• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kerja Praktik II Proyek Pembangunan Eastern Hills Regency, Bandung Pt.Panorama Graha Asri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Kerja Praktik II Proyek Pembangunan Eastern Hills Regency, Bandung Pt.Panorama Graha Asri"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kerja Praktik merupakan suatu sarana mahasiswa dalam menerapkan disiplin ilmu yang telah diterima di kampus dengan membandingkan praktik secara langsung yang dilakukan di lapangan dengan teori-teori yang telah dipelajari selama di bangku perkuliahan. Oleh karena itu, dengan adanya kerja praktik, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan dan memahami proses-proses serta pelaksanaan pembangunan baik dilihat dari segi teori maupun dari praktik di lapangan.

Melalui Kerja Praktik ini mahasiswa diharapkan dapat memperoleh gambaran dari situasi dunia keprofesian yang akan diterjuni dan dapat menjadikan proses kerja praktik ini sebagai pengetahuan dan pengalaman berharga disetiap kondisi, persoalan, maupun penyelesaiannya.

Oleh karenanya kerja praktik ini sangat membantu mahasiswa dalam melatih dan mengenal dunia kerja nyata sesuai dengan bidangnya. Dalam proses berlangsungnya kerja praktik ini banyak pengetahuan dan pengalaman yang dapat diambil oleh peserta kerja praktik sebagai bahan acuan untuk berkarir di dunia yang lebih nyata.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah:

a. Untuk melatih mahasiswa agar peka terhadap lingkungan kerja yang nantinya akan mereka alami sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang benar-benar siap menghadapi persaingan pada dunia kerja sesungguhnya.

b. Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa yang bersangkutan untuk mengerti dan memahami permasalahan yang terjadi dari setiap tahapan proses desain.

c. Memotivasi dan menggali potensi yang dimiliki untuk proses-proses perancangan dan pembangunan selanjutnya.

d. Memberikan pengalaman kerja bagi mahasiswa agar dapat lebih mengetahui dan mengenal dunia profesi Arsitek

(2)

f. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan kurikulum program Strata Satu pada Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Komputer Indonesia.

1.3 LINGKUP PEMBAHASAN

Lingkup Pembahasan dalam Laporan Kerja Praktik II ini meliputi:

1. Pelaksanaan Proyek meliputi tempat kerja praktik, tugas dan wewenang pekerjaan, Struktur organisasi proyek, syarat dan administrasi proyek, Penjadwalan dan Mekanisme Laporan Kegiatan proyek.

2. Tinjauan Proyek

1.4 METODE PENULISAN

1. Studi literatur yang berhubungan dengan penulisan laporan 2. Melakukan wawancara dengan pihak tim desain dan kontraktor

3. Berdiskusi mengenai pembangunan Perumahan Eastern Hills Regency dengan tim desain, konsultan pengawas dan konsultan pelaksanaan.

1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Susunan garis besar sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan

Dalam bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang, maksud dan tujuan kerja praktik yang merupakan salah satu persyaratan akademis guna memberikan wawasan yang lebih luas mengenai pelaksanaan pembangunan pada sebuah projek, selanjutnya mengenai lingkup studi yaitu permasalahan yang dibahas.

BAB II. Manajemen Konstruksi dan Manajemen Proyek

Membahas tentang system manajemen konstruksi, tahapan proyek, struktur organisasi, rencana pengendalian dan tugas wewenang dari manajemen proyek.

BAB III. Pelaksanaan Proyek

(3)

BAB IV. Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi inti sari proses pembahasan serta saran-saran yang ditujukan kepada Tim Perencana.

Lampiran

(4)

BAB II

MANAJEMEN KONSTRUKSI DAN MANAJEMEN PROYEK

2.1 Pendekatan Sistem Manajemen Konstruksi

Pengertian Manajemen menurut Koontz, H. adalah :

Proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan.

Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penerapan) secara sistimatis pada suatu proyek dengan menggunkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. (sumber:http://www.ilustri.org)

Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. manajemen material dan manjemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek.

Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :

1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan

2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan mengatasi kendala terbatasnya waktupelaksanaan 3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan

4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lapangan

5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baikuntuk menganalisis performa dilapangan

Ciri pokok proyek:

1. Memiliki tujan yang khusus, produk akhir/hasil kerja akhir. 2. Jumlah biaya, sasran jadwal serta criteria mutu dalam proses

(5)

3. Besifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya proyek.

4. Non-rutin, tidak berulang-ulang (jenis dan intensias kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung).

2.1.1 Tahapan Proyek Konstruksi (Life Cycle Project)

Tahapan dalam proses menjadi penting mengingat bahwa karakteristik suatu proyek konstruksi yaitu adanya waktu mulai dan waktu selesai. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap pembagian tahapan perlu dicermati dengan baik agar tujuan dari proyek tersebut dapat tercapai dengan optimal.

Konsep Life Cycle Project :

IDENTIFIKASI RENCANA ORGANISASI KENDALI CLOSING

Tentukan permasalahn Identifikasi kegiatan Tentukan kebutuhan sdm Tentukan model pekerjaan Pencapaian penerimaan Tentukan Goal Proyek Hitung biaya dan waktu Rekruitmen Proyek Manajer Tentukan alat control Commisioni ng Buat daftar pekerjaan Pembagian kegiatan Rekrut tim proyek Persiapan laporan status Buat dokumentasi proyek Tentukan sumberdaya awal Identifikasi kegiatan kritis Buat organisasi tim proyek Review penjadwal an proyek Buat item utama untuk laporan akhir Identifikasi asumsi dan resiko Buat proposal proyek Tentukan paket 2 pekerjaan Buat item-item perubahan Arahan audit post serah terima

Tabel 2.1.1 A. Project Management Life Cycle

(Sumber : Ilmu Managemen Konstruksi Untuk Perguruan tinggi, Universitas Tarumanegara UPT Penerbitan 1998)

PLANNING IMPLEMENTATIONN

Design And Appraisal Evaluate Solution Generate Solution Execution And Control Plan Execution Communicate Finalization And Close Out

MONITOR Proposal And

initiation

Gather Data

(6)

Tabel 2.1.1 B. Process and Project Life Cycle

(Sumber : Ilmu Managemen Konstruksi Untuk Perguruan tinggi, Universitas Tarumanegara UPT Penerbitan 1998)

Conceptual design Advance development Detailed design Production Termination

- Goals - Plan - responsibility- Manage - Close out Definition

- Scope - Budget - Team - Mesure - Document - Baseline - Schedule - Organizational - Control

- Suggest

structure Improvement

- Requirement - Bid Proposal - Detailed Plan - Update And replan

- Fasibility - Manajement - Kick off - Problem - Transit - Desirebility Commitment solving - Reasign

- Dissolve Team

Grafik 2.1.1 C. Life Cycle of a project : Strategic and Tactical Issues

(Sumber : Ilmu Managemen Konstruksi Untuk Perguruan tinggi, Universitas Tarumanegara UPT Penerbitan 1998)

Tahapan dalam proyek konstruksi :

1. Tahap perencanaan (planning) :

(7)

pembuatan studi kelayakan yang mencakup aspek-aspek teknis, ekonomis, lingkungan dan lain-lain. Adapun hasil dari tahapan ini berupa :

1. Gagasan dan ide untuk memenuhi ”NEEDS”

2. Hasil studi kelayakan dan laporan hasil AMDAL

Pada tahap ini pihak-pihak yang terlibat adalah : Pemilik proyek dan dapat dibantu oleh Konsultan Perencana atau konsultan Management Konstruksi.

