• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara tahun 2013"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

DI DUNIA FANTASI ANCOL, JAKARTA-UTARA TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

IRFAN NURHIDAYAT 108101000007

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

ii

Skripsi, Januari 2014

Irfan Nurhidayat. NIM : 108101000007

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DERMATITIS KONTAK KOSMETIK PADA PENARI STUDIO FANTASI DI DUNIA FANTASI ANCOL, JAKARTA-UTARA TAHUN 2013

(xix + 137 halaman , 14 tabel, 1 gambar, 4 lampiran)

Pemakaian kosmetik yang mengandung bahan kimia dapat menimbulkan efek samping bagi konsumen, salah satunya adalah dermatitis kontak kosmetik (DKK). Penari studio fantasi merupakan salah satu konsumen yang menggunakan kosmetik dalam pekejaannya himgga dapat menimbulkan dermatitis kontak kometik. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada penari studio fantasi diperoleh 8 dari 15 pekerja mengalami dermatitis kontak kosmetik.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan crossectional, yang dilakukan pada bulan Februari-Maret 2013 pada penari studio fantasi di dunia fantasi ancol, jakarta utara. Tujuannya untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak kosmetik pada penari studio fantasi. Sampel penelitian sebanyak 85 pekerja dari 104 pekerja. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi lama kontak, frekuensi kontak, usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat alergi sebelumnya dan personal hygiene. Diagnosis dermatitis kontak kosmetik ditentukan berdasarkan gejala dan anamnesis dokter, variabel personal hygiene didapat melalui observasi sedangkan variabel lainnya didapat menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik dengan uji chi square dan uji maan whitney u.

Hasil penelitian didapat penari studio fantasi yang tidak mengalami dermatitis kontak kosmetik sebesar 38,8 % sedangkan yang mengalami dermatitis kontak kosmetik sebesar 61,2% dimana diantaranya 48,2% mengalami dermatitis kontak kosmetik iritan dan 12,9% mengalami dermatitis kontak kosmetik alergi. Faktor-faktor yang berhubungan diantaranya lama kontak, frekuensi kontak,usia, masa kerja, riwayat alergi dan riwayat penyakit sebelumnya.

Untuk meminimalisir terjadinya dermatitis kontak kosmetik disarankan agar pekerja dapat menjaga kebersihan kulit ketika sebelum dan setelah bekerja, selain itu pekerja juga diharuskan menjaga kelembaban kulitnya hingga kira-kira 60%.

(4)

iii

HEALTH AND SAFETY

Undergraduated Thesis , January 2014

Irfan Nurhidayat . ID Number : 108101000007

FACTORS RELATED TO THE INCIDENT IN COSMETICS CONTACT DERMATITIS DANCE STUDIO FANTASY IN THE DUNIA FANTASI ANCOL, JAKARTA - NORTH YEAR 2013

( xix + 137 pages , 14 tables , 1 image , 4 attachment )

The use of cosmetics that contain chemicals can cause side effects for consumers, one of which is a cosmetic contact dermatitis (DKK). Dancers studio fantasy is one of the consumers who use cosmetics on the job can cause contact dermatitis to cosmetics. The results of a preliminary study conducted in a studio dancer fantasy obtained 8 of 15 workers with contact dermatitis cosmetics.

This research is a quantitative study with cross sectional approach , which was conducted in February-March 2013 at the studio dancer fantasy in a fantasy world Ancol , North Jakarta . The goal is to determine what factors may influence the occurrence of contact dermatitis to cosmetics studio dancer fantasy . The study sample as many as 85 workers of 104 workers . The independent variables in this study include duration of contact , frequency of contact , age , gender , years of service , history of allergy , atopic history , previous history of allergy and personal hygiene . The diagnosis of cosmetic contact dermatitis symptoms and history is determined by a doctor , personal hygiene variables obtained through observation while the other variables obtained using a questionnaire . The data obtained is then performed with the statistical test and the chi square test whitney u maan .

The result is a fantasy studio dancers who did not undergo cosmetic contact dermatitis of 38.8 % while that of cosmetic contact dermatitis was 61.2 % with 48.2 % of them experienced cosmetic irritant contact dermatitis and 12.9 % of cosmetic allergic contact dermatitis . Factors related to such long contact , frequency of contact , age , years of service , history of allergies and previous medical history .

To minimize the occurrence of cosmetic contact dermatitis is suggested that workers can keep the skin clean as before and after work, besides the workers are also required to maintain skin moisture to about 60%.

(5)
(6)
(7)

vi

Nama : Irfan Nurhidayat Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Mei 1990

Alamat : Jalan Budi mulya No. 08 RT 016 RW 007 Kelurahan: Pademangan Barat

Kecamatan: Pademangan Kotamadya: Jakarta Utara

Kode Pos : 14420

Agama : Islam

Golongan Darah : O

No. Telepon : 08999995580

Email : fun_enha@yahoo.com

Riwayat Pendidikan:

1998 – 2003 SDN. 08 petang Jakarta

2003 – 2005 MTs. Darul Arqam Muahammadiyah Garut 2005 – 2008 MA. Darul Arqam muhammadiyah Garut

(8)

vii

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, dengan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pastinya, penyelesaian Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik Pada Penari Studio Fantasi DI Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara Tahun 2013” ini tidak akan terlepas dari peran serta dan dukungan orang-orang terdekat saya yang sudi meluangkan tenaga, fikiran dan waktunya.

1. Terimakasih untuk ayah dan mamah yang selama ini selalu memberikan bimbingan, dukungan moril dan materil serta doa yang selalu dipanjatkan dalam setiap keadaan untuk saya. Semoga Allah selalu melimpahkan Rahmat, Hidayah serta kesehatan untuk ayah dan mama. Amin.

2. Terimakasih untuk kakak saya Arief Kurniawan dan adik saya Rifqi Habibillah yang telah memberikan dukungan dan perhatian selama ini, khususnya dalam pembuatan skripsi ini.

3. Terimakasih kepada Bapak Prof. dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Terimakasih kepada Ibu Febri, SP, M.Si sebagai ketua program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Terimakasih kepada Bapak M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Ibu Iting Sofwati ST. MKKK selaku dosen pembimbing 2 fakultas yang telah memberikan masukan dan bimbingan dengan sabar, sehigga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(9)

viii

8. Terimakasih kepada teman-teman penariku yang berada di StudioFantasi Ancol yang telah mau memberikan waktu dan dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini. Makasih warga Stufan tanpa kalian gak kan jadi ni skripsi. Makasih banyak ya kawan-kawanku.

9. Terimakasih kepada kakakku Shurvieyan Agusta atas nasehat, bantuan dan dukungannya sampai skripsi ini selesai dengan baik. Makasih ya kaka q. 10. Terimakasih kepada sahabat saya Titi Rahmadani yang dah bawel menyuruh

saya cepet-cepet menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga sahabat q si kalong alias Fety Fatimah yang udah mau bareng-bareng menyelesaikan semua tahapanhingga mendapatkan gelar sarjana.

Saya merasa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Tak lupa pula saya ucapkan mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik, saran dan masukan yang membangun saya harapkan agar dapat memperbaiki isi Skripsi ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberkan manfaat pada semua pihak.

