• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KUALITAS PANEN KELAPA SAWIT (

Elaeis

guineensis

Jacq.) DI KEBUN ANGSANA ESTATE, MINAMAS

PLANTATION, KALIMANTAN SELATAN

KHAIRIL AZHAR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Khairil Azhar

(4)

ABSTRAK

KHAIRIL AZHAR. Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh EDI SANTOSA.

Manajemen kualitas panen sangat menentukan kualitas minyak sawit yang ditandai dengan kandungan ALB yang rendah. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Angsana Estate, Kalimantan Selatan dengan tujuan umum mempelajari upaya perusahaan dalam mempertahankan kualitas panen, serta dengan tujuan khusus mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas minyak sawit. Kegiatan dilaksanakan selama 4 bulan mulai Februari - Juni 2013. Analisis regresi linier dilakukan untuk menduga pengaruh mutu buah dan curah hujan terhadap kenaikan kandungan ALB. Kajian menunjukkan bahwa jumlah janjang kosong/busuk dan buah restan nyata mempengaruhi kandungan ALB. Kenaikan persentase janjang kosong berpengaruh nyata (P value = 0.000) meningkatkan kadar ALB, yaitu kenaikan 1% janjang kosong terolah akan menaikkan ALB sebesar 0.54%. Kenaikan persentase old crop (buah restan lebih dari 2 hari) nyata (P value= 0.030) meningkatkan kandungan ALB. Setiap kenaikan 1% old crop akan meningkatkan ALB sebesar 0.05%. Proporsi buah mentah dan buah under tidak mempengaruhi kandungan ALB, demikian juga pengaruh curah hujan tidak mempengaruhi kandungan ALB.

Kata kunci: ALB, buah restan, CPO, janjang kosong, Kalimantan Selatan

ABSTRACT

KHAIRIL AZHAR.Harvest Quality Management of Oil Palm (Elaeis guineensis

Jacq.) in Angsana Estate, Minamas Plantation, South Kalimantan. Supervised by EDI SANTOSA.

Harvest management determines the FFA content of palm oil. Internship program was conducted in Angsana Estate, South Kalimantan in order to study best practice of harvest quality of palm oil. Activity was carried out for 4 months from February to June 2013. Linear regression analysis was used to estimate the effect of fruit quality and rainfall to FFA content. Results showed that the number of empty bunch and restan-bunch significantly affected the FFA content. Increasing 1% of empty bunch significantly (P value = 0.000) increased FFA levels by 0.54%. An increasing in the percentage of restant-fruit 1% (old crop/leftover more than 2 days) (P value = 0.030) increased FFA content by 0.05%. The proportion of unripe fruit and young fruit had not effect to the FFA content, as well as the rainfall did not affect the FFA content.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

MANAJEMEN KUALITAS PANEN KELAPA SAWIT (

Elaeis

guineensis

Jacq.) DI KEBUN ANGSANA ESTATE, MINAMAS

PLANTATION, KALIMANTAN SELATAN

KHAIRIL AZHAR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan Nama : Khairil Azhar

NIM : A24090149

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

(8)

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tulisan ini mengangkat tema manajemen kualitas panen kelapa sawit. Aspek khusus yang diamati adalah pengaruh mutu buah dan curah hujan terhadap kandungan asam lemak bebas (ALB).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Edi Santosa, SP, MSi atas segala bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam meyelesaikan tugas akhir ini. Rasa penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Puji Sasmito selaku Manajer Kebun Angsana Estate (ASE) dan Bapak Jaka Istiarta selaku Asisten Kepala sekaligus pembimbing lapang beserta seluruh jajaran staf/karyawan atas bantuannya dalam proses kelancaran Magang di Kebun ASE, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayah, Mamak yang sangat penulis cintai beserta seluruh keluarga dan sahabat atas do’a dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan turut memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Desember 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan magang 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE MAGANG 2

Tempat dan Waktu 2

Pelaksanaan Magang 3

Analisis Data dan Informasi 3

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 5

Keadaan Iklim dan Tanah 5

Keadaan Tanaman dan Produksi 5

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 7

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 7

Aspek Teknis 7

Aspek Manajerial Magang 19

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Mengelola Standar Kualitas Panen 21

Teknologi Budidaya 25

SIMPULAN DAN SARAN 27

Simpulan 27

Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 30

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kelas Mutu Buah di Kebun ASE 4

2 Sumber bibit Kebun ASE 5

3 Luas areal tanam produksi TBS periode 2008-2012 6

4 Herbisida yang digunakan di Kebun ASE 11

5 Ambang batas pengendalian ulat kantong dan ulat api di Kebun ASE 13

6 Kualitas kematangan TBS kebun ASE 21

7 Pengamatan TBS tertinggal di tanaman Divisi II Kebun ASE 22 8 Pengamatan brondolan tertinggal di Divisi II Kebun ASE 23 9 Ketersediaan unit pengangkutan buah di Kebun ASE 24 10 Hasil pendugaan faktor buah bermutu buruk terhadap nilai ALB 26

DAFTAR GAMBAR

1 Pola grafik sisaan terhadap Y duga jika terdapat heteroskedastisitas 5

2 Proses pemanenan buah 9

3 Tim Micron Herby Spraying Kebun Angsana Estate 11

4 Tanaman inang musuh ulat api 13

5 Pola penghancakan transportasi buah per mandoran 16

6 Pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga 26

7 Grafik keterkaitan curah hujan dengan ALB selama periode Januari

2012 -Maret 2013 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Areal statement Kebun ASE 30

2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan 31

3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai mandor 32

4 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten divisi II 33

5 Struktur organisasi Kebun ASE 35

6 Data curah hujan Kebun ASE periode 2007-2012 36

7 Sistem denda 37

8 Input data FFA dan kualitas buah pada persamaan regresi linier

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 meunjukkan bahwa luas areal kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 lebih dari 9 juta Ha dan memiliki tren meningkat di setiap tahunnya. Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi beberapa tahun terakhir ini terutama sejalan dengan peningkatan kebutuhan untuk industri turunan dan pengembangan bio-energy

sebagai alternatif bahan bakar.

Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap produksi CPO di Indonesia, tuntutan masyarakat global semakin meningkat terutama terkait dengan kualitas dan kuantitas produk. Secara umum telah diketahui bahwa kualitas CPO ditentukan oleh kandungan asam lemah bebas (ALB). Tingginya ALB dapat menurunkan kualitas minyak sawit yang dihasilkan terutama munculnya bau tengik, sehingga kandungan ALB dipertahankan pada kisaran 2-3%. Semakin rendah kandungan ALB, maka kualitas CPO semakin baik.

Kandungan ALB yang dihasilkan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kualitas pada saat proses pemanenan, pengangkutan dan pengolahan tandan buah segar (TBS). Pemanenan TBS pada kondisi buah over ripe (lewat matang) akan menghasilkan ALB yang tinggi. Panen saat TBS belum matang menghasilkan ALB rendah, tetapi akan dihasilkan rendemen minyak sawit yang rendah sehingga dapat menurunkan produksi (BBPP, 2008). Adanya kerusakan fisik pada TBS akibat proses pemanenan dan pengangkutan akan meningkatkan kandungan ALB, karena dapat merangsang bekerjanya enzim lipase yang dapat menguraikan minyak sawit menjadi ALB (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Aktivitas enzim lipase terhenti ketika dilakukan perebusan. Asam lemak bebas di dalam minyak kelapa sawit termasuk natural free acids. Jika free fatty acid tinggi, maka minyak mudah tengik dan cepat rusak. Oleh karena itu, FFA dijaga agar tetap rendah.

Dalam rangka memperoleh CPO yang berkualitas, kajian pengendalian kualitas pada panen TBS sangat penting dilakukan mengingat terdapat keragaman faktor lingkungan, SDM dan manajemen antar kebun dan antar lokasi perkebunan kelapa sawit.

Tujuan Magang

(12)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Pardamean (2008) ada beberapa kriteria yang menyebabkan kualitas panen sawit menjadi baik diantaranya kandungan minyak dan tandan maksimal, kandungan asam lemak bebas rendah, biaya panen ekonomis. Berdasarkan uraian di atas, biaya panen menjadi rendah jika yang dipanen buah mentah, karena pengumpulan brondolan mudah dilakukan. Namun, memanen buah mentah tidak dapat “dilaksanakan” karena rendemen minyak lebih rendah. Karena itu, kriteria matang panen ditetapkan 1 brondolan/kg, tergantung areal dan umur tanaman.

Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir (BBPP, 2008).

Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan minyak maksimal, tetapi pemanenan buah lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Sebaliknya pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALBnya rendah (BBPP, 2008).

Untuk menentukan apakah mutu minyak itu termasuk baik atau tidak diperlukan standard mutu. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu: kandungan air dan kotoran dalam minyak kandungan asam lemak bebas (ALB), warna dan bilangan peroksida (Pasaribu 2004).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

(13)

3 terletak pada kordinat 3o38’ 45” – 3o 35’ 39” LS dan 115o34’ 04” – 115o38’ 11” BT . Kebun ini secara geografis berada pada ketinggian 15 m di atas permukaan laut dengan temperatur 28-32º C.

