• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peranan BULOG Terhadap Harga Beras Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Peranan BULOG Terhadap Harga Beras Di Kota Medan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PERANAN BULOG TERHADAP HARGA BERAS DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

EMI ISNANI 040501014

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRACT

The main objectives of this research is “Analysis of the BULOG Role Toward Price of the Rice in Medan City”. The destination of this research is to analysis BULOG’s role at the price of rices stabilitation with see dependent variable influence (BULOG stock of the rice, BULOG impor of the rice, rice production, and price of the rice at prior to month) toward independent variable (price of the rice). The method used is library reaserch method. The data used in this research is time series data during January 2003 until December 2006 which employ econometrics model and using statistical analyse tools. The name is variable regretion by Ordinary Least of Square (OLS).

Was based on the interpretation of the model showed that stock of the rice and rice production were influential the positive toward price of the rice in Medan city. While impor of the rice and price of the rice at prior to month were infuential the negative toward price of the rice in Medan city. Result of regression showed that all independent variables together equally influential toward price of the rice in Medan city with coefficient determination (R2) is 97,6%.

(3)

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah “Analisis Peranan BULOG Terhadap Harga Beras di Kota Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peran BULOG dalam rangka stabilisasi harga beras dengan melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas (stok beras oleh BULOG, impor beras oleh BULOG, produksi beras dan harga beras pada bulan sebelumnya di kota Medan) terhadap variabel terikat (harga beras di Kota Medan). Metode yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series selama periode Januari 2003 sampai Desember 2006. Cara menganalisisnya dengan menggunakan analisis statistik yang dinamakan regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil.

Berdasarkan interpretasi model menunjukan bahwa stok beras dan produksi beras mempunyai pengaruh negatif terhadap harga beras di kota Medan, sedangkan impor beras dan harga beras pada bulan sebelumnya mempunyai pengaruh positif terhadap harga beras di kota Medan. Hasil regresi menunjukan bahwa stok beras, impor beras, produksi beras dan harga beras pada bulan sebelumnya secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan terhadap harga beras di kota Medan dengan Koefisien Determinasi ( R2 ) sebesar 97,6%.

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati, Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan sejak masa perkuliahan sampai dengan selesainya penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Peranan BULOG Terhadap Harga Beras di Kota Medan”. Isi dari skripsi ini didasarkan pada studi literatur dengan menganalisis data-data sekunder yang diperoleh dari instansi yang terkait.

Dalam berbagai bentuk, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mencapai kesempurnaan tulisan ini pada masa mendatang.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

3. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, C. A. E, M.Si., sebagai dosen penguji I. 5. Bapak Drs. Rujiman, MA, sebagai dosen penguji II.

6. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc.Ph.D, sebagai dosen wali yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

7. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Seluruh staf pegawai BULOG divre Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi ini. 9. Seluruh staf pegawai Badan Pusat Statistik Tingkat I Sumatera Utara yang

telah banyak membantu dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi ini.

10.Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta yakni Ayahanda H.Sujono dan ibunda Hj. Sumarni, yang telah mengasuh, mendidik, dan memberikan nasihat serta motivasi baik moril maupun materi.

11.Kepada seluruh anggota keluarga besar terutama kakak tercinta kak Ani n kak Inur, abang tersayang bg Adi n bg kholid, the last my younger brother Ridho yang selalu memberi dukungan semangat dan doa.

(6)

Cendra, Imot, dan semua teman yang gak bisa disebuti satu persatu atas kebersamaan kita selama ini dan juga inspirasi, bantuan ide, doa dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini. Akhir kata, penulis mengharapkan agar skripsi ini bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan bagi para pembaca sekalian.

Medan, Maret 2008 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Hipotesis ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS ... 9

2.1 Harga ... 9

2.1.1 Pengertian Harga ... 9

2.1.2 Kebijaksanaan Harga Beras ... 11

(8)

2.2 Stok ... 17

2.2.1 Kebijaksanaan Persediaan/Stok ... 18

2.3 Impor ... 22

2.3.1 Impor Beras ... 22

2.3.2 Pengaruh Impor Beras Terhadap Harga Beras Domestik ... 24

2.4 Produksi ... 25

2.4.1 Fungsi Produksi ... 26

2.4.2 Teori Produksi Dengan Satu Faktor Berubah ... 27

2.4.3 Teori Produksi Dengan Dua Faktor Berubah ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Ruang Lingkup Penelitian . ... 32

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.3 Metode dan Tekhnik Pengumpulan Data ... 32

3.4 Pengolahan Data ... 33

3.5 Model Analisis Data ... 33

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 35

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 35

3.6.2 Uji t-Statistik ... 35

3.6.3 Uji f-Statistik ... 37

3.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 38

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Gambaran Singkat BULOG ... 41

4.1.1 Sejarah BULOG ... 41

4.1.2 Tugas Perum BULOG ... 45

4.1.3 Fungsi Perum BULOG ... 45

4.1.4 Visi dan Misi Perum BULOG ... 46

4.2 Perkembangan Harga Beras di Kota Medan ... 47

4.3 Analisis dan Pembahasan ... 57

4.3.1 Interpretasi Model ... 58

4.3.2 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 59

4.3.2.1 Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 59

4.3.2.2 Uji f-Statistik (Uji Keseluruhan) ... 64

4.3.2.3 R-Squared (Koefisien Determinasi) ... 66

4.3.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 Kesimpulan ... 70

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Pergeseran Kurva Permintaan 10

2.2 Pergeseran Kurva Penawaran 11

2.3 Kerangka Kebijaksanaan Harga 19

2.4 Pengontrolan Harga Dasar Pada Waktu Panen 20

2.5 Pengontrolan Harga Maksimum Pada Waktu Paceklik

21

2.6 Kurva Produksi Total, Produksi Maginal, dan Produksi Rata-rata

28

2.7 Isoquant Produksi 31

3.1 Kurva Uji t-statistik 36

3.2 Kurva Uji f-statistik 38

4.1 Uji t-Statistik Terhadap Stok Beras 61

4.2 Uji t-Statistik Terhadap Impor Beras 62

4.3 Uji t-Statistik Terhadap Produksi Beras 63

4.4 Uji t-Statistik Terhadap Harga Beras Pada Bulan Sebelumnya

64

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Harga Beras Medium di Kota Medan (Rupiah/kg) 48

4.2 Stok BULOG Kota Medan (kg) 51

4.3 Impor Beras BULOG di Kota Medan (kg) 53

4.4 Produksi Beras di Kota Medan (kg) 54

4.5 Produksi Beras Tahunan di Kota Medan (kg) 55

4.6 Jumlah Penduduk Kota Medan (jiwa) 56

(12)

ABSTRACT

The main objectives of this research is “Analysis of the BULOG Role Toward Price of the Rice in Medan City”. The destination of this research is to analysis BULOG’s role at the price of rices stabilitation with see dependent variable influence (BULOG stock of the rice, BULOG impor of the rice, rice production, and price of the rice at prior to month) toward independent variable (price of the rice). The method used is library reaserch method. The data used in this research is time series data during January 2003 until December 2006 which employ econometrics model and using statistical analyse tools. The name is variable regretion by Ordinary Least of Square (OLS).

Was based on the interpretation of the model showed that stock of the rice and rice production were influential the positive toward price of the rice in Medan city. While impor of the rice and price of the rice at prior to month were infuential the negative toward price of the rice in Medan city. Result of regression showed that all independent variables together equally influential toward price of the rice in Medan city with coefficient determination (R2) is 97,6%.

(13)

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah “Analisis Peranan BULOG Terhadap Harga Beras di Kota Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peran BULOG dalam rangka stabilisasi harga beras dengan melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas (stok beras oleh BULOG, impor beras oleh BULOG, produksi beras dan harga beras pada bulan sebelumnya di kota Medan) terhadap variabel terikat (harga beras di Kota Medan). Metode yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series selama periode Januari 2003 sampai Desember 2006. Cara menganalisisnya dengan menggunakan analisis statistik yang dinamakan regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil.

