• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prototype Kontrol Temperatur Pada Sebuah Inkubator Penetas Telur Berbasis Mikrokontroler AT89S52

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prototype Kontrol Temperatur Pada Sebuah Inkubator Penetas Telur Berbasis Mikrokontroler AT89S52"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Prototype Kontrol Temperatur Pada Sebuah Inkubator Penetas Telur Berbasis Mikrokontroler AT89S52

SKRIPSI

DERI KURNIAWAN 060801003

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Prototype Kontrol Temperatur Pada Sebuah Inkubator Penetas Telur Berbasis Mikrokontroler AT89S52

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelas Sarjana Sains

DERI KURNIAWAN 060801003

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PROTOTYPE KONTROL TEMPERATUR PADA

SEBUAH INKUBATOR PENETAS TELUR BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52

Kategori : SKRIPSI

Nama : DERI KURNIAWAN

NIM : 060801003

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di : Medan, Mei 2011

Diketahui/disetujui oleh

Ketua Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing

(4)

PENGHARGAAN

Segala puji dan sukur saya ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi ini.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Bpk Drs.Nasir Saleh M.Eng.Sc, selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak membimbing dan memberi masukan serta koreksi kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga saya ajukan kepada Bpk Dr.Marhaposan Situmorang selaku ketua departemen fisika Universitas Sumatera Utara.

Kepada Ibu Dra. Sudiati M.Si selaku dosen wali saya selama mengikuti perkuliahan,terima kasih telah banyak memberikan masukan dan nasehat, dan terimakasih kepada Ibu Dra. Yustinon MS, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, serta semua dosen dan Staf pada Departemen Fisika FMIPA USU.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat sahabatku fisika 2006 : Anderson, Gilang, Riri, Indra, Handri, Hakim, Erik, Leo, Candra, Mardiah, Nova, Anie, Novi, Roslina, Gina, Kata, Elisda, Ima, Mey, Despa, Rini, Elfrida dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, kumpulan makarios.net, kepada adik-adikku fisika 2009 : Agus botak, Fitri, Ade, Villa, Gusning, Silvi, Helen, Stevani, Ferdi, Jannah, Monora, dan yang terkhusus kepada Sukria Novianti yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.

Buat Bang Rudje Azrael Sihombing, Suci Ramadhani, Julia Fadila, Eva Panggabean, Juli Harni, Rusdalena, Mangara dan Roni terimakasih atas dukungan dan doanya kepada penulis.Buat Bang Bryan, Kak Risma, Bang Daniel‟03 yang selalu memberikan dorongan dan bantuan selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

(5)

Prototype Kontrol Temperatur Pada Sebuah Inkubator Penetas Telur Berbasis Mikrokontroller AT89S52

ABSTRAK

Dengan perkembangan teknologi, menuntut adanya inovasi untuk menciptakan alat penetas telur sebagai pengganti penetasan telur secara manual yaitu dengan cara mengunakan lampu sebagai pemberi suhu yang tidak bias diubah-ubah. Satu IC AT89S52 digunakan sebagai pengontrol dalam proses pengontrol suhu secara elektronik. Hal ini akan lebih mudah untuk menetaskan telur tanpa harus mengganti-ganti elemen pemanasnya . Dalam alat ini akan ditampilkan suhu dalam ruang inkubator pada display.

Dengan menggunakan alat ini inkubator akan diberikan suhu sebesar 37oC. Selain itu alat ini akan mengontrol secara otomatis berdasarkan suhu dalam ruang pemanas.

(6)

Prototype Temperature Control In An Incubator incubator Egg-Based Microcontroller AT89S52

ABSTRACT

With developments in technology, requires innovation to create the tool as a substitute for egg incubator hatching eggs manually, by way of using light as a conduit of an unbiased temperature changed. AT89S52 one IC is used as a controller in the process of electronic temperature controller. This will be easier to incubate the eggs without having to fiddle heating element. In this tool will display the temperature in the incubator space on the display.

By using this tool will be given an incubator at 37 ° C temperature. In addition this tool will automatically based on temperature control in the furnace room.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Batasan Masalah 2

1.3Tujuan Penelitian 2

1.4Manfaat Penelitian 2

1.5Tempat Penelitian 2

1.6Sistematika Penulisan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sensor Suhu 4

2.1.1 Pengertian Umum Sensor 4

2.1.2 Sensor Suhu LM 35 5

2.1.3 Prinsip Kerja Sensor LM35 5

2.1.4 Karakteristik Sensor 6

(8)

2.2.1 Motor dc 7

2.2.2 Prinsip Kerja Motor dc 9

2.2.3 Karakteristik Motor dc 12

2.3 Mikrokontroller 12

2.3.1 Mikrokontroller AT89S52 13

2.3.2 Instruksi Transfer Data 17

2.3.3 Instruksi Aritmatik 18

2.3.4 Instruksi Logika 18

2.3.5 Instruksi Percabangan 19

2.4 Analog To Digital Converter (ADC) 0804 20

2.5 RELAY 21

BAB III PERANCANGAN ALAT

3.1 Diagram Blok Rangkaian 22

3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA) 23

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 24

3.4 Rangkaian ADC 0804 26

3.5 Display Seven Segment 27

3.6 Rangkaian Pengendali Heater 28

3.7 Rangkaian pengendali Motor 28

3.8 Rangkaian Keypad 30

3.9 Diagram alir 31

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 33

4.2 Pengujian Display Seven Segmen 35

4.3 Pengujian Rangkaian ADC 37

4.4 Pengujian Rangkaian relay 39

4.5 Pengujian sensor LM35 39

4.6 Hasil pengamatan 42

4.7 Analisa data 42

(9)

4.9 Analisis Pengujian 44

4.9.1 PengukuranTemperatur Terhadap Waktu 44

4.92 Hubungan Temperatur Vs Waktu 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 46

5.2 Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 47

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Fungsi Khusus Port 3 16 Tabel 4.1 Data hasil pengujian ADC 38 Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian sensor 40 Tabel 4.3 Pengukuran Suhu Sebanyak 5 Kali 43 Tabel 4.4 Penyimpangan antara Tteori dengan Tterukur 44

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bentuk fisik LM35 5

Gambar 2.2 Struktur Motor DC Sederhana 8

Gambar 2.3 Motor DC 8

Gambar 2.4 Medan Magnet yang Membawa Arus Mengelilingi Konduktor 9

Gambar 2.5 Medan megnet mengelilingi konduktor diantara dua kutub 9

Gambar 2.6 Reaksi garis fluks 10

Gambar 2.7 Prinsip kerja motor dc 11

Gambar 2.8 Kurva torsi vs kecepatan motor dc 12

Gambar 2.9 Blok diagram fungsional AT89S52 13

Gambar 2.10 Konfigurasi pin AT89S52 15

Gambar 2.11 Pin konfigurasi ADC 0804 20

Gambar 2.12 Relay 21

Gambar 3.1.1 Diagram blok rangkaian 22

Gambar 3.1.2 Gambar Perancangan Alat 22

Gambar 3.2 Rangkaian power supplay (PSA) 23

Gambar 3.3 Rangkaian mikrokontroller AT89S52 23

Gambar 3.4 Rangkaian ADC 25

Gambar 3.5 Rangkaian display seven segment 26

Gambar 3.6 Rangkaian pengendali heater 27

Gambar 3.7 Rangkaian pengendali motor 28

Gambar 3.8 Rangkaian keypad 30

Gambar 3.9 Diagram alir 31

Gambar 4.1 Rangkaian pengujian seven segment 34

Gambar 4.2 Rangkaian pengujian ADC 37

(12)

Prototype Kontrol Temperatur Pada Sebuah Inkubator Penetas Telur Berbasis Mikrokontroller AT89S52

ABSTRAK

Dengan perkembangan teknologi, menuntut adanya inovasi untuk menciptakan alat penetas telur sebagai pengganti penetasan telur secara manual yaitu dengan cara mengunakan lampu sebagai pemberi suhu yang tidak bias diubah-ubah. Satu IC AT89S52 digunakan sebagai pengontrol dalam proses pengontrol suhu secara elektronik. Hal ini akan lebih mudah untuk menetaskan telur tanpa harus mengganti-ganti elemen pemanasnya . Dalam alat ini akan ditampilkan suhu dalam ruang inkubator pada display.

