• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Body Condition Score dan Bobot Badan pada Kelompok Ternak Domba Garut di BPPTD Margawati Garut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Body Condition Score dan Bobot Badan pada Kelompok Ternak Domba Garut di BPPTD Margawati Garut."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA BODY CONDITION SCORE DAN BOBOT

BADAN PADA KELOMPOK TERNAK DOMBA GARUT DI

BPPTD MARGAWATI GARUT

DEWI SRI MANUNGGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Body Condition Score dan Bobot Badan pada Kelompok Ternak Domba Garut di BPPTD Margawati Garut adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

DEWI SRI MANUNGGAL. Performa Body Condition Score dan Bobot Badan pada Kelompok Ternak Domba Garut di BPPTD Margawati Garut. Dibimbing oleh RP AGUS LELANA

Domba garut merupakan spesies asli tanah Sunda yang memiliki karakter biologis yaitu kaya akan karkas. Namun demikian masih terdapat kekurangan informasi mengenai performa skor kondisi tubuh dan bobot badan pada kelompok ternak domba garut. Untuk mengetahui informasi tersebut dilakukan penilaian skor kondisi tubuh (BCS) dan pengukuran bobot badan terhadap 80 ekor ternak. Hasil menunjukkan bahwa domba jantan mengalami peningkatan BCS seiring pertambahan umur dan bobot badan; rataan BCS jantan anakan 2 (18,22±1,45 kg), jantan remaja 2 (27,88±3,52 kg), dan domba pejantan 3 (45,91±3,84 kg). Rataan BCS domba betina mengalami peningkatan sesuai umur dan bobot badan; betina anakan 2,1 (20,71±6,47 kg), dara 2,5 (26,99±2,14 kg), dan domba bunting 2,6 (35,05±2,14 kg), kecuali domba laktasi (2,1) dan flushing (1,9). Fenomena penurunan BCS pada flushing dapat disebabkan oleh karakter biologis domba atau keadaan patologis. Dapat disimpulkan, peningkatan BCS pada domba jantan dan betina seiring pertambahan umur dan bobot badan serta terjadinya penurunan BCS pada periode laktasi dan flushing perlu memperoleh perbaikan gizi klinis.

Kata kunci: bobot badan, domba garut, skor kondisi tubuh ABSTRACT

DEWI SRI MANUNGGAL. Performance of Body Condition Score and Body Weight on Garut Sheep at BPPTD Margawati Garut. Supervised by RP AGUS LELANA

Garut sheep is an indigenous species of Sunda’s land biodiversity which has uniques biological character such as rich carcass. However there is lack of information concerning their performance based on body condition score and body weight on garut sheep. For this challenge, we performed body condition score (BCS) and body weights measurement on 80 animals. The result show that BCS of male sheeps were increased followed by ages and body weights; such as 2 (18,22±1,45 kg) for male lambs, 2 (27,88±3,52 kg) for adolescent males and 3 (45,91±3,84 kg) for rams. BCS of female sheeps were increased followed by ages and body weights; 2,1 (20,71±6,47 kg) for female lambs, 2,5 (26,99±2,14 kg) for null para, and 2,6 (35,05±2,14 kg) for gestating animals, except lactating animals (2,1) and flushing animals (1,9). The phenomenon of mild decreasing BCS on flushing animals could be a biological character or a pathological state of garut sheep. In conclusion, increasing BCS of male and female sheeps followed by ages and body weights and the phenomenon of mild decreasing BCS on lactating and flushing animal suggested that further clinical nutritional improvement should be performed.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PERFORMA BODY CONDITION SCORE

DAN BOBOT

BADAN PADA KELOMPOK TERNAK DOMBA GARUT DI

BPPTD MARGAWATI GARUT

DEWI SRI MANUNGGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Drh RP Agus Lelana, SpMP MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, nasehat, dorongan, kritik, saran, dan waktu yang telah diberikan dalam membimbing selama penelitian dan penulisan tugas akhir ini. Terima kasih kepada Drh Mawar Subangkit selaku dosen pembimbing akademik atas segala nasehat dan bimbingan selama penulis menjalankan studi. Ungkapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada para staf Balai Pengembangan dan Perbibitan (BPPTD) Margawati Garut yang telah membantu penulis selama penelitian.

Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis, ayahanda tercinta Kompol Suhendar dan ibunda Wenty Catur Hardianti beserta keluarga yang telah senantiasa memberikan nasehat, dukungan dan doa tanpa henti. Terima kasih kepada rekan-rekan penelitian Dian Kristanti, Luthzia Fauzan Aswindra dan Purnama Sinta atas dukungan, bantuan dan kerja sama yang tak terlupakan. Ungkapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada rekan-rekan dekat yaitu Zahra, Al Hasna, Cindi, Anggraeni, Yustina, dan teman-teman seperjuangan Ganglion 48 yang telah memberi warna dan kenangan tak terlupakan selama masa studi.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Tujuan 1

Manfaat 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Domba Garut 2

Pertumbuhan Bobot Badan 2

Body Condition Score (BCS) 3

Keseimbangan Energi 3

METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Bahan dan Alat 4

Penilaian Body Condition Score (BCS) 4

Penaksiran Bobot Badan 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Keadaan Umum Lokasi 6

Profil Body Condition Score (BCS) dan Bobot Badan Domba Garut 6

SIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan 9

Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 9

(11)

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva pertumbuhan domba 3

2 Ilustrasi penilaian Body Condition Score 5

3 Ilustrasi pengukuran lingkar dada 5

4 Rataan bobot badan dan BCS domba jantan 7

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat maka meningkat pula kebutuhan protein hewani yang berasal dari produk asal ternak terutama daging. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang merupakan ternak penghasil daging dan wol. Potensi domba dalam memenuhi kebutuhan sumber protein hewani dapat ditingkatkan melalui sistem perbibitan untuk meningkatkan kualitas karkas sekaligus mempertahankan mutu genetik. Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Domba (BPPTD) Margawati Garut yang berada di kabupaten Garut merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang berperan dalam pengembangan dan perbibitan ternak domba untuk meningkatkan produktivitas ternak terutama domba garut.

Domba garut merupakan salah satu bangsa domba yang banyak dikembangkan dan dipelihara di Jawa Barat. Domba garut dikenal memiliki karakteristik yaitu bobot badan pada domba jantan dapat mencapai 6080 kg sedangkan domba betina mencapai 3540 kg (Sudarmono dan Sugeng 2011). Hal ini menjadikan domba garut berpotensi tinggi menjadi domba penghasil daging dibandingkan bangsa domba lainnya.

Informasi mengenai performa ternak sangat diperlukan dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan produktivitas domba garut. Salah satu indikator yang dapat digunakan yaitu penilaian Body Condition Score (BCS). BCS merupakan suatu metode penilaian kondisi tubuh ternak baik secara visual (inspeksi) maupun dengan perabaan (palpasi) terhadap lemak tubuh pada bagian tertentu. BCS dapat menggambarkan bobot badan dan cadangan lemak yang digunakan domba garut sebagai sumber energi untuk mengoptimalkan produktivitas selama periode pertumbuhan, kebuntingan dan laktasi. Penaksiran bobot badan juga dilakukan sebagai alternatif untuk mengetahui bobot badan ternak secara praktis. Ukuran-ukuran linear tubuh dapat digunakan untuk menaksir bobot badan. Lingkar dada merupakan ukuran linear tubuh yang berkorelasi positif dengan bobot badan domba garut sehingga dimanfaatkan untuk menaksir bobot badan pada kelompok ternak domba garut di BPPTD Margawati Garut.

Tujuan

Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis profil Body Condition Score (BCS) dan bobot badan pada kelompok ternak domba garut di BPPTD Margawati Garut.

Manfaat

(14)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Domba Garut

Menurut Damron (2006) klasifikasi domba terbagi ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mammalia, ordo Artiodactyla, famili Bovidae, genus Ovis, dan spesies Ovis aries. Menurut FAO (2004) domba garut merupakan hasil persilangan domba merino, domba kapstaad dan domba lokal. Awal persilangan terjadi pada tahun 1864, saat itu pemerintah Belanda mulai memasukkan domba merino yang berasal dari Australia dan menyerahkan pemeliharaannya kepada K.F Holle sebagai bupati Limbangan di wilayah Garut. Secara bertahap dilakukan penyebaran domba kepada beberapa penggemar domba, salah satunya ialah Van Nispen yang pada saat itu memiliki seekor domba kapstaad, serta disebarkan ke beberapa daerah lain seperti kabupaten Bandung, Garut, Sumedang, Ciamis dan Tasikmalaya. Persilangan yang berlangsung secara terus menerus selama puluhan tahun antara domba merino, kapstaad dan domba lokal tersebut diyakini merupakan cikal bakal terbentuknya ras domba garut atau domba priangan (FAO 2004).

