• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Praktik Kerja PROYEK PEMBANGUNAN SENTRALAND JALAN KI MANGUNSARKORO 36 - SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Laporan Akhir Praktik Kerja PROYEK PEMBANGUNAN SENTRALAND JALAN KI MANGUNSARKORO 36 - SEMARANG"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir Praktik Kerja

PROYEK PEMBANGUNAN SENTRALAND

JALAN KI MANGUNSARKORO 36 - SEMARANG

Disusun Oleh : Kho, Wilson Khoenadi

12.12.0007

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(2)

i Laporan Akhir Praktik Kerja

PROYEK PEMBANGUNAN SENTRALAND

JALAN KI MANGUNSARKORO 36 - SEMARANG

Disusun Oleh : Kho, Wilson Khoenadi

12.12.0007

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(3)

ii Lembar Pengesahan Praktik Kerja

PROYEK PEMBANGUNAN SENTRALAND

JALAN KI MANGUNSARKORO 36 – SEMARANG

Disusun Oleh : Kho, Wilson Khoenadi

12.12.0007

Telah diperiksa dan setujui,

Semarang,……….

Dekan Fakultas Teknik Dosen Pembimbing

(4)

iii SURAT KETERANGAN TIDAK PLAGIASI

Tanggal : 05 Februari 2016

Tentang : PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROYEK PEMBANGUNAN SENTRALAND JALAN KI MANGUNSARKORO 36 –

SEMARANG

PERNYATAAN KEASLIAN PRAKTIK KERJA

Dengan ini kami menyatakan bahwa dalam laporan praktik kerja yang berjudul “Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro 36 - Semarang” ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh nilai mata kuliah praktik kerja, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ternyata terbukti bahwa laporan praktik kerja ini sebagian atau seluruhnya hasil plagiasi, maka saya rela untuk dibatalkan, dengan segera akibat hukumnya sesuai peraturan yang berlaku pada Univesitas Katolik Soegijapranata dan/atau peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Semarang, 5 Februari 2016

(5)

iv KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala kebaikanNya, karena atas rahmatNya laporan praktik kerja yang berjudul Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini disusun dengan melewati beberapa tahapan yang melibatkan berbagai pihak sebagai pendukung. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Djoko Suwarno, M.Si. selaku Dekan Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan selaku Dosen Pembimbing selama praktik kerja serta dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.

2. PT. Jakarta Rencana Selaras yang telah memberi kesempatan untuk kerja praktek ini.

3. Bapak Sutarman, Saudara Mukti dan Saudara Agung yang telah membimbing selama pelaksanaan kerja praktek ini.

4. Orang Tua yang selalu mendukung.

5. Teman-teman teknik sipil dari semua angkatan atas segala dukungannya. 6. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusun, baik secara moril

maupun materil, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu penyusun berharap adanya saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi kalangan Teknik Sipil.

Semarang, Januari 2016

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

ix

BIMBINGAN KERJA PRAKTEK

(11)
(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ··· i

HALAMAN PENGESAHAN ··· ii

SURAT KETERANGAN TIDAK PLAGIASI ··· iii

KATA PENGANTAR ··· iv

KARTU ASISTENSI ··· v

SURAT PERMOHONAN IJIN KERJA PRAKTEK ··· vi

SURAT KETERANGAN DITERIMA KERJA PRAKTEK ··· vii

SURAT PERINTAH KERJA ··· viii

SURAT BIMBINGAN KERJA PRAKTEK ··· ix

SURAT KETERANGAN SELESAI KERJA PRAKTEK ··· x

SURAT UCAPAN TERIMA KASIH ··· xi

3.1.1 Pekerjaan Struktur Bawah ··· 11

(14)

xiii

3.2.2 Alat Berat ··· 68

3.3Bahan – Bahan ··· 76

3.4Pengendalian Proyek ··· 92

3.4.1 Pengendalian Mutu (Quality Control) ··· 92

3.4.2 Pengendalian Waktu (Time Control) ··· 94

3.4.3 Pengendalian Biaya (Cost Control) ··· 95

3.5Permasalahan ··· 96

3.5.1 Faktor Alam ··· 96

3.5.2 Faktor Manusia ··· 96

3.5.3 Faktor Alat ··· 97

BAB IV PENUTUP ··· 98

4.1Kesimpulan ··· 98

4.2Saran ··· 99

(15)

xiv DAFTAR TABEL

(16)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek ... 2

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Manajemen Konstruksi pembangunan Sentraland . 9 Gambar 3.1 Bagian-bagian tiang pancang ... 12

Gambar 3.2 Denah Pilecap ... 13

Gambar 3.3 Alat Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) ... 14

Gambar 3.4 Proses penggalian menggunakan excavator ... 16

Gambar 3.5 Proses pemotongan tiang menggunakan bor listrik... 16

Gambar 3.6 Pompa untuk proses dewatering ... 17

Gambar 3.7 Proses pembuatan bekisting pile cap ... 18

Gambar 3.8 Proses penulangan pile cap ... 18

Gambar 3.9 Proses penulangan tie beam ... 19

Gambar 3.10 Proses penulangan retaining wall ... 20

Gambar 3.11 Bekisting retaining wall ... 20

Gambar 3.12 Pabrikasi tulangan sengkang kolom dengan bar bender ... 22

Gambar 3.13 Pemasangan sepatu kolom menggunakan las... 22

Gambar 3.14 Tempat pabrikasi bekisting vertikal pada ground floor ... 24

Gambar 3.15 Perakitan tulangan kolom di ground floor ... 25

Gambar 3.16 Pengangkutan bekisting kolom menggunakan towercrane ... 25

Gambar 3.17 Proses pengecoran pada kolom ... 26

Gambar 3.18 Bagian-bagian perancah ... 28

Gambar 3.19 Proses pemasangan bodeman ... 28

Gambar 3.20 Proses pemasangan tembereng ... 29

Gambar 3.21 Proses pemasangan bekisting plat lantai ... 29

Gambar 3.22 Proses pengukuran shaff ... 30

Gambar 3.23 Bekisting shaff ... 30

Gambar 3.24 Proses penulangan balok ... 31

Gambar 3.25 Proses penulangan plat lantai ... 32

Gambar 3.26 Pembersihan lokasi plat yang akan dicor dengan blower ... 33

Gambar 3.27 Pengiriman beton dengan truckmixer ... 33

Gambar 3.28 Proses pengecoran ... 34

Gambar 3.29 Pengecekan tebal plat dengan tulangan baja ... 34

Gambar 3.30 Proses finishing plat ... 35

Gambar 3.31 Pembongkaranbekisting ... 35

Gambar 3.32 Tulangan shear wall diareafabrikasibesi ... 36

Gambar 3.33 Pengangkutan tulangan shearwall ... 36

Gambar 3.34 Bekisting shear wall ... 37

Gambar 3.35 Proses pengecoran shearwall pada malam hari ... 37

Gambar 3.36 Bekisting shearwall yang sudah dilepas ... 38

Gambar 3.37 Pemasangan perancah pada tangga ... 39

Gambar 3.38 Bekisting plat tangga ... 39

(17)