Dengan menggunakan alat ini inkubator akan diberikan suhu sebesar 37oC. Selain itu alat ini akan mengontrol secara otomatis berdasarkan suhu dalam ruang pemanas.

(13)

Prototype Temperature Control In An Incubator incubator Egg-Based Microcontroller AT89S52

ABSTRACT

With developments in technology, requires innovation to create the tool as a substitute for egg incubator hatching eggs manually, by way of using light as a conduit of an unbiased temperature changed. AT89S52 one IC is used as a controller in the process of electronic temperature controller. This will be easier to incubate the eggs without having to fiddle heating element. In this tool will display the temperature in the incubator space on the display.

By using this tool will be given an incubator at 37 ° C temperature. In addition this tool will automatically based on temperature control in the furnace room.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Incubator merupakan suatu tempat yang dirancang untuk mempertahankan

keadaan temperatur tertentu. Inkubator banyak dijumpai pada rumah sakit dan

peternakan. Pada rumah sakit, incubator berfungsi untuk menghangatkan bayi yang

baru lahir, atau bayi yang lahir prematur. Pada peternakan, inkubator ini biasanya

digunakan untuk penetas telur dan sebagai tempat dari anak ayam yang baru menetas.

Incubator biasanya berbentuk ruangan atau box (kotak) dengan ukuran

tertentu. Incubator yang ada saat ini, biasanya sudah tertentu temperaturnya, tidak

dapat di ubah. Sehingga ketika pengguna membutuhkan ruangan atau box dengan

temperatur lain, maka pengguna harus menggunakan incubator yang lain. Biasanya

untuk mengendalikan temperatur pada sebuah incubator, digunakan lampu atau

elemen pemanas. Sehingga ketika pengguna membutuhkan temperatur yang berbeda,

maka pengguna harus mengganti lampu atau elemen pemanas yang digunakan

sebelumnya dengan elemen pemanas yang lain.

Akan lebih berguna, jika incubator dilengkapi dengan sensor temperatur dan

control terhadap suhu, sehingga pengguna tidak perlu mengganti elemen atau lampu

pada incubator ketika hendak mengganti temperaturnya. Pengguna cukup mensetting

temperatur pada settingan incubator, maka incubator sendiri yang akan mengontrol

(15)

1.2 Batasan Masalah

Permasalahan – permasalahan dalam pengontrolan suhu untuk inkubator penetas telur menggunakan mikrokontroler dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana mikrokontroler dapat mengontrol system kerja rangkaian pada

incubator penetas telur.

b. Bagaimana cara mengetahui berapa besarnya suhu dalam ruang penetas telur.

c. Bagaiman cara meratakan aliran suhu panas dalam ruang penetasan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat desain alat untuk penetas telur

b. Dapat mengatur suhu penetasan sesuai yang diinginkan

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dengan adanya alat tersebut adalah:

Pemakai dapat membalikkan telur secara otomatis tanpa harus membalikkan

sendiri, sehingga dapat menghemat tenaga dan waktu

1.5 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Digital, Jl. Bioteknologi No.1 Kampus USU

(16)

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat

sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari alat ini sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, batasan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian , tempat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan dalam

pembahasan dan cara kerja rangkaian.

Bab III Perancangan Sistem

Berisi tentang tahap- tahap perancangan system, sampai diperoleh

suatu diagram blok yang merupakan gambaran dari keseluruhan system

sehingga dapat menjalankan fungsi yang kita inginkan.

Bab IV Pengujian dan Analisa Sistem

Berisi tentang pengujian dan analisa sistem/ rangkaian pada penelitian

ini.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari

pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah

rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan

perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai system kerja

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 SENSOR

2.1.1 Pengertian Umum Sensor

Secara umum sensor didefenisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena

fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal electrik baik arus listrik

ataupun tegangan. Fenomena fisik yang mampu menstimulus sensor untuk

menghasilkan sinyal electrik meliputi temperatur, tekanan, gaya, medan magnet

cahaya, pergerakan dan sebagainya.

Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk merubah besaran panas menjadi

besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya.

Karakteristik sensor suhu ditentukan dari sejauh mana sensor tersebut

memiliki kemampuan yang baik dalam mendeteksi setiap perubahan suhu yang ingin dideteksinya. Kemampuan mendeteksi perubahan suhu meliputi:

1. Sensitifitas, yaitu ukuran seberapa sensitif sensor terhadap suhu yang dideteksinya. Sensor yang baik akan mampu mendeteksi perubahan suhu meskipun kenaikan suhu tersebut sangat sedikit. Sebagai gambaran sebuah inkubator bayi yang dilengkapi dengan sensor yang memiliki sensitifitas yang tinggi

(18)

3. Stabilitas dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten

memberikan besar sensitifitas yang sama terhadap suhu , serta seberapa lama

sensor tersebut dapat terus digunakan.

2.1.2 Sensor Suhu (LM 35)

Gambar 2.1 Bentuk Fisik LM 35

Pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah

digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt

2.1.3 Prinsip Kerja Sensor LM 35

Mula-mula vcc sebesar 12v digunakan untuk menghidupkan sensor LM35 yang akan mendeteksi suhu. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :

VLM35 = Suhu*10mV

(19)

permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara disekitarnya .

Untuk lebih meningkatkan keakurasian dan kepresisian pengukur suhu, maka perlu dilakukan pengesetan yang optimal pada tegangan referensi ADC yang

digunakan sehingga jika menggunakan ADC 8-bit misalnya, maka jangkauan 0-255 haruslah merepresentasikan nilai minimum dan maksimum suhu yang dapat diukur oleh rangkaian sensor suhu. Jangan sampai memberikan tegangan referensi yang salah pada rangkaian ADC, sehingga jangkauan ADC melebihi atau kurang dari jangkauan tegangan masukannya.

2.1.4 Karakteristik Sensor

Berikut ini adalah karakteristik dari sensor suhu LM35.

 Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.

 Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC.

 Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.

 Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.

 Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.

 Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam.

 Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.

 Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.

2.2 Motor

Motor merupakan perangkat elektromagnetik yang dapat mengubah energi

listrik menjadi energi mekanik. Perubahan ini dilakukan dengan merubah tenaga

listrik menjadi magnet yang disebut sebagai elektromagnit. Sebagaimana kita ketahui

bahwa : kutub-kutub dari magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub

tidak senama, tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita

(20)

yang lain pada suatu kedudukan yang tetap. Dengan cara inilah energi listrik dapat

diubah menjadi energi mekanik.

Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya memutar impeler pompa, fan

atau blower, menggerakkan kompresor, mengangkat bahan, dll. Motor listrik

digunakan juga dirumah (mixer, bor listrik, kipas angin) dan industri. Motor listrik kadangkala disebut “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70% beban total industri.

Secara umum motor listrik dapat dibagi menjadi motor ac dan motor dc,

bembagian ini berdasarkan pada arus listrik yang digunakan untuk menggerakkannya.

Namun penulis pada bagian ini kita hanya membahas mengenai motor dc

2.2.1 Motor DC

Motor arus searah (motor dc) merupakan salah satu jenis motor listrik yang

bergerak dengan menggunakan arus searah. Kumparan medan pada motor dc disebut

stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang

berputar). Jika terjadi putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan magnet,

maka akan timbul tegangan (GGL) yang berubah-ubah arahnya pada setiap setengah

putaran, sehingga merupakan tegangan bolak-balik. Prinsip kerja arus searah adalah

membalik phasa tegangan dari gelombang yang mempunyai nilai positif dengan

menggunakan komutator, dengan demikian arus yang berbalik arah dengan kumparan

jangkar yang berputar dalam medan magnet. Bentuk motor yang paling sederhana

memiliki kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas diantara kutub-kutub magnet

(21)

Gambar 2.2 Struktur Motor DC Sederhana

Catu tegangan cd dari baterai menuju lilitan melalui sikat menyentuh komutator dua

segmen yang terhubung dengan dua ujung lilitan. Kumparan satu lilitan pada gambar

diatas disebut angker dinamo(rotor). Angker dinamo (rotor) adalah sebutan untuk

komponen yang berputar diantara medan magnet.