Berdasarkan interpretasi model menunjukan bahwa stok beras dan produksi beras mempunyai pengaruh negatif terhadap harga beras di kota Medan, sedangkan impor beras dan harga beras pada bulan sebelumnya mempunyai pengaruh positif terhadap harga beras di kota Medan. Hasil regresi menunjukan bahwa stok beras, impor beras, produksi beras dan harga beras pada bulan sebelumnya secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan terhadap harga beras di kota Medan dengan Koefisien Determinasi ( R2 ) sebesar 97,6%.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beras merupakan suatu komoditi yang sangat penting mengingat beras adalah makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia dimana 90% dari penduduk Indonesia mengkonsumsi beras dan menyumbang lebih 50% dari kebutuhan kalori dan hampir 50% dari kebutuhan protein (Rosegrant,1987). Persoalan yang penting yang menjadi menu utama dalam perberasan nasional adalah masalah faktor-faktor produksi seperti supply beras dalam negeri tidak berlangsung sepanjang tahun, harga pupuk, pestisida, dan harga hasil produksi berupa gabah atau beras menjadi sangat tidak menentu disaat panen raya, belum lagi persoalan yang berada di luar kendali seperti faktor musim atau cuaca, banjir, kekeringan, dan masih banyak lagi. Hal ini merupakan salah satu penyumbang penting terhadap fluktuasi harga beras di Kota Medan khususnya dan Indonesia pada umumnya.

(15)

Meningkatnya kebutuhan beras di kota Medan, menyebabkan permintaan dan penawaran terhadap beras juga meningkat. Adapun harga beras yang ditetapkan adalah sesuai dengan mutu beras tersebut. Pada umumnya, penduduk yang mempunyai perekonomian yang baik menginginkan beras yang berkualitas baik sedangkan penduduk yang mempunyai perekonomian standar mengkonsumsi beras yang bermutu sedang atau standar dan penduduk yang mempunyai perekonomian lemah hanya mampu mengkonsumsi beras yang bermutu di bawah standar (rendah). Beragamnya jenis permintaan akan beras ini disebutkan, disebabkan beragamnya tingkat perekonomian di kota Medan, sehingga penawaran akan beras juga beraneka ragam. Sejalan dengan itu pemerintah berupaya untuk mengusahakan bagaimana harga beras dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan mutu yang baik. Dalam kebijakan pangan nasional, kebijakan harga merupakan instrumen yang sangat penting. Falsafah kebijakan harga yang mewarnai kebijakan pangan selama ini adalah menjaga harga dasar yang cukup tinggi untuk merangsang produksi, memberi perlindungan harga batas tertinggi yang menjamin harga yang wajar bagi konsumen, mengusahakan adanya perbedaan yang layak antara harga dasar dan harga batas tertinggi untuk memberikan keuntungan yang wajar bagi swata untuk penyimpanan, dan menjaga hubungan harga yang wajar antar daerah maupun terhadap harga internasional, selain itu kebijakan pangan juga berkaitan dengan kebijakan distribusi dan kelembagaan yang tetap konsisten dengan kebijakan harga.

(16)

ditunjukan dari usaha pemerintah yang selalu berusaha menjaga stok beras dalam negeri agar tetap mengalami surplus. Dengan terjaganya stok beras maka harga dipasaran akan lebih stabil.

Terjadinya praktek penimbunan beras menyebabkan harga naik yang tentunya akan sangat memberatkan masyarakat. Khususnya untuk kalangan masyarakat ekonomi menengah kebawah. Kurang tegasnya kebijakan pemerintah dalam menindak pelaku penimbunan beras menyebabkan mereka tidak jera untuk melakukannya lagi. Demikian permintaan beras yang terus meningkat akan membuat harga semakin naik, namunpun demikian mau tidak mau masyarakat akan tetap membeli untuk kebutuhan hidup. Hal ini merupakan salah satu alasan pemerintah berupaya bagaimana menstabilkan harga agar tetap dapat di konsumsi masyarakat.

(17)

mempertimbangkan hal itu sebelum mengambil kebijakan mengimpor beras, karena jika kebijakan impor beras yang dikeluarkan pemerintah tidak tepat, maka para petanilah yang menanggung akibatnya. Namun kebijakan impor yang diambil pemerintah memang sudah melalui proses pertimbangan-pertimbangan sebelumnya, dimana menurut pemerintah kebijakan impor beras adalah merupakan kebijakan yang efektif dan efisien.

Dari sisi produksi, supply beras dalam negeri tidak berlangsung sepanjang tahun. 60% dari produksi terjadi pada bulan Januari-April, 30% sisanya terjadi pada bulan Mei-Agustus dan 10% lagi terjadi pada bulan September-Desember. Akibatnya harga beras pun berfluktuasi mengikuti pola panen yang ada. Disamping itu ada permasalahan lain yaitu luas pemilikan lahan yang relatif semakin kecil. Sementara itu Indonesia juga tidak dapat sepenuhnya mengandalkan supply luar negeri. Volume beras yang diperdagangkan di pasaran dunia hanya meliputi 4% total produksi. Di samping itu perdagangan beras merupakan perdagangan yang paling regulated di bandingkan dengan komoditi lainnya, yakni sebagian besar dilakukan berdasarkan G to G agreement. Bedasarkan situasi tersebut di atas maka pemerintah perlu untuk melakukan intervensi dalam tataniaga beras.

Secara teoritik intervensi yang dilakukan pemerintah di pasar bebas disebabkan adanya “market failure”. Peter Timer (1978) mendefenisikan market

failure adalah “Where markets do not provide goods to an extent that socially

adequate or where the markets do not perform efficiently that give agriculture its

(18)

terbatasnya akses informasi dan sebagainya. Latar belakang pengendalian pangan oleh pemerintah yakni intervensi pemerintah dalam tataniaga beras juga didasarkan pada adanya market failure tersebut, dimana adanya monopoli, terjadi pula pada komoditi beras (Amang, 1994:2).

Akurasi estimasi dan perencanaan pengadaan beras baik untuk stok nasional maupun untuk operasi pasar mempunyai kepentingan dalam ketepatan stok beras nasional maupun daerah. Dalam menjamin akurasi estimasi dan perencanaan pengadaan beras dipandang perlu untuk mengadakan analisis permintaan dan produksi beras, yang dilaksanakan untuk mempelajari sejauh mana kemampuan produksi nasional dapat memenuhi kebutuhan domestik, dan diharapkan hasil dari analisis ini digunakan sebagai basis informasi bagi berbagai pemangku kepentingan dalam menentukan langkah-langkah yang akan diambil. Salah satu pemangku kepentingan tersebut dalam hal ini adalah “BULOG”. Dengan mengetahui akurasi estimasi dan perencanaan pengadaan beras maka dapat membantu BULOG dalam “buffer” pengadaan beras.

(19)

menghasilkan keuntungan. Menyelenggarakan kegiatan ekonomi di bidang pangan secara berkelanjutan, serta memberikan manfaat kepada perekonomian nasional. Perum BULOG mempunyai peran yang cukup penting dalam upaya untuk mewujudkan dan menetapkan ketahanan pangan, baik dalam skala rumah tangga maupun nasional. Perum BULOG berupaya memberikan pelayanan sebaik mungkin yakni masyarakat agar memperoleh harga yang terjangkau oleh semua lapisan dan petani agar memperoleh harga yang wajar sesuai peraturan pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba menganalisis sejauh mana peran BULOG dalam rangka stabilisasi harga beras, khususnya di kota Medan. Untuk itu penulis mengambil judul “Analisis Peranan BULOG Terhadap Harga Beras di Kota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang pemilihan judul di atas, maka penulis terlebih dahulu merumuskan permasalahan sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan.

Adapun perumusan masalah yang dibuat adalah sebagai berikut :

1. Berapa besar pengaruh stok beras oleh BULOG terhadap harga beras di kota Medan.

(20)

3. Berapa besar pengaruh hasil produksi beras di kota Medan terhadap harga beras di kota Medan.

4. Berapa besar pengaruh harga beras di Kota Medan pada bulan sebelumnya terhadap harga beras di Kota Medan.

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

1. Stok beras mempunyai pengaruh negatif terhadap harga beras di kota Medan. 2. Impor beras mempunyai pengaruh positif terhadap harga beras di kota Medan. 3. Produksi beras mempunyai pengaruh negatif terhadap harga beras di kota

Medan.

4. Harga beras bulan sebelumnya mempunyai pengaruh positif terhadap harga beras di kota Medan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh stok beras terhadap harga beras di kota Medan.

(21)

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh produksi beras terhadap harga beras di kota Medan.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harga beras bulan sebelumnya terhadap harga beras di kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai masukan bagi kalangan akademisi dan peneliti yang tertarik untuk membahas mengenai topik yang sama.

