• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KUALITAS GENTENG BETON RINGAN YANG OPTIMAL DENGAN MEMANFAATKAN BLOTONG SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENENTUAN KUALITAS GENTENG BETON RINGAN YANG OPTIMAL DENGAN MEMANFAATKAN BLOTONG SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KUALITAS GENTENG BETON RINGAN YANG

OPTIMAL DENGAN MEMANFAATKAN BLOTONG SEBAGAI

BAHAN SUBSTITUSI

SKRIPSI

Disusun Oleh :

RENDY EKO ARDIANTO

0832010076

.

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “

J AWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat

rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi)

dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penyusunan laporan ini berdasarkan pengamatan selama penelitian

berlangsung, informasi yang penyusun peroleh dari pembimbing lapangan dan

Dosen Pembimbing skripsi, juga dari literature yang ada.

Atas terselesainya pelaksanaan skripsi dan terselesainya penyusunan

skripsi ini, maka penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam proses pengerjaan.

Penyusun menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih

jauh dari sempurna, baik isi maupun penyajian. Oleh karena itu, saran dan kritik

yang membangun akan penyusun terima dengan senang hati.

Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa

memberikan rahmat dan berkat kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan kepada penyusun, Amin.

Surabaya, 15 Juni 2012

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Asumsi ... 2

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 3

1.7 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Blotong ... 5

2.1.1 Pengertian Blotong ... 5

2.1.2 Komposisi Blotong ... 6

2.2 Pengertian Genteng ... 7

2.3 Fly Ash ... 8

2.3.1 Pengertian Fly Ash ... 9

(4)

2.3.3 Kadar Kandungan Kimia Fly Ash ... 10

2.4 Agregat halus (Abu Batu) ... 10

2.4.1 Pengertian Agregat Halus ... 11

2.4.2 Syarat Agregat Halus ... 12

2.5 Semen ... 12

2.5.1 Pengertian Semen ... 13

2.5.2 Kandungan Semen ... 14

2.5.3 Sifat-sifat Semen ... 15

2.1.2 Jenis-jenis Semen ... 16

2.6 Karakteristik Benda Uji ... 16

2.6.1 Sifat Fisis ... 17

2.6.2 Pengujian Fisik ... 18

2.7 Pengertian Kualitas ... 18

2.8 Pengertian Rekayasa Kualitas ... 20

2.9 Pengertian Kualitas Menurut Taguchi ... 23

2.10 Tahapan Dalam Desain Produk atau Proses Menurut Taguchi ... 24

2.11 Langkah-langkah Penelitian Taguchi ... 25

2.12 Penelitian Terdahulu ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 47

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 48

3.4 Metode Pengolahan Data ... 48

(5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Jumlah Level Faktor dan Nilai Level Faktor ... 54

4.2 Perhitun gan Derajad Kebebasan ... 54

4.3 Pemilihan Tabel Orthogonal Array dan Penempatan Faktor ... 55

4.4 Analisa Hasil Percobaan ... 58

4.4.1 Kuat Patah ... 58

4.4.2 Berat Jenis (Densitas) ... 66

4.4.3 Daya Serap Air (Porositas) ... 75

4.5 Pembahasan ... 84

DAFTAR PUSTAKA

(6)

PENENTUAN KUALITAS GENTENG BETON RINGAN YANG

OPTIMAL DENGAN MEMANFAATKAN BLOTONG SEBAGAI

BAHAN SUBSTITUSI

ABSTRAK

Dewasa ini genteng yang ada dipasaran mempunyai massa yang sangat berat. Itu

karena selama ini genteng beton hanya berbahan dasar semen, abu batu, dan

fly ash

.

Untuk itu kami mencoba untuk meneliti dengan cara menambahkan blotong pada

kombinasi. Permasalahan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah menentukan

bahan baku genteng beton yang optimal dengan memanfaatkan blotong (

filter mud

)

sebagai bahan substitusi. Penelitian ini memerlukan metode Taguchi, karena metode

tersebut dapat menentukan kondisi optimal kombinasi komposisi grntrng beton. Setelah

dilakukan proses pembuatan genteng dan pengolahan data sesuai langkah-langkah dalam

metode Taguchi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi optimal didapat pada

kombinasi komposisi semen sebanyak 0.66 kg (15.39%), abu batu sebanyak 2.67 kg

(67.5%), fly ash sebanyak 0.44 kg (11.3%), dan blotong sebanyak 0.23 kg (5.8%).

(7)

FOUND THE OPTIMUM QUALITY OF LIGHT ROOF TILE

THAT USE BLOTONG AS A SUBSTITUTE

ABSTRACT

Today there are many roof tiles in the market has a very heavy mass. That is because over

the years, roof tiles only made by cement, stone dust, and fly ash. So we trying to

observed by means of adding blotong in combination. Issues to be observed in this study

is yo determine the optimum combination of concentrate roof tile material used blotong

as a substitute. This research requires the Taguchi method, because the method can

determine the optimum condition of concrete roof tile combination. After roof time

making process and appropiate data processing steps in Taguchi method, it can be

concluded that the optimum condition obtained on a combination of composition as much

as 0.66 kg (15.39%), stone dust as much as 2.67 kg (67.5%), fly ash as much as 0.44 kg

(11.3%), dan filter mud as much as 0.23 kg (5.8%).

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal (rumah) semakin meningkat

seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Peningkatan

kebutuhan perumahan secara otomatis kebutuhan bahan bangunan akan semakin

meningkat. Peningkatan kebutuhan bahan bangunan harus disikapi dengan

pemanfaatan dan penemuan bahan bangunan yang mampu memberikan alternatif

kemudahan pengerjaan serta hemat biaya.

Berbagai penelitian telah dilakukan dengan harapan akan ditemukannya

alternatif teknik kontruksi yang efisien serta penyediaan bahan bangunan dalam

jumlah besar dan ekonomis. Alternatif yang sedang menjadi perhatian dewasa ini

adalah pemanfaatan limbah-limbah industri. Limbah industri untuk bahan

campuran genteng ternyata mampu meningkatkan kuat tekan. (Saragih. 2007)

Genteng merupakan bahan bangunan sebagai alternatif pengganti seng yang

dibuat dari campuran, semen, abu batu dan air dengan komposisi tertentu dan

berfungsi sebagai atap. Komposisi bahan ini sangat terhadap kualitas genteng.

Penelitian ini terinspirasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

mahasiswa Universitas Sumatra Utara yang menggunakan limbah penggilingan

tebu berupa serat baggase untuk bahan tambahan pada genteng beton. Maka dari

itu peneliti membuat genteng beton dengan komposisi baru yaitu menggunakan

(9)

semen, abu batu, serta abu batu bara (fly ash) dapat menghasilkan genteng yang kuat dan lentur serta membuat genteng beton tersebut menjadi lebih ringan.

1.2. Per umusan Masalah

Permasalahan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :

”Berapa kilogram kombinasi bahan baku genteng beton yang optimal dengan memanfaatkan blotong (filter mud) sebagai bahan substitusi?”

1.3 Batasan Masalah

Dengan tanpa mengurangi maksud dan tujuan penelitian serta untuk

menyederhanakan penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah yaitu

sebagai berikut :

1. Data yang diharapkan dari penelitian ini yaitu tentang uji kuat patah, densitas,

dan uji serapan air pada genteng dengan bahan pengikat abu batu bara (fly ash) dan bahan tambahan blotong.

2. Menggunakan metode Taguchi.

1.4 Asumsi

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa asumsi yaitu sebagai berikut :

1. Data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (valid).

(10)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian mengenai pembuatan genteng beton adalah

untuk menentukan kombinasi bahan baku genteng beton ringan yang optimal

sesuai dengan SNI.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

Bagi Perusahaan:

Memberikan nilai tambah bagi perusahaan gula karena pemanfaatan limbah

blotong sebagai tambahan bahan bagi genteng.

