• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi foto glamor karya Zoky Zoker:(analisis semiotik Charles Sanders Pierce mengenai representasi foto glamour Karya Zoky Zoker)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Representasi foto glamor karya Zoky Zoker:(analisis semiotik Charles Sanders Pierce mengenai representasi foto glamour Karya Zoky Zoker)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

REPRESENTASI FOTO GLAMOR KARYA ZOKY ZOKER

(ANALISIS SEMIOTIK CHARLES SANDERS PIERCE

MENGENAI REPRESENTASI FOTO GLAMOR

KARYA ZOKY ZOKER)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sidang Sarjana Strata-1 Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi

Hubungan Masyarakat

Oleh:

ADITYA RACHMAN NIM. 41809180

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUBUNGAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(5)

vi Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah segala puji syukur kita panjatkan kepada Yang Maha

Agung dan Maha Tinggi Allah SWT. Karena atas Rahmat dan Karunia Nya

akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi Penelitian ini dengan tepat waktu.

Skripsi ini berjudul Representasi Foto Glamor Karya Zoky Zoker (Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce Mengenai Representasi Foto Glamor Karya Zoky Zoker) yang di mulai pada bulan desember 2013.

Penulis mengucapkan terima kasih dan rasa bangga kepada orang tua

tercinta Ibu Lusy Prihantini dan Bapak Sugeng Hariadi yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat pada penulis dan juga memberikan doa

serta dukungan moril maupun materi kepada penulis dalam mengerjakan Skripsi

ini.

Dalam menyusun Skripsi ini penulis mengalami hambatan dan kesulitan

yang dialami. Terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan wawasan menjadi

hambatan besar dalam penyusunan Skripsi ini. Namun berkat kerja keras dari

semua pihak, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan semaksimal

mungkin. Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan juga dapat

memberi manfaat bagi peningkatan penulis di masa mendatang.

Penyusunan tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP UNIKOM sekaligus sebagai

(6)

vii

wawasan selama penulis melakukan perkuliahan serta memberikan

pengesahan Skripsi dalam Penelitian ini.

3. Yth, Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP UNIKOM. Sekaligus

sebagai dosen yang telah banyak membantu memberikan arahan,

masukan-masukan yang berarti bagi penulis serta memberikan

pengetahuan dan berbagi ilmu juga wawasan selama penulis melakukan

perkuliahan.

4. Yth, Bpk. Olih Solihin., S.Sos., M.I.Kom selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu memberikan arahan, masukan-masukan yang

berarti bagi penulis selama penyususan Skripsi, serta memberikan

pengetahuan dan berbagi ilmu juga wawasan selama penulis melakukan

perkuliahan.

5. Yth, Bpk. Sangra Juliano Prakasa.,S.I.Kom selaku Dosen Wali IK-5 2009 yang telah banyak memberikan nasihat, semangat dan arahan kepada

penulis selama menempuh studi di UNIKOM.

6. Yth, Ibu Rismawaty,S.Sos.,M.Si, Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si., Ibu Tine Agustin, S.I.Kom, Bpk Adiyana Slamet, S.IP., M.Si selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNIKOM yang telah

mengajarkan penulis selama ini beserta seluruh dosen Ilmu Komunikasi

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan

ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

7. Yth, Ibu Ratna Widiastuti, A.Md selaku Sekretariat Dekan FISIP UNIKOM yang telah membantu penulis dalam hal administrasi.

8. Yth, Ibu Astri Ikawati,A.Md.Kom selaku sekretariat Progran Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations FISIP UNIKOM yang telah membantu

penulis dalam hal administrasi.

9. Bachtiar Ramadhan, S.E. Kakak tercinta yang selalu memberikan motivasi, doa serta kasih sayang selama ini.

(7)

viii

Rinjani, Depe, serta segenap angkatan IK-5 2009, IK-Humas 2, dll yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk motivasi dan kebersamaan kalian.

12.Semua pihak, yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

seluruh pihak yang telah membantu penulis pada pelaksanaan Skripsi sampai

penulisan dan penyusunan penelitian, semoga dibalas setimpal oleh Allah SWT.

Skripsi ini tidak luput dari kesalahan, baik dalam proses pembuatannya

ataupun hasil yang penulis sajikan. Untuk itu, guna penyempurnaan laporan ini,

penulis selalu terbuka untuk kritik dan saran. Akhir kata penulis berharap semoga

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat berguna di masa yang

akan datang. Amin.

Bandung, Februari 2014

(8)

ix DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... .i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 8

1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 8

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro... 9

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti ... 10

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas/Lembaga ... 10

(9)

x

2.1.1 Studi Terdahulu ... 12

2.1.2 Pengertian Ilmu Komunikasi ... 14

2.1.2.1 Unsur-Unsur Komunikasi ... 22

2.1.2.2 Proses Komunikasi ... 23

2.1.3 Tinjauan Tentang Fotografi ... 26

2.1.3.1 Pengertian Semiotik ... 28

2.1.3.2 Ciri –Ciri dan Sifat Semiotik ... 29

2.1.3.3 Aplikasi Semiotik ... 30

2.2 Tinjauan Semiotik Komunikasi Viusal... 39

2.3 Tinjauan Foto Glamor ... 41

2.3.1 Pengertian Foto Glamor... 41

2.4 Kerangka Pemikiran ... 44

2.4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 44

2.4.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 47

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 50

3.1.1 Sejarah Singkat Foto Glamor Karya Zoky Zoker ... 50

3.1.2 Tentang Fotografer ... 53

3.2 Metode Penelitian ... 54

3.2.1 Desain Penelitian ... 55

3.2.1.1 Semiotik Charles Sanders Pierce ... 59

3.2.2 Teknik Pengumpulan data ... 62

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 62

3.2.2.2 Dokumentasi ... 63

3.2.2.3 Internet Searching... 63

3.2.2.4 Studi Lapangan ... 64

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 69

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 69

(10)

xi

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 73

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 73

3.2.6.2 Waktu Penelitian... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Informan Penelitian ... 78

4.1.1 Zoky Zoker ... 78

4.2 Hasil Penelitian ... 79

4.2.1 Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Representamen / Sign / tanda ... 82

4.2.2 Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Object ... 86

4.2.3 Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Interpretant ... 88

4.3 Pembahasaan Penelitian ... 91

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 97

5.1.1 Representamen... 97

5.2.1 Object... 98

5.2.3 Interpretant ... 98

5.2 Saran ... 99

5.2.1 Bagi Akademik ...100

5.2.2 Bagi Masyarakat ...100

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya...101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN ... 105

DOKUMENTASI...128

(11)

xii

Gambar 2.1 Proses Komunikasi ... 25

Gambar 2.2 Segitiga Semiotik Charles Sanders Pierce ... 45

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Model Charles Sanders Pierce ... 49

Gambar 3.1 Foto Glamor Karya Zoky Zoker ... 52

Gambar 3.2 Foto Profile ... 53

Gambar 4.1 Foto Zoky Zoker ... 78

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Yang Relevan ... 13

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 73

(13)

xiv

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Pembimbing Skripsi ... 106

Lampiran 2 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Seminar UP ...107

Lampiran 3 Pengajuan Pendaftaran Seminar UP ...108

Lampiran 4 Lembar Revisi Usulan Penelitian ...109

Lampiran 5 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang Skrpsi ...110

Lampiran 6 Berita Acara Bimbingan...111

Lampiran 7 Pengajuan Pendaftaran Sidang Skripsi ...112

Lampiran 8 Lembar Revisi Sidang Skripsi...113

Lampiran 9 Pedoman Wawancara ...114

(14)

102

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, B. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kendana Pemuda

Media Group.

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Effendy, Onong. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT

Rosdakarya.

Fisher, Aubrey. 1986. Teori-teori komunikasi. Bandung: CV. Remadja Karya. Kartini,

Lexy, Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Alfabeta.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.

Rahayu, Iin Tri, S.Psi dan Ardani, Tristiadi Ardi, S.Psi, M.Si. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang : Bayumedia

Abrams, M.H., A Glosary Of Literary Term (New York: Holt, Rinehart and Wiston, 1981) Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi tentang Makna (Bandung: Sinar

Baru, 1988)

(15)

Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.

Hoed, Benny H., “Stukturalisme, Prag-matik dan Semiotik dalam kajian Budaya,” Indonesia: Tanda yang Retak (Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2002 Pateda, Mansoer, Semantik Leksikal ( Jakarta: Rineka Cipta)

Van Zoest, Aart, Semiotika : Tentang Tanda, Cara kerjanya dan Apa yang kita lakukan dengannya ( Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1993)

Pilliang, Yasraf Amir, 2012. Semiotika dan Hipersemiotika. Bandung : Matahari

Karya Ilmiah :

Gisaf, Maulana. 2011. Konsep Diri Seorang Fotografer Dalam Menghasilkan Foto “ Glamour” Di Kota Bandumg. Universitas Komputer Indonesia.

Didin, Rohendi. 2010. Analisis Semiotika Tentang Foto Tragis Anak Kecil Dalam Konflik Di Sudan Tahun 1993. Universitas Komputer Indonesia

Sumber Internet:

http://www.fotografer.net/

(18 November, 2012 07:05:36 PM)

http://citrastudio.com/sejarah-fotografi.html (15 November, 2012 08:05:36 AM)

http://www.kataberita.com/foto/fotografi.htm (12 November, 2012 10:05:36 AM)

http://adimahariyoirawan-iklan.blogspot.com/2012/03/pengertian-fotografer.html ( 22 November, 2013, 12:21:37 PM)

(16)

104

http://jongkosusilo.wordpress.com/2013/01/14/semiotik-pierce/ (2 jan 2013, 10:54 PM)

http://azizah-d-a-fib09.web.unair.ac.id/artikel_detail-61410-Umum-TEORI%20SEMIOTIK%20CHARLES%20SANDERS%20PIERCE.html (2 jan 2013, 10:58 PM)

http://tentangsastraindonesia.blogspot.com/p/resensi-buku.html (2 jan 2013, 11:18 PM)

http://sadidadalila.wordpress.com/2009/12/03/semiotika/ (14 jan 2014, 10:22.AM)

http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/2008/02/19/teori-teori-semiotika-sebuah-pengantar/ (16 jan 2014, 01:27PM )

http://muhammadilmi21.blogspot.com/2012/11/semiotika-charles-sander-pierce.html (16 jan 2014, 01:39PM )

http://www.history.ac.uk/1807commemorated/media/methods/semiotics.html (16 jan 2014, 01:52PM )

(17)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Banyak aliran foto yang merupakan hasil fotografi. Sehingga menarik

peneliti untuk meneliti lebih dalam makna dibalik sebuah foto. Dan aliran foto

yang peneliti tentukan merupakan aliran foto dari foto glamor. Sedikit dari

fotografer mengambil aliran ini. Ini dikarenakan ada beberapa tingkatan atau yang

disebut trik khusus dalam menciptakannya. Trik dalam pengambilan foto glamor

cukup banyak. Sehingga muncul banyak tanda dalam hasil foto glamor.

Dari banyaknya foto yang telah tercipta oleh sang pengambil foto, sering

juga disebut juga sebagai fotografer. kali ini penelitian yang diangkat merupakan

salah satu keinginan saya untuk meneliti sebuah aliran foto. Aliran foto tersebut

yaitu foto glamor hasil karya suatu fotografer yang cukup maju dalam bidang

usahanya dalam jasa fotografer di Kota Bandung, fotografer tersebut adalah Zoky

Zoker.

Salah satu hasil foto glamor yang peneliti angkat dari karya Zoky Zoker

ini dihasilkan menggunakan sentuhan kosmetik, pencahayaan, dan tata ruang

dalam hasil gambar yang dapat menarik subjek. Aliran jenis foto yang menjadi

ciri khas dari foto glamor karya Zoky Zoker termasuk unik. Selama peneliti

melakukan perbandingan terhadap hasil karya fotografer dalam bidang yang sama.

Peneliti mendapat perbedaan yang mencolok pada warna foto serta tema foto

(18)

2

tersebut. Dalam foto glamor tersebut terdapat tulisan “Enjoy the little things in

life. For one day you'll look back and realize they were the big things” ( menikmati hal-hal kecil dalam hidup. untuk suatu hari anda akan melihat ke

belakang dan menyadari bahwa mereka adalah hal-hal besar ). Didalam foto

tersebut terdapat model yang sedang duduk di tengah jalan dengan berkostum

glamor, dan dapat dinilai bahwa foto tersebut dapat memunculkan tanda - tanda

visual (Visual Sign) yang sebetulnya sulit dimengerti sehingga menimbulkan

misunderstand atau salah pengertian, lalu beberapa orang menginterpretasikan makna tersendiri melalui bahasa dan tentu saja dengan berbagai alasan yang

melatarbelakanginya.

Tidak diragukan lagi, menurut peneliti profesi fotografer saat ini telah

menjadi mata pencaharian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan

memanfaatkan sebuah "trend (kecenderungan)" dan "wanita" untuk menjadi

temanya. Seiring waktu persepsi publik tentang apa yang diterimanya

menimbulkan keinginan dalam terjun ke profesi tersebut. Trend ini mendorong

permintaan akan fotografi, dan fotografer pun berlomba-lomba utuk mendapatkan

popularitas dikalangan masyarakat.

Kemampuan seseorang dalam dunia fotografi memang sangat dibutuhkan

oleh pangsa pasar yang memiliki trade yang sudah terkembang pesat, dimana fotografer harus berhadapan dengan kekuatan sebuah ide dan kreatifitas.

Konsumen fotografi biasanya menggunakan mediasi berupa fotografer. Untuk

mengabadikan kenangan yang inginginkan oleh konsumen. Sehingga fotografer

(19)

fotografer. Fotografi juga berupa ajang pengungkapan pribadi. Foto juga dapat

berfungsi sebagai ajang untuk mengungkapkan isi hati, menunjukkan kreativitas

dan berpendapat melalui sebuah hasil foto.

Untuk mengetahui lebih dalam apa itu foto, tentu tidak akan lepas dari

sejarah foto itu sendiri, peneliti akan mengungkapkan sedikit tentang sejarah foto.

Dalam buku Ferry Darmawan, Dunia Dalam Bingkai, “istilah fotografi pertama

kali dikemukakan oleh ilmuan Inggris, Sir John Herschell pada tahun 1839.

Fotografi berasal dari kata photos (sinar/cahaya) dan graphos (mencatat/melukis).

Secara harfiah fotografi berarti mencatat atau melukis dengan sinar atau dengan

cahaya.” (Darmawan, 2009: 19)

Sejarah fotografi juga bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada

dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam

ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat

(20)

4

Menurut Szarkowski nama camera obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:

“By the great Johannes Keppler has designed a portable camera constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of paper.”

Johannes Keppler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: Kamera obscura… Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas. (Hartoyo, 2004: 21),

Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut

Szarkowski arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha, yaitu

George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George

Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera box yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi

melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto. (Hartoyo (2004: 22),

Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan

pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai

memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid

mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan

(21)

Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau

dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu

tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang

sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

Perkembangan fotografi berangsur lama dan mengalami proses yang

cukup panjang. Melihat kembali ruang fotografi yang menurut Egaliter, bahwa

semua orang mempunyai akses dan kesempatan yang sama, namun selalu ada hal

yang terlupa untuk diperhatikan. Sejauh ingatan menerawang kembali ke

belakang, ketika fotografi tradisional hadir di Bandung, pasangan bersaudara

Woodbury dan Page, yang menurut awalnya adalah pebisnis fotografi

dokumentasi pertama, yang menginjakan kaki di tatar Bandung. Kala itu, dua

bersaudara tersebut mendapat titah mendata dengan menggunakan media visual

fotografi, sebagai bahan laporan proyek jalan pos Anyer-Panarukan, tahun

1860-an.

Pada dasarnya foto merupakan hasil dari fotografi, yang tak akan lepas

begitu saja dari peran fotografer. Kerjasama antara kamera dan fotografer akan

mengasilkan sebuah foto. Seiring perkembangan zaman, foto ini bereksplorasi

menjadi sebuah aliran. Salah satu aliran foto merupakan foto glamor. Di Bandung

sendiri, tentu banyak fotografer, namun fotografer tersebut memiliki keahlian

masing-masing dalam menghasilkan sebuah foto, termasuk foto glamor.

Sedangkan Foto glamor itu sendiri merupakan hasil karya dari Fotografi

Glamor, dimana Fotografi Glamor, adalah aliran dalam fotografi yang berkaitan

(22)

6

kaum perempuan). Beberapa aliran menggunakan teknik yang disebut soft look, yaitu gambar dibuat lunak kurang kontras (soft) dan remang-remang, sehingga

dapat menimbulkan keindahan, kelembutan serta daya tarik tersendiri. (Nugroho,

2006 :158)

Kata glamor, jika diartikan dan menelaah menurut salah seorang ahli,

“Glamour is a subject that’s always sells, but ask ten people what glamour is and

you’ll receive ten different answers.” (Glamor adalah sesuatu yang menjual, akan

tetapi bila bertanya kepada 10 orang maka anda akan mendapatkan 10 jawaban

yang berbeda-beda.” (Gowland, 1957 : 5)

Di dalam foto glamor karya Zoky Zoker, banyak dijumpai kandungan

makna yang dapat ditafsirkan oleh siapa saja yang melihat foto tersebut. Tetapi

terkadang foto glamor tersebut menjadi sulit dimaknai karena adanya komposisi

atau elemen foto yang terlalu rumit. Sehingga peneliti ingin mengetahui lebih

lanjut makna asli dari sebuah foto glamor karya Zoky Zoker ini. Tentu ada

beberapa hal yang sulit dimaknai. Seperti warna dalam foto, posisi model,

eksperesi wajah, kostum yang dikenakan, tempat yang ditentukan, konsep yang

diberikan, dan masih banyak lagi.

Menurut sumber yang peneliti temukan, hal apa saja yang dapat

dimaknai, bisa disebut dengan tanda. Tanda tersebut muncul bila seseorang

melihat tanda tersebut lalu memaknainya. Masalah yang terjadi tentu menjadi

tanda tanya bagi yang memaknainya. Untuk mengupas makna dibalik tanda,

(23)

digunakan merupakan teori semiotik, dari teori ini kita dapat menemukan sebuah

struktur tanda. Sehingga kita dapat mengetahui secara tanda secara keilmuan.

Dari masalah yang peneliti angkat yaitu foto glamor, peneliti menemukan

sebuah karya foto glamor yaitu salah satu Karya Zoky Zoker, yang menurut

peneliti rumit dalam memaknainya, sehingga peneliti ingin tahu makna yang

sesungguhnya. Setelah mengalami proses yang panjang. Peneliti menentukan teori

semiotik, namun teori semiotik ini dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce. Di

dalam teori tersebut tentu terdapat struktur. Struktur tersebut terbagi menjadi tiga.

Dan yang ketiganya itu membahahas sepenuhnya tentang tanda dibalik foto

glamor ini.

Dalam buku Peirce on signs, menerangkan bahwa Charles Sanders Peirce

(1839-1914) merupakan pakar semiotika dari Amerika. Peirce juga pendiri

pragmatisme, dan prinsip pragmatisme berusaha untuk mencapai pemahaman

tertinggi dari konsep kebenaran yang digunakan, pada intinya pragmatisme ini

yaitu mengubah keraguan menjadi kepercayaan. Dalam semiotika Pierce, sebuah

tanda bukanlah merupakan suatu entitas atau keberadaan tersendiri, melainkan

terkait dengan objek dan penafsirnya. Peirce memang punya intens yang kuat

dalam pemahaman tentang logika. Sebagai seorang filsuf dan ahli logika, Peirce

berkehendak untuk menyelidiki bagaimana proses bernalar manusia.. Teori Peirce

tentang tanda dilandasi oleh tujuan besar, sehingga tidak mengherankan apabila

dia menyimpulkan bahwa semiotik tidak lain dan tidak bukan adalah sinonim bagi

(24)

8

Menurut peneliti, dalam kaca mata Charles Sanders Pierce, foto juga

termasuk dalam sebuah tanda yang dapat dimaknai. Karena di dalam foto terdapat

ketiga unsur dalam pembagian struktur yang dikemukakannya. Antara lain latar

dari tanda, unsur kenyataan tanda, dan interpretasi kenyataan tanda. Apa yang

peneliti tangkap, untuk menafsirkan sebuah tanda, seseorang tidak memiliki

batasan atau larangan tertentu dalam penafsirannya. Pada dasarnya kita hanya

berpikir dalam tanda. Karena itu Pierce juga melihat tanda sebagai unsur dalam

komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

masalah kedalam bentuk beberapa pertanyaan, yang berguna untuk membatasi

ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Menurut Charles Sanders Pierce,

identifikasi masalah menjelaskan rincian masalah atau konsep yang akan diteliti,

serta dirumuskan dalam sebuah frase yang lengkap, dimana peneliti membuat

perumusan poin-poin sebagai berikut.

1.2.1 Rumusan masalah Makro

Dari beberapa penjabaran yang telah dijelaskan oleh peneliti pada latar

belakang masalah penelitian diatas, peneliti dapat membuat suatu pertanyaan

makro sebagai berikut :

(25)

1.2.2 Rumusan masalah Mikro

Mengacu pada judul penelitian dan rumusan masalah yang telah diangkat

oleh peneliti berdasarkan pada latar belakang masalah penelitian, maka peneliti

kemudian dapat mengambil tiga pertanyaan (pertanyaan mikro) yang dikenal

sebagai identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Representamen pada “Foto Glamor” Karya Zoky Zoker? 2. Bagaimana Object pada “Foto Glamor” Karya Zoky Zoker?

3. Bagaimana Interpretant pada “Foto Glamor” Karya Zoky Zoker?

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui produksi makna

melalui bahasa, dengan menggunakan metode semiotik, sedangkan teori semiotik

yang dipakai adalah teori semiotik dari Charles Sanders Pierce yang digunakan

untuk mengetahui makna pesan yang terdapat pada Foto Glamor Karya Zoky

Zoker.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan

mengupas makna pesan dalam Foto Glamor Karya Zoky Zoker dengan metode

(26)

10

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Representamen pada “Foto Glamor” Karya Zoky

Zoker ditinjau dari Analisis Semiotik dari Charles Sanders Pierce

2. Untuk mengetahui Object pada “Foto Glamor” Karya Zoky Zoker ditinjau dari Analisis Semiotik dari Charles Sanders Pierce

3. Untuk mengetahui Interpretant pada “Foto Glamor” Karya Zoky Zoker

ditinjau dari Analisis Semiotik dari Charles Sanders Pierce

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegiatan penelitian ini diharapkan menjadi acuan yang dapat digunakan

untuk perkembangan ilmu komunikasi. Dan sebagai wawasan baru bagi

mahasiswa maupun mahasiswi pada umumnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pengalaman

yang lebih bagi peneliti. Khususnya memahami dalam meneliti bentuk media

komunikasi melalui proses penyampainnya dilihat dari sudut pandang suatu karya

foto glamor.

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas/ Lembaga

Bagi universitas, dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan

pengalaman yang berhubungan dengan disiplin Ilmu Komunikasi. Penelitian ini

dapat dijadikan literatur, dalam menambah wawasan, dan masukan bagi peneliti

(27)

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan juga bisa menambah wawasan baru bagi

masyarakat luas khususnya mengenai ruang lingkup lain dalam dunia fotografi,

(28)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Terdahulu

Studi terdahulu penting dilakukan dalam sebuah penelitian. Selain

sebagai bahan komparasi serta refrensi, studi terdahulu juga bertujuan untuk

memetakan posisi penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya

yang relevan dengan sasaran peneliitian.

Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa penelitian

yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan yang ada serta

cara pandang mengenai objek-objek tertentu, sehingga meskipun terdapat

kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal yang wajar dan dapat disinergikan

untuk saling melengkapi.

Di bawah ini adalah tabel penelitian yang relevan yang telah peneliti

(29)
(30)

14

Melihat hasil terdahulu yang telah dipaparkan tersebut, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan tema yang sama yaitu mengenai fotografi.

Namun yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti

mengambil fokus fotografi dari sudut pandang Representasi Foto Glamor Karya

Zoky Zoker.

2.1.2 Pengertian Komunikasi

Secara morfologis, terminologi komunikasi berasal dari bahasa Latin

yaitu Communis atau Communicatio, yang dalam bahasa Inggris Common yang memiliki arti sama. Berkomunikasi berarti berusaha untuk mencapai

kesamaan makna atau kesamaan arti (commonness). Dalam komunikasi yang

(31)

(Effendy, 2004:9).

Komunikasi juga dapat berarti adanya kesamaan makna antara

komunikator dan komunikan dengan tujuan mengubah sikap, opini, atau

pandangan/prilaku orang lain tentang pesan yang disampaikan. Walaupun

demikian tidak semua pesan yang disampaikan itu sesuai dengan apa yang

diharapkan dan bahkan ada kesalahan maksud dalam penerimaan pesan tersebut,

untuk itu diperlukan suatu komunikasi yang efektif.

Mulyana (2000: 61-69) mengungkapkan pengertian komunikasi dalam

pandangan:

1. Komunikasi Sebagai Tindakan Satu Arah

Komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan dari seseorang

misalnya instruktur kepada pihak lain (peserta pelatihan), baik

langsung melalui suatu tatap muka ataupun tidak langsung melalui suatu

media. Gambaran peristiwanya, seseorang atau organisasi mempunyai

suatu informasi kemudian disampaikan kepada orang lain, dan orang lain

itu menerima informasi tersebut baik dengan cara mendengarkan atau

dengan cara membaca (suatu quiz). Komunikasi yang terjadi berorientasi pada pesan a message-centered philosophy of communication. Keberhasilan komunikasi seperti ini terletak pada penguasaan fakta atau

informasi dan pengaturan mengenai cara-cara penyampaian fakta atau

informasi tersebut.

2. Komunikasi Sebagai Interaksi

(32)

aksi-16

reaksi secara bergantian baik verbal ataupun non-verbal. Gambaran

peristiwanya, seseorang menyampaikan suatu informasi kemudian pihak

penerima informasi itu memberikan respon atas informasi yang

diterimanya itu untuk kemudian pihak pertama bereaksi lagi setelah

menerima respon atau umpan balik dari orang atau pihak kedua, dan

seterusnya. Komunikasi demikian berorientasi pada pembicara a

speaker-centered philosophy of communication dan mengabaikan kemungkinan seseorang bisa mengirim dan atau menerima informasi pada saat yang

sama. Di sini unsur umpak balik (feed-back) menjadi cukup penting. Bagaimana pihak pengirim dan penerima suatu informasi bisa silih

berganti peran karena persoalan umpan balik.

3. Komunikasi Sebagai Transaksi

Komunikasi sebagai transaksi merupakan suatu proses yang bersifat

personal karena makna atau arti yang diperoleh pada dasarnya bersifat

pribadi. Penafsiran di atas merupakan suatu informasi melalui proses

penyandian (encoding process) dan melalui penyandian kembali (decoding process) dalam peristiwa komunikasi baik atas perilaku verbal ataupun atas perilaku non-verbal bisa amat bervariasi. Peristiwanya

melibatkan penafsiran yang bervariasi dan pembentukan makna yang lebih

kompleks. Komunikasi tidak membatasi pada kesengajaan atau respon

yang teramati melainkan pula mencakup spontanitas, bersifat simultan

dan kontekstual. Komunikasi ini berorientasi pada arti baru yang

(33)

Para ahli komunikasi mendefinisikan proses komunikasi sebagai

Knowing what he wants to communicate and knowing how he should deliver his

message to give it the deepest penetration possible into the minds of his audience”. Definisi tersebut mengindikasikan, bahwa karakter komunikator selalu berusaha meraih keberhasilan semaksimal mungkin dalam menyampaikan pesan

deepest penetration possible”, artinya pengertian komunikasi bersumber dari

gagasan komunikator yang ingin disampaikan kepada pihak penerima, dengan

segala daya dan usaha bahkan tipu daya agar pihak penerima tersebut

(komunikan) mengenal, mengerti, memahami dan menerima “ideologinya” lewat

pesan–pesan yang disampaikan (Purwasito, 2003 :195).

Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatan

yang ada kaitannya dengan masalah hubungan, ada pula yang mengartikan saling

tukar-menukar pikiran dan pendapat. Gode (dalam Wiryanto, 2004: 6)

memberikan pengertian mengenai komunikasi sebagai suatu proses yang

membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula dimonopoli oleh satu

atau beberapa orang. Raymond S. Ross mendefinisikan komunikasi sebagai suatu

proses menyortir, memilih dan mengirim simbol-simbol sedemikian rupa,

sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari

pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud oleh sang komunikator. Everet M.

Rogers dan Lawrence Kincaid (dalam Wiryanto, 2004: 6) menyatakan bahwa

komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau

melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang ada gilirannya terjadi

(34)

18

Definisi-definisi di atas belum bisa mewakili semua definisi yang telah

dibuat oleh para ahli. Namun, paling tidak kita memperoleh gambaran tentang apa

yang dimaksud dengan komunikasi, sebagaimana yang diungkapkan oleh

Shannon & Weaver (dalam Wiryanto, 2004:7), bahwa komunikasi adalah bentuk

interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak

sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam

hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. Adapun definisi komunikasi

menurut Katz (1978) merupakan proses penyampaian dan penerimaan

lambang-lambang yang mengandung arti, baik yang berwujud informasi-informasi,

pemikiran-pemikiran, pengetahuan ataupun yang lain- lain dari penyampai atau

komunikator kepada penerima atau komunikan. Dalam komunikasi yang

terpenting yaitu adanya pengertian bersama dari lambang-lambang tersebut, oleh

karenanya komunikasi juga merupakan proses sosial. Dengan demikian dapat

ditarik suatu inti dari teori ini, yaitu komunikasi memungkinkan manusia

dapat saling bertukar informasi, ide ataupun pemikiran serta pengetahuan berikut

konsep kepada orang lain.

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang

mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human

communication) bahwa:

(35)

Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik

individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak

komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak

dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi

diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya

dengan masalah hubungan. Atau dapat diartikan bahwa komunikasi adalah saling

menukar pikiran atau pendapat.

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah

komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang umum

atau bersama-sama.

A process by which a source transmits a message to a reciever through

some channel.” (Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beberapa saluran) Sarah

Trenholm dan Arthur Jensen (1996: 4).

“It is a process that makes common to or several what was the monopoly of one or some.” (Komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan

bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang) Gode

(1969: 5).

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar

komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh

Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” ilmu komunikasi

(36)

20

penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. (Effendy,

2004:10).

Menurut Hovland, dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam buku

“Ilmu Komunikasi Teori dan Peraktek” mendefinisikan komunikasi sebagai

berikut : proses mengubah perilaku orang lain. (communications is the process to

modify the behavior of other individuals). (Effendy, 2004: 10).

Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi

ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga

pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude)

yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang

amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian

komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses

mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the

behavior of other individuals). Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku oranglain apabila komunikasinya itu memang

komunikatif seperti diuraikan di atas.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan

secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang

dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who, Says

(37)

Paradigma Lasswell tadi menunjukkan bahwa komunikasi itu meliputi

lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni:

1. Komunikator (communicator, source, sender)

2. Pesan (message)

3. Komunikan (communicant,communicate, receiver)

4. Media (channel)

5. Efek (effect, influence). (Effendy, 1990: 10)

Jadi berdasarkan paradigma dari Lasswell tersebut, komunikasi adalah

proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media

yang kemudian menimbulkan efek tertentu.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran

atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran

bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari

benaknya. Pikiran bisa juga merupakan keyakinan, kepastian, keragu-raguan,

kemarahan, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hatinya.

Adapun definisi komunikasi menurut Roger dan D. Lawrence (1981),

adalah : “Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan

pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba

pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2004 :19).

Sedangkan Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi

adalah “Proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat

(38)

22

2.1.2.1 Unsur-Unsur Komunikasi

Menurut Harold Laswell cara yang baik untuk menggambarkan

komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: who says

what in which channel to whom with what effect?, atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana. Berdasarkan

definisi Laswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi, yaitu:

1. Komunikator atau sumber (source)

Komunikator atau sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai

kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang, sekelompok,

organisasi, perusahaan, atau bahkan Negara, yang mempunyai kebutuhan

bervariasi, dari mulai sekedar menyapa, menghibur, menyampaikan

informasi, dan lain sebagainya. Komunikator harus bisa menyampaikan

perasaan dan pikirannya ke dalam seperangkat simbol verbal dan atau non

verbal yang idealnya dapat dipahami oleh penerima pesan.

2. Pesan

Yaitu apa yang dikomunikasikan oleh komunikator kepada komunikan.

Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang

dapat mewakili perasaan, pikiran, nilai, atau maksud komunikator. Pesan

mempunyai tiga komponen, yaitu: makna, simbol, dan kata-kata.

3. Media atau saluran

Yaitu alat atau wahana yang digunakan komunikator untuk menyampaikan

pesannya kepada komunikan. Saluran juga merujuk pada cara penyajian

(39)

4. Komunikan atau penerima

Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator.

Komunikan menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal

dan atau non verbal yang diterimanya menjadi suatu gagasan yang dapat

dipahami. Proses ini dibsebut penyandian balik (decoding)

5. Efek

Yaitu apa yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan dari

komunikator. Misalnya penambahan pengetahuan, perubahan sikap,

perubahan perilaku, dan sebagainya.

2.1.2.2 Proses Komunikasi

Secara sederhana komunikasi dapat dipahami sebagai suatu proses atau

aliran mengenai suatu pesan atau informasi bergerak dari suatu sumber (pengirim)

hingga penerima dan berlangsung dinamis. Suatu penyimpangan yang terjadi

dalam komunikasi pada dasarnya merupakan akibat dari rintangan yang tidak

dapat teratasi.

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan

kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan

makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini

bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan

komunikasi pada umumnya).

Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif :

1. Perspektif psikologis

(40)

24

kemudian hasil encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi interpersonal.

2. Perspektif mekanis

Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan

dengan bahasa verbal/non verbal. Komunikasi ini dibedakan menjadi

beberapa bagian, diantaranya adalah:

a. Proses komunikasi primer

Adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan

menggunakan lambang sebagai media.

b. Proses komunikasi sekunder

Merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah

memakai lambang sebagai media pertama.

c. Proses komunikasi linier

Penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai

titik terminal.

d. Proses komunikasi sirkular

(41)

Secara skematis proses komunikasi tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

Gambar 2.1 Proses Komunikasi

Sumber: Effendi, 1984 :18

Unsur-unsur dalam proses komunikasi di atas adalah sebagai berikut

(Effendi, 1984: 18-19):

1. Sender

Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah

orang.

2. Encoding

Penyandian, yakni proses pengalihan fikiran ke dalam bentuk lambang.

3. Message

Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan

oleh komunikator.

4. Media

(42)

26

komunikan.

5. Decoding

Proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang

disampaikan oleh komunikator kepadanya.

6. Receiver

Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

7. Response

Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah menerima pesan

8. Feedback

Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau

disampaikan kepada komunikator.

9. Noise

Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai

akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan

yang disampaikan oleh komunikator.

2.1.3 Tinjauan Tentang Fotografi

Fotografi berasal dari kata foto yang artinya sinar dan graphos yang artinya menulis/ melukis dengan sinar. Jadi fotografi secara harfiah diartikan

sebagai “menulis/ melukis dengan sinar”. Dalam seni rupa, fotografi memang

fenomena yang muncul dan berkembang secara menajubkan. Sejarah mencatat

hal tersebut dalam bentuk tahapan-tahapan perkembangan fotografi dari masa le

(43)

“The origin of photography has been tracked back to 1839, when Louis J. M. Daguerre, of Paris, invited a positive image process for making portraits,… but these positive image could not be duplicated. A few years after Daguerre’s technique has been develop, an Englishman, William H. Fox- Tolbot, Introduced the negative – positive process that continues in use today”. ( Interpretation Of Acrial Photographs by Thomas Eugene Avery)

“Fotografi yang asli memulai jejaknya pada 1839, ketika Louis J. M.

Daguerre, seorang Paris, menemukan proses gambar positif untuk membuat foto potret,.. tetapi gambar positif itu tidak bisa digandakan. Beberapa tahun kemudia setelah penemuan teknik Daguerre, William H. Fox- Tolbot, seorang Inggris, membuat negative – positif yang masih

digunakan sampai sekarang”. ( Interpretation Of Acrial Photographs by Thomas Eugene Avery)

Dalam buku lain disebutkan bahwa :

“Fotografi, dengan berakhirnya masa Barok, telah membebaskan seni

rupa dari obsesinya akan kemiripan. Seni lukis pada dasarnya sia-sia

berusaha untuk membentuk ilusi dan ilusi itu menandai bagi seni.

Sedangkan fotografi dan sinema merupakan temuan yang pasti

memuaskan, dan secara esensinya sendiri, obsesi akan realism, Fotografi

memanfaatkan suatu pengalihan dan realitas benda ke reproduksi,

Fotografi memang muncul sebagai peristiwa yang paling penting dalam

sejarah seni rupa”. ( Qu’est – ce Que Le Cinema karya Andre Bazin, Penerjemah Dr. Rahayu S. Hidayat )

Kutipan kedua buku di atas erat hubungannya dengan permulaan adanya

foto yang beredar selama ini, mencermati cuplikan buku dapat diartikan secara

(44)

28

2.1.3.1 Pengertian Semiotik

Semiotik atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep

yang memungkinkan kita untuk menganalisis sistem simbolik dengan cara

sistematis. Meski semiotik mengambil model awal dari bahasa verbal, bahasa

verbal hanyalah satu dari sekian banyak sistem tanda yang ada di muka bumi.

Kode morse, etiket, matematika, musik, rambu-rambu lalu lintas masuk dalam

jangkauan ilmu semiotik. Tanda adalah sesuatu yang merepresentasikan atau

menggambarkan sesuatu yang lain (di dalam benak seseorang yang memikirkan)

(Denzin, 2009: 617).

Bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik

atau ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang memiliki arti. Medium karya sastra

bukanlah bahan yang yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun

warna pada lukisan. Warna sebelum dipergunakan dalam lukisan masih bersifat

netral, belum mempunyai arti apa-apa, sedangkan bahasa sebeleum digunakan

dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang

ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa). Lambang-lambang atau

tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh

konvensi masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut itu disebut semiotik (Pradopo,

(45)

2.1.3.2 Ciri-ciri dan Sifat Semiotik

Tanda-tanda tersebut kemudian dimaknai sebagai wujud dalam memahami

kehidupan. Manusia melalui kemampuan akalnya berupaya berinteraksi dengan

menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah satu tujuan tersebut

adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan

lingkungan.

Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai

pembangkitan makna (the generation of meaning). Ketika kita berkomunikasi

dengan orang lain, setidaknya orang lain tersebut memahami maksud pesan kita,

kurang lebih secara tepat. Supaya komunikasi dapat terlaksana, maka kita harus

membuat pesan dalam bentuk tanda (bahasa, kata). Pesan-pesan yang kita buat,

medorong orang lain untuk menciptakan makna untuk dirinya sendiri yang terkait

dalam beberapa hal dengan makna yang kita buat dalam pesan kita. Semakin

banyak kita berbagi kode yang sama, makin banyak kita menggunakan sistim tanda

yang sama, maka makin dekatlah “makna” kita dengan orang tersebut atas pesan

yang datang pada masing-masing kita dengan orang lain tersebut.

Semiotik yang merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda

itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna

setidaknya terdapat tiga unsur utama yaitu :

a) tanda,

b) acuan tanda, dan

(46)

30

Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita.

Tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada

pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda

2.1.3.3 Aplikasi Semiotik

Adapun beberapa contoh aplikasi semiotika di antara sekian banyak

pilihan kajian semiotika dalam domain komunikasi antara lain :

1) Media

Mempelajari media adalah mempelajari makna dari mana asalnya,

seperti apa, seberapa jauh tujuannya, bagaimanakah ia memasuki materi media,

dan bagaimana ia berkaitan dengan pemikiran kita sendiri. Dalam konteks media

massa, khusunya media cetak kajian semiotik adalah mengusut ideologi yang

melatari pemberitaan.

Untuk teknik – teknik analisnya sendiri, secara garis besar yang

diterapkan adalah :

a) Teknik kuantitatif

Teknik ini adalah teknik yang paling dapat mengatasi kekurangan dalam

objektivitas, namun hasilnya sering kurang mantap. Ciri – ciri yang dapat di ukur

dinyatakan sebagai tanda merupakan titik tolak penelitian ini. hasil analisis

kuantitatif selalu lebih spektakuler namun sekaligus selalu mengorbankan

ketahanan uji metode – metode yang digunakan.( Van Zoest, 1993:146-147)

b) Teknik kualitatif

Pada analisis kualitatif, data – data yang diteliti tidak dapat diukur

(47)

arti atau arti tambahan dari istilah yang digunakan.

Tiga pendekatan untuk menjelaskan media (McNair, 1994, dalam

Sudibyo, 2001:2-4), yaitu :

1. Pendekatan Politik-Ekonomi

Pendekatan ini berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh

kekuatan - kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media.

2. Pendekatan Organisasi

Bertolak belakang dengan pendekatan politik-ekonomi, pendekatan ini

menekankan bahwa isi media diasumsikan dipengaruhi oleh kekuatan - kekuatan

eksternal pengelola media.

3. Pendekatan Kulturalis

Merupakan pendekatan politik-ekonomi dan pendekatan organisasi.

Proses produksi berita dilihat sebagai mekanisme yang rumit yang melibatkan

faktor internal media. Media pada dasarnya memang mempunyai mekanisme

untuk menentukan pola dan aturan organisasi, tapi berbagai pola yang dipakai

untuk memaknai peristiwa tersebut tidak dapat dilepaskan dari kekuatan –

kekuatan politik-ekonomi di luar media.

Secara teoritis, media massa bertujuan menyampaikan informasi dengan

benar secara efektif dan efisien. Namun, pada praktiknya apa yang disebut

sebagai kebenaran ini sangat ditentukan oleh jalinan banyak kepentingan.

Terdapat pemilahan atas fakta atau informasi yang dianggap penting dan

yang dianggap tidak penting, serta yang dianggap penting namun demi

(48)

32

bahkan menggunting realitas dan kemudian memolesnya menjadi suatu kemasan

yang layak disebar luaskan.

Tiga zona dalam teori media menurut Berger dan Luckman :

a) Orders and practices of signification = Tatanan dan praktik – praktik signifikasi.

b) Orders and practises of power = Tatanan dan praktik – praktik kekuasaan.

c) Orders and practises of production = Tatanan dan praktik – praktik produksi.

Praktik – praktik kekuasaan media memiliki banyak bentuk ( John B.

Thomson, 1994) antara lain:

a) Kekuasaan Ekonomi --- dilembagakan dalam industri dan perdagangan.

b) Kekuasaan Politik --- dilembagakan dalam aparatur negara

c) Kekuasaan Koersif --- dilembagakan dalam organisasi militer dan

paramiliter.

2) Periklanan

Dalam perspektif semiotika iklan dikaji lewat sistem tanda dalam iklan,

yang terdiri atas 2 lambang yakni lambang verbal (bahasa) dan lambang non

verbal (bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan). Dalam menganalisis iklan,

beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain (Berger) :

a) Penanda dan petanda

(49)

c) Fenomena sosiologi

d) Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk

e) Desain dari iklan

f) Publikasi yang ditemukan dalam iklan dan khayalan yang

diharapkan oleh publikasi tersebut.

Lain halnya dengan model Roland Barthes, iklan dianalisis berdasarkan

pesan yang dikandungnya yaitu :

a) Pesan Linguistik — Semua kata dan kalimat dalam iklan

b) Pesan yang terkodekan — Konotasi yang muncul dalam foto iklan

c) Pesan ikonik yang tak terkodekan — Denotasi dalam foto iklan

3) Tanda Non Verbal

Komunikasi nonverbal adalah semua tanda yang bukan kata – kata dan

bahasa. Tanda – tanda digolongkan dalam berbagai cara :

a) Tanda yang ditimbulkan oleh alam yang kemudian diketahui

manusia melalui pengalamannya.

b) Tanda yang ditimbulkan oleh binatang

c) Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, bersifat verbal dan

nonverbal.

Namun tidak keseluruhan tanda - tanda nonverbal memiliki makna yang

universal. Hal ini dikarenakan tanda - tanda nonverbal memiliki arti yang

berbeda bagi setiap budaya yang lain. Dalam hal pengaplikasian semiotik pada

(50)

34

bidang nonverbal yang berkaitan dengan benda konkret, nyata, dan dapat

dibuktikan melalui indera manusia.

Pada dasarnya, aplikasi atau penerapan semiotik pada tanda nonverbal

bertujuan untuk mencari dan menemukan makna yang terdapat pada benda –

benda atau sesuatu yang bersifat nonverbal. Dalam pencarian makna tersebut,

menurut Budianto, ada beberapa hal atau beberapa langkah yang perlu

diperhatikan peneliti, antara lain :

1) Langkah Pertama — Melakukan survei lapangan untuk mencari dan

menemukan objek penelitian yang sesuai dengan keinginan si peneliti.

2) Langkah Kedua — Melakukan pertimbangan terminologis terhadap

konsep –konsep pada tanda nonverbal.

3) Langkah Ketiga — Memperhatikan perilaku nonverbal, tanda dan

komunikasi terhadap objek yang ditelitinya.

4) Langkah Keempat — Merupakan langkah terpenting —– menentukan

model semiotika yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian. Tujuan

digunakannya model tertentu adalah pembenaran secara metodologis agar

keabsahan atau objektivitas penelitian tersebut dapat terjaga.

4) Film

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural

atau semiotika.

Van Zoest —– film dibangun dengan tanda semata - mata. Pada film

(51)

sesuatu. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang

dinotasikannya.

Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Yang paling penting

dalam film adalah gambar dan suara. Film menuturkan ceritanya dengan cara

khususnya sendiri yakni, mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera dan

pertunjukannya dengan proyektor dan layar.

Sardar & Loon ——– Film dan televisi memiliki bahasanya sendiri

dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda. Film pada dasarnya bisa

melibatkan bentuk – bentuk simbol visual dan linguistik untuk mengkodekan

pesan yang sedang disampaikan.

Figur utama dalam pemikiran semiotika sinematografi hingga sekarang

adalah Christian Metz dari Ecole des Hautes Etudes et Sciences Sociales (EHESS) Paris. Menurutnya, penanda (signifant) sinematografis memiliki hubungan motivasi atau beralasan dengan penanda yang tampak jelas melalui

hubungan penanda dengan alam yang dirujuk. Penanda sinematografis selalu kurang lebih beralasan dan tidak pernah semena.

5) Komik – Kartun - Karikatur

Sebelum memasuki pembahasan, terlebih dahulu kita ketahui apa yang

dimaksud dengan komik, kartun, serta karikatur.

Komik adalah cerita bergambar dalam majalah, surat kabar, atau

berbentuk buku yang pada umumnya mudah dicerna dan lucu. Komik sendiri

(52)

36

bertujuan utama menghibur pembaca dengan bacaan ringan, cerita rekaan yang

dilukiskan relatif panjang dan tidak selamanya mengangkat masalah hangat

meskipun menyampaikan moral tertentu. Bahasa komik adalah bahasa gambar

dan bahasa teks.

Kartun adalah sebuah gambar lelucon yang muncul di media massa,

yang hanya berisikan humor semata, tanpa membawa beban kritik sosial apapun.

Pada dasarnya, kartun mengungkapkan masalah sesaat secara ringkas namun

tajam dan humoristis sehingga tidak jarang membuat pembaca senyum sendirian.

Karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang, biasanya

orang terkenal, dengan mempercantiknya dengan penggambaran ciri khas

lahiriyahnya untuk tujuan mengejek (Sudarta,1987). Empat teknis yang harus

diingat sebagai karikatur adalah, harus informatif dan komunikatif, harus

situasional dengan pengungkapan yang hangat, cukup memuat kandungan

humor, harus mempunyai gambar yang baik. Semula karikatur hanya merupakan

selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangannya, karikatur

dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat karena penyampaiannya

dilakukan dengan gambar – gambar lucu dan menarik bahkan tidak jarang

membuat orang yang dikritik justru tersenyum.

Tommy Christomy — Secara formal proses semiosis yang paling

dominan dalam kartun adalah gabungan atau proposisi (visual dan verbal) yang

dibentuk oleh kombinasi tanda argumen indexical legisign.

Untuk menganalisis kartun atau komik-kartun, setidaknya kita

(53)

dan memberi tafsiran terhadap komik-kartun tersebut.

Setiawan ---- Komik-kartun penuh dengan perlambangan –

perlambangan yang kaya akan makna. Selain dikaji sebagai teks, secara

kontekstual juga dilakukan yakni dengan menghubungkan karya seni tersebut

dengan situasi yang sedang menonjol di masyarakat. Dalam pandangan Setiawan

hal ini di maksudkan untuk menjaga signifikasi permasalahan dan sekaligus

menghindari pembiasan tafsiran.

6) Sastra

Santosa — Dalam lapangan sastra, karya sastra dengan keutuhannya

secara semiotik dapat dipandang sebagai sebuah tanda. Sebagai suatu bentuk,

karya sastra secara tulis akan memiliki sifat kerungan. Dimensi ruang dan waktu

dalam sebuah cerita rekaan mengandung tabiat tanda-menanda yang menyiratkan

makna semiotik.

Aminudin — Wawasan semiotika dalam studi sastra memiliki tiga

asumsi :

a) Karya sastra merupakan gejala komunikasi yang berkaitan dengan

pengarang, wujud sastra sebagai sistem tanda, dan pembaca.

b) Karya sastra merupakan salah satu bentuk pengunaan sistem tanda

(system of signs) yang memiliki struktur dalam tata tingkat tertentu.

c) Karya sastra merupakan fakta yang harus direkonstruksikan pembaca

(54)

38

Sasaran kajian sastra secara ilmiah bukan pada wujud konkret

wacananya, melainkan pada metadiscourse atau bentuk dan ciri kewacanaan yang tidak teramati secara konkret

Junus Pradopo —- Penelitian sastra dengan pendekatan semiotik

sesungguhnya merupakan lanjutan dari pendekatan strukturalisme.

Strukturalisme tidak dapat dipisahkan dengan semiotika karena karya sastra

merupakan struktur tanda – tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem

tanda dan maknanya, serta konvensi tanda, struktur karya sastra atau karya sastra

tidak dapat dimengerti secara optimal.

Dalam penelitian sastra dengan menggunakan pendekatan semiotika,

tanda yang berupa indekslah yang paling banyak dicari, yaitu berupa tanda –

tanda yang menunjukkan hubungan sebab-akibat.

Preminger —— Studi semiotika sastra adalah usaha untuk menganalisis

sistem tanda – tanda. Oleh karena itu, peneliti harus menentukan konvensi –

konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna.

7) Musik

Sistem tanda musik adalah oditif. Bagi semiotikus musik, adanya tanda

– tanda perantara, yakni, musik yang dicatat dalam partitur orkestra, merupakan

jalan keluar. Hal ini sangat memudahkan dalam menganalisis karya musik

sebagai teks. Itulah sebabnya mengapa penelitian musik semula terutama terarah

pada sintaksis. Meski demikian, semiotika tidak dapat hidup hanya dengan

(55)

semiotik musik tanpa semantik musik.

Aart van Zoest —– Tiga kemungkinan dalam mencari denotatum musik

ke arah isi tanggapan dan perasaan :

a) Untuk menganggap unsur – unsur struktur musik sebagai ikonis bagi

gejala – gejala neurofisiologis pendengar

b) Untuk menganggap gejala – gejala struktural dalam musik sebagai ikonis

bagi gejala – gejala struktural dunia penghayatan yang dikenal

c) Untuk mencari denotatum musik ke arah isi tanggapan dan perasaan yang

dimunculkan musik lewat indeksial

Untuk menganalisis musik tentu juga diperlukan disiplin lain, misalnya

ethnomusicology dan antropologi. Dalam ethnomusicology, musik dipelajari melalui aturan tertentu yang dihubungkan dengan bentuk kesenian lainnya

termasuk bahasa, agama, dan falsafah.

2.2 Tinjauan Semiotika Komunikasi Visual

Definisi semiotika komunikasi visual dalam buku Sumbo Tinarbuko

yang berjudul Semiotika Komunikasi Visual adalah: “Sebuah upaya memberikan

sebuah intepretasi terhadap keilmuan semiotika itu sendiri, yaitu sebagai sebuah

metode pembacaan karya komunikasi visual.” (Tinarburko, 2008:11)

Sebagai sebuah upaya interpretasi, Sumbo menawarkan sebuah

kebenaran tentang semiotika komunikasi visual, di samping kebenaran- kebenaran

lain yang di tawarkan oleh penulis lain, dengan argumen, nalar dan sistematika

(56)

40

Dilihat dari sudut pandang semiotika, komunikasi visual adalah sebuah

sistem semiotika khusus, dengan pembendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks

(syntagm) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam

semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi, yaitu fungsi tanda dalam

menyampaikan pesan (sender) kepada para penerima (receiver) tanda berdasarkan

aturan atau kode-kode tertentu. Fungsi komunikasi mengharuskan ada relasi (satu

atau dua arah) antara pengirim dan penerima pesan, yang dimediasi oleh media

tertentu.

Meskipun fungsi utamanya adalah fungsi komunikasi, tetapi bentuk

komunikasi visual juga mempunyai fungsi signifikasi (signification), yaitu fungsi

dalam menyampaikan sebuah konsep, isi atau makna. Ini berbeda dengan bidang

lain, seperti seni rupa (khusunya seni rupa modern) yang tidak mempunyai fungsi

khusus komunikasi seperti itu, akan tetapi ia memiliki fungsi signifikasi. Fungsi

signifikasi adalah fungsi dimana penanda (signifer) yang bersifat kongkret

dimuati dengan konsep-konsep abstrak atau makna yang secara umum disebut

petanda (signified). Dapat dikatakan disini, bahwa meskipun semua muatan

komunikasi dari bentuk-bentuk komunikasi visual ditiadakan, ia sebenarnya

masih mempunyai muatan signifikasi, yaitu muatan makna.

Semiotika komunikasi mengkaji tanda dalam konteks komunikasi yang

lebih luas, yang melibatkan berbagai elemn komunikasi, seperti saluran (channel),

sinyal (signal), media, pesan, kode (bahkan juga noise). Semiotika komunikasi menekankan aspek produksi tanda (sign production) di dalam berbagai rantai

(57)

semiotika komunikasi, tanda ditempatkan dalam rantai komunikasi, sehingga

mempunyai peran yang penting dalam penyampaian pesan.

2.3 Tinjauan Foto Glamor

2.3.1 Pengertian Foto Glamor

Foto glamor (Glamour photo) itu sendiri merupakan hasil karya dari

Fotografi Glamor (Glamour Photograph), dimana:

Fotografi Glamor, adalah aliran dalam fotografi yang berkaitan dengan

unsur keindahan bentuk tubuh seseorang atau beberapa model (umumnya

kaum perempuan). Beberapa aliran menggunakan teknik yang disebut soft look,

yaitu gambar dibuat lunak, kurang kontras (soft) dan remang-remang, sehingga

dapat menimbulkan keindahan, kelembutan serta daya tarik tersendiri. (Nugroho,

2006 :158)

Kata glamor, jika diartikan dan menelaah menurut salah seorang ahli,

“Glamour is a subject that’s always sells, but ask ten people what glamour is and you’ll receive ten different answers.” (Glamor adalah sesuatu yang menjual, akan

tetapi bila bertanya kepada 10 orang maka anda akan mendapatkan 10 jawaban

yang berbeda-beda.” (Gowland, 1957 : 5)

Dalam aktualisasi dan penggunaannya, foto glamor sering

dikombinasikan. Foto glamor sering dipadukan dengan fashion, sehingga sering kita dengar fashion glamor, foto dengan tema ini pun menjadi semarak. Karena

fashion dianggap bisa menimbulkan mood (suasana hati). Sesuai dengan perkataan Peter Gowland dalam bukunya, How To Take Glamour Photos, “With

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian yang relevan
Gambar 2.1 Proses Komunikasi
Gambar 2.2
Gambar 2.3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi adanya bidang gelincir berdasarkan metode geolistrik ditandai dengan adanya kontras resistivitas antar dua batuan yang berdekatan, yaitu lapisan kedap

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D). Produk yang dikembangkan pada penelitian ini adalah media pembelajaran buku saku. Model pengembangan yang

Dalam buku ini dibahas mengenai pelestarian bahan pustaka mulai dari faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan bahan pustaka, pencegahan kerusakan bahan pustaka,

yang diteliti.Sedangkan pada umur 3 minggu, terdapat perbedaan nyata antara kontrol dan dengan perlakuan perendaman 50% dan 60% air kelapa.Pertunasan rimpang jahe merah pada

dan menunjukan bahwa fungsi-fungsi yang terdapat pada aplikasi dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan fungsionalitasnya masing-masing serta dapat berjalan dengan baik,

 Pada saat ini jenis dan jumlah alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang beredar dan digunakan masyarakat semakin

setiap orang yang merencanakan dan/atau menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana terorisme, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 242 s/d Pasal 246, diancam dengan pidana

Hasil secara keseluruh menunjukkan bahwa tingkat kepuasan (Grtaification Discrepanncy) yang diperoleh pengguna website Bola.net terhadap kebutuhan informasi dikalangan