• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan (Reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan (Reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

F

UNI

SKRIPSI

OLEH

RAFIKA NUR SIREGAR 111101020

FAKULTAS KEPERAWATAN

NIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

(2)
(3)
(4)

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

Abstrak

Undang-undang adalah setiap peraturan atau ketetapan yang isinya berlaku mengikat kepada umum/semua orang dalam suatu daerah atau golongan tertentu. Pengaturan perilaku profesi keperawatan terdapat dalam undang-undang keperawatan yang bertujuan meningkatkan mutu perawat dan mutu pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat dan klien serta meningkatkan derajat kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Desain penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan metode pengambilan sampel secaraPurposive Sampling.Sampel dalam penelitian sebanyak 254 orang mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 28 April sampai 12 Mei 2015 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan yaitu pengetahuan baik sebanyak 125 orang (44,1%), dan pengetahuan kurang baik sebanyak 129 orang (50,8%). Faktor pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara kurang baik dimungkinkan karena kurangnya motivasi mahasiswa program studi S1 keperawat (reguler) Universitas Sumatera Utara untuk mencari informasi terkait dengan UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan dan persepsi mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) menganggap bahwa memperlajari tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan hanya sebagai tuntutan akademik.

(5)

Department : S1 (Undergraduate) Nursing (S. Kep)

Academic Year : 2015

ABSTRACT

A law constitutes every regulation which is bound to all people in a certain area or in certain group of people. The regulation on nursing profession behavior in the Law on Nursing, which is aimed to increase the quality of nurses and the quality of nursing care, provides legal protection and legal certainty for nurses, clients, and health standard. The objective of the research was to find out the students’ knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing at S1 Nursing Study Program (Regular), University of Sumatera Utara. The research used descriptive design. The samples were 254 students, taken by using purposive sampling technique. It was conducted from April 28 to May 12, 2015. The data were gathered by distributing questionnaires about demographic data and the students’ knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing and analyzed by using distribution frequency method. The result of the research showed that 125 respondents (49.2%) had good knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing and 129 respondents (50.8%) had bad knowledge. Their bad knowledge was probably caused by their lack of motivation to get information about the law and their perception that learning about the law on nursing was only an academic affair.

(6)

ini dengan judul “Pengetahuan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan

(Reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 Tahun

2014 tentang Keperawatan”.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang dihadapi

penulis, namun dengan berkat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, disertai

usaha dan kemauan penulis, serta bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai

pihak, sehingga kesulitan dapat diatasi.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapakan terimakasih yang

setulus-tulusnya kepada berbagai pihak, yaitu:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dekan fakultas keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati SKp., MNS selaku pembantu dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Evi Karota Bukit SKp, MNS sebagai pembantu dekan II Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebagai penguji I yang telah

memberikan banyak arahan dan masukan pada penulisan skripsi saya ini.

4. Bapak Ikhsannuddin Harahap SKp, MNS, SpMB selaku pembantu dekan

III

5. Ibu Nur Afi Darti SKp, M.Kep selaku dosen PA yang telah memberikan

(7)

7. Ibu Rika Endah Nurhidayah, SKp, M.Pd sebagai penguji II yang

memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini

8. Bapak M. Sukri Tanjung, S,Kep., Ns sebagai dosen valid yang memberi

banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini

9. Seluruh saft pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

penulisan proposal

10. Penghargaan dan terimakasih yang mendalam kepada ayahanda dan

ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materi,

do’a dan senyumannya yang tiada henti selama penulis menjalani

pendidikan

11. Adinda (Asrul Diavari Siregar, Deasy Arryannur Sireagar, Azizul Husein

Siregar) yang telah memberikan dukungan, do’a dan moril kepada penulis.

12. Sahabat-sahabat (Silvia, Emma, Rispa, Yuni, Anggi, dan Warnila) yang

selalu mendukung dan membantu selama 4 tahun terakhir ini.

13. Teman satu bimbingan (Nabila Chairani, Agussetiana, Melisa) yang

senantiasa saling membantu dan saling mendukung dalam penyusunan

skripsi.

14. Teman-teman S1 Keperawatan Reguler Stambuk 2011 yang tidak tersebut

(8)

manfaat bagi pengembangan ilmu. Penulis sangat mengharapkan adanya saran

yang bersifat membangun untuk memperbaiki yang lebih baik di masa yang akan

datang.

Medan, Juli 2015

(9)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 5

3. Pertanyaan Penelitian ... 5

4. Tujuan Penelitian... 5

5. Manfaat Penelitian... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 8

1. Pengetahuan ... 8

1.1 Defenisi Pengetahuan ... 8

1.2 Tingkat Pengetahuan di dalam domain Kognitif... 9

1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 10

2. Undang-Undang Keperawatan ... 13

2.1 Pendidikan Keperawatan ... 15

2.1.1 Standar Pendidikan Keperawatan... 15

2.1.2 Uji Kompetensi ... 17

2.2 Pelayanan Praktik Keperawatan ... 19

2.2.1 Melaksanakan Asuhan Keperawatan Mandiri... 20

2.2.2 Menjalankan Tindakan Profesi Lain ... 22

2.2.3 Hak dan Kewajiban Perawat ... 25

2.2.3.1 Hak Perawat... 25

2.2.3.2 Kewajiban Perawat ... 26

2.2.4 Hak dan Kewajiban Klien ... 28

2.2.4.1 Hak Klien... 28

2.2.4.2 Kewajiban Klien ... 29

2.3 Praktik Mandiri Perawat... 29

2.3.1 Surat Tanda Registrasi (STR)... 30

2.3.2 Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) ... 31

2.4 Profesionalisme Keperawatan ... 35

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 39

1. Kerangka Konseptual ... 39

2. Defenisi Operasional ... 40

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 42

(10)

