REPRESENTASI TRAGEDI KEMANUSIAAN DALAM FOTO JURNALISTIK
(Analisis Semiotik Pada Foto Karya Kevin Carter)
SKRIPSI
Diajukan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)
Muahammad Rizki S. 08220158
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahNya dalam penyusunan skripsi ini. Shalat serta salam tak lupa
penulis lantunkan kepada Nabi Muhammad SAW, agar kelak kita mendapatkan safa‟at di hari akhir nanti.
Atas karuniahNya, penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Representasi Tragedi Kemanusiaan dalam Foto Jurnalistik (Analisis Semiotik
Pada Foto Karya Kevin Carter)”.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang representasi tragedi kemanusiaan dalam foto jurnalistik khususnya foto karya Kevin Carter. Dalam foto karya Kevin Karter salah satunya telah meraih
penghargaan tertinggi dibidang jurnalisme cetak di Amerika Serikat yaitu The Pluitzer Awards.
Harapan yang peneliti inginkan adalah semoga penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca dan kalangan akademik tentang riset studi media, serta dapat dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya tentang
analisis teks media.
Dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
2. Kedua orangtuaku, seluruh keluarga dan sahabat-sahabatku yang selalu berdo‟a dan memberi semangat tiada hentinya, agar tetap semangat untuk
menyelesaikan kuliah. Bapak dan Ibu guruku dari SD sampai SMA yang tak pernah bosan memberi nasehat.
3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, Bapak Dr. Wahyudi, M.Si yang telah memberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Bapak Nurudin, S.Sos, M.Si yang telah memberikan izin sehingga tulisan ini dapat diuji pada level sarjana.
5. Pak Zen Amirudin, S.Sos dan Ibu Dra. Tutik Sulistyowati, M.Si selaku pembimbing, terima kasih atas semua saran, keritik, bimbingan, pengetahuan dan motivasi selama proses pengerjaan skripsi ini. saya
mohon maaf apabila dalam masa bimbingan, saya banyak melakukan ha-hal yang tidak berkenan di hati Bapak.
6. Seluruh Dosen, Staf dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu proses penyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabatku mahasiswa, Syamsul, Alan, Wahyu, Rudi, Samudra, Fredy, Lutfi dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak dapat saya
sebutkan satu-persatu. Kalian semua sahabat-sahabat berkualitas yang telah merubah pandanganku tentang bagaimana menjadi seorang teman. 8. Para teman kontrakan sigura-gura, Alan, Dhimas, Hari, Bryan dll yang
9. Kepada kekasih hati, Arindi Yani Astiti, terima kasih atas dukungan dan do‟anya dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Dan untuk semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya tugas akhir ini, mohon maaf karena tidak bisa saya sebutkan semua.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, setidaknya dari sudut pandang penulis sendiri ketika merampungkannya. Untuk itu, saya berharap pada
rekan-rekan dan teman-teman sekalian agar dapat memberikan masukan, baik saran maupaun kritik yang membangun untuk perbaikan karya ilmiah ini.
Malang, 20 Juli 2013 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v
BERITA ACARA SEMINAR PROPOSAL ... vi
DAFTAR HADIR SEMINAR PROPOSAL ... vii
ABSTRAK ... viii
3. Foto sebagai Media Penyampaian Pesan ... 11
4. Jenis Jenis Foto ... 12
5. Nilai Kemanusiaan dalam Foto ... 13
6. Pengertian Foto Jurnalistik ... 15
6.1 Jenis Jenis Foto Jurnalistik ... 15
6.2 Karakteristik Foto Jurnalistik ... 16
7. Bahasa Foto ... 18
8. Analisis Semiotik ... 23
8.1 Proses Semiosis ... 26
8.2 Struktur Triadik Charles Sanders Pierce ... 26
F. Metode Penelitian ... 28
1. Pendekatan dan Paradigma ... 28
2. Ruang Lingkup Penelitian ... 29
3. Teknik Analisis Data ... 29
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ... 31
A. Sejarah Foto ... 31
B. Sejarah Foto Jurnalistik ... 32
C. Biodata Kevin Carter ... 34
D. Foto Foto Karya Kevin Carter... 34
BAB III REPRESENTASI TRAGEDI KEMANUSIAAN DALAM FOTO JURNALISTIK KARYA KEVIN CARTER ... 41
A. Analisis Gambar 3.1 Berdasarkan Struktur Triadik Charles Sanders Pierce (object, representamen, interpretant ... 41
B. Analisis Gambar 3.2 Berdasarkan Struktur Triadik Charles Sanders Pierce (object, representamen, interpretant ... 56
C. Analisis Gambar 3.3 Berdasarkan Struktur Triadik Charles Sanders Pierce (object, representamen, interpretant ... 71
D. Analisis Gambar 3.4 Berdasarkan Struktur Triadik Charles Sanders Pierce (object, representamen, interpretant ... 87
BAB IV PENUTUP ... 109
A. Kesimpulan ... 109
B. Saran ... 111
DAFTAR BAGAN
Struktur Triadik Charles Sanders Pierce ... 27
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 ... 42
Gambar 3.2 ... 57
Gambar 3.3 ... 75
Gambar 3.4 ... 90
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Identifikasi dan Klasifikasi Tanda pada Gambar 3.1 ... 44
Tabel 3.2 Interpretasi Makna Tanda Tipe Ikon pada Gambar 3.1 ... 46
