• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN GURU DALAM MEMBENTUK SOSIO EMOSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANAN GURU DALAM MEMBENTUK SOSIO EMOSI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI DAN SOSIO EMOSI ANAK PADA PERINGKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Oleh : Junaidi

Kuala Lumpur 22 Juli 2012

PERANAN GURU PAUD SECARA UMUM

Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada muridnya, tetapi juga berperan sebagaimana layaknya orang tua yang memberikan kasih sayang dan perlindungan kepada anakanya dengan tulus, karena guru adalah orang tua di sekolah. Sebagaimana orang tua, maka guru hendaklah memperlakukan anak muridnya dengan kasih sayang dan penuh kesabaran. Kita masih ingat dengan kisah Luqman yang Allah abadikan dalam surat Al-Luqman. Dengan lemah lembut Luqman berpesan kepada anaknya “Wahai ananda/ Ya bunayya (kata seru yang halus, penuh kasih sayang) janganlah engkau menyukutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah merupakan dosa yang amat besar” (QS. Luqman 13). Dalam kisah tersebut Luqman memberikan pengajaran kepada anaknya yang juga merupakan pengajaran buat kita semua sebagai pendidik, untuk meletakkan tauhid sebagai dasar hidup yang perlu kita ajarkan dengan lemah lembut.

(2)

Ada dua hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan peranan guru, yaitu persepsi dan kebudayaan. Persepsi secara sederhana adalah merupakan cara kita memandang atau bagaimana kita menginterpretasikan apa yang ada disekeliling kita. Persepsi guru terhadap anak akan sangat mempengaruhi bagaimana guru akan berperan nantinya. Contohnya guru yang menganggap anak-anak adalah makhluk yang lemah, tidak mampu, dan tidak tahu apa-apa, maka guru akan berperan sebagai orang yang serba tahu, dan pengetahuannya itu akan diajarkan kepada anak-anak agar mereka dapat mengetahui apa yang tidak diketahui. Dalam hal ini anak-anak menjadi objek dari pembelajaran yang menerima pengetahuan dari guru, sehingga anak akan menjadi pasif.

(3)

karena budaya merupakan ketidak sadaran koletktif yang secara turun-temurun diwariskan, berupa norma atau adat-istiadat yang tertanam kedalam ketidak sadaran yang diyakini dan diamalkan. Ada beberapa contoh budaya yang justru menghambat pendidikan, seperti lebih mengutamakan emas daripada mengeluarkan biaya untuk pendidikan, memilih pergi ke dato (dukun) untuk berobat daripada ke dokter, oleh karena itu peranan pendidikan adalah mengganti budaya yang tidak baik menjadi budaya yang baik dan bermartabat. Dalam konteks pendidikan anak usia dini kehadiran budaya menjadi daya tarik sendiri, yang merupakan kekayaan tak ternilai dari suatu peradaban yang tinggi. Contohnya budaya Dalihan Na Tolu, yang menunjukkan nilai-nilai kekeluargaan mampu membendung budaya asing yang lebih mengutamakan nilai-nilai individu.

PERANAN GURU DI SEKOLAH PADA PERINGKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(4)

Mendengarkan

Mendengarkan adalah diantara peranan paling penting dalam komunikasi dalam membangun sebuah kepercayaan, yang justru selama ini terabaikan oleh sistem pendidikan kita. Bahkan mendengarkan menjadi peranan paling sukar untuk dilakukan. Padahal anak-anak mempunyai kebutuhan agar perkataan mereka didengarkan, anak-anak juga hanya berbicara kepada orang yang mempunyai kedekatan emosi kepada mereka. Dengan mendengarkan, seorang guru berarti telah memupuk kemampuan berbahasa anak, menumbuhkan rasa percaya diri, menanamkan konsep diri, dan melatih untuk kritis dan berani. Apa yang didengarkan bukanlah bahasa verbal saja, tetapi juga meliputi bahasa tubuh, tulisan, coretan, karya seni, perilaku dan sebagainya, karena sesungguhnya anak-anak kaya akan bahasa (Edward. C., Gandini.L.,Forman.G, 1998)

