PENGARUH KEPEMILIKAN ASING, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN UNTUK
MELAKUKAN TRANSFER PRICING
(Studi pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014)
Disusun oleh: Elsa Kisari Putri NIM: 1112082000021
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Elsa Kisari Putri
2. Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 18 September 1994
3. Alamat : Jl. Lembah Pinus Raya A3/102 RT
003/023, Pamulang Timur, Pamulang – Kota Tangerang Selatan 15417
4. Telepon : 082225842921
5. Email : elsakisariputri@yahoo.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Tunas Kejaksaan Tahun 1999-2000
2. SDN Cipayung 1 Tahun 2000-2006
3. SMPN 4 Kota Tangerang Selatan Tahun 2006-2009
4. SMAN 1 Kota Tangerang Selatan Tahun 2009-2012
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012-2016
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Bimbingan Belajar BEST, 2011-2012
2. Kursus Tari Saman FEB UIN Jakarta, 2012-2015
3. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Komputer SMAN 1 Kota
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
2013-2014 : Koordinator Department Seni dan Budaya HMJ Akuntansi
2014-2015 : Ketua Bidang IV HMJ Akuntansi
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar Nasional oleh HMJ Akuntansi FEB UIN, “Pathway Profesi Akuntansi Indonesia”, 25 Mei 2015.
2. Company Visit Goes To Direktorat Jenderal Pajak, “Tingkatkan
Wawasan, Raih Kesuksesan”, 19 November 2015.
3. Dosen Tamu oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), “Akuntansi Pengelolaan Dana Desa”, 18 November 2015.
4. Dosen Tamu oleh Mantan Komisioner KPK, “Akuntansi Fraud”, 9
November 2015.
5. Studium General Akuntansi oleh Partner KAP Pricewaterhouse Cooper
(PwC), 17 April 2014.
6. Seminar Tax Goes To Campus oleh Tax Center FEB UIN, “Pengenaan
Pajak pada UMKM”, 3 Desember 2013
.
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Hariyanto
2. Ibu : Kiswahyu
ABSTRACT
This research is aimed to analyze the effect of foreign ownership, firm size and leverage toward the firm decision for transfer pricing. Dependent variable in this research was transfer pricing proxied by the value of related party transaction (RPT) sales. Independent variables in this research were foreign ownership, firm size and leverage.
This research used secondary data analysis of financial statements or annual reports of firms in Indonesia Stock Exchange. The population in this research was all firm that listed in Indonesia Stock Exchange in 2014. By using purposive sampling method, the total amount of samples obtained in this research were 147 firms. This research used logistic regression analysis as analysis method.
The results of the analysis in this research showed that firm size effected and positive toward the firm decision for transfer pricing. While foreign ownership and leverage did not effect on the firm decision to transfer pricing.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh kepemilikan asing, ukuran perusahaan dan leverage terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah transfer pricing yang diproksikan dengan nilai dari related party transaction (RPT) penjualan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan asing, ukuran perusahaan dan leverage.
Penelitian ini menggunakan data sekunder pada laporan keuangan atau laporan tahunan yang telah dipublikasikan oleh perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014. Dengan menggunakan metode purposive sampling, didapat jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah 147 perusahaan. Metode analisis penelitian ini menggunakan regresi logistik.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Sedangkan kepemilikan asing dan leverage tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan berkat, rahmat, dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan
kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatulla Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga
segala macam kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik. Pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda serta kedua adikku yang telah memberikan kasih
sayang, perhatian, semangat serta doa yang tiada hentinya. Terima kasih atas
segalanya Papa dan Mama.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., CA., MM., selaku Sekretaris Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hiayatullah Jakarta
dan selaku dosen pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk mengarahkan dan memberikan nasihat dalam menjalani
perkuliahan.
5. Ibu Yulianti, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tak pernah lelah dalam memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmu yang Insha Allah
dapat bermanfaat.
7. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk
kesuksesan penulis. Terima kasih atas semua kasih sayangnya.
8. Muhammad Farid Almunawar, orang yang selalu menemani dan memberikan
dukungannya dalam berjuang untuk mencapai cita-cita. Terima kasih atas
waktu dan perhatiannya.
9. Sahabat seperjuanganku dari semester 1, Nida Nadya Hasan, Tuti Herawati,
Dwi Putri Oktaviani, Siti Lu’lu’ul Bahiyyah dan Verina Asgari, terima kasih
atas semangat, dukungan, doa dan kasih sayangnya.
10. Teman-teman terdekat yang telah banyak memberikan semangat dan
menghiburku, Bella Pavita, Mita Haristin Chaniago, Yuniasari Chairunissa,
Nanda, Nourma, Meta, Tri, Tata, Matari, Pinkan, Meirza, dan Falah.
11. Teman-teman Akuntansi 2012, terkhusus Akuntansi A 2012, terima kasih
untuk semangat dan kebersamaannya.
12. Teman-teman seperjuangan dalam melewati berbagai rintangan dan
sidang-sidang, Nida, Naya, Yudi, Revan, Rita, Fai. Terima kasih atas dukungan,
13. Keluarga HMJ Akuntansi, terima kasih atas ilmu, pengalaman dan
kebersamaannya.
