• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Quality Of Work Life (QWL) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PTP Nusantara II Sei Semayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Quality Of Work Life (QWL) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PTP Nusantara II Sei Semayang"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

QUALITY OF WORK LIFE

(QWL) TERHADAP

PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI

PTP NUSANTARA II SEI SEMAYANG

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

MARGRET TEACHER LUMBAN GAOL 08 04 03 197

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studinya di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini merupakan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Pabrik Gula Sei Semayang dengan judul “Pengaruh Quality Of Work Life (QWL) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PTP Nusantara II Sei Semayang”.

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalam tugas sarjana ini. Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi menyempurnakan Laporan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat.

Universitas Sumatera Utara

Medan, Agustus 2012

Penulis

(3)

ABSTRAK

PTP Nusantara II Sei Semayang adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi penghasil gula pasir. Sebagai unit yang memberikan pelayanan teknis dalam industri pengolahan gula pasir, perusahaan diharapkan menggunakan para pekerja profesional dalam mengoperasikan mesin produksi. Untuk mewujudkan hal tersebut perusahaan harus mampu meningkatkan produktivitas karyawan melalui Quality Of Work Life. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi pengaruh Quality Of Work Life terhadap produktivitas karyawan di PTP Nusantara II Sei Semayang secara simultan dan parsial serta melakukan perbaikan melalui Quality Of Work Life. Jenis penelitian menggunakan metode survei. Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling melalui metode simple random sampling dengan α = 5% dengan tingkat kepercayaan 95% dan jumlah responden sebanyak 233 responden. Metode pengolahan data yang digunakan adalah menggunakan program SPSS 13 melalui uji statistik F dan uji statistik t yang digunakan untuk mengindentifikasi pengaruh Quality of Work Life secara simultan dan parsial terhadap produktivitas kerja karyawan di PTP Nusantara II Sei Semayang dan melakukan perhitungan korelasional untuk perbaikan melalui Quality Of Work Life yang terdiri dari tujuh variabel yaitu keamanan kerja, seleksi penerimaan, tim yang solid, pemberian upah, pelatihan yang ekstensif, perbedaan status dan berbagi informasi. Berdasarkan perhitungan korelasi diperoleh nilai r tertinggi pada variabel berbagi informasi yaitu 0,91 dan perhitungan dengan menggunakan SPSS13 dengan menggunakan uji f diperoleh nilai Fhitung sebesar 271,851 > Ftabel 2,01 yang

menunjukkan bahwa ketujuh variabel memberikan pengaruh secara simultan terhadap produktivitas kerja karyawan sedangkan dengan uji t diperoleh nilai t untuk X1(keamanan kerja) 7,426, X2 (seleksi penerimaan) 13,978, X3 (tim yang

solid) 29,196, X4 (pemberian upah) 17,618, X5 (pelatihan yang ekstensif) 5,668,

X6 (perbedaan status) 8,114 dan X7 (berbagi informasi) 20,460 secara parsial

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan di PTP Nusantara II Sei Semayang.

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik. Dalam melaksanakan Tugas Sarjana sampai dengan selesainya laporan ini, banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta (Ayah P. Lumban Gaol, SH dan Ibu Dra. T. Situmorang), kakak (Lestaria L. Gaol), adik (Trisna, Doris, Saut dan Horasman L. Gaol) yang telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. Selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Jurusan Departemen Teknik Industri atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.

3. Bapak Aulia Ishak, ST. MT. Selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.

(5)

5. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc,. Selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.SIE. Selaku Ketua Bidang Manajemen dan Rekayasa Produksi yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.

7. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik Industri, Bang Mijo, Bang Nurmansyah, Kak Dina, Bang Ridho, Buk Ani, Bang Kumis, Kak Rahma yang telah membantu mengurus keperluan administrasi.

8. Bapak Manaor Lumban Gaol, ST dan Bapak Teratur Sembiring selaku Pembimbing Lapangan di PTP Nusantara II Sei Semayang yang memberikan dukungan dan informasi mengenai kondisi pabrik dan seluruh karyawan yang turut memberikan informasi dalam hal pengambilan data.

9. Kepada teman-teman terbaikku Adel, Arma, Tiwi, Dwi, Yana, Bang Dedy, wulan, k’taty, k’nety dan semua teman-teman x-D4 yang tidak bisa saya sebutksn satu persatu yang telah memberikan semangat, motivasi selama ini.

(6)

DAFTAR ISI

BAB

HALAMAN

LEMBAR SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN ... I-1

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Struktur Organisasi ... II-3 2.4. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-6

III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1

3.1. Pengertian Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life) .... III-1

3.2. Produktivitas Kerja ... III-4

3.2.1. Hubungan Antara Keamanan Kerja dengan Produktivitas Kerja Karyawan ... III-6

3.2.2. Hubungan Antara Seleksi Penerimaan dengan

Produktivitas Kerja Karyawan ... III-7

3.2.3. Hubungan Antara Tim Yang Solid dengan

Produktivitas Kerja Karyawan ... III-8

3.2.4. Hubungan Antara Pemberian Upah dengan

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

3.2.5. Hubungan Antara Pelatihan Yang Ekstensif dengan

Produktivitas Kerja Karyawan ... III-11

3.2.6. Hubungan Antara Perbedaan Status dengan

Produktivitas Kerja Karyawan ... III-12

3.2.7. Hubungan Antara Berbagi Informasi dengan

Produktivitas Kerja Karyawan ... III-13

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

3.12. Uji Statistik t ... III-33 3.13. Uji Statistik F ... III-33

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Jenis Penelitian ... IV-1

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

4.12. Metode Analisis Data ... IV-13 4.13. Kesimpulan dan Saran ... IV-13

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB

HALAMAN

5.4. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Penelitian ... V-29 5.4.1. Perhitungan Korelasi ... V-30 5.5. Uji Menggunakan SPSS ... V-34 5.5.1. Pengujian Dengan Uji Statistik F ... V-34 5.5.2. Pengujian Dengan Uji Statistik t ... V-34

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis ... VI-1 6.1.1. Analisis Terhadap Perhitungan Korelasi ... VI-1 6.1.2. Analisis Terhadap Uji Statistik F ... VI-1 6.1.3. Analisis Terhadap Uji Statistik t ... VI-2 6.1.4. Perbaikan dengan Quality Of Work Life ... VI-2

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTARPUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL

HALAMAN

3.1. Tingkat Pencahayaan ... III-15 3.2. Skala Intensitas Kebisingan ... III-17 3.3. Perkiraan Pemantulan Sinar dari Warna yang Digunakan ... III-19 3.4. Prosedur Pembuatan Kuesioner Terbuka ... III-23 3.5. Contoh Hasil Pengolahan dengan SPSS Untuk Uji F ... III-33 5.1. Pengelompokkan Pertanyaan Berdasarkan Variabel Keamanan Kerja ... V-1 5.2. Hasil Jawaban Kuesioner Variabel Keamanan Kerja ... V-2 5.3. Pengelompokkan Pertanyaan Berdasarkan Variabel Seleksi Penerimaan V-3 5.4. Hasil Jawaban Kuesioner Variabel Seleksi Penerimaan ... V-3 5.5. Pengelompokkan Pertanyaan Berdasarkan Variabel Tim Yang Solid ... V-5 5.6. Hasil Jawaban Kuesioner Variabel Tim Yang Solid... V-5 5.7. Pengelompokkan Pertanyaan Berdasarkan Variabel Pemberian Upah ... V-6 5.8. Hasil Jawaban Kuesioner Variabel Pemberian Upah... V-7 5.9. Pengelompokkan Pertanyaan Berdasarkan Variabel Pelatihan Yang

(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.14. Hasil Jawaban Kuesioner Variabel Berbagi Informasi ... V-12 5.15. Pengelompokkan Pertanyaan Berdasarkan Variabel Produktivitas

Kerja Karyawan ... V-13 5.16. Hasil Jawaban Kuesioner Variabel Produktivitas Kerja Karyawan ... V-13 5.17. Rekapitulasi Kuesioner Variabel Quality Of Work Life Untuk 30

Responden ... V-15 5.18. Rekapitulasi Kuesioner Variabel Produktivitas Kerja Karyawan

(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

HALAMAN

(15)