Jakarta, Januari 2014

Penyusun

(10)

ix

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GRAFIK ... iv

DAFTAR BAGAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Pertanyaan Penelitian... 8

1.4 Tujuan Kegiatan 1.4.1 Tujuan Umum ... 9

1.4.2 Tujuan Khusus ... 9

1.5 Manfaat Kegiatan 1.5.1 Bagi pengelola ... 10

1.5.2 Bagi Peneliti ... 10

1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 11

1.6 Ruang Lingkup ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Kulit ... 12

2.1.1 Lapisan Epidermis ... 12

2.1.2 Lapisan Dermis ... 13

2.1.3 Lapisan Subkutan ... 15

2.2 Fungsi Kulit ... 16

(11)

x

2.4.1 Definisi Dermatitis Kontak Kosmetik ... 18

2.4.2 Etiologi ... 18

2.3.2.1 Dermatitis Kontak Kosmetik Iritan ... 18

2.3.2.2 Dermatitis Kontak Kosmetik Alergi ... 20

2.4.3 Patofisiologi ... 21

2.4.3.1 Patofisiologi ermatitis Kontak Kosmetik Iritan ... 21

2.4.3.2 Patofisiologi ermatitis Kontak Kosmetik Alergi ... 23

2.4.4 Tanda dan Gejala ... 24

2.4.4.1 Dermatitis Kontak Kosmetik Iritan ... 24

2.4.4.2 Dermatitis Kontak Kosmetik Alergi ... 25

2.4.5 Diagnosis ... 25

2.5 Kosmetika ... 29

2.5.1 Pengertian ... 29

2.5.2 Bahan Kosmetika ... 30

2.5.2.1 Bahan Dasar ... 30

2.5.2.2 Bahan Aktif ... 35

2.5.2.3 Daftar Bahan Pengawet yang Diijinkan ... ...45

2.5.2.4 Daftar Bahan Kosmetik Yang Dapat Menimnbulkan Dermatitis..46

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Kosemetik ... 51

2.5.1 Faktor Langsung ... 51

2.5.1.1 Lama Kontak ... 51

2.5.1.2 Frekuensi Kontak ... 52

2.5.1.3 Bahan Kimia ... 52

2.5.2 Faktor Tidak Langsung ... 53

(12)

xi

2.5.2.4 Jenis Pekerjaan ... 55

2.5.2.5 Riwayat Alergi ... 56

2.5.2.6 Riwayat Atopik ... 57

2.5.2.7 Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya ... 58

2.5.2.8 Tekstur Kulit ... 59

2.5.2.9 Suhu dan Kelembaban ... 59

2.5.2.10 Keringat ... 60

2.5.2 11 Ras ... 60

2.5.2.12 Personal Hygine ... 60

2.5.2.13 Penggunaan APD ... 61

2.6 Kerangka Teori ... 62

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep ... 64

3.2 Definisi Operasional ... 68

3.3 Hipotesis ... 71

BAB IV METODELOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 72

4.2 Tempat dan Waktu ... 72

4.3 Populasi dan Sampel ... 72

4.4 Intrumen Penelitian ... 75

4.4.1 Form Pemeriksaan Dermatitis Kontak Kosmetik ... 75

4.4.2 Daily Activity Recall ... 75

4.4.3 Self Administered Questionaire ... 75

(13)

xii

4.6.1 Data Coding ... 76

4.6.2 Data Editing ... 77

4.6.3 Data Entry ... 77

4.6.4 Data Cleaning ... 77

4.7 Teknik Pengumpulan data ... 77

4.7.1 Analisis Univariat ... 77

4.7.2 Analisis Bivariat ... 77

BAB V HASIL 5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 79

5.1.1 Latar Belakang Studio Fantasi ... ... 79

5.1.2 Sumber Daya Manusia ... 80

5.2.3 Kosmetik yang Digunakan Studio Fantasi ... 81

5.2 Analisis Univariat ... 86

5.2.1 Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 86

5.2.2 Ganbaran Faktor Langsung ... 87

5.2.2.1 Lama Kontak ... 87

5.2.2.2 Frekuensi Kontak ... 88

5.2.3 Gambaran Faktor Tidak Langsung ... 89

5.2.3.1 Usia ... 90

5.2.3.2 Masa Kerja ... 91

5.2.3.3 Jenis Kelamin ... 91

5.2.3.4 Riwayat Alergi ... 91

5.2.3.5 Riwayat Atopik ... 92

(14)

xiii

5.3 Analisis Bivariat ... 93 5.3.1 Hubungan antara Faktor Langsung Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 93 5.3.1.1 Lama Kontak Dengan Kejadian Dermatitios Kontak Kosmetik .. 94 5.3.1.2 Frekuensi Kontak Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik 95 5.3.2 Hubungan Antara Faktor Tidak Langsung Dengan Kejadian Dermatititis Kontak Kosmetik ... 95 5.3.2.1 Usia Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 97 5.3.2.2 Masa Kerja Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 98 5.3.2.3 Jenis Kelamin Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik.... 98 5.3.2.3 Riwayat Alergi Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 99 5.3.2.4 Riwayat Atopik Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik .. 99 5.3.2.5 Riwayat Penyakit Sebelumnya Dengan Kejadia Dermatitis

Kontak Kosmetik ... 100 BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 101 6.2 Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 102 6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Kosmetik ... 106 6.3.1 Hubungan Antara Faktor Langsung dengan Kejadian Dermatitis

(15)

xiv

6.3.2.2 Masa Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 113

6.3.2.3 Jenis Kelamin dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik... 115

6.3.2.4 Riwayat Alergi dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik.. 119

6.3.2.5 Riwayat Atopik dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik..121

6.3.2.6 Riwayat Penyakit Sebelumnya dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 123

6.3.2.7 Personal Hygiene dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik... 126

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 128

7.2 Saran ... 130

7.2.1 Bagi Pekerja ... 130

7.2.2 Bagi Pihak Manajemen ... 130

7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 131

(16)

xv

Tabel 2.2 : Batas Kadaluarsa Beberapa Jenis Kosmetik ... 32

Tabel 3.1 : Definisi Operasional ... 68

Tabel 4.1 : Hasil Perhitungan Sampel ... ... 74

Tabel 4.2 : Pemberian coding ………. 76

Tabel 5.1 : Distibusi SDM Studio Fantasi Di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara Tahun 2013 ... 80

Tabel 5.2 : List Bahan Kimia yang Biasa Digunakan Pada Jenis Produk Kosmetik 81 Tabel 5.3 : Distribusi Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik Pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta – Utara Tahun 2013... 87

Tabel 5.4 : Distribusi Faktor Langsung (Lama Kontak dan Frekuensi kontak) Pada Penari Studio Fantasi Di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta – Utara Tahun 2013 ... 87

Tabel 5.5 : Distribusi Faktor Tidak Langsung (Usia dan Masa Kerja) Pada Penari Studio Fantasi Di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta – Utara Tahun 2013... 89

Tabel 5.6 : Distribusi Faktor Tidak Langsung (Jenis Kelamin, Riwayat Alergi, Riwayat Atopik, Riwayat Penyakit Sebelumnya dan Personal Hygiene) Pada Penari Studio Fantasi Di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta – Utara Tahun 2013 ... 90

Tabel 5.7 : Distribusi Faktor Langsung (Lama Kontak dan Frekuensi Kontak) dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik Pada Penari Studio Fantasi Di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara Tahun 2013... 94 Tabel 5.8 : Distribusi Faktor Tidak Langsung (Usia dan Masa Kerja)

(17)

xvi

Riwayat Atopik, Riwayat Penyakit Sebelumnya Dan Personal Hygiene) dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik

pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara

(18)

xvii

(19)

xviii

(20)

xix

Lampiran 1 : Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

(21)

1 1.1Latar Belakang

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dkk, 2004). Sedangkan definisi kosmetik menurut The Federal Food, Drugs, and Cosmetics Act dalam Harjanti, dkk (2009) adalah subtansi yang diaplikasikan pada tubuh atau bagian tubuh manusia dengan tujuan untuk membersihkan, memperindah, memperbaiki atau mengubah penampilan tanpa merubah stuktur atau fungsinya.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 045/C/ SK/1977 tanggal 22 januari 1977, menurut kegunaannya kosmetik dikelompokkan dalam beberapa golongan Kosmetik terdiri dari golongan kosmetik untuk bayi, mandi, make-up mata, wangi-wangian, rambut, pewarna rambut, makeup (selain untuk mata), kebersihan mulut, kuku, kebersihan badan, cukur dan perawat kulit..

(22)

berupa patch test (PT), photo patch test (FPT), repeated open application test (ROAT) atau use test (Sartono, 1999 dalam Yusfinah, dkk, 2008).

Dalam pemakaian kosmetik di perlukan suatu kewaspadaan akan komponen yang terkandung didalamnya, terutama yang dapat menimbulkan efek samping bagi konsumen. Resiko efek samping meningkat karena pesatnya perkembangan kosmetika saat ini. Salah satunya adalah dermatitis kontak kosmetik (DKK). Oleh karena itu, perhatikan kandungan bahan kimia yang tercantum di kemasan tiap-tiap produk.