14. Senior-senior Akuntansi yang telah memberikan bantuan, arahan dan nasihat
selama perkuliahan. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
15. Teman-teman KKN Serabi, Jannah, Dhia, Shofi, Rahma, Nida, Tuti, Dwi,
Chendy, Rizky, Mabrur, Fajar, Rahmat, Ulul, Faisal, Muas, dan Abas. Terima
kasih atas perjuangannya menjalankan KKN, terima kasih atas rasa
kekeluargaannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kerja
samanya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat
kekurangan atau kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan
penulis dengan adanya tugas akhir ini dapat bermanfaat guna menambah wawasan
dan pengetahuan penulis pada khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 10 Maret 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
ABSTRACT (Bahasa Inggris) ... viii
ABSTRAK (Bahasa Indonesia) ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9
1. Tujuan Penelitian ... 9
2. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN LITERATUR ... 11
A. Landasan Teori ... 11
1. Teori Agensi (Agency Theory) ... 11
2. Transfer Pricing ... 14
3. Kepemilikan Asing... 23
4. Ukuran Perusahaan... 25
5. Leverage ... 28
B. Penelitian Terdahulu ... 31
C. Kerangka Pemikiran ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 44
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 44
B. Metode Penentuan Sampel ... 44
C. Metode Pengumpulan Data ... 45
D. Metode Analisis Data... 46
1. Uji Statistik Deskriptif... 46
2. Analisis Regresi Logistik ... 47
E. Operasional Variabel Penelitian ... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ... 57
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 58
a. Hasil Uji Deskriptif ... 58
b. Hasil Uji Frekuensi ... 60
2. Hasil Analisis Regresi Logistik ... 61
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) .... 61
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 62
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 63
d. Hasil Matriks Klasifikasi ... 64
e. Hasil Hipotesis Penelitian dan Model Regresi Terbentuk ... 65
C. Pembahasan ... 67
1. Pengaruh antara Kepemilikan Asing (OWN) terhadap Keputusan Perusahaan untuk Melakukan Transfer Pricing (TP) ... 67
2. Pengaruh antara Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Keputusan Perusahaan untuk Melakukan Transfer Pricing (TP) ... 68
3. Pengaruh antara Leverage (LEV) terhadap Keputusan Perusahaan untuk Melakukan Transfer Pricing (TP) ... 69
BAB V PENUTUP ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 31
Tabel 3.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 55
Tabel 4.1 Tahap Seleksi Sampel dengan Kriteria ... 57
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 58
Tabel 4.3 Hasil Uji Frekuensi ... 60
Tabel 4.4 Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model... 62
Tabel 4. 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 63
Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 63
Tabel 4.7 Hasil Uji Matriks Klasifikasi ... 64
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Seluruh Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2014 ... 79
Lampiran 2 Hasil Perhitungan Variabel Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan dan Leverage Periode 2014 ... 84
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Variabel Transfer Pricing Periode 2014... 92
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi telah membawa dampak semakin meningkatnya
perekonomian di dunia dan membuat batas-batas negara menjadi sempit,
bahkan hampir tidak ada. Perkembangan ekonomi tersebut memberikan suatu
pengaruh yang besar bagi pola bisnis dan sikap bagi para pelaku bisnis. Arus
barang, jasa, modal, dan tenaga kerja semakin mudah dan lancar antar
negara, menjadikan para pelaku bisnis mengembangkan bisnisnya
membentuk perusahaan multinasional melalui anak perusahaan, cabang
perusahaan, dan agennya mengembangkan bisnis di beberapa negara lain
dengan melakukan berbagai investasi dan transaksi yang berskala
internasional (Lingga, 2012).
Dalam perusahaan multinasional terjadi berbagai transaksi internasional
antar anggota (divisi), salah satunya adalah penjualan barang atau jasa.
Sebagian besar transaksi bisnis tersebut biasanya terjadi di antara perusahaan
yang berelasi atau antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.
Penentuan harga atas berbagai transaksi antar anggota (divisi) tersebut
dikenal dengan sebutan transfer pricing/harga transfer (Mardiasmo, 2008).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 diatur di Pasal 18
pemilikan atau penguasaan modal saham suatu badan oleh badan lainnya
sebanyak 25% (dua puluh lima persen) atau lebih, atau antara beberapa badan
yang 25% (dua puluh lima persen) atau lebih sahamnya dimiliki oleh suatu
badan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan juga
mempunyai aturan mengenai masalah transfer pricing, yaitu Pasal 18. Aturan
transfer pricing mencakup beberapa hal, yaitu: pengertian hubungan
istimewa, wewenang menentukan perbandingan utang dan modal, dan
wewenang untuk melakukan koreksi dalam hal terjadi transaksi yang tidak
arm’s length (wajar). Aturan lebih lanjut dan detail tentang transfer pricing
termuat dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011 tentang
penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman (arm’s length principle) dalam
transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa. Di dalam aturan ini disebutkan pengertian arm’s length principle
yaitu harga atau laba atas transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
tidak mempunyai hubungan istimewa ditentukan oleh kekuatan pasar,
sehingga transaksi tersebut mencerminkan harga pasar yang wajar.
Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing,
intercorporate pricing, interdivisional atau internal pricing yang merupakan
harga yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas
transfer barang dan jasa antar anggota (grup perusahaan). Transfer pricing
biasanya ditetapkan untuk produk-produk antara (intermediate product) yang
kepada divisi pembeli. Transfer pricing dapat terjadi dalam satu negara
(domestic transfer pricing) maupun dengan negara yang berbeda
(international transfer pricing) (Zain, 2007).
Permasalahan transfer pricing menjadi isu yang sangat menarik dan
semakin mendapatkan perhatian dari otoritas perpajakan di berbagai belahan
dunia. Semakin banyak negara di dunia yang mulai memperkenalkan
peraturan tentang transfer pricing. Penelitian pada akhir-akhir ini telah
menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan multinasional (MNC) melihat
harga transfer (transfer pricing) sebagai suatu isu pajak internasional utama,
dan lebih dari setengah perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu
yang paling penting (Suandy, 2011).
Dari sisi pemerintahan, transfer pricing diyakini mengakibatkan
berkurang atau hilangnya potensi penerimaan pajak karena perusahaan
multinasional cenderung menggeser kewajiban perpajakannya dengan cara
memperkecil harga jual antara perusahaan dalam satu grup dan mentransfer
laba yang diperoleh kepada perusahaan yang berkedudukan di negara yang
menerapkan tarif pajak yang rendah (tax haven countries). Sedangkan dari
sisi bisnis, perusahaan cenderung berupaya meminimalkan biaya-biaya (cost
efficiency) termasuk di dalamnya minimalisasi pembayaran pajak perusahaan
(corporate income tax). Bagi korporasi multinasional, perusahaan berskala
global (multinational corporations), transfer pricing dipercaya menjadi salah
satu strategi yang efektif untuk memenangkan persaingan dalam
strategi untuk mendapatkan keuntungan lebih dari penjualan dan
penghindaran pajak. Salah satu caranya adalah dengan membuat anak
perusahaan di negara yang memberikan tarif pajak rendah ataupun negara
yang berstatus tax haven countries (Santosa, 2004 dalam Lingga, 2012).
Beberapa waktu yang lalu kasus mengenai transfer pricing menimpa
Google di Inggris, Starbucks Inggris, Amazon Inggris, dan lain-lain.
Starbucks Inggris misalnya, pada tahun 2011 sama sekali tidak membayar
pajak korporasi padahal berhasil mencetak penjualan sebesar £398 juta.