ABSTRAK

PTP Nusantara II Sei Semayang adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi penghasil gula pasir. Sebagai unit yang memberikan pelayanan teknis dalam industri pengolahan gula pasir, perusahaan diharapkan menggunakan para pekerja profesional dalam mengoperasikan mesin produksi. Untuk mewujudkan hal tersebut perusahaan harus mampu meningkatkan produktivitas karyawan melalui Quality Of Work Life. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi pengaruh Quality Of Work Life terhadap produktivitas karyawan di PTP Nusantara II Sei Semayang secara simultan dan parsial serta melakukan perbaikan melalui Quality Of Work Life. Jenis penelitian menggunakan metode survei. Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling melalui metode simple random sampling dengan α = 5% dengan tingkat kepercayaan 95% dan jumlah responden sebanyak 233 responden. Metode pengolahan data yang digunakan adalah menggunakan program SPSS 13 melalui uji statistik F dan uji statistik t yang digunakan untuk mengindentifikasi pengaruh Quality of Work Life secara simultan dan parsial terhadap produktivitas kerja karyawan di PTP Nusantara II Sei Semayang dan melakukan perhitungan korelasional untuk perbaikan melalui Quality Of Work Life yang terdiri dari tujuh variabel yaitu keamanan kerja, seleksi penerimaan, tim yang solid, pemberian upah, pelatihan yang ekstensif, perbedaan status dan berbagi informasi. Berdasarkan perhitungan korelasi diperoleh nilai r tertinggi pada variabel berbagi informasi yaitu 0,91 dan perhitungan dengan menggunakan SPSS13 dengan menggunakan uji f diperoleh nilai Fhitung sebesar 271,851 > Ftabel 2,01 yang

menunjukkan bahwa ketujuh variabel memberikan pengaruh secara simultan terhadap produktivitas kerja karyawan sedangkan dengan uji t diperoleh nilai t untuk X1(keamanan kerja) 7,426, X2 (seleksi penerimaan) 13,978, X3 (tim yang

solid) 29,196, X4 (pemberian upah) 17,618, X5 (pelatihan yang ekstensif) 5,668,

X6 (perbedaan status) 8,114 dan X7 (berbagi informasi) 20,460 secara parsial

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan di PTP Nusantara II Sei Semayang.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Quality of Work Life (QWL) merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan dalam suatu perusahaan, baik perusahaan jasa maupun industri. Oleh sebab itu, para pemimpin perusahaan berupaya untuk menyikapi dengan baik aspek-aspek dari QWL dengan tujuan agar setiap pekerja memiliki produktivitas yang tinggi.

Penelitian mengenai quality of work life telah dilakukan dalam beberapa penelitian antara lain yang dilakukan oleh Sonang Sitohang pada 2006 dengan judul “Pengaruh Quality Of Work Life Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. Penelitian1

1

Sitohang, Sonang. 2006. Pengaruh Quality Of Work Life Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. STIESIA. Surabaya.

(17)

Penelitian di BPTIK Magetan bertujuan mengetahui seberapa besar pengaruh quality of work life memberikan pengaruh secara simultan maupun parsial terhadap produktivitas kerja karyawan dan variabel mana yang paling memberikan pengaruh yang paling dominan. Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrument pengumpul data. Jumlah populasinya sebanyak 41 orang dan jumlah sampelnya 37 karyawan. Variabel independennya yaitu QWL yang terdiri dari keamanan kerja, seleksi penerimaan, bekerja dalam tim, pemberian upah, pelatihan, perbedaan tingkat status dan berbagi informasi dan dengan variabel dependen penilaian produktivitas kerja karyawan di BPTIK Magetan. Dengan menggunakan uji validitas disimpulkan bahwa seluruh jawaban responden pada seluruh atribut adalah valid dan uji reliabilitas menunjukkan r = 0,7131-0,7842, karena seluruh nilai r > 0,6 maka item yang ada dalam seluruh dimensi adalah reliabel.

Pembuktian hipotesis menggunakan uji statistik F diperoleh nilai F hitung 11,5206 > F tabel 2,35 berarti ketujuh variabel memberikan pengaruh secara semultan terhadap produktivitas kerja karyawan, dengan nila R Square 0,7357 berarti seluruh variabel bebas dapat menjelaskan produktivitas kerja karyawan dan nilai R mutipleny 0,8577 berarti hubungan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 0,8577. Sedangkan pembuktian dengan uji statistik t bahwa X5 (pelatihan) mempunyai nilai t tertinggi yaitu 7,1086 dengan

demikian X5 (pelatihan) memberikan pengaruh paling dominan dari semua

(18)

Adapun pada penelitian ini pengaruh quality of work life yang diteliti adalah pada salah satu perusahaan yang ada di Medan. PTP Nusantara II Sei Semayang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri penghasil gula pasir. Perusahaan ini memiliki 560 pekerja dengan jam kerja yang terbagi atas 3 shift yaitu shift 1 pukul 07.00 – 15.00, shift 2 pukul 15.00 – 23.00 dan shift 3 pukul 23.00 – 07.00. Dalam hal ini, PTP Nusantara II Sei Semayang ingin mencapai target produksi yang maksimal yaitu 30.000 ton. Hal tersebut belum tercapai karena sampai saat ini hasil produksi masih mencapai 16.400 ton.

Untuk mencapai target maksimal tersebut, perusahaan harus mampu meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui QWL. Apabila aspek-aspek QWL dapat terpenuhi maka produktivitas pekerja akan dapat ditingkatkan.

1.2. Rumusan Masalah

(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengindentifikasi pengaruh dari Quality of Work Life secara simultan (keseluruhan) maupun parsial terhadap produktivitas kerja karyawan di PTP Nusantara II Sei Semayang.

2. Membuat perbaikan melalui Quality Of Work Life terhadap perusahaan di PTP Nusantara II Sei Semayang.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Pihak Perusahaan

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen PTP Nusantara II Sei Semayang dalam menentukan kebijakan peningkatan produktivitas kerja karyawan melalui dimensi QWL (Quality of Work Life).

b. Sebagai bahan pedoman dalam perencanaan pengembangan sumber daya manusia khususnya tentang Quality of Work Life dalam suatu organisasi perusahaan.

2. Pihak Peneliti

a. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan ilmu lebih lanjut.

(20)

diteliti, khususnya dalam memahami faktor-faktor Quality of Work Life yang mempengaruhi produktivitas suatu perusahaan.

3. Bagi Departemen Teknik Industri

Penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi kalangan akademisi maupun peneliti yang lainnya sebagai bahan referensi dalam bidang manajemen sumber daya manusia, khususnya tentang Quality of Work Life dalam suatu organisasi atau perusahaan.

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Adapun pembatasan masalah adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan hanya terhadap karyawan bagian produksi yang bekerja di PTP Nusantara II Sei Semayang.

2. Karyawan yang memiliki pengalaman lebih dari 2 tahun dianggap memahami pengisian kuesioner.

3. Lingkungan kerja yang diteliti adalah lingkungan kerja non-fisik.

Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Responden yang terlibat dalam penelitian ini dianggap mengerti dan memahami tujuan penelitian.

(21)

3. Responden yang melakukan metode kerja berbeda dianggap mengerti dan memahami dalam pengisian kuesioner.

4. Responden mengisi kuesioner tanpa tekanan dari pihak lain sehingga jawaban yang diberikan mutlak dari responden itu sendiri.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi permasalahan serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menjelaskan sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, uraian tugas dan tanggung jawab.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Menyajikan teori-teori yang digunakan dalam pemahaman terhadap Quality Of Work Life

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

(22)

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengindentifikasi data primer yang diperoleh dari penelitian melalui perhitungan korelasional, uji F dan uji t yang akan membantu dalam pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Menganalisa seluruh hasil pengolahan data sehingga diperoleh perbaikan dari masalah di perusahaan.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PTP Nusantara II Sei Semayang didirikan berawal dari berdirinya perusahaan Belanda dengan nama “NV Veroning Dedeli MaatScnappi” (N.V.VDM). Berdasarkan undang-undang No. 84 Tahun 1958 tentang normalisasi perusahaan milik Belanda N.V.VDM yang terdiri dari 34 perusahaan seluruh perusahaan Belanda diambil alih kepemilikannya pada tanggal 11 Januari 1958.

Perusahaan Belanda berubah nama menjadi Perkebunan Negara baru pada tanggal 28 November 1958 berdasarkan peraturan pemerintah No. 29 Tahun 1960. Pada bulan Juni 1960 perusahaan Perkebunan Negara Baru Sumatera Utara melakukan pengembangan kebun menjadi 30 perkebunan dengan luas areal 101.663 Ha berdasarkan PP. No. 143 Tahun 1961. Kemudian pada tanggal 1 Juni 1961 perusahaan Perkebunan Negara baru berubah menjadi perusahaan Negara Perkebunan Sumatera Utara yang bergerak khususnya dalam bidang tembakau. Pada Tahun 1961 berdasarkan PP No. 23 perusahaan Perkebunan Sumatera Utara I diubah menjadi perusahaan Negara Perkebunan IX yang terdiri dari 23 perkebunan dengan luas areal 58.139.75 Ha.

