• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Desa"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi:

IMPLEMENTASI PERENCANAAN PARTISIPATIF

DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN DESA

(Studi Pada Desa Kampung Baru Kec. Bilah Barat Kab. Labuhan Batu)

DIAJUKAN OLEH :

MUHAMMAD AFFANDI PASARIBU

020903023

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Abstrak

Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Desa

Nama : Muhammad Affandi Pasaribu Nim : 020903023

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Burhanuddin Hrp, Msi

Perencanaan Partisipatif merupakan salah satu elemen yang sangat penting untuk dilaksanakan dengan baik dan efisien khususnya pada keberadaan pembangunan di desa. Oleh karena itu penelitian ini mengungkap suatu aspek tersebut yakni mengenai mengenai pelaksanaan perencanaan pembangunan di desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu.

Peneelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan key informan sebagai pihak yang menjadi sumber data didalamnya serta 40 orang responden yang diambil dari warga desa yang tersebar pada 4 dusun. Data primer yang didapat dari key informan disajikan melalui petikan wawancara mendalam, sedangkan keterangan responden melalui jaawaban kuisioner yang disajikan dalam tabel distribusi frekwensi.

Melalui beberapa tahap yang ditempuh dalam penelitian ini di dapatkan hasil tentang analisis terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan yang berlangsung di desa kampung baru, yakni sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Pemerintahan Daerah yang responsif, tingkat partisipasi warga yang cukup tinggi serta sinergitas stakeholder di desa yang cukup solid.

Pada akhirnya penulis bermaksud memberikan saran yang diharapkan sebagai kontribusi penelitian ini bagi pemerintahan desa kampung baru yaitu : (1) memupuk kerjasama yang solid terutama dalam hal realisasi program-program pembangunan desa, (2) meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya partisipasi warga desa dalam merencanakan pembangunan dan (3) menjaga aktifitas kegotong royongan demi terwujudnya kesejahteraan bersama.

(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah………... 1

1.2. Perumusan Masalah………. 6

1.3. Tujuan Penelitian………. 6

1.4. Manfaat Penelitian……… 7

1.5. Kerangka Teori………. 7

1.5.1. Implementasi... 8

1.5.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif... 10

1.5.3. Desa... 13

1.6. Definisi Konsep……….... 18

1.7. Definisi Operasional……… 19

1.8. Kerangka Berfikir………... 20

BAB II METODOLOGI PENELITIAN……… 22

II.1. Metode Penelitian……… 22

II.2. Lokasi Penelitian……… 22

II.3. Populasi dan Sampel……… 22

II.4. Teknik Pengumpulan Data……….. 24

II.5. Teknik Analisa Data……… 25

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN………. 26

III.1. Letak dan Luas Wilayah……… 26

(4)

III.3. Organisasi Pemerintahan Desa………. 32

1. Organisasi Pemerintahan Desa………. 32

2. Badan Perwakilan Desa (BPD)………. 40

BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN……… 44

IV.1. Karakteristik Responden……… 44

IV.2. Variabel Penelitian……….. 50

BAB V ANALISA DATA………... 77

1. Keberadaan Peraturan Daerah………. 78

2. Suasana Demokratis dan Alur Komunikasi Dua Arah Dalam Setiap Forum Musyawarah Warga Desa………….. 78

3. Sinergitas Antara Inspirasi Warga Dengan Program Pembangunan Yang Dijalankan... 79

4. Relaisasi Perencanaan Pembangunan Partisipatif... 80

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 82

VI.1. Kesimpulan……….... 82

VI.2. Saran………... 84

(5)

Abstrak

Implementasi Perencanaan Partisipatif Dalam Mewujudkan Pembangunan Desa

Nama : Muhammad Affandi Pasaribu Nim : 020903023

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Burhanuddin Hrp, Msi

Perencanaan Partisipatif merupakan salah satu elemen yang sangat penting untuk dilaksanakan dengan baik dan efisien khususnya pada keberadaan pembangunan di desa. Oleh karena itu penelitian ini mengungkap suatu aspek tersebut yakni mengenai mengenai pelaksanaan perencanaan pembangunan di desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu.

Peneelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan key informan sebagai pihak yang menjadi sumber data didalamnya serta 40 orang responden yang diambil dari warga desa yang tersebar pada 4 dusun. Data primer yang didapat dari key informan disajikan melalui petikan wawancara mendalam, sedangkan keterangan responden melalui jaawaban kuisioner yang disajikan dalam tabel distribusi frekwensi.

Melalui beberapa tahap yang ditempuh dalam penelitian ini di dapatkan hasil tentang analisis terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan yang berlangsung di desa kampung baru, yakni sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Pemerintahan Daerah yang responsif, tingkat partisipasi warga yang cukup tinggi serta sinergitas stakeholder di desa yang cukup solid.

Pada akhirnya penulis bermaksud memberikan saran yang diharapkan sebagai kontribusi penelitian ini bagi pemerintahan desa kampung baru yaitu : (1) memupuk kerjasama yang solid terutama dalam hal realisasi program-program pembangunan desa, (2) meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya partisipasi warga desa dalam merencanakan pembangunan dan (3) menjaga aktifitas kegotong royongan demi terwujudnya kesejahteraan bersama.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Otonomi daerah adalah pembagian antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah atau kabupaten/ kota. Disamping itu melalui otonomi daerah juga terwujud

pembagian kewenangan antara pemerintah di satu pihak dan masyarakat dilain pihak

sehingga dengan demikian otonomi daerah tidak hanya sebatas pengertian pembagian

kekuasaan antara lembaga pemerintahan (institusional), tetapi yang terpenting adalah

arti otonomi itu sendiri sebagai suatu konsep pembagian kekuasaan dan kewenangan

yang proporsional dan adil antara pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian di

dalam konsep tersebut terdapat pemahaman bahwa pada hakikatnya otonomi daerah

bagi pembangunan adalah hak mengurus rumah tangga sendiri yakni suatu daerah

otonom. Hak tersebut bersumber dari wewenang dan urusan pemerintah pusat yang

diserahkan kepada daerah yang penyelenggaraannya lebih memberikan tekanan pada

prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta potensi

dan keragaman daerah.

Berbeda dengan sistem yang telah berjalan sebelumnya. Sistem

penyelenggaraan pemerintahan yang selama ini dilaksanakan pengaturannya

(7)

jawab utama atas kebijakan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan

kewenangan yang diberikan dan tetap berada dalam koridor Negara Kesatuan

Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah.

Dengan demikian keinginan masyarakat untuk mewujudkan pembangunan

berupa upaya pergerakan kondisi masyarakat dari suatu situasi ke suatu situasi yang

secara keseluruhan lebih baik akan tercapai melalui konsep yang lebih mendekatkan

pemerintah dengan masyarakatnya seperti yang terkandung dalam makna otonomi

daerah tersebut. Selanjutnya perumusan dan pelaksanaan berbagai kebijaksanaan,

program-program pembangunan yang konsisten dan dapat diwujudkan dengan

rasionalitas urutan dan skala prioritasnya. Hal ini dapat dicapai karena maksud

diberlakukannya otonomi daerah tidak lain adalah agar masyarakat dipimpin oleh

penyelenggara yang mengerti dan paham akan apa yang benar-benar menjadi niatnya.

Hal ini berarti bahwa berhasilnya pencapaian pembangunan memerlukan keterlibatan

aktif dari masyarakat pada suatu daerah itu sendiri pada umumnya.

