Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh
HANI HILYATI UBAIDAH NIM: 1110034000147
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
KAJIAN HADIS TEMATIK SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF
ILMU MEDIS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh
HANI HILYATI UBAIDAH NIM. 1110034000147
Di bawah bimbingan
Pembimbing,
Dr. Atiyatul Ulya, M. Ag. NIP. 197001121996032001
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Nama : Hani Hilyati Ubaidah
NIM : 1110034000147
Fakultas/Jurusan : Ushuluddin/ TafsirHadis
JudulSkripsi : Kajian Hadis Tematik Seputar Bersin: Perspektif Ilmu Medis
Dengankesadarandantanggungjawab yang besarterhadappengembangankeilmuan,
penulismenyatakanbahwa:
1. Skripsiinimerupakanhasilkaryaaslisaya yang
diajukanuntukmemenuhisalahsatupersyaratanmemperolehgelar strata 1 di
FakultasUshuluddin, UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semuasumberyang
sayagunakandalampenelitianinitelahsayacantumkansesuaidenganketentuan yang berlaku
di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudianhariterbuktibahwakaryainibukanhasilkaryaaslisaya,
makasayabersediamenerimasanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayullah.
Jakarta, 16 Oktober 2014
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul KAJIAN HADIS TEMATIK SEPUTAR BERSIN:
PERSPEKTIF ILMU MEDIS telah diujikan di dalam sidang Munāqasyah, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 16 Oktober 2014. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S1)
pada Jurusan Tafsir Hadis.
Jakarta, 16 Oktober 2014
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. M. Suryadinata, MA Jauhar Azizy, MA
NIP. 196009081989031005 NIP. 198208212008011012
Anggota
Dr. M. Isa Salam, M. Ag Drs. Harun Rasyid, M. Ag
NIP. 195312311986031010 NIP. 196009021987031001
i
detik, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam bagi
Rasul terkasih, teladan sekaligus sumber inspirasi bagi umatnya, yakni nabi
Muhammad SAW.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan mendo‟akan sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan pada waktunya. Ungkapan terima kasih ini khususnya penulis sampaikan kepada:
1. Dekan fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, bapak Prof. Dr. Masri
Mansoer, Mag, beserta jajarannya
2. Ketua jurusan Tafsir Hadis, ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M. Ag, beserta
sekretaris jurusan bapak Jauhar Azizy, MA
3. Ibu Dr. Atiyatul Ulya, M. Ag, selaku pembimbing skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktu dan memberikan arahannya dengan sabar hingga skripsi
ini dapat dirampungkan.
4. Seluruh dosen yang telah membukakan jendela keilmuan, menyingkap tabir
ketidaktahuan. Terkhusus bapak Moh. Anwar Syarifuddin, MA dan bapak
Dr. M. Suryadinata, M. Ag, yang senantiasa meluangkan waktu dan selalu
memberikan arahan terhadap persoalan kuliah selama ini, termasuk dalam
proses penyusunan proposal skripsi.
5. Seluruh pegawai TU yang dengan sabar dan ramah membantu penulis selama
menjadi mahasiswa.
6. Pimpinan dan staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah serta
pimpinan staf perpustakaan fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
ii
7. Kedua orang tuaku tercinta, Abi Drs. H. Abu Ubaidah dan Umi Dra. Hj.
Maswah. Yang tanpa bosan memberi semangat, do‟a dan dukungannya
kepada anak perempuan kalian satu-satunya ini. Terimakasih atas setiap do‟a
yang kalian panjatkan, terimakasih atas segala motivasinya. Terima kasih atas
segala bentuk pengorbanan kalian baik dalam bentuk materiil maupun
inmateriil. Maaf baru ini yang dapat kaka persembahkan.
8. Adikku terkasih, Muhamad Sahal Ar-razy, atas perhatian dan do‟anya serta
semangatnya yang sering digaungkan. Moga kau juga sukses di sana.
9. Sodara-sodaraku tersayang, baba-baba, encang-encing, om-tante, khususnya
Yaya Nayla Azma yang telah memperkenalkan penulis dengan kawannya
yang berprofesi sebagai dokter, sehingga bisa membantu untuk penulisan
skripsi, Bilqis Nurul Lathifah yang rela keluar malem beliin nasi goreng,
Ghina Imaniah yang senantiasa menjadi teman berbagi soal skripsi dan
birokrasi UIN, Nadiya Amiriyah yang juga sedang berjuang menuntaskan
skripsinya.
10.My room mate, Ai Popon Fatimah, atas motivasi dan sumbangan
pemikirannya dalam penulisan skripsi ini juga dalam ujian komprehensif dan
dalam ujian-ujian lainnya yang dialami selama menjadi anak kos. Mulai dari
laper tengah malem, sampe keabisan bekal duit mingguan.
11.Kawan-kawan „Para Pencari Dosen‟ yang berjuang bersama demi bisa make
toga bareng-bareng. Ai Popon Fatimah, Syarifatunnisa, Sa‟adatul Jannah,
Annisa, Nur Laely, Noviyanti. Terima kasih udah mau pusing bareng-bareng,
seneng bareng-bareng.
12. Teman „cewek-cewek diberkati‟, Ina Nurjannah yang sudah duluan lulus, Ai
Nur Fatwa dan Dede Rihana yang masih berjuang dengan proposalnya,
semoga bisa cepat menyusul.
13.Teman sekaligus guru, Nurul Hasanah Lc, Aceng Aum Umar Fahmi Lc,
Muhammad Lailu Ramadhana, dan Dani Kamaluddin. Terima kasih sudah
14. Keluarga besar TH ‟10, terkhusus TH-D, Eneng Ima Siti Madihah, Danisi
Salim, Muhammad Ghazali, dan kawan-kawan lain.
15. Kawan KKN MENARA ‟13, Asih Lestari Bintu Jamilah, Yue Cutz, Eristia
Mulyawan, Ahmad Karomain, Rezha Zainuar Pahlevi, serta yang lainnya.
16. Kawan „Viedenskab‟ terkususnya anak-anak „Laughmakers‟ Afifah
Yuliarisna, Ika Irawanti, Achmad Idris Lubis, dan Ahdi Sabilur Rasyad. Yang
ngalah mau maen ke rumah karena selalu ada alasan untuk ga bisa ikut
kumpul.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa segala sesuatu yang dibuat oleh
manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, bila ada saran dan kritik
konstruktif akan diterima dengan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat. Āmīn.
Ciputat, Oktober 2014
Hani Hilyati Ubaidah
iv ABSTRAK
Hadis sebagai sumber kedua milik umat Islam, tentu memiliki kedudukan yang penting sebagai petunjuk dalam setiap sendi-sendi kehidupan umat Islam. Baik yang bersifat ibadah ataupun muamalah. Hadis yang bersifat universal akan selalu sesuai dengan seluruh aspek kehidupan manusia, tidak terbatas ruang dan waktu. Oleh karenanya, perlu ada pengkajian terhadap segala sesuatu yang terdapat di dalam hadis, termasuk makna yang terkandung di dalamnya dan menghubungkannya dengan ilmu-ilmu yang bersifat umum bukan hanya sekedar keagamaan, seperti ilmu medis.
Salah satu contohnya adalah kajian hadis tematik seputar bersin yang dikaitkan dengan
ilmu medis masa kini. Di mana Nabi mengajarkan kepada umatnya untuk mengucap taḥmīd tiap
kali usai bersin karena bersin juga merupakan salah satu nikmat Allah yang nampak kecil namun memiliki dampak yang hebat, karena jika ditinjau dari segi medis, ternyata bersin merupakan salah satu cara tubuh memproteksi diri dari serangan virus ataupun bakteri dan mikroba yang hendak menyerang tubuh. Segala hal yang dirasa asing dan masuk melalui hidung akan dikeluarkan kembali melalui bersin. Melihat kenyataan seperti ini maka akan menjadi sangat jelas bahwa bersin bukanlah sekedar rutinitas biasa yang sering manusia lakukan secara refleks, tapi juga memiliki manfaat yang cukup besar bagi tubuh dan nampaknya inilah hikmah dari
dianjurkannya ber-taḥmīd setelah bersin.
