• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis HypogaeaL.) dan Jagung (Zea MaysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis HypogaeaL.) dan Jagung (Zea MaysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM

POLA TUMPANG SARI

SKRIPSI

OLEH :

ADRIA SARTIKA BR SEMBIRING/090301077 AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM

POLA TUMPANG SARI

SKRIPSI

OLEH :

ADRIA SARTIKA BR SEMBIRING/090301077 AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi :Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaeaL.) dan (Zea maysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Nama : Adria Sartika br Sembiring

NIM : 090301077

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing :

Ir. Jonis Ginting, MS.

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

ADRIA SARTIKA SEMBIRING: Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis HypogaeaL.) dan Jagung (Zea MaysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari, dibimbing oleh JONIS GINTING dan FERRY EZRA SITEPU.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh populasi tanaman kacang tanah(Arachis hypogaeaL.) dan tanaman jagung (Zea maysL.) terhadap pertumbuhan dan produksi pada sistem pola tumpang sari.Penelitian ini dilaksanakandi desa Lambar Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±1200 meter di atas permukaan laut, yang dimulai pada bulan November 2013 sampai Mei 2014.Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu populasi kacang tanah (20x20 cm, 30x20 cm, 40x20 cm, 50x20 cm) dan populasi jagung (60x20 cm, 70x20 cm, 80x20 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman kacang tanah, jumlah daun kacang tanah, tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, jumlah polong kacang tanah per sampel, produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji kacang tanah, indeks luas daun kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot.Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi kacang tanah berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, dan indeks luas daun kacang tanah. Populasi jagung berpengaruh nyata terhadap bobot basah tongkol jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ditemukan adanya interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung pada parameter tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, dan bobot 100 biji kacang tanah.

(5)

ABSTRACT

ADRIA SARTIKA SEMBIRING: The Number of Peanut and Corn Population Effect to the Growth and Yield in Intercropping Pattern System,supervised by

JONIS GINTING and FERRY EZRA SITEPU.

The purpose of the study was to determine the effect of the number of peanut and corn population to the growth and yield in intercropping pattern system. The research was conducted atLambar Village Tigapanah District Karo Regency, North Sumatera with the height of ±1200metres above sea level, began from November 2013 until May 2014. The research was arranged with a randomized block design with two factors.The first factor waspeanut population (20x20 cm, 30x20 cm, 40x20 cm, 50x20 cm) and the second was corn population (60x20 cm, 70x20 cm, 80x20 cm). The parameters observed were peanut height, number of peanut leaf, corn height, number of corn leaf, number of pod per sample, peanut production per plot, weight of 100 peanut grain, peanut leaf area index, wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, and corn production per plot. The results showed that corn height, number of corn leaf, peanut production per plot, weight of 100 peanut grain, wet weight of corn cob, and peanut leaf area index were significantly affected by population of peanut. Population of corn significantly affected the wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, and corn production per plot. Analysis of data showed that the interaction of peanut and corn population were founded and significantly affected the corn height, number of corn leaf, and weight of 100 peanut grain.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kabanjahe pada tanggal 26 November 1991 dari ayah Jona

Sembiring dan ibu Helmidawati br Ginting. Penulis merupakan putri pertama dari

dua bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kabanjahe, Kabupaten Karo

dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian

Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan

Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), IMK (Ikatan Mahasiswa Katolik) FP

USU, IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo) Mbuah Page FP USU, sebagai asisten

praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Budidaya

Tanaman Penyegar.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaeaL.) dan Jagung (Zea maysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua

orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada Ir. Jonis Ginting, MS. dan Ferry Ezra Sitepu,

SP. MP. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga

ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam

kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2014

(8)

DAFTAR ISI

(9)

Penanaman ... 19

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 21

Panen ... 21

Penimbangan ... 21

Pengamatan Parameter ... 21

Tinggi Tanaman Jagung (cm) ... 21

Jumlah Polong Kacang Tanah per Sampel (polong) ... 22

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan tinggi tanaman kacang tanah 1-14 MST pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 25 2. Rataan jumlah daun kacang tanah 2-14 MST pada jarak tanam kacang

tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 27 3. Rataan tinggi tanaman jagung 2-10 MST pada jarak tanam kacang

tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 29 4. Rataan jumlah daun jagung 2-10 MST pada jarak tanam kacang tanah

dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 37 5. Rataan jumlah polong kacang tanah per sampel pada jarak tanam

kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 41 6. Rataan produksi kacang tanah per plot pada jarak tanam kacang tanah

dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 42 7. Rataan bobot 100 biji kacang tanah pada jarak tanam kacang tanah

dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 44 8. Rataan indeks luas daun kacang tanah pada jarak tanam kacang tanah

dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 47 9. Rataan bobot basah tongkol jagung pada jarak tanam kacang tanah

dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 48 10. Rataan bobot kering tongkol jagung pada jarak tanam kacang tanah

dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 51 11. Rataan produksi jagung per plot pada jarak tanam kacang tanah dan

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Grafik tinggi tanaman jagung 8 MST pada perlakuan jarak tanam kacang tanah ... 31 2. Grafik tinggi tanaman jagung 9 MST pada perlakuan jarak tanam

kacang tanah ... 31 3. Grafik tinggi tanaman jagung 10 MST pada perlakuan jarak tanam

kacang tanah ... 32 4. Grafik tinggi tanaman jagung 2 MST pada interaksi jarak tanam

kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 33 5. Grafik tinggi tanaman jagung 3 MST pada interaksi jarak tanam

kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 34 6. Grafik tinggi tanaman jagung 4 MST pada interaksi jarak tanam

kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 34 7. Grafik tinggi tanaman jagung 6 MST pada interaksi jarak tanam

kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 35 8. Grafik tinggi tanaman jagung 8 MST pada interaksi jarak tanam

kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 35 9. Grafik tinggi tanaman jagung 9 MST pada interaksi jarak tanam

kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 36 10. Grafik tinggi tanaman jagung 10 MST pada interaksi jarak tanam

kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 36 11. Grafik jumlah daun jagung umur 8 MST pada perlakuan jarak tanam

kacang tanah ... 39 12. Grafik jumlah daun umur 5 MST pada interaksi jarak tanam kacang

tanah dan jarak tanam jagung ... 40 13. Grafik produksi kacang tanah per plot pada perlakuan jarak tanam

kacang tanah ... 43 14. Grafik bobot 100 biji kacang tanah pada perlakuan jarak tanam

kacang tanah ... 45 15. Grafik bobot 100 biji pada interaksi jarak tanam kacang tanah dan

jarak tanam jagung ... 46 16. Grafik indeks luas daun pada perlakuan jarak tanam kacang tanah ... 47 17. Grafik bobot basah tongkol jagung pada perlakuan jarak tanam kacang

tanah ... 49 18. Grafik bobot basah tongkol jagung pada perlakuan jarak tanam jagung ... 50 19. Grafik bobot kering tongkol jagung pada perlakuan jarak tanam

