TINGKAH LAKU DAN REKAM JEJAK KAMBING KACANG
DENGAN WARNA KULIT BERBEDA PADA
PENGGEMBALAAN SEMI INTENSIF
SLAMET HERI KISWANTO
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan skripsi berjudul Tingkah Laku dan Rekam Jejak Kambing Kacang dengan Warna Kulit Berbeda pada Penggembalaan Semi intensif adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
iv
ABSTRAK
SLAMET HERI KISWANTO. Tingkah Laku dan Rekam Jejak Kambing Kacang dengan Warna Kulit Berbeda pada Penggembalaan Semi intensif. Dibimbing oleh M. BAIHAQI dan IWAN PRIHANTORO.
Perbedaan warna kulit berpengaruh terhadap tingkah laku kambing kacang yang digembalakan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh perbedaan warna kulit terhadap tingkah laku harian dan jarak jelajah kambing kacang selama penggembalaan. Penelitian ini menggunakan kambing kacang terdiri atas 9 ekor betina dan 3 ekor jantan. Tingkah laku diamati menggunakan teknik one zero sampling dan dianalisis menggunakan uji T pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan tingkah laku ingestive dan browsing kambing coklat (30.91 ± 2.87%; 8.75 ± 3.10%) lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan kambing hitam (28.57 ± 2.69%; 6.07 ± 4.78%), sebaliknya lokomosi kambing hitam (33.26 ± 4.50%) lebih tinggi dibandingkan dengan kambing coklat (29.70 ± 4.63%). Tingkah laku grazing, panting, istirahat, dan jarak jelajah kambing hitam (22.56 ± 2.63%; 4.48 ± 4.02%; 2.34 ± 2.97%; 483.48 ± 133.16 m) dan kambing coklat (22.16 ± 2.90%; 4.59 ± 3.71%; 2.64 ± 1.52%; 392.29 ± 81.19 m) tidak berbeda nyata (P>0.05). Tingkah laku grazing lebih banyak dilakukan oleh kambing kacang dibandingkan browsing dengan preferensi terhadap rumput muda lebih tinggi dibandingkan dengan rumput tua, leguminosa, dan gulma.
Kata kunci: jarak jelajah, kambing kacang, tingkah laku, warna
ABSTRACT
SLAMET HERI KISWANTO. Behavior and Tracking Movement of Kacang Goat with Different Coat Color under Semi Intensive Management. Supervised by M BAIHAQI and IWAN PRIHANTORO.
Difference in coat color affects difference in kacang goat behavior during grazing time. Objective of this research was to analyze effect of coat color on behavior and movement of kacang goat during grazing time. This research used 9 females and 3 males of kacang goat. Behavior observed by one zero sampling method and analyzed using t-Test at level 5%. Result indicated that ingestive and browsing of brown goat (30.91 ± 2.87%; 8.75 ± 3.10%) higher (P<0.05) than black goat (28.57 ± 2.69%; 6.07 ± 4.78%), while black goat showed more locomotion (33.26 ± 4.50%) than brown goat (29.70 ± 4.63%). Grazing, panting, and resting behaviors, and distance traveled of black goat (22.56 ± 2.63%; 4.48 ± 4.02%; 2.34 ± 2.97%; 483.48 ± 133.16 m) were not different with brown goat (22.16 ± 2.90%; 4.59 ± 3.71%; 2.64 ± 1.52%; 392.29 ± 81.19 m). Result also indicated that goat showed more grazing than browsing with high preference in young grass than old grass, legume, and weed.