3. Sebagai proses pembelajaran dan penambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Harga

2.1.1 Pengertian Harga

Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting yang berhubungan dengan perilaku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. Harga adalah sinyal dari pasar yang menunjukan tingkat kelangkaan produk relatif; harga tinggi cenderung mengurangi konsumsi dan mendorong produksi. (McEachern,

2001).

Dalam masyarakat yang masih bersifat tertutup dimana belum menggunakan uang sebagai alat tukar dan pengukur nilai, maka harga dari suatu barang dinyatakan dalam barang lain yang akan dipertukarkan disebut dengan perdagangan barter. Perdagangan seperti ini kadang masih dilakukan dalam masyarakat terbuka dengan alasan tertentu.

(23)

sedangkan barang yang mempunyai penawaran hal ini dikarenakan jumlahnya terbatas.

Adanya pergeseran permintaan dan penawaran dikarenakan suatu hal tertentu dapat menyebabkan perubahan harga. Pergeseran kurva permintaan ke kanan berarti adanya kenaikan permintaan akan barang tersebut. Kalau penawaran tidak berubah ini akan mengakibatkan kenaikan harga dan kenaikan jumlah yang terjual/terbeli. Sebaliknya akan terjadi bila ada penurunan permintaan yaitu pergeseran kurva permintaan ke kiri, seperti pada gambar 2.1 (Sumber :Boediono, 2000).

Gambar 2.1 Pergeseran Kurva Permintaan

Penurunan penawaran ditunjukan oleh pergeseran ke kiri dari kurva penawaran dan ini biasanya mengakibatkan kenaikan harga pasar dan penurunan volume transaksi. Sebaliknya adanya kenaikan penawaran (yang ditunjukan oleh pergeseran ke kanan dari kurva penawaran) akan mengakibatkan penurunan harga

(24)

pasar dan kenaikan volume transaksi seperti terlihat pada gambar 2.2 (Sumber:

Boediono, 2000).

Gambar 2.2 Pergeseran Kurva Penawaran

2.1.2 Kebijaksanaan Harga Beras

Kebijaksanaan harga merupakan instrumen pokok kebijaksanaan pangan yang sasarannya adalah:

1. Melindungi produsen dari kemerosotan harga pasar yang biasanya terjadi pada musim panen.

2. Melindungi konsumen dari kenaikan harga yang melebihi daya beli khususnya pada musim paceklik, serta

3. Mengendalikan inflasi melalui stabilisasi harga.

0 Q

S'

S

D P

0 Q

S

S' D

(25)

Kebijaksanaan harga mempunyai dua sisi yang menunjang bidang produksi dan sisi lain yang menyangkut bidang distribusi dan konsumsi. Kebijaksanaan harga gabah/beras di Indonesia pertama kali diajukan secara komprehensip dan operasional oleh Mears dan Afif (1969). Falsafah dasar kebijaksanaan tersebut berisikan beberapa komponen sebagai berikut:

1. Menjaga harga dasar yang cukup tinggi untuk merangsang produksi.

2. Perlindungan harga beras tertinggi yang menjamin harga yang wajar bagi konsumen.

3. Perbedaan yang layak antara harga dasar dengan harga batas tertinggi untuk memberikan keuntungan yang wajar bagi swasta untuk penyimpanan.

4. Menjaga hubungan harga yang wajar antar daerah maupun terhadap harga internasional.

Untuk melindungi konsumen, pemerintah (BULOG) menetapkan harga eceran tertinggi lokal dan untuk melindungi produsen, BULOG menetapkan harga dasar gabah terendah. Untuk memenuhi permintaan pada suatu saat dan pada suatu tempat, BULOG melakukan penyebaran persediaan di seluruh Indonesia. Orientasi BULOG dalam distribusi pangan adalah harga, sesuai dengan tugas pokok BULOG untuk menstabilkan harga. Penanganan persediaan pangan oleh BULOG mempunyai tiga tujuan yaitu menjaga variasi harga antar tahun, antar musim dan antar tempat.

(26)

batas tertinggi ditetapkan berdasarkan harga dasar ditambah dengan biaya-biaya pemasaran seperti biaya pengolahan, biaya penyimpanan dan biaya angkutan, ditambah lagi dengan keuntungan yang wajar bagi pedagang.

Berbeda dengan harga dasar gabah, yang ditetapkan sama untuk semua daerah, harga batas tertinggi beras ditetapkan berbeda antar daerah surplus, swasembada dan defisit beras. Perbedaan harga batas tertinggi ini dimaksudkan agar dapat merangsang aktivitas perdagangan beras antar daerah yang dilakukan oleh pihak swasta. Disamping itu pemerintah juga menerapkan harga khusus, untuk kelompok sasaran yang selektif pada waktu dan tempat tertentu. Kebijaksanaan ini diterapkan untuk mengatasi kemungkinan timbulnya kekurangan pangan penduduk. Hal ini dilakukan karena pemerintah menyadari sepenuhnya kekurangan pangan temporer maupun kekurangan pangan kronis dapat saja timbul pada waktu dan tempat tertentu.

Perbedaan harga pembelian antar daerah juga diterapkan pula terhadap harga pembelian pemerintah sejak beberapa tahun terakhir ini, walaupun hingga kini masih dikenal dengan satu patokan harga dasar. Tujuan memberikan insentif harga yang lebih tinggi di daerah tertentu di luar Jawa dimaksudkan agar petani di daerah-daerah terpencil memperoleh pendapatan yang lebih tinggi serta mendorong kenaikan produksi disamping menambah cadangan pangan setempat. Perbedaan harga tersebut akan memperlebar perbedaan harga antar daerah, defisit dengan surplus ke daerah defisit yang dilakukan oleh pihak swasta (Amang dan Silitonga, 1989).

(27)

mungkin saja disebabkan masih kurangnya akurasi estimasi pemerintah dalam menentukan atau memperkirakan hal-hal yang berkaitan dengan penerapan harga dasar tersebut. Masalah lainnya adalah dengan kondisi perekonomian global saat ini yang mendorong adanya kompetisi, harga beras di pasar dunia cenderung menurun dan lebih murah dari harga beras dalam negeri. Hal ini yang menyebabkan harga gabah di tingkat petani pada saat panen tertekan. Walaupun telah ada kebijakan tarif impor beras, ternyata hal ini tidak mengurangi masuknya arus impor. Jelas kondisi yang tidak menguntungkan petani tersebut merupakan kenyataan yang terus berulang setiap tahunnya. Belum lagi permintaan beras melalui program “raskin” yang di beberapa daerah mendorong perubahan pola konsumsi pangan pokok yang semua non-beras, turut pula menyebabkan makin bertambahnya permintaan beras secara nasional. Disinilah pemerintah dituntut untuk lebih bekerja secara ekstra guna memecahkan permasalahan yang kian rumit.

2.1.3 Pengendalian Harga Beras Oleh BULOG

(28)

harga pangan pokok seperti beras kepada mekanisme pasar saja akan menimbulkan masalah. Hal ini karena mekanisme pasar sering tidak mampu menjamin stabilitas harga pangan, terutama untuk daerah-daerah terpencil yang sulit transportasinya. Tidak berlangsungnya mekanisme pasar dengan baik dapat disebabkan karena tidak adanya insentif ekonomi yang cukup bagi swasta untuk melakukan aktivitas perdagangan antar tempat atau tidak cukup tersedianya sarana dan prasarana ekonomi yang memadai. Dengan orientasi mencapai keuntungan bagi modal yang digunakan, maka opportunity cost perdagangan pangan ke daerah terpencil yang daya beli penduduknya rendah sangat sulit transportasinyaadalah sangat tinggi.

Kelemahan dalam mekanisme pasar ini perlu diambil alih oleh pemerintah agar

distorsi yang terjadi tidak merugikan masyarakat. Namun peran pemerintah juga

tidaklah sempurna. Sebab itu, masalahnya bukanlah pilihan secara kaku antara peranan pemerintah dengan mekanisme pasar , tetapi yang lebih penting adalah selalu memperbaiki atau memodernisasi peran pemerintah dengan cara menugaskan birokrasi untuk melaksanakan kegiatan yang tidak dapat atau sulit dilakukan oleh mekanisme pasar.