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan Penelitian... 63

2. Deskripsi Jagung Varietas P-29 ... 64

3. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Banteng ... 65

4. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 66

5. Bagan Penanaman dalam Plot ... 67

6. Foto Penelitian ... 68

7. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 2 MST (cm) ... 71

8. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 2 MST ... 71

9. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 3 MST (cm) ... 72

10. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 3 MST ... 72

11. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 3 MST (cm) ... 73

12. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 3 MST ... 73

13. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 5 MST (cm) ... 74

14. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 5 MST ... 74

15. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 6 MST (cm) ... 75

16. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 6 MST ... 75

17. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 7 MST (cm) ... 76

18. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 7 MST ... 76

19. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 8 MST (cm) ... 77

20. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 8 MST ... 77

21. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 9 MST (cm) ... 78

22. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 9 MST ... 78

23. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 10 MST (cm) ... 79

24. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 10 MST ... 79

25. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 11 MST (cm) ... 80

26. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 11 MST ... 80

27. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 12 MST (cm) ... 81

28. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 12 MST ... 81

29. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 13 MST (cm) ... 82

30. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 13 MST ... 82

31. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 14 MST (cm) ... 83

32. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 14 MST ... 83

33. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 2 MST (helai) ... 84

34. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 2 MST ... 84

35. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 3 MST (helai) ... 85

36. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 3 MST ... 85

37. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 4 MST (helai) ... 86

(13)

39. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 5 MST (helai) ... 87

40. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 5 MST ... 87

41. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 6 MST (helai) ... 88

42. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 6 MST ... 88

43. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 7 MST (helai) ... 89

44. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 7 MST ... 89

45. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 8 MST (helai) ... 90

46. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 8 MST ... 90

47. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 9 MST (helai) ... 91

48. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 9 MST ... 91

49. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 10 MST (helai) ... 92

50. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 10 MST ... 92

51. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 11 MST (helai) ... 93

52. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 11 MST ... 93

53. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 12 MST (helai) ... 94

54. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 12 MST ... 94

55. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 13 MST (helai) ... 95

56. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 13 MST ... 95

57. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 14 MST (helai) ... 96

58. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 14 MST ... 96

59. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 2 MST (cm) ... 97

60. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 2 MST ... 97

61. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 3 MST (cm) ... 98

62. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 3 MST ... 98

63. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 4 MST (cm) ... 99

64. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 4 MST ... 99

65. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 5 MST (cm) ... 100

66. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 5 MST ... 100

67. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 6 MST (cm) ... 101

68. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 6 MST ... 101

69. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 7 MST (cm) ... 102

70. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 7 MST ... 102

71. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 8 MST (cm) ... 103

72. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 8 MST ... 103

73. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 9 MST (cm) ... 104

74. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 9 MST ... 104

75. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 10 MST (cm) ... 105

76. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 10 MST ... 105

77. Data pengamatan jumlah daun jagung 2 MST (helai) ... 106

78. Sidik ragam jumlah daun jagung 2 MST ... 106

79. Data pengamatan jumlah daun jagung 3 MST (helai) ... 107

(14)

81. Data pengamatan jumlah daun jagung 4 MST (helai) ... 108

82. Sidik ragam jumlah daun jagung 4 MST ... 108

83. Data pengamatan jumlah daun jagung 5 MST (helai) ... 109

84. Sidik ragam jumlah daun jagung 5 MST ... 109

85. Data pengamatan jumlah daun jagung 6 MST (helai) ... 110

86. Sidik ragam jumlah daun jagung 6 MST ... 110

87. Data pengamatan jumlah daun jagung 7 MST (helai) ... 111

88. Sidik ragam jumlah daun jagung 7 MST ... 111

89. Data pengamatan jumlah daun jagung 8 MST (helai) ... 112

90. Sidik ragam jumlah daun jagung 8 MST ... 112

91. Data pengamatan jumlah daun jagung 9 MST (helai) ... 113

92. Sidik ragam jumlah daun jagung 9 MST ... 113

93. Data pengamatan jumlah daun jagung 10 MST (helai) ... 114

94. Sidik ragam jumlah daun jagung 10 MST ... 114

95. Data pengamatan jumlah polong per sampel (polong) ... 115

96. Sidik ragam jumlah polong per sampel ... 115

97. Data pengamatan produksi kacang tanah per plot (g) ... 116

98. Sidik ragam produksi kacang tanah per plot ... 116

99. Data pengamatan bobot 100 biji kacang tanah (g) ... 117

100. Sidik ragam bobot 100 biji kacang tanah ... 117

101. Data pengamatan indeks luas daun kacang tanah ... 118

102. Sidik ragam indeks luas daun kacang tanah ... 118

103. Data pengamatan bobot basah tongkol jagung (g) ... 119

104. Sidik ragam bobot basah tongkol jagung ... 119

105. Data pengamatan bobot kering tongkol jagung (g) ... 120

106. Sidik ragam bobot kering tongkol jagung ... 120

107. Data pengamatan produksi jagung per plot (g) ... 121

(15)

ABSTRAK

ADRIA SARTIKA SEMBIRING: Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis HypogaeaL.) dan Jagung (Zea MaysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari, dibimbing oleh JONIS GINTING dan FERRY EZRA SITEPU.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh populasi tanaman kacang tanah(Arachis hypogaeaL.) dan tanaman jagung (Zea maysL.) terhadap pertumbuhan dan produksi pada sistem pola tumpang sari.Penelitian ini dilaksanakandi desa Lambar Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±1200 meter di atas permukaan laut, yang dimulai pada bulan November 2013 sampai Mei 2014.Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu populasi kacang tanah (20x20 cm, 30x20 cm, 40x20 cm, 50x20 cm) dan populasi jagung (60x20 cm, 70x20 cm, 80x20 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman kacang tanah, jumlah daun kacang tanah, tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, jumlah polong kacang tanah per sampel, produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji kacang tanah, indeks luas daun kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot.Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi kacang tanah berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, dan indeks luas daun kacang tanah. Populasi jagung berpengaruh nyata terhadap bobot basah tongkol jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ditemukan adanya interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung pada parameter tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, dan bobot 100 biji kacang tanah.

(16)

ABSTRACT

ADRIA SARTIKA SEMBIRING: The Number of Peanut and Corn Population Effect to the Growth and Yield in Intercropping Pattern System,supervised by

JONIS GINTING and FERRY EZRA SITEPU.

The purpose of the study was to determine the effect of the number of peanut and corn population to the growth and yield in intercropping pattern system. The research was conducted atLambar Village Tigapanah District Karo Regency, North Sumatera with the height of ±1200metres above sea level, began from November 2013 until May 2014. The research was arranged with a randomized block design with two factors.The first factor waspeanut population (20x20 cm, 30x20 cm, 40x20 cm, 50x20 cm) and the second was corn population (60x20 cm, 70x20 cm, 80x20 cm). The parameters observed were peanut height, number of peanut leaf, corn height, number of corn leaf, number of pod per sample, peanut production per plot, weight of 100 peanut grain, peanut leaf area index, wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, and corn production per plot. The results showed that corn height, number of corn leaf, peanut production per plot, weight of 100 peanut grain, wet weight of corn cob, and peanut leaf area index were significantly affected by population of peanut. Population of corn significantly affected the wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, and corn production per plot. Analysis of data showed that the interaction of peanut and corn population were founded and significantly affected the corn height, number of corn leaf, and weight of 100 peanut grain.

