G. Teknik Analisis Data
2. Kependudukan
Dalam penelitian ini pengelompokan penduduk dibedakan pada beberapa
karakteristik yang diperlukan untuk memberikan gambaran tentang Desa Jetis
dan dapat dipergunakan dalam menganalisa hasil penelitian.
a. Klasifikasi Penduduk berdasar umur dan jenis kelamin.
Jumlah penduduk di Desa Jetis pada tahun 2007 sebanyak 3019 orang
pengelompokan penduduk berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Desa Jetism Kecamatan Klaten Selatan
Kabupaten Klaten berdasar umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007
No
Kelompok
Umur
Laki -laki
Perempuan
Jumlah
Prosen
1
0 – 4
134
128
262
8,70
2
5 – 9
121
107
228
7,55
3
10 – 14
117
134
251
8,31
4
15 - 19
133
164
297
9,84
5
20 – 24
120
115
235
7,78
6
25 – 29
96
160
256
8,48
7
30 - 34
122
119
241
7,98
8
35 – 39
122
138
260
8,61
9
40 – 44
101
116
217
7,19
10
45 – 49
99
97
196
6,49
11
50 – 54
59
60
119
3,94
12
55 – 59
57
52
109
3,61
13
60 - 64
41
73
114
3,78
14
65 <
109
125
234
7,75
Jumlah
1431
1588
3019
100
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Jetis yang
berusia produktif (21 – 55 tahun) yaitu sebanyak 1821 orang (60,32%).
Sedangkan bila dilihat secara kelompok umur jumlah terbesar adalah
kelompok umur 15 – 19 tahun yaitu 297 orang (9,98%).
b. Distribusi Penduduk berdasar Mata Pencaharian
Distribusi penduduk usia kerja (21 – 55 Tahun) di Desa Jetis pada tahun 2007
dikelompokan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan
Kabupaten Klaten berdasarkan Pekerjaan, tahun 2007
No
Mata pencaharian
Jumlah
Prosen
1
Buruh
461
25,32
2
Petani
281
15,43
3
Pedagang
300
16,49
4
Wiraswasta
278
15,27
5
Pegawai Swasta
369
20,26
6
PNS/TNI/Polri
73
4,00
7
Pensiunan
58
3,15
8
Jumlah
1820
100
Sumber data : Monografi Desa Jetis, Tahun 2007
Pada tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa bagian terbesar penduduk
bekerja sebagai buruh 461 orang (25,32%) yang terdiri dari buruh bangunan
dan buruh tani. Penduduk yang mempunyai pekerjaan bersifat mandiri
(pedagang, petani dan wiraswasta) sebanyak 859 orang (47,19%), sedangkan
jumlah penduduk sebagai pegawai (Swasta,PNS/TNI/Polri dan Pensiunan)
sebanyak 500 orang (27,41%).
c. Distribusi Penduduk berdasarkan Tingkat pendidikan
Pengelompokan penduduk Desa Jetis yang berumur lebih 5 tahun
berdasarkan tingkat pendidikan sebagai bberikut :
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan
Kabupaten Klaten berdasarkan tingkat pendidikan, tahun 2007
No
Tingkat Perndidikan
Jumlah
Prosen
1
Tidak Sekolah dan tidak Tamat SD
193
7,00
2
SD
1020
36,99
3
SLTP
877
31,91
4
SLTA
521
18,89
5
Akademi/PT
146
5,21
6
Jumlah
2757
100
Sumber data : Monografi Desa Jetis, Tahun 2007
Berdasarkan data tersebut diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
yang seharusnya mendapatkan pendidikan 2.757 orang, tetapi masih ada
penduduk 193 orang (7,00%) tidak sekolah/tidak tamat SD. Bagian terbesar
adalah masih berpendidikan dasar (SD dan SMP) 1.897 orang atau 58,89%,
pendudk yang mempunyai pendidikan menengah dan tinggi sebanyak 667
orang 24,19%
C. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Ibu/Kepala keluarga, sesuai dengan
rencana jumlah responden adalah 68 orang, yang terdiri sebagai kontrol
sebanyak 34 orang dan kelompok perlakuan 34 orang. Berdasar hasil
penelitian diketahui krakteristik responden sebagai berikut :
1. Jenis Pekerjaan
Mata pencaharian sebagai sumber utama penghasilan kepala keluarga (
responden ) sebagai berikut
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Desa Jetis Kecamatan Klaten
Selatan Kabupaten Klaten berdasarkan pekerjaan, tahun 2007
No
Mata pencaharian
kontrol
perlakuan
jumlah
Prosen
1
Buruh
0
3
3
4,41
2
Petani
9
3
12
17,65
3
Wiraswasta
17
13
30
44,11
4
Pegawai Swasta
6
7
13
19,12
5
PNS/TNI/Polri
2
8
10
14,71
8
Jumlah
34
34
68
100
Dari tabel tersebut diatas diketahui bahwa responden terbanyak mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta 30 orang (44,11%), tetapi dalam penelitian ini