(29)

Dalam menentukan suatu tingkat harga berbagai faktor perlu mendapat perhatian. Timmer, (1986) menyebutkan ada 7 aspek yang perlu dipertimbangkan dalam kebijaksanaan menetapkan suatu harga yang tepat, yaitu:

• Bagaimana implementasi harga tersebut dan apa pengaruhnya terhadap pasar

domestik seperti dampaknya terhadap imbangan antara peran swasta dan pemerintah;

• Karakteristik pasar internasional komoditi yang bersangkutan; • Pengaruh harga tersebut terhadap konsumen dan produsen;

• Pengaruh jangka pendek penetapan suatu harga terhadap kebijaksanaan fiskal

dan moneter;

• Pengaruh harga komoditi yang ditetapkan terhadap makro seperti nilai tukar

mata uang asing;

• Pengaruh harga komoditi tersebut terhadap pasar komoditi lain, pasar input,

sektor pertanian atau sektor ekonomi secara keseluruhan;

• Efek dinamis yang ditimbulkan oleh penetapan suatu harga terhadap makro

(30)

tingkat harga yang tepat. Namun demikian, pertimbangan yang bersifat ekonomi perlu mendapat porsi yang semakin besar sejalan dengan perbaikan struktur industri dan pasar komoditi tersebut.

2.2Stok

Salah satu masalah yang ada dalam sistem pangan nasional adalah kecenderungan turunnya elastisitas harga terhadap penawaran dan permintaan pangan. Ini mengindikasikan bahwa potensi fluktuasi harga pangan cukup besar apabila terjadi ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan, meskipun kecil. Apabila penawaran melebihi kebutuhan, fluktuasi harga akan menyebabkan tekanan yang besar terhadap produsen. Sebaliknya bila penawaran lebih rendah dari kebutuhan, maka konsumen yang tertekan.

(31)

Ketiga tingkatan stok di atas merupakan hal yang saling menunjang ketahanan pangan nasional. Dengan demikian, apabila titik berat ketahanan pangan tidak seimbang dan banyak menggantungkan pada institusi pemerintah, maka hal tersebut akan sangat mahal. Apabila keadaan tersebut terjadi, pertanyaan yang timbul mampukah pemerintah membiayai.

2.2.1 Kebijaksanaan Persediaan/Stok

(32)

Gambar 2.3 Kerangka Kebijaksanaan Harga

Pengadaan gabah dan beras dalam negeri serta penyaluran beras ke pasaran umum tidak dilakukan secara langsung oleh BULOG, akan tetapi melalui pihak ketiga. Dengan demikian tidak mematikan usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak swasta. Pengadaan gabah dan beras dalam negeri dilakukan melalui Koperasi Unit Desa (KUD) serta pedagang dan penggilingan swasta (non KUD). Jadi BULOG sebagai

Harga Batas Tertinggi Daerah Defisit (Beras)

Harga Batas Tertinggi Daerah Surplus (Beras)

Harga Dasar (Beras)

Harga Dasar (Gabah)

Waktu Biaya Transportasi

Biaya Giling H

A R G

(33)

jaminan pasarnya. Sedangkan penyalur swasta dan koperasi-koperasi. BULOG akan ikut melakukan pengadaan dan penyaluran melalui satuan tugas khusus, jika para pihak swasta tidak mampu untuk mengamankan harga.

Gambar 2.4 Pengontrolan Harga Dasar Pada Waktu Panen

Mekanisme harga dan pengendalian persediaan dalam rangka pengoperasian stabilisasi harga, khususnya beras dipasarkan sebagai berikut. Pada waktu panen padi, penawaran beras di pasaran umum berlimpah, sehingga harga beras sangat rendah. Gambar 2.4 (sumber: Amang, 1994) Menunjukan bahwa tingkat harga keseimbangan adalah OP, yang lebih rendah dibanding dengan harga dasar OF. Agar harga beras berada pada harga dasar OF, maka dilakukan pembelian beras untuk menampung kelebihan penawaran beras sebesar (OX2-OX1). Dengan pembelian ini

(34)

berarti menggeser kurva permintaan dari D1 ke D2 dan harga keseimbangan yang baru pada tingkat OF.

Gambar 2.5 Pengontrolan Harga Maksimum Pada Waktu Paceklik

Sedangkan pada waktu paceklik, harga keseimbangan beras berada pada tingkat OK seperti pada gambar 2.5 (sumber: Amang, 1994) tingkat keseimbangan melebihi harga batas tertinggi yang telah ditentukan, OC. Oleh karena jumlah yang ditawarkan kurang dari jumlah yang diminta, sehingga harga keseimbangan menjadi lebih tinggi. Untuk itu perlu dilakukan penyaluran beras ke pasaran umum, guna menambah penawaran, agar harga beras menurun. Jumlah penyaluran beras yang dilakukan adalah sebesar (OX2-OX1) dan kurva penawaran akan bergeser dari S1 ke S2. Tingkat harga keseimbangan yang baru berada pada harga batas tertinggi, OC. Dengan kedua gambar tersebut diharapkan harga beras di pasaran umum berada di dalam selang antara harga dasar dengan harga batas tertinggi.

Harga

K

C

0

X1 X2 kuantitas

D S1

(35)

Pada tahun 1985, BULOG mengkategorikan persediaan beras kedalam tiga bagian, yaitu :

1. Operasional stok, yaitu stok untuk kebutuhan operasional BULOG yang jumlahnya sekitar 1,5 juta ton,

2. Iron stok, yaitu stok yang harus ada untuk mengantisipasi kegagalan panen yang jumlahnya diperkirakan sebanyak 1 juta ton, dan

3. Surplus stok, yang merupakan kelebihan stok setelah dikurangi untuk kebutuhan dua pengertian stok di atas (Falcon et. al, 1985).

Biaya pengelolaannya maupun beban bunganya dari persediaan di atas operasional stok dibebankan pada pemerintah cq. Departemen Keuangan.

2.3 Impor

2.3.1 Impor Beras

Secara umum dapat dikatakan bahwa ketahanan pangan mencakup kemampuan untuk menyediakan pangan dalam ragam, kualitas dan jumlah yang cukup pertahun. Sementara itu petani menghadapi tingginya biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga masukan (input), tenaga kerja, suku bunga dan sewa lahan. Proteksi kepada konsumen dilakukan untuk menghindari gejolak harga yang tinggi pada saat-saat paceklik khususnya bagi konsumen yang berdaya beli lemah.

(36)

pasar dunia. Hal tersebut dimungkinkan karena pemerintah melakukan kebijakan proteksi beras di pasar domestik melalui pemberian hak monopoli impor beras kepada BULOG. Dengan demikian volume dan jadwal impor diatur sesuai dengan situasi produksi dan permintaan dalam negeri. kebijakan ini mengurangi efek langsung pasar beras dunia ke dalam pasar beras domestik.

Sejalan dengan era pelepasan pemasaran pangan melalui pasar bebas, komoditas beras juga terkena, yaitu diserahkannya perdagangan beras kepasar bebas. Monopoli impor yang dilakukan oleh BULOG dicabut dan diganti dengan memberikan kebebasan kepada sektor swasta untuk mengimpor langsung dengan sistem tarif. Kebijakan tersebut tentu akan membawa pengaruh terhadap sistem perberasan nasional baik kepada petani, konsumen, padagang, anggaran pamerintah maupun prosedur administrasi dan manajemannya.

(37)

Apabila sistem tarif ditetapkan, pembebasan bea masuk (BM 0%) beras impor seperti yang telah berlaku pada tahun 1998 secara langsung akan merugikan petani yang sementara panen, mengingat harga beras impor relatif lebih murah dari harga beras domestik . Oleh karena itu tingkat tarif perlu dihitung secara cermat dan fleksibel dengan memperhatikan beberapa faktor seperti; fluktuasi nilai tukar rupiah, fluktuasi harga di pasar domestik sebagai akibat kenaikan biaya produksi dan perubahan harag dasar, serta akibat pola panen antar musim, dan fluktuasi harga di pasar internasional.

Adanya fluktuasi tersebut menyebabkan besarnya tingkat tarif tidak mudah ditetapkan. Apabila digunakan acuan komitmen tarif di WTO (World Trade

Organization) maka tingginya tarif yang ekuivalen dengan tingkat proteksi (monopoli

impor) selama ini adalah 18%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FE-UI). Dimana margin perdagangan beras (dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen ditingkat perkotaan) adalah 18%. (Amrullah,2003).