Dermatitis Kontak Kosmetik adalah dermatitis yang disebabkan oleh produk atau bahan kosmetik dan bukan oleh obat atau bahan kimia lain non kosmetik (International journal of dermatology, 2003). Gejala klinis Dermatitis kontak

kosmetik dapat berupa kemerahan, perubahan warna kulit, rasa terbakar, pedih dan gatal. Dermatitis kontak kosmetik memiliki beragam manifestasi klinis, yaitu dermatitis kontak iritan (DKI), dermatitis kontak alergi (DKA), dermatitis foto kontak alergi (DFKA), urtikaria kontak, perubahan pigmen, abnormalitas kuku, kerusakan rambut dan eierupsi aknformis. Dermatitis yang sering ditemui adalah dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergi (Orton, 2004).

(23)

ini berkaitan dengan penyakit kanker, kemandulan, dan masalah serius pada hormon. Hal paling membahayakan adalah, para remaja yang mulai menggunakan make up lebih rentan terhadap kerusakan kulit akibat bahan kimia dalam kosmetik.

Adapun Dermatitis Kontak Kosmetik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah pemakaian pelembab, pengharum kosmetik dan pemutih. Berdasarkan laporan selama lima tahun di Swedia terdapat 191 kasus dari 253 jenis kosmetik dengan pelembab, pengharum dan pemutih (International journal of dermatology, 2003). Dan hasi studi di Israel didapatkan 11 dari 360 responden

mengalami Dermatitis Kontak Kosmetik karena krim wajah (Amerika Utara contact Grup Dermatitis, dalam Orton,2004 ), menurut Verallo-Rowell ahli dermatitis kontak menyebutkan 22% dari populasi beraksi terhadap bahan-bahan yang ditemukan dalam kosmetik dan perawatan kulit.

Menurut Prasari (2006) dalam penelitiannya, jenis kosmetik yang banyak digunakan oleh penderita dermatitis kontak adalah facial cream (15,0%), krim pencerah kulit (10,9%), dan pembersih wajah (10,8%). Dan produk yang memberikan hasil pacth test positif adalah facial cream (18,2%), sabun (12,0%) dan shampoo (11,6%).

(24)

alergen kosmetik telah dua kali lipat antara tahun 1990 dan 1998 (Nieslsen, 2001 dalam Prasari, 2006). Dan dijelaskan oleh klinik kulit dan kelamin RS. Dr. Sardjito (2006) allergen yang dapat menimbulkan Dermatitis Kontak Kosmetik salah satunya dari kategori produk pewarna dekoratif, yang didalamnya terdapat pewarna rambut, lipstick, eye shadow dan bedak.

Dengan pemaparan bahan kosmetik yang dapat menimbulkan allergen dari kategori produk pewarna dekoratif tersebut, maka lokasi lesi akibat Dermatitis Kontak Kosmetik, wajah merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena sebesar (46%), bagian tubuh lainnnya diikuti dengan bagian tangan sebesar (15%), seluruh tubuh sebesar (15%), tungkai sebesar (11%), badan sebesar (11%), lengan sebesar (11%) dan kaki sebesar (3%). Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 1: Lokasi Lesi Akibat DKK

(25)

Faktor sensitivitas terhadap pekerja yang menggunakan kosmetik mayoritasnya terdapat pada perempuan dengan perbandingan dengan laki-laki sebesar 3-4:1. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan frekuensi alergi akibat kosmetik perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki sebesar 80% untuk perempuan dan 20% laki-laki (RSUP Dr. Sardjito,2006). Dan berdasarkan penelitian kasus dermatitis kontak kosmetik di klinik kulit dan kelamin RS. Dr. Sardjito pada tahun 2005-2006 adalah 208 kasus (43,6% dari seluruh kasus dermatitis), terdiri dari 182 (38,16%) perempuan dan 26 (5,45%) laki-laki (Sotya Prasari, 2009).

Kejadian dermatitis kontak kosmetik di Spanyol pada tahun 1983 dalam Orton (2004) adalah 3,2% dengan proporsi dermatitis kontak kosmetik 10% dari seluruh kasus dermatitis kontak. Kurang lebih 80% kasus dermatitis kontak kosmetik di Amerika terjadi pada wanita usia 20-60 tahun. Buckley, et al menyatakan bahwa dermatitis kontak kosmetik berkaitan dengan usia dan menyatakan puncaknya pada usia 60-an untuk perempuan dan 70-an untuk laki-laki. Penelitian oleh Nardelli, et al, (2008) menunjukkan puncak usia terjadinya alergi akibat kosmetik adalah dalam rentang 20-39 tahun pada populasi perempuan dan 40-60 tahun pada populasi laki-laki. Pada studi ini puncak alergi populasi perempuan terjadi pada usia 40-59 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan penggunaan produk-produk yang mengandung fragrance yang terdapat dalam kosmetik yang lebih besar pada perempuan dalam

(26)

Pekerja yang mengalami dermatitis kontak kosmetik akan mengalami gatal dan lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak dengan bahan kimia, gejala dapat menjadi akut jika pemakaian kosmetik digunakan terus menerus dan biasanya akan timbul perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai terasa perih bahkan lecet (Crowe, M.A & James W.D, 2001, dalam Sumantri, dkk, 2008).

Penari Studi Fantasi merupakan pekerja yang bergerak di bidang seni dan hiburan yang dikelola oleh Dunia Fantasi, ancol. Dengan total jumlah 104 pekerja yang dijadwalkan dan kegiatan ini dilakukan setiap harinya dengan jam tertentu yang kurang lebih 2-8 jam perharinya. Karena pekerja tersebut berprofesi di bidang seni dan hiburan maka pekerja tersebut tidak dapat dilepaskan dengan pemakaian kosmetik baik itu pria dan wanita merupakan hal yang wajib digunakan. Dengan rutinitas (frekuensi dan lama kontak) yang selalu menggunakan kosmetik tersebut maka akan dapat menimbulkan terjadinya dermatitis kontak kosmetik pada pekerja tersebut.

Walau pada dasarnya insidensi dermatitis kontak kosmetik sulit ditentukan dan insidensi yang dilaporkan hanya sebagian kecil saja. Hal ini disebabkan karena reaksi ringan dan sementara akibat pemakaian kosmetik maka sebagian besar penderita tidak perlu berobat dan hanya menghentikan pemakaiannya. Dan apabila mereka berobat juga kemungkinan tidak terdiagnosa sebagai efek samping kosmetik. Bahkan sama sekali tidak mengganggu jalannya pekerjaan para pekerja tersebut.

(27)

tidak langsung (Usia, jenis kelamin, masa kerja, jenis pekerjaan, ras, tekstur kulit, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit sebelumnya dan pengeluaran keringat serta Personal hygiene).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan januari 2013 dengan cara mengobservasi tempat pekerja maka didapatkan kosmetik yang sering digunakan pada pekerja tersebut dalam kategori produk pewarna dekoratif dengan jenis produk pewarna rambut, lipstick, Eye Shadow dan bedak dengan merk yang sama yang diberikan oleh management Dunia Fantasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari Studio Fantasi, maka peneliti mengambil secara acak 15 pekerja yang berada dalam management Studio Fantasi tersebut, didapatkan 8 dari 15 pekerja mengalami dermatitis kontak kosmetik dan 7 pekerja lainnya tidak mengalami dermatitis kontak kosmetik. Hasil tersebut didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik dan diperkuat dengan pemeriksaan dokter.

1.2Rumusan Masalah

(28)

Dunia Fantasi.. Dengan rutinitas (frekuensi dan lama kontak )yang selalu menggunakan kosmetik tersebut maka akan dapat menimbulkan terjadinya dermatitis kontak kosmetik pada pekerja tersebut.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada 15 orang penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara, didapatkan 8 orang penari studio fantasi mengalami dermatitis kontak kosmetik dan 7 orang tidak mengalami dermatitis kontak kosmetik. Hasil tersebut didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik dan diperkuat dengan hasil pemeriksaan dokter. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis kontak kosmetik pada penari studio fantasi.

1.3Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013?

2 Bagaimana gambaran faktor langsung (frekuensi kontak dan lama kontak) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013?

3 Bagaimana gambaran faktor tidak langsung (Usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit sebelumnya serta Personal hygiene) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi

di Dunia Fantasi Ancol Jakarta Utara tahun 2013?