xvi

Gambar 3.40 Proses pemasangan bekisting anak tangga ... 40

Gambar 3.41 Persiapan pengecoran tangga ... 41

Gambar 3.42 Tangga yang baru saja di cor... 41

Gambar 3.43 Tulangan dinding parapet ... 42

Gambar 3.44 Besi siku dan dudukan bekisting ... 42

Gambar 3.45 Stop cor bagian samping tulangan parapet ... 42

Gambar 3.46 Bekisting parapet ... 43

Gambar 3.47 Pengangkutan bata ringan ... 44

Gambar 3.48 Pemasangan bata ringan ... 44

Gambar 3.49 Dinding bata ringan ... 45

Gambar 3.50 Pengacian partisi ... 45

Gambar 3.51 a Mesin Concrete Vibrator ... 47

Gambar 3.56 Concrete Bucket yang sedang beroperasi ... 54

Gambar 3.57 Bagian-bagian Perancah ... 55

Gambar 3.58 Bar cutter... 57

Gambar 3.59 Steel bar bending machine ... 59

Gambar 3.60 Bagian-bagian theodolit ... 61

Gambar 3.61 Waterpass ... 63

Gambar 3.62 a Mesin trafo las merk Lakoni Falcon 205E ... 64

Gambar 3.62 b Mesin trafo las merk Morris ... 64

Gambar 3.63 Penggunaan Hilti Epoxy Gun pada beton ... 66

Gambar 3.64 Generator set ... 67

Gambar 3.73 Proses penuangan beton ke bekisting ... 78

Gambar 3.74 Sikabond ... 79

Gambar 3.75 Cairan anti rayap ... 80

Gambar 3.76 Kawatbendrad ... 81

Gambar 3.77 Beton tahu ... 82

Gambar 3.78 Persediaan bata ringan ... 83

(18)

xvii

Gambar 3.80 Pengangkutan material perekat bata ringan dengan elevator ... 85

Gambar 3.81 a Pasir ... 86

Gambar 3.81 b Kerikil... 86

Gambar 3.82 Lem perekat HILTI HIT-RE 500 ... 87

Gambar 3.83 Pemasangan besi cakar ayam ... 88

Gambar 3.84 Proses penyambungan pipa ... 89

Gambar 3.85 Stop cor pada dinding parapet ... 90

Gambar 3.86 Tangki penampungan air ... 91

Gambar 3.87 Sampel beton umur 28 hari yang akan di uji (K350) ... 92

Gambar 3.88 Hasil slumptest ... 93

Gambar 3.89 Pembuatan sampel beton ... 94

(19)
(20)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek

Provinsi Jawa Tengah memiliki Ibu Kota yang berada di Kota Semarang. Berada diantara garis 109o35’ dan 110o50’ Bujur Timur serta 6o50’ dan 7o40’ Lintang Selatan. Sebagai Kota yang geostrategis, Kota Semarang menjadi simpul transportasi daerah Jawa Tengah, sehingga perkembangan kota bertumbuh dengan pesat.

Perkembangan kota yang pesat berdampak pula pada perkembangan ekonomi di Kota Semarang. Kegiatan ekonomi menyerap Sumber Daya Manusia (SDM) yang banyak, membuat arus migrasi mengalami peningkatan dan berdampak pada kepadatan dan jumlah penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Semarang (2013), pertumbuhan penduduk dari tahun 2008 hingga 2012 mengalami kenaikan sebanyak 77.558 jiwa, sehingga pada tahun 2012 jumlah penduduk mencapai 1.559.198 jiwa.

Tingginya peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan tempat tinggal meningkat pula. Sarana transportasi seperti stasiun, terminal maupun bandar udara menunjang akses menuju kota ini. Para investor memandang kemudahan akses tersebut sebagai salah satu faktor meningkatnya kebutuhan tempat tinggal. Hal tersebut mempengaruhi nilai investasi di Kota Semarang sehingga meningkat sebesar 1,7 triliun, karena jumlah investor pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 2.253 jiwa (Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang, 2010).

(21)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 2 Sentraland dibangun dengan konsep mixed use building untuk hotel, ritel, kondotel dan apartemen. Dibangun di Jl. Ki Mangunsarkoro Nomor 36 Semarang, dengan luas tanah 6.574 m2, setinggi 19 lantai dengan konsep bangunan berbentuk 'U'. Seperti halnya wilayah kota lain yang berada di sekitar pantai utara Jawa, Semarang juga memiliki populasi penduduk yang berdaya beli tinggi. Terbukti pembangunan beberapa proyek properti dikerjakan oleh pengusaha lokal dan dibeli oleh konsumen lokal juga. Hal tersebut yang melatarbelakangi dibangunnya Sentraland.

1.2 Lokasi Proyek

Lokasi proyek berada di jalan Ki Mangunsarkoro No. 36, Semarang. Batas-batas yang terdapat di lokasi proyek sebagai berikut:

a) Sebelah Utara : Jalan Cipta Karya,

b) Sebelah Selatan : Admiral Ballroom (Restoran Sixteen 8), c) Sebelah Barat : Jalan Ki Mangunsarkoro,

d) Sebelah Timur : SD Negeri Karang Kidul,

Gambar 1.1. Peta lokasi proyek Sumber: Google Earth (13 Oktober 2015; pukul 11:44)

LOKASI PROYEK

Stadion Diponegoro Simpang Lima

(22)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 4

1.4 Tata Cara Pelelangan

Pelelangan merupakan rangkaian kegiatan penyediaan barang/jasa melalui persaingan sehat antara penyedia barang / jasa yang setara dan juga memenuhi syarat, berdasarkan suatu metode yang telah ditetapkan dan kemudian diikuti pihak-pihak terkait secara konsisten sehingga terpilih penyedia terbaik (Wulfram I. Ervianto, Manajemen Proyek Konstruksi hal. 49). Metode pengadaan barang/jasa dapat dilakukan melalui:

a. Pelelangan Umum merupakan pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan secara terbuka dan secara luas melalui media massa atau papan pengumuman resmi supaya dunia usaha yang berminat dan juga memenuhi kualifikasi dapat ikut pelelangan.

b. Pemilihan Langsung yaitu pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan dengan cara membandingkan beberapa penawaran yang telah diajukan lalu dipilih minimal tiga penawaran terbaik.

c. Penunjukan Langsung merupakan pemilihan penyedia barang/jasa

dengan metode penunjukkan langsung pada 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan melakukan negosiasi baik biaya atau teknis supaya didapatkan harga yang wajar dan juga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis.

Jenis - jenis perjanjian kontrak pembayaran pada pengerjaan suatu proyek: a. Fixed price merupakan perjanjian kontrak yang memiliki harga pasti

sesuai dengan kesepakatan.

b. Unit price yaitu perhitungan berdasar pada harga satuan volume pekerjaan yang akan dikerjakan pada keseluruhan proyek.

c. Cost plus fee maksudnya berdasarkan jumlah biaya proyek total kemudian ditambahkan dengan fee jasa pelaksana proyek yang mana harus sesuai dengan kesepakatan.

(23)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 5 sebagai kontraktor pelaksana struktur . Setelah terpilih sebagai pemenang lelang kontraktor menunjuk PT. Cakra Manggilingan Jaya adalah sebagai konsultan detailed engineering design yang bertugas dalam perencanaan gambar detail. Kemudian konsultan detailed engineering design juga bertugas melakukan revisi gambar yang dibuat oleh konsultan pra rencana yaitu PT. Nusapratama Dwikharisma untuk menyesuaikan kondisi di lapangan. Setelah itu, PT. Jakarta Rencana Selaras ditunjuk sebagai manajemen konstruksi PGU di lapangan yang bertugas mengawasi proses pekerjaan PT. Wijaya Karya Gedung sebagai kontraktor pelaksana pada Proyek Pembangunan Sentraland Semarang.