Proses partisipasi masyarakat selalu menjadi perhatian utama dalam

pembangunan Indonesia. Partisipasi merupakan bagian penting dari budaya bangsa

kita yang senantiasa menempuh pendekatan musyawarah untuk mufakat dalam

mencari jalan keluar serta pengambilan keputusan bersama. Dengan kata lain apapun

yang menjadi hasil ataupun keputusan musyawarah mufakat tersebut sudah menjadi

tanggung jawab bagi semua peserta musyawarah dalam konteks ini adalah

(8)

menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan setara,

transparansi, kesetaraan kewenangan, kesetaraan tanggung jawab dan kerja sama.

Ibarat kata pepatah “berat sama dipikul ringan sama dijinjing”, demikian pula

dengan pendekatan partisipatif. Proses pembangunan akan lebih berjalan dengan

lancar dengan adanya segenap masyarakat yang ikut ambil bagian dan diharapkan

menunjukkan dampak yang signifikan dalam proses pembangunan, terutama untuk

pembangunan jangka panjang. Pendekatan partisipatif sangat penting diterapkan

dalam proses pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan

dan evaluasi yang merujuk pada hasil yang benar-benar sesuai dengan apa yang

diniatkan oleh masyarakat. Dengan demikian rasa memiliki akan hasil proses

pembangunan dapat dimiliki masyarakat (sense of belonging).

Ada beberapa keuntungan yang dapat kita harapkan dari adanya suatu

penerapan pendekatan partisipatif yakni ;

a. Masyarakat akan lebih memiliki rasa tanggung jawab yang lebih tinggi

terutama dalam hal memelihara dan menjaga apa yang telah dibangun

bersama.

b. Semangat akan pembangunan akan lebih memaknai proses pembangunan

itu sendiri secara holistik sebagai konsekuensi adanya kebersamaan

(9)

Pembangunan partisipatif adalah suatu proses pembangunan yang

memberdayakan masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga

pengawasan pembangunan. Disamping itu diharapkan pula masyarakat dapat

menempati prioritas sebagai penikmat hasil pembangunan. Namun untuk mencapai

keadaaan itu kemandirian masyarakat tidaklah cukup melainkan diperlukan

partisipasi aktif semua element yang ada termasuk kerjasama pemerintah dengan

stake holder yang ada (Wisnu Hidayat dkk).

Perencanaan yang merupakan salah satu dari serangkaian perjalanan

pembangunan tersebut di atas adalah tahap awal yang sangat menentukan bagi

keberhasilan proses pembangunan khususnya di desa. Oleh karena itu pada tahap ini

sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan di desa merupakan sebuah hasil

musyawarah yang mempertimbangkan aspirasi masyarakat secara utuh. Dengan

demikian pelaksanaan pembangunan yang direncanakan di desa akan berhasil dengan

efisien dan efektif sebagai kelanjutan dari kerjasama yang solid segenap warga desa.

Dengan kata lain kemitraan yang terwujud antara pemerintahan desa (aparatur desa

dan BPD), pihak swasta dan warga desa haruslah solid agar tujuan pembangunan desa

dapat tercapai. Seperti yang digambarkan dalam peraturan pemerintah No. 72 tahun

2005.

Akan tetapi realita yang terjadi pada daerah pedesaan khususnya yang

letaknya secara geografis jauh dari pusat pemerintah menunjukkan gejala macetnya

proses pembangunan yang ada, khususnya dalam hal pembangunan sarana dan

prasarana yang diharapkan dapat menampung seluruh akses masyarakat seperti

(10)

prasarana jalan-jalan desa maupun jalan yang menghubungkan antara desa dengan

kota yang merupakan pendukung bagi proses distribusi sumber daya bagi kedua

wilayah tersebut.

Hal ini terjadi karena belum tumbuhnya kesadaran masyarakat khususnya di

pedesaan untuk berinisiatif melakukan pembangunan itu sendiri. Eksistensi citra

pembangunan sentralistis masih terasa, sehingga warga desa terkesan menunnggu

adanya sentuhan dari pemerintah untuk pembangunan sarana dan prasarana tersebut.

(hasil observasi penulis di beberapa desa di kabupaten labuhan batu, 2007).

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) yang

diharapkan dapat menjadi wadah yang berperan penting di desa ternyata masih belum

dapat diandalkan. Hal ini dapat dilihat dari masih sangat dominannya peran tokoh

masyarakat desa didalam menyusun apa yang direncanakan akan dibangun di desa.

Demikian pula halnya dengan perencanaan yang dimaksudkan untuk membangun

sarana dan prasarana di desa baik itu berupa jalan, tempat ibadah, jembatan maupun

balai desa. Hasilnya adalah suatu perencanaan yang belum tentu menampung aspirasi

dan niat masyarakat secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa Musrenbangdes

yang ada masih jauh dari harapan yaitu suatu perencanaan pembangunan desa yang

timbul akibat kesadaran warga desa untuk ambil bagian di dalamnya.

(11)

Berdasarkan uraian di atas, penulis berinisiatif mengangkat sebuah kajian

yang berjudul “Implementasi Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan

Desa di Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu

Provinsi Sumatera Utara.

I.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting agar diketahui arah jalan suatu penelitian.

Hal ini senada dengan pendapat yang mengatakan “agar peneltian dapat dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya maka penulis merumuskan masalahnya sehingga jelas dari

mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa” (Arikunto, 1992:17)

Berdasarkan penjelasan diatas maka di dalam melakukan penelitian ini

penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut; Bagaimanakah

Pelaksanaan Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan Desa di Kampung

Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu ?.

I.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan perencanaan partisipatif yang

dilakukan di desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan

Batu.

b. Untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi masyarakat di desa Kampung

Baru Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhan Batu khususnya dalam hal

(12)

I.4. Manfaat Penelitian

a. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia

pada umumnya dan Universitas Sumatera pada khususnya yakni pada bidang

Pembangunan Desa dan Otonomi Desa.

b. Sebagai referensi bagi kalangan akademisi baik di lingkungan Civitas

Akademika Fisip USU secara khusus maupun Universitas Sumatera Utara

secara umum.

c. Memberikan suatu sumbangan pemikiran bagi masyarakat desa khususnya

tempat penelitian ini dilaksanakan agar dapat terus meningkatkan peran

aktifnya terutama di dalam membangun desa.

I.5. Kerangka Teori

Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka

teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu

menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari

sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih Selanjutnya teori adalah

merupakan serangkaian asumsi, konsep, dan konstruksi, defensisi dan proposisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

(13)

Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah :

I.5.1. Implementasi

Dalam perumusan suatu kebijakan apakah menyangkut program maupun

kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau

implementasi. Karena betapapun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka

tidak akan banyak berarti. Dalam kaitan ini seperti dikemukakan oleh Wahab (1990):

51), menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting , bahkan

jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya sekedar

impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak mampu

diimplementasikan.

Van Master dan Van Hom merumuskan proses implementasi atau

pelaksanaan sebagai berikut : “Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau

pehjabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah/ swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

Sedangkan dalam Ceema dan Rondinelli implementasi adalah sebagai berikut :

“Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan melakukan

suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses interaksi diantara

merancang dan menentukan seseorang yang diinginkan. Sedangkan Jones

menyatakan bahwa proses kebijakan publik meliputi persepsi/definisi, agregasi,

organisasi, representasi, penyusunan agenda, formulasi, legitimasi, penganggaran,

pelaksanaan/implementasi, evaluasi dan penyesuaian/terminasi. Penekanan aktifitas

(14)

menginterpretasikan kebijaksanaan menjadi program, proyek, dan aktifitas. (I

Nyoman, 2005:15)

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, implementasi sama dengan

pelaksanaan. Sedangkan menurut kamus webster, “to implement” (implementasi)

berarti “to provide the means for carrying out” (menyediakan sarana untuk

melaksanakan sesuatu).