tidak diuraikan bidang pekerjaannya. Selanjutnya adalah karyawan swasta 13
orang (19.12%),
2. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikannya responden dapat dikelompokan sebagai
berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Desa Jetis Kecamatan Klaten
Selatan Kabupaten Klaten berdasarkan Pendidikan, tahun 2008
Responden
Jumlah
No
Pendidikan
Kontrol
Perlakuan
abst
%
1
Tidak Sekolah/
tidak Tamat SD
2
0
2
2,9
2
SD
3
7
10
14,7
3
SLTP
7
6
13
19,1
4
SLTA
18
17
35
51,5
5
Akademi/PT
4
4
8
11,8
6
Jumlah
34
34
68
100
Berdasarkan tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa responden yang
menyelesaikan pendidikan dasar ( SD dan SMP) sebanyak 23 orang atau
33,8%, Jumlah responden yang mempunyai tingkat pendidikan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) adalah 35 orang 51,5%, sedangkan jumlah
terkecil adalah tidak sekolah/tidak tamat SD adalah 2 orang (2,9%). Hasil
penelitian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa semua responden
dapat membaca dan menulis untuk menjawab dan mengisi kuesioner yang
diberikan.
3. Umur
Umur responden yang sangat bervariasi antara umur 26 tahun sampai dengan
52 tahun, maka pengelompokan responden sesuai umur adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Desa Jetis Kecamatan
Klaten Selatan Kabupaten Klaten berdasar umur Tahun 2008
No
Kelompok
Umur
Kontrol
Perlakuan
Jumlah
Prosen
1
26 – 30
1
8
9
13,23
2
31 – 35
7
7
14
20,58
3
36 – 40
6
10
16
23,53
4
41 - 45
11
7
18
26,47
5
46- 50
8
2
10
14,70
6
51 - 55
1
0
1
1,47
5
Jumlah
34
34
68
100
Berdasarkan data pada tabel 4.6 tersebut diatas dapat diketahui bahwa
responden terbanyak berusia 26 - 45 tahun (83,82%). Hal ini memberikan
gambaran bahwa responden masih produktif, dan mempunyai waktu serta
kemampuan untuk mengikuti kegiatan pengelolaan sampah secara mandiri.
2. Tingkat Pengetahuan
Hasil pengukuran pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah
mandiri dilakukan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
Tentang Sampah dan Pengelolaan Mandiri Desa Jetis Kecamatan
Klaten Selatan Tahun 2008
Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan
Responden
Awal
Akhir
Selsh
Awal
Akhir
Selsh
1
60
90
30
60
80
20
2
100
110
10
80
90
10
3
60
100
40
100
120
20
4
90
100
10
100
120
20
5
80
100
10
110
130
20
6
110
120
10
60
90
30
7
100
100
0
100
120
20
8
100
110
10
90
90
0
9
90
90
0
120
130
10
10
120
100
- 20
70
90
20
11
90
110
20
100
130
30
12
70
90
20
110
130
20
13
90
110
20
80
100
20
14
90
90
0
120
140
20
15
90
100
10
70
100
30
16
100
100
0
110
120
10
17
100
110
10
80
110
30
18
80
100
20
100
110
10
19
90
110
20
130
140
10
20
110
120
10
100
110
10
21
90
90
0
120
120
0
22
100
110
10
70
110
40
23
80
90
10
60
80
20
24
80
80
0
90
120
30
25
50
70
20
80
110
30
26
70
90
20
100
100
0
27
80
90
20
70
90
20
28
90
100
10
60
80
20
29
80
90
10
100
130
30
30
90
90
0
70
90
20
31
90
100
10
90
110
20
32
80
100
20
70
100
30
33
70
100
30
60
90
30
34
80
100
20
100
110
10
Rata-rata
86,77
98,24
10,58
87,06
108,53
19,71
Berdasarkan data tabel 4.7 tersebut diatas dapat diketahui bahwa tingkat
pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah mandiri awal
penelitian relatif sama yaitu pada kelompok kontrol adalah 86,76, kelompok
perlakuan 91,18. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek akan mudah
berubah setelah mendapatkan informasi mengenai obyek terseut. Pada
penelitian pemberian informasi dengan metode penyuluhan diberikan pada
kelompok perlakuan. Kemudian dilakukan pengukuran kembali diperoleh hasil
rata-rata pengetahuan kelompok kontrol 98.24 dan kelompok perlakuan
108.53. Peningkatan pengetahuan terjadi pada 1 (satu) orang responden
kelompok kontrol dengan peningkatan 40 nilai. Tidak semua responden
mengalami peningkatan pengetahuan masing – masing 3 orang untuk
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, ada 1 (satu) responden mengalami
penurunan pengetahuan pada kelompok kontrol.