Mereka juga mengaku rugi sejak tahun 2008, padahal dalam laporan kepada
investornya di Amerika Serikat, Starbucks mengatakan bahwa mereka
memperoleh keuntungan yang besar di Inggris (Setiawan, 2014). Di Indonesia
sendiri, salah satu perusahaan yang terkena kasus transfer pricing yaitu PT
Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan produk Toyota dan
eksportir kendaraan dan suku cadang Toyota. Kasus Toyota terendus setelah
Dirjen Pajak secara simultan memeriksa surat pemberitahuan pajak tahunan
(SPT) Toyota Motor Manufacturing pada 2005. Belakangan, pajak Toyota
pada 2007 dan 2008 juga ikut diperiksa. Pemeriksaan dilakukan karena
Toyota mengklaim kelebihan membayar pajak pada tahun-tahun itu, dan
meminta negara mengembalikannya (restitusi). Dari pemeriksaan SPT Toyota
pada 2005 itu, petugas pajak menemukan sejumlah kejanggalan. Pada 2004
(2003) menjadi Rp 950 miliar. Selain itu, rasio gross margin atau
perimbangan antara laba kotor dengan tingkat penjualan-- juga menyusut.
Dari sebelumnya 14,59 persen (2003) menjadi hanya 6,58 persen setahun
kemudian. Padahal omzet produksi dan penjualan mereka pada tahun itu
justru naik 40 persen. Pemeriksa pajak menemukan jawabannya ketika
memeriksa struktur harga penjualan dan biaya Toyota dengan lebih seksama.
Di sinilah jejak transfer pricing perseroan ini mulai tercium. Toyota diduga
‘memainkan’ harga transaksi dengan pihak terafiliasi dan menambah beban
biaya lewat pembayaran royalti secara tidak wajar. Dari dokumen Toyota
terungkap bahwa seribu mobil buatan Toyota Motor Manufacturing Indonesia
harus dikirim dulu ke kantor Toyota Asia Pasifik di Singapura, sebelum
berangkat ke Filipina dan Thailand. Dengan kata lain, Toyota di Indonesia
hanya bertindak “atas nama” Toyota Motor Asia Pacific Pte., Ltd –nama unit
bisnis Toyota yang berkantor di Singapura.
Skema jual-beli via negara perantara semacam itu sebenarnya lazim saja
dalam perdagangan internasional. Apalagi penjual dan pembelinya adalah
bagian dari korporasi perusahaan multinasional yang sama. Tapi Justinus
Prastowo, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis,
mengingatkan, ada persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu transfer
pricing --atau transaksi antar-pihak terafiliasi-- tidak dituding sebagai modus
penghindaran pajak (tax avoidance). “Syaratnya, nilai transaksi mereka harus
ini belum juga diputus, walaupun sidangnya telah lama berakhir yaitu pada
tahun 2013 (Kontan, 2013).
Selain alasan pajak, praktik transfer pricing pun dapat dipengaruhi oleh
alasan non pajak seperti kepemilikan asing. Penelitian sebelumnya telah
dilakukan oleh Kiswanto dan Purwaningsih (2014) yang membuktikan bahwa
kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing. Perusahaan di Asia kebanyakan memiliki
struktur kepemilikan yang terkonsentrasi. Dalam struktur kepemilikan yang
terkonsentrasi, pemegang saham pengendali memiliki posisi yang lebih baik
karena pemegang saham pengendali dapat mengawasi dan memiliki akses
informasi yang lebih baik dibanding pemegang saham non pengendali
sehingga menimbulkan potensi pada pemegang saham pengendali untuk
terlibat jauh dalam pengelolaan perusahaan (Dyanty dkk, 2011).
Pemegang saham pengendali menurut PSAK No. 15 (Revisi 2013)
adalah entitas yang memiliki saham sebesar 20% atau lebih baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga entitas dianggap memiliki
pengaruh signifikan dalam mengendalikan perusahaan. Pemegang saham
pengendali dapat dimiliki oleh seseorang secara individu, pemerintah,
maupun pihak asing. Pada saat kepemilikan saham yang dimiliki pemegang
saham pengendali asing semakin besar, pemegang saham pengendali asing
memiliki kendali yang semakin besar dalam menentukan keputusan dalam
perusahaan yang menguntungkan dirinya termasuk kebijakan penentuan
dimungkinkan bahwa kepemilikan asing dapat mempengaruhi banyak
sedikitnya transfer pricing yang terjadi.
Hal lain yang mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan transfer
pricing ialah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran suatu perusahaan dapat
diketahui dari total aset perusahaan. Semakin besar jumlah aset perusahaan
maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut (Wijaya dkk, 2009).
Perusahaan yang besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks
dibandingkan perusahaan kecil, sehingga lebih memungkinkan untuk
melakukan manajemen laba. Penelitian yang dilakukan Richardson, et al
(2013) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Hal lain yang juga mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan
transfer pricing ialah leverage. Leverage merupakan rasio yang mengukur
seberapa jauh perusahaan menggunakan utang dalam pembiayaan.
Perusahaan multinasional biasanya membiayai anggota kelompok dengan
transfer utang dan / atau modal (Richardson et al, 1998). Transfer utang dan /
atau modal yang sebagian didorong oleh peluang untuk arbitrase pajak dan
dengan demikian, perusahaan yang terlibat dalam lokalisasi selektif utang untuk
tujuan pajak lebih mungkin menjadi agresif dalam hal pengaturan transfer
pricing mereka (Richardson et al, 1998). Ada kemungkinan bahwa leverage
dapat bertindak sebagai pengganti untuk transfer pricing dalam mencapai
Richardson, et al (2013) membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif
terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan menguji kembali
faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan transfer
pricing. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kepemilikan asing,
ukuran perusahaan, leverage. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Keputusan Perusahaan untuk Melakukan Transfer Pricing”. Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 kecuali
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam bagian latar belakang,
maka rumusan masalah yang telah disusun dalam penelitian ini adalah:
1) Apakah kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing?
2) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing?
3) Apakah leverage berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan penelitian di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing, khususnya
pada perusahaan multinasional yang terdaftar di BEI. Secara khusus
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis pengaruh positif kepemilikan asing terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
2. Menganalisis pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
3. Menganalisis pengaruh positif leverage terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini antara lain:
a. Manfaat Praktis
Memberikan gambaran kepada pemerintah, analis laporan keuangan,
manajemen perusahaan, dan investor/kreditor bagaimana
kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan leverage mempengaruhi
atau tidak mempengaruhi perusahaan untuk mengambil keputusan
b. Manfaat Teoritis dan Akademis
Menambah pengetahuan bagi perkembangan studi akuntansi dan
pajak dengan memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi
perusahaan mengambil keputusan untuk melakukan transfer pricing,
khususnya perusahaan multinasional yang terdaftar di BEI.
