PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM
POLA TUMPANG SARI
SKRIPSI
OLEH :
ADRIA SARTIKA BR SEMBIRING/090301077 AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM
POLA TUMPANG SARI
SKRIPSI
OLEH :
ADRIA SARTIKA BR SEMBIRING/090301077 AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi :Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaeaL.) dan (Zea maysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari
Nama : Adria Sartika br Sembiring
NIM : 090301077
Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi : Agroekoteknologi
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing :
Ir. Jonis Ginting, MS.
Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
ADRIA SARTIKA SEMBIRING: Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis HypogaeaL.) dan Jagung (Zea MaysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari, dibimbing oleh JONIS GINTING dan FERRY EZRA SITEPU.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh populasi tanaman kacang tanah(Arachis hypogaeaL.) dan tanaman jagung (Zea maysL.) terhadap pertumbuhan dan produksi pada sistem pola tumpang sari.Penelitian ini dilaksanakandi desa Lambar Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±1200 meter di atas permukaan laut, yang dimulai pada bulan November 2013 sampai Mei 2014.Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu populasi kacang tanah (20x20 cm, 30x20 cm, 40x20 cm, 50x20 cm) dan populasi jagung (60x20 cm, 70x20 cm, 80x20 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman kacang tanah, jumlah daun kacang tanah, tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, jumlah polong kacang tanah per sampel, produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji kacang tanah, indeks luas daun kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot.Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi kacang tanah berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, dan indeks luas daun kacang tanah. Populasi jagung berpengaruh nyata terhadap bobot basah tongkol jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ditemukan adanya interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung pada parameter tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, dan bobot 100 biji kacang tanah.
ABSTRACT
ADRIA SARTIKA SEMBIRING: The Number of Peanut and Corn Population Effect to the Growth and Yield in Intercropping Pattern System,supervised by
JONIS GINTING and FERRY EZRA SITEPU.
The purpose of the study was to determine the effect of the number of peanut and corn population to the growth and yield in intercropping pattern system. The research was conducted atLambar Village Tigapanah District Karo Regency, North Sumatera with the height of ±1200metres above sea level, began from November 2013 until May 2014. The research was arranged with a randomized block design with two factors.The first factor waspeanut population (20x20 cm, 30x20 cm, 40x20 cm, 50x20 cm) and the second was corn population (60x20 cm, 70x20 cm, 80x20 cm). The parameters observed were peanut height, number of peanut leaf, corn height, number of corn leaf, number of pod per sample, peanut production per plot, weight of 100 peanut grain, peanut leaf area index, wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, and corn production per plot. The results showed that corn height, number of corn leaf, peanut production per plot, weight of 100 peanut grain, wet weight of corn cob, and peanut leaf area index were significantly affected by population of peanut. Population of corn significantly affected the wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, and corn production per plot. Analysis of data showed that the interaction of peanut and corn population were founded and significantly affected the corn height, number of corn leaf, and weight of 100 peanut grain.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kabanjahe pada tanggal 26 November 1991 dari ayah Jona
Sembiring dan ibu Helmidawati br Ginting. Penulis merupakan putri pertama dari
dua bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kabanjahe, Kabupaten Karo
dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian
Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan
Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), IMK (Ikatan Mahasiswa Katolik) FP
USU, IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo) Mbuah Page FP USU, sebagai asisten
praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Budidaya
Tanaman Penyegar.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaeaL.) dan Jagung (Zea maysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua
orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Ir. Jonis Ginting, MS. dan Ferry Ezra Sitepu,
SP. MP. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga
ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam
kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2014
DAFTAR ISI
Penanaman ... 19
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 21
Panen ... 21
Penimbangan ... 21
Pengamatan Parameter ... 21
Tinggi Tanaman Jagung (cm) ... 21
Jumlah Polong Kacang Tanah per Sampel (polong) ... 22
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Rataan tinggi tanaman kacang tanah 1-14 MST pada jarak tanam kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 25 2. Rataan jumlah daun kacang tanah 2-14 MST pada jarak tanam kacang
tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 27 3. Rataan tinggi tanaman jagung 2-10 MST pada jarak tanam kacang
tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 29 4. Rataan jumlah daun jagung 2-10 MST pada jarak tanam kacang tanah
dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 37 5. Rataan jumlah polong kacang tanah per sampel pada jarak tanam
kacang tanah dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 41 6. Rataan produksi kacang tanah per plot pada jarak tanam kacang tanah
dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 42 7. Rataan bobot 100 biji kacang tanah pada jarak tanam kacang tanah
dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 44 8. Rataan indeks luas daun kacang tanah pada jarak tanam kacang tanah
dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 47 9. Rataan bobot basah tongkol jagung pada jarak tanam kacang tanah
dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 48 10. Rataan bobot kering tongkol jagung pada jarak tanam kacang tanah
dan jarak tanam jagung yang berbeda ... 51 11. Rataan produksi jagung per plot pada jarak tanam kacang tanah dan
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Grafik tinggi tanaman jagung 8 MST pada perlakuan jarak tanam kacang tanah ... 31 2. Grafik tinggi tanaman jagung 9 MST pada perlakuan jarak tanam
kacang tanah ... 31 3. Grafik tinggi tanaman jagung 10 MST pada perlakuan jarak tanam
kacang tanah ... 32 4. Grafik tinggi tanaman jagung 2 MST pada interaksi jarak tanam
kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 33 5. Grafik tinggi tanaman jagung 3 MST pada interaksi jarak tanam
kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 34 6. Grafik tinggi tanaman jagung 4 MST pada interaksi jarak tanam
kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 34 7. Grafik tinggi tanaman jagung 6 MST pada interaksi jarak tanam
kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 35 8. Grafik tinggi tanaman jagung 8 MST pada interaksi jarak tanam
kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 35 9. Grafik tinggi tanaman jagung 9 MST pada interaksi jarak tanam
kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 36 10. Grafik tinggi tanaman jagung 10 MST pada interaksi jarak tanam
kacang tanah dan jarak tanam jagung ... 36 11. Grafik jumlah daun jagung umur 8 MST pada perlakuan jarak tanam
kacang tanah ... 39 12. Grafik jumlah daun umur 5 MST pada interaksi jarak tanam kacang
tanah dan jarak tanam jagung ... 40 13. Grafik produksi kacang tanah per plot pada perlakuan jarak tanam
kacang tanah ... 43 14. Grafik bobot 100 biji kacang tanah pada perlakuan jarak tanam
kacang tanah ... 45 15. Grafik bobot 100 biji pada interaksi jarak tanam kacang tanah dan
jarak tanam jagung ... 46 16. Grafik indeks luas daun pada perlakuan jarak tanam kacang tanah ... 47 17. Grafik bobot basah tongkol jagung pada perlakuan jarak tanam kacang
tanah ... 49 18. Grafik bobot basah tongkol jagung pada perlakuan jarak tanam jagung ... 50 19. Grafik bobot kering tongkol jagung pada perlakuan jarak tanam
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Bagan Penelitian... 63
2. Deskripsi Jagung Varietas P-29 ... 64
3. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Banteng ... 65
4. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 66
5. Bagan Penanaman dalam Plot ... 67
6. Foto Penelitian ... 68
7. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 2 MST (cm) ... 71
8. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 2 MST ... 71
9. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 3 MST (cm) ... 72
10. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 3 MST ... 72
11. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 3 MST (cm) ... 73
12. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 3 MST ... 73
13. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 5 MST (cm) ... 74
14. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 5 MST ... 74
15. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 6 MST (cm) ... 75
16. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 6 MST ... 75
17. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 7 MST (cm) ... 76
18. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 7 MST ... 76
19. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 8 MST (cm) ... 77
20. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 8 MST ... 77
21. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 9 MST (cm) ... 78
22. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 9 MST ... 78
23. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 10 MST (cm) ... 79
24. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 10 MST ... 79
25. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 11 MST (cm) ... 80
26. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 11 MST ... 80
27. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 12 MST (cm) ... 81
28. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 12 MST ... 81
29. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 13 MST (cm) ... 82
30. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 13 MST ... 82
31. Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah 14 MST (cm) ... 83
32. Sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah 14 MST ... 83
33. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 2 MST (helai) ... 84
34. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 2 MST ... 84
35. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 3 MST (helai) ... 85
36. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 3 MST ... 85
37. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 4 MST (helai) ... 86
39. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 5 MST (helai) ... 87
40. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 5 MST ... 87
41. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 6 MST (helai) ... 88
42. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 6 MST ... 88
43. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 7 MST (helai) ... 89
44. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 7 MST ... 89
45. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 8 MST (helai) ... 90
46. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 8 MST ... 90
47. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 9 MST (helai) ... 91
48. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 9 MST ... 91
49. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 10 MST (helai) ... 92
50. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 10 MST ... 92
51. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 11 MST (helai) ... 93
52. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 11 MST ... 93
53. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 12 MST (helai) ... 94
54. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 12 MST ... 94
55. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 13 MST (helai) ... 95
56. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 13 MST ... 95
57. Data pengamatan jumlah daun kacang tanah 14 MST (helai) ... 96
58. Sidik ragam jumlah daun kacang tanah 14 MST ... 96
59. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 2 MST (cm) ... 97
60. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 2 MST ... 97
61. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 3 MST (cm) ... 98
62. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 3 MST ... 98
63. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 4 MST (cm) ... 99
64. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 4 MST ... 99
65. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 5 MST (cm) ... 100
66. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 5 MST ... 100
67. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 6 MST (cm) ... 101
68. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 6 MST ... 101
69. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 7 MST (cm) ... 102
70. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 7 MST ... 102
71. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 8 MST (cm) ... 103
72. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 8 MST ... 103
73. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 9 MST (cm) ... 104
74. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 9 MST ... 104
75. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 10 MST (cm) ... 105
76. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 10 MST ... 105
77. Data pengamatan jumlah daun jagung 2 MST (helai) ... 106
78. Sidik ragam jumlah daun jagung 2 MST ... 106
79. Data pengamatan jumlah daun jagung 3 MST (helai) ... 107
81. Data pengamatan jumlah daun jagung 4 MST (helai) ... 108
82. Sidik ragam jumlah daun jagung 4 MST ... 108
83. Data pengamatan jumlah daun jagung 5 MST (helai) ... 109
84. Sidik ragam jumlah daun jagung 5 MST ... 109
85. Data pengamatan jumlah daun jagung 6 MST (helai) ... 110
86. Sidik ragam jumlah daun jagung 6 MST ... 110
87. Data pengamatan jumlah daun jagung 7 MST (helai) ... 111
88. Sidik ragam jumlah daun jagung 7 MST ... 111
89. Data pengamatan jumlah daun jagung 8 MST (helai) ... 112
90. Sidik ragam jumlah daun jagung 8 MST ... 112
91. Data pengamatan jumlah daun jagung 9 MST (helai) ... 113
92. Sidik ragam jumlah daun jagung 9 MST ... 113
93. Data pengamatan jumlah daun jagung 10 MST (helai) ... 114
94. Sidik ragam jumlah daun jagung 10 MST ... 114
95. Data pengamatan jumlah polong per sampel (polong) ... 115
96. Sidik ragam jumlah polong per sampel ... 115
97. Data pengamatan produksi kacang tanah per plot (g) ... 116
98. Sidik ragam produksi kacang tanah per plot ... 116
99. Data pengamatan bobot 100 biji kacang tanah (g) ... 117
100. Sidik ragam bobot 100 biji kacang tanah ... 117
101. Data pengamatan indeks luas daun kacang tanah ... 118
102. Sidik ragam indeks luas daun kacang tanah ... 118
103. Data pengamatan bobot basah tongkol jagung (g) ... 119
104. Sidik ragam bobot basah tongkol jagung ... 119
105. Data pengamatan bobot kering tongkol jagung (g) ... 120
106. Sidik ragam bobot kering tongkol jagung ... 120
107. Data pengamatan produksi jagung per plot (g) ... 121
ABSTRAK
ADRIA SARTIKA SEMBIRING: Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis HypogaeaL.) dan Jagung (Zea MaysL.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari, dibimbing oleh JONIS GINTING dan FERRY EZRA SITEPU.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh populasi tanaman kacang tanah(Arachis hypogaeaL.) dan tanaman jagung (Zea maysL.) terhadap pertumbuhan dan produksi pada sistem pola tumpang sari.Penelitian ini dilaksanakandi desa Lambar Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±1200 meter di atas permukaan laut, yang dimulai pada bulan November 2013 sampai Mei 2014.Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu populasi kacang tanah (20x20 cm, 30x20 cm, 40x20 cm, 50x20 cm) dan populasi jagung (60x20 cm, 70x20 cm, 80x20 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman kacang tanah, jumlah daun kacang tanah, tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, jumlah polong kacang tanah per sampel, produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji kacang tanah, indeks luas daun kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot.Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi kacang tanah berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, dan indeks luas daun kacang tanah. Populasi jagung berpengaruh nyata terhadap bobot basah tongkol jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ditemukan adanya interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung pada parameter tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, dan bobot 100 biji kacang tanah.
ABSTRACT
ADRIA SARTIKA SEMBIRING: The Number of Peanut and Corn Population Effect to the Growth and Yield in Intercropping Pattern System,supervised by
JONIS GINTING and FERRY EZRA SITEPU.