3. Sikap Responden
Sikap responden adalah tanggapan responden terhadap stimulus yang
diterima. Dalam penelitian ini pengukuran skap responden dilakukan 2 (dua)
kali yaitu pada waktu sebelum diberi penyuluhan dan sesudah diberi
penyuluhan pada kelompok perlakuan. Hasil pengukuran dalam penelitian ini
sebagai berikut :
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Sampah dan
Pengelolaan Sampah Mandiri Desa Jetis,Kecamatan Klaten Selatan,
Kabupaten Klaten 2008
Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan
Responden
Awal
Akhir
Selsh
Awal
Akhir
Selsh
1
48
50
2
59
60
1
2
50
49
1
41
47
6
3
50
52
2
59
62
3
4
50
51
1
58
64
6
5
47
49
2
53
56
3
6
47
48
1
45
51
6
7
46
47
1
52
58
6
8
42
44
2
46
56
10
9
44
45
1
46
54
8
10
47
45
-2
56
56
0
11
41
42
1
45
52
7
12
42
44
2
41
56
15
13
48
47
-1
48
57
9
14
56
56
0
43
57
14
15
60
61
1
48
58
10
16
42
47
5
44
51
7
17
54
56
2
38
55
17
18
45
46
1
43
56
13
19
45
45
0
46
56
10
20
39
39
0
59
62
3
21
58
59
1
52
52
0
22
41
42
1
43
58
13
23
64
64
0
46
56
10
24
44
45
1
41
51
10
25
58
59
1
47
56
9
26
54
55
1
48
57
9
27
49
50
1
43
54
11
28
40
42
2
43
55
12
29
49
49
0
45
54
9
30
48
48
0
43
51
8
31
59
59
0
50
60
10
32
49
49
0
46
59
13
33
51
52
1
56
65
9
34
52
52
0
56
66
10
Rata-rata
48,79
50,68
1,89
47,91
56,41
8,5
Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa pada awal penelitian rata-
rata nilai sikap kelompok perlakuan lebih rendah dari kelompok kontrol yaitu
47,91 dibanding 48,79. Setelah kelompok perlakuan diberi penyuluhan dan
dilakukan pengukuran kembali diperoleh rata-rata nilai sikap pada kelompok
perlakuan menjadi lebih tinggi yaitu 56,41 dibanding 50,68. ini berarti
peningkatan nilai sikap kelompok perlakuan 8,50 (17,74%) dan pada kelompok
kontrol 1,89 (3,87%). Responden yang tidak mengalami perubahan sikap
sebanyak 11 orang ( 9 orang kelompok kontrol dan 2 orang kelompok
perlakuan). Sedangkan 1 (satu) orang pada kelompok kontrol mengalami
penurunan nilai sikap. Sebanyak 15 orang responden pada kelompok
perlakuan mengalami peningkatan sikap antara 10 – 17.