v
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
SLAMET HERI KISWANTO
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
TINGKAH LAKU DAN REKAM JEJAK KAMBING KACANG
DENGAN WARNA KULIT BERBEDA PADA
vii
Judul Skripsi : Tingkah Laku dan Rekam Jejak Kambing Kacang dengan Warna Kulit Berbeda pada Penggembalaan Semi Intensif
Nama : Slamet Heri Kiswanto NIM : D14100012
Disetujui oleh
M Baihaqi, SPt MSc Pembimbing I
Dr Iwan Prihantoro, SPt MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Tingkah Laku dan Rekam Jejak Kambing Kacang dengan Warna Berbeda pada Penggembalaan Semi intensif. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad shollallohu’alaihwasallam, keluarganya, para sahabatnya dan umatnya yang beriman hingga akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh warna terhadap tingkah laku harian dan jarak jelajah kambing kacang yang dipelihara secara semi intensif. Selama ini penelitian mengenai tingkah laku kambing yang dipelihara secara semi intensif dan dihubungkan dengan warna kulit masih jarang dilakukan. Padahal beberapa penelitian melaporkan adanya pengaruh berbeda pada tingkah laku kambing yang digembalakan terutama pada efisiensi produksi dan preferensi hijauan pakan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak M Baihaqi, SPt MSc dan Bapak Dr Iwan Prihantoro, SPt MSi selaku dosen pembimbing, serta Bapak Prof Dr Ronny Rachman Noor, MRurSc dan Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan penguji. Terima kasih pula kepada seluruh staf di Bagian Ruminansia Kecil. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada ayah (Imam Muhajir), ibu (Muslikhah), kakak (Yudi, Sofi, dan Ita) dan seluruh
keluarga serta adik (Rofi’ul) atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu,
terima kasih kepada teman kelompok penelitian (Alvin, Alja, Vinny, Hengki, Amilin, dan Yoni) serta teman-teman, khususnya IPTP 47 atas bantuan dan dukungannya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Juni 2014
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 1
METODE 1
Waktu dan Tempat Penelitian 1
Bahan 2
Alat 2
Prosedur 2
Penanganan Ternak Baru Datang 2
Pemeliharaan Kambing Kacang 2
Analisis Data 2
Peubah yang Diamati 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
Keadaan Umum 3
Kondisi Pemeliharaan 3
Kondisi Lingkungan 4
Kondisi Vegetasi 4
Tingkah Laku Harian Kambing Kacang Selama Penggembalaan 6
Tingkah Laku Makan (ingestive) 7
Tingkah Laku Lokomosi 9
Tingkah Laku Istirahat 9
Tingkah Laku Panting 10
Jarak Jelajah Selama Penggembalaan 11
Pola Grazing di Padang Penggembalaan 11
SIMPULAN DAN SARAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 15
x
DAFTAR TABEL
1 Bobot badan dan pertambahan bobot badan harian kambing selama penelitian
3
2 Rataan suhu dan kelembaban udara selama penelitian 4 3 Jenis vegetasi di padang penggembalaan 5 4 Frekuensi tingkah laku harian kambing kacang selama
penggembalaan 6
5 Frekuensi tingkah laku grazing dan browsing kambing kacang 7 6 Jarak jelajah kambing kacang selama penggembalaan 10
DAFTAR GAMBAR
1 Distribusi vegetasi di padang penggembalaan 5 2 Frekuensi tingkah laku ingestive, grazing, browsing , lokomosi,
panting, dan istirahat kambing kacang coklat selama penggembalaan 6 3 Frekuensi tingkah laku ingestive, grazing, browsing, lokomosi,
panting, dan istirahat kambing kacang hitam selama
penggembalaan 6
4 Frekuensi tingkah laku ingestive kambing kacang warna hitam
dan warna coklat selama penggembalaan 8 5 Frekuensi tingkah laku lokomosi kambing kacang warna hitam
dan warna coklat selama penggembalaan 9
6 Frekuensi tingkah laku istirahat kambing kacang warna hitam
dan warna coklat selama penggembalaan 10
7 Frekuensi tingkah laku panting kambing kacang warna hitam
dan warna coklat selama penggembalaan 10
8 Pola grazing kambing kacang selama penggembalaan 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kapastitas tampung padang penggembalaan 15 2 Performa kambing kacang hitam (A) dan coklat (B) 16 3 Tingkah laku ingestive (A), grazing (B), browsing (C),
lokomosi (D), panting (E), dan istirahat (F) 16 4 Komponen vegetasi padang penggembalaan Brachiaria
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang banyak dimanfaatkan sebagai kambing pedaging. Data Ditjen PKH (2012) menunjukkan populasi kambing kacang mencapai 7.5 juta ekor atau 41.9% dari populasi total kambing di Indonesia. Kambing kacang memiliki tingkat adaptasi cukup tinggi dengan kondisi lingkungan di Indonesia (Devendra dan Burns 1994).
Masyarakat banyak memelihara kambing menggunakan sistem semi intensif. Sistem ini lebih baik dibandingkan sistem ekstensif yang memiliki risiko kehilangan tinggi, gangguan penyakit, dan gangguan terhadap lingkungan serta kurang ekonomis (Soepeno dan Manurung 1996), namun keuntungan ekonomi lebih kecil dibandingkan dengan sistem intensif karena tenaga kerja dan biaya yang digunakan lebih banyak (Rusdiana et al. 2011). Penggembalaan sistem semi intensif dilaporkan berpengaruh terhadap tingkah laku dan jumlah energi yang dihabiskan kambing (Animut et al. 2005).