(17)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Usaha tani monokultur pada lahan relatif sempit kurang menguntungkan,

kegagalan panen berarti kerugian sangat besar. Polikultur dengan sistem pola

tanam yang tepat dapat mengatasi kerugian akibat gagal panen dari satu jenis

komoditas (Effendi, dkk., 2007).

Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman

pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam

barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih

jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa

juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Sistem tanam

tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada pola tanam

monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain: 1) akan

terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan

sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, 3)

dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4) tetap

mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang

diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan

beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat

menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber

daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah (Warsana, 2009).

Problematik dalam model tumpangsari ialah timbulnya persaingan di

antara dua atau lebih spesies yang ditanam. Persaingan dapat mencakup air, hara,

(18)

tanaman sela mengalami penurunan pertumbuhan dan hasil dibanding

pertumbuhan dan hasil tanaman monokultur spesies tanaman tersebut. Lebih

lanjut Nugroho (1990) mengemukakan bahwa spesies-spesies tanaman yang

memiliki agresivitas tinggi lebih mampu bersaing. Amin (2006) mengemukakan

bahwa tanaman jagung lebih agresif dibanding kedelai dalam tumpangsari,

terutama jika ketersediaan hara cukup tersedia sehingga hasil kedelai sangat turun

drastis (Zuchri, 2007).

Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk

mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak

tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman

mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal

mendapatkan unsur hara dan cahaya. Liu (2004) menyatakan jika peningkatan

populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan

tercapai pada populasi yang lebih padat (Bakkara, 2010).

Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting

dalam perdagangan pertanian baik regional, nasional maupun internasional.

Permintaan komoditas tersebut dari tahun ke tahun menunjukkan laju peningkatan

yang besar. Hal ini disebabkan karena keunggulan komoditas tersebut yang

bersifat multiguna yaitu sebagai komoditas pangan yang dapat dikonsumsi

langsung dan bahan baku industri utamanya untuk pakan ternak

(Effendi, 1985).

Kacang tanah (Arachis hypogaeaL.) merupakan tanaman legum terpenting setelah kedelai yang memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai

(19)

bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak 40 – 50%, protein 27%,

karbohidrat dan vitamin. Di Indonesia kacang tanah ditanam pada lahan sawah

dan lahan kering dengan rata-rata produksi 1,0 – 2,0 ton/ha pada lahan sawah dan

0,5 – 1,5 ton/ha pada lahan kering (Harsono et al.,1997), sedangkan rata-rata

produksi di tingkat petani di bawah 1,0 ton/ha (Barus et al., 2000). Menurut

Arsyad dan Asadi (1993) hasil kacang tanah dapat mencapai 2,0 ton/ha di lahan

sawah, bahkan menurut Adisarwanto et al. (1993), Sudaryono dan Indrawati

(2001) potensinya dapat mencapai lebih dari 4 ton/ha (Murrinie, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti sistem budidaya

tumpangsari antara tanaman kacang tanah dengan tanaman jagung agar kompetisi

yang terjadi antar tanaman dapat dikurangi dan tidak saling merugikan, salah satu

cara yang dapat digunakan yaitu dengan melakukan pengaturan populasi tanaman

(jarak tanam) kacang tanah dan jagung.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh populasi tanaman kacang tanah

(Arachis hypogaeaL.) dan tanaman jagung (Zea maysL.) terhadap pertumbuhan dan produksi pada sistem pola tumpang sari.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh nyata populasi tanaman kacang tanah dan tanaman jagung

yang berbeda serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi jagung dan

(20)

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan untuk mendapatkan

(21)

TINJAUAN PUSTAKA Jagung (Zea mays L.)

Botani Tanaman

Menurut Effendi (1985), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta,

Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Poales, Famili:

Poacea, Genus: Zea, Spesies: Zea mays L.

Akar jagung tergolong akar serabut, pada tanaman yang sudah cukup

dewasa muncul akar adventif dari buku- buku batang bagian bawah yang

membantu menyangga tegaknya tanaman.Batang jagung tegak dan mudah terlihat,

sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum

(Muis dkk., 2008).

Batang jagung tidak berulang tetapi padat dan terisi oleh bekas-bekas

pembuluh sehingga memperkuat tegaknya tanaman. Batang jagung beruas-ruas

yang jumlahnya bervariasi antara 10-14 ruas, umumnya tak berkecambah, panjang

batang berkisar antara 60-300 cm tergantung dari jenis jagung (Effendi, 1985).

Daun jagung adalah daun sempurna, bentuknya memanjang, antara

pelepah dan helai daun terdapat ligula, tulang daun sejajar dengan ibu tulang

daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun

jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki famili Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam

respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Muis dkk., 2008).

Jagung disebut tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan

(22)

mana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari

sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Penyerbukan pada jagung terjadi

bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol (putik). Hampir

95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain (serbuk silang)

dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri (serbuk sendiri), oleh

karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop)

(Sudaryono, 1998).

Tanaman ini memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebit korvopsis

buah ini gepeng dengan permukaan atas cembung atau cekung dan dasar runcing.

Buah ini terdiri atas endosperma yang mengelilingi embrio lapisan aleuron dan

jaringan perikarp (kulit) yang merupakan lapisan pembungkus. Lapisan perikarp

yang merupakan jaringan indung pada jagung manis memang tipis, kira-kira

setebal 5 lapis sel ketimbang pada jagung brondong yang lebih dari 20 lapis sel

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Biji jagung tersusun terususn rapi diatas tongkol. Pada setiap tanaman

jagung ada sebuah tongkol, kadang-kadang ada dua. Biji berkeping tunggal

berderet pada tongkol. Setiap tongkol terdiri atas 10-14 deret, sedang setiap

tongkol terdiri kurang lebih 200-400 butir (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Syarat Tumbuh Iklim

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah

beriklim sedang hingga sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di

daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan

(23)

yakni sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan

pengisian biji, tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung

ditanam diawal musim hujan dan menjelang musim kemarau (Muis dkk., 2008).

Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat. Namun

untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki persyaratan lingkungan

antara lain yaitu, menghendaki penyinaran matahari yang teduh, pertumbuhan

jagung akan merana dan tidak mampu membentuk buah. Menghendaki suhu

optimum 21-340C. Di Indonesia, suhu semacam ini terdapat di daerah dengan ketinggian antara 0-600 m dpl (Rubatzky danYamaguchi, 1998).

Distribusi curah hujan yang merata selama pertumbuhan akan memberikan

hasil yang baik. Distribusi hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman jagung

kurang lebih 200 mm tiap bulan. Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman

jagung membutuhkan keadaan air yang cukup, terutama pada fase perbungaan

hingga pengisian biji (Effendi, 1985).

Tanah

Tanah yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman

ini memerlukan aerase dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada

berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolahan yang baik. Tanah dengan

tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan. Tanah-tanah

dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik

pengolahan tanah yang dikerjakan secara optimal, sehingga aerase dan

ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi baik (Effendi, 1985).