2. Tahap Perekayasaan dan Perancangan (Engineering and Design)

Tahap ini terdiri dari :

a. Tahap pra rancangan, mencakup kriteria desain, skematik desain, estimasi anggaran secara global.

b. Tahap pengembangan rancangan, yang merupakan pengembangan dari tahap pra rancangan dengan melakukan perhitungan-perhitungan yang lebih detail, seperti: perhitungan-perhitungan desain, gambar-gambar detail, outline spesifikasi, estimasi anggaran secara terperinci.

c. Desain akhir dan penyiapan dokumen pelaksanaan yang merupakan akhir dari tahap perancangan. Hasil dari tahap ini berupa gambar koordinasi, gambar-gambar detail, spesifikasi, daftar volume, estimasi biaya konstruksi, syarat-syarat umumadministrasi dan peraturan umum.

d. Pada tahap ini pihak-pihak yang terlibat adalah Konsultan perencana, Konsultan management Konstruksi, Konsultan rekayasa Nilai, atau Konsultan Quantity Surveyor.

3. Tahap Pengadaan/Pelelangan (Procurement)

Tahap ini meliputi 2 kegiatan yaitu pengadaan jasa konstruksi (project procurement) dan pengadaan peralatan serta material, yang diperlakukan untuk proyek.

4. Tahap Pelaksanaan (Construction)

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan hasil perancangan dan dilakukan setelah surat perintah kerja (SPK) dikeluarkan dan ditindaklanjutkan dengan penandatanganan kontrak, Pekerjaan pelaksanaan ini meliputi : perencanaan kegiatan dilapangan, pengorganisasian dan koordinasi sumber daya serta pengendalian proyek yang bertujuan menghasilkan pekerjaan yang tepat waktu, biaya serta memenuhi mutu yang disyaratkan. Pihak-pihak yang terlibat adalah Konsultan pengawas (MK), Konsultan QS, Kontraktor,

(8)

Tahap ini merupakan pengujian terhadap fungsi masing-masing bagian sehingga bangunan dapat dioperasikan. Pihak-pihak yang terlibat adalah Konsultan Pengawasan/MK, Pemilik, Perencana, Suplier, Sub kontraktor, dan instansi-instansi terkait.

6. Tahap Pemanfaatan dan Pemeliharaan (Operational and maintenance)

Dalam tahapan ini biaya operasional dan pemeliharaan sangat dipengaruhi oleh tahapan sebelumnya mulai dari tahap perencana sampai test operasioanl. Pihak-pihak yang terlibat adalah adalah Konsultan Pengawas/MK, pemakai

(end user) yang dapat diwakili oleh building manager dan sebagian kontraktor specialis.

2.1.2 Struktur Organisasi

Dari sudut kontraktual, ada beberapa bentuk hubungan antara ketiga peserta yaitu pemilik, konsultan, dan kontraktor dalam meyeleggarakan pelaksanaan proyek.

a. Menggunakan Kontraktor Utama

Dalam hubungan kerja semacam ini tangungjawab pekerjaan. Implementasi fisik diserahkan kepada kontraktor utama, dengan kontrak harga tetap ataupun harga tidak tetap, sedangkan taggunga jawab mempersiapkan paket-paket keja seperti paket-paket kerja seperti arsitektur dan engineering diserahkan kepada konsultan-konsultan yang bersangkutan.

Tabel 2.1.2 a. Hubungan Kerja Yang Menggunakan Kontraktor Utama Pemilik

Konsultan Arsitek, engineering, dll

Kontraktor Utama

Sub Kontraktor

(9)

(Sumber : Manajemen Konstruksi oleh Y. Djoko Setiyarto)

b. Kontraktor utama merancang dan membangun

Dalam hubungan kerja semacam ini kontraktor memiliki tanggungjawab keseluruhan atas desain, engineering, pengdaan material, Pabrikasi sampai pada konstruksi dan instalasi. Sering juga melibatkan konsultan (arsitek dan engineering), sub kontraktor dan rekanan tetapi tanggungjawab penuh dipegang oleh kontraktor.

Tabel 2.1.2 b. Hubungan Kerja Kontraktor utama merancang dan membangun (Sumber : Manajemen Konstruksi oleh Y. Djoko Setiyarto)

c. Force Account

Dalam hal ini, pemilik terlibat langsung dalam pekerjaan dan bertangungjawab sepenuhnya terhadap peyelenggaraan proyek. Pemilik dapat meggunkan jasa sub kontraktor atau konsultan yang melapor langsung kepada pemilik.

Tabel 2.4 c. Hubungan Kerja Force Account

(Sumber : Manajemen Konstruksi oleh Y. Djoko Setiyarto)

d. Menggunakan menejemen konstruksi atau konsultan manajemen proyek. Kontraktor Utama

Pemilik

Arsitek & Engineering

Subkontraktor Supplier

Pemilik

OrganisasiP emilik

OrganisasiP emilik

(10)

Disini, selain adanya peserta yang lain, pemilik menunjk CM atau konsultan manajemen proyek sebagai wakil atau agen untuk menkoordinasikan seluruh kegiatan-kegiatan proyek.

Tabel 2.1.2 d. Hubungan Kerja menggunakan manajemen konstruksi atau konsultan manajemen proyek.

(Sumber : Manajemen Konstruksi oleh Y. Djoko Setiyarto) 2.1.3 Perencanaan dan Pengendalian Proyek

2.1.3.1 Pengendalian Administrasi

Pengendalian ini meliputi masalah laporan perkembangan proyek yang sedang berjalan, yaitu :

a. Laporan Harian, yaitu laporan yang dibuat setiap hari kerja yang menyangkut masalah tenaga kerja, alat bantu yang dipakai, jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan juga untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang terjadi selama proyek tersebut dilaksanakan.

b. Laporan Mingguan, yaitu laporan yang dibuat setiap minggu kerja, memuat evaluasi pekerjaan selama satu minggu, kemajuan pekerjaan dan rencana kerja satu minggu berikutnya.

2.1.3.2 Pengendalian Jangka Waktu Proyek

Dalam pengerjaan suatu proyek perlu adanya rencana pelaksanaan pekerjaan (Time Schedule). Time Schedule ini merupakan alat pengatur aktivitas dalam suatu proyek yang nantinya akan dapat rentang waktu pelaksanaan proyek.

Pemilik

CM / KMP

Konsultan Arsitek, Engineering, dll.

Kontraktor Multikontraktor

Subkontraktor

(11)

Secara garis besar fungsi time schedule adalah :

a. Pedoman bagi kontraktor untuk melakukan evaluasi pekerjaan yang telah diselesaikan

b. Pedoman bagi kontraktor untuk mengetahui apakah metode pelaksanaannya sudah baik atau perlu diperbaiki lagi

c. Pedoman bagi kontraktor untuk mengatur kecepatan pelaksanaan pekerjaan

Time schedule ini biasanya dilengkapi dengan kurva S, yaitu suatu kurva yang menentukan lamanya pekerjaan dengan bobot pekerjaan. Kegunaan kurva S adalah untuk :

a. Sebagai alat kontrol kontraktor untuk membandingkan prestasi kerja dan jadwal kerja yang telah direncanakan sebelumnya.

b. Untuk menjelaskan prestasi kerja yang telah dicapai oleh kontraktor

c. Untuk mengatur dristibusi kerja yang baik yaitu pekerjaan semakin meningkat ditengah.