2.3.2 Pengaruh Impor Beras Terhadap Harga Beras Domestik

(38)

merupakan transfer harga dari pasar internasional ke pasar domestik. Transfer harga tersebut sebenarnya terjadi, baik pada saat pasar beras dalam negeri masih diintervensi oleh pemerintah maupun setelah adanya deregulasi.

Pada komoditas bahan makanan pokok, pemerintah akan tetap melakukan pengendalian, meskipun menderita kerugian, agar masyarakat tidak menjadi objek pencari keuntungan. Oleh karena kebijakan pemerintah dalam melindungi harga pangan dalam negeri untuk kepentingan produsen dan konsumen dengan memberlakukan tarif dan bea masuk impor maupun melalui kebijakan stabilitas harga pangan mengakibatkan naiknya harga beras impor yang masuk ke pasar domestik.

2.4 Produksi

Produksi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan barang dan jasa. Dimana dalam produksi manusia menggunakan benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang disebut dengan faktor-faktor produksi yang adakalanya dinyatakan dengan istilah lain, yaitu sumber daya.

Ditinjau dari segi ekonomis, pengertian produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh hasil kualitas dan kuantitas yang baik sehingga dapat diperdagangkan. Menurut Joesron

dan Suharti (2003), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas

(39)

Prinsip ekonomi dari kegiatan produksi tergantung dari bagaimana seorang produsen baik pengusaha maupun petani mengalokasikan sarana produksi atau input yang dimiliki seefisien mungkin untuk memaksimumkan keuntungan (profit

maximization). Disisi lain, bagaimana pengusaha/petani tetap mencoba

meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala terbatasnya biaya usaha tani sehingga harus menekan biaya produksi seminimal mungkin (cost minimization).

2.4.1 Fungsi Produksi

Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara faktor produksi (input) dengan hasil produksi (output). Faktor poduksi merupakan hal yang mutlak dalam proses produksi karena tanpa faktor produksi kegiatan produksi tidak dapat berjalan.

Secara umum fungsi produksi menunjukan bahwa jumlah barang produksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Jadi hasil produksi merupakan variabel tidak bebas, sedangkan faktor produksi merupakan variabel bebas.

Fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut: Q = (K, L, R, T)

Dimana:

Q = Output

(40)

R = Resources/sumber daya T = Teknologi

Dari persamaan di atas pada dasarnya berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi sesuatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda tentunya memerlukan faktor produksi yang berbeda-beda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah produksi yang tidak sama akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap, biasanya adalah faktor produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah tenaga kerja.

2.4.2 Teori Produksi Dengan Satu Faktor Berubah

(41)

Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3 Q

Q3

Q2

Q1

L1 L2 L3 L4

0

TP

L A

MPL

(42)

Gambar di atas merupakan cara lain untuk menggambarkan fungsi produksi yang menggunakan kombinasi faktor produksi tidak sebanding, dimana modal dan teknologi dianggap tetap. Sumbu vertikal menunjukan jumlah produksi yang dihasilkan (output), sumbu horizontal menunjukan jumlah input tenaga kerja, TP merupakan total produksi, L merupakan tenaga kerja, MPL menunjukan produksi

batas (marginal product tenaga kerja), dan APL menunjukan rata-rata tenaga kerja (average product)

Berdasarkan gambar diatas dapat dibagi kedalam tiga tahap, yaitu:

a. Tahap I menunjukan penggunan tenaga kerja yang masih sedikit, dan apabila diperbanyak tenaga kerjanya hingga menjadi L2 maka total produksi akan

meningkat dari Q1 menjadi Q2. produksi rata-rata dan produksi marginal juga

turut meningkat. Produsen yang rasional jelas akan memilih memperbanyak mempergunakan tenaga kerja.

(43)

c. Tahap III merupakan penambahan tenaga kerja yang akan menyebakan turunnya total produksi. Jadi penggunaan tenaga kerja sudah terlalu banyak hingga produksi rata-rata menurun dan produksi marginal menjadi negatif. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain kecuali mengurangi penggunaan tenaga kerja.

2.4.3 Teori Produksi Dengan Dua Faktor Berubah

Dalam jangka panjang perusahaan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk pemakaian input yang tadinya tidak dapat diubah. Jadi suatu fungsi produksi dikatakan sebagai jangka pendek atau jangka panjang adalah tergantung dari apakah inputnya dapat diubah menjadi variabel. Jika semua input dapat diubah maka dinamakan fungsi produksi jangka, tetapi jika ada satu input tetap, dinamakan fungsi produksi jangka pendek.

Kurva yang menunjukan kombinasi pemakaian input yang berbeda tetapi dapat menghasilkan jumlah output yang sama disebut isoquant.

Fungsi produksi jangka panjang dapat dituliskan sebagai berikut: Q = f (K,L)

Dimana:

Q = Output (fungsi dari perubahan L dan pemakaian K tetap) L = Tenaga kerja (input variabel)

(44)

Isoquant cembung terhadap titik asal (convex to origin) sehingga slope antara

satu titik ke titik lain adalah sama. Slope isoquant dikenal sebagai Marginal Rate

Technical Substitution (MRTS) yang menunjukan secara teknis berapa K dan L dapat

saling diubah untuk menghasilkan output yang sama.

∆K1>∆K2>∆K3

Gambar 2.7 isoquant produksi

K

AK1

AK2

AK3

∆1 ∆1 ∆1 L

C B

A

D

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah berfokus pada analisis peranan BULOG terhadap harga beras di kota Medan, dimana harga beras yang dimaksud berupa harga beras IR 64 atau setara dengan beras medium dan variabelnya terdiri dari stok beras oleh BULOG, impor beras yang dilakukan BULOG dan produksi beras di kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dengan data berkala ( time

series ) dalam kurun waktu tahun 2003 sampai tahun 2006 (bulanan, 48 observasi)

yang bersumber dari instansi terkait yaitu Perum Bulog Divre Sumatera Utara dan juga Badan Pusat Statistik ( BPS ) Sumatera Utara.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

(46)

pengumpulan data yang dipergunakan adalah melakukan pencatatan langsung berupa data time series yaitu dari tahun 2003 tahun 2006 (bulanan, 48 observasi).

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.5 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrik. Teknik analisis yang digunakan adalah model kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda.

Model persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2, X3, LY(t-1))………..……(1)

Dengan spesifikasi model sebagai berikut :

LogY = α + β1LogX1 + β2LogX2 + β3LogX3 + β4 LogY(t-1) +µ...(2)

Dimana:

Log Y = harga beras di kota Medan (rupiah)

α = Intercept / Konstanta

β1, β2, β3,β4 = Koefisien Regresi

(47)

Log X2 = impor beras (kg)

Log X3 = produksi beras (kg)

LogY(t-1) = harga beras pada bulan sebelumnya (rupiah)

µ = Term of Error (kesalahan pengganggu) Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

1

LX LY

∂∂ < 0 Artinya jika Log X1 (stok beras) meningkat maka Log Y (harga beras

di kota Medan) akan mengalami penurunan, ceteris paribus.

2

LX LY

∂∂ >0 Artinya jika Log X2 (import beras) meningkat maka Log Y (harga

beras di kota Medan) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.

3

LX LY

∂∂ < 0 Artinya jika Log X3 (produksi beras) meningkat maka Log Y (harga

beras di kota Medan) akan mengalami penurunan, ceteris paribus.

1 −

∂∂LYt LY

>0 Artinya jika Log Y(t-1) (harga beras bulan sebelumnya) meningkat

(48)

3.6 Test of Goodness of Fit ( Uji Kesesuaian ) 3.6.1 Koefisien Determinasi ( R–Square )

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 digunakan antara 0 sampai 1 (0<R2<1).