Tanaman jagung dapat tumbuh disegala macam tanah, tetapi akan tumbuh

(24)

tidak memerlukan persyaratan khusus, sehingga dapat tumbuh baik pada berbagai

jenis tanah, bila mendapatkan pengelolaan yang baik. Tanah-tanah dengan tekstur

berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik, asalkan

pengolahan tanah dikerjakan secara optimal (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Botani Tanaman

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), sistematika tanaman kacang

tanah adalah Sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta,

Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Leguminales, Famili:

Leguminoceae, Genus: Arachis, Spesies: Arachis hypogaeaL.

Kacang tanah mempunyai susunan perakaran sebagai berikut. Yang

pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus.

Akar cabang mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai

alat pengisap. Karena meningkatnya umur tanaman akar-akar tersebut kemudian

mati, sedangkan akar yang masih tetap bertahan hidup menjadi akar-akar yang

permanen. Akar permanen tersebut akhirnya mempunyai cabang lagi dan

berfungsi juga sebagai alat pengisap. Kadang-kadang polong juga mempunyai alat

pengisap, yakni bulu akar yang menempel pada kulitnya. Bulu akar ini berfungsi

sebagai alat pengisap zat-zat hara (AAK, 1989).

Batang utamanya, atau poros tengah berasal dari epikotil yang berisi

keping biji di kedua sisi pada dua buku pertama. Percabangannya dimorfik,

beserta cabang-cabang vegetative dan cabang-cabang reproduktif yang

memendek. Semua cabang vegetatif memiliki daun sisik, disebut katafil,

(25)

sekunder atau tersier akan muncul dari cabang-cabang vegetatif primer

(Somaatmadja, 1993).

Tanaman kacang tanah mempunyai daun majemuk bersirip genap. Setiap

helai daun terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu,

berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Sedangkan

gerakan niktitropik merupakan aktivitas daun sebagai persiapan diri untuk dapat

menyerap cahaya matahari sebanyak-banyaknya (AAK, 1989).

Bunga berwarna kuning terbentuk pada ketiak daun, dan setelah terjadi

penyerbukan sendiri, tangkai (karpofon) bakal buah yang terbuahi akan menjadi

geotropic dan menembus ke dalam tanah. Polong (buah) berkembang di ujung

struktur lir-pasak ini (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Setelah terjadi pembuahan, di bagian pangkal bakal buah muncullah suatu

bentukan yang mirip tangkai, yaitu disebut pasak atau ginofor melalui meristem

interkalar. Panjangnya pasak ini bergantung kepada jarak awal bunga itu dari

tanah, tetapi jika lebih dari 15 cm, pasak ini akan gagalo mencapai tanah dan

ujungnya akan mati. Jika telah menembus tanah sedalam 2-7 cm, pasak ini akan

mendatar dan mulailah terjadi perkembangan buah setelah ujung ini membengkak

dengan cepat. Buah tua (polong) berbentuk silinder, berukuran (1-8)cm x

(0,5-2)cm, berisi 1-6 butir biji. Kulit luar polong atau perikarp di antara 2 biji

seringkali meminggang yang besarnya bervariasi, mesokarpnya yang mengeras

tertutup oleh urat jala (Somaatmadja, 1993).

Bentuk dan ukuran biji kacang tanah sangat berbeda-beda; ada yang besar,

sedang, dan kecil. Begitu juga warna biji pun bermacam-macam, yaitu putih,

(26)

varietas-varietasnya. Pada umumnya biji kacang tanah kurang mengandung unsur-unsur

vitamin, namun mengandung sekitar 27% protein dan 45% lemak (AAK, 1989).

Syarat Tumbuh Iklim

Kacang tanah tumbuh anatara garis lintang 40 0U dan 40 0S di daerah tropik dan subtropik yang hangat, dan di iklim sedang yang lembap yang memiliki

musim panas hangat dan panjang. Suhu rata-rata harian optimum untuk

pertumbuhannya adalah 300C dan pertumbuhan akan terhenti pada suhu 150C. Fotoperiode panjang (lebih dari 14 jam) umumnya meningkatkan pertumbuhan

vegetatif dan fotoperiode pendek (kurang dari 10 jam) akan meningkatkan

pertumbuhan reproduktif (Somaatmadja, 1993).

Tanaman kacang tanah dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan

ketinggian di bawah 1500 mdpl. Tanaman ini sepanjang pertumbuhannya

memerlukan kondisi basah (sekitar 400 mm curah hujan) dan pada saat menjelang

panen kondisi kering yang diperlukannya. Dengan demikian pada waktu panen

dilaksanakan tidak banyak tanah yang lengket yang terangkut dari lapangan. Jika

pada waktu panen keadannya basah, besar kemungkinan produk tanaman akan

terpengaruh oleh sejenis jamur (Kartasapoetra, 1988).

Pada waktu berbunga tanaman kacang tanah menghendaki keadaan yang

lembap dan cukup udara, sehingga kuncup buah dapat menembus tanah dengan

baik dan pembentukan polong dapat berjalan secara leluasa, tidak mengalami

hambatan atau kesulitan. Apabila benih sudah ditanam, pada bulan pertama

sampai ketiga diusahakan tanaman tidak sampai mengalami kekeringan atau

(27)

Tanah

Kacang tanah memberikan hasil terbaik jika ditanam di tanah remah dan

berdrainase baik, terutama di tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan

memudahkan penembusan dan perkembangan polong, yang biasanya terjadi di

bawah permukaan tanah. Ketersediaan kalsium tanah sangat diperlukan agar biji

dapat tumbuh dengan baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Jenis tanah yang dapat dijadikan tempat pertumbuhan yang baik yaitu

tanah lempung berpasir yang agak subur. Tanaman yang masih muda dapat

berpenetrasi pada tanah yang lebih gembur, akarmya dapat memperkuat struktur

tanah dengan baik, tanamannya pun dapat bertambah subur dan pelaksanaan

panen menjadi lebih mudah. Tanah yang agak subur hendaknya tidak masam,

kadar pH yang baik antara 6-6,5 (Kartasapoetra, 1988).

Tanaman kacang tanah tidak menghendaki persyaratan yang istimewa,

namun demikian tetap dituntut juga adanya unsur-unsur hara dalam jumlah yang

cukup dan dapat mendukung pertumbuhan kacang tanah, antara lain unsur P

(phosphor), Ca (Calsium), dan K (Kalium). Kebutuhan tanaman kacang tanah

akan unsur N (Nitrogen) dapat disuplai sendiri melalui bintil-bintil akar tanaman

itu sendiri yang mampu mengikat unsur N (AAK, 1989).