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang dikutip oleh

Sumaryadi dkk (2005) seperti yang berikut ini :

1. Donald Van Meter dan Carl Van Hom membatasi implementasi sebagai

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau

kelompok-kelompok) pemerintah dan swasta yang diarahkan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan

sebelumnya.

2. Daniel A Mazruanian dan Paul A Sabatier yang menyebutkan bahwa

implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu

program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian

implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan yang

timbul sesudah disahkannya pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup

(15)

Dari definisi-definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa implementasi

adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu kebijaksanaan

sampai mencapai tujuan yang diinginkan.

I.5.2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka

sesuatu yang akan dikerjakan. Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi manajemen

adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan

yang dikehendaki (Ginanjar Kartasasmita, 1994).

Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan beberapa komponen

penting, yakni tujuan; apa yang hendak dicapai, kegiatan; kegiatan untuk

merealisasikan tujuan, dan waktu; kapan bilamana kegiatan tersebut hendak

dilakukan. Apa yang direncanakan tentu saja merupakan tindakan-tindakan di masa

depan untuk masa depan.

Secara sederhana pembangunan sering diartikan suatu upaya untuk melakukan

perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah

peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa

pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga

saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi

tersebut.

Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan

secara tegas maka pembangunan dapat diartikan suatu perubahan. Mewujudkan suatu

kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi

(16)

kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun

kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan

(Siagian, 1991).

Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu

proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan

pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk

melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/ aktivitas kemasyarakatan. Baik yang bersifat

fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spritual) dalam rangka mencapai tujuan

yang lebih baik.

Dari kajian literatur tentang partisipasi masyarakat di negara-negara

berkembang menunjukkan bahwa konsep partisipasi di interpretasikan secara luas,

seperti yang disampaikan Cohen dan Uphoff (1997), bahwa:

“Partisipasi dapat dilihat dari berbagai pandangan (perspective). Keterlibatan

masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam

mengimplementasikan program, serta menikmati keuntungan-keuntungan dari

program terseut. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu

proses aktif, dimana rakyat dari suatu komuniti mengambil inisiatif dan

(17)

Menurut FAO seperti yang dikutip Mikkelsen (1999 : 64), berbagai penafsiran

yang berbeda dan sangat beragam mengenai arti kata tentang partisipasi yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa

ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang atau

kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya

untuk melakukan hal itu.

3. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf

yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya

memperoleh imformasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial.

4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan

yang ditentukannya sendiri.

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan dan lingkungan mereka.

Menurut Oakley (1991 : 14), berpendapat bahwa “partisipasi merupakan hal

yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa adanya

partisipasi aktif dari masyarakat pelaksanaan pembangunan yang berorientasi

pada perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena

masyarakatlah yang lebih tahu akan kebutuhannya dan cara mengatasi

(18)

I.5.3. Desa

Pada mulanya istilah desa dipakai di Jawa, Madura dan Bali. Secara

epistimologis kata desa berasal dari bahasa sanksekerta yaitu swa-desi yang artinya

tanah asal, negeri asal, atau tanah leluhur (Drs Istari Cakra Asmara, 1986). Suatu

persekutuan hidup yang setingkat dengan desa disetiap daerah berbeda-beda,

misalnya di Aceh disebut Gampong, di Sumatera Barat disebut Nagari, di

Simalungun disebut Nagori dan lainnya.

Menurut UU No. 32 tahun 2004, desa adalah kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem

Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Namun menurut UU No. 32

tahun 2004 tersebut desa tidak lagi berada di bawah kecamatan tapi di bawah

kabupaten/ kota. Kepala desa langsung berada di bawah pembinaan kabupaten/ kota.

Dan camat hanyalah staf daerah kabupaten yang mengurusi desa-desa.

Menurut pasal 200 UU No.32 tahun 2004, pemerintahan desa terdiri atas

pemerintah desa dan Badan Musyawarah Desa. Pemerintah desa terdiri atas kepala

desa dan perangkat desa, dimana perangkat desa adalah sekretaris desa dan perangkat

desa lainnya (pasal 202). Badan permusyawaratan desa atau legislatif desa berfungsi

(19)

(1982: 71), pembangunan desa adalah setiap pembangunan yang ada yang di dalam

prosesnya masyarakat desa berpartisipasi aktif. Sedangkan menurut T R Batten,

pembangunan desa adalah suatu proses dimana organisasi atau masyarakat mulai

mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka kemudian merencanakan dan

mengerjakan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidup (Ndraha, 1982: 72).

Tetapi dalam melakukan pembangunan desa ini, banyak sekali hambatan yang

dapat ditemui. Hambatan-hambatan itu, menurut Butterfield dalam Ndraha, 1982: 91

adalah:

a. Problema of perception. Perencanaan pembangunan sering tidak tepat

dalam menanggapi antara apa yang pemerintah programkan dengan apa

yang benar-benar di butuhkan masyarakat pedesaan. Sehingga terjadi

permasalahan dalam pembangunan desa, karena masyarakat desa memiliki

persepsi yang buruk terhadap pembangunan yang dilakukan didesanya.

b. Kesukaran memilih model pembangunan yang tepat. Mungkin sekali

kesulitan ini muncul karena masyarakat pedesaan itu pada umumnya

tertutup dan masih bingung dalam menerima hal-hal baru, sehingga

pemerintah pun menjadi bingung pula dalam menentukan model

pembangunan apa yang sebaiknya diterapkan bagi masyarakat pedesaan.

c. Time of frame, dimana program pembangunan pedesaan lambat sekali

kelihatan hasilnya, sehingga pemerintah sering merasa kurang sabar dalam

(20)

d. Persoalan praktis. Hambatan ini muncul bila hal-hal dalam tahap

pelaksanaannya membuat pembangunan desa terhambat, misalnya saja

kurangnya teknologi, kurangnya pengelola yang terlatih, dan sebagainya.

Sehubungan dengan hal tersebut, kita akan melihat nantinya apakah ada atau

tidak hambatan pembangunan desa yang pertama itu pada hasil implementasi

program perencanaan partisipatif di desa kampung baru kecamatan bilah barat

kabupaten labuhan batu. Sehingga nantinya kita akan dapat melihat bagaimana

pemerintah daerah mampu dalam mengimplementasikan program pembangunan

tersebut yang selaras dengan pelaksanaan otonomi daerah, dimana aspirasi, pendapat,

dan pandangan masyarakat sangat diutamakan dalam pembangunan daerah.

Adapun ketentuan mengenai desa juga di atur secara detail dalam beberapa

pasal pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 sebagai berikut :

Pasal 11

Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan BPD

Pasal 12

1. Pemerintahan Desa sebagaimana imaksud dalam pasal 11 terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.

2. perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya.

3. Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas : a. sekretaris desa

(21)

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Kepala Desa mempunyai wewenang :

a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD

b. mengajukan rancangan peraturan desa

c. menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD

d. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD

e. membina kehidupan masyarakat desa f. membina perekonomian desa

g. mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

h. mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 14, Kepala Desa mempunyai kewajiban:

a. memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat

c. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat d. melaksanakan kehidupan demokrasi

e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme

f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa

g. menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan h. menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik

i. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa

j. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa k. mendamaikan perselisihan masyarakat di desa

l. mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa

m. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat

n. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

(22)

(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, serta mengimformasikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat.

(3) Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat 1 (satu) kali dalam satu tahun.

(4) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD

(5) Mengimformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau media lainnya. (6) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh

Bupati/Walikota sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut

(7) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui cmat dan kepada BPD.