(29)

5 Apakah ada hubungan antara faktor tidak langsung (Usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit sebelumnya serta Personal hygiene) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari

Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol Jakarta Utara tahun 2013? 1.4Tujuan Penelitian

1.4.1Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta utara tahun 2013.

1.4.2Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kejadian Dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013.

2. Diketahuinya gambaran faktor langsung (lama kontak dan frekuensi kontak) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013.

(30)

4. Diketahuinya hubungan antara faktor langsung (lama kontak dan frekuensi kontak) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013.

5. Diketahuinya hubungan antara faktor tidak langsung (Usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit sebelumnya serta Personal hygiene) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013. 1.5Manfaat Penelitian

1.5.1Bagi Pengelola

Hasil peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman pengelola studio fantasi mengenai penyakit akibat kerja dermatitis kontak yang disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung sehingga pengelola dan para pekerja dapat melakukan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja.

1.5.2Bagi Peneliti

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan dermatitis kontak.

1.5.3Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

(31)

1.6Ruang Lingkup

(32)

12 2.1Anatomi Kulit

Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar dan merupakan pembungkus yang elastis. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5-1,75 m2 dan beratnya sekitar 15% dari berat badan secara keseluruhan dengan tebal rata-rata 1,22 mm diamana daerah paling tebal (66 mm) pada telapak tangan dan telapak kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat didaerah penis ( Rosfanty, 2009).

Anatomi kulit yang utama adalah tersusun dari tiga lapisan; yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.

2.1.1 Lapisan Epidermis

(33)

langerhans yang berfungsi sebagai perlawanan kulit terhadap berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi, Lapisan epidermis itu sendiri terbagi dalam 5 lapisan (dimulai dari lapisan terbawah kelapisan atas). Tersusun dari keratinosit, yang tersusun atas beberapa lapisan, yaitu

1. Lapisan Corneum atau lapisan tanduk yang terdiri dari atas sel-sel tipis melekat satu dengan yang lain. Merupakan barrier tubuh paling luar dan memiliki kemampuan mengusir organisme patogen dan mencegah kehilangan cairan.

2. Lapisan Lucidum yang terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng tanpa inti. 3. Lapisan Granulosum yang terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng dengan

sitoplasma berbatas kasar dan inti terdapat diantaranya, butir-butir kasar ini terdiri dari keratohyalin.

4. Lapisan Spinosum yang terdiri atas beberapa lapisan sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya amitosis.

5. Stratum Basale yang terdiri dari atas sel-sel berbentuk kubis (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).

2.1.2 Lapisan Dermis

(34)

protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut. Folikel rambut dan struktur sekitarnya.

1. Akar Rambut

Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin

akan membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila rambut dicabut.

2. Pembuluh Darah

Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat tumbuh.

3. Kelenjar Minyak (glandula sebasea)

(35)

4. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)

Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki.

5. Serabut Saraf

Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.

Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang memiliki bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat memikat lawan jenis.

2.1.3 Lapisan Subkutan

(36)

epidermis atau melalui muara saluran kelenjar. Fungsi eksresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat. (Juju, blogspot, 2010)

2.2Fungsi Kulit

kulit merupakan organ eksresi tempat pengeluaran keringat, bagian kulit yang berfungsi untuk hal ini adalah bagian kelenjar keringat, hal ini berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, keringat yang dikeluarkan dpat menyerap panas tubuh, untuk mempertahankan panas tubuh agar tetap stabil. Selain sebagai alat eksresi kulit juga berfungsi sebagai berikut.

1. Melindungi tubuh dari panas, kuman, gesekan dari luar dan bahan kimia. Kulit mengandung sejumlah tumpukan lapisan spesifik yang dapat mencegah masuknya bahan-bahan kimia yang terutama disebabkan adanya lapisan tipis lipida pada permukaan, lapisan tanduk dan lapisan Malpighi. Selain itu kulit meupakan banteng yang dikelilingi penuh dengan musuh yang selalu siap menerobos kulit jika ada bagian banteng tersebut yang terbuka. Jika ada yang terbuka dana ada kuman maupun bahan kimia yang masuk kealam banteng tersebut akan menyebabkan berbagai jenis penyakit seperti jerawat dan bisul termasuk dermatitis kontak.

(37)

panas tubuh tidak mudah menghilang sehingga darah dapat terlindungi. Dalam hal ini kelenjar kerigat pun menutup rapat untuk mencegah pembentukan keringat. Dan dalam keadaan sebaliknya kulit dan kelenjar keringat akan terbuka hingga darah dapat mengalir ke kulit dengan tujuan untuk didinginkan oleh udara disekitarnya, itulah sebabnya kulit tampak memerah saat kepanasan. 3. Mengatur pengeluaran air. Kulit dapa mengontrol kehilangan air dalam tubuh,

karena jika tubuh kehilangan air secara berlebihan maka akan membahayakan tubuh.

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Untuk merasakan rasa nyeri gatal, panas, dingin, rabaan dan tekanan. Pengaturan suhu tubuh, kulit melakukan fungsi ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit. Pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basale epidermis. Pembentukan vitamin D, dengan bantuan sinar matahari, pro vitamin D diubah menjadi vitamin D. Fungsi keratinisasi, keratinosit dimulai dari sel basale mengadakan pembelahan, sel basale yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum. 2.3Dermatitis Kontak

2.3.1 Pengertian Dermatitis Kontak

(38)

Penyakit kulit akibat kerja adalah keadaan abnormal dari kondisi kulit karena adanya kontak dengan substansi atau berhubungan dengan proses yang ada di lingkungan kerja. Penyakit kulit okupasi merupakan masalah besar untuk kesehatan masyarakat karena efeknya yang sering kronik dan memiliki pengaruh yang besar terhadap keadaan ekonomi masyarakat dan para karyawan.

2.3.2 Dermatitis Kontak Kosmetik

2.3.2.1Definisi Dermatitis Kontak Kosmetik

Dermatitis Kontak Kosmetik adalah dermatitis yang disebabkan oleh produk atau bahan kosmetik dan bukan oleh obat atau bahan kimia lain (Internationa journal of dermatology, 2003). Gejala klinis dermatitis kontak kosmetik dapat berupa kemerahan, perubahan warna kulit, rasa terbakar, pedih dan gatal. Dermatitis kontak kosmetik memiliki beragam manifestasi klinis, yaitu dermatitis kontak iritan (DKI), dermatitis kontak alergi (DKA), dermatitis foto kontak alergi (DFKA), urtikaria kontak, perubahan pigmen, abnormalitas kuku, kerusakan rambut dan erupsi akneiformis. Dermatitis yang sering ditemui adalah dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi (Widhyasti dkk, 2008).

2.3.2.2Etiologi Dermatitis Kontak Kosmetik Iritan

(39)

Dermatitis kontak Iritan termasuk dermatitis yang memiliki proses kejadian yang cepat dan sesaat setelah terjadi kontak dengan zat atau benda yang merusak kulit dan cenderung tidak ada proses pencetus alergi seperti pada dermatitis kontak alergi, dan langsung terjadi sejak kontak pertama.Makin lama zat atau benda tersebut menempel di kulit, maka akan semakin berat dermatitis yang terjadi. Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, vehikulum, serta suhu badan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak, kekrapan (terus meneru atau berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeable, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban udara juga berpengaruh (Prasari,2006).

(40)

2.3.2.3Etiologi Dermatitis Kontak Kosmetik Alergi

Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap bahan-bahan kimia yang kontak dengan kulit dan dapat mengaktivasi reaksi alergi (WHO,2005). Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit (Djuanda, 1987).

(41)

Tabel 2.1

Alergen yang Menimbulkan DKA

Kategori produk Jenis Produk ntes npos

Perawatan Kulit Facial Cream 96 (15,0%) 41 (18,2%)

Pewarna Dekoratif Pewarna Rambut 19 (3%) 10 (4,4%)

Lipstik 28 (4,4%) 14 (6,2%)

Ket: ntes : jumlah produk kosmetik yang diujikan

Npos : jumlah produk kosmetik yang memberikan hasil PT positif Sumber: Klinik Kulit dan Kelamin RS. Dr. Sardjito Yogyakarta, 2005-2006

2.3.2.4Patofisiologi Dermatitis Kontak Kosmetik Iritan

(42)

kimia mungkin merusak sel dermal secara langsung dengan absorpsi langsung melewati membrane sel kemudian merusak system sel.