3.6.2 Uji t–statistik

Uji t–statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : bi = b

Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila

nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini

(49)

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

t-hitung =

Sbi b

bi )

( −

Dimana :

bi = Koefisien variabel independen ke-i b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria Pengambilan Keputusan :

H0 : β = 0 H0 diterima (t*<ttabel) artinya variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : β≠ 0 Ha diterima (t*>ttabel) artinya variabel independen secara parsial

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

H0 diterima

Ha diterima Ha diterima

0

(50)

3.6.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut : H0 : bi = b2 = bk ……….. bk = 0 ( tidak ada pengaruh )

Ha : b2 = 0 ………... i = 1 ( ada pengaruh )

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F-hitung = k = Jumlah variabel independen n = Jumlah sample

Kriteria Pengambilan Keputusan : H0: β1 = β2 = β3 = 0

Ho diterima (F*<Ftabel), artinya variabel independen secara bersama-sama tidak

(51)

Ha: β1 ≠ β2≠ β3≠ 0

Ha Diterima (F*>Ftabel), artinya variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

H0 diterima

Ha diterima

Gambar 3.2 Kurva Uji F statistik

3.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linear) diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari R-Square, F-hitung, t-hitung serta standard error.

Adanya multikolinearity dapat ditandai dengan : • Standar error tidak terhingga

• R2 sangat tinggi akan tetapi t-statistik berubah tanda dan tidak signifikan • Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan

(52)

b. Uji Autokorelasi

Karena model menggunakan time lag (Yt-1), maka pada pengujian

autokorelasi digunakan h-statistik. Durbin (1970) mengemukakan h-statistik sebagai berikut:

Var (β2^) = varian koefisien regresi untuk lagged dependent variable. Dari hal diatas dapat disimpulkan:

Jika h > 1,96, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat

first-order autocorrelation yang positif ditolak.

Jika h < 1,96, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat

first-order autocorrelation yang negatif ditolak.

(53)

3.7 Definisi Variabel Operasional

1. Harga beras adalah harga beras medium setara IR-64 yang berlaku di kota Medan (dinyatakan dalam rupiah).

2. Stok beras adalah sejumlah beras yang disediakan BULOG untuk mengantisipasi berbagai macam keadaan yang terjadi di kota Medan (dinyatakan dalam kg).

3. Impor beras adalah masuknya beras dari luar negeri ke BULOG di kota Medan (dinyatakan dalam kg).

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Singkat BULOG 4.1.1 Sejarah BULOG

Jika dit elusuri, sej arah Bulog t idak dapat t er lepas dari sej arah lem baga pangan di I ndonesia sej ak zam an sebelum kem erdekaan sam pai pem erint ahan sekarang ini. Secara

um um t ugas lem baga pangan t ersebut adalah unt uk m enyediakan pangan bagi m asyarakat

pada harga yang t erj angkau diseluruh daerah sert a m engendalikan harga pangan di t ingkat

produsen dan konsum en. I nst rum en unt uk m encapai t uj uan t ersebut dapat ber ubah sesuai

dengan kondisi yang berkem bang.

Lem baga pangan yang sekarang sebagai BULOG, sebelum nya banyak m engalam i

perubahan nam a m aupun fungsi. Secara ringkas, perkem bangannya sebagai dapat dilihat

berikut :

• Tahun 1939 didirikan Voeding Middelen Fonds ( VMF) yang tugasnya membeli,

menjual dan mengadakan persediaan bahan makanan.

• Tahun 1942-1945 (zaman pendudukan Jepang) VMF dibekukan dan diganti

dengan "Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha".

• Tahun 1945-1950, terdapat 2 organisasi, yaitu: Di Daerah RI: Didirikan

(55)

diduduki Belanda: VMF dihidupkan kembali dengan tugas seperti yang telah dijalankan di tahun 1939.

• Tahun 1950 dibentuk Yayasan Bahan Makanan (BAMA) (1950-1952) yang

tugasnya yaitu membeli, menjual dan mengadakan persediaan pangan. • Tahun 1952 fungsi dari Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM)

(1952-1958) ini lebih banyak berhubungan dengan masalah distribusi/pemerataan pangan. Dalam periode ini mulailah dilaksanakan kebijaksanaan dan usaha stabilisasi harga beras melalui injeksi di pasaran.

• Tahun 1958 selain YUBM yang ditugaskan untuk impor didirikan pula YBPP

(Yayasan Badan Pembelian Padi) (1958-1964) yang dibentuk di daerah-daerah dan bertugas untuk membeli padi. Dengan meningkatnya harga beras dan terjadinya tekanan-tekanan dari golongan penerima pendapatan tetap, maka pemerintah pada periode ini meninggalkan prinsip stabilisasi melalui mekanisme pasar dan beroientasi pada distribusi fisik.

• Tahun 1964 YUBM dan YBPP dilebur menjadi BPUP (Badan Pelaksana

Urusan Pangan) (1964-1966). Tugas badan ini mengurus persediaan bahan pangan di seluruh Indonesia.

• Tahun 1966 BPUP dilebur menjadi Kolognas (Komando Logistik Nasional)

(56)

untuk menanggulangi kekurangan stok waktu itu adalah mencari beras luar negeri.

• Tahun 1967 KOLOGNAS dibubarkan, diganti dengan BULOG (Badan

Urusan Logistik) (1967-1969) yang dibentuk dengan KEPPRES No. 114/KEP, 1967. Berdasarkan KEPPRES RI No. 272/1967, BULOG dinyatakan sebagai "Single Purchasing Agency" dan Bank Indonesia ditunjuk sebagai Single Financing Agency (Inpres No. 1/1968).

• Pada tanggal 22 Januari 1969 (Reorganisasi BULOG) berdasarkan KEPPRES

11/1969, struktur organisasi BULOG diubah. Tugas BULOG yaitu membantu Pemerintah untuk menstabilkan harga pangan khususnya 9 bahan pokok. Tahun 1969 mulailah dibangun beberapa konsep dasar kebijaksanaan pangan yang erat kaitannya dengan pola pembangunan ekonomi nasional antara lain : konsep floor dan ceiling price; konsep bufferstock; dan Sistem serta tatacara pengadaan, pengangkutan, penyimpanan dan penyaluran.

(57)

Keppres No. 166/2000 dimana tugas pokoknya melaksanakan tugas pemerintah bidang manajemen logistik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kemudian ditetapkan Keppres No. 103/2001 tanggal 13 September 2001 mengatur kembali tugas dan fungsi BULOG. Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan kedudukan sebagai lembaga pemerintah non departemen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Sesuai dengan ketentuan dalam Keppres Np. 103/2001 bahwa BULOG diharapkan paling lambat 31 Mei 2003 harus telah berubah status menjadi suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka persiapan-persiapan kearah itu telah dilakukan oleh suatu Tim dengan menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pembentukan Perusahaan Umum Logistik Pangan Nasional.

(58)

kegiatan ekonomi dibidang pangan secara berkelanjutan, serta memberikan manfaat kepada perekonomian nasional.

4.1.2 Tugas Perum BULOG

Perum BULOG mempunyai tugas menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, dan dalam hal tertentu menyelenggarakan tugas-tugas tertentu yang diberikan pemerintah dalam pengamanan harga pangan pokok, pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok kepada golongan masyarakat tertentu, khususnya pangan pokok beras dan pangan pokok lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam rangka ketahanan pangan.

4.1.3 Fungsi Perum BULOG

Dalam menyelenggarakan tugasnya, Perum BULOG mempunyai fungsi sebagai berikut:

• Penyelenggaraan kegiatan di bidang operasi;

Penyelenggaraan kegitan di bidang pengembangan dan information

technology (IT);

• Penyelenggaraan di bidang keuangan;

(59)

• Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur di lingkungan Perum

BULOG;

• Pengelolaan kesekretariatan perusahaan;

• Pengelolaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia; • Pelaksanaan penelitian dan pengembangan.

4.1.4 Visi dan Misi Perum BULOG

Visi dari Perum BULOG yaitu “menjadi lembaga pangan yang handal untuk memantapkan ketahanan pangan”. Perum BULOG mempunyai peran yang cukup peting dalam upaya untuk mewujudkan dan menetapkan ketahanan pangan, baik dalam skala rumah tangga maupun nasional.

Adapun misi Perum BULOG yaitu:

• Menyelenggarakan tugas pelayanan publik untuk menunjang keberhasilan

pelaksanaan kebijakan pangan nasional;

• Menyelenggarakan kegiatan ekonomi di bidang pangan secara berkelanjutan

yang memberikan manfaat kepada perekonomian nasional;

• Menyelenggarakan kegiatan ekonomi dibidang pangan dan usaha lain secara

(60)

• Menjalankan usaha dalam bidang produksi, pemasaran dan jasa dibidang

komoditi pangan guna mendukung program pengembangan hasil pertanian

khususnya pangan dan bidang lainnya dengan upaya memaksimalkan

produktivitas, efisiensi dan kemampuan menghasilkan laba.