Setelah selesainya tahapan perencanaan dan dilanjutkan dengan proses konstruksi, maka selama proses pelaksanaan diperlukan pengendalian agar proses pelaksanaan tersebut dapat sesuai, atau paling tidak mendekati sedekat mungkin, dengan apa yang direncanakan. Dasar dari pengendalian adalah laporan progress lapangan secara periodik yang mencakup : progres fisik, progres keuangan, progres waktu, dan yang lainnya yang dipandang perlu. Monitoring dan pelaporan secara periodik bertujuan untuk mendeteksi sedini mungkin kemungkinan terjadinya penyimpangan, sehingga dapat diambil tindakan pencegahan dan perbaikan. Monitoring dan pelaporan wajib dilaksanakan secara rutin, baik harian, mingguan maupun bulanan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat laporan adalah (dikutip dari : ”Handbook On Management Project Implementation”, Asian Development Bank, 1986) :

1. Pekerjaan atau kegiatan yang diselesaikan dalam periode sampai dengan waktu laporan.

(12)

4. Analisis Problem, termasuk beberapa hal yang mungkin berpengaruh terhadap biaya dan jadwal.

5. Pemenuhan syarat administrasi. 6. Posisi financial proyek.

7. Rencana penerapan untuk periode sampai laporan berikutnya. 8. tuntutan tindakan yang diperlukan untuk mengantisipasi kondisi

yang ada.

2.1.3.3 Rencana Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya adalah suatu rencana anggran biaya yang dikeluarkan pada suatu proyek dimana hal itu didasarkan pada gambar kerja. Dalam aplikasinya di lapangan rencana anggran biaya merupakan alat untuk mengendalikan jumlah biayapenyelesaian pekerjaan secara berurutan sesuai dengan yang telah direncanakan, walaupun kenyataannya sering berbeda akibat dari naiknya harga bahan bangunan yang dibutuhkan, juga karena pekerjaan tambah kurang.

2.1.3.4 Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu adalah pengendalian dan pengawasan dengan menempatkan staff profesional yang bekerja penuh serta cakap dilapangan dan mengusahakan segala kemungkinan untuk merealisasikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknik yang telah ditentukan. Pedoman mutu dan komposisi bahan spesifikasi ditetapkan berdasarkan ketetapan yang terdapat pada Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).

Pengendalian mutu proyek harus diarahkan kepada usaha memuaskan kebutuhan dan persyaratan yang diungkapkan oleh owner/klien. Pengendalian mutu harus dilakukan pada seluruh tahapan proyek bukan satu atau beberapa bagian proyek.

(13)

2.1.3.5 Material Schedule

Material schedule merupakan alat untuk mengatur material yang digunakan dalam suatu proyek. Material schedule ini berdasarkan pada time schedule yang telah dibuat dalam aplikasinya dilapangan, material schedule merupakan alat pengendali material sehingga diharapkan antara material yang diperlukan dan pekerjaan tidak akan terjadi ketimpangan, bahkan diusahakan dalam penyimpanan material supaya lebih teratur dan efektif begitupula dalam penerimaannya akan lebih baik dan terkoordinir.

Agar pelaksanaan pekerjaan dapat sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan, maka haruslah ditunjang oleh faktor logistik yang memadai. Logistik pada dasarnya adalah semua barang-barang yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek yang memiliki sifat terbatas dan harus dipenuhi sesuai dengan pengeluaran anggaran biaya dan banyaknya material yang dibutuhkan pada suatu jangka waktu tertentu.

Seluruh bahan bangunan yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil yang baik dengan biaya yang relatif rendah. Penyimpanan bahan bangunan sebaiknya dekat dengan lokasi proyek sehingga mudah dijangkau. Hal ini bertujuan untuk menekan biaya dan waktu mobilisasi bahan.

2.1.3.6 Man Power Schedule

Man power schedule merupakan pengaturan seluruh karyawan yang terlibat dalam proyek tersebut dalam aplikasinya dilapangan men power schedule merupakan alat untuk mnjaga agar tenaga kerja yang digunakan lebih efektif dan efisien.

Tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Tenaga Ahli

(14)

Yang termasuk kelompok ini diantaranya yaitu Project Manager dan Site Manager

b. Tenaga Menengah

 Bidang Administrasi

Tenaga menengah bidang administrasi ini terdiri dari sekretaris, keuangan dan bagian umum. Bertugas antara lain mengatur dan menyelesaikan urusan administrasi proyek seperi surat menyurat, pembayaran upah, dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah keuangan.

 Bidang Teknik

Tenaga menengah bidang teknik ini terdiri dari dari kepala bagian pelaksana, interior, monitoring, arsitektur, sipi/struktur, mekanikal, elektrikal, dan pelengkap lainnya. Bertugas antara lain mengontrol pekerjaan proyek, melakukan pengukuran, membuat gambar kerja dan lain-lain.

c. Tenaga Tukang

Tenaga tukang merupakan bagian yang terbesar dari pekerjaan suatu kontraktor. Tenaga tukang ini meliputi tukang batu, tukang besi, dan cor.

Tenaga tukang merupakan tenaga yang mempunyai pendidikan rendah, dimana pendidikan dan kterampilannya diperoleh dari pengalaman. Kebutuhan tenaga kerja ini jumlahnya dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan volume pekerjaan yang sedang dikerjakan. Berdasarkan status kepegawaiannya, tenaga tukang dibagi menjadi :

 Tenaga tetap kontraktor

Tenaga tetap kontraktor adalah tenaga kerja yang menjadi karyawan suatu perusahaan yang tetap, sedangkan penempatan dan bidang pekerjaannya diatur oleh perusahaan.

 Tenaga kerja harian

Tenaga kerja harian adalah tenaga yang dibutuhkan pada suatu proyek untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dan setiap saat dapat diberhentikan.

(15)

Tenaga borongan adalah kelompok kerja yang dikoordinir oleh seorang mandor sebagai pimpinan kelompok dan merupakan tenaga lepas.

2.2 Pendekatan Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian) secara sistematis pada suatu proyek dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.

Hal ini dapat diartikan bahwa manajemen proyek adalah kegiatan-kegiatan yang mengatur kegiatan proyek dan mengatur pengaruh timbal balik kegiatan proyek dengan lingkup pekerjaan demi tercapainya hasil yang maksimal.

2.2.1Struktur Organisasi Proyek

Setiap kegiatan perlu diorganisasikan, yang berarti bahwa kegiatan tersebut harus disiapkan, disusun dan dialokasikan serta dilaksanakan oleh para unsur organisasi tersebut sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien dan efektif. Proses ini meliputi perincian pekerjaan, pembagian pekerjaan dan koordinasi pekerjaan yang terjadi daiam suatu lingkup dan struktur tertentu.

Soekanto (1983) membagi struktur organisasi menjadi lima kelompok yaitu struktur organisasi fungsional, struktur organisasi proyek, struktur organisasi matriks, struktur organisasi usaha (ventura) dan struktur organisasi tim kerja (task force ).

1. Struktur Organisasi Fungsional

(16)

Gambar 2.4.1

Struktur Organisasi Fungsional (Sumber: Soekanto:1983)

2. Struktur Organisasi Proyek

Pada hakekatnya struktur organisasi proyek bermula dari organisasi fungsional. Pengelola proyek dari suatu bagian meminta agar orang– orang fungsional yang bekerja pada proyek benar–benar pindah untuk bekerja sepenuhnya dibawah kekuasaannya.