(24)

menjadi perusahaan Perseroan. Sehingga, pada Tahun 1975 Dirjen perkebunan melakukan percobaan penanaman tebu di kebun percobaan yang berlokasi di Tanjung Morawa, batang Kuis dan Sei Semayang meskipun sebelumnya daerah tersebut bukan termasuk daerah penerapan tanaman tebu.

Dengan adanya percobaan penanaman tebu dan selanjutnya ditanami tembakau maka usaha penekanan biaya umum perusahaan tembakau dari segi efektivitas dan manajemen dinilai cukup baik sehingga proyek pengembangan industri gula dan balai penelitian PTP IX sangat baik untuk masa yang akan datang. Dan pada Tahun 1982 didirikannya PTP Nusantara II Sei Semayang.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pembagian Pengelompokkan perusahaan gula Negara sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 59/Kpst/EKKU/10/1997 yang mengelompokkan pabrik gula berdasarkan kapasitas, yaitu :

a. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 8000-10.000 ton b. Golongan B untuk pabrik kapasitas 10.000-15.000 ton c. Golongan C untuk pabrik kapasitas 15.000-25.000 ton d. Golongan D untuk pabrik kapasitas 25.000-30.000 ton

(25)

2.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan kerangka antar hubungan satuan-satuan organisasi, dimana pada setiap satuan-satuan tersebut terdapat tanggung jawab, tugas, dan wewenang tertentu dalam jalinan kesatuan yang lebih utuh. Struktur organisasi dapat digambarkan dalam bentuk skema organisasi (Organization Chart). Skema organisasi ini akan memberikan gambaran mengenai seluruh proses kegiatan yang ada dalam suatu organisasi.

Struktur organisasi merupakan suatu bagan yang menggambarkan hubungan kerja antara dua orang atau lebih dimana terdapat tugas yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan ini merupakan salah satu hal terpenting dalam suatu perusahaan.

Bentuk organisasi yang ada di PTP Nusantara II Sei Semayang adalah berbentuk garis dan fungsional dimana pimpinan tertinggi dipegang oleh Manager.

Organisasi garis dan fungsional mempunyai keuntungan antara lain :

1. Rasa solidaritas yang tinggi karena saling mengenal

2. Garis pimpinan berjalan secara tegas, dan tidak mungkin akan terjadi kesimpangsiuran karena pimpinan berhubungan langsung dengan bawahan. 3. Kesatuan pimpinan terjadi sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu

(26)
(27)
(28)

2.4. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Salah satu saran agar organisasi dapat berjalan dengan baik dan struktur organisasinya sehat dan efesien haruslah melaksanakan tugas, tanggung jawab, kewajiban bahkan wewenang masing-masing. Adapun pembagian tugas, tanggung jawab, kewajiban bahkan wewenang masing-masing adalah :

a. Manager Pabrik bertugas melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian serta pengawasan di pabrik sehingga dapat menunjang usaha pokok secara efektif dan efesien.

Manager Pabrik bertanggung jawab pada direksi

b. Kepala Dinas Teknik bertugas melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan juga pengawasan di pabrik demi menunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan oleh manajemen pabrik.

Kepala Dinas Teknik bertanggung jawab mengoptimalkan kerja mesin/perlatan di pabrik sehingga proses produksi berjalan dengan efektif dan efesien.

c. Asisten Boiler bertugas dalam mengolah peralatan dan sumber daya lainnya yang dipimpin oleh staf dan dibantu oleh mandor.

(29)

d. Asisten Milling bertugas dalam mengolah peralatan dan tenaga kerja di stasiun milling. Stasiun milling dipimpin oleh seorang staf dan dibantu oleh mandor.

Asisten milling bertanggung jawab terhadap Kepala Asisten Dinas Teknik.

e. Asisten Listrik/Instrumen bertugas mengolah peralatan dan sumber daya lainnya yang berkaitan yang dipimpin oleh staf dan dibantu oleh mandor.

f. Asisten Workshop bertugas dalam melayani perbaikan pembuatan suku cadang yang dipimpin oleh seorang staf dan dibantu oleh mandor serta tenaga administrasi.

Asisten workshop bertanggung jawab terhadap Kepala Asisten Dinas Teknik.

g. Asisten Cane Yard bertugas mengatur kelancaran dan pengolahan tebu serta memelihara lingkungan bahkan infrastruktur yang dimiliki pabrik yang dipimpin oleh seorang staf dan tenaga administrasi.

Asisten Cane Yard bertanggung Jawab terhadap manager pabrik.

h. Kepala Dinas Pengolahan bertugas melakukan koordinasi dengan Kepala Dinas Teknik yang dibantu oleh asisten dan mengoptimalkan kerja dari mesin/peralatan.

Kepala Dinas Pengolahan bertanggung jawab terhadap manager pabrik. i. Asisten Pemurnian bertugas memaksimalkan rendemen, menekan kehilangan

dengan kualitas sebaik mungkin secara efesien.

(30)

j. Asisten Putaran bertugas memisahkan kristal dan melakukan pengeringan dengan prinsip efisien.

Asisten Putaran bertanggung jawab terhadap Kepala Asisten Dinas Pengolahan.

k. Asisten Penguapan bertugas Mengentalkan nira dengan kecepatan penguapan yang sesuai agar tidak terjadi kerusakan dan biaya seekonomis mungkin.

Asisten penguapan bertanggung jawab terhadap Kepala Asisten Dinas Pengolahan.

l. Asisten Masakan bertugas melakukan pemasakan nira hingga terbentuk kristal-kristal gula.

Asisten masakan bertanggung jawab terhadap Kepala Dinas Pengolahan.

m. Kepala Tata Usaha bertugas mengelola administrasi pabrik ataupun kebun secara menyeluruh.

n. Asisten Umum bertugas melakukan pengawasan pada bagian umum seperti bagian personalia dan koperasi.

Asisten umum bertanggung jawab terhadap Kepala Tata Usaha yang dibantu oleh seorang koordinator.

(31)

Asisten kantor bertanggunng jawab terhadap kepala asisten tata usaha mengenai kondisi kantor yang dibantu oleh koordinator.

p. Asisten Gudang bertugas membantu kepala asisten tata usaha dalam melakukan pengawasan di bagian gudang di pabrik.

Asisten gudang bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan di bagian gudang.

q. Kepala Laboratorium bertugas membantu manager pabrik dalam melakukan pekerjaan di bagian laboratorium sebagai alat kontrol.

Asisten laboratorium bertanggung jawab terhadap manager.

r. Asisten Laboratorium bertugas membantu tugas dari Kepala Asisten Laboratorium dalam melakukan pengawasan di laboratoriu

Asisten laboratorium bertanggung jawab langsung terhadap Kepala Asisten laboratorium yang dibantu oleh seorang koordinator.

s. Perwira Pengaman (Papam) bertugas asisten keamanan/perwira/ oleh seorang bintara/perwira/ABRI yang dibantu oleh regu hansip.

Papam bertanggung jawab terhadap manager perusahaan.

(32)

2.5. Proses Produksi

Proses produksi merupakan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di lantai pabrik mulai dari bahan baku samapai pada produk jadi. PTP Nusantara II Sei Semayang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi gula pasir.

2.5.1. Bahan Yang Digunakan

2.5.1.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah semua bahan yang digunakan sebagai bahan utama di dalam proses produksi. Adapun bahan baku yang digunakan pada proses produksi di PTP Nusantara II Sei Semayang adalah tebu.

Tebu yang akan dipanen mempunyai rendamen (kadar gula) rata-rata sekitar 6,5 – 7%. Penanaman tebu dilakukan antara 10 – 12 bulan sejak ditanam, yang sebelumnya diperiksa terlebih duhulu dengan mengambil 10 batang tebu secara acak sebagai sample. Tebu yang baik yang digunakan adalah tebu yang matang dan kandungan gula dalam batang adalah sama.

2.5.1.2. Bahan Tambahan

(33)

Adapun bahan tambahan yang terdapat pada produksi gula adalah :

a. Karung plastik yang digunakan untuk pengarungan gula. b. Benang jahit yang digunakan untuk menjahit karung.

2.5.1.3. Bahan Penolong

Bahan penolong merupakan bahan yang dibutuhkan untuk membantu dan memperlancar proses produksi tetapi bukan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan-bahan penolong yang digunakan dalam produksi gula adalah :

1. Air

Air digunakan sebagai air ombibisi pada stasiun gilingan guna memeras kadar gula pada ampas tebu semaksimal mungkin. Volume air 20% dari kapasitas tebu/hari.

2. Susu kapur (Ca (OH)2)

Kapur Tohor dibuat menjadi susu kapur yang berfungsi menaikkan pH Nira menjadi 8,0 – 8,5. Pemilihan susu kapur didasarkan pada harganya yang dapat terjangkau dan mudah membuatnya.

