F
UNI
SKRIPSI
OLEH
RAFIKA NUR SIREGAR 111101020
FAKULTAS KEPERAWATAN
NIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2015
Abstrak
Undang-undang adalah setiap peraturan atau ketetapan yang isinya berlaku mengikat kepada umum/semua orang dalam suatu daerah atau golongan tertentu. Pengaturan perilaku profesi keperawatan terdapat dalam undang-undang keperawatan yang bertujuan meningkatkan mutu perawat dan mutu pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat dan klien serta meningkatkan derajat kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Desain penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan metode pengambilan sampel secaraPurposive Sampling.Sampel dalam penelitian sebanyak 254 orang mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 28 April sampai 12 Mei 2015 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan yaitu pengetahuan baik sebanyak 125 orang (44,1%), dan pengetahuan kurang baik sebanyak 129 orang (50,8%). Faktor pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara kurang baik dimungkinkan karena kurangnya motivasi mahasiswa program studi S1 keperawat (reguler) Universitas Sumatera Utara untuk mencari informasi terkait dengan UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan dan persepsi mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) menganggap bahwa memperlajari tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan hanya sebagai tuntutan akademik.
Department : S1 (Undergraduate) Nursing (S. Kep)
Academic Year : 2015
ABSTRACT
A law constitutes every regulation which is bound to all people in a certain area or in certain group of people. The regulation on nursing profession behavior in the Law on Nursing, which is aimed to increase the quality of nurses and the quality of nursing care, provides legal protection and legal certainty for nurses, clients, and health standard. The objective of the research was to find out the students’ knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing at S1 Nursing Study Program (Regular), University of Sumatera Utara. The research used descriptive design. The samples were 254 students, taken by using purposive sampling technique. It was conducted from April 28 to May 12, 2015. The data were gathered by distributing questionnaires about demographic data and the students’ knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing and analyzed by using distribution frequency method. The result of the research showed that 125 respondents (49.2%) had good knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing and 129 respondents (50.8%) had bad knowledge. Their bad knowledge was probably caused by their lack of motivation to get information about the law and their perception that learning about the law on nursing was only an academic affair.
ini dengan judul “Pengetahuan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan
(Reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 Tahun
2014 tentang Keperawatan”.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang dihadapi
penulis, namun dengan berkat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, disertai
usaha dan kemauan penulis, serta bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai
pihak, sehingga kesulitan dapat diatasi.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapakan terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada berbagai pihak, yaitu:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dekan fakultas keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Erniyati SKp., MNS selaku pembantu dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Evi Karota Bukit SKp, MNS sebagai pembantu dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebagai penguji I yang telah
memberikan banyak arahan dan masukan pada penulisan skripsi saya ini.
4. Bapak Ikhsannuddin Harahap SKp, MNS, SpMB selaku pembantu dekan
III
5. Ibu Nur Afi Darti SKp, M.Kep selaku dosen PA yang telah memberikan
7. Ibu Rika Endah Nurhidayah, SKp, M.Pd sebagai penguji II yang
memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini
8. Bapak M. Sukri Tanjung, S,Kep., Ns sebagai dosen valid yang memberi
banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini
9. Seluruh saft pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
penulisan proposal
10. Penghargaan dan terimakasih yang mendalam kepada ayahanda dan
ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materi,
do’a dan senyumannya yang tiada henti selama penulis menjalani
pendidikan
11. Adinda (Asrul Diavari Siregar, Deasy Arryannur Sireagar, Azizul Husein
Siregar) yang telah memberikan dukungan, do’a dan moril kepada penulis.
12. Sahabat-sahabat (Silvia, Emma, Rispa, Yuni, Anggi, dan Warnila) yang
selalu mendukung dan membantu selama 4 tahun terakhir ini.
13. Teman satu bimbingan (Nabila Chairani, Agussetiana, Melisa) yang
senantiasa saling membantu dan saling mendukung dalam penyusunan
skripsi.
14. Teman-teman S1 Keperawatan Reguler Stambuk 2011 yang tidak tersebut
manfaat bagi pengembangan ilmu. Penulis sangat mengharapkan adanya saran
yang bersifat membangun untuk memperbaiki yang lebih baik di masa yang akan
datang.