Mekanisme kedua, setelah adanya sel yang mengalami kerusakan maka akan merangsang pelepasan mediator inflamasi ke daerah tersebut oleh sel T maupun sel mast secara non-spesifik. Misalnya, setelah kulit terpapar asam sulfat maka asam sulfat akan menembus ke dalam sel kulit kemudian mengakibatkan kerusakan sel sehingga memacu pelepasan asam arakidonat dari fosfolipid dengan bantuan fosfolipase. Asam arakidonat kemudian dirubah oleh siklooksigenase (menghasilkan prostaglandin, tromboksan) dan lipoosigenase (menghasilkan leukotrien). Prostaglandin dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah (ehingga terlihat kemerahan) dan mempengaruhi saraf (sehingga terasa sakit); leukotrien meningkatkan permeabilitas vaskuler di daerah tersebut (sehingga meningkatkan jumlah air dan terlihat bengkak) serta berefek kemotaktik kuat terhadap eosinofil, netrofil, dan makrofag. Mediator pada inflamasi akut adalah histamine, serotonin, prostaglandin, leukotrien, sedangkan pada inflamasi kronis adalah IL1, IL2, IL3, TNFα2. Reaksi ini

bukanlah akibat imun spesifik dan tidak membutuhkan pemaparan sebelumnya agar iritan menampakan reaksi.

(43)

asam dan basa tampaknya menghasilkan keparahan yang reaksi inflamasi yang sedang dan parah. Iritan yang lebih ringan, seperti detergen, sabun, pelarut mungkin membutuhkan pemaparan yang banyak untuk mengakibatkan dermatitis. Selain itu, faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban atau perekaan basah dapat berpengaruh (Crowe, M.A & James W.D, 2001, dalam Sumantri, dkk, 2008).

2.3.2.5Patofisiologi Dermatitis Kontak Kosmetik Alergi

Dermatitis Kontak Alergi merupakan reaksi inflamasi pada dermal akibat paparan allergen yang mampu mengaktifasi sel T, yang kemudian migrasi menuju tempat pemaparan. Tempat pemaparan biasanya daerah tubuh yang kurang terlindungi, namun allergen uroshiol yang terbawa dalam partikulat asap rokok mampu mempengaruhi tempat-tempat yang secara umum terlindungi. Selain itu, urosiol dapat aktif lama hingga 100 tahun, Penampakan dermatitis kontak alergik biasanya tidak langsung terlihat pada daerah tersebut sesaat setelah pemaparan karena allergen melibatkan reaksi imunologis yang membutuhkan beberapa tahap dan waktu.

(44)

urushiol secara cepat (10 menit) masuk melewati kulit dan berikatan dengan protein permukaan sel langerhans di epidermis dan sel makrofag di dermis. Sell langerhans kemudian member sinyal kepada sel limfosit mengenai informasi antigen kemudian sel limfosit berproloferasi menghasilkan sel T limfosit tersensitisasi.

Setelah sistem imun tersensitisasi, maka dengan pemaparan selanjutnya akan menginduksi hipersensitifitas tertunda tipe IV, yang merupakan reaksi yang dimediasi oleh sel dan membutuhkan waktu 24-48 jam atau lebih. Dermatitis yang tertangani dan tidak tertangani, secara alami akan sembuh dalam 10-21 hari, karena adanya sistem imun. (Crowe, M.A & James W.D, 2001, dalam Sumantri, dkk, 2008)

2.3.2.6Tanda dan Gejala Dermatitis Kontak Kosmetik Iritan

(45)

Dermatitis kontak iritan ini gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa dibandingkan dengan tipe dermatitis kontak alergi (Partogi,2008)

2.3.2.7Tanda dan Gejala Dermatitis Kontak Kosmetik Alergi

Penderita dermatitis kontak alergi pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48 jam, bahkan sampai 72 jam. 2.3.2.8Diagnosis

(46)

dan biasanya dokter memeriksa IgE dan Eosinofil untuk membedakan tipe alergi dengan yang tipe iritan.

“Patch test” adalah cara uji klinis untuk menentukan , apakah

suatu bahan kimia bersifat sensitizer atau tidak. Terdapat banyak cara untuk melakukan “patch test”. Patch test dapat digunakan sebagai alat diagnostik ataupun preventif. Sebagai alat diagnostik, bahan dalam konsentrasi sangat rendah dibiarkan kontak dengan kulit dan ditutup dengan plester. Bila penderita peka, timbullah tanda kelainan di kulit.

Sebagai alat preventif dimaksudkan untuk menguji suatu bahan yang akan diproduksi oleh suatu industri, apakah bahan itu bersifat sensitizer atau tidak. Untuk maksud tersebut bahan dalam kadar rendah dibiarkan kontak dengan kulit dan ditutup dengan plester untuk kira-kira 5 hari. Lalu plesternya dibuka dan bahannya dibersihkan sekali. Biarkan dahulu untuk waktu 10 hari. Kemudian bahan yang sama dikontakkan pula di kulit. Bila reaksi timbul, berarti bahan itu sensitizer.

Demikian pula faktor psikis tidak jarang menimbulkan kesulitan dalam menegakkan diagnosis dermatitis akibat kerja ataukah suatu kelainan yang latar belakangnya penyakit psikosomatis. Untuk mengatasi hal demikian kadang-kadang diperlukan konsultasi kepada psikiater (Suma’mur, 2009). Menurut Depkes (2008) langkah-langkah diagnosa

(47)

1. Anamnesis

Pertanyaan tersebut memuat riwayat perjalanan penyakit, antara lain : a) Waktu kejadian

b) Lokasi kelainan c) Adanya rasa gatal d) Perbaikan selama cuti

e) Pengobatan yang telah didapat f) Riwayat pekerjaan terdahulu g) Hobi atau pekerjaan sambilan

h) Riwayat penyakit terdahulu atau riwayat penyakit keluarga

Dalam penelitian ini, dermatitis kontak yang terjadi berhubungan dengan pekerjaan seseorang, untuk itu dalam anamnesis perlu riwayat paparan saat kerja dan bukti yang jelas adanya agen penyebab dalam bahan yang ditangani oleh karyawan. Untuk memastikan bahwa dermatitis kontak tersebut akibat kerja, Mathias mengusulkan bahwa harus ditemukan minimal empat dari tujuh criteria di bawah ini :

1) Apakah gambaran klinis sesuai dengan dermatitis kontak?

2) Apakah ada paparan terhadap iritan atau alergen kulit yang potensial pada tempat kerja?

(48)

4) Apakah hubungan waktu antara paparan sesuai dengan dermatitis kontak?

5) Apakah paparan non-pekerjaan telah disingkirkan sebagai penyebab yang mungkin?

6) Apakah menghindari paparan memberikan perbaikan pada dermatitisnya?

7) Apakah uji tempel atau uji provokasi melibatkan suatu paparan pada tempat kerja yang bersifat spesifik? (Aditama dalam Adilah, 2012) 2. Pemeriksaan fisik

Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan tubuh secara menyeluruh. Tanda dan karakteristik untuk penyakit dapat terlewatkan tanpa pemeriksaan seluruh bagian tubuh secara teliti.

3. Pemeriksaan penunjang

Berbagai macam pemeriksaan penunjang diagnosis diperlukan sesuai dengan jenis penyakit kulit yang diderita. Misalnya uji tempel (patch test) untuk dermatitis kontak di tangan sebagai akibat reaksi tipe cepat, pemeriksaan kerokan kulit tangan dengan KOH 20% dan kultur pada agar Sabouraud untuk jamur kulit, dan biopsi yang digunakan terutama untuk menyingkirkan diagnosis lain, misalnya psoriasis. 4. Kunjungan tempat kerja (plant visit)

(49)

2.4Kosmetika

2.4.1 Pengertian Kosmetika

Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.. (Depkes RI, Undang-undang tentang Kosmetika dan Alat Kesehatan, 1976)

(50)

2.4.2 Bahan Kosmetika

Bahan kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang berasal dari alam dan atau sintetik yang merupakan komponen kosmetik. Maksud dan tujuan adanya peraturan bahan kosmetik antara lain bahwa kosmetik yang beredar di wilayah Indonesia harus menggunakan bahan kosmetik yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu danmanfaat. Di dalam peraturan ini tercakup daftar bahan kosmetik yang dilarang digunakan sebagai bahan kosmetik, daftar bahan yang diizinkan digunakan dalam kosmetik dengan pembatasan dan persyaratan penggunaan, daftar bahan pewarna yang diizinkan digunakan dalam kosmetik, daftar bahan pengawet yang diizinkan digunakan dalam kosmetik, dan daftar bahan tabir surya yang diizinkan digunakan dalam kosmetik.