Pasal 16 Kepala Desa dilarang :

a. menjadi pengurus partai politik

b. merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan

c. merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD.

d. terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala daerah

e. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain

f. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya

(23)

I.6. Definisi Konsep

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi mengatakan bahwa konsep adalah

abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan generalisasi dari sejumlah

karakterisitik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.

Defenisi konsep dimaksudkan untuk menghindari interpretasi ganda dari

variabel yang akan diteliti.

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Implementasi

Yang dimaksud dengan implementasi disini adalah tindakan-tindakan yang

dilakukan untuk melaksanakan suatu kebijaksanaan sampai mencapai tujuan

yang diinginkan. Yang mana pelaksana dari kebijaksanaan tersebut adalah

Pemerintahan Desa Kampung Baru, Kecamatan Bilah Barat Kabupaten

Labuhan Batu.

2. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan

alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data

dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu

rangkaian kegiatan/ aktivitas kemasyarakatan. Baik yang bersifat fisik

(material) maupun nonfisik (mental dan spritual) dalam rangka mencapai

tujuan yang lebih baik. Dan keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan

keputusan dan dalam mengimplementasikan program, serta masyarakat

(24)

I.7. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran ini dapat

diketahui indikator-indikator apa saja yang mendukung penganalisaan dari

variabel-variabel tersebut (Singarimbun, 1989:46).

Yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah yang dapat

diukur dengan indikator sebagai berikut :

Implementasi perencanaan partisipatif diukur melalui :

1. Adanya Peraturan Pemerintah Daerah yang mengatur tentang Perencanaan

Pembangunan Partisipatif di Kabupaten Labuhan Batu.

2. Bagaimanakah pelaksanaan demokrasi dalam musyawarah yang berkaitan

dengan perencaanaan pembangunan dan porsi warga desa dalam musyawarah

tersebut.

3. Kesesuaian permintaan/harapan masyarakat dengan peraturan pemerintah

daerah dan pelaksanaan program-program pembangunan partisipatif.

4. Bentuk realisasi perencanaan pembangunan partisipatif dalam pengadaan

(25)

.1.8. Kerangka Berfikir

Adapun untuk lebih mengarahkan penelitian yang akan dilakukan, penulis

menggunakan kerangka berfikir yang berbentuk skema sebagai berikut :

Penjelasan :

Gambar 1. Kerangka Berfikir

P E M D A

Respon Positif terhadap Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Tingkat

P ti i i

Sikap antusias yang baik ditunjukkan oleh warga desa dalam proses

b

Sinergitas

Kolaborasi antara agent of developement di desa seperti aparat desa, BPD d

Perencanaan

Pembangunan

(26)

Terdapat beberapa komponen penting yang mendukung terlaksananya

perencanaan pembangunan di desa yang memenuhi konsep partisipatif. Komponen

tersebut yaitu : Pemerintah daerah yang responsif terhadap perencanaan

pembangunan partisipatif melalui adanya peraturan daerah yang membahas tentang

hal tersebut, tingkat partisipasi masyarakat yang cukup baik dan adanya sinergitas

stakeholder sebagai ”mitra membangun desa” yakni antara masyarakat desa,

Pemerintah Desa (aparatur desa dan BPD) serta pihak kecamatan.Dengan demikian

(27)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

II.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab pelaksanaan penelitian ini

adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Prof. DR. Lexy J. Moeloeng, MA

(2004;6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara

holistik (utuh) dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu

konteks khusus yang alamiah. Dengan demikian dapat ditegaskan kembali bahwa

penelitian ini juga ditempuh berdasarkan tujuan untuk memahami bagaimana

Implementasi Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan Desa (Kampung Baru)

terutama dalam meningkatkan partisipasi warga pada pelaksanaan pembangunan di

desa.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kampung Baru Kecamatan Bilah Barat

Kabupaten Labuhan Batu.

II.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau

peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu

penelitian.

Penelitian yang penulis lakukan tidak melakukan analisa terhadap populasi,

(28)

dianggap mengetahui secara menyeluruh tentang permasalahan penelitian ini. Penulis

langsung menentukan siapa saja orang-orang yang dianggap sebagai key informan

tersebut dan merekalah yang langsung jadi populasi dalam penelitian ini. Penetapan

ini dilakukan atas kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian.

Yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi

sumber dari data yang sebenarnya dalam suatu penelitian dengan kata lain sampel

adalah sebagaian dari populasi untuk mewakili populasi.

Dalam melakukan teknik pengambilan sampel penulis menggunakan metode

non probabiity sampling dimana dalam teknik ini jumlah atau ukuran sampel

disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian ini. Dalam hal ini penulis

menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan

sampel yang disesuaikan dengan tujuan dan syarat tertentu yang ditetapkan

berdasarkan tujuan dan masalah penelitian (Nawawi, 1987:157).

Yang menjadi sampel penelitian ini adalah :

1. Camat Bilah Barat 1 orang

2. Kepala desa Kampung Baru 1 orang

3. Kepala Badan Perwakilan Desa Kampung Baru (BPD) 1 orang

4. Tokoh pemuda desa kampung baru 1 orang

(29)

II.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data primer :

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang yang berhubungan

dengan penelitian. Penelitian ini melakukan wawancara langsung dengan

Aparatur pemerintah Kecamatan Bilah Barat, aparatur pemerintah Desa

Kampung Baru, tokoh pemuda masyarakat, dan masyarakat umum.

b. Angket digunakan sebagai alat pendamping dalam mengumpulkan data.

Daftar pertanyaan dibuat semi terbuka yang memberi pilihan jawaban

pada responden dan memberikan penjelasan-penjelasan yang diperlukan

oleh penulis.

2. Teknik pengumpulan data sekunder :

a. Penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi

melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku,

artikel dan makalah yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi dokumentasi yaitu dengan cara memperoleh data melalui pengkajian

dan penelaahan terhadap catatan penulis maupun dokumen-dokumen yang

(30)

II.5.Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa data kualitatif yaitu

menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh dilapangan dari para key

informan. Data dari penyebaran angket akan dianalisa melalui tabel distribusi

frekuensi dan kemudian diuji melalui tabulasi data silang serta dianalisa menurut

keterangan yang diberikan responden, sedangkan data dari hasil wawancara akan

diuraikan dalam bentuk uraian lengkap hasil wawancara dengan masing-masing

tokoh yang dijadikan key informan. Wawancara dari Camat, Kepala desa Kampung

Baru, Kepala Badan Perwakilan Desa Kampung Baru (BPD), dan tokoh pemuda yang

(31)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. Letak dan luas wilayah

Desa Kampung Baru adalah salah satu kecamatan yang terletak di

kecamatan Bilah Barat. Desa Kampung Baru berdiri atau diresmikan menjadi Desa

pada tahun 1987. desa Kampung Baru mempunyai jarak dengan kantor kecamatan

kurang lebih 9 KM. Luas wilayah Desa Kampung Baru yaitu 9,49 KM² Adapun

batas-batas wilayah Kecamatan Bilah Barat sebagai berikut :

Sebalah Utara berbatasan dengan Desa Janji

Sebalah Timur berbatasan dengan Desa Kampung Rakyat

Sebalah Barat berbatasan dengan Kecamatan Na IX-X

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Afdeling

Desa Kampung Baru memiliki Dusun yang dibawahinya. Ada 4 Dusun di

Desa Kampung Baru. Yaitu :

- Dusun Air Merah

- Dusun Pekan Tolan

- Dusun Perlabian

- Dusun Silandorung

(32)

Tabel 1

Luas Dusun di Desa Kampung Baru

No. Nama Luas Wilayah (Km2) Dusun

1 Air Merah 2.8

2 Pekan Tolan 1.89

3 Perlabian 1.8

4 Silandorung 1.9

5 Tanjung Mulia 2.7

Luas Keseluruhan 9.49 Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa wilayah terluas di Desa Kampung

Baru adalah Dusun Air Merah dengan luas wilayah 2,8 Km².