Pengamat, peneliti dan pembelajar

Dengan mengamati, meneliti, berarti guru juga pembelajar dan taraf belajar yang paling tinggi yang membedakan mutu belajar seseorang adalah mengamati dan meneliti. Keberhasilan guru dalam mendidik banyak dipengaruhi oleh analisa guru terhadap individu sebagai murid. Kita percaya bahwa semua murid adalah unik yang mempunyai kelebihan masing-masing, tetapi tidak semua guru mampu menggali dan menemukan emas dalam diri murid yang tersembunyi di dalam batu gunung. Untuk menggali emas itu guru harus menjadi ahli geologi dan ahli pahat sehingga mampu mengeluarkan emas yang tersembunyi. Emas itu adalah potensi dan bakat anak, dan untuk menemukan itu guru harus menjadi pengamat, peneliti, dan pembelajar. Hal inilah yang diterapkan oleh bapak penidikan Muhammad Safii’ dengan slogannya yang terknal dalam bahasa minang “alam takambang jadi guru”.

Memberi motivasi dan berbagi dalam belajar

(5)

yang dicanangkan oleh bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro. Guru memberi dorongan dari belakang, berempati ketika bersama menjadi bagian dari anak-anak, dan di depan sebagai tauladan. Sehingga guru terkadang berada di dalam dan terlibat langsung dengan kumpulan anak-anak yang sedang asik berdiskusi, guru pun seakan-akan berperan sebagai peserta dalam diskusi tersebut. Guru terkadang berperan sebagai pengamat yang hanya melihat dan mengamati sekelompok anak-anak yang sedang membuat proyek. Guru juga berperan membuat ide dan masukan pada anak-anak yang merupakan idola dan panuatan anak-anak.

Mediasi dan perantara mencapai tujuan

(6)

Membuat dokumentasi

Membuat dokumentasi dengan catatan, gambar, koleksi proyek hasil karya anak adalah bentuk sederhana dalam mengamati perkembangan anak. Peranan ini memang cukup mudah untuk dilakukan bahkan banyak guru yang menyukai peranan ini. Namun ada yang terlupakan yaitu bagaimana kita menjadikan hasil dokumentasi sebagai bahan dalam mempelajari anak untuk meningkatkan perkembangan anak. Contohnya catatan harian, foto-foto kegiatan, coretan, lukisan, hasil karya anak lainnya dijadikan bahan diskusi sesama guru, orang tua, psikolog, seniman, dokter, perawat dan lainnya. Dengan demikian peranan guru menjadi pembelajar sejati. Kemudian dokumentasi itu dipublikasikan di dinding-dinding sekolah, buku, majalah, Koran sehingga kesannya dapat dirasakan oleh masyarakat banyak.

Melibatkan orang tua dan masyarakat

(7)

Melibatkan politikus, wartawan, pejabat publik, dan tokoh masyarakat

Terakhir peranan guru yang perlu diasah adalah membangun hubungan kepada orang-orang yang signifikan memberi pengaruh kepada masyarakat banyak, seperti para politikus, wartawan, pejabat publik, dan tokoh masyarakat. Hal ini bukan untuk ikut berpolitik secara praktis, tetapi lebih kepada bagaimana kita memanfaatkan pengaruh mereka untuk kepentingan pendidikan yang sedang kita bangun. Seorang guru juga harus rajin membuat opini melalui tulisan atau artikel, memanfaatkan internet dan media masa. Memabangun hubungan baik dengan pejabat publik, pemimpin adat, dan orang-orang yang berpengaruh lainnya.

PEMBENTUKAN KONSEP DIRI

Kata pembentukan meunjukkan pada suatu proses dimana ada tahapan-tahapan yang perlu dilalui untuk mencapai sebuah konsep yang utuh. Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri sendiri ataupun cara kita memandang dan menilai diri sendiri. Guru mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep diri anak, oleh karena itu guru hendaklah berhati-hati dalam bersikap, bertingkah laku, dan berkata-kata. Figur guru akan menjadi panutan dan model bagi anak-anak, seluruh perkataan dan tingkah laku guru akan ditiru oleh anak-anak baik secara sadar maupun tidak sadar.