2.4.2.1Bahan Dasar Kosmetika

(51)

1. Solvent (Pelarut)

Solvent atau pelarut adalah bahan yang berfungsi sebagai zat pelarut seperti air, alkohol, eter, dan minyak. Bahan yang dilarutkan dalam zat pelarut terdiri atas 3 bentuk yaitu padat (garam), cair (gliserin) dan gas (amoniak).

2. Emulsier (Pencampur)

Emulsier merupakan bahan yang memungkinkan dua zat yang berbeda jenis dapat menyatu, misalnya lemak atau minyak dengan air menjadi satu campuran merata (homogen). Emulgator, umumnya memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan antara dua cairan (surfactant). Contoh emulgator yaitu lilin lebah, lanolin, alcohol atau ester asam-asam lemak.

3. Preservative (Pengawet)

(52)

digunakan lagi. Batas kadaluwarsa beberapa jenis kosmetik, sejak kemasan dibuka dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2

Batas Kadaluwarsa Beberapa Jenis Kosmetik

Jenis Kosmetik Masa Pakai Jenis Kosmetik

Krim dan Cairan

Pelembab, Liquid Foundation, Susu/Krim Pembersih

1 Tahun

Berbau, berlendir, berunah warna,

Dapat bertahan lama jika tidak terkontaminasi.

Apabila kuas atau spons yang digunakan kotor, produk akan mudah

terkena jamur. Pensil

Pensil Mata, Pensil Alis, dan Pensil Bibir

1 Tahun Ujung pensil keras dan pecah

Kosmetik Bibir

Lipstick, Lipgloss, Lipbalm, Lipcare, Lip moisturizer

1 Tahun

Berbau, Mengering, Membuat bibir

kering dan gatal

4. Adhesive (Pelekat)

(53)

5. Astringent (Pengencang)

Merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya untuk mengerutkan dan menciutkan jaringan kulit. Bahan pengencang biasanya menggunakan zat-zat yang bersifat asam lemah dalam kadar rendah, alkohol dan zat-zat khusus lainnya.

6. Absortent (Penyerap).

Bahan penyerap mempunyai daya mengabsorbsi cairan, misalnya kalsium karbonat dalam bedak yang dapat menyerap keringat di wajah.

7. Desinfektan

Desinfektan berguna untuk melindungi kulit dan bagian-bagian tubuh lain terhadap pengaruh-pengaruh mikro-organisme. Desinfektan dalam kosmetika sering menggunakan ethyl alkohol, propilalkohol, asam borat fenol dan senyawa-senyawa amonium kuaterner. Bahan dasar yang paling banyak digunakan dalam kosmetika adalah lemak, air, alkohol dan serbuk. Lemak sebagai bahan dasar kosmetika berfungsi untuk :

(54)

b. Lemak memiliki sifat pembasah (wetting effect) bagi keratin, sehingga dapat berguna untuk pemeliharaan elastisitas kulit dan mempertahankan kulit agar tetap lembut dan halus.

c. Lemak dapat melarutkan kotoran-kotoran seperti sisa-sisa make-up, oleh sebab itu baik digunakan dalam preparat pembersih. d. Jenis lemak tertentu seperti lemak hewani, nabati dan malam

mudah diabsorpsi oleh kulit, sehingga merupakan bahan dasar yang baik untuk bahan-bahan aktif masuk ke dalam kulit.

(55)

alkohol 20-40 % (skin freshener, face tonic, astringent) atau surfactant (sabun, deterjen).

Alkohol merupakan bahan pelarut organik dalam kosmetika, seperti halnya eter, aseton, dan kloroform. Bahan-bahan tersebut cenderung dapat menimbulkan reaksi iritasi pada kulit. Pemakaian alkohol dalam jumlah yang dibolehkan (aman) untuk kosmetika adalah alkohol 20-40 % dengan bahan dasar air. Tujuan pemakaian alcohol tersebut adalah untuk :

1. Meningkatkan permeabilitas kulit pada air.

2. Mengurangi tegangan permukaan kulit sehingga meningkatkan daya pembasah air.

3. Meningkatkan daya pembersih preparat terhadap kotoran yang berlemak.

4. Bersifat sebagai astringent dan desinfektan. 2.4.2.2Bahan Aktif Kosmetika

Bahan aktif yang sering ditambahkan ke dalam kosmetika antara lain vitamin, hormon ekstrak tumbuh-tumbuhan dan hewan, asam alpha hidroksil (AHA), merkuri, tretinoin, hidrokinon, dan hidrogen peroksida.

(56)

mempertahankan kondisi kulit agar tetap baik dan mampu mencegah timbulnya kelainan pada kulit akibat proses usia, pengaruh lingkungan dan sinar matahari. Kosmetika menurut penggunaannya dibagi menjadi kosmetika untuk memelihara, merawat dan mempertahankan kulit, serta kosmetika untuk mempercantik wajah yang dikenal dengan kosmetika tata rias.

(57)

atas dasar kadar enzim fofatase yang dikandungnya. Untuk menjamin khasiat kosmetiksari placenta, kadarnya di dalam kosmetika sekurang-kurangnya harus mencapai 3 - 5 persen. Sari placenta bermanfaat untuk meningkatkan peredaran darah lokal, merangsang metabolisme kulit, memperbaiki kekenyalan serabut-serabut jaringan ikat, merangsang pernafasan kulit, mampu memperbaiki elastisitas kulit, mengurangi tanda-tanda penuaan dan menjadikan kulit awet muda (anti ageing), mengurangi pigmentasi dan flek-flek hitam pada wajah, memutihkan dan menghaluskan kulit, menjadikannya tampak segar dan lembut.

2. Sari embrio diperoleh dari telur ayam yang sudah dibuahi, air ketuban lembu dan serum lembu yang diperoleh dari lembu hamil. Sari embrio mengandung zat-zat yang dapat merangsang metabolisme sel sehingga sangat baik untuk mengatasi keriput atau untuk mengencangkan kulit.

3. Sari jaringan tubuh berasal dari jaringan hewani yang sangat baik untuk mengatasi masalah penuaan kulit.

(58)

penyerapan dan pertukaran air serta gas. Dalam jaringan ikat muda, kolagen terdapat dalam bentuk yang mudah larut (soluble collagen). Bila kulit menua, kolagen berubah menjadi bentuk yang sukar larut dan menjadi kaku. Serabut-serabut kolagen demikian akan kehilangan daya mengembung dan daya untuk menyerap air. Untuk menghambat perubahan-perubahan negatif pada permukaan kulit sebagai akibat pengerasan serabut-serabut kolagen, karena proses penuaan, dapat diberi hasil uraian (hydrolstate) kolagen yang mudah larut, semata-mata untuk menggantikan kolagen yang telah mengeras. Kolagen yang mudah larut diperoleh dengan cara ekstraksi kulit anak lembu. Cara ekstraksi sangat menentukan mutu kolagen yang dihasilkan, karena pada proses tersebut hendaknya struktur dan susunan kimiawi kolagen tidak mengalami perubahan. Mekanisme perubahan kolagen adalah suatu proses yang sangat kompleks, dan berkaitan dengan pembentukan fibril serta serabut, regulasi enzim pada sintesis, modifikasi dan penguraian kolagen. Kosmetika yang mengandung kolagen dapat memperbaiki kekenyalan kulit, melicinkan permukaan kulit, meningkatkan kelembaban kulit, serta memperbaiki fungsi pembuluh kapiler kulit sehingga dapat digunakan untuk peremajaan kulit. Di dalam dermis, 70 % jaringan ikatnya adalah kolagen, sedangkan 5 % adalah jaringan elastin. 5. Elastin sangat berpengaruh terhadap sifat elastisitas jaringan ikat

(59)

produk kosmetik perawatan kulit. Bahan dasar dermis terdiri dari garam, air, dan glikosaminoglikan yang membentuk molekul kompleks.