Gambar 2.4.1

Struktur Organisasi Proyek (Sumber: Soekanto:1983)

Semakin banyak proyek maka semakin banyak pula duplikasi fungsi. Selain itu para karyawan akan ragu di mana dia akan ditempatkan bila pelaksanaan proyek sudah selesai. Sebaliknya manajer bagian mungkin akan khawatir bila personilnya ditarik ke proyek-proyek. Pemanfaatan personil-personil yang fungsional akan menjadi tidak efektif dan efisien. Oleh karena itu diciptakanlah apa yang disebut struktur organisasi matriks.

3. Strutur Organisasi Matriks

(17)

Organisasi matriks biasanya diciptakan berdasarkan kebaikan-kebaikan organisasi fungsional dan organisasi proyek. Para ahli/staf dihimpun berdasarkan fungsinya untuk mengerjakan proyek tertentu. Dalam hal ini dibentuk bagian manajemen proyek secara tersendiri.

Gambar 2.4.1 Struktur Organisasi Matriks (Sumber: Soekanto:1983)

Masing-masing bagian secara struktural tidak boleh mempunyai proyek. Walaupun demikian berbagai proyek masih dapat dilakukan oleh perusahaan akan tetapi berada di bawah pengawasan manajemen proyek. Kesulitannya disini ialah bahwa organisasi matriks biasanya hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar dan bila sistemnya tak lancar dapat menimbulkan pertentangan dan kesenjangan antara bagian fungsional dan bagian manajemen proyek

4. Organisasi Usaha

Jenis organisasi ini biasanya dipakai pada perusahan-perusahan besar dimana sering muncul proyek penelitian dan pengembangan produk. Pada kelanjutannya akan dibentuk organisasi fungsional di dalam perusahaan tersebut dengan maksud agar kegiatan dapat mandiri dan luwes dengan sumber daya manusia serta dana tersendiri. Dalam hal ini,

Bertanggungjawab terhadap aloksi kerja dan cara

pengerjaan Presiden Direktur atau Direktur Utama Direktur Manajemen Proyek Direktur Penelitian dan Pengembanga n Direktur Produksi Direktur Pemasaran Manaje r Proyek A Manaje r Proyek B dst Bertanggungjawab memperinci paket

pekerjaan sesuai dengan hasil kerja, jadwal, waktu, dan harga

Bertanggungjawab memperinci paket

(18)

kerjasama antara teknisi, peneliti dan para ahli pemasaran perlu dibina terutama pada saat permulaan pengembangan produk.

5. Organisasi Tim Kerja

Bentuk organisasi ini biasanya dimanfaatkan untuk menanggulangi proyek-proyek yang muncul secara tiba-tiba atau belum direncanakan dan sifatnya ad hoc (sementara). Para anggota organisasi ini biasanya merupakan personil-personil senior dan tidak dibebaskan dari pekerjaan rutinnya. Namun dengan bekal pengalaman yang ada, biasanya mereka lebih mampu dan tenang dalam menanggulangi persoalan yang timbul secara mendadak.

Barrie dan Paulson (1984) membagi struktur organisasi atas empat kelompok, yang mencakup struktur organisasi dengan pendekatan tradisional, struktur organisasi pemilik- pembangun, struktur organisasi putar kunci, dan struktur organisasi manajemen konstruksi profesional.

a. Struktur Organisasi dengan pendekatan Tradisional

Dalam struktur organisasi ini pihak pemilik (owner) mempekerjakan seorang pendesain (arsitektural designer) yang bertugas dalam mempersiapkan rencana dan spesifikasi proyek, kemudian melakukan inspeksi sampai tingkat tertentu yaitu memonitor informasi dan mengawasi perkembangan pelaksanaan konstruksi. Pembangunan konstruksi merupakan tanggungjawab kontraktor utama tunggal kepada pemilik melalui suatu perjanjian. Banyak pekerjaan pada kenyataannya boleh dikerjakan oleh kontraktor khusus individu di bawah perjanjian subkontrak dengan kontraktor utama. Biasanya perusahaan tersebut dinamakan Subkontraktor.

Gambar 2.4.1 Struktur OrganisasiTradisional (Sumber: Barrie & Paulson :1984)

Pemilik

Perencana Kontrakto

r

Subkontraktor Kerja

(19)

Subkontraktor pada umumnya mengajukan penawaran pekerjaan untuk sebagian saja dari rencana pemilik, namun hubungan kontak formalnya adalah secara langsung dengan kontraktor utama dan selanjutnya kontraktor utama bertanggung jawab kepada pemilik mengenai semua pekerjaan, termasuk juga pekerjaan-pekerjaan yang disubkontrakkan.

b. Struktur Organisasi Pemilik-pembangunan

Secara historis banyak sekali kota-kota atau negara-negara terutama pada bagian/dinas pekerjaan umum, badan pemerintah pusat, dan perusahaan-perusahaan swasta telah melaksanakan pekerjaan dengan kemampuan sendiri, baik mengenai pembuatan desain maupun mengenai pelaksanaan konstruksinya.

Pendekatan ini sering disebut sebagai 'force account' (Perhitungan berdasarkan kemampuan sendiri).

Gambar 2.4.1 Struktur Organisasi Pemilik-Pembangunan (Sumber: Barrie & Paulson :1984)

Para pemilik yang lain atau perwakilannya seperti biro reklamasi, dinas bangunan publik dan badan pelayanan umum (general services administration) walaupun banyak mempertahankan pertanggungjawaban manajemen dan desain konseptualnya, tetapi mereka telah memanfaatkan jasa-jasa konsultan untuk semua atau

Pemilik

Departeme n Desain

Departeme n Konstruksi

Kontraktor dan Subkontraktor

Kerja Mandiri

(20)

sebagian dari desain detailnya serta menyerahkan kepada kontraktor untuk mempekerjakan dan mengawasi tenaga kerjanya.

c. Struktur Organisasi Putar Kunci

Beberapa ahli membedakan pengertian antara perancang-pembangun (perancang-pengelola) dan putar kunci. Namun pada prakteknya kedua hal tersebut sering saling tertukar. Dalam metode ini keseluruhan manajemen proyek yang meliputi konsep perencanaan, perancangan, pelaksanaan konstruksi serta penyelesaian proyek biasanya ditangani oleh satu perusahaan. Berdasarkan pengertian perancang-pembangun, pihak pembangun tidak bertindak sebagai kontraktor utama. Pihak pembangun tidak mengendalikan pekerjaan dalam satu tangan terhadap semua kontraktor. Ada suatu bentuk kontrak khusus yang dinegosiasikan antara perancang-pembangun bersama dengan pemilik dalam mengelola proyek.

Sedangkan menurut pengertian perancang-pengelola, pelaksanaan konstruksi dikerjakan oleh sejumlah kontraktor bebas menurut rata cara yang sesuai dengan konsep manajemen konstruksi profesional.

Perancangan Pembangunan

Gambar 2.4.1 Struktur Perancang-pembangun ’Putar Kunci’ (Sumber: Barrie & Paulson :1984)

Pemili k

Pembangun/Constrac tor

Perancan g/Desaig

ner

Kontraktor Utama

Subkontrakto r

(21)

Perancangan Pengelola

Gambar 2.4.1 Struktur Perancang-Pengelola ’Putar Kunci’ (Sumber: Barrie & Paulson :1984)

Dengan menggunakan sistem perancang-pembangun atau perancang- pengelola, pelaksanaan konstruksi dapat dilaksanakan dengan segera melalui program konstruksi bertahap yang bertujuan untuk mempersingkat waktu pelaksanaan proyek. Cara untuk menyelesaikan proyek seperti ini telah dipakai pada sebagian besar dari proyek-proyek industri berat yang berorientasi pada proses, sebagaimana yang telah dibangun di negara Amerika Serikat pada beberapa dasawarsa terakhir ini.

d. Manajemen Konstruksi Profesional

Manajemen konstruksi profesional membentuk satu tim atas tiga kelompok utama yaitu pemilik, perancang, dan manajer konstruksi dalam suatu hubungan yang tidak saling bertentangan dan hal ini membuka kesempatan bagi pemilik untuk berperan secara penuh dalam proses pelaksanaan konstruksi.