Medan, Juli 2015
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Rumusan Masalah ... 5
3. Pertanyaan Penelitian ... 5
4. Tujuan Penelitian... 5
5. Manfaat Penelitian... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 8
1. Pengetahuan ... 8
1.1 Defenisi Pengetahuan ... 8
1.2 Tingkat Pengetahuan di dalam domain Kognitif... 9
1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 10
2. Undang-Undang Keperawatan ... 13
2.1 Pendidikan Keperawatan ... 15
2.1.1 Standar Pendidikan Keperawatan... 15
2.1.2 Uji Kompetensi ... 17
2.2 Pelayanan Praktik Keperawatan ... 19
2.2.1 Melaksanakan Asuhan Keperawatan Mandiri... 20
2.2.2 Menjalankan Tindakan Profesi Lain ... 22
2.2.3 Hak dan Kewajiban Perawat ... 25
2.2.3.1 Hak Perawat... 25
2.2.3.2 Kewajiban Perawat ... 26
2.2.4 Hak dan Kewajiban Klien ... 28
2.2.4.1 Hak Klien... 28
2.2.4.2 Kewajiban Klien ... 29
2.3 Praktik Mandiri Perawat... 29
2.3.1 Surat Tanda Registrasi (STR)... 30
2.3.2 Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) ... 31
2.4 Profesionalisme Keperawatan ... 35
BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 39
1. Kerangka Konseptual ... 39
2. Defenisi Operasional ... 40
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 42
4. Pertimbangan Etik ... 44
5. Instrument Penelitian... 46
6. Validitas dan Reabilitas Instrumen... 48
6.1 Uji Validitas ... 48
6.2 Uji Reabilitas... 48
7. Pengumpulan Data ... 49
8. Pengolahan dan Analisa Data... 50
8.1 Pengolahan Data... 50
8.2 Analisa Data ... 52
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53
1. Hasil Penelitian... 53
1.1 Karakteristik Responden ... 53
1.2 Pengetahuan Mahasiswa tentang UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan... 54
2. Pembahasan ... 56
2.1 Pengetahuan Mahasiswa tentang UU No. 38 Tahun 2014 Berdasarkan Angkatan ... 56
2.2 Pengetahuan Mahasiswa tentang UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan... 60
3. Keterbatasan Penelitian ... 63
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
1. Kesimpulan... 65
2. Saran ... 67
2.1 Mahasiswa Keperawatan ... 67
2.2 Institusi Pendidikan ... 67
2.3 Peneliti Selanjutnya ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
LAMPIRAN 1. Lembar penjelsan penelitian... 72
2. Informed consent ... 73
3. Instrument penelitian ... 74
4. Surat permohonan validitas ... 77
5. Surat persetujuan validitas... 79
6. Content Valid Indeks ... 81
7. Ethical Clearance... 84
8. Surat permohonan reabilitas ... 85
9. Surat izin melakukan reabilitas ... 86
10.Hasil reabilitas ... 87
11.Surat permohonan pengambilan data penelitian ... 89
18.Lembar bukti bimbingan ... 110
19.Riwayat hidup... 113
20.Surat pernyataan selesai melakukan penelitian ... 114
21.Surat selesai penelitian ... 115
Tabel 2. Jumlah populasi dan sampel penelitian... 44
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik mahasiswa
Program studi S1 keperawatan (reguler) USU... 54
Tabel 4. Pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler)
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2015
Abstrak
Undang-undang adalah setiap peraturan atau ketetapan yang isinya berlaku mengikat kepada umum/semua orang dalam suatu daerah atau golongan tertentu. Pengaturan perilaku profesi keperawatan terdapat dalam undang-undang keperawatan yang bertujuan meningkatkan mutu perawat dan mutu pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat dan klien serta meningkatkan derajat kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Desain penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan metode pengambilan sampel secaraPurposive Sampling.Sampel dalam penelitian sebanyak 254 orang mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 28 April sampai 12 Mei 2015 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan yaitu pengetahuan baik sebanyak 125 orang (44,1%), dan pengetahuan kurang baik sebanyak 129 orang (50,8%). Faktor pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara kurang baik dimungkinkan karena kurangnya motivasi mahasiswa program studi S1 keperawat (reguler) Universitas Sumatera Utara untuk mencari informasi terkait dengan UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan dan persepsi mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) menganggap bahwa memperlajari tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan hanya sebagai tuntutan akademik.
Department : S1 (Undergraduate) Nursing (S. Kep)
Academic Year : 2015
ABSTRACT
A law constitutes every regulation which is bound to all people in a certain area or in certain group of people. The regulation on nursing profession behavior in the Law on Nursing, which is aimed to increase the quality of nurses and the quality of nursing care, provides legal protection and legal certainty for nurses, clients, and health standard. The objective of the research was to find out the students’ knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing at S1 Nursing Study Program (Regular), University of Sumatera Utara. The research used descriptive design. The samples were 254 students, taken by using purposive sampling technique. It was conducted from April 28 to May 12, 2015. The data were gathered by distributing questionnaires about demographic data and the students’ knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing and analyzed by using distribution frequency method. The result of the research showed that 125 respondents (49.2%) had good knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing and 129 respondents (50.8%) had bad knowledge. Their bad knowledge was probably caused by their lack of motivation to get information about the law and their perception that learning about the law on nursing was only an academic affair.
Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan.
Menurut hasil Lokakarya Keperawatan Nasional tahun 1983. Keperawatan adalah
Suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian intergral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh siklus hidup manusia (Praptianingsih, 2006).
Program Indonesia sehat 2010 merupakan reformasi dari pembangunan
kesehatan, dengan menetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan
pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya (Kepmenkes, 2005). Keberhasilan pembangunan kesehatan
didukung oleh regulasi yang kuat dalam bidang kesehatan dan sumber daya tenaga
kesehatan termasuk perawat yang berperan penting dalam pembangunan
kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi paling banyak di Indonesia
dengan jumlah 32,88% dari jumlah tenaga kesehatan yang ada. Berdasarkan data
dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
kesehatan di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 877.098 orang dengan jumlah
perawat sebanyak 288.405 orang. Tetapi profesi perawat masih kurang diakui dan
kurang mendapat perhatian dari dunia kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian
(Depkes, 2005), dalam melakukan tugas sebagai perawat masih banyak perawat
melakukan tindakan non keperawatan seperti pelayanan medik atau pengobatan,
92,6% perawat melakukan diagnosis penyakit, 93,1% perawat menulis atau
membuat resep obat, 97,1% perawat memberikan tindakan pengobatan di dalam
maupun di luar gedung puskesmas. Dalam peyalanan kebidanan 70,1% perawat
melakukan pemeriksaan kehamilan, 57,7% perawat melakukan pengobatan
persalinan. Tindakan umum 78,8% perawat melakukan tugas petugas kebersihan
dan 63,6% perawat melakukan tugas administrasi antara lain sebagai bendahara.