Pelaksanaan Magang

Kegiatan magang dilakukan pada tiga jenjang karir. Selama satu bulan pertama penulis berperan sebagai Karyawan Harian Lepas (Lampiran 2). Pekerjaan yang dilakukan Karyawan Harian Lepas (KHL) meliputi pengendalian gulma dan HPT (Hama Penyakit Tanaman), pemupukan, dan pemanenan. Selama satu bulan kedua penulis ditempatkan sebagai pendamping mandor (Lampiran 3). Tugas sebagai pendamping mandor adalah mengawasi pekerjaan beberapa KHL agar berjalan sesuai instruksi perusahaan. Selama dua bulan yaitu pada bulan ketiga dan keempat, penulis berperan sebagai pendamping asisten (Lampiran 4). Kegiatan pendaping asisten yakni memimpin seluruh mandor di divisi, membuat perencanaan operasional tahunan, dan sebagai pengambil keputusan di tingkat kebun.

Selain bekerja langsug layaknya karyawan perusahaan, mahasiswa juga melakukan pengambilan data sebagai bahan penelitian terhadap aspek khusus yang diamati. Data yang diperoleh berupa data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan atau wawancara secara langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan.

Data primer yang diambil adalah berondolan dan TBS tertinggal. Sampel diambil dari hancak 6 orang pemanen di 3 blok yang sama yang mewakili 3 kemandoran. Total sampel pengamatan berjumlah 1 171 tanaman dari total populasi 11 520 tanaman.

Berondolan yang tertinggal di piringan, pelepah, dan gawangan pada pokok sampel diamati secara langsung. Kemudian berondolan dicatat jumlahnya, dan dihitung rasio berondolan terhadap sampel pokok yang diamati. TBS matang yang tidak terpanen maupun TBS yang terpanen namun tidak diangkut terhitung sebagai buah tertinggal (losses) dan dihitung rasionya terhadap jumlah pokok sampel yang diamati.

Data sekunder ALB diambil dari data Oil Quality di Pabrik ASF. Data yang dianalisis adalah data ALB harian selama 4 bulan sejak Januari-April 2013. Data ALB kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda dengan data mutu buah dan curah hujan.

Analisis Data dan Informasi

(14)

4

Nilai ALB merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas, yakni kelas mutu buah unripe (X1), under-ripe (X2),

empty bunch (X3), dan old crop (X4). Buah restan dikatagorikan sebagai old crop. Model persamaan yang digunakan dalam analisis ALB CPO kelapa sawit sebagai berikut:

Y= β0+ β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4

Keterangan:

Y = persentase ALB (%)

β0 = konstanta titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y

ketika X=0 (garis Y memotong sumbu X)

β1, …, β4 = koefisien regresi atau perubahan rata-rata Y untuk setiap satu

unit perubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan menganggap variabel bebas lainnya konstan.

X1 = buah mentah (%)

X2 = buah under-ripe (%)

X3 = janjang kosong (%)

X4 = old crop (%)

Kelas mutu buah di Kebun Angsana Estate diklasifikasikan menjadi 6 kelompok mutu berdasarkan jumlah berondolan yang jatuh secara alami ke tanah seperti yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1 Kelas mutu buah di Kebun ASE

No. Mutu buah Standar mutu

(%)

Keterangan

1. Unripe (Mentah) 0 0-4 brondolan yang lepas per janjang

2. Under-ripe (kurang matang) 5 5-9 brondolan yang lepas per janjang

3. Ripe (matang) 95 ≥10 brondolan yang lepas per janjang

4. Empty bunch (janjang kosong) 0 >95% brondolan lepas per janjang

6. Old Crop 0 Buah restan > 48 jam

Sumber: Vandemecum Minamas

Data yang dianalisis dalam persamaan regresi linier berganda kemudian diuji validasinya. Adapun permasalahan yang sering muncul adalah adanya autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas yang menyebabkan tidak terpenuhinya asumsi dalam regresi linier berganda. Autokorelasi dapat dideteksi dari nilai Durbin Watson (DW) pada output minitab. Nilai DW kurang dari -2 menunjukkan adanya autokorelasi positif dan jika lebih dari 2 menunjukkan autokorelasi negatif, sedangkan apabila nilai terletak antara -2 ≤ x ≤ 2 maka tidak terdapat autokorelasi (Santoso 2000).

(15)

5

Gambar 1 Pola grafik sisaan terhadap Y duga jika terdapat heteroskedastisitas

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Keadaan Iklim dan Tanah

Kebun ASE memiliki curah hujan rata-rata tahunan 2 842 mm/tahun dengan hari hujan rata 156 hari/tahun, rata bulan kering 2 bulan dan rata-rata bulan basah 10 bulan. Data diambil dari data curah hujan kebun tahun 2007-2012 (Lampiran 5).

Jenis tanah di kebun ASE adalah Oxisol dengan seri tanah MM-18 Pteroferric Hapludox seluas 2 244 ha (71%) dan MM-19 Plinthic Hapludox seluas 903 (29%). Lahan di ASE merupakan lahan yang telah mengalami proses pelapukan lanjut, yang mana proses erosi tanah dan perombakan mineral tanah berlangsung secara intensif dalam kurun waktu yang lama. Kebun ASE memiliki kelas kesesuaian lahan S2 (sesuai/suitable) sampai kelas S3 (kurang sesuai/

moderatly suitable) dengan kemiringan 0-20%.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Varietas yang digunakan kebun Angsana Estate adalah tenera. Data sumber bibit kelapa sawit kebun ASE disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Sumber bibit kelapa sawit Kebun ASE

No. Sumber bibit Luas lahan (ha) Persentase (%)

1 Marihat (DP) 1 622.53 53.29%

2 Socfindo (DP) 878.27 28.84%

3 Guthrie (DP) 544.06 17.87%

Total 3 044.86 100%

(16)

6

Total populasi tanaman kelapa sawit di kebun ASE berjumlah 376 141. Tahun tanam yang terdiri atas 7 waktu penanaman yang berbeda, yakni tahun tanam 1996 (630 ha), tahun tanam 1998 (1 623 ha), tahun tanam 1999 (167 ha), tahun tanam 2000 (84 ha), tahun tanam 2006 (326 ha), tahun tanam 2007 (182 ha) dan tahun tanam 2008 (37 ha).

Jarak tanam kelapa sawit membentuk segitiga sama sisi dengan jarak per tanaman 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m. Standar populasi per hektar tanaman kelapa sawit adalah 136 tanaman per hektar. Namun rata-rata populasi aktual di kebun ASE berjumlah 124 tanaman/hektar. Hal ini disebabkan oleh ketidakseragaman areal di kebun ASE (jurang, sungai, dan danau) dan adanya tanaman mati. Perkembangan luas areal ditanami dan produksi tandan buah segar (TBS) Kebun ASE tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas areal tanam produksi TBS periode 2008-2012 Tahun

Sumber: Data Produksi Kebun ASE Periode 2008-2012

(17)

7 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Sebelum Struktur organisasi yang disertai tugas tanaman dan fungsi (Tupoksi) yang jelas menjadi modal yang sangat penting dalam keberjalanan perusahaan. Kebun ASE dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang bertanggung jawab terhadap General Manager (GM). EM bertugas dalam mengelola seluruh kebun baik administrasi maupun manajerial di lapangan. EM ASE dibantu oleh Asisten/Senior Asisten untuk melaksanakan pengelolaan di lapangan dan seorang Kepala Tata Usaha (KTU) untuk mengelola administrasi kebun (Lampiran 6).

Kebun ASE terbagi atas tiga divisi. Masing-masing divisi dipimpin oleh seorang asisten divisi dan senior asisten. Asisten divisi dan senior Asisten bertanggung jawab kepada manajer. Asisten berwenang dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan divisi yang dipimpinnya. Sementara senior asisten bertanggung jawab terhadap divisi, traksi, dan security. Asisten kebun dibantu oleh seorang mandor I dalam melaksanakan pengelolaan teknis di lapangan bersama mandor-mandor lainnya.

Kepala Tata Usaha bertanggung jawab terhadap EM dalam mengelola seluruh administrasi dan keuangan di tingkat kebun. KTU dibantu oleh seluruh karyawan administrasi di kantor besar dan krani divisi untuk menjalankan tugasnya. Pengelolaan gudang, mess, kantor, dan sekolah pun berada di bawah koordinasi KTU.