4. Pertimbangan Etik ... 44

5. Instrument Penelitian... 46

6. Validitas dan Reabilitas Instrumen... 48

6.1 Uji Validitas ... 48

6.2 Uji Reabilitas... 48

7. Pengumpulan Data ... 49

8. Pengolahan dan Analisa Data... 50

8.1 Pengolahan Data... 50

8.2 Analisa Data ... 52

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

1. Hasil Penelitian... 53

1.1 Karakteristik Responden ... 53

1.2 Pengetahuan Mahasiswa tentang UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan... 54

2. Pembahasan ... 56

2.1 Pengetahuan Mahasiswa tentang UU No. 38 Tahun 2014 Berdasarkan Angkatan ... 56

2.2 Pengetahuan Mahasiswa tentang UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan... 60

3. Keterbatasan Penelitian ... 63

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

1. Kesimpulan... 65

2. Saran ... 67

2.1 Mahasiswa Keperawatan ... 67

2.2 Institusi Pendidikan ... 67

2.3 Peneliti Selanjutnya ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN 1. Lembar penjelsan penelitian... 72

2. Informed consent ... 73

3. Instrument penelitian ... 74

4. Surat permohonan validitas ... 77

5. Surat persetujuan validitas... 79

6. Content Valid Indeks ... 81

7. Ethical Clearance... 84

8. Surat permohonan reabilitas ... 85

9. Surat izin melakukan reabilitas ... 86

10.Hasil reabilitas ... 87

11.Surat permohonan pengambilan data penelitian ... 89

(11)

18.Lembar bukti bimbingan ... 110

19.Riwayat hidup... 113

20.Surat pernyataan selesai melakukan penelitian ... 114

21.Surat selesai penelitian ... 115

(12)

Tabel 2. Jumlah populasi dan sampel penelitian... 44

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik mahasiswa

Program studi S1 keperawatan (reguler) USU... 54

Tabel 4. Pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler)

(13)
(14)

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

Abstrak

Undang-undang adalah setiap peraturan atau ketetapan yang isinya berlaku mengikat kepada umum/semua orang dalam suatu daerah atau golongan tertentu. Pengaturan perilaku profesi keperawatan terdapat dalam undang-undang keperawatan yang bertujuan meningkatkan mutu perawat dan mutu pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat dan klien serta meningkatkan derajat kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Desain penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan metode pengambilan sampel secaraPurposive Sampling.Sampel dalam penelitian sebanyak 254 orang mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 28 April sampai 12 Mei 2015 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan yaitu pengetahuan baik sebanyak 125 orang (44,1%), dan pengetahuan kurang baik sebanyak 129 orang (50,8%). Faktor pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara kurang baik dimungkinkan karena kurangnya motivasi mahasiswa program studi S1 keperawat (reguler) Universitas Sumatera Utara untuk mencari informasi terkait dengan UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan dan persepsi mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) menganggap bahwa memperlajari tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan hanya sebagai tuntutan akademik.

(15)

Department : S1 (Undergraduate) Nursing (S. Kep)

Academic Year : 2015

ABSTRACT

A law constitutes every regulation which is bound to all people in a certain area or in certain group of people. The regulation on nursing profession behavior in the Law on Nursing, which is aimed to increase the quality of nurses and the quality of nursing care, provides legal protection and legal certainty for nurses, clients, and health standard. The objective of the research was to find out the students’ knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing at S1 Nursing Study Program (Regular), University of Sumatera Utara. The research used descriptive design. The samples were 254 students, taken by using purposive sampling technique. It was conducted from April 28 to May 12, 2015. The data were gathered by distributing questionnaires about demographic data and the students’ knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing and analyzed by using distribution frequency method. The result of the research showed that 125 respondents (49.2%) had good knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing and 129 respondents (50.8%) had bad knowledge. Their bad knowledge was probably caused by their lack of motivation to get information about the law and their perception that learning about the law on nursing was only an academic affair.

(16)

Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan.

Menurut hasil Lokakarya Keperawatan Nasional tahun 1983. Keperawatan adalah

Suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian intergral dari

pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk

pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada

individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang mencakup

seluruh siklus hidup manusia (Praptianingsih, 2006).

Program Indonesia sehat 2010 merupakan reformasi dari pembangunan

kesehatan, dengan menetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan

pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian

masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan

kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan

meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta

lingkungannya (Kepmenkes, 2005). Keberhasilan pembangunan kesehatan

didukung oleh regulasi yang kuat dalam bidang kesehatan dan sumber daya tenaga

kesehatan termasuk perawat yang berperan penting dalam pembangunan

kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi paling banyak di Indonesia

dengan jumlah 32,88% dari jumlah tenaga kesehatan yang ada. Berdasarkan data

dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

(17)

kesehatan di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 877.098 orang dengan jumlah

perawat sebanyak 288.405 orang. Tetapi profesi perawat masih kurang diakui dan

kurang mendapat perhatian dari dunia kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian

(Depkes, 2005), dalam melakukan tugas sebagai perawat masih banyak perawat

melakukan tindakan non keperawatan seperti pelayanan medik atau pengobatan,

92,6% perawat melakukan diagnosis penyakit, 93,1% perawat menulis atau

membuat resep obat, 97,1% perawat memberikan tindakan pengobatan di dalam

maupun di luar gedung puskesmas. Dalam peyalanan kebidanan 70,1% perawat

melakukan pemeriksaan kehamilan, 57,7% perawat melakukan pengobatan

persalinan. Tindakan umum 78,8% perawat melakukan tugas petugas kebersihan

dan 63,6% perawat melakukan tugas administrasi antara lain sebagai bendahara.

Kondisi tersebut berpengaruh pada kesejahteraan dan hak-hak perawat

belum sepenuhnya diperhatikan, sehingga sering timbul tuntutan hukum yang

ditujukan kepada perawat. Tuntutan hukum tersebut lahir karena perawat

melakukan asuhan keperawatan diluar wewenangnya, yang disebabkan

pengaturan kewenangan dan pelimpahan wewenang yang tidak jelas serta tidak

ada perlindungan hukum bagi perawat yang menjalankan profesinya sehingga

tindakan yang dilakukan oleh perawat dapat dikategorikan illegal termaksud kewajiban perawat menolong pasien gawat darurat yang masih menimbulkan

kontroversi, dengan hal tersebut maka, diperlukan adanya suatu dasar hukum yang

jelas untuk mengatur keperawatan secara spesifik menjamin kepastian dan

perlindungan hukum bagi perawat yang melaksanakan pelayanan keperawatan

(18)

Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan akan

menjadi payung hukum yang jelas bagi perawat dalam mengatur mekanisme

fungsi, tanggung jawab, dan praktik keperawatan secara utuh dan sistematis,

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia melalui asuhan

keperawatan, menjamin perlindungan terhadap masyarakat penerima pelayanan

keperawatan dan perawat sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan, serta

mengatur fungsi kelembagaan keperawatan untuk melindungi masyarakat dan

perawat. Dengan adanya undang-undang keperawatan tersebut diharapkan

jaminan mutu pelayanan bagi masyarakat dapat ditingkatkan dan dipertahankan

serta kepastian hukum bagi pasien, dokter, dan pihak yang terkait lainnya semakin

transparan (Priharjo, 2008).