Motor ini memiliki keunggulan dari motor ac yaitu mudah dalam mengatur

dan mengontrol kecepatan putarnya. Ada bebarapa cara untuk dapat mengendalikan

kecepatan motor dc, antara lain dengan mengatur lebar pulsa tegangan setiap detiknya

yang diberikan pada motor dc atau secara manual yaitu mengatur jumlah arus dan

tegangan yang diberikan pada motor dc. Pada penelitian ini penulis akan

mengendalikan kecepatan putar motor dc dengan mengatur tegangan yang diberikan

pada motor dc

Gambar 2.3 Motor DC

Motor dc tersedia dalam banyak ukuran, namun penggunaannya dibatasi untuk

(22)

seperti peralatan mesin dan rolling mills, sebab sering terjadi masalah dalam

perubahan arah arus listrik mekanis pada ukuran yang lebih basar. Juga, motor

tersebut dibatasi hanya untuk penggunaan diarea yang bersih dan tidak berbahaya

sebab resiko percikan api pada sikatnya.

2.2.2 Prinsip Kerja Motor DC

Jika arus lewat pada suatu konduktor, timbul medan magnet disekitar konduktor. Arah

medan magnet ditentukan oleh arah aliran arus pada konduktor.

Gambar 2.4 Medan Magnet yang Membawa Arus Mengelilingi Konduktor Aturan Genggaman Tangan kanan dapat dipakai untuk menentukan arah garis fluks

disekitar konduktor. Genggam konduktor dengan tangan kanan dengan jempol

mengarah ada aliran arus, maka jari-jari anda akan menunjukkan arah garis fluks.

Medan magnet hanya terjadi disekitar sebuah konduktor jika ada arus yang mengalir

pada konduktir tersebut. Pada motor listrik, konduktor berbentuk U disebut angker

dinamo.

Gambar 2.5 Medan Megnet Mengelilingi Konduktor di antara Dua Kutub Jika konduktor berbentuk U (angker dinamo) diletakkan diantara kutub utara dan

selatan yang kuat dalam medan magnet konduktor akan berinteraksi dengan magnet

(23)

Gambar 2.6 Reaksi Garis Fluks

Lingkaran A dan B merupakan ujung konduktor yang dilengkungkan (looped

conductor). Arus mengalir masuk melalui ujung A dan keluar melalui ujung B.

Medan konduktor A yang searah jarum jam akan menambah medan pada kutub

dan menimbulkan medan yang kuat dibawah konduktor. Konduktor akan berusaha

bergerak kearah atas untuk keluar dari medan kuat ini. Medan konduktor B yang

berlawanan arah jarum jam akan menambah medan pada kutub dan menimbulkan

medan yang kuat diatas konduktor. Konduktor akan berusaha bergerak turun agar

keluar dari medan yang kuat tersebut. Gaya-gaya tersebut akan membuat angker

dinamo berputar searah jarum jam.

Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor dc secara umum:

* Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya

* jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/ loop,

maka kedua sisi loop, yaitu yaitu sudut kanan medan magnet, akan mendapatkan

gaya pada arah yang berlawanan.

* Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/ torque untuk memutar kumparan.

* Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan tenaga

putar yang lebih seragam dan medan magnet yang dihasilkan oleh susunan

elektromagnetik yang disebut kumparan medan

Pada motor dc, daerah kumparan medan yang dialiri arus listrik akan

menghasilkan medan magnet yang melingkupi kumparan jangkar dengan arah

tertentu. Konversi dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun

sebaliknya berlangsung melalui medan magnet, dengan demikian medan magnet disini

selain berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan energi sekaligus sebagai tempat

berlangsungnya proses perubahan energi, daerah tersebut dapat dilihat pada gambar

(24)

Gambar 2.7 Prinsip Kerja Motor DC

Agar proses perubahan energi mekanik dapat berlangsung secara sempurna,

maka tegangan sumber harus dari pada tegangan gerak yang disebabkan reaksi lawan.

Dengan memberi arus pada kumparan jengkar yang dilindungi oleh medan makan

menimbulkan perputaran motor.

Dalam memahami sebuah motor dc, penting dimengerti apa yang dimaksud

dengan beban motor. Beban dalam hal ini mengacu kepada keluaran tegangan putar/

torque sesuia dengan kecepatan yang diperlukan. Beban umumnya dapat

dikatagorikan dalam tiga kelompok:

 Beban torque konstan

Adalah beban dimana keluaran energinya bervariasi dengan kecepatan operasinya

namun torquenya tidak bervariasi. Contoh beban dengan torque konstan adalah

corveyors, rotary kilns, dan pompa displacement konstan

 Beban dengan variabel torque

Adalah beban dengan torque bervariasi dengan kecepatan operasinya. Contoh

beban dengan variabel torque adalah pompa sentrifugal dan fan (torque bervariasi

sebagai kuadrat kecepatan)

 Beban dengan energi konstan

Adalah beban dengan permintaan torque yang berubah dan berbanding terbalik

dengan kecepatan. Contoh untuk beban dengan daya konstan adalah

(25)

2.2.3 Karakteristik Motor DC

Karakteristik yang dimiliki suatu motor DC dapat digambarkan melalui kurva

daya dan kurva torsi/kecepatannya, dari kurva tersebut dapat dianalisa batasan-batasan

kerja dari motor serta daerah kerja optimum dari motor tersebut.

Gambar 2.8 Kurva Torsi VS Kecepatan Motor DC

Dari grafik terlihat hubungan antara torsi dan kecepatan untuk suatu motor dc

tertentu. dari grafik terlihat bahwa torsi berbanding terbalik dengan kecepatan putaran,

dengan kata lain terdapat tradeoff antara besar torsi yang dihasilkan motor dengan

kecepatan putaran motor. Dua karakteristik penting terlihat dari grafik yaitu:

a. Stall torque, menunjukkan titik pada grafik dimana torsi maksimum, tetapi

tidak ada putaran pada motor.

b. No load speed,,menunjukkan titik pada grafik dimana terjadi kecepatan

putaran maksimum, tetapi tidak ada beban pada motor

2.3 Mikrokontroler

Mikrokontroler adalah singel chip yang memiliki kemampuan untuk

diprogram dan dirancang khusus untuk aplikasi kontrol serta dilengkapi dengan ROM,

RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. Mikrokontroler merupakan satu hasil dari

kemampuan komputasi yang sangat cepat dengan bentuk yang sangat kecil dan harga

(26)

kebutuhan pasar terhadap alat-alat elektronik dengan perangkat cerdas, cepat sebagai

pengontrol dan pemroses data.

2.3.1 Mikrokontroler AT89S52

Mikrokontroler AT89S52 adalah satu anggota dari keluarga MCS-51seri

8052 merupakan pengembangan dari seri 8051, dirancang oleh atmel yang paling

banyak digunakan karena dilengkapai dengan internal 8 Kbyte Flash PEROM

(Prigrammable and Erasable Read Only Memory), yang memungkinkan memori

program untuk dapat diprogram berkali-kali (1000 siklus baca/tulis).

Gambar 2.9 Blok Diagram Fungsional AT89S52 Mikrokontroler AT89S52 memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Read Only Memory (ROM) sejumlah 8 Kbyte

ROM atau Read Only memory merupakan memori penyimpan data yang isinya

tidak dapat diubah atau dihapus (hanya dapat dibaca). ROM biasanya diisi dengan

program untuk menjalankan mikrokontroler setelah power dinyalakan dan berisi

data-data konstanta/ kode yang diperlukan oleh program. Kapasitas memori yang

(27)

2. Random Access Memory (RAM) sejumlah 256 byte

RAM atau Random Access Memory merupakan memori penyimpanan data yang

isinya daoat diubah dan dihapus. RAM biasanya berisi data-data variabel dan

register. Data yang tersimpan pada RAM bersifat votile (hilang jika catu daya

yang terhubung dimatikan/diputuskan).