4. Perilaku Pengelolaan Sampah Mandiri
Perilaku sebagai tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari responden
terhadap stimulus yang telah diterima. Perilaku seseorang terhadap suatu
obyek biasanya terbentuk dalam waktu yang sangat lama. Hasil penelitian
perilaku responden terhadap pengelolaan sampah di Desa Jetis Kecamatan
Klaten Selatan, Kabupaten Klaten sebagai berikut.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden dalam Pengelolaan
Sampah Mandiri di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten
Klaten Tahun 2008
Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan
Responden
Awal
Akhir
Selsh
Awal
Akhir
Selsh
1
50
60
10
80
100
20
2
50
70
20
60
80
20
3
70
70
0
70
100
30
4
50
60
10
70
90
20
5
60
70
10
60
80
20
6
80
90
10
70
120
50
7
70
90
20
70
110
40
8
90
90
0
60
80
20
9
110
120
10
70
100
30
10
90
100
10
70
80
10
11
110
120
10
90
90
0
12
50
60
10
70
80
10
13
70
80
10
90
110
20
14
110
110
0
110
120
10
15
60
70
10
100
110
0
16
70
80
10
80
100
20
17
110
110
0
60
80
20
18
80
80
0
70
90
20
19
90
100
10
60
100
40
20
70
80
10
60
90
30
21
110
110
0
70
80
10
22
50
60
10
60
80
20
23
80
90
10
80
100
20
24
70
80
10
70
90
20
25
80
70
-10
80
80
0
26
70
80
10
70
80
10
27
60
90
30
60
90
30
28
110
130
20
70
80
10
29
80
90
10
70
90
20
30
110
120
10
80
100
20
31
90
100
10
60
70
10
32
60
80
20
80
110
30
33
60
70
10
70
120
50
34
110
120
10
90
100
20
Rata-rata
78,82
88,82
10,0
76,18
98,82
22,65
Dari tabel 4.9 tersebut diatas dapat diketahui bahwa pada awal peneltian nilai
rata-rata perilaku kelompok perlakuan 76,18 lebih rendah dibandingkan
kelompok kontrol 78,82. Setalah diberikan penyuluhan pada kelompok
perlakuan dilakukan pengukuran nilai perilaku dan diperoleh rata-rata nilai
pada kelompok perlakuan 98,82 lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol
88,82. Sebanyak 8 responden tidak mengalami perubahan perilaku (6 orang
kontrol dan 2 orang perlakuan), Sedangkan sebanyak 1 orang dari kelompok
kontrol mengalami penurunan nilai rata – rata perilaku.
B. Analisis data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisa deskriptif yang
akan menguraikan/menggambarkan beberapa variabel dan analisis kuantitatif
(t test) untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku
pengelolaan sampah mandiri pada kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan .
1. Analisis deskriptif
a.Tingkat Pendidikan, Pengetahuan,Sikap dan Perilaku.
Tingkat pendidikan berhubungan dengan peningkatan pengetahuan responden
(kontrol dan perlakuan). Secara umum terjadi perubahan/peningkatan
pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah mandiri pada awal dan
akhir penelitian. Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi dan
pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain mempunyai kesempatan
untuk memperoleh informasi dan akses lebih banyak dalam pengelolaan
sampah. Komunikasi dan interaksi responden dengan masyarakat luas dapat
mempengaruhi pengetahuan dan sikap responden,
Tabel 4.10 Tabel Distribusi Tingkat Pendidikan dan Peningkatan Pengetahuan
Responden Tentang Pengelolaan Sampah Mandiri di Desa Jetis, 2008
Rata - rata
Tingkat
Pendidikan
Penget
Sikap
Perilaku
Frekuensi
Prosen
Tidak
Sekolah
/Tidak Tamat SD
80,00
43,00
55,00
2
2,9
Sekolah dasar
81,54
42,57
65,00
10
14,7
SLTP
82.00
46,50
76,15
13
19,1
SLTA
89,43
50,00
78,86
35
51,5
Akademi/PT
96,25
52,25
95,00
8
11,8
Jumlah
87,35
47,91
77,50
68
Dari Tabel 4.10 tersebut diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi
pendidikan responden mempunyai pengetahuan tentang sampah dan cara
pengelolaan mandiri yang lebih baik. Berdasarkan nilai maksimal
pengetahuan yaitu 140, maka dapat diasumsikan bahwa nilai responden yang
berkisar antara 80,00 – 96,25 (rata – rata 87,35) dapat dikatakan cukup. Pada
tabel di atas juga dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendidikan responden
mempunyai kecenderungan sikap yang lebih tinggi, serta perilaku yang baik
dalam pengelolaan sampah.
b. Pekerjaan , Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Sikap seseorang/responden sangat berhubungan dengan pengetahuan dan
lingkungan pekerjaan. Seseorang yang mempunyai pengetahuan tinggi
diharapkan mempunyai sikap yang baik terhadap sampah dan cara
pengelolaan mandiri.
