Skripsi:
IMPLEMENTASI PERENCANAAN PARTISIPATIF
DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN DESA
(Studi Pada Desa Kampung Baru Kec. Bilah Barat Kab. Labuhan Batu)
DIAJUKAN OLEH :
MUHAMMAD AFFANDI PASARIBU
020903023
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Abstrak
Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Desa
Nama : Muhammad Affandi Pasaribu Nim : 020903023
Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Burhanuddin Hrp, Msi
Perencanaan Partisipatif merupakan salah satu elemen yang sangat penting untuk dilaksanakan dengan baik dan efisien khususnya pada keberadaan pembangunan di desa. Oleh karena itu penelitian ini mengungkap suatu aspek tersebut yakni mengenai mengenai pelaksanaan perencanaan pembangunan di desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu.
Peneelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan key informan sebagai pihak yang menjadi sumber data didalamnya serta 40 orang responden yang diambil dari warga desa yang tersebar pada 4 dusun. Data primer yang didapat dari key informan disajikan melalui petikan wawancara mendalam, sedangkan keterangan responden melalui jaawaban kuisioner yang disajikan dalam tabel distribusi frekwensi.
Melalui beberapa tahap yang ditempuh dalam penelitian ini di dapatkan hasil tentang analisis terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan yang berlangsung di desa kampung baru, yakni sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Pemerintahan Daerah yang responsif, tingkat partisipasi warga yang cukup tinggi serta sinergitas stakeholder di desa yang cukup solid.
Pada akhirnya penulis bermaksud memberikan saran yang diharapkan sebagai kontribusi penelitian ini bagi pemerintahan desa kampung baru yaitu : (1) memupuk kerjasama yang solid terutama dalam hal realisasi program-program pembangunan desa, (2) meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya partisipasi warga desa dalam merencanakan pembangunan dan (3) menjaga aktifitas kegotong royongan demi terwujudnya kesejahteraan bersama.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah………... 1
1.2. Perumusan Masalah………. 6
1.3. Tujuan Penelitian………. 6
1.4. Manfaat Penelitian……… 7
1.5. Kerangka Teori………. 7
1.5.1. Implementasi... 8
1.5.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif... 10
1.5.3. Desa... 13
1.6. Definisi Konsep……….... 18
1.7. Definisi Operasional……… 19
1.8. Kerangka Berfikir………... 20
BAB II METODOLOGI PENELITIAN……… 22
II.1. Metode Penelitian……… 22
II.2. Lokasi Penelitian……… 22
II.3. Populasi dan Sampel……… 22
II.4. Teknik Pengumpulan Data……….. 24
II.5. Teknik Analisa Data……… 25
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN………. 26
III.1. Letak dan Luas Wilayah……… 26
III.3. Organisasi Pemerintahan Desa………. 32
1. Organisasi Pemerintahan Desa………. 32
2. Badan Perwakilan Desa (BPD)………. 40
BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN……… 44
IV.1. Karakteristik Responden……… 44
IV.2. Variabel Penelitian……….. 50
BAB V ANALISA DATA………... 77
1. Keberadaan Peraturan Daerah………. 78
2. Suasana Demokratis dan Alur Komunikasi Dua Arah Dalam Setiap Forum Musyawarah Warga Desa………….. 78
3. Sinergitas Antara Inspirasi Warga Dengan Program Pembangunan Yang Dijalankan... 79
4. Relaisasi Perencanaan Pembangunan Partisipatif... 80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 82
VI.1. Kesimpulan……….... 82
VI.2. Saran………... 84
Abstrak
Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Desa
Nama : Muhammad Affandi Pasaribu Nim : 020903023
Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Burhanuddin Hrp, Msi
Perencanaan Partisipatif merupakan salah satu elemen yang sangat penting untuk dilaksanakan dengan baik dan efisien khususnya pada keberadaan pembangunan di desa. Oleh karena itu penelitian ini mengungkap suatu aspek tersebut yakni mengenai mengenai pelaksanaan perencanaan pembangunan di desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu.
Peneelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan key informan sebagai pihak yang menjadi sumber data didalamnya serta 40 orang responden yang diambil dari warga desa yang tersebar pada 4 dusun. Data primer yang didapat dari key informan disajikan melalui petikan wawancara mendalam, sedangkan keterangan responden melalui jaawaban kuisioner yang disajikan dalam tabel distribusi frekwensi.
Melalui beberapa tahap yang ditempuh dalam penelitian ini di dapatkan hasil tentang analisis terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan yang berlangsung di desa kampung baru, yakni sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Pemerintahan Daerah yang responsif, tingkat partisipasi warga yang cukup tinggi serta sinergitas stakeholder di desa yang cukup solid.
Pada akhirnya penulis bermaksud memberikan saran yang diharapkan sebagai kontribusi penelitian ini bagi pemerintahan desa kampung baru yaitu : (1) memupuk kerjasama yang solid terutama dalam hal realisasi program-program pembangunan desa, (2) meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya partisipasi warga desa dalam merencanakan pembangunan dan (3) menjaga aktifitas kegotong royongan demi terwujudnya kesejahteraan bersama.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Otonomi daerah adalah pembagian antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah atau kabupaten/ kota. Disamping itu melalui otonomi daerah juga terwujud
pembagian kewenangan antara pemerintah di satu pihak dan masyarakat dilain pihak
sehingga dengan demikian otonomi daerah tidak hanya sebatas pengertian pembagian
kekuasaan antara lembaga pemerintahan (institusional), tetapi yang terpenting adalah
arti otonomi itu sendiri sebagai suatu konsep pembagian kekuasaan dan kewenangan
yang proporsional dan adil antara pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian di
dalam konsep tersebut terdapat pemahaman bahwa pada hakikatnya otonomi daerah
bagi pembangunan adalah hak mengurus rumah tangga sendiri yakni suatu daerah
otonom. Hak tersebut bersumber dari wewenang dan urusan pemerintah pusat yang
diserahkan kepada daerah yang penyelenggaraannya lebih memberikan tekanan pada
prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta potensi
dan keragaman daerah.
Berbeda dengan sistem yang telah berjalan sebelumnya. Sistem
penyelenggaraan pemerintahan yang selama ini dilaksanakan pengaturannya
jawab utama atas kebijakan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan
kewenangan yang diberikan dan tetap berada dalam koridor Negara Kesatuan
Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah.
Dengan demikian keinginan masyarakat untuk mewujudkan pembangunan
berupa upaya pergerakan kondisi masyarakat dari suatu situasi ke suatu situasi yang
secara keseluruhan lebih baik akan tercapai melalui konsep yang lebih mendekatkan
pemerintah dengan masyarakatnya seperti yang terkandung dalam makna otonomi
daerah tersebut. Selanjutnya perumusan dan pelaksanaan berbagai kebijaksanaan,
program-program pembangunan yang konsisten dan dapat diwujudkan dengan
rasionalitas urutan dan skala prioritasnya. Hal ini dapat dicapai karena maksud
diberlakukannya otonomi daerah tidak lain adalah agar masyarakat dipimpin oleh
penyelenggara yang mengerti dan paham akan apa yang benar-benar menjadi niatnya.
Hal ini berarti bahwa berhasilnya pencapaian pembangunan memerlukan keterlibatan
aktif dari masyarakat pada suatu daerah itu sendiri pada umumnya.
