• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Isi Pesan Edukasi Dalam Tayangan Kartun Animasi Adit Sopo Jarwo di MNC TV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Isi Pesan Edukasi Dalam Tayangan Kartun Animasi Adit Sopo Jarwo di MNC TV"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

ANETTY HERAWATI 1111051000095

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Analisis Isi Pesan Edukasi Dalam Tayangan Kartun Animasi Adit Sopo Jarwo di MNC TV

Televisi merupakan salah satu media massa yang banyak diminati khalayak. Berbagai macam program ditayangkan dan salah satunya adalah serial animasi. Sekarang ini banyak serial animasi yang menampilkan adegan kekerasan sehingga orang tua harus selektif dalam memilih program yang tepat untuk anak-anak. Namun tidak semua serial animasi menampilkan kekerasan, salah satunya adalah kartun animasi Adit Sopo Jarwo di MNC TV yang kaya akan nilai edukasi.

Melihat dari permasalahan di atas, peneliti memunculkan dua pertanyaan penelitian, yaitu apa saja kategori pada dialog-dialog tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo tentang pesan edukasi dan kategori edukasi apa yang paling dominan dalam tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo.

Penelitian ini menggunakan teori pesan edukasi yang merupakan segala sesuatu yang baik maupun yang buruk yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata laku dalam upaya mendewasakan diri manusia melalui upaya pengajaran.

Untuk melakukan penelitian, peneliti menggunakan analisis isi atau

content analysis. Peneliti mengkategorisasi dan selanjutnya peneliti menggunakan rumus Holsty (1969) untuk mencari koefisien reabilitas kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata perbandingan keputusan antar juri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang mengemukakan ketepatan dan mengidentifikasi isi pesan seperti perhitungan dan penyebutan berulang dari kata tertentu, konsep, tema, atau penyajian suatu informasi. Dengan menggunakan analisis isi kuantitatif, data yang berupa dialog-dialog pada tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo di MNC TV dikategorisasikan menjadi tiga kategori, yaitu kategori religi, kategori moral, dan kategori sosial.

Dari hasil penelitian, peneliti menemukan hasil penting yang menunjukan kategori pesan edukasi dalam tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo. Pesan edukasi yang paling dominan dalam tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo adalah kategori moral yaitu sejumlah 45 dialog (37,5%), selanjutnya kategori sosial yaitu sejumlah 40 dialog (33,33%), dan kategori yang paling rendah adalah kategori religi yaitu sejumlah 35 dialog (29,17%). Kemudian tiga kategori tersebut dibuat turunannya.

Kata Kunci : Analisis Isi, Pesan Edukasi, Kartun Animasi Adit Sopo Jarwo

(6)

ِﻢْﻴِﺣ ﱠﺮﻟا ِﻦَْﲪ ﱠﺮﻟا ِﷲا ِﻢْﺴِﺑ

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna, yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW beserta sahabat dan keluarganya, pembawa misi penyempurna akhlak yang mulia, bagi seluruh ummat manusia di dunia.

Dengan tetap merendahkan hati, peneliti tetap mengharapkan karunia, pertolongan dan petunjuk-Nya, alhamdulillah peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Analisis Isi Pesan Edukasi Dalam Tayangan Kartun Animasi Adit Sopo Jarwo Di MNC TV” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi; Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, SS, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

(7)

3. Kepada ketiga juri dalam penelitian ini, Bapak Dedi Fahrudin, M.Si, Bapak Irfan Nur Hidayat, S.Pd.I, dan Atikah Rahmah yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi juri (koder) menganalisis data skripsi ini.

4. Teruntuk kedua orang tua dan mertua tersayang Bapak Suprayitno (Alm) & Ibu Hj. Sainah, Bapak H. Komarrudin & mama Nawati. Suamiku tercinta Aa Irfan Nur Hidayat, terima kasih atas do’a, dukungan, motivasi serta kasih sayang yang tak terbatas, sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini, juga teruntuk Kakak-kakak dan Adikku terima kasih atas do’a, kasih sayang dan dukungannya.

5. Teman-teman KPI khususnya kelas KPI C 2011 dan teman-teman KKN TSABIT terima kasih untuk waktu kebersamaan kalian, serta semangat dan motivasi dalam menempuh jenjang pendidikan S1. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, semoga Allah SWT membalas niat baik kalian, Aamiin Ya Rabbal’alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 19 September 2016

Anetty Herawati

(8)

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………...……….. ii

DAFTAR ISI ………...………. iv

DAFTAR TABEL ……… vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah………... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 4

D. Tinjauan Pustaka……….. 5

E. Kerangka Konsep………. 7

F. Sistematika Penulisan……….………. 10

BAB II : KERANGKA TEORI A. Pesan Edukasi (Pendidikan)……….. 12

B. Film Animasi………. 18

C. Televisi………... 23

(9)

B. Pendekatan Penelitian……….. 31

C. Subjek dan Objek Penelitian……… 31

D. Jenis Penelitian……….…… 32

E. Metode Penelitian……… 32

F. Sumber Data……… 33

G. Tahapan Penelitian………... 34

H. Analisis Isi……….. 39

I. Populasi Penelitian……….. 42

J. Uji Reliabilitas………... 43

BAB IV : ANALISIS A. Gambaran Umum Kartun Animasi Adit Sopo Jarwo………. 50

a. Karakter Tokoh-Tokoh………. 51

b. Prestasi Adit Sopo Jarwo………... 52

B. MD Entertainment………... 53

a. VISI dan MISI……….………. 55

b. Prestasi MD Entertainment………... 55

C. Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV)……….. 56

D. Temuan dan Pembahasan………... 59

E. Interpretasi………. 66

(10)

B. Saran……….. 73

DAFTAR PUSTAKA……….. 76

LAMPIRAN – LAMPIRAN ………. 81

(11)

Tabel 1 Kategori Pesan Edukasi Tayangan Kartun Animasi Adit Sopo Jarwo

di MNC TV……….. 44

Tabel 2 Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Kategori Religi, Moral, dan Sosial…. 45 Tabel 3 Koefisien Reliabilitas kesepakatan kategori religi……….….. 46

Tabel 4 Koefisien Reliabilitas kesepakatan kategori Moral……….. 47

Tabel 5 Koefisien Reliabilitas kesepakatan kategori Sosial……….. 48

Tabel 6 Persentase Kategori Religi, Moral, dan Sosial………. 59

Tabel 7 Jumlah Frekuensi Dialog Berdasarkan Kategori Moral……….. 61

Tabel 8 Jumlah Frekuensi Dialog Berdasarkan Kategori Sosial……….. 63

Tabel 9 Jumlah Frekuensi Dialog Berdasarkan Kategori Religi……….. 64

Tabel 10 Kategorisasi Pesan……….. 81

(12)

A. Latar belakang Masalah

Kehadiran keanekaragaman media adalah salah satu yang dapat dimanfaatkan oleh umat Islam sebaik-baiknya sebagai sarana peningkatan iman dan takwa. Media massa mempunyai beberapa fungsi umum selain memberikan informasi, yaitu untuk edukasi, hiburan dan alat untuk menyampaikan isi pesan. Keunggulan dari media yaitu sebagai alat yang dapat dengan mudah dijangkau oleh siapapun yang menggunakan media itu sendiri yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan-kepentingan tertentu.