Status tenaga kerja di Kebun ASE terbagi atas 2 golongan, yakni staf dan non staf. Karyawan staf langsung diangkat oleh general manager sedangkan karyawan nonstaf diangkat langsung oleh estate manager. Tenaga kerja yang tergolong staf adalah Estate Manager, KTU, Asisten, PSQM, dan Dokter. Tenaga kerja yang termasuk ke dalam golongan non staf adalah karyawan SKU harian dan SKU bulanan. Perbedaan antara SKU harian dengan SKU bulanan adalah sistem pembayarannya. SKU bulanan digaji setiap bulan sementara SKU harian dibayar upah perharinya. Jumlah tenaga kerja staf di kebun ASE adalah 7 orang dan karyawan nonstaf sejumlah 485 orang.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pemanenan

Sistem Panen di Kebun Angsana Estate dikenal dengan sistem BHS-DOL2 (Block harvesting System- Division of Labour 2), artinya sistem organisasi panen dengan konsentrasi penuh di seksi tertentu dikerjakan serentak blok demi blok. Kegiatan memotong buah dan mengeluarkan buah ke TPH dikerjakan oleh pemanen (cutter), dan pekerjaan mengutip brondolan dikerjakan oleh pemberondol (picker) seperti yang tersaji dalam Gambar 2.

(18)

8

dipanen harus ditentukan yang telah memenuhi standar kematangan minimal (Minimum Ripeness Standard). Minimum Ripeness standard (MRS) adalah kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu sekurang-kurangnya terdapat 5 brondolan per janjang di piringan sebelum panen. Jadi, untuk mencari buah matang pemanen tidak perlu melihat ke atas, tetapi cukup memastikan brondolan yang jatuh di piringan.

Buah yang dikirim ke pabrik kelapa sawit adalah buah yang berkualitas. Buah unripe dan under-ripe yang terpanen akan menurunkan kandungan minyak, menyebabkan masalah saat proses perebusan dan pemipilan, serta akan meningkatkan rotasi panen. Sementara buah over ripe yang terpanen akan menyebabkan peningkatan rotasi, meningkatkan biaya panen, meningkatkan ALB sehingga menurunkan kualitas minyak.

Salah satu poin penting dalam pencapaian output maksimal panen adalah meminimalkan kehilangan (losses). Losses di lapangan dapat berupa brondolan tinggal, buah matang tidak dipanen, buah mentah dipanen, buah atau brondolan dicuri, dan buah restan.

Standar yang telah ditetapkan oleh manajemen wajib dipatuhi oleh seluruh karyawan. Manajemen menerapkan sistem reward and punishment. Setiap prestasi kerja yang melebihi basis borong akan diberikan premi dan setiap pelanggaran dikenakan denda. Hal ini dilakukan untuk memicu prestasi kerja karyawan dan memberikan efek jera bagi karyawan yang melanggar peraturan. Sistem premi dan denda di PT Ladangrumpun Suburabadi dapat dilihat dalam Lampiran 7.

Kegiatan harian kebun di mulai pukul 06.30, yaitu karyawan mengikuti apel di halaman kantor divisi yang dipimpin oleh seorang mandor. Mandor mengarahkan kerja teknis harian dan menentukan hancak pemanen. Disampaikan pula denda dan premi karyawan hasil perolehan panen hari sebelumnya.

Mobilisasi pemanen ada yang menggunakan sepeda motor dan ada yang menggunakan truk angkutan karyawan. Saat mengendarai motor, egrek dipanggul dalam kondisi terbungkus. Tidak dibenarkan membawa egrek dalam keadaan terbuka saat berkendara. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko kecelakaan. Kapak diselipkan di angkong dan ganco berada di atas angkong. Rata-rata pemanen tiba di lahan sekitar pk 07.30. Jumlah basis untuk tanaman 1996 adalah 140 TBS sedangkan tanaman 1998 157 TBS. Hancak setiap pemanen adalah 2 pasar rintis per blok (1 Ha) dengan hectare cover 5 Ha. Kriteria matang panen adalah terdapat minimal 5 buah yang membrondol di piringan per tandan. Manajemen pelepah di Kebun ASE tipe songgo 2-3.

Secara teknis di lapangan kegiatan pemanenan sebagai berikut: a. Pemanen dan pemberondol mempersiapkan alat-alat

b. Pemanen mencari buah matang untuk dipotong, tidak dibenarkan adanya buah matang yang tertinggal di tanaman.

c. Setelah buah jatuh, pelepah yang turut terpotong dirapikan membentuk letter U (U shape front stacking) mengelilingi piringan. Pangkal pelepah yang berduri disusun menjauhi pasar rintis.

d. Gagang panjang dipotong menggunakan kapak. Tidak dibenarkan memotong gagang buah di TPH untuk menghindari terangkut ke pabrik.

(19)

9 f. Seluruh buah yang dipanen dikeluarkan seluruhnya ke TPH dan disusun kelipatan 5 atau 10 buah perbaris. Kemudian buah diberi kode berdasarkan nomor pemanen menggunakan berondolan pada gagang buah.

g. Berondolan ditumpuk di TPH. Setiap tumpuk bobotnya 21 kg setara dengan bobot 3 ember brondolan. Brondolan juga diberi nomor sesuai nomor urut karyawan pemberondol.

Denda dikenakan kepada karyawan yang bekerja tidak menaati SOP. Denda kualitas buah meliputi buah mentah, gagang panjang, potongan gagang di TPH, potongan gagang letter V, janjang kosong, under ripe, buah tinggal, brondolan tinggal, pemakaian kait brondolan, pemakaian alas/jaring brondolan, kontaminasi brondolan, susunan standard dan pelepah sengkleh.

Setiap kemandoran memiliki tanggung jawab untuk menjaga rotasi tetap normal, yakni 7-9 hari. Oleh sebab itu, setiap mandor harus memastikan tidak ada buah matang yang tertinggal di tanaman. Saat kerapatan buah tinggi dan ada kemandoran yang seksi panennya tertinggal dengan kemandoran yang lain, maka hancak dari kemandoran yang bersangkutan mendapatkan tenaga panen tambahan dari kemandoran lain untuk mempercepat rotasi panennya.

Gambar 2 Proses pemanenan buah: Potong buah (a) susun pelepah (b) potong gagang (c) angkut TBS ke TPH (d) kutip berondolan (e) susun TBS di TPH (f) kumpulkan berondolan di TPH (g)

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang keberadaannya tidak diinginkan karena menjadi kompetitor tanaman kelapa sawit dalam memanfaatkan unsur hara dan air. Gulma juga memiliki senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu, kegiatan pengendalian gulma sangat penting.

Pengendalian gulma di Kebun ASE dilakukan dengan cara kimiawi dan manual dengan sasaran piringan (circle) dan gawangan (interrow). Tujuan pemberantasan gulma di piringan adalah untuk mengurangi kompetisi unsur hara dan air, mempermudah kontrol panen dan aplikasi pemupukan, serta memudahkan

b

a c

(20)

10

pengutipan berondolan. Sedangkan tujuan pengendalian gulma di gawangan adalah untuk mengurangi kompetisi unsur hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan, serta menekan populasi hama.

Gulma di Kebun ASE sangat beragam yang berasal dari keluarga rumput, daun lebar, dan teki-tekian. Adapun gulma yang banyak ditemukan adalah

Ageratum conyzoides L., Chromolaena odorata L, Clidemia hirta L., Cyperus iria

L. , Dicranopteris linearis (Burm.f), Imperata cylindrica L., Lantana camara L., Melastoma malabatricum L., Mikania micrantha (Kunth.), Stenochlaena palustris

(Burm) dan Tetracera indica (Merr).

Pengendalian secara kimiawi menggunakan aplikasi block spraying system

(BSS). BSS adalah aplikasi herbisida di lapangan yang terkonsentarasi pada areal tertentu dilakukan secara serentak blok demi blok. Aplikasi BSS sangat efisien karena memudahkan pengawasan dan menghemat biaya transportasi. Tim BSS terdiri dari dua tim khusus yakni, Tim Semprot Kebun (TSK) dan Tim Micron Herby Spraying (MHS) seperti yang tersaji dalam Gambar 3.

TSK adalah tim pengendali gulma di gawangan dengan menggunakan alat semprot Knapsack sprayer “RB 15”. RB 15 merupakan alat semprot herbisida

bervolume 15 L menggunakan nozel VLV (Very Low Volume) berwarna kuning(100 l/ha) merah (200 l/ha). Kebun ASE memiliki 15 unit alat semprot RB 15.

Tenaga kerja TSK berjumlah 18 orang yang seluruhnya perempuan. Sementara tim MHS adalah tim pengendali gulma di piringan, pasar rintis dan TPH dengan alat semprot micron herby sprayer (MHS). Alat semprot MHS ini bervolume 10 L menggunakan atomizer yang berbetuk seperti cakram yang digerakkan oleh motor penggerak (12 volt). Nozel yang digunakan berwarna merah, kuning, dan biru. Tenaga kerja MHS berjumlah 9 orang berstatus tenaga kerja harian yang semuanya perempuan. Volume air yang dibutuhkan tim TSK per hari adalah 1350 L. Sementara air yang dibutuhkan tim MHS adalah 350 L.