Kambing kacang dapat dibedakan berdasarkan warna kulit yakni coklat dan hitam. Perbedaan warna kulit dapat mempengaruhi kondisi kambing selama penggembalaan seperti konsumsi pakan (Wallace dan Abadi 2013) dan penyerapan radiasi matahari (McManus et al. 2011), namun penelitian mengenai pengaruh warna kulit terhadap kambing kacang selama penggembalaan masih terbatas. Pengamatan tingkah laku dan rekam jejak kambing kacang dengan warna kulit yang berbeda dapat dijadikan acuan sistem manajemen pastura dan pemberian pakan (Goetsch et al. 2009) dan mengetahui jangkauan wilayah serta preferensi pakan selama penggembalaan (Kenward 2001).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh warna kulit (hitam dan coklat) terhadap tingkah laku harian dan rekam jejak kambing kacang yang digembalakan secara semi intensif.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengamatan tingkah laku harian terdiri atas ingestive, grazing, browsing, lokomosi, istirahat, dan panting, rekam jejak, preferensi hijauan, serta pola grazing kambing kacang yang memiliki perbedaan warna kulit hitam juga coklat.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. stopwatch, meteran dorong Precimeter, dan thermohygrometer.
Prosedur
Penanganan Ternak Baru Datang
Kambing baru datang diberi minum larutan gula untuk mengurangi stres yang dialami selama perjalanan. Dilakukan pengecekan kesehatan terutama mata untuk mencegah penyakit pink eye.
Dilakukan adaptasi kandang dan padang penggembalaan untuk membiasakan dan mengenalkan kambing dengan lingkungan baru. Kambing dikelompokkan berdasarkan warna kulit, yakni hitam dan coklat berdasarkan skala abu-abu (grayscale) (blackandwhitedigital.com 2014).
Pemeliharaan Kambing Kacang
Kambing kacang dipelihara secara semi intensif dalam kandang individu berukuran 1.5 m x 0.75 m yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Kambing digembalakan pada pukul 11.00 WIB -16.00 WIB untuk mengantisipasi ancaman parasit.
Kambing diberi pakan tambahan berupa campuran konsentrat dan limbah tauge (13.5% dan 36.5%), dan daun gamal (50%) yang diberikan pada sore hari setelah kambing selesai merumput dan pagi hari sebelum ternak merumput. Jumlah pakan tambahan yang diberikan sebesar 50% dari total kebutuhan pakan, sedangkan 50 % sisanya diperoleh selama penggembalaan.
Analisis Data
Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh perbedaan warna kulit kambing (coklat dan hitam) terhadap frekuensi tingkah laku dan jarak jelajah selama penggembalaaan. Rumus uji T (Walpole 1995)adalah sebagai berikut.
3
Peubah yang Diamati
1. Tingkah Laku Harian Ternak. Tingkah laku harian terdiri atas ingestive (aktivitas makan meliputi grazing dan browsing), grazing (ternak berdiri atau berjalan dengan posisi kepala menunuduk ke rumput), browsing (ternak berdiri dengan kepala mengarah ke pohon atau semak), lokomosi (ternak berjalan atau lari tanpa menunjukkan aktivitas sosial atau makan), istirahat (ternak istirahat tanpa menunjukkan aktivitas lain), dan panting (ternak terengah-engah). Pengamatan dilakukan dengan teknik one zero sampling (Altmann 1974). Tahapan tingkah laku diberi nilai 1 bila dilakukan dan 0 bila tidak dilakukan selama 15 menit. Perhitungan tiap tingkah laku menggunakan persamaan matematika (Martin dan Bateson 1993) sebagai berikut.
Tingkah laku = X 100% Y
Keterangan:
X = frekuensi suatu tingkah laku tertentu per individu
Y = frekuensi keseluruhan tingkah laku yang diamati per individu 6 jam pengamatan
2. Pergerakan Kambing di Padang Penggembalaan. Pergerakan kambing
diamati menggunakan global positioning system (GPS) Garmin Oregon 550 dan kamera digital Finepix XP150 dan diolah menggunakan software Geotage. Jarak jelajah kambing selama penggembalaan diukur menggunakan meteran dorong Precimeter. Pengambilan data dilakukan selama kambing digembalakan dan setiap kambing diamati sebanyak 3 kali atau 3 hari pengamatan.
3. Identifikasi Vegetasi di Padang Penggembalaan. Identifikasi vegetasi hijauan rumput, leguminosa, dan gulma yang terdapat pada lokasi penggembalaan dilakukan dengan metode pengamatan dan studi pustaka (Soerjani et al. 1987).