Mahasiswa keperawatan adalah anggota luar biasa PPNI yang bergabung

dalam pergerakan mahasiswa dalam aksi-aksi mendukung pengesahan

Undang-Undang Keperawatan yang menjadi salah satu bukti bahwa mahasiswa

keperawatan memiliki tujuan sama sehingga kedudukan perawat sebagai profesi

menjadi lebih kuat, diakui, dan diterima keberadaan dan keilmuannya, perawat

terlindungi dari kondisi dan masalah etik apapun terkait dengan praktik asuhan

keperawatan yang dilakukannya dan perawat Indonesia mendapatkan pengakuan

yang sama dengan perawat dari negara lain. Pergerakan mahasiswa untuk

mendukung pengesahan undang-undang keperawatan dimulai sejak 12 mei 2008

hingga 25 september 2014 bersama dengan perawat dan Persatuan Perawat

Nasional Indonesia (PPNI) secara serentak melakukan aksi damai nasional seluruh

(19)

seluruh perawat dan mahasiswa keperawatan Indonesia dimana undang-undang

keperawatan disahkan.

Mahasiswa keperawatan anggota luar biasa PPNI yang merupakan agent of change dan sebagai calon perawat harus mempunyai pengetahuan terhadap perkembangan keperawatan, termasuk perkembangan dalam hukum keperawatan,

yaitu Undang-Undang Keperawatan. Pengetahuan tentang hukum keperawatan

sangat diperlukan sebagai perlindungan untuk dirinya dan untuk melindungi

hak-hak klien. Fungsi hukum keperawatan yaitu, hukum memberikan kerangka untuk

menetukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum, membedakan

tanggung jawab perawat dengan profesi lain, membantu menentukan batas-batas

kewenangan tindakan keperawatan mandiri, membantu dalam mempertahankan

standar praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki

akuntabilitas di bawah hukum (Kozier & Erb, 1990 dalam Priharjo, 2008).

Pengetahuan tentang hukum keperawatan sangat diperlukan oleh mahasiswa

keperawatan, agar mahasiswa dapat menjadi perawat profesional yang memiliki

pedoman hukum dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan saat melakukan

praktik profesi keperawatan. Di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara mengetahui tentang undang-undang keperawatan bukan hal yang baru bagi

mahasiswa Universitas Sumatera Utara karena sebelumnya RUU serta Permenkes

148 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik keperawatan dan

permenkes 17 tahun 2014 tentang perubahan permenkes 148 tahun 2010 telah

diajarkan saaat proses perkuliahan dan telah diujiankan pada ujian blok.

(20)

setelah disahkannya UU RI No. 38 Tahun 2014 tentang keperawatan pada tanggal

25 September 2014.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini penting dilakukan terkait dengan

pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas

Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang

keperawatan.

3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan

(reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun

2014 tentang keperawatan.

4. Tujuan Penelitian

4.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa

program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang

Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan.

4.2. Tujuan Khusus

4.2.1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1

keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang pendidikan

keperawatan yang terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang

(21)

4.2.2. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1

keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang pelayanan

praktik keperawatan yang terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014

tentang keperawatan

4.2.3. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1

keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang praktik

mandiri perawat yang terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang

keperawatan

4.2.4. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1

keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang

profesionalisme keperawatan yang terdapat dalam UU No. 38 tahun

2014 tentang keperawatan

5. Manfaat Penelitian

5.1 Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan untuk meningkatkan

pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Keperawatan agar dalam

pemberian praktik pelayanan asuhan keperawatan mahasiswa keperawatan

Universitas Sumatera Utara memiliki pengetahuan yang lebih baik dan dapat

melakukan praktik pelayanan asuhan keperawatan dengan baik dan berkualitas.

5.2 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Manfaat Informasi dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar

(22)

Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014

tentang keperawatan. Sehingga Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

dapat memfasilitasi untuk pemberian informasi terkait Undang-Undang RI No. 38

tahun 2014 tentang keperawatan kepada mahasiswa.

5.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam

pengembangan penelitian selanjutnya, dan dapat dijadikan sebagai informasi

untuk melakukan pengkajian tentang peraturan perundang-undangan dalam

(23)

1.1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih lenggang daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian (Rongers 1974, dalam Notoatmodjo, 2007)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c. Evaluation(menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

(24)

1.2 Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang mencakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:

a. Tahu (Know), diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension), suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.

c. Aplikasi (application), diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisi (analysis), adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (synthesis), menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain,

sintesis adalah suatu

f. kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang telah ada.

(25)

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah orang tersebut

untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang

akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan dimana diharapkan pula pengetahuannya. Namun perlu,

ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

pengetahuannya rendah pula,

peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal,

akan tetapi dapat juga diperoleh dari pendidikan nonformal.

b. Informasi/media massa

(26)

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya

teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat

mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai

sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokonya, media massa membawa pula

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi

seseorang juga akan menetukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

(27)

balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang hadapi

masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan professional, serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan

menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam

bidang kerjanya.

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada

usia madya, individu akan akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan

kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya

upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya

akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal

(28)

2. Undang-Undang Keperawatan

Undang-Undang mempunyai dua arti yaitu arti formal/arti sempit dan arti

material/arti luas. Dalam arti formal, undang-undang adalah setiap peraturan atau

ketetapan yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang diberi kekuasaan

membuat undang-undang, dan diundangkan sebagaimana mestinya. Dalam arti

material, Undang-Undang adalah setiap peraturan atau ketetapan yang isinya

berlaku mengikat kepada umum/semua orang dalam suatu daerah atau golongan

tertentu (Priharjo, 2008).