Populasi Tanaman

Jarak tanam atau jumlah populasi tanaman per satuan luas merupakan

faktor penting untuk mendapatkan produksi tinggi, disamping kultur teknis

lainnya. Jumlah populasi tanaman per satuan luas pada suatu tempat sangat

bergantung pada varietas, umur tanaman, kesuburan tanah dan keadaan air tanah

(28)

Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan

cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air

dan zat hara, sehingga akan mempengaruhi hasil. Populasi yang lebih besar juga

akan mengefisienkan penggunaan pupuk karena tercapainya keefisienan

penggunaan cahaya. Pada umumnya produksi per satuan luas yang tinggi tercapai

dengan populasi yang tinggi pula, karena tercapainya penggunaan cahaya secara

maksimum di awal pertumbuhan. Akan tetapi pada akhirnya, penampilan

masing-masing tanaman secara individu menurun karena persaingan cahaya dan

faktor-faktor tumbuh lainnya (Harjadi, 1996 dalam Anggayuhlin, 2012).

Tajuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak antar

tanaman, hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan

unsur hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi tanaman. Pada umumnya, produksi yang tinggi per satuan luas akan

dicapai dengan populasi yang tinggi, akan tetapi, penampilan masing-masing

tanaman secara individu menurun karena persaingan terhadap cahaya dan

faktor-faktor tumbuh lainnya (Setyati, 2002).

Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap

gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan

sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi

dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman

budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi

antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum

(29)

Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur hara

yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesa yang

pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan

dan produksi jagung. Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan produksi per

luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji. Sedangkan menurut Liu

(2004) variasi jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tinggi

tanaman, indeks luas daun, indeks panen serta jumlah tongkol namun berpengaruh

nyata terhadap produksi per ha (Bakkara, 2010).

Sistem Pola Tumpang Sari

Pola tanam berganda merupakan sistem pengelolaan lahan pertanian

dengan mengkombinasikan intensifikasi dan diversifikasi tanaman. Pada

umumnya sistem tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan sistem

monokultur karena produktivitas lahan menjadi lebih tinggi, jenis komoditas yang

dihasilkan beragam, hemat dalam pemakaian sarana produksi dan resiko

kegagalan dapat diperkecil (Pinem dkk., 2011).

Tumpangsari tanaman merupakan salah satu model penanaman tradisional

di lahan kering. Dalam model ini, dua atau lebih spesies tanaman ditanam dalam

waktu dan lahan yang sama. Model penanaman tumpangsari memiliki beberapa

keuntungan yaitu: mengurangi resiko kegagalan panen, memperbaiki kesuburan,

mengurangi terjadinya erosi dan meningkatkan pendapatan petani. Keuntungan

lain mampu meningkatkan efisiensi penggunaan faktor lingkungan dan tenaga

kerja, menekan serangan gulma dan penyakit. Selain itu dapat meningkatkan

(30)

Pola sistem tumpangsari mengakibatkan terjadi kompetisi secara

intraspesifik dan interspesifik. Kompetisi dapat berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman. Tetapi bagaimana sistem tumpangsari dapat

meminimalkan kompetisi diantara tanaman atau dapat saling mendukung untuk

pertumbuhan dan produksi dan meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan.

Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi,

masing-masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk

memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi. Oleh karena itu,

dalam tumpangsari perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu (1) pengaturan jarak

tanam, (2) populasi tanaman, (3) umur panen tiap-tiap tanaman, (4) arsitektur

tanaman (Herlina, 2011).

Untuk mendapatkan kombinasi yang tepat dalam sistem tumpangsari

banyak faktor yang harus diperhatikan, terutama persaingan anatara tanaman yang

dicampurkan, baik bagi pertumbuhan maupun dalam perkembangan tanaman.

Berbagai bentuk interaksi antara tanaman dalam lingkungan pertanian sering

diartikan sebagai kompetisi. Kompetisi terjadi apabila dalam suatu populasi

terdapat persaingan yang berpengaruh terhadap faktor pertumbuhan seperti cahaya

matahari, air, nutrisi, CO2, dan gas lainnya. Penentuan komponen, baik jenis

maupun varietas yang dikombinasikan amat penting karena penanaman secara

bersama-sama dalam suatu komunitas, maka setiap individu akan saling

mempengaruhi sehingga akan terjadi interferensi. Interferensi ini dapat terjadi

antar tanaman dari spesies yang berbeda (interspecies) dan antar bagian dalam

(31)

Jagung dan kacang tanah memungkinkan untuk ditanam secara

tumpangsari karena kacang tanah termasuk tanaman C3, jagung tergolong

tanaman C4 sehingga sangat serasi (Indriati, 2009). Jagung tergolong tanaman C4

dan mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan

produksi. Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun

mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3,

fotorespirasidan transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan air (Salisbury dan

(32)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian desa Lambar Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±1.200 m

di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013

sampai Mei 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas

Pioneer 29 dan kacang tanah varietas Banteng, air, pupuk urea, TSP, KCl dan

bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor,

meteran, timbangan, pacak sampel, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung

pelaksanaan penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2

faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Populasi kacang tanah yang terdiri atas 4 taraf, yaitu :

K1 = 20 cm x 20 cm = 250.000 populasi/hektar

K2 = 30 cm x 20 cm = 166.667 populasi/hektar

K3 = 40 cm x 20 cm = 125.000 populasi/hektar

K4 = 50 cm x 20 cm = 100.000 populasi/hektar

Faktor II : Populasi jagung yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :

J1 = 60 cm x 20 cm = 83.333 populasi/hektar

(33)

J3 = 80 cm x 20 cm = 62500 populasi/hektar

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu :

K1J1 K2J1 K3J1 K4J1

K1J2 K2J2 K3J2 K4J2

K1J3 K2J3 K3J3 K4J3

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah sampel/plot : 3 tanaman jagung dan 3 tanaman kacang tanah

Jumlah sampel seluruhnya : 216 tanaman

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Ukuran plot : 350 cm x 200 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model

linear aditif sebagai berikut :

Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan populasikacang tanah

(K) taraf ke-j dan pengaruh populasijagung (J) pada taraf ke-k

μ : Nilai tengah ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan populasikacang tanah pada taraf ke-j

(34)

(αβ)jk : Interaksi antara populasikacang tanah taraf ke-j dan perlakuan

populasijagung taraf ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, populasikacang tanah ke-j dan perlakuan

populasijagung ke-k

Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan

dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 % (Steel dan

(35)

PELAKSANAAN PENELITIAN Pengolahan Tanah

Sebelum areal diolah, terlebih dahulu areal dibersihkan dari rerumputan,

sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman

dengan menggunakan cangkul. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul

tanah sedalam ± 30 cm dengan cara membalikkan tanah. Pengolahan dilaksanakan

dengan tujuan menghancurkan dan menghaluskan tanah. Setelah pengolahan

tanah selesai dibuat plot sesuai dengan metode penelitian.

Pembuatan Plot dan Saluran Drainase

Bedengan dibuat membujur searah Utara – Selatan, agar penyebaran

cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Plot berukuran 350x200

cm, tinggi 30 cm, jarak antar plot 30 cm. Selanjutnya dibuat saluran drainase pada

pinggir lahan dengan lebar 50 cm menuju paret pembuangan air.

Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam sesuai

dengan perlakuan. Penanaman dilakukan pada lubang tanam dengan cara

memasukkan benih sebanyak 2 benih/lubang tanam. Benih jagung ditanam 2

minggu setelah penanaman benih kacang tanah.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari serta tergantung

keadaan cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan

(36)

Penjarangan

Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu setelah tanam

dimana hanya 1 tanaman sehat yang dibiarkan pada setiap lubang tanam.