Pengisian tangki dilakukan oleh sopir pada sore hari di traksi. Bon permintaan herbisida dibuat oleh asisten kordinator BSS setelah mengecek kerapatan gulma areal aplikasi. Pencampuran herbisida dilakukan di gudang sentral sebelum berangkat ke lokasi disaksikan oleh asisten. Karyawan berkumpul di divisi 1 dan 2 untuk dijemput oleh mobil BSS menuju lokasi aplikasi. Setiap karyawan diwajibkan membawa alat pendongkel anak kayu sebagai persiapan jika hari hujan.

Setiap hari tenaga kerja ditargetkan menyelesaikan hectare cover yang ditentukan perusahaan. Hectare cover pada hari normal (7 jam kerja) untuk setiap orang karyawan TSK adalah 3 hektar dan setiap orang karyawan MHS 5 hektar. Khusus pada hari jum’at (5 jam kerja), hectare cover TSK adalah 2 hektar/orang dan MHS 3.5 hektar/orang. Namun, prestasi kerja per hari tidak selalu memenuhi target. Hal tersebut tergantung oleh kerapatan gulma, cuaca, dan kondisi alat.

(21)

11 Tabel 4 Herbisida yang digunakan di Kebun ASE

Merk

fluroksipyr Piringan 0.06 60 cc/Ha Gulma berdaun

Sumber: Dikonversi dari budget Kebun ASE periode 2012

Tenaga kerja diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja. APD tim BSS adalah seragam khusus semprot (baju dan celana), masker, kaca mata, topi, jaket pelindung, sarung tangan dan sepatu boot seperti yang tersaji dalam Gambar 3.

(22)

12

Jumlah tenaga kerja manual termasuk ke dalam tim perawatan berjumlah 7 orang yang kesemuanya perempuan. Status tenaga kerja pengendalian gulma manual adalah SKU harian. Output kerja setiap orang adalah 0.5 HK/Ha.

Pengendalian Hama Tanaman

Tidak semua hama harus dikendalikan. Hanya hama yang melewati ambang batas ekonomi saja yang dikendalikan. Jumlah populasi hama dikatakan berada di atas ambang ekonomi artinya >5% populasi tanaman terserang. Hama utama yang terdapat di kebun ASE adalah Tikus (Rattus tiomanicus Mill.), kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.), ulat api dan ulat kantong. Kebun ASE melakukan pengendalian hama dengan dua cara, yakni secara kimiawi dan secara biologis.

Pengendalian tikus secara kimiawi dilakukan dengan aplikasi klerat (Bahan aktif: brodifacoum) dan Sime Ebor Baits (Warfarin) di setiap piringan. Aplikasi klerat dilakukan secara rutin 6 bulan sekali tanpa memperhatikan ada kerusakan atau tidak oleh tikus. Umpan diletakkan di setiap tanaman pada areal piringan dalam 1 baris tiap 2 baris tanaman. Dosis yang diaplikasikan adalah 100 gr/tanaman. Umpan yang hilang diganti pada hari ke-4 selama umpan yang hilang akibat dimakan atau dipindahkan tikus berkurang hingga <20%. Tenaga kerja yang dialokasikan untuk pengendalian hama tikus adalah tanaga kerja perawatan. Prestasi kerja tenaga kerja adalah 10 Ha/HK.

Kebun ASE melakukan pengendalian tikus secara biologis dengan mengembangkan musuh alami tikus yakni burung hantu. Burung hantu yang dikembangkan di kebun ASE adalah jenis Tyto alba L. Setiap 1 kandang burung hantu (nest box) mewakili luasan lahan 40 ha. Monitoring terhadap burung hantu dilakukan setiap sebulan sekali. Monitoring dilakukan dengan membersihkan kandang dari kotoran, sarang semut, dan gulma. Total tinggi kandang yang digunakan adalah 6.2 m dengan ukuran kandang 100 cm x 70 cm x 50 cm.

Kumbang tanduk dikendalikan dengan tiga cara, yakni dengan cara kimiawi, biologis, dan teknis. Tunggul kelapa sawit atau tanaman lain yang kaya bahan organik merupakan media perkembangbiakan kumbang tanduk (Oryctes rhinoceroes L.). Pengendalian kumbang tanduk secara teknis dilakukan dengan mengambil larva dan menghancurkan atau memisah sisa-sisa tanaman sawit yang telah tumbang setipis mungkin agar proses dekomposisinya semakin cepat. Selain itu dilakukan pula penanaman LCC (legume cover crop) pada areal TBM maksimal 8-10 bulan setelah replanting untuk mempercepat proses dekomposis sisa-sisa atau tunggul.

(23)

13

b

a c

Pengendalian ulat kantong dan ulat api dilakukan jika didapatkan jumlah ulat yang telah berada pada ambang batas. Jenis ulat dan ambang batas yang menyerang kebun ASE dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Ambang batas pengendalian ulat kantong dan ulat api di Kebun ASE

Sumber: Buku Panduan Agronomi Minamas Plantation

Tingkat populasi ulat api dan ulat kantung belum mencapai batas ambang ekonomi, sehingga kebun ASE belum pernah melakukan pengendalian secara kimiawi. Usaha yang dilakukan adalah pencegahan secara biologis yakni dengan menanam tanaman inang musuh ulat api (beneficial plant). Beneficial plant yang ditanam adalah Turnera subulata Sm., Cassia cobanensis (B&R), dan Antigonon leptosus seperti yang tertera pada Gambar 4. Tanaman-tanaman ini telah diketahui sebagai inang parasitoid sebagai musuh alami ulat api dan ulat kantong, yakni

Trichogrammatoidea thoseae Nagaraja. Penanaman tanaman inang musuh ulat api dilakukan di pinggir blok di sepanjang main road dan collection road.

Gambar 4 Tanaman inang musuh ulat api: Antigononleptopus (a) Cassia cobanensis (B&R)(b) Turnera subulata Sm.(c)

Pemupukan

Kebutuhan pupuk pada tanaman sawit dapat diketahui dari analisi jaringan daun. Kegiatan pengambilan sampel daun ini disebut Leaf Sampling Unit (LSU) yang dilakukan setahun sekali. Kegiatannya yakni mengambil contoh daun dari luasan areal dan tanaman tertentu di areal yang kondisi tanahnya seragam. Alat yang digunakan adalah egrek, gunting, kuas, dan plastik. Kegiatannya dilakukan pagi hari pada interval waktu pukul 07.00-12.00. Jika hari hujan >20 mm, maka LSU ditunda hingga 24 jam berikutnya.

(24)

14

baris ketiga. Tanaman sampel kedua berjarak 10 pohon dari tanaman sampel pertama pada baris yang sama. Tanaman sampel yang berada pada baris berbeda harus berjarak 10 baris dari baris tanaman sampel sebelumnya. Syarat tanaman sampel adalah tanaman yang normal, tidak dekat parit, dan tidak dengan bangunan. Jika menemukan tanaman mati, maka tanaman sampel di geser ke tanaman berikutnya pada baris yang sama. Pada lahan bergelombang seperti jurang dan lembah maka tanaman sampel digeser dua tanaman pada baris yang sama.

Daun yang diambil dari tanaman sampel adalah daun ke 17. Daun ke-17 letaknya tepat di bawah daun pertama dan daun ke-9. Daun pertama adalah daun termuda yang anak daunnya telah mekar 90%. Daun ke 9 tepat di bawah daun ke-1 agak ke kiri pada tanaman berspiral kanan dan agak kekanan pada tanaman berspiral kiri. Daun ke 17 tepat di bawah daun ke 9 agak ke kiri pada tanaman berspiral kanan dan agak ke kanan pada tanaman berspiral kiri.

Pelepah daun ke-17 kemudian diturunkan menggunakan egrek. Kemudian diambil 8 helai anak daun yang berada di tengah pelepah (empat anak daun sebelah kanan dan empat anak daun sebelah kiri). Anak daun kemudian di potong menggunakan gunting kurang lebih 40 cm dan dipisahkan dari lidinya. Daun yang telah terpisah dari lidi kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik dipisahkan antar anak daun kanan dengan anak daun sebelah kiri. Daun tersebut yang akan menjadi bahan analisis hara di laboratorium. Hasil analisis akan melahirkan rekomendasi pemupukan berikutnya.

Biaya pemupukan mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan sehingga ketelitian dan ketepatan harus diperhatikan. Aplikasi pupuk di lapangan memperhatikan 6 kaidah ketepatan, yakni ketepatan jenis, cara, penyimpanan, waktu aplikasi, tempat, dan dosis. ASE menerapkan sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1-2 hancak perkebun yang dikerjakan serentak blok per blok dengan sasaran pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktifitas lebih tinggi. Sistem ini disebut juga Block Manuring System (BMS).