Kondisi tersebut berpengaruh pada kesejahteraan dan hak-hak perawat
belum sepenuhnya diperhatikan, sehingga sering timbul tuntutan hukum yang
ditujukan kepada perawat. Tuntutan hukum tersebut lahir karena perawat
melakukan asuhan keperawatan diluar wewenangnya, yang disebabkan
pengaturan kewenangan dan pelimpahan wewenang yang tidak jelas serta tidak
ada perlindungan hukum bagi perawat yang menjalankan profesinya sehingga
tindakan yang dilakukan oleh perawat dapat dikategorikan illegal termaksud kewajiban perawat menolong pasien gawat darurat yang masih menimbulkan
kontroversi, dengan hal tersebut maka, diperlukan adanya suatu dasar hukum yang
jelas untuk mengatur keperawatan secara spesifik menjamin kepastian dan
perlindungan hukum bagi perawat yang melaksanakan pelayanan keperawatan
Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan akan
menjadi payung hukum yang jelas bagi perawat dalam mengatur mekanisme
fungsi, tanggung jawab, dan praktik keperawatan secara utuh dan sistematis,
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia melalui asuhan
keperawatan, menjamin perlindungan terhadap masyarakat penerima pelayanan
keperawatan dan perawat sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan, serta
mengatur fungsi kelembagaan keperawatan untuk melindungi masyarakat dan
perawat. Dengan adanya undang-undang keperawatan tersebut diharapkan
jaminan mutu pelayanan bagi masyarakat dapat ditingkatkan dan dipertahankan
serta kepastian hukum bagi pasien, dokter, dan pihak yang terkait lainnya semakin
transparan (Priharjo, 2008).
Mahasiswa keperawatan adalah anggota luar biasa PPNI yang bergabung
dalam pergerakan mahasiswa dalam aksi-aksi mendukung pengesahan
Undang-Undang Keperawatan yang menjadi salah satu bukti bahwa mahasiswa
keperawatan memiliki tujuan sama sehingga kedudukan perawat sebagai profesi
menjadi lebih kuat, diakui, dan diterima keberadaan dan keilmuannya, perawat
terlindungi dari kondisi dan masalah etik apapun terkait dengan praktik asuhan
keperawatan yang dilakukannya dan perawat Indonesia mendapatkan pengakuan
yang sama dengan perawat dari negara lain. Pergerakan mahasiswa untuk
mendukung pengesahan undang-undang keperawatan dimulai sejak 12 mei 2008
hingga 25 september 2014 bersama dengan perawat dan Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) secara serentak melakukan aksi damai nasional seluruh
seluruh perawat dan mahasiswa keperawatan Indonesia dimana undang-undang
keperawatan disahkan.
Mahasiswa keperawatan anggota luar biasa PPNI yang merupakan agent of change dan sebagai calon perawat harus mempunyai pengetahuan terhadap perkembangan keperawatan, termasuk perkembangan dalam hukum keperawatan,
yaitu Undang-Undang Keperawatan. Pengetahuan tentang hukum keperawatan
sangat diperlukan sebagai perlindungan untuk dirinya dan untuk melindungi
hak-hak klien. Fungsi hukum keperawatan yaitu, hukum memberikan kerangka untuk
menetukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum, membedakan
tanggung jawab perawat dengan profesi lain, membantu menentukan batas-batas
kewenangan tindakan keperawatan mandiri, membantu dalam mempertahankan
standar praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki
akuntabilitas di bawah hukum (Kozier & Erb, 1990 dalam Priharjo, 2008).
Pengetahuan tentang hukum keperawatan sangat diperlukan oleh mahasiswa
keperawatan, agar mahasiswa dapat menjadi perawat profesional yang memiliki
pedoman hukum dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan saat melakukan
praktik profesi keperawatan. Di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara mengetahui tentang undang-undang keperawatan bukan hal yang baru bagi
mahasiswa Universitas Sumatera Utara karena sebelumnya RUU serta Permenkes
148 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik keperawatan dan
permenkes 17 tahun 2014 tentang perubahan permenkes 148 tahun 2010 telah
diajarkan saaat proses perkuliahan dan telah diujiankan pada ujian blok.
setelah disahkannya UU RI No. 38 Tahun 2014 tentang keperawatan pada tanggal
25 September 2014.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini penting dilakukan terkait dengan
pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas
Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang
keperawatan.
3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan
(reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun
2014 tentang keperawatan.
4. Tujuan Penelitian
4.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa
program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang
Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan.
4.2. Tujuan Khusus
4.2.1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1
keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang pendidikan
keperawatan yang terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang
4.2.2. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1
keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang pelayanan
praktik keperawatan yang terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014
tentang keperawatan
4.2.3. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1
keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang praktik
mandiri perawat yang terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang
keperawatan
4.2.4. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1
keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang
profesionalisme keperawatan yang terdapat dalam UU No. 38 tahun
2014 tentang keperawatan
5. Manfaat Penelitian
5.1 Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan untuk meningkatkan
pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Keperawatan agar dalam
pemberian praktik pelayanan asuhan keperawatan mahasiswa keperawatan
Universitas Sumatera Utara memiliki pengetahuan yang lebih baik dan dapat
melakukan praktik pelayanan asuhan keperawatan dengan baik dan berkualitas.
5.2 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Manfaat Informasi dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar
Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014
tentang keperawatan. Sehingga Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
dapat memfasilitasi untuk pemberian informasi terkait Undang-Undang RI No. 38
tahun 2014 tentang keperawatan kepada mahasiswa.
5.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam
pengembangan penelitian selanjutnya, dan dapat dijadikan sebagai informasi
untuk melakukan pengkajian tentang peraturan perundang-undangan dalam
1.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih lenggang daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian (Rongers 1974, dalam Notoatmodjo, 2007)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation(menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
1.2 Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang mencakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
a. Tahu (Know), diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension), suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut
harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
c. Aplikasi (application), diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisi (analysis), adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
e. Sintesis (synthesis), menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain,
sintesis adalah suatu
f. kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang telah ada.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang
akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun dari media massa. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan pula pengetahuannya. Namun perlu,
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
pengetahuannya rendah pula,
peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal,
akan tetapi dapat juga diperoleh dari pendidikan nonformal.
b. Informasi/media massa
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya
teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokonya, media massa membawa pula
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menetukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang hadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional, serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
bidang kerjanya.
f. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada
usia madya, individu akan akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya
akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
2. Undang-Undang Keperawatan
Undang-Undang mempunyai dua arti yaitu arti formal/arti sempit dan arti
material/arti luas. Dalam arti formal, undang-undang adalah setiap peraturan atau
ketetapan yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang diberi kekuasaan
membuat undang-undang, dan diundangkan sebagaimana mestinya. Dalam arti
material, Undang-Undang adalah setiap peraturan atau ketetapan yang isinya
berlaku mengikat kepada umum/semua orang dalam suatu daerah atau golongan
tertentu (Priharjo, 2008).