Peraturan perundang-undangan merupakan ketentuan berisi norma yang

bersifat dan berlaku mengikat mengenai perintah, kebolehan dan larangan. Dalam

lingkup profesi keperawatan, pengaturan perilaku profesi keperawatan terdapat

dalam bentuk undang-undang Keperawatan, yang memiliki peran penting untuk

memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi tenaga perawat yang bertanggung

jawab menyelenggarakan pelayanan keperawatan, memberikan kepastian dan

jaminan hukum bagi masyarakat yang akan memanfaatkan pelayanan

keperawatan, meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan dan mutu pelayanan

keperawatan, serta mempercepat keberhasilan upaya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat. Tujuan pengaturan keperawatan terdapat dalam UU No. 38

tahun 2014 tentang keperawat pasal 3 yaitu meningkatkan mutu perawat dan mutu

pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada

perawat dan klien, meningkatkan derajat kesehatan.

Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan

(29)

perdata, hukum administrasi dan hukum pidana. Hukum kesehatan meliputi

hukum kedokteran, hukum keperawatan, hukum kebidanan, hukum farmasi, dan

hukum rumah sakit (Priharjo, 2008).

Hukum keperawatan yang ada di Indonesia tertera dalam Undang-Undang

No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan terdapat pada BAB 1 Ketentuan umum,

pasal 1 ayat 1, yaitu keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada

individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun

sehat. Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang kesehatan yang terdapat pada

BAB 1 Ketentuan umum, pasal 1 ayat 1, yaitu tenaga kesehatan adalah setiap

orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan

dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010

tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat terdapat pada BAB 1 ketentuan

umum, pasal 1 ayat 1, yaitu perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan

baik di dalam maupun di luar negeri sesuai peraturan perundang-undangan. Dan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 17 tahun 2013 tentang

perubahan atas peraturan menteri kesehatan No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010

tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat.

Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 dibagi menjadi 13 BAB

yang terdiri dari BAB I ketentuan umum, BAB II jenis perawat, BAB III

pendidikan tinggi, BAB IV registrasi, izin praktik, dan registrasi ulang, BAB V

(30)

perawat, BAB VII kolegium keperawatan, BAB IX konsil keperawatan, BAB X

pengembangan, pembinaan, dan pengawasan, BAB XI sanksi administratif, BAB

XII ketentuan peralihan, BAB XIII ketentuan penutup. Dan terdapat 66 pasal di

dalam Undang-Undang Keperawatan.

2.1 Pendidikan Keperawatan

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan naskah akademik sistem pendidikan keperawatan di

Indonesia. Pendidikan keperawatan adalah proses pendidikan yang

diselenggarakan di perguruan tinggi untuk meghasilkan berbagai lulusan Ahli

Madya keperawatan, Ners, Magister keperawatan, Ners Spesialis, dan Doktor

Keperawatan.

2.1.1. Standar Pendidikan Keperawatan

Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada UU No. 38 tahun

2014 tentang keperawatan. Pengaturan jenis pendidikan keperawatan di Indonesia

tertera pada pasal 5, pasal 6, pasal 7, dan pasal 8 yang mencakup:

a. Pendidikan vokasi, merupakan program pendidikan diploma keperawatan

(31)

b. Pendidikan adakemik, yaitu pendidikan tinggi yang terdiri atas program

sarjana keperawatan, program magister keperawatan dan program doktor

keperawatan

c. Pendidikan profesi, yaitu terdiri atas program profesi keperawatan dan

program spesialis keperawatan.

Berdasarakan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 9, pasal

10. Pendidikan tinggi keperawatan diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang

memiliki izin penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Dan Perguruan tinggi diselenggarakan oleh pemerintah atau

masyarakat yang melaksanakan tridarma perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang

dimaksud dapat berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau

akademik yang harus menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan berupa rumah

sakit dan fasilitas tingkat pertama yang memenuhi persyaratan, termaksud jejaring

dan komunitas di dalam wilayah binaan. Fasilitas pelayanan kesehatan dapat

dilakukan melalui kepemilikan dan kerja sama.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 11, penyelenggaraan

perguruan tinggi keperawatan harus memenuhi standar nasional pendidikan

keperawatan yang mengacu pada standar nasional pendidikan tinggi yang disusun

secara bersama oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di

bidang kesehatan, di bidang pendidikan, asosiasi institusi pendidikan, dan

organisasi profesi keperawatan yang ditetapkan oleh menteri yang

(32)

Dalam rangka menjamin mutu lulusan, penyelenggaraan pendidikan tinggi

keperawatan hanya dapat menerima mahasiswa sesuai dengan kuota nasional yang

diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

dibidang pendidikan setelah berkoordinasi dengan menteri. Institusi pendidikan

tinggi keperawatan wajib memiliki dosen dan tenaga pendidikan yang dapat

berasal dari pegawai negeri dan/atau non pegawai negeri. Dosen yang dimaksud

yaitu berasal dari perguruan tinggi dan wahana pendidikan keperawatan. Dosen

diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Dosen pada wahana pendidikan keperawatan

memberikan pendidikan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat dan pelayanan kesehatan serta memiliki kesetaraan, pengakuan, dan

angka kredit yang menghitung kegiatan pelayanan kesehatan dan ini diatur dalam

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pada pasal 12, pasal 13, pasal 14, dan

pasal 15.

2.1.2. Uji Kompetensi

Uji kompetensi adalah bagian dari penapisan kompetensi seseorang untuk

dapat menyandang gelar sebutan atau perkerjaan profesi yang sering diistilahkan

sebagai proses credentialing. Proses credentialing dilakukan oleh profesi yang bersangkutan (PPNI). Proses ini dilanjutkan dengan kegiatan registrasi, dimana

perawat yang telah lulus dicatat dan diberi nomor dalam sistem registrasi nasional.

Perawat yang telah teregistrasi, secara resmi berhak menyandang peran atau

(33)

tentang keperawatan, uji kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang

menyelenggarakan program studi keperawatan.

Menurut naskah akademik sistem pendidikan perawat di Indonesia.

Pelaksanaan uji kompetensi berdasarkan peraturan menteri kesehatan merupakan

kewenangan dari lembaga/majelis tenaga kesehatan Indonesia (MTKI). Dalam

menjalankan tugasnya tersebut, MTKI bekerjasama dengan lembaga

pengembangan uji kompetensi (LPUK) untuk mengembangkan sistem termaksuk

termasuk soal uji kompetensi. Bukti dari kelulusan seorang perawat dalma uji

kompetensi berupa Surat Tanda Regustrasi (STR) identik denganRegistered Ners

(RN) di luar negeri.