4.2Perkembangan Harga Beras Di Kota Medan

(61)

Tabel 4.1 Harga beras medium di Kota Medan (Rupiah/kg)

BULAN

TAHUN

2003 2004 2005 2006

Januari 3018.08 3032.05 3331.09 3964.58

Februari 3018.08 2974.53 3400.18 4566.85

Maret 3018.08 2972.19 3400.18 4525.35

April 3032.13 2972.19 3400.18 4515.52

Mei 3121.72 2972.19 3619.46 4553.63

Juni 3034.1 2972.19 3619.46 4618.72

Juli 3019.03 2972.19 3619.46 4761.9

Agustus 3019.03 2981.54 3619.46 4681.57

September 2958.76 2981.54 3617.12 4582.96

Oktober 2958.76 2981.54 3617.12 4582.96

November 2958.76 2981.54 3722.29 4600

Desember 2958.76 2981.54 3859.12 4786.15

Sumber : BULOG Divre SUMUT

(62)

Salah satu keputusan penting yang diambil oleh pemerintah adalah Perum BULOG diperintahkan dan dipercaya untuk melaksanakan “operasi stabilisasi harga beras” dengan tujuan untuk menekan laju kenaikan harga beras agar tidak menambah kenaikan angka inflasi. Untuk mendukung kegiatan tersebut BULOG diberikan kebebasan untuk menyediakan stok beras baik dari dalam negeri maupun impor, dan melakukan operasi stabilisasi harga setiap saat yang diperlukan. (Warta Intra

BULOG, 2007).

a. Stok

Seperti diketahui salah satu tugas BULOG adalah sebagai pengamanan harga pangan pokok yakni beras. Maka disini BULOG berusaha bagaimana agar harga beras dapat dikatakan berada di posisi aman atau dengan kata lain stabil. Langkah yang diambil BULOG untuk hal tersebut adalah menyediakan stok yang berfungsi sebagai buffer pengadaan beras supaya stok beras tetap stabil yang pada gilirannya bertujuan untuk menstabilkan harga beras dalam kondisi ceteris paribus.

(63)
(64)

Tabel 4.2 Stok BULOG Kota Medan (Dalam kg)

BULAN

TAHUN

2003 2004 2005 2006

Januari 34876846.94 18281148.19 12283464.74 38896052.93 Februari 48811819.94 12246230.19 15835529.74 34684393.43 Maret 48113597.03 21702576.19 16536354.15 33084858.43 April 46319283.69 31683666.49 10102194.15 27397451.43

Mei 41143749.11 39110388.55 14308855.32 23233541.43

Juni 45560653.83 37702404.14 28216035.22 22857117.79 Juli 39929961.94 30750072.62 23986156.66 30760372.97 Agustus 32591233.54 27344623.16 35574187.8 30064151.47 September 28045653.86 33489687.74 26530159.58 20545084.47 Oktober 28366770.68 28979337.74 17212150.58 28822008.47 November 26057559.19 27321321.74 24314438.89 29619724.47 Desember 24876422.19 28205408.74 24113700.93 26452394.47 Sumber : BULOG Divre SUMUT

b. Impor

(65)

mengimpor pada bulan-bulan tertentu saja yakni pada bulan Maret sebesar 18.755 ton dan pada bulan april hanya merupakan sisa impor dari bulan Maret yang belum tersalurkan, kemudian BULOG mengimpor pada bulan Juni dan November sebesar 13.144 ton dan 8.371 ton.

(66)

Tabel 4.3 Impor beras BULOG di Kota Medan (Dalam kg)

BULAN

TAHUN

2003 2004 2005 2006

Januari 0 0 0 8819205.2

Februari 0 0 0 13174984.3

Maret 18754533.09 0 0 0

April 712.16 0 0 0

Mei 0 0 0 0

Juni 13143647.28 0 0 0

Juli 0 0 0 0

Agustus 0 0 0 0

September 0 0 0 0

Oktober 0 0 0 0

November 8371365.08 0 9815832.92 14740039

Desember 0 0 4250323.12 12869613

(67)

c. Produksi

Tabel 4.4 Produksi beras di Kota Medan (Dalam kg)

BULAN

TAHUN

2003 2004 2005 2006

Januari 2523000 498000 3183000 3658000

Februari 11754000 9200000 5244000 3185000

Maret 2111000 151000 4582000 3800000

April 123000 231000 96000 545000

Mei 99000 100000 0 0

Juni 99000 0 0 191000

Juli 171000 913000 11000 207000

Agustus 3517000 2768000 732000 2371000

September 5213000 4782000 4615000 5653000

Oktober 667000 306000 2499000 332000

November 64000 227000 2499000 395000

Desember 0 1243000 1394000 1506000

(68)

Untuk memperjelas dalam melihat perkembangannya maka penulis membuat data pertahun.

Tabel 4.5 Produksi beras tahunan di Kota Medan (Dalam kg)

TAHUN

Produksi Beras Kota Medan (Kg)

2003 22849000

2004 12580000

2005 17999000

2006 21960000

Sumber : Medan Dalam Angka 2003-2007, BPS

Tanah pertanian yang tersedia dalam kota Medan, cenderung berkurang setiap tahun karena digunakan untuk keperluan perindustrian, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan sebagainya. Keadaan pertanian kota Medan saat ini lebih kurang tinggal 3.000 Ha. Selama ini pembangunan pertanian dihadapkan kepada persoalan krusial, yakni kaum muda cenderung enggan bekerja di sektor pertanian karena dianggap tak menjanjikan masa depan. kondisi ini mengakibatkan tenaga kerja di sektor pertanian didominasi oleh mereka yang berusia tua yang tidak lagi memiliki kreasi tinggi dalam mengembangkan pertanian.

(69)

yang signifikan yakni sebesar 10.269.000 kg (44,9%). Produksi beras tahun 2004 sebesar 12.580.000 kg. tahun 2005 produksi naik sebesar 30% menjadi 17.999.000 kg kemudian di tahun 2006 produksi naik sebesar 18% menjadi 21.960.000 kg, namun kenaikan tersebut dapat dikatakan fiktif untuk memenuhi permintaan penduduk kota Medan, karena produksi tahun 2003 lebih besar dari produksi tahun 2006. Disisi lain perkembangan penduduk kota Medan mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2003 jumlah penduduk kota Medan sebesar 1.979.340 jiwa (lihat tabel 4.6), kemudian pada tahun 2006 naik sekitar 4,6%. Sementara produksi dari tahun 2003 sampai 2006 turun sekitar 3,8%. Jika dikaji hal tersebut memanglah sangat ironis.

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Kota Medan (jiwa)

TAHUN

Jumlah Penduduk Kota Medan

2000 1905587

2001 1933746

2002 1972248

2003 1979340

2004 2010676

2005 2036185

2006 2067288

(70)

4.3 Analisis dan Pembahasan

Dalam bab ini penulis mencoba untuk membuat suatu analisis dan evaluasi yang merupakan hasil interpretasi dari data-data yang telah diperoleh. Untuk menganalisis data di atas, penulis menggunakan model analisis kuantitatif dengan menggunakan regresi linear berganda, yaitu :

LogY = α + β1LogX1 + β2LogX2 + β3LogX3 + β4 LogY(t-1)+µ

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program Eviews 4.1 yang dilakukan terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi harga beras medium di kota Medan (Log Y) dengan variabel bebas yang terdiri dari stok beras (Log X1), impor beras

(Log X2 ), produksi beras (Log X3), dan harga beras pada bulan sebelumnya (LogY

(t-1)) selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2006, dengan data perbulan. Diperoleh

nilai koefisien regresi sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi

No. Variabel Koefisien St-Error t-Statistic

1.