Tabel 4.11 Tabel Distribusi Pekerjaan , Pengetahuan,Sikap dan Perilaku
Responden Tentang Pengelolaan Sampah Mandiri di Desa Jetis Kecamatan
Klaten Selatan Kabupaten Klaten 2008
Rata - rata
Jenis Pekerjaan
Penget
Sikap
Perilaku
Frekuensi
Prosen
Buruh
80,00
51,67
56,67
3
4.41
Petani
89,17
53,25
85,38
12
17.65
Pegawai Swasta
82,33
49,13
78,33
30
44.11
Wiraswasta
92,31
48,15
60,00
13
19.12
PNS/TNI/Polri/Pensiun
96,00
47,70
92,00
10
14.71
Jumlah
87,35
47,91
77,50
68
Jenis pekerjaan responden biasanya mempunyai hubungan dengan luasnya
pengetahuan seseorang pada suatu obyek. Petani merupakan pekerjaan yang
banyak berhubungan dengan sampah organik sebagai bahan pupuk, maka
pengetahuan responden sebagai petani dalam penelitian ini relatif tinggi
(89,17) di atas rata-rata responden yaitu 87,35. Demikian juga pada sikap dan
perilaku petani lebih baik dari jenis pekerjaan lain.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dalam penelitrian ini adalah menggunakan Analisa t test
Sampel independent, yaitu untuk mencari pengaruh antara variabel bebas
yaitu penyuluhan terhadap variabel terikat yaitu pengetahuan responden,
sikap responden dan perilaku responden dalam upaya. Pengelolaan Sampah
Mandiri. Dalam melakukan analisa ini menggunakan Derajat Kepercayaan
95%. Hasil perhitungan analisis t test selengkapnya pada Lampiran 9a-10c :
Tabel 4.12 Hasil t test Pengaruh Penyuluhan Terhadap , Pengetahuan,Sikap
dan Perilaku Responden Tentang Pengelolaan Sampah Mandiri di Desa Jetis
Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten 2008
Komponen
t
hitungt
tabelP
α:5%
Pengetahuan
3,904
1,990
0,000
0,05
Sikap
46,025
1,990
0,000
0,05
Perilaku
5,622
1,990
0,000
0,05
Keterangan :
Karena pada tabel distribusi t tidak terdapat dk = 66, maka nilai t tabel
dipergunakan dari rata-rata dk = 60 yaitu 2,000 dan dk = 120 yaitu 1,980 yaitu
1,990.
a. Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan Responden.
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan masyarakat
tentang sampah dan pengelolaan secara mandiri dilakukan analisa uji beda
perubahan nilai pengetahuan antara kelompok kontrol dengan perlakuan uji t
test sampel independen menggunakan dengan tingkat kepercayaan 95% (α =
0,05). Hipotesa Nol (Ho) tidak ada perbedaan perubahan pengetahuan secara
bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada awal
penelitian dan akhir penelitian.
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui nilai t hitung 3,904 lebih besar dari t tabel
1,990 atau p=0,000 ( p < 0,05) berarti hipotesa nol ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan pengetahuan responden tentang sampah dan cara
pengelolaan mandiri sangat dipengaruhi oleh penyuluhan yang telah dilakukan.
b. Pengaruh Penyuluhan terhadap Sikap Responden
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap perubahan nilai sikap
responden maka dilakukan analisa uji perbedaan menggunakan uji t test
Sampel independen, tingkat kepercayaan 95%. Hipotesa Nol (Ho) yaitu tidak
ada peredaan sikap yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan pada awal dan akhir penelitian. Uji beda ini dilakukan dengan
membandingkan perubahan nilai sikap kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan.