Bagi Universitas :

1. Memberikan Informasi mengenai proses pembuatan genteng beton ringan.

2. Mempersembahkan hasil penelitian berupa produk genteng beton ringan.

Bagi Penulis :

Menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan dalam Teknik Industri

khususnya dalam bidang Rekayasa Kualitas.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan, asumsi,

tujuan, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori dasar yang membahas masalah

(11)

Dimana nantinya tinjauan pustaka ini akan dijadikan sebagai acuan

kerangka berfikir didalam menyelesaiakan pemasalahan yang ada, baik

dalam melakukan pengolahan data maupun dalam menginterpretasikan

hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi suatu alur atau kerangka kerja yang terstruktur dan sistematis

yang merupakan suatu proses dimana terdiri dari tahap-tahap yang

saling terkait satu sama lainnya atau dalam artian hasil dari suatu tahap

akan menjadi masukan bagi tahap berikutnya.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan ditampilkan proses pengerjaan dan perhitungan

karateristik kualitas genteng beton dengan menggunakan metode

Taguchi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah

dilakukan sehingga dapat memberikan suatu inovasi bagi perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

(12)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Blotong

2.1.1 Penger tian Blotong

Pada proses pemurnian nira yang diendapkan di clarifier akan menghasilkan nira kotor yang kemudian diolah di rotary vacuum filter. Di alat ini akan dihasilkan nira tapis dan endapan yang biasanya disebut “blotong” (filter cake). Blotong dari PG(Pabrik Gula) rata-rata berkadar air 67 %, kadar pol 3 %, sedangkan dari PG. Karbonatasi kadar airnya 53 % dan kadar pol 2 %. Blotong

dapat dimanfaatkan antara lain untuk pakan ternak, pupuk dan pabrik wax.

(http://ehsablog.com/106.html)

Dewasa ini blotong hanya dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos

karena kandungan unsur hara-nya yang tinggi. Akan tetapi pemanfaatan blotong

terhadap bahan pembuatan genteng beton perlu diperhitungkan. Karena dalam

blotong sendiri mengandung serat alami tebu yang nantinya akan menambah

fungsi dari kerapatan partikel pada genteng itu sendiri. Hal ini seperti yang

dilakukan oleh salah satu mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang berhasil

menciptakan genteng beton ringan dengan bahan tambahan berupa ampas tebu

(baggase). Blotong dan Ampas tebu merupakan hasil dari pengolahan tebu yang hanya akan menumpuk dan menyebabkan limbah di pabrik gula apabila tidak

segera dilakukan pengolahan ataupun pemanfaatan dari limbah penggilingan tebu

(13)

2.1.2 Komposisi Blotong

Blotong merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian nira, berupa

endapan berbentuk padatan semi basah dengan kadar air 50 – 70 %, dalam sehari

dapat dihasilkan 3,8 – 4 % dari jumlah tebu yang digiling. Blotong yang

dihasilkan diangkut dengan truk kemudian ditampung pada lahan berbentuk

cekungan di bagian belakang pabrik. Blotong dimanfaatkan sebagai tanah

timbunan dan pengeras jalan. Limbah ini juga sebagian besar diambil petani untuk

dipakai sebagai pupuk, sebagian yang lain dibuang di lahan tebuka, dapat

menyebabkan polusi udara, pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar lahan

tersebut. Kebanyakan masyarakat masih memanfaatkannya sebagai bahan baku

pembuatan pupuk organik.(www.repository.usu.ac.id/ Chapter%20II.pdf)

Tabel 2.1 : Komposisi Kimia Blotong

Sumber : Pembuatan Biokret Dari Blotong Sebagai Bahan Bakar alternatif, D3-Teknik Kimia, ITS

Kandungan Pr osentase (% )

Air (H2O) 20,536

Karbon (C) 26,51

Nitrogen (N) 1,04

Fosfat (P2O5) 6,142

Kalium (K2O) 0.485

Natrium (Na2O) 0.082

Kalsium (Ca) 5,785

(14)

2.2 Penger tian Genteng

Menurut SNI 0447 – 81 Genteng beton ialah unsur bahan bangunan yang

dibuat dari campuran semen, agregat halus, air, dan bahan pembantu lainnya yang

dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk atap. Seperti penggunaan

fly ash sebagai bahan perekat dan serat baggase sebagai agregat dengan komposisi bahan yang ditentukan dengan seimbang terhadap bahan utama.

Penambahan fly ash dan serat bagasse pada pembuatan genteng bertujuan untuk memperbaiki sifat fisis dan sifat kimia dari beton. (Hanurawati. 2010)

Dengan mengingat fungsi genteng sebagai atap yang berperan penting

dalam suatu bangunan untuk pelindung rumah dan terik matahari, hujan dan

perubahan cuaca lainnya. Maka genteng harus mempunyai sifat mekanis yang

baik, seperti kekuatan tekan, kekuatan pukul, kekerasan dan sifat lainnya.

2.3 Fly Ash

2.3.1 Penger tian Fly Ash

Abu terbang batu bara umumnya dibuang di landfill atau ditumpuk begitu saja di dalam area industri. Penumpukan abu terbang batu bara ini menimbulkan

masalah bagi lingkungan. Berbagai penelitian mengenai pemanfaatan abu terbang

batubara sedang dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomisnya serta

mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan. Saat ini umumnya abu

terbang batubara digunakan dalam pabrik semen sebagai salah satu bahan

campuran pembuat genteng. Selain itu, sebenarnya abu terbang batubara memiliki

berbagai kegunaan yang amat beragam:

(15)

2) Penimbun lahan bekas pertambangan.

3) Recovery magnetic, cenosphere, dan karbon.

4) Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori.

5) Bahan penggosok (polisher)

6) Bahan pengisi aspal, plastik, dan kertas.

7) Pengganti dan bahan baku semen

8) Aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization) 9) Konversi menjadi zeolit dan adsorben

Konversi abu terbang batubara menjadi zeolit dan adsorben merupakan

contoh pemanfaatan efektif dari abu terbang batubara. Keuntungan adsorben

berbahan baku abu terbang batubara adalah biayanya murah. Abu terbang

batubara dapat dipakai secara langsung sebagai adsorben atau dapat juga melalui

perlakuan kimia dan fisik tertentu sebelum menjadi adsorben. Zeolit yang

disintesis dari abu terbang batu bara dapat digunakan untuk keperluan pertanian.

Zeolit banyak dikonsumsi dalam pemurnian air, pengolahan tanah, dll. Zeolit

dibuat dengan cara mengkonversi alumino silikat yang terdapat pada abu terbang

batubara menjadi kristal zeolit melalui reaksi hidrotermal. (Hanurawati. 2010)

2.2.3 Sifat Fisik dan Kar akter istik Fly Ash

Menurut laporan ACI Comitee 226.3R-87. Ukuran dan bentuk

karakteristik partikel fly ash tergantung dari tempat asal dan kesamaan dari batu bara, derajat penghancuran sebelum dibakar, pembakaran yang merata dan tipe

(16)

keadaan kurang oksigen. Warna tersebut dapat berubah dari abu-abu muda sampai

hitam. Proses pembakaran batu bara memegang peranan yang sangat penting

sebab fly ash yang dihasilkan akan semakin baik apabila proses pembakarannya semakin sempurna. Fly ash akan berwarna kehitam-hitaman apabila suhu pada saat pembakaran kurang dari 10000C (Pembakaran tidak sempurna) dan akan

berwarna keabu-abuan apabila pembakaran tersebut dilakukan pada suhu 10000C

(pembakaran sempurna). Pembakaran yang tidak sempurna akan menghasilkan fly ash yang kehitam-hitaman. Hal ini disebabkan kandungan karbon yang terdapat dalam fly ash makin banyak yang belum terbakar. (http://www.digilib.petra.ac.id) 2.2.4 Kadar Kandungan Kimia Fly Ash

Komponen utama dari abu terbang batubara yang berasal dari pembangkit

listrik adalah silika (SiO2), aluminia (Al2O3), dan besi oksida (Fe2O3), sisanya

adalah karbon, kalsium, magnesium, dan belerang. (Hanurawati. 2010)

Tabel 2.2 Kadar Kandungan Kimia Fly Ash

Kandungan Kimia Kadar

Silika (SiO2) 36,07%

Besi Oksida (Fe2O3) 16,78%

Aluminium Oksida (Al2O3) 23,28% Kalsiun Oksida (CaO) 14,93% Magnesium Oksida (MgO) 0,88%

Sulfat (SO4) 2,83%

pH 11,3

(17)

2.4 Agr egat Halus (Abu Batu)

2.4.1 Penger tian Agr egat Halus

Agregat halus dalam beton adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi

alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh pemecah

batu. Agregat halus berperan penting sebagai pembentuk beton dalam

pengendalian workability, kekuatan dan keawetan beton, oleh karena itu pemakaian pasir sebagai pembentuk beton harus dilakukan secara selektif.

(www.scribd.com)

2.4.2 Syar at Agr egat Halus

Syarat agregat halus yang dipakai sebagai campuran beton menurut

Peraturan Beton Indonesia 1971 SNI–2:

a. Agregat halus atau pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras.

Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur

oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari atau hujan.

b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan

terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melampaui 5 % (ditentukan

terhadap berat kering) maka agregat halus harus dicuci.

c. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan

apabila diayak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

• Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2 % berat.