4. Pengukuran Kapasitas Tampung Padang Penggembalaan. Kuadran
berukuran 0.5 m x 0.5 m dilempar secara acak pada 5 titik, selanjutnya hijauan di dalamnya dipotong dan ditimbang. Kapasitas tampung adalah hasil pembagian antara produksi total dengan kebutuhan hijauan ternak (Scott et al. 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Kondisi Pemeliharaan
Rataan bobot badan dan pertambahan bobot badan harian (PBBH) kambing kacang warna hitam adalah 14.5 ± 3.0 kg dan 20.8 ± 9.7 g ekor-1 hari-1, sedangkan warna coklat adalah 13.6 ± 3.4 kg, 32.2 ± 16.2 g ekor-1 hari-1. Rataan bobot dan PBBH kambing kacang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Bobot badan dan PBBH kambing kacang selama penelitian
Warna Bobot badan PBBH
kg ekor-1 g ekor-1 hari-1
Coklat 13.6 ± 3.4 32.2 ± 16.2
4 berpengaruh terhadap rendahnya bobot dan pertambahan bobot badan kambing. Produktivitas rumput selama musim penghujan tinggi, namun kualitas nutrisi semakin rendah (BK rumput 18%), padahal kambing mengandalkan kecukupan nutrisi dari hijauan pakan di padang penggembalaan. Rendahnya konsumsi pakan tambahan disebabkan palatabilitas rendah, walaupun adaptasi pakan mencapai 2 bulan juga diduga berpengaruh terhadap rendahnya bobot badan dan PBBH.
Kondisi Lingkungan
Suhu rataan harian selama penggembalaan adalah 30 ± 2.1 oC. Suhu tertinggi 31 ± 2.8 oC terjadi pada pukul 12.00 WIB-13.00 WIB, sedangkan suhu terendah 29 ± 2.4 oC terjadi pada pukul 15.00 WIB-16.00 WIB. Kelembaban udara rataan adalah 73 ± 9.6% dengan nilai terendah 68.6 ± 11.4% pada pukul 12.00 WIB-13.00 WIB dan tertinggi 75.5 ± 10.8% pada pukul 15.00 WIB-16.00 WIB.
Silanikove (2000) menyatakan untuk mencapai tingkah laku yang nyaman domba dan kambing harus berada pada kisaran suhu 24 oC dengan kelembaban di bawah 75%. Data rataan suhu dan kelembaban udara selama penggembalaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rataan suhu dan kelembaban udara selama penelitian
Waktu (WIB) Suhu Kelembaban
o
Selama penelitian kondisi cuaca didominasi oleh hujan dengan intensitas rata-rata mencapai 30 mm-100 mm per hari (BMKG 2014). Hujan menyebabkan padang penggembalaan basah dan kambing tidak merumput. Kambing lebih banyak menghabiskan waktu untuk berteduh, beristirahat, dan grooming.
Kondisi Vegetasi
5
Keterangan:
Tabel 3 Jenis vegetasi di padang penggembalaan
No Nama latin Nama lokal Keterangan
1 Brachiaria humidicola (Rendle) Schweick BH Rumput 2 Paspalum cartilageneum J. Presl - Rumput 3 Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp Gamal Leguminosa 4 Melastoma affine D. Don Harendong Gulma 5 Cyperus kyllingia Endl. Teki badot Gulma 6 Chromolaena odorata (L.) R.M. King &
H. Rob
Ki rinyuh Gulma
Kapasitas tampung rumput muda padang penggembalaan dalam penelitian ini sebesar 0.94 ± 0.42 satuan ternak per hektar setara dengan 6 ekor kambing artinya 1 ekor ternak membutuhkan lahan seluas 1.21 ha dalam satu tahun. Tingginya produksi rumput tersebut dipengaruhi musim penghujan. Hal ini didukung oleh Goetsch et al. (2009) bahwa tipe dan level vegetasi yang tersedia bagi ternak kambing dipengaruhi oleh musim.
Rumput Brachiaria humidicola tua dan muda serta gulma tersebar pada beberapa titik di padang penggembalaan. Peta distribusi vegetasi tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Distribusi vegetasi di padang penggembalaan
Distribusi vegetasi di padang penggembalaan diklasifikasikan menjadi 3 area yakni area rumput muda, rumput tua, dan gulma. Luas area yang didominasi
Rumput muda (1 033 m2 ; 7.77%) Rumput tua (4 038 m2 ; 30.36%) Gulma (791 m2; 5.95%)
6
rumput muda adalah 1 033 m2 (7.77%), rumput tua 4 038 m2 (30.36%), gulma 791 m2 (5.95%), dan gulma, legum serta pohon 7 473 m2 (55.92%).
Tingkah Laku Harian Kambing Kacang Selama Penggembalaan
Tingkah laku paling dominan dilakukan oleh kambing kacang adalah lokomosi, kemudian ingestive, grazing, browsing, panting, dan istirahat. Lokomosi kambing kacang lebih tinggi dibandingkan dengan Solanki (2000) diduga karena keinginan kambing untuk mendapatkan makanan, minuman, bersosialisasi, atau berteduh. Tingkah laku ingestive kambing kacang lebih rendah dibandingkan dengan Setianah et al. (2004) 63.55% dan Solanki (2000) 62.4% diduga karena pengaruh suhu dan kelembaban yang kurang nyaman, sehingga kambing lebih banyak mencari teduhan dan mengurangi aktivitas makan. Frekuensi tingkah laku harian kambing warna coklat dan hitam berdasarkan waktu ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3.