The purpose of the study was to determine the effect of the number of peanut and corn population to the growth and yield in intercropping pattern system. The research was conducted atLambar Village Tigapanah District Karo Regency, North Sumatera with the height of ±1200metres above sea level, began from November 2013 until May 2014. The research was arranged with a randomized block design with two factors.The first factor waspeanut population (20x20 cm, 30x20 cm, 40x20 cm, 50x20 cm) and the second was corn population (60x20 cm, 70x20 cm, 80x20 cm). The parameters observed were peanut height, number of peanut leaf, corn height, number of corn leaf, number of pod per sample, peanut production per plot, weight of 100 peanut grain, peanut leaf area index, wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, and corn production per plot. The results showed that corn height, number of corn leaf, peanut production per plot, weight of 100 peanut grain, wet weight of corn cob, and peanut leaf area index were significantly affected by population of peanut. Population of corn significantly affected the wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, and corn production per plot. Analysis of data showed that the interaction of peanut and corn population were founded and significantly affected the corn height, number of corn leaf, and weight of 100 peanut grain.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Usaha tani monokultur pada lahan relatif sempit kurang menguntungkan,
kegagalan panen berarti kerugian sangat besar. Polikultur dengan sistem pola
tanam yang tepat dapat mengatasi kerugian akibat gagal panen dari satu jenis
komoditas (Effendi, dkk., 2007).
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman
pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam
barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih
jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa
juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Sistem tanam
tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada pola tanam
monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain: 1) akan
terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan
sinar matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, 3)
dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4) tetap
mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang
diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan
beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat
menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber
daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah (Warsana, 2009).
Problematik dalam model tumpangsari ialah timbulnya persaingan di
antara dua atau lebih spesies yang ditanam. Persaingan dapat mencakup air, hara,
tanaman sela mengalami penurunan pertumbuhan dan hasil dibanding
pertumbuhan dan hasil tanaman monokultur spesies tanaman tersebut. Lebih
lanjut Nugroho (1990) mengemukakan bahwa spesies-spesies tanaman yang
memiliki agresivitas tinggi lebih mampu bersaing. Amin (2006) mengemukakan
bahwa tanaman jagung lebih agresif dibanding kedelai dalam tumpangsari,
terutama jika ketersediaan hara cukup tersedia sehingga hasil kedelai sangat turun
drastis (Zuchri, 2007).
Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk
mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak
tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman
mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal
mendapatkan unsur hara dan cahaya. Liu (2004) menyatakan jika peningkatan
populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan
tercapai pada populasi yang lebih padat (Bakkara, 2010).
Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting
dalam perdagangan pertanian baik regional, nasional maupun internasional.
Permintaan komoditas tersebut dari tahun ke tahun menunjukkan laju peningkatan
yang besar. Hal ini disebabkan karena keunggulan komoditas tersebut yang
bersifat multiguna yaitu sebagai komoditas pangan yang dapat dikonsumsi
langsung dan bahan baku industri utamanya untuk pakan ternak
(Effendi, 1985).
Kacang tanah (Arachis hypogaeaL.) merupakan tanaman legum terpenting setelah kedelai yang memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai
bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak 40 – 50%, protein 27%,
karbohidrat dan vitamin. Di Indonesia kacang tanah ditanam pada lahan sawah
dan lahan kering dengan rata-rata produksi 1,0 – 2,0 ton/ha pada lahan sawah dan
0,5 – 1,5 ton/ha pada lahan kering (Harsono et al.,1997), sedangkan rata-rata
produksi di tingkat petani di bawah 1,0 ton/ha (Barus et al., 2000). Menurut
Arsyad dan Asadi (1993) hasil kacang tanah dapat mencapai 2,0 ton/ha di lahan
sawah, bahkan menurut Adisarwanto et al. (1993), Sudaryono dan Indrawati
(2001) potensinya dapat mencapai lebih dari 4 ton/ha (Murrinie, 2010).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti sistem budidaya
tumpangsari antara tanaman kacang tanah dengan tanaman jagung agar kompetisi
yang terjadi antar tanaman dapat dikurangi dan tidak saling merugikan, salah satu
cara yang dapat digunakan yaitu dengan melakukan pengaturan populasi tanaman
(jarak tanam) kacang tanah dan jagung.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh populasi tanaman kacang tanah
(Arachis hypogaeaL.) dan tanaman jagung (Zea maysL.) terhadap pertumbuhan dan produksi pada sistem pola tumpang sari.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh nyata populasi tanaman kacang tanah dan tanaman jagung
yang berbeda serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi jagung dan
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan untuk mendapatkan
TINJAUAN PUSTAKA Jagung (Zea mays L.)
Botani Tanaman
Menurut Effendi (1985), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta,
Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Poales, Famili:
Poacea, Genus: Zea, Spesies: Zea mays L.
Akar jagung tergolong akar serabut, pada tanaman yang sudah cukup
dewasa muncul akar adventif dari buku- buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman.Batang jagung tegak dan mudah terlihat,
sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum
(Muis dkk., 2008).
Batang jagung tidak berulang tetapi padat dan terisi oleh bekas-bekas
pembuluh sehingga memperkuat tegaknya tanaman. Batang jagung beruas-ruas
yang jumlahnya bervariasi antara 10-14 ruas, umumnya tak berkecambah, panjang
batang berkisar antara 60-300 cm tergantung dari jenis jagung (Effendi, 1985).
Daun jagung adalah daun sempurna, bentuknya memanjang, antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula, tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun
jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki famili Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Muis dkk., 2008).
Jagung disebut tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan
mana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari
sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Penyerbukan pada jagung terjadi
bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol (putik). Hampir
95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain (serbuk silang)
dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri (serbuk sendiri), oleh
karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop)
(Sudaryono, 1998).
Tanaman ini memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebit korvopsis
buah ini gepeng dengan permukaan atas cembung atau cekung dan dasar runcing.
Buah ini terdiri atas endosperma yang mengelilingi embrio lapisan aleuron dan
jaringan perikarp (kulit) yang merupakan lapisan pembungkus. Lapisan perikarp
yang merupakan jaringan indung pada jagung manis memang tipis, kira-kira
setebal 5 lapis sel ketimbang pada jagung brondong yang lebih dari 20 lapis sel
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Biji jagung tersusun terususn rapi diatas tongkol. Pada setiap tanaman
jagung ada sebuah tongkol, kadang-kadang ada dua. Biji berkeping tunggal
berderet pada tongkol. Setiap tongkol terdiri atas 10-14 deret, sedang setiap
tongkol terdiri kurang lebih 200-400 butir (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Syarat Tumbuh Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah
beriklim sedang hingga sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di
daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan
yakni sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan
pengisian biji, tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung
ditanam diawal musim hujan dan menjelang musim kemarau (Muis dkk., 2008).
Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat. Namun
untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki persyaratan lingkungan
antara lain yaitu, menghendaki penyinaran matahari yang teduh, pertumbuhan
jagung akan merana dan tidak mampu membentuk buah. Menghendaki suhu
optimum 21-340C. Di Indonesia, suhu semacam ini terdapat di daerah dengan ketinggian antara 0-600 m dpl (Rubatzky danYamaguchi, 1998).