Televisi adalah salah satu media penyampai informasi. Televisi merupakan perkembangan teknologi komunikasi yang dilengkapi dengan suara dan gambar. Dan setiap televisi mempunyai cara yang berbeda-beda untuk mengemas acara yang ditayangkan baik untuk informasi, edukasi, kontrol sosial maupun untuk menghibur khalayak. Televisi dengan berbagai acara yang ditayangkan telah mampu menarik minat dan membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan.

Pemilik televisi berupaya meningkatkan setiap program acara yang terdapat di dalam stasiun tersebut. Hal ini dikarenakan perkembangan program televisi tidak lepas dari perkembangan zaman serta mengikuti selera pasar. Siapa pengelola stasiun televisi paling kreatif, paling cerdik, bisa menangkap apa yang diinginkan pemirsa, maka dialah yang akan mendapatkan keuntungan yang besar

(13)

karena semakin banyak orang yang melihat program acara tersebut maka semakin banyak juga orang-orang yang berkepentingan untuk memasarkan sebuah produk iklan. Hal ini semata- mata untuk publisitas kepada khalayak umum.

Fenomena yang terjadi pada saat ini, tayangan televisi lebih banyak menyuguhkan program anak contohnya kartun Upin & Ipin (MNC TV), Keluarga Somat (Indosiar), Dora The Explorer (Global TV), Laptop Si Unyil (Trans 7), Curios George (ANTV), Thomas and Friends (Global TV), Disney Junior (MNC TV), Masha and The Bear (ANTV), Spongebob Squarepants (Global TV) dan masih banyak lagi. Mereka bersaing untuk menciptakan sebuah program yang menarik untuk ditonton oleh khalayak terutama anak – anak.

MNC TV menyuguhkan program anak yaitu kartun – kartun animasi. Diantaranya kartun animasi Adit Sopo Jarwo. Sejak 27 Januari 2014 sebuah kartun asli Indonesia ini tayang di MNC TV setiap pukul 18.00 WIB.

Kartun ini mengisahkan tentang persahabatan antara Adit, Dennis, Mitha, dan Devi serta si mungil Adelya yang kehidupannya diwarnai petualangan tak terduga. Adit berperan sebagai penggerak, motivator, juga inspirator bagi para sahabatnya untuk melewati hari–hari dalam menggapai mimpi di masa mendatang.

(14)

Pertama, kartun Adit Sopo Jarwo mendapatkan apresiasi dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) karena merupakan program kartun ramah anak dengan cerita yang menginspirasi dan kaya akan edukasi.1 Kedua, kartun Adit Sopo Jarwo masuk dalam nominasi film animasi terbaik FFI 2014 yang diumumkan pada hari Senin (24/11/2014) malam, di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta.2 Ketiga, kartun Adit Sopo Jarwo menjadi pemenang untuk kategori film animasi dalam Festival Film Anti Korupsi (Anti Corruption Film Festival/ ACFFest) 2014.3 Keempat, kartun Adit Sopo Jarwo telah ditonton oleh 8 juta orang di Youtube selama satu tahun, dan yang kelima, kartun Adit Sopo Jarwo menduduki peringkat pertama (menempati rating 4,2 dan share penonton 20,2% ) untuk golongan penonton ABC berdasarkan survei Nielsen.4

Dengan adanya prestasi-prestasi yang telah diraih oleh kartun Adit Sopo Jarwo selama setahun tayangannya. Maka peneliti akan menggali konten dari tayangan kartun yang saat ini diminati oleh anak-anak. Setelah peneliti ikut menonton serta mengamati tayangan kartun ini, ternyata banyak mengandung nilai-nilai moral, amanat dan kata-kata yang inspiratif yang dapat kita ambil.

Dari pemaparan diatas, Peneliti tertarik untuk mengangkat kartun tersebut sebagai bahan penelitian, oleh karena itu penelitian ini mengangkat judul

1

Administrator KPI, “Siaran Pers”, dimuat pada 22 September 2014, diakses pada 27 Oktober 2014, dari http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32315-siaran-pers-bahayanya-tayangan-anak-kartun

2

Administrator FFI, “Nominasi”, dimuat pada November 2014, diakses pada 28 April 2015, dari http://www.pialacitra.com/news/dari-387-film-inilah-daftar-lengkap-yang-masuk-nominasi-ffi-2014.html

3

Humas KPK, “Berita”, dimuat pada 12 Desember 2014, diakses pada 27 April 2015, dari http://www.kpk.go.id/id/berita/berita-kpk-kegiatan/2397-ini-dia-pemenang-acffest-2014

4

Kaori Nusantara, “Berita”, dimuat pada 2 Januari 2015, diakses pada 28 April 2015 dari http://www.kaorinusantara.or.id/newsline/20143/rating-adit-sopo-jarwo-berhasil-kalahkan-doraemon-dan-ganteng-ganteng-serigala

(15)

Analisis Isi Pesan Edukasi Dalam Tayangan Kartun Animasi Adit Sopo Jarwo

di MNC TV”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan maka ruang lingkup yang akan diteliti dibatasi pada pesan edukasi yang terdapat dalam tayangan kartun animasi “Adit Sopo Jarwo”. Untuk saat ini, tayangan kartun Adit Sopo Jarwo terdiri dari 29 segmen. Setiap segmen memiliki durasi 7 menit. Maka, penelitian ini dimulai dari segmen 1 hingga segemen 29 yang ditayangkan dalam 1 tahun yaitu januari 2014 – januari 2015.

Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apa sajakah kategori pada dialog-dialog tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo tentang pesan edukasi ?

2. Kategori edukasi apa yang paling dominan dalam tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan isi dialog dan kategori yang digunakan dalam tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo di MNC TV, maka penelitian ini bertujuan untuk:

(16)

b. Mengetahui kategori edukasi yang paling dominan dalam tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia akademis maupun masyarakat pada umumnya dalam memahami makna tayangan kartun animasi di tengah masyarakat.

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sumbangan pemikiran bagi dunia akademis tentang nilai edukasi yang diteliti serta sebagai cara dalam mengembangkan teori komunikasi.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sasaran bagi para praktis dan aktivis dalam menyampaikan pesan-pesan edukasi dengan kemasan yang menarik. Selanjutnya penelitian ini digunakan untuk bercermin dan lebih menggali diri sendiri sehingga diharapkan dapat merubah sikap yang buruk menjadi sikap yang lebih baik.

D. Tinjauan Pustaka

(17)

isi dengan judul yang berbeda. Maka, peneliti menggunakan skripsi tersebut sebagai referensi penelitian, yaitu:

1. Pesan Moral Tentang Berbuat Baik Pada Sesama (Analisis Isi Skenario Sinetron Religi Komedi Satire Mengintip Surga Di RCTI) yang ditulis oleh Qurratul Aini dari UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, pada tahun 2010. Dalam skripsi tersebut ditemui kesamaan pada bagian unit analisis datanya, yaitu menggunakan dialog atau percakapan. Selain itu tidak ditemukan kesamaan dengan skripsi yang peneliti tulis.