3. Empat buah port I/O, yang masing-masing terdiri dari 8 bit

I/O (Input/Output) port merupakan sarana yang dipergunakan oleh mikrokontroler

untuk mengakses peralatan-peralatan lain, berupa pin-pin yang dapat berfungsi

untuk mengeluarkan data-data digital atau berfungsi untuk mengimput data.

Selain itu, dapat digunakan sebagai terminal komunikasi paralel, serta komunikasi

serial (pin 10 dan pin 11)

4. Tiga buah 16 bit timer/couter/time

16 bit (2 byte) timer/couter merupakan salah satu register khusus yang berfungsi

sebagai pencacah/ penghitung eksekusi program mikrokontroler.

5. Interface Komunikasi Serial

Interface kmunikasi serial merupakan suatu fungsi port yang terdapat dalam

mikrokontroler dalam melakukan antarmuka (interface) serial yaitu pada p3.0 dan

p3.1

6. Memiliki kemampuan Arithmatic and Logic Unit (ALU)

Arithmatic and Logic Unit (ALU) memiliki kemampuan mengerjakan

proses-proses aritmatika (penyumlahan, pengurangan, pengalian, pembagian) dan operasi

logika (AND, OR, XOR, NOT) terhadap bilangan bulat 8 atau 16 bit.

Arsitektur hardware mikrokontroler AT89S52 dari perspektif luar atau biasa

(28)

Gambar 2.10 Konfigurasi Pin AT89S52

Berikut ini penjelasan mengenai fungsi dari tiap-tiap pin (kaki) yang ada pada

mikrokontroler AT89S52:

a. Port 0 (Pin 39 – Pin 32)

Merupakan dual-purpose port (port yang memiliki dua kegunaan), pada disain

yang minimum (sederhana), port 0 digunakan sebagai port Input/output (I/0).

Sedangkan pada desain lebih lanjut pada perancangan dengan memori eksternal

digunakan sebagai data dan address (alamat) yang di-multiplex.

b. Port 1 (Pin 1 – Pin 8)

Port 1 berfugsi sebagai I/O biasa, pada kaki ke 6, ke 7 dan ke 8 terdapat Mos I,

Mis 0 dan Sck sebagai masukan dari ISP Programmer yang terhubung ke

komputer. Tanpa adanya port ini maka mikrokontroler tidak dapat diprogram oleh

ISP programer.

c. Port 2 (Pin 21 – Pin 28)

Merupakan dual-purpose port. Pada desain minimum digunakan sebagai port I/O

(Input/Output). Sedangkan pada desain lebih lanjut digunakan sebagai high byte

dari address (alamat)

d. Port 3 (Pin 10 – Pin 17)

Merupakan dual-porpuse port. Selain sebagai port I/O (Input/Ouput), port 3 juga

(29)

Tabel 2.1 Fungsi Khusus Port 3

e. PSEN (Pin 29)

PSEN (Program Store Enable) madalah sinyal kontrol yang mengizinkan untuk

mengakses program (code) memori eksternal. Pin ini dihubungkan ke pin OE (output Enable) dari EPROM. Sinyal PSEN akan „0‟ (low) pada tahap fetch (penjemputan) instrusi. PSEN akan sellau bernilai „1‟ (high) pada pembacaan program memori internal.

f. ALE (Pin 30)

ALE (Addres Latch Enable) digunakan untuk men-demultiplex address (alamat)

data bus. Ketika menggunakan program memori eksternal, port 0 akan berfungsi

sebagai address (alamat) dan data bus. Pada setengah paruh pertama memori cycle ALE akan bernilai „1‟ (high) sehingga akan mengizinkan penulisan address (alamat) pada register eksternal. Pada setenah paruh berikutnya akan bernilai „1‟ (high) sehingga port 0 dapat digunakan sebagai data bus.

g. EA (Pin 31)

EA (xternal Access) pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu

mikrokontroler akan menjalankan program ayang ada pada memori eksternal

setelah sistem di-reset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk

menjalankan program yang ada pada memori internal. No. Pin Port

pin

Nama

Port

Fungsi

10 P3.0 RXD Menerima data untuk port serial

11 P3.1 TXD Mengirim data untuk port paralel

12 P3.2 INT 0 Interrupt 0 eksternal

13 P3.3 INT 1 Interrupt 1 eksternal

14 P3.4 T0 Timer 0 input eksternal

15 P3.5 T1 Timer 1 input eksertal

16 P3.6 WR Memori data eksternal write strobe

(30)

h. RST (Pin 9)

Jika pin ini diberi input „1‟ (high) selama minimal 2 cycle, maka sistem akan di-reset (kembali keawal)

i. On-Chip oscillator

j. AT89S52 telah memiliki on-chip oscilator yang dapat bekerja jika didrive

menggunakan kristal. Tambahan kapasitor diperlukan untuk menstabilkan sistem.

Nilai kristal yang biasa digunakan pada AT89S52 ini aalah 12 MHz. On-chip

oscillator pada AT89S52 terdiri dari XTAL1 (pin 19) input untuk clock internal

dan XTAL2 (pin 18) output dari osilator.

k. Koneksi Power

AT89S52 beroperasi pada tegangan 5 volt. Pin Vcc terdapat pada pin 40,

sedangkan ground (gnd) terdapat pada pin 20.

Instruksi-instruksi mikrokontroler

Instruksi-instruksi yang dimaksud merupakan seperangkat instruksi yang

disusun menjadi sebuah program untuk memerintahkan mikrokontroler melakukan

sesuatu pekerjaan. Sebuah instruksi selalu berisi kode operasi (op-code), kode

pengoperasian inilah yang disebut dengan bahasa mesin yang dapat dimengerti oleh

mikrokontroler. Inastruksi-instruksi yang digunakan dalam memogram suatu program

yang diisikan AT98S52 adalah instruksi bahasa pemograman assembler.

2.3.2 Instruksi Transfer Data

Instruksi tranfer data terbagi menjadi dua kelas operasi sebagai berikut:

 Tranfer data umum (General Purpose Transfer), yaitu : MOV, PUSH dan POP

 Transfer spesifik akumulator (Accumulator Specific Transfer), yaitu :XCH, XCHD, dan MOVC

Instruksi transfer data adalah instruksi pemindahan/ pertukaran data antara

oprand sumber dengan opran tujuan. Operand-nya dapat berupa register, memori atau

lokasi suatu memori. Penjelasan instruksi transfer data dapat dijelasan sebagai berikut.

Mov : Transfer dari register satu ke register yang laian, antara register dengan

memori

(31)

Yang alamatnya ditunjuk oleh register penunjuk.