III. 2. Dinamika Penduduk

Desa Kampung Baru memiliki kepadatan penduduk 4.719 jiwa, serta

jumlah kepala keluarga sebesar 1.154 KK. Dengan perincian jenis kelamin dapat

dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2

Klasifikasi Penduduk Desa Kampung Baru Berdasarkan Jenis Kelamin

(33)

Dilihat dari tabel bahwa jumlah laki-laki di Desa Kampung Baru lebih besar

dari jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin laki-laki

berjumlah 2.412jiwa sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan

berjumlah 2.307 jiwa.

Sedangkan untuk jumlah penduduk berdasarkan umurnya dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

No. Golongan Umur Jumlah

Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006

Dengan bermacam perbedaan penduduk, seperti perbedaan agama dan

perbedaan etnis atau suku, penduduk di Desa Kampung Baru dapat saling

berdampingan dan saling menghargai antara satu agama dengan agama lain. Dan juga

menghormati etnis satu dengan etnis yang lain. Sehingga kondisi seperti ini dapat

(34)

Tabel 4

Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Agama

Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006

Dari tabel diatas dapat kita lihat jumlah pemeluk agama di Deas Kampung

Baru. Jumlah penduduk yang memeluk agama Islam sebanyak 3.987 jiwa dan yang

memeluk agama Kristen sebanyak 732 jiwa.

Desa Kampung Baru memiliki sarana dan prasarana pendukung dalam

pelaksanaan kegiatan masyarakatnya. Seperti transportasi, dalam sarana transportasi

Desa Kampung Baru memiliki fasilitas seperti, jalan desa, jalan kampung, tambatan

perahu, jembatan, bus umum, dan ojek. Saran komunikasi, memiliki fasilitas seperti,

radio, televisi, dan telepon sel. Sarana pemerintahan, fasilitas seperti balai desa dan

balai dusun. Kemudian sarana ibadah, fasilitasnya seperti mesjid, gereja dan mushola.

Dan prasarana yang terdapat di Desa Kampung Baru seperti prasarana

kesehatan meliputi, paramedis, bidan dan posyandu. Kemudian prasarana penerangan

meliputi listrik dan lampu minyak. Berikut data sarana dan prasarana yang terdapat di No. Agama Jumlah

1 Islam 3,987

2 Kristen 732

(35)

Tabel 5

Klasifikasi Sarana Dan Prasarana Desa Kampung Baru

No Sarana dan Pra-sarana

Jumlah/Panjang

1 Pemerintahan

Kemudian yang tidak kalah pentingnya dalam sarana dan prasarana adalah

adanya sarana pendidikan bagi masyarakat desa. Sarana pendidikan dalam hal ini

(36)

Tabel 6

Sarana Pendidikan di Desa Kampung Baru

No. Jenis Sekolah Jumlah

1 Sekolah Dasar (SD) 3

2 SLTP 0

3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 0

Total 3

Sumber : Profil Kecamatan Bilah Barat 2006

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah Sekolah Dasar (SD)

sebanyak 3 sekolah. SD adalah satu-satunya sekolah yang terletak di Desa Kampung

Baru , Sementara SLTP dan SLTA terletak di Desa lain di Kecamatan Bilah Barat.

Dan jumlah sekolah di Kecamatan sebelumnya adalah SD 28 gedung, SLTP 2 gedung

(37)

III.3. Organisasi Pemerintahan Desa

1. Organisasi Pemerintahan Desa

Organisasi Pemerintahan Desa yang dimaksud adalah kepala desa beserta

perangkat desa. Perangkat desa adalah dari untuk staf, pelaksana dan wilayah yang

membantu Kepala Desa yang memenuhi persyaratan dalam rangka melaksanakan

tugas dan kewajibannya yang dipilih atau diangkat tanpa pemilihan dari penduduk

desa.

Dalam Kep. Mendagri Nomor 64 Tahun 1999 yang dimaksud dengan

pemerintahan desa adalah Kepala Desa beserta dengan perangkat (aparatur) desa

yang saling bekerjasama untuk mensukseskan pembangunan desa. Adapun perangkat

atau aparatur desa yang dimaksud tersebut antara lain sebagai berikut :

- Sekretaris Desa

- Kepala Urusan

- Kepala Dusun

Untuk menjelaskan tentang tata pembagian dan hubungan kerja unit

organisasi pemerintah desa dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Desa

- Kepala Desa berkedudukan sebagai alat pemerintah desa dan pelaksana

pemerintahan di atas desa

- Sesuai dengan kedudukan yang dimaksud, kepala desa mempunyai tugas

pokok untuk melaksanakan urusan rumah tangganya sendiri, menjalankan

(38)

menumbuhkan serta mengembangkan semangat gotong royong masyarakat

sebagai sendi utama pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di desa

- Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, kepala desa mempunyai

fungsi untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan urusan

rumah tangganya, menggerakkan partisipasi masyarakat dalam wilayah

desanya, melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintahan Daerah,

menyelenggarakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan

lainnya.

b. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Desa :

- Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu pimpinan di bidang

ketatausahaan dan memimpin sekretariat desa

- Sesuai dengan kedudukan tersebut, sekretaris desa mempunyai tugas pokok

untuk menyelenggarakan pelaksanaan administrasi pemerintahan, administrasi

pembangunan dan administrasi kemasyarakatan serta memberikan pelayanan

di bidang ketatausahaan kepada kepala desa

- Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud, sekretaris desa mempunyai

fungsi untuk menyelenggarakan urusan surat menyurat, kearsipan, dan

laporan, melaksanakan urusan keuangan, administrasi umum, dan

(39)

Sedangkan penjabaran tugas pokok dari sekretaris desa adalah sebagai berikut :

- Memberikan saran dan pendapat kepada kepala desa/kepala kelurahan

- Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan serta mengawasi

urusan/kegiatan sekretariat

- Memberikan informasi mengenai keadaan sekretariat dan keadaan umum

diwilayahnya

- Merumuskan program kerja

- Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan dan laporan

- Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasil rapat

- Menyusun rencana anggaran penerimaan dan belanja desa

- Mengadakan kegiatan inventarisasi

- Melaksanakan kegiatan pencatatan administrasi pertanahan dan pencatatan

mutasi tanah

- Melaksanakan administrasi kepegawaian di wilayahnya

- Melaksanakan administrasi kependudukan, aadministrasi pembangunan,

administrasi kemasyarakatan

- Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala desa/kepala

kelurahan

c. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Urusan :

- Kepala urusan berkedudukan sebagai pembantu sekretaris desa untuk

memberikan pelayanan ketatausahaan kepada kepala desa sesuai dengan

(40)

- Sesuai dengan kedudukannya, maka kepala urusan mempunyai tugas pokok

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ketatausahaan dalam bidang tugasnya

masing-masing

- Untuk melaksanakan tugas pokoknya tersebut, kepala urusan mempunyai

fungsi melaksanakan pencatatan, pengumpulan dan pengolahan data/informasi

yang menyangkut bidang tugasnya masing-masing

Sedangkan penjabaran tugas pokok kepala urusan yang dibagi secara maksimal 5

urusan yaitu sebagai berikut :