Proses partisipasi masyarakat selalu menjadi perhatian utama dalam
pembangunan Indonesia. Partisipasi merupakan bagian penting dari budaya bangsa
kita yang senantiasa menempuh pendekatan musyawarah untuk mufakat dalam
mencari jalan keluar serta pengambilan keputusan bersama. Dengan kata lain apapun
yang menjadi hasil ataupun keputusan musyawarah mufakat tersebut sudah menjadi
tanggung jawab bagi semua peserta musyawarah dalam konteks ini adalah
menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan setara,
transparansi, kesetaraan kewenangan, kesetaraan tanggung jawab dan kerja sama.
Ibarat kata pepatah “berat sama dipikul ringan sama dijinjing”, demikian pula
dengan pendekatan partisipatif. Proses pembangunan akan lebih berjalan dengan
lancar dengan adanya segenap masyarakat yang ikut ambil bagian dan diharapkan
menunjukkan dampak yang signifikan dalam proses pembangunan, terutama untuk
pembangunan jangka panjang. Pendekatan partisipatif sangat penting diterapkan
dalam proses pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
dan evaluasi yang merujuk pada hasil yang benar-benar sesuai dengan apa yang
diniatkan oleh masyarakat. Dengan demikian rasa memiliki akan hasil proses
pembangunan dapat dimiliki masyarakat (sense of belonging).
Ada beberapa keuntungan yang dapat kita harapkan dari adanya suatu
penerapan pendekatan partisipatif yakni ;
a. Masyarakat akan lebih memiliki rasa tanggung jawab yang lebih tinggi
terutama dalam hal memelihara dan menjaga apa yang telah dibangun
bersama.
b. Semangat akan pembangunan akan lebih memaknai proses pembangunan
itu sendiri secara holistik sebagai konsekuensi adanya kebersamaan
Pembangunan partisipatif adalah suatu proses pembangunan yang
memberdayakan masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga
pengawasan pembangunan. Disamping itu diharapkan pula masyarakat dapat
menempati prioritas sebagai penikmat hasil pembangunan. Namun untuk mencapai
keadaaan itu kemandirian masyarakat tidaklah cukup melainkan diperlukan
partisipasi aktif semua element yang ada termasuk kerjasama pemerintah dengan
stake holder yang ada (Wisnu Hidayat dkk).
Perencanaan yang merupakan salah satu dari serangkaian perjalanan
pembangunan tersebut di atas adalah tahap awal yang sangat menentukan bagi
keberhasilan proses pembangunan khususnya di desa. Oleh karena itu pada tahap ini
sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan di desa merupakan sebuah hasil
musyawarah yang mempertimbangkan aspirasi masyarakat secara utuh. Dengan
demikian pelaksanaan pembangunan yang direncanakan di desa akan berhasil dengan
efisien dan efektif sebagai kelanjutan dari kerjasama yang solid segenap warga desa.
Dengan kata lain kemitraan yang terwujud antara pemerintahan desa (aparatur desa
dan BPD), pihak swasta dan warga desa haruslah solid agar tujuan pembangunan desa
dapat tercapai. Seperti yang digambarkan dalam peraturan pemerintah No. 72 tahun
2005.
Akan tetapi realita yang terjadi pada daerah pedesaan khususnya yang
letaknya secara geografis jauh dari pusat pemerintah menunjukkan gejala macetnya
proses pembangunan yang ada, khususnya dalam hal pembangunan sarana dan
prasarana yang diharapkan dapat menampung seluruh akses masyarakat seperti
prasarana jalan-jalan desa maupun jalan yang menghubungkan antara desa dengan
kota yang merupakan pendukung bagi proses distribusi sumber daya bagi kedua
wilayah tersebut.
Hal ini terjadi karena belum tumbuhnya kesadaran masyarakat khususnya di
pedesaan untuk berinisiatif melakukan pembangunan itu sendiri. Eksistensi citra
pembangunan sentralistis masih terasa, sehingga warga desa terkesan menunnggu
adanya sentuhan dari pemerintah untuk pembangunan sarana dan prasarana tersebut.
(hasil observasi penulis di beberapa desa di kabupaten labuhan batu, 2007).
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) yang
diharapkan dapat menjadi wadah yang berperan penting di desa ternyata masih belum
dapat diandalkan. Hal ini dapat dilihat dari masih sangat dominannya peran tokoh
masyarakat desa didalam menyusun apa yang direncanakan akan dibangun di desa.
Demikian pula halnya dengan perencanaan yang dimaksudkan untuk membangun
sarana dan prasarana di desa baik itu berupa jalan, tempat ibadah, jembatan maupun
balai desa. Hasilnya adalah suatu perencanaan yang belum tentu menampung aspirasi
dan niat masyarakat secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa Musrenbangdes
yang ada masih jauh dari harapan yaitu suatu perencanaan pembangunan desa yang
timbul akibat kesadaran warga desa untuk ambil bagian di dalamnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berinisiatif mengangkat sebuah kajian
yang berjudul “Implementasi Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan
Desa di Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu
Provinsi Sumatera Utara.
I.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah sangat penting agar diketahui arah jalan suatu penelitian.
Hal ini senada dengan pendapat yang mengatakan “agar peneltian dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya maka penulis merumuskan masalahnya sehingga jelas dari
mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa” (Arikunto, 1992:17)
Berdasarkan penjelasan diatas maka di dalam melakukan penelitian ini
penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut; Bagaimanakah
Pelaksanaan Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan Desa di Kampung
Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu ?.
I.3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan perencanaan partisipatif yang
dilakukan di desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan
Batu.
b. Untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi masyarakat di desa Kampung
Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu khususnya dalam hal
I.4. Manfaat Penelitian
a. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia
pada umumnya dan Universitas Sumatera pada khususnya yakni pada bidang
Pembangunan Desa dan Otonomi Desa.
b. Sebagai referensi bagi kalangan akademisi baik di lingkungan Civitas
Akademika Fisip USU secara khusus maupun Universitas Sumatera Utara
secara umum.
c. Memberikan suatu sumbangan pemikiran bagi masyarakat desa khususnya
tempat penelitian ini dilaksanakan agar dapat terus meningkatkan peran
aktifnya terutama di dalam membangun desa.
I.5. Kerangka Teori
Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka
teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu
menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari
sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih Selanjutnya teori adalah
merupakan serangkaian asumsi, konsep, dan konstruksi, defensisi dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah :
I.5.1. Implementasi
Dalam perumusan suatu kebijakan apakah menyangkut program maupun
kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau
implementasi. Karena betapapun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka
tidak akan banyak berarti. Dalam kaitan ini seperti dikemukakan oleh Wahab (1990):
51), menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting , bahkan
jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya sekedar
impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak mampu
diimplementasikan.
Van Master dan Van Hom merumuskan proses implementasi atau
pelaksanaan sebagai berikut : “Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau
pehjabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah/ swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.