Pop : Transfer byte atau dari dalam strack ke operan tujuan

Xch : Pertukaran data antara operand akumulator dengan operand sumber

Xcdh : Pertukaran nibble orde rendah antara RAM internal (lokasinya

ditunjukkan oleh r0 dan r1)

Movc : Pertukaran data dengan menjumlahkan isi data pointer dengan isi

akumulator

2.3.3 Instruksi Aritmatik

Operasi dasar aritmatik seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian dimiliki oleh AT89S52 dengan mnemonic : Inc, Add, subb, Dec, Mul dan

Div. Penjelasan dari operasi mnemonic tersebut dijelaskan sebagai berikut :

Inc : Menambahkan satu isi sumber operand dan menyiman hasilnya ke

operand tersebut

Add : Penjumlahan antara akumulator dengan sumber operand dan hasilnya

disimpan di akumulator

Subb : Pengurangan akumulator dengan sumber operand, hasilnya disimpan

dalam operand tersebut

Dec : Mengurangi sumber operand dengan 1, dan hasilnya dismpan pada

operan tersebut

Mul : Perkalian antara Akumulator dengan Register B

Div : Pembagian antara Akumulator dengan Register B dan hasilnya disimpan

dalam Akumulator, sisanya di Register B

2.3.4 Instruksi Logika

Mikrokontroler AT98S52 dapat melakukanoperasi logika bit maupun operasi

logika byte. Operasi logika tersebut terbagi atas dua bagian yaitu:

 Operasi logika operan tunggal, yaitu terdiri dari clr, setb, cpl, rl dan rr

 Oprasi logika dua operand seperti : anl, orl dan xlr

Operasi yang dilakukan oleh AT89S52 dengan pembacaan instruksi logika tersebut

dijelaskan dibawah ini:

Crl : Menhhapus byte atau bit menjadi nol

(32)

Cpl : Mengkomplemenkan akumulator

Rl : Rotasi akumulator 1 bit kekiri

Rr : Rotasi akumulator 1 bit kekanan

Anl : Meng-and kan data bit secara langsung dengan isi akumulator

Orl : Meng-or kan data bit secara langsung dengan isi akumulator

Xrl : Meng-xor kan data bit secara langsung dengan isi akumulator

2.3.5 Instruksi Percabangan

Instruksi percabangan terdiri dari (3) tiga kelas oprasi, yaitu:

 Lompatan tak bersyarat (unconditional Jump) seperti : sjmp, ajmp, ljmp

 Lompatan bersyarat (Conditional Jump) seperti : jb, jnb jz, jnz, jc, jnc, cjne, dan djnz

 Insterupsi seperti: ret dan reti

Penjelasan dari instruksi diatas sebagai berikut :

Sjmp : Lompatan untuk percabangan dengan jankauan masumum 1 Kbyte

Ajmp : Lompatan untuk percabangan masimum 2 Kbyte

Lcall : Pemanggilan subroutine yang mempunyai alamat antara 2 Kbyte – 64 Kbyte.

Jb : Percabangan yang akan lompat ke label atau alamat yang dituju jika

dalam keadaan bit

Jnb : Percabangan yang akan lompat ke label atau alamat yang dituju jika

dalam keadaan tidak bit

Jz : Percabangan akan dilakukan jika akumulator adalah nol

Jnz : Percabangan akan dilakukan jika akumulator adalah tidak nol

Jc : Percabangan terjadi jika CF (Carry Flag) diset „1‟ Jne : Percabangan terjadi jika CF (Carry Flag) diset „0‟

Cjne : Operasi perbandingan Operand pertama dengan operand kedua, jika

tidak sama akan dilakukan percabangan

Djnz : Mengurangi nilai operand sumber dengan satu dan percabangan akan

dilakukan bila hasilnya tidak nol

Ret : Kembali ke subrutine.

(33)

2.4 Analog To Digital Converter (ADC) 0804

ADC banyak tersedia dipasaran, tetapi dalam perancangan ini digunakan ADC

0804. Gambar 2.11 menunjukkan susunan kaki ADC tersebut. Beberapa karakteristik

ADC 0804 adalah sebagai berikut:

 Memiliki 2 masukan analog : Vin (+) dan Vin(-) sehingga memperbolehkan masukan selisih (diferensial). Dengan kata lain, tegangan masukan analog

yang sebenarnya adalah selisih dari masukan kedua pin [ analog Vin = Vin(+) – Vin(-)]. Jika hanya satu masukan maka Vin(-) dihubungkan ke ground. Pada operasi normal, ADC menggunakan Vcc = +5V sebagai tegangan referensi,

dan masukan analog memiliki jangkauan dari 0 sampai 5 V pada skala penuh.

 Mengubah tegangan analog menjadi keluaran digital 8 bit. Sehingga resolusinya adalah 5V/255 = 19.6 mV

 Memiliki pembangkit detak (clock) internal yang menghasilkan frekuensi f=1/(1,1RC), dengan R dan C adalah komponen eksternal.

 Memiliki koneksi ground yang berbeda antara tegangan digital dan analog. Kaki 8 adalah ground analog. Pin 10 adalah ground digital.

Gambar 2.11 Pin Konfigurasi ADC 0804

ADC 0804 merupakan ADC yang paling familier, yang paling sering

digunakan untuk keperluan pembuatan alat-alat ukur digital, dengan karakteristik

dasar, lebar data = 8 bit, waktu konversi = 100 uS. WR : ( input ) pin ini digunakan

untuk memulai konversi tegangan analog menjadi data digital, bila WR mendapat

logika '0' maka konverter akan mengalami reset; dan ketika WR kembali pada keadaan

(34)

D0 s/d D7 akan berada dalam keadaan high impedanzi, sebaliknya bila CS dan RD

diberi logika '0' maka output digital akan keluar pada D0 s/d D7. INT: ( output ) pin

ini digunakan sebagai indikator apabila ADC talah selesai menkonversikan tegangan

analog menjadi digital, INT akam mengeluarkan logika '1' pada saat memulai konversi

dan akan berada pada logika '0' bila konversi telah selesai. Frekuensi clock konverter

harus terletak dalam daerah frekuensi 100 s/d 800 kHz. CLK IN dapat diturunkan dari

sumber clock eksternal. Clock internal dapat dibangkitkan dengan memeberikan

komponen R dan C pada CLK IN dan CLK R. Vin : pin ini sebagai inputan tegangan

analog yang akan dikonversikan menjadi data digital.

2.5 Relay

Relay adalah sebuah saklar yang digunakan untuk menghubungkan atau

memutus aliran listrik yang dikontrol dengan memberikan tegangan dan arus tertentu

pada koilnya. Relay biasanya hanya mempunyai satu kumparan tetapi relay dapat

mempunyai beberapa kontak.

Pada dasarnya, konstruksi dari relay terdiri dari lilitan kawat (koil) yang

dililitkan pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapat aliran arus, inti besi lunak

kontak menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak

mengalami gaya listrik magnet sehingga berpindah posisi ke kutub lain atau terlepas

dari kutub asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan

relay. Dan relay akan kembali ke posisi semula (normal), bila tidak ada lagi arus yang

mengalir padanya. Posisi normal relay tergantung pada jenis relay yang digunakan.

Biasanya kontak yang akan berhubung saat relay bekerja sering disebut

Normally Open (NO), sedangkan kontak yang membuka saat relay bekerja disebut

Normally Close (NC).

(35)

BAB III

PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1 Diagram Blok Rangkaian

Relay Heather/

blower

Relay kipas

Keypad

H-Bridge

Motor Sensor

Lm 35 Display

ADC 0804

Mikro AT89S52

Gambar 3.1.1 Diagram Blok Rangkaian

kipas

PIPA

MOTOR DC

BLOW ER / HEATER

PLN 30 CM

25

C

M

35 CM

31 CM

(36)

3.2 Rangkaian Power Supplay ( PSA )

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian

yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12

volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian,

sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke relay. Rangkaian

power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan

disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan

masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Tegangan 12 volt

DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah.

Dimana perhitungannya IC LM7805 membutuhkan tegangan ±7.5 V dan arus ±100 mA. Jadi dipakai resistor R1 100 Ω, dimana tegangan dari trafo step down sebesar 12 V, namun sebuah diode dapat menurunkan tegangan sekitar 0.6 V. Jadi

apabila dioda yang digunakan dua buah maka tegangan dapat diturunkannya adalah

1.2 V. Maka :

Tegangan trafo step down = 12 V – 1.2 V = 10.8 V Sehingga bila dipakai R1 = 100 Ω

I = V/ R = 10.8 V/ 100 Ω = 0.108 A = 108 mA

Untuk menghidupkan LED yang arusnya 1.5 mA dipakai R2, maka :

(37)

State 1 State 2 State 3 State 4 State 5 State 6 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

1 Machine Cycle Oscillator

Frequency

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada.

Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar.3.3 Rangkaian Mikrokontroller AT89S52

Agar dapat mengekskusi program mikrokontroler membutuhkan pulsa clock.

Pulsa ini dapat dihasilkan dengan memasang rangkaian clock. Frekuensi kerja

maksimum AT89S52 adalah 33 MHz. Komponen utamanya adalah quartz crystal

yang dihhubungkan dengan kapasitor bernilai 33 pF.

Dalam mikrokontroler dikenal istilah Machine Cycle (MC) / siklus mesin, dimana :

1 MC = 6 state = 12 periode clock.

Jika frekuensi crystal yang digunakan adalah 12 Mhz maka :

1 MC =

=

= 1µs

Untuk perhitungan resistor pada port 0 memakai resistor 4K7 karena

mikrokontroler ada dua kedudukan aktif :

(38)

Untuk mengatasi tegangan ambang bekisar antara 4.7 V – 4.8 V maka : 4.7 V = 1 mA

4700 Ω

Agar program counter (PC) dapat menunjuk address 000h pada saat awal maka

mikrokontroler perlu diriset, caranya adalah dengan memberikan pulsa high pada pin

reset selama minimal 2 machine cycle (jika f cystal = 12 MHz maka 2 MC = 2 µs).

Setelah itu diberikan pulsa low. Kondisi ini dapat dipenuhi dengan memasang

rangkaian RC yang akan mensuplai teganagan Vcc ke pin 9 selama kapasitor mengisi

muatan. Konstanta waktu pengisian dapat dihitung dengan mengalikan nilai R dan C.

T = R . C = 1K x 10µF = 1 ms

Setelah kapasitor terisi maka pin 9 akan low.

Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena

mikrokontroller AT89S52 tidak menggunakan memori eskternal.Pin 18 dan 19

dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi

kecepatan mikrokontroller AT89S52 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam

program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke

tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang

merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai

multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program

eksternal. Pada port 0 ini masing masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm.

Resistor 4k7 ohm yan dihubungkan ke port 0 befungsi sebagai pull up( penaik

tegangan ) agar output dari mikrokontroller dapat mntrigger transistor. Pin 1 sampai 8

adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3.

Pin 39 yang merupakan P0.0 dihubungkan dengan sebuah resistor 330 ohm dan

sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakah rangkaian minimum

mikrokontroller AT89S52 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program

sederhana pada mikrokontroller tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum

tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 39

sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum

tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground

pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan

(39)

3.4 Rangkaian ADC 0804

Rangkaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan oleh

sensor suhu menjadi bilangan digital. output dari ADC dihubungkan ke

mikrokontroler. Sehingga mikrokontroler dapat mengetahui suhu yang terdapat di

dalam ruangan Dengan demikian proses pengukuran suhu dapat dilakukan. Gambar

rangkaian ADC ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.4 Rangkaian ADC

Input ADC dihubungkan ke sensor suhu LM35 sehingga setiap perubahan

tegangan pada LM35 akan dideteksi oleh ADC. Agar output yang dihasilkan oleh

ADC bagus, maka tegangan refrensi ADC harus benar-benar stabil, karena perubahan

tegangan refrensi pada ADC akan merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada

rangkaian ADC di atas tegangan masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator

tegangan 9 volt ( 7809) agar keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini

dimasukkan kedalam regulator tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi

5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang menjadi tegangan refrensi ADC.

Dengan demikian walaupun tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari

12 volt menjadi 6 volt, tegangan refrensi ADC tetap 5 volt.

Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga setiap perubahan

output ADC yang disebabkan oleh perubahan inputnya akan diketahui oleh

(40)

3.5 Display Seven Segment

Untuk menampilkan nilai suhu yang dideteksi oleh sensor suhu LM35

diperlukan suatu rangkaian display yang dapat menampilkan nilai suhu tersebut

Rangkaian display yang digunakan untuk menampilkan nilai suhu terlihat pada ganbar

berikut:

Gambar rangkaian display seven segment

Gambar.3.5. Rangkaian Display Seven Segment

Display ini menggunakan 3 buah seven segment yang dihubungkan ke IC HEF

4094BP yang merupakan IC serial to paralel. IC ini akan merubah 8 bit data serial

yang masuk menjadi keluaran 8 bit data paralel. Rangkaian ini dihubungkan dengan

P3.0 dan P3.1 AT89S52. P3.0 merupakan fasilitas khusus pengiriman data serial yang

disediakan oleh mikrokontroler AT89S52. Sedangkan P3.1 merupakan sinyal clock

untuk pengiriman data serial. Pada rangkaian display ini digunakan dua buah dioda

yang berfungsi untuk menurunkan tegangan supply untuk seven segment. Satu buah

dioda dapat menurunkan tegangan sekitar 0,6 volt. Jadi, apabila dioda yang digunakan

dua buah maka tegangan yang dapat diturunkannya adalah 1,2 volt. Tegangan ini

diturunkan agar umur seven segment lebih tahan lama dan karena tegangan maksimum

(41)

3.6 Rangkaian Pengendali Heater

Rangkaian pengendali heater pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau

menghubungkan sumber tegangan 12 volt dengan heater. Gambar rangkaian

pengendali haeter ini ditunjukkan pada gambar 3.6 berikut ini:

Gambar 3.6 Rangkaian Pengendali Heater

Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang

lainnya dihubungkan ke heater. Hubungan yang digunakan adalah normally close.

Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai

saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari

mikrokontroler Port 0.1 (P0.1). Pada saat logika pada port 0.1 adalah tinggi (high),

maka transistor mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias

ini maka transistor akan aktip (saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke

kumparan relay. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay menjadi terbuka,

sehingga hubungan sumber tegangan 12 volt ke buzzer akan terhubung dan heater

akan menyala. Begitu juga sebaliknya pada saat logika pada P0.1 adalah rendah (low)

maka relay tidak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus,

sehingga sumber tegangan 12 volt dengan heater akan terputus dan heater tidak

menyala

3.7 Rangkaian Pengendali Motor

Agar dapat membalikkan telur secara otomatis digunakan sebuah motor

stepper. Hal ini dilakukan agar panas yang diterima telur dapat diterima secara merata.

Pada alat, motor berfungsi sebagai penggerak wadah penampung telur yang akan

(42)

juga akan bergerak yang menyebabkan posisi telur berubah rangakaian pengendali

motor dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.7 Rangkaian Pengendali Motor

Driver ini berfungsi untuk memutar motor searah dengan jarum jam atau

berlawanan arah dengan jarum jam. Rangkaian ini akan dikendalikan oleh

mikrokontroler AT89S52. Jadi dengan memberikan sinyal high secara bergantian ke

input dari rangkaian driver motor tersebut, maka pergerakan motor sudah dapat

dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S52.

Rangkaian driver motor ini terdiri dari empat masukan dan empat keluaran, dimana

masing-masing masukan dihubungkan dengan mikrokontroler AT89S52 dan

keluarannya dihubungkan ke motor . Rangkaian ini akan bekerja memutar motor jika

diberi sinyal high (1) secara bergantian pada ke-4 masukannya.

Rangkaian ini terdairi dari 4 buah transistor NPN TIP 122. Masing-masing

transistor dihubungkan ke P0.0, P0.1, P0.2 dan P0.3 pada mikrokontroler AT89S52.

Basis dari masing-masing transistor diberi tahanan 10 Kohm untuk membatasi arus

yang masuk ke transistor. Kolektor dihubungkan dengan kumparan yang terdapat pada

motor , kemudian kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan 12 volt.dan emitor

dihubungkan ke ground.

Jika P0.0 diberi logika high (1), yang berarti basis pada transistor TIP 122

mendapat tegangan 5 volt, maka transistor akan aktip. Hal ini akan menyebabkan

terhubungnya kolektor dengan emitor, sehingga kolektor mendapatkan tegangan 0 volt

dari ground. Hal ini menyebabkan arus akan mengalir dari sumber tegangan 12 volt ke

(43)

akan menarik logam yang ada pada motor, sehingga motor mengarah pada kumparan

yang memiliki medan magnet tesebut.

