• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Efektivitas Pembelajaran - EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS KELAS VIII E SMP NEGERI 1 KEMBARAN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Efektivitas Pembelajaran - EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS KELAS VIII E SMP NEGERI 1 KEMBARAN - repository perpustakaan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas

berasal dari kata dasar efektif yang artinya dapat membawa hasil atau berhasil

guna. Mulyasa (2010: 173) menyatakan bahwa efektivitas adalah kesesuaian

antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju dan

bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber

daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas berkaitan

dengan terlaksananya tugas pokok, tercapainya tujuan, terbentuknya

kompetensi, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota.

Masalah yang berkaitan dengan efektivitas biasanya berkaitan dengan

perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah

disusun sebelumnya atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang

direncanakan. Dari pengertian–pengertian efektivitas tersebut, dapat

disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu keberhasilan terhadap usaha atau

tindakan dalam mencapai tujuan operasional yang sudah di tetapkan.

Trianto (2012: 17) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha

sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan

interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan

yang di harapkan. Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

(2)

rancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Proses pembelajaran

pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreatifitas dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik.

Hamzah (2010) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat dan

terfokusnya siswa melalui penggunaan prosedur yang tepat. Definisi ini

mengandung arti bahwa pembelajaran yang efektif terdapat dua hal yang

penting yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan oleh guru

untuk membelajarkan siswanya. Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan

berhasil baik, jika kegiatan belajar-mengajar tersebut dapat membangkitkan

proses belajar. Penentuan atas ukuran dari pembelajaran yang efektif terletak

pada hasilnya.

Pembelajaran efektif merupakan tolak ukur keberhasilan guru dalam

mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh siswa

dapat terlibat secara aktif. Sebab dalam proses pembelajaran, aktivitas yang

menonjol ada pada siswa. Untuk mengetahui keefektifan mengajar yaitu

dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi

(3)

Jadi, efektivitas pembelajaran adalah suatu keberhasilan yang dicapai

yang dihasilkan dari usaha sadar guru untuk membuat siswa belajar, agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sehingga siswa mempunyai pengetahuan,

keterampilan dan memiliki sikap dan perilaku yang baik. Pembelajaran dapat

dikatakan efektif jika tujuan dari pembelajaran bisa di capai secara tepat sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Mulyasa (2010: 174 – 175) menyatakan bahwa indikator efektivitas

yaitu :

1) Indikator input, indikator input ini meliputi karakteristik guru, fasilitas dan

perlengkapan untuk mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar.

2) Indikator process, indikator process meliputi perilaku administratif,

alokasi waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik. Dalam indikator

process ini meliputi kegiatan yang dilakukan oleh guru, peserta didik, dan

alokasi waktu selama proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan oleh

guru, peserta didik, dan waktu disesuaikan dengan langkah – langkah

model pembelajaran yang digunakan dan berpedoman pada rencana

pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru.

3) Indikator output, indikator output ini meliputi hasil yang berhubungan

dengan prestasi belajar, dan hasil yang berhubungan dengan perubahan

sikap, serta hasil yang berhubungan dengan keadilan dan kesamaan.

4) Indikator outcome, indikator outcome ini meliputi jumlah lulusan ke

tingkat pendidikan berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih

(4)

Berdasarkan pemaparan di atas, indikator efektivitas yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu :

1) Indikator input

Input dalam penelitian ini meliputi fasilitas pembelajaran dan

perangkat pembelajaran. Fasilitas pembelajaran berdasarkan peraturan

pendidikan nasional No 24 tahun 2007 yang diamati pada penelitian ini

yaitu sebagai berikut :

a. Ruang kelas

Penataan lingkungan fisik yang efektif sangat mempengaruhi

belajar siswa dan pencapaian tujuan pembelajaran keefektifan

lingkungan kelas dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas minimal

dalam pengelolaan kelas seperti jumlah siswa dan besarnya ruang

kelas. Berdasarkan peraturan pendidikan nasional No 24 tahun 2007

untuk ukuran ruang kelas yaitu 9 m × 7 m. Kapasitas maksimum ruang

kelas 32 peserta didik dan rasio minimum luas ruang kelas 2

m2/peserta didik. Selain ruang kelas dan jumlah siswa, hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam ruang kelas yaitu lampu, jendela, ventilasi

yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca

buku dan udara yang masuk ke ruang kelas cukup.

b. Posisi tempat duduk siswa

Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan

oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses

(5)

mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya

bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi

panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan merasa

nyaman dan dapat belajar dengan tenang. Dalam menentukan posisi

tempat duduk siswa harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Untuk

metode diskusi biasanya menggunakan posisi setengah lingkaran atau

berhadapan. Fasilitas kursi dan meja peserta didik harus kuat, stabil,

dan mudah dipindahkan oleh peserta didik. Ukuran sesuai dengan

kelompok usia peserta didik dan mendukung pembentukan postur

tubuh yang baik. Untuk kursi desain dudukan dan sandaran membuat

peserta didik nyaman belajar. Untuk meja peserta didik desain

memungkinkan kaki peserta didik masuk dengan leluasa ke bawah

meja.

c. Posisi papan tulis

Dalam mengatur posisi papan tulis harus memperhatikan

ruangan dan jarak dengan siswa. Jarak antara posisi papan tulis dengan

tempat duduk siswa adalah 2 m dan ukuran minimum 90 cm × 200cm.

Ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh peserta didik

melihatnya dengan jelas.

d. LCD pembelajaran

LCD proyektor yang digunakan harus dalam keadaan layak

pakai, dapat digunakan dengan baik dan ditempatkan diposisi yang

tepat yaitu menggantung LCD proyektor dilangit-langit dalam suatu

(6)

terganggu dengan sorotan lampu LCD proyektor. Untuk posisi LCD

proyektor agar selama pembelajaran berlangsung dengan baik maka

posisinya berada di sebelah kanan ruang kelas, sehingga tidak

menganggu guru dalam menyampaikan materi dengan menggunakan

papan tulis.

Selain fasilitas pembelajaran, dalam indikator input mengamati

perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran meliputi :

a) Silabus

Silabus harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam silabus

terdapat identitas sekolah (Nama satuan pendidikan dan kelas),

identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian , alokasi waktu dan

sumber belajar.

b) RPP

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan

pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa

yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. RPP disusun

berdasarkan silabus yang telah ditentukan sesuai dengan KTSP.

Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat identitas sekolah,

identitas mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu,

(7)

materi pembelajaran, model pembelajaran, kegiatan pembelajaran, alat

dan sumber belajar, dan penilaian.

c) Buku ajar siswa

Buku ajar siswa digunakan sebagai acuan belajar siswa. Buku ajar

siswa harus sesuai dengan materi dan kurikulum yang berlaku yaitu

kurikulum KTSP.

d) LKS

LKS yang dibuat disesuaikan dengan materi yang diajarkan dan

cara pengerjaan LKS disesuaikan dengan pembelajaran yang

digunakan.

2) Indikator process

Indikator Process yang diamati dalam penelitian ini yaitu aktivitas

siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran model Learning Cycle 7E .

Aktivitas siswa dan aktivitas guru disesuaikan dengan langkah-langkah

pembelajaran model Learning Cycle 7E.

3) Indikator output

Indikator Output yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil

tes kemampuan koneksi matematis siswa. Tes kemampuan koneksi

matematis disesuaikan dengan indikator kemampuan koneksi matematis.

Indikator output dikatakan efektif apabila rata-rata nilai siswa mencapai ≥

70 dalam kriteria baik.

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika pada setiap

(8)

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan atau sudah mampu

mewujudkan tujuan dalam aspek yang telah ditentukan.

B. Kemampuan Koneksi Matematis

Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

berarti hubungan atau kaitan. Kemampuan koneksi matematis dapat diartikan

sebagai kemampuan menghubungkan atau mengaitkan matematika. Menurut

(Lappan,2002), kemampuan koneksi matematis adalah suatu kegiatan

pembelajaran dimana siswa dapat menjelaskan bagaimana cara untuk

menyelesaikan suatu permasalahan dan ide-ide matematika yang saling

berhubungan ke dalam bentuk model matematika serta dapat menerapkan

pengetahuan yang diperoleh untuk menyelesaikan suatu masalah. Siswa yang

mampu menjelaskan cara penyelesaian dari suatu permasalahan dan mampu

menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari berarti

mempunyai kemampuan koneksi matematis yang bagus.

Kemampuan koneksi perlu dilatihkan kepada siswa sekolah. Apabila

siswa mampu mengkaitkan ide-ide matematika maka pemahaman

matematikanya akan semakin dalam dan bertahan lama karena mereka mampu

melihat keterkaitan antar topik dalam matematika, dengan konteks selain

matematika, dan dengan pengalaman hidup sehari-hari (NCTM, 2000:64).

Bruner (Dahar, 2006) menyatakan bahwa tidak ada konsep atau

operasi dalam matematika yang tidak terkoneksi dengan konsep atau operasi

lain dalam suatu sistem, karena suatu kenyataan bahwa esensi matematika

(9)

koneksi merupakan cara untuk menciptakan pemahaman dan sebaliknya

memahami sesuatu berarti membuat koneksi.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan

koneksi matematis adalah Kemampuan yang mengharuskan siswa dapat

memperhatikan hubungan dan mengaitkan antar topik materi matematika,

antar topik matematika dengan disiplin ilmu lain, dan antara topik matematika

dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut NCTM (2000:64) indikator kemampuan koneksi matematis

diantaranya: (1) Mengenali dan menggunakan hubungan antar ide-ide dalam

matematika (2) Memahami keterkaitan ide-ide matematika dan membentuk

ide satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu keterkaitan yang

menyeluruh (3) Mengenali dan mengaplikasikan matematika baik dalam

matematika dan lingkungan di luar matematika.