(24)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 6

BAB II

PENGELOLA PROYEK

2.1Uraian Umum

Manajemen Konstruksi dalam sebuah proyek memiliki fungsi sebagai berikut: merencanakan (planning),

mengorganisasi (organizing), menempatkan orang (staffing),

mengarahkan (directing) dan mengontrol (controlling).

Manajemen Konstruksi memiliki tujuan mengelola pelaksanaan pembangunan sesuai dengan persyaratan (spesification) sehingga didapatkan hasil yang optimal. Demi mendapatkan hasil yang optimal selalu diperhatikan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).

Menurut Ir. Amien Sajekti (2009), dalam pembangunan terdapat lima grup institusi yang saling terkait, yaitu,

pemilik (the owner),

pengguna bangunan (the users), perencana (the designers), pelaksana (the executors),

institusi terkait (public authorities and agencies).

Perencana dan pelaksana memiliki peran penting dalam metode pelaksanaan suatu bangunan. Pelaksana (contractor) mendapatkan pekerjaan melaksanakan bangunan melalui lelang atau tender. Kontraktor yang menang tender ditunjuk sebagai pelaksana pembangunan, dan dapat memulai melaksanakan pekerjaan setelah penanda tanganan kontrak.

2.2Pemilik Proyek

(25)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 7 yang sanggup melaksanakannya sesuai perjanjian kontrak kerja. Dalam mewujudkan proyek, owner punya kewajiban pokok yaitu untuk menyediakan dana sebagai biaya proyek.

PT. Propernas Griya Utama (PGU) sebagai instansi yang memiliki proyek dan mendanai proyek Sentraland. Owner memberi tugas kepada PT. Wijaya Karya Gedung sebagai kontraktor pemenang lelang yang dilakukan secara umum. Pada proses selanjutnya owner menetapkan secara langsung PT. Jakarta Rencana Selaras sebagai manajemen konstruksi yang mewakili PGU dan sebagai pengawas proses pembangunan yang dilakukan oleh kontraktor.

Sebagai Owner tentunya memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu proyek, berikut merupakan hak dan kewajiban tersebut :

a. Menyediakan dana untuk perencanaan dan pelaksanaan proyek sesuai dengan kesepakatan,

b. Menyediakan lahan yang digunakan untuk pembangunan proyek,

c. Memberikan tugas dan wewenang kepada kontraktor untuk mengelola pekerjaan proyek,

d. Membuat SPK ( surat perintah kerja),

e. Mengesahkan atau menolak pekerjaan tambahan atau pengurangan pekerjaan,

f. Meminta pertanggungjawaban atas hasil pekerjaan konstruksi kepada seluruh pelaksana proyek,

g. Memutus hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak dapat melaksanakan pekerjaa sesuai perjanjian kontrak,

h. Meminta laporan dan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan proyek baik secara tulisan maupun lisan,

i. Membayar kontraktor sesuai dokumen kontrak.

2.3Konsultan Perencana

(26)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 8 Dwikharisma sebagai konsultan pra rancangan bangunan kemudian dilaksanakan oleh kontraktor.

Berikut adalah hak dan kewajiban konsultan perencana :

a. Membuat pra perencanaan secara lengkap, yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), RAB,

b. Memberi usulan maupun pertimbangan kepada pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan,

c. Memberikan penjelasan kepada kontraktor mengenai hal yang kurang jelas dalam gambar rencana maupun Rencana Kerja Sementara,

d. Bertanggungjawab atas kesalahan perencanaan yang telah dibuat jika menyebabkan kerugian owner.

2.4Konsultan Pengawas

Pekerjaan Pengawasan contractor (Pengawasan Preventive) adalah meminimalkan kesalahan yang berakibat pada pembongkaran/pengulangan pekerjaan yang tidak perlu akibat kesalahan gambar atau mutu pekerjaan yang tidak memenuhi syarat. Tugas utama Konsultan Pengawas adalah memberikan layanan keahlian kepada owner dan Tim Pengelola Teknis dalam melaksanakan tugas koordinasi dan juga pengendalian seluruh kegiatan yang berhubungan dengan teknis pembangunan. Berikut yang merupakan hak dan kewajiban seorang konsultan pengawas :

a. Mengambil keputusan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam proyek,

b. Melakukan pengawasan secara berkala pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor,

c. Membuat laporan progress pekerjaan baik harian, mingguan, maupun bulanan,

(27)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 3

Zona A Zona B Zona C

+9500 1 Mall parkir mobil,mall, toilet Parkir Mobil, Mall

+18500 3 Parkir Mobil Parkir Mobil Parkir Mobil

+21500 4 Parkir Mobil Parkir Mobil, Toilet Parkir Mobil

+29500 6 Office, Toilet Office, Pool Service Apartemen

+37500 8 Hotel, Roof Garden Condotel Apartemen

+40800 9 Hotel Condotel Apartemen

+44100 10 Hotel Condotel Apartemen

+47400 11 Hotel Condotel Apartemen

+50700 12 Hotel Condotel Apartemen

+54000 13 Hotel, Roof Garden Condotel Apartemen

+57300 14 Hotel Condotel Apartemen

+60600 15 Hotel Condotel Apartemen

+63900 16 Hotel Condotel Apartemen

+67200 17 Hotel, Roof Garden Condotel Apartemen, Roof Garden

+70500 Atap Roof Garden Roof Garden Roof Garden

Mall 2

+14000

Hall Office, Hall Hotel, Mall

Ground Floor

±0000

Reception and Lounge, Coffie

Shop, Toilet, Apartemen Apartement, Pool Apartemen 7

+33500

Parkir Mobil, Mall, Mushola,

Toilet Parkir Mobil, Mall

Fungsi Lantai

Elevasi

Office Hotel, Loading Area Hotel

Parkir Motor, Parkir Mobil, Ruang Genset

Parkir Motor, Parkir Mobil,

Mall, Toilet Parkir Mobil, Mall Mall

Sentraland merupakan kombinasi fungsi lahan yang bersifat campuran dan dirancang secara terintegrasi (integrated development). Semua fungsi bangunan berupa hotel, condotel, apartemen, perkantoran dan komersial berada dalam satu lokasi. Pengguna dapat tinggal di apartemen atau condotel, lokasi kerja juga terdapat di tempat yang sama. Kebutuhan penunjang dapat dipenuhi dengan fasilitas komersial yang ada seperti supermarket atau mall.

(28)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 9 e. Menyelenggarakan surat-menyurat berkaitan dengan pelaksanaan

proyek,

f. Mencatat, menghitung pekerjaan ataupun pengurangan pekerjaan, g. Meminta kontraktor melakukan pengetesan terhadap bahan dan

peralatan,

h. Memberitahu persetujuan atau menolak dan juga mengadakan revisi terhadap rencana kerja yang telah dibuat oleh kontraktor, i. Membatalkan contoh bahan bila tidak sesuai dengan yang diminta.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Manajemen Konstruksi proyek Sentraland

Sumber: Dokumen Manajemen Konstruksi proyek Sentraland

2.5Pelaksana

(29)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 10 berkonsultasi secara langsung dengan pihak pengawas terhadap masalah yang terjadi dalam pelaksanaan proyek. Perubahan desain harus dikonsultasikan sebelum pekerjaan dilaksanakan.