Tabel 3.3 Interpretasi Makna Tanda Tipe Indeks pada Gambar 3.1 ... 48
Tabel 3.4 Interpretasi Makna Tanda Tipe Simbol pada Gambar 3.1 ... 50
Tabel 3.5 Identifikasi dan Klasifikasi Tanda pada Gambar 3.2 ... 60
Tabel 3.6 Interpretasi Makna Tanda Tipe Ikon pada Gambar 3.2 ... 62
Tabel 3.7 Interpretasi Makna Tanda Tipe Indeks pada Gambar 3.2 ... 64
Tabel 3.8 Interpretasi Makna Tanda Tipe Simbol pada Gambar 3.2 ... 66
Tabel 3.10 Interpretasi Makna Tanda Tipe Simbol pada Gambar 3.3 ... 80
Tabel 3.11 Interpretasi Makna Tanda Tipe Indeks pada Gambar 3.3 ... 81
Tabel 3.12 Interpretasi Makna Tanda Tipe Simbol pada Gambar 3.3 ... 83
Tabel 3.13 Identifikasi dan Klasifikasi Tanda pada Gambar 3.4 ... 92
Tabel 3.14 Interpretasi Makna Tanda Tipe Ikon pada Gambar 3.4 ... 94
Tabel 3.15 Interpretasi Makna Tanda Tipe Indeks pada Gambar 3.4 ... 96
Tabel 3.16 Interpretasi Makna Tanda Tipe Simbol pada Gambar 3.4 ... 98
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, Yuyung. 2004. Lensa Manusia. Surabaya: Jawa Pos Photo
Alwi, M. Audy. 2008. Foto Jurnalistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual.Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI
Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Darmawan, Fery. 2000. Dunia dalam Bingkai. Yogyakarta: Graha Ilmu
Fiske, Jhon. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers
Giles, Judy, dan Middleton, Tim. 1999. Studying Culture : A practical
Introduction. Oxford,Blackwell Publishers
Agustin, Risa. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: SERBJAYA
Kobre, Kenneth. 2000. Photojournalism: The Professionals’ Approach. USA:
New York. Focal Press
Littlejohn, Stephen W. &Foss, Karen A. 2012. Teori Komunikasi. Jakarta:
Salemba Humanika
Moleong J, Lexy J.2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Nugroho, R. Amien. 2006. Kamus Fotografi. Yogyakarta: Andi
Sobur, Alex. 2009. Semiotika komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Winarno, Sugeng, dan Masrukh, Muhammad, 2002. Dasar-Dasar Fotografi.
Malang: UMM Press
Penelitian Terdahulu:
Deny A Arfianto, 2009. REPRESENTASI KERETA REL LISTRIK DALAM KARYA FOTO “REL WAKTU”(Analisis Semiotika Pada Foto Essai Karya Edy Purnomo) Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.
Internet:
Anonim 1. 2009. Mengenal Penyakit Busung Lapar
http://sarangsemutasli.com/mengenal-penyakit-busung-lapar/.html (diakses pada tanggal 13 juni 2013 pukul 22.00 WIB)
April. 2011. Kevin Carter, Misteri Foto Fenomenal dan Kematian
http://sueswit.net/2011/07/15/kevin-carter-cermin-jiwa-fotografer-yang-menjadi-korban-dari-hasil-karya-fotografinya.html (diakses pada tanggal 20 maret 2013 pukul 21.45 WIB)
Bakrie, Iskandar. 2010. Kevin Carter, Fotografer 'Depresi' Pemenang Pulitzer. http://www.tnol.co.id/psikologi-kesehatan/5351-kevin-carter-fotografer-depresi-pemenang-pulitzer.html (diakses pada tanggal 15 januari 2013 pukul 19.00 WIB)
Kiesaputra. 2011. Burung Nazar si Pemakan Bangkai
http://kiesaputra.wordpress.com/ Burung Nazar si pemakan bangkai.html (diakses pada 14 juni 2013 pukul 21.00 WIB)
Lembata. 2010. Akhir Tragis Seorang Kevin Carter.
http://lewolembata.blogspot.com/2010/12/akhir-tragis-seorang-kevin-carter.html (di akses pada tanggal 12 maret 2013 pukul 21.30 WIB)
Perambahan, Adnan. 2009. Joseph Pulitzer: Jurnalis Penggagas Penghargaan
Pulitzer.
Si Jenggot. 2009. Seni Fotografi dan Arti Sebuah Foto
http://kamissore.blogspot.com/2009/07/seni-fotografi-dan-arti-sebuah-foto.html (diakses pada tanggal 08 maret 2013 pukul 13.45 WIB)
Stefan. 2010. Jepretan Kevin Carter.
http://stefantepz.blogspot.com/2010/11/27/ life giving Jepretan Kevin Carter.html (diakses pada tanggal 10 februari 2013 pukul 21.00 WIB)
Utomo, Setyo.2013. Nilai Dari Sebuah Karya Foto.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan
atau memori yang berbentuk sebuah gambar. Selembar foto dapat menghasilkan sebuah ungkapan suasana yang sesuai dengan keadaan pada saat pengambilan gambar tersebut. Foto itu selalu abadi daripada sebuah manusia
yang setiap saat tidak ada atau meninggal, tetapi foto itu selalu ada sampai zaman kapan pun. Aneka foto dapat di aplikasikan untuk berbagai media
seperti kartu ucapan, kenangan maupun sebagainya. Pengambilan foto yang menentukan sebuah hasil foto yang tersebut keliatan bermakna atau indah.
Foto juga dapat diartikan melalui bahasa foto untuk mengetahui pesan
tertentu. Dan bahasa foto biasanya digunakan fotografer dalam menyampaikan pesan tertentu dari foto yang diabadikanya. Seorang fotografer haruslah
mengerti dan menguasai bahasa fotografi, dengan begitu para penikmat foto dapat dengan mudah mendekripsikan sebuah hasil karya seorang fotografer. Banyak hasil karya yang seorang fotografer yang seolah-olah berbicara kepada
para pemirsanya mengenai objek yang ada dalam foto tersebut tanpa menggunakan kata-kata/teks dalam foto tersebut.