Pupuk yang diaplikasikan di kebun ASE adalah NK blend, Rock Phosphate (RP), Kiesserite dan HGFB. NK blend memiliki kandungan N = 13% dan K= 36%. Pupuk RP mengandung P2O5 sebanyak 28%. HGFB mengandung

unsur boron yang merupakan unsur mmikroesensial bagi tanaman.. Kiserite mengandung MgO sejumlah 21% dan sulfur 26%. Dosis NK blend yang diaplikasikan adalah 2.75 kg per tanaman. Pupuk RP 1.5 kg per tanaman, serta pupuk kisserite 1.25 kg per tanaman.

Pupuk NK blend diaplikasikan di atas rumpukan pelepah atau di atas tumpukan janjang kosong dengan merata (tidak berumpuk atau menggumpal). Pupuk diaplikasikan membentuk stengah lingkaran pada areal miring dan dekat parit. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan serapan hara dan mengurangi terjadinya kehilangan pupuk melalui aliran permukaan (run off) atau pencucian (leaching).

(25)

15 Sebelum memulai pekerjaan, mandor memberikan pengarahan teknis terkait pembagian hancak dan pengelompokan. Pembagian hancak dan pengelompokan didasarkan dengan jumlah tenaga tersedia dengan jumlah blok yang ditargetkan.

Pengeceran pupuk dilakukan di collection road pada tempat penumpukan pupuk sesuai KKP. Karyawan membawa pupuk ke dalam hancak menggunakan ember dan menabur pupuk sesuai dosis per tanaman. Karyawan memulai aplikasi pada pohon ke-8 hingga ke pasar tengah pada 1 pasar rintis. Berdasarkan pengamatan, 1 ember pupuk cukup untuk 16 tanaman. Jadi untuk menghemat waktu mobilisasi tenaga kerja dan memastikan seluruh tanaman mendapatkan pupuk yang cukup, dimulailah pemupukan pada tanaman ke-8.

Pengangkutan Buah

Pengangkutan sangat terintegrasi dengan kegiatan panen. Semakin lama TBS dievakuasi ke PKS maka kandungan ALB nya akan semakin meningkat. TBS yang dipanen harus segera dievakuasi dari lapang ke pabrik sebelum 24 jam untuk meminimalkan penurunan kualitas Minyak Kelapa Sawit (MKS). Oleh sebab itu prinsip utama dari pengangkutan adalah mengangkut seluruh buah dan berondolan yang terpanen ke pabrik untuk diolah tanpa menyisakan buah restan. Pengangkutan di kebun ASE menggunakan dump truck berjenis PS (kapasitas 5.5 ton) dan Hino (kapasitas 10 ton). Dump truck berjenis Hino berjumlah 3 unit dan PS berjumlah 6 unit Jumlah tersebut adalah kondisi aktual di lapangan.

Buah dan brondolan di TPH dihitung oleh krani transpor kemudian diangkut oleh truk. Buah di naikkan ke truk menggunakan tojok. Brondolan dikumpulkan menggunakan penggaruk brondolan dan dimasukkan ke truk menggunakan karung. Batas toleransi berondolan di TPH adalah nol jika ada brondolan yang tertinggal maka pemuat akan di denda. Besar denda yang dikenakan sebesar Rp100/brondolan. Untuk menjaga kualitas hasil dan mengurangi kontaminasi pada CPO, kotoran seperti pasir, gagang TBS, janjang kosong dilarang untuk dimuat.

Setelah truk penuh, maka buah langsung di antar ke pabrik. Sebelumnya supir telah diberikan Surat Pengantar Buah (SPB) oleh mandor. Surat ini menjadi syarat agar truk muatan boleh masuk ke pabrik. Sampai di pabrik, truk di timbang bobot keseluruhannya. Penimbangan dilakukan dalam kondisi mesin mati, supir dan penumpang telah turun. Kemudian buah didrop ke loading pabrik setelah itu dilakukan penimbangan truk dalam kondisi kosong untuk memperoleh bobot TBS. Hasil penimbangan bobot buah akan tertera di SPB. Salinan SPB diserahkan ke krani transport untuk direkapitulasi seluruh buah yang terangkut dan buah restan (jika ada) pada hari tersebut. Bobot buah juga menjadi dasar penghitungan premi karyawan. basis pemuat adalah 3 ton/orang pada hari normal dan 2.1 ton/orang pada hari Jumat. Premi karyawan sebesar Rp1 500/ ton untuk premi basis dan Rp6 500/ton untuk premi lebih borong. Pendapatan setiap harinya akan direkap dan dilaporkan di BKM (Buku Kerja Mandor).

(26)

16

sebab itu, hancak kendaraan oleh mandor transpor dimulai dari TPH yang terlebih dahulu dipanen. Skema penghancakan unit transpor dalam mengevakuasi buah di TPH dapat dilihat pada Gambar 5.

Awal

Pengancakan (Areal Panen - PKS (PP) > 20 Km)

Arah Start Panen

= Unit Transport 01,02, Dst = Arah Putaran Unit Transpor = Tempat Tunggu Kerani Transpor

TR. 01

Gambar 5 Penghancakan transportasi buah per mandoran Aplikasi Palm Oil Mill Efluent (POME)

Limbah hasil olahan kelapa sawit terdiri dari limbah padat, cair, dan gas. Limbah cair dan limbah padat pada kelapa sawit tidak dibuang melainkan dikembalikan lagi ke lahan untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Limbah padat berupa janjang kosong (JJK). Limbah cairnya berupa Palm oil Mill Effluent

(POME).

POME yang dihasilkan pabrik ditampung dalam kolam-kolam penampungan dan dialirkan ke blok-blok aplikasi sebagai tambahan unsur hara bagi tanaman. Aplikasi POME memenuhi 2 kriteria yakni jauh dari pemukiman dan jauh dari sungai. Kolam aplikasi limbah di kebun ASE terdapat di blok C008, C009, D008, D009, dan E010.

POME dialirkan menggunakan pipa yang terhubung dengan kolam limbah di pabrik. POME yang dialirkan ke lahan mengandung 300-400 BOD/COD. Terdapat 150 kolam dalam setiap hektar land application. Kolam aplikasi limbah di kebun berukuran 6m x 2.4m x 0.4m.

Kolam secara rutin dicek keamanannya melalui sumur pantau yang berjarak 2m dari kolam aplikasi limbah. Pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup setempat selalu mengambil sampel POME untuk mengidentifikasi cemaran setiap 6 bulan sekali. Hal ini dilakukan agar aplikasi POME tidak mencemari lingkungan dan ekosistem sekitarnya.

Aplikasi Janjang Kosong (JJK)

(27)

17 (Oryctes rhinoceroes L.) di lapisan JJK. Setiap titik aplikasi digunakan 550 kg JJK atau setara dengan 70 ton/ha. JJK disebar dengan menggunakan angkong.

Setiap ton JJK setara dengan 5kg Urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP, dan 5 kg Kiserite. Selain sebagai pupuk organik, JJK juga berperan dalam konservasi tanah dan air. JJK dapat menyerap dan menahan air agar tidak mudah menguap di musim panas. Air yang tertahan di JJK akan menjaga kelembaban di sekitarnya serta memperbaiki struktur dan biologi tanah. Aplikasi JJK juga dapat mencegah terjadinya erosi dan pencucian hara. Sistem upah aplikasi JJK adalah sistem borongan. Setiap aplikasi tenaga kerja diberikan upah Rp7000/ton.

Pengolahan Kelapa Sawit di Pabrik Angsana (ASF)

1. Stasiun Penerimaan Buah

Tandan Buah segar yang diangkut dari kebun kemudian ditimbang di jembatan timbang. Jembatan timbang di Pabrik Angsana berkapasitas 40 ton per unit sebanyak 2 unit. Penimbangan dilakukan dua kali, yakni pada saat truk masuk mengantar buah ke loading ramp dan pada saat truk ke luar dalam keadaan kosong. Bobot TBS dihitung berdasarkan selisih antara berat truk berisi TBS dengan berat truck kosong. Truk ditimbang dalam keadaan mesin mati. Hal ini dilakukan karena perangkat elektronik pada jembatan timbang sangat sensitif, termasuk getaran pada saat mesin mobil dihidupkan.

TBS yang telah ditimbang kemudian dituang secara langsung dari truk ke

loading ramp. Angsana Factory memiliki 3 Loading ramp. Loading ramp adalah penampung buah berkapasitas berupa lantai miring dilengkapi dengan pintu-pintu yang digerakkan secara hidrolik. Kapasitas loading ramp di Pabrik Angsana adalah 210 ton. Masing masing pintu dapat menampung bobot 15 ton TBS. Dalam 1 loading ramp terdapat 14 pintu. Saat pintu terangkat ke atas, buah akan jatuh ke dalam conveyor menuju ke stasiun rebusan (sterilization) untuk diisikan ke dalam lori.