Sedangkan dalam Ceema dan Rondinelli implementasi adalah sebagai berikut :
“Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan
suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses interaksi diantara
merancang dan menentukan seseorang yang diinginkan. Sedangkan Jones
menyatakan bahwa proses kebijakan publik meliputi persepsi/definisi, agregasi,
organisasi, representasi, penyusunan agenda, formulasi, legitimasi, penganggaran,
pelaksanaan/implementasi, evaluasi dan penyesuaian/terminasi. Penekanan aktifitas
menginterpretasikan kebijaksanaan menjadi program, proyek, dan aktifitas. (I
Nyoman, 2005:15)
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, implementasi sama dengan
pelaksanaan. Sedangkan menurut kamus webster, “to implement” (implementasi)
berarti “to provide the means for carrying out” (menyediakan sarana untuk
melaksanakan sesuatu).
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang dikutip oleh
Sumaryadi dkk (2005) seperti yang berikut ini :
1. Donald Van Meter dan Carl Van Hom membatasi implementasi sebagai
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau
kelompok-kelompok) pemerintah dan swasta yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan
sebelumnya.
2. Daniel A Mazruanian dan Paul A Sabatier yang menyebutkan bahwa
implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu
program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian
implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan yang
timbul sesudah disahkannya pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup
Dari definisi-definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa implementasi
adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu kebijaksanaan
sampai mencapai tujuan yang diinginkan.
I.5.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka
sesuatu yang akan dikerjakan. Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi manajemen
adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki (Ginanjar Kartasasmita, 1994).
Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan beberapa komponen
penting, yakni tujuan; apa yang hendak dicapai, kegiatan; kegiatan untuk
merealisasikan tujuan, dan waktu; kapan bilamana kegiatan tersebut hendak
dilakukan. Apa yang direncanakan tentu saja merupakan tindakan-tindakan di masa
depan untuk masa depan.
Secara sederhana pembangunan sering diartikan suatu upaya untuk melakukan
perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah
peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa
pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga
saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi
tersebut.
Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan
secara tegas maka pembangunan dapat diartikan suatu perubahan. Mewujudkan suatu
kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi
kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan
(Siagian, 1991).
Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu
proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan
pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk
melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/ aktivitas kemasyarakatan. Baik yang bersifat
fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spritual) dalam rangka mencapai tujuan
yang lebih baik.
Dari kajian literatur tentang partisipasi masyarakat di negara-negara
berkembang menunjukkan bahwa konsep partisipasi di interpretasikan secara luas,
seperti yang disampaikan Cohen dan Uphoff (1997), bahwa:
“Partisipasi dapat dilihat dari berbagai pandangan (perspective). Keterlibatan
masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam
mengimplementasikan program, serta menikmati keuntungan-keuntungan dari
program terseut. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu
proses aktif, dimana rakyat dari suatu komuniti mengambil inisiatif dan
Menurut FAO seperti yang dikutip Mikkelsen (1999 : 64), berbagai penafsiran
yang berbeda dan sangat beragam mengenai arti kata tentang partisipasi yaitu:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa
ikut serta dalam pengambilan keputusan.
2. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang atau
kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya
untuk melakukan hal itu.
3. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf
yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya
memperoleh imformasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial.
4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan
yang ditentukannya sendiri.
5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan dan lingkungan mereka.
Menurut Oakley (1991 : 14), berpendapat bahwa “partisipasi merupakan hal
yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa adanya
partisipasi aktif dari masyarakat pelaksanaan pembangunan yang berorientasi
pada perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena
masyarakatlah yang lebih tahu akan kebutuhannya dan cara mengatasi
I.5.3. Desa
Pada mulanya istilah desa dipakai di Jawa, Madura dan Bali. Secara
epistimologis kata desa berasal dari bahasa sanksekerta yaitu swa-desi yang artinya
tanah asal, negeri asal, atau tanah leluhur (Drs Istari Cakra Asmara, 1986). Suatu
persekutuan hidup yang setingkat dengan desa disetiap daerah berbeda-beda,
misalnya di Aceh disebut Gampong, di Sumatera Barat disebut Nagari, di
Simalungun disebut Nagori dan lainnya.
Menurut UU No. 32 tahun 2004, desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Namun menurut UU No. 32
tahun 2004 tersebut desa tidak lagi berada di bawah kecamatan tapi di bawah
kabupaten/ kota. Kepala desa langsung berada di bawah pembinaan kabupaten/ kota.
Dan camat hanyalah staf daerah kabupaten yang mengurusi desa-desa.
Menurut pasal 200 UU No.32 tahun 2004, pemerintahan desa terdiri atas
pemerintah desa dan Badan Musyawarah Desa. Pemerintah desa terdiri atas kepala
desa dan perangkat desa, dimana perangkat desa adalah sekretaris desa dan perangkat
desa lainnya (pasal 202). Badan permusyawaratan desa atau legislatif desa berfungsi
(1982: 71), pembangunan desa adalah setiap pembangunan yang ada yang di dalam
prosesnya masyarakat desa berpartisipasi aktif. Sedangkan menurut T R Batten,
pembangunan desa adalah suatu proses dimana organisasi atau masyarakat mulai
mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka kemudian merencanakan dan
mengerjakan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidup (Ndraha, 1982: 72).
Tetapi dalam melakukan pembangunan desa ini, banyak sekali hambatan yang
dapat ditemui. Hambatan-hambatan itu, menurut Butterfield dalam Ndraha, 1982: 91
adalah:
a. Problema of perception. Perencanaan pembangunan sering tidak tepat
dalam menanggapi antara apa yang pemerintah programkan dengan apa
yang benar-benar di butuhkan masyarakat pedesaan. Sehingga terjadi
permasalahan dalam pembangunan desa, karena masyarakat desa memiliki
persepsi yang buruk terhadap pembangunan yang dilakukan didesanya.
b. Kesukaran memilih model pembangunan yang tepat. Mungkin sekali
kesulitan ini muncul karena masyarakat pedesaan itu pada umumnya
tertutup dan masih bingung dalam menerima hal-hal baru, sehingga
pemerintah pun menjadi bingung pula dalam menentukan model
pembangunan apa yang sebaiknya diterapkan bagi masyarakat pedesaan.
c. Time of frame, dimana program pembangunan pedesaan lambat sekali
kelihatan hasilnya, sehingga pemerintah sering merasa kurang sabar dalam
d. Persoalan praktis. Hambatan ini muncul bila hal-hal dalam tahap
pelaksanaannya membuat pembangunan desa terhambat, misalnya saja
kurangnya teknologi, kurangnya pengelola yang terlatih, dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal tersebut, kita akan melihat nantinya apakah ada atau
tidak hambatan pembangunan desa yang pertama itu pada hasil implementasi
program perencanaan partisipatif di desa kampung baru kecamatan bilah barat
kabupaten labuhan batu. Sehingga nantinya kita akan dapat melihat bagaimana
pemerintah daerah mampu dalam mengimplementasikan program pembangunan
tersebut yang selaras dengan pelaksanaan otonomi daerah, dimana aspirasi, pendapat,
dan pandangan masyarakat sangat diutamakan dalam pembangunan daerah.
Adapun ketentuan mengenai desa juga di atur secara detail dalam beberapa
pasal pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 sebagai berikut :
Pasal 11
Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan BPD
Pasal 12
1. Pemerintahan Desa sebagaimana imaksud dalam pasal 11 terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.
2. perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya.
3. Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas : a. sekretaris desa
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Kepala Desa mempunyai wewenang :
a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD
b. mengajukan rancangan peraturan desa
c. menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD
d. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD
e. membina kehidupan masyarakat desa f. membina perekonomian desa
g. mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
h. mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 14, Kepala Desa mempunyai kewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat
c. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat d. melaksanakan kehidupan demokrasi
e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme
f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa
g. menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan h. menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik
i. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa
j. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa k. mendamaikan perselisihan masyarakat di desa
l. mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa
m. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat
n. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, serta mengimformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.
(3) Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat 1 (satu) kali dalam satu tahun.
(4) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD
(5) Mengimformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau media lainnya. (6) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh
Bupati/Walikota sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut
(7) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui cmat dan kepada BPD.
Pasal 16 Kepala Desa dilarang :
a. menjadi pengurus partai politik
b. merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan
c. merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD.
d. terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala daerah
e. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain
f. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya
I.6. Definisi Konsep
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi mengatakan bahwa konsep adalah
abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan generalisasi dari sejumlah
karakterisitik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.
Defenisi konsep dimaksudkan untuk menghindari interpretasi ganda dari
variabel yang akan diteliti.
Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah :
1. Implementasi
Yang dimaksud dengan implementasi disini adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk melaksanakan suatu kebijaksanaan sampai mencapai tujuan
yang diinginkan. Yang mana pelaksana dari kebijaksanaan tersebut adalah
Pemerintahan Desa Kampung Baru, Kecamatan Bilah Barat Kabupaten
Labuhan Batu.
2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan
alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data
dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu
rangkaian kegiatan/ aktivitas kemasyarakatan. Baik yang bersifat fisik
(material) maupun nonfisik (mental dan spritual) dalam rangka mencapai
tujuan yang lebih baik. Dan keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan
keputusan dan dalam mengimplementasikan program, serta masyarakat
I.7. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran ini dapat
diketahui indikator-indikator apa saja yang mendukung penganalisaan dari
variabel-variabel tersebut (Singarimbun, 1989:46).
Yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah yang dapat
diukur dengan indikator sebagai berikut :
Implementasi perencanaan partisipatif diukur melalui :
1. Adanya Peraturan Pemerintah Daerah yang mengatur tentang Perencanaan
Pembangunan Partisipatif di Kabupaten Labuhan Batu.
2. Bagaimanakah pelaksanaan demokrasi dalam musyawarah yang berkaitan
dengan perencaanaan pembangunan dan porsi warga desa dalam musyawarah
tersebut.
3. Kesesuaian permintaan/harapan masyarakat dengan peraturan pemerintah
daerah dan pelaksanaan program-program pembangunan partisipatif.
4. Bentuk realisasi perencanaan pembangunan partisipatif dalam pengadaan
.1.8. Kerangka Berfikir
Adapun untuk lebih mengarahkan penelitian yang akan dilakukan, penulis
menggunakan kerangka berfikir yang berbentuk skema sebagai berikut :
Penjelasan :
Gambar 1. Kerangka Berfikir
P E M D A
Respon Positif terhadap Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Tingkat
P ti i i
Sikap antusias yang baik ditunjukkan oleh warga desa dalam proses
b
Sinergitas
Kolaborasi antara agent of developement di desa seperti aparat desa, BPD d
Perencanaan
Pembangunan
Terdapat beberapa komponen penting yang mendukung terlaksananya
perencanaan pembangunan di desa yang memenuhi konsep partisipatif. Komponen
tersebut yaitu : Pemerintah daerah yang responsif terhadap perencanaan
pembangunan partisipatif melalui adanya peraturan daerah yang membahas tentang
hal tersebut, tingkat partisipasi masyarakat yang cukup baik dan adanya sinergitas
stakeholder sebagai ”mitra membangun desa” yakni antara masyarakat desa,
Pemerintah Desa (aparatur desa dan BPD) serta pihak kecamatan.Dengan demikian
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
II.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab pelaksanaan penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Prof. DR. Lexy J. Moeloeng, MA
(2004;6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara
holistik (utuh) dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah. Dengan demikian dapat ditegaskan kembali bahwa
penelitian ini juga ditempuh berdasarkan tujuan untuk memahami bagaimana
Implementasi Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan Desa (Kampung Baru)
terutama dalam meningkatkan partisipasi warga pada pelaksanaan pembangunan di
desa.
II.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat
Kabupaten Labuhan Batu.
II.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu
penelitian.
Penelitian yang penulis lakukan tidak melakukan analisa terhadap populasi,
dianggap mengetahui secara menyeluruh tentang permasalahan penelitian ini. Penulis
langsung menentukan siapa saja orang-orang yang dianggap sebagai key informan
tersebut dan merekalah yang langsung jadi populasi dalam penelitian ini. Penetapan
ini dilakukan atas kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian.
Yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi
sumber dari data yang sebenarnya dalam suatu penelitian dengan kata lain sampel
adalah sebagaian dari populasi untuk mewakili populasi.
Dalam melakukan teknik pengambilan sampel penulis menggunakan metode
non probabiity sampling dimana dalam teknik ini jumlah atau ukuran sampel
disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian ini. Dalam hal ini penulis
menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan
sampel yang disesuaikan dengan tujuan dan syarat tertentu yang ditetapkan
berdasarkan tujuan dan masalah penelitian (Nawawi, 1987:157).
Yang menjadi sampel penelitian ini adalah :
1. Camat Bilah Barat 1 orang
2. Kepala desa Kampung Baru 1 orang
3. Kepala Badan Perwakilan Desa Kampung Baru (BPD) 1 orang
4. Tokoh pemuda desa kampung baru 1 orang
II.4. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data primer :
a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang yang berhubungan
dengan penelitian. Penelitian ini melakukan wawancara langsung dengan
Aparatur pemerintah Kecamatan Bilah Barat, aparatur pemerintah Desa
Kampung Baru, tokoh pemuda masyarakat, dan masyarakat umum.
b. Angket digunakan sebagai alat pendamping dalam mengumpulkan data.
Daftar pertanyaan dibuat semi terbuka yang memberi pilihan jawaban
pada responden dan memberikan penjelasan-penjelasan yang diperlukan
oleh penulis.
2. Teknik pengumpulan data sekunder :
a. Penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi
melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku,
artikel dan makalah yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
b. Studi dokumentasi yaitu dengan cara memperoleh data melalui pengkajian
dan penelaahan terhadap catatan penulis maupun dokumen-dokumen yang
II.5.Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa data kualitatif yaitu
menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh dilapangan dari para key
informan. Data dari penyebaran angket akan dianalisa melalui tabel distribusi
frekuensi dan kemudian diuji melalui tabulasi data silang serta dianalisa menurut
keterangan yang diberikan responden, sedangkan data dari hasil wawancara akan
diuraikan dalam bentuk uraian lengkap hasil wawancara dengan masing-masing
tokoh yang dijadikan key informan. Wawancara dari Camat, Kepala desa Kampung
Baru, Kepala Badan Perwakilan Desa Kampung Baru (BPD), dan tokoh pemuda yang
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
III.1. Letak dan luas wilayah
Desa Kampung Baru adalah salah satu kecamatan yang terletak di
kecamatan Bilah Barat. Desa Kampung Baru berdiri atau diresmikan menjadi Desa
pada tahun 1987. desa Kampung Baru mempunyai jarak dengan kantor kecamatan
kurang lebih 9 KM. Luas wilayah Desa Kampung Baru yaitu 9,49 KM² Adapun
batas-batas wilayah Kecamatan Bilah Barat sebagai berikut :
Sebalah Utara berbatasan dengan Desa Janji
Sebalah Timur berbatasan dengan Desa Kampung Rakyat
Sebalah Barat berbatasan dengan Kecamatan Na IX-X
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Afdeling
Desa Kampung Baru memiliki Dusun yang dibawahinya. Ada 4 Dusun di
Desa Kampung Baru. Yaitu :
- Dusun Air Merah
- Dusun Pekan Tolan
- Dusun Perlabian
- Dusun Silandorung
Tabel 1
Luas Dusun di Desa Kampung Baru
No. Nama Luas Wilayah (Km2) Dusun
1 Air Merah 2.8
2 Pekan Tolan 1.89
3 Perlabian 1.8
4 Silandorung 1.9
5 Tanjung Mulia 2.7
Luas Keseluruhan 9.49 Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa wilayah terluas di Desa Kampung
Baru adalah Dusun Air Merah dengan luas wilayah 2,8 Km².