Struktur organisasi manajemen konstruksi profesional dibagi atas dua jenis pendekatan. Pendekatan yang pertama yaitu melalui penggunaan suatu perusahaan konsultan sebagai pengawas pekerjaan para kontraktor, sedangkan pendekatan yang ke dua yaitu menggunakan jasa kontraktor utama sebagai pengawas dari seluruh pekerjaan yang disubkontrakkan.

Dari segi waktu penyelesaian proyek, kualitas pekerjaan dan dari

Pemili k

Manajemen Konstruksi

Perancan g/Desaig

ner

Kontraktor Utama

(22)

organisasi manajemen konstruksi profesional melalui pendekatan pertama akan lebih kompetitif bila dibandingkan terhadap penggunaan struktur organisasi pendekatan ke dua. Hal ini disebabkan karena adanya pembedaan yang jelas antara tugas dan wewenang pada masing-masing unsur.

Manajemen Konstruksi Profesional – Manajer Konstruksi

Gambar 2.4.1 Struktur Organisasi manajemen Kontruksi Profesional (Sumber: Barrie & Paulson :1984)

Manajemen Konstruksi Profesional – Kontraktor Utama

Gambar 2.4.1 Struktur Organisasi manajemen Kontruksi Profesional (Sumber: Barrie & Paulson :1984)

2.2.2 Tugas dan Wewenang

2.2.2.1 Tugas dan Wewenang Bowheer/Pemilik Proyek

Tugas dan wewenang pemilik proyek adalah :

Pemili k

Perancan g/Desaig

ner

Manajer Konstruksi

Sejumlah Kontraktor Bebas

Pemili k

Perancan g/Desaig

ner

Kontraktor Utama sebagai Manajer

(23)

a. Menyediakan lokasi pembangunan b. Menyediakan biaya pelaksanaan c. Mengadakan pelelangan

d. Mengeluarkan Surat Perintah Kerja

e. Mengawasi langsung pelaksanaan proyek

2.2.2.2 Tugas dan Wewenang Konsultan Perencana

Adapun tugas dan wewenang konsultan perencana adalah : a. Persianpan perancangan, meliputi pengumpulan data dan informasi lapangan, membuat interpretasi secara garis besar terhadap pedoman persyaratan (term of reference). Konsultan dengan pemerintah kota setempat mengenai perizinan bangunan.

b. Penyusunan pra rancangan, meliputi membuat rancangan tampak, perancangan dan perkiraan biaya, mengurus sampai mendapatkan izin pendahuluan atau izin prinsip (advice planning) dari pemerintah kota setempat.

c. Penyususnan rancangan pelaksanaan, meliputi membuat perancangan arsitektur berikut uraian teknis dan visualisasi dua atau tiga dimensi bila diperlukan, membuat rancangan utilitas beserta uraian dan perhitungan strukturnya.

d. Penyusun rencana detail, meliputi membuat gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat, membuat rincian volume pekerjaan dan rancangan anggaran biaya pekerjaan konstruksi (melaksanaka value enginering sebagai motede penyusunan program rancangan).

e. Persiapan pelelangan, meliputi membantu pimpinan proyek dalam mempersiapkan dokumen pelelangan, membantu panitia pelelangan dalam menyusun program pelelangan dan melaksanakan pelelangan.

f. Membantu pelelangan, meliputi membantu panitia lelang yaitu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan termasuk dalam menyusun berita acara penjelasan pekerjaan, membantu panitia lelang dalam melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun kembali pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama bila terjadi pelaksanaan pelelangan ulang, serta menyusun dokumen pelaksaan.

(24)

persoalan-persoalan yang timbul selama masa pekerjaan konstruksi, menyusun laporan akhir perancangan.

h. Menyususn petunjuk-petunjuk penggunaan dan perawatan bangunan.

2.2.2.3Tugas dan Wewenang Manajemen Konstruksi

Konsultan manajemen adalah perusahaan yang memnuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dengan sertifikasi keahlian. Adapun tugas dan wewenang konsultan pengawas : a. Sebagai wakil pemberi tugas dilapangan

Selama masa pelaksanaan kontrak sampai pembayaran terakhir dilaksanakan, dia berhak melakukan tindakan-tindakan atas nama pemilik memberikan ketentuan lain secara tertulis. Segala instruksi dari pemberi tugas kepada pemborong hanya dilakukan melalui konsultan pengawas atau manajemen konstruksi dan konsultan pengawas wajib memberikan saran-saran dan pertimbangan-pertimbangan kepada pemilik.

b. Administrasi umum

Konsultan pengawas atau manajemen konstruksi berkewajiban menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak rumah hingga tahap pelaksanaan seslesai.

c. Pengawas pelaksanaan

Konsultan pengawas atau manajemen konstruksi menempatkan minimal empat orang atau lebih pengawas lapangan berkewajiban mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas dan kuantitas serta laju pencapaian volume, serta kewajiban untuk mengawasi pekerja serta produknya, mengawasi ketepatan waktu dan biaya pekerjaan konstruksi.

Pengawas lapangan berhak untuk setiap saat memeriksa seluruh proyek dan tempat proyek ditempat lain selama masa pelaksanaan, tanpa mengganggu jalannya pekerjaan.

d. Interpretasi keputusan

(25)

keputusan pengawas lapangan harus konsisiten dengan isi dan maksud dokumen pelaksanaan.

e. Pemeriksaan dan koreksi gambar-gambar

Pengawas lapangan wajib memberikan gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh pekerjaan perlu dipersiapkan oleh pemborong, dan akan memberikan penjelasan yang dibutuhkan oleh pemborong serta memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi selama pekerjaan kontruksi berlangsung.

Pengawas lapangan berhak melakukan perubahan-perubahan serta penyesuaian yang perlu atas pekerjaan dan menertibkan berita acara perubahan.

f. Rapat-rapat lapangan

Konsultan pengawas berkewajiban mengadakan rapat-rapat lapangan secara berkala dan membuat laporan mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan dengan memasukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh pemborong serta membuat gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan dilapangan yang dibuat oleh kontraktor dan disetujui oleh konsultan pengawas.

g. Kelalaian pemborong

Konsultan pengawas bertanggungjawab atas kelalaian pemborong atau pegawai-pegawai pemborong yang berpengaharuh langsung terhadap jalannya proyek. Kelalaian ini sepenuhnya adalah tanggungjawab pemborong.

h. Penolakan hasil pekerjaan pemborong

Pengawas lapangna berhak menolak pekerjaan yang dinilainya tidak sesuai dengan dokumen pekerjaan. Bila perlu pengawas lapangan berhak melakukan pemeriksaan khusus tes-tes seperlunya dengan mengabaikan bahwa pekerjaan sudah dibuat atau belum.

i. Berita acara pembayaran

(26)

surat-dokumen pelaksanaan dan menertibkan berita acara pembayaran dari pemborong maka konsultan manajemen konstrusi menerbitkan berita acara pembayaran yang menyebutkan jumlah yang berhak diterima pemborong. j. Penyelesaian perselisihan

Segala klaim atau segala persoalan mengenai jalannya pelaksanaan menurut dokumen pelaksanaan, akan diselenggarakan oleh dan melalui konsultan pengawas atau manajemen konstruksi. Apabila keputusan tertulis konsultan pengawas menyatakan bahwa keputusan adalah final dapat dimintakan himbauan, maka permintaan arbitrase tidak dapat diajukan setelah sepuluh hari sesudah kedua pihak mengetahui keputusan tersebut.

k. Pemutusan hubungan kerja

Apabila pemberi tugas memutuskan hubungan kerja dengan konsultan pengawas maka pemilik akan menunjuk konsultan pengawas pengganti yang kemudian akan memiliki status dan hak serta kewajiban yang sama dengan konsultan pengawas sebelumnya.