Harga Beras Pada Bulan Sebelumnya ( LogY(t-1) )

(71)

4.3.1 Interpretasi Model

Berdasarkan hasil regresi linear berganda dengan menggunakan program Eviews 4.1 diperoleh estimasi sebagai berikut :

Log Y =0.394246 - 0.023636 Log X1 + 0.001727 Log X2 - 0.000365 Log X3 + 1.002305 LY(t-1)

Dari hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen yaitu,Stok, Impor, Produksi Beras di Kota Medan adalah sebagai berikut :

a. Variabel Stok Beras (Log X1)

Berdasarkan hasil persamaan regresi diatas, maka stok beras (Log X1)

mempunyai pengaruh negatif terhadap harga beras di Medan (Log Y), dimana koefisien menunjukkan 0,023636. Artinya, apabila Stok Beras (Log X1) naik

sebesar 1% maka harga beras di kota Medan (Log Y) akan turun sebesar 23,3636 rupiah, ceteris paribus.

b. Variabel Impor Beras ( Log X2 )

Berdasarkan hasil persamaan regresi di atas, maka impor beras (Log X2)

mempunyai pengaruh positif terhadap harga beras di Medan (Log Y), dimana koefisien menunjukkan 0,001727. Artinya, apabila impor beras (Log X2) naik sebesar

1% maka harga beras di kota Medan (Log Y) akan naik sebesar 1,727 rupiah, ceteris

(72)

c. Variabel Produksi Beras (Log X3)

Berdasarkan hasil persamaan regresi diatas, maka impor beras (Log X3)

mempunyai pengaruh negatif terhadap harga beras di Medan (Log Y), dimana koefisien menunjukkan 0,000365. Artinya, apabila produksi Beras (Log X3 ) naik

sebesar 1% maka harga beras di kota Medan akan (Log Y) turun sebesar 0,365 rupiah, ceteris paribus.

d. Variabel Harga Beras Pada Bulan Sebelumnya (LogY(t-1) )

Berdasarkan hasil persamaan regresi di atas, maka harga beras pada bulan sebelumnya (Log Y(t-1) ) mempunyai pengaruh positif terhadap harga beras di Medan

(Log Y), dimana koefisien menunjukkan 1,002305. Artinya, apabila harga beras pada bulan sebelumnya (Log Y(t-1) ) naik sebesar 1% maka harga beras di kota Medan akan

naik sebesar 1.002,305 rupiah, ceteris paribus.

4.4.2 Uji Kesesuaian (Test Of Goodness of Fit) 4.4.2.1 Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Untuk mengetahui apakah variabel stok beras (Log X1), impor beras (Log X2),

produksi beras (Log X3) dan harga beras pada bulan sebelumnya (LogY(t-1))

(73)

a. Stok Beras (Log X1) Hipotesa :

H0: β1 = 0 Ha : β2≠ 0

df = n-k-1 = 48-4-1 = 43

Kriteria :

H0 diterima, jika -t-hitung > -t-tabel. Ha diterima, jika -t-hitung < -t-tabel.

α = 10%

½ α = 0,05

t0,05 ; 43 t-tabel = 1,68335

t-hitung = 1,921174

Berdasarkan data dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel (α) dimana nilainya 1,921174, dengan demikian Hipotesa Alternatif ( Ha ) diterima. Artinya, stok beras (Log X1) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga beras di Kota Medan

(74)

Gambar 4.1 Uji t-statistik Terhadap Stok Beras

b. Impor Beras ( X2 ) Hipotesa :

H0 : β1 = 0 Ha : β2 ≠ 0

df = n-k-1 = 48-4-1 = 43

Kriteria :

H0 diterima, jika t-hitung < t-tabel. Ha diterima, jika t-hitung > t-tabel.

α = 10%

½ α = 0,05

t0,05 ; 43 t-tabel = 1,68335

t-hitung = 2,441571

- 1,683 1,683

H0 diterima

(75)

Berdasarkan data dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel (α) dimana nilainya , 2,441571, dengan demikian Hipotesa Alternatif ( Ha ) diterima. Artinya, impor beras (Log X2) berpengaruh nyata terhadap harga beras di Medan (Log Y) pada tingkat

kepercayaan 90% ( α = 10% ).

Gambar 4.2 Uji t-statistik Terhadap Impor Beras

c. Produksi Beras ( X3 ) Hipotesa :

H0 : β1 = 0

Ha : β2≠ 0

df = n-k-1 = 48-4-1 = 43

Kriteria :

H0 diterima, jika -t-hitung > -t-tabel. Ha diterima, jika -t-hitung < -t-tabel.

α = 10%

½ α = 0,05

-1,683 1,683

H0 diterima

(76)

t0,05 ; 43t-tabel = 1,68335

t-hitung = 0,382540

Berdasarkan data dapat diketahui bahwa t-hitung < t-tabel (α) dimana nilainya , 0.382540 dengan demikian Hipotesa nol ( H0 ) diterima. Artinya, stok beras ( X1 )

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga beras di kota Medan ( Log Y) pada tingkat kepercayaan 90% ( α = 10% ).

Gambar 4.3 Uji t-statistik Terhadap Produksi Beras

d. Harga Beras Pada Bulan Sebelumnya ( Y(t-1) ) Hipotesa :

H0 : β1 = 0 Ha : β2 ≠ 0 df = n-k-1 = 48-4-1 = 43

Kriteria :

H0 diterima, jika t-hitung < t-tabel. Ha diterima, jika t-hitung > t-tabel.

-1,683 1,683

H0 diterima

Ha diterima Ha diterima

(77)

α = 1%

½ α = 0,005

t0,005; 43 t-tabel = 2,69895 t-hitung = 39,76255

Berdasarkan data dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel (α) dimana nilainya, 39,76255 dengan demikian Hipotesa Alternatif ( Ha ) diterima. Artinya, harga beras pada bulan sebelumnya (LogY(t-1)) berpengaruh nyata terhadap harga beras di kota

Medan pada tingkat kepercayaan 99% ( α = 1% ).

Gambar 4.4 Uji t-statistik Terhadap Harga Beras Pada Bulan Sebelumnya

4.3.2.2 Uji F-statistik (Uji Keseluruhan)

Untuk mengetahui secara serentak apakah variabel-variabel bebas ( independen) yaitu variabel stok beras (Log X1), impor beras (Log X2), produksi beras

(Log X3), dan harga beras pada bulan sebelumnya (Log Y(t-1)) mempengaruhi variabel

harga beras di kota Medan (Log Y), maka dapat diketahui melalui Uji f-statistik, yaitu :

-2,698 2,698

H0 diterima

(78)

1. Hipotesa : H0 : β1 = β2 = 0 Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0

2. Kriteria :

H0 diterima, jika F-hitung < F-tabel. Ha diterima, jika F-hitung > F-tabel.

α = 1%

V1 = k-1 = 4-1 = 3

V2 = n-k = 48-5 = 43

F-tabel ( 3;43 ) = 4,301 F-hitung = 424,17

Berdasarkan hasil persamaan regresi di atas, ternyata F-hitung > F-tabel, maka Hipotesa Alternatif ( Ha ) diterima. Artinya, stok beras (Log X1), impor beras (Log

X2), produksi beras, dan harga beras pada bulan sebelumnya (Log Y(t-1)) secara

Gambar

Gambar 2.1 Pergeseran Kurva Permintaan
Gambar 2.2 Pergeseran Kurva Penawaran
Gambar 2.3 Kerangka Kebijaksanaan Harga
Gambar 2.4 Pengontrolan Harga Dasar Pada Waktu Panen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Efisiensi Pemasaran Beras Melalui Bulog dan Non Bulog (Studi ICasus di Kabupaten Karawang).. Dalam hierarki kebutuhan manusia seperti yang diungkapkan

Sedangkan Program Cadangan Beras Pemerintah (CBP) digunakan untuk Operasi Pasar Murni, yaitu kegiatan menjual beras yang ada di Gudang Perum Bulog dalam jumlah yang banyak dan

Hasil analisis uji R 2 menunjukan bahwa 94.8% permintaan beras di Kota Mataram dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu harga beras, harga roti

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh produksi, harga impor beras dan kurs. rupiah terhadap dolar Amerika pada permintaan impor beras di

Pengelolaan stok beras dengan mekanisme stok penyangga (buffer stock management) oleh Bulog berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah dalam mensukseskan harga dasar dan harga

Harga lebih berpengaruh terhadap volume penjualan dapat disebabkan karena konsumen beras premium Bulog Sub Divre Wilayah V Kedu mayoritas adalah pedagang dan konsumen

Besarnya anggaran yang disalurkan melalui Bulog dalam rangka menstabilkan harga beras mengakibatkan adanya kegiatan-kegiatan pembangunan lainnya yang tertunda atau bahkan tidak

Harga lebih berpengaruh terhadap volume penjualan dapat disebabkan karena konsumen beras premium Bulog Sub Divre Wilayah V Kedu mayoritas adalah pedagang dan