3. Gas Belerang

(34)

Tujuan pemberian Gas belerang pada Nira adalah :

a. Menetralkan kelebihan air kapur (Ca (OH)2) pada Nira tercampur pH

mencapai 7,0 – 7,2.

b. Untuk memutihkan warna yang ada pada larutan Nira yang mengurangi pengaruh pada warna Kristal dari gula.

4. Flokulant (Ca(OH)2) + H2SO2 Ca2SO3 + 2H2O

Flokulant diberikan untuk mempercepat pengendapan yang bertindak sebagai pengikat partikel halus yang tidak larut dalam nira (larutan untuk membentuk gumpalan partikel yang lebih besar dan lebih mudah diendapkan untuk disaring).

5. Talofloc dan Talofloate

Talofloc atau sering disebut gamping (CaCo3) diberikan untuk mengikat nira

sedangkan talofloate (CaCO2) untuk mereduksi warna dari pekat menjadi

ringan membentuk padat. Kedua zat ini bertujuan untuk meningkatkan kemurnian dari nira kental.

6. Asam Phospat (H3PO4)

(35)

2.5.2. Uraian Proses Produksi

Proses pembuatan gula dari tebu pada Pabrik Gula Sei terbagi dalam beberapa stasiun , yaitu stasiun gilingan (Mill Station), stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran dan penyelesaian. Lamanya pekerjaan sekitar 8 jam/bacth.

1. Pengerjaan Pendahuluan

Tebu yang diangkut oleh truk dengan kapasitas 5 - 6 ton dinaikkan ke truk tripper dan dijungkitkan menggunakan tenaga pompa hidrolik sehingga tebu jatuh ke cane carries. Dengan menggunakan cane carries tebu dibawa masuk ke cane leveller guna pengaturan pemasukkan tebu menuju cane catter I. Di cane catter I, tebu dipotong-potong secara horizontal dan kemudian dibawa ke cane carries ke cane catter II untuk dipecah menjadi lebih halus lagi.

Sebelum jatuh ke stasiun gilingan, logam-logam yang terikut pada potongan-potongan tebu akan ditarik dengan menggunakan tramp iron dan oleh cane kickers potongan-potongan tebu tersebut diatur masuk ke stasiun penggilingan.

2. Stasiun Gilingan (Mill station)

(36)

aliran nira dan mengurangi terjadinya slip. Jarak antara roll atas (top roll) dengan roll belakang (bagasse roll) lebih kecil pada jarak antara roll atas dan roll depan (feed roll). Besarnya daya yang digunakan untuk menggerakkan alat penggiling adalah 1500-2000 kg/cm2 dengan putaran yang berbeda antara gilingan I dengan yang lainnya, dimana :

a. Gilingan I sekitar 5,3 rpm

b. Gilingan II sekitar 5,0 rpm

c. Gilingan III sekitar 5,0 rpm

d. Gilingan IV sekitar 5,2 rpm

e. Gilingan V sekitar 3,8 rpm

Mekanisme kerja dari stasiun penggilingan ini adalah :

a. Air perasan (nira) dari gilingan I ditampung pada bak penampungan I. Ampas dari gilingan I masuk ke gilingan II untuk diperas kembali. Air perasan akan masuk ke dalam bak penampungan nira yang diperoleh dari bak penampungan I yang disebut Primery Jouce.

(37)

c. Ampas yang dari gilingan II dimasukkan ke gilingan III untuk diperas lagi. Air perasan akan ditampung pada bak penampungan II dan digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan I.

d. Ampas dari gilingan III masuk ke gilingan IV. Air perasan ditampung pada bak penampungan III dan digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan III.

e. Ampas dari gilingan IV masuk k gilingan V untuk diperas lagi. Air dari gilingan IV ditampung pada bak IV dan akan digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan IV. Ampas dari gilingan IV diberi air ambibisi ang berasal dari kondesat evarator badan IV dan V dengan temperatur 60 – 70%.

(38)

– 30m3/jam dan suhu 700C dengan perbandingan 19-24% dari berat tebu untuk kapasitas tebu perhari.

3. Stasuin Pemurnian

Tujuan utama dari stasiun pemurnian adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terkandung dalam nira mentah. Pada proses pemurnian ini ada beberapa tahap yang dilakukan, yaitu :

a. Timbangan Nira Mentah (Juice Weighting Scale)

Nira mentah yang ada di tangki penampungan dialirkan melalui pipa saringan dan dipompakan ke tangki nira mentah tertimbangan. Dalam menimbang nira mentah dipakai timbangan Maxwelt Bolougne yang dapat bekerja secara otomatis dengan berat sekali timbangan yaitu 6,5 ton.

b. Pemanas Nira I (Juice Heater I)

(39)

c. Tangki Defekasi (Defecator)

Nira yang ada didalam badan pemanas I dipompakan ke tangki defekasi untuk pembubuhan susu kapur yang berfungsi mengubah pH nira menjadi 8,0 – 8,5. Pemasukan susu kapur ini diatur dengan control value yang dikendalikan oleh pH Indikator controller.

d. Tangki Sulfitasi

Tangki sulfitasi berguna untuk mencampur nira terkapur dari tangki defekasi dengan gas SO2 dari tabung belerang. Penambahan gas SO2

bertujuan agar nira terkapur mengalami penurunan pH menjadi 6,0 - 6,5 pada suhu 700C – 750C dengan waktu 5 menit. Pada tangki sulfitasi ini diharapkan pada kelebihan susu kapur akan bereaksi dengan gas SO2,

selanjutnya akan dinetralkan kembali pada netralizing tank sehingga pH mencapai 7,0 -7,2 dengan terbentuknya CaSO2 yang berbentuk endapan

yang berfungsi untuk menyerap koloid-koloid yang terkandung dalam nira.

e. Tangki Tunggu

(40)

f. Tangki Netralisasi

Pada tangki netralisasi ini, nira diaduk dengan alat pengaduk mekanis. Jika pH nira kurang dari 7,0 maka nira akan ditambahkan dengan susu kapur sehingga pH nira akan berada pada susunan netral yaitu 7,0 - 7,2.

g. Pemanas Nira II (Juice Heater II)

Nira yang berada di peti tunggu dipompa dengan mesin pompa centrifugal dengan pemanas nira II yang juga memiliki dua unit badan pemanas. Pada badan pemanas I, nira dipanaskan dengan temperature 1000C dimana prinsip kerjanya sama dengan pemanas nira I.

h. Tangki Pengembang (Flash Tank)

Nira yang berasal dari pemanas nira II dialirkan ke tangki pengembang. Tangki pengembang ini berfungsi untuk menghilangkan udara dan gas yang terlarut dalam nira dan dapat menghemat energi serta dapat menghilangkan gaya-gaya yang bekerja sehingga memberikan aliran yang tidak bergejolak.

i. Tangki Pengendapan (Door Clalifier)

(41)

proses pengendapan. Endapan yang terbentuk akan disapu dengan skrap yang bergerak lambat. Endapan akan jatuh ke tepi tiap-tiap peralatan, selanjutnya akan dipompakan ke mud feed mixer sedangkan nira jernih keluar secara over flow melalui pipa-pipa yang dipasang pada tiap kompratment. Agar pengendapan lebih cepat, maka diberikan bahan baku floculant dimana pemberiannya dilakukan pada nira yang masuk ke tangki pengendapan. Pencampuran ini membantu pada saat penyaringan (vacum filter) yang memisahkan nira dengan kotoran. Saringan yang digunakan adalah saringan hampa (rotary vacum filter). Nira hasil tapisan disebut filtrate dan selanjutnya dikembalikan ke tangki penimbangan nira, sedangkan endapan kotoran yang tersaring disebut dengan blotong yang selanjutnya dibuang atau dijadikan pupuk.

4. Stasiun Penguapan (Evaporator Station)

(42)

tekanan yang berbeda-beda dari evaporator I samapai pada evaporator IV. Peristiwa mengalirnya uap dari evaporator I ke tormol pada evaporator II disebabkan pada evaporator I setelah masuk kedalam bagian shell, pada evaporator II akan melepaskan panas sehingga mengembun. Terkondensasinya uap menyebabkan terjadinya penurunan tekanan dalam shell sehingga uap nira di evaporator I dapat mengalir pada evaporator II dan seterusnya. Uap nira pada evaporator IV masuk ke dalam kondensor untuk diembunkan (dikondensasikan) dan dijatuhkan bersama air injeksi, sedangkan uap-uap yang tidak terkondesasi dibiarkan keluar ke udara. Peristiwa mengalirnya nira dari evaporator I ke evaporator II dan seterusnya disebabkan karena adanya perbedaan tekanan vakum pada masing-masing evaporator. Nira encer yang masuk pada setiap evaporator akan bersirkulasi sampai mencapai brix tertentu dan secara otomatis valve akan terbuka sehingga nira mengalir menuju evaporator berikutnya sampai nira kental dari evaporator IV mempunyai kekentalan 62 – 65 Brix.