Melihat hadis dari aspek lain di luar hadis itu sendiri menjadi lebih menarik, karena hadis akan terasa tidak satu arah untuk dikaji. Seperti halnya hadis yang mengungkapkan bahwa men-tasmit orang yang bersin hanya disyariatkan cukup sampai tiga kali dan selebihnya tidak
dianjurkan untuk di-tasmit dengan alasan jika sudah lebih dari itu, maka seseorang sedang
terjangkit penyakit. Setelah dikaji melalui ilmu medis, ternyata hal ini berjalan seirama, di mana menurut ilmu medis, jika seseorang bersin secara sering dan berkala itu merupakan salah satu
indikasi bahwa orang itu sedang dalam kondisi tidak baik. Bisa jadi orang itu sedang flu, atau
bisa juga terjangkit renitis alergic ataupun non-alergic dan lain-lain. Sehingga orang yang
sedang menderita seperti itu tidak dianjurkan untuk di-tasmit melainkan lebih dianjurkan
vii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Metodologi Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN MEDIS SEPUTAR BERSIN A. Definisi, Anatomi dan Fisiologi Hidung ... 13
B. Definisi dan Urgensi Bersin ... 17
C. Mekanisme Bersin ... 20
D. Fakta Seputar Bersin ... 21
viii
2. Jantung Serta Kaitannya Dengan Bersin ... 22
E. Bahaya Menahan Bersin ... 22
F. Rinitis ... 24
1. Rinitis Alergi ... 24
a. Pengantar ... 24
b. Penyebab Rinitis Alergi ... 25
2. Rinitis non-Alergi ... 26
a. Rinitis Vasomotor ... 26
b. Rinitis Infeksi ... 27
c. Rinitis Hormonal ... 27
d. Rinitis Gustatori ... 27
BAB III TELAAH HADIS SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF ILMU MEDIS A. Mendoakan Orang yang Bersin Merupakan Hak Sesama Muslim ... 29
B. Etika Bersin Dalam Islam ... 33
1. Adab Bagi Orang Yang Bersin ... 33
a. Anjuran Untuk Memuji Allah Setelah Bersin ... 33
b. Hendaklah Meletakkan Tangan atau Baju ke Mulut dan Merendahkan Suara Ketika Bersin ... 44
ix
2. Non-Muslim Yang Bersin Meskipun Ia Memuji Allah .. 50
3. Orang yang Telah Bersin Lebih Dari Tiga Kali ... 51
4. Orang yang Bersin di Dalam Shalat ... 53
BAB 1V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58
B. Saran-saran ... 59
Daftar Pustaka ... 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis adalah sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur‟an. Dilihat dari
periwayatannya, hadis Nabi berbeda dengan al-Qur‟an. Al-Qur‟an periwayatan semua
ayat-ayatnya secara mutawătir, sedang hadis Nabi, sebagian periwayatannya secara
mutawătir dan sebagian lagi secara ahād. Karenanya, al-Qur‟an dilihat dari segi
periwayatannya mempunyai kedudukan qaţ’ī al-wurūd dan sebagian lagi zannī
al-wurūd, sehingga tidak diragukan lagi orisinalitasnya. Berbeda dengan hadis Nabi
yang berkategori āhād, diperlukan penelitian terhadap orisinalitas dan otentisitas
hadis-hadis tersebut.
Untuk hadis-hadis yang periwayatannya secara mutawātir, diperlukan
pemaknaan yang tepat, proporsional dan representatif terhadap hadis tersebut melalui
beberapa kajian, di antaranya kajian linguistik,1 kajian tematis komprehensif,2 kajian
konfirmatif3 dan kajian-kajian lainnya dalam rangka pemahaman teks hadis tersebut.4
1
Penggunaan prosedur-prosedur gramatikal bahasa Arab mutlak diperlukan dalam kajian ini, karena setiap teks hadis harus ditafsirkan dalam bahasa aslinya.
2
Mempertimbangkan teks-teks hadis lain yang memiliki tema yang sama dengan tema hadis yang dikaji untuk memperoleh pemahaman yang tepat, komprehensif dan representatif.
3
Konfirmasi makna yang diperoleh dengan petunjuk-petunjuk al-Qur‟an.
4
Hadis dapat dipahami secara tekstual dan kontekstual. Tekstual dan kontekstual
adalah dua hal yang saling berseberangan, seharusnya pemilahannya seperti dua
keping mata uang yang tidak bisa dipisahkan secara dikotomis, sehingga tidak semua
hadis dapat dipahami secara tekstual dan atau kontekstual. Di samping itu ada hal
yang harus diperhatikan seperti yang dikatakan Komaruddin Hidayat5 bahwa di balik
sebuah teks sesungguhnya terdapat sekian banyak variabel serta gagasan yang
tersembunyi yang harus dipertimbangkan agar mendekati kebenaran mengenai
gagasan yang disajikan oleh pengarangnya.
Dalam melihat sebuah hadis, kita tidak bisa serta merta langsung meyakini
bahwa hadis tersebut adalah shahih, melainkan kita patut untuk melakukan sebuah
pengkajian kualitas sebuah hadis demi memberikan keyakinan penuh dalam
pengaplikasiannya.
Untuk menentukan kualitas sebuah hadis diperlukan serangkaian penelitian,
selain serentetan metodologi (kaidah) yang digunakan untuk menentukan kualitas
sanadnya, juga digunakan metodologi untuk menentukan kualitas matan, karena
kualitas sanad dan matan tidak selalu sejalan.6 Ada kalanya Sanadnya shahih akan
tetapi matannya mardud. Dengan melakukan penelitian matan dapat diketahui matan
sebuah hadis tersebut maqbul atau mardud. Selanjutnya sebagai hasil akhir akan
diketahui kualitas hadith tersebut secara keseluruhan baik dilihat dari sanad dan
5
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 2
6
3
matannya. Meskipun penelitian hadith tergolong ijtihadi (relatif), namun paling tidak
dapat diketahui proses penentuan kualitas hadis tersebut.
Dalam agama Islam, banyak sekali perintah-perintah yang terdapat di dalam
hadis Nabi, baik itu yang bersifat ibadah maupun muamalah, baik yang bersifat ḥablu
min Allah ataupun ḥablu min al-nãs. Salah satu contoh kongkritnya adalah hadis seputar bersin. Mendoakan orang bersin merupakan hak Muslim atas Muslim lainnya.
Seperti yang tertera pada hadis berikut:
Telah menceritakan kepada kami Yaḥya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ibn
Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibn Ja'far dari Al 'Alla dari Bapaknya dari Abū Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Hak seorang muslim terhadap seorang muslim ada enam perkara. Lalu beliau ditanya; “Apa yang enam perkara itu, ya Rasul Allah?” Jawab beliau: (1) Bila engkau bertemu dengannya, ucapkankanlah salam kepadanya. (2) Bila dia mengundangmu, penuhilah undangannya. (3) Bila dia minta
nasihat, berilah dia nasihat. (4) Bila dia bersin lalu dia membaca tahmid,
doakanlah semoga dia memperoleh rahmat. (5) Bila dia sakit, kunjungilah
dia. (6) Dan bila dia meninggalkan, ikutlah mengantar jenazahnya ke kubur.8
7
Al-Imām al-Ḥāfidz Abī al-Ḥusain bin al-Ḥajjāj al-Qushairī al-Naisaburī, Musnad al-Ṣaḥīḥ al-Mukhtaṣ ar min al-Sunan bi naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ilā Rasūl Allāh, kitab salām, bab min Ḥaq al-Muslim li al-Muslim Rad al-Salām, no. 5, jilid 1 (Riyadh: Dār al-Ṭaubah, 2006 M), h. 1035. Hadis ini juga terdapat di dalam al-Tirmidzi, no 2661; al-Nasa‟i, no. 1912; Abu Daud, no. 43375; Ibn Majah, no. 1423, 1424, 1425; Ahmad bin Hanbal, no. 636, 5103, 7922, 8321, 8334, 8490, 8671, 8973, 10543, 21310; al-Darimi, no. 2519
8
Hadis ini tergolong hadis yang ṣ aḥīḥ. Seperti yang tercantum dalam kitab Subul al-Salām.
Bersin adalah tindakan refleks untuk mengeluarkan udara semi otonom yang
terjadi dengan keras dan secara tiba-tiba lewat hidung dan mulut akibat iritasi di
saluran hidung.9 Bersin atau yang biasa disebut dalam bahasa Inggris dengan
sneezing adalah kegiatan manusia yang hampir rutin dilakukan setiap harinya dan terkadang berada di luar kontrol manusia. Namun demikian, Islam sebagai agama
rahmatan li al-‘ãlamīn tetap memberikan perhatian khusus terhadap hal yang nampak sepele seperti bersin tersebut. Hal ini bisa kita lihat di dalam sejumlah hadis-hadis
Nabi baik yang berada dalam Shahih Bukhari ataupun kitab hadis lainnya. Namun
tentu bersin yang dimaksud bukan bersin karena sakit pilek dan semisalnya.10
Islam telah menganjurkan kepada pemeluknya segala hal yang bisa
mendatangkan kebaikan dan memperingatkan dari segala hal yang bisa
mendatangkan kejelekan. Termasuk dalam hal bersin, syariat ini telah membimbing
kita dengan beberapa adab yang sangat bermanfaat bagi diri orang yang bersin
ataupun orang lain.