Menurut Masfuri et,al., (2012) tujuan dilakukannya uji kompetensi terhadap lulusan baru secara nasional(Entry level national examination)adalah:

1. Menegakkan akuntabilitas profesional perawat dalam menjalankan peran

profesinya

2. Menegakkan standar dan etik profesi dalam praktek

3. Cross chekterhadap kompetensi lulusan suatu institusi pendidikan 4. Melindungi kepercayaan masyarakat terhadap profesi perawat.

UU Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 16.

Mahasiswa keperawatan pada akhir masa pendidikan tinggi vokasi dan profesi

harus mengikuti uji kompetensi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi

berkerja sama dengan organisasi profesi perawat, lembaga pelatihan, atau lembaga

(34)

kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja, standar kompetensi

kerja disusun oleh organisasi profesi perawat dan konsil keperawatan dan

ditetapkan oleh menteri. Mahasiswa pendidikan vokasi keperawatan yang lulus uji

kompetensi diberikan sertifikat kompetensi dan mahasiswa pendidikan profesi

yang lulus uji kompetensi diberikan sertifikat profesi yang diterbitkan oleh

perguruan tinggi.

2.2. Pelayanan Praktik Keperawatan

Dalam tatanan klinis jenis perawat terbagi dua yaitu, perawat vokasi dan

perawat profesi yag terdiri atas ners dan ners spesialis (Pasal 4, UU No. 38 tahun

2014). Pada dasarnya ada dua jenis tindakan yang dilakukan oleh perawat, yaitu

tindakan yang dilakukan berdasarkan pesanan dokter dan tindakan yang dilakukan

mandiri. Kedua jenis tindakan ini mempunyai implikasi yang berbeda. Tindakan

yang berdasarkan pesanan dokter tidak dapat sepenuhnya secara hukum

dibebankan kepada perawat, sedangkan tindakan mandiri sepenuhnya dapat

dibebankan pada perawat (Priharjo, 2008).

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Pelayanan

keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,

baik sehat maupun sakit. Praktik keperawatan adalah pelayanan yang

diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk asuhan keperawatan yang merupakan

(35)

mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat

dirinya.

2.2.1. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Mandiri

Dengan melaksanakan asuhan keperawatan mandiri dengan menggunakan

pendekatan asuhan keperawatan, perawat diharapkan dalam memberi asuhan

keperawatan dan mampu menegakkan diagnosis keperawatan sesuai standar yang

disusun oleh organisasi profesi (Priharjo, 2008).

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 29. Dalam

melaksanakan tindakan keperawatan, perawat bertugas sebagai pemberi asuhan

keperawatan, penyuluh dan konselor klien, pengelola pelayanan, peneliti

keperawatan, pelaksan tugas berdasarkan pelimpahan kewenangan, dan pelaksana

tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu. Tugas perawat dapat dilaksanakan

secara bersama atau mandiri, bertanggung jawab dan akuntabel.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 30 ayat 1. Perawat

dalam memberi asuhan keperawatan perorangan berwewenang, melakukan

pengkajian keperawatan secara holistik, menetapkan diagnosis keperawatan,

merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan,

mengevaluasi hasil tindakan keperawatan, melakukan rujukan, memberikan

tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi, memberikan

konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter, melakukan penyuluhan

kesehatan dan konseling dan, melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada

(36)

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 30 ayat 2. Perawat

dalam memberi asuhan keperawatan kepada masyarakat berwewenang,

melakukan pengkajian keperawatan kesehatan masyarakat ditingkat keluarga dan

kelompok masyarakat, menetapkan permasalah keperawatan kesehatan

masyarakat, membantu penemuan kasus penyakit, merencanakan tindakan

keperawatan kesehatan masyarakat, melaksanakan tindakan keperawatan

kesehatan masyarakat, melakukan pemberdayaan masyarakat, melaksanakan

advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat, menjalin kemitraan dalam

perawatan kesehatan masyarakat, melakukan penyuluhan kesehatan dan

konseling, mengelola kasus dan, melakukan penatalaksanaan keperawatan

komplementer dan alternatif.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 31 ayat 1. Pelayanan

keperawatan sebagai penyuluh dan konselor bagi klien, perawat berwenang,

melakukan pengkajian keperawatan secara holistik di tingkat individu dan

keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat, melakukan pemberdayaan

masyarakat, melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat,

menjalin kemitraan perawatan kesehatan masyarakat dan melakukan penyuluhan

kesehatan dan konseling.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 31 ayat 2. Perawat

dalam menjalankan tugas sebagai pengelolahan pelayanan keperawatan, perawat

berwewenang, melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan,

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelayanan keperawatan, dan

(37)

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 31 ayat 3. Perawat

dalam menjalankan tugas sebagai peneliti keperawatan, perawat berwewenang

melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika, menggunakan sumber daya

pada fasilitas pelayanan kesehatan atas izin pimpinan, dan menggunakan pasien

sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi dan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2.2.2. Menjalankan tindakan dari profesi lain

Dalam menjalankan tindakan perawat mungkin saja menjalankan tindakan

dari profesi lain (medis). Secara konseptual sebelum menjalankan pesanan dokter

(misalnya: memberian obat). Perawat harus yakin dulu bahwa pesanan yang

diberikan benar-benar jelas dan dapat dilaksanakan. Perawat harus mengikuti

pesanan dari waktu ke waktu dalam arti perawat harus tahu kapan pesanan mulai

diberikan, dihentikan, atau diganti (Priharjo, 2008).