Dari data tabel 4.12 diketahui nilai t hitung 46,025 lebih besar dari t tabel
1,990 atau p=0,000 ( p < 0,05), sehingga Ho ditolak berarti ada perbedaan
sikap secara bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan pada awal
dan akhir penelitian. Peningkatan sikap pada kelompok responden sangat
dipengaruhi oleh penyuluhan yang telah dilakukan.
c. Pengaruh Penyuluhan terhadap Perilaku Responden
Perilaku responden terhadap sesuatu obyek dapat berubah setelah yang
bersangkutan memperoleh informasi baru. Untuk mengetahui perbedaan
perilaku responden kontrol dan responden perlakuan dilakukan uji beda
dengan t test tidak terikat dengan tingkat keprcayaan 95%. Uji beda ini
dilakukan dengan membandingkan besarnya perubahan antara responden
kontrol dan responden perlakuan. Hipotesa Nol (Ho) adalah tidak ada
perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui nilai t hitung 5,622 lebih besar dari t tabel
1,990 atau p=0,000 ( p < 0,05) sehingga Ho ditolak, hal ini membuktikan
bahwa perubahan perilaku responden sangat dipengaruhi oleh penyuluhan
yang telah dilakukan.
d. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Responden
Pengetahuan responden tentang sampah, jenis sampah, dampak negatif
sampah dan cara pengelolaan yang baik akan memudahkan responden dalam
mempersepsikan dan bersikap terhadap sampah. Untuk membuktikan bahwa
peningkatan pengetahuan responden berhubungan dengan peningkatan sikap
responden. maka dilakukan analisis dengan menggunakan uji korelasi product
moment dengan hasil r = 0,291 atau p = 0,016 (p < 0,05) berarti bahwa
peningkatan pengetahuan responden tentang sampah dan cara pengelolaan
mandiri berhubungan dengan sikap responden di Desa Jetis Kecamatan
Klaten selatan Kabupaten Klaten.
e. Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku Responden
Pemahaman seseorang terhadap suatu obyek dapat mempengaruhi
berpeilaku, dalam penelitian ini diperoleh bahwa responden yang mengalami
peningkatan pengetahuan tentang sampah, jenis sampah, dampak negatif
sampah, cara pengelolaan sampah dan sikap terhadap sampah mempunyai
kecenderungan untuk berperilaku lebih baik. Hasil analisis korelasi product
moment antara pengetahuan dengan perilaku adalah r = 0,291 atau p = 0,039
(p<0,05) dan hubungan antara peningkatan sikap dengan peningkatan
perilaku r = 0,410 atau p = 0,001 (p < 0,05) menunjukkan adanya hubungan
antara peningkatan pengetahuan dan sikap dengan peningkatan perilaku
terhadap sampah dan cara pengelolaan mandiri.
Masyarakat akan melakukan tindakan (perilaku) pengelolaan sampah mandiri
apabila didasari oleh pengertian atau pemahaman tentang jenis sampah,
dampak negatif sampah yang tidak dikelola baik, cara pegelolaan sampah
secara benar sehingga menimbulkan sikap positif pada masyarakat.
C. PEMBAHASAN
Masalah sampah sebenarnya masalah klasik di Masyarakat Desa Jetis
Kecamatan Klaten Selatan, namun sebagian masyarakat menganggap hal
yang tidak penting dan pengelolaannya bukan tanggung jawab mereka.
Sampah banyak dibuang ke sungai/parit yang berada di tengah kampung, atau
dibuang di suatu tempat (pinggir kampung), sehingga telah banyak
menimbulkan masalah seperti meluapnya air waktu hujan, menimbulkan bau
dan mengganggu pemandangan, masyarakat tidak menyadari bahwa akibat
lebih lanjut keberadaan sampah yang tidak dikelola dengan baik adalah
sebagai tempat berkembang biak lalat, tikus dan binatang lain berpotensi
menimbulkan penyakit.
Meskipun penyuluhan bukanlah cara baru dalam upaya pemecahan
masalah, upaya pemberdayaan masyarakat termasuk dalam pengelolaan
sampah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan,
sikap dan perilaku responden pada dua kelompok yaitu kelompok kontrol yang
tidak diberikan penyuluhan dan kelompok perlakuan yang diberi penyuluhan.
Metode penyuluhan yang dipergunakan adalah penyuluhan langsung dengan
media bergambar.