(8)

harus dimiliki individu untuk mempertahankan hidup, maka peranan guru adalah membantu menyelesaikan konflik dengan tidak terlalu jauh intervensi, selagi maslah dalam batasan yang wajar.

Contoh lain adalah Rasulullah merupakan orang yang paling penyayang anak-anak. Beliau pernah menggendong anak kecil, yang merupakan anak sahabatnya. Rasulullah menggendong anak itu, kemudian memeluk dan mencium. Tak lama kemudian anak itu pun buang air kecil dan mengenai pakaian Rasulullah. Melihat pakaian Raulullah basah maka dengan spontan ayahnya merebut anak tersebut dari gendongan Rasulullah dengan agak kasar hingga menyebabkan anak itu menangis. Seketika itu rasulullah bersabda, Air kencing anakmu dengan mudah dapat saya hilangkan dengan mencucinya, tetapi perlakuan kasarmu atas anakmu tadi terus membekas diingatannya dan sukar dihilangkan. Bahkan peristiwa itu bisa menyebabkan trauma pada anak, oleh karena itu kita sebagai guru dan orang tua hendaknya memperlakukan anak dengan kasih sayang.

(9)

Berbeda dengan Psikologi Islam melihat konsep diri sebagai sesuatu yang ideal dan holistik, lebih kepada bagaimana seharusnya dan bukan apa adanya.

Pembentukan konsep diri seorang anak harus dimulai dari konsep dasar yang menjadi pondasi bagi pembentukan konsep diri yang ideal. Peranan seorang guru harus memupuk, mendorong, dan memastikan tumbuh kembangnya konsep dasar berupa keyakinan (al-iman) yang harus dimiliki seorang anak. Setelah konsep dasar ini tumbuh dengan baik maka guru memulai membentuk konsep kedua yang merupakan penyokong ataupun penyanggah konsep dasar. Penyokong inilah yang akan tampil dipermukaan sebagai aksi yang merupakan tingkah laku sebagai representasi dari sebuah keyakinan. Setelah konsep kedua dapat tumbuh secara proporsional maka selanjutnya yang perlu dibentuk adalah konsep ketiga yang merupakan penaungan, seperti payung yang dapat menaungi konsep pertama dan kedua dari lebatnya hujan dan panas matahari. Penaungan ini merupakan sikap yang terbentuk atas dasar keyakinan dan sebuah aksi.

Baiklah untuk lebih menyederhanakan logika berfikir di atas ada baiknya pembentukan konsep diri dapat diilustrasikan dengan menanam sebuah pohon. Sebagaimana firman Allah dalam QS Ibrahim ayat 24- 25:

“Tidak kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik yakni kalimat tauhid, kalimah syahadat serta segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan meninggalkan kemungkaran, seperti pohon yang baik, yang kokoh, akarnya menghujam kedalam bumi, cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu menghasilkan buah pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat”.

(10)

berarti bakat yang merupakan pembawaan yang diturunkan, maka seorang guru dalam mengetahui kualitas anak, tidak cukup meneliti anak, tetapi juga harus meneliti kedua orang tua nenek dan moyangnya. Selanjutnya pohon yang sempurna adalah pohon yang memiliki tiga struktur yang baik, sebagaimana QS Ibrahim ayat 24-25:

Pertama, pohon yang sempurna adalah pohon yang memiliki akar yang menghujam ke dalam bumi, tidak terinfeksi jamur dan virus. Tugas utama dari akar adalah menyerap nutrisi sebagai sumber makanan dan memastikan batang, dahan, ranting, dan daun tetap kokoh di atas permukaan bumi. Akar yang kokoh akan dapat mempertahankan diri dari goncangan angin yang besar, sehingga semakin akar menghujam ke dalam bumi, batang dan daunnya terus menjulang ke langit menyergap sinar matahari sebagai energi untuk mengelolah atau memasak sumber makanan. Sebaliknya pohon dengan akar yang rapuh, akan dengan mudah roboh sendirinya walau tanpa ditiup angin sama sekali.