Peraturan perundang-undangan merupakan ketentuan berisi norma yang
bersifat dan berlaku mengikat mengenai perintah, kebolehan dan larangan. Dalam
lingkup profesi keperawatan, pengaturan perilaku profesi keperawatan terdapat
dalam bentuk undang-undang Keperawatan, yang memiliki peran penting untuk
memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi tenaga perawat yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pelayanan keperawatan, memberikan kepastian dan
jaminan hukum bagi masyarakat yang akan memanfaatkan pelayanan
keperawatan, meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan dan mutu pelayanan
keperawatan, serta mempercepat keberhasilan upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Tujuan pengaturan keperawatan terdapat dalam UU No. 38
tahun 2014 tentang keperawat pasal 3 yaitu meningkatkan mutu perawat dan mutu
pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada
perawat dan klien, meningkatkan derajat kesehatan.
Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan
perdata, hukum administrasi dan hukum pidana. Hukum kesehatan meliputi
hukum kedokteran, hukum keperawatan, hukum kebidanan, hukum farmasi, dan
hukum rumah sakit (Priharjo, 2008).
Hukum keperawatan yang ada di Indonesia tertera dalam Undang-Undang
No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan terdapat pada BAB 1 Ketentuan umum,
pasal 1 ayat 1, yaitu keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat. Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang kesehatan yang terdapat pada
BAB 1 Ketentuan umum, pasal 1 ayat 1, yaitu tenaga kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010
tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat terdapat pada BAB 1 ketentuan
umum, pasal 1 ayat 1, yaitu perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
baik di dalam maupun di luar negeri sesuai peraturan perundang-undangan. Dan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 17 tahun 2013 tentang
perubahan atas peraturan menteri kesehatan No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010
tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat.
Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 dibagi menjadi 13 BAB
yang terdiri dari BAB I ketentuan umum, BAB II jenis perawat, BAB III
pendidikan tinggi, BAB IV registrasi, izin praktik, dan registrasi ulang, BAB V
perawat, BAB VII kolegium keperawatan, BAB IX konsil keperawatan, BAB X
pengembangan, pembinaan, dan pengawasan, BAB XI sanksi administratif, BAB
XII ketentuan peralihan, BAB XIII ketentuan penutup. Dan terdapat 66 pasal di
dalam Undang-Undang Keperawatan.
2.1 Pendidikan Keperawatan
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan naskah akademik sistem pendidikan keperawatan di
Indonesia. Pendidikan keperawatan adalah proses pendidikan yang
diselenggarakan di perguruan tinggi untuk meghasilkan berbagai lulusan Ahli
Madya keperawatan, Ners, Magister keperawatan, Ners Spesialis, dan Doktor
Keperawatan.
2.1.1. Standar Pendidikan Keperawatan
Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada UU No. 38 tahun
2014 tentang keperawatan. Pengaturan jenis pendidikan keperawatan di Indonesia
tertera pada pasal 5, pasal 6, pasal 7, dan pasal 8 yang mencakup:
a. Pendidikan vokasi, merupakan program pendidikan diploma keperawatan
b. Pendidikan adakemik, yaitu pendidikan tinggi yang terdiri atas program
sarjana keperawatan, program magister keperawatan dan program doktor
keperawatan
c. Pendidikan profesi, yaitu terdiri atas program profesi keperawatan dan
program spesialis keperawatan.
Berdasarakan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 9, pasal
10. Pendidikan tinggi keperawatan diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
memiliki izin penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dan Perguruan tinggi diselenggarakan oleh pemerintah atau
masyarakat yang melaksanakan tridarma perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang
dimaksud dapat berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau
akademik yang harus menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan berupa rumah
sakit dan fasilitas tingkat pertama yang memenuhi persyaratan, termaksud jejaring
dan komunitas di dalam wilayah binaan. Fasilitas pelayanan kesehatan dapat
dilakukan melalui kepemilikan dan kerja sama.
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 11, penyelenggaraan
perguruan tinggi keperawatan harus memenuhi standar nasional pendidikan
keperawatan yang mengacu pada standar nasional pendidikan tinggi yang disusun
secara bersama oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang kesehatan, di bidang pendidikan, asosiasi institusi pendidikan, dan
organisasi profesi keperawatan yang ditetapkan oleh menteri yang
Dalam rangka menjamin mutu lulusan, penyelenggaraan pendidikan tinggi
keperawatan hanya dapat menerima mahasiswa sesuai dengan kuota nasional yang
diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dibidang pendidikan setelah berkoordinasi dengan menteri. Institusi pendidikan
tinggi keperawatan wajib memiliki dosen dan tenaga pendidikan yang dapat
berasal dari pegawai negeri dan/atau non pegawai negeri. Dosen yang dimaksud
yaitu berasal dari perguruan tinggi dan wahana pendidikan keperawatan. Dosen
diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dosen pada wahana pendidikan keperawatan
memberikan pendidikan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat dan pelayanan kesehatan serta memiliki kesetaraan, pengakuan, dan
angka kredit yang menghitung kegiatan pelayanan kesehatan dan ini diatur dalam
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pada pasal 12, pasal 13, pasal 14, dan
pasal 15.