2. Pengaruh Tayangan Kartun Animasi Upin Dan Ipin Di Media Nusantara Citra Televisi Terhadap Penggunaan Kosa Kata Murid Raudhatul Athfal Al-Bariyyah Kramat Jati Jakarta Timur yang ditulis oleh Maspupah dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, pada tahun 2011. Dalam skripsi tersebut juga membahas tayangan kartun animasi namun dari segi pengaruhnya, sedangkan skripsi yang peneliti tulis berfokus pada analisis isi pesan dari tayangan kartun animasi, sangat jelas terlihat perbedaannya. 3. Analisa Nilai-Nilai Pendidikan Dan Ciri-Ciri Pribadi Sukses Dalam Novel

(18)

novel, sedangkan skripsi yang peneliti buat yaitu pada tayangan kartun animasi, disini terlihat perbedaannya.

Dari tinjauan pustaka di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penulisan skripsi ini tidak ada hasil dari penjiplakan atau penulisan ulang skripsi terdahulu. Skripsi ini benar-benar dibuat sesuai dengan krireria yang berlaku, yaitu dengan melakukan penelitian yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Sehingga jauh dari plagiatisme.

E. Kerangka Konsep

Dalam kerangka konsep ini penulis membagi tiga kategori pesan edukasi, yaitu religi, moral dan sosial. Setiap kategori tersebut, penulis membuat sub kategori:

1. Religi

Pada kategori ini yang dimaksud dengan religi adalah suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Nilai –nilai religi bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Dalam kategori religi, penulis menguraikan kembali kategori ini ke dalam tiga sub kategori, yaitu :

I. Akidah

(19)

II. Akhlak

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.5

III. Sya’riah

Syariah adalah hukum yang telah diciptakan oleh Allah SWT untuk seluruh makhluknya utamanya manusia.

2. Moral

Pada kategori ini yang dimaksud dengan moral yaitu peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku. Nilai moral yang terkandung dalam karya seni bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika yang merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan. Dalam kategori moral, penulis menguraikan kembali kategori ini ke dalam enam sub kategori, yaitu:

I. Berani

Berani ialah mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya; tidak takut (gentar, kecut).

5

Muda Ahmad A.K., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Reality Publisher, 2006), h. 45-50.

(20)

II. Jujur

Definisi dari kejujuran ialah berkata atau berbuat sesuatu dengan sebenar-benarnya, tidak ada unsur kebohongan atau manipulasi didalamnya. Kejujuran adakalanya dalam hal ucapan dan adakalanya dalam hal perbuatan.

III. Percaya Diri

Percaya Diri adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. IV. Kreatif

Kreatif adalah memiliki daya cipata, mempunyai kemampuan untuk menciptakan, atau mampu menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun kenyataan yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

V. Sabar

Menurut istilah, sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya.

VI. Tanggung Jawab

(21)

3. Sosial

Pada kategori ini yang dimaksud dengan sosial adalah segala sesuatu yang menyangkut dengan kemanusiaan serta menghargai hak orang lain. Sosial juga dapat dikatakan sebagai norma yang bersumber dari kebudayaan sebagai acuan dalam berhubungan dengan antar manusia. Nilai pendidikan sosial yang ada dalam karya seni dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan.6 Dalam kategori sosial, penulis menguraikan kembali kategori ini ke dalam dua sub kategori, yaitu:

I. Kepedulian

Peduli adalah sebuah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita. Orang-orang peduli adalah mereka yang terpanggil melakukan sesuatu dalam rangka memberi inspirasi, perubahan, kebaikan kepada lingkungan di sekitarnya. II. Kerja sama

Pengertian Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka peneliti membagi sistematika penulisan dalam lima BAB. Dimana masing-masing BAB dibagi menjadi ke dalam sub-sub dengan penulisan sebagai berikut:

6

(22)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini, membahas Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Konsep dan Sistematika Penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini meliputi Pesan Edukasi, Film Animasi dan Televisi.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, membahas tentang Paradigma Penelitian, Analisis Isi, Populasi dan Sampel, serta Uji Reliabilitas.

BAB IV : ANALISIS DAN INTERPRETASI

Dalam bab ini, membahas tentang gambaran umum objek penelitian, analisis dan interpretasi data kategori edukasi yang paling dominan dalam tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo di MNC TV hingga Januari 2015 yang sudah didapatkan.

BAB V : PENUTUP

(23)

A. Pesan Edukasi (Pendidikan)

Pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Lambang yang dimaksudkan disini adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah jelas, karena hanya bahasalah yang mampu menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.1

Pesan adalah suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa/ lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain.

Edukasi disini berarti sama dengan pendidikan. Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan Paedaogogos. Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan sebagai Educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.2

1

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), cet. Ke-8, h. 18.

2

Abdul Kadir, dkk., Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 59

(24)

Hakikat pendidikan bertujuan unuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri belum dewasa. Adler

mengartikan pendidikan sebagai proses dimana seluruh kemampuan

manusia dipengaruhi oleh pembiasaan yang baik untuk untuk membantu

orang lain dan dirinya sendiri mencapai kebiasaan yang baik. (dalam arifin,

1993:12)

Banyak para ahli memaparkan pandangannya mengenai edukasi. Berikut pendapat para ahli mengenai edukasi :

1) Langeved, “pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh ini datanganya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa, seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditunjukan kepada orang yang belum dewasa.”3

2) Ki Hajar Dewantara, “Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”4

3

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 2

4

(25)

3) “Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan sering dimaknai sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi-potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.”5

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, bahwa nilai pendidikan merupakan segala sesuatu yang baik maupun yang buruk yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata laku dalam upaya mendewasakan diri manusia melalui upaya pengajaran. Dihubungkan dengan kehidupan manusia, niali-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius dan berbudaya. Nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat dengan berbagai dimensinya dan nilai-nilai tersebut mutlak dihayati dan diresapi manusia sebab ia mengarah pada kebaikan dalam berpikir dan bertindak sehingga dapat memajukan budi pekerti serta pikiran/intelegensinya.

1. Macam – Macam Nilai Pendidikan (Edukasi)

Sebagai bagian dari karya seni, film mempunyai berbagai unsur-unsur layaknya karya seni yang lain semacam lagu ataupun novel. Sebagai karya seni, film mengandung pesan atau nilai-nilai yang mampu mempengaruhi perilaku seseorang.

Ada beberapa nilai yang harus dimiliki sebuah karya seni yang baik. Nilai-nilai tersebut antara lain: nilai estetika, nilai moral, nilai konsepsional,

5

Zurinal Z. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 1

(26)

nilai sosial budaya dan nilai-nilai lainnya. Sebuah karya seni yang baik pada dasarnya mengandung nilai-nilai yang perlu ditanamkan pada anak atau generasi muda.

Nilai pendidikan (edukatif) sangat erat nilainya dengan karya seni. Setiap karya seni yang baik selalu mengungkapkan nilai-nilai yang luhur yang bermanfaat bagi penontonnya. Nilai-nilai tesebut bersifat mendidik dan menggugah hati penontonnya. Nilai pendidikan yang dimaksud ialah sebagai berikut:

a. Nilai Pendidikan Keagamaan (Religi)

Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam

dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya

menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut

keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke

dalam keesaan Tuhan.6 Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar

manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan.

Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya seni dimaksudkan agar

penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam

kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam

seni bersifat individual dan personal.