5. Stasiun Toladura

Sebelum proses nira kental di tamping di buffer tank nira dipompakan ke heat exchanger (pemanas) yang mana pemanasannya dilakukan hingga 800c dimana pada temperatur tersebut diharapkan dapat menguraikan kotoran-kotoran dalam nira. Kemudian nira kental dialirkan dengan asam phospat yang dapat menyerap kotoran-kotoran melayang yang terdapat pada nira kental.

(43)

yang mengalir ke taloclarifier secara over flow. Sebelumnya ditambah talocfloc yang gunanya untuk mengikat kotoran-kotoran. Di taloclafier kotoran dipisahkan secara over flow dan mengalir ke scu tank untuk selanjutnya dipompakan ke tangki nira mentah tertimbang sedangkan nira kental yang telah jernih dikeluarkan melalui pengaturan valve ditampung di treated tank untuk kemudian dipompakan ke stasiun masakan.

6. Stasiun Masakan

Dalam stasiun ini dilakukan pada pemanasan nira sampai lewat jenuh dengan cara menguap sampai terbentuk Kristal dengan temperature masakan 50 – 650c. Metode penguapan ini bergantung pada harkat kemurnian (HK) gula dan dilakukan beberapa cara antara lain :

Sistem 4 (empat) tingkat : ABCD (untuk HK > 83)

Sistem 3 (tiga) tingkat : ABD atau ACD (untuk HK 70 – 80)

Sistem 2 (dua) tingkat : AD (untuk HK < 70)

(44)

mutu gula akan rendah. Titik didih larutan gula lebih besar dari titik didih air murni, hal ini disebabkan adanya zat yang terlarut. Dalam proses masakan, langkah-langkah yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Menarik Hampa

Sebelum proses masakan dimulai, tangki masakan (pan masakan) terlebih dahulu dibuat hampa udara dengan tekanan vakum 40cmHg lalu saluran penghubung dengan tangki penguapan dibuka secara perlahan-lahan sampai terbuka penuh, sehingga keadaan maksimum tekanan 66 cmHg.

b. Pembuatan Bibit

Pembuatan bibit dilakukan dengan fondan, dimana inti kristal yang sengaja diberikan haruslah inti yang memiliki bentuk kristal yang baik dan memiliki ukuran yang sama. Inti ini dapat dibuat dengan menggiling kristal yang kasar sehingga menjadi kristal halus dan dapat dibuat diluar pan masakan. Besar kristal dan kondisi masakan dapat diketahui dengan sogokan yang terdapat ditangki masakan dengan cara meletakkan kristal gula pada kaca transparan dan diamati pada sinar lampu. Jika disekitar gula lebih mudah bergabung dengan kristal gula untuk memperoleh kristal gula yang diinginkan.

c. Memperbesar Kristal

(45)

d. Masakan Gula

Tujuan masakan tua ini adalah melanjutkan masakan dalam pan kristalisasi tanpa menambahkan larutan baru dengan kesepakatan setinggi-tingginya agar tidak terjadi kemungkinan yang tidak diinginkan pada Kristal baru.

e. Palung Pendingin

Masakan tua yang ukurannya 0,8 – 0,9 mm akan dikeluarkan dari tangki masakan lalu dimasukkan ke dalam palung pendingin yang terdapat dibawah tangki masakan. Setelah seluruh masakan diturunkan, pan masakan dicuci dengan steam (uap) panas untuk membersihkan sisa-sisa kristal gula dan larutan-larutan yang tertinggal, agar pada masakan selajutnya tidak menggangu proses pengkristalan dan kualitas Kristal gula yang terbentuk.

f. Pemisahan Masakan D

Hasil dari pemisahan masakan D dihasilkan gula D dan tetes, dan putaran D adalah gula D1 yang akan diputar untuk kedua kalinya sehingga diperoleh kalre D2 dan babonan (bibit) lalu dipompakan ketangki bibitan yang merupakan bibit untuk masakan A dan B.

g. Pemisahan Masakan A dan B

(46)

pemisahan akan dikirim ke alat mixer A/B dan dicampur menjadi gula A/B. Kemudian gula A/B diputar kembali dengan menggunakan alat pemutar centrifugal sehingga diperoleh gula dengan pemurnian yang lebih tinggi sebagai gula produk (SHS).

7. Stasiun Pemutaran/Pemisahan

Hasil dari proses pengkristalan dalam pan masakan merupakan campuran antara kristal gula, stroop dan tetes. Sarigan yang digunakan untuk masa campuran ini menggunakan kekuatan pusing (gaya centrifugal). Karena ada saringan, kristal akan tertahan sedangkan larutan akan menembus lubang-lubang saringan. Dengan demikian terpisahlah antara larutan dengan kristalnya. Untuk menghilangkan larutan tersebut, maka dibantu dengan siraman air sehingga larutan tersebut akan terlarut dalam air sehingga putaran kedua akan diperoleh kristal gula produk.

8. Stasiun Penyelesaian

(47)

Didalam sugar dryer dan cooler telah dilengkapi suatu alat pemompa yang berfungsi menarik gula halus yang terkandung dalam proses pembuatan gula SHS. Gula halus ini akan dialirkan melalui pipa rangkap lalu secara otomatis diinjeksikan menggunakan air imbibisi melalui pemisahan nozzell untuk menangkap partikel-partikel gula halus. Pada proses gumpalan-gumpalan gula dimasukkan kedalam tangki peleburan gula kemudian dikirim ke bagian stasiun masakan untuk proses selanjutnya. Untuk mengoptimalkan gula SHS dari kadar logam tersebut, maka diperlukan pembersihan atau priodik dengan jangka waktu 3 kali dan 8 jam. Lalu gula yang telah bersih dari penyadap logam akan dibawa oleh alat pembawa gula menuju ke penampungan gula sebagai penimbunan untuk pengemasan.

9. Pengemasan dan Penggudangan Gula Produksi

(48)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengertian Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life)

Quality of Work Life 2

2

Wayne F, 2003. Managing Human Resources, Productivity, Quality Of Work Life, Profit.Sicth Edition. Tata McGraw-Hill

(49)

Menurut Indriyo dan Sudita (2000:276) bahwa program quality of work life (QWL)3

1. Mencoba menciptakan organisasi yang lebih demokratis dimana setiap orang memiliki suara yang lebih besar terhadap sesuatu yang mempengaruhi kehidupan.

memiliki empat sasaran umum yaitu :

2. Mencoba memberikan andil imbalan financial dari organisasi sehingga setiap orang mendapatkan manfaat dari kerja sama yang lebih besar terhadap sesuatu yang mempengaruhi kehidupannya.

3. Mencoba mencari cara untuk menciptakan keamanan kerja yang lebih besar dengan meningkatkan daya hidup organisasi dan lebih meningkatkan hak pekerja.

4. Mencoba meningkatkan pengembangan individu dengan menciptakan kondisi yang mendukung terhadap pertumbuhan pribadi.

Selanjutnya Luthans (1996:23) menyampaikan konsep quality of work life (QWL)4

Kualitas kehidupan kerja berfokus pada pentingnya penghargaan kepada sumber daya manusia di lingkungan kerja. Tujuannya adalah menciptakan budaya adalah untuk memberikan penghargaan terhadap manusia dalam lingkungan kerjanya. Dengan demikian peran penting dari quality of work life (QWL) adalah mengubah iklim kerja agar organisasi secara teknis dan manusiawi membawa kepada kualitas kehidupan kerja yang lebih baik

3

Indriyo, Gitosudarmo, dan I Nyoman Sudita, 2000. Perilaku Keorganisasian. Edisi pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta

4

(50)

kerja agar karyawan mampu memotivasi diri dan mengembangkan serta memberi kontribusi yang optimal terhadap pencapaian kinerja organisasi. QWL juga dapat meningkatkan komiunikasi internal dan kelompok, koordinasi, motivasi dan kapabilitas pekerja.

Pada dasarnya, terdapat dua pandangan maksud quality of work life (QWL)5

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kualitas kehidupan kerja (Quality of Work Life) adalah lingkungan kerja yang kondusif di tempat kerja dapat mendukung dan meningkatkan kepuasan kerja karyawan, dengan mengupayakan agar para karyawan memperoleh penghargaan, keamanan kerja, dan memberi kesempatan untuk berkembang.

. Pandangan pertama menyatakan bahwa QWL merupakan serangkaian kondisi objektif perusahaan (perkayaan kerja, kondisi kerja yang nyaman). Pandangan yang lain, dari karyawan, menyatakan bahwa mereka memerlukan rasa aman, puas, dan berkesempatan dapat tumbuh serta berkembang sebagai layaknya manusia. Kedua persepsi ini menunjukkan derajat pemenuhan kebutuhan manusia bertemu, dalam arti bahwa seyogyanya perusahaan memperlakukan karyawan sebagai makhluk hidup, dengan memperhatikan berbagai aspek yang mempengaruhi kemampuannya untuk berkembang dalam perusahaan.