Mousley (2004:1) mengembangkan koneksi matematis menjadi tiga

diantaranya: a) Koneksi antara pengetahuan matematika baru dengan

pengetahuan matematika yang sudah ada sebelumnya b) Koneksi antar

konsep-konsep matematika c) Koneksi antara matematika dengan kehidupan

sehari-hari.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

indikator kemampuan koneksi matematis yang akan diteliti dalam penelitian

(10)

a. Menerapkan hubungan antar topik matematika

Pada indikator ini siswa dapat melihat konsep-konsep matematika

yang saling berhubungan satu sama lain. Dalam penelitian ini, materi yang

akan diteliti adalah sistem persamaan linear dua variabel, sehingga yang

dimaksud mampu menerapkan hubungan antar topik matematika adalah

menghubungkan konsep pada materi SPLDV dengan

konsep-konsep pada materi lain.

b. Menerapkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari

Menerapkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari

meliputi kegiatan dapat mengenali dan menggunakan keterkaitan atau

hubungan dari konsep-konsep SPLDV dengan kehidupan sehari-hari.

C. Model PembelajaranLearning Cycle 7E(Elicit, Engage, Explore, Explain,

Elaborate, Evaluate, Extend)

Model Learning Cycle patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori

belajar piaget, yaitu teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Teori

konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus mengkonstruksikan

pengetahuannya sendiri. Oleh karena itu, belajar dan pembelajaran harus

dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan penerima pengetahuan. Guru

dapat memfasilitasi proses ini dengan menggunakan cara-cara yang membuat

sebuah informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa sehingga siswa

(11)

Pengembangan fase-fase Learning cycle dari 3 fase menjadi 5 fase pun

masih tetap berkorespondensi dengan teori piaget. Fase engagement dalam

learning cycle 5E termasuk dalam proses asimilasi, sedangkan fase evaluation

masih merupakan proses organisasi.

Model learning cycle 7E yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran yang menyajikan perencanaan kegiatan belajar

bertahap atau bersiklus yaitu elicit, engage, explore, explain, elaborate,

evaluate, extend. Dapat kita lihat bahwa model learning Cycle 7E muncul

diawali dengan penambahan-penambahan fase siklus belajar, tujuannya adalah

untuk menyempurnakan model Learning Cycle, karena pada awal

pembelajaran siswa tidak dengan sendirinya langsung mengeksplorasi

pengetahuannya. Tetapi harus diawali dengan pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari agar siswa dapat mengetahui tujuan

dan manfaat yang akan dipelajari. Fase ini dinamakan Elicit.

Pada fase akhir yaitu Extend, yaitu proses pembelajaran siswa tidak

hanya menerapkan suatu konsep, tetapi dapat memperluas konsep tersebut

dengan cara mengaitkan konsep tersebut dengan konsep yang telah dipelajari

maupun konsep baru, serta mengkoneksikan konsep tersebut dengan

kehidupan sehari-hari agar dapat melatih kemampuan koneksi matematis

siswa.

Seperti yang diungkapkan Eisenkraft, ketujuh fase itu meliputi :

1) Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), yaitu fase untuk

mengetahui sampai dimana pengetahuan awal siswa terhadap pelajaran

(12)

merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran

siswa serta menimbulkan kepenasaran tentangjawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan

mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan

mengambil contoh yang mudah diketahui siswa seperti kejadian

sehari-hari yang secara umum memang terjadi.

2) Engage(ide, rencana pembelajaran dan pengalaman), yaitu fase dimana

siswa dan guru akan saling memberikaninformasi dan pengalaman tentang

pertanyaan-pertanyaan awal tadi, memberitahukan siswa tentang ide dan

rencanapembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar lebih berminat

untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase

ini dapat dilakukan dengandemonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas

lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan

mengembangkan rasa keingin tahuan siswa.

3) Explore(menyelidiki), yaitu fase yang membawa siswa untuk memperoleh

pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan

konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan

menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan

sebelumnya.

4) Explain (menjelaskan), yaitu fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap

siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang

(13)

konsep yang telah ada didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju

konsep dan definisi yang lebih formal.