(11)

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi saw., bawa beliau berkata: "Awalilah bayi-bayimu itu dengan kata-kata "Laa ilaaha illallah."

ini dari segi teori. Adapun dari segi prakteknya ialah dengan mempersiapkan dan membiasakan anak untuk mengimani di lubuk hatinya bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah S.W.T. Hal ini dilakukan melalui fenomena alam yang dapat dilihat langsung oleh anak, seperti bunga, langit, bumi, laut, manusia, dan lain sebagainya, agar akal dan pikirannya terkesan kuat bahwa pencipta semua makhluk tersebut hanya Allah swt. Semua ada karena diciptakan oleh Allah. Cara lain juga bisa menggunakan nyanyian dan film animasi kartun yang memang disukai anak-anak.

Dengan cara ini kemungkinan besar seorang pendidik akan dapat mengantarkan anak untuk mengimani Allah, Pencipta Yang Maha Esa, melalui perenungan dan pemikiran tentang penciptaan langit dan bumi, dimulai dari hal-hal yang inderawi hingga ke hal yang bersifat rasional. dari yang bersifat juz,i (parsial) kepada hal yang bersifat kulli (universal), dari skala yang kecil sampai kepada skala yang luas. Sehingga, secara intuitif dan rasional, anak akan merasa puas dalam mengimani Allah dengan alasan dan dalil yang kuat.

Mengenalkan Allah kepada anak-anak bisa juga dengan cara mengenalkan diri sendiri, seperti mengenali anggota badan dan fungsinya masing-masing. Memahami dan mencintai diri sendiri dengan tujuan untuk mengenali Allah dengan sifat-sifatnya adalah cara yang mudah agar anak mempunyai konsep diri ideal dengan sifat-sifat yang mulia. Sebagaimana Al-Ghazali (450-505 / 1058-1111 M) dalam bukunya Al-Ihya’ mengatakan bahwa “Man A’rofa Nafsahu Faqod A’rofa Robbahu” barang siapa mengetahui dirinya maka akan mengetahui Robbnya yang menciptakannya. Karena di dalam diri manusia tersimpan keunikan dan keistimewaan yang menggambarkan betapa besarnya keagungan dan kekuasaan Allah S.W.T.

(12)

karakter. Keyakinanlah yang mampu menjadikan anak yang pada awalnya tidak bisa apa-apa, menjadi anak yang tumbuh kembang dengan berbagai potensi dan talentanya, energik dan penuh dengan rasa keingintahuan. Dari belajar menggerakkan tangan dan kaki, belajar telungkup sendiri, belajar duduk, merangkak, berjalan dengan tertatih-tatih, hingga berlalari. Berkali-kali anak terjatuh, tapi selama itu juga anak bangkit kembali dan terus mencoba hingga akhirnya anak bisa berjalan dan berlalari. Itu karena anak yakin akan dirinya bahwa ia akan mampu berjalan dan berlalri. Tanpa mengenal lelah dan rasa putus asa akhirnya apa yang ia inginkian berhasil. Satu tahap dari tugas perkembangan telah dilaluinya, dan apa yang luar biasa adalah anak tidak berhenti sampai disitu ia terus mengasah kemampuannya tahap demi tahap secara perlahan namun pasti yang lambat laun tumbuh menjadi seorang anak yang penuh dengan gairah, energik, sehingga kadang orang tua dan guru menjadi kewalahan untuk mengasuhnya.

Ada tiga prinsip keyakinan yang perlu ditanamkan kepada anak. Pertama menanamkan prinsip keyakinan kepada Allah; kedua, menanamkan prinsip keyakinan kepada diri sendiri dan sesama manusia; dan ketiga menamakan prinsip keyakinan kepada alam.