• Sisa diatas ayakan 1 mm harus minimum 10 % berat.

(18)

d. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,

kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang

diakui.

e. Persyaratan gradasi untuk agregat halus.

2.5 Semen

Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan

kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi

satu massa yang padat. Meskipun definisi ini dapat diterapkan untuk banyak jenis

bahan, semen yang dimaksudkan untuk konstruksi beton adalah bahan jadi dan

mengeras dengan adanya air yang dinamakan semen hidraulis. Bahan dasar

penyusun semen terdiri dari bahan-bahan yang terutama mengandung kapur, silika

dan oksida besi, maka bahan-bahan itu menjadi unsur-unsur pokok semennya.

Tabel 2.3 Susunan Unsur semen biasa

Oksida Per sen (% )

Kapur (CaO)

Silika (SiO2)

Alumina (Al2O3)

Besi (Fe2O3)

Magnesia (MgO)

Sulfur (SO3)

Potash (Na2O + K2O)

60 – 65

17 – 25

3 – 8

0,5 – 6

0,5 – 4

1 – 2

0,5 – 1

(19)

Komposisi kimia semen portland pada umumnya terdiri dari CaO, SiO2, Al2O3 dan

Fe2O3, yang merupakan oksida dominan. Sedangkan oksida lain yang jumlahnya

hanya beberapa persen dari berat semen adalah MgO, SO3, Na2O dan K2O.

Keempat oksida utama tersebut di atas di dalam semen berupa senyawa C3S, C2S,

C3A dan C4AF, dengan mempunyai perbandingan tertentu pada setiap produk

semen, tergantung pada komposisi bahan bakunya.

Semen bila terkena air akan berubah menjadi keras seperti batu. Oleh

karena itu sangat perlu diperhatikan perbandingan antara air dan semen atau faktor

air semennya, karena faktor f.a.s ini akan berpengaruh terhadap kekuatan beton.

Bila kurang semen dan terlalu banyak air akan menyebabkan segregration dan

bleeding, selain itu perbandingan yang tepat antara semen dan air akan berpengaruh dalam kemudahan pekerjaan.

2.5.3 Sifat-sifat Semen

Sifat fisik dari semen adalah bahan berbutir halus yang lolos ayakan 2 µm

dan mempunyai berat jenis antara 3 sampai 3,15 gr/cm3. Semen mengandung C3S

dan C2S sebesar 70% sampai dengan 80%. Unsur- unsur ini merupakan unsur

paling dominan dalam memberikan sifat semen. C3S segera mulai berhidrasi bila

semen terkena air secara eksotermis. Berpengaruh besar terhadap pengerasan

semen terutama sebelum mencapai umur 14 hari. Membutuhkan air 24 % dari

beratnya. C2S bereaksi dengan air lebih lambat dan hanya berpengaruh terhadap

pengerasan semen setelah 7 hari dan memberikan kekuatan akhir. Unsur ini

membuat semen tahan terhadap serangan kimia dan mengurangi penyusutan

karena pengeringan. Membutuhkan air 21 % dari beratnya. C3A berhidrasi secara

(20)

jam. Membutuhkan air 40 % dari beratnya. Semen yang mengandung unsur ini

lebih dari 10 % kurang tahan terhadap serangan sulfat. C4AF kurang begitu besar

pengaruhnya terhadap pengerasan beton.

2.5.4 J enis-J enis Semen

Dalam pedoman beton 1989 disyaratkan bahwa semen portland untuk

pembuatan beton harus merupakan jenis-jenis yang memenuhi syarat-syarat SII

0013-81”Mutu dan uji semen” yang klasifikasinya tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.4 Jenis-jenis Semen Portland

J enis Semen Kar ater istik Umum

Jenis I Semen portland yang digunakan untuk tujuan umum.

Jenis II Semen portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan

terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Jenis III Semen portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan

awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.

Jenis IV Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut panas

hidrasi yang rendah.

Jenis V Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut

ketahanan yang kuat terhadap sulfat.

(21)

2.6 Par ameter Desain

A. Kekuatan Patah (Banding Strength)

Kekuatan patah satau kuat lentur ering disebut Modulus of Rapture (MOR) yang menyatakan ukuran ketahanan bahan terhadap tekanan mekanis dan tekanan

panas (thermal stress).

Tabel 2.5 Standar Kuat patah Genteng Beton

Sumber: SNI 0096 - 2007

Berikut cara untuk menguji kuat patah menurut SNI:

a. Kondisikan benda uji sebanyak 10 buah dalam ruangan bersuhu antara 15ºC–

30ºC dan kelembaban relatif minimum 40 %.

b. Letakkan benda uji diatas pisau penumpu pada mesin uji sehingga pisau

pembebanan berada ditengah-tengah pisau penumpu dengan jarak tumpu 2/3

panjang genteng.

c. Letakkan bantalan karet diantara pisau pembebanan dengan genteng untuk

genteng datar dan rata (lihat Gambar 2.2).

d. Letakkan bantalan karet diantara papan penekan dengan genteng untuk genteng

profil (lihat Gambar 2.3).

Karakteristik beban lentur dapat dihitung dengan persamaan:

Fc = F - 1,64 x Sd

dimana: Sd =

1 )

( 2

− −

(22)

Fc : karakteristik beban lentur, N

F : beban lentur rata-rata, N

Fi : beban lentur masing-masing benda uji, N

Sd : standar deviasi

n : jumlah benda uji

Gambar 2.1 Cara uji beban lentur untuk genteng rata

Ga mbar 2.2 Cara uji beban lentur untuk genteng profil

B. Por ositas (Daya Serap Air )

Besar kecilnya penyerapan air oleh mortar dipengaruhi pori atau rongga

(23)

maka semakin besar pula penyerapan sehingga ketahanan akan berkurang.

Rongga (pori) yang terdapat pada mortar terjadi karena kurang tepatnya kualitas

dan komposisi material penyusunannya. Pengaruh rasio yang terlalu besar dapat

menyebabkan rongga, karena terdapat air yang tidak bereksi dan kemudian

menguap dan menimbulkan rongga. Menurut SNI 0096 – 2007, penyerapan

maksimal genteng beton sebesar 10% .

Cara kerja uji daya serap air menurut SNI adalah:

a. Siapkan benda uji sebanyak 10 buah.

b. Keringkan genteng dalam oven pada suhu 110oC ± 5oC sampai berat tetap.

c. Timbang genteng dalam keadaan kering oven.

d. Rendam genteng tersebut dalam air selama 24 jam.

e. Timbang genteng dalam keadaan basah dengan menyeka permukaan genteng

lebih dulu dengan lap lembab.

f. Hitung penyerapan air masing-masing genteng.

Daya serap air dirumuskan sebagai berikut :

Penyer apan air = 100%

Kering Sampel Berat

Kering Sampel Berat -jenuh Sampel Berat

x

C. Densitas

Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volum benda. Semakin

tinggi densitas (massa jenis) suatu benda maka semakin besar pula massa setiap

volum. Densitas rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total

volumnya. Sebuah benda yang memiliki densitas lebih tinggi akan memiliki

volum yang lebih rendah dari pada benda bermassa sama yang memiliki densitas

lebih rendah. Densitas (massa jenis) berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat

(24)

dan berapapun volumnya akan memiliki densitas yang sama pula. Oleh sebab itu

dikatakan bahwa massa jenis atau densitas merupakan ciri khas (sidik jari) suatu

zat. Untuk menghitung besarnya densitas dipergunakan persamaan matematis

berikut:

V m

= ρ

Dimana: ρ = densitas (gr/cm3) m = massa (gr)

V = Volum (cm3)

Maka dari itu diperoleh persamaan untuk menghitung berat jenis genteng beton

adalah :

Densitas =

Wk) -(Wg -Wb

Ws

Pair

Dimana: Ws = berat sampel kering (g)

Wb = berat sampel setelah direndam air (g)

Wg = berat sampel digantung di dalam air (g)

Wk =berat sampel jenuh (g)

D. Per meabilitas (Daya Rembes Air )

Permeabilitas adalah kemampuan air untuk meresap melalui celah-celah

kecil dengan sebuah proses yang disebut kapilaritas. Dalam uji permeabilitas,

tidak boleh ada tetesan air dari permukaan bagian bawah genteng dalam waktu 20

jam ± 5 menit. Cara kerja uji permeabilitas menurut SNI adalah sebagai berikut:

a. Siapkan benda uji.

b. Letakkan genteng (benda uji) pada rangka uji, kemudian beri lapisan pasta

(25)

c. Tuangkan air setinggi 10 mm - 15 mm dari permukaan atas benda uji (seperti

Gambar 5). Pengujian berlangsung selama 20 jam ± 5 menit, dalam suhu

ruangan berkisar 150C hingga 30°C dan kelembaban relatif 40 %.

d. Catat ada atau tidak adanya tetesan air yang jatuh pada permukaan cermin

(seperti terlihat pada Gambar 5).

