bangkai terutama yang besar, seperti kuda, sapi, kucing, tikus. Bangkai binatang kecil seperti cecak, lipas tidak termasuk di dalamnya.

(57)

6. Industrial waste, ialah benda-benda padat sisa yang merupakan sampah hasil industri. Misalnya industri kaleng dengan potongan-potongan sisa kaleng yang tidak dapat dipergunakan.

Selain pembagian tersebut, Sudarso (1985:10-12) menambahkan jenis-jenis sampah yaitu:

1. Sampah dari bangunan. Sampah yang terjadi karena penghancuran atau pembangunan suatu gedung.

2. Sampah khusus. Adalah sampah yang sulit untuk diklasifikasikan. 3. Sampah pertanian. Adalah sampah dari tumbuhan/tanaman atau

sampah dari binatang di daerah pertanian.

4. Sampah berbahaya. Bahan kimia, biologi, bahan yang dapat terbakar, dapat meletus atau mengandung radioaktif.

5. Sampah pengolahan air minum/air kotor.

(58)

(a) kebiasaan hidup masyarakat, (b) musim atau waktu, (c) standar hidup, (d) macam masyarakat (e) cara pengelolaan sampah (Azrul Azwar,1995:54). Secara lebih detail menurut Haryoto Kusnopoetranto (1983:70-74) mengidentifikasi 10 faktor yang mempengaruhi jumlah produksi sampah, yakni : 1) jumlah penduduk,2) sistem pengumpulan dan pembuangan sampah yang dipakai,3) pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali, 4) geografi, 5) waktu, 6) sosial ekonomi, 7) musim atau iklim,8) kebiasaan masyarakat,9) teknologi,dan 10) sumber sampah.

Sumber penghasil sampah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis sampah. Maka untuk mengurangi jumlah sampah, perlu diusahakan pengurangan volume sampah sejak dari sumbernya. Sehingga dapat mempermudah dalam pengelolaan tahap selanjutnya.

d. Sumber-sumber Sampah

(59)

umum, 10) dari daerah kehutanan, 11) dari pusat-pusat pengolahan air buangan, 12) dari daerah peternakan dan perikanan.

Sudarso (1985:7-8), mengklasifikasikan sumber sampah dalam beberapa kategori yang lebih sederhana, sebagai berikut :

1. Pemukiman penduduk, seperti keluarga, yang tinggal di kota maupun desa. Sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan, bahan-bahan sisa sari pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish) abu dan sampah-sampah khusus.

2. Tempat-tempat Umum dan tempat perdagangan, seperti toko, rumah-makan/warung, tempat-tempat penginapan, dan sebagainya. Jenis sampah yang dihasilkan dapak berupa sisa-sisa makanan (sampah basah), sampah . kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus dan terkadang terdapat sampah yang berbahaya.

3. Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah, misalnya tempat-tempat hiburan umum (taman), jalan umum, tempat-tempat-tempat-tempat parkir, tempat-tempat pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Tempat-tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering. 4. Industri berat-ringan, seperti pabrik-pabrik produksi bahan-bahan,

(60)

5. Pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah, dapat berupa bahan-bahan makanan yang membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga.

Daerah permukiman penduduk atau rumah tangga menempati posisi tertinggi dalam menyumbang volume sampah. Citra Citra Wardhani (2004:5) mengungkapkan, bila dilihat dari sumbernya, 58% limbah padat berasal dari rumah tangga, 10% dari pasar, 15% dari kegiatan komersial, 15% kegiatan industri dan 2% taman, jalan dan sungai. Data lain ditunjukkan oleh Indonesia Solid Waste Association (InSWA), bahwa penyumbang sampah terbesar di Jakarta berasal dari sampah rumah tangga yang mencapai 15.382 m3. Jumlah ini mencapai 58% dari total sampah yang dihasilkan setiap harinya. Dari puluhan ribu sampah tidak semuanya terangkut dengan baik. InSWA mencatat sekurangnya 3,94% atau, 1.012 m3/hari sampah di Jakarta belum terangkut (Noorkamilah, 2005:29)

(61)

Sebenarnya konsep ini telah diperkenalkan dan diujicobakan di Surabaya, yakni pengelolaan sampah yang memakai dasar 5 R: Reduce, Reuse Recover, Revalue dan Recycle.Reduce adalah mengurangi timbulan sampah pada sumber.Reuse merupakan upaya pemanfaatan kembali sampah atau barang yang sudah tidak berguna lagi,Recover adalah menemukan kegunaan atau manfaat lain dari barang yang sudah hendak dinyatakan sebagai sampah,Revalue yakni memberi nilai dari barang yang akan disampahkan agar dapat dijual sebagai barang bekas layak pakai kepada tukang rombeng,sedangkan Recycle adalah pendaurulangan dari sampah (barang yang tidak berguna) menjadi produk lain yang bernilai ekonomi (Johan Silas, 2003 ;7).

(62)

masyarakat; sebuah penelitian yang dilakukan oleh Totok Noerdianto (2003:7) masih di kota Surabaya, menunjukkan kenyataan bahwa sebagian besar responden (75;45%) sulit untuk mengurangi. timbulan sampah. Meskipun demikian, untuk pelaksanaan daur ulang (recycle) hampir seluruh responden (95,6%) setuju mendaur-ulang sampah.

Beberapa point yang dihasilkan dari sebuah studi di Surabaya tersebut menun

Gambar

Tabel Perhitungan Varian dan Uji T test
Gambar 2.1 : Tahapan Penyuluhan
Gambar 2.3  Sistem dan Mekanisme Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan SampahSumber : Kantor Kementrian Lingkungan Hidup.
Gambar 2.4: Hubungan antara Elemen Fungsional dalam Sistem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan akses tentang pengelolaan sampah dengan perilaku pembuangan sampah pada

Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat Desa Pasirjambu memiliki pengetahuan yang baik tentang sampah, sikap

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “ Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Petugas Terhadap Pengelolaan Sampah Medis6. Puskesmas

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan pendidikan dengan perilaku pengelolaan sampah di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta Metode

Dari hasil analisis hubungan sikap masyarakat dengan pengelolaan sampah pada masyarakat pemukiman penduduk kawasan pesisir yang diperoleh menunjukan bahwa apabila

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar Bauntung Banjarbaru Jenis

Hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh penyuluhan tentang sampah rumah tangga terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat di Desa Pulau Lawas

METODE PELAKSANAAN Pelatihan Pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat melalui bank sampah dilakukan terhadap ibu-ibu yang tergabung pada Kelompok Wanita Tani di Desa Cinanjung..