- Melaksanakan kegiatan administrasi kependudukan

- Melaksanakan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal

pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

- Melaksanakan kegiatan administrasi mengenai kewarganegaraan

- Melaksanakan pencatatan administrasi pertanahan

- Melaksanakan pencatatan kegiatan monografi desa

- Melaksanakan pencatatan kegiatan kemasyarakatan antara lain RW, RW dan

kegiatan ketentraman dan ketertiban serta pertahanan sipil

- Melaksanakan penyelenggaraan buku administrasi keputusan desa dan

keputusan kepala desa

(41)

2. Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat mempunyai tugas :

- Melaksanakan kegiatan pencatatan keadaan kesejahteraan rakyat/masyarakat

termasuk bencana alam, bantuan sosial, pendidikan, kesenian, olah raga,

pemuda, pramuka dan PMI

- Menyelenggarakan inventarisasi penduduk yang tuna karya, tuna wisma, tuna

susila, para penyandang cacat baik mental maupun fisik, yatim piatu, jompo,

panti asuhan dan pencatatan dalam rangka memasyarakatkan kembali

narapidana

- Mengikuti perkembangan serta mencatat kegiatan program kependudukan,

ketenagakerjaan, transmigrasi dan lingkungan hidup

- Mengikuti perkembangan serta melaporkan tentang keadaan kesehatan

masyarakat, PKK dan kegiatan lainnya

- Melaksanakan kegiatan pencatatan bagi para peserta jemaah haji

- Melaksanakan kegiatan pencatatan dan perkembangan keagamaan, kegiatan

Badan Amil Zakat dan melaksanakan pengurusan kematian

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris desa/sekretari kelurahan

3. Kepala Urusan Keuangan mempunyai tugas :

- Melakukan kegiatan pencatatan mengenai penghasilan kepala desa/kepala

kelurahan dan perangkatnya

- Mengumpulkan dan menganalisa data-data sumber penghasilan yang baru

untuk dikembangkan

- Melakukan kegiatan administrasi keuangan

(42)

4. Kepala Urusan Umum mempunyai tugas :

- Melaksanakan, menerima, mengendalikan surat masuk dan keluar serta

melaksanakan tata kearsipan

- Mengkoordinasikan pengetikan surat-surat hasil persidangan dan rapat-rapat

atau naskah-naskah lainnya

- Melaksanakan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat-alat tulis

kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor

- Menyusun jadwal serta mengikuti perkembangan pelaksanaan piket

- Melaksanakan dan mengusahakan ketertiban dan kebersihan kantor dan

bangunan lain milik desa/kelurahan

- Menyelenggarakan pengelolaan administrasi kepegawaian

- Melaksanakan pengelolaan buku administrasi umum

- Mencatat inventarisasi kekayaan

- Melaksanakan persiapan penyelenggaraan rapat dan penerimaan tamu dinas

dan kegiatan kerumahtanggaan pada umumnya

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris desa/sekretaris kelurahan

5. Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan mempunyai tugas :

- Melaksanakan tugas dan fungsi administrasi pembangunan

(43)

- Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan guna pembuatan Daftar

Usulan Rencana Proyek/Daftar Usulan Kegiatan serta mencatat Daftar Isian

Proyek/Daftar Isian Kegiatan

- Mengikuti dan melaporkan perkembangan keadaan dan kegiatan di bidang

pertanian, perindustrian maupun pembangunan lainnya

- Melaksanakan pencatatan mengenai tera ulang dan memberikan pelayanan

terhadap masyarakat dalam hal Permohonan Pembuatan Izin Usaha, izin

bangunan dan lain-lain

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa/Sekretaris Kelurahan

6. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Dusun :

- Kepala Dusun berkedudukan sebagai unsur pelaksana tugas Kepala desa

dalam wilayah kerjanya

- Sesuai dengan kedudukannya, Kepala Dusun mempunyai tugas pokok untuk

menjalankan pemerintahan desa dalam kepemimpinan Kepala Desa diwilayah

kerjanya

- Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Kepala Dusun mempunyai

fungsi dan melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan di wilayah kerjanya, melaksanakan keputusan desa dan

(44)

Gambar 7

Gambar Struktur Kepala Organisasi Desa Kampung Baru

Sekretaris Desa

Kaur Pemerintah Kaur Kesra Kaur Pembangunan

Kepala Dusun

BPD Kepala Desa

(45)

2. Badan Perwakilan Desa (BPD)

Sebagaimana menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah yakni perlunya dibentuk Badan Perwakilan Desa (BPD)

sebagai mitra Pemerintahan Desa.

Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan

Perwakilan yang terdir atas pemuka-pemuka masyarakat di desa yang berfungsi

mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

Pemerintahan Desa.

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tampak bahwa peran BPD

lebih dominan, selain memberi masukan kepada Kepala Desa BPD juga dapat

membatalkan kebijakan yang akan dibuat menjadi keputusan dan mengawasi

pelaksanaan kebijakan tersebut, BPD dapat meminta pertanggungjawaban kepada

Kepala Desa sebagai pelaksana.

2.1. Kedudukan BPD

1) BPD sebagai Badan Perwakilan Desa dan merupakan wahana untuk

melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945;

(46)

2.2. Tugas, Fungsi Dan Kewajiban BPD

(1) BPD mempunyai tugas :

a. Melaksanakan pemilihan Kepala Desa;

b. Meminta pertanggungjawaban Kepala Desa atas nama rakyat pada setiap

akhir tahun anggaran;

c. Menyalurkan aspirasi masyarakat kepada instansi yang berwenang;

d. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka pembinaan perekonomian

masyarakat Desa;

e. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka pembangunan Desa;

f. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka ketertiban dan ketentraman

Desa;

g. Memberikan saran dan pendapat dalam rangka penyelesaian perselisihan /

permasalahan antara warga masyarakat Desa;

h. Melaksanakan pengawasan kerja sama antar desa;

i. Bekerja sama dengan masyarakat dan aparat keamanan dalam memberantas

narkoba, perjudian, penjualan anak perempuan, HAM dan kriminalitas.

(2) BPD mempunyai fungsi :

a. Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di Desa yang

(47)

bersama-c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, APBDes

serta Keputusan Kepala Desa;

d. Menampung aspirasi masyarakat kepada pejabat atau instansi yang berwenang

(3) BPD mempunyai kewajiban :

a. Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam memimpin penyelenggaraan

Pemerintahan Desa dari sisi Peraturan Desa;

b. Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam membina kehidupan masyarakat desa

yang terwujud dalam menampung setiap aspirasi masyarakat yang

disampaikan kepada BPD;

c. Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam membina kehidupan perekonomian

masyarakat desa dan atau penggalian sumber-sumber pendapatan dan

kekayaan desa;

d. Melaksanakan kewajiban tugas memelihara ketertiban dan ketentraman

masyarakat desa, sebagai mitra Pemerintah Desa dalam menciptakan kesatuan

dan persatuan masyarakt desa;

e. Menerima rancangan peraturan desa dari pemerintah desa dan bersama-sama

menetapkan peraturan masyarakat desa;

f. Mempunyai kewajiban tugas untuk melestarikan adat istiadat yang hidup dan

berkembang di desa dengan bermitra dengan Pemerintah Desa;

g. Mempunyai kewajiban untuk mengajukan usul pengangkatan dan

(48)

h. Melaksanakan kewajiban menjalankan pengawasan terhadap jalannya

penyelenggaraan Pemerintah Desa;

i. Mempunyai kewajiban meminta pertanggungjawaban Kepala Desa dalam

bentuk Administrasi Pemerintah Desa, Pembangunan Desa, Administrasi

Pembinaan Desa serta Administrasi Keuangan Desa;

j. BPD dengan Pemerintah Desa merencanakan pembangunan, penggunaan

dana bantuan desa dari pemerintah, proyek-proyek pemerintah atau swasta,

pelaksanaan dan penempatan lokasi pembanginan harus mendapat

perizinan/persetujuan BPD.