Gambar 2.3 Uji Permeabilitas

Karena permeabilitas dalam pengujiannya tidak menghasilkan sebuah data,

hanya tampak fisik saja, maka permeabilitas tidak kita masukkan ke dalam

perhitungan Taguchi.

2.7 Penger tian Kualitas

Ada dua segi umum tentang kualitas atau mutu, yaitu kualitas rancangan

dan kualitas kecocokan. Semua barang dan jasa dihasilkan dalam berbagai tingkat

kualitas, variansi dalam tingkat kualitas memang dibuat, maka dari itu istilah

teknik yang sesuai adalah kualitas rancangan. Kualitas kecocokan adalah seberapa

baik produk yang dihasilkan itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang

(26)

Rekayasa kualitas merupakan pendekatan sistematis untuk menentukan

kualitas dari suatu produk atau barang. Baik itu produk baru atau upaya untuk

meningkatkan kualitas produk yang sudah ada. Upaya yang dilakukan adalah

melalui perancangan, dengan target perbaikan secara terus menerus, penemuan

yang dipercepat, penyelesaian masalah dengan cepat, dan efisiensi biaya dalam

meningkatkan kualitas produk.

Perbaikan kualitas dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu secara off line

dan on line, cara pertama melalui perancangan eksperimen yang pada dasarnya merupakan model yang sangat fundamental karena melalui kegiatan penelitian

dan pengembangan produk. Teknik perancangan eksperimen dilakukan dengan

mengidentifikasi sumber dari variasi dan menentukan perancangan produk dan

proses secara optimal. Cara kedua merupakan aktivitas untuk mengamati dan

mengendalikan kualitas pada setiap tingkatan proses secara langsung dengan

mengambil sampel terhadap hasil produksi yang sedang atau telah jadi. Aktivitas

ini sangat penting untuk menekan biaya produksi dan dapat secara langsung

memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk.

Perancangan eksperimen Taguchi menawarkan proses yang lebih mudah,

cepat, menghemat waktu, biaya, dan sumber daya percobaan tanpa mengurangi

bobot yang dihasilkan. (Aman. 2010)

2.8 Penger tian Rekayasa Kualitas

Rekayasa kualitas menurut Soejanto (2009) dapat diartikan sebagai proses

pengukuran yang dilakukan selama perancangan produk/proses. Rekayasa kualitas

(27)

dan pengembangan produk, perancangan proses produksi, dan kepuasan

konsumen. Rekayasa kualitas dibedakan menjadi dua bagian:

• Rekayasa Kualitas secara Off-Line.

Pada bagian ini perancangan eksperimen merupakan peralatan yang sangat

fundamental, dimana teknik ini mengidentifikasi sumber dari variasi dan

menentukan perancangan dan proses yang optimal. Rekayasa kualitas secara

off-line dibagai menjadi 3 (tiga) tahap):

Tahap I Perancangan Konsep

Tahap ini berhubungan dengan pemunculkan ide dalam kegiatan

perancangan dan pengembangan produk, dimana ide tersebut dari keinginan

konsumen. Model atau metode yang digunakan pada tahap ini antara lain:

a. Quality Function Deployment: menterjemahkan keinginan konsumen ke dalam istilah teknis.

b. Dinamic Signal-to-Noise Optimization: teknik untuk mengoptimalkan

engineering function, resulting in robust, dan tunable technology.

c. Theory of Inventive Problem Solving: Suatu koleksi tool yang didapat dari analisa literatur yang berguna untuk membangkitkan pemecahan masalah

teknis yang inovatif.

d. Desaign of Experiments: Eksperimen faktorial penuh dan faktorial parsial untuk dapat mengetahui efek dari beberapa parameter serentak.

e. Competitive Technology Assesment: melakukan benchmark terhadap sifat

robustnees dari teknologi pengembangan internal dan eksternal.

(28)

kualitas dari berbagai konsep untuk dikembangkan sehingga didapat konsep

yang superior.

Tahap II Perancangan Parameter

Tahap ini berfungsi untuk mengoptimalisasi level dari faktor pengendali

terhadap efek yang ditimbulkan oleh faktor lain sehingga produk yang

ditimbulkan dapat tangguh terhadap noise. Karena itu perancangan parameter

sering disebut sebagai Robust Desaign. Model atau metode yang digunakan dalam tahap ini antara lain:

a. Engineering Analysis: Menggunakan pelatihan, pengalaman, dan percobaan untuk menemukan variabilitas dan respon yang efektif.

b. The System P-Diagram: Suatu model yang tangguh untuk menggambarkan dan menggolongkan berbagai parameter yang mempengaruhi output sistem.

c. Dynamic and Static Signal-to-Noise Opetimization: Mengoptimalkan suatu perancangan parameter untuk mengurangi variabilitas dengan menggunakan

perhitungan rasio signal-to-noise.

d. Crossed Array Experiment: Sebuah perancangan ekperimen khusus dengan cara memanfaatkan interaksi antara faktor kendali dan faktor derau sehingga

membuat sistem lebih tangguh.

Tahap III Perancangan Toleransi

Merupakan tahap terakhir dimana dibuat matrik orthogonal, loss function, dan ANOVA untuk menyeimbangkan biaya dan kualitas dari suatu produk. Model

atau metode yang digunakan pada tahap ini antara lain:

(29)

b. Analysis of Variance (ANOVA): Suatu teknis statistik yang secara

kuantitatif menentukan kontribusi variasi total, yang dibentuk dari setiap

faktor derau dan faktor kendali.

c. Desaign of Experiments: Eksperimen faktorial penuh dan faktorial parsial untuk dapat mengetahui efek dari beberapa parameter secara serentak.

• Rekayasa Kualitas secar a On-Line.

Rekayasa kualitas secara on-line merupakan suatu aktivitas untuk mengamati dan mengendalikan kualitas pada setiap proses produksi secara langsung.

Aktivitas ini sangat penting dalam menjaga agar biaya produksi menjadi rendah

dan secara langsung pula dapat meningkatkan kualitas produk.

Rekayasa kualitas secara on-line ini juga dapat mengontrol mesin-mesin produksi sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan pada mesin-mesin

produksi tersebut. Beberapa model yang digunakan dalam melakukan rekayasa

kualitas secara on-line:

a. Statistical Process Control: Melakukan pengamatan, pengendalian, dan pengujian pada tiap tahap proses produksi agar dapat tejadi penyimpangan

yang cukup besar.

b. Static Signal-to-Noise Ratio: Mereduksi variasi dengan menggunakan aplikasi dari robust design untuk memecahkan permasalahan dalam proses produksi.

c. Compensation: Berbagai rencana pengendalian untuk menjaga agar proses yang terjadi sesuai dengan target.

(30)

diperlukan dalam pengendalian proses serta quality loss yang diakibatkan oleh sisa variasi pada output.

2.9 Penger tian Kualitas Menur ut Taguchi

Metode Taguchi dicetuskan oleh Dr. Genichi Taguchi pada tahun 1949 saat

mendapatkan tugas untuk memperbaiki sistem telekomunikasi di Jepang. Metode

ini merupakan metodologi baru dalam bidang teknik yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas dengan perlakuan yang optimal. Sasaran metode Taguchi

adalah menjadikan produk robust terhadap noise, karena itu sering disebut sebagai Robust Design.

Definisi kualitas menurut Taguchi adalah kerugian yang diterima oleh

masyarakat sejak produk tersebut dikirimkan. Filosofi Taguchi terhadap kualitas

terdiri dari tiga buah konsep, yaitu:

1. Kualitas harus didesain ke dalam produk dan bukan sekedar memeriksanya.

2. Kualitas terbaik dicapai dengan meminimumkan deviasi dari target.

3. Produk harus didesain sehingga robust terhadap faktor lingkungan yang tidak dapat dikontrol.

4. Biaya kualitas harus diukur sebagai fungsi deviasi dari standar tertentu dan

kerugian harus diukur pada seluruh sistem.