Distribusi curah hujan yang merata selama pertumbuhan akan memberikan
hasil yang baik. Distribusi hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman jagung
kurang lebih 200 mm tiap bulan. Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman
jagung membutuhkan keadaan air yang cukup, terutama pada fase perbungaan
hingga pengisian biji (Effendi, 1985).
Tanah
Tanah yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman
ini memerlukan aerase dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada
berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolahan yang baik. Tanah dengan
tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan. Tanah-tanah
dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik
pengolahan tanah yang dikerjakan secara optimal, sehingga aerase dan
ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi baik (Effendi, 1985).
Tanaman jagung dapat tumbuh disegala macam tanah, tetapi akan tumbuh
tidak memerlukan persyaratan khusus, sehingga dapat tumbuh baik pada berbagai
jenis tanah, bila mendapatkan pengelolaan yang baik. Tanah-tanah dengan tekstur
berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik, asalkan
pengolahan tanah dikerjakan secara optimal (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Botani Tanaman
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), sistematika tanaman kacang
tanah adalah Sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta,
Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Leguminales, Famili:
Leguminoceae, Genus: Arachis, Spesies: Arachis hypogaeaL.
Kacang tanah mempunyai susunan perakaran sebagai berikut. Yang
pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus.
Akar cabang mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai
alat pengisap. Karena meningkatnya umur tanaman akar-akar tersebut kemudian
mati, sedangkan akar yang masih tetap bertahan hidup menjadi akar-akar yang
permanen. Akar permanen tersebut akhirnya mempunyai cabang lagi dan
berfungsi juga sebagai alat pengisap. Kadang-kadang polong juga mempunyai alat
pengisap, yakni bulu akar yang menempel pada kulitnya. Bulu akar ini berfungsi
sebagai alat pengisap zat-zat hara (AAK, 1989).
Batang utamanya, atau poros tengah berasal dari epikotil yang berisi
keping biji di kedua sisi pada dua buku pertama. Percabangannya dimorfik,
beserta cabang-cabang vegetative dan cabang-cabang reproduktif yang
memendek. Semua cabang vegetatif memiliki daun sisik, disebut katafil,
sekunder atau tersier akan muncul dari cabang-cabang vegetatif primer
(Somaatmadja, 1993).
Tanaman kacang tanah mempunyai daun majemuk bersirip genap. Setiap
helai daun terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu,
berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Sedangkan
gerakan niktitropik merupakan aktivitas daun sebagai persiapan diri untuk dapat
menyerap cahaya matahari sebanyak-banyaknya (AAK, 1989).
Bunga berwarna kuning terbentuk pada ketiak daun, dan setelah terjadi
penyerbukan sendiri, tangkai (karpofon) bakal buah yang terbuahi akan menjadi
geotropic dan menembus ke dalam tanah. Polong (buah) berkembang di ujung
struktur lir-pasak ini (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Setelah terjadi pembuahan, di bagian pangkal bakal buah muncullah suatu
bentukan yang mirip tangkai, yaitu disebut pasak atau ginofor melalui meristem
interkalar. Panjangnya pasak ini bergantung kepada jarak awal bunga itu dari
tanah, tetapi jika lebih dari 15 cm, pasak ini akan gagalo mencapai tanah dan
ujungnya akan mati. Jika telah menembus tanah sedalam 2-7 cm, pasak ini akan
mendatar dan mulailah terjadi perkembangan buah setelah ujung ini membengkak
dengan cepat. Buah tua (polong) berbentuk silinder, berukuran (1-8)cm x
(0,5-2)cm, berisi 1-6 butir biji. Kulit luar polong atau perikarp di antara 2 biji
seringkali meminggang yang besarnya bervariasi, mesokarpnya yang mengeras
tertutup oleh urat jala (Somaatmadja, 1993).
Bentuk dan ukuran biji kacang tanah sangat berbeda-beda; ada yang besar,
sedang, dan kecil. Begitu juga warna biji pun bermacam-macam, yaitu putih,
varietas-varietasnya. Pada umumnya biji kacang tanah kurang mengandung unsur-unsur
vitamin, namun mengandung sekitar 27% protein dan 45% lemak (AAK, 1989).
Syarat Tumbuh Iklim
Kacang tanah tumbuh anatara garis lintang 40 0U dan 40 0S di daerah tropik dan subtropik yang hangat, dan di iklim sedang yang lembap yang memiliki
musim panas hangat dan panjang. Suhu rata-rata harian optimum untuk
pertumbuhannya adalah 300C dan pertumbuhan akan terhenti pada suhu 150C. Fotoperiode panjang (lebih dari 14 jam) umumnya meningkatkan pertumbuhan
vegetatif dan fotoperiode pendek (kurang dari 10 jam) akan meningkatkan
pertumbuhan reproduktif (Somaatmadja, 1993).
Tanaman kacang tanah dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan
ketinggian di bawah 1500 mdpl. Tanaman ini sepanjang pertumbuhannya
memerlukan kondisi basah (sekitar 400 mm curah hujan) dan pada saat menjelang
panen kondisi kering yang diperlukannya. Dengan demikian pada waktu panen
dilaksanakan tidak banyak tanah yang lengket yang terangkut dari lapangan. Jika
pada waktu panen keadannya basah, besar kemungkinan produk tanaman akan
terpengaruh oleh sejenis jamur (Kartasapoetra, 1988).
Pada waktu berbunga tanaman kacang tanah menghendaki keadaan yang
lembap dan cukup udara, sehingga kuncup buah dapat menembus tanah dengan
baik dan pembentukan polong dapat berjalan secara leluasa, tidak mengalami
hambatan atau kesulitan. Apabila benih sudah ditanam, pada bulan pertama
sampai ketiga diusahakan tanaman tidak sampai mengalami kekeringan atau
Tanah
Kacang tanah memberikan hasil terbaik jika ditanam di tanah remah dan
berdrainase baik, terutama di tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan
memudahkan penembusan dan perkembangan polong, yang biasanya terjadi di
bawah permukaan tanah. Ketersediaan kalsium tanah sangat diperlukan agar biji
dapat tumbuh dengan baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Jenis tanah yang dapat dijadikan tempat pertumbuhan yang baik yaitu
tanah lempung berpasir yang agak subur. Tanaman yang masih muda dapat
berpenetrasi pada tanah yang lebih gembur, akarmya dapat memperkuat struktur
tanah dengan baik, tanamannya pun dapat bertambah subur dan pelaksanaan
panen menjadi lebih mudah. Tanah yang agak subur hendaknya tidak masam,
kadar pH yang baik antara 6-6,5 (Kartasapoetra, 1988).