Menurut (Becker, 1983 dalam Priharjo, 2008), mengemukakan empat hal

yang harus ditanyakan perawat untuk melindungi perawat secara hukum:

a. Tanyakan setiap pesanan ditanyakan pasien, misalnya jika seorang pasien

yang telah menerima injeksi IM memberitahu perawat bahwa dokter telah

mengganti pesanan dari obat injeksi ke obat oral, perawat harus memeriksa

kembali pesanan sebelum memberi obat.

b. Tanyakan setiap pesanan bila kondisi klien telah berubah. Perawat

dianggap bertanggung jawab untuk memberitahukan dokter setiap

(38)

c. Tanyakan dan catat pesanan verbal untuk mencegah kesalahan

komunikasi. Catat waktu/jam, tanggal, nama dokter, pesanan, keadaan

yang harus diberitahukan dokter, baca kembali pesanan kepada dokter, dan

catat bahwa dokter telah menyepakati pesanannya sewaktu diberikan.

d. Tanyakan pesanan (Standing order), terutama bila perawat tidak berpengalaman. Standing order memberi tambahan tanggung jawab perawat dalam melatih diri membuat keputusan sewaktu

melaksanakannya. Perawat diberi tugas membuat keputusan kapan obat

dibutuhkan. Bagi perawat yang merasa tidak berpengalaman harus minta

petunjuk baik dari perawat senior maupun dokter.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 32. Pelimpahan medis

yang diberikan ada dua yaitu delegatif dan mandat. Delegatif yaitu melakukan

suatu tindakan medis yang diberikan oleh tenaga medis kepada perawat dengan

disertai dengan pelimpahan tanggung jawab, yang diberikan kepada perawat

profesi atau perawat vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan.

Pelimpahan wewenang hanya dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis

kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi

pelaksanaannya.

Mandat yaitu pelimpahan wewenang yang diberikan kepada perawat untuk

melakukan sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan, dimana tanggung jawab

atas tindakan medis yang dilimpahkan berada pada pemberi pelimpahan

wewenang, dalam melaksanakan tugas pelimpahan wewenang perawat memiliki

(39)

pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis, melakukan tindakan medis

dibawah pengawasan atas pelimpahan wewenang mandat dan, memberikan

pelyanan kesehatan sesuai dengan program pemerintah.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 33. Pada situasi tertentu

perawat mendapat penugasan dalam keadaan terbatas dari pemerintah yang

ditetapkan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah yang menyelenggarakanan

urusan pemerintah di bidang kesehatan setempat, dimana tidak adanya tenaga

medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu wilayah tempat perawat bertugas.

Maka, perawat berwenang, melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam

hal tidak terdapat tenaga medis, merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada

sistem rujukan dan, melakukan pelayanan kefarmasiaan secara terbatas dalam hal

tidak terdapat tenaga kefarmasian. Dalam konteks pelaksanaan tugas pada

keadaan darurat perawat tetap memperhatikan kompetensinya.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 35. Dalam keadaan

darurat untuk memberi pertolongan pertama, perawat dapat melakukan tindakan

medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya, yang bertujuan untuk

menyelamatkan nyawa klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut, sesuai dengan

hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 61, perawat lulusan

sekolah perawat kesehatan yang telah melakukan praktik keperawatan sebelum

undang-undang ini diundangkan masih diberikan kewenangan melakukan praktik

keperawatan untuk jangka waktu enam tahun setelah undang-undang

(40)

2.2.3. Hak dan Kewajiban Perawat

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan salah satu dari

praktik keperawatan tentunya seorang perawat memiliki hak dan kewajiban, dua

hal dasar yang harus terpenuhi, dimana ada keseimbangan antara tuntutan profesi

dengan apa yang semestinya didapatkan dari pengembanagan tugas secara

maksimal. Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan

tugas sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur (SOP) merupakan

salah satu hak perawat yang mempertahankan kredibilitas dibidang hukum serta

menyangkut aspek legal atas dasar peraturan perundang-undangan dari pusat

maupun daerah (Iskandar, 2013).

2.2.3.1. Hak Perawat

Hak adalah kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau

suatu badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu

(Iskandar, 2013).

Hak perawat berdasarkan Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun

2014 tentang keperawatan terdapat dalam pasal 36, yaitu:

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai

dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional,

dan ketentuan peraturan prundang-undangan.

b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari klien dan/atau

keluarganya.

(41)

d. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode

etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau

ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.

Hak perawat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan

praktik perawat terdapat dalam pasal 11, yaitu:

a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik

keperawatan sesuai standar.

b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau

keluarganya.

c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensinya

d. Menerima imbalan jasa profesi; dan

e. Memeperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan

dengan tugasnya.

2.2.3.2. Kewajiban Perawat

Kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan

oleh seseorang atau suatu badan hukum (Iskandar, 2013).

Kewajiban perawat dalam melaksanakan praktik berdasarkan

Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan terdapat dalam

(42)

a. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan

standar pelayanan keperawatan dan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

b. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar

pelayanan keperawatan, standar profesi prosedur operasional, dan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga

kesehatana yang lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat

kompetensinya.

d. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar.

e. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah

dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan/atau

keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.

f. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain

yang sesuai dengan kompetensi perawat.

g. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.

Kewajiban perawat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 terdapat pada pasal 12, yaitu:

1. Dalam melaksanakan praktik perawat wajib untuk:

a. Menghormati hak pasien

b. Melakukan rujukan

(43)

d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan

pelayanan yang dibutuhkan.

e. Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

f. Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis; dan

g. Mematuhi standar.

2. Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu

pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang

tugasnya, yang diselenggarakan oleh pemerintah atau organisasi profesi.

3. Perawat dalam menjalankan praktik wajib membantu program pemerintah

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

2.2.4. Hak dan Kewajiban Klien

Dahulu hubungan tenaga kesehatan di rumah sakit dengan klien bersifat

komando, dimana pasien selalu menuruti apa yang dikatakan petugas tanpa

mempertanyakan alasannya. Sekarang kedudukan tenaga kesehatan dengan pasien

adalah sejajar dan sama secara hukum. Klien memiliki hak dan kewajiban

tertentu, demikian sebaliknya (Ta’adi, 2009).

2.2.4.1. Hak Klien

Hak klien dalam praktik keperawatan berdasarkan Undang-Undang No.38

tahun 2014 tentang keperawatan terdapat dalam pasal 38 dan 39 yaitu:

a. Mendapatkan informasi secara benar, jelas, dan jujur tentang tindakan

(44)

b. Meminta pendapat perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya.

c. Mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar

pelayanan keperawatan,. standar profesi, standar profesi operasional, dan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Memberi persetujuan atau penolakan tindakan keperawatan yang akan

diterimanya

e. Memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.

f. Pengungkapan rahasia kesehatan klien dilakukan atas dasar, kepentingan

kesehatan klien, pememnuhan permintaan aparatur penegakan hukum

dalam rangka penegakan hukum, persetujuan klien sendiri, kepentingan

pendidikan dan penelitian, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.4.2. Kewajiban Klien

Berdasarkan Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 pasal 40,

dalam praktik keperawatan, klien berkewajiban:

a. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur tentang masalah

kesehatannya.

b. Mematuhi nasihat dan petunjuk perawat

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan, dan

d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

2.3. Praktik mandiri perawat

Praktik mandiri perawat adalah tindakan mandiri perawat ahli madya

(45)

kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya (Kusnanto, 2004).