Metode Taguchi merupakan off-line quality control artinya pengendalian kualitas yang preventif, sebagai desain produk atau proses sebelum sampai pada

(31)

a. Loss Function: Merupakan fungsi kerugian yang ditanggung oleh masyarakat (produsen dan konsumen) akibat kualitas yang dihasilkan. Bagi

produsen yaitu dengan timbulnya biaya kualitas sedangkan bagi konsumen

adalah adanya ketidakpuasan atau kecewa atas produk yang dibeli atau

dikonsumsi karena kualitas yang buruk.

b. Orthogonal Array: Orthogonal array digunakan untuk mendesain percobaan yang efisisen dan digunakan untuk menganalisis data percobaan. Orthogonal array digunakan untuk menentukan jumlah eksperimen minimal yang dapat memberi informasi sebanyak mungkin semua faktor yang mempengaruhi

parameter. Bagian terpenting dari orthogonal array terletak pada pemilihan kombinasi level dari variabel-variabel input untuk masing-masing eksperimen.

c. Robustness: Meminimasi sensitivitas sistem terhadap sumber-sumber variasi.

2.10 Tahapan dalam Desain Pr oduk atau Pr oses Menur ut Taguchi

Dalam metode Taguchi tiga tahap untuk mengoptimasi desain produk atau

proses produksi yaitu (Soejanto. 2009):

1. Perancangan Sistem. Yaitu upaya dimana konsep-konsep, ide-ide, metode baru dan lainnya dimunculkan untuk memberi peningkatan produk.

Merupakan tahap pertama dalam desain dan merupakan tahap konseptual

pada pembuatan produk baru atau inovasi proses. Konsep mungkin berasal

dari dari percobaan sebelumnya, pengetahuan alam/teknik, perubahan baru

atau kombinasinya.

(32)

secara statistik. Tujuannya adalah mengidentifikasi setting parameter yang akan memberikan performansi rata-rata pada target dan menentukan pengaruh

dari faktor gangguan pada variasi dari target.

3. Perancangan Toleransi. Penentuan toleransi dari parameter yang berkaitan dengan kerugian pada masyarakat akibat penyimpangan produk dari target.

Pada tahap ini, kualitas ditingkatkan dengan mengetatkan toleransi pada

parameter produk atau proses untuk mengurangi terjadinya variabilitas pada

performansi produk.

2.11 Langka h-langkah Penelitian Taguchi

Profesor Taguchi menganjurkan filosofi kualitas teknik yang secara garis

besar berlaku. Beliau menetapkan tiga tahap dalam perkembangan produk (atau

proses): desain sistem, desain parameter, desain toleransi. Dalam sistem desain,

insinyur menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dan teknik untuk menentukan

pengaturan dasar. (Montgomery. 1998)

Langkah-langkah ini dibagi menjadi tiga fase utama yang meliputi

keseluruhan pendekatan eksperimen. Tiga fase tersebut adalah fase perencanaan,

fase pelaksanaan, dan fase analisis. Fase perencanaan merupakan fase yang paling

penting dari eksperimen untuk menyediakan informasi yang diharapkan. Fase

perencanaan adalah ketika faktor dan levelnya dipilih, dan oleh karena itu,

merupakan langkah yang terpenting dalam eksperimen. (Soejanto. 2009)

Fase terpenting kedua adalah fase pelaksanaan, ketika hasil eksperimen telah

didapatkan. Jika eksperimen direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, analisis

(33)

tentang faktor dan level. Fase analisis adalah ketika informasi positif atau negatif

berkaitan dengan faktor dan level yang telah dipilih dihasilkan berdasarkan dua

fase sebelumnya. Fase analisis adalah hal penting terakhir yang mana apakah

peneliti akan dapat menghasilkan hasil yang positif. Langkah utama untuk

melengkapi desain eksperimen yang efektif adalah sebagai berikut (Soejanto. 2009)

Perumusan masalah

Perumusan masalah harus spesifik dan jelas batasannya dan secara teknis

harus dapat dituangkan ke dalam percobaan yang akan dilakukan.

Tujuan ek sperimen

Tujuan yang melandasi percobaan harus dapat menjawab apa yang telah

dinyatakan pada perumusan masalah, yaitu mencari sebab yang menjadi akibat

pada masalah yang kita amati.

Memilih karakteristik kualitas (Variabel Respon)

Variabel respon adalah variabel yang perubahannya tergantung pada

variabel-variabel lain. Dalam merencanakan suatu percobaan harus dipilih dan ditentukan

dengan jelas variabel respon yang akan diselediki.

Menurut Soejanto (2009) karakteristik kualitas dapat dikelompokkan menurut

nilai targetnya dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.6 Karakteristik Kualitas

KARAKTERISTIK Tar get Contoh

Nominal-the-best Tertuju pada nilai tertentu Voltage

Smaller-the-better

Sekecil mungkin (0,

zero). Semakin kecil,

Persentase kecacatan,

(34)

maka semakin baik permukaan.

Larger-the-better

Sebesar mungkin(∞).

Semakin besar semakin

baik

Kuat tekan, kuat tarik,

kekuatan las

Memilih faktor yang berpengaruh terhadap karakteristik kualitas (Variabel

Bebas)

Variabel bebas (faktor) adalah variabel yang perubahannya tidak tergantung

pada variabel lain. Pada tahap ini akan dipilih faktor-faktor yang akan diselidiki

pengaruhnya terhadap variabel tak bebas yang bersangkutan. Dalam seluruh

percobaan tidak seluruh faktor yang diperkirakan mempengaruhi variabel yang

diselidiki, sebab hal ini akan membuat pelaksanaan percobaan dan analisisnya

menjadi kompleks. Hanya faktor-faktor yang dianggap penting saja yang

diselidiki. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang akan diteliti adalah brainstorming, flowcharting, dan cause effect diagram.

Pemilihan Faktor-faktor

Dalam metode Taguchi, faktor-faktor tersebut perlu diidentifikasikan dengan

jelas karena pengaruh antara kedua jenis faktor tersebut berbeda. Faktor terkontrol

(control factors) adalah faktor yang nilainya dapat diatur atau dikendalikan, atau faktor yang nilainya ingin kita atur atau kendalikan. Sedangkan faktor gangguan

(35)

Penentuan jumlah level dan nilai faktor

Pemilihan jumlah level penting artinya untuk ketelitian hasil percobaan dan

ongkos pelaksanaan percobaan. Makin banyak level yang diteliti maka hasil

percobaan akan lebih teliti karena data yang diperoleh akan lebih banyak, tetapi

banyaknya level juga akan meningkatkan ongkos percobaan.

Identifikasi Interaksi antar Faktor Kontrol

Interaksi muncul ketika dua faktor atau lebih mengalami perlakuan secara

bersama akan memberikan hasil yang berbeda pada karakteristik kualitas

dibandingkan jika faktor mengalami perlakuan secara sendiri-sendiri. Kesalahan

dalam penentuan interaksi akan berpengaruh pada kesalahan interpretasi data dan

kegagalan dalam penentuab proses yang optimal. Tetapi Taguchi lebih

mementingkan pengamatan pada main effect (penyebab utama) sehingga adanya interaksi diusahakan seminimal mungkin, tetapi tidak dihilangkan sehingga perlu

dipelajari kemungkinan adanya interaksi.

Terkadang interaksi dapat dianggap penting dan signifikan. Akhirnya

Taguchi menyarankan pencakupan angka kecil dari 2-faktor interaksi dan estimasi

interaksi-interaksi tersebut menggunakan OA kolom yang tidak terserahkan.

(Bagchi. 1993)

Perhitungan derajat kebebasan (degrees of freedom/dof)

Perhitungan derajad kebebasan dilakukan untuk menghitung jumlah

minimum percobaan yang harus dilakukan untuk menyelidiki faktor yang diamati.

Menurut Haryono (2000), derajad kebebasan array orthogonal (VOA) selalu

(36)

Adapun penulisan matriks orthogonal adalah sebagai berikut:

Lm (xk)

di mana:

L = notasi L, menunjukkan bahwa informasi dalam bentuk matriks orthogonal m = jumlah baris, mengindikasikan jumlah percobaan yang dibutuhkan

x = jumlah level yang dipakai

k = jumlah kolom, menunjukkan jumlah faktor yang dipakai

Misalkan, L8(27), Array orthogonal L8(27) berarti terdapat 7 faktor dengan 2

level dan eksperimen dilakukan 8 kali. Perhitungan derajad kebebasan L8(27)

adalah:

Derajad kebebasan = (banyaknya faktor) x (banyaknya level - 1)

= 7 x (2-1)

= 7 derajad kebebasan

Pemilihan Orthogonal Array (OA)

Langkah awal menentukan OA yang tepat perlu menghitung total derajad

kebebasan terlebih dahulu. Perhitungan ini memastikan nilai minimum dari

eksperimen yang akan dilakukan terhadap faktor-faktor yang telah ditentukan.