Kontraktor atau pelaksana proyek memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

a. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan pada kontrak perjanjian pemborongan,

b. Memberikan laporan (progress) yang meliputi laporan harian, mingguan, ataupun bulanan pada pemilik proyek yang memuat antara lain:

1. Pelaksanaan pekerjaan,

2. Prestasi kerja yang telah dicapai,

3. Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan, 4. Jumlah bahan yang masuk,

5. Keadaan cuaca dll.

c. Menyediakan tenaga kerja, peralatan , material, tempat kerja, dan alat pendukung lain digunakan sesuai spesifikasi yang telah ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya, kualitas dan keamanan pekerjaan,

d. Bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan konstruksi dan metode pelaksanaan pekerjaan di lapangan,

e. Melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal (time schedule) yang sudah disepakati,

(30)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 11

BAB III

PELAKSANAAN PROYEK

3.1Metode Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan bangunan kontraktor dengan keahlian dan pengalamannya akan membuat semua bagian kegiatan dari bangunan dengan metode kerja yang paling tepat dan efisien. Tanpa metode kerja yang efisien pengerjaan akan dilaksanakan dalam waktu yang lama dengan biaya pelaksanaan yang tinggi. Metode pelaksanaan pekerjaan terdiri pekerjaan struktur bawah dan juga struktur atas.

3.1.1 Pekerjaan Struktur Bawah

Pekerjaan struktur bawah yang akan dibahas terdiri pekerjaan pemancangan pondasi, pembuatan pilecap, tie beam dan juga retaining wall.

3.1.1.1 Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang berfungsi menyalurkan berat dari bangunan sampai ke tanah keras yang berada di bawah permukaan tanah. Terdapat kemungkinan tiang pancang menerima momen yang dapat mengakibatkan gaya cabut. Tiang pancang dapat menahan gaya berat pada ujung bawah (end bearing point) yang menumpu pada tanah keras di bawah permukaan tanah, atau dapat berupa kombinasi. Kombinasi yang dimaksud adalah gabungan antara tumpuan pada ujung bawah (end bearing point) ditambah dengan gaya gesekan (friction) antara permukaan selimut tiang pancang dengan tanah.

(31)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 12 sambungan yaitu bottom sepanjang 15 m, middle sepanjang 15 dan

upper dengan variasi panjang sebesar 11 m, 12 m, 14 m, dan 15 m.

Gambar 3.1 Bagian-bagian tiang pancang

(32)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 13 Terdapat 1066 titik tiang pancang yang masing-masing titik dikelompokkan menjadi kelompok tiang dalam denah pemancangan pada Gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.2 Denah Pilecap

(33)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 14 Urutan pekerjaan pemancangan secara garis besar yaitu :

- Survei letak koordinat tiang pancang; - Pembuatan denah untuk tiang pancang;

- Penentuan titik-titik pancang di lapangan dengan memberi tanda; - Dan pemancangan tiang berdasarkan urutan.

Pemancangan dengan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) menggunakan sistem jepit kemudian menekan tiang tersebut tanpa getaran sehingga mengurangi kebisingan. Dengan sistem ini tidak diperlukan loading test sebab daya dukung (static axial) sudah tertera pada Pressure Gauge yang terdapat dalam HSPD.

Gambar 3.3 Alat Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) Sumber: Dokumentasi PT. JRS, 2015.

3.1.1.2 Pile Cap

Pile cap memiliki fungsi menyalurkan beban dari kolom, lalu disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pilenya menerima 1/N dari beban oleh kolom (N = jumlah kelompok pile). Harus lebih besar dari daya dukung yang diijinkan (Y ton). Jadi beban maksimum yang dapat diterima oleh pile cap dari suatu kolom yaitu sebesar N x (Y ton). Misal daya dukung yang diijinkan sebesar 5 ton, sedangkan jumlah pile ada 4 buah. Maka beban maksimum yang dapat diterima

(34)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 15

1 PC.1 1 Ø 50 101 101

Lokasi kolom harus dipastikan terdapat berada pada pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Pada proyek Sentraland pile cap

direncanakan dengan mutu beton K350. Bentuk pile cap yang digunakan bervariasi, tergantung jumlah tiang pancang yang diikat. Berikut merupakan tabel jumlah tiang pancang yang digunakan untuk tiap tipe pile cap.

Tabel 3.1 Tipe Pile cap

Sumber: Shop drawing proyek Sentraland Semarang, 2015

(35)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 16

pile cap. Diameter yang digunakan pada semua tipe sebesar 50 cm dengan total tiang pancang sebanyak 1066 buah.

Setelah pekerjaan pemancangan pondasi, pekerjaan selanjutnya adalah penggalian tanah untuk pile cap. Pelaksanaan galian dengan menggunakan mesin excavator (Gambar 3.4). Tanah digali hingga kedalaman yang direncanakan, sedangkan tanah hasil galian diangkut menggunakan dump truck. Selama pekerjaan galian tanah berlangsung, tiang pancang dipotong sesuai elevasi yang ditentukan, dengan menggunakan tenaga manusia. Pengerjaan pemotongan dilakukan dengan alat bantu bor listrik.

Gambar 3.4 Proses penggalian menggunakan excavator

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

(36)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 17 Permasalahan yang terjadi sumber air tanah keluar secara menerus, sehingga perlu dilakukan penyedotan air (dewatering).

Dewatering dalam proyek dilakukan dengan pemompaan. Pemompaan dilakukan dengan memasang pompa pada titik sumber air, kemudian disalurkan dengan menggunakan pipa-pipa menuju ke saluran drainase kota yang terletak di samping lokasi proyek.

Gambar 3.6 Pompa untuk proses dewatering

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Setelah dewatering selanjutnya pemasangan bekisting pile cap.

Bekisting terbuat batako kemudian diisi dengan adukan pasir dan semen berfungsi sebagai lantai kerja. Batako digunakan karena cukup murah serta cukup kuat untuk menahan beban sebagai bekisting yang ditimbun bersama dalam pengecoran.

Tahap setelah dewatering adalah pengangkutan tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan ke lapangan. Sebelum pekerjaan pemasangan tulangan perlu dilakukan langkah berikut:

a) Pengecekan panjang, diameter dan juga bentuk tulangan,

b) Jarak antar tulangan juga jumlah tulangan harus diatur sesuai gambar,

(37)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 18 c) Penyambungan sengkang tulangan utama dengan kawat bendrat

dilakukan secara manual,

d) Memastikan ukuran panjang penyaluran pada sambungan lewatan dan juga panjang penjangkaran,

e) Terakhir memasang beton decking yang berguna sebagai selimut beton yang akan dicor.

Gambar 3.7 Proses pembuatan bekisting pile cap

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 3.8 Proses penulangan pile cap

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

3.1.1.3 Tie beam

(38)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 19 Pekerjaan tie beam dilakukan setelah lantai kerja telah terbentuk. Tulangan tie beam dipasang tergabung dengan tulangan pile cap. Pengecoran pile cap dan tie beam dalam proyek Sentraland menggunakan beton ready mix, dengan mutu beton K350. Langkah-langkah pengecoran antara pile cap dan tie beam pada umumnya sama sehingga diringkas menjadi satu.

Langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Membersihkan lokasi pengecoran dari kotoran dan air tanah yang menggenang dengan menggunakan pompa air, 2. Membuat marking pada bekisting sebagai batas

berhentinya pengecoran,

3. Mengatur penuangan beton sesuai dengan metode pelaksanaan yang direncanakan,

4. Penggunaan alat vibrator untuk meratakan serta memadatkan adukan beton,

5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pengecoran,

6. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan beton dengan menggunakan alat pertukangan seperti plester.

Gambar 3.9 Proses penulangan tie beam

(39)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 20 3.1.1.4 Retaining wall

Retaining wall merupakan dinding penahan tanah, berfungsi menahan tekanan tanah aktif, pasif, dan tekanan air tanah yang timbul akibat adanya tanah galian maupun tekanan air. Pekerjaan retaining wall pada proyek Sentraland dilakukan setelah lantai kerja sudah dicor. Sebelum dicor tulangan pokok (vertikal) sudah terlebih dahulu dikaitkan dengan tie beam. Pemasangan tulangan horizontal dilakukan secara manual di lokasi.

Gambar 3.10 Proses penulangan retaining wall

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Setelah pemasangan tulangan, tahap selanjutnya adalah pemasangan bekisting. Bekisting diangkut menggunakan tower crane.

Kemudian dipasang pada lokasi yang telah demarking/ditandai.

Gambar 3.11 Bekisting retaining wall

(40)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 21 Sebelum dilakukan pengecoran, ujung bekisting yang lubang ditutup menggunakan busa sebagai pembatas pada saat penuangan cor. Retaining wall dicor dengan beton yang memiliki mutu K400. Pengecoran dilakukan menggunakan bucket yang diangkut meggunakan

tower crane.

3.1.2 Pekerjaan Struktur Atas

Pelaksanaan struktur atas yang ada dalam proyek pembangunan Sentraland Semarang meliputi pekerjaan pembuatan kolom, balok, plat lantai, tangga,

shear wall, dinding parapet dan dinding bata ringan.

3.1.2.1Kolom

Kolom yaitu batang tekan vertikal rangka struktur yang memikul beban dari balok. Elemen struktur ini memegang peranan penting dari suatu bangunan, kerusakan yang parah pada kolom menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) (Sudarmoko, 1996). Proses pekerjaan kolom terdiri dari:

a. Pekerjaan marking kolom

Menentukan letak kolom agar posisi/letak kolom sesuai dengan perencanaan. Proses ini menggunakan alat bernama theodolit. Sebelum melakukan pekerjaan kolom harus dilakukan pengecekan ini agar terhindar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi seperti perubahan letak as ataupun kolom yang miring.

b. Pabrikasi Tulangan Kolom

(41)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 22 yang dibutuhkan, tulangan tersebut dirangkai menjadi satu kesatuan tulangan kolom.

Gambar 3.12 Pabrikasi tulangan sengkang kolom dengan bar bender

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

c. Pemasangan tulangan kolom

Setelah tulangan dirangkai maka siap untuk dipasang. Tulangan dipindahkan dengan Tower Crane. Setelah tulangan mencapai posisi yang diinginkan, tulangan disambungkan. Menyambungkan tulangan juga memiliki aturan tersendiri. Panjang sambungan antar tulangan kolom adalah 40D (40×diameter tulangan utama kolom). Pekerjaan selanjutnya setelah memasang tulangan ialah pengelasan sepatu kolom. Sepatu kolom berfungsi sebagai batasan/dudukan bekisting. Sepatu kolom dipasang tepat (sejajar) pada tulangan utama atau tulangan sengkang.

(42)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 23 Tumpuan Lapangan Ujung Tengah Joint

Ka-1 7 1000×1000 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-2 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-3 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-4 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-5 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-6 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-7 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-8 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-9 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-10 7 800×1200 38 D25 38 D25 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-11 7 800×1200 48 D25 48 D25 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-12 7 1000×1000 44 D22 44 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-13 7 1000×1000 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Tipe Dimensi (mm)

Tulangan Sengkang Tulangan Utama

Lantai

Ka-14 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-1 8 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-2 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-3 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-4 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-5 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-6 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-7 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-8 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-9 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-10 8 800×1200 34 D22 34 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-11 8 800×1200 34 D22 34 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-12 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-13 8 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-14 8 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-3 9 - 11 800×800 20 D22 20 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-2 9 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-5 9 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-6 9 900×900 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-7 9 900×900 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-8 9 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-3 10 - 11 800×800 20 D22 20 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-3a 10 - 11 800×800 24 D22 24 D22 D13-75 D10-100 D10-100

(43)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 24 Tumpuan Lapangan Ujung Tengah Joint

Kb-4 10 - 11 800×800 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kb-3 12 - 17 700×700 20 D22 20 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kb-3a 12 - 17 700×700 24 D22 24 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kb-4 12 - 17 700×700 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kc-3 9 900×900 24 D22 24 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kc-7 9 900×900 24 D22 24 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kc-7a 9 800×900 26 D22 26 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kc-8 9 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kc-9 9 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kc-10 9 800×1200 34 D22 34 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-11 9 800×1200 34 D22 34 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-12 9 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-13 9 800×900 26 D22 26 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-14 9 800×900 26 D22 26 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-15 9 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-3 10 - 11 800×800 20 D22 20 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Sumber: Shop drawing proyek Sentraland Semarang, 2015

Dari Tabel 3.2 tampak bahwa antara lantai 7 dan 8 mengalami pengecilan dimensi. Pengecilan dimensi ini berdampak pada bekisting yang digunakan. Kontraktor menyediakan tempat fabrikasi bekisting kolom yang berada pada ground floor.

.

Gambar 3.14 Tempat pabrikasi bekisting vertikal pada ground floor

(44)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 25

Gambar 3.15 Perakitan tulangan kolom di ground floor

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

d. Pemasangan bekisting kolom

Sebelum pengecoran beton decking (tahu beton) harus terpasang pada tulangan kolom. Beton decking berbentuk silinder dengan diameter 50 mm dan tebal 2.5 mm dibuat dengan campuran semen dan pasir dengan perbandingan (2 semen : 1 pasir) dipasang pada tulangan kolom setelah tulangan kolom dirakit. Setelah pabrikasi bekisting maka bekisting yang telah siap dipindahkan menggunakan

tower crane.

Gambar 3.16 Pengangkutan bekisting kolom menggunakan tower crane

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Bekisting dipasang pada setiap sisi lalu disambung dan dikencangkan pada marking kolom yang telah ditentukan. Setelah terpasang, bekisting diatur agar tetap tegak dan lurus. Kelurusan dari bekisting diatur oleh fungsi push and pull dari bracing.

(45)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 26 e. Pengecoran kolom

Pengecoran kolom dilakukan dengan menggunakan bucket dibantu dengan tower crane. Pengecoran kolom dilakukan setelah pekerjaan tulangan dan bekisting selesai dan mendapat persetujuan dari konsultan pengawas. Sebelum dilakukan pengecoran, pengukuran area dilakukan untuk mengetahui volume beton yang dibutuhkan pada tahap pengecoran.

Tahap pengecoran yang pertama memasukkan beton ke dalam

bucket yang telah dibersihkan dengan air. Kemudian bucket

dipindahkan ke lokasi kolom yang akan dicor. Penuangan beton dari

bucket menggunakan selang. Cara penuangan dengan memposisikan

bucket yang telah dipasang selang tepat di as kolom.