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Penelitian ini dilandasi oleh teori agensi. Teori ini memegang peran
penting dalam praktik bisnis perusahaan. Teori agensi merupakan teori
yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara principal dan
agent. Principal sebagai pemegang saham sedangkan agent sebagai
manajer. Principal mengontrak agent untuk melakukan pengelolaan
sumber daya dalam perusahaan. Tujuan utama dari teori keagenan adalah
untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan
kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir
cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris (Belkaoui,
2007).
Hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara
seseorang (atau lebih), seorang principal dan orang lainnya, seorang
agent, untuk memberikan jasa demi kepentingan principal termasuk
melibatkan pemberian delegasi kekuasaan pengambilan keputusan
kepada agent. Baik principal maupun agent diasumsikan untuk
memaksimalkan kegunaan subjek mereka dan juga untuk menyadari
kepentingan bersama mereka (Godfrey, 1994).
Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara principal dan
agent sulit tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan
(conflict of interest). Pemegang saham sebagai pihak principal
mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya
dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agent
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan
psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman,
maupun kontrak kompensasi. Manajer memiliki dorongan untuk memilih
dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memperlihatkan
kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal.
Perbedaan kepentingan antara principal dengan agent dapat
menimbulkan permasalahan yang dikenal dengan asimetri informasi.
Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk
memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan
adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan
beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Akibat adanya
informasi yang tidak seimbang (asimetri informasi) ini, dapat
menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan karena adanya
kesulitan principal memonitor dan melakukan kontrol terhadap
tindakan-tindakan agent. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan
a. Moral Hazard
Yaitu permasalahan yang muncul jika agent tidak melaksanakan
hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
b. Adverse Selection
Yaitu suatu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui
apakah suatu keputusan yang diambil oleh agent benar-benar didasarkan
atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah
kelalaian dalam tugas.
Dalam upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini
menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan ditanggung baik
oleh principal maupun agent. Jensen & Meckling (1976) membagi biaya
keagenan ini menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss.
Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal
untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan
mengontrol perilaku agent. Bonding cost merupakan biaya yang
ditanggung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang
menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal.
Selanjutnya residual loss merupakan pengorbanan yang berupa
berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan
keputusan agent dan keputusan principal (Godfrey, 1994).
Agent (manajemen) yang diberikan wewenang oleh principal
mendapatkan keuntungan yang besar, yaitu salah satunya dengan
berkurangnya pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Pihak
manajemen tersebut terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi,
komisaris independen, dan lain-lain. Pihak manajemen tersebut yang
akan menjalankan wewenang dari pihak investor dan mengendalikan
perusahaan serta mengambil keputusan perusahaan.
2. Transfer Pricing
a. Definisi
Definisi transfer pricing menurut para ahli:
Horngren (2008): “Transfer price is the price one subunit (department or division) charges for product or service supplied to another subunit of the same organization.”
OECD (Organization for Economic Co-operation dan Development) (2009), transfer pricing adalah: “Prices at which a company undertakes any transactions with associated enterprises. When a company transfer goods, intangible property or services to a related company, the prices charged is defined as a transfer pricing.”
Gunadi: “Transfer pricing adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dan suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahaan rugi, menghindari pajak atau bea di suatu negara.” (Suandy, 2011)
Peraturan Dirjen Pajak PER - 32/PJ/2011: Penetapan harga atas transaksi penyerahan barang berwujud, barang tidak berwujud, atau penyediaan jasa antar pihak yang memiliki hubungan istimewa (transaksi afiliasi).
Pengertian transfer pricing (harga transfer) dapat dibedakan
peyoratif−negatif. Pengertian netral mengasumsikan bahwa harga
transfer adalah murni strategi dan taktik bisnis tanpa motif
pengurangan beban pajak. Sedangkan pengertian peyoratif
mengasumsikan harga transfer sebagai upaya untuk menghemat
beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara
yang tarif pajaknya rendah (Suandy, 2011). Dapat simpulkan bahwa
transfer pricing adalah penentuan harga atas barang, jasa, ataupun
harta tak berwujud lainnya antara perusahaan yang berelasi atau
antar perusahaan yang memiliki hubungan istimewa.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 7 (Revisi 2012), pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa adalah bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk
mengendalikan pihak lain, atau mempunyai pengaruh signifikan atas
pihak lain dalam mengambil keputusan. Transaksi antara
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah suatu pengalihan
sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa tanpa menghiraukan apakah suatu harga
diperhitungkan.
Tujuan penetapan transfer pricing adalah untuk
mentransmisikan data keuangan di antara departemen-departemen
atau divisi-divisi perusahaan pada waktu mereka saling
menggunakan barang dan jasa satu sama lain (Simamora, 1999
transfer pricing, pertama untuk mengakali jumlah profit sehingga
pembayaran pajak dan pembagian dividen menjadi rendah. Kedua,
menggelembungkan profit untuk memoles (window-dressing)
laporan keuangan.
Menurut Horngren, Datar dan Foster (2008) penetapan transfer
pricing seharusnya membantu mencapai strategi tujuan perusahaan
serta sesuai dengan struktur organisasi perusahaan. Secara khusus,
transfer pricing seharusnya mendukung kesesuaian tujuan dan
tingkat usaha manajemen puncak. Subunit yang menjual produk atau
jasa seharusnya dimotivasi untuk menurunkan biaya mereka; subunit
yang membeli produk atau jasa seharusnya dimotivasi untuk
memperoleh dan menggunakan input secara efisien. Transfer pricing
seharusnya juga membantu manajemen puncak mengevaluasi kinerja
dari subunit individual dan manajer mereka. Jika manajemen puncak
mendukung tingkat desentralisasi yang tinggi dalam pengambilan
keputusan, ini berarti manajer subunit yang ingin memaksimalkan
laba operasi dari sub unitnya seharusnya memiliki kebebasan untuk
melakukan transaksi dengan subunit lain dari perusahaan (atas dasar
harga transfer) atau untuk melakukan transaksi dengan pihak
b. Metode Transfer Pricing dan Penentuan Nilai Pasar Wajar
Horngren, Datar, dan Foster (2008) menjelaskan bahwa secara
umum ada 6 (enam) metode yang paling sering digunakan oleh
perusahaan, antara lain:
1. Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
Harga transfer yang berdasarkan biaya kurang memuaskan
untuk perencanaan bisnis unit usaha, motivasi dan evaluasi
kerja. Oleh karena itu, diperkenalkan harga transfer dengan
basis harga pasar. Model dari bentuk ini berada pada harga pasar
yang berlaku (current-market price) dengan harga pasar
dikurangi diskon (market-price minus discount). Bentuk ini
dijadikan tolak ukur untuk menilai kemampuan kinerja
manajemen unit usaha karena hal ini menunjukkan kemampuan
produk untuk menghasilkan laba serta merangsang unit usaha
untuk bekerja secara bersaing. Bentuk ini dipakai apabila pasar
perantara cukup bersaing dan saling ketergantungan antar unit
usaha. Transfer barang atau jasa pada harga pasar secara umum
akan mengarah pada keputusan optimal apabila kondisi berikut
ini dipenuhi: a) harga untuk intermediate product secara
sempurna kompetitif, b) independensi antara sub unit adalah
minimal, c) tidak ada tambahan biaya atau manfaat untuk
pasar terbuka dibandingkan transaksi secara internal, d) suatu
pasar yang secara sempurna, kompetitif ada pada saat terdapat
suatu barang yang sama dengan harga beli sama dengan harga
jual dan tidak ada pembeli individual atau penjual dapat
mempengaruhi harga-harga tersebut. Dengan menggunakan
harga pasar dalam pasar yang secara sempurna kompetitif, suatu
perusahaan dapat mencapai tujuan congruence, dukungan
manajemen, evaluasi kinerja unit usaha, dan otonomi unit usaha.
2. Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Adalah harga yang didasarkan pada biaya produksinya.
Biaya yang digunakan dalam harga transfer berdasarkan biaya
dapat merupakan biaya aktual (actual cost) atau biaya yang
dianggarkan (budget). Transfer berdasarkan biaya termasuk
suatu mark-up atau profit margin yang menggambarkan tingkat
pengembalian investasi suatu unit usaha: a) biaya variabel aktual
(actual variable costs), b) biaya tetap standar (standart variable
fixed), c) biaya tetap aktual (actual fixed costs), d) biaya total
standar (standard full costs), e) biaya rata-rata (average costs),
dan f) biaya total ditambah laba (full costs plus mark-up).
Penentuan harga transfer berdasarkan biaya dalam konsep ini
sederhana dan menghemat sumber daya karena informasi biaya
3. Berdasarkan Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)
Pemberian tingkat otoritas dan pengendalian laba per divisi
secara memadai menghendaki kemungkinan penentuan transfer
pricing berdasarkan negosiasi. Pendekatan ini mengasumsikan
bahwa kedua unit usaha mempunyai posisi tawar-menawar yang
sama, namun boleh jadi transfer pricing yang demikian akan
memakan waktu negosiasi, mengulang pemeriksaan serta revisi
transfer pricing.
4. Berdasarkan Biaya Total (Full Cost Bases Transfer Prices)
Dalam praktiknya, beberapa perusahaan menggunakan
transfer pricing berdasarkan full costs. Untuk menaksir suatu
harga mendekati harga pasarnya, transfer pricing berdasarkan
biaya kadang-kadang dibuat pada full costs plus suatu margin.
Transfer pricing ini kadang-kadang dapat mengarahkan pada
keputusan unit usaha.
5. Harga Transfer Arbitrase (Arbitrary Transfer Prices)
Dalam pendekatan ini, transfer pricing ditentukan
berdasarkan interaksi kedua unit usaha dan pada tingkat yang
6. Harga Transfer Ganda (Double Transfer Prices)
Transfer pricing ini digunakan untuk memenuhi disparitas
responsibilitas dari unit usaha perusahaan.
Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) atau Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan
Ekonomi merupakan sebuah organisasi internasional dengan tiga
puluh negara yang menerima prinsip demokrasi perwakilan dan
ekonomi pasar bebas yang dibentuk pada tahun 1960. Bidang yang
menangani perpajakan dalam OECD dilaksanakan oleh Committee
on Fiscal Affairs (CFA). Terkait transfer pricing, CFA melalui sub
grupnya yaitu Working Party No. 6 telah menerbitkan OECD
Transfer Pricing Guidelines (selanjutnya disebut dengan OECD
Guidelines) sebagai panduan bagi perusahaan multinasional dan
otoritas pajak dalam masalah transfer pricing. Dengan demikian,
OECD Guidelines ini dibuat dengan maksud untuk membantu (i)
otoritas pajak (tidak hanya terhadap negara-negara anggota saja,
tetapi juga negara-negara yang bukan anggota OECD) maupun (ii)
perusahaan multinasional dalam memberikan panduan tentang cara
penyelesaian perselisihan transfer pricing yang saling
menguntungkan antara masing-masing otoritas pajak, dan antara
otoritas pajak dengan perusahaan multinasional (Darussalam dan
Dalam menentukan harga pasar wajar (Arm’s Length) ada
beberapa metode yang dapat digunakan. Tujuan dari metode-metode
tersebut untuk memastikan bahwa transaksi yang terjadi antara
perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan istimewa telah
memenuhi harga pasar wajar secara konsisten. Menurut OECD
Guidelines, metode tersebut terbagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu:
1. Pendekatan Tradisional
a. Comparable uncontrolled price method (CUP) atau metode
harga pasar sebanding
Pada pendekatan ini, harga transaksi antara pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa dibandingkan dengan
harga wajar pada transaksi serupa yang terjadi antara
pihak-pihak yang sama sekali tidak berhubungan (berada pada
kondisi wajar (arm’s length)).
b. Resale price method (RPM) atau metode harga jual minus
Pada resale price method, pedomannya adalah gross margin
yang diperoleh untuk transaksi serupa pada kondisi arm;s
length. Harga koreksian dihitung dari harga jual kembali
c. Cost plus method (CPM) atau metode harga pokok plus
Metode ini sama dengan resale price method, yaitu
menggunakan gross margin sebagai pedoman. Namun yang
menjadi dasar perhitungan adalah total biaya yang
dikeluarkan untuk membuat suatu produk.
2. Pendekatan Transaksional
a. Profit Split Method (PSM) atau metode pembagian laba
Metode ini dipergunakan ketika tidak terdapat data yang
dapat diperbandingkan. Dalam pendekatan metode profit
split ini, laba dari transaksi antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dapat diketahui dengan
cara melakukan analisis fungsi atas kegiatan usaha yang
dilakukannya.
b. Transactional Net Margin Method (TNMM) atau metode
laba bersih transaksi
Pada pendekatan TNMM, laba bersih transaksi antara
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
dibandingkan dengan satu dasar tertentu, misalnya jumlah
aktiva, biaya, atau total penjualan. Hasilnya kemudian
dari harga dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa.