(Bagchi. 1993)

Dalam memilih jenis Orthogonal Array harus diperhatikan jumlah level faktor yang diamati yaitu:

a. Jika semua faktor adalah dua level: pilih jenis OA untuk level dua faktor.

b. Jika semua faktor adalah tiga level: pilih jenis OA untuk level tiga faktor.

c. Jika beberapa faktor adalah dua level dan lainnya tiga level: pilih yang

(37)

d. Jika terdapat campuran dua, tiga, atau empat level faktor: lakukan

modifikasi OA dengan metode Merging Column

Tabel 2.7 Matriks Ortogonal level 2

Matr ik s or togonal 2 level

L4(23) L8(27) L12(211) L16(215) L32(231) L64(263)

Grafik linear

Grafik linear adalah grafik yang menggambarkan tentang informasi interaksi

dalam percobaan matriks. Grafik linear adalah cara praktis dalam menjalankan

berbagai faktor utama dan interaksi dari faktor-faktor utama tersebut ke berbagai

kolom pada Ortoghonal Array. (Bagchi. 1993)

Penugasan untuk faktor dan interaksinya pada orthogonal array

Penugasan faktor-faktor baik faktor kontrol maupun faktor gangguan dan

interaksi-interaksinya pada orthogonal array terpilih dengan memperhatikan grafik linier dan tabel triangular. Kedua hal tersebut merupakan alat bantu

penugasan faktor yang dirancang oleh Taguchi. Grafik linier mengindikasikan

berbagai kolom ke mana faktor-faktor tersebut. Tabel triangular berisi semua

hubungan interaksi-interaksi yang mungkin antara faktor-faktor (kolom-kolom)

(38)

Tabel 2.8 the L16 Orthogonal Array

(Sumber: Bagchi. Taguchi Methods Explained: Practical Steps to Robust Design, 1993)

Persiapan dan Pelaksanaan Percobaan

Persiapan percobaan meliputi penentuan jumlah replikasi percobaan dan

randomisasi pelaksanaan percobaan.

a. Jumlah Replikasi

Replikasi adalah pengulangan kembali perlakuan yang sama dalam suatu

percobaan dengan kondisi yang sama untuk memperoleh ketelitian yang lebih

tinggi. Replikasi bertujuan untuk mengurangi tingkat kesalahan percobaan,

menambah ketelitian data percobaan, dan mendapatkan harga estimasi

kesalahan percobaan sehingga memungkinkan diadakan test signifikasi hasil

eksperimen.

b. Randomisasi

Secara umum randomisasi dimaksudkan untuk meratakan pengaruh dari

faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan pada semua unit percobaan,

memberikan kesempatan yang sama pada semua unit percobaan untuk

(39)

pada setiap perlakuan yang sama, dan mendapatkan hasil pengamatan yang

bebas (independen) satu sama lain. Pelaksanaan percobaan Taguchi adalah

pengerjaan berdasarkan setting faktor pada OA dengan jumlah percobaan sesuai jumlah replikasi dan urutan seperti randomisasi.

Analisis Data

Pada analisis dilakukan pengumpulan data dan pengolahan data yaitu

meliputi pengumpulan data, pengaturan data, perhitungan serta penyajian data

dalam suatu lay out tertentu yang sesuai dengan desain yang dipilih untuk suatu percobaan yang dipilih. Selain itu dilakukan perhitungan dan penyajian data

dengan statistik analisis variansi, tes hipotesa dan penerapan rumus-rumus empiris

pada data hasil percobaan.

1. Anova (Analisis Varians)

Salah satu metode statistik yang paling kuat untuk analisis data adalah metode

analisis varians (ANOVA). Metode ini dapat dianggap sebagai generalisasi dari

uji-t dua sampel. Memang, jika uji-t dua sampel dapat digunakan untuk

membandingkan tingkat faktor dua tingkat. ANOVA dapat dimanfaatkan untuk

membandingkan tingkat faktor bertingkat dan tingkat dari banyak faktor.

Ide dasar dibalik ANOVA adalah untuk memecah variabilitas total (hasil

eksperimen) menjadi komponen-komponen varians, dan kemudian menilai

signifikansi mereka. Komponen variasi akanefek yang terkait dengan faktor (efek

utama atau interaksi) danyang terkait dengan variasi acak, sering disebut sebagai

sisa (res), sisa dapat dilihat sebagai jumlah varians kita harapkan jika tidak ada

faktor memiliki efek apapun. Hal ini dapat dinyatakan dengan:

(40)

Pentingnya komponen variasi terkait dengan efek faktor-faktoryang dinilai oleh

perbandingan dengan sisa. Biasa uji-F untuk membandingkan varians digunakan

untuk tujuan ini. (Logothetis. 2003)

1. ST - Jumlah Kuadrat total.

Jumlah kuadrat total adalah sebagai berikut:

SST =

= N 1 i 2 y Dimana:

N = jumlah percobaan

y = data yang diperoleh dari percobaan

2. SA – Jumlah kuadrat faktor A.

Jumlah kuadrat faktor A sebagai berikut:

SSA =

N T n A KA i Ai i 2 1 2 −              

= Dimana:

Ai = level ke i faktor A

nAi = jumlah percobaan level ke i faktor A

3. SAxB – jumlah interaksi AxB.

Dengan cara yang sama, jumlah kuadrat interaksi AxB sebagai berikut:

SAxB =

[

] [

] [

]

2 1 2 2 2 1 2 2 1 n n TotalAxB n TotalAxB n TotalAxB + − +

4. SSe – Jumlah kuadrat error

Jumlah kuadrat error sebagai berikut: SST = SSA + SSB + SSAxB+Sse

(41)

Hasil analisis varians tidak membuktikan adanya perbedaan perlakuan dan

pengaruh faktor dalam percobaan, pembuktian ini dilakukan uji hipotesa F. Uji

hipotesa F dilakukan dengan cara membandingkan variansi yang disebabkan

masing-masing faktor dan variansi error. Variansi error adalah variansi setiap individu dalam pengamatan yang timbul karena faktor-faktor yang tidak dapat

dikendalikan. Dalam hal ini:

Fsumber =

faktor karena variansi

error karena variansi perlakuan

karena

variansi +

Nilai Fsumber tersebut dibandingkan dengan nilai F dari tabel pada harga α tertentu

dengan derajad kebebasan ((k-1).(N-k)). Dimana k jumlah level suatu faktor dan

N adalah jumlah total perlakuan.

Hipotesa pengujian dalam suatu per cobaan adalah:

H0 = tidak ada pengaruh perlakuan, sehingga μ1 = μ2 = ... =μj = μ k

H1 = ada pengaruh perlakuan, sehingga sedikit ada satu μ 1 yang tidak sama

Apabila nilai F test lebih kecil nilai Ftabel (Fsumber < Ftabel), maka hipotesa (H0)

diterima atau berarti tidak ada perlakuan. Namun jika nilai F test lebih besar dari

nilai Ftabel (Fsumber > Ftabel), maka hipotesa (H0) ditolak dan berarti ada perbedaan

perlakuan.

Contoh perhitungan adalah sebagai berikut:

• Sum of square due to mean (SSm)

7083 , 288 27 , 3 *

27 2

2= =

=ny SSm

di mana n = jumlah seluruh percobaan

y= rata-rata seluruh percobaan

• Sum of square (SS)

( )

[

nxixi

]

SSm
(42)

SSA = (9*3,3172)+ (9*3,2332)+ (9*3,2632)-288,7083

= 0,209223

• Total sum of square (SST)

SST = Σy2 - SSm

SST = 289,6042 – 288,7083

= 0,8959

• Sum of square due to error (SSe)

SSe = SST – ΣSS

= 0,8959 – (0,209223 + 0,221661 + 0,243702 + 0,213921) = 0,007393

• Mean square

MS = SS / df MSA = SSA / df

= 0,209223 / 2

= 0,1046115

MSe = SSe / df

= 0,007393 / 18 = 0,0004107222

• F-ratio

F-ratio = MS / MSe

F-ratio(A) = MSA / MSe

= 0,1046115 / 0,0004107222

= 254,7

• Pure sum of square (SS’)

SS’ = SS – (df * MSe)

SSA’ = SSA – (df * MSe)

(43)

• Pure sum of square due to error (SSe’)

SSe’ = SST – ΣSS’

= 0,8959 – (0,209101 + 0,220840 + 0,242881 + 0,214000) = 0,009078

• Persen kontribusi (ρ)

ρ = (SS’ / SST) * 100%

ρA = (SSA’ / SST) * 100%

= (0,209101 / 0,8959) * 100%

= 23,34%

Hasil perhitungan selengkapnya untuk analisa varian ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 2.9. Hasil Analisa Varian

Source SS v MS F SS’ ρ%

A 0,209223 2 0,1046115 254,7 0,209101 23,34 B 0,221661 2 0,1108305 269,8 0,220840 24,65 C 0,243702 2 0,1218500 296,7 0,242881 27,11 D 0,213921 2 0,1006961 260,4 0,214000 23,89 Error 0,007393 18 0,0004107 0,009708 1,01

SST 0,8959 26 0,0344577 0,8959 100

Mean 288,7083 1

Dari tabel ANOVA di atas tampak bahwa semua faktor yang dipilih memang

memberikan pengaruh yang signifikan pada kekuatan benang.