Dalam melaksanakan praktik perawat wajib memiliki:

2.3.1. Surat Tanda Registrasi (STR)

Registrasi perawat terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang

keperawatan. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap perawat yang telah

memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi dan telah mempunyai

kualifikasi tertentu lainnya serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan

praktik keperawatan. Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang

diberikan oleh konsil keperawatan kepada perawat yang telah registrasi.

Berdasarkan Permenkes 148 tahun 2010. Surat Tanda Registrasi (STR)

adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan

yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan perturan

perundang-undangan.

Perawat yang menjalankan praktik keperawatan wajib memiliki STR, yang

diberikan oleh konsil keperawatan setelah memenuhi persyaratan. Berdasarkan

pasal 49 UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Konsil keperawat memiliki

fungsi sebagai pengaturan, penetapan, dan pembinaan perawat dalam menjalankan

praktik keperawatan. Dalam menjalankan fungsi, konsil keperawatan memiliki

tugas, melakukan registrasi perawat, melakukan pembinaan perawat dalam

menjalankan praktik keperawatan, menyusun standar pendidikan tinggi

(46)

Berdasarkan pasal 50 UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan

menyebutkan Wewenang konsil keperawatan yaitu, menyetujui atau menolak

permohonan registrasi perawat termaksud perawat warga negara asing,

menerbitkan atau mencabut STR, menyelidiki dan menangani masalah yang

berkaitan dengan pelanggaran disiplin profesi perawat, menetapkan dan

memberikan sanksi disiplin profesi perawat, dan memberikan pertimbangan

pendirian atau penutupan institusi pendidikan keperawatan.

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 18,

persyaratan memperoleh STR yaitu: (1) memiliki ijazah pendidikan tinggi

keperawatan, (2) memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi, (3)

memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental, (4) memiliki surat pernyataan

telah mengucapkan sumpah/janji profesi, (5) membuat penyataan mematuhi dan

melaksanakan ketentuan etika profesi. STR berlaku 5 (lima) tahun dan dapat

diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun, untuk persyaratan registrasi ulang yaitu:

(1) memiliki STR lama, (2) memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi,

(3) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental, (4) membuat pernyataan

mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi, (5) telah mengabdi diri

sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya, (6) memenuhi kecukupan dalam

kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.

2.3.2. Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Surat Izin Praktik

(47)

kabupaten/kota kepada perawat sebagai pemberian kewenangan untuk

menjalankan praktik keperawatan.

Permenkes Republik Indonesia No. 17 tahun 2013 tentang perubahan atas

Peraturan Menteri Kesehatan No. HK. 02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin

dan penyelenggaraan praktik perawat. SIPP adalah bukti tertulis pemberian

kewenangan untuk menjalankan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan

kesehatan berupa praktik mandiri.

Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, izin

praktik perawat diatur pada pasal 19, pasal 20, pasal 21, dan pasal 22 yaitu:

perawat yang Dalam menjalankan praktik keperawatan wajib memiliki izin yang

diberikan dalam bentuk SIPP. SIPP diberikan oleh pemerintah daerah

kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di

kabupaten/kota tempat perawat menjalankan praktik, untuk mendapatkan SIPP

harus melampirkan: (1) salinan STR yang masih berlaku, (2) rekomendasi dari

organisasi profesi perawat, (3) surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat

keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.

SIPP dinyatakan berlaku apabila: (1) STR masih berlaku, (2) perawat

berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam SIPP. SIPP berlaku untuk 1

(satu) tempat praktik dan paling banyak untuk 2 (dua) tempat, perawat yang

menjalankan praktik keperawatan mandiri harus memasang papan nama praktik

keperawatan.

SIPP dinyatakan tidak berlaku apabila: (1) dicabut berdasarkan ketentuan

(48)

perawat, (4) perawat meninggal dunia, dan ketentuan lebih lanjut mengenai

perizinan diatur dalam peraturan menteri.

Ketentuan Perawat warga Negara asing yang akan menjalankan praktik di

Indonesia diatur dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pada pasal 24

dan pasal 25 dimana perawat warga negara asing harus mengikuti evaluasi

kompetensi yaitu: (1) Penilaian kelengkapan administratif yaitu penilaian

keabsahan ijasah oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di

bidang pendidikan, surat keterangan sehat fisik dan mental, dan surat pernyataan

untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi, (2) Penilaian

kemampuan untuk melakukan praktik keperawatan yang dinyatakan dengan surat

keterangan telah mengikuti program evaluasi kompetensi dan sertifikat

kompetensi, selain ketentuan tersebut perawat Negara asing harus memenuhi

persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perawat

warga negara asing yang sudah mengikuti proses evaluasi kompetensi dan yang

akan melakukan praktik di Indonesia harus memiliki STR sementara dan SIPP,

yang berlaku 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun

berikutnya, perawat warga negara asing yang akan melakukan praktik

keperawatan di Indonesia sesuai atas permintaan pengguna perawat warga Negara

asing yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas perawat Indonesia.

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 27,

menerangkan Perawat warga Negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan

melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus mengikuti proses evaluasi

(49)

keabsahan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang pendidikan, Surat

keterangan sehat fisik dan mental, Surat pernyataan untuk mematuhi dan

melaksanakan ketentuan etik profesi, (2) Penilaian kemampuan untuk melakukan

praktik keperawatan dilakukan melalui uji kompetensi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Perawat warga Negara Indonesia lulusan luar

negeri yang telah lulus uji kompetensi dan akan melakukan praktik keperawatan

di Indonesia memperoleh STR yang diberikan oleh konsil keperawatan dan wajib

memiliki SIPP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 28 menjelaskan bahwa

Praktik keperawatan dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat

lainnya sesuai dengan sasaran klien yang berdasarkan pada kode etik, standar

pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional. Praktik keperawatan

yang dilakukan terdiri dari praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan

di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan prinsip kebutuhan pelayanan

kesehatan dan/atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.