3. Kepemilikan Asing
Isu Penanaman Modal Asing (PMA) dewasa ini semakin ramai
dibicarakan. Hal ini mengingat, bahwa untuk kelangsungan
pembangunan nasional dibutuhkan banyak dana. Dana yang dibutuhkan
untuk investasi tidak mungkin dicukupi dari pemerintah dan swasta
nasional. Keadaan ini yang makin mendorong untuk mengupayakan
semaksimal mungkin menarik penanaman modal asing ke Indonesia.
Pengertian Penanaman Modal Asing dalam UU Nomor 25 tahun 2007
pasal 1 ayat 3 adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Dengan adanya
penanaman modal asing tersebut maka akan timbul kepemilikan asing.
Kepemilikan asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing
(luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham
perusahaan di Indonesia. Kepemilikan asing dapat diukur sesuai dengan
proporsi saham biasa yang dimiliki oleh asing.
Para pemegang saham memiliki beberapa hak yang hanya terdapat
pada kepemilikan saham biasa, diantaranya adalah (Ross, Westerfield,
1. Hak suara dalam pemilihan langsung dewan direksi perusahaan.
Jenis voting yang dapat dilakukan oleh pemegang saham ada
dua jenis yaitu cumulative voting dan straight voting.
Cumulative voting adalah prosedur dimana pemegang saham
dapat menggunakan seluruh hak voting-nya untuk memilih
hanya satu calon anggota dewan direksi perusahaan. Straight
voting adalah prosedur dimana pemegang saham menggunakan
seluruh hak voting-nya untuk masing-masing calon dewan
direksi perusahaan. Perbedaan efek kedua jenis voting tersebut
adalah pada pemegang saham minoritas. Cumulative voting
memperjelas peran pemilik saham minoritas, sedangkan straight
voting justru mengaburkan peran tersebut.
2. Hak proxy voting dimana pemegang saham dapat memberikan
hak suaranya kepada pihak tertentu di dalam sebuah rapat
pemegang saham. Proxy sering terjadi pada pengambilan suara
di dalam perusahaan-perusahaan besar yang memiliki jutaan
lembar saham yang beredar.
3. Hak mendapatkan dividen apabila perusahaan memutuskan
untuk membagi dividen pada periode tertentu.
4. Hak ambil bagian dalam likuidasi aset perusahaan setelah
5. Hak suara dalam rapat pemegang saham luar biasa yang
menentukan masa depan perusahaan, misalnya merjer, akuisisi,
dan lain-lain.
6. Hak memiliki saham yang baru diterbitkan oleh perusahaan.
Hak ini disebut sebagai prevemptive right.
Entitas asing yang memiliki saham sebesar 20% atau lebih sehingga
dianggap memiliki pengaruh signifikan dalam mengendalikan
perusahaan bisa disebut sebagai pemegang saham pengendali asing.
Pemegang saham pengendali asing ini akan memungkinkan untuk
memerintahkan manajemen untuk melakukan apa yang ia inginkan yang
dapat menguntungkan dirinya.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan
besar kecilnya suatu objek. Menurut Sawir (2004), ukuran perusahaan
dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir
setiap studi untuk alasan yang berbeda.
Ketentuan untuk ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No. 20
Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah. Peraturan tersebut
menjelaskan 4 (empat) jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai dari
jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
a. Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan
bersih ≤Rp 50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan
memiliki jumlah penjualan ≤Rp 300.000.000,-.
b. Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan
bersih Rp50.000.000,- sampai Rp 500.000.000,- (tidak termasuk
tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp
300.000.000,- sampai dengan Rp 2.500.000.000,-.
c. Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki
kekayaan bersih Rp 500.000.000,- sampai Rp 10.000.000.000,-
(tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah
penjualan Rp 2.500.000.000,- sampai dengan Rp 50.000.000.000,-.
d. Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan
bersih ≥Rp 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan)
serta memiliki jumlah penjualan ≥Rp 50.000.000.000,-.
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya
ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total
penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya.
Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran
perusahaan itu. Semakin besar aset maka semakin banyak modal yang
ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran
uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia
Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total aset/aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan
operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak
manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di
perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding
dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jika
dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam
mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan.
Sedangkan dari sisi pemilik perusahaan, jumlah aset yang besar akan
menurunkan nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini akan digunakan total aset untuk mengukur
ukuran perusahaan karena nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan
penjualan. Total aset adalah segala sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari transaksi masa lalu dan diharapkan akan
memberi manfaat ekonomi bagi perusahaan di masa yang akan datang.
Perusahaan besar yang telah mencapai tahap kedewasaan
mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu
menghasilkan laba dibandingkan perusahaan kecil. Bagi perusahaan yang
stabil biasanya tingkat kepastian untuk memperoleh laba sangat tinggi.
Sebaliknya, bagi perusahaan kecil besar kemungkinan laba yang
diperoleh juga belum stabil karena tingkat kepastian laba lebih rendah.
Dalam perusahaan besar yang memiliki keuntungan besar cenderung
signifikan untuk menghindari pajak perusahaan (Rego, 2003). Di
beberapa kasus perusahaan besar memiliki masalah pembayaran pajak
yang tinggi karena itu lah ada beberapa perusahaan yang melakukan
berbagai cara agar pembayaran pajak perusahaan menjadi rendah. Salah
satu cara yang dilakukan adalah melalui transfer pricing, maka dari itu
penelitian ini akan meneliti seberapa banyak perusahaan besar yang
melakukan transfer pricing.
5. Leverage
Salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan adalah utang
(leverage). Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang
menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal
maupun aset perusahaan. Rasio ini dapat melihat sejauh mana perusahaan
dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang
digambarkan oleh modal perusahaan yang baik semestinya mempunyai
modal lebih besar daripada utang. Tingkat rasio leverage yang tinggi
berarti perusahaan menggunakan utang yang tinggi pula dan ini berarti
profitabilitas perusahaan akan meningkat, namun disisi lain utang yang
tinggi akan meningkatkan resiko kebangkrutan.
Terdapat dua tipe leverage yaitu:
a. Operating leverage
Hal ini terjadi pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang
operasinya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa peka
laba operasi terhadap perubahan hasil penjualan dan berapa
penjualan minimal yang harus diperoleh agar perusahaan tidak rugi.
Meningkatnya jumlah penjualan yang melampaui titik impas, laba
akan meningkat karena biaya tetap penjualan per unit yang
ditanggung oleh perusahaan akan lebih kecil. Jadi operating leverage
dapat meningkatkan profitability yang tidak pasti.
b. Financial leverage
Pembiayaan dengan utang mempunyai tiga implementasi
penting, yang pertama adalah memperoleh dana melalui utang
membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian
terhadap perusahaan dengan implementasi terbatas. Yang kedua
adalah kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk
memberikan safety margin. Sehingga pemegang saham hanya
memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka resiko
perusahaan sebagian besar ada pada kreditur. Dan yang terakhir
adalah jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar
atas investasi yang dibayarkan dengan dana pinjaman dibanding
pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan
lebih besar.