2.1.2. Uji Kompetensi
Uji kompetensi adalah bagian dari penapisan kompetensi seseorang untuk
dapat menyandang gelar sebutan atau perkerjaan profesi yang sering diistilahkan
sebagai proses credentialing. Proses credentialing dilakukan oleh profesi yang bersangkutan (PPNI). Proses ini dilanjutkan dengan kegiatan registrasi, dimana
perawat yang telah lulus dicatat dan diberi nomor dalam sistem registrasi nasional.
Perawat yang telah teregistrasi, secara resmi berhak menyandang peran atau
tentang keperawatan, uji kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program studi keperawatan.
Menurut naskah akademik sistem pendidikan perawat di Indonesia.
Pelaksanaan uji kompetensi berdasarkan peraturan menteri kesehatan merupakan
kewenangan dari lembaga/majelis tenaga kesehatan Indonesia (MTKI). Dalam
menjalankan tugasnya tersebut, MTKI bekerjasama dengan lembaga
pengembangan uji kompetensi (LPUK) untuk mengembangkan sistem termaksuk
termasuk soal uji kompetensi. Bukti dari kelulusan seorang perawat dalma uji
kompetensi berupa Surat Tanda Regustrasi (STR) identik denganRegistered Ners
(RN) di luar negeri.
Menurut Masfuri et,al., (2012) tujuan dilakukannya uji kompetensi terhadap lulusan baru secara nasional(Entry level national examination)adalah:
1. Menegakkan akuntabilitas profesional perawat dalam menjalankan peran
profesinya
2. Menegakkan standar dan etik profesi dalam praktek
3. Cross chekterhadap kompetensi lulusan suatu institusi pendidikan 4. Melindungi kepercayaan masyarakat terhadap profesi perawat.
UU Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 16.
Mahasiswa keperawatan pada akhir masa pendidikan tinggi vokasi dan profesi
harus mengikuti uji kompetensi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
berkerja sama dengan organisasi profesi perawat, lembaga pelatihan, atau lembaga
kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja, standar kompetensi
kerja disusun oleh organisasi profesi perawat dan konsil keperawatan dan
ditetapkan oleh menteri. Mahasiswa pendidikan vokasi keperawatan yang lulus uji
kompetensi diberikan sertifikat kompetensi dan mahasiswa pendidikan profesi
yang lulus uji kompetensi diberikan sertifikat profesi yang diterbitkan oleh
perguruan tinggi.
2.2. Pelayanan Praktik Keperawatan
Dalam tatanan klinis jenis perawat terbagi dua yaitu, perawat vokasi dan
perawat profesi yag terdiri atas ners dan ners spesialis (Pasal 4, UU No. 38 tahun
2014). Pada dasarnya ada dua jenis tindakan yang dilakukan oleh perawat, yaitu
tindakan yang dilakukan berdasarkan pesanan dokter dan tindakan yang dilakukan
mandiri. Kedua jenis tindakan ini mempunyai implikasi yang berbeda. Tindakan
yang berdasarkan pesanan dokter tidak dapat sepenuhnya secara hukum
dibebankan kepada perawat, sedangkan tindakan mandiri sepenuhnya dapat
dibebankan pada perawat (Priharjo, 2008).
Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Pelayanan
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,
baik sehat maupun sakit. Praktik keperawatan adalah pelayanan yang
diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk asuhan keperawatan yang merupakan
mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat
dirinya.
2.2.1. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Mandiri
Dengan melaksanakan asuhan keperawatan mandiri dengan menggunakan
pendekatan asuhan keperawatan, perawat diharapkan dalam memberi asuhan
keperawatan dan mampu menegakkan diagnosis keperawatan sesuai standar yang
disusun oleh organisasi profesi (Priharjo, 2008).
Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 29. Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan, perawat bertugas sebagai pemberi asuhan
keperawatan, penyuluh dan konselor klien, pengelola pelayanan, peneliti
keperawatan, pelaksan tugas berdasarkan pelimpahan kewenangan, dan pelaksana
tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu. Tugas perawat dapat dilaksanakan
secara bersama atau mandiri, bertanggung jawab dan akuntabel.
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 30 ayat 1. Perawat
dalam memberi asuhan keperawatan perorangan berwewenang, melakukan
pengkajian keperawatan secara holistik, menetapkan diagnosis keperawatan,
merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan,
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan, melakukan rujukan, memberikan
tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi, memberikan
konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter, melakukan penyuluhan
kesehatan dan konseling dan, melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 30 ayat 2. Perawat
dalam memberi asuhan keperawatan kepada masyarakat berwewenang,
melakukan pengkajian keperawatan kesehatan masyarakat ditingkat keluarga dan
kelompok masyarakat, menetapkan permasalah keperawatan kesehatan
masyarakat, membantu penemuan kasus penyakit, merencanakan tindakan
keperawatan kesehatan masyarakat, melaksanakan tindakan keperawatan
kesehatan masyarakat, melakukan pemberdayaan masyarakat, melaksanakan
advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat, menjalin kemitraan dalam
perawatan kesehatan masyarakat, melakukan penyuluhan kesehatan dan
konseling, mengelola kasus dan, melakukan penatalaksanaan keperawatan
komplementer dan alternatif.
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 31 ayat 1. Pelayanan
keperawatan sebagai penyuluh dan konselor bagi klien, perawat berwenang,
melakukan pengkajian keperawatan secara holistik di tingkat individu dan
keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat, melakukan pemberdayaan
masyarakat, melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat,
menjalin kemitraan perawatan kesehatan masyarakat dan melakukan penyuluhan
kesehatan dan konseling.