III. 2. Dinamika Penduduk
Desa Kampung Baru memiliki kepadatan penduduk 4.719 jiwa, serta
jumlah kepala keluarga sebesar 1.154 KK. Dengan perincian jenis kelamin dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2
Klasifikasi Penduduk Desa Kampung Baru Berdasarkan Jenis Kelamin
Dilihat dari tabel bahwa jumlah laki-laki di Desa Kampung Baru lebih besar
dari jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin laki-laki
berjumlah 2.412jiwa sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan
berjumlah 2.307 jiwa.
Sedangkan untuk jumlah penduduk berdasarkan umurnya dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
No. Golongan Umur Jumlah
Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006
Dengan bermacam perbedaan penduduk, seperti perbedaan agama dan
perbedaan etnis atau suku, penduduk di Desa Kampung Baru dapat saling
berdampingan dan saling menghargai antara satu agama dengan agama lain. Dan juga
menghormati etnis satu dengan etnis yang lain. Sehingga kondisi seperti ini dapat
Tabel 4
Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Agama
Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006
Dari tabel diatas dapat kita lihat jumlah pemeluk agama di Deas Kampung
Baru. Jumlah penduduk yang memeluk agama Islam sebanyak 3.987 jiwa dan yang
memeluk agama Kristen sebanyak 732 jiwa.
Desa Kampung Baru memiliki sarana dan prasarana pendukung dalam
pelaksanaan kegiatan masyarakatnya. Seperti transportasi, dalam sarana transportasi
Desa Kampung Baru memiliki fasilitas seperti, jalan desa, jalan kampung, tambatan
perahu, jembatan, bus umum, dan ojek. Saran komunikasi, memiliki fasilitas seperti,
radio, televisi, dan telepon sel. Sarana pemerintahan, fasilitas seperti balai desa dan
balai dusun. Kemudian sarana ibadah, fasilitasnya seperti mesjid, gereja dan mushola.
Dan prasarana yang terdapat di Desa Kampung Baru seperti prasarana
kesehatan meliputi, paramedis, bidan dan posyandu. Kemudian prasarana penerangan
meliputi listrik dan lampu minyak. Berikut data sarana dan prasarana yang terdapat di No. Agama Jumlah
1 Islam 3,987
2 Kristen 732
Tabel 5
Klasifikasi Sarana Dan Prasarana Desa Kampung Baru
No Sarana dan Pra-sarana
Jumlah/Panjang
1 Pemerintahan
Kemudian yang tidak kalah pentingnya dalam sarana dan prasarana adalah
adanya sarana pendidikan bagi masyarakat desa. Sarana pendidikan dalam hal ini
Tabel 6
Sarana Pendidikan di Desa Kampung Baru
No. Jenis Sekolah Jumlah
1 Sekolah Dasar (SD) 3
2 SLTP 0
3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 0
Total 3
Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah Sekolah Dasar (SD)
sebanyak 3 sekolah. SD adalah satu-satunya sekolah yang terletak di Desa Kampung
Baru , Sementara SLTP dan SLTA terletak di Desa lain di Kecamatan Bilah Barat.
Dan jumlah sekolah di Kecamatan sebelumnya adalah SD 28 gedung, SLTP 2 gedung
III.3. Organisasi Pemerintahan Desa
1. Organisasi Pemerintahan Desa
Organisasi Pemerintahan Desa yang dimaksud adalah kepala desa beserta
perangkat desa. Perangkat desa adalah dari untuk staf, pelaksana dan wilayah yang
membantu Kepala Desa yang memenuhi persyaratan dalam rangka melaksanakan
tugas dan kewajibannya yang dipilih atau diangkat tanpa pemilihan dari penduduk
desa.
Dalam Kep. Mendagri Nomor 64 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pemerintahan desa adalah Kepala Desa beserta dengan perangkat (aparatur) desa
yang saling bekerjasama untuk mensukseskan pembangunan desa. Adapun perangkat
atau aparatur desa yang dimaksud tersebut antara lain sebagai berikut :
- Sekretaris Desa
- Kepala Urusan
- Kepala Dusun
Untuk menjelaskan tentang tata pembagian dan hubungan kerja unit
organisasi pemerintah desa dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Desa
- Kepala Desa berkedudukan sebagai alat pemerintah desa dan pelaksana
pemerintahan di atas desa
- Sesuai dengan kedudukan yang dimaksud, kepala desa mempunyai tugas
pokok untuk melaksanakan urusan rumah tangganya sendiri, menjalankan
menumbuhkan serta mengembangkan semangat gotong royong masyarakat
sebagai sendi utama pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di desa
- Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, kepala desa mempunyai
fungsi untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan urusan
rumah tangganya, menggerakkan partisipasi masyarakat dalam wilayah
desanya, melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintahan Daerah,
menyelenggarakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan
lainnya.
b. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Desa :
- Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu pimpinan di bidang
ketatausahaan dan memimpin sekretariat desa
- Sesuai dengan kedudukan tersebut, sekretaris desa mempunyai tugas pokok
untuk menyelenggarakan pelaksanaan administrasi pemerintahan, administrasi
pembangunan dan administrasi kemasyarakatan serta memberikan pelayanan
di bidang ketatausahaan kepada kepala desa
- Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud, sekretaris desa mempunyai
fungsi untuk menyelenggarakan urusan surat menyurat, kearsipan, dan
laporan, melaksanakan urusan keuangan, administrasi umum, dan
Sedangkan penjabaran tugas pokok dari sekretaris desa adalah sebagai berikut :
- Memberikan saran dan pendapat kepada kepala desa/kepala kelurahan
- Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan serta mengawasi
urusan/kegiatan sekretariat
- Memberikan informasi mengenai keadaan sekretariat dan keadaan umum
diwilayahnya
- Merumuskan program kerja
- Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan dan laporan
- Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasil rapat
- Menyusun rencana anggaran penerimaan dan belanja desa
- Mengadakan kegiatan inventarisasi
- Melaksanakan kegiatan pencatatan administrasi pertanahan dan pencatatan
mutasi tanah
- Melaksanakan administrasi kepegawaian di wilayahnya
- Melaksanakan administrasi kependudukan, aadministrasi pembangunan,
administrasi kemasyarakatan
- Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala desa/kepala
kelurahan
c. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Urusan :
- Kepala urusan berkedudukan sebagai pembantu sekretaris desa untuk
memberikan pelayanan ketatausahaan kepada kepala desa sesuai dengan
- Sesuai dengan kedudukannya, maka kepala urusan mempunyai tugas pokok
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ketatausahaan dalam bidang tugasnya
masing-masing
- Untuk melaksanakan tugas pokoknya tersebut, kepala urusan mempunyai
fungsi melaksanakan pencatatan, pengumpulan dan pengolahan data/informasi
yang menyangkut bidang tugasnya masing-masing
Sedangkan penjabaran tugas pokok kepala urusan yang dibagi secara maksimal 5
urusan yaitu sebagai berikut :
- Melaksanakan kegiatan administrasi kependudukan
- Melaksanakan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal
pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
- Melaksanakan kegiatan administrasi mengenai kewarganegaraan
- Melaksanakan pencatatan administrasi pertanahan
- Melaksanakan pencatatan kegiatan monografi desa
- Melaksanakan pencatatan kegiatan kemasyarakatan antara lain RW, RW dan
kegiatan ketentraman dan ketertiban serta pertahanan sipil
- Melaksanakan penyelenggaraan buku administrasi keputusan desa dan
keputusan kepala desa
2. Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat mempunyai tugas :
- Melaksanakan kegiatan pencatatan keadaan kesejahteraan rakyat/masyarakat
termasuk bencana alam, bantuan sosial, pendidikan, kesenian, olah raga,
pemuda, pramuka dan PMI
- Menyelenggarakan inventarisasi penduduk yang tuna karya, tuna wisma, tuna
susila, para penyandang cacat baik mental maupun fisik, yatim piatu, jompo,
panti asuhan dan pencatatan dalam rangka memasyarakatkan kembali
narapidana
- Mengikuti perkembangan serta mencatat kegiatan program kependudukan,
ketenagakerjaan, transmigrasi dan lingkungan hidup
- Mengikuti perkembangan serta melaporkan tentang keadaan kesehatan
masyarakat, PKK dan kegiatan lainnya
- Melaksanakan kegiatan pencatatan bagi para peserta jemaah haji
- Melaksanakan kegiatan pencatatan dan perkembangan keagamaan, kegiatan
Badan Amil Zakat dan melaksanakan pengurusan kematian
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris desa/sekretari kelurahan
3. Kepala Urusan Keuangan mempunyai tugas :
- Melakukan kegiatan pencatatan mengenai penghasilan kepala desa/kepala
kelurahan dan perangkatnya
- Mengumpulkan dan menganalisa data-data sumber penghasilan yang baru
untuk dikembangkan
- Melakukan kegiatan administrasi keuangan
4. Kepala Urusan Umum mempunyai tugas :
- Melaksanakan, menerima, mengendalikan surat masuk dan keluar serta
melaksanakan tata kearsipan
- Mengkoordinasikan pengetikan surat-surat hasil persidangan dan rapat-rapat
atau naskah-naskah lainnya
- Melaksanakan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat-alat tulis
kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor
- Menyusun jadwal serta mengikuti perkembangan pelaksanaan piket
- Melaksanakan dan mengusahakan ketertiban dan kebersihan kantor dan
bangunan lain milik desa/kelurahan
- Menyelenggarakan pengelolaan administrasi kepegawaian
- Melaksanakan pengelolaan buku administrasi umum
- Mencatat inventarisasi kekayaan
- Melaksanakan persiapan penyelenggaraan rapat dan penerimaan tamu dinas
dan kegiatan kerumahtanggaan pada umumnya
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris desa/sekretaris kelurahan
5. Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan mempunyai tugas :
- Melaksanakan tugas dan fungsi administrasi pembangunan
- Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan guna pembuatan Daftar
Usulan Rencana Proyek/Daftar Usulan Kegiatan serta mencatat Daftar Isian
Proyek/Daftar Isian Kegiatan
- Mengikuti dan melaporkan perkembangan keadaan dan kegiatan di bidang
pertanian, perindustrian maupun pembangunan lainnya
- Melaksanakan pencatatan mengenai tera ulang dan memberikan pelayanan
terhadap masyarakat dalam hal Permohonan Pembuatan Izin Usaha, izin
bangunan dan lain-lain
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa/Sekretaris Kelurahan
6. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Dusun :
- Kepala Dusun berkedudukan sebagai unsur pelaksana tugas Kepala desa
dalam wilayah kerjanya
- Sesuai dengan kedudukannya, Kepala Dusun mempunyai tugas pokok untuk
menjalankan pemerintahan desa dalam kepemimpinan Kepala Desa diwilayah
kerjanya
- Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Kepala Dusun mempunyai
fungsi dan melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan di wilayah kerjanya, melaksanakan keputusan desa dan
Gambar 7
Gambar Struktur Kepala Organisasi Desa Kampung Baru
Sekretaris Desa
Kaur Pemerintah Kaur Kesra Kaur Pembangunan
Kepala Dusun
BPD Kepala Desa
2. Badan Perwakilan Desa (BPD)
Sebagaimana menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yakni perlunya dibentuk Badan Perwakilan Desa (BPD)
sebagai mitra Pemerintahan Desa.
Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan
Perwakilan yang terdir atas pemuka-pemuka masyarakat di desa yang berfungsi
mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tampak bahwa peran BPD
lebih dominan, selain memberi masukan kepada Kepala Desa BPD juga dapat
membatalkan kebijakan yang akan dibuat menjadi keputusan dan mengawasi
pelaksanaan kebijakan tersebut, BPD dapat meminta pertanggungjawaban kepada
Kepala Desa sebagai pelaksana.
2.1. Kedudukan BPD
1) BPD sebagai Badan Perwakilan Desa dan merupakan wahana untuk
melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945;
2.2. Tugas, Fungsi Dan Kewajiban BPD
(1) BPD mempunyai tugas :
a. Melaksanakan pemilihan Kepala Desa;
b. Meminta pertanggungjawaban Kepala Desa atas nama rakyat pada setiap
akhir tahun anggaran;
c. Menyalurkan aspirasi masyarakat kepada instansi yang berwenang;
d. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka pembinaan perekonomian
masyarakat Desa;
e. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka pembangunan Desa;
f. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka ketertiban dan ketentraman
Desa;
g. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka penyelesaian perselisihan /
permasalahan antara warga masyarakat Desa;
h. Melaksanakan pengawasan kerja sama antar desa;
i. Bekerja sama dengan masyarakat dan aparat keamanan dalam memberantas
narkoba, perjudian, penjualan anak perempuan, HAM dan kriminalitas.