Penjarangan dilakukan dengan cara memotong tanaman tepat di atas permukaan

tanah dengan menggunakan gunting.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila di lapangan ada tanaman mati atau

pertumbuhannya tidak sempurna. Hal ini dilakukan sampai umur 7 hari setelah

tanam (HST) agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang serempak.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus

menggemburkan tanah. Tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak

menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk

mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual

dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat

tanamantelah berumur 1 bulan. Pemupukan pertama pada jagung dan kacang

tanah adalah 100 kg Urea, 100 kg TSP dan 50 kg KCl, satu bulan kemudian

ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 50 kg.

Cara pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi

satu, kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan

tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan

(37)

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan 2 kali setelah penyiangan. Pembumbunan

pertama dilakukan pada 3 Minggu Setelah Tanam (MST) dan pembumbunan

kedua dilakukan pada 6 MST.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan jenis hama dan

gejala penyakit yang ditemukan di lapangan.

Panen

Pemanenan kacang tanah dilakukan dengan mencabut seluruh

tanaman,kemudian diambil semua polong yang terbentuk dari setiap tanaman.

Pemanenan jagung dilakukan dengan cara mengupas klobot jagung kemudian

diambil tongkol jagung yang sebelumnya ditutupi klobot tersebut.

Penimbangan

Penimbangan dibuat untuk mengukur parameter bobot produksi per lahan

pada plot percobaan.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman Jagung (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung tertinggi

setelah daun dikuncupkan. Pengukuran dilakukan mulai tanaman berumur 2 MST.

Pungukuran dilakukan seminggu sekali hingga keluar malai.

Tinggi Tanaman Kacang Tanah (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung tertinggi

(38)

Jumlah Daun Jagung (helai)

Jumlah daun dihitung pada daun yang telah membuka sempurna.

Perhitungan dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST.

Jumlah Daun Kacang Tanah (helai)

Jumlah daun dihitung pada daun yang telah membuka sempurna.

Perhitungan dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST.

Bobot Basah Tongkol Jagung (g)

Bobot basah tongkol ditimbang per sampel setelah dipanen. Sebelumnya

tongkol dibersihkan dari sisa-sisa klobot.

Bobot Kering Tongkol Jagung (g)

Bobot kering tongkol per sampel ditimbang setelah dilakukan pengeringan

di bawah sinar matahari selama ±2 hari.

Jumlah Polong per Tanaman Kacang Tanah (Polong)

Semua polong yang terbentuk pada tanaman dihitung pada saat panen

yang diambil dari setiap sampel/plot.

Bobot 100 Biji Kacang Tanah (g)

Polong dikeringkan selama 3 hari lalu biji kering diambil secara acak

sebanyak 100 biji dari setiap perlakuan kemudian ditimbang.

Produksi Jagung per Plot (g)

Produksi jagung per plot ditimbang setelah tanaman jagung dipanen dan

dijemur dibawah sinar matahari dengan syarat tongkol harus bersih dari kotoran

(39)

Produksi Kacang Tanah per Plot (g)

Produksi per plot ditimbang setelah tanaman kacang tanah dipanen dan

dibersihkan polongnya dari kotoran.

Indeks Luas Daun Kacang Tanah

Daun kacang tanah diambil dari setiap sampel/plot menjelang

panen.Indeks luas daun diperoleh dengan membagi total luas daun pertanaman

dengan luas areal yang diduduki (jarak tanam) oleh tanamantersebut. Luas daun

adalah pajang x lebar daun maksimum x konstanta.Konstanta dicari dengan

menghitung luas daun sebenarnya di atas kertasmillimeter dibagi dengan panjang

x lebar daun maksimum (Gomez, 1972 ).

ILD =

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa populasi kacang tanah

berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman jagung (8, 9, dan 10 MST),

jumlah daun jagung (8 MST), produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji

kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, dan indek luas daun kacang tanah.

Populasi jagung berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tongkol

jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot. Interaksi

antara populasi kacang tanah dan populasi jagung berpengaruh nyata terhadap

parameter tinggi tanaman jagung (2, 3, 4, 6, 8, 9, dan 10 MST), jumlah daun

jagung (5 MST), dan bobot 100 biji kacang tanah.

Tinggi Tanaman Kacang Tanah (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah mulai pengamatan 2-14

MST dan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan pada

Lampiran 7-32. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa populasi kacang

tanah, populasi jagung, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman kacang tanah.

Rataan tinggi tanaman kacang tanah 1-14 MST pada populasi kacang

(41)

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman kacang tanah 1-14 MST (cm) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda

Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan

(42)

Rataan 21.70 21.91 20.08 20.81

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada populasi kacang tanah

perlakuan K2 (30x20 cm) menghasilkan tanaman kacang tanah tertinggi yaitu

32.34 cm. Tinggi tanaman kacang tanah terendah terdapat pada perlakuan K4

yaitu 31.49 cm.

Perlakuan populasi jagung 80x20 cm (J3) menghasilkan tanaman kacang

tanah tertinggi yaitu 31.91 cm. Tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan

J2 yaitu 31.81 cm.

Interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung memberikan

pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman kacang tanah.

Jumlah Daun Kacang Tanah (helai)

Data pengamatan jumlah daun kacang tanah mulai pengamatan 2-14 MST

(43)

populasi jagung serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah

daun kacang tanah.

Rataan jumlah daun kacang tanah 2-14 MST pada populasi kacang tanah

dan populasi jagung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah daun kacang tanah 2-14 MST (helai) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda

Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan

(44)

J1 (60x20) 39.11 41.11 42.89 42.11 41.31

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada populasi kacang tanah

dengan perlakuan K2 (30x20 cm) menghasilkan jumlah daun kacang tanah

tertinggi yaitu 71.59 helai. Jumlah daun kacang tanah terendah terdapat pada

perlakuan K1 yaitu 70.37 helai.

Perlakuan populasi jagung 70x20 cm (J2) menghasilkan jumlah daun

kacang tanah terbanyak yaitu 71.69 helai. Jumlah daun kacang tanah terendah

(45)

Interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah daun kacang tanah.

Tinggi Tanaman Jagung (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman jagung mulai pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, 7,

8, 9, dan 10 MST dan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan

pada Lampiran 59-76. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa populasi

kacang tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung (8, 9, dan 10

MST) sedangkan populasi jagung tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman jagung. Interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung berpengaruh

nyata terhadap tinggi tanaman jagung (2, 3, 4, 6, 8, 9, dan 10 MST).

Rataan tinggi tanaman jagung pada populasi kacang tanah dan populasi

jagung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan tinggi tanaman jagung 2-10 MST (cm) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda

Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan

(46)

Rataan 55.25 56.81 54.94 59.09

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada populasi kacang tanah perlakuan K4

(50x20 cm) menghasilkan tinggi tanaman jagung tertinggi yaitu 216.74 cm yang

berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K3 namun tidak berbeda nyata dengan

perlakuan K2. Tinggi tanaman jagung terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu

196.64 cm.