(13)

Tingkah laku adalah penampakan dari suatu keyakinan, maka untuk mencapai tahapan diri yang ideal tingkahlaku harus representasi dari keyakinan. Sebagai contoh, guru atau orang tua tidak cukup hanya sekedar melarang dengan menakuti. “Awas gelas ini jangan dipegang ya masih panas”, “jangan main piasau ya… nanti tangannya terluka”, “ jangan main api ya,.. nanti tangangannya terbakar”. Semakin kita melarang akan semakin timbul rasa penasaran anak, sampai pada satu tahap anak tetap mencobanya. Kemudian yang terjadi adalah betul saja karena anak main pisau maka tangannya terluka dan berdarah. Ketika anak main pisau dan tangannya terluka, ini adalah momen penting untuk menanamkan sebuah keyakinan bahwa bermain pisau kalau tidak hati-hati maka akan melukai.

Hal yang terpenting lagi adalah sikap kita sebagai orang dewasa. Bagaimana sikap kita setelah peristiwa itu? Apakah akan marah, mencubit, mengobati, memeluk, cemas, tenang dan sebagainya. Kalau kita marah, cemas, mencubit dan tidak memberikan penjelasan maka anak tidak akan belajar dari peristiwa tersebut, dan anak-anak akan cenderung tidak bertanggung jawab. Tetapi kalau sikap kita tetap kalem, mengambil tindakan yang tepat dengan memeluknya kemudian mengobatinya, setelah anak tenang (tidak menangis) maka perlu menjelasakan bahwa kalau main pisau dan tidak hati-hati maka akan terluka. Dengan sikap demikian maka anak akan belajar dari peristiwa tersebut dan akan cenderung bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. InsyaAllah secara perlahan akan tertanam keyakinan dan rasa percaya kepada kita sebagai orang dewasa. Pada kesempatan yang akan datang anak akan percaya dan taat kepada ucapan kita bukan karena takut kepada kita sebagai figur yang punya otoritas, tetapi lebih kepada karena anak mengetahui konsekwensi yang harus diterima apabila anak tidak mendengar apa yang kita ucapkan.

(14)

selanjutnya anak-anak tumbuh dengan akhlak yang baik dan bertanggung jawab. Ada tiga prisnsip yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini dalam bertingkah laku yang merupakan aksi nyata dari bekerja. Pertama, prinsip kerja keras; kedua prinsip kerja cerdas; dan ketiga prinsip kerja ikhlas. Sebelum tiga hal ini diajarkan kepada anak guru harus terlebih dahulu mempraktekkan terlebih dahulu ketiga prinsip tersebut.

Kerja keras adalah suatu prinsip untuk memperoleh sesuatu dengan penuh kesungguhan dan azam yan kuat. Prinsip ini menjadikan anak akan terus berusaha dan berjuang agar memperoleh apa yang diinginkannya. Prinsip kerja keras juga mengajarkan kepada kita untuk berusaha sesuai dengan hasil yang kita peroleh. Contohnya untuk memperoleh nilai A kita harus berusaha sebesar A juga. Untuk memperoleh uang 2 juta dalam setiap bulan kita harus mengeluarkan usaha sebesar 2 juta juga. Atau dalam kata lain untuk memperoleh hasil 100 kg kita harus mengeluarkan energi sebesar 100 kg juga. Prinsip ini mengajarkan kepada kita pada keseimbangan, seperti timbangan tradisional untuk menimbang gula 1 kg menggunakan pembanding 1 kg juga.

Berbeda dengan prisnsip kerja cerdas, dengan kerja cerdas kita akan memperoleh hasil yang lebih banyak berbanding dengan usaha yang kita keluarkan. Seorang pekerja keras ia akan sungguh-sungguh memotong kayu dengan gergaji dengan seluruh tenaganya agar dapat memotong kayu, tetapi tidak memperhatikan gergaji yang digunakan apakah tajam atau tumpul. Seorang pekerja cerdas ia akan memeriksa terlebih dahulu peralatan dan perlengkapan sebelum ia memulai bekerja. Kalau ia akan memotong kayu maka sebelumnya ia akan mengasah terlebih dahulu gergaji menjadi sangat tajam, dan dengan gergaji yang tajam ia bisa menghemat energi yang dikeluarkan dengan hasil kayupun bisa terpotong.