Di dalam hadis tersebut ada yang menarik perhatian penulis, ketika mengucap
taḥmīd sebagai bentuk syukur menjadi salah satu tuntutan etik bagi seorang Muslim
yang bersin, sementara Muslim lainnya dianjurkan menjawab dengan mendoakan
orang yang bersin tadi. Bunyi hadis lengkapnya adalah sebagai berikut:
9
Paramita, Kamus Keperawatan, Edisi Kedua, (Jakarta: PT. Indeks, 2013), h. 475
10
5
Telah menceritakan kepada kami Adam bin Iyas telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Maqburi dari Ayahnya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap, apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah, dan kewajiban seorang Muslim yang mendengarnya untuk mendo'akan, sedangkan menguap datangnya dari syetan, hendaknya ia menahan semampunya, jika ia sampai mengucapkan haaah, maka syetan akan tertawa karenanya."
Jika dihubungkan dengan definisi bersin di atas yang mengatakan bahwa bersin
terjadi akibat adanya iritasi yang terjadi di hidung, sedangkan dalam hadis di atas
Nabi justru mengajarkan untuk mengucap taḥmid bukan istighfar ataupun istirja’
setelah bersin. Tentu hadis ini akan nampak bertentangan dengan definisi bersin
tersebut jika dilihat secara sekilas saja.
Bacaan taḥmid seperti yang terdapat dalam Q. S. Al-Fātiḥaḥ ayat 2; ّ ر هدمحلا
نيمل علا , al-ḥamdu yang berarti segala macam pujian dan li Allah yang berarti hanya
semata-mata untuk Allah. Sehingga secara lengkap kalimat alḥamdulillah
mempunyai makna penegasan bahwa “segala macam pujian hakikatnya adalah
11 Muhammad bin Isma‟il Abu „Abdullah al
berasal dari Allah dan untuk Allah”.12
Kalimat ini merupakan ungkapan terima kasih
yang ditunjukkan kepada Allah atas segala nikmat dan anugerah yang diberikan-Nya.
13
Bila hal tersebut diajarkan Nabi untuk diucapkan ketika seseorang bersin, hal ini
mengisyaratkan bahwa dalam bersin terdapat sesuatu yang istimewa sehingga patut
untuk disyukuri. Hal ini mengundang pertanyaan-perrtanyaan dari Rasulullah
tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis merasa tertarik
untuk melakukan sebuah penelitian yang akan digunakan sebagai skripsi dengan
judul KAJIAN HADIS TEMATIK SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF ILMU
MEDIS.
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi masalah dalam skripsi ini berupa:
a. Aspek-aspek esensial apa saja yang terdapat dalam anjuran hadis untuk
mengucap syukur ketika seseorang bersin?
b. Apa Manfaat bersin dari sisi kesehatan, sehingga Nabi menganjurkan
pelakunya mengucap syukur, dan orang lain yang mendengarnya
dianjurkan untuk mengucap “yarḥamukallah”
c. Bagaimana adab ketika bersin dalam Islam?
12
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986), Cet. I, h. 78
13
7
2. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan mengenai judul di atas, maka penulis perlu
untuk melakukan pembatasan pembahasan agar penulisan skripsi ini lebih terfokus,
sistematis, dan tidak melebar. Dalam penelitian ini penulis menjelaskan penelitian
terhadap hadis-hadis tentang bersin yang tertuju pada poin-poin di atas dengan
mengkaji hadis-hadis yang setema.
3. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, perlu perumusan masalah
yang menjadi pokok dalam skripsi ini. Sehingga secara garis besar, yang menjadi
pokok dari skripsi ini adalah bagaimana meninjau hadis seputar bersin dengan
menggunakan pendekatan ilmu medis.
C. Metodologi Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan (library research) dengan
menggunakan sumber-sumber data dari bahan-bahan tertulis dalam bentuk kitab,
buku, majalah dan lain-lain yang relevan dengan topik pembahasan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kajian hadis maudhu‟i.
sehingga kata maudhu’i merupakan lawan kata dari al-raf’u (mengangkat)14. Mustafa
Muslim berkata bahwa yang dimaksud maudhu’i adalah meletakkan sesuatu pada
suatu tempat sehingga yang dimaksud metode maudhu’i adalah mengumpulkan
ayat-ayat yang bertebaran dalam al-Qur‟an atau hadis-hadis yang bertebaran dalam
kitab-kitab hadis yang terkait dengan topik tertentu atau tujuan tertentu kemudian disusun
sesuai dengan sebab-sebab munculnya dan pemahamannya dengan penjelasan,
pengkajian dan penafsiran dalam masalah tertentu tersebut15. Menurut al-Farmawi,
Metode maudhu‟i adalah mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan satu topik
atau satu tujuan kemudian disusun sesuai dengan asbab al-wurud dan pemahamannya
yang disertai dengan penjelasan, pengungkapan dan penafsiran tentang masalah
tertentu tersebut16.
Berdasarkan penjelasan di atas, metode maudhū’i harus memenuhi beberapa
unsur yaitu:
1. Menentukan topik atau judul yang akan dikaji
2. Mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan topik yang telah ditentukan
3. Melakukan pensyarahan atau pengkajian sesuai dengan tema
14
Abȗ al-Husain Ahmad ibn Fāris ibn Zakāriya, Mu’jam Maqāyis al-Lugah (Bairut: Dār al -Fikr, t.th.), vol. 2 h. 218.
15Mustāfā
Muslim, Mabāhis fī al-Tafsīr al-Maudȗ’ī (Cet. I; Damasqus: Dār al-Qalam, 1410 H/1989 M) h. 16.
16
9
4. Memilih salah satu atau seluruh aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis
yang terkait dengan tema.
Sedangkan langkah-langkah pengkajian hadis dengan metode maudhū’i antara
lain dapat dilakukan dengan:
a. Menentukan tema atau masalah yang akan dibahas
b. Menghimpun atau mengumpulkan data hadis-hadis yang terkait dalam
satu tema, baik secara lafaz maupun secara makna melalui kegiatan
takhrij al-hadis
c. Melakukan kategorisasi berdasarkan kandungan hadis dengan
memperhatikan kemungkinan perbedaan peristiwa wurudnya hadis
(tanawwu‟) dan perbedaan periwayatan hadis.
d. Melakukan kegiatan i‟tibar17 dengan melengkapi seluruh sanad
e. Melakukan penelitian sanad yang meliputi penelitian kualitas pribadi
perawi, kapasitas intelektualnya dan metode periwayatan yang
digunakan.
f. Melakukan penelitian matan yan meliputi kemungkinan adanya illat
(cacat) dan syaz (kejanggalan).
17I‟tibar adalah suatu proses yang membandingkan antara beberapa riwayat untuk mengetahui
apakah perawinya itu sendiri meriwayatkan hadis tersebut ataukah ada perawi lain yang meriwayatkannya. Jika ada perawi/sanad yang lain, apakah kedua sanad itu sama di tingkat sahabat ataukah berbeda? Jika sama ditingkat sahabat akan tetapi berbeda ditingkat setelah disebut berarti hadis tersebut ada muta’bi’-nya, jika berbeda ditingkat sahabat maka hadis tersebut ada syahid-nya. Abd Haq ibn Saifuddin al-Dahlawī, Muqaddimah fī Uș ȗl al-Hadīs (Cet. II; Bairut: Dār al-Basyāir al
g. Mempelajari term-term yang mengandung arti serupa
h. Membandingkan berbagai syarah hadis
i. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis atau ayat-ayat pendukung
j. Menyusun hasil penelitian menurut kerangka besar konsep.18
Sumber utama penelitian ini adalah al-Kutub al-Tis'ah yang memuat
hadis-hadis tersebut dengan syarh-nya. Dalam pelacakan dan penelusuran hadis tersebut
dalam al-Kutub al-Tis’ah, penulis menggunakan metode takhrīj hadis dengan
menggunakan kamus hadis melalui petunjuk lafal hadis dengan kitab al-Mu’jam al
-Mufahras li Alfãz al-Ḥadīs dan kata kunci (tema) hadis dengan kitab Miftãh Kunūz al-Sunnah. Di samping itu, digunakan juga jasa komputer dengan program CD Lidwa yang mampu mengakses sembilan kitab sumber primer hadis. Sedangkan sumber
penunjangnya adalah kitab-kitab dan buku-buku yang relevan dengan kajian ini.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu
sebuah metode yang bertujuan memecahkan permasalahan yang ada, dengan
menggunakan teknik deskriptif yakni penelitian, analisa dan klasifikasi.19 Adapun
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan linguistik, dengan analisis pendekatan
ilmu kedokteran untuk mengungkapkan aspek esensial apa saja yang terkandung dari
aktivitas bersin tersebut, selain dari aspek normatifnya.