Tanaman kacang tanah tidak menghendaki persyaratan yang istimewa,
namun demikian tetap dituntut juga adanya unsur-unsur hara dalam jumlah yang
cukup dan dapat mendukung pertumbuhan kacang tanah, antara lain unsur P
(phosphor), Ca (Calsium), dan K (Kalium). Kebutuhan tanaman kacang tanah
akan unsur N (Nitrogen) dapat disuplai sendiri melalui bintil-bintil akar tanaman
itu sendiri yang mampu mengikat unsur N (AAK, 1989).
Populasi Tanaman
Jarak tanam atau jumlah populasi tanaman per satuan luas merupakan
faktor penting untuk mendapatkan produksi tinggi, disamping kultur teknis
lainnya. Jumlah populasi tanaman per satuan luas pada suatu tempat sangat
bergantung pada varietas, umur tanaman, kesuburan tanah dan keadaan air tanah
Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan
cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air
dan zat hara, sehingga akan mempengaruhi hasil. Populasi yang lebih besar juga
akan mengefisienkan penggunaan pupuk karena tercapainya keefisienan
penggunaan cahaya. Pada umumnya produksi per satuan luas yang tinggi tercapai
dengan populasi yang tinggi pula, karena tercapainya penggunaan cahaya secara
maksimum di awal pertumbuhan. Akan tetapi pada akhirnya, penampilan
masing-masing tanaman secara individu menurun karena persaingan cahaya dan
faktor-faktor tumbuh lainnya (Harjadi, 1996 dalam Anggayuhlin, 2012).
Tajuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak antar
tanaman, hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan
unsur hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman. Pada umumnya, produksi yang tinggi per satuan luas akan
dicapai dengan populasi yang tinggi, akan tetapi, penampilan masing-masing
tanaman secara individu menurun karena persaingan terhadap cahaya dan
faktor-faktor tumbuh lainnya (Setyati, 2002).
Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap
gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan
sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi
dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman
budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi
antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum
Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur hara
yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesa yang
pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan
dan produksi jagung. Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan produksi per
luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji. Sedangkan menurut Liu
(2004) variasi jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tinggi
tanaman, indeks luas daun, indeks panen serta jumlah tongkol namun berpengaruh
nyata terhadap produksi per ha (Bakkara, 2010).
Sistem Pola Tumpang Sari
Pola tanam berganda merupakan sistem pengelolaan lahan pertanian
dengan mengkombinasikan intensifikasi dan diversifikasi tanaman. Pada
umumnya sistem tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan sistem
monokultur karena produktivitas lahan menjadi lebih tinggi, jenis komoditas yang
dihasilkan beragam, hemat dalam pemakaian sarana produksi dan resiko
kegagalan dapat diperkecil (Pinem dkk., 2011).
Tumpangsari tanaman merupakan salah satu model penanaman tradisional
di lahan kering. Dalam model ini, dua atau lebih spesies tanaman ditanam dalam
waktu dan lahan yang sama. Model penanaman tumpangsari memiliki beberapa
keuntungan yaitu: mengurangi resiko kegagalan panen, memperbaiki kesuburan,
mengurangi terjadinya erosi dan meningkatkan pendapatan petani. Keuntungan
lain mampu meningkatkan efisiensi penggunaan faktor lingkungan dan tenaga
kerja, menekan serangan gulma dan penyakit. Selain itu dapat meningkatkan
Pola sistem tumpangsari mengakibatkan terjadi kompetisi secara
intraspesifik dan interspesifik. Kompetisi dapat berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman. Tetapi bagaimana sistem tumpangsari dapat
meminimalkan kompetisi diantara tanaman atau dapat saling mendukung untuk
pertumbuhan dan produksi dan meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan.
Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi,
masing-masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk
memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi. Oleh karena itu,
dalam tumpangsari perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu (1) pengaturan jarak
tanam, (2) populasi tanaman, (3) umur panen tiap-tiap tanaman, (4) arsitektur
tanaman (Herlina, 2011).
Untuk mendapatkan kombinasi yang tepat dalam sistem tumpangsari
banyak faktor yang harus diperhatikan, terutama persaingan anatara tanaman yang
dicampurkan, baik bagi pertumbuhan maupun dalam perkembangan tanaman.
Berbagai bentuk interaksi antara tanaman dalam lingkungan pertanian sering
diartikan sebagai kompetisi. Kompetisi terjadi apabila dalam suatu populasi
terdapat persaingan yang berpengaruh terhadap faktor pertumbuhan seperti cahaya
matahari, air, nutrisi, CO2, dan gas lainnya. Penentuan komponen, baik jenis
maupun varietas yang dikombinasikan amat penting karena penanaman secara
bersama-sama dalam suatu komunitas, maka setiap individu akan saling
mempengaruhi sehingga akan terjadi interferensi. Interferensi ini dapat terjadi
antar tanaman dari spesies yang berbeda (interspecies) dan antar bagian dalam
Jagung dan kacang tanah memungkinkan untuk ditanam secara
tumpangsari karena kacang tanah termasuk tanaman C3, jagung tergolong
tanaman C4 sehingga sangat serasi (Indriati, 2009). Jagung tergolong tanaman C4
dan mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan
produksi. Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun
mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3,
fotorespirasidan transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan air (Salisbury dan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian desa Lambar Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±1.200 m
di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013
sampai Mei 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas
Pioneer 29 dan kacang tanah varietas Banteng, air, pupuk urea, TSP, KCl dan
bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor,
meteran, timbangan, pacak sampel, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung
pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2
faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Populasi kacang tanah yang terdiri atas 4 taraf, yaitu :
K1 = 20 cm x 20 cm = 250.000 populasi/hektar
K2 = 30 cm x 20 cm = 166.667 populasi/hektar
K3 = 40 cm x 20 cm = 125.000 populasi/hektar
K4 = 50 cm x 20 cm = 100.000 populasi/hektar
Faktor II : Populasi jagung yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :
J1 = 60 cm x 20 cm = 83.333 populasi/hektar
J3 = 80 cm x 20 cm = 62500 populasi/hektar
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu :
K1J1 K2J1 K3J1 K4J1
K1J2 K2J2 K3J2 K4J2
K1J3 K2J3 K3J3 K4J3
Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan
Jumlah plot : 36 plot
Jumlah sampel/plot : 3 tanaman jagung dan 3 tanaman kacang tanah
Jumlah sampel seluruhnya : 216 tanaman
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Ukuran plot : 350 cm x 200 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model
linear aditif sebagai berikut :
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3
Dimana:
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan populasikacang tanah
(K) taraf ke-j dan pengaruh populasijagung (J) pada taraf ke-k
μ : Nilai tengah ρi : Efek dari blok ke-i
αj : Efek perlakuan populasikacang tanah pada taraf ke-j
(αβ)jk : Interaksi antara populasikacang tanah taraf ke-j dan perlakuan
populasijagung taraf ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, populasikacang tanah ke-j dan perlakuan
populasijagung ke-k
Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan
dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 % (Steel dan
PELAKSANAAN PENELITIAN Pengolahan Tanah
Sebelum areal diolah, terlebih dahulu areal dibersihkan dari rerumputan,
sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman
dengan menggunakan cangkul. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul
tanah sedalam ± 30 cm dengan cara membalikkan tanah. Pengolahan dilaksanakan
dengan tujuan menghancurkan dan menghaluskan tanah. Setelah pengolahan
tanah selesai dibuat plot sesuai dengan metode penelitian.