7
Aktivitas grazing lebih tinggi dibandingkan browsing disebabkan dominasi rumput lebih tinggi dibandingkan dengan leguminosa dan semak, sehingga kambing lebih dominan melakukan aktivitas grazing. Hal ini sesuai dengan Lebopa et al. (2011) bahwa ketersediaan hijauan pakan akibat perubahan musim mempengaruhi pola grazing dan browsing kambing. Pola pemberian pakan sebelumnya juga diduga mempengaruhi tingginya aktivitas grazing dibandingkan dengan browsing. Frekuensi tingkah laku kambing kacang selama penggembalaan ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Frekuensi tingkah laku harian kambing kacang selama penggembalaan
Tingkah Laku Frekuensi (%) berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji T student)
Tingkah laku istirahat dan panting dilakukan kambing sebagai respon terhadap lingkungan. Cekaman panas pada kambing yang dipelihara dengan cara digembalakan disebabkan oleh panas matahari yang langsung mengenai tubuh (Setianah et al. 2004), sehingga kambing cenderung mengalami panting dan istirahat.
Tingkah Laku Makan (ingestive)
Tingkah laku makan (ingestive) kambing kacang hitam selama 6 jam penggembalaan nyata lebih rendah (P<0.05) dibandingkan dengan coklat. Hal ini diduga dipengaruhi oleh interaksi warna kulit dengan radiasi matahari selama penggembalaan. Warna coklat menghasilkan penyerapan radiasi matahari lebih sedikit dibandingkan warna hitam (McManus et al. 2011; Wallace dan Abadi 2013).
Warna hitam lebih mudah tercekam oleh panas, konsumsi pakan per unit bobot badan, kecernaan, dan penyerapan nutrisi dari usus halus menurun seiring dengan meningkatnya stres panas. Cekaman panas pada ternak menstimulasi reseptor panas untuk mentransmisikan impuls syaraf penekan terhadap pusat nafsu makan di hipotalamus, sehingga konsumsi pakan menurun (Habeeb et al. 1992).
8
Gambar 4 Frekuensi tingkah laku ingestive kambing kacang hitam dan coklat selama penggembalaan
Tingkah laku grazing kambing kacang hitam tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan coklat, namun perbedaan nyata (P<0.05) terdapat pada tingkah laku browsing. Aktivitas grazing dan browsing kambing coklat lebih tinggi dibandingkan hitam. Wallace dan Abadi (2013) menyatakan kambing warna coklat menunjukkan aktivitas makan lebih banyak dibandingkan kambing warna hitam.
Tabel 5 Frekuensi tingkah laku grazing dan browsing kambing kacang Waktu (WIB) Grazing (%) Browsing (%) berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji T student)
9
Gambar 5 Frekuensi tingkah laku lokomosi kambing kacang hitam dan coklat selama penggembalaan
Tingkah Laku Lokomosi
Tabel 4 menunjukkan frekuensi lokomosi kambing kacang hitam nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan warna coklat. Frekuensi tingkah laku lokomosi kambing kacang ditunjukkan pada Gambar 5.
Lokomosi kambing kacang hitam cenderung lebih tinggi pada pukul 13.00 WIB-16.00 WIB dan lebih rendah pada pukul 11.00 WIB-13.00 WIB. Tingginya lokomosi pada kambing kacang hitam disebabkan karena kemampuan absorpsi panas matahari lebih besar dibandingkan dengan warna coklat (McManus et al. 2011). Absorpsi panas yang lebih tinggi menyebabkan kambing warna hitam lebih memilih untuk bergerak menghindari cekaman panas dan mencari naungan. Sebaliknya pada kambing warna coklat radiasi matahari yang diterima lebih rendah, sehingga keinginan untuk bergerak (lokomosi) berkurang dan konsumsi pakan meningkat (Wallace dan Abadi 2013). Absorpsi panas pada kulit kambing dapat digambarkan melalui suhu lapisan kulit saat kambing terkena paparan panas matahari.
Lokomosi merupakan aktivitas gerak yang dilakukan oleh ternak sehingga menyebabkan posisi badan ternak secara keseluruhan mengalami berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya (Phillips 2002). Kondisi nyaman dan komponen hijauan pakan yang bervariasi memungkinkan kambing lebih bebas memilih pakan yang sesuai sehingga lokomosi akan tinggi.