Penuangan berhenti pada setiap 1/3 tinggi kolom, kemudian dilakukan pemadatan dengan vibrator sampai adonan beton memenuhi tinggi kolom yang diinginkan. Pemadatan dilakukan agar kualitas beton tidak menurun akibat adanya rongga udara di dalamnya. Penggetaran tidak boleh melebihi dua menit karena dapat mengurangi mutu beton dan juga dapat menyebabkan segregasi.

Gambar 3.17 Proses pengecoran pada kolom Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

Bucket

Pipa tremi

Operator bucket

(46)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 27 f. Pembongkaran bekisting

Pembongkaran bekisting dilakukan minimal 6 jam setelah kolom beton mengeras dan dinilai cukup umur. Tahap pertama adalah pelepasan kunci dan pengendoran bracing kolom selanjutnya baru dilakukan pengangkatan oleh tower crane.

3.1.2.2 Balok dan Plat Lantai

Pekerjaan balok dan pelat lantai saling berhubungan karena balok adalah elemen konstruksi yang memikul plat lantai. Maka dari itu mutu beton yang ada pada balok dan pelat cenderung sama. Plat direncanakan sanggup memikul beban yang terjadi saat konstruksi dan beroperasi.

Tahap pelaksanaan pekerjaan balok dan plat lantai terdiri dari: a. Pemasangan perancah

Perancah (scaffolding) merupakan komponen yang memikul bekisting untuk pelat dan balok. Scaffolding memiliki peranan lain yaitu menyangga beban pekerja yang sedang melakukan pekerjaan (penulangan) di atas pelat dan balok. Bagian-bagian scaffolding

yaitu:

scaffolding (main frame),

cross brace sebagai pengaku perancah, jack base sebagai penyangga bawah, u head untuk penyangga atas,

beam (balok gelagar).

Ketinggian perancah diatur dengan jack base dan u head. Balok gelagar dari besi hollow (6 cm × 10 cm) dipasang diatas u head

(47)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 28

Gambar 3.18 Bagian-bagian perancah Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

b. Pemasangan bekisting balok

Tahap pembekistingan balok adalah sebagai berikut :

1. Scaffolding disusun berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan,

2. Mengatur elevasi scaffolding balok dengan mengatur jack base

dan u head. Kemudian ketinggian dicek oleh surveyor

menggunakan auto level untuk memastikan pemasangan sudah tepat,

3. Pada u head dipasang balok gelagar 6/10 kemudian diatasnya dipasang balok suri pada arah melintangnya, kemudian dipasang bodeman (plywood tebal 18 mm) sebagai alas balok, 4. Kemudian, dipasang dinding bekisting balok (tembereng) lalu

dikunci dengan siku terpasang di atas suri-suri.

Gambar 3.19 Proses pemasangan bodeman Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

u head Balok gelagar

Suri-suri

main frame

(48)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 29

Gambar 3.20 Proses pemasangan tembereng Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

c. Pemasangan bekisting plat lantai

Setelah bekisting balok terpasang selanjutnya dipasang besi

hollow di atas balok gelagar. Besi hollow sebagai perancah horisontal berfungsi menahan bekisting plat lantai dan membantu bekisting pelat lantai tetap datar sebelum dan setelah dilakukan pengecoran.

Tahap selanjutnya adalah pemasangan plywood untuk cetakan pelat beton. Plywood dipasang secara rapat untuk menghindari kebocoran saat pengecoran. Pada bagian bekisting plat yang kurang rapat biasanya ditutup menggunakan selotip atau spon.

Gambar 3.21 Proses pemasangan bekisting plat lantai Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

(49)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 30 Pada Bekisting plat direncanakan terdapat shaff. Shaff merupakan lubang di plat lantai yang berfungsi untuk keperluan pemasangan pipa–pipa vertikal (saluran pipa air bersih dan saluran pipa air kotor).

Gambar 3.22 Proses pengukuran shaff

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 3.23 Bekisting shaff Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

d. Penulangan balok

(50)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 31 Tahap pembesian balok adalah sebagai berikut :

1) Sebelum Pembesian dilakukan pabrikasi (pemotongan/pembengkokan tulangan) di ground floor

kemudian diangkut menggunakan tower crane ke lokasi pemasangan tulangan,

2) Besi tulangan balok kemudian diletakkan diatas bekisting balok dan ujung besi balok dimasukkan ke kolom yang sudah dilubangi,

3) Pasang beton decking (tahu beton) untuk jarak selimut beton pada alas dan samping balok lalu diikat dengan kawat bendrat.

Gambar 3.24 Proses penulangan balok Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

e. Penulangan plat lantai

Setelah pemasangan tulangan balok kemudian dilanjutkan tahap pembesian pelat, sebagai berikut :

1) Pembesian pelat dilakukan di atas bekisting pelat. Besi tulangan diangkut menggunakan tower crane dan letakan diatas bekisting pelat,

(51)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 32 3) Kemudian ikat tulangan pokok dan sengkang menggunakan

kawat bendrat,

4) Selanjutnya letakkan tahu beton antara tulangan bawah pelat dan bekisting alas pelat dan juga pasang tulangan cakar ayam antara untuk tulangan atas dan bawah pelat.

Gambar 3.25 Proses penulangan plat lantai Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

f. Pengecoran plat dan balok

(52)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 33

Gambar 3.26 Pembersihan lokasi plat yang akan dicor dengan blower

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penghitungan volume pengecoran beton yang dipesan sesuai dengan volume yang akan dicor. Setelah pemesanan beton dilakukan, pengiriman beton dengan truck mixer berlangsung secara berkala. Hal itu bertujuan supaya beton yang akan digunakan tidak terlalu lama didiamkan dan menjadi keras. Kapasitas truk yang membawa beton ± 7 m3 setiap kali datang.

Gambar 3.27 Pengiriman beton dengan truck mixer

(53)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 34

Gambar 3.28 Proses pengecoran Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Saat pengecoran harus dilakukan penggetaran dengan tujuan supaya tidak ada gelembung udara yang terjebak. Kemudian lakukan pemadatan dengan concrete vibrator. Permukaan beton diratakan dengan papan perata. Selama perataan perlu dipastikan kedalaman beton (tebal pelat) sudah sesuai, dengan cara menancapkan tulangan baja yang sudah diberi tanda sepanjang tebal beton.

(54)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 35

Gambar 3.30 Proses finishing plat Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

g. Pembongkaran bekisting

Setelah beton mengeras, dilakukan pembongkaran scaffolding dan bekisting balok. Perancah masih tetap dipasang untuk penunjang sementara agar meminimumkan lendutan. Tahapan pembongkaran dimulai dengan membongkar suri-suri dan gelagar lalu scaffolding yang menopang plat. Kemudian melepaskan besi siku pada bekisting balok. Besi siku ini digunakan kembali untuk pekerjaan balok lainnya.

(55)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 36

3.1.2.3 Shear Wall

Shear wall adalah elemen struktural sebagai penahan gaya lateral/horisontal. Tahap pekerjaan shear wall (dinding geser) terdiri dari:

a. Pemasangan tulangan shear wall

Penulangan shear wall dilakukan di area fabrikasi di ground floor. Rangkaian tulangan yang sudah terbentuk kemudian diangkut menggunakan tower crane ke lokasi yang diinginkan.