Pembuatan Plot dan Saluran Drainase
Bedengan dibuat membujur searah Utara – Selatan, agar penyebaran
cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Plot berukuran 350x200
cm, tinggi 30 cm, jarak antar plot 30 cm. Selanjutnya dibuat saluran drainase pada
pinggir lahan dengan lebar 50 cm menuju paret pembuangan air.
Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam sesuai
dengan perlakuan. Penanaman dilakukan pada lubang tanam dengan cara
memasukkan benih sebanyak 2 benih/lubang tanam. Benih jagung ditanam 2
minggu setelah penanaman benih kacang tanah.
Pemeliharaan Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari serta tergantung
keadaan cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan
Penjarangan
Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu setelah tanam
dimana hanya 1 tanaman sehat yang dibiarkan pada setiap lubang tanam.
Penjarangan dilakukan dengan cara memotong tanaman tepat di atas permukaan
tanah dengan menggunakan gunting.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila di lapangan ada tanaman mati atau
pertumbuhannya tidak sempurna. Hal ini dilakukan sampai umur 7 hari setelah
tanam (HST) agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang serempak.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus
menggemburkan tanah. Tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak
menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk
mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual
dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat
tanamantelah berumur 1 bulan. Pemupukan pertama pada jagung dan kacang
tanah adalah 100 kg Urea, 100 kg TSP dan 50 kg KCl, satu bulan kemudian
ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 50 kg.
Cara pemupukan yaitu semua pupuk yang akan diberikan dicampur jadi
satu, kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan
tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan 2 kali setelah penyiangan. Pembumbunan
pertama dilakukan pada 3 Minggu Setelah Tanam (MST) dan pembumbunan
kedua dilakukan pada 6 MST.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan jenis hama dan
gejala penyakit yang ditemukan di lapangan.
Panen
Pemanenan kacang tanah dilakukan dengan mencabut seluruh
tanaman,kemudian diambil semua polong yang terbentuk dari setiap tanaman.
Pemanenan jagung dilakukan dengan cara mengupas klobot jagung kemudian
diambil tongkol jagung yang sebelumnya ditutupi klobot tersebut.
Penimbangan
Penimbangan dibuat untuk mengukur parameter bobot produksi per lahan
pada plot percobaan.
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman Jagung (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung tertinggi
setelah daun dikuncupkan. Pengukuran dilakukan mulai tanaman berumur 2 MST.
Pungukuran dilakukan seminggu sekali hingga keluar malai.
Tinggi Tanaman Kacang Tanah (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung tertinggi
Jumlah Daun Jagung (helai)
Jumlah daun dihitung pada daun yang telah membuka sempurna.
Perhitungan dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST.
Jumlah Daun Kacang Tanah (helai)
Jumlah daun dihitung pada daun yang telah membuka sempurna.
Perhitungan dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST.
Bobot Basah Tongkol Jagung (g)
Bobot basah tongkol ditimbang per sampel setelah dipanen. Sebelumnya
tongkol dibersihkan dari sisa-sisa klobot.
Bobot Kering Tongkol Jagung (g)
Bobot kering tongkol per sampel ditimbang setelah dilakukan pengeringan
di bawah sinar matahari selama ±2 hari.
Jumlah Polong per Tanaman Kacang Tanah (Polong)
Semua polong yang terbentuk pada tanaman dihitung pada saat panen
yang diambil dari setiap sampel/plot.
Bobot 100 Biji Kacang Tanah (g)
Polong dikeringkan selama 3 hari lalu biji kering diambil secara acak
sebanyak 100 biji dari setiap perlakuan kemudian ditimbang.
Produksi Jagung per Plot (g)
Produksi jagung per plot ditimbang setelah tanaman jagung dipanen dan
dijemur dibawah sinar matahari dengan syarat tongkol harus bersih dari kotoran
Produksi Kacang Tanah per Plot (g)
Produksi per plot ditimbang setelah tanaman kacang tanah dipanen dan
dibersihkan polongnya dari kotoran.
Indeks Luas Daun Kacang Tanah
Daun kacang tanah diambil dari setiap sampel/plot menjelang
panen.Indeks luas daun diperoleh dengan membagi total luas daun pertanaman
dengan luas areal yang diduduki (jarak tanam) oleh tanamantersebut. Luas daun
adalah pajang x lebar daun maksimum x konstanta.Konstanta dicari dengan
menghitung luas daun sebenarnya di atas kertasmillimeter dibagi dengan panjang
x lebar daun maksimum (Gomez, 1972 ).
ILD =
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa populasi kacang tanah
berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman jagung (8, 9, dan 10 MST),
jumlah daun jagung (8 MST), produksi kacang tanah per plot, bobot 100 biji
kacang tanah, bobot basah tongkol jagung, dan indek luas daun kacang tanah.
Populasi jagung berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tongkol
jagung, bobot kering tongkol jagung, dan produksi jagung per plot. Interaksi
antara populasi kacang tanah dan populasi jagung berpengaruh nyata terhadap
parameter tinggi tanaman jagung (2, 3, 4, 6, 8, 9, dan 10 MST), jumlah daun
jagung (5 MST), dan bobot 100 biji kacang tanah.
Tinggi Tanaman Kacang Tanah (cm)
Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah mulai pengamatan 2-14
MST dan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan pada
Lampiran 7-32. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa populasi kacang
tanah, populasi jagung, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman kacang tanah.
Rataan tinggi tanaman kacang tanah 1-14 MST pada populasi kacang
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman kacang tanah 1-14 MST (cm) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda
Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan
Rataan 21.70 21.91 20.08 20.81
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada populasi kacang tanah
perlakuan K2 (30x20 cm) menghasilkan tanaman kacang tanah tertinggi yaitu
32.34 cm. Tinggi tanaman kacang tanah terendah terdapat pada perlakuan K4
yaitu 31.49 cm.
Perlakuan populasi jagung 80x20 cm (J3) menghasilkan tanaman kacang
tanah tertinggi yaitu 31.91 cm. Tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan
J2 yaitu 31.81 cm.
Interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung memberikan
pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman kacang tanah.
Jumlah Daun Kacang Tanah (helai)
Data pengamatan jumlah daun kacang tanah mulai pengamatan 2-14 MST
populasi jagung serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
daun kacang tanah.
Rataan jumlah daun kacang tanah 2-14 MST pada populasi kacang tanah
dan populasi jagung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun kacang tanah 2-14 MST (helai) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda
Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan
J1 (60x20) 39.11 41.11 42.89 42.11 41.31
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada populasi kacang tanah
dengan perlakuan K2 (30x20 cm) menghasilkan jumlah daun kacang tanah
tertinggi yaitu 71.59 helai. Jumlah daun kacang tanah terendah terdapat pada
perlakuan K1 yaitu 70.37 helai.