18
Arifuddin Ahmad, Metode Tematik dalam Pengkajian Hadis. Op.Cit. h. 20-21
19
11
D. Tujuan Penelitian
Dalam setiap tindakan seorang peneliti tentunya mempunyai tujuan tertentu.
Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini penulis mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1. Mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan bersin menjadi satu sajian
yang sederhana dan lebih mudah dipahami oleh pembaca.
2. Membantu memberikan kontribusi serta pemahaman dalam dunia pendidikan.
3. Dalam rangka untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi
Islam (S.Th.I) Fakultas Ushuluddin di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Sistematika Pembahasan
Bahasan studi ini, disusun dalam bab dan sub bab. Adapun sistematika
pembahasan penelitian ini sebagai berikut :
Bab Pertama,Pendahuluan. Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah, sebagai ungkapan inspirasi awal dari penelitian, kemudian pembatasan terhadap
masalah yang tertuang dalam rumusan masalah. Langkah berikutnya menentukan
tujuan dan kegunaan penelitian, kemudian dijelaskan pula tinjauan pustaka sebagai
dijelaskan metode yang digunakan dalam penelitian hadis ini dan diakhiri dengan
rangkaian sistematika pembahasan.
Bab kedua, akan membahas tinjauan medis seputar bersin. Yang meliputi definisi bersin berdasarkan ilmu kedokteran, aspek yang terkandung dalam bersin,
bagaimana mekanisme bersin dapat terjadi, serta penyakit-penyakit yang dapat
disebabkan oleh bersin.
Bab ketiga, akan membahas hadis-hadis seputar bersin dengan menggunakan metode tematik (maudhu‟i). Adapun yang akan menjadi sub bahasan pada bab ini
adalah seputar hadis anjuran mengucap syukur bagi orang yang bersin, hadis tentang
perintah mendoakan orang yang bersin dan bagaimana Islam mengajarkan adab
ketika bersin.
Bab keempat, berisi Penutup, yang meliputi; Kesimpulan, yang berisi jawaban atas pertanyaan yang telah disebutkan dalam perumusan masalah, dan Saran, berisi
13
BAB II
TINJAUAN MEDIS SEPUTAR BERSIN
A. Definisi, Anatomi dan Fisiologi Hidung
Secara anatomi, hidung adalah penonjolan pada vertebrata yang mengandung
nostril yang menyaring udara untuk pernapasan.1 Hidung adalah bagian yang paling
menonjol di wajah dan meskipun tidak mutlak untuk hidup, hidung memiliki banyak
fungsi, di antaranya; hidung adalah organ indera penghidu (penciuman) yang juga
membantu indera pengecapan dengan membedakan ciri makanan. Organ ini juga
membantu mengatur kelembaban udara yang diinspirasi, berfungsi sebagai penyaring
partikel-partikel dari udara inspirasi dan juga berperan dalam resonansi bicara dan
pengaturan aliran udara selama inspirasi2. Meskipun kita dapat bernapas melalui
mulut dan hidung, namun bernapas melalui hidung lebih mudah, berdaya guna dan
menyenangkan.3 Udara yang sangat panas, dingin, dengan kelembaban tinggi atau
rendah dan mengandung polusi berat, diolah terlebih dahulu oleh hidung sehingga
tidak menimbulkan gangguan. Hidung berfungsi pula sebagai panca indera yang
dapat membedakan udara busuk dari yang baik.4
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Hidung, diakses pada 27 Maret 2014, pukul 14:00
2
Brahm U. Pendit, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, vol. 2 Praktik (terj.), (Jakarta: EGC, 2005), cet. I, h. 72
3
Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 95
4
Hidung terdiri dari bagian luar dan bagian dalam. Hidung bagian luar adalah
suatu struktur berbentuk piramid yang terletak di sepertiga tengah wajah. Struktur
hidung manusia terdiri dari tulang, tulang rawan, jaringan fibrosa dan kulit5. Dan fitur
eksternal dari hidung atau jenis hidung tergantung pada tulang dan tulang rawan.
Menurut bentuk dan ukuran hidung manusia, mereka dapat diklasifikasikan ke dalam
jenis yang berbeda seperti Romawi atau bengkok, Yunani atau lurus, Nubia, elang,
pesek, dan pergantian up jenis. Ras manusia dapat diidentifikasi dengan jenis hidung,
misalnya, orang Eropa memiliki panjang, sempit, elevasi besar (ketinggian ujung
hidung di atas bibir), dan vertikal mengatur lubang hidung.
Kerangka hidung juga dibentuk oleh tulang-tulang etmodialis, sfenodialis,
maksilaris, dan frontalis. Hidung internal (bagian dalam) terletak di antara atap mulut
dan dasar kranium dan terletak di sebelah anterior terhadap nasofaring. Udara masuk
ke dalam rongga hidung kanan dan kiri melalui dua lubang hidung (nares)6. Septum
nasalis yang membagi hidung menjadi dua terletak di garis tengah. Septum memiliki
kerangka tulang dan tulang rawan. Tulang rawan membentuk bagian anterior
(kolumela), sedangkan vomer dan lempeng perpendikularis tulang etmoidalis
membentuk bagian atas, bawah dan posterior.7
5
Brahm U. Pendit, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, vol. 2 Praktik (terj.), (Jakarta: EGC, 2005), cet. I, h. 72
6
Daniel S. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia, (Jakarta: Grasindo, tt.), h. 68
7
15
Tepat di pintu masuk lubang hidung terdapat vestibula, yang dilapisi oleh kulit
dan rambut kaku, berfungsi untuk menyaring partikel-partikel agar partikel tersebut
tidak masuk ke dalam paru. Setelah vestibula, lapisan dalam dari bagian interior
hidung sampai ke paru terbentuk dari membran mukosa. Tulang-tulang turbinatus
(konka) dijumpai di dinding-dinding lateral masing-masing rongga. Fungsi utama
tonjolan ini adalah melembabkan dan mengatur suhu udara. Dengan demikian,
tulang-tulang ini memiliki ketebalan dan vaskularisasi terbesar di hidung.
Tulang wajah di sekitar wilayah hidung berisi sinus. Secara anatomis, sinus
adalah rongga udara berongga yang dilapisi oleh selaput lendir (mirip dengan rongga
hidung), dan mereka juga dikenal sebagai sinus paranasal8. Ada empat sub kelompok
sinus, diklasifikasikan berdasarkan tulang yang sinus yang hadir. Mereka frontal,
maksila, ethmoid, dan sphenoid sinus. Di antara keempat sinus, sinus ethmoid
terletak di sekitar area jembatan hidung. Kelainan pada salah satu sinus paranasal
menyebabkan masalah sinus9.
Hidung adalah bagian yang penting dalam melakukan proses pernapasan selain
pangkal tenggorokan (larink)10, batang tenggorokan (trachea)11 dan paru-paru12. Pada
8
Brahm U. Pendit, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, vol. 2 Praktik (terj.), (Jakarta: EGC, 2005), cet. I, h. 74
9
http://www.biologi-sel.com/2013/06/struktur-hidung-manusia.html, diakses pada 27 Maret 2014, pada pukul 16:35
10
Pangkal tenggorokan (larink) adalah bagian yang membesar di bagian atas trakea vertebrata yang pada manusia sering disebut dengan jakun. Lempeng-lempeng tulang rawan dalam dindingnya digerakkan oleh otot untuk membuka dan menutup glotis. M. Abercrombie (dkk.) Kamus Lengkap Biologi, h. 362
11
proses pernapasan, udara yang memasuki hidung mengalami tiga perlakan agar hasil
dari pernapasan tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Perlakuan pertama adalah
penyaringan udara yang dilakukan oleh rambut-rambut halus (silia)13 dan selaput
lendir yang berada di posisi paling depan dalam rongga hidung. Pada bagian ini, bila
ada debu yang masuk akan disapu oleh rambut halus dan keluar dengan udara
pernapasan yang keluar. Tetapi bila hal ini tidak berhasil, maka kotoran tadi akan
dilarutkan oleh lendir hidung yang kemudian menjadi ingus. Kemudian setelah
mengalami penyaringan, suhu udara yang masuk disesuaikan dengan suhu tubuh, hal
ini terjadi di bagian hidung yang berlekuk yang disebut conchae14. Lalu setelah
penyesuaian tersebut, udara lalu diatur kelembabannya.