Jika kemudian P0.0 di beri logika low (0), yang berarti transistor tidak aktip

dan tidak ada arus yang mengair pada kumparan, sehingga tidak ada medan magnet

pada kumparan. Dan disisi lain P0.1 diberi logika high (1), sehingga kumparan yang

terhubung ke P0.1 akan menghasilkan medan magnet. Maka motor akan beralih

kearah kumparan yang terhubung ke P0.1 tersebut. Seterusnya jika logika high

diberikan secara bergantian pada input dari driver motor, maka motor akan berputar

sesuai dengan arah logika high (1) yang diberikan pada inputnya.

Untuk memutar dengan arah yang berlawanan dengan arah yang sebelumnya,

maka logika high (1) pada input driver motor harus diberikan secara bergantian

dengan arah yang berlawanan dengan sebelumnya.

3.8 Perancangan Rangkaian Keypad

Rangkaian Keypad berfungsi sebagai tombol untuk memasukan nilai

temperatur yang akan dijaga. Kemudian data yang diketikkan pada keypad akan

diterima oleh mikrokontroler AT89S52 untuk kemudian diolah dan diotampilkan pada

display seven segmen. Rangkaian keypad ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 3.8 Rangkaian Keypad

Rangkaian keypad yang digunakan adalah rangkaian keypad yang telah ada

dipasaran. Keypad ini terdiri dari 16 tombol yang hubungan antara tombol-tombolnya

seperti tampak pada gambar di atas. Rangkaian ini dihubungkan ke port 2

(44)

INPUT NILAI

Berikut ini adalah diagram alir rangkaian lengkap :

(45)

Pada saat alat ini hidup atau dalam keadaan start,maka yang terbaca dari sensor

Lm35 yang ada pada alat ini hanya suhu kamar.

Jika kita menginginkan inputan suhu awal maka dimasukan inputan suhu melalui

keypad,setelah suhu dimasukkan maka mikrokontroller akan menyimpan suhu yang

kita masukkan pada keypad tersebut,setelah suhu tersimpan dan dieksekusi maka

secara otomatis heater akan hidup sampai nilai suhu pada ruang alat ini(inkubator)

sama dengan nilai inputan yang kita masukkan melalui keypad,jika kita tidak

mengeksekusi inputan suhu maka kembali lagi kesimpan nilai suhu secara bersamaan

juga display akan dikosongkan atau diclear.

Apabila nilai suhu yang ada pada ruang alat ini melebihi dari nilai inputan

suhu yang dimasukkan melalui keypad tadi maka heater akan mati dan kipas akan

hidup,kipas disini berfungsi untuk membuang suhu berlebih yang pada ruang alat ini.

Dan bila nilai suhu sama dengan nilai input maka heater dan kipas secara bersamaan

akan mati.

Dan pada saat bersamaan jika alat ini hidup maka motor dc akan mati,motor

ini dikontrol oleh mikrokontoller dengan timer yang sesuai dengan kita

inginkan,setelah timer sesuai yang kita inginkan maka motor dc ini akan hidup dengan

sendirinya.

(46)

BAB IV

PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S52

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S52 telah bekerja

dengan baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan

memberikan program sederhana pada mikrokontroller AT89S52. Programnya adalah

sebagai berikut:

Loop:

Setb P0.0

Acall tunda

Clr P0.0

Acall tunda

Sjmp Loop

Tunda:

Mov r7,#255

Tnd: Mov r6,#255

Djnz r6,$

Djnz r7,tnd

Ret

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P0.0

selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus

menerus. Perintah Setb P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika high yang menyebabkan

LED menyala. Acall tunda akan menyebabkan LED ini hidup selama beberapa saat.

Perintah Clr P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika low yang menyebabkan LED akan

mati. Perintah Acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat.

Perintah Sjmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan

(47)

Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin

membutuhkan waktu = 12 1

12MHz  mikrodetik.

Mnemonic Siklus Waktu Eksekusi

MOV Rn,#data 2 2 x 1 μd = 2 μd DJNZ 2 2 x 1 μd = 2 μd RET 1 1 x 1 μd = 1 μd

Tunda:

mov r7,#255 2

Tnd: mov r6,#255 2

djnz r6,$ 255 x 2 = 510 x 255 = 130.054 = 130.058 = 130.059 μd

djnz r7,loop3 2

djnz r2,loop8 2

ret 1

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan program di atas adalah 130.059 μdetik atau 0,130059 detik dan dapat dibulatkan menjadi 0,13 detik.

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S52, kemudian

mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian

(48)

dp a

b c f

g e

d

e d g c f a b dp

Konfigurasi seven segment

4.2 Pengujian Rangkaian Display Seven Segment

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan

rangkaian ini dengan rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu

pada port serial dari mikrokontroler. Seven segmen yang digunakan adalah common

anoda, dimana semen akan menyala jika diberi logika 0 dan sebaliknya segmen akan

mati jika diberi logika 1.

Gambar 4.1 Rangkaian pengujian seven segment

Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Seven Segment

Common anoda : diberikan logika 0

(49)

Sebagai contoh untuk menampilkan angka 5 :

Jadi konfigurasinya adalah sebagai berikut:

1 0 0 0 0 0 1 0

8 2 H

Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk

menampilkan angka desimal adalah sebagai berikut:

Angka Data yang dikirim

1 0ECH

Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai

(50)

Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segmen.

Sedangkan untuk menampilkan 3 digit angka yang berbeda pada seven segmen adalah

dengan mengirimkan ke 3 data angka yang akan ditampilkan pada seven segmen.

Programnya adalah sebagai berikut :

Loop:

Program di atas akan menampilkan angka 1 pada seven segmen ketiga, angka 2 pada

seven segmen kedua dan angka 3 pada seven segmen pertama.

4.3 Pengujian Rangkaian ADC ( Analog to Digital Converter )

Untuk mengetahui tingkat ketelitian ADC dalam mengkonversi input analog

yang diberikan maka terlebih dahulu ADC tersebut harus di uji ketelitiannya. Langkah

yang digunakan untuk menguji tingkat ketelitian ADC adalah dengan cara

memberikan tegangan yang bervariasi pada input ADC. Setiap perubahan tegangan

yang diberikan merupakan input bagi ADC dan akan diubah menjadi data digital.

Proses perubahan tegangan input menjadi data digital dilakukan dengan cara:

faktor

dengan data output dapat dihitung, misalnya jika Vin ADC = 0,3 Volt, maka:

55

(51)

1111).pada rangkaian pengujian, Output ADC melalui kaki DB0-DB7 dihubungkan

dengan delapan buah led untuk mempermudah dalam pembacaan data. Rangkaian

pengujian ADC dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2 Rangkaian Pengujian ADC

Pada tabel 4.1 berikut akan ditampilkan data biner yang di output-kan oleh ADC

untuk setiap variasi tegangan yang di inputkan ke ADC, yang dihitung dengan cara

yang sama seperti di atas

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian ADC .

No. Vin (V) Data Out ADC Biner dec

1 0 0 0000 0000 0

2 0.5 25.5 0001 1001 25

3 1 51 0011 0011 51

4 1.5 76.5 0100 1000 76

5 2 102 0110 0110 102

6 2.5 127.5 0111 1111 127

7 3 153 1001 1001 153

8 3.5 178.5 1011 0010 178

9 4 204 1100 1100 204

10 4.5 229.5 1110 0101 229

(52)

4.4 Pengujian Rangkaian Relay

Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5

volt dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis

NPN, transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak

aktif jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktipkan

relay. Pada alat ini relay digunakan untuk menghidupkan / mematikan alarm dan

kipas, dimana hubungan yang digunakan adalah normally open (NO), dengan

demikian jika relay tidak aktif maka alarm dan kipas mati, sebaliknya jika relay aktif,

maka alarm dan kipas akan menyala. Pengujian dilakukan dengan memberikan

tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay aktif dan kipas menyala maka

rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.