Perlakuan populasi jagung 70x20 cm (J2) menghasilkan jumlah daun
kacang tanah terbanyak yaitu 71.69 helai. Jumlah daun kacang tanah terendah
Interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung menunjukkan
pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah daun kacang tanah.
Tinggi Tanaman Jagung (cm)
Data pengamatan tinggi tanaman jagung mulai pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, dan 10 MST dan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan
pada Lampiran 59-76. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa populasi
kacang tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung (8, 9, dan 10
MST) sedangkan populasi jagung tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman jagung. Interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman jagung (2, 3, 4, 6, 8, 9, dan 10 MST).
Rataan tinggi tanaman jagung pada populasi kacang tanah dan populasi
jagung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan tinggi tanaman jagung 2-10 MST (cm) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda
Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan
Rataan 55.25 56.81 54.94 59.09
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada populasi kacang tanah perlakuan K4
(50x20 cm) menghasilkan tinggi tanaman jagung tertinggi yaitu 216.74 cm yang
berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K3 namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan K2. Tinggi tanaman jagung terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu
196.64 cm.
Grafik tinggi tanaman jagung umur 8 MST akibat perlakuan populasi
Gambar 1. Grafik tinggi tanaman jagung 8 MST (cm) pada perlakuan populasi kacang tanah
Grafik tinggi tanaman jagung umur 9 MST akibat perlakuan populasi
kacang tanah dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik tinggi tanaman jagung 9 MST (cm) pada perlakuan populasi kacang tanah
Grafik perkembangan tinggi tanaman jagung umur 10 MST akibat
perlakuan populasi kacang tanah dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik tinggi tanaman jagung 10 MST (cm) pada perlakuan populasi kacang tanah
Dari Gambar 1, 2, dan 3 dapat diketahui bahwa hubungan tinggi tanaman
pada umur 8, 9, dan 10 MST pada perlakuan populasi kacang tanah menunjukkan
persamaan linier positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi kacang
tanah maka semakin tinggi tinggi tanaman yang dihasilkan.
Pada perlakuan populasi jagung dihasilkan tinggi tanaman jagung tertinggi
pada perlakuan J3 yaitu 208.56 cm. Tinggi tanaman jagung terendah terdapat pada
perlakuan J2 yaitu 199.78 cm.
Interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung menghasilkan tinggi
tanaman jagung tertinggi pada perlakuan K4J3 yaitu 229.43 cm yang berbeda
nyata dengan kombinasi perlakuan K1J1, K1J2, K1J3, K2J1, K2J2, K2J3, K3J1,
K3J2, K4J2 namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan K3J3 dan
K4J1. Tinggi tanaman jagung terendah terdapat pada kombinasi perlakuan K1J3
yaitu 183.36 cm.
Grafik tinggi tanaman jagung umur 2 MST akibat interaksi antara populasi
kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik tinggi tanaman jagung 2 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dengan populasi jagung
Grafik tinggi tanaman jagung umur 3 MST akibat interaksi antara populasi
kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik tinggi tanaman jagung 3 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung
Grafik tinggi tanaman jagung umur 4 MST akibat interaksi antara populasi
kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik tinggi tanaman jagung 4 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung
Grafik tinggi tanaman jagung umur 6 MST akibat interaksi populasi
kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik tinggi tanaman jagung 6 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung
Grafik tinggi tanaman jagung umur 8 MST akibat interaksi populasi
kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik tinggi tanaman umur 8 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung
Grafik tinggi tanaman jagung umur 9 MST akibat interaksi populasi
kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Grafik tinggi tanaman umur 9 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung
Grafik tinggi tanaman jagung umur 10 MST akibat interaksi populasi
kacang tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Grafik tinggi tanaman jagung umur 10 MST (cm) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung
Dari Gambar 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 dapat diketahui bahwa hubungan
tinggi tanaman umur 2, 3, 4, 6, 8, 9, dan 10 pada interaksi antara populasi kacang
tanah dan populasi jagung menunjukkan persamaan kuadratik yang menunjukkan
bahwa kombinasi perlakuan terbaik terdapat pada K4J3
Jumlah Daun Tanaman Jagung (helai)
Data pengamatan jumlah daun tanaman jagung mulai pengamatan 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9, dan 10 MST dan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan
dicantumkan pada Lampiran 77-94. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui
bahwa populasi kacang tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah daun jagung (8
MST) sedangkan populasi jagung tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
jagung. Interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun jagung (5
Rataan jumlah daun tanaman jagung pada populasi kacang tanah dan
populasi jagung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan jumlah daun tanaman jagung 2-10 MST (helai) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda
Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan
J1 (60x20) 13.44 13.67 13.67 13.56 13.58
10MST J2 (70x20) 13.33 13.44 13.56 13.78 13.53
J3 (80x20) 13.56 13.44 13.11 14.11 13.56
Rataan 13.44 13.52 13.44 13.81
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 4 menunjukkan bahwa populasi kacang tanah pada perlakuan K4
(50x20 cm) menghasilkan jumlah daun jagung tertinggi yaitu 11.07 helai pada 8
MST yang berbeda nyata dengan perlakuan K1 namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan K2 dan K3. Jumlah daun jagung terendah terdapat pada perlakuan K1
yaitu 10.22 helai.
Grafik jumlah daun jagung umur 8 MST akibat perlakuan populasi kacang
tanah dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Grafik jumlah daun jagung umur 8 MST (helai) pada perlakuan populasi kacang tanah
Dari Gambar 11 dapat diketahui bahwa hubungan jumlah daun jagung
umur 8 MST pada perlakuan populasi kacang tanah menunjukkan persamaan
linier positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi kacang tanah
maka semakin tinggi jumlah daun jagung yang dihasilkan.
Populasi jagung dengan perlakuan J1 menghasilkan jumlah daun jagung
tertinggi yaitu 13.58 helai pada 10 MST. Jumlah daun terendah terdapat pada
perlakuan J2 yaitu 13.53 helai.
Interaksi antara populasi kacang tanah dan jagung menghasilkan jumlah
daun jagung tertinggi pada kombinasi perlakuan K4J1 yaitu 7.44 helai pada 5
MST yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan K1J1, K1J3, K2J1, K3J2,
dan K4J2 namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan K1J2, K2J1,
K2J2, K3J1, K3J3, dan K4J3. Jumlah daun jagung terendah terdapat pada
kombinasi perlakuan K3J2 yaitu 6.56 helai.