(2) BPD mempunyai fungsi :
a. Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di Desa yang
bersama-c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, APBDes
serta Keputusan Kepala Desa;
d. Menampung aspirasi masyarakat kepada pejabat atau instansi yang berwenang
(3) BPD mempunyai kewajiban :
a. Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam memimpin penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dari sisi Peraturan Desa;
b. Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam membina kehidupan masyarakat desa
yang terwujud dalam menampung setiap aspirasi masyarakat yang
disampaikan kepada BPD;
c. Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam membina kehidupan perekonomian
masyarakat desa dan atau penggalian sumber-sumber pendapatan dan
kekayaan desa;
d. Melaksanakan kewajiban tugas memelihara ketertiban dan ketentraman
masyarakat desa, sebagai mitra Pemerintah Desa dalam menciptakan kesatuan
dan persatuan masyarakt desa;
e. Menerima rancangan peraturan desa dari pemerintah desa dan bersama-sama
menetapkan peraturan masyarakat desa;
f. Mempunyai kewajiban tugas untuk melestarikan adat istiadat yang hidup dan
berkembang di desa dengan bermitra dengan Pemerintah Desa;
g. Mempunyai kewajiban untuk mengajukan usul pengangkatan dan
h. Melaksanakan kewajiban menjalankan pengawasan terhadap jalannya
penyelenggaraan Pemerintah Desa;
i. Mempunyai kewajiban meminta pertanggungjawaban Kepala Desa dalam
bentuk Administrasi Pemerintah Desa, Pembangunan Desa, Administrasi
Pembinaan Desa serta Administrasi Keuangan Desa;
j. BPD dengan Pemerintah Desa merencanakan pembangunan, penggunaan
dana bantuan desa dari pemerintah, proyek-proyek pemerintah atau swasta,
pelaksanaan dan penempatan lokasi pembanginan harus mendapat
perizinan/persetujuan BPD.
2.3. Hak – Hak BPD
(1) Untuk melaksanakan tugas , fungsi dan kewajiban, BPD mempunyai hak yaitu:
a. Hak meminta pertanggungjawaban kepada Kepala Desa
b. Hak anggaran
c. Hak mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota
d. Hak meminta keterangan kepada Kepala Desa
e. Hak mengadakan prakarsa/perubahan rancangan Peraturan Desa
f. Hak mengajukan pendapat
BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian di
lapangan, terutama data yang di peroleh melalui teknik atau metode kuisioner atau
daftar pertanyaan dan wawancara tertulis yang dibagikan kepada sampel penelitian
yaitu sebanyak 40 orang (responden kuisioner) dan 4 orang (keyinforman).
Data yang diperoleh dari kuisioner di rekapitulasi dan di susun kedalam tabel
distribusi frekwensi. Sedangkan hasil wawancara dengan beberapa key informan
disajikan dalam bentuk petikan wawancara.
IV.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Dalam karakteristik responden ini akan dijelaskan data mengenai identitas
responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan
lamanya bermukim dilokasi penelitian.
a. Data tentang jenis kelamin responden
Pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin
laki-laki lebih banyak dari pada responden dengan jenis kelamin perempuan.
1. Jenis Kelamin
Untuk sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tebel
berikut :
Tabel 8
Distribusi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekwensi
1 Laki-Laki 27
2 Perempuan 13
Total 40
Sumber : Kuesioner Penelitian 2007
Perbedaan jumlah tersebut diakibatkan karena metode penelitian yang
digunakan oleh penulis adalah secara acak sederhana (simple random sampling).
Maka jumlah laki-laki dengan jumlah 27 orang dan perempuan 13 orang seperti yang
tercantum di dalam tabel diatas bukan berarti terdapat perbedaan gender antara
laki-laki dengan perempuan terutama dalam hal pembangunan desa.
Perbandingan jumlah tersebut tidak menjadi kendala utama bagi terwujudnya
partisipasi masyarakat dalam setiap tahap pembangunan di desa. Krena dari 40
sampel tersebut dianggap penulis sudah mewakili populasi penelitian yang diambil
sedemikian rupa dari tiap unit atau satuan elementer (golongan) yang digunakan
sesuai dengan tujuan penelitian dan hal ini juga karena keterbatasan kemampuan dan
dana dari penulis.
Tabel 9
Distribusi Data Responden Berdasarkan Usia
Sumber : Kuesioner Penelitian 2007
Penulis menetapkan usia responden antara 17 sampai 53 tahun keatas karena
pada usia 17 tahun keatas dianggap sebagai masa produktif dan sudah memiliki hak
suara dan pemilihan-pemilihan umum atau sudah dianggap sebagai usia yang cukup
berpengalaman terutama dalam memberi kontribusi dalam pembangunan. Jika dilihat
dalam tabel, persentase yang terbesar yaitu pada usia 35-43 tahun yaitu sebanyak 35
%.
Hal ini sangat mendukung bagi perwujudan partisipasi masyarakat karena
kenyataan dilapangan yang diamati oleh penulis, masyarakat dengan usia tersebut
sangat antusias dalam memberikan aspirasi ataupun ide-ide demi kemajuan
pembangunan desa mereka.
No. Usia Frekuensi Persentase
1 17-25 tahun 7 17.5
2 26-34 tahun 9 22.5
3 35-43 tahun 14 35
4 44-52 tahun 8 20
5 53-dst 2 5
c. Data tentang tingkat pendidikan responden
Data tentang tingkat pendidikan responden adalah sebagai berikut :
Tabel 10
Distribusi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Tidak sekolah 0 0
2 Tamat SD 11 27.5
3 Tamat SLTP/Sederajat 16 40
4 Tamat SLTA/Sederajat 10 25
5 Akademi/Diploma 3 7.5
6 Sarjana/S-1 0 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2007
Dari tabel di atas terlihat bahwa yang terbesar jumlah atau persentasenya
adalah penduduk yang tamat Sekolah SLTP yaitu sebanyak 40 %. Hal ini disebabkan
karena pendidikan di desa ini belum menjadi kebutuhan yang utama. Tingginya
jenjang pendidikan bukan berarti menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan
status sosial dalam kehidupan bermasyarakat di desa ini.
d. Data tentang jenis pekerjaan responden
Jika dilihat distribusi responden dari jenis pekerjaannya, maka menunjukkan
variasi yang tidak merata pada tiap jenis pekerjaan, seperti terlihat dalam tabel 10
Tabel 11
Distribusi Data Responden Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 PNS 5 12.5
2 Wiraswasta 9 22.5
3 Petani 17 42.5
4 Guru 2 5
5 Kepala Sekolah 1 2.5
6 Dan lain-lain 6 15
Total 40 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2007
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat responden masing-masing memiliki
perkerjaan yang bermacam-macam. Dari persentase tersebut terlihat bahwa sampel
yang terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai petani yaitu 42,5% atau 17 orang.
Karena mata pencaharian yang paling utama di desa ini yaitu bertani atau bercocok
tanam, kemudian dilanjutkan dengan wiraswasta sebanyak 9 orang atau sebesar 22,5
%, kemudian yang dimaksud dengan responden dengan pekerjaan lain-lain adalah
mereka yang bekerja sebagai pekerja tidak tetap, seperti tukang bor, tukang
bangunan, pemborong jalan dan lain-lain adalah 6 orang atau sebanyak 15 %,
kemudian PNS 12,5 %, guru 5 % dan kepala sekolah 2,5 %.
e. Data tentang lamanya responden bermukim dilokasi penelitian
Data tentang lamanya responden bermukim di tempat penelitian menurut
penulis adalah penting karena menunjukkan bahwa semakin lama seseorang tinggal
di suatu tempat, maka rasa memiliki terhadap daerahnya akan semakin besar.
Tabel 12
Distribusi Data Responden Berdasarkan Lamanya Bermukim
No. Lamanya Bermukim Frekuensi Persentase
1 5-10 tahun 5 12.5
2 11-15 tahun 3 7.5
3 16-20 tahun 7 17.5
4 21-25 tahun 12 30
5 >25 tahun 13 32.5
Total 40 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2007
Berdasarkan tabel 11 tersebut di atas, responden yang paling banyak
persentasenya yaitu penduduk yang lamanya bermukim lebih dari 25 tahun sebanyak
IV.2. VARIABEL PENELITIAN
a. Data Jawaban Responden Tentang Adanya Peraturan Perencanaan Partisipatif di Kabupaten Labuhan Batu
Data ini diambil untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui dan
mengerti tentang peraturan perencanaan partisipatif yang ada di daerah tersebut.