2. Strategi Pooling Up

Strategi pooling up dirancang Taguchi untuk mengestimasi variansi error pada analisis varians. Sehingga estimasi yang dihasilkan akan lebih baik, karena

(44)

Strategi ini menguji F efek kolom terkecil terhadap yang lebih besar berikutnya

untuk melihat kesignifikannya. Dalam hal ini jika tidak ada rasio F signifikan

yang muncul maka kedua efek tersebut di pooling untuk menguji kolom yang lebih besar berikutnya sampai rasio F yang signifikan muncul.

Strategi pooling up cenderung memaksimasi jumlah kolom yang dipertimbangkan signifikan. Dengan keputusan signifikan faktor-faktor tersebut

akan digunakan dalam putaran pecobaan selanjutnya atau dalam desain

produk/proses.

3. Rasio Signal to Noise (S/N ratio)

Faktor-faktor kontrol yang dapat berkontribusi untuk mengurangi variansi

dapat dengan cepat diidentifikasi dengan melihat jumlah yang hadir variasi

sebagai jawaban. Semua analisa masa lalu dalam teks ini telah membahas

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respon rata-rata, tapi sekarang ada

minat dalam efek pada variasi juga. Taguchi telah menciptakan transformasi

data pengulangan untuk nilai lain yang merupakan ukuran dari variasi ini.

Transformasi adalah signal-to-noise (S/N) rasio. Rasio S/N

mengkonsolidasikan beberapa pengulangan (setidaknya dua titik data yang

diperlukan) ke dalam satu nilai yang mencerminkan jumlah yang hadir variasi.

Ada beberapa S/N rasio yang tersedia tergantung pada jenis karakteristik, lebih

rendah lebih baik, nominal yang terbaik, atau lebih tinggi lebih baik. (Ross.

1996)

Taguchi mengangkat konsistensi performa dalam menyamaratakan definisi

dari kualitas. Untuk mengukur dari uji sampel populasi dengan nilai

(45)

(MSD). Setelah performa konsisten telah diketahui ketika performa-performa

semakin mendekati target, MSD terhitung dengan menjumlahkan kuadrat

(untuk menghindari efek tanda) deviasi dari seluruh hasil sampel dari target.

(Roy. 2001)

n

= =y y rata -Rata 1 ) ( 1 2 deviasi

Standar = = ∑=

n y y n i i

σ

2 0

2 ( )

MSD=

σ

+ YavgY

Dimana Y0 adalah nilai target dan σ adalah standar deviasi (populasi,

menggunakan n sebagai pembagi).

Dalam penerapannya, MSD dapat digunakan dalam menghitung S/N ratio.

MSD selalu lebih kepada kuantitas yang lebih kecil dalam ketiga karakteristik

kualitas. (Roy. 2001)

Nominal : MSD =

n Y Y Y Y Y

Y ) ( ) ( ) ...

( 2 0 3 2 0 2 2 0

1− + − + − +

Smaller: MSD =

n Y Y

Y12+ 22+ 32+...

Bigger: MSD =

n Y Y

Y 1/ 1/ ... /

1 12+ 22+ 32+

Menurut Phillip J. Ross (1996) S/N ratio, secara ringkas beragam poin data

beserta percobaan, bergantung pada jenis karakteristik yang terhitung.

Rumus dasar S/N Ratio:

(46)

Rumus untuk menghitung S/N Ratio untuk karasteristik LB, NB, atau HB

adalah:

4. Lower is better

     

= n i i y n 1 2 LB 1 log 10 = S/N

5. Nominal is best

e V log 10 = S/N 1 NB     − − = e e m NB rV V V N

S/ 10log

2

6. Higher the better

  

=n

i yi

n 1 2 HB 1 1 log 10 = S/N

Interpretasi Hasil

Interpretasi hasil merupakan langkah yang dilakukan setelah percobaan dan

analisis telah dilakukan. Interpretasi yang dilakukan antara lain dengan

menghitung persentase kontribusi dan perhitungan selang kepercayaan faktor

untuk kondisi perlakuan saat percobaan.

a. Persentase cacat

Jenis data persentase cacat dapat di analisis dengan menggunakan analisis

persentase cacat. Tetapi sifat aditivitas rendah dalam data persentase bila data

mendekati nol atau 1. Metode yang lebih baik adalah menggunakan transformasi

omega (Ω ) untuk memperbaiki sifat aditivitas karakteristik data.

Misalnya digunakan 7 faktor dan masing-masing 2 level yang dihasilkan

(47)

yang buntu. Tujuan proses solder pada papan cetak sirkuit. Beberapa lubang pada

papan sirkuit tertutup oleh hasil solder. Hasilnya adalah cacat karena komponen

tidak dapat dimasukkan ke dalam lubang dan data dapat dikelompokkan sebagai

data atribut. Faktor-faktor dan levelnya dengan menggunakan matriks ortogonal

L8(27).

Secara kualitatif dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok:

y = banyak lubang yang buntu (tidak ada, beberapa, parah)

Dimana:

Tidak ada = tidak ada lubang yang buntu.

Beber apa = 5 % atau kurang lubang yang buntu.

Par ah = 5 % lebih lubang yang buntu.

Pada 8 eksperimen dilakukan dua puluh pengulangan. Hasilnya diperlihatkan

pada tabel 2.10. Data atribut kurang sensitif dibandingkan variabel kontinyu, jadi

lebih banyak data yang diperlukan. Walaupun hanya mempunyai 20 pengulangan

digunakan pada tiap eksperimen, perbandingan A1 dengan A2 misalnya

mempunyai 160 data (20 x 8).

Tabel 2.10 Matriks Ortogonal dan Hasil

Eksperimen A B C D E F G Tidak

ada Beber a pa Par ah

1 1 1 1 1 1 1 1 15 4 1

2 1 1 1 2 2 2 2 5 13 2

3 1 2 2 1 1 2 2 8 12 0

4 1 2 2 2 2 1 1 2 11 7

5 2 1 2 1 2 1 2 17 2 1

6 2 1 2 2 1 2 1 4 15 1

7 2 2 1 1 2 2 1 7 13 0

(48)

Tabel respon untuk data persentase cacat disusun dengan menentukan total

dari tiap level faktor dalam tiap kategori. Untuk tiap faktor, total data level 1 dan

2 harus sama. Pemilihan level faktor dari kondisi optimal tergantung pada

kelompok mana yang akan dimaksimalkan/diminimalkan. Dalam contoh ini, kita

harus memilih untuk memaksimalkan kelompok Tidak ada. Alternatifnya, kita

meminimalkan kelompok Par ah. Kadang, mungkin perlu memaksimalkan

kelompok Beberapa.

Kita ambil level lebih kecil untuk kelompok Parah. Jadi, untuk faktor D,

dipilih level 1. Dengan cara sama, untuk faktor F dipilih level 2 dan faktor B

dipilih level 1.

Rata-rata persentase cacat y untuk cacat parah adalah:

y =

pengamatan al

jumlah tot

kelompok dalam

al jumlah tot

Prediksi rata-rata proses pada kondisi optimum adalah:

Ppredikted= y +(D1y) + (F2 - y) + (B1 - y)

Dari pengalaman, adalah tidak mungkin persentase negatif. Tetapi hasil

diatas menyatakan nilai taksiran negatif. Hal ini disebabkan karakteristik kualitas

(persentase cacat) tidak bersifat aditif. Karakteristik seperti persentase cacat sifat

aditif sangat jelek untuk nilai yang mendekati 0 atau 1. Untuk mengatasi hal ini,

direkomendasikan penggunaan transformasi omega untuk mengkonversikan sifat

tidak aditif menjadi sifat aditif.