Domba garut dikenal memiliki karakteristik yaitu bobot badan pada domba jantan dapat mencapai 6080 kg sedangkan domba betina mencapai 3540 kg (Sudarmono dan Sugeng 2011). Domba ini banyak dipelihara sebagai domba aduan (tipe tangkas) dan sumber pedaging (tipe daging). Menurut Gunawan dan Noor (2005) keunggulan domba garut yaitu memiliki produktivitas cukup baik dan memiliki keunggulan komparatif dalam performa, kekuatan dan bobot badan yang dapat bersaing dengan domba impor dalam hal kualitas dan produktivitas. Riwantoro (2005) menyatakan bahwa domba garut memiliki prestasi dalam seni ketangkasan domba sehingga perlu dilakukan.pelestarian plasma nutfah domba garut

Pertumbuhan Bobot Badan

(15)

3 dimulai sejak anak dilahirkan sampai berumur 3−4 bulan. Pertumbuhan selanjutnya menjadi lambat sehingga perlu asupan pakan yang lebih banyak.

Gambar 1 Kurva pertumbuhan domba (Tillman et al. 1991)

Body Condition Score (BCS)

Body condition score (BCS) pada domba garut disesuaikan dengan bentuk proporsi tubuh dan status fisiologis ternak. Penilaian BCS dapat dilakukan secara visual (inspeksi) dan perabaan (palpasi) pada otot dan tumpukan lemak sekitar pangkal ekor, tulang punggung, dan pinggul. Pembagian skor BCS pada domba menggunakan skala 15. Semakin rendah skala BCS maka semakin rendah taksiran bobot badannya. Skala 1 menunjukkan domba sangat kurus, skala 2 domba kurus, skala 3 domba sedang, skala 4 domba gemuk, dan skala 5 domba sangat gemuk (Thompson dan Meyer 2006). Skor BCS optimal pada penilaian BCS kelompok ternak domba garut berdasarkan kelompok ternak mengacu pada rekomendasi ESGPIP (2001) yang menyatakan bahwa BCS optimal pada domba anakan jantan dan betina berkisar 2,02,5, domba pejantan berkisar 3,04,0, betina dara berkisar 2,53,0, betina bunting 3,0, betina laktasi 2,5 dan betina flushing 2,0. Penilaian BCS pada domba garut dapat digunakan untuk menentukan status gizi dari ternak dengan melihat cadangan lemak tubuh. Cadangan lemak tersebut merupakan indikator untuk mengetahui sumber energi yang tersimpan dalam tubuh ternak. Cadangan energi tersebut digunakan untuk menjaga kesehatan tubuh, fungsi reproduksi, dan produksi daging atau susu. Ketika domba memiliki cadangan tubuh yang rendah maka domba akan memiliki peluang yang lebih besar menderita penyakit, gangguan metabolisme, kegagalan reproduksi, dan penurunan produksi susu (Haskell dan Antilla 2001).

Keseimbangan Energi

(16)

4

Dinamika keseimbangan energi merupakan permasalahan mendasar dari efisiensi produksi ternak selama masa laktasi. Hal ini diduga terjadi melalui pengurangan energi yang dibutuhkan untuk kebutuhan pokok, produksi susu dan sebagainya terhadap energi yang bersumber dari pakan dan cadangan lemak (Mao et al. 2004). Saat awal laktasi, ketersediaan pakan yang semula cukup sesuai dengan kebutuhan domba laktasi, maka dengan berjalannya periode laktasi akan mengalami keseimbangan energi negatif. Untuk memenuhi kebutuhan produksi susu, maka sejumlah cadangan lemak tubuh dimobilisasi saat awal laktasi yang menurunkan cadangan lemak tubuh sehingga bobot badan menyusut (Domeq et al. 1997). Domba yang berada pada keseimbangan energi negatif setelah beranak memerlukan konsumsi pakan berlebih untuk mengembalikan kondisi tubuh. Menurut Frandson (1992) flushing merupakan periode istirahat pada domba induk untuk persiapan kawin dan kebuntingan selanjutnya. Pada periode tersebut domba diberikan pakan tambahan untuk mengembalikan kondisi tubuh dan meningkatkan bobot badan yang hilang pada periode laktasi. Pulina (2004) menyatakan bahwa periode flushing pada domba efektif dilakukan 2-3 minggu sebelum induk dikawinkan

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2014. Kegiatan lapang dilakukan di Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Domba (BPPTD) Margawati Garut. Pengolahan data dilakukan pada bulan November sampai Desember 2014 di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Objek penelitian ini adalah 80 ekor ternak yang dipilih secara acak dari 1.253 ekor domba garut. Kelompok ternak terdiri atas 10 ekor betina anakan (4−6 bulan), 10 ekor jantan anakan (4−6 bulan), 10 ekor jantan remaja (6−8 bulan), 10 ekor pejantan, 10 ekor betina dara (6−8 bulan), 10 ekor betina bunting, 10 ekor betina laktasi dan 10 ekor betina flushing. Alat yang digunakan pada penelitian adalah pita ukur.