2.2.2.4Tugas dan Wewenang Quantity Surveyor

a. Melaksanakan tugas pengukuran dan pemetaan lokasi proyek yang akan dibangun.

b. Membuat laporan berupa gambar tentang penempatan titik blok yang akan dipakai pada saat proyek akan dimulai.

2.2.2.5 Tugas dan Wewenang Kontraktor

Kontraktor adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan untuk melakukan pemborongan pekerjaan konstruksi bangunan.

Kontraktor melaksanakan tugas dan tanggungjawab dalam bidang konstruksi kepada pemimpin proyek dalam bentuk kontrak langsung, yaitu kontrak untuk melaksanakan seluruh pekerjaan dengan nilai kontrak tertentu, yang mengikat berdasarkan pada gambar rencana serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dari dokumen pelelangan.

(27)

a. Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pembangunan sesuai dengan RKS dan gambar bestek.

b. Menyediakan tenaga ahli sebagai tenaga pelaksana dilapangan.

c. Menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

d. Membuat rencana kerja (time schedule), man power dan jadwal pengadaan bahan yang disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

e. Menyerahkan pekerjaan yang telah selesai dikerjakan yang disertai dengan RKS dan bestek.

f. Berhak menerima pembayaran.

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK

3.1 DESKRIPSI PROYEK

3.1.1 Tinjauan Umum Proyek

PT. Panorama Graha Asri (PGA) merupakan sebuah perusahaan yang didirikan pada tanggal 22 September 2004 bergerak di bidang pengembang perumahan dengan konsep real estate yang tergabung grup usaha Panorama Group. Perumahan real estate yang di bangun tidak hanya tersebar di Kota Bandung dan sekitarnya tapi juga mengembangkan di Samarinda, Sukabumi dan Padang.

(28)

3.1.2 Legalitas Perusahaan

a. PT.Panorama Graha Asri

Alamat Kantor : Jl. Cikutra no. 205, Bandung Telp. (022) 7274754, Fax. (022) 7273909

b. Akte Pendirian perusahaan No.32 – Notaris : H. WIRA FRANSISKA, SH, SpN.

Tanggal 22 September 2004

c. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Menengah

No. 510/2-0504/2004/0400-DISKUKM & PERINDAG/2008

d. HER Registrasi Perusahaan

Nomor 510/2-0400 – DISKUKM * PERINDAG-2008

e. Tanda Daftar Perusahaan

101115118512

f. Surat Keterangan Domicili Perusahaan

No. 536/SI-8311/KPMD/2002

g. Nomor Pokok Wajib Pajak

(29)

h. Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI)

NIA : 02.05.0096

3.1.3 Ruang Lingkup Perusahaan

PT. Panorama Graha Asri disamping mengembangkan perumahan juga membidani konsultan desain arsitektur perumahan, interior/eksterior, pertamanan, kontraktor jalan dan jembatan, gedung perkantoran.

3.1.4 Manajemen dan Organisasi Perusahaan

Komisaris Utama : Ir. H. Arfan Sani Komisaris : Ir.H. Yana H Arifin Direktur : Ir. Dody Murfi

Manager Teknik : Dodo Imam, ST Manager Adm : Aip Sahripin Manager Keuangan : Erawati, SE

Manager Marketing : Dedy Murfi, ST Pengemb. Bisnis : Yogi Parayoga, ST Corp.Sec/ Humas : Irwan Abu Bakar, S.Si

(30)

Diagram 3.1.4 Struktur Organisasi CV. Panorama Griya Asri (Sumber : Data Cv. Panorama Graha Asri )

3.1.6 Visi dan Misi Perusahaan

Visi

Menjadi perusahaan Pengembang Perumahan Terkemuka di Tingkat Nasional.

Misi

Memberikan kepuasan terhadap semua stakeholder perusahaan dalam rangka mewujudkan sinergi dalam berkarya bagi kebaikan bersama, nusa dan bangsa.

(31)

PT. Panorama Graha Asri mengembangkan Perumahan Eastern Hill Regency diatas lahan seluas 65.000 m2 yang berada pada ketinggian 600

dpl dengan arsitektur lingkungan cul de sac / sistem cluster. Dengan hanya berjarak 500 m dari Jalan Raya AH Nasution, menjadikan aksesibitas menuju perumahan ini sangat mudah. Saat ini Eastern Hill telah menyelesaikan projek Tahap I-nya sebanyak 168 unit, dan akan melanjutkan pengembangan untuk tahap II sebanyak 53 unit kavling.

Disain yang diusung oleh perumahan Eastern Hill Regency adalah Modern Minimalis, yang menjadi tren arsitektur terkini dan banyak diminati serta dibuat oleh pengembang perumahan lain. Dengan ketinggian diatas 600 dpl Perumahan memiliki kelebihan view kota bandung dibanding perumahan disekitarnya, disamping hawa sejuk yang masih terasa. Dengan memperhatikan kenyamanan dalam mobilitas pemukim, desain siteplan dibuat percluster sehingga perumahan Eastern Hill tidak hanya nyaman tapi juga aman.

KATEGORI PROYEK : Perumahan Real EstateNAMA PROYEK : Eastern Hill Regency

KONSEP RUMAH : Modern Minimalist Type 34, Type 50,

Type 56, Type 92

LINGKUNGAN : Cul de sacTOTAL LUAS AREA : 65,000 m2

LOKASI : Jl. Cipadung Cibiru, Kota Bandung, Jawa

Barat

FASILITAS : Jogging Track, Club House, Rumah

Ibadah, Taman Bermain, Security 24 Hours

3.2.1 Latar Belakang Proyek

(32)

hunian untuk melindungi mereka dari cuaca panas maupun hujan dan bahaya yang ada di sekitarnya.

Mengingat tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia khususnya kota Bandung dengan adanya daya tarik kota yang berupa fasilitas pelayanan di kota terasa lebih lengkap, terpusatnya kegiatan pemerintahan, perdagangan, kesempatan pekerjaan maupun pendidikan, menyebabkan arus urbanisasi dari desa ke kota meningkat terus. Hal tersebut tanpa disadari telah mempengaruhi kenaikan jumlah penduduk di kota Bandung.

Dalam rangka mempercepat perkembangan di bidang perekonomian, pemerintah membuka kesempatan kepada semua pihak termasuk

Dari permasalahan yang ada serta meningkatnya kebutuhan manusia akan hunian maka perumahan dapat dijadikan salah satu gagasan yang dapat mengurangi permasalahan yang ada.