(15)

yang kita keluarkan. Artinya dengan energi 1 kg kita bisa mengangkat 2 kg lebih beban. Kalau diumpamakan sebuah timbangan pada hujung sebelah kiri ada 1 kg dan pada hujung kana ada 3 kg maka dengan sendirinya timbangan akan berat kearah 3 kg beban, tetapi dengan prinsip kerja cerdas kita tidak perlu menambah beban pada hujung sebelah kiri agar seimbang, yang kita perlukan adalah menggeser titik tumpuannya mendekat kesebelah kanan dan yang terjadi adalah timbangan menjadi seimbang.

Banyak hal yang kita lakukan kepada anak-anak yang sebenarnya tidak perlu, sia-sia bahkan malah membatasi kreativitas anak-anak. Padahal apa yang kita perlukan hanyalah mengamati, mengobservasi, mengajaknya berdiskusi, memberi masukan dan dorongan ketika anak-anak mendapat masalah. Terlalu menyetir malah justru akan mengekang potensi anak menjadi tidak berkembang, layu sebelum berkembang. Disinilah guru perlu kerja cerdas dan untuk kerja cerdas harus mempunyai ilmu dan wawasan.

Prinsip yang ketiga adalah kerja ikhlas, kerja ikhlas adalah mengosongkan energi negatif dalam diri kita sehingga kita mampu menyerap energi yang bersumber dari Allah S.W.T, yang tergambar memalui 99 asmaul husnah. Contoh dengan asma Allah Arrohman dan Arrohim kita mampu mempunyai rasa kasih sayang kepada sesama makhluk. Penuh kasih sayang dalam mendidik adalah ciri daripada rasa ikhlas seorang guru, sehingga guru akan jauh dari rasa kecewa, prustasi, dan stres karena ulah muridnya. Tidak ada lagi keluhan tentang si A yang nakal, selalu mengganggu temannya hingga menangis, tukang bohong atau sikap melawannya pada guru. Karena semua itu merupakan latihan dan ujian dalam meningkatkan mutu seorang guru.

(16)

keihlasannyalah yang mampu merubah sisi gelap dari seorang murid menjadi tercerahkan. Prinsip kerja ikhlas mengajarkan kepada kita untuk tidak selalu terpaku pada hasilnya dan lebih menitik beratkan pada prosesnya, kerja ikhlas mampu mengangkat beban beribu kali lipat dari energi yang kita keluarka, ibarat timbangan maka kita adalah titik tumpunya sedangkan berapa bebanpun bisa diangkat dengan konsep keseimbangan.

Ketiga, daun, dan buah, daun adalah dapur tempat mengelolah makanan, dengan makanan maka pohon akan tumbuh subur, kemudian pohon akan menghasilkan buah yang manis. Buah sebagai hasil adalah sikap dalam konsep diri, dengan keyakinan yang baik dan dengan ketiga prinsip kerja maka akan menghasilkan sikap yang baik. Adapun sikap yang baik itu adalah: sikap positif; sikap produktif; dan sikap kontributif. Dengan sikap positif maka dalam berbagai keadaan sekalipun akan tetap tersenyum dan gembira, bahkan dalam keadaan yang kurang menguntungkan akan tetap mempunyai sikap positif, karena ia yakin bahwa sikap positif akan mengantarkan kepada kebahagiaan. Sebaliknya sikap negatif akan mengantarkan kepada rasa keputus asaan dan kecemasan yang terus-menerus.

Sikap produktif akan menjadikan kita lebih merdeka, karena kitalah yang menentukan pilihan, dan dengan pilihan itu kita bisa berkreasi menciptakan dunia kita sendiri. Sementara dengan sikap konsumtif kita hanya menjadi objek bulan-bulanan, sasaran dan target dari paham matrealistik yang sama sekali tidak dapat menghantarkan pada suatu kebahagiaan, kecuali sekedar penikmat sementara yang menyengsarakan.

Sikap kontributif, artinya orang yang hidupnya sudah mencapai tahap kesempurnaan sehingga mampu memberikan kontribusi kepada orang lain.