Metode Penelitian

Penilaian Body Condition Score (BCS)

(17)

5

Gambar 2 Ilustrasi penilaian Body Condition Score (Thompson dan Meyer 2006) Penaksiran Bobot Badan

Pencukuran rambut dilakukan terhadap kelompok ternak domba sebelum dilakukan pengukuran lingkar dada. Rambut dicukur menggunakan gunting dari bagian perut ke depan searah dengan punggung domba lalu disisakan bagian rambut yang tidak dicukur setebal 0,5 cm. Selanjutnya lingkar dada diukur menggunakan pita ukur, sedangkan penaksiran bobot badan domba dilakukan dengan memanfaatkan ukuran lingkar dada kemudian dilakukan perhitungan berdasarkan rumus Schoorl (Gafar 2007) sebagai berikut:

Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm) + 22)2 310

Gambar 3 Ilustrasi pengukuran lingkar dada

Analisis Data

(18)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi

Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Domba (BPPTD) Margawati berlokasi di kelurahan Sukanegla, kecamatan Garut kota, kabupaten Garut Jawa Barat. Balai ini berdiri di atas tanah seluas 2,5 ha yang meliputi 26 kandang, kebun rumput dan fasilitas bangunan seperi kantor, aula, mess dan gudang pakan. Pemeliharaan ternak dilakukan secara semi intensif dan diberikan pakan berupa hijauan serta konsentrat. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Kandang dibagi menjadi kandang koloni, kandang individu, dan kandang exercise. Kandang koloni dibedakan sesuai status fisiologis ternak yang terdiri atas kandang anakan, kandang betina dara, kandang kawin, kandang bunting muda dan flushing. Kandang anakan berisikan 7-10 ekor domba. Kandang dara berisikan domba betina yang siap untuk dikawinkan. Kandang kawin berisikan 10 ekor domba indukan dengan 1 ekor pejantan. Pejantan akan dibiarkan mengawini indukan dan dipisahkan setelah 10 hari. Kandang bunting muda merupakan kelanjutan dari kandang kawin setelah pejantan dikeluarkan dari kelompok, domba yang bunting muda akan tetap berada dalam kandang tersebut hingga umur kebuntingan 4 bulan lalu dipindahkan ke kandang laktasi. Kandang flushing berisikan domba-domba indukan yang disiapkan untuk dikawinkan kembali. Kandang individu dikhususkan untuk domba pejantan dan betina laktasi sedangkan kandang exercise merupakan kandang yang dikelilingi oleh pagar besi dan ditumbuhi rumput untuk menggembalakan domba pada waktu tertentu.

Profil Body Condition Score (BCS) dan Bobot Badan Domba Garut

Penaksiran bobot badan sangat penting dilakukan sebagai alternatif untuk mengetahui bobot badan ternak secara praktis. Isroli (2001) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh berkorelasi dengan bobot badan domba garut. Ukuran-ukuran-ukuran tubuh tersebut meliputi tinggi pundak, panjang badan, lebar dan lingkar dada. Domba garut memiliki lingkar dada yang besar sehingga dapat dijadikan indikator dalam penaksiran bobot badan. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bobot badan antara lain genetik, jenis kelamin, pakan, manajemen dan lingkungan.

Berdasarkan Gambar 4, rataan BCS pada kelompok domba jantan mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan umur dan bobot badan. Rataan BCS pada periode anakan dan remaja terlihat pada kisaran normal sesuai dengan rekomendasi ESGPIP (2001) yaitu 2,0−2,5 disertai rataan bobot badan mencapai 18,22±1,45 kg dan 27,88±3,52 kg. Tercapainya rataan bobot badan dan skor BCS optimal pada domba jantan anakan dan remaja dipengaruhi oleh tercukupinya pakan yang diberikan sehingga energi untuk hidup pokok dan pertumbuhan dapat terpenuhi (Purwanto et al. 2013). Menurut Aritonang (2009) pakan dengan tingkatan energi tinggi dapat meningkatkan rasa enak sehingga akan mendorong ternak untuk mengkonsumsi pakan. Hal tersebut dapat mengakibatkan peningkatan nafsu makan domba sehingga asupan nutrisi dapat tercukupi untuk perkembangan massa otot dalam tubuh.