Grafik tinggi tanaman jagung umur 8 MST akibat perlakuan populasi

(47)

Gambar 1. Grafik tinggi tanaman jagung 8 MST (cm) pada perlakuan populasi kacang tanah

Grafik tinggi tanaman jagung umur 9 MST akibat perlakuan populasi

kacang tanah dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik tinggi tanaman jagung 9 MST (cm) pada perlakuan populasi kacang tanah

Grafik perkembangan tinggi tanaman jagung umur 10 MST akibat

perlakuan populasi kacang tanah dapat dilihat pada Gambar 3.

(48)

Gambar 3. Grafik tinggi tanaman jagung 10 MST (cm) pada perlakuan populasi kacang tanah

Dari Gambar 1, 2, dan 3 dapat diketahui bahwa hubungan tinggi tanaman

pada umur 8, 9, dan 10 MST pada perlakuan populasi kacang tanah menunjukkan

persamaan linier positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi kacang

tanah maka semakin tinggi tinggi tanaman yang dihasilkan.

Pada perlakuan populasi jagung dihasilkan tinggi tanaman jagung tertinggi

pada perlakuan J3 yaitu 208.56 cm. Tinggi tanaman jagung terendah terdapat pada

perlakuan J2 yaitu 199.78 cm.

Interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung menghasilkan tinggi

tanaman jagung tertinggi pada perlakuan K4J3 yaitu 229.43 cm yang berbeda

nyata dengan kombinasi perlakuan K1J1, K1J2, K1J3, K2J1, K2J2, K2J3, K3J1,

K3J2, K4J2 namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan K3J3 dan

K4J1. Tinggi tanaman jagung terendah terdapat pada kombinasi perlakuan K1J3

yaitu 183.36 cm.

Grafik tinggi tanaman jagung umur 2 MST akibat interaksi antara populasi

kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 4.

(49)

Gambar 4. Grafik tinggi tanaman jagung 2 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dengan populasi jagung

Grafik tinggi tanaman jagung umur 3 MST akibat interaksi antara populasi

kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik tinggi tanaman jagung 3 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung

(50)

Grafik tinggi tanaman jagung umur 4 MST akibat interaksi antara populasi

kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik tinggi tanaman jagung 4 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung

Grafik tinggi tanaman jagung umur 6 MST akibat interaksi populasi

kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik tinggi tanaman jagung 6 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung

(51)

Grafik tinggi tanaman jagung umur 8 MST akibat interaksi populasi

kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik tinggi tanaman umur 8 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung

Grafik tinggi tanaman jagung umur 9 MST akibat interaksi populasi

kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik tinggi tanaman umur 9 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung

(52)

Grafik tinggi tanaman jagung umur 10 MST akibat interaksi populasi

kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Grafik tinggi tanaman jagung umur 10 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung

Dari Gambar 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 dapat diketahui bahwa hubungan

tinggi tanaman umur 2, 3, 4, 6, 8, 9, dan 10 pada interaksi antara populasi kacang

tanah dan populasi jagung menunjukkan persamaan kuadratik yang menunjukkan

bahwa kombinasi perlakuan terbaik terdapat pada K4J3

Jumlah Daun Tanaman Jagung (helai)

Data pengamatan jumlah daun tanaman jagung mulai pengamatan 2, 3, 4,

5, 6, 7, 8, 9, dan 10 MST dan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan

dicantumkan pada Lampiran 77-94. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui

bahwa populasi kacang tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah daun jagung (8

MST) sedangkan populasi jagung tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun

jagung. Interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun jagung (5

(53)

Rataan jumlah daun tanaman jagung pada populasi kacang tanah dan

populasi jagung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan jumlah daun tanaman jagung 2-10 MST (helai) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda

Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan

(54)

J1 (60x20) 13.44 13.67 13.67 13.56 13.58

10MST J2 (70x20) 13.33 13.44 13.56 13.78 13.53

J3 (80x20) 13.56 13.44 13.11 14.11 13.56

Rataan 13.44 13.52 13.44 13.81

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 4 menunjukkan bahwa populasi kacang tanah pada perlakuan K4

(50x20 cm) menghasilkan jumlah daun jagung tertinggi yaitu 11.07 helai pada 8

MST yang berbeda nyata dengan perlakuan K1 namun tidak berbeda nyata dengan

perlakuan K2 dan K3. Jumlah daun jagung terendah terdapat pada perlakuan K1

yaitu 10.22 helai.

Grafik jumlah daun jagung umur 8 MST akibat perlakuan populasi kacang

tanah dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Grafik jumlah daun jagung umur 8 MST (helai) pada perlakuan populasi kacang tanah

Dari Gambar 11 dapat diketahui bahwa hubungan jumlah daun jagung

umur 8 MST pada perlakuan populasi kacang tanah menunjukkan persamaan

linier positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi kacang tanah

maka semakin tinggi jumlah daun jagung yang dihasilkan.

(55)

Populasi jagung dengan perlakuan J1 menghasilkan jumlah daun jagung

tertinggi yaitu 13.58 helai pada 10 MST. Jumlah daun terendah terdapat pada

perlakuan J2 yaitu 13.53 helai.

Interaksi antara populasi kacang tanah dan jagung menghasilkan jumlah

daun jagung tertinggi pada kombinasi perlakuan K4J1 yaitu 7.44 helai pada 5

MST yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan K1J1, K1J3, K2J1, K3J2,

dan K4J2 namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan K1J2, K2J1,

K2J2, K3J1, K3J3, dan K4J3. Jumlah daun jagung terendah terdapat pada

kombinasi perlakuan K3J2 yaitu 6.56 helai.

Grafik jumlah daun jagung umur 5 MST akibat interaksi populasi kacang

tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Grafik jumlah daun umur 5 MST (helai) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung

Dari gambar 12 dapat diketahui bahwa hubungan jumlah daun jagung

umur 5 MST pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung

menunjukkan persamaan kuadratik yang menunjukkan bahwa kombinasi

perlakuan terbaik yaitu K4J1.

ŷJ1= 6.411 + 0.02x

Jarak Tanam Kacang Tanah

J1

J2

(56)

Jumlah Polong Kacang Tanah per Sampel (polong)

Data pengamatan jumlah polong kacang tanah per sampel dicantumkan

pada Lampiran 95 dan hasil sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 96.

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa populasi kacang tanah dan

populasi jagung serta interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah

polong kacang tanah per sampel.

Rataan jumlah polong kacang tanah per sampel pada populasi kacang

tanah dan populasi jagung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan jumlah polong kacang tanah per sampel (polong) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda

Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan

K1 (20x20) K2 (30x20) K3 (40x20) K4 (50x20)

J1 (60x20) 11.33 12.89 12.00 12.56 12.19

J2 (70x20) 12.44 15.11 17.67 17.44 15.67

J3 (80x20) 14.22 13.56 15.22 14.33 14.33

Rataan 12.67 13.85 14.96 14.78

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 5 menunjukkan bahwa populasi kacang tanah pada perlakuan K3

menghasilkan jumlah polong kacang tanah tertinggi yaitu 14.96 polong. Jumlah

polong kacang tanah per sampel terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu 12.67

polong.