Jadi, hidung berfungsi untuk melembabkan udara yang dihirup dan sebagai
filter terhadap gas-gas, bahan kimia dan bahan-bahan lain yang berbahaya. Bila bahan
tersebut dapat lolos dan masuk ke saluran napas bagian bawah, akan timbul refleks
membesar untuk memasukkan oksigen lebih banyak ke paru-paru. Wildan Yatim. Kamus Biologi
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), cet. II, h. 834
12
Paru-paru adalah organ pernapasan pada mamalia, reptilia, amphibia, dan burung yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas. Pada mamalia, paru-paru memiliki dua kantong elastis yang dapat dikembangkempiskan sedemikian rupa sehingga udara pernapasan keluar masuk secara terus-menerus. Collins Gem, Kamus Saku Biologi, terj. Nawangsari S. (Jakarta: Erlangga, 1996), cet. I, h. 97
13
Silia atau Rambut getar adalah tonjolan gerak sel yang bergerak atau mengayuh ke satu arah dan kembalinya meliuk rendah. Keseluruhan silia yang menyusun permukaan suatu saluran bergerak berirama yang bila dilihat di bawah mikroskop elektron tampak seperti pada ilalang yang ditiup angin. Pada hewan tingkat tinggi termasuk manusia, silia terdapat pada jaringan epitel selaput yang dimiliki oleh saluran napas dan saluran kelamin. Wildan Yatim, Kamus Biologi, h. 217
14
17
batuk untuk mengeluarkannya. Tetapi bila bahan-bahan tersebut sampai juga di paru,
maka akan menimbulkan radang dan mungkin kerusakan yang menetap15.
Hal-hal yang dapat mengganggu fungsi hidung antara lain:16
Udara sangat kering yang ditimbulkan pemanasan rumah atau pabrik
yang berlebihan
Asap (rokok, dapur, pembakaran sampah, dan lain-lain)
Dekongestan dalam bentuk tetes atau semprot hidung yang berlebihan
infeksi
B. Definisi dan Urgensi Bersin
Bersin adalah tindakan refleks untuk mengeluarkan udara semi otonom yang
terjadi dengan keras dan secara tiba-tiba lewat hidung dan mulut akibat iritasi di
saluran hidung.17 Udara ini dapat mencapai kecepatan 70m/detik (250km/jam).18
Sebenarnya bersin merupakan proses yang normal, karena bersin merupakan reaksi
penyesuaian untuk menyingkirkan ingus yang mengandung partikel atau gangguan
asing dan membersihkan rongga hidung.19 Pada saat bersin, tubuh berusaha untuk
mengeluarkan benda-benda yang dapat menyebabkan iritasi misalnya; bakteri, virus
15
Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 96
16
Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 97
17
Paramita, Kamus Keperawatan, Edisi Kedua, (Jakarta: PT. Indeks, 2013), h. 475
18
Ada pula yang mengatakan bahwa kecepatan bersin manusia mencapai 161 km/jam
19
dan mikroba lain yang berasal dari saluran pernapasan yang keluar melalui mulut dan
hidung bersama butiran-butiran air yang berukuran sangat kecil (diameternya antara
0,5 hingga 5 µm), sekitar 40.000 butir air seperti itu dapat dihasilkan dalam sekali
bersin.20 Hal inilah yang menyebabkan penyebaran influenza.21 Namun sebenarnya
ini bukan hanya gejala penyakit influenza saja, melainkan juga merupakan gejala
penyakit pernapasan (misalnya rhinitis dan salesma).
Pemicu bersin pada satu orang berbeda dengan orang yang lain, demikian pula
dengan volume, intensitas dan gaya bersin yang dikeluarkan.22 Dan biasanya, bersin
bisa juga di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Aliran udara yang masuk akan melewati rongga hidung yang diselimuti
selaput lendir hidung, bila selaput lendir ini terkena dengan bahan-bahan iritan
atau alergen maka akan timbul bersin. Sejumlah faktor iritasi dan dapat
membuat bersin: asap, polusi, jamur, debu, merica, udara dingin, serbuk
sari23, asap atau bau yang kuat, bulu binatang.
2. Bersin bisa juga timbul karena adanya peradangan (rhinosinusitis), benda
asing, infeksi virus atau sebuah reaksi alergi/rhinitis alergi, rhinitis
20
http://id.wikipedia.org/wiki/Bersin, diakses pada 18 Maret 2014, pada pukul 16:00
21
Bellinda Gallagher (ed.), Encyclopedia of Questions and Answers (London: Chancellor Press, 2000), h. 193
22
Hal ini merupakan pendapat dari R. Eccles, Common Cold and Nasal Research Center Cardiff, Inggris http://health.detik.com/read/2014/03/18/123256/2529060/763/9-fakta-menarik-dan-mencengangkan-seputar-bersin--2-?880006fa, diakses pada 13 Maret 2014, pada pukul 17:00
23
19
nonallergic, pembengkakan dan iritasi pada bagian hidung, seperti dari
infeksi.
Peradangan dalam hal ini biasanya adalah berupa sakit flu. Pada saat flu banyak
partikel asing dalam hidung. Sehingga sangat di sarankan, pada saat bersin sebaiknya
menutup hidung dengan saputangan atau tissue. Karena selain mengandung unsur
kesopanan, menutup hidung ketika bersin juga sama artinya menekan menyebarnya
kuman penyakit.
Bersin juga bisa timbul ketika wajah kita terkena cahaya atau sinar.
“Kecenderungan bersin ketika diterpa cahaya benderang disebut photic sneeze. Ini sebuah sifat genetic yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan
dialami oleh antara 18 persen hingga 35 persen penduduk dunia. Bersin terjadi akibat
gerak reflex yang berfungsi melindungi mata (dalam hal ini ketika orang tiba-tiba
masuk ke tempat yang benderang) dan kebetulan hidung tergabung dalam sistem
yang sama.24
Francis Bacon juga mengungkapkan bahwa “Memandang ke arah matahari
sungguh membuat orang bersin. Penyebabnya, bukan karena cahaya matahari
memanaskan hidung; sebab menutup hidung dari terpaan cahaya matahari, walaupun
membuat orang berkedip, akan mengatasinya, akan tetapi penyebabnya adalah cairan
otak yang tersedot turun. Sebab ini akan membuat mata berair, dan cairan yang turun
24
ke mata kemudian turun juga ke hidung, akibat gerak yang disengaja, dan diikuti
dengan bersin, sebaliknya, menggelitik bagian dalam hidung, ternyata bisa
menurunkan cairan ke hidung, dan mata dengan sengaja, karena cairan ini juga air.
Akan tetapi berdasarkan pengamatan, ketika seseorang tiba-tiba ingin bersin,
menggosok-gosok mata sampai penuh dengan air, akan mencegahnya. Alasannya,
cairan yang seharusnya turun ke hidung, dialihkan ke mata.”25
C. Mekanisme Bersin
Udara pernapasan yang telah bercampur dengan berbagai polusi, bakteri dan
virus tentu dapat mengganggu keseimbangan tubuh bila tidak ada usaha pertahanan
tubuh yang mencegah segala macam penyebab gangguan tersebut. Tubuh manusia
telah dirancang sedemikian rupa sehingga bisa dengan otomatis menangkal dan
memerngi benda-benda asing semacam debu, bakteri maupun virus agar tidak
memasuki tubuh. Hidung merupakan salah satu barisan terdepan dalam usaha
pertahanan tubuh ini.26
Dalam hidung terdapat ujung-ujung saraf dari serat nyeri yang ditemukan
dalam membran rongga hidung dan membran mukosa olfaktorius. Ujung-ujung inilah
yang peka terhadap rangsangan bau yang dihantarkan oleh saraf trigeminus27.