4.5 Pengujian Sensor LM35

Untuk dapat mengetahui tingkat ketelitian alat dalam penelitian ini maka

harus dilakukan pengujian terhadap sensor. Adapun cara menguji sensor LM35 yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menghubungkan sensor dengan

sumber tegangan dan mengukur output yang dihasilkan oleh sensor pada saat

mendeteksi kenaikan suhu. Rangkaian pengujian sensor LM35 dapat dilihat pada

gambar 4.3 berikut ini :

Gambar 4.3 Rangkaian Pengujian Sensor LM35

Agar dapat mengukur besar Output dari sensor LM35 pada saat mendeteksi

setiap kenaikan suhu, maka output sensor dihubungkan dengan Voltmeter. Dari hasil

(53)
(54)
(55)

88 3,38

89 3,39

90 3,40

91 3,41

92 3,42

93 3,43

94 3,44

95 3,45

96 3,46

97 3,47

98 3,48

99 3,49

100 3,50

Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada saat mendeteksi kenaikan suhu sebesar 1

derajat celcius maka out sensor akan bertambah besar sekiatar 10mV s

4.6 Hasil Pengamatan

Secara normal (alam), Telur Ayam akan menetas dalam waktu 21 hari pada suhu

sekitar 37oC dan Telur bebek akan menetas dalam waktu 28 hari 37oC Berdasarkan

hasil pengamatan selama penelitian, telur ayam yang ditetaskan dengan menggunakan

alat yang dirancang membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama yaitu 23 hari pada

suhu yang sama dan tidak semua dari telur yang ditetaskan menetas seluruhnya.

Hanya 4 dari 6 telur ayam yang dapat menetas dengan menggunakan alat ini selama

dalam masa pengamatan. Begitu pula halnya dengan telur bebek, telur bebek yang

menetas dengan menggunakan alat ini hanya sebanyak 3 buah dari 6 selama dalam

masa pengamatan.

4.7 Analisa data

Besar penyimpangan antara nilai T terukur dengan nilai T teori dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan:

(56)

Sebelum nilai tersebut di masukkan ke dalam persamaan di atas maka nilai suhu rata

rata dari hasil pengujian alat harus dihitung terlebih dahulu. Proses pengukuran suhu

pada percobaan dilakukan sebanyak 5 kali dan dapat dilihat hasilya pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Pengukuran Suhu Sebanyak 5 Kali Tterukur(oC) terukur

Berdasarkan persamaan diatas maka didapat hasil sebagai berikut;

sebagai contoh, berdasarkan hasil pengukuran pada suhu 30 oC didapat suhu rata rata

sebesar 31,2 oC maka dengan demikian;

2

Maka penyimpangan pengukuran Suhu dalam penelitian ini adalah sebesar 1,2 oC

Dengan cara yang sama, hasil pengukuran dan besar penyimpangan antara nilai Rs

secara teori dengan nilai Rs terukur, dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Penyimpangan antara Tteori dengan Tterukur

(57)

4.8 Standar Deviasi

Berdasarkan nilai penyimpangan pada tabel 4.7, maka dapat ditentukan standar

deviasi dari hasil pengukuran output sensor menggunakan persamaan sebagai berikut:

1

pengukuran output sensor adalah sebesar 1,09%. Dengan demikian hasil dari pengukuran dalam penelitian ini masih dapat diterima, mengingat tingkat

penyimpangan dari hasil pengukuran output sensor masih dapat dikategorikan kecil.

4.9 Analisis Pengujian

4.9.1 Pengukuran Temperatur terhadap Waktu

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan,besarnya kenaikan temperature

terhadap waktu berbeda-beda.

Dari gambar pengujian dibawah ini maka data yang diperoleh dapat disajikan dalam

bentuk table 4.4 berikut

(58)

Tabel 4.4 Data Pengukuran Temperatur terhadap Waktu

4.9.2 Hubungan Temperatur VS Waktu

Berdasarkan data pengukuran hubungan temperature terhadap waktu pada tabel 4.4 maka dapat dibuat grafik hubungan temperature vs waktu Seperti gambar berikut ini:

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Tempertaur VS waktu

Dari data diatas suhu yang dipakai untuk penetasan telur adalah 37oC,dimana waktu

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan perencanaan dan pembuatan alat penetas telur serta dari

permasalahan yang telah diuraikan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara

lain :

1. Pada alat prototype control temperatur ini memiliki lebar 31cm, tinggi

25cm, dan panjang 35 cm, dengan heater berada diadalam alat dan

rangkaian diluar alat dengan menggunakan akrilik.

2. Waktu yang diperlukan untuk mencapai 37oC dengan menggunakan alat ini

selama 153 detik

3. Pada alat ini, pengontrolan temperatur dapat dikontrol oleh keypad dan

ditampilkan pada seven segment.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukan diatas, maka saran yang dapat

disampaikan adalah:

1. Diharapkan laporan ini dan alatnya dapat berguna dan menjadi suatu bahan

masukkan yang berguna, serta dapat dikembangkan kembali.

2. Penggunaan Mikrokontroler AT89S52, ADC, dan sensor LM35

sediharapkan nantinya dapat lebih efesien dan multifungsi (canggih) sesuai

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Agfianto Eko Putra,2002, Belajar Mikrokontroler AT89S51/52/55 Teori dan

Aplikasinya,Edisi 2, Yogyakarta : Penerbit Gaya Media.

Coughlin, Robert.F, Frederick F. Driscoll, 1994. Penguat Operasional dan Rangkaian

Terpadu Linier, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Cooper, William D, 1991, Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran, Erlangga

Jakarta.

Malvino, A. P.,1996, Prinsip – Prinsip Elektronika (terjemahan), Erlangga, Jakarta.

Sudjadi, 2005, Teori dan Aplikasi Mikrokontroler, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sutrisno, 1986, Elektronika Teori dan Penerapannya, Penerbit ITB, Bandung.

Tirtamiharja, 1996, Elektronika Digital, Andi Offset, Yogyakarta.

http://abdulazizquraisy.wordpress.com/2010/05/26/sensor;lm35

http://id,wordpress.com/tag/teori-relay

http://id.r3870me.files.woedpress.com/2010/02/unbab-ii.doc

http//2a-agro-farm.blogspot.com/2010/02/penetas –telur-ayam-2010.html

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

Gambar

Gambar 2.2 Struktur Motor DC Sederhana
Gambar 2.5 Medan Megnet Mengelilingi Konduktor di antara Dua Kutub
Gambar 2.6 Reaksi Garis Fluks
Gambar 2.7 Prinsip Kerja Motor DC
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika tegangan yang didapat dari sensor yang lebih besar dari tegangan referensi maka rangkaian komprator akan bekerja dengan mengeluarkan tegangan 5 volt pada output. Sinyal

Ketika sensor telah mendapatkan suhu yaitu dengan menerjemahkan sifat fisis suhu menjadi sinyal listrik yaitu perubahan tegangan output sensor, maka kemudian ouput ini dibaca oleh

Perancangan sistem kontrol temperatur dan kelembaban tanah pada rumah kaca terdiri dari rangkaian sensor temperatur (LM35), rangkaian sensor Soil Moisture , rangkaian

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman, penulis membuat sistematika penulisan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari pengukuran suhu Inkubator Telur Otomatis dengan sensor

Judul : Alat Pengendali Otomatis Pada Inkubator Penetas Telur Menggunakan Sensor LM35 Berbasis Arduino Nano Kategori : Tugas Akhir.. Nama : DESY

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian, sedangkan keluaran 12

dimulai dari pengujian sensor temperatur, penguat tak membalik dan keluaran adc0804 yang dilakukan secara terpisah dan dilanjutkan pengujian sensor temperatur dengan

Hasil pengujian sistem menunjukkan alarm aktif jika tegangan keluaran sensor ≥ 1 volt dan sensor masih cukup peka dalam mendeteksi getaran sampai jarak 200 cm untuk