2. Stasiun Rebusan (Sterilizer)

Angsana Estate memiliki 55 lori yang masing-masing berkapasitas 5 ton. Lori yang berisi TBS kemudian dikirim ke perebusan. Buah dimasukkan ke dalam rebusan bersama lori. Proses perebusan dilakukan dalam bejana tertutup rapat dan berbentuk silinder horizontal yang dilengkapi pipa dan katup-katup pemasukan uap, pengeluaran uap, pengeluaran kondensat, pengukuran tekanan, pintu masuk dan keluar serta rail band. Tujuan perebusan adalah untuk memudahkan proses pengolahan berikutnya seperti pemipilan, pelumatan, pengepresan, serta pemisahan fiber dari kernel. Perebusan dilakukan juga untuk menonaktifkan enzim yang dapat menghidrolisis minyak yang meningkatkan asam lemak bebas. Pabrik Angsana memiliki 4 unit rebusan yang dapat menampung 7 lori/unit. Proses perebusan memerlukan suhu 120 – 130 oC dengan tekanan 2.5 – 2.8 kg/cm2 selama 80–90 menit.

3. Stasiun Pemipilan (Thresser)

(28)

18

keras menyebabkan buah rontok dari tandannya. Batang-batang besi membentuk kisi-kisi yang berada di dalam alat pemipil memungkinkan brondolan ke luar dari alat pemipil menuju digester melalui broad elevator. Janjang kosong dikirim ke stasiun JJK.

4. Stasiun Pencacahan (Digester) dan Pengempaan (Pressure)

Proses berikutnya berondolan di cacah dan dilumatkan menjadi bubbur menggunakan alat pencacahan. Alat berupa tangki vertikal yang dilengkapi lengan-lengan pencacah di bagian dalamnya. Pabrik Angsana memiliki 6 unti digester dengan kapasitas 15 ton/ unit. Proses pencacahan menyebabkan brondolan menjadi lumat seperti bubur. Hal ini dimaksudkan agar proses pengempaan (pressure) memiliki hasil yang optimal. Kemudian buah dimasukkan ke dalam mesin pengempa bertekanan 70-80 bar. Tujuan pengempaan adalah mengekstraksi minyak dan memisahkan daging buah dengan bijinya. Mesin pengempaan terletak langsung di bawah digester.

Buah yang masuk kemudian didorong oleh screw press ke arah dinding

sliding clone sehingga minyak keluar dari bubur buah. Untuk mengurangi kerapatan pada bubur buah ditambahkan air panas dengan temperatur 90oC. Minyak yang dihasilkan pada saat memasuki alat pengempa adalah minyak kasar yang masih mengandung air dan lumpur (sludge). Setelah melalui proses pengempaan, minyak dan fiber kemudian dipisahkan dengan alat vibrating screen. Minyak masuk ke stasiun clarifier, kernel masuk ke stasiun pengolahan kernel, sedangkan fiber yang masih mengandung minyak dikembalikan lagi ke digester

untuk diproses kembali.

5. Stasiun Pemurnian (Clarifier)

Di stasiun pemurnian akan dipisahkan minyak dari air dan kotoran untuk menghasilkan CPO berkualitas tinggi. Serabut kasar dan kernel yang melalui

vibrating screen akan masuk ke dalam fiber cyclone sedangkan minyak akan ditampung ke dalam Crude Oil Tank (COT). Pada proses ini minyak dipanaskan untuk memperbesar massa jenis sehingga sludge mengendap di dasar tanki. Proses selanjutnya, minyak dikirim ke tangki pengendapan (Continuous Settling tank).

Di dalam CST terjadi pemisahan antara minyak dengan sludge. Sludge

mengendap ke dasar tangki kemudian dikirim ke sludge tank sedangkan minyak dikirim ke oil tank. Sludge merupakan materi yang masih mengandung minyak sehingga dapat diolah kembali. Sludge kemudian disaring dengan sand cyclone

untuk memerangkap pasir dan brush stranner untuk memerangkap serabut (fiber). Sludge kemudian memasuki sludge buffer tank untuk dilakukan proses pengendapan lanjutan. Pasir dan air yang masih terkandung di dalam minyak kemudian dipisahkan di sentrifuge. Hasil dari pemisahan di sentrifuge kemudian di alirkan ke fat pit untuk dialirkan ke kolam penampungan limbah. Sementara

sludge yang masih mengandung minyak dikembalikan ke recovery tank untuk dikembalikan ke CST. Minyak yang berada pada oil tank kemudian dikurangi kadar airnya di vacum dryer hingga mencapai 0.15% . Vacum dryer di Pabrik Angsana memiliki kapasitas 15 ton/jam. Hasil akhir dari pengolahan CPO kemudian ditampung di storage tank. Pabrik Angsana memiliki storage tank

(29)

19 Aspek Manajerial Magang

Kegiatan magang yang dilakukan di kebun ASE mencakup kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan yang berhubungan dengan aspek manajerial di setiap pekerjaan. Kegiatan yang berhubungan dengan aspek managerial diperoleh saat menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten.

Pendamping Mandor

Mandor adalah tenaga kerja non staf yang jabatannya satu tingkat di bawah asisten. Setiap bidang pekerjaan di masing-masing divisi pimpin oleh seorang mandor. Seorang mandor haruslah menguasai fungsi perencanaan, pengarahan, pengawasan, dan evaluasi dari jenis pekerjaan yang dipimpinnya. Mandor yang berada di seluruh divisi dipimpin oleh seorang mandor I. Mandor I merupakan tangan kanan asisten dalam menjalankan seluruh pekerjaan di divisinya. Penulis menjalani kegiatan magang sebagai pendamping mandor selama satu bulan, yakni terhitung sejak tanggal 11 Maret hingga 10 April 2013. Adapun mandor yang diikuti yakni dari jenis pekerjaan panen, semprot, gawangan manual, pupuk, transpor, krani panen, dan krani divisi.

Pendamping Mandor Panen dan Krani Panen

Penulis menjadi pendamping mandor panen selama 8 hari. Mandor panen membuat taksasi produksi untuk panen berikutnya. Taksasi produksi sangat penting untuk merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan unit transportasi di hari tersebut. Pukul 06.00 pagi seluruh mandor mengikuti apel pagi bersama asisten. Apel pagi membahas tentang evaluasi kerja hari sebelumnya dan rencana kerja harian. Setelah itu mandor apel bersama karyawan mentransfer arahan dari asisten, menghancakkan tenaga kerja, dan mengabsen kehadiran. Pada apel disampaikan pula pendapatan premi karyawan di hari sebelumnya.

Hancak tenaga kerja yang telah selesai dipanen kemudian dicek oleh mandor yang dipilih secara acak. Objek yang dicek terutama terkait losses di lapangan, yakni buah tinggal dan berondolan tidak dikutip. Jika ditemukan buah tinggal atau berondolan yang tidak terkutip, tenaga kerja diminta kembali ke hancak tersebut untuk menyelesaikannya pada hari tersebut atau pada keesokan harinya.

Penulis juga turut mendampingi krani panen. Kegiatan yang dilakukan selama mendampingi krani panen adalah menghitung jumlah janjang dan berondolan di TPH. Krani panen juga bertugas dalam memisahkan buah mentah, janjang kosong, dan potongan gagang buah dari TPH agar tidak terangkut ke pabrik. Krani juga bertugas memastikan buah di TPH sesuai dengan SOP. Setiap pelanggaran akan dikenakan denda.

Pendamping Perawatan Manual

(30)

20

penghancakan tenaga kerja, mengawasi kualitas kerja karyawan, dan melaporkan hasil kerja karyawan. Hasil pekerjaan dilaporkan dalam Buku Kerja Mandor (BKM) yang berisi prestasi kerja karyawan dan absensi karyawan.

Pendamping Mandor Semprot

Mandor semprot di kebun ASE terdiri dari mandor TSK dan mandor MHS. Tim TSK adalah tim semprot kebun yang mengendalikan gulma di gawangan. Sementara tim MHS adalah tim semprot yang bertugas mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH.

Kegiatan mendampingi mandor semprot dilakukan oleh penulis sebanyak 3 hari. Selama mendampingi mandor semprot, penulis membantu menghancakkan tenaga kerja, mengawasi pekerjaan, dan menghitung kebutuhan bahan.

Pendamping Krani Transpor

Selama menjadi pendamping krani transport penulis menghitung buah yang akan dimuat ke dump truck. Jumlah janjang yang terangkut akan dilaporkan ke krani divisi. Selain itu penulis juga membantu dalam mengawasi buah mentah dan empty agar tidak terangkut serta memastikan tidak ada buah dan berondolan tertinggal di TPH. Krani transpor juga memberikan Surat Pengantar Buah kepada supir yang akan mengirim buah ke PKS. Buku Kerja Mandor (BKM) yang berisi absensi karyawan, premi karyawan, dan tonase janjang yang terkirim ke pabrik. Kegiatan mendampingi krani transport dilakukan selama tiga hari.