Agama merupakan kunci sejarah, kita bisa memahami jiwa suatu

masyarakat bila kita memahami agamanya. Kita tidak mengerti hasil-hasil

kebudayaanya, kecuali bila kita paham akan kepercayaan atau agama yang

6

(27)

mengilhaminya. Religi lebih pada hati, nurani, dan pribadi manusia itu

sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai

religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta

bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.7

b. Nilai Pendidikan Moral

Moral merupakan makna yang terkandung dalam karya seni, yang

disaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk

yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupakan moral.8 Moral

merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang

buruk.9

Nilai moral yang terkandung dalam karya seni bertujuan untuk mendidik

manusia agar mengenal nilai-nilai etika yang merupakan nilai baik buruk

suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan,

sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang

dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat,

lingkungan, dan alam sekitar. Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu

nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu

berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral

berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah

yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan manusia sehari-hari.10

7

Atar M. Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1993), h. 21

8

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h. 320

9

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,..h. 194

10

Uzey, Macam-macam Nilai, dalam http://uzey.blogspot.co,id/2009/09/pengertian-nilai.html . diakses pada tanggal 15 September 2015.

(28)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral

menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang

individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku.

c. Nilai Pendidikan Sosial

Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat/

kepentingan umum. Nilai pendidikan sosial merupakan hikmah yang dapat

diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial berupa

sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada

hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial

bermasyarakat antar individu. Nilai pendidikan sosial yang ada dalam karya

seni dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang

diinterpretasikan.11 Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar

akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara

satu individu dengan individu lainnya.

Nilai pendidikan sosial mengacu pada hubungan individu dengan

individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus

bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi

situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Dalam masyarakat Indonesia

yang sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri adalah sesuatu yang

sangat penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat.

Sejalan dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi

masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri

11

(29)

tersendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan individu

agar berbuat sesuai norma yang berlaku.

Nilai pendidikan sosial mengacu pada pertimbangan terhadap suatu

tindakan benda, cara untuk mengambil keputusan apakah sesuatu yang

bernilai itu memiliki kebenaran, keindahan, dan nilai ketuhanan. Jadi nilai

pendidikan sosial dapat disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan

yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang

yang memiliki nilai tersebut. Nilai pendidikan sosial juga merupakan

sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan merupakan

dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting.

B. Film Animasi

1. Pengertian Film

Definisi film menurut UU 8/1992 adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, dan/atau bahan hasil penemuan tekhnologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan sengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya.12

Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung

12

(30)

fungsi informative maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building.13

Film merupakan media ekspresi, dan karena ditujukan untuk khalayak ramai, maka film merupakan komunikasi massa yang khas. Film adalah media massa khusus yang memberikan tampilan audio dan visual, yang dikemas semenarik mungkin dengan tujuan memberikan suatu tampilan yang memudahkan komunikan menerima dengan baik atau terkadang malah membingungkan dalam penerimaan pesan yang tersirat. Film memiliki kekuatan besar dari segi estetika karena menjajarkan dialog, musik, pemandangan dan tindakan bersama-sama secara visual dan naratif.

a) Fungsi- fungsi Film

1) Film sebagai Media Hiburan

Film sebagai media yang dapat dilihat semua gerak-gerik, ucapan, serta tingkah laku para pemerannya sehingga kemungkinan untuk ditiru lebih mudah. Film merupakan media yang mudah dan praktis untuk dinikmati sebagai hiburan.

2) Film sebagai Media Transformasi Kebudayaan

Pengaruh film akan sangat terasa sekali jika kita tidak mampu bersikap kritis terhadap penayangan film, kita akan terseret pada hal-hal negative dari efek film, misalnya peniruan dari bagian-bagian film yang kita tonton

13

Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media: 2004), h. 136.

(31)

berupa gaya rambut, cara berpakaiam dan lain sebagainya. Sekaligus juga bisa mengetahui kebudayaan bangsa lain dengan melikat produk-produk film buatan luar negeri. Pengidolaan terhadap yang ditontonnya, bilai nilai kebaikan akan direkam jiwanya sehingga mengarah pada perilaku baik begitu pula sebaliknya.

3) Film sebagai Media Pendidikan

Media film mampu membentuk karakter manusia karena dalam fim sarat dengan pesan-pesan atau propanganda yang disusun dan dibuat secara hampir mirip dengan kenyataan sehingga penontonnya mampu melihat penonjolan karakter tokoh dalam film yang bersifat jahat maupun baik sehingga penonton mampu menginternalisasikan dalam dirinya nilai yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan.14 Sebagai salah satu media informasi maka film secara otomatis akan membawa dampak, baik itu positif maupun negatif.15 Kajian film ini tidak mengarah pada kritik sebuah film tetapi cenderung pada pesan-pesan pendidikan (message of education) yang ingin disampaikan atau ditampilkan dalam sebuah film.

2. Pengertian Animasi

Menurut bahasa, kata animasi diambil dari bahasa latin “anima” yang berarti jiwa, hidup, nyawa semangat. Animasi adalah gambar dua dimensi yang

14

Dewi Salma Prawiradilaga & Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 10-13.

15

(32)

seolah-olah bergerak karena kemampuan otak untuk selalu menyimpan atau mengingat gambar yang terlihat sebelumnya.16

Animasi pada dasarnya adalah suatu cara untuk metransformasikan objek lebih lanjut, animasi bisa dikerjakan secara interaktif, pergerakan objek akan selalu mengikuti perintah yang diberikan oleh pemakai lewat piranti interaktif. Model animasi seperti ini dilaksanakan pada kebanyakan program-program yang sifatnya permainan (games). Sedangkan animasi yang bersifat non interaktif, pergerakan objek tidak lagi dikendalikan oleh pemakai, melainkan sudah ditentukan langsung oleh orang yang membuatnya melalui program-program pembuat animasi itu sendiri.17

Film animasi adalah media komunikasi massa yang timbul dari perkembangan teknologi dan kemajuan media komunikasi massa elektronik seperti adanya radio dan televisi. Film adalah salah satu dari media komunikasi massa elektronik yang dinilai cukup efektif dalam menyebarluaskan suatu isi pesan yang ingin disampaikan oleh seorang komunikator.

Teknik film animasi seperti halnya film hidup, dimungkinkan adanya perhitungan kecepatan film yang berjaan berurutan antara 18 sampai 24 gambar tiap detiknya. Gambar yang diproyeksikan ke layar sebetulnya tidak bergerak, yang terlihat adalah gerakan semu, terjadi pada indra kita akibat perubahan kecil dari satu gambar ke gambar yang lain. Adanya suatu fenomena yang terjadi pada

16

Cinemags, The Making of Animation, (Bandung: PT. Magindo Tunggal Sejahtera, 2004), cet. Ke-1, h. 6

17

Eryanto Sitorus, “Membuat Animasi Menggunakan Kool Moves”, (Category: Computer Grapihics), Published, 24 Mei 2005, h. 1

(33)

waktu kita melihat, disebut Parsistence of Vision, sehingga menghasilkan suatu ilusi gerak dari pandangan kita.