Pada populasi jagung 70x20 cm (J2) menghasilkan jumlah polong kacang

tanah per sampel tertinggi yaitu 15.67 polong. Jumlah polong kacang tanah per

sampel terendah terdapat pada perlakuan J1 yaitu 12.19 polong.

Interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung tidak berpengaruh

(57)

Produksi Kacang Tanah per Plot (g)

Data pengamatan produksi kacang tanah per plot dicantumkan pada

Lampiran 97 dan hasil sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 98. Berdasarkan

hasil sidik ragam diketahui bahwa populasi kacang tanah berpengaruh nyata

terhadap produksi kacang tanah per plot sedangkan populasi jagung tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi kacang tanah per plot. Interaksi populasi

kacang tanah dan populasi jagung tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

kacang tanah per plot.

Rataan produksi kacang tanah per plot pada populasi kacang tanah dan

populasi jagung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan produksi kacang tanah per plot (g) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda

Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan

K1 (20x20) K2 (30x20) K3 (40x20) K4 (50x20)

J1 (60x20) 1830.00 1576.67 1646.67 1416.67 1617.50 J2 (70x20) 2403.33 1986.67 1513.33 1506.67 1852.50 J3 (80x20) 2076.67 1793.33 1736.67 1310.00 1729.17 Rataan 2103.33 a 1785.56 b 1632.22 bc 1411.11 c

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 6 menunjukkan bahwa populasi kacang tanah pada perlakuan 20x20

cm (K1) menghasilkan produksi kacang tanah per plot tertinggi yaitu 2103.33

gram yang berbeda nyata dengan perlakuan K2, K3, dan K4. Produksi kacang

tanah per plot terendah terdapat pada perlakuan K4 yaitu 1411.11 gram.

Grafik produksi kacang tanah per plot akibat perlakuan populasi kacang

(58)

Gambar 13. Grafik produksi kacang tanah per plot (g) pada perlakuan populasi kacang tanah

Dari gambar 13 diketahui bahwa hubungan produksi kacang tanah per plot

pada perlakuan populasi kacang tanah menunjukkan pesamaan linier negatif yang

menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi kacang tanah maka semakin rendah

produksi kacang tanah per plot yang dihasilkan.

Populasi jagung pada perlakuan 70x20 cm (J2) menghasilkan produksi

kacang tanah per plot tertinggi yaitu 1852.50 gram. Produksi kacang tanah per

plot terendah terdapat pada perlakuan J1 yatu 1617.50 gram.

Interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata terhadap produksi kacang tanah per plot.

Bobot 100 Biji Kacang Tanah (g)

Data pengamatan bobot 100 biji kacang tanah dicantumkan pada Lampiran

99 dan hasil sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 100. Berdasarkan hasil sidik

ragam diketahui bahwa populasi kacang tanah berpengaruh nyata terhadap bobot

100 biji kacang tanah sedangkan populasi jagung tidak berpengaruh nyata

(59)

terhadap bobot 100 biji kacang tanah. Interaksi populasi kacang tanah dan

populasi jagung berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji kacang tanah.

Rataan bobot 100 biji kacang tanah pada populasi kacang tanah dan

populasi jagung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot 100 biji kacang tanah (g) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda

Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan

K1 (20x20) K2 (30x20) K3 (40x20) K4 (50x20)

J1 (60x20) 60.41 de 63.35 bcde 71.18 abc 71.53 ab 66.62 J2 (70x20) 74.15 a 62.51 cde 69.90 abc 69.56 abcd 69.03 J3 (80x20) 68.23 abcde 66.01 abcde 68.19 abcde 59.73 e 65.54 Rataan 67.60 ab 63.96 b 69.76 a 66.94 ab

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada populasi kacang tanah dengan

perlakuan 40x20 cm (K3) menghasilkan bobot 100 biji kacang tanah tertinggi

yaitu 69.76 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan K2 namun tidak berbeda

nyata dengan perlakuan K1 dan K4. Bobot 100 biji kacang tanah terendah terdapat

pada perlakuan K2 yaitu 63.96 gram.

Grafik bobot 100 biji kacang tanah akibat perlakuan populasi kacang tanah

(60)

Gambar 14. Grafik bobot 100 biji kacang tanah (g) pada perlakuan populasi kacang tanah.

Dari Gambar 14 dapat diketahui bahwa hubungan bobot 100 biji kacang

tanah dengan populasi kacang tanah menunjukkan persamaan kubik dimana hasil

tertinggi terdapat pada perlakuan K3.

Pada perlakuan populasi jagung 70x20 cm (J2) menghasilkan bobot 100

biji kacang tanah tertinggi yaitu 69.03 gram. Bobot 100 biji kacang tanah terendah

terdapat pada perlakuan J3 yaitu 65.54 gram.

Interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung menghasilkan

bobot 100 biji kacang tanah tertinggi pada kombinasi perlakuan K1J2 yaitu 74.15

gram yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan K1J1, K2J1, K2J2, dan

K4J3 namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan K1J3, K2J3, K3J1,

K3J2, K3J3, K4J1, dan K4J2. Bobot 100 biji kacang tanah terendah terdapat pada

kombinasi perlakuan K4J3 yaitu 59.73 gram.

Grafik bobot 100 biji kacang tanah akibat interaksi antara populasi kacang

tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman kacang tanah 1-14 MST (cm) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda
Tabel 2. Rataan jumlah daun kacang tanah 2-14 MST (helai) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda
Tabel 3. Rataan tinggi tanaman jagung 2-10 MST (cm) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada populasi kacang tanah perlakuan K4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi politik yang dilakukan pasangan Dinda-Dahlan jauh sebelum kampanye sudah terbentuk dengan baik, hal ini berdampak terhadap pemebentukan image Dinda-Dahlan

Diharapkan pihak perusahaan dapat mempertahankan serta meningkatkan pelayanan terhadap lingkungan kerja fisik, karena variabel lingkungan kerja fisik mempunyai

14 Membersihkan labia minora kanan dan kiri bergantian dari 7 atas ke bawah dengan sekali usapan sampai bersih. 15 Membersihkan vestibulum dari atas ke bawah sampai ke 7 anus

Penyusunan lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Penilaian Siswa (LPS) Penyusunan LKS dan LPS dilakukan peneliti bersama guru bahasa Indonesia. Hasil catatan yang

Seperti dijelaskan pada kajian teori diatas bahwa untuk menjelaskan tentang model pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS berdasarkan PP Nomor 56 Tahun 2012, khususnya

Sedangkan pada penjualan retail, customer mencari barang yang akan dibeli, kemudian pihak toko akan menyiapkan barang yang telah dipesan, jika barang yang disediakan sudah

Pemberian bahan tambahan pakan berupa konsentrat terhadap hijauan pada rusa timor berpengaruh lebih positif terhadap panjang tubuh, tinggi tubuh, panjang radius,

Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut di atas maka yang akan menjadi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini akan dibatasi hanya pada fungsionalisasi hukum