3.2.2 Lokasi Proyek

Perumahan Eastern Hill Regency berlokasi di Jl. Cipadung Cibiru, Bandung-Jawa Barat diatas lahan seluas 65.000 m2 yang berada pada ketinggian 600

dpl.

[image:32.595.235.413.498.613.2]

Kelurahan : Cibiru Kecamatan: Cipadung

Gambar 3.2.2 Lokasi Eastern Hill Regency

(33)
[image:33.595.232.414.113.230.2]

Gambar 3.2.2 Tapak Eastern Hill Regency

( Sumber : Peta Digital )

3.2.3 Tujuan Proyek

Tujuan Proyek Eastern Hill Regency, diantaranya :

1. Pemanfaatan lahan petenakan ayam yang sudah pasif menjadi sebuah komplek perumahan yang eksklusif, sejuk, dan nyaman.

2. Mengembangkan proyek perumahan berkualitas pada wilayah perbukitan di wilayah Bandung Timur .

3.2.4 Ruang Lingkup Keseluruhan

(34)
[image:34.595.142.484.152.372.2]

Beberapa contoh tipe rumah yang sudah dibangun :

Gambar 3.2 a Rumah Type 34

(Sumber : Data Cv. Panorama Graha Asri )

Gambar 3.2 b Rumah Type 39

[image:34.595.138.488.476.683.2]
(35)
[image:35.595.137.490.139.338.2]

Gambar 3.2 c Rumah Type 50

(Sumber : Data Cv. Panorama Graha Asri )

Gambar 3.2 d Rumah Type 56

[image:35.595.140.485.483.680.2]
(36)
[image:36.595.139.480.164.350.2] [image:36.595.157.468.460.630.2]

Gambar 3.2 Rumah Type 75

(Sumber : Data Cv. Panorama Graha Asri )

Gambar 3.2 Rumah Type Pengembangan

(37)

3.2.5 Strategi dan target Pemasaran

Untuk mencapai omset tersebut di atas diperlukan strategi marketing yang tepat, yaitu dengan melakukan pameran pada event-event tertentu, pemasangan iklan di media masa, penyebaran flyer dan brosur di spot tertentu yang mempunyai masa potensial untuk membeli produk tersebut. Dengan jumlah kavling dan perkiraan omset tersebut ditargetkan dalam 24 bulan proyek tersebut harus sudah diselesaikan, karena lebih dari waktu tersebut akan berakibat inefisiensi biaya yang akan mengurangi jumlah profit.

3.3 RUANG LINGKUP PRAKTIKAN

[image:37.595.201.451.406.598.2]

Ruang Lingkup Praktikan adalah merencanakan, merancang, dan mengembangkan perumahan Eastern Hill Regency pada blok D dengan tipe rumah yaitu tipe 45 dan 60. Tipe rumah tersebut terletak pada kondisi tanah yang berkontur.

Gambar 3.3 Site Plan Eastern Hills Regency

( Sumber : Data Pribadi )

3.3.1 Rencana Kegiatan

(38)

- Lahan perumahan : 60%

- Sarana dan Prasarana : 10%

- Penghijauan : 10%

- Fasilitas Sosial : 10%

- Fasilitas Umum : 10%

Sarana & prasarana pada proyek pembangunan komplek Eastern Hills Regency ini terdiri dari :

1. sarana peribadatan (masjid)

[image:38.595.165.487.340.700.2]

2. Sarana komersil, yaitu restoran dan ruko berada dekat gerbang utama & sarana rekreasi air (timur laut site plan)

(39)

3.3.2 Kegiatan Aktual

3.3.2.1 Investigasi dan Studi Kelayakan

Investigasi adalah studi tentang layak tidaknya proyek tersebut dilaksanakan. Hal ini dihasilkan dari pertimbangan dampak-dampak yang timbul dari pembangunan proyek dilihat dari dampak fisik dan kimia, biologis, sosial-ekonomi dan sosial-budaya.

Layak tidaknya suatu proyek tergantung dari perbandingan antara dampak positif dan dampak negatif yang diperkirakan akan timbul. Beberapa aspek yang ditimbulkan dari pembangunan pusat perbelanjaan ini anatar lain :

a) Aspek Biologis

Lahan pada proyek Eastern Hills Regency awalnya merupakan lahan peternakan milik perusahaan Hyban yang lahannya sudah tidak digunakan lagi, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

b) Aspek Ekonomi

 Terciptanya Lingkungan tempat tinggal baru

 Kesempatan kerja dan berwirausaha di lingkungan baru

 Tingkat pendapatan penduduk

 Masyarakat yang berpotensial

c) Aspek Sosial Budaya

 Kehidupan sosial dan pendidikan

 Kehidupan budaya dan agama

 Persepsi masyarakat tentang suatu kegiatan

d) Aspek Strategi Pengembangan

Diharapkan dengan pembangunan perumahan Eastern Hills Regency dapat menjadi salah satu solusi seimbangnya penyebaran penduduk di Kota Bandung

3.3.2.2 Perencanaan dan Perancangan

(40)

3.3.2.3 Pelaksanaan Proyek

Pelaksanaan proyek dikerjakan dengan berpedoman pada gambar bestek dan pedoman-pedoman lainnya.

Untuk mengendalikan kemajuan pekerjaan setiap satuan waktu : hari, minggu dan bulan dilaporkan kemajuan pekerjaan. Laporan harian, mingguan dan laporan bulanan berisi tentang :

 Jumlah tenaga kerja yang masuk

 Distribusi bahan yang digunakan

 Penggunaan alat

 Jam kerja

 Keadaan cuaca

Dari hasil laporan tersebut dapat diamati kemajuan proyek, dihubungkan dengan time schedule sehingga dapat diambil tindakan cepat bila proyek menghadapi keterlambatan pekerjaan.

3.3.2.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan setelah proyek selesai dikerjakan untuk menjaga dan merawat bangunan agar dapat berfungsi dengan baik. Selama pekerjaan pembangunan pemeliharaan merupakan tanggung jawab developer.

3.3.2.5 Permasalahan dalam Pelaksanaan Pekerjaan

Permasalahan Umum

Permasalahan yang timbul didalam pekerjaan proyek perumahan

Eastern Hills Regency merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Hal semacam ini merupakan sebuah kenyataan yang biasa terjadi dalam suatu pembangunan proyek.

(41)

Kesenjangan Perencanaan dengan Pelaksana - Gambar Kerja

Perbedaan antar gambar perencanaan yang dibuat oleh tim perencana dan gambar kerja di lapangan tidak mempengaruhi dari stuktur bangunan, perbedaan ini hanya sebatas perbedaan ruangan. Perbedaan tersebut merupakan permintaan dari beberapa klien yang akan membeli unit rumah.

Perubahan yang dilakukan tidak terlalu mengganggu pekerjaan pembangunan, namun hal tersebut sedikit banyak menimbulkan kebingungan perencana, akan tetapi hal tersebut selalu dikordinasikan dengan pihak pengawas.