Gambar 3.32 Tulangan shear wall di area fabrikasi besi Sumber: Dokumentasi pribadi, 2015

Gambar 3.33 Pengangkutan tulangan shear wall

(56)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 37 b. Pemasangan bekisting shear wall

Bekisting shear wall menggunakan plywood dengan tebal 18 mm. Pengangkutan bekisting dibantu alat berat tower crane. Pengaturan kemiringan bekisting diatur dengan bracing. Kemudian bekisting dikunci agar ikatan antar bekisting menjadi kuat.

Gambar 3.34 Bekisting shear wall

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

c. Pengecoran shear wall

Pengecoran SW dilakukan dengan bucket kapasitas 1 m3 yang terhubung dengan pipa tremi dan diratakan menggunakan concrete vibrator. Mutu beton yang digunakan untuk pengecoran SW adalah K400.

(57)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 38 d. Pelepasan bekisting shear wall

Pelepasan bekisting dilakukan minimal 6 jam setelah pengecoran. Sebelum bekisting diangkat terlebih dahulu lepaskan kunci bekisting. Kemudian kendorkan bracing agar bekisiting dapat lepas dari beton. Terakhir bekisting diangkat menggunakan tower crane

diangkut ke stock yard yang berada di lantai 7 untuk dilakukan perawatan.

Gambar 3.36 Bekisting shear wall yang sudah dilepas Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

3.1.2.4 Tangga

Tangga merupakan sebuah konstruksi yang digunakan sebagai penghubung dua tingkat vertikal dengan jarak tertentu. Proses pekerjaan tangga terdiri dari:

a. Pemasangan perancah

(58)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 39

Gambar 3.37 Pemasangan perancah pada tangga Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

b. Pemasangan bekisting plat tangga dan bordes

Pemasangan bekisting tangga didahului dengan pembuatan bekisting kolom tangga. Setelah kolom, kemudian dilanjutkan pemasangan bekisting balok bordes. Terakhir dilajutkan dengan pemasangan bekisting untuk pelat.

Gambar 3.38 Bekisting plat tangga Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

c. Penulangan dan pemasangan bekisting anak tangga

(59)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 40 Tulangan plat tangga mulai dipasang setelah tulangan balok dan bordes selesai. Pemasangan tulangan plat tangga dari arah memanjang bagian bawah kemudian dilanjutkan dengan memasang tulangan arah melintang.

Gambar 3.39 Penulangan tangga Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 3.40 Proses pemasangan bekisting anak tangga Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

d. Pengecoran tangga

(60)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 41

Gambar 3.41 Persiapan pengecoran tangga Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 3.42 Tangga yang baru saja di cor Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

e. Pembongkaran bekisting tangga

Bekisting anak tangga dapat dibongkar setelah 1-2 hari. Sedangkan untuk bekisting plat dibongkar minimal setelah 14 hari.

3.1.2.5 Dinding Parapet

Dinding parapet digunakan sebagai pelindung atau pembatas area parkir. Mutu beton yang digunakan adalah K350 dengan dimensi lebar 15 cm dan tinggi 120 cm. Pengerjaan dinding parapet sebagai berikut: a. Penulangan dinding parapet

(61)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 42

Gambar 3.43 Tulangan dinding parapet Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Tulangan parapet diberi besi siku sepanjang 15 cm sebagai dudukan bekisting dan ditambah tulangan ± 35 cm yang dilas pada tulangan parapet untuk dudukan pada sisi luar.

Gambar 3.44 Besi siku dan dudukan bekisting Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015 b. Pemasangan stop cor

Pemasangan stop cor ini bertujuan untuk membatasi pengecoran. Stop cor dapat berupa spon atau bekisting yang di potong selebar ±15 cm.

(62)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 43 c. Pemasangan bekisting dinding parapet

Setelah tulangan dan stop cor siap kemudian dilakukan pemasangan dinding parapet. Bekisting dikunci menggunakan besi dan diatur menggunakan bracing.

Gambar 3.46 Bekisting parapet Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

d. Pengecoran dinding parapet

Pengecoran dinding parapet menggunakan mutu beton K350. Pengecoran menggunakan bucket diangkat menggunakan tower crane. Concrete vibrator digunakan untuk meratakan campuran beton.

e. Pembongkaran bekisting dinding parapet

(63)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 44 3.1.2.6 Dinding Bata Ringan

Dinding partisi terbuat dari pasangan bata ringan dengan ukuran 60 cm × 20 cm × 10 cm.

Gambar 3.47 Pengangkutan bata ringan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Proses pemasangan dinding bata ringan terdiri dari:

a. Tahap pertama adalah membuat adukan dengan bahan thinbed atau semen yang dicampur dengan air secukupnya. Pengadukan dilakukan dengan cara manual menggunakan alat perkakas seperti cangkul.

b. Kemudian pasang bata ringan menggunakan adukan semen dioleskan secukupnya pada sisi bawah dan samping dengan tebal ± 2 mm. Kencangkan ikatan antar bata dengan dipukul dengan palu karet secara perlahan.

(64)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 45 c. Dinding bata ringan diberi tulangan kolom praktis dengan dimensi 7

cm × 7 cm sebagai pengikat.

Gambar 3.49 Dinding bata ringan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

d. Pekerjaan finishing dari pemasangan bata ringan adalah pengacian.

(65)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 46 3.2Peralatan dan Alat Berat

Dalam mengolah berbagai material konstruksi dibutuhkan juga berbagai peralatan konstruksi. Terdapat berbagai macam peralatan konstruksi, mulai dari peralatan yang sederhana/membutuhkan tenaga manusia, sampai pada peralatan yang menggunakan tenaga mesin. Peralatan yang canggih dapat meringankan pekerjaan dan mempercepat waktu pelaksanaan proyek, sehingga proyek dapat selesai tepat waktu. Peralatan yang canggih juga membutuhkan keterampilan dan keahlian pekerja dalam pengoperasiannya di lapangan.

(66)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 47 3.2.1 Peralatan

a. Concrete Vibrator

(a) (b)

Gambar 3.51 (a)Mesin Concrete Vibrator dan (b) Kabel Concrete Vibrator

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Nama Alat Concrete Vibrator

Merk Mennekes

Kegunaan/Fungsi Concrete vibrator berfungsi menghasilkan getaran untuk menggetarkan beton saat pengecoran berlangsung. Seluruh ruangan di dalam bekisting diisi penuh dengan beton kemudian digetarkan supaya tidak terdapat rongga-rongga udara atau gumpalan agregat diantara beton yang menyebabkan beton keropos. Kabel yang dimiliki

(67)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 48 betonnya. Waktu penggetaran concrete vibrator yang tepat bekisar 10-20 detik. Penggunaan yang terlalu singkat dapat menyebabkan beton keropos, sedangkan jika terlalu lama akan menimbulkan segregasi (pemisahan butiran halus dan kasar pada beton). Permasalahan lain yang dapat terjadi jika pekerja tidak teliti alat dapat terjepit diantara tulangan yang dapat menyebabkan tulangan bergeser. Comcrete vibrator jenis Mennekes ini memiliki panjang selang 6 m dengan diameter 60 mm dan kebutuhan listrik 350 watt.

Cara penggunaan alat ini adalah :

• Ujung vibrator dimasukkan ke dalam adukan beton dengan posisi vertikal

• Ujung vibrator diusahakan tidak mengenai tulangan baja.