Tingkah Laku Istirahat
Tabel 4 menunjukan frekuensi tingkah laku istirahat kambing kacang hitam tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan warna coklat. Peningkatan frekuensi istirahat terjadi pada pukul 13.00 WIB-14.00 WIB dan 14.00-15.00 WIB akibat suhu mencapai 29 oC-30 oC. Setianah et al. (2004) melaporkan peningkatan tingkah laku istirahat kambing optimal terjadi pada pukul 11.00 WIB-13.00 WIB dan 15.00 WIB-16.00 WIB, hal ini didukung suhu yang tinggi pada siang hari yakni 27 oC-34 oC, sehingga kambing lebih banyak istirahat dan mengurangi aktivitas makan. Frekuensi tingkah laku istirahat kambing kacang selama penggembalaan ditunjukkan pada Gambar 6.
10
Gambar 7 Frekuensi tingkah laku panting kambing kacang hitam dan coklat selama penggembalaan Gambar 6 Frekuensi tingkah laku istirahat kambing kacang
hitam dan coklat selama penggembalaan
Kambing yang digembalakan lebih mudah mengalami cekaman panas akibat radiasi matahari sehingga kambing banyak istirahat, panting, dan cenderung mencari naungan untuk mengurangi radiasi matahari yang diterima tubuhnya. Ternak melakukan istirahat untuk mengurangi dan meminimalkan terjadinya kehilangan panas pada kondisi tertentu (Redbo et al. 1996).
Tingkah Laku Panting terhadap perubahan suhu lingkungan, sehingga kondisi tubuh menjadi normal kembali (termoregulasi). Maloney et al. (2005) menambahkan selain panting, hewan akan meminimalkan luas area tubuh yang terpapar radiasi matahari dengan cara mengubah posisi terhadap radiasi matahari.
11
Jarak Jelajah Selama Penggembalaan
Tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0.05) antara jarak jelajah kambing kacang hitam (483.48 ± 133.16 m ) dan warna coklat (392.29 ± 81.19 m). Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan Pariadi et al. (2001), namun lebih rendah dibandingkan dengan Syahril (1999) dan Foroughbakhch et al. (2013). Pariadi et al. (2001) menyatakan kambing lokal yang dipelihara secara semi intensif di daerah Kalimantan Tengah memiliki rataan jarak jelajah 205 m. Foroughbakhch et al. (2013) melaporkan jarak jelajah kambing di daerah semiarid adalah 2 200 m. Jarak jelajah kambing kacang selama penggembalaan ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Jarak jelajah kambing kacang selama penggembalaan
Warna Jarak jelajah
M
Coklat 392.29 ± 81.19
Hitam 483.48 ± 133.16
Rataan 437.88 ± 115.43
Jarak jelajah lebih rendah diduga karena padang penggembalaan kaya sumber pakan. Padang penggembalaan didominasi oleh rumput dan beberapa vegetasi lain memungkinkan kambing lebih mudah memilih, sehingga jarak jelajah lebih pendek. Hal ini sesuai dengan Pariadi et al. (2002) bahwa padang penggembalaan yang kaya sumber pakan mampu menurunkan jarak jelajah kambing.
Pola Grazing di Padang Penggembalaan
Kambing kacang menunjukkan pola grazing terpusat pada area yang didominasi oleh rumput Brachiaria humidicola muda. Preferensi tinggi terhadap rumput muda dipengaruhi oleh faktor kualitas hijauan yang relatif lebih baik dibandingkan rumput tua. Tanaman pada usia muda memiliki kandungan serat kasar rendah dengan protein kasar lebih tinggi (Susetyo et al. 1994) dan kadar air lebih tinggi (Ella 2002).
12
Gambar 8 Pola grazing kambing kacang selama penggembalaan
Vegetasi lain yang tumbuh adalah gulma seperti Melastoma affine D. Don, Cyperus sp, dan Chromolaena odorata. Gulma dapat merugikan produktivitas ternak di padang rumputm baik secara langsung maupun tidak langsung. Prawiradiputra (2007) menyatakan gulma Chromolaena odorata dapat mengurangi kapasitas tampung padang rumput, menyebabkan keracunan bahkan kematian ternak, persaingan dengan rumput pakan, dan dapat menimbulkan bahya kebakaran pada musim kemarau.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tingkah laku harian kambing kacang yang dominan ditunjukkan selama penggembalaan adalah lokomosi, diikuti dengan ingestive, grazing, browsing, istirahat, dan panting. Aktivitas ingetive dan browsing pada kambing warna hitam lebih rendah dibandingkan dengan warna coklat, namun aktivitas lokomosi lebih tinggi. Preferensi kambing kacang terhadap rumput muda lebih tinggi dibandingkan rumput tua, leguminosa, dan gulma.