2.3. Hak – Hak BPD

(1) Untuk melaksanakan tugas , fungsi dan kewajiban, BPD mempunyai hak yaitu:

a. Hak meminta pertanggungjawaban kepada Kepala Desa

b. Hak anggaran

c. Hak mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota

d. Hak meminta keterangan kepada Kepala Desa

e. Hak mengadakan prakarsa/perubahan rancangan Peraturan Desa

f. Hak mengajukan pendapat

(49)

BAB IV

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian di

lapangan, terutama data yang di peroleh melalui teknik atau metode kuisioner atau

daftar pertanyaan dan wawancara tertulis yang dibagikan kepada sampel penelitian

yaitu sebanyak 40 orang (responden kuisioner) dan 4 orang (keyinforman).

Data yang diperoleh dari kuisioner di rekapitulasi dan di susun kedalam tabel

distribusi frekwensi. Sedangkan hasil wawancara dengan beberapa key informan

disajikan dalam bentuk petikan wawancara.

IV.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Dalam karakteristik responden ini akan dijelaskan data mengenai identitas

responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan

lamanya bermukim dilokasi penelitian.

a. Data tentang jenis kelamin responden

Pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin

laki-laki lebih banyak dari pada responden dengan jenis kelamin perempuan.

1. Jenis Kelamin

Untuk sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tebel

berikut :

(50)

Tabel 8

Distribusi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekwensi

1 Laki-Laki 27

2 Perempuan 13

Total 40

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Perbedaan jumlah tersebut diakibatkan karena metode penelitian yang

digunakan oleh penulis adalah secara acak sederhana (simple random sampling).

Maka jumlah laki-laki dengan jumlah 27 orang dan perempuan 13 orang seperti yang

tercantum di dalam tabel diatas bukan berarti terdapat perbedaan gender antara

laki-laki dengan perempuan terutama dalam hal pembangunan desa.

Perbandingan jumlah tersebut tidak menjadi kendala utama bagi terwujudnya

partisipasi masyarakat dalam setiap tahap pembangunan di desa. Krena dari 40

sampel tersebut dianggap penulis sudah mewakili populasi penelitian yang diambil

sedemikian rupa dari tiap unit atau satuan elementer (golongan) yang digunakan

sesuai dengan tujuan penelitian dan hal ini juga karena keterbatasan kemampuan dan

dana dari penulis.

(51)

Tabel 9

Distribusi Data Responden Berdasarkan Usia

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Penulis menetapkan usia responden antara 17 sampai 53 tahun keatas karena

pada usia 17 tahun keatas dianggap sebagai masa produktif dan sudah memiliki hak

suara dan pemilihan-pemilihan umum atau sudah dianggap sebagai usia yang cukup

berpengalaman terutama dalam memberi kontribusi dalam pembangunan. Jika dilihat

dalam tabel, persentase yang terbesar yaitu pada usia 35-43 tahun yaitu sebanyak 35

%.

Hal ini sangat mendukung bagi perwujudan partisipasi masyarakat karena

kenyataan dilapangan yang diamati oleh penulis, masyarakat dengan usia tersebut

sangat antusias dalam memberikan aspirasi ataupun ide-ide demi kemajuan

pembangunan desa mereka.

No. Usia Frekuensi Persentase

1 17-25 tahun 7 17.5

2 26-34 tahun 9 22.5

3 35-43 tahun 14 35

4 44-52 tahun 8 20

5 53-dst 2 5

(52)

c. Data tentang tingkat pendidikan responden

Data tentang tingkat pendidikan responden adalah sebagai berikut :

Tabel 10

Distribusi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Tidak sekolah 0 0

2 Tamat SD 11 27.5

3 Tamat SLTP/Sederajat 16 40

4 Tamat SLTA/Sederajat 10 25

5 Akademi/Diploma 3 7.5

6 Sarjana/S-1 0 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Dari tabel di atas terlihat bahwa yang terbesar jumlah atau persentasenya

adalah penduduk yang tamat Sekolah SLTP yaitu sebanyak 40 %. Hal ini disebabkan

karena pendidikan di desa ini belum menjadi kebutuhan yang utama. Tingginya

jenjang pendidikan bukan berarti menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan

status sosial dalam kehidupan bermasyarakat di desa ini.

d. Data tentang jenis pekerjaan responden

Jika dilihat distribusi responden dari jenis pekerjaannya, maka menunjukkan

variasi yang tidak merata pada tiap jenis pekerjaan, seperti terlihat dalam tabel 10

(53)

Tabel 11

Distribusi Data Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 PNS 5 12.5

2 Wiraswasta 9 22.5

3 Petani 17 42.5

4 Guru 2 5

5 Kepala Sekolah 1 2.5

6 Dan lain-lain 6 15

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat responden masing-masing memiliki

perkerjaan yang bermacam-macam. Dari persentase tersebut terlihat bahwa sampel

yang terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai petani yaitu 42,5% atau 17 orang.

Karena mata pencaharian yang paling utama di desa ini yaitu bertani atau bercocok

tanam, kemudian dilanjutkan dengan wiraswasta sebanyak 9 orang atau sebesar 22,5

%, kemudian yang dimaksud dengan responden dengan pekerjaan lain-lain adalah

mereka yang bekerja sebagai pekerja tidak tetap, seperti tukang bor, tukang

bangunan, pemborong jalan dan lain-lain adalah 6 orang atau sebanyak 15 %,

kemudian PNS 12,5 %, guru 5 % dan kepala sekolah 2,5 %.

e. Data tentang lamanya responden bermukim dilokasi penelitian

Data tentang lamanya responden bermukim di tempat penelitian menurut

penulis adalah penting karena menunjukkan bahwa semakin lama seseorang tinggal

di suatu tempat, maka rasa memiliki terhadap daerahnya akan semakin besar.

(54)

Tabel 12

Distribusi Data Responden Berdasarkan Lamanya Bermukim

No. Lamanya Bermukim Frekuensi Persentase

1 5-10 tahun 5 12.5

2 11-15 tahun 3 7.5

3 16-20 tahun 7 17.5

4 21-25 tahun 12 30

5 >25 tahun 13 32.5

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Berdasarkan tabel 11 tersebut di atas, responden yang paling banyak

persentasenya yaitu penduduk yang lamanya bermukim lebih dari 25 tahun sebanyak

(55)

IV.2. VARIABEL PENELITIAN

a. Data Jawaban Responden Tentang Adanya Peraturan Perencanaan Partisipatif di Kabupaten Labuhan Batu

Data ini diambil untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui dan

mengerti tentang peraturan perencanaan partisipatif yang ada di daerah tersebut.

Berikut ini tabel tentang jawaban responden mengenai adanya peraturan

perencanaan partisipatif di daerah Kabupaten Labuhan Batu.

Tabel 13

Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Peraturan Perencanaan Partisipatif di Kabupaten Labuhan Batu no kategori jawaban Jumlah persentase

1 Tahu 27 67.5

2 ragu-ragu 4 10

3 tidak tahu 9 22.5

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat desa Kampung Baru

Kecamatan Bilah Barat pada umumnya mengetahui bahwa adanya peraturan

perencanaan partisipatif di daerah tersebut, hal ini ini dapat dilihat ada sebanyak 27

responden (67,5 %) dari 40 responden yang menyatakan hal tersebut. Keadaan seperti

ini merupakan suatu hal yang positif bagi perwujudan partisipasi masyarakat di desa

(56)

Berikut ini tabel tentang pemahaman responden mengenai peraturan

perencanaan partisipatif secara garis besar.