Frekuensi Penyuluhan dilakukan sebanyak 4 (empat) kali yang
berlangsung antara bulan Mei sampai dengan September 2008. Pemberian
penyuluhan yang berulang-ulang dimaksudkan agar responden mendapatkan
informasi yang cukup, sehingga menumbuhkan sikap dan perilaku positif
sebagai tujuan penyuluhan tentang sampah dan pengelolaan secara mandiri.
1. Pengetahuan Responden
Pengetahuan responden tentang sampah dan cara pengelolaan yang
baik sangat diperlukan dalam upaya pemecahan masalah sampah.
Pengetahuan responden dapat diperoleh dari hasil penginderaan terutama
karena pendengaran dan penglihatan (Soekidjo Notoatmodjo,2003), disamping
itu pengetahuan seseorang dapat diperoleh karena pengalaman dari berbagai
sumber seperti media massa, media elektronika, membaca buku dan majalah,
atau sebagai hasil berkomunikasi dengan orang lain, misalnya mengikuti
penyuluhan dan sarasehan.
Sebelum penyuluhan tentang sampah dan cara pengelolaan untuk
kedua kelompok penelitian relatif sama, yaitu kelompok kontrol 87,647 dan
kelompok perlakukan 87,06 kemudian dilakukan penyuluhan bagi kelompok
perlakuan. Pada akhir penelitian dilakukan pengukuran pengetahuan pada
kedua kelompok, keduanya menunjukkan peningkatan yaitu kelompok
perlakuan mempunyai nilai 106,76 atau meningkat 19.70 (22,63%) dan
kelompok kontrol mempunyai nilai 98,23 atau meningkat 10.06 (11,48%).
Peningkatan pengetahuan pada kelompok kontrol mungkin diperoleh dari
media masa, dan hasil komunikasi dari orang per orang waktu interaksi baik
dilingkungan kerja maupun di tempat lain. Penyuluhan kepada responden
kelompok perlakuan yang dilakukan berulang-ulang (sebanyak 4 kali) telah
memungkinkan responden untuk menerima informasi yang lebih banyak
sehingga mudah untuk dimengerti (Tabel 4.7).
Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan t test Sampel
independen diperoleh t
hitung= 3,904 > t
tabel= 0,1990 atau p < 0,05. Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan peningkatan pengetahuan yang bermakna
antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada akhir penelitian.
Perbedaan peningkatan pengetahuan ini menunjukkan bahwa penyuluhan
yang pada hakekatnya bentuk komunikasi untuk memberikan informasi
mengenai kebutuhan dan masalah sosial serta sumber dan potensi sosial yang
dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah sampah bagi responden di
Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten mendapatkan
tanggapan positf. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan
pengetahuan pada kelompok perlakuan hanya disebabkan oleh karena
penyuluhan yang diberikan.
Grafik 5.1 Pengetahuan responden tentang sampah dan pengelolaan
sampah mandiri di Desa Jetis Kecamatan Klaten selatan Kelompok Kontrol
dan Perlakuan Pada Awal dan Akhir Penelitian
0
20
40
60
80
100
120
Sebelum
Sesudah
Selisih
Kontrol
Perlakuan
Hasil penelitian sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Supardi
Sudibyo, Dwi Sampurno dan Mulyono Notosiswoyo (1998) tentang pengaruh
penyuluhan obat terhadap peningkatan perilaku pengobatan sendiri yang
sesuai dengan aturan.
Hal-hal yang mungkin menjadi hambatan proses peningkatan
pengetahuan responden antara lain ; rerata umur responden tidak muda
sehingga lambat dalam menerima informasi, pendidikan responden semakin
tinggi tingkat pendidikan lebih mudah untuk menerima pesan yang
disampaikan, tempat dan kondisi penyuluhan yang kurang nyaman dapat
mengganggu serta waktu penyuluhan yang tidak tepat sehingga responden
kadang tidak datang.
2. Sikap
Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif, apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi, maka
seseorang akan mempunyai sikap positif dan menyatakan setuju apabila telah
memahami dan mengerti suatu obyek/maksud, sebaliknya akan memberikan
jawaban tidak setuju pada pernyataan yang mengandung pengertian negatif.
Pengetahuan yang tinggi tentang sampah dan cara pengelolaannya biasanya
akan menjadikan seseorang berkecenderungan untuk bersikap positif. Pada
penelitian ini kuesioner sikap dibedakan menjadi beberapa yaitu tanggapan
tentang cara pembuangan sampah, kesediaan mengikuti kegiatan pengelolaan
sampah dan anggapan tentang sampah.