Berbeda dengan film hidup, gambar diambil dari pemotreran objek yang bergerak, lalu dianalisis satu per satu menjadi beberapa gambar diam pada bingkai pita seluloid. Sedangkan fim animasi, gerak gambar diciptakan dengan menganalisis gambar per gambar atau kerangka demi kerangka oleh animator, lalu direkan gambar demi gambar atau gerak demi gerak dengan menggunakan kamera

stop-frame, kamera yang memakai alat mesin penggerak frame by frame, yaitu alat penggerak pita seluloid bingkai ber bingkai, dengan perhitungan waktu untuk tiap satu detik dibutuhkan 24 bukaan bingkai kamera untuk merekan gambar, gerak ke pita seluloid.18

a) Jenis-jenis Film Animasi

a. Film Animasi Pendek (Short Animation Films), adalah jenis film animasi yang memiliki durasi dibawah 60 menit. Film animasi ini biasanya dilakukan oleh orang yang sedang berlatih membuat film.

b. Film Animasi Cerita Panjang (Feature Longth Animation Films), yaitu jenis film animasi yang berdurasi ebih dari 60 menit yang termasuk disini adalah film animasi yang biasa diputar di bioskop atau home video.

c. Video Klip (Music Video), menjadikan animasi sebagai bagian dari video klip menjadi sebuah trend. Jenis film ini merupakan sarana yang sangat membantu dalam pemasaran bagi produser musik.

18

(34)

d. Program Televisi (TV Programe), jenis film animasi ini diproduksi untuk bahan tontonan pemirsa televisi.

e. Iklan Televisi (TV Comercial), adalah salah satu sarana penyebaran informasi pemasaran produk. Animasi ini digunakan supaya lebih menarik perhatian dan dapat dicerna cepat khususnya bagi anak-anak.

C. Televisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, televisi merupakan sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar.19

Televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan, dan komunikasinya bersifat heterogen.20

Televisi adalah sistem eletronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversikannya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar.

19

Pusat Bahasa Departmen Pendidikan Nasional, 2007, h. 1162

20

Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h 21.

(35)

Televisi sama halnya dengan media massa lainnya yang mudah dijumpai dan dimiliki oleh manusia dimana-mana, seperti media massa surat kabar, radio, atau computer. Televisi sebagai sarana penghubung yang dapat memancarkan rekaman dari stasiun pemancar televisi kepada para penonton atau pemirsanya di rumah, rekaman-rekaman tersebut dapat berupa pendidikan, berita, hiburan dan lain-lain.

Dewasa ini televisi dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Apa yang disaksikan pada layar televisi, semuanya merupakan unsur gambar dan suara. Jadi ada dua unsur yang melengkapinya yaitu unsur gambar dan suara. Rekaman suara dengan gambar yang dilakukan di stasiun televisi berubah menjadi getaran-getaran listrik, getaran-getaran listrik ini diberikan pada pemancar, pemancar mengubah getaran-getaran listrik tersebut menjadi gelombang elektromagnetik, gelombang elektromagnetik ini ditangkap oleh satelit. Melalui satelit inilah gelombang elektromagnetik dipancarkan sehingga masyarakat dapat menyaksikan siaran televisi.

1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

(36)

yang sangat luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan secara umum, dan film yang dipertunjukan gedung-gedung dibioskop.21

Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasai jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat.

2. Fungsi Televisi Sebagai Media Massa

Pada hakikatnya media televisi sebagai media komunikasi pandang dan dengar mempunyai tiga fungsi yaitu :

a. Fungsi Informasi (The Information Function)

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana informasi tidak hanya dalam bentuk siaran pandang mata, atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi gambar-gambar yang faktual, akan tetapi juga menyiarkan bentuk lain seperti ceramah, diskusi dan komentar. Televisi dianggap sebagai media massa yang mampu memuaskan pemirsa dirumah jika dibandingkan dengan media lainnya. Hal ini dikarenakan efek audio dan visual yang memiliki unsur immediacy dan realism.

Immediacy mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yng disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar olah para pemirsa pada saat periatiwa itu berlangsung. Penyiar yang sedang membaca berita, pemuka masyarakat yang sedang membaca pidato atau petinju yang sedang melancarkan

21

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 79.

(37)

pukulannya, tampak dan terdengar oleh pemirsa, seolah-olah mereka berada ditempat peristiwa itu terjadi, meskipun mereka berada dirumah masing-masing jauh dari tempat kejadian, tapi mereka dapat menyaksikan pertandingan dengan jelas dari jarak yang amat dekat. Lebih-lebih ketika menyaksikan pertandingan sepekbola, misalnya mereka akan dapat melihat wajah seorang penjaga gawang lebih jelas, dibandingkan dengan jika mereka berdiri di tribun seagai penonton.

Realism yang berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataan ketika suatu acara ditayangakan secara langsung (Live). Jadi pemirsa langsung dapat melihat dan mendengar sendiri. Bedanya televisi dengan media cetak adalah berita yang disampaikan langsung direkam dan hanya menggunakan sedikit editan untuk mendapatkan inti dari kajadian yang ingin disampaikan, sedangkan bila di media cetak, berita yang sama harus mengalami pengolahan terlebih dahulu oleh wartawan baru kemudian disajikan pada pembaca.

b. Fungsi Pendidikan (The Education Function)

(38)

c. Fungsi Hiburan (The Entartaint Function)

(39)

A. Paradigma Penelitian

Menurut Earl Babbie, paradigma merupakan model atau skema fundamental yang mengorganisir pandangan kita tentang suatu hal. Walaupun paradigma didefinisikan sebagai suatu keseluruhan sistem berpikir (a whole system of thinking).1

Penelitian ini menggunakan paradigma positivis, karena dilaksanakan dengan berpedoman pada konsep yang sudah ada sebelumnya. Auguste Comte, bapak positivistik menyatakan untuk pertama kalinya bahwa ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap suatu hal atau fenomena yang dapat diamati secara nyata. Lebih lanjut ia juga menekankan tentang pentingnya data dan fenomena empiris baik langsung maupun tidak langsung, sebagai sumber utama dan satu-satunya dalam merumuskan pengetahuan, yang disebutnya sebagai

positive knowledge.

Definisi dari paradigma positivis adalah metode yang terorganisir untuk mengombinasikan logika berpikir secara deduktif dan pengamatan dari pelaku individu untuk menemukan hubungan sebab akibat yang biasa dipergunakan untuk memprediksi pola umum dari suatu gejala.2 Secara metodologis, paradigma positivis menyatakan pertanyaan penelitian dan hipotesis di awal penelitian, untuk kemudian diuji secara empiris. Paradigma positivis memandang realitas sebagai

1

W. Lawrence Neuman, Sosial research method, (Wisconsin: Pearson Education Inc, 2003), h. 70

2

W. Lawrence Neuman, Sosial Research Method, h. 70

(40)

sesuatu yang ada di luar sana dan diatur oleh mekanisme alamiah. Kepentingan utama dari penelitian dengan paradigma positivis adalah untuk menemukan kebenaran universal dengan membuktikan konsep-konsep atau variabel tertentu.