5) Elaborate (menerapkan), yaitu fase yang bertujuan untuk membawa siswa

menjelaskan definisi-definisi, konsep-konsep dan

keterampilan-keterampilan pada permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

contoh dari pelajaran yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

6) Evaluate (menilai), yaitu fase evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah

dilakukan pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal

dan informal. Guru diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasi

dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilannya

untuk menilai tingkat pengetahuan dan atau kemampuannya, kemudian

melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya.

7) Extend (memperluas), yaitu siswa mengembangkan hasil Elaborate dan

menyampaikan kembali untuk melatih siswa bagaimana mentransfer

pelajaran dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan untuk berfikir,

mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang

telah dipelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum dipelajari.

Ketujuh fase tersebut merupakan hal-hal yang harus dilakukan guru

dan siswa untuk menerapkan Learning Cycle 7E pada pembelajaran di kelas.

Guru dan siswa memiliki peran masing-masing dalam setiap kegiatan

pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan fase Learning Cycle 7E.

Dalam beberapa fase Learning Cycle 7E siswa dilatih untuk

(14)

pertama yaitu Elicit, pada awal pembelajaran siswa dilatih untuk mengaitkan

matematika dengan kehidupan sehari-hari. Pada fase Explore, siswa

mengeksplorasi pengetahuannya dengan cara mengaitkan antar konsep

matematika. Pada fase Elaborate, siswa menerapkan konsep yang didapat

dengan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari. Pada tahap terakhir yaitu Extend, siswa dituntut untuk

mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep yang lain yang

sudah atau belum mereka pelajari dalam menyelesaikan masalah kehidupan

sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa Learning Cycle 7E dapat

memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan koneksi matematis,

karena secara garis besar pada tahap-tahapan Learning Cycle 7E siswa dilatih

untuk mengaitkan konsep baru dengan konsep yang telah dipelajari

sebelumnya (pada tahap Explore dan Extend) dan dilatih untuk mengaitkan

matematika dalam kehidupan sehari-hari (pada tahap Elicit dan Elaborate).

D. Materi

Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP tahun

2006), salah satu pokok bahasan matematika di SMP adalah Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Pada bahasan ini diajarkan pada

kelas VIII semester I. Pada pokok bahasan SPLDV yang akan dipelajari dalam

(15)

Standar Kompetensi :

2. Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya

dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar :

2.2 Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem

persamaan linear dua variabel

2.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan

sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya.

E. Pencapaian Efektivitas Pembelajaran

Pembelajaran Learning cycle 7E dikatakan efektif jika mencakup

ketiga indikator efektivitas berikut.

a) Input, indikator input dalampenelitian ini diamati melalui fasilitas dan

perangkat pembelajaran. Fasilitas merupakan faktor penunjang suatu

kegiatan pembelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal, seperti ruang

kelas, posisi tempat duduk, posisi papan tulis dan posisi LCD. Perangkat

pembelajaran berupa silabus, RPP , LKS dan buku ajar.

b) Process, indikator process dalam penelitian ini diamati melalui aktivitas

siswa dan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang

dilakukan guru dan kegiatan siswa dalam pembelajaran harus sesuai

dengan langkah – langkah model Learning cycle 7E dan berpedoman pada

(16)

c) Output, indikator output berupa ketercapaian dari nilai tes kemampuan

koneksi matematis. Indikator output dikatakan efektif apabila rata-rata

Referensi

Dokumen terkait

Kemunculan etika kedokteran atau kode etik kedokteran adalah untuk mengawal profesi para dokter yang mempunyai tujuan mulia yaitu

Hal yang perlu dilakukan sebelum seleksi tanaman tipe simpang pada setiap fase pertumbuhan tanaman adalah melihat secara umum keragaan sebagian besar rumpun tanaman.. Setelah

kontrak-kontrak akad dalam perbank- an syariah yang masih beriorentasi komersil, berjangka pendek dengan pergerakan bunga, sementara itu akad-akad kebaikan pun

Gel lendir bekicot terdiri dari hidrogel dan lendir bekicot yang mengandung glycosaminoglycan (GAGs) dapat menyembuhkan luka bakar dan perbedaan konsentrasi gelling agent

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui akurasi dan presisi dari penetapan kadar kuersetin dalam krim dengan basis krim yang telah dioptimasi oleh Prasetya (2008).. Kuersetin

Perlakuan Akuntansi Murabahah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bandar Lampung yang sesuai dengan PSAK 102. Setelah mengamati bagaimana perlakuan akuntansi

Skripsi yang berjudul “Sintesis asam O-(4-metilbenzoil) salisilat dan uji aktivitas antipiretika dan antiinflamasi terhadap tikus putih galur wistar” ini disusun dan

Beberapa jurus ia memandang kepadaku. Dan melalui sinar matanya itu seolah-olah mengalirlah perasaan kasih sayang yang mesra yang berlimpah-limpah tercurah dari hatinya ke