25
Francis Bacon Sylva Sylvarum (London: John Haviland for William Lee, 1653) h. 170
26
Belinda Gallagher, Encyclopedia of Questions and Answers, h. 193
27
21
ujung ini juga berperan menimbulkan bersin, imbibisi28 napas dan respon refleks lain
terhadap zat yang merangsang di hidung.29 Pada saat bersin, lidah menutup aliran
udara dan benda-benda asing yang mengganggu tenggorokan digiring ke mulut dan
hidung yang pada akhirnya menghasilkan bersin ketika bereaksi dengan ujung-ujung
saraf pada serat nyeri dalam hidung.30
D. Fakta-fakta Seputar Bersin
1. Ketika Bersin Mata Tertutup
Selama bersin akan terjadi stres yang luar biasa pada tubuh, tekanan udara yang
cukup penting terletak pada mata, tekanan tersebut akan membuat mata merasa tidak
nyaman sehingga secara refleks seseorang akan menutup matanya saat bersin sebagai
bentuk perlindungan. Selain itu adanya dorongan saat seseorang akan bersin
mempengaruhi berbagai organ tubuh termasuk perut, dada, leher dan wajah. Saat
bersin impuls atau rangsangan akan berjalan melalui wajah seseorang yang juga
menyebabkan kelopak mata menutup atau berkedip. Respon ini bersifat otomatis atau
tidak bisa dikontrol.31 Hal ini terjadi demi melindungi saluran air mata dan kapiler
darah agar tidak terkontaminasi oleh bakteri yang keluar dari membran hidung.
28
Imbibisi adalah kecendrungan koloid dan substansi yang membentuk gel-gel koloid untuk menyerap air secara pasif secara pasif bertanggung jawab atas penggembungan organ-organ. M. Abercombie (dkk.), Kamus Lengkap Biologi edisi ke-8, terj. T. Siti Sutarmi dan Nawangsari Sugiri (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 328
29
William F. Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 20, terj. M. Djauhari Widjajakusumah, dkk (Jakarta: EGC, 2002), h. 182
30
Belinda Gallagher, Encyclopedia of Questions and Answers, h. 193
31
2. Jantung Serta Kaitannya Dengan Bersin
Beberapa mitos mengatakan bahwa ketika bersin jantung akan berhenti selama
satu per sekian detik. Namun menurut artikel New York Times, anggapan tersebut
hanyalah mitos belaka. Yang terjadi sebenarnya ketika bersin ialah detak jantung
akan mengalami pelambatan secara alami. Penyebabnya ialah tarikan nafas sebelum
bersin dan stimulasi dari saraf vagus. Meski terjadi pelambatan detak jantung,
efeknya sangat minim sehingga mayoritas orang tidak menyadarinya.
E. Bahaya Menahan Bersin
Jika keinginan bersin terjadi saat sedang terlibat perbincangan serius,
pertemuan penting atau berada di ruang yang sepi, orang lebih suka untuk
menahannya. Sebaiknya jangan menahan bersin karena bisa berbahaya.32
Beberapa orang mencoba menahan bersin dengan cara menekan hidung mereka
sehingga keinginan untuk bersin menjadi hilang. Ternyata menahan bersin justru bisa
menjadi masalah yang serius jika sering dilakukan.
Kecepatan bersin yang dimiliki manusia bisa mencapai 161-250 km/jam,
sehingga jika seseorang menahan untuk bersin maka tubuh harus menahan kecepatan
tersebut secara tiba-tiba. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi fungsi tubuh dan
menyebabkan kuman yang seharusnya dikeluarkan malah masuk kembali.
32
23
“Bersin merupakan kegiatan yang positif karena memiliki fungsi membersihkan
faring (rongga antara hidung, mulut dan tenggorakan) dan ini adalah hal yang baik,
sedangkan menahan bersih justru berbahaya karena bisa menimbulkan beberapa
risiko33
Dr. Roizen mengungkapkan ada beberapa bahaya yang bisa ditimbulkan jika
seseorang menahan bersin yaitu:
1. Menyebabkan patah tulang di tulang rawan hidung
2. Mimisan
3. Pecah gendang telinga
4. Gangguan pendengaran
5. Vertigo
Hal ini karena tubuh berusaha menahan kecepatan dari bersin yang tinggi.
Cedera yang timbul umumnya mempengaruhi struktur bagian dalam kepala.
Emfisema adalah suatu kondisi yang bisa menyerang anak-anak ataupun orang
dewasa, kondisi ini sangat berbahaya dan berpotensi mematikan karena dapat
membatasi pasokan udara. Tanda-tanda yang muncul biasanya wajah atau leher yang
membengkak dan timbul rasa ketidaknyamanan.”Untuk membantu seseorang agar
mudah bersin bisa dengan cara melihat cahaya terang, hal ini dapat merangsang saraf
33
optik yang melintasi jalur pusat bersin. Selain itu iritasi yang terjadi di saraf dekat
pusat bersin juga bisa memicu seseorang untuk bersin,” tambahnya.
Saat seseorang bersin biasanya diikuti oleh keluarnya bakteri atau kuman dari
dalam tubuh. Hal ini berguna untuk menjaga hidung agar tetap bersih, karenanya
seringkali bersin terjadi secara berulang-ulang.34
F. Rinitis
1. Rinitis Alergi
a. Pengantar
Di negara yang memiliki empat musim, kita mengenal penyakit yang biasa
disebut dengan summer cold, hay fever35 atau polinosis. Penyakit ini merupakan
sebuah alergi terhadap serbuk sari yang biasanya terjadi pada musim semi sampai
akhir musim gugur. Gejala dari penyakit ini biasanya berupa bersin-bersin, hidung
dan mata gatal, berair dan sering disertai dengan tenggorokan gatal dan berlendir36.
Ketiga istilah di atas sebenarnya kurang tepat untuk diterapkan. Karena hal
seperti ini lebih dikenal dengan istilah rinitis alergi pada dunia kedokteran. Rinitis
(radang hidung) alergi dapat dibagi pada dua bentuk; yaitu tergantung musim
(musiman) dan yang tidak bermusim atau terjadi sepanjang tahun (perenial). Di
34
http://moomooblogs.wordpress.com/2013/03/17/hindari-enam-bahaya-akibat-menahan-bersin/
35
Sebenarnya istilah hay fever dirasa kurang tepat, karena tidak ada hubungannya dengan hay (jerami) dan tidak pula disertai suhu badan yang meninggi (fever)
36
25
Indonesia sendiri dan di banyak negara, debu rumah, serbuk sari dab spora jamur
disebarkan sepanjang tahun dan karena itulah rinitis ditemukan sepanjang tahun pula.
Rinitis merupakan penyakit alergi yang paling sering terjadi dan ditemukan
pada sekitar 20%-30% dari masyarakat37. Penderita dengan rinitis alergi lebih
cenderung untuk menderita asma38 dibanding mereka yang tanpa rinitis alergi.
Komplikasi yang dapat terjadi pada rinitis alergi ialah infeksi saluran pernapasan,
sinusitis dan polip hidung39. Rinitis ini berbeda dengan pilek biasa yang dapat
menimbulkan panas badan.
b. Penyebab Rinitis Alergi
Rinitis sebagai salah satu penyakit alergi dapat disebabkan oleh debu rumah,
serbuk sari dan spora jamur yang terhirup. Rinitis alergi terjadi pada keluarga
berpenyakit alergi yang sama atau alergi lain seperti asma dan ekzema. Penyebab
rinitis alaergi pada seseorang berlainan satu sama lain. Hal ini bisa diketahui dari
berbagai uji seperti uji tusuk kulit dan pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti
lgE dan alegrannya yang mungkin menjadi penyebab penyakit. Di samping itu,
37
Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 99
38
Asma adalah penyakit paru yang tidak menular dengan ciri-ciri berupa serangan sesak, napas bunyi dan batuk berulang-ulang. Ditimbulkan oleh penyempitan saluran napas yang tidak menetap. Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 116
39
riwayat penyakit dan pengamatan penderita itu sendiri teruta terhadap lingkungannya
juga sangat penting untuk menemukan penyebab penyakit tersebut40.
2. Rinitis non-Alergi
Bila seseorang mengeluh hidung berair atau tersumbat tanpa disertai rasa gatal
atau berin yang sering kali, mungkin ini adalah gejala dari rinitis non-alergi41. Rinitis
non-alergi terdiri dari beberapa macam, di antaranya:42
a. Rinitis Vasomotor
Rinitis vasomotor merupakan sindroma non-alergi yang sering terjadi karena
hal ini dipicu oleh perubahan suhu atau cuaca yang terjadi secara mendadak, paparan
dengan iritan lingkungan seperti asap rokok, bahan pemutih, asap kendaraan
bermotor, pewangi, dan uap cat.43
40
Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 100
41
Perbedaan antara rinitis alergi dan rinitis non-alergi adalah dari rasa gatal atau intensitas bersin yang dialami oleh sang penderita. Jika rinitis alergi disertai rasa gatal pada hidung dan bersin yang sering kali, maka rinitis non-alergi sebaliknya.