Berikut ini tabel tentang jawaban responden mengenai adanya peraturan
perencanaan partisipatif di daerah Kabupaten Labuhan Batu.
Tabel 13
Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Peraturan Perencanaan Partisipatif di Kabupaten Labuhan Batu no kategori jawaban Jumlah persentase
1 Tahu 27 67.5
2 ragu-ragu 4 10
3 tidak tahu 9 22.5
Total 40 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2007
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat desa Kampung Baru
Kecamatan Bilah Barat pada umumnya mengetahui bahwa adanya peraturan
perencanaan partisipatif di daerah tersebut, hal ini ini dapat dilihat ada sebanyak 27
responden (67,5 %) dari 40 responden yang menyatakan hal tersebut. Keadaan seperti
ini merupakan suatu hal yang positif bagi perwujudan partisipasi masyarakat di desa
Berikut ini tabel tentang pemahaman responden mengenai peraturan
perencanaan partisipatif secara garis besar.
Tabel 14
Distribusi Pemahaman Responden Tentang Peraturan Perencanaan Partisipatif
no kategori jawaban jumlah Persentase
1 Paham 15 37.5
2 ragu-ragu 3 7.5
3 tidak paham 22 55
Total 40 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2007
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak paham
akan peraturan perencanaan partisipatif, hal ini dapat dilihat dari persentase yang
sebagian besar responden tidak memahami tentang peraturan perencanaan partisipatif
yaitu sebanyak 22 responden atau 55 % dari 40 responden. Keadaan seperti ini
merupakan suatu kendala bagi perwujudan partisipasi masyarakat di desa kampung
baru tersebut, karena implementasi atau pelaksanaan perencanaan partisipatif
bergerak dari pemahaman masyarakat desa itu sendiri akan peraturan perencanaan
partisipatif tersebut.
Berikut ini tabel jawaban responden tentang optimalisasi sosialisasi peraturan
Tabel 15
Distribusi Jawaban Responden Tentang Optimalisasi Sosialisasi Peraturan Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Desa Kampung Baru
no kategori jawaban jumlah persentase
1 Sudah 12 30
2 ragu-ragu 9 22.5
3 Belum 19 47.5
Total 40 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2007
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa sebagian besar responden menyatakan
belum optimalnya peraturan perencanaan partisipatif di desa tersebut yaitu sebanyak
19 responden atau 47,5 %, nampak jelas bahwa kurangnya kinerja pemerintah desa
maupun partisipasi masyarakat desa dalam pelaksanaan perencanaan partisipatif
tersebut. Dalam hal ini perlu adanya kerjasama yang baik dari segenap elemen
masyarakat dan pemerintah dalam membangun desa mereka kearah ysng lebih baik.
Berikut ini tabel jawaban responden mengenai pelaksanaan peraturan
perencanaan partisipatif di desa kampung baru.
Tabel 16
Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan Peraturan Perencanaan Partisipatif di Desa Kampung Baru
no kategori jawaban jumlah persentase
1 Baik 31 77.5
2 Sedang 0 0
3 Buruk 9 22.5
Total 40 100
Sebagian besar masyarakat Kampung Baru mengatakan bahwa pelaksanaan
peraturan perencanaan partisipatif di desa tersebut cukup baik, bisa dilihat di dalam
tabel sebanyak 31 responden (77,5 %) mengatakan baik. Dan yang mengatakan buruk
hanya 9 responden (22,5 %). Walaupun masyarakat mengakui bahwa peraturan
perencanaan partisipatif belum tersosialisasikan dengan baik, tetapi masyarakat
menyadari akan pentingnya berpartisipasi dalam pembangunan di desa kampung
baru.
Berikut tabel mengenai dampak peraturan perencanaan partisipatif terhadap
kebutuhan masyarakat menyangkut pembangunan desa
Tabel 17
Distribusi Jawaban Responden Tentang Dampak Peraturan Perencanaan Partisipatif Terhadap Kebutuhan MasyarakatMenyangkut Pembangunan Desa
No kategori jawaban jumlah persentase
1 Baik 28 70
2 Sedang 12 30
3 Buruk 0 0
Total 40 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2007
Tabel di atas menunjukkan bahwa peraturan perencanaan partisipatif sangat
diperlukan demi kebutuhan masyarakat desa kampung baru. Hal ini ditunjukkan ada
pembangunan di desa ini karena aparat pemerintah desa belum sepenuhnya dapat
bekerjasama dengan masyarakat.
b. Data Tentang Pelaksanaan Demokrasi Dalam Musyawarah Yang Berkaitan
Dengan Perencanaan Pembangunan dan Kewenangan Masyarakat Dalam
Penetapan Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Desa
Pelaksanaan demokrasi dalam musyawarah yang berkaitan dengan
perencanaan pembangunan dan proporsi masyarakat dalam penetapan perencanaan
pembangunan partisipatif di desa juga diukur melalui beberapa pertanyaan di dalam
kuisioner penelitian ini. Adapun hasil distribusi jawaban responden yang ditampilkan
pada bagian ini yaitu ; keterlibatan masyarakat dalam musyawarah perencanaan
pembangunan, perwakilan seluruh elemen masyarakat dalam peserta musrenbang,
perwakilan kaum perempuan dalam peserta musrenbangdes, alur komunikasi 2 arah
yang dibangun dalam penyelenggaraan musrenbangdes dan pengetahuan responden
terhadap apa yang menjadi program pemerintahan desa menyangkut pembangunan.
Tabel 18
Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterlibatan
Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan
No kategori jawaban Jumlah Persentase
1 Ya 14 35
2 kadang-kadang 20 50
3 Tidak 6 15
Total 40 100
Tingkat kehadiran masyarakat dalam forum musyawarah yang diadakan
sangatlah mendukung terwujudnya partisipasi masyarakat yang ideal, tetapi dalam hal
ini masyarakat juga haruslah aktif menyuarakan apa yang menjadi kebutuhan dan
harapan mereka akan pembangunan desa.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keterlibatan masyarakat dalam
musyawarah perencanaan pembangunan desa hanya kadang-kadang saja, hal ini dapat
dilihat ada sebanyak 20 responden (50 %) yang menyatakan demikian. Sedangkan
menurut 14 responden (35 %) menyatakan terlibat dalam musrenbangdes, kemudian 6
responden (15 %) menyatakan tidak pernah sama sekali terlibat dalam musyawarah
perencanaan pembangunan di desa tersebut. Bisa dikatakan bahwa tingkat kehadiran
masyarakat dalam musyawarah tersebut tidak rutin, hal ini karena kurangnya
informasi dan minimnya upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Desa untuk mau
mengajak masyarakat untuk ikut serta.
Berikut tabel mengenai perwakilan seluruh elemen masyarakat dalam peserta musrenbang
Tabel 19
Distribusi Jawaban Responden Tentang Perwakilan
Seluruh Elemen Masyarakat Dalam Peserta Musrenbangdes
No kategori jawaban Jumlah persentase