6. Asam hialuronat termasuk ke dalam kelompok glikosaminoglikan yang terdapat dalam dermis. Manfaat asam hialuronat adalah sebagai pelumas untuk jaringan kolagen, dan mencegah perubahan kolagen yang larut menjadi kolagen yang tidak larut.

(60)

menembus sampai lapisan antar sel. Kulit yang kusam pun menjadi lebih lembab, tebal, merah, dan segar lagi.

8. Hidrokinon. (hydroquinone) adalah bahan aktif yang dapat mengendalikan produksi pigmen yang tidak merata, tepatnya berfungsi untuk mengurangi atau menghambat pembentukan melanin kulit. Melanin adalah pigmen kulit yang memberikan warna gelap kecokelatan, sehingga muncul semacam bercak atau bintik cokelat atau hitam pada kulit. Banyaknya produksi melanin menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi. Hidrokinon digunakan untuk mencerahkan kulit yang kelihatan gelap akibat bintik, melasma, titik-titik penuaan, dan chloasma. Hidrokinon sebaiknya tidak digunakan pada kulit yang sedang terbakar sinar matahari, kulit yang iritasi, kulit yang luka terbakar, dan kulit pecah. Hindari penggunaan hidrokinon pada mereka yang mengalami masalah hati, ginjal, alergi atau sedang hamil dan menyusui. Sebelum mengoleskan hidrokinon, bersihkan wajah dari kotoran dan make-up, dan keringkan. Dalam pemakaian hidrokinon harus hati-hati jangan sampai terkena mata, bibir, bagian dalam hidung, dan mulut, karena bisa menyebabkan mati rasa. Kandungan hidrokinon dalam kosmetik yang diizinkan tidak lebih dari dua persen.

(61)
(62)

berbulan-bulan setelah pemakaian dihentikan. Efek tidak baik dari pemakaian bahan aktif tretinoin dapat dihindaridengan cara :

a. Kosmetik berbahan dasar aktif tretinoin jangan digunakan pada kulit yang tidak sehat

b. Jangan memakai alkohol atau kosmetik yang bersifat mengeringkan terutama pada kulit sensitif

c. Sebelum pemakaian kosmetik berbahan dasar aktif tretinoin, kulit harus benar-benar bersih dari obat kulit seperti obat luka, obat jerawat, salep eksim atau obat bisul.

d. Tretinoin tidak boleh dipakai pada kulit yang baru melakukan pengelupasan (peeling)

e. Pemakaian tretinoin harus segera dihentikan jika muncul lenting lepuh pada kulit atau timbul rasa terbakar.

(63)

bahan-bahan yang sering digunakan dalam industri krim pemutih kulit. Karena sifat ionnya mudah berinteraksi dengan air, merkuri mudah masuk ke dalam tubuh melalui kulit, inhalasi (pernapasan), dan makanan. Bila merkuri sudah masuk ke dalam kulit, akan muncul reaksi alergi yang berupa iritasi. Reaksi iritasi ini berlangsung cukup cepat. Mandi beberapa kali di sungai atau di laut yang tercemar merkuri, akan menyebabkan kulit segera mengalami iritasi. Merkuri dapat membuat kulit terbakar, menjadi hitam, bahkan dapat berkembang menjadi kanker kulit. Merkuri inorganik dalam krim pemutih, dapat menimbulkan keracunan bila digunakan dalam jangka waktu yang lama. Meski tidak seburuk efek merkuri gugusan yang tertelan, efek buruk tetap saja timbul pada tubuh, atau meski hanya dioleskan ke kulit, merkuri mudah diserap ke dalam darah, kemudian memasuki sistem saraf. Manifestasi gejala keracunan merkuri berupa gangguan sistem saraf seperti tremor, insomnia, kepikunan, gangguan penglihatan, gerakan tangan jadi abnormal (ataksia), gangguan emosi, dan depresi. Merkuri yang terakumulasi dalam organ tubuh seperti ginjal, hati, dan otak, dapat menyebabkan kematian.

(64)

tidak bebau, dan tidak berasa. Penelitian terbaru menyatakan, bahwa hidrogen peroksida bermanfaat dalam reaksi kimia yang berlangsung dalam tubuh. Dalam memerangi infeksi, vitamin C membuat hidrogen peroksida untuk merangsang produksi prostaglandin. Di kolon dan vagina, lactobacillus juga membuat hidrogen peroksida yang berguna untuk melawan bakteri, virus, dan mencegah infeksi. Hidrogen peroksida juga digunakan untuk bahan pemutih gigi dan pembersih kotoran telinga. Satu topi hidrogen peroksida, ketika dibiarkan dalam mulut selama 10 menit stiap hari, gigi menjadi putih dan dapat mengurangi terjadinya sariawan. Untuk keperluan luar tubuh, hidrogen peroksida berfungsi sebagai antiseptik yang dapat membunuh bakteri, virus, serta jamur. Saat berkontak dengan kulit, hydrogen peroksida terpecah menjadi air dan oksigen. Oksigen masuk menembus kulit dan sampai ke pembuluh darah kapiler. Kehadiran oksigen pada pembuluh darah kapiler, menyebabkan kulit menjadi segar, sehat, dan terpenuhi kebutuhan gizinya, sebab oksigen yang dibawa H2O2 berfungsi sebagai kendaraan betakaroten yang akan diubah menjadi vitamin A oleh tubuh.

(65)

menstruasi dan gangguan sistem reproduksi. Krim hormon yang mengandung estrogen baik untuk perawatan kulit menua. Vitamin dalam kosmetika harus memperhatikan termobilitas dan kepekaan berbagai vitamin terhadap oksigen serta sinar ultra violet. Vitamin A sangat baik untuk melindungi epitel, merangsang epitelisasi jaringan kulit sebagai ester asetat atau palmitat, dalam kosmetika dipakai untuk kulit yang merah, kasar, kering, dan degeneratif. Kekurangan vitamin A menyebabkan peningkatan keratinisasi secara abnormal (hiperkeratosis), lapisan tanduk menutupi folikel rambut, sehingga sekresi sebum terhambat dan terbentuk komedo (blackhead) yang mudah menjadi inti infeksi. Vitamin A dalam kosmetika, merangsang granulasi dan mencegah keratinisasi berlebihan, sehingga kulit menjadi lebih halus dan licin, sedangkan turgor jaringan jadi meningkat. Vitamin E berhasiat sebagai antioksidan. Kekurangan vitamin E antara lain dapat menyebabkan gangguan metabolisme, regenerasi sel yang lambat, dan gangguan fungsional sistem reproduksi. Penggunaan kosmetika yang mengandung vitamin E dan vitamin A pada kulit wajah bertujuan untuk memperbaiki peredaran darah di kulit dan akhirnya dapat memperbaiki kondisi kulit.

2.4.2.3Daftar Bahan Pengawet Yang Diizinkan

(66)

maksimum dan batasan penggunaannya serta peringatan bila ada. Contoh : chlorobutanol digunakan sebagai bahan pengawet pada kosmetik dengan kadar maksimum 0.5% dan batasan penggunaannya dilarang digunakan dalam sediaan aerosol (spray) serta pada penandaannya dicantumkan “mengandung

clorobutanol”.

2.4.2.4Daftar Bahan Kosmetik yang Dapat Menyebabkan Dermatitis

Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA), Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2001, melaporkan sebelas pengawet terbanyak yang dipakai dalam kosmetik, yaitu: metilparaben, propilparaben, butilparaben, imidazolidinyl urea, DMDM hydantoin (dimethyloldimethyl hydantoin), etilparaben, diazolidinylurea, 5-chloro 2methyl-4- isothiazolin-3-one (methyl

chloroisothiazolinone), quarternium-15, iodopropynyl butylcarbamate, methyl dibromoglutaronitrile (Putra, 2008 dalam Febria, 2011).

1. Paraben

(67)

paradox. Fenomena ini terjadi karena paraben mampu mensensitisasi kulit yang abnormal (trauma, eksim) tetapi tidak mensensitisasi kulit normal.