Paradigma kuantitatif-positivis merupakan salah satu paradigmaa penelitian yang sangat berpengaruh. Paradigma ini adalah tradisi pemikiran Perancis dan Inggris yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan dan memandang pengetahuan memilki kesamaan hubungan dengan pandangan aliran filsafat yang dikenal dengan nama positivisme. Dalam perkembangan berikutnya positivisme mendominasi wacana ilmu pengetahuan mulai pada abad 20-an sampai saat ini, dengan menetapkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh ilmu-ilmu manusia maupun alam untuk disebut sebagai ilmu pengetahuan yang benar.3

Pandangan positivisme ini begitu kuat mengklaim bahwa ilmu adalah ilmu pengetahuan yang nyata dan positivistik, sehingga ilmu pengetahuan yang tidak positivistik bukanlah ilmu. Tradisi positivisme ini kemudian melahirkan pendekatan-pendekatan paradigma kuantitatif dalam penelitian sosial dimana objek penelitian memiliki keberaturan yang naturalistik, empiris, dan behavioral, di mana semua objek penelitian harus dapat direduksi menjadi fakta yang dapat diamati, tidak terlalu mementingkan fakta sebagai makna namun mementingkan fenomena yang tampak, serta serba bebas nilai atau objektif dengan menentang sikap-sikap subjektif.4

3

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 31

4

(41)

Dalam paradigma penelitian riset kuntitatif (positivism/klasik) ada empat landasan falsafahnya, yaitu ontologis, epistimologis, aksiologis, dan metodologis. Penjelasan dari falsafah tersebut antara lain:

a. Ontologis

Ada realitas yang nyata yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal, walaupun kebenaran pengetahuan tentang itu mungkin hanya bisa diperoleh secara probabilistik. Riset tersebut bersifat di luar dunia subjektif penelitian. Penelitian tersebut dapat diukur dengan standar tertentu, digeneralisasikanan dan bebas dari konteks waktu.

b. Epistimologis

Ada realitas objektif, sebagai suatu realitas yang eksternal di luar diri peneliti. Peneliti harus sejauh mungkin membuat jarak dengan objek penelitian. Dan riset ini jangan ada penilaian yang subjektif atau bias pribadi.

c. Axiologis

Nilai, etika, dan pilihan moral harus berada di luar proses penelitian. Peneliti berperan sebagai disinterested scientist. Tujuan penelitian antara lain eksplanasi, prediksi dan kontrol realitas sosial.

(42)

Pengujian hipotesis dalam struktur hypothetico-deduvtive method; yaitu melalui laboratorium eksperimen atau survey eksplanatif. Dengan analisis kuantitatif.5

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yang berorientasi pada hasil yang bersifat pasti, jelas, dan dengan pembuktian hipotesis. Alur berpikir yang mendasari penelitian dengan pendekatan ini adalah deduktif, yang berarti penelitian didasarkan pada teori atau konsep tertentu yang akan dibuktikan atau untuk menjawab permasalahan.

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Peneliti lebih mementingkan aspek keluasan data atau hasil riset dianggap merupakan hasil representasi dari seluruh populasi.6 Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu kejadian. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan agar dapat mengetahui kuantitas ketertarikan penonton pada tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo.

C. Subjek dan Objek Penelitian

5

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis, Riset Kmunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 51-52

6

(43)

Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan.7 Yang menjadi subjek penelitian adalah tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo yang tayangan di MNC TV. Sedangkan objek penelitiannya adalah isi pesan edukasi yang terdapat dalam tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo dari bulan Januari 2014 hingga bulan Januari 2015

D. Jenis Penelitian

Sifat penelitian ini berdasarkan tujuannya adalah penelitian deskriptif karena tujuan pelitian adalah memberikan gambaran lengkap mengenai setting social dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana pesan edukasi dalam tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo. Penelitian deskriptif ini akan menentukan dan melaporkan keadaan yang sekarang sedang terjadi. Jenis penelitian deskriptif juga membantu memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan dengan sejelas mungkin.8 Dalam penelitian ini data yang bersifat kuantitatif dengan teknik analisis isi akan diinterpretasikan hasil pengkodingannya.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode analisis isi. Analisis isi adalah metode ilmiah untuk mempelajari dan menarik kesimpulan atas suatu fenomena dengan memanfaatkan dokumen. Analisis isi merupakan salah satu metode utama dari ilmu komunikasi. Penelitian yang mempelajari isi media menggunakan

7

Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1968), h. 92

8

Rony Kountur,Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PPM, 2003), h. 105

(44)

analisis isi. Lewat analisis isi, peneliti dapat mempelajari gambaran isi, karakteristik pesan, dan perkembangan dari suatu isi. Analisis isi kuantitatif harus dibedakan dengan jenis-jenis analisis isi lainnya. Analisis isi kuantitatif memiliki karakteristik yang berbeda dengan analisis teks lainnya. Secara umum, analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi. Analisis isi ditujukan untuk mengindentifikasi secara sistematis isi komunikasi yang tampak, dan dilakukan secara objektif, valid, reliable, dan dapat dereplikasi.9

Maka teknik analisis untuk pengukuran yang digunakan yaitu berdasarkan pendekatan kuantitatif dilihat dari frekuensi absolute akan jumlah dan presentasi kejadian variabel yang akan ditampilkan dalam angka. Dalam penelitian ini dialog-dialog dalam tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo yang dipilih secara manual dari sampel skenario akan dianalisis dan dikoding sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat sebelumnya.

Studi analisis isi mengindentifikasikan dan menghitung kata-kata kunci, istilah dan tema pesan, ukuran dari kolom berita secara detil dan lengkap. Analisis isi adalah teknik-teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan shahih data dengan memperlihatkan konteksnya. Metode ini populer untuk digunakan dalam penelitian media massa karena metode ini merupakan cara paling efisien untuk menginvestigasi konten media.10

F. Sumber Data

9

Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta: Kencana, 2011), h. 11-15

10

(45)

1. Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama. Data primer dalam penelitian ini berupa kumpulan naskah skenario kartun animasi Adit Sopo Jarwo yang didapat dari tim kreatif kartun animasi Adit Sopo Jarwo di kantor MD Animation, Kuningan Jakarta.

2. Sekunder

Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Data sekunder ini diperoleh buku-buku, jurnal, dan situs-situs internet yang berkaitan dengan kartun animasi yang menjadi objek penelitian.

G. Tahapan Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan objek, tujuan dan masalah yang akan diteliti, penelitian ini mempunyai teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Dokumentasi

(46)

b. Studi Kepustakaan

Peneliti melakukan studi kepustakaan dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan jurnalistik, analisis isi, komunikasi, kartun dan media massa serta hasil-hasil dari penelitian sebelumnya yang juga menggunakan analisis isi.

c. Pengolahan Data

Pada tahapan pengolahan data, peneliti menampilkan percakapan-percakapan tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo yang mengandung pesan edukasi berdasarkan kategorisasi secara sistematik yang terdiri dari religi, moral dan sosial melalui penilaian juri. Data yang telah dinilai oleh juri akan diamati dan dianalisis, dihitung lalu diberikan nilai untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing dan termasuk mengetahui koefisien reliabelitas setiap juri, yaitu antara juri 1 dan 2, 1 dan 3, juri 2 dan 3.11

Untuk mempermudah juri dalam menganalisis tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo maka peneliti membuat tabel berdasarkan kategorisasi secara sistematik yang di dalamnya mengandung pesan edukasi.

2. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan menggunakan konsep analisis isi. Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang dimaksud untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu teks tertentu. Desain analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, atau menguji

11

Dicky Rinaldy, Analisis Isi Tentang Sedekah Dalam Twitter Ustadz Yusuf Mansur, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, h. 38

(47)

hubungan di antara variabel. Dengan menggunakan analisis isi ini, peneliti akan menggunakan lembar koding dalam menganalisis data, data yang berupa percakapan-percakapan kartun animasi Adit Sopo Jarwo di MNC TV yang akan terlebih dahulu dikategorisasikan. Peneliti juga akan melakukan pemilihan coder yang dinilai memiliki kredibilitas untuk membaca dan menilai isi pesan sehingga dapat menguji reliabelitasnya. Setelah reliabelitas memenuhi syarat, maka peneliti mengkode semua isi berita ke dalam lembar

coding untuk kemudian dilakukan penghitungan dengan menggunakan formula yang tersedia.12 Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, akan membantu peneliti untuk mengetahui kategori apa yang paling dominan dalam tayangan kartun animasi tersebut. Dalam analisis isi, alat ukur yang digunakan adalah lembar coding. Peneliti harus memastikan bahwa lembar

coding yang akan dipakai adalah alat ukur yang terpercaya. Tentu saja, sebagai alat ukur, lembar coding ini tidak dapat sempurna seperti penggaris. Selalu ada perbedaan antara satu orang dengan orang lain ketika menilai. Analisis isi memberikan panduan toleransi berapa besar perbedaan yang dapat diterima.13

Reliabelitas sangat penting dalam analisis isi. Seperti dikatakan oleh Kaplan dan Goldsen sebagai berikut: “Pentingnya reliabelitas terletak pada jaminan yang diberikannya bahwa data yang diperoleh independen dari peristiwa, instrument atau orang yang mengukurnya. Data yang reliabel menurut definisi adalah data yang tetap konstan dalam seluruh variasi

12

Burhan Bungin, Metode penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 56

13

(48)

pengukuran.” Reliabelitas menilai sejauh mana alat ukur dan data yang dihasilkannya menggambarkan variasi yang ada dalam gejala yang sebenarnya. Alat ukur yang reliabel seharusnya melahirkan hasil yang sama dari serangkaian gejala yang sama, tanpa tergantung kepada keadaan.14

Reliabilitas berbeda dengan validitas. Reliabilitas melihat pada apakah alat ukur dapat dipercaya menghasilkan temuan yang sama, ketika dilakukan oleh orang yang berbeda. Sementara validitas berbicara mengenai apakah alat ukur benar-benar mengukur apa yang ingin diukur. Reliabilitas mempunyai keterkaitan dengan validitas. Suatu alat ukur dapat valid, tetapi bisa jadi tidak reliabel. Keandalan tidak menjamin validitas dari suatu alat ukur. Reliabelitas merupakan syarat kondisi yang diperlukan bagi validitas. Reliabilitas menetapkan batas-batas validitas dari suatu alat ukur. Suatu alat ukur bisa jadi tidak valid, tetapi tidak boleh tidak reliabel. Karena alat ukur yang tidak reliabel merupakan indikasi bahwa alat ukur tersebut juga tidak valid.15

Peneliti menggunakan rumus Hostly yang menjadi salah satu acuan dalam analisis isi secara kuantitatif untuk mencari koefisien reliabelitas kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri yaitu sebagai berikut:

14

Klaus Krippendorff, Content Analysis: An Introduction To Its Methodology, (SAGE Publication, 2012), h. 212

15

Burhan Bungin, h.282

Koefisien Reliabelitas=

(49)

2M = Nomor keputusan yang sama antar juri N1+N2 = Jumlah Item yang dibuat oleh tim juri M = Kesepakatan antar juri

N = Jumlah yang diteliti

Komposit Reliabelitas

N = Jumlah juri

X = Rata-rata koefisien reliabelitas antar juri16

Setelah itu untuk menghitung frekuensi masing-masing kategori menggunakan rumus sebagai berikut:

P = Presentase F = Frekuensi N = Jumlah Populasi

Waktu dan Tempat Penelitian

Peneliti melakukan penelitian tentang tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo dan waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2014 – Januari 2015. Peneliti mengambil pada kurun waktu ini karena tayangan kartun animasi

16

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset komunikasi, (Jakarta: Perdana Media Group, 2010), h. 235

(50)

Adit Sopo Jarwo dalam setahun penayangannya banyak mendapatkan penghargaan.

Teknis Penulisan

Untuk keperluan skripsi, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta, Ceqda, 2007).

H. Analisis Isi

1. Definisi Analisis Isi

Analisis isi adalah penelitian yang bersifat pembahasan secara mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisi isi atau makna pesan komunikasi berdasarkan data-data yang tersedia untuk dibuat kesimpulannya. Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik dan relevan, secara sosiologis, uraian, dan analisisnya dapat menggunakan tata cara pengukuran kualitatif dan kuantitatif ataupun kedua-duanya.17

Barelson dalam Soejono Adburahman mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. Weber menyatakan bahwa kajian ini adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen. Holsty memberikan definisi yang agak lain dan menyatakan bahwa kajian isi adalah

17

Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Terbuka, 2001), h. 32.

(51)

teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis.18

Menurut Budd (1967), analisis isi adalah sebuah teknik sistematis untuk menganalisis pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.19

Berelson (1952) mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian yang objektif, sistematik, dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Sedangkan definisi Kerlinger (1986) analisis isi yaitu analisis komunikasi secara sistematis, objektif, dan secara kuantitatif untuk mengukur variable.20

Penggunaan analisis isi dilakukan jika ingin memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat juga digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik, iklan dan sebagainya.21

Dalam hal teknik penyajian data, analisis isi terbagi menjadi dua, yaitu analisis isi kuantitatif dan analisis isi kualitatif. Analisis isi kuantitatif secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi. Analisis isi kuantitatif ini

18

Soejono Abdurrahman, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta Ringka Cipta, 2005), h. 13-14.

19

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset komunikasi, (Jakarta: Perdana Media Group, 2010), h. 232

20

Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, ( Yogyakarta : ANDI, 2004), hl. 164 dan 171.

21

(52)

ditujukan untuk mengidentifikasi secara sistematis isi komunikasi yang tampak (manifest), dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel, dan dapat direplikasi.22

Prinsip analisis isi berdasarkan definisi di atas: a. Prinsisp Sistematik

Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Peneliti tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diriset.

b. Prinsip Objektif

Hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya. Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risetnya beda.

c. Prinsip Kuantitatif

Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif.

d. Prinsip Isi yang Nyata

Yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan peneliti. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja. Namun, semuanya bermula dari analisis terhadap isi yang tampak.23

2. Tahapan dan Kegunaan Analisis Isi

22

Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya,( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 15.

23

(53)

a. Tahapan Analisis Isi

Menurut Eriyanto, ada beberapa tahapan dalam analisi isi, yaitu:24 i. Merumuskan tujuan analisis

ii. Konseptualisasi dan operasionalisasi iii. Lembar koding (coding sheet)

iv. Populasi dan sampel

v. Pelatihan koder dan pengujian validitas reliabelitas vi. Proses koding

vii. Penghitungan reliabelitas final viii. Input data dan analisis

b. Kegunaan Analisis Isi

Kegunaan analisis isi terdapat tiga aspek. Pertama, analisis isi ditempatkan sebagai metode utama. Kedua, analisis isi dipakai sebagai salah satu metode saja dalam penelitian. Ketiga, analisis isi dipakai sebagai bahan pembanding untuk menguji kesahihan dari kesimpulan yang telah didapat dari metode lain.25

I. Populasi Penelitian

Dalam metode penelitian, kata populasi sangat popular. Digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian.