Transformasi omega adalah:

(49)

dimana ρ adalah persentase cacat. Transformasi omega akan mengubah range 0

sampai 1 menjadi range - ∞ sampai ∞. Secara matematika:

Range ρ [0 sampai 1] → Range Ω [- ∞ sampai + ∞]

Jika persentase cacat untuk level faktor diketahui, kita gunakan transformasi

omega untuk membuat nilai dB:

    − ΩD1 = -10log10 1 1

ρ

Dengan cara sama, transformasi omega untuk level-level faktor F2, B1, dan

rata-rata semua mean (Ω) untuk kelompok parah dapat dihitung. Nilai transformasi

omega pada kondisi optimum adalah:

predikted

Ω = Ω +(ΩD1−Ω) + (ΩF2 - Ω) + (ΩB1 - Ω)

Kemudian nilai transformasi omega ditransformasi kembali menjadi persentase

cacat:

p =

10 10 1

1

− Ω +

Eksperimen konfirmasi harus dilakukan dengan nilai prediksi untuk membuktikan

reproduksibilitas dari hasil.

b. Persen Kontribusi

Ketika Analisis varians telah digunakan pada seperangkat data dan jumlah

kuadrat telah dihitung kita dapat menggunakan data ini untuk membagi jumlah

kuadrat dengan faktor-faktor yang relevan. Dengan membandingkan nilai ini

terhadap jumlah kuadrat total menghasilkan persen kontribusi dari

masing-masing faktor.

(50)

SA adalah jumlah kuadrat deviasi dari target, SA’ adalah jumlah kuadrat

sesungguhnya dari faktor A, vA adalah derajad kebebasan A dan Ve adalah

varian (σ2). Bagian dari jumlah kuadrat vA Ve harus ditambahkan pada jumlah

kuadrat karena error untuk meyakinkan bahwa jumlah kuadrat total sudah diperhitungkan.

Kita dapat menentukan ρ (rho) sebagai persentase dari jumlah kuadrat suatu sumber yang sesungguhnya terhadap jumlah kuadrat total, St:

ρ 100%

St SA'

x =

Bagian dari error yang berasal dari jumlah kuadrat deviasi untuk suatu sumber harus ditambahkan pada jumlah kuadrat untuk menghemat jumlah

kuadrat total St. Dengan demikian persen kontribusi dari semua sumber

(termasuk error) harus berjumlah 100 %. c. Interval kepercayaan

Interval kepercayaan (Confidence Interval;CI) dalam analisa hasil eksperimen metode Taguchi dihitung dalam tiga kondisi, yaitu:

a. Interval kepercayaan untuk level faktor (Cl1)

Cl1 =

n MSe ;1Ve

Fα

1 Cl Ak

Ak = ±

µ

1

1 A Cl

Cl

Ak − ≤µAkk +

Dimana:

;1Ve

Fα = rasio F

(51)

V1 = 1

Ve = derajad kebebasan error

MS e = rata-rata kuadrat error (variansi kesalahan)

N = jumlah yang diuji pada suatu kondisi tersebut

μAk = dugaan rata-rata faktor A pada perlakuan (level) ke k

k

A = rata-rata faktor A pada perlakuan ke k K = 1, 2, . . .

b. Interval kepercayaan pada kondisi perlakuan yang diprediksi (Cl2)

Cl2 =

eff e n MS ;1Ve Fα Dimana:

neff =

A) estimasi dengan n berhubunga yang dof Jumlah ( 1+ N

N = jumlah data percobaaan keseluruhan

c. Interval kepercayaan untuk memprediksi eksperimen konfirmasi (Cl3)

Cl3 =

              +         r n MS eff e 1 1 Fα;1Ve

Dimana:

R = jumlah sampel pada percobaan konfirmasi dan r ≠ 0

V2 = derajat bebas varian kesalahan pooling

neff = jumlah pengulangan efektif

Percobaan Konfirmasi

Percobaan konfirmasi adalah percobaan yang dilakukan untuk memeriksa

(52)

memverifikasi dugaan yang dibuat pada saat model performansi penentuan faktor

dan interaksinya, serta setting parameter (faktor) yang optimum hasil analisis hasil percobaan pada performansi yang diharapkan.

2.12 Penelitian ter dahulu

Berbagai eksperimen telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan

menggunakan metode Taguchi. Beberapa diantaranya adalah:

• Menuju taksonomi desain konsep untuk meningkatkan

kesegar an

‘Desain yang kuat' Istilah metode menunjukkan berbagai teknik

dimaksudkan untuk membuat fungsi produk yang lebih konsisten meskipun

variasi di lingkungan, manufaktur, kemerosotan, dan digunakan pelanggan

pola. Sebagian besar metode desain yang kuat bekerja pada tahap desain

rinci, namun manfaat yang diperoleh mungkin jauh lebih tinggi jika upaya

yang dilakukan lebih awal dalam proses desain sehingga desain konsep

sendiri secara inheren mampu menjadi dibuat kuat. Untuk membuat

kemajuan menuju tujuan ini, kami mempelajari jumlah besar penemuan

yang didokumentasikan oleh paten AS yang diklaim sebagai keunggulan

ketahanan kunci atas yang art. Sebelum paten tersebut dikelompokkan berdasarkan strategi umum mereka employed. Kita temukan bahwa strategi dapat bermanfaat diatur melalui diagram P-. Makalah ini akan menjelaskan

beberapa ini strategi dengan cara contoh dan menjelaskan hubungan antara

strategi untuk diagram P-. (Daniel D. Frey, Massachusetts Institute of

(53)

• Penggunaan Ser at Alami Limbah Ampas Tebu (Baggase) PTPN II SEI

Semayang dan Per ekat Abu Ter bang Batubar a (Fly Ash) PLTU Sibolga Substitusi Semen Pada Pembuatan Genteng

Penambahan serat pada adukan beton terbukti mampu meningkatkan kuat

tekan.Untuk keperluan non struktur secara terbatas material serat dapat

digunakan dari bahan-bahan alami. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh penambahan serat baggase pada adukan semen, pasir dan air dan kekerasan diaplikasikan sebagai bahan susunan adukan genteng.

Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini masing-masing berupa 5 uji

tekan, 5 uji patah, 5 uji kekerasan. Perbandingan (volume) adukan adalah

80 % : 20 % dan 70 % : 30 % (semen : fyl ash). Sedang serat baggase yang di gunakan panjangnya 1,5 cm.Penambahan serat baggase masing-masing jenis adukan 2 % - 10 % dari berat pasir. Kode yang digunakan pada benda

uji adalah, BI-O untuk tanpa baggase, BI -1 untuk adukan dengan serat

baggase 2 %, BI-2 untuk adukan serat baggase 4 %, BI-3 serat baggase

yang digunakan 6 %, BI-4 serat baggase 8 %, BI-5 serat baggase yang digunakan 10 %. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penambahan serat

baggase sebanyak 2 % - 10 % pada campuran semen, fly ash, pasir dan air mampu meningkatkan kuat tekan, dan kuat tekan tertinggi dicapai pada 6 %

sebesar 2,30 MPa, kuat patah tertinggi pada 6 % sebesar 3,10 MPa, dan

kekerasan pada 6 % sebesar 2,30 BHN = 166 VHN dan daya serap air yang

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

Gambar

Tabel 2.7 Matriks Ortogonal level 2
Tabel 2.8 the L16 Orthogonal Array
Tabel 2.10 Matriks Ortogonal dan Hasil
Tabel 4.1 Level dan Faktor
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Seksi Penyebaran dan Pengembangan Ternak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d angka 2, mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Usaha Peternakan

Saya Putri Dhevida Sari mahasiswa semester akhir pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area .Saat ini sedang mengumpulkan data dalam rangka tugas

inas Koperasi dan UMKM merupakan salah satu dinas teknis pengemban amanah masyarakat Kabupaten Kulon Progo melaksanakan kewajiban berakuntabilitas melalui penyajian

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Brian (2011, hlm. 281) “kegemukan atau obesitas dapat diartikan sebagai lebih dari 20% di atas berat badan ideal, atau lebih dari 20% lemak untuk

KUA Kecamatan Comal berusaha mewujudkan pernikahan yang bahagia serta membentuk keluarga atau rumah tangga yang dibangun bisa utuh, kokoh dan jauh dari masalah yang

Dari 8 Responden (100%) ada 13 respon (162,5%) yang diberikan berkaitan dengan masukan berkaitan peran imam dalam karya katekese di paroki, 3 respon responden

Kualitas khitosan tergantung pada penggunaanya, misal untuk khitosan yang dipakai dalam proses pemurnian air limbah tidak di butuhkan kualitas yang tinggi tetapi

Data yang dianalisis adalah data hasil kuisioner yang diambil dari konsumen merek AGI tersebut, dimana kuisioner tersebut dibagi menjadi 5 bagian yaitu : awereness measures ,