• Proses penggetaran dilakukan sekitar 10-20 detik untuk satu titik.

• Proses Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk mendapatkan hasil pemadatan yang diinginkan.

(68)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 49 b. Air Compressor

Gambar 3.52 Air Compressor

Sumber: Dokumentasi Pribadi,2015

Nama Alat Air Compressor

Merk Air Man

Kegunaan/Fungsi Air compressor adalah alat penghasil udara bertekanan tinggi digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang dapat mengurangi mutu dan daya lekatan tulangan pada beton misalnya potongan-potongan kawat bendrat, debu-debu dan serbuk-serbuk kayu. Air compressor

digunakan setelah proses pengerjaan pembesian selesai.

(69)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 50 c. Trowel

Gambar 3.53 Mesin Trowel

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Nama Alat Trowel

Merk Robin seri EY20-3

(70)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 51 d. Electric Pipe Threader

Gambar 3.54 Electric Pipe Threader

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Nama Alat Electric Pipe Threader

Merk West Lake

Kegunaan/Fungsi Electric pipe threader berguna untuk membuat alur atau drat pada pipa besi. Ulir atau drat berfungsi untuk menyambung pipa besi. Keunggulan menggunakan

electric pipe threader adalah pekerjaan pipa besi menjadi semakin mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan keterampilan khusus untuk menyambung pipa besi. Sambungan pipa besi lebih tahan bocor.

Mesin Ini berperforma tinggi, portabel (mudah diangkut) dan ringkas. Waktu pengerjaan dan kualitas sambungan pipa besi jauh lebih baik dibanding jika dilakukan secara manual.

Cara menggunakan alat ini adalah :

- Potong pipa besi sesuai dengan ukuran yang diinginkan

- Jepit pipa besi pada poros pemutar

(71)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 52 besi dan setting poros pembuat alur pada ujung pipa besi yang akan dibuat alur. Kemudian nyalakan mesin agar poros pemutar berputar. Saat pembuatan alur, pada ujung pipa besi harus diberi oli untuk menghindari overheating atau panas yang berlebih pada pipa besi.

- Setelah alur terbentuk, tahap akhir adalah pembersihan ujung pipa besi yang telah dibuat alur dengan menggunakan kain lap.

(72)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 53 e. Gerinda Potong

Gambar 3.55 Mesin gerinda potong Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Nama Alat Gerinda Potong Merk Makita 2414 NB

(73)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 54 f. Concrete Bucket

Gambar 3.56 Concrete Bucket yang sedang beroperasi Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Nama Alat Concrete Bucket

Merk -

Kegunaan/Fungsi Concrete bucket digunakan untuk mengangkut beton dari

truck mixer ke tempat pengecoran. Setelah dilakukan tes

(74)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 55 g. Perancah

Gambar 3.57 Bagian-bagian Perancah

Sumber: http://konstruksiplus.blogspot.co.id/2009/02/scaffolding.html

Nama Alat Perancah

Merk -

Kegunaan/Fungsi Perancah adalah struktur sementara digunakan untuk menyangga manusia atau material konstruksi. Fungsi utama perancah yaitu sebagai Support dan sebagai

Access:

1. Fungsi sebagai Support :

(75)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 56 2. Fungsi sebagai Access :

Menyediakan Akses/akomodasi untuk para pekerja. Perancah terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

(a) Jack Base

(b) U Head

(c) Beam

(d) Cross Brace

(e) Join Pin

(76)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 57 h. Bar cutter

Gambar 3.58 Bar cutter

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Nama Alat Bar cutter

Merk Toyo

Kegunaan/Fungsi Bar cutter adalah alat pemotong baja tulangan berfungsi untuk mendapatkan ukuran baja tulangan yang dibutuhkan. Pada proyek Sentraland digunakan bar cutter

listrik. Alat ini digunakan untuk memotong baja tulangan berdiameter besar yang memiliki mutu tinggi.

Pemotongan tulangan baja dilakukan dalam jumlah yang

banyak untuk mempersingkat waktu. Semakin besar diameter tulangan baja yang akan dipotong, maka jumlah tulangan baja yang dapat dipotong oleh mesin ini secara bersamaan semakin sedikit. Bar cutter tipe Toyo adalah buatan Jepang. Alat pemotong ini memiliki kapasitas maksimal yaitu diameter 42 mm dan membutuhkan daya listrik sebesar 2200w.

Cara kerja alat ini sebagai berikut:

(77)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 58 b. Pijak pedal pengendali untuk menyalakan mesin c. Dalam waktu sekitar 3 detik baja tulangan dapat

terpotong. Lamanya waktu pemotongan tergantung pada diameter dan jumlah tulangan yang akan dipotong. Pemotongan tulangan baja diameter besar dilakukan secara satu persatu. Sedangkan untuk diameter baja tulangan yang lebih kecil dapat dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai dengan kapasitas mesin ini.

(78)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang

Kho, Wilson Khoenadi 12.12.0007 59 i. Steel bar bending machine

Gambar 3.59 Steel bar bending machine

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Nama Alat Steel bar bending machine

Merk Taeyeon Machinery

Kegunaan/Fungsi Bar Bender merupakan alat untuk membengkokkan tulangan baja dengan berbagai macam sudut sesuai keperluan. Pada Proyek Sentraland menggunakan bar bender listrik dengan kapasitas maksimal besi tulangan 42 mm. Alat ini memiliki merk Taeyeon Machinery buatan Korea berdaya listrik 5500w.

Cara kerja bar bender adalah sebagai berikut :

a) Tulangan baja diletakkan diantara poros tekan dan poros pembengkok.

b) Pada pengatur sudut pembengkokan atur sudut dan panjang pembengkokan.

c) Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok.

Gambar

Tabel 3.1 Tipe Pile cap..............................................................................................
Gambar 1.1. Peta lokasi proyek Google Earth (13 Oktober 2015; pukul 11:44)
gambar detail. Kemudian konsultan detailed engineering design juga
gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS),
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peme- rintah merupakan kelas yang mendominasi dalam pengelolaan pasar sehingga segala atu- ran dan kebijakan yang dibuat pemerintah harus diikuti oleh

Hal ini membuktikan bahwa model penelitian yang menghasilkan uji pengaruh layanan transaksi dan layanan sebelum pembelian terhadap keputusan pembelian melalui

Berdasarkan hasil penelitian dengan , dapat disimpulkan bahwa: (1) hasil uji korelasi menunjukan bahwa mathematical habits of mind dengan kemampuan pemecahan masalah

arus kas, penilaian atas usulan investas~dan gambaran awal desain fusilitas proyek dari konfigurasi yang layak dipilih

Millman dan Jacobbe (2008) mengatakan bahwa untuk membantu siswa mengembangkan mathematical habits of mind, guru seharusnya mengajak siswa mereka untuk: a)

Identifikasi dan DED Dukungan PSD/ Perpipaan Air Minum RSH Zona Integrasi I Kec.. Pengembangan Jaringan SPAM MBR

54 Tahun 2010 beserta perubahannya, terhadap peserta yang akan diusulkan sebagai calon pemenang lelang, dilakukan pembuktian kualifikasi terhadap semua data dan

(bahkan anda bisa melakukannya di tepi pantai jika anda mau!) Tetapi untuk mendapatkan uang yang banyak melalui bisnis gaya pos ini, anda perlu mengetahui RAHASIA