Tabel 14

Distribusi Pemahaman Responden Tentang Peraturan Perencanaan Partisipatif

no kategori jawaban jumlah Persentase

1 Paham 15 37.5

2 ragu-ragu 3 7.5

3 tidak paham 22 55

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak paham

akan peraturan perencanaan partisipatif, hal ini dapat dilihat dari persentase yang

sebagian besar responden tidak memahami tentang peraturan perencanaan partisipatif

yaitu sebanyak 22 responden atau 55 % dari 40 responden. Keadaan seperti ini

merupakan suatu kendala bagi perwujudan partisipasi masyarakat di desa kampung

baru tersebut, karena implementasi atau pelaksanaan perencanaan partisipatif

bergerak dari pemahaman masyarakat desa itu sendiri akan peraturan perencanaan

partisipatif tersebut.

Berikut ini tabel jawaban responden tentang optimalisasi sosialisasi peraturan

(57)

Tabel 15

Distribusi Jawaban Responden Tentang Optimalisasi Sosialisasi Peraturan Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Desa Kampung Baru

no kategori jawaban jumlah persentase

1 Sudah 12 30

2 ragu-ragu 9 22.5

3 Belum 19 47.5

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa sebagian besar responden menyatakan

belum optimalnya peraturan perencanaan partisipatif di desa tersebut yaitu sebanyak

19 responden atau 47,5 %, nampak jelas bahwa kurangnya kinerja pemerintah desa

maupun partisipasi masyarakat desa dalam pelaksanaan perencanaan partisipatif

tersebut. Dalam hal ini perlu adanya kerjasama yang baik dari segenap elemen

masyarakat dan pemerintah dalam membangun desa mereka kearah ysng lebih baik.

Berikut ini tabel jawaban responden mengenai pelaksanaan peraturan

perencanaan partisipatif di desa kampung baru.

Tabel 16

Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan Peraturan Perencanaan Partisipatif di Desa Kampung Baru

no kategori jawaban jumlah persentase

1 Baik 31 77.5

2 Sedang 0 0

3 Buruk 9 22.5

Total 40 100

(58)

Sebagian besar masyarakat Kampung Baru mengatakan bahwa pelaksanaan

peraturan perencanaan partisipatif di desa tersebut cukup baik, bisa dilihat di dalam

tabel sebanyak 31 responden (77,5 %) mengatakan baik. Dan yang mengatakan buruk

hanya 9 responden (22,5 %). Walaupun masyarakat mengakui bahwa peraturan

perencanaan partisipatif belum tersosialisasikan dengan baik, tetapi masyarakat

menyadari akan pentingnya berpartisipasi dalam pembangunan di desa kampung

baru.

Berikut tabel mengenai dampak peraturan perencanaan partisipatif terhadap

kebutuhan masyarakat menyangkut pembangunan desa

Tabel 17

Distribusi Jawaban Responden Tentang Dampak Peraturan Perencanaan Partisipatif Terhadap Kebutuhan MasyarakatMenyangkut Pembangunan Desa

No kategori jawaban jumlah persentase

1 Baik 28 70

2 Sedang 12 30

3 Buruk 0 0

Total 40 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2007

Tabel di atas menunjukkan bahwa peraturan perencanaan partisipatif sangat

diperlukan demi kebutuhan masyarakat desa kampung baru. Hal ini ditunjukkan ada

(59)

pembangunan di desa ini karena aparat pemerintah desa belum sepenuhnya dapat

bekerjasama dengan masyarakat.

b. Data Tentang Pelaksanaan Demokrasi Dalam Musyawarah Yang Berkaitan

Dengan Perencanaan Pembangunan dan Kewenangan Masyarakat Dalam

Penetapan Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Desa

Pelaksanaan demokrasi dalam musyawarah yang berkaitan dengan

perencanaan pembangunan dan proporsi masyarakat dalam penetapan perencanaan

pembangunan partisipatif di desa juga diukur melalui beberapa pertanyaan di dalam

kuisioner penelitian ini. Adapun hasil distribusi jawaban responden yang ditampilkan

pada bagian ini yaitu ; keterlibatan masyarakat dalam musyawarah perencanaan

pembangunan, perwakilan seluruh elemen masyarakat dalam peserta musrenbang,

perwakilan kaum perempuan dalam peserta musrenbangdes, alur komunikasi 2 arah

yang dibangun dalam penyelenggaraan musrenbangdes dan pengetahuan responden

terhadap apa yang menjadi program pemerintahan desa menyangkut pembangunan.

Tabel 18

Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterlibatan

Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan

No kategori jawaban Jumlah Persentase

1 Ya 14 35

2 kadang-kadang 20 50

3 Tidak 6 15

Total 40 100

(60)

Tingkat kehadiran masyarakat dalam forum musyawarah yang diadakan

sangatlah mendukung terwujudnya partisipasi masyarakat yang ideal, tetapi dalam hal

ini masyarakat juga haruslah aktif menyuarakan apa yang menjadi kebutuhan dan

harapan mereka akan pembangunan desa.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keterlibatan masyarakat dalam

musyawarah perencanaan pembangunan desa hanya kadang-kadang saja, hal ini dapat

dilihat ada sebanyak 20 responden (50 %) yang menyatakan demikian. Sedangkan

menurut 14 responden (35 %) menyatakan terlibat dalam musrenbangdes, kemudian 6

responden (15 %) menyatakan tidak pernah sama sekali terlibat dalam musyawarah

perencanaan pembangunan di desa tersebut. Bisa dikatakan bahwa tingkat kehadiran

masyarakat dalam musyawarah tersebut tidak rutin, hal ini karena kurangnya

informasi dan minimnya upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Desa untuk mau

mengajak masyarakat untuk ikut serta.

Berikut tabel mengenai perwakilan seluruh elemen masyarakat dalam peserta musrenbang

Tabel 19

Distribusi Jawaban Responden Tentang Perwakilan

Seluruh Elemen Masyarakat Dalam Peserta Musrenbangdes

No kategori jawaban Jumlah persentase

Gambar

Tabel 1 Luas Dusun di Desa Kampung Baru
Tabel 3
Tabel 5
Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan tiga indikator status kesehatan, angka kematian bayi, angka kematian dibawah 5 tahun dan angka harapan hidup, Mohanoe (2004) menemukan bahwa

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Bus Trans Koetaradja Rute Kota Banda Aceh-Lambaro-Blang Bintang, berdasarkan

Selain itu, unsur K merupakan unsur yang paling banyak di temukan di dalam tanah dan diserap oleh tanaman dalam jumlah yang lebih banyak dari yang dibutuhkan

Tarif Klinik/Rumah Sakit, Tarif Penggunaan Gedung, Wisma, Asrama, clan Lahan, clan Tarif Penggunaan Laboratorium Penelitian sebagaimana climaksucl clalam Pasal 4

Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang dapat

Beberapa saran yang dapat diberikan adalah (1) Para peserta (guru penjasorkes di Kecamatan Karangasem) untuk mengimplementasikan program latihan yang telah disusun,

Berkaitan dengan kondisi keberadaannya tersebut maka untuk mendeliniasi daerah sebaran logam tanah jarang (RE) perlu dilakukan evaluasi beberapa parameter, yaitu

Manajemen laba diukur dengan discretionary accruals , struktur kepemilikan manajerial diukur dengan jumlah persentase saham yang dimiliki oleh manajerial, ukuran