Kualitas kehidupan kerja merumuskan bahwa setiap proses kebijakan yang diputuskan oleh perusahaan merupakan sebuah respon atas apa yang menjadi keinginan dan harapan karyawan mereka, hal itu diwujudkan dengan berbagi

5

(51)

persoalan dan menyatukan pandangan mereka (perusahaan dan karyawan) ke dalam tujuan yang sama yaitu peningkatan kinerja karyawan dan perusahaan.

Kinerja yang baik tentu saja merupakan harapan bagi semua perusahaan dan institusi yang mempekerjakan karyawan, sebab kinerja karyawan ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Tujuan dilakukannya analisis terhadap kualitas kehidupan kerja adalah untuk meningkatkan peran serta dan sumbangan para anggota atau karyawan terhadap organisasi. Karena setiap pekerja ingin diperlakukan sebagai individu yang dihargai di tempat kerja. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan kinerja yang bagus, jika mereka dihargai dan diperlakukan seperti layaknya manusia.

3.2. Produktivitas Kerja

(52)

Macduffie, Sethuraman dan Fisher (1996:335), menyatakan produktivitas6 mencerminkan suatu efisiensi antara output dengan input melalui proses transformasi. Pakar lain yaitu Rowe (1994:364) dalam Abdul Hadi Sirait (2002:76) menyatakan produktivitas7

Produktivitas kerja karyawan tergantung pada besarnya sumber daya manusia yang berupa faktor-faktor produksi dan merupakan ratio perbandingan antara input dan output yang ada dalam organisasi atau perusahaan dimana produktivitas merupakan ukuran efisiensi antara unsur-unsur modal, energi, teknologi, penggunaan ide-ide baru, manajemen dan sumber daya manusia (penempatan) yang digunakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja merupakan kemampuan tiap-tiap pekerja untuk menghasilkan barang atau jasa merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dimiliki. Lebih lanjut Kuriloff dan Hemphil (1993:628-629) dan Abdul Hadi Sirait (2002:76) menyebut produktivitas adalah kuantitas hasil produksi setiap pekerja. Tenaga kerja (labour) adalah orang-orang yang bekerja dengan pikiran dan tenaganya. Prodiktivitas berkenaan dengan cost of labor, supplies, equipment fuel (bahan bakar) dan capital (modal) untuk memproduksi dan mendistribusi barang dan jasa kepada pemakai (develope consumer acceptance an achieve sale).

6

MacDuffie, Paul John, Sethuraman, Kannan dan Fisher L. Maeshall. 1996. Product Variety and Manufacturing Performance: Evidence from the International Automotive Assembly Plan Study. Management Science. Vol. 42. N.3. March, 350-369

7

Sirait Abdul Hadi, 2002. Pengaruh Kemampuan Produksi, Kemampuan Pemasaran,

Karakteristik Bisnis Terhadap Produktivitas, Modal kerja dan Kinerja keuangan pada Industri

(53)

yang biasanya dihitung per jam, per kepala, per mesin, teknologi, organisasi manajemen, syarat-syarat kerja dan faktor lainnya.

Secara teknis menurut Krjewski, Ritzman (2002:23) produktivitas8

Bagi perusahaan, peningkatan produktivitas sangatlah penting yaitu menghasilkan barang dan jasa yang lebih baik dengan biaya per unit yang lebih rendah. Hal ini akan meningkatkan daya saing perusahaan, menunjang perkembangan perusahaan, karena dengan peningkatan produktivitas perusahaan akan memperoleh keuntungan untuk investasi baru.

merupakan suatu perbandingan antara output dengan input. Pengertian efektivitas tidak sama dengan efisiensi, efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai secara kualitas maupun waktu. Jika persentase target yang dapat dicapai semakin besar, maka tingkat efektivitas semakin tinggi atau semakin kecil persentase target dapat dicapai, maka semakin rendah tingkat efektivitas. Pengertian efektivitas, lebih berorientasi pada keluaran sedangkan masalah penggunaan masih kurang menjadi perhatian utama. Jika dihubungkan antara efisiensi dan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi juga meningkat.

8

(54)

3.2.1. Hubungan Antara Keamanan Kerja dengan Produktivitas Kerja

Karyawan9

Wayne (2003:39) mengatakan bahwa keamanan bekerja merupakan kondisi dalam ruangan dimana para karyawan melakukan pekerjaannya. Selanjutnya Ahyari (1985:216) menyatakan10

Lebih lanjut menurut Ahyari

bahwa keamanan kerja adalah kondisi dalam badan usaha dimana karyawan tersebut bekerja. Lebih lanjut Wayne (2003:40) menyatakan keamanan bekerja bagi karyawan merupakan dasar untuk mnngkatkan kinerja yang optimal. Kemampuan inovasi dalam pelaksanaan pekerjaan ataupun dalam bentuk kerja sama lainnya dengan pihak manajemen akan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Produktivitas tidaklah berlangsung secara terus menerus tetapi harus diperbaiki oleh para karyawan agar pekerja dapat bertahan dalam suatu perusahaan. Disisi lain organisasi hanya akan menerima calon pekerja yang memenuhi kualifikasi dan mempertahankan tenaga kerja dalam jumlah yang lebih sedikit namun produktif.

11

9

Wayne, 2003. Managing Human Resources, Productitivity, Quality of Work Life, Sicth Edition. Tata McGraw-Hill.

(1985:216) terdapat 5 faktor yang berpengaruh terhadap keamanan kerja yaitu kecukupan penerangan, suhu udara yang tepat, suara bising yang dapat dikendalikan, penggunaan warna, ruang gerak dalam bekerja. Berdasarkan pengertian tentang keamanan kerja dan faktor-faktor

10

Ahyari Agus,1985. Manajemen Poduksi Perencanaan Sistem Produksi. Edisi Ketiga. BPFE. Yogyakarta.

11

(55)

yang mempengaruhi keamanan kerja seperti dijelaskan diatas dapat diketahui bahwa keamanan bekerja adalah suasana tempat bekerja para karyawan yang mampu meningkatkan kenyamanan kerja dalam melakukan pekerjaan sehingga akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan.

3.2.2. Hubungan Antara Seleksi Penerimaan dengan Produktivitas Kerja

Karyawan

Seleksi penerimaan sering disebut dengan seleksi penerimaan berkaitan dengan pengisian suatu lowongan kerja dalam organisasi. Tan Chwee Hurtm Dereh Torington (1998:208) menjelaskan12

Menurut

bahwa seleksi yang dilakukan suatu perusahaan bertujuan untuk mendapatkan calon karyawan sesuai dengan kualifikasi kebutuhan. Tidak ada satupun metode yang berlaku secara umum untuk melakukan seleksi untuk mendapatkan calon karyawan sesuai dengan kebutuhan.

13

12

Tan Chuee Huat, Dereh Torrington, 1998. Human Resource Management For Southeast Asia and Hongkong. Second Edition. Pearson Education Asia Pte Ltd. Singapore.

Wayne (2003:46) bahwa seleksi penerimaan harus jelas untuk mengetahui kualifikasi calon karyawan yang berarti bahwa banyak hal yang perlu diketahui menyangkut pelamar yang diseleksi, yang kedua perusahaan harus mengetahui dengan pasti kriteria apa saja yang perlu dipenuhi oleh para calon karyawan. Sebagai contoh Shoutheast Airline pekerja untuk posisi penerbang

13

(56)

basis interview adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan calon mengenai tingkat inisiatif, kemampuan dalam mengambil keputusan, kemampuan beradaptasi dan kemampuan untuk belajar. Lebih lanjut Wayne mengatakan bahwa seleksi penerimaan sangat berhubungan dengan produktivitas kerja dan terdapat 5 faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu seleksi yaitu: motivasi kerja, kejujuran, pengalaman, tingkat pendidikan dan kemampuan untuk belajar.

3.2.3. Hubungan Antara Tim Yang Solid dengan Produktivitas Kerja

Karyawan

Menurut14

Dengan menggantikan rekan untuk mengontrol hierarkis, tim mengijinkan menghilangkan lapisan-lapisan dari hierarki dan absorbs tugas yang sebelumnya Wayne (2003:470) tim yang solid serta desentralisasi adalah elemen-elemen dasar dari struktur organisasi. Tim-tim menggantikan control berbasis rekan kerja untuk mengontrol pekerjaan secara hierarkis. Mereka juga membuat semua orang dalam sebuah perusahaan merasa bertanggung jawab untuk pengoperasian dan keberhasilan perusahaan, bukan hanya sebagian orang dalam senior manajemen yang harus bertanggung jawab. Peningkatan kesan tanggung jawab ini mengartikan lebih banyak inisiatif dan usaha pada setiap orang yang terlibat.

