• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN LITERATUR

C. Kerangka Pemikiran

1. Pengaruh kepemilikan asing terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing

Perusahaan di Asia kebanyakan memiliki struktur kepemilikan yang terkonsentrasi. Struktur kepemilikan tersebut menimbulkan potensi pada pemegang saham pengendali untuk terlibat jauh dalam pengelolaan perusahaan serta memperoleh kekuasaan dan insentif untuk dapat bernegosiasi dan mendorong kontrak perusahaan dengan para stakeholders. Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi cenderung menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham pengendali dan manajemen dengan pemegang saham non pengendali (Dyanty dkk, 2011). Pemegang saham non pengendali mempercayakan pemegang saham pengendali untuk mengawasi manajemen karena pemegang saham pengendali memiliki posisi yang lebih baik dan memiliki akses informasi yang lebih baik sehingga dimungkinkan pemegang saham pengendali menyalahgunakan hak kendali untuk kesejahteraannya sendiri. Salah satunya dengan melakukan transfer pricing.

Pemegang saham pengendali asing menjual produk dari perusahaan yang ia kendalikan ke perusahaan pribadinya dengan harga di bawah pasar. Hal tersebut dilakukan pemegang saham pengendali asing untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan merugikan pemegang saham non pengendali (Atmaja, 2011). Ketika kepemilikan saham yang dimiliki

pemegang saham pengendali asing semakin besar maka pemegang saham pengendali asing memiliki pengaruh yang semakin besar dalam menentukan berbagai keputusan dalam perusahaan, termasuk kebijakan penentuan harga maupun jumlah transfer pricing.

Penelitian yang dilakukan oleh Kiswanto dan Purwaningsih (2014) menunjukkan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Ketika pihak asing telah menanamkan modalnya pada perusahaan publik Indonesia dengan persentase lebih dari 20% maka pihak asing bisa memberikan pengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing yang melibatkan pihak asing. Semakin besar kepemilikan asing dalam suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pengaruh pihak asing dalam menentukan banyak sedikitnya transfer pricing yang dilakukan. Dyanty, dkk (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi hak kendali yang dimiliki pemegang saham pengendali, termasuk pemegang saham pengendali asing, memungkinkan pemegang saham pengendali memerintahkan manajemen melakukan transaksi pihak berelasi. Transaksi pihak berelasi adalah proksi yang digunakan untuk mengukur keberadaan transfer pricing.

Berbeda dengan penelitian Kiswanto dan Purwaningsih (2014), studi yang dilakukan oleh Dewi dan Jati (2014) dan Fadillah (2014) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Di dalam kepemilikan institusional terdapat kepemilikan asing oleh institusi dan menurut Lestari (2008) bahwa

transfer pricing adalah salah satu upaya tax avoidance (penghindaran pajak) yang kebanyakan dilakukan oleh perusahaan multinasional atau Multi National Company (MNC). Dengan tidak adanya pengaruh kepemilikan institusional terhadap tax avoidance, maka transfer pricing juga tidak dipengaruhi oleh kepemilikan institusional yang termasuknya kepemilikan asing.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kiswanto dan Purwaningsih (2014), Dewi dan Jati (2014), serta Fadillah (2014), diduga bahwa terdapat inconsistency pengaruh kepemilikan asing terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Oleh karena itu perlu diuji kembali mengenai pengaruh kepemilikan asing.

2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing

Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya penilaian besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Pada umumnya penelitian di Indonesia menggunakan total aset sebagai proksi dari ukuran perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lebih lama (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki keuntungan besar cenderung akan terlibat dalam transaksi

untuk menghindarkan pajak. Di beberapa kasus perusahaan besar cenderung memiliki masalah pembayaran pajak yang tinggi, oleh sebab itu beberapa perusahaan melakukan berbagai cara agar pembayaran pajak menjadi rendah, yaitu dapat dilakukan dengan transfer pricing.

Penelitian yang dilakukan oleh Richardson, et al (2013) dan Supriyanto dan Falikhatun (2008) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Selain itu, Bernard, et al (2006) mengamati bahwa perusahaan-perusahaan besar terlibat dalam manipulasi yang lebih besar dari transfer pricing.

3. Pengaruh leverage terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing

Perusahaan memiliki berbagai sumber pendanaan dalam menjalankan bisnisnya, salah satunya dengan utang. Leverage mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang. Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar (Prakosa, 2014). Penelitian Ozkan (2001) memberikan bukti bahwa perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi akan memilih untuk berutang agar mengurangi pajak. Dengan sengajanya perusahaan berutang untuk mengurangi beban pajak maka dapat disebutkan bahwa perusahaan tersebut agresif terhadap pajak.

Perusahaan multinasional biasanya membiayai anggota kelompok dengan transfer utang dan / atau modal (Richardson, et al, 1998).

Transfer utang dan / atau modal yang sebagian didorong oleh peluang untuk arbitrase pajak dan dengan demikian, perusahaan yang terlibat dalam lokalisasi selektif utang untuk tujuan pajak lebih mungkin menjadi agresif dalam hal pengaturan transfer pricing mereka (Richardson et al, 1998). Ada kemungkinan bahwa leverage dapat bertindak sebagai pengganti untuk transfer pricing dalam mencapai pengurangan kewajiban pajak perusahaan grup. Penelitian terbaru dilakukan oleh Richardson et al, (2013) yang menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dyanty, dkk (2011) menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing, Semakin tinggi leverage, semakin besar pembiayaan perusahaan dari kreditor. Hal ini tentunya makin meningkatkan pengawasan bank terhadap operasional perusahaan untuk memastikan bahwa pemegang saham tidak akan melakukan ekspropriasi terhadap aset perusahaan. Jika bank menganggap transaksi pihak berelasi sebagai transaksi yang dapat menurunkan nilai aset yang tersedia, bank sebagai kreditur akan melakukan pengawasan yang ketat terhadap terjadinya transaksi pihak berelasi di perusahaan (Chien dan Hsu, 2010 dalam Dyanty, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2014), Ozkan (2001), Richardson, et al (2013) serta Dyanty, dkk (2011) diduga bahwa terdapat inconsistency pengaruh leverage terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Oleh karena itu perlu diuji kembali mengenai pengaruh leverage.

Dari uraian di atas, terbentuk kerangka pemikiran sebagai berikut:

Hubungan istimewa

Bersambung pada halaman selanjutnya

Perusahaan A Perusahaan B

Terdapat Transfer Pricing : barang, jasa, barang tak

berwujud lainnya

Adanya kemungkinan penyelewengan dalam penggunaan kebijakan transfer pricing karena ada perbedaan antara kepentingan perusahaan dengan peraturan OECD Guidelines dan

UU PPh No. 36 tahun 2008

Pengaruh Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Keputusan Perusahaan untuk

Melakukan Transfer Pricing

Gambar 2.1 (Lanjutan)

Skema Kerangka Pemikiran Variabel Independen Kepemilikan Asing (X1) Ukuran Perusahaan (X2) Leverage (X3) Variabel Dependen Keputusan Perusahaan untuk Melakukan Transfer Pricing Model Analisis: Regresi Logistik

Pembahasan dan Hasil Pengujian

Kesimpulan dan Saran

Dokumen terkait