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 31 ayat 2. Perawat
dalam menjalankan tugas sebagai pengelolahan pelayanan keperawatan, perawat
berwewenang, melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan,
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelayanan keperawatan, dan
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 31 ayat 3. Perawat
dalam menjalankan tugas sebagai peneliti keperawatan, perawat berwewenang
melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika, menggunakan sumber daya
pada fasilitas pelayanan kesehatan atas izin pimpinan, dan menggunakan pasien
sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2.2.2. Menjalankan tindakan dari profesi lain
Dalam menjalankan tindakan perawat mungkin saja menjalankan tindakan
dari profesi lain (medis). Secara konseptual sebelum menjalankan pesanan dokter
(misalnya: memberian obat). Perawat harus yakin dulu bahwa pesanan yang
diberikan benar-benar jelas dan dapat dilaksanakan. Perawat harus mengikuti
pesanan dari waktu ke waktu dalam arti perawat harus tahu kapan pesanan mulai
diberikan, dihentikan, atau diganti (Priharjo, 2008).
Menurut (Becker, 1983 dalam Priharjo, 2008), mengemukakan empat hal
yang harus ditanyakan perawat untuk melindungi perawat secara hukum:
a. Tanyakan setiap pesanan ditanyakan pasien, misalnya jika seorang pasien
yang telah menerima injeksi IM memberitahu perawat bahwa dokter telah
mengganti pesanan dari obat injeksi ke obat oral, perawat harus memeriksa
kembali pesanan sebelum memberi obat.
b. Tanyakan setiap pesanan bila kondisi klien telah berubah. Perawat
dianggap bertanggung jawab untuk memberitahukan dokter setiap
c. Tanyakan dan catat pesanan verbal untuk mencegah kesalahan
komunikasi. Catat waktu/jam, tanggal, nama dokter, pesanan, keadaan
yang harus diberitahukan dokter, baca kembali pesanan kepada dokter, dan
catat bahwa dokter telah menyepakati pesanannya sewaktu diberikan.
d. Tanyakan pesanan (Standing order), terutama bila perawat tidak berpengalaman. Standing order memberi tambahan tanggung jawab perawat dalam melatih diri membuat keputusan sewaktu
melaksanakannya. Perawat diberi tugas membuat keputusan kapan obat
dibutuhkan. Bagi perawat yang merasa tidak berpengalaman harus minta
petunjuk baik dari perawat senior maupun dokter.
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 32. Pelimpahan medis
yang diberikan ada dua yaitu delegatif dan mandat. Delegatif yaitu melakukan
suatu tindakan medis yang diberikan oleh tenaga medis kepada perawat dengan
disertai dengan pelimpahan tanggung jawab, yang diberikan kepada perawat
profesi atau perawat vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan.
Pelimpahan wewenang hanya dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis
kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi
pelaksanaannya.
Mandat yaitu pelimpahan wewenang yang diberikan kepada perawat untuk
melakukan sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan, dimana tanggung jawab
atas tindakan medis yang dilimpahkan berada pada pemberi pelimpahan
wewenang, dalam melaksanakan tugas pelimpahan wewenang perawat memiliki
pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis, melakukan tindakan medis
dibawah pengawasan atas pelimpahan wewenang mandat dan, memberikan
pelyanan kesehatan sesuai dengan program pemerintah.
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 33. Pada situasi tertentu
perawat mendapat penugasan dalam keadaan terbatas dari pemerintah yang
ditetapkan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah yang menyelenggarakanan
urusan pemerintah di bidang kesehatan setempat, dimana tidak adanya tenaga
medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu wilayah tempat perawat bertugas.
Maka, perawat berwenang, melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam
hal tidak terdapat tenaga medis, merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada
sistem rujukan dan, melakukan pelayanan kefarmasiaan secara terbatas dalam hal
tidak terdapat tenaga kefarmasian. Dalam konteks pelaksanaan tugas pada
keadaan darurat perawat tetap memperhatikan kompetensinya.
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 35. Dalam keadaan
darurat untuk memberi pertolongan pertama, perawat dapat melakukan tindakan
medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya, yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut, sesuai dengan
hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 61, perawat lulusan
sekolah perawat kesehatan yang telah melakukan praktik keperawatan sebelum
undang-undang ini diundangkan masih diberikan kewenangan melakukan praktik
keperawatan untuk jangka waktu enam tahun setelah undang-undang
2.2.3. Hak dan Kewajiban Perawat
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan salah satu dari
praktik keperawatan tentunya seorang perawat memiliki hak dan kewajiban, dua
hal dasar yang harus terpenuhi, dimana ada keseimbangan antara tuntutan profesi
dengan apa yang semestinya didapatkan dari pengembanagan tugas secara
maksimal. Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan
tugas sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur (SOP) merupakan
salah satu hak perawat yang mempertahankan kredibilitas dibidang hukum serta
menyangkut aspek legal atas dasar peraturan perundang-undangan dari pusat
maupun daerah (Iskandar, 2013).
2.2.3.1. Hak Perawat
Hak adalah kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau
suatu badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu
(Iskandar, 2013).
Hak perawat berdasarkan Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun
2014 tentang keperawatan terdapat dalam pasal 36, yaitu:
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan peraturan prundang-undangan.
b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari klien dan/atau
keluarganya.
d. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode
etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau
ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.
Hak perawat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik perawat terdapat dalam pasal 11, yaitu:
a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik
keperawatan sesuai standar.
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau
keluarganya.
c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensinya
d. Menerima imbalan jasa profesi; dan
e. Memeperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan
dengan tugasnya.
2.2.3.2. Kewajiban Perawat
Kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan
oleh seseorang atau suatu badan hukum (Iskandar, 2013).
Kewajiban perawat dalam melaksanakan praktik berdasarkan
Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan terdapat dalam
a. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan
standar pelayanan keperawatan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar profesi prosedur operasional, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga
kesehatana yang lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya.
d. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar.
e. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.
f. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain
yang sesuai dengan kompetensi perawat.
g. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kewajiban perawat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 terdapat pada pasal 12, yaitu:
1. Dalam melaksanakan praktik perawat wajib untuk:
a. Menghormati hak pasien
b. Melakukan rujukan
d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan
pelayanan yang dibutuhkan.
e. Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
f. Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis; dan
g. Mematuhi standar.
2. Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu
pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang
tugasnya, yang diselenggarakan oleh pemerintah atau organisasi profesi.
3. Perawat dalam menjalankan praktik wajib membantu program pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
2.2.4. Hak dan Kewajiban Klien
Dahulu hubungan tenaga kesehatan di rumah sakit dengan klien bersifat
komando, dimana pasien selalu menuruti apa yang dikatakan petugas tanpa
mempertanyakan alasannya. Sekarang kedudukan tenaga kesehatan dengan pasien
adalah sejajar dan sama secara hukum. Klien memiliki hak dan kewajiban
tertentu, demikian sebaliknya (Ta’adi, 2009).
2.2.4.1. Hak Klien
Hak klien dalam praktik keperawatan berdasarkan Undang-Undang No.38
tahun 2014 tentang keperawatan terdapat dalam pasal 38 dan 39 yaitu:
a. Mendapatkan informasi secara benar, jelas, dan jujur tentang tindakan
b. Meminta pendapat perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya.
c. Mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan keperawatan,. standar profesi, standar profesi operasional, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Memberi persetujuan atau penolakan tindakan keperawatan yang akan
diterimanya
e. Memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.
f. Pengungkapan rahasia kesehatan klien dilakukan atas dasar, kepentingan
kesehatan klien, pememnuhan permintaan aparatur penegakan hukum
dalam rangka penegakan hukum, persetujuan klien sendiri, kepentingan
pendidikan dan penelitian, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.2.4.2. Kewajiban Klien
Berdasarkan Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 pasal 40,
dalam praktik keperawatan, klien berkewajiban:
a. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk perawat
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan, dan
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
2.3. Praktik mandiri perawat
Praktik mandiri perawat adalah tindakan mandiri perawat ahli madya
kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya (Kusnanto, 2004).
Dalam melaksanakan praktik perawat wajib memiliki:
2.3.1. Surat Tanda Registrasi (STR)
Registrasi perawat terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang
keperawatan. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap perawat yang telah
memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi dan telah mempunyai
kualifikasi tertentu lainnya serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan
praktik keperawatan. Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh konsil keperawatan kepada perawat yang telah registrasi.
Berdasarkan Permenkes 148 tahun 2010. Surat Tanda Registrasi (STR)
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan
yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan perturan
perundang-undangan.
Perawat yang menjalankan praktik keperawatan wajib memiliki STR, yang
diberikan oleh konsil keperawatan setelah memenuhi persyaratan. Berdasarkan
pasal 49 UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Konsil keperawat memiliki
fungsi sebagai pengaturan, penetapan, dan pembinaan perawat dalam menjalankan
praktik keperawatan. Dalam menjalankan fungsi, konsil keperawatan memiliki
tugas, melakukan registrasi perawat, melakukan pembinaan perawat dalam
menjalankan praktik keperawatan, menyusun standar pendidikan tinggi
Berdasarkan pasal 50 UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan
menyebutkan Wewenang konsil keperawatan yaitu, menyetujui atau menolak
permohonan registrasi perawat termaksud perawat warga negara asing,
menerbitkan atau mencabut STR, menyelidiki dan menangani masalah yang
berkaitan dengan pelanggaran disiplin profesi perawat, menetapkan dan
memberikan sanksi disiplin profesi perawat, dan memberikan pertimbangan
pendirian atau penutupan institusi pendidikan keperawatan.
Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 18,
persyaratan memperoleh STR yaitu: (1) memiliki ijazah pendidikan tinggi
keperawatan, (2) memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi, (3)
memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental, (4) memiliki surat pernyataan
telah mengucapkan sumpah/janji profesi, (5) membuat penyataan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi. STR berlaku 5 (lima) tahun dan dapat
diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun, untuk persyaratan registrasi ulang yaitu:
(1) memiliki STR lama, (2) memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi,
(3) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental, (4) membuat pernyataan
mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi, (5) telah mengabdi diri
sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya, (6) memenuhi kecukupan dalam
kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.
2.3.2. Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)
Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Surat Izin Praktik
kabupaten/kota kepada perawat sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktik keperawatan.
Permenkes Republik Indonesia No. 17 tahun 2013 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan No. HK. 02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin
dan penyelenggaraan praktik perawat. SIPP adalah bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan berupa praktik mandiri.
Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, izin
praktik perawat diatur pada pasal 19, pasal 20, pasal 21, dan pasal 22 yaitu:
perawat yang Dalam menjalankan praktik keperawatan wajib memiliki izin yang
diberikan dalam bentuk SIPP. SIPP diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat perawat menjalankan praktik, untuk mendapatkan SIPP
harus melampirkan: (1) salinan STR yang masih berlaku, (2) rekomendasi dari
organisasi profesi perawat, (3) surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat
keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.
SIPP dinyatakan berlaku apabila: (1) STR masih berlaku, (2) perawat
berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam SIPP. SIPP berlaku untuk 1
(satu) tempat praktik dan paling banyak untuk 2 (dua) tempat, perawat yang
menjalankan praktik keperawatan mandiri harus memasang papan nama praktik
keperawatan.
SIPP dinyatakan tidak berlaku apabila: (1) dicabut berdasarkan ketentuan
perawat, (4) perawat meninggal dunia, dan ketentuan lebih lanjut mengenai
perizinan diatur dalam peraturan menteri.
Ketentuan Perawat warga Negara asing yang akan menjalankan praktik di
Indonesia diatur dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pada pasal 24
dan pasal 25 dimana perawat warga negara asing harus mengikuti evaluasi
kompetensi yaitu: (1) Penilaian kelengkapan administratif yaitu penilaian
keabsahan ijasah oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang pendidikan, surat keterangan sehat fisik dan mental, dan surat pernyataan
untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi, (2) Penilaian
kemampuan untuk melakukan praktik keperawatan yang dinyatakan dengan surat
keterangan telah mengikuti program evaluasi kompetensi dan sertifikat
kompetensi, selain ketentuan tersebut perawat Negara asing harus memenuhi
persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perawat
warga negara asing yang sudah mengikuti proses evaluasi kompetensi dan yang
akan melakukan praktik di Indonesia harus memiliki STR sementara dan SIPP,
yang berlaku 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun
berikutnya, perawat warga negara asing yang akan melakukan praktik
keperawatan di Indonesia sesuai atas permintaan pengguna perawat warga Negara
asing yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas perawat Indonesia.
Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 27,
menerangkan Perawat warga Negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan
melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus mengikuti proses evaluasi
keabsahan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang pendidikan, Surat
keterangan sehat fisik dan mental, Surat pernyataan untuk mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etik profesi, (2) Penilaian kemampuan untuk melakukan
praktik keperawatan dilakukan melalui uji kompetensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Perawat warga Negara Indonesia lulusan luar
negeri yang telah lulus uji kompetensi dan akan melakukan praktik keperawatan
di Indonesia memperoleh STR yang diberikan oleh konsil keperawatan dan wajib
memiliki SIPP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 28 menjelaskan bahwa
Praktik keperawatan dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat
lainnya sesuai dengan sasaran klien yang berdasarkan pada kode etik, standar
pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional. Praktik keperawatan
yang dilakukan terdiri dari praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan
di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan prinsip kebutuhan pelayanan
kesehatan dan/atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.
Berdasarkan Permenkes 148 tahun 2010 pasal 8. Penyelenggaraan praktik
keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama,
tingkat kedua, dan tingkat ketiga, yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dilaksanakan melalui kegiatan: (1) pelaksanaan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi yang meliputi penerapan perencanaan dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang termaksud pelaksanaan prosedur
evaluasi keperawatan. Dan dalam menjalankan asuhan keperawatan perawat dapat
memberikan obat bebas dan/atau obat bebas terbatas, (2) pelaksanaan upaya
promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat, (3) pelaksanaan
tindakan keperawatan komplementer.
Pelanggaran yang dilakukan perawat dalam melakukan tindakan pratik
keperawatan profesional akan mendapatkan sanksi seperti yang tercantum dalam
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, pasal 58 berupa, teguran tertulis,
peringatan tertulis, denda administrasi, dan pencabutan izin.
2.4. Profesionalisme Keperawatan
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional, sebagai bagian
dari pelayanan kesehatan yang mempunyai daya ungkit besar terhadap
pembangunan bidang kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan salah
satunya dari kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat yang
berkualitas. Praktik profesional perawat merupakan ciri utama profesi yang
diharapakan tetap dipelihara, dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya guna
mempertahankan standar praktik profesional yang tinggi.
Persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI) dalam rumusan kerangka
kerja kompetensi bagi perawat Indonesia telah menetapkan pengembangan
profesional sebagai ranah ketiga, sesuai dengan standar kompetensi global yang
ditetapkan oleh International Council of Nurses (ICN). Dalam ranah tersebut, salah satu elemen kompetensi yang harus dimiliki perawat adalah melakukan
Menurut (Fadhillah, 2015) Undanng-Undang No. 38 tahun 2014 tentang
keperawatan merupakan instrument pengembangan profesionalisme perawat:
1. Mengatur jenis perawat, menetapkan kejelasan kualifikasi perawat dan
memudahkan dalam perencanaan dan pengembangan sistem keperawatan
2. Pengaturan penyelenggaraan pendidikan tinggi perawat
a. Harus adanya wahana pendidikan keperawatan dan berkoordinasi
dengan organisasi profesi (PPNI) mensinkronkan pelayanan
pendidikan
b. Memperkuat fungsi fasilitas pelayanan kesehatan (RS) sebagai
penyelenggaraan pendidikan ners: Dosen dan SNPK, dll.
3. Mengatur sistem kredensialing (registrasi dan lisensi) sebagai karakteristik
perawat sebagai profesi
4. Pengaturan tugas dan wewenang menegaskan kemandirian dan kolaborasi
dengan tenaga medis dan sesame perawat
5. Pengaturan lembaga 2 (Konsil, Organisasi profesi/Kolegium) memperkuat
penerapan aspek 2 keprofesian (Kode etik, standar, pendisplinan)
Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, pasal 53.
Pengembangan praktik keperawatan dilakukan melalui pendidikan formal dan
pendidikan nonformal atau pendidikan berkelanjutan. Pengembangan praktik
keperawatan bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan
keprofesionalan perawat dalam memenuhi kebutuhan pelayanan, pemilik, atau
pengelola fasilitas pelayanan kesehatan harus memfasilitasi perawat untuk
berkelanjutan ditempuh dengan menyelesaikan pendidikan keperawatan yang
dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, organisasi profesi
perawat, atau lembaga lain yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pada standar
pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional yang dibina oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan
dan berkoordinasi dengan kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang kesehatan.
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, pasal 55, pasal 56, dan pasal 57.
Pembinaan dan pengawasan praktik keperawatan dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, konsil keperawatan, dan organisasi profesi sesuai dengan
fungsi masing-masing yang diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, melindungi masyarakat atas tindakan perawat yang tidak sesuai
dengan standar, dan memberikan kepastian hukum bagi perawat dan masyarakat.
Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 44. Kolegium
keperawatan merupakan badan otonom di dalam organisasi profesi perawat yang
bertanggung jawab kepada organisasi profesi perawat. Berfungsi mengembangkan
cabang disiplin ilmu keperawatan dan standar pendidikan tinggi bagi perawat
profesi. Dalam pasal 41 UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Organisasi
profesi perawat dibentuk sebagai satu wadah yang menghimpun perawat secara
nasional dan berbadan hukum. Dimana bertujuan, meningkatkan dan/atau
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat, dan etika profesi
pembangunan kesehatan, sebagai pemersatu, Pembina, pengembang, dan