(19)

7 perkembangan massa otot dan cadangan lemak pada domba pejantan lebih cepat dibandingkan pada periode anakan dan remaja. Menurut Sargison (2008) pemberian nutrisi yang cukup pada domba pejantan juga dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan energi pada masa kawin selanjutnya. Selain itu, peningkatan skor BCS pada domba pejantan dipengaruhi oleh aktivitas (exercise) yang sangat tinggi terutama pada domba garut yang sering digunakan untuk ketangkasan. Aktivitas inilah yang menyebabkan massa otot lebih berkembang pada domba pejantan. Oleh sebab itu, aktivitas dan nutrisi yang baik pada domba pejantan merupakan faktor penting dalam peningkatan BCS.

Gambar 4 Rataan bobot badan dan BCS domba jantan

Berdasarkan Gambar 5, kelompok domba betina menunjukkan peningkatan rataan BCS dan bobot badan pada periode anakan, dara dan bunting, namun cenderung mengalami penurunan pada periode laktasi dan flushing. Kelompok betina anakan memiliki rataan BCS optimal sesuai dengan rekomendasi ESGPIP (2001) yaitu 2,0−2,5 disertai rataan bobot badan mencapai 20,71±6,47 kg. Tercapainya rataan skor BCS dan bobot badan optimal pada betina anakan dipengaruhi oleh tercukupinya pemberian pakan sehingga energi untuk hidup pokok dan pertumbuhan dapat terpenuhi (Purwanto et al. 2013).

(20)

8

Domba dara dipelihara agar mencapai bobot badan tertentu untuk persiapan kawin dan kebuntingan pertama kali. Ternak betina muda tidak disarankan untuk dikawinkan sampai pertumbuhan badannya memungkinkan suatu kebuntingan dan kelahiran normal. Menurut Partodihardjo (1980) domba garut betina mencapai dewasa kelamin pada umur 8 bulan sedangkan dewasa tubuh tercapai pada umur 10−12 bulan pada betina dan umur 12 bulan pada jantan. Nutrisi merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap bobot badan pada saat pencapaian dewasa kelamin. Domba yang mendapat asupan nutrisi cukup dapat mencapai dewasa kelamin lebih awal disertai bobot badan optimal. Gambar 5 menunjukkan rataan bobot badan domba dara mencapai 26,99±2,14 kg, hal ini sesuai dengan Setiawan (2011) yang menyatakan bahwa bobot badan minimal domba dara siap kawin yaitu 25 kg sedangkan bobot badan optimal umumnya berkisar 25−30 kg. Selain itu, rataan BCS pada domba dara adalah 2,5 (Gambar 5). Rataan skor BCS tersebut sesuai dengan rekomendasi ESGPIP (2001) yaitu 2,5−3,0. Tercapainya rataan skor BCS dan bobot badan optimal menunjukkan bahwa tercukupinya asupan nutrisi dalam pakan yang dibutuhkan oleh domba dara.

Kelompok domba bunting memiliki rataan BCS 2,6. Skor tersebut lebih rendah dari BCS optimal yaitu 3,0 (ESGPIP 2001). Namun demikian terjadi peningkatan rataan bobot badan mencapai 35,05±2,14 kg. Rataan skor BCS dan bobot badan pada periode bunting lebih tinggi dibandingkan periode lainnya. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan asupan nutrisi karena pada saat domba bunting kebutuhan nutrisi harus terpenuhi untuk kelangsungan hidup induk, perkembangan fetus dan produksi susu. Nilai zat pakan yang dikonsumsi oleh ternak selama bunting mempengaruhi bobot lahir anakan. Induk domba yang mengkonsumsi pakan berkualitas baik secara teratur akan melahirkan anak dengan bobot badan optimal.

Penurunan BCS terjadi setelah kebuntingan yaitu pada periode laktasi dengan skor 2,1. Menurut Mao et al. (2004) skor BCS yang berubah selama laktasi mengakibatkan perubahan keseimbangan energi. Penurunan BCS tersebut dapat terjadi karena produksi susu yang tinggi tidak diimbangi dengan asupan pakan yang cukup sehingga ternak akan memobilisasi cadangan lemak yang terdeposit dalam tubuh untuk memenuhi kekurangan energi dari pakan. Hal tersebut akan berdampak pada kehilangan bobot badan saat awal laktasi (Mathius 1996). Broster dan Broster (1998) menyatakan bahwa penurunan BCS dan bobot badan secara umum terjadi selama 2−3 bulan setelah melahirkan.