Pada awal penelitian secara keseluruhan responden di Desa Jetis
Kecamatan Klaten Selatan berdasarkan kuesioner penilaian terhadap sikap
relatif sama yaitu kelompok kontrol 48,79 dan kelompok perlakuan 47.91
Setelah dilakukan penyuluhan bagi kelompok perlakuan kemudian pada akhir
penelitian dilakukan pengukuran sikap maka diperoleh nilai yaitu kelompok
kontrol 50,676 mengalami peningkatan 1.882 (3,857%) dan kelompok
perlakuan 54,941 mengalami peningkatan 7,029 (14,671%) (Tabel 4.8). Kedua
kelompok tersebut mengalami peningkatan nilai sikap. Hal-hal yang dapat
merubah sikap seseorang pada suatu obyek adalah pengetahuan yang dimiliki,
tindakan orang lain yang dapat dijadikan panutan, adanya peraturan dll.
Setelah dilakukan uji beda dengan menggunakan t test Sampel
independen diperoleh nilai t
hitung= 46,025 > t
tabel= 0,1990 atau p < 0,005 ini
berarti ada perbedaan peningkatan nilai sikap yang bermakna antara kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan. Penyuluhan yang dilakukan pada responden
kelompok perlakuan telah menyebabkan peningkatan pengetahuan lebih
besar, sehingga menumbuhkan sikap positif bagi responden. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan sikap pada kelompok perlakuan sangat
dipengaruhi penyuluhan yang dilakukan.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Heny Perbowosari (2004) yang
menyatakan bahwa ada hubungan positif antara pengetahuan dan sikap
responden terhadap pelestarian lingkungan, semakin tinggi nilai pengetahuan
rersponden di Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten
tentang sampah dan cara pengelolaan maka mempunyai nilai sikap yang tinggi
terhadap sampah dan cara pengelolaan.
Hal – hal yang dapat menghambat responden tidak mencapai nilai sikap
maksimal antara lain rerata umur responden yang relatif tidak muda sehingga
mempunyai kecenderungan untuk lebih sulit mengubah sikap dan jenis
pekerjaan responden sebagian besar wiraswasta yang telah terpola dengan
kegiatan ekonomis.
Grafik 5.2 Sikap responden tentang sampah dan pengelolaan sampah mandiri
di Desa Jetis Kecamatan Klaten selatan Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Pada Awal dan Akhir Penelitian
0
10
20
30
40
50
60
Sebelum
Sesudah
Selisih
Kontrol
Perlakuan
Perilaku Responden
Perilaku yang sering diterjemahkan sebagai tindakan sehari – hari merupakan
perwujudan atau pelaksanaan dari pengetahuan atau sikap pada suatu obyek.
Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang tinggi dan sikap yang baik
biasanya akan bertindak sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya.
Pada awal penelitian dilakukan pengukuran perilaku responden,
diperoleh nilai yaitu responden kontrol lebih tinggi 78,824 dan responden
perlakuan 76,177. Nilai perilaku awal bagi responden perlakuan yang lebih
rendah memberikan gambaran bahwa rendahnya pengetahuan dan sikap ada
hubunganya dengan perilaku. Setelah dilakukan penyuluhan bagi responden
perlakuan kemudian dilakukan pengukuran perilaku diperoleh nilai responden
kontrol 88,82 dan responden perlakuan 98,82. Kedua kelompok tersebut
mengalami peningkatan sesuai dengan peningkatan pengetahuan dan sikap.
Perilaku responden kontrol meningkat 10,00 (12,687%) sedangkan responden
perlakuan meningkat 22,65 (29,73).
Peningkatan perilaku responden mengindikasikan bahwa penyuluhan
tentang sampah dan cara pengelolaan mandiri di Desa Jetis Kecamatan Klaten
Selatan mendapatkan sambutan yang baik sehingga masyarakat melakukan
seperti yang diharapkan meskipun belum maksimal.
Grafik 5.3 Perilaku responden dalam pengelolaan sampah mandiri di Desa
Jetis Kecamatan Klaten selatan Kelompok Kontrol dan Perlakuan Pada Awal
dan Akhir Penelitian
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sebelum Sesudah Seliih