2. Formaldehid

Formaldehid aqua (formalin, formol, morbicid, veracur) terdiri dari gas formaldehid 37-40% yang berbau menyengat dan ditambahkan 10-15% metanol. Formaldehid dalam kosmetik telah dilaporkan sebagai iritan, sensitizer dan karsinogen sehingga penggunaannya telah banyak dikurangi, bahkan di Swedia dan Jepang formaldehid telah dilarang sebagai pengawet kosmetik. Di Amerika formaldehid 0,2% dalam kosmetik masih diperbolehkan dan di Eropa penggunaan formaldehid lebih dari 0,05% harus dicantumkan dalam label. Pada uji tempel konsentrasi yang digunakan adalah 1% dalam aqua. Penelitian sensitisasi terhadap formaldehid yang dilakukan oleh North America Contact Dermatitis Group (NACDG) tahun 1998-2000, dilaporkan sebesar 9,2%. Penelitian sensitisasi terhadap formaldehid yang dilakukan pada periode sebelumnya dijumpai peningkatan persentase sensitisasi. Pada tahun 1970-1976 sebesar 3,4%, pada tahun 1985-1990 sebesar 5,3% dan pada tahun 1992-1994 sebesar 6,8 %.

3. Quarternium

(68)

aeruginosa. Frekuensi sensitisasi pada populasi umum didapatkan 1-9%. Quarternium-15 dalam konsentrasi 0,1% dapat melepas formaldehid 100 ppm (parts per million). Konsentrasi quarternium-15 dalam uji tempel standar adalah 2% dalam petrolatum.

4. Imidazolidinyl Urea

Konsentrasi imidazolidinyl urea dalam kosmetik sebesar 0,03-0,2%, sedangkan konsentrasi uji tempel standar untuk imidazol urea adalah 2% dalam aqua. Pengawet ini bisa menimbulkan sensitisasi untuk penderita yang sensitif terhadap formaldehid.

5. Diazolidilnyl Urea

Konsentrasi diazolidilnyl urea dalam kosmetik 0,1-0,5% dan banyak digunakan pada sedíaan sabun cair, make-up wajah, make-up mata, produk perawatan kulit, dan perawatan rambut. Konsentrasi yang dipakai pada uji tempel standar 1% dalam aqua.

6. Bronopol

(69)

nitrosamides yang dicurigai sebagai bahan karsinogen. Konsentrasi bronopol untuk uji tempel standar adalah 0,5% dalam petrolatum.

7. Dimethyloldimethyl Hydantoin

DMDM hydantoin melepaskan formaldehid 0,5-2% dan konsentrasi aman DMDM hydantoin dalam kosmetik 0,1-1%. Konsentrasi bahan ini dalam uji tempel standar sebesar 1% dalam aqua. Dimethyloldimethyl Hydantoin mempunyai spektrum antimikroba yang luas dan sangat larut dalam air sehingga dipakai sebagai pengawet sampo.

8. Methylisothiazolinone (MCI/MI)

(70)

9. Methyldibromoglutaronitrile/Phenoxyethanol

Konsentrasi yang dibolehkan dalam kosmetik antara 0,0075% sampai 0,06%. Phenoxyethanol dipakai sebagai pengganti MCI/MI karena penelitian pada binatang tidak bersifat sensitizer, sehingga saat ini di Jerman bahan ini merupakan pengawet kosmetik terlaris. Tetapi pada penelitian observasi yang dilakukan di Eropa tahun 2000 dijumpai prevalensi sensitisasi sebesar 3,5% sedangkan di Amerika pada periode tahun 1994-1996 sebesar 1,5%, pada periode tahun 1996-1998 sebesar 2,7% dan pada periode tahun 1998-2000 sebesar 3,5%. Konsentrasi Phenoxyethanol untuk uji tempel sebesar 2,5% dalam petrolatum. Lesi dermatitis kontak alergi yang ditimbulkan umumnya eksematous dan sebagian besar disebabkan oleh produk kosmetik yang leave-on seperti lotion, moist toilet paper, gel rambut, gel mata, hair mousse, conditioner rambut, krim

tabir surya dan sebagainya.

10. Iodopropylnyl Buthylcarbamate (IPBC)

(71)

pembuatan sabun dan sodium lauryl ether sulfate pada pembuatan sampo (Prasari Sotya, 2009)

2.5Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Kosmetik 2.5.1 Faktor Langsung

2.5.1.1Lama Kontak

(72)

2.5.1.2Frekuensi Kontak

Frekuensi kontak yang berulang untuk bahan yang mempunyai sifat sensitisasi akan menyebabkan terjadinya dermatitis kontak jenis alergi, yang mana bahan kimia dengan jumlah sedikit akan menyebabkan dermatitis yang berlebih baik luasnya maupun beratnya tidak proporsional (Cohen DE, 1999).

Berdasarkan penelitian Ruhdiat (2006), proporsi pekerja yang mengalami dermatitis kontak dengan frekuensi kontak ≥5 kali/hari

sebesar 96.3%, sedangkan proporsi pekerja yang mengalami dermatitis kontak dengan frekuensi kontak <5 kali/hari adalah sebesar 79.4%. Dan hasil penelitian Nuraga, dkk (2008) menemukan bahwa Kejadian dermatitis kontak dengan frekuensi kontak 15x terjadi pada dermatitis kontak akut sebanyak 14 responden (100%), sub akut 17 responden (81%) dan kronis 4 responden (80%) dengan nilai p= 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian dermatitis kontak dengan frekuensi kontak.

2.5.1.3Bahan kimia

(73)

Bahan kimia cair asam berbeda cara kerjanya dengan basa. Asam menimbulkan luka bakar luas dengan efek panas dengan proses perusakan jaringan lunak. Cairan korosif memerlukan pH yang rendah atau sangat tinggi untuk menyebabkan korosi, namun pada paparan awal tidak timbul rasa sakit (Haminton, 2003).

Menurut Klinik Kulit dan Kelamin RS. Dr. Sardjito Yogyakarta kontak bahan kimia yang dapat mnimbulkan Dermtitis Kontak Kosmetik antara lain adalah perawatan kulit, pewarna dekoratif, perawatan rambut, terapeutik, parfum dan deodorant, tabir surya dan oral hygine. Untuk lengkapnya dapat dilihat dalam table 1 Alergen yang dapat menimbulkan DKK.

2.5.2 Faktor Tidak Langsung 2.5.2.1Jenis Kelamin

(74)

2.5.2.2Usia

Menurut Potts Ro dkk dalam bukunya Pharmacologfy menyatakan, Kerentanan kulit terhadap efek iritasi menurun seiring dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan karena menurunnya fungsi sawar kulit. Penelitian menunjukan bahawa iritabilitas kulit terhadap bahan kimia mencapai puncaknya selama masa kanak-kanak dan menurun saat dewasa, dimana lokasi reaktifitas tertinggi adalah sekitar paha, punggung atas dan lengan bawah.

Menurut Fatma Lestari dalam penelitiannya, Hasil analisis hubungan antara usia pekerja dengan kejadian dermatitis kontak diperoleh bahwa sebanyak 26 (60,5%) dari 43 pekerja yang berusia ≤30 tahun

terkena dermatitis kontak, sedangkan diantara pekerja yang berusia >30 tahun hanya sekitar 13 orang (35,1%) yang terkena dermatitis kontak. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa pekerja muda lebih mudah terkena dermatitis kontak. Hasil uji statistik menunjukan nilai p value sebesar 0,042 hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan proporsi penyakit dermatitis yang bermakna antara pekerja muda (≤30 tahun) dengan

Gambar

Tabel 5.9 : Distribusi Faktor Tidak Langsung (Jenis Kelamin, Riwayat Alergi,
Grafik 1.1  : Lokasi Lesi akibat DKK .................................................................
Grafik 1: Lokasi Lesi Akibat DKK
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan STAD pada siswa

Bandhek dialect as the dominant or standard language affects the judgment of Javanese speakers towards Ngapak speakers’ language expressions as ngerti basa and ora ngerti

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan meningkatnya metabolisme anoreksia. 6) Ansietass orang tua berhubungan dengan kurang

Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil analisis hubungan antara lama pemakaian jilbab dengan kejadian dermatitis seboroik pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNIMUS diperoleh bahwa ada sebanyak 43

Berdasarkan hasil yang didapat dari analisis regresi linear berganda dengan pengujian secara simultan diketahui bahwa variabel store atmosphere dan faktor