2 Dr. Phill Atrid dalam bukunya komunikasi dalam teori praktek : telah menjadi kenyataan bahwa dunia yang seperti disajikan oleh media massa, dinilai
sebagai kenyataan oleh komunikan, kepercayaan itu semakin meningkat apabila sajian diberikan dalam bentuk yang dapat dilihat. Sehingga tujuan
utama dari sebuah pemotretan adalah adanya komunikasi (Winarno dan Masrukh, 2002:14).
Foto sekarang bukan hanya berati benda mati yang hanya diam, tapi
foto akan bisa berbicara dengan cara mengingatkan kita dalam suasana pada saat pengambilan foto. Semua kenangan dapat kita simpan di sebuah foto atau
media lain yang sudah berkembang, seperti hal nya foto jurnalistik. Foto sebagai elemen karya jurnalistik sudah ada sejak lama dalam sebuah media massa menyebutnya foto jurnalistik. Sebagai alat komunikasi foto jurnalistik
erat hubungannya dengan informasi yang diramu dengan kejadian, kepekaan, kecekatan dan intelektualitas sehingga hasil akhirnya merupakan hasil karya
yang komunikatif.
Foto jurnalistik secara garis besar adalah gabungan antara foto dan kata-kata. Kata-kata di sini merupakan data yang mendukung foto sedangkan
menurut Wilson Hicks, redaktur senior Majalah LIFE (1937-1950) foto jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.
Ada beberapa alasan foto menjadi elemen penting dalam kerja jurnalistik. Salah satunya yaitu, foto menimbulkan sebuah efek imajinatif pada pembaca dibawa hadir daloam sebuah perististiwa yang diberitakan dan pembaca
3 yang diberitakan. Tergasnya, efek imajinatif foto dalam sebuah karya jurnalistik cetak tidak lain adalah membuat sebuah karya jurnalistik menjadi
lebih nyata di hadapan pembaca. Berkenaan dengan itu, foto menjadi bukti yang semakin meyakinkan pembaca akan kebenaran sebuah peristiwa yang
diberitakan (Alwi, 2008).
Sekilas membahas tentang penghargaan fotografi, banyak sekali penghargaan-penghargaan di dunia yang bergengsi, salah satunya Pulitzer
Awards. Penghargaan ini adalah penghargaan yang dianggap tertinggi dalam bidang jurnalisme cetak di Amerika Serikat. Salah satu peraih penghargaan
dari The Pluitzer ini adalah seorang jurnalis dari Sudan yaitu Kevin Carter. Sedikit cerita bagaimana Kevin Carter bisa mendapat penghargaan ini dari
hasil karya foto jurnalistiknya (Stefan. 2010).
Dalam suatu perjalanan ke Sudan tepatnya di desa bernama Ayod, saat Kevin bekerja sebagai jurnalis lapangan. Carter melihat seorang anak kecil
kurus kering sedang berjuang keras menuju dapur umum. Di tengah jalan si gadis kecil itu beristirahat dan tidak lama kemudian seekor burung bangkai mendarat di belakangnya dan seakan menunggu kematian si gadis kecil itu.
Carter menunggu selama 20 menit untuk menunggu burung bangkai itu merentangkan sayapnya. Tapi selama Kevin menungu, ternyata burung itu
tidak juga merentangkan sayapnya dan pergi. Akhirnya Carter memutuskan untuk memotret peristiwa mengerikan itu, lalu mengusir si burung bangkai. Namun tindakannya itu tetap mengundang kritik karena tidak segera
4 menghasilkan fotonya itu. Setelah mengabadikan peristiwa itu dalam kameranya, foto itu kemudian dijual ke The New York Times salah satu media
cetak di kota New York Amerika Serikat. Foto Kevin Carter diterbitkan pada tanggal 26 Maret 1993. Pada ssat malam itu juga ratusan orang menelpon
koran tersebut, menanyakan apakah anak kecil yang ada di foto bertahan hidup. Hari berikutnya, koran itu menambahkan catatan bahwa si gadis kecil bertahan hidup dan mampu menghindari burung bangkai namun bagaimana
nasibnya kemudian tidak ada yang tahu. Menanggapi hal itu, ada penulis lain yang mengatakan bahwa jika burung bangkai mengamati calon korbannya
hingga lemah, maka Carter mengamati dengan cara yang sama dari balik lensa kameranya (Stefan. 2010).
Terlepas dari salah satu foto fenomena yang diabadikan oleh Kevin
Carter yang kontroversi, foto tersebut memuat informasi tentang peristiwa yang mungkin tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Sebagai karya
jurnalistik, ini merupakan berita penting untuk masyarakat, sebaliknya dari sisi kemanusiaan, itu kenyataan yang sangat memperhatinkan. Seperti prinsip peliput berita pada umumnya bahwa Bad News is The Best News. Tapi di sisi lain Kevin mempunyai jiwa kemanusiaan yang sangat tinggi, dilihat dari ceritanya yang kontroversi itu Kevin telah bunuh diri karena dia merasa
bersalah atas tindakannya yang tidak sempat menyelamatkan bocah itu dari kematian dan lebih mendahulukan mengabadikannya dalam foto.
Dari sekian banyak karya foto jurnalistik karya Kevin Carter, sebagian
5 kemanusiaan banyak masyarakat yang mengagumi karya-karyanya terutama masyarakat yang menyukai dunia fotografi. Peneliti merupakan salah satu
penggemar karya foto kemanusiaannya.
Dalam dunia foto ada beberapa jenis yaitu foto manusia dan foto
kemanusiaan. Arti foto manusia secara singkat adalah foto yang obyeknya manusia. Sedangkan foto kemanusiaan dari obyeknya bisa dikatakan sama dengan foto manusia karena sama-sama berobyekan manusia, disisi lain foto
kemanusiaan tidak hanya dilihat dari obyeknya saja tapi foto kemanusiaan itu untuk menyampaikan pesan-pesan yang diinginkan sang fotografer. Sebagai
fotografer harus tahu alasan apa yang membuat dia memotret. Di sinilah dibutuhkan kepekaan melihat sebuah obyek, selain keberuntungan mendapatkan moment yang bagus. Memotret juga harus menggunakan otak
dan hati. Sebuah obyek atau suasana yang biasa-biasa saja atau monoton, di tangan seorang fotografer yang memiliki kepekaan dalam melihat obyek di
sekitarnya, hasil fotonya bisa menyampaikan pesan lebih bahkan bisa muncul suasana lain di dalamnya yang mungkin orang kebanyakan tidak merasakannya. Oleh karenanya, bagi seorang fotografer yang penting adalah
foto yang dihasilkan bisa bicara dan menginspirasi. Dan akan ada efek yang luar biasa dari hasil foto apabila fotografer memiliki jiwa kemanusiaan yang sangat tinggi. Jadi foto kemanusiaan tidak hanya dilihat dari nilai fotonya saja
tapi juga dilihat dari fotografernya.
6 “Representasi Tragedi Kemanusiaan dalam Foto Jurnalistik” dengan
menggunakan analisis semiotik pada karya Kevin Carter.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan fenomena di atas maka dapat ditarik rumusan masalah
yaitu bagaimana representasi tragedi kemanusiaan dalam foto jurnalistik karya Kevin carter.
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memaknai representasi tragedi kemanusiaan dalam foto jurnalistik karya Kevin Carter
D. Manfaat penelitian
D.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat memberikan tambahan kajian Ilmu komunikasi
khususnya dibidang fotografi dan untuk memberi pemahaman kepada mahasiswa tentang pentingnya foto sebagai media informasi dan lebih bisa
mengembangkan analisis komunikasi visual khususnya foto dengan menggunakan analisis semiotik model Charles Sanders Pierce.
D.2 Manfaat Praktis
7 bahwa melalui sebuah foto kita dapat menyampaikan informasi kepada
masyarakat.
E. Tinjauan Pustaka
E.1 Representasi
Di dalam buku Studying Culture : A practical Introduction (Giles dan Middelton, 1999 : 56-57), terdapat tiga definisi dari „to represent‟ yaitu : To stand in for, hal ini dapat dicontohkan dalam kasus bendera suatu Negara, yang jika dikibarkan dalam suatu event olahraga, maka bendera tersebut menandakan keberadaan Negara yang bersangkutan dalam event tersebut. To
speak or act on behalf of, contoh kasusnya adalah Paus menjadi orang yang berbicara dan bertindak atas nama umat Katolik. To re-present, dalam arti ini misalnya tulisan sejara atau biografi yang dapat menghadirkan kembali
kejadian-kejadian dimasa lalu.
Dalam prakteknya, ketiga makna dari representasi ini dapat saling
tumpang tindih. Oleh karena itu, untuk mendapat pemahaman lebih lanjut mengenai aoa makna dari representasi dan bagaiman caranya beroperasi dalam
masyarakat budaya.
Representasi kebudayaan dan pemahaman pelatihan-pelatihan penandaan. Representasi menghubungkan arti dan bahasa pada representasi
8 Melalui representasi, suatu makna diproduksi dan dipertukarkan antar anggota masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa, representasi seara singkat
adalah salah satu cara untuk memproduksi makna. Representasi bekerja melalui system representasi. Sistem reprsentasi ini terdiri dari dua komponen
penting, yaitu konsep dalam pikiran dan bahasa. Kedua komponen ini saling berelasi. Konsep dari sesuatu hal yang kita miliki dalam pikiran kita membuat kita mengetahui makna dari hal tersebut. Namun, makna tidak akan dapat
dikomunikasikan tanpa bahasa. Sebagai contoh kita mengetahui gelas dan mengetahui maknanya.
Oleh karena itu yang terpenting dalam sistem representasi ini pun adalah bahwa kelompok yang dapat berproduksi dan bertukar makna dengan baik adalah kelompok tertentu yang memiliki suatu latar belakang
pengetahuan yang sama sehingga dapat menciptakan pemahaman yang hampir sama. Berpikir dan merasa menurut Hall juga merupakan sistem representasi.
Sebagai sistem representasi berarti berpikir dan merasa juga berfungsi untuk memaknai sesuatu. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan hal tersebut, diperlukan latar belakang pemahaman yang sama terhadap konsep, gambar
dan ide (Giles dan Middelton, 1999 : 56-57).
Pemaknaan terhadap sesuatu dapat sangat berbeda dalam budaya atau
kelompok masyarakat yang berlainan karena pada masing-masing budaya atau kelompok masyarakat tersebut ada cara-cara tersendiri dalam memaknai sesuatu. Kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang pemahaman
9 memahami makna yang diproduksi oleh kelompok masyarakat lain adalah
suatu kontruksi.
Manusia menkontruksi makna dengan sangat tega sehingga suatu makna terlihat seolah-olah alamiah dan tidak dapat diubah. Makna dikontruksi
melalui sistem representasi melalui kode. Kode inilah yang membuat masyarakat yang berbeda dalam suatu kelompok budaya yang sama mengerti dan menggunakan nama yang sama, yang telah melewati proses konvensi
secara social. Misalnya, ketika kita memikirkan rumah, maka kita menggunakan kata rumah untuk mengkomunikasikan apa yang ingin kita
ungkapkan kepadaorang lain. Hal ini karena kata rumah merupakan kode yang telah disepakati dalam masyarakat kita untuk memaknai suatu konsep mengenai rumah yang ada dipikiran kita dalah tempat berlindung. Kode
dengan demikian, membangun korelasi antara sistem konseptual yang ada dalam pikiran kita dengan sistem bahas yang kita gunakan (Giles dan
Middelton, 1999 : 58).
Jadi dapat disimpulkan bahwa representasi adalah suatu proses yang untuk memproduksi makna dari konsep yang ada dipikiran kita melalui
bahasa. Proses produksi makna tersebut dimungkinkan dengan hadirnya sistem representasi. Namun, proses pemaknaan tersebut tergangtung pada latar
belakang pengetahuan dan pemahaman suatu kelompok sosial terhadap suatu tanda. Suatu kelompok harus memiliki pengalaman yang sama untuk dapat memaknai sesuatu dengan cara yang hampir sama (Giles dan Middelton, 1999
10 E.2 Pengertian Foto
Fotografi berasal dari bahasa Yunani yang terbentuk dari kata Photos yang berarti mencatat atau melukis dan Graphos yaitu cahaya. Sehingga fotografi berarti penggambaran dengan cahaya atau sinar. Fotografi ini telah
lama dikenal sebelum digunakan kamera dan film fotografik yang peka terhadap cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam
pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera (Winarno dan
Masrukh, 2002: 14).
Setiap foto didasarkan atas dua fakta ilmiah sederhana : pertama cahaya yang lewat melalui lensa membentuk sebuah bayangan. Kedua, cahaya
akan menggelapkan zat tertentu. Pada fotografi sinar cahaya yang dipantulkan dari subyek yang di potret melalui suatu lensa munuju kotak rapat-cahaya
(kamera). Sehingga sinar cahaya ini mengenai dan mempengaruhi benda peka cahaya yang ada pada film, yang ada pada bagian dalam kamera. Dengan cara ini bayangan direkam pada film, yang peka cahaya. Kemudian bayangan itu
menjadi kelihatan dean dapat diproses dengan bahan kimia tertentu. bayangan negative, yang dihasilkan kemudian di cetak di kertas yang peka cahaya dan
tampak sebagai bayangan positif atau sebuah foto. Foto identik dengan aktifitas atau kegiatan yang berkaitan dengan momen-momen yang bisa menjadikan sebuah foto itu lebih berarti. Dengan foto, suatu kegiatan atau
11 kenangan atau sedikit memori yang dapat mengingatkan kita akan pada suatu kejadian atau hal menarik yang pernah kita alami sebelumnya (Winarno dan
Masrukh, 2002: 14).
E.3 Foto Sebagai Media Penyampaian Pesan
Pada dasarnya selembar foto adalah media ungkapan berkomunikasi seorang fotografer kepada pengamat foto tersebut. Sebuah foto adalah ungkapan bahasa gambar/visual seseorang. Foto tidak hanya indah, namun
juga harus implisit ada pesan di dalamnya. Ada sesuatu yang ingin disampaikan. Penikmat juga diharapkan menangkap pesan tersebut, dan
merenungi makna yang terkandung. Jika kita mengarahkan kamera ke suatu obyek tertentu, dalam benak pemotret akan muncul keinginan memperlihatkan hasil fotonya kepada “seseorang”. Seseorang di sini bisa dirinya sendiri
sebagai penikmat, maupun publik secara luas. Keingian bercerita terkadang menjadi kebutuhan seseorang. Sehingga pada saat itulah foto menjadi alat
untuk berkomunikasi, sebagai media untuk bercerita. Untuk dapat mengungkapkan secara baik melalui foto, maka tata bahasa yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan konteksnya. Tata bahasa dalam bahasa visual
fotografi meliputi penerapan teknik, komposisi dan tata cahaya, serta estetika. Aplikasi yang tepat menyebabkan seorang pengamat akan memahami dan
12 E.4 Jenis Jenis Foto
Materi jenis-jenis foto ini bertujuan untuk memperkenalkan beberapa
jenis foto sebagai referensi lebih jauh lagi dalam memperdalam pengetahuan dunia fotografi. Jenis-jenis foto disini hanya sebagai pengelompokan secara
garis besar, yang membantu mempermudah kita dalam memahami sebuah karya fotografi, dan ini bukan sebagai penggolongan yang paten untuk menghasilkan karya foto (Nugroho, 2006: 56). Dari beberapa jenis foto
peneliti hanya mencantumkan salah satu jenis jenis foto yang relevan saja dalam penelitian ini.
E.4.1 Foto Manusia
Foto manusia adalah semua foto yang obyek utamanya manusia, baik anak-anak sampai orang tua, muda maupun tua. Unsur utama dalam
foto ini adalah manusia, yang dapat menawarkan nilai dan daya tarik untuk divisualisasikan. Foto ini dibagi lagi menjadi beberapa kategori yaitu :
a. Portrait
Portrait adalah foto yang menampilkan ekspresi dan karakter manusia dalam kesehariannya. Karakter manusia yang berbeda-beda akan
menawarkan image tersendiri dalam membuat foto portrait. Tantangan dalam membuat foto portrait adalah dapat menangkap ekspresi obyek
13 b. Human Interest
Human Interest dalam karya fotografi adalah menggambarkan kehidupan manusia atau interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari serta ekspresi emosional yang memperlihatkan manusia dengan masalah
kehidupannya, yang mana kesemuanya itu membawa rasa ketertarikan dan rasa simpati bagi para orang yang menikmati foto tersebut.
c. Stage Photography
Stage Photography adalah semua foto yang menampilkan aktivitas/gaya hidup manusia yang merupakan bagian dari budaya dan
dunia entertainment untuk dieksploitasi dan menjadi bahan yang menarik untuk divisualisasikan.
E.5 Nilai Kemanusiaan dalam Foto
Apabila mengiterpretsikan tentang nilai kemanusiaan dalam foto, disini tidak hanya mendefinisikan tentang foto manusia seperti apa, tapi yang
lebih ditekankan adalah bagaimana fotografer mengabadikan sebuah foto. Karena dari hasil karya fotografer bisa dilihat bagaimana nilai kemanusiaan dalam foto dari fotografer tersebut. Bagi fotografer, sebuah karya foto adalah
sarana untuk menyampaikan pesan-pesan yang diinginkannya. Sebagai fotografer harus tahu alasan apa yang membuat dia memotret. Di sinilah
14 fotografer. Seorang fotografer yang sukses itu refleksi dari karya-karyanya yang bisa dinikmati orang banyak karena pesan yang dibawanya lewat sebuah
foto. Disinilah dibutuhkan usaha dan kerja keras agar foto yang dihasilkan mampu bercerita dan mempengaruhi orang lain. Jika fotografer tahu alasan
memotret maka ia juga akan tahu sudut pemotretan yang akan diambil. Untuk itu, fotografer harus memperhatikan lingkungan sekitarnya dan terkadang
perlu memotret dengan mencuri-curi.
Memotret juga harus menggunakan otak dan hati. Sebuah obyek atau suasana yang biasa-biasa saja atau monoton, di tangan seorang fotografer
yang memiliki jiwa seni, hasil fotonya bisa menyampaikan pesan lebih, bahkan bisa muncul suasana lain di dalamnya yang mungkin orang kebanyakan tidak merasakannya. Oleh karenanya, bagi seniman fotografi
yang penting adalah foto itu bisa bicara dan menginspirasi (Abdi, 2004: 8). Dia tidak melihat dari jenis atau merek kamera yang digunakan karena foto
tidak hanya mengandalkan teknik. Sebaliknya, kalau foto yang dihasilkan hanya sekedar merekam obyek dan suasana ala kadarnya atau hasil fotonya sama terus, berarti fotografer tersebut adalah perajin foto atau tukang foto,
bukan seniman foto.
Berbagai kreasi ide bisa direalisasikan dengan tidak gagap teknik dan
komposisi sebagai tata bahasa dalam berkomunikasi melalui foto. Kamera secanggih apapun tidak bisa mencari obyek sendiri. Jadi peran manusia di belakangnya lebih penting. Tidak perlu takut untuk memotret selama kita
15 ditanyakan pada orang lain pasti akan ada saja masalah di teknik pengambilan gambar. Namun yang lebih penting hasil foto bisa mengispirasi orang lain,
baik itu berupa keindahan atau rasa tertentu seperti jengkel, gelisah, senang, sedih.
E.6 Pengertian Foto Jurnalistik
Foto jurnalistik adalah foto yang dihasilkan melalui proses fotografi dengan maksud untuk menyebarkan informasi, cerita tentang sesuatu peristiwa
dengan menggunakan media massa. Mernurut Oscar Matullah, foto jurnalistik merupakan gabungan antara foto dan kata-kata. Kata-kata di sini merupakan
data yang mendukung foto tsedangkan menurut Wilson Hicks, foto jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan (Alwi, 2008: 5).
E.6.1 Karakteristik Foto Jurnalistik
Menurut Frank P.Hoy dalam buku “Photo Journalism The Visual Approach” (Kobre, 2000: 24) ada delapan karakteristik dalam jurnalistik
yaitu:
1. Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto. Komunikasi berupa
pesan visual dari pandangan fotografer terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan expresi pribadi.
16 jurnalistik meluas ke internet, telrevisi dan medium lain di luar medium cetak.
3. Foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.
4. Foto jurnalistik adalah perpaduan anatara foto dan teks foto.
5. Foto jurnalistik berhubungan dengan manusia. Pewarta foto harus mempunyai ketertarikan terhadap manusia dan permasalahannya. 6. Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak, pesan yang
disampaikan harus tepat dan dimengerti diberbagai kalangan.
7. Foto jurnalistik merupakan hasil kerja editor foto. Foto editor yang
baik mempresentasikan foto jurnalistik yang dihasilkan pewarta foto menjadi lebih efektif dengan mengedit, mengkroping sebelum dipublikasikan.
8. Tujuan foto jurnalistik adalah menyampaikan informasi kepada public, sesuai amandemen kebebasan berbicara kebebasan pers.
E.6.2 Jenis Jenis foto Jurnalistik
Berdasarkan bobot berita dan waktu penyiarannya, foto jurnalistik
dibedakan menjadi foto berita dan features (Alwi, 2008: 7).
1. Foto berita
Foto berita mengandung isi berita yang harus segera disiarkan dan
17 Foto berita ada sembilan macam yaitu spot news, general news, portrait, people in the news photo, daily life photo, sport photo,science and technology photo, art and culture photo, social and environment. Dari sembilan macam foto berita yang ada hanya tiga yang paling relevan
dalam penelitian ini yaitu:
a. Spot News
Spot news adalah foto yang merekam peristiwa yang tidak
direncanakan sebelumnya dan difoto ditempat terjadinya peristiwa tersebut, sehingga membutuhkan jeda waktu beberapa saat untuk tiba
dalam lokasi kejadian. Hanya fotografer yang beruntung dan jeli yang bisa mendapatkan foto spot dari awal kejadian. Misalnya seperti peristiwa kecelakaan, kebakaran, atau bom peledak, bencana alam.
b. People in the News Photo
Foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang
ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu sendiri. Bisa kelucuannya, nasib, dan sebagainya. Contoh, foto Juned korban kecelakaan peristiwa tabrakan kereta api di Bintaro, dan
18 c. Daily Life Photo
Adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari
segi kemanusiawiannya (human interest). Misalnya, foto tentang pedagang gitar.
2. Foto Features
Foto-foto yang bersifat timeless, informasi yang diberikan tidak harus actual, dalam artian tidak akan basi meskipun dilihat beberapa
bulan setelah foto itu dibuat. Foto kategori ini bukan didikte oleh peristiwanya sendiri namun ada tujuan untuk memberi kesan lebih
mendalam tentang sesuatu peristiwa. Biasanya terdiri dari foto-foto yang mengandung universal emotions (Alwi, 2008: 7).
E.7 Bahasa Foto
Bahasa fotografi adalah tata bahasa yang digunakan fotografi untuk menyampaikan pesan tertentu. Bahasa fotografi ini bisa dijumpai dalam
komunikasi non verbal sebab salah satu aspek dalam komunikasi non verbal adalah komunikasi visual yang didalamnya termasuk komunikasi gambar. Sangat diperlukan peranan bahasa fotografi sehingga orang lain dapat
mengerti karya foto yang dihasilkan. Beberapa hasil foto dari fotografer ternama seolah bisa berbicara kepada penikmatnya tanpa menggunakan
19 1. Bahasa Penampilan
Dalam bahasa penampilan ini terbagi menjadi lima bahasa antara lain:
1.1. Bahasa Ekspresi Muka
Hal ini menggambarkan mimik seorang apakah dalam keadaan sedih,
senang, heran, dan berfikir keras.
1.2. Bahasa Isyarat
Menggambarkan isyarat-isyarat dari tubuh, misalnya mengangkat bahu
merupakan tanda tidak tahu, menggelengkan kepala tanda tidak setuju, mengangkat dua jari yang menunjukan kemenangan, atau menunjukan kedua
telunjuk yang berarti menunjuk arah.
1.3. Bahasa Penciuman
Misalnya orang yang menutup hidung ketika lewat ditumpukan
sampah, maka menunjukan tempat orang tersebut ada bau yang tidak sedap.
1.4. Bahasa Pendengaran
Misalnya digambarkan orang yang menutup telinga dengan latar belakang asap mengepul dengan kertas yang berceceran, maka dapat kita rasakan suara yang keras akibat ada ledakan yang diakibatkan pembakaran
20 2. Bahasa Komposisi
Bahasa komposisi meliputi semua aspek atau unsur visual sebuah foto
(Darmawan, 2000: 93). Bahasa komposisi ini terbagi menjadi:
2.1. Bahasa Warna
Warna juga mencerminkan sesuatu. Misalkan warna putih kesucian, kejelasan, kegembiraan, dan lain-lain. Merah mencerminkan keberanian, vitalitas, seksualitas, dan kehangatan. Hitam mencerminkan duka cita,
misterius, dan menakutkan.
2.2. Bahasa Tekstur
Tekstur dapat menunjukkan kelembutan, kekerasan, licin, mengkilat, dan lain-lain. Sering juga tekstur dibuat bertentangan untuk menumpukan kontras sehingga foto menjadi menarik.
2.3. Bahasa Garis
Garis juga dapat menggambarkan sesuatu. Sebagai contoh, sebuah
benang atau kawat yang kusut menggambarkan pikiran yang kusut. Begitu pula gambar garis tebal yang mendatar menunjukan kestabilan, dan garis yang
miring menunjukan ketidakstabilan.
2.4. Bahasa Sinar atau Cahaya
Dalam foto, aspek penyinaran atau pencahayaan adalah hal yang
21 pencahayaan. Misalnya ingin mengutarakan kesedihan dan ketidakpastian masa depan. Dapat membuat foto low key (foto yang dominan hitam dibandingkan putih) atau jika menginginkan foto yang penuh dengan kegembiraan dan masa depan yang cerah, maka bias membuat foto high key (foto yang didominasi nada putih daripada hitam). Foto anak-anak biasanya banyak digambarkan dengan foto-foto high key.
2.5. Bahasa Bentuk
Misalkan bentuk segi empat dan segi tiga menunjukan kestabilan, piramida terbaik menunjukan sesuatu yang labil. Bentuk bisa menggambarkan
gemuk, kurus, dan sebagainya. Lingkaran atau bulatan menunjukan kesatuan.
3. Bahasa Gerak
Bahasa gerak ini digunakan untuk menyatakan gerak di dalam sebuah
foto (Darmawan, 2000: 94). teknik yang digunakan agar objek kelihatan bergerak adalah sebagai berikut:
3.1. Panning
Teknik memotret yang dilakukan untuk mendapatkan efek gerak dengan cara mengikuti objek. Teknik panning ini memperlihatkan sebab
22 3.2. Zooming
Teknik pemotretan yang dilakukan dengan cara memutar lensa
bersamaan dngan shutter dial (tombol pelepas rana). Teknik zooming terdiri dari zoom in dan zoom out. Zoom in menampilkan objek dari dekat, intim, detail, jelas, dan besar. Sedangkan zoom out membawa efek menjauhi objek atau melihat objek secara luas atau keseluruhan.
4. Bahasa Konteks
Dengan menempatkan focus of interest dengan latar belakang yang berbeda, maka suasana yang ada dalam foto tersebut akan berubah pula.
Misalnya seorang pejabat dengan latar belakang buku akan berbeda dengan dilatar belakangi benda-benda antik (berdasarkan ruang), begitu pula foto di
bawah sinar bulan dengan foto siang hari (berdasarkan waktu).
5. Bahasa Objek
Apabila kita melihat candi Borobudur, maka hal itu akan
menggambarkan Indonesia, beda jika kita melihat Taj Mahal, itu
menggambarkan India atau Monument Nasional (Monas) yang
menggambarkan kota Jakarta.
6. Bahasa Tanda
Tanda-tanda sesuatu mewakili yang hendak dikatakan, misalnya tanda
23 E.8 Analisis Semiotik
Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda
(Sobur 2009:15). Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini di tengah-tengah manusia dan
bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakni hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat di campuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi dalam hal mana objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda
Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa wacana dan bentuk-bentuk non verbal,
teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum studi tentang tanda merujuk pada
semiotik (Sobur 2009:16).
Istilah semiotik muncul pada abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatik Amerika, Charles Sanders Peirce. Dilihat dari cabang penyelidikannya
Pragmatik adalah suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan tanda-tanda dengan interpreter-interpreter atau para
24 kepada “doktrin formal tentang tanda-tanda”. Yang menjadi dasar dari
semiotik adalah konsep tentang tanda: tidak hanya bahasa dan sistem
komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri terkait dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak
begitu manusia bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Jadi pada dasarnya semiotik menurut Pierce adalah suatu hubungan di antara tanda,
objek dan, makna (Sobur 2009:13).
Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity” (sesuatu yang mewakili ide seseorang untuk suatu hal tertentu dalam anggapan atau kapasitas). Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretan (interpretant) dari tanda yang pertama pada gilirannya mengacu kepada objek (object). Konsekuensinya, tanda (sign atau
representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni representamen, object dan interpretant (Budiman, 2011:16).
Atas dasar hubungan ini Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap panca indera manusia dan. Tanda dibagi menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign
adalah kualitas yang ada pada tanda. Sinsign adalah eksistensi actual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda.
25 referensi dari tanda. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, Ikon adalah tanda yang hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah
antara tanda dan petanda yang bersifat kasual atau hubungan sebab akibat atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang bisa disebut juga simbol. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya (Sobur, 2009:41).
Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicent sign, atau dicisign dan argument. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu
makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicent sign, atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan atau tanda yang memberi informasi tentang sesuatu. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi (Sobur,
26 E.8.1 Proses Semiosis
Proses semiosis merupakan suatu proses yang memadukan entitas
yang disebut sebagai representamen dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Menurut Pierce Respresentamen merupakan sesuatu yang menggantikan sesuatu bagi seseorang, yang artinya di dalam benak orang itu tercipta suatu tanda lain yang ekuivalen, atau mungkin suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang tercipta itu disebut sebagai
interpretan dari tanda yang pertama. Tanda menggantikan sesuatu, yaitu objeknya tidak dalam hal, melainkan dalam rujukannya pada sejumput gagasan, yang kadang disebut sebagai latar dari represetamen. Dengan demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik
langsung dengan interpretan dan objeknya (Budiman, 2011:73).
E.8.2 Struktur Triadik Charles Sanders Pierce
Representamen adalah sesuatu yang bersifat indrawi atau material
yang befungsi sebagai tanda. Kehadirannya membangkitkan interpretant, yakni suatu tanda lain yang ekuivalen dengannya, di dalam benak seseorang (interpreter). Dengan kata lain, baik representamen maupun interpretant pada hakikatnya tidak lain dan tidak bukan adalah tanda, yakni sesuatu yang menggantikan sesuatu yang lain. Hanya saja, representamen
27 mesti konkret, tidak harus berupa hal yang kasat mata (observable) atau eksis sebagai realitas empiris, tetapi bisa pula entitas lain yang abstrak,
bahkan imajiner dan fiktif. Relasi diantara representamen, objek, dan interpretant ini membentuk sebuah struktur triadik (Budiman, 2011:74).
Struktur Triadik
Gambar 1 Struktur Triadik Charles Sanders Pierce
Sumber: Kris Budiman. 2011. Semiotika Visual. Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI, hlm. 18
Sebuah tanda atau (respresentamen) menurut Pierce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan
(interpretant) dari tanda yang pertama pada gilirannya mengacu pada objek (object). Proses tiga tingkat di antara representamen, objek dan interpretan yang dikenal sebagai proses semiosis ini niscaya menjadi objek kajian yang sesungguhnya dari seiap studi semiotika. Jika interpretant, seperti dikatakan sebelumnya, tiada lain adalah tanda yang
pada gilirannya dapat berposisi sebagai representamen maka pada Sign atau representamen
(simbol)
Object (acuan) Interpretant
28 dasarnya objek pun demikian. Objek dapat bergeser posisinya menjadi tanda, menduduki sebagai representamen, di dalam struktur triadik ini
(Budiman, 2011:17).
F. Metode Penelitian
F.1 Pendekatan dan Paradigma
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan paradigm kritis. Pada ilmu komunikasi khususnya pada kajian media.
Pendekatan kritis pada umumnya selalu melihat dalam konteks yang luas, tidak hanya pada sebuah level saja namun juga mengeksplorasi level lain
yang ikut berperan dalam sebuah peristiwa. Dalam kajian komunikasi para ahli kritik umumnya tertarik dengan bagaimana pesan memperkuat penekanan dalam masyarakat. Meskipun para ahli teori kritik tertarik pada
tindakan sosial, mereka juga fokus pada wacana dan teks-teks yang mempromosikan ideologi-ideologi tertentu, membentuk dan mempertahankan
kekuatan, meruntuhkan minat-minat kelompok atau kelas tertentu (Littlejohn & Foss, 2012:69).
Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik, pada dasarnya,
analisis semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika, atau dalam istilah semiologi pada dasarnya hendak
objek-29 objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur
dari tanda.
F.2 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memudahkan penelitian ini dan menghindari kesulitan penulis
dalam pengumpulan data, maka penulis menggunakan batasan pada foto kemanusiaan dalam karya foto jurnalistik Kevin Carter. Dalam beberapa karya yang di Kevin Carter ada empat foto yang akan diteliti yaitu “Sticken Child Crowling Towards a food Camp”, Begitu Laparnya Sehingga Setiap Orang Membawa Sesuatu Diendus Oleh Bocah Sudan”, “Kelaparan Lalu Makan Kotoran Sapi”, “Membasuh Kepala Dengan Air Seni Sapi”.
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah adalah kumpulan foto kemanusiaan dalam karya foto jurnalistik Kevin Carter, yang salah satunya sudah memenangkan penghargaan tertinggi dibidang jurnalisme cetak Amerika yaitu The Pulitzer dan telah menjadi foto yang kontroversi.
F.3 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan struktur triadik Charles Sanders Pierce. Konsep semiotik Pierce, digunakan untuk menggambarkan
30 Peneliti menganalisis setiap foto tragedi kemanusiaan dalam foto jurnalistik karya Kevin Carter yang salah satunya menjadi foto terbaik di
dunia dan juga menjadi foto jurnalistik yang kontroversi.
Peneliti menerapkan pada struktur triadik oleh Charles Sanders Pierce