Krani Divisi

Selama menjadi krani divisi penulis membantu dalam membuat Rencana Kerja Harian (RKH) dan pengisian System Application Product and Data processing (SAP). RKH berisi tentang rencana seluruh kegiatan pada hari tersebut beserta absensi dan alokasi tenaga kerja. Seluruh laporan kehadiran dan prestasi kerja karyawan langsung diinput secara online ke server kantor Minamas pusat melalui SAP.

Pendamping Mandor Pupuk

Kegiatan mendampingi mandor pupuk dikerjakan selama tiga hari. Mandor pupuk membawahi karyawan penabur dan pengecer. Mandor memberikan bon permintaan pupuk ke gudang yang dibuat asisten dan disetujui manajer pada sore hari sebelum pemupukan.

Seluruh karyawan mengikuti apel pagi yang dipimpin oleh mandor di lokasi pemupukan. Mandor memberikan penghancakan kepada karyawan sesuai jumlah kehadiran dan jumlah pupuk yang diaplikasikan. Seluruh kegiatan akan direkap dalam Buku Kerja Mandor (BKM).

Pendamping Asisten Divisi

Kegiatan selama menjadi pendamping asisten adalah membuat Rencana Kerja Harian (RKH), mengecek seluruh pekerjaan divisi, membuat rekapitulasi pengendalian hama terpadu 2012-2013, menyiapkan foto seluruh karyawan divisi untuk kartu registrasi.

(31)

21 apel pagi para mandor pada pukul 06.00 WITA, membuat perencanaan kerja di setiap harinya, memastikan seluruh pekerjaan berjalan dengan baik, serta mengevaluasi hasil kerja hari sebelumnya.

Kegiatan sebagai pendamping asisten dilaksanakan selama 2 bulan mulai dari 11 April hingga 10 Mei 2013. Kegiatan selama menjadi pendamping asisten adalah Mendampingi asisten dalam apel pagi, membuat Rencana Kerja Harian (RKH), mengikuti pelatihan pembibitan, dan mengecek seluruh pekerjaan di divisi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Standar Kulaitas Panen

Kriteria Panen

Buah yang dipanen harus memenuhi standar kematangan minimal (Minimum Ripeness Standard). Minimum Ripeness standard (MRS) adalah kriteria matang penen berdasarkan jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang. Cukup memastikan brondolan yang jatuh di piringan. Jumlah berondolan yang lepas dari janjang akan lebih banyak saat buah jatuh ke tanah (lihat Tabel 1).

Kualitas Panen

Standar kandungan minyak kelapa sawit (MKS) dan minyak inti kelapa sawit (IKS) di PT Ladangrumpun Suburabadi secara berturut-turut adalah MKS (oil extraction rate) >23.0%, dan IKS (kernel extraction rate) >4.5% dan FFA (free fatty acid) <3.5%. Kualitas panen mempengaruhi kualitas TBS yang secara langsung mempengaruhi kualitas MKS dan IKS. Buah unripe dan under-ripe

yang terpanen akan menurunkan kandungan minyak, menyulitkan saat proses perebusan dan pemipilan, serta akan meningkatkan rotasi panen. Sementara itu, buah over ripe yang terpanen menyebabkan peningkatan rotasi, menigkatkan biaya panen dan meningkatkan kandungan ALB.

Kualitas panen dibagi menjadi dua yaitu mutu buah dan mutu hancak. Mutu buah sangat menentukan kualitas minyak yang akan dihasilkan. Pengamatan kualitas kematangan buah di divisi II kebun ASE dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kualitas kematangan TBS Kebun ASE

Bulan Jumlah

(32)

22

Data di atas menunjukkan bahwa rata-rata buah matang yang terpanen adalah 94.16%. Angka tersebut sedikit di bawah standar kebun ASE yakni 95%

ripe. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), buah yang dipanen seminggu sebelum titik tepat matang memiliki kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai 73 % dari potensinya. Selain itu, buah yang lewat matang juga akan merugikan karena akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB) yang dapat menurunkan kualitas minyak kelapa sawit yang dihasilkan. Menurut Pahan (2012) beberapa faktor penyebab mutu TBS tidak memenuhi standar adalah pemanen yang tidak teliti/disiplin, lemahnya pengawasan, sistem denda yang tidak konsisten diterapkan, rotasi panen yang tinggi, serta kerapatan buah yang rendah. Ketidaktelitian dan ketidakdisiplinan pemanen seharusnya diantisipasi dengan pengawasan yang baik dan penerapan sistem denda yang konsisten oleh mandor.

Kualitas panen berikutnya adalah mutu hancak. Mutu hancak yang bagus secara tidak langsung akan mempengaruhi produksi TBS. Parameter yang diamati dalam pengamatan mutu hancak adalah berondolan tinggal dan buah tinggal. Data

pengamatan TBS yang tertinggal di lapangan tersaji pada Tabel 7. Tabel 7. Pengamatan TBS tertinggal di tanaman di Divisi II Kebun ASE

Nomor Pemanen Tanaman sampel (tanaman)

Sumber : Hasil pengamatan (2013)

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 1 171 sampel tanaman yang diambil dari 6 orang pemanen ditemukan sekitar 0.01 buah tinggal per pohon. Jumlah ini meskipun sangat kecil namun belum memenuhi standar perusahaan yang menetapkan tidak ada buah tinggal di tanaman. Adanya TBS tinggal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketelitian pemanen dalam melihat buah matang, kondisi hancak yang kurang terawat seperti pelepah gondrong, gulma yang tinggi di piringan, atau tanaman yang terlalu tinggi sehingga panjang egrek tidak mampu mencapai buah. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengawasan yang baik oleh mandor. Persiapan tambahan pipa egrek pun harus dilakukan agar buah yang berada pada tanaman tinggi bisa terpotong.

(33)

23 Tabel 8 Pengamatan brondolan tertinggal di Divisi II Kebun ASE

Pemanen

Proses pengawasan mandor dan pelaksanaan sistem denda sangat penting dilakukan untuk meminimalkan losses berondolan di lahan. Denda juga dimaksudkan untuk menimbulkan efek jera bagi karyawan untuk tidak mengulangi kesalahan. Krani panen juga harus kritis terhadap rasio jumlah berondolan terhadap janjang panen. Jika jumlah persen berondolan terkutip terlalu sedikit berarti ada kemungkinan terjadi losses di lapangan.

Ketersediaan Tenaga Kerja

Kecukupan tenaga kerja menjadi kunci penting agar seluruh buah matang dapat terpanen. Jumlah tenaga kerja memperhitungkan jumlah produksi saat panen puncak. Selain itu, kebutuhan tenaga kerja panen didasarkan pada efisiensi jumlah tenaga kerja dalam menyelesaikan semua seksi panen selama 7-9 hari. Jumlah tenaga kerja panen ideal dihitung berdasarkan rumus berikut:

∑Tenaga Kerja = (Luas lahan/ ha cover per orang selama seminggu) + 10% Sampel yang diambil penulis adalah divisi III Kebun ASE. Divisi III memiliki luas lahan 1 070 ha. Luas Hectar cover setiap orang selama seminggu adalah 16 ha. Jumlah ideal tenaga kerja di divisi III berdasarkan perhitungan adalah 74 orang sementara jumlah tenaga kerja panen aktualnya adalah 60 orang. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa divisi III kekurangan 14 orang karyawan pemanen. Kekurangan tenaga kerja tentunya akan berdampak pada penyelesaian seksi panen. Jika seksi panen tidak selesai dalam satu hari maka rotasi panen akan melambat dan buah over ripe akan semakin banyak. Hal tersebut tentu dapat menurunkan kualitas panen TBS.

Unit Pengangkutan

(34)

24

Tabel 9 Ketersediaan unit pengangkutan buah di Kebun ASE

Sumber: Arsip Perusahaan

Kebutuhan unit pengangkutan buah kebun ASE didasarkan pada jumlah

budget produksi buah selama 1 tahun. Diperkirakan selama periode 2013/2014 produksi buah Kebun ASE berjumlah 65 695 ton. Jumlah ini kemudian dibagi dengan kebutuhan selama sehari dan dibagi lagi dengan kapasitas kendaraan selama sehari diperolehlah 7 unit kendaraan per hari (kolom 8). Jumlah aktual unit pengangkutan di Kebun ASE adalah 9 unit sehingga ketersediaannya masih mencukupi bahkan masih berlebih 2 unit. Kelebihan jumlah ini digunakan untuk mengantisipasi jika ada unit pengangkutan yang rusak atau mengantisipasi panen puncak.

Pengawasan Taksasi dan Rotasi Panen

Taksasi panen dilakukan oleh mandor panen setiap hari untuk mengetahui angka produksi keesokan harinya. Taksasi produksi dilakukan dengan meghitung jumlah janjang yang masak dibagi dengan jumlah populasi yang diamati. Taksasi penting untuk dilakukan untuk memperkirakan kebutuhan tenaga kerja, peralatan panen dan kebutuhan unit transportasi buah.