(A) Vegetasi (B) Pola grazing
: rumput tua (1 033 m2 ; 7.77%) : sering dikunjungi : rumput muda (4 038 m2 ; 30.36%) : jarang dikunjungi : gulma (791 m2 ; 5.95%) : tidak dikunjungi : gulma, legum, dan pohon (7 437 m2; 55.92%)
Keterangan :
13
Saran
Penelitian lebih lanjut mengenai pola grazing dan durasi lama tingkah laku kambing selama penggembalaan musim kemarau perlu dilakukan. Hal ini untuk mendapatkan informasi lebih mengenai manajemen pengelolaan sistem pemeliharaan kambing atau ternak lain yang berbasis semi intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Animut G, Goetsch AI, Aiken GE, Puchala R, Detweiler G, Krehbiel CR, Merkel RC, Sahlu T, Dawsin LJ. 2005. Grazing behavior and energy expenditure by sheep and goats co-grazing grass forb pastures at three stocking rates. Small Rumin Res. 59: 191-201.
Batubara A, Mahmilia F, Inounu I, Tiesnamurti B, Hasinah H. 2012. Rumpun Kambing Kacang di Indonesia. Jakarta (ID): IAARD Pr.
Berhane G, Eik LO. 2006. Effect of vetch (Vicia sativa) hay supplementation to Begait and Abergelle goats in Northern Ethiopia: III Forage selection and behaviour. Small Rumin. Res. 64: 241-246.
Blackandwhitedigital. 2014. Grayscale. [internet][diunduh pada 2014 April 17] http://www.blackandwhitedigital.com/Theory/grayscale.html.
Claps S, Ru bin OR, Fedele V. 1997. Feeding behaviour of grazing and zero-grazing goats fed with the same herbage. In : Lin dberg JE (ed), Gon da HL (ed), Ledin I (ed). Recent advances in small ruminant nutrition. CIHEAM: 79 -82.
Devendra C, Burns M. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung Pr.
[Ditjen PKH] Direktotat Jendral Peternakan dan Kesehatan Ternak. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI.
Ella A. 2002. Produktivitas dan nilai nutrisi beberapa renis rumput dan leguminosa pakan yang ditanam pada lahan kering iklim basah. Makasar (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
Goetsch AI, Gipson TA, Askar AR, Puchala R. 2009. Feeding behavior of goat. J. Anim. Sci. 88: 361-373.
Habeeb AAM, Marai IFM, Kamal TH. 1992. Heat stress. In: Phillips C, Pigginns D. (Eds.) Farm Animals and the Environment. Wallingford (GB): CAB International.
Martin PR, Bateson PPG. 1993. Measuring Behaviour : An Introductory Guide. New York (US): Cambridge University Pr.
14 Wildebeest (Connochaetes Gnou). J. Comp. Physiol. 191(11): 1065-1077. Mc Manus C, Louvandini H, Gugel R, Sasaki LCB, Bianchini, Bernal FEM, Paiva
SR, Paim TP. 2011. Skin and coat traits in sheep in Brazil and their relation with heat tolerance. Trop. Anim. Health Prod. 43: 121-126.
Odo BI, Omeje FU, Okwor JN. 2001. Forage species availability food preference and grazing behaviour of goats in Southeastern Nigeria. Small Rumin. Res. 42: 163-168.
Ouédraogo S, Zoungrana-Kabore CY, Ledin I. 2006. Behaviour of goats, sheep and cattle on natural pasture in the sub-humid zone of West Africa. Liv. Sci. 105: 244-252.
Paryadi A. 2002. Tingkah laku makan kambing lokal dewasa yang digembalakan di lahan gambut hutan sekunder Palangkaraya, Kalimantan Tengah. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Phillips C. 2002. Cattle Behaviour and Welfare. Edisi ke-2. Cambridge (GB): Blackwell science Ltd.
Prawiradiputra B. 2007. Ki rinyuh (Chromolaena odorata (L) R.M. King dan H. Robinson): gulma padang rumput yang merugikan. WARTAZOA. 17(1): 46-52.
Foroughbakhch R, Hernández-Piñero JL, Carrillo-Parra A, Rocha-Estrada A. 2013. Composition and animal preference for plants used for goat feeding in semiarid Northeastern Mexico. J. Anim. Plant Sci. 23(4): 1034-1040.
Redbo I, Mossberg I, Ehrlemark A, Oredsson N. 1996. Keeping growing cattle outside during winter: behavior, production, and climatic demand. J. Anim. Sci. 62: 35-41.
Ribeiro AM, Olieveira ME, Silva PC, Rufino MOA, Rodrigues MM, Santos MS. 2012. Canopy characteristics, animal behavior and forage intake by goats grazing on Tanzania-grass pasture with different heights. Acta Scientarium Anim. Sci. 34(4): 371-378.
