ANALISIS KESTABILAN
MODEL PENYEBARAN, GONORRHEAE
Oleh:
AT1 ROHAYATI
JURUSAN MATEMATIKA
HAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
*
,
. .RINGKASAN
. ...
.
AT1 ROHAYATI. Analisis Kestabilan Model Penyebaran Gonorrheae. (Analysis of Stabil* on
Spread of Gonorrheae Modelf. Dibimbing oleh MUHAMMAD NUR AID1 dan PAlAN SIANTUN.
Gonorrheae merupakan sejenis penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri gonococcus yang
menyebar melalui hubungan seksual. Penderita 'penyakit ini umumnya para pekerja seks atau mereka yang melakukan seks tak wajar. Penyakit ini memiliki karakteristik unik yang mendasar yakni tidak ada kekebalan, artinya bahwa bila penderita yang dinyatakan sembuh kemungkinan untuk terjangkit sangat besar dan setiap individu yang rentan akan terinfeksi jika berhubungan seksual dengan penderita penyakit
ini. Martin Braun (1975) membuat suatu model epide~nik Lentang penyebaran penyakit gonorrheae.
Pernodelan ini hanya menibahas penyebaran gonorrheae yang disebabkan oleh hubungan seksual lawan
jenis (heteroseksual).
Pada tulisan ini akan dibahas suatu analisis yang berguna untuk mengetahui kondisi kestabilan dan
pendekatan solusi kualitatif .model penyebaran gonorrheae, yaitu kecenderungan naik turunnya kurva
solusi, ha1 ini disebabkan oleh kondisi kestabilan model tersebut. Analisis kestabilan dilakukan dengan dua cara, yaitu secara analitik dan numerik. Solusi analitik dilakukan dengan metode isoklin dan solusi
numerik diperoleh berdasarkan diagram fase melalui bantuan sofhvare Locbif. Berdasarkan kedua cara
tersebut diperoleh hasil yang sama. Pendekatan solusi kualitatif model untuk mengetahui perkembangan penderita laki-laki atau perempuan berdasarkan kondisi-kondisi tertentu. Hal ini dilakukzn dengan
ANALISIS KESTABILAN MODEL PENYEBARAN GONORRHEAE
AT1 ROHAYATI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk ~ne~nperoleli
gelar
Sarjana Sains
Pada
Program Studi Mate~natika
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul
:Analisis Kestabilan Model Penyebaran
Gonorrheae
Nana
:Ati Rohayati
NRP
:GO5311727
Menyetujui,
Dr. Ir. Muhammad Nur Aidi. MS.
Pembimbing I
Dr. Paian Sianturi
Petnbimbing I1
Penulis dilalurkan dl Punvakarta pada tanggal 13 Mei 1976 sebagai anak penalla dari linua
bersaudan, anak dari pasangan Castluita dan Yoyoh Mal~n~udal~. Tallun 1988 penulis nlenyelesaikan
pendidikan dasar di SD Negeri Cilandak I, kenuudian pada taluun 1991 menyelesaikru~ pendidikan
~nenengal~ pertanla di
S M P
Negeri Calnpaka Punvakarta.Tahun 1994 Penulis lulus dari SMA Negeri 2 Punvakarta dan pada taluun yang sama lulus seleksi masuk IPB nlelalui jalur Undangau Seleksi Masuk IPB. Penulis ~nenlilih Progranl Studi Matematika,
PRAKATA
Alhan~dulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala ralunat &I
karunia-Nya, sellingga penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penulisan ini dilakukan sejak bulan
Septenlber 1999, dengan judul skripsi "Analisis KestabilanModel Penyebaran Gonorrheae".
Terima kasih penulis ucapkan kepada senlva pihak yang telah men~banlu peuyelesaian @a ilnliall
ini, antara lain kepada Bapak Dr. Ir. Mul~amnlad Nur Aidi, MS. dan Bapak Dr. Paian Sianturi selaku dosen pembinlbing, selta Ibu Dra. Farida tianurn yang telal~ memberikan saran. Ucapan terin~a kasih penulis sanlpaikan kepada Mainah, Bapak, Engkih dan Ema, Dede, Yeye, Utie, Oppie, Bapak dan Ibu Drs. Endi Suhendi (keluarga Kalijati), dan keluarga Wantilan alas segala do'a, dukuugan dan kasill
sayangnya. Selain itu terinla kasilt penulis ucapkan pada teman-leman, antara lain: Oni dan Sri (atas
pinjaman ko~nputenlya), Ade, Yuni, Cansilatie, Ifah, Inne, Enno, warga Barcela, anak-anak IMA AT-
TAQWA, Invan, anak-anak Matenlatika 32 dan 33, alas doa, persahabatan dan dukungamya.
Scn~oga m a ilnlial~ ini bennanfaal.
Bogor, April 2001
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR GAMBAR
...
viiiI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
...
...
I1.2 Tujuan Penulisan
...
11.3 Penjelasan Singkat tentang Gonorrheae
...
1I1 LANDASAN TEORI
. .
2.1 Sistem Persamaan Linear Mandm
...
.
.
.
...
2...
2.2 Pelinearan 2
. . .
2.3 Vektor Eigen dan Nlla~ Elgen ... 2 2.4 Bentuk Kanonik Jordan
...
22.5 Kestabilan Titik Tetap
. .
2.5.1 A n a l ~ s ~ s Kestabilan Titik Tetap
. .
...
....
...
3 2.5.2 Perilaku T l t ~ k Tetap ... 4 2.5.3 Bentuk Umum Kestabilan...
4...
2.6 Bidang Fase dan Orbit Solusi 6
...
2.7 Garis Isoklin dan Arah Gerak Solusi 6
...
111 PEMODELAN DINAMIKA PENYEBARAN GONORRHEAE 7
IV ANALISIS MODEL PENYEBARAN GONORRHEAE
4.1 Penentuan Titik Tetap
...
4.2 Matriks Jacobi
...
4.3 Analisis Kestabilan di Sekitar Titik Tetap
...
94.4 Plot Bidang Fase ...
4.5 Orbit dan Kestabilan Sist
4 Solusi Model
...
V KESIMPULAN
...
14DAFTAR PUSTAKA
...
.
.
.
... 14DAFTAR
GAMBAR
1. Bentuk umum kestabilan di sekitar titik tetap
untuk tipe nilai eigen real (a. Stabil, b. Takstabil, c. Sadel)
...
52. Bentuk umum kestabilan di sekitar titik tetap
...
untuk tipe nilai eigen kompleks (a. Spiral stabil, b. Spiral takstabil, c. Stabil netral) 5
3. Isoklin dan kemiringan orbit yang melaluinya
...
64. Isoklin F = 0 beserta arah gerak orbit
...
65 . Isoklin G = 0 beserta arah gerak orbit
...
.
.
.
.
...
66. Isoklin x dan dan arah gerak orbit horizontal
pada