Grafik jumlah daun jagung umur 5 MST akibat interaksi populasi kacang
tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Grafik jumlah daun umur 5 MST (helai) pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung
Dari gambar 12 dapat diketahui bahwa hubungan jumlah daun jagung
umur 5 MST pada interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung
menunjukkan persamaan kuadratik yang menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan terbaik yaitu K4J1.
ŷJ1= 6.411 + 0.02x
Jarak Tanam Kacang Tanah
J1
J2
Jumlah Polong Kacang Tanah per Sampel (polong)
Data pengamatan jumlah polong kacang tanah per sampel dicantumkan
pada Lampiran 95 dan hasil sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 96.
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa populasi kacang tanah dan
populasi jagung serta interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
polong kacang tanah per sampel.
Rataan jumlah polong kacang tanah per sampel pada populasi kacang
tanah dan populasi jagung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan jumlah polong kacang tanah per sampel (polong) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda
Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan
K1 (20x20) K2 (30x20) K3 (40x20) K4 (50x20)
J1 (60x20) 11.33 12.89 12.00 12.56 12.19
J2 (70x20) 12.44 15.11 17.67 17.44 15.67
J3 (80x20) 14.22 13.56 15.22 14.33 14.33
Rataan 12.67 13.85 14.96 14.78
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 5 menunjukkan bahwa populasi kacang tanah pada perlakuan K3
menghasilkan jumlah polong kacang tanah tertinggi yaitu 14.96 polong. Jumlah
polong kacang tanah per sampel terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu 12.67
polong.
Pada populasi jagung 70x20 cm (J2) menghasilkan jumlah polong kacang
tanah per sampel tertinggi yaitu 15.67 polong. Jumlah polong kacang tanah per
sampel terendah terdapat pada perlakuan J1 yaitu 12.19 polong.
Interaksi populasi kacang tanah dan populasi jagung tidak berpengaruh
Produksi Kacang Tanah per Plot (g)
Data pengamatan produksi kacang tanah per plot dicantumkan pada
Lampiran 97 dan hasil sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 98. Berdasarkan
hasil sidik ragam diketahui bahwa populasi kacang tanah berpengaruh nyata
terhadap produksi kacang tanah per plot sedangkan populasi jagung tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi kacang tanah per plot. Interaksi populasi
kacang tanah dan populasi jagung tidak berpengaruh nyata terhadap produksi
kacang tanah per plot.
Rataan produksi kacang tanah per plot pada populasi kacang tanah dan
populasi jagung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan produksi kacang tanah per plot (g) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda
Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan
K1 (20x20) K2 (30x20) K3 (40x20) K4 (50x20)
J1 (60x20) 1830.00 1576.67 1646.67 1416.67 1617.50 J2 (70x20) 2403.33 1986.67 1513.33 1506.67 1852.50 J3 (80x20) 2076.67 1793.33 1736.67 1310.00 1729.17 Rataan 2103.33 a 1785.56 b 1632.22 bc 1411.11 c
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 6 menunjukkan bahwa populasi kacang tanah pada perlakuan 20x20
cm (K1) menghasilkan produksi kacang tanah per plot tertinggi yaitu 2103.33
gram yang berbeda nyata dengan perlakuan K2, K3, dan K4. Produksi kacang
tanah per plot terendah terdapat pada perlakuan K4 yaitu 1411.11 gram.
Grafik produksi kacang tanah per plot akibat perlakuan populasi kacang
Gambar 13. Grafik produksi kacang tanah per plot (g) pada perlakuan populasi kacang tanah
Dari gambar 13 diketahui bahwa hubungan produksi kacang tanah per plot
pada perlakuan populasi kacang tanah menunjukkan pesamaan linier negatif yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi kacang tanah maka semakin rendah
produksi kacang tanah per plot yang dihasilkan.
Populasi jagung pada perlakuan 70x20 cm (J2) menghasilkan produksi
kacang tanah per plot tertinggi yaitu 1852.50 gram. Produksi kacang tanah per
plot terendah terdapat pada perlakuan J1 yatu 1617.50 gram.
Interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung menunjukkan
pengaruh yang tidak nyata terhadap produksi kacang tanah per plot.
Bobot 100 Biji Kacang Tanah (g)
Data pengamatan bobot 100 biji kacang tanah dicantumkan pada Lampiran
99 dan hasil sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 100. Berdasarkan hasil sidik
ragam diketahui bahwa populasi kacang tanah berpengaruh nyata terhadap bobot
100 biji kacang tanah sedangkan populasi jagung tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot 100 biji kacang tanah. Interaksi populasi kacang tanah dan
populasi jagung berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji kacang tanah.
Rataan bobot 100 biji kacang tanah pada populasi kacang tanah dan
populasi jagung yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan bobot 100 biji kacang tanah (g) pada populasi kacang tanah dan populasi jagung yang berbeda
Jagung Populasi Kacang Tanah Rataan
K1 (20x20) K2 (30x20) K3 (40x20) K4 (50x20)
J1 (60x20) 60.41 de 63.35 bcde 71.18 abc 71.53 ab 66.62 J2 (70x20) 74.15 a 62.51 cde 69.90 abc 69.56 abcd 69.03 J3 (80x20) 68.23 abcde 66.01 abcde 68.19 abcde 59.73 e 65.54 Rataan 67.60 ab 63.96 b 69.76 a 66.94 ab
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada populasi kacang tanah dengan
perlakuan 40x20 cm (K3) menghasilkan bobot 100 biji kacang tanah tertinggi
yaitu 69.76 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan K2 namun tidak berbeda
nyata dengan perlakuan K1 dan K4. Bobot 100 biji kacang tanah terendah terdapat
pada perlakuan K2 yaitu 63.96 gram.
Grafik bobot 100 biji kacang tanah akibat perlakuan populasi kacang tanah
Gambar 14. Grafik bobot 100 biji kacang tanah (g) pada perlakuan populasi kacang tanah.
Dari Gambar 14 dapat diketahui bahwa hubungan bobot 100 biji kacang
tanah dengan populasi kacang tanah menunjukkan persamaan kubik dimana hasil
tertinggi terdapat pada perlakuan K3.
Pada perlakuan populasi jagung 70x20 cm (J2) menghasilkan bobot 100
biji kacang tanah tertinggi yaitu 69.03 gram. Bobot 100 biji kacang tanah terendah
terdapat pada perlakuan J3 yaitu 65.54 gram.
Interaksi antara populasi kacang tanah dan populasi jagung menghasilkan
bobot 100 biji kacang tanah tertinggi pada kombinasi perlakuan K1J2 yaitu 74.15
gram yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan K1J1, K2J1, K2J2, dan
K4J3 namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan K1J3, K2J3, K3J1,
K3J2, K3J3, K4J1, dan K4J2. Bobot 100 biji kacang tanah terendah terdapat pada
kombinasi perlakuan K4J3 yaitu 59.73 gram.
Grafik bobot 100 biji kacang tanah akibat interaksi antara populasi kacang
tanah dan populasi jagung dapat dilihat pada Gambar 15.