42
Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h 103
43
27
b. Rinitis Infeksi
Rinitis karena infeksi dapat dikategorikan akut atau kronis. Contoh yang akut
adalah flu (common cold). Biasanya disebabkan oleh virus dan cendrung menghilang
dalam 7-10 hari dan disertai produk cairan yang jernih.44
c. Rinitis Hormonal
Rinitis hormonal biasanya diinduksi oleh kondisi seperti mensis, ovulasi, hamil,
dan hipotiroidisme.45
d. Rinitis Gustatori
Rinitis gustatori adalah rinitis yang timbul dengan segera dan reaksi lokal
terhadap makanan berbumbu dan alkohol (minuman) yang menimbulkan hidung dan
mata berair. Rinitis gustatori ini memiliki manfaat untuk yang dapat menguntungkan
si penderitanya yakni membersihkan sinus yang sementara.46
44
Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 104
45
Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 105
46
28
BAB III
TELAAH HADIS SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF ILMU
MEDIS
Pada bab III ini, penulis akan menguraikan jawaban atas rumusan masalah yang
telah dipertanyakan pada bab I, yaitu hadis-hadis yang berbicara mengenai bersin
serta bagaimana Islam melalui hadis-hadis mengajarkan para pengikutnya etika
seputar bersin. Dalam penelusuran hadis mengenai tema tersebut, bila ditempuh
dengan metode takhrij al-hadis bi al-lafẓ menggunakan mu’jam al-mufahras dengan
menggunakan kata dasar ‘aṭ asa, ataupun menggunakan metode pencarian awal
matan. Maka akan didapatkan hasil yang bisa disimpulkan kepada tiga poin besar.
Yakni:
1. Mendo‟akan orang yang bersin merupakan hak sesama Muslim. Sebagian
hadis-hadis ini terdapat di dalam; al-Bukhari kitab; nikah no. 71, asyrabah no.
28, adab 124, libas 26; Muslim kitab; salam no. 4, libas no. 3, adab 90;
al-Tirmidzi kitab adab no. 45; al-Nasa‟i kitab iman 13, jenazah no. 53; Ibn
Majah kitab jenazah 1; dan Ahmad bin Hanbal jilid 2 no. 12581.
1
29
2. Apa yang semestinya dilakukan oleh orang yang bersin. Pada poin ini
meliputi beberapa hal:
a. Hendaklah memuji Allah. Hal ini terdapat di dalam al-kutub al-sittah
dengan beragam redaksi. Di antaranya terdapat dalam; al-Bukhari kitab
adab, no. 126, Muslim kitab salam, no. 5, al-Tirmidzi kitab adab, no. 3,
Ibn Majah kitab adab, no. 20.2
b. Menutup mulut dan merendakan suara ketika bersin
3. Apa yang semestinya dilakukan oleh yang mendengar orang lain bersin
A. Mendoakan Orang yang Bersin Merupakan Hak Sesama Muslim
Telah menceritakan kepada kami Yaḥya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ibn
Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibn Ja'far
2
Arnold John Wensinck, Mu’jam Al-Mufahras Li Alfazh al-Hâdits al-Nabawî, (Leiden: Maktabah Barbal 1936). Jilid 4, h. 259
3
dari Al 'Alla dari Bapaknya dari Abū Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Hak seorang muslim terhadap seorang muslim ada enam perkara.
Lalu beliau ditanya; “Apa yang enam perkara itu, ya Rasul Allah?” Jawab
beliau: (1) Bila engkau bertemu dengannya, ucapkankanlah salam kepadanya. (2) Bila dia mengundangmu, penuhilah undangannya. (3) Bila dia minta
nasihat, berilah dia nasihat. (4) Bila dia bersin lalu dia membaca tahmid,
doakanlah semoga dia memperoleh rahmat. (5) Bila dia sakit, kunjungilah
dia. (6) Dan bila dia meninggalkan, ikutlah mengantar jenazahnya ke kubur.4
Hadis ini tergolong hadis ṣ aḥīḥ, karena dilihat dari segi kualitas sanad, hadis
ini memiliki sanad yang bersambung, selain itu para perawinya juga dinilai thiqah
oleh para kritikus hadis. Dari segi kualitas matan, hadis ini tidak bertentangan dengan
hadis lain yang lebih kuat, tidak bertentangan dengan al-qur‟an dan dapat diterima
dengan akal sehat (logika) sehingga hadis ini juga dapat dinilai ṣ aḥīḥ dari segi
matan. Dan pada kesimpulan akhirnya, secara keseluruhan hadis ini dapat
dikategorikan kepada hadis yang ṣ aḥīḥ.
Hadis ini mencantumkan hak seorang muslim terhadap muslim lainnya. Di
antara hak itu terdapat kalimat „bila dia bersin lalu dia membaca tahmid, doakanlah
semoga dia memperoleh rahmat‟. Menurut Ibn Abī Jamrah (699 H) sebagaimana
yang dikutip di dalam Fath al-Bāri5, ia mengatakatan bahwa; sekelompok ulama
mengatakan bahwa hukumnya adalah fardhu „ain (kewajiban individu). Hal ini juga
senada dengan yang dikatakan oleh Ibn Qayyim. Ia mengatakan bahwa “ia telah
disebutkan dengan redaksi yang menunjukkan kewajiban secara tegas, juga dengan
4
Hadis ini tergolong hadis yang ṣ aḥīḥ. Seperti yang tercantum dalam kitab Subul al-Salām.
Sharḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, (al-Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M), cet. II, h. 249
5
31
kata „haq‟ yang mengindikasikan kewajiban. Kata ‘alā yang memberi asumsi kuat
akan kewajiban, serta dengan lafal perintah yang secara hakikatnya adalah wajib.
Ditambah lagi dengan perkataan sahabat „Rasulullah SAW memerintahkan kami‟.”6
Sebagian ulama berpendapat hukumnya fardhu kifayah. Pendapat ini dikuatkan
oleh Abū al-Walid bin Rasyid dan Abū Bakr al-„Arabī serta menjadi pendapat
mazhab Hanafi dan jumhur ulama Hanabilah. Sementara Abd al-Wahhab dan
sekelompok mazhab Maliki mengatakan hukumnya mustahab (disukai), satu orang
mencukupi jama‟ah merupakan pendapat madzhab al-Syafi‟i7. Namun jika kita lihat
dalam kitab Subul al-Salām, dikatakan bahwa hak yang dimaksud di sini adalah
sesuatu yang tidak pantas untuk ditinggalkan dan hukum dari masing-masing hak
tersebut memiliki perbedaan satu sama lain8.
Al-Tasmit memiliki arti berdoa kepada Allah untuk seseorang. Selain itu bisa juga bermakna berdzikir kepada Allah atau mengingat Allah atas suatu kejadian.
Sedangkan yang berkaitan dengan hadis ini dan hadis-hadis yang akan dibahas
selanjutnya adalah mendoakan orang yang bersin, yakni ucapan yang ditujukan
6
Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 671
7
Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 671
8Muhammad bin Isma‟il al
kepada orang lain berupa yarhamukallah. Menurut al-Farisi hal ini diucapkan karena
orang bersin sedang berada dalam kondisi kesedihan dan tidak tenang.9
Kata “Fasammitu” dengan menggunakna huruf sin (س) dan pada hadis yang
lain menggunakan huruf shin (ش), Tsa‟labah berkata, “Dikatakan, sammattul ‘āṭ is
artinya saya do‟akan dirinya semoga mendapatkan hidayah dan memperoleh akhlak
yang lurus.” Ia juga berkata, “Pada asalnya kata tersebut dengan menggunakan huruf
sin hanya saja boleh juga menukarnya dengan huruf shin.”10 Pada dasarnya tashmit
berasal dari shamita-yashmatu yang berarti gembira atas bencana. Sedangkan tashmit
al-‘athas bermakna mendoakan orang yang bersin.11 Jika dilihat secara sekilas, maka kedua pengertian tersebut nampak berlawanan. Akan tetapi, bila melihat hakikat dari
bencana yang berupa bersin, memang sewajarnya jika yang terwujud adalah
kegembiraan karena bersin pada dasarnya adalah nikmat. Sedangkan dijelaskan oleh
Ibn al-Tin bahwa bergembira atas bencana yang dimaksud adalah bencana yang
menimpa setan ketika orang yang bersin memuja Allah.