(21)

9

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa rataan Body Condition Score (BCS) meningkat seiring pertambahan umur dan bobot badan. Rataan BCS jantan

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan ternak yang lebih banyak terkait informasi mengenai profil Body Condition Score (BCS) dan bobot badan pada kelompok ternak domba garut. Penurunan BCS pada betina periode laktasi dan flushing perlu diantisipasi terhadap keseimbangan energi yang negatif melalui manajemen pakan yang baik

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang SN. 2009. The effect of forage energy on production and reproduction performances of Kosta female goat. Pakistan Journal of Nutrition. 8(3): 251-255. Broster WH, Broster VJ. 1998. Review article: body score of dairy cow. J. Dairy Sci.

65: 155-173.

Damron WS. 2006. Introduction to Animal Science Global, Biological, Social and Industry Perspectives. Ohio (USA): Oklahoma State University.

Domeq JJ, Skidmore AL, Uoid JW, Kaneem JB. 1997. Relationsheep between body condition score and milk yield in a large dairy herd of keigh yielding Holstein cows. J. Dairy Sci. 8: 101- 112

[ESGPIP] Ethiopia Sheep and Goat Productivity Improvement Program. 2001. Condition scoring of sheep and goat. [Internet]. [Diunduh 2015 Jun 17]. Tersedia pada: http://www.ESGPIP.org sebagai Hewan Ternak. Yogyakarta (ID): Kanisius.

(22)

10

Haryanto B. 2012. Perkembangan penelitian nutrisi ruminansia. Wartazoa. 22(4): 169– 177

Haskell SRR, Antilla TA. 2001. Small Ruminant Clinical Diagnosis and Theraphy. Minnesota (USA): University of Minnesota St. Paul.

Isroli. 2001. Evaluasi terhadap pendugaan domba priangan berdasarkan ukuran tubuh. Jurnal Ilmiah SAINTKES. 8(2): 90-94.

Mao IL, Sloniewski K, Madsen P, Jensen J. 2004. Change in body condition score an in its genetic variation during lactation. J. Liv. Prod Sci. 89: 55–65. doi: 10.1016/j.livprodsci.2003.12.005.

Mathius IW. 1996. Kebutuhan energi dan protein domba induk pada fase akhir kebuntingan dan laktasi [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Partodihardjo S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta (ID): Mutiara Sumber Widya. Pomeroy RW. 1955. Live weight growth. In: Progress in The Physiology of Farm

Animals. Butter Worth Scientific Publications. 2: 395-429.

Pulina, G. 2004. Dairy Sheep Nutrition. Wallingford (USA): CABI Publishing.

Purwanto H, Sadewo ATA, Utami S. 2013. Hubungan antara bobot lahir dan body condition score (BCS) fase kering kandang dengan produksi susu di BBPTU sapi perah Batu Raden. Purwokerto (ID): Universitas Jenderal Soedirman.

Riwantoro. 2005. Konservasi plasma nutfah domba garut dan strategi pengembangannya secara berkelanjutan [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sargison N. 2008. Sheep Flock Health: a planned approach. University of Edinburgh (ENG): Blackwell Publishing.

Setiawan BS. 2011. Beternak Domba dan Kambing. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka. Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta(ID): Gadjah Mada University

Press.

Sudarmono AS, Sugeng YB. 2011. Beternak Domba. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Sumoprastowo RM. 1993. Beternak Domba Pedaging dan Wool. Jakarta(ID): Bhatara. Stevenson JS. 2001. Reproductive management of dairy cow in high milk producing. J.

Dairy Sci. 84. (E. Suppl.): E128-E143.

Thompson J, Meyer H. 2006. Body condition score of sheep [Internet]. [Diunduh 2015 Jun 10]. Tersedia pada: http://oregonstate.edu/dept/animal.sciences/ bes.html Tillman DA, Hari H, Soedomo R, Soeharto P, Soekanto L. 1991. Ilmu Makanan Ternak

(23)

11

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 2 Ilustrasi penilaian Body Condition Score  (Thompson dan Meyer 2006)
Gambar 4 Rataan bobot badan dan BCS domba jantan

Referensi

Dokumen terkait