PERKEMBANGAN SOSIO EMOSI

(17)

ini anak mulai bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih luas lagi, kalau sebelumnya hanya bersosialisasi dengan lingkungan keluarga dan tetanggga maka ketika memasuki dunia sekolah anak-anak mulai bersosialisasi dengan lingkungan sekolah, guru dan teman-teman sebaya. Kecerdasan sosio-emosi yang baik akan menjadikan anak-anak senang bergaul, dapat mengontrol emosi, menghargai pendapat orang lain, menerima perbedaan, menempatkan emosi yang benar, tidak mudah merajuk, bahkan kejerdasan sosio-emosi diprediksi mempengaruhi kesuksesan seseorang pada masa yang akan datang. Banyak orang cerdas dan pandai mempunyai IQ yang tinggi, tetapi dalam dunia kerja atau kesuksesan sering bekerja dengan orang yang IQnya biasa-biasa saja tetapi mempunyai kecerdasan sosio-emosi yang tinggi.

Kecerdasan sosio-emosi sangat erat kaitannya dengan kesabaran, anak-anak yang mempunyai kecerdasan sosio-emosi akan sabar dan mengalah dalam arti untuk menjaga temannya agar tetap suka berteman dengannya, dengan demikian anak-anak seperti ini akan lebih disukai oleh teman-temannya. Guru perlu menanamkan dan melatih kecerdasan sosio-emosi, satu cara yang paling efektif untuk menamkan kecerdasan sosio-emosi adalah dengan melatih anak untuk mengekspresikan perasaannya, kemudian guru mencoba memahami dan menghargai perasaan anak itu. Contohnya ketika anak sedang kesal, maka kita perlu mengapresiasi kekesalannya denga mengatakan sedang kesal ya… (dengan empati). Atau sedang capek, kita mengatakan capek ya… nak, anak yang diapresiasi perasaannya akan merasa dihargai, dengan demikian anak akan merasa nyaman untuk kemudian segera ceria kembali.

(18)

Rujukan

Abdullah Nashih Ulwan penerjemah Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim 1992 Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Bredekamp, S. & Rosegrant, T. (Eds). (1992). Reaching Potentials: appropriate Curriculum and Assessment for Young Children. V-1. Washington, DC.: NAEYC.

Brewer, J. A. (1995). Introduction to Early Childhood Education: prekindergarten toprimary grades. Allyn & Bacon New York

Cleveland, G., & Krashinsky, M. (1998). The benefits and costs of good childcare: The economic rationale for public investment in young children. University of Toronto. Toronto

Departeman Pendidikan Nasional (2004). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak Dan Raudhatul Athfal.Departeman Pendidikan Nasional, Jakarta

Departeman Pendidikan Nasional (2007). Kerangka Dasar Kurikulum PAUD.Departeman Pendidikan Nasional, Jakarta

Hurlock, Elizabeth B., (1973) Adolescent Development. Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd, Tokyo

Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan (2010) Panduan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD. Gaung Persada Press, Jakarta

Mahmud Yunus (1957) Tafsir Qura’n Karim. Hidakarya Agung, Jakarta

Nusa Putra dan Ninin Dwilestari, (2012) Penelitian Kualitatif PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Partini (2010) Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini. Grafindo Litera Media, Yogyakarta.

Piaget, J. (1970). The Science of Education and the Psychology of the Child. NY: Grossman

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Kajian ini dijalankan bertujuan untuk mengenalpasti kategori somatotaip atlet bola jaring peringkat universiti dan mengenalpasti perbezaan tahap ketangkasan atlet tersebut

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai penemuan informasi mahasiswa sastra indonesia di Universitas Airlangga dalam menunjang mata kuliah bahasa madura

Apakah IPR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.. Apakah NPL secara parsial mempunyai pengaruh

 Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan.  Misal : sebatang logam seng di

Ditinjau dari segi ekonomi dana dalam program pensiun bertujuan dalam mengatur tentang akuntansi dan pelaporan oleh dana pensiun kepada pihak yang berkepentingan,

menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata terhadap persentase eksplan yang bebas dari bakteri pada tingkat kontaminasi ringan dan sedang.. Kedua klon tersebut menunjukkan persentase

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan media audio visual terhadap hasil pembelajaran senam aerobik di SMP Nasional Bandung.