Berdasarkan Permenkes 148 tahun 2010 pasal 8. Penyelenggaraan praktik

keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama,

tingkat kedua, dan tingkat ketiga, yang ditujukan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat, dilaksanakan melalui kegiatan: (1) pelaksanaan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi yang meliputi penerapan perencanaan dan

pelaksanaan tindakan keperawatan yang termaksud pelaksanaan prosedur

(50)

evaluasi keperawatan. Dan dalam menjalankan asuhan keperawatan perawat dapat

memberikan obat bebas dan/atau obat bebas terbatas, (2) pelaksanaan upaya

promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat, (3) pelaksanaan

tindakan keperawatan komplementer.

Pelanggaran yang dilakukan perawat dalam melakukan tindakan pratik

keperawatan profesional akan mendapatkan sanksi seperti yang tercantum dalam

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, pasal 58 berupa, teguran tertulis,

peringatan tertulis, denda administrasi, dan pencabutan izin.

2.4. Profesionalisme Keperawatan

Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional, sebagai bagian

dari pelayanan kesehatan yang mempunyai daya ungkit besar terhadap

pembangunan bidang kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan salah

satunya dari kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat yang

berkualitas. Praktik profesional perawat merupakan ciri utama profesi yang

diharapakan tetap dipelihara, dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya guna

mempertahankan standar praktik profesional yang tinggi.

Persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI) dalam rumusan kerangka

kerja kompetensi bagi perawat Indonesia telah menetapkan pengembangan

profesional sebagai ranah ketiga, sesuai dengan standar kompetensi global yang

ditetapkan oleh International Council of Nurses (ICN). Dalam ranah tersebut, salah satu elemen kompetensi yang harus dimiliki perawat adalah melakukan

(51)

Menurut (Fadhillah, 2015) Undanng-Undang No. 38 tahun 2014 tentang

keperawatan merupakan instrument pengembangan profesionalisme perawat:

1. Mengatur jenis perawat, menetapkan kejelasan kualifikasi perawat dan

memudahkan dalam perencanaan dan pengembangan sistem keperawatan

2. Pengaturan penyelenggaraan pendidikan tinggi perawat

a. Harus adanya wahana pendidikan keperawatan dan berkoordinasi

dengan organisasi profesi (PPNI) mensinkronkan pelayanan

pendidikan

b. Memperkuat fungsi fasilitas pelayanan kesehatan (RS) sebagai

penyelenggaraan pendidikan ners: Dosen dan SNPK, dll.

3. Mengatur sistem kredensialing (registrasi dan lisensi) sebagai karakteristik

perawat sebagai profesi

4. Pengaturan tugas dan wewenang menegaskan kemandirian dan kolaborasi

dengan tenaga medis dan sesame perawat

5. Pengaturan lembaga 2 (Konsil, Organisasi profesi/Kolegium) memperkuat

penerapan aspek 2 keprofesian (Kode etik, standar, pendisplinan)

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, pasal 53.

Pengembangan praktik keperawatan dilakukan melalui pendidikan formal dan

pendidikan nonformal atau pendidikan berkelanjutan. Pengembangan praktik

keperawatan bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan

keprofesionalan perawat dalam memenuhi kebutuhan pelayanan, pemilik, atau

pengelola fasilitas pelayanan kesehatan harus memfasilitasi perawat untuk

(52)

berkelanjutan ditempuh dengan menyelesaikan pendidikan keperawatan yang

dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, organisasi profesi

perawat, atau lembaga lain yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan, yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pada standar

pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional yang dibina oleh

kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan

dan berkoordinasi dengan kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintah di bidang kesehatan.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, pasal 55, pasal 56, dan pasal 57.

Pembinaan dan pengawasan praktik keperawatan dilakukan oleh pemerintah,

pemerintah daerah, konsil keperawatan, dan organisasi profesi sesuai dengan

fungsi masing-masing yang diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan, melindungi masyarakat atas tindakan perawat yang tidak sesuai

dengan standar, dan memberikan kepastian hukum bagi perawat dan masyarakat.

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 44. Kolegium

keperawatan merupakan badan otonom di dalam organisasi profesi perawat yang

bertanggung jawab kepada organisasi profesi perawat. Berfungsi mengembangkan

cabang disiplin ilmu keperawatan dan standar pendidikan tinggi bagi perawat

profesi. Dalam pasal 41 UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Organisasi

profesi perawat dibentuk sebagai satu wadah yang menghimpun perawat secara

nasional dan berbadan hukum. Dimana bertujuan, meningkatkan dan/atau

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat, dan etika profesi

(53)

pembangunan kesehatan, sebagai pemersatu, Pembina, pengembang, dan

Gambar

Tabel 1: Defenisi operasional pengetahuan mahasiswa program studi S1Keperawatan (reguler)  Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No
Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Mahasiswa ProgramStudi S1 Keperawatan (Reguler) Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Pengetahuan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan (Reguler) USUtentang UU RI No

Referensi

Dokumen terkait

The management has the task of further developing knowledge of the customer base, relationship networks, and customer processes to enhance the intellectual property of the company,

Untuk menghilangkan benturan tersebut maka digunakan algoritma fuzzy evolusi dengan menggunakan jumlah populasi 100 dan jumlah generasi 200, sehingga diperoleh jadwal

[r]

Thứ hai, nhấp chuột vào mỗi thiết bị với công cụ "Select" để hiển thị cửa sổ cấu hình thiết bị, trong đó có thể cấu hình trực tiếp cho thiết bị.. Thứ

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa di RS PKU

Penelitian ini menginvestigasi implementasi penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Inggris SMPN RSBI Kota Padang. Berdasarkan temuan penelitian seperti dijelaskan

Identitas Responden Usahatani Padi Sawah Di Desa Pebuar Kecamatan Jebus Kabupaten Bangka Barat Tahun 2017 (Lanjutan).. Jenis Tingkat Pengalaman Jumlah Luas Status Kepemilikan

Pokok- pokok pembahasan yang disajikan dalam tulisan ini meliputi kajian teknis pengaruh parameter panjang pukulan terhadap recovery pencucian bijih timah menggunakan