Apabila perusahaan menggunakan utang pada komposisi
pembiayaan, maka akan ada bunga yang harus dibayar. Pada peraturan
expense dan bisa dibiayakan atau menjadi pengurang penghasilan kena
pajak. Sebaliknya, apabila komposisi pembiayaan perusahaan
menggunankan equity financing, maka harus membayarkan dividen yang
tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan kena pajak (Suandy, 2011).
Kebijakan pendanaan suatu perusahaan akan mempengaruhi tarif
pajak efektif karena pajak memiliki perlakuan yang berbeda terkait
dengan struktur modal suatu perusahaan (Gupta dan Newberry, 1997).
Karena tarif pajak efektif juga merupakan proksi pengukuran
penghindaran pajak, maka kebijakan pendanaan pun akan berpengaruh
terhadap adanya penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan multinasional biasanya membiayai anggotanya dengan
transfer utang dan/atau modal, untuk tujuan pajak lebih mungkin dalam
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Muideen Adeseye Awodiran (2014)
Transfer Pricing : A Tax Avoidance Tool of Multinational
Corporation
Transfer Pricing Tidak terdapat variabel kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan leverage
Transfer pricing merupakan alat atau instrumen yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional untuk mengurangi
kewajiban pajak
2. Agnes W. Y. Lo, Raymond M. K. Wong dan Michael Firth (2010)
Tax, Financial Reporting, and
Tunneling Incentives for Income Shifting: An Empirical Analysis of the Transfer Pricing Behavior of Chinese-Listed Companies
Kepemilikan pengendali dan keputusan kebijakan transfer pricing
Tidak terdapat variabel kepemilikan asing, ukuran perusahaan dan leverage
Penelitian ini menemukan perusahaan-perusahaan yang menghadapi pajak dan insentif tunneling bahwa insentif cenderung saling mengimbangi sehingga tidak ada manajemen laba untuk membuat keputusan melakukan transfer pricing
3. Grant Richardson, Grantly Taylor dan Roman Lanis (2013) Determinants of Transfer Pricing Aggressiveness: Emperical Evidence from Australian firms
Variabel ukuran perusahaan, leverage, dan transfer pricing
Variabel profitability, intangible assets, multinationality, dan sektor industri sebagai variabel kontrol.
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Penelitian dilakukan pada perusahaan di Australia pada periode 2009
aggressiveness dengan variabel kontrol sektor industry
4. Andrew B. Bernard, J. Bradford Jensen, dan Peter K. Schott (2006)
Transfer Pricing by U.S. Based
Multinational Firms
Variabel transfer pricing
Tidak terdapat variabel kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan leverage
Ukuran perusahaan, pangsa ekspor perusahaan, negara dengan tingkat pajak rendah mempengaruhi harga kewajaran dalam transaksi pihak berelasi. Penelitian ini juga menemukan bahwa nilai wajar ekspor di AS lebih tinggi dibandingkan harga yang tercatat dalam transaksi pihak berelasi 5. Vera Dyanty,
Sidharta Utama, Hilda Rossieta, dan Sylvia Veronica (2011) Pengaruh Kepemilikan Akhir terhadap Transaksi Pihak Berelasi Variabel kepemilikan asing. Populasi penelitian yaitu seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. Variabel dependen diukur dengan transaksi pihak berelasi
Tidak terdapat variabel ukuran perusahaan dan leverage. Periode penelitian pada tahun 2003-2007
Transaksi pihak berelasi dipengaruhi oleh
kepemilikan saham pengendali, termasuk kepemilikan saham pengendali asing
Bersambung ke halaman selanjutnya
[image:49.842.85.732.106.563.2]No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6. Ni Wayan Yuniasih, Ni Ketut Rasmini, dan Made Gede Wirakusuma (2012)
Pengaruh Pajak dan Tunneling Incentive pada Keputusan Transfer Pricing
Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Variabel transfer pricing. Metode penelitian yang digunakan yaitu regresi logistik. Transfer pricing diukur dengan transaksi pihak berelasi
Tidak terdapat variabel kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan leverage. Periode yang digunakan pada tahun 2008-2010
Hasil empiris menunjukkan bahwa pajak dan tunneling incentive berpengaruh positif pada perusahaan untuk melakukan transfer pricing
7. Nancy Kiswanto dan Anna
Purwaningsih (2014)
Pengaruh Pajak,
Kepemilikan Asing, dan Ukuran Perusahaan terhadap Transfer Pricing Pada
Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2010-2013
Variabel kepemilikan asing, ukuran
perusahaan, dan transfer pricing
Tidak terdapat variabel leverage. Populasi penelitian yaitu sektor manufaktur yang terdaftar di BEI.
Periode yang digunakan pada tahun 2010-2013. Metode yang digunakan yaitu regresi linier berganda
Pajak dan kepemilikan asing berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan.
8. Fadillah Karim (2014) Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance Kepemilikan institusional yang didalamnya terdapat kepemilikan asing
Tidak terdapat variabel ukuran perusahaan dan leverage
Penelitian ini menemukan kepemilikan institusional dan proporsi dewan
[image:50.842.84.737.105.565.2]No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
audit berpengaruh terhadap tax avoidance.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
[image:51.842.89.563.107.567.2]C. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh kepemilikan asing terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing
Perusahaan di Asia kebanyakan memiliki struktur kepemilikan yang
terkonsentrasi. Struktur kepemilikan tersebut menimbulkan potensi pada
pemegang saham pengendali untuk terlibat jauh dalam pengelolaan
perusahaan serta memperoleh kekuasaan dan insentif untuk dapat
bernegosiasi dan mendorong kontrak perusahaan dengan para
stakeholders. Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi cenderung
menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham pengendali
dan manajemen dengan pemegang saham non pengendali (Dyanty dkk,
2011). Pemegang saham non pengendali mempercayakan pemegang
saham pengendali untuk mengawasi manajemen karena pemegang saham
pengendali memiliki posisi yang lebih baik dan memiliki akses informasi
yang lebih baik sehingga dimungkinkan pemegang saham pengendali
menyalahgunakan hak kendali untuk kesejahteraannya sendiri. Salah
satunya dengan melakukan transfer pricing.