Rusdiana S, Wibowo B, Elizabeth R. 2011. Analisis finansial rugi-laba pada usaha ternak kambing dengan sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif di pedesaan. Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil. Bogor (ID): Puslitbang Peternakan Bogor.
Scott S, Block H, Robins C. 2008. Pasture Carrying Capacity. Kanada (CD): Brandon Research Centre.
Setianah R, Jayadi S, Herman R. 2004. Tingkah laku makan kambing lokal persilangan yang digembalakan di lahan gambut: studi kasus di Kalampangan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Med. Pet. 27(3): 111-122.
Silanikove N. 2000. Effect of heat stress on the welfare of extensively managed domestic ruminants. Liv. Prod. Sci. 67: 1-18.
15
Soerjani M, Kostermans AJGH, Tjitrosoepomo G. 1987. Weeds of Rice in Indonesia. Jakarta (ID): Balai Pustaka.
Solanki GS. 2000. Grazing behaviour and foraging strategy of goats in semi-arid region in India. J. Trop. Eco. 41(2): 155-159.
Susetyo S, Kismono I, Soewari B. 1994. Padang Pengembalaan. Penataran Manajer Ranch. Jakarta (ID): Ditjen PKH.
Syahril M. 1999. Tingkah laku, waktu, dan jarak tempuh makan kambing lokal dewasa di Desa Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Jawa Barat. [karya ilmiah]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wallace A, Abadi I. 2013. The Effect of coat colour on water intake and feed utilization of intensively reared West African Dwarf Sheep in the Humid Tropics. European J. Agric. Sci. 10: 2668-3245.
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka.
Wodzicka-Tomaszewska M, Sutama IK, Putu IG, Chaniago TD. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Yayneshet T, Eik LO, Moe SR. 2008. Influence of fallow age and season on the foraging behaviour and diet selection pattern of goats (Capra hircus L.). Small Rumin. Res. 77: 25-37.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kapasitas tampung padang penggembalaan
Uraian Jumlah
Bobot sampel (kg BK) 0.058
Produksi total BK (kg BK ha-1) 2 339.00
Ketersediaan (PUF=45%) (kg BK ha-1) 1 052.55 Ketersediaan tercerna (50% ketersediaan) (kg BK ha-1) 526.28
Kebutuhan BK (kg BK) 4.50
Kebutuhan BK tercerna (50%) (kg BK) 2.70
Tetapan Voisin 3.33
Kebutuhan luas tanah bulan-1 (Ha) 0.18
Kebutuhan luas tanah tahun-1 (ha ST-1) 0.58
16
Lampiran 2 Performa kambing kacang hitam (A) dan coklat (B)
Lampiran 3 Tingkah laku ingestive (A), grazing (B), browsing (C), lokomosi (D), panting (E), dan istirahat (F)
Lampiran 4 Komponen vegetasi padang penggembalaan Brachiaria humidicola (Rendle) Schweick muda (A), Brachiaria humidicola (Rendle) Schweick tua (B), Paspalum cartilageneum J. Presl (C), Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp (D), Cyperus kyllingia Endl.(E), Melastoma affine D Don (F), Chromolaena odorata (L) R.M. King&H.Rob (G)
(A) Kambing kacang hitam (B) Kambing kacang coklat
(A) Ingestive (B) Grazing (C)Browsing
(D) Lokomosi (E) Panting (F) Istirahat
(A) Brachiaria
humidicola (Rendle) Schweick muda
(B) Brachiaria
humidicola (Rendle) Schweick tua
(C) Paspalum
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Desember 1991 di Jombang, Jawa Timur. Penulis adalah anak keempat dari 4 bersaudara pasangan Bapak Imam Muhajir dan Ibu Muslikhah. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri Mojoagung. Penulis lulus seleksi masuk IPB pada tahun 2010 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi diantaranya organisasi mahasiswa daerah Jombang masa bakti 2011/2012, anggota pengurus HIMAPROTER masa bakti 2012/2013, dan Organisasi Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama’ (KMNU IPB) masa bakti 2011/2012 dan 2013/2014. Penulis juga pernah menjadi asistem praktikum Metodologi dan Rancangan Percobaan pada tahun ajaran 2013/2014.
Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah mahasiswa. Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain juara 2 Kompetisi Karya Tulis Ilmiah Nasional UNS pada tahun 2012, juara 1 Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan ITS Tingkat Perguruan Tinggi Nasional 2013, juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Livestockvaganza Fakultas Peternakan IPB 2013 dan Pekan Inovasi Mahasiswa Pertanian Indonesia IPB 2013.
(D) Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp
(E) Cyperus kyllingia Endl.
(F) Melastoma affine D Don