14

(57)

dilakukan oleh ahli administrasi. Seperti toko, grosir berantai menjual makanan alamai yang luar biasa sukses, whole food market yaitu dikelola berbasis tim. Perusahaan ini menghubungkan banyak keberhasilannya pada pengaturan. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan adalah dengan membangun kerja tim yang solid. Lebih lanjut Wayne mengatakan bahwa terdapat 5 faktor yang mempengaruhi kerja tim yaitu rasa tanggung jawab terhadap kesuksesan tim, inisiatif, kemampuan untuk bekerjasama, kematangan, tingkat kemmpuan kerja.

3.2.4. Hubungan Antara Pemberian Upah dengan Produktivitas Kerja

Karyawan

Menurut15

15

Tan Chuee Huat, Dereh Torrington, 1998. Human Resource Management For Southeast Asia and Hongkong. Second Edition. Pearson Education Asia Pte Ltd. Singapore.

(58)

akan mendapat gaji jauh lebih rendah dari standar upah yang ditentukan dan dalam menentukan upah seorang pekerja dikaitkan dengan produktivitas pekerja tersebut.

Kemudian menurut16

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian upah mempunyai hubungan dengan produktivitas kerja karyawan. Selanjutnya menurut Tan Chue Huat (1998) dan Wayne (2003) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi pemberian upah yaitu besarnya upah yang diberikan, besarnya self management kesehatan yang diterima oleh karyawan, besarnya self management hari tua yang diterima oleh karyawan, besarnya self management kesehatan yang diberikan kepada keluarga.

Wayne (2003:47) tidak benar hanya industri tertentu yang bisa atau seharusnya membayar gaji tinggi. Home depot telah secara extreme berhasil dan menguntungkan. Perusahaan ini beroperasi dalam limgkungan yang sangat kompetitif dan meskipun dia menekankan pada penentuan harga rendah sehari-hari sebagai sebuah bagian penting dari strategi bisnisnya, perusahaan ini membayar stafnya dengan baik secara komparatif untuk industri retail. Berdasarkan pemberian upah yang tinggi, sehingga para pekerja akan lebih giat dan akhirnya meningkatkan produktivitas.

16

(59)

3.2.5. Hubungan antara Pelatihan Yang Ekstensif dengan Produktivitas

Kerja Karyawan

Yang dimaksud dengan pelatihan yang ekstensif adalah pelatihan yang extensive yang umumnya dilakukan perusahaan ataupun pekerja itu sendiri untuk meningkatkan keterampilan yang memadai, akan mendorong untuk bekerja secara efektif dan efisien. Dengan demikian pelaksanaan training yang extensive berkaitan erat dengan produktivitas kerja karyawan.

Tan Chui Huat (1998:288) mengatakan17

Lebih lanjut Wayne (2003:36) menyatakan

pelatihan merupakan suatu proses untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Pelatihan juga bertujuan untuk merubah perilaku sehingga mereka dapat bekerja lebih efektif. Pelatihan dapat dilakukan untuk semua tingkatan dalam suatu organisasi. Ditingkat pekerja bawahan akan mengajarkan bagaimana cara mengoperasikan suatu mesin secara baik dan benar ataupun menulis suatu laporan kerja.

18

17

Tan Chuee Huat, Dereh Torrington, 1998. Human Resource Management For Southeast Asia and Hongkong. Second Edition. Pearson Education Asia Pte Ltd. Singapore.

pelatihan merupakan sebuah komponen penting dalam upaya meningkatkan kinerja, karena sistem ini bergantung pada keahlian pekerja pada barisan paling depan dan inisiatif untuk mengindentifikasi dan memecahkan masalah-masalah untuk mengawali perubahan dalam metode kerja dan untuk mengambil tanggung jawab bagi kualitas. Menurut Mangkunegara Anwar Prabu (2003:51) terdapat 5 faktor yang

18

(60)

dapat mempengaruhi keberhasilan pelatihan yaitu tujuan pelatihan, kompetensi para pelatih, materi pelatihan, metode pelatihan, persyaratan peserta pelatihan (trainers). Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat diketahui bahwa pelatihan yang ekstensif berkaitan erat dengan produktivitas kerja karyawan.

3.2.6. Hubungan antara Perbedaan Status dengan Produktivitas Kerja

Karyawan

Perbedaan status mempunyai hubungan yang erat dengan produktivitas kerja karyawan sebagaimana dikatakan oleh Wayne19

Sam Walton pendiri Wal-Mart adalah salah satu CEO yang digaji paling rendah di AS. Dia tidak miskin, tetapi dia merasa aman karena dia memiliki saham bagi pegawainya. Memiliki keberuntungan menghasilkan kesan baik dan menurunkan perbedaan status. Lebih lanjut Wayne (2003:47) menjelaskan bahwa (2003:36) yaitu dasar pemikiran fundamental dari system manajemen kinerja adalah bahwa organisasi tampil pada sebuah tingkat yang lebih tinggi ketika mereka biasa untuk memberi ide-ide, keahlian, dan usaha dari semua orang dalam organisasi. Menurunkan perbedaan status yang memisahkan individu dan grup yang menyebabkan beberapa orang merasa lebih sedikit dihargai membantu membuat semua anggota organisasi merasa penting dan berkomitmen.

19

(61)

perbedaan status dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu merasa dihargai, kebebasan dalam memberi gagasan, merasa dipercayai dan merasa diperlukan oleh organisasi

3.2.7. Hubungan antara Berbagi Informasi dengan Produktivitas Kerja

Karyawan

Salah satu faktor dari QWL yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan adalah berbagi informasi. Seperti dikatakan oleh Wayne (2003:37) bahwa20

John Mackey, CEO dari Whole Foods Market’s menyatakan: “Jika anda berusaha untuk menciptakan sebuah organisasi dibutuhkan kepercayaan yang tinggi …sebuah organisasi dimana orang adalah semua untuk satu dan satu untuk semua, sehingga diantara pekerja tidak ada yang perlu dirahasiakan. Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa sharinh informasi memiliki hubungan yang erat dengan produktivitas kerja dan terdapat 5 faktor yamng mempengaruhi

berbagi informasi mengenai keinerja keuangan, strategi dan operasional adalah merupakan salah satu yang terpenting dalam organisasi karena mereka saling percaya dan dipercayai. Pekerja yang terlatih dan yang memiliki motivasi kerja sekalipun tidak akan dapat memberi kontribusi terhadap kinerja organisasi jika mereka tidak mengerti arti pentingnya informasi dan bagaimana cara menafsirkannya demi untuk mningkatkan produktivitas kerja dan kinerja usaha.

20

(62)

sharing informasi dalam upaya meningkatkan produktivitas yaitu kemampuan menciptakan hubungan yang baik, kemampuan untuk membuat suatu keputusan tentang menggunakan informasi, mempercayai setiap informasi, kejujuran dalam memberikan informasi dan memiliki hubungan yang harmonis dengan unit kerja lain.

3.3.

Kondisi kerja di dalam pabrik yang didirikan oleh perusahaan merupakan

faktor yang cukup penting dalam pelaksanaan proses produksi yang dilaksanakan

oleh perusahaan yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan kondisi kerja adalah

kondisi yang dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan

pada pabrik yang didirikan oleh perusahaan. Sejalan dengan pendirian pabrik ini,

manajemen perusahaan selayaknya mempertimbangkan kondisi kerja karyawan

yang tepat sehingga para karyawan perusahaan dapat bekerja dengan baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kerja banyak sekali, terutama

persyaratan teknis dari pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan. Mesin dan

peralatan produksi berikut persyaratan teknisnya akan ikut serta menentukan

kondisi kerja di dalam perusahaan, demikian juga dengan metode pengawasan

karyawan yang dilaksanakan dalam perusahaan akan mempengaruhi kondisi kerja.

Sehingga tujuan untuk merencanakan kondisi kerja dalam perusahaan akan sejalan

21

(63)

dengan tujuan dari perencanaan lingkungan kerja pada umunya, yaitu terdapatnya

tingkat produktivitas karyawan perusahaan cukup tinggi.

Beberapa macam kondisi kerja yang dapat dipersiapkan oleh manajemen

perusahaan adalah penerangan, suhu udara, suara bising, penggunaan warna,

ruang gerak yang diperlukan serta keamanan kerja dalam perusahaan.

Masing-masing jenis kondisi kerja ini perlu dipersipkan dan direncanakan dengan baik

oleh manajemen perusahaan, sehingga diperoleh kenyamanan kerja yang memadai

bagi para karyawan yang bekerja di dalam perusahaan.

Adapun beberapa kondisi kerja tersebut yaitu :

1. Penerangan

Penerangan dalam kondisi kerja adalah cukupnya sinar yang masuk di dalam

ruang kerja masing-masing karyawan perusahaan. Penerangan untuk ruang kerja

merupakan faktor yang cukup penting dalam kaitannya dengan peningkatan

produktivitas kerja dari perusahaan, sehingga para karyawan akan terdorong untuk

bekerja dengan lebih baik dan hasil kerja yang diperoleh perusahaan akan menjadi

lebih baik.

Penerangan yang tidak memadai akan mengakibatkan para karyawan tidak

jelas dalam melihat dan mengamati pekerjaan yang dilaksanakannya, dimana hal

ini akan memperbesar tingkat kesalahan kerja dari para karyawan. Tepat tidaknya

obyek yang dilihat oleh para karyawan juga akan dipengaruhi oleh penerangan ini.

Sehingga semakin jelas bahwa penerangan yang cukup pada tempat kerja

(64)

produktivitas kerja karyawan, perbaikan kualitas kerja dan hasil kerja,

peningkatan keamanan kerja dalam proses produksi serta keberhasilan

[image:64.595.132.496.237.701.2]

pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan.

Tabel 3.1. Tingkat Pencahayaan

Jenis Kegiatan

Tingkat Pencahayaan Minimal (lux)

Keterangan

Pekerjaan kasar dan

tidak terus-menerus 100

Ruang penyimpanan dan peralatan atau instalasi yang memerlukan pekerjaan kontinyu Pekerjaan kasar dan

terus-menerus 200

Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300

Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan

Pekerjaan agak

halus 500

Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor,

pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000

Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus dan perakitan halus Pekerjaan sangat halus 1500 tidak menimbulkan bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin, dan perakitan yang sangat halus

Pekerjaan terinci tidakmenimbulkan 3000 bayangan

(65)

2. Suhu Udara

Suhu udara ruang kerja para karyawan perusahaan akan ikut mempengaruhi

produktivitas kerja para karyawan. Suhu yang terlalu panas bagi para karyawan

perusahaan ini akan dapat menjadi penyebab turunnya gairah kerja para karyawan

tersebut.

a. 49 °C: Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 30° derajat Celcius: aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik.

b. ± 30 °C: Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.

c. ± 24 °C: Kondisi optimum.

d. ± 10 °C: Kelakuan fisik yang extrem mulai muncul.

3. Suara Bising

Di dalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan, maka pada

umumnya akan terdapat suara bising dari mesin dan peralatan produksi yang

digunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Suara bising yang

terus-menerus sebenarnya akan dapat menurunkan kesehatan para karyawan yang

bekerja di dalam perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu penanggulangan

terhadap suara bising ini sangat perlu untuk dipertimbangkan oleh manajemen

(66)

karyawan perusahaan pada khususnya, serta perencanaan lingkungan kerja pada

[image:66.595.114.511.206.711.2]

umumnya.

Tabel 3.2. Skala Intensitas Kebisingan

Kondisi Suara

Desibel

(dB)

Batas Dengar tertinggi

Menulikan

120 Halilintar

110 Meriam

100 Mesin Uap

Sangat hiruk

100 Jalan hiruk-pikuk

90 Perusahaan sangat gaduh

80 Pluit polisi

Kuat

80 Kantor gaduh

70 Jalan pada umumnya

60

Radio Perusahaan

Sedang

60 Rumah gaduh

50 Kantor umumnya

40

Percakapan kuat Radio perlahan

Tenang

40 Rumah tenang

30 Kantor perorangan

(67)
[image:67.595.113.510.145.276.2]

Tabel 3.2. Skala Intensitas Kebisingan (Lanjutan)

Kondisi Suara

Desibel

(dB)

Batas Dengar tertinggi

Sangat tenang

20 Suara daun-daun

10 Berisik

0 Batas dengar terendah

4. Penggunaan Warna

Masalah penggunaan warna di dalam ruang kerja para karyawan perusahaan

pada umumnya belum mendapatkan perhatian dengan semestinya oleh

manajemen perusahaan yang bersangkutan. Pemilihan warna yang cerah atau

yang gelap belum tentu akan menaikkan atau menurunkan produktifitas kerja

para karyawan perusahaan yang bersangkutan.

Pedoman di dalam pemilihan warna yang digunakan di dalam ruang kerja

(68)
[image:68.595.134.517.148.391.2]

Tabel 3.3. Perkiraan Pemantulan Sinar dari Warna yang Digunakan

No Permukaan Warna Pemantulan (+/-)

1 2

3

4

Atap/ langit-langit Dinding atas

Dinding bawah

Dasar tempat kerja

Putih Hijau muda Kuning muda Hijau tua Kuning tua Hijau sedang

75% - 80% 50% - 55%

25% - 35%

30% - 40%

5

Lantai Kuning sedang

... 10% - 20%

Pada dasarnya pemilihan warna yang dilaksanakan oleh manajemen

perusahaan ini mempunyai tujuan untuk dapat lebih memperjelas pengamatan

para karyawan perusahaan tersebut kepada obyek pekerjaanya.

5. Ruang Gerak yang Diperlukan

Agar para karyawan perusahaan ini dapat leluasa bekerja dengan baik, maka

ruang gerak dari para karyawan perlu diberikan di dalam besar ruangan yang

memadai. Pada umumnya di dalam suatu perusahaan tersebut tidak diinginkan

adanya penurunan produktifitas kerja yang dikarenakan oleh terlalu sempitnya

ruang gerak para karyawan atau juga terjadinya pemborosan ruangan di dalam

(69)

3.4. Penentuan dan Penyusunan Variabel

3.4.1. Pengertian dan Macam Variabel

Variabel22

1. Variabel Dependen

adalah segala sesuatu yang dapat memiliki atau mengambil nilai yang berbeda atau bervariasi. Macam-macam variabel akan dijelaskan secara ringkas di bawah ini :

Variabel Dependen yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh nilai variabel lain. Variabel dependen merupakan variabel utama karena fokus investigasi pada umumnya ditekankan pada perubahan yang terjadi pada variabel ini.

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif. Dengan kata lain, varians pada variabel dependen adalah disebabkan perubahan pada variabel independen.

3. Variabel Moderator

Variabel moderator adalah variabel yang turut mempengaruhi hubungan antara variabel dependen dan variabel independen

4. Variabel Intervening

Variabel intervening adalah suatu faktor yang secara teoritis mempengaruhi fenomena yang observasi (hubungan antara variabel dependen dan variabel independen menjadi bersifat tidak langsung) tetapi tidak dapat dilihat, diukur ataupun dimanipulasi.

22

(70)

5. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel independen yang untuk keperluan tertentu dikendalikan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen lain terhadap variabel dependen.

3.4.2. Teknik Penyusunan Skala

Berbagai skala23

1. Skala Nominal

yang dapat digunakan untuk penelitian antara lain adalah sebagai berikut:

Skala nominal adalah sebuah skala yang memungkinkan peneliti mengelompokkan objek ke dalam dua kelompok yang tidak overlapping (mutually exclusive). Seluruh o

Gambar

Tabel 3.1. Tingkat Pencahayaan
Tabel 3.2. Skala Intensitas Kebisingan
Tabel 3.2. Skala Intensitas Kebisingan (Lanjutan)
Tabel 3.3. Perkiraan Pemantulan Sinar dari Warna yang Digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dihasilkan sebuah aplikasi Eco Sampah berbasis android yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang informasi penjualan sampah, pembelian

Menurut Syakir dan Dhalimi (1996), penggunaan setek panjang 5 – 7 ruas tidak efisien dalam penggunaan bahan tanam serta tingkat resiko kematian cukup besar. Penggunaan setek pendek

Menunjukan bahwa penggunaan bahan penolong dalam satu kali produksi setiap harinya berbeda dimana, dalam satu minggu industri ini melakukan proses produksi sebanyak

Pengujian validitas dilakukan dengan meminta pendapat para ahli (judgement expert). Dalam hal ini, setelah instrumen mengenai budaya organisasi dan kinerja pegawai disusun,

Berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti, ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh guru Bimbingan dan Konseling di Kota Mojokerto yakni; (1) kurang

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menginventarisasi jenis-jenis kayu di Kebun Raya Cibodas yang berikut informasi mengenai sifat fisik, mekanik, keawetan alami,

NAMA-NAMA HOTEL BESRETA ALAMAT NYA DI KOTA PALEMBANG 1.. Hotel

Berdasarkan persen hasil isopropil ester yang diperoleh, dapat disimpulkan pada reaksi 24 jam dengan bantuan katalis padatan asam γ-Al 2O3/SO4 2- telah tercapai