Pemegang saham pengendali asing menjual produk dari perusahaan
yang ia kendalikan ke perusahaan pribadinya dengan harga di bawah
pasar. Hal tersebut dilakukan pemegang saham pengendali asing untuk
mendapatkan keuntungan pribadi dan merugikan pemegang saham non
pemegang saham pengendali asing semakin besar maka pemegang saham
pengendali asing memiliki pengaruh yang semakin besar dalam
menentukan berbagai keputusan dalam perusahaan, termasuk kebijakan
penentuan harga maupun jumlah transfer pricing.
Penelitian yang dilakukan oleh Kiswanto dan Purwaningsih (2014)
menunjukkan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Ketika pihak
asing telah menanamkan modalnya pada perusahaan publik Indonesia
dengan persentase lebih dari 20% maka pihak asing bisa memberikan
pengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing yang melibatkan
pihak asing. Semakin besar kepemilikan asing dalam suatu perusahaan
maka akan semakin tinggi pengaruh pihak asing dalam menentukan
banyak sedikitnya transfer pricing yang dilakukan. Dyanty, dkk (2011)
menyatakan bahwa semakin tinggi hak kendali yang dimiliki pemegang
saham pengendali, termasuk pemegang saham pengendali asing,
memungkinkan pemegang saham pengendali memerintahkan manajemen
melakukan transaksi pihak berelasi. Transaksi pihak berelasi adalah
proksi yang digunakan untuk mengukur keberadaan transfer pricing.
Berbeda dengan penelitian Kiswanto dan Purwaningsih (2014), studi
yang dilakukan oleh Dewi dan Jati (2014) dan Fadillah (2014)
menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance. Di dalam kepemilikan institusional terdapat
transfer pricing adalah salah satu upaya tax avoidance (penghindaran
pajak) yang kebanyakan dilakukan oleh perusahaan multinasional atau
Multi National Company (MNC). Dengan tidak adanya pengaruh
kepemilikan institusional terhadap tax avoidance, maka transfer pricing
juga tidak dipengaruhi oleh kepemilikan institusional yang termasuknya
kepemilikan asing.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kiswanto dan
Purwaningsih (2014), Dewi dan Jati (2014), serta Fadillah (2014), diduga
bahwa terdapat inconsistency pengaruh kepemilikan asing terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Oleh karena itu
perlu diuji kembali mengenai pengaruh kepemilikan asing.
2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing
Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya penilaian
besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Pada umumnya penelitian di
Indonesia menggunakan total aset sebagai proksi dari ukuran perusahaan.
Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam
tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki
prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lebih lama
(Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Perusahaan-perusahaan besar yang
untuk menghindarkan pajak. Di beberapa kasus perusahaan besar
cenderung memiliki masalah pembayaran pajak yang tinggi, oleh sebab
itu beberapa perusahaan melakukan berbagai cara agar pembayaran pajak
menjadi rendah, yaitu dapat dilakukan dengan transfer pricing.
Penelitian yang dilakukan oleh Richardson, et al (2013) dan
Supriyanto dan Falikhatun (2008) menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing. Selain itu, Bernard, et al (2006) mengamati
bahwa perusahaan-perusahaan besar terlibat dalam manipulasi yang lebih
besar dari transfer pricing.
3. Pengaruh leverage terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing
Perusahaan memiliki berbagai sumber pendanaan dalam
menjalankan bisnisnya, salah satunya dengan utang. Leverage mengukur
besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang. Semakin besar
utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena insentif
pajak atas bunga utang semakin besar (Prakosa, 2014). Penelitian Ozkan
(2001) memberikan bukti bahwa perusahaan yang memiliki kewajiban
pajak tinggi akan memilih untuk berutang agar mengurangi pajak.
Dengan sengajanya perusahaan berutang untuk mengurangi beban pajak
Perusahaan multinasional biasanya membiayai anggota kelompok dengan
transfer utang dan / atau modal (Richardson, et al, 1998).
Transfer utang dan / atau modal yang sebagian didorong oleh
peluang untuk arbitrase pajak dan dengan demikian, perusahaan yang
terlibat dalam lokalisasi selektif utang untuk tujuan pajak lebih mungkin
menjadi agresif dalam hal pengaturan transfer pricing mereka
(Richardson et al, 1998). Ada kemungkinan bahwa leverage dapat
bertindak sebagai pengganti untuk transfer pricing dalam mencapai
pengurangan kewajiban pajak perusahaan grup. Penelitian terbaru
dilakukan oleh Richardson et al, (2013) yang menunjukkan bahwa
leverage berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan transfer pricing.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dyanty, dkk (2011)
menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing, Semakin tinggi leverage,
semakin besar pembiayaan perusahaan dari kreditor. Hal ini tentunya
makin meningkatkan pengawasan bank terhadap operasional perusahaan
untuk memastikan bahwa pemegang saham tidak akan melakukan
ekspropriasi terhadap aset perusahaan. Jika bank menganggap transaksi
pihak berelasi sebagai transaksi yang dapat menurunkan nilai aset yang
tersedia, bank sebagai kreditur akan melakukan pengawasan yang ketat
terhadap terjadinya transaksi pihak berelasi di perusahaan (Chien dan Hsu,
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2014), Ozkan
(2001), Richardson, et al (2013) serta Dyanty, dkk (2011) diduga bahwa
terdapat inconsistency pengaruh leverage terhadap keputusan perusahaan
untuk melakukan transfer pricing. Oleh karena itu perlu diuji kembali
Dari uraian di atas, terbentuk kerangka pemikiran sebagai berikut:
Hubungan istimewa
Bersambung pada halaman selanjutnya
Perusahaan A Perusahaan B
Terdapat Transfer Pricing : barang, jasa, barang tak
berwujud lainnya
Adanya kemungkinan penyelewengan dalam penggunaan kebijakan transfer pricing karena ada perbedaan antara kepentingan perusahaan dengan peraturan OECD Guidelines dan
UU PPh No. 36 tahun 2008
Pengaruh Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Keputusan Perusahaan untuk
Melakukan Transfer Pricing
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Skema Kerangka Pemikiran Variabel Independen
Kepemilikan Asing (X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Leverage (X3)
Variabel Dependen
Keputusan Perusahaan untuk Melakukan
Transfer Pricing
Model Analisis:
Regresi Logistik
Pembahasan dan Hasil Pengujian
[image:59.595.114.488.175.627.2]Kesimpulan dan Saran
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian yang sudah dijabarkan di atas, dapat dimungkinkan
hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Ha1: kepemilika