Rotasi panen sangat mempengaruhi kualitas buah. Kebun Angsana membagi kelas rotasi menjadi 5 kelas rotasi, yaitu:

- Ring 1 (rotasi normal) : 6-9 hari - Ring 2 : 10-12 hari - Ring 3 : 13-15 hari - Ring 4 : 16-20 hari - Ring 5 : > 20 hari

Setiap kemandoran memiliki tanggung jawab menjaga rotasi tetap normal. Oleh sebab itu setiap mandor harus memastikan tidak ada buah matang yang tertinggal di tanaman. Saat kerapatan buah tinggi dan ada kemandoran yang seksi panennya tertinggal dengan kemandoran yang lain, maka hancak dari kemandoran tersebut mendapatkan tenaga panen tambahan dari kemandoran lain untuk mempercepat rotasi panennya.

(35)

25 tertunda. Hal ini akan menyebabkan penyelesaian seksi berikutnya juga ikut tertunda sehingga rotasi panen meningkat. Rotasi panen yang tinggi akan menyebabkan banyak buah over ripe sehingga masalah ini akan terus berulang jika tidak diambil langkah penyelesaian. Kualitas minyak (CPO) juga menjadi rendah disebabkan buah over ripe sehingga memiliki kandungan ALB yang tinggi > 3%, yang dapat menurunkan nilai jual CPO.

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), buah yang dipanen seminggu sebelum titik tepat matang memiliki kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai 73 % dari potensinya. Selain itu, buah yang lewat matang juga akan merugikan karena meningkatkan kandungan ALB. ALB yang tinggi dalam CPO dapat menurunkan kualitas minyak sawit yang dihasilkan.

Langkah penyelesaian yang bisa ditempuh manajemen untuk mempercepat rotasi di lapangan adalah dengan mengadakan “kontanan”, memberikan tenaga kerja tambahan, baik tenaga pendorong atau tambahan tenaga pemberondol. Selain itu, kemandoran yang tertinggal dibantu penyelesaian hancaknya oleh kemandoran lain sehingga sistem Block Harvesting System bisa berjalan.

Teknologi Budidaya

Pengaruh Mutu Buah terhadap ALB

Kebun Angsana Estate memberikan standar kandungan ALB pada CPO yang dihasilkan yaitu <3.5. Menurut Sastrosayono (2003) asam lemak bebas yang tinggi akan menyebabkan minyak mudah membeku pada suhu kamar sehingga menyulitkan dalam proses transportasi minyak. Kandungan ALB yang tinggi akan menghsailkan bau tengik dan rasa yang tidak enak. ALB juga dapat menyebabkan warna gelap dan proses pengkaratan logam (Pahan 2012).

Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan minyak maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Sebaliknya, pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB juga rendah (Balitbangtan 2008).

Kebun Angsana mengelompokkan kualitas buah yang terkirim ke PKS dengan beberapa kelas mutu. TBS yang akan diolah digrading terlebih dahulu, yakni dengan mengambil 100 TBS sampel dari setiap dump truck. TBS sampel kemudian dikelompokkan sesuai kelas mutu pada Tabel 1 dan dihitung persentasenya. Peramalan pengaruh mutu buah buruk terhadap ALB dapat dijelaskan pada model persamaan berikut dan dirinci pada Tabel 10.

(36)

26

Y Duga

S

is

a

a

n

4,4 4,2 4,0 3,8 3,6 3,4 3,2 1,0

0,5

0,0

-0,5

Plot Sisaan Y duga

Tabel 10 Hasil pendugaan faktor buah bermutu buruk terhadap nilai ALB Variabel Koefisien regresi Nilai signifikansi VIF

Unripe (X1) 0.073 0.534 TN 1.1

Under-ripe (X2) 0.112 0.192 TN 1.1

Empty bunch (X3) 0.536 0.000** 1.1

Old crop (X4) 0.053 0.030* 1.0

Intersep 2.55

Durbin Watson 1.006

Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5%. **= berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Kenaikan persentase janjang kosong (empty bunch) berpengaruh sangat nyata (P value = 0.000) terhadap kenaikan kadar ALB pada taraf 1%. Kenaikan 1% janjang kosong terolah akan menaikkan ALB sebesar 0.536% dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Kenaikan persentase old crop (buah restan lebih dari 2 hari) juga memberikan pengaruh yang nyata (P value= 0.030) terhadap kenaikan ALB pada taraf 5%. Setiap kenaikan 1% old crop akan meningkatkan ALB sebesar 0.05% dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Hasil analisis menunjukkan bahwa buah mentah dan buah under quality memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kenaikan ALB. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Djohar et al. (2003) menyimpulkan bahwa pengolahan buah busuk 1% akan meningkatkan kandungan ALB sebesar 0.064%.

Hasil analisis regresi linier berganda terhadap pendugaan nilai ALB berdasarkan pengukuran terhadap berbagai mutu buah didapatkan nilai R2 sebesar 27%. Artinya buah berkualitas buruk (unripe, buah under-ripe, empty, dan old crop) berpengaruh sebesar 27% terhadap kenaikan ALB. Sekitar 73% kenaikan dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisis dalam model. Pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga tersaji dalam Gambar 6.

Gambar 6 Pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga

(37)

27 Faktor selain mutu buah yang diduga berpengaruh besar terhadap kenaikan kadar ALB adalah buah luka. Menurut Mangoensokarjo (2003) asam lemak bebas (ALB) adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses hidrolisis lemak oleh enzim. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang juga terdapat dalam buah, tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak. Jika dinding sel pecah atau rusak karena proses pembusukan atau karena pelukaan mekanik, tergores atau memar karena benturan, enzim akan bersinggungan dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan cepat sehingga membentuk gliserol dan asam lemak bebas. Kandungan asam lemak bebas buah sawit yang baru di panen biasanya < 0.3%. ALB minyak yang diperoleh dari buah yang tetap pada janjang sebelum diolah (dan tidak mengalami memar) tidak pernah melewati 1.2%. ALB berondolan biasanya sekiar 5.0%. Di lain pihak, sangat jarang diperoleh ALB di bawah 2% pada CPO hasil produksi PKS, biasanya sekitar 3%.

Buah yang mengalami pelukaan atau memar akan membawa lebih banyak tanah dan kotoran yang membantu kenaikan ALB oleh kontaminasi mikroorganisme, sekaligus menjadi sumber kontaminasi logam, terutama besi, yang menjadi pro-oksidan proses hidrolisis minyak. Peningkatan kadar ALB pada buah luka/memar dapat mencapai 20 kali lipat dibandingkan kandungan ALB pada buah matang yang baru di panen (PPKS 2003).

Pengaruh Curah Hujan terhadap ALB

Curah hujan dapat berdampak positif dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit di sutu areal. Akan tetapi, curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan operasional panen dan pengangkutan. Hubungan antara curah hujan dengan kandungan ALB dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 7 Grafik keterkaitan curah hujan dengan ALB selama periode Januari 2012-Maret 2013

Hasil analisis regresi menunjukkan nilai signifikansi 0.803 yang artinya curah hujan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ALB. Curah hujan berdasarkan nilai R2 hanya berpengaruh 0.5% terhadap ALB. Analisis sebelumnya

Gambar

Tabel 1  Kelas mutu buah di Kebun ASE
Gambar 1  Pola grafik sisaan terhadap Y duga jika terdapat heteroskedastisitas
Tabel 3  Luas areal tanam produksi TBS periode 2008-2012
Gambar 2     Proses pemanenan buah: Potong buah (a) susun pelepah (b) potong gagang (c) angkut TBS ke TPH (d) kutip berondolan (e) susun TBS di TPH (f) kumpulkan berondolan di TPH (g)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.5.2 Sketch Karya 5 Desain X-Banner Profil Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2016 Sketsa desain Banner penjurian sebagai konsultasi atau gambaran awal media promosi acara

“ PENGARUH RASIO TULANGAN PADA PERILAKU LENTUR BALOK BETON BERTULANG YANG DITAMBAL DENGAN UPR MORTAR ”.. Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Pengaruh hibrida sangat nyata untuk peubah 50% umur berbunga jantan dan betina, tinggi tanaman, bobot tongkol panen, penampilan tongkol, jumlah baris biji, rendemen biji, dan

Beberapa galur inbrida menunjukkan keragaan bobot malai dan bobot biji per malai yang lebih tinggi dari kedua tetuanya, yaitu galur 110-6 dan 377-9 untuk karakter bobot malai

[r]

Sesuai dengan hasil wawancara awal yang telah dilakukan oleh peneliti dengan 3 subjek remaja laki-laki berusia 13-16 tahun didapatkan hasil bahwa subjek lupa kapan pertama

Penelitian ini dimaksudkan untuk pembuatan membran ultrafiltrasi yang mempunyai ketahanan terhadap fouling dengan modifikasi metode inversi fase melalui polimerisasi

Tindak tutur menolak dalam Gelar Wicara Mata Najwa merupakan kajian yang menarik untuk diteliti karena menolak yang merupakan respon negatif dari suatu pemintaan yang