24

Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu sosial Lainnya, h. 32.

25

Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu sosial Lainnya, h. 32.

(54)

Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.26

Dalam penelitian ini, penulis mengambil seluruh populasi sebagai sumber data penelitian. Populasi dalam penelitian ini merupakan keseluruhan skenario kartun animasi Adit Sopo Jarwo yang ditayangkan sejak bulan Januari 2014 sampai dengan Januari 2015.

J. Uji Reliabilitas

Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori pesan edukasi tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo maka diadakan pengujian kategori pada tiga orang juri atau koder yang dipilih dan orang yang dipandang kredibel dan mampu memberikan penelitian secara objektif. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien reliabelitas.

Penelitian ini menggunakan tiga orang juri ( koder ), yaitu : 1) Juri I : Bpk. Dedi Fahrudin, M. Si

Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2) Juri II : Bpk. Irfan Nur Hidayat,S. Pd.I Guru Pendidikan Agama Islam SDN Tomang 01 Pagi, Jakarta Barat

26

(55)

3) Juri III : Atikah Rahmah

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kategori yang terdapat pada tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo adalah kategori religi, moral dan sosial. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.

Tabel 1

Kategori Pesan Edukasi Tayangan Kartun Animasi Adit Sopo Jarwo di

MNC TV

No Kategori Pesan Edukasi Sub Kategori Pesan Edukasi

1 Religi

Aqidah Akhlak Syari’ah

2

Moral

Berani Jujur Percaya Diri

Kreatif Sabar Tanggung Jawab

3 Sosial

Peduli

(56)

Pada penelitian selama 1 tahun, tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwo telah menayangkan 29 segmen cerita dari kartun animasi Adit Sopo Jarwo tersebut. Ada 58 percakapan yang dimasukkan ke dalam lembar koding untuk diujikan kepada para juri atau koder. Berikut ini adalah tabel dari hasil kesepakatan antar juri pada tayangan kartun animasi Adit Sopo Jarwi di MNC TV.

Tabel 2

Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Kategori Religi, Moral dan Sosial

No Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

1 Juri 1 dan 2 58 46 12 0,79

2 Juri 1 dan 3 58 47 11 0,81

3 Juri 2 dan 3 58 52 6 0,90

Jumlah 2,5

Nilai rata-rata = 2,5 : 3 = 0,83

Komposit Reabilitas : N(x antar juri) 1+(N-1)(x antar juri) : 3 (0,83) = 0,94 1+2 (0,83)

(57)

sangat baik antar kedua juri). Dan kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebesar0,90 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersenbut dihitung dengan rumus komposit reliabelitas. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk kategoir-kategori yang dibat yaitu sebesar 0,94. Hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat baik diantara para juri. Setelah dilakukan perhitungan reliabelitas terhadap tiga juri atas kategori-kategori tersebut, kategori religi, moral dan sosial dapat dianggal reliable sebagai sebuah kategori penelitian.

Tabel 3

Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Kategori Religi

No Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

1 Juri 1 dan 2 17 13 4 0,76

2 Juri 1 dan 3 17 13 4 0,76

3 Juri 2 dan 3 17 15 2 0,88

Jumlah 2,4

Nilai rata-rata : 2,4 : 3 = 0,8

(58)

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antara juri 1 dan 2 sebesar 0,76 (hal ini menunjukkan kesepakatan yang baik antara kedua juri). Kesepakatan antara juri 1 dan 3 sebesar 0,76 (menunjukkan kesepakatan yang baik antar kedua juri). Dan kesepakatan antara juri 2 dan 3 sebesar 0,88 ( itu berarti menunjukkan kesepakatan yang baik juga antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitumg dengan rumus komposit reabilitas. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk sub judul yang pertama yaitu sebesar 0,92. Hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat baik diantara para juri. Jadi, kategori religi ini sudah dianggap realible sebagai sebuah kategori penelitian.

Tabel 4

Koefisien Reabilitas Kesepakatan Kategori Moral

No Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

1 Juri 1 dan 2 25 22 3 0,88

2 Juri 1 dan 3 25 24 1 0,96

3 Juri 2 dan 3 25 22 3 0,88

Jumlah 2,72

(59)

Komposit Reabilitas : N(x antar juri) 1+(N-1)(x antar juri) : 3 (0,91) = 0,97 1+2 (0,91)

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antara juri 1 dan 2 sebesar 0,88 (hal ini menunjukkan kesepakatan yang baik antara kedua juri). Kesepakatan antara juri 1 dan 3 sebesar 0,96 (menunjukkan kesepakatan yang baik antar kedua juri). Dan kesepakatan antara juri 2 dan 3 sebesar 0,88 ( itu berarti menunjukkan kesepakatan yang baik juga antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reabilitas. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk sub judul yang pertama yaitu sebesar 0,97. Hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat baik diantara para juri. Jadi, kategori religi ini sudah dianggap reaible sebagai sebuah kategori penelitian.

Tabel 5

Koefisien Reabilitas Kategori Sosial

No Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

1 Juri 1 dan 2 16 11 5 0,69

2 Juri 1 dan 3 16 10 6 0,62

3 Juri 2 dan 3 16 14 2 0,87

(60)

Nilai rata-rata : 2,18 : 3 = 0,73

Komposit Reabilitas : N(x antar juri) 1+(N-1)(x antar juri) : 3 (0,73) = 0,89 1+2 (0,73)

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antara juri 1 dan 2 sebesar 0,69 (hal ini menunjukkan kesepakatan yang cukup antara kedua juri). Kesepakatan antara juri 1 dan 3 sebesar 0,62 (menunjukkan kesepakatan yang cukup antar kedua juri). Dan kesepakatan antara juri 2 dan 3 sebesar 0,87 ( itu berarti menunjukkan kesepakatan yang baik antar kedua juri).

Gambar

Tabel 2 Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Kategori Religi, Moral, dan Sosial…. 45
gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung menterjemahkan
gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa
gambar dan suara. Rekaman suara dengan gambar yang dilakukan di stasiun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Nilai Tambah Beras Putih per tahun Usaha Penggilingan Padi Kecil (PPK) Menetap di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen Tahun 2016 ditampilkan Tabel 8.

Hasil penelitian tentang proses berdasarkan wawancara terhadap informan di Ruang rawat Inap Cendrawasih Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad didapatkan

1) Peneliti akan berusaha dengan maksimal untuk menerapkan langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif tipe benar salah berantai dengan baik, agar aktivitas

Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran berbasis masalah berbantuan

Nabi Ibrahim as adalah salah seorang dan 25 Rasul Allah yang telah diutus kepada ummat manusia sepanjang sejarah kehidupan ummat manusia yaitu mulai dan Nabi Adam

Dalam bab ini sebelum membahas tahap pencatatan akuntansi pada perusahaan dagang, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai karakteristik perusahaan dagang, transaksi keuangan dan

Namun dari hasil studi pendahuluan, ditemukakan beberapa gejala yang menunjukkan bahwa pelaksanaan bimbingan konseling pranikah bagi calon pasangan suami isteri

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan tingkat kesuburan dan pencemaran air di Bendung Kembang Kempis Wedung berdasarkan nilai saprobitasnya (SI dan TSI),