9
Muhammad bin Mukram Ibn Manzur al-Afriqi al-Misri, Lisan al-‘Arab, juz 2, h. 46
10Muhammad bin Isma‟il al
-Amir al-Ṣan‟ani, Subul al-Salām Sharḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, (al-Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M), cet. II, h. 250
11
33
B. Etika Bersin Dalam Islam
1. Adab Bagi Orang Yang Bersin
a. Anjuran Untuk Memuji Allah Setelah Bersin
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Sulaiman dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dia berkata; "Dua orang laki-laki tengah bersin di dekat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mendo'akan yang satu dan membiarkan yang lain, maka ditanyakan kepada beliau, beliau pun menjawab: "Orang ini memuji Allah, (maka aku mendo'akannya) dan yang ini tidak memuji Allah."12
Telah menceritakan kepada kami Adam bin Iyas telah menceritakan kepada
kami Ibn Abū Dzi`b telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Maqburi dari
Ayahnya dari Abū Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam: "Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap, Apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah, dan kewajiban seorang muslim yang mendengarnya untuk mendo'akan, sedangkan
12
menguap datangnya dari syetan, hendaknya ia menahan semampunya, jika ia
sampai mengucapkan haaah, maka syetan akan tertawa karenanya."13
Bila meninjau perintah untuk mengucap taḥmīd setelah bersin seperti tertera
pada hadis di atas, maka hal ini seolah tidak sesuai dengan kenyataan di masyarakat
bahwa bersin seringkali diduga sebagai penyakit, karena bersin memang seringkali
menjadi tanda awal bahwa seseorang akan terjangkit penyakit seperti influenza.
Seolah hadis ini menganjurkan untuk mensyukuri penyakit yang tengah menyerang
seseorang. Bahkan akan terlihat semakin janggal jika memang dalam keadaan
demikian. Akan tetapi hal ini akan menjadi jelas dan berjalan secara beriringan
apabila hadis tersebut dihubungkan dengan ilmu medis.
Sebagaimana telah diketahui, membaca taḥmid merupakan wujud rasa syukur
atas kenikmatan yang telah dianugerahi Tuhan untuk hamba-Nya, maka hal ini
sebenarnya bukanlah hal aneh ketika diucapkan setelah bersin. Seperti telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa ketika menghirup udara pernapasan melalui
hidung, udara mengalami beberapa perlakuan ketat agar udara yang masuk tersebut
sesuai dengan situasi dalam tubuh manusia. Di hidung yang merupakan benteng
pertahanan pertama manusia dari berbagai macam ancaman gangguan dari luar tubuh,
udara pernapasan disaring terlebih dahulu oleh silla atau rambut-rambut halus dan
selaput lendir dalam hidung agar kotoran-kotoran yang terkandung dalam udara tidak
ikut masuk ke dalam saluran pernapasan, terlebih lagi tidak sampai masuk ke
13
35
paru. Kemudian setelah itu disesuaikan suhu dan kelembabannya sehingga sedingin
atau sepanas apapun udara di luar tubuh tidak mengganggu proses pernapasan dlam
tubuh. Bersin merupakan salah satu kegiatan yang refleks yang sering dan wajar
dilakukan manusia serta merupakan salah satu cara tubuh untuk memproteksi dirinya
sendiri dari benda-benda asing seperti debu dan serbuk sari yang masuk ke dalam
hidung agar tidak berlanjut masuk ke bagian dalam tubuh lebih jauh lagi. Sehingga
benda asing tersebut dikeluarkan melalui bersin dan menyebabkan tubuh terbebas
dari virus, bakteri dan mikroba yang hendak menjangkit ke dalam tubuh sehingga
dikeluarkan melalui mulut dan hidung bersama butiran-butiran air yang sangat
lembut.14Maka dalam hal ini Allah telah „menyelamatkan‟ hamba-Nya dari ancaman
penyakit, khususnya penyakit yang penyebab dan penyebarannya melalui saluran
pernapasan, yang paling ringan seperti pilek atau yang lebih serius, seperti pneumonia
yang disebabkan oleh virus. Hal inilah yang nampaknya menjadi sebab dianjurkannya
mengucap tahmid setelah bersin. Sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat terhindarnya
diri dari penyakit yang hendak menjangkit. Hal ini pulalah yang menimbulkan rasa
empati orang lain atas „selamatnya‟ seseorang dari ancaman serangan penyakit,
sehingga dianjurkan untuk mendoakan orang yang bersin dan mengucapkan taḥmid
dengan mengucapkan yarḥamukallah karena Allah telah melimpahkan rahmat atau
kasih sayang-Nya kepada orang yang bersin tersebut.
14
Makna zahir dari hadis ini memiliki konsekuensi wajib, karena adanya perintah
secara tegas. Akan tetapi al-Nawawi menukil kesepakatan tentang disukainya hal
itu.15 Bahwa hadis-hadis ini hanya mengandung makna bahwa Allah menyukai orang
yang mengucap taḥmid ketika bersin dan orang yang menjawab doa orang yang
bersin, bukan berarti Allah mewajibkan kepada orang bersin untuk mengucap taḥmid
dan menjawab do‟a mereka. Pada 22 hadis semakna dengan yang telah disebutkan di
atas, mayoritas pengucapan taḥmid merupakan suatu perintah, meliputi “falyaqul”,
“qul”, “falyaḥmad” yang terdapat dalam 14 hadis, sisanya menggunakan lafal
“ḥamidallah” terdiri dari 4 hadis, “yaqūlu al-ḥamdu li Allah” terdiri dari 2 hadis, faqālalḥamidallah terdiri dari 1 hadis, dan tanpa adanya perintah secara langsung teriri dari 1 hadis. Sedangkan lafal yang menunjukkan tentang mendoakan orang yang
bersin, menggunakan fi’il amr seperti “walyaqul” sebanyak 10 hadis, dan sisanya
menggunakan kalimat yang menunjukkan pernyataan, seperti lafal “walyarudda,
fayuqālu lahu, qāla lahu, yushammatahu, faqāla lahu”.
Allah membenci menguap karena menguap adalah aktivitas yang menandakan
seseorang banyak makan, yang pada akhirnya membawa pada kemalasan dalam
beribadah. Menguap adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah, terlebih-lebih ketika
pada waktu shalat. Para nabi tidak pernah menguap, dikarenakan menguap adalah
salah satu aktivitas yang dibenci oleh Allah.
15
37
Imam Ibn Hajar berkata, “Imam al-Khathabī mengatakan bahwa makna cinta
dan benci pada hadis di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadis
itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka,
dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap.
Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk
beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan. Bersin bisa menggerakkan orang untuk
bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas.16
Bila ditinjau dari ilmu medis, hal ini cukup beralasan. Karena pada dasarnya
menguap sering terjadi ketika seseorang merasakan kantuk dan lesu yang dapat
menyebabkan terhambatnya aktifitas sehari-hari. Hal ini merupakan suatu gejala
bahwa tubuh dan otak sedang membutuhkan oksigen yang jumlahnya dalam tubuh
sedang menurun karena kurangnya suplai oksigen dari organ pernapasan. Oleh karena
itu, menguap adalah aktifitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut yang
bertujuan memenuhi kebutuhan oksigen tadi dan tidak seperti menghirup napas biasa.
Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung,
maka apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, memungkinkan
ikut sertanya berbagai jenis mikroba dan debu bersamaan dengan masuknya udara ke
16
dalam tubuh. Dengan demikian, hal ini bisa menjadi acuan mengapa Allah menyukai
bersin dan membenci menguap.17
Jika disimpulkan kepada beberapa poin, maka hadis ini memiliki maksud
sebagai berikut:
Orang yang bersin tidak dido‟akan kecuali jika ia memuji Allah
dengan mengucap taḥmid
Mendo‟akan orang yang bersin itu disyari‟atkan bagi orang-orang
yang mendengar seseorang bersin dan mendengar pula ia
memanjatkan pujian yang dipanjatkannya. Jika ada seseorang yang
bersin namun orang lain tidak mendengar ia memuji Allah, maka tidak
ada keharusan bagi orang lain untuk mendo‟akan orang yang bersin
tersebut18
Hadis mengenai anjuran untuk membaca taḥmid setelah bersin dan mendoakan
orang yang bersin memiliki beberapa ide pokok yang terkait dengan beberapa
pembahasan dalam al-Qur‟an. Dalam hadis tentang anjuran untuk mengucap taḥ<