- Ketidaksesuaian jadwal pekerjaan yang telah direncanakan

Pada proyek pembanguan ini terdapat jadwal pekerjaan yang akan dilaksanakan yang tercantum pada master time schedule, yang berfungsi agar tiap unit rumah dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pada pelaksanaannya ada beberapa pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan yang telah dijadwalkan yang disebabkan beberapa hal yang menghambat pekerjaan tersebut diantaranya:

a. Cuaca yang kurang mendukung, dan mengakibatkan volume pekerjaan pada pertengahan sampai akhir proyek menjadi lebih padat untuk mengejar pekerjaan yang tertinggal.

b. Keterlambatan material, terjadi karena pihak klien yang terlambat menyelesaikan waktu pembayaran, sehingga pembelian material dan mendatangkannya ke lokasi proyek kadang terhambat

- Kualitas pekerjaan yang kurang baik

(42)

- Kurangnya kesadaran para pekerja tentang pentingnya keselamatan kerja

Aturan yang telah dibuat untuk keselamatan para pekerja, belum seluruhnya ditaati oleh para pekerja misalnya peraturan menggunakan helm apabila berada dilokasi proyek, pada saat proses pekerjaan masih saja ada tukang yang tidak mempergunakan helm, dan beberapa alat keselamatan kerja yang lain yang belum bisa dilaksanakan oleh seluruh pekerja. Akibat yang mungkin terjadi dari kurang kesadaran ini akan berdampak kepada pekerjaan pada proyek dimana pekerjaan akan terhenti sejenak bila ada kecelakaan yang menimpa pekerja.

3.3.3 Rencana Pengajuan Desain Rumah ype 45

(43)

         7. 00 6.00 6.12 6.00 6.00

R. T ID UR

R. T IDURK M/W C

R. SERBAGUNA

CAR PORT

TER AS

TERAS

R. T IDUR

R. T ID UR

K M/WC R. SERBAGUNA

CARPORT

TERAS

TERAS

R . TIDUR

R . TIDUR

KM/WC

R . SERBAGUNA

C ARPOR T

TERA STERAS

R . TIDUR

R . TIDUR KM/WC

R . SERBAGUNA

C AR PORT

TERASTERAS

R . TIDUR

R . TIDUR

KM/WC

R . SE RBA GUN A

C AR PORT

TERA S

TERAS

      

SKALA 1 : 500

                                                                                                                                                                                                                                           10.00 20.31 24.71 16.00 21.51 12.00 8.008.009.82

9.44

10.87

14.548.008.00

8.00 8.00 18.18 7.05 12.98 16.34 8.008.008.36

18.0018.0018.00

13.2613.4513.65

14.528.00 8.008.00 13.87       18.00 18.00 18.00 18.00 18.00 18. 00 18.00 15.17 8.00 8.00 8.00 17.27 8.00 9.72 3.77 11 .50 12.44 11.50 12.44             9.00    10.78 13.00 9.00 8.14 18 .44      10.07 10.22 2.98 5.04 8.01 8.01 13.82 22.74 23.3 0 23.61 23.93 10.15 8.00 8.00 8.00 10.46                                       8.00 7.00 6.00 6.12 6.00 6.00 All Design, prints & spesifica tions are the

(44)
[image:44.595.194.464.262.732.2]

Gambar 3.3.3 Site Plan Blok R (Type 45)

(Sumber : Data Pribadi )

Denah Rumah Type 45

(45)
[image:45.595.194.508.196.373.2]

Gambar 3.3 Denah Rumah Type 45

(Sumber : Data Pribadi )

Tampak

Gambar 3.3. Tampak Depan Rumah Type 45

(Sumber : Data Pribadi )

(46)
[image:46.595.140.497.225.508.2]

Gambar 3.3 3D Rumah Type 45

(Sumber : Data Pribadi )

Gambar 3.3

Desain Rumah Type 45

(47)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah mengikuti program Kerja Prakik pada Proyek Pembangunan Perumahan Eastern Hills Regency, praktikan mendapatkan berbagai hal yang sangat bermanfaat baik yang pernah diketahui dari materi kuliah sebelumnya, ataupun hal-hal baru yang didapat di lokasi Proyek Pembangunan Perumahan Eastern Hills Regency.

Hal-hal yang dimaksud meliputi sistem manajemen kontruksi yang digunakan termasuk informasi mengenai seluruh tahapan pengadaan proyek pelaksanaan pekerjaan sampai pada sistem pengwasan proyek pembangunan perumahan. Pengalaman yang besar bagi praktikan ketika mengamati langsung berbagai kegiatan dilapangan.

Beberapa hal yang dapat praktikan simpulkan dari kegiatan Kerja Praktik ini antara lain sebagai berikut :

a.Tahap Perancangan (planning),

Berawal dari pemilik (owner) yang dalam hal ini PT PT. Panorama Graha Asri yang membantu program pemerintah dalam penyediaan sarana perumahan rakyat yang sederhana dan sehat berusaha berperan serta dalam Pembangunan Perumahan yang berlokasi di Cibiru Bandung.

b. Organisasi Proyek

(48)

Pada Proyek perumahan Eastern Hills Regency kordinasi dalam organisasi proyek telah berjalan dengan baik mengingat pemabangunan proyek ini telah bertahan selama lebih dari 5 tahun.

c. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)

Jadwal pelaksanaan merupakan suatu gambaran dan pedoman waktu yang harus dikerjakan oleh kontraktor dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Time schedule yang baik dapat memberikan urutan pekerjaan atau kegiatan yang terinci dalam waktu pelaksanaan yang tepat dengan memperhitungkan berbagai hal, termasuk faktor penghambat seperti hujan ataupun sebab lain dari kelalaian manusia itu sendiri.

d. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang ahli dan terampil serta disiplin akan memperlancar pelaksanaan pekerjaan pembangunan proyek, disamping itu tersedianya tenaga ahli dapat menjaga kualitas dan kuantitas hasil kerja perusahaan itu sendiri.

Tenaga ahli pada Proyek perumahan Eastern Hills Regency telah mempertahankan eksistensi dan keahliannya terlihat dari tenaga kerja yang telah bertahun-tahun dipercaya dalam pelaksanaan proyek.

e. Logistik

Suplai bahan bangunan yang tepat waktu dari jadwal yang telah ditentukan akan memperlancar jalannya pekerjaan pada proyek tersebut, demikian pula sebaiknya jika pengiriman atau suplai bahan bangunan tidak teratur, maka akan mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan pekerjaan.

Supplai bahan bangunan/material pada Proyek perumahan Eastern Hills Regency terkadang mengalami keterlambatan, namun keterlambatan selalu dapat diatasi dengan melakukan tahapan pekerjaan lain.

f. Pengawasan

(49)

Pengawasan pada proyek perumahan Eastern Hills Regency telah berjalan dengan semestinya, terlihat dari pengawasan yang dilakukan dengan ketat dan disiplin.

4.2 Saran

1. Saran Untuk Developer/Kontraktor

a. Perencana dan Pengawas diharapkan dapat meyakinkan klien untuk tidak merubah renacana pembangunan rumah yang telah direncanakan sebaik mungkin.

b. Schedule pekerjaan sebaiknya mengikuti aturan yang sesuai dengan selalu merencanakan kurva S agar pelaksanaan proyek menjadi lebih terpantau

c. Pekerja baru sebaiknya adalah pekerja yang memang telah memiliki pengalaman dalam pelaksaan pembangunan atau perencana dapat memberikan latihan keterampilan terlebih dahulu pada pekerja.

2. Saran untuk Pekerja

a. Pekerja hendaknya memperhatikan keselamatan kerja, dengan menggunakan alat-alat bantu ataupun menggunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya

(50)

Gambar

Tabel 2.1.1 A. Project Management Life Cycle
Grafik 2.1.1  C. Life Cycle of a project : Strategic and Tactical Issues
Tabel 2.1.2 a. Hubungan Kerja Yang Menggunakan Kontraktor UtamaKontraktorSub  Supplier
Tabel 2.1.2  b. Hubungan Kerja Kontraktor utama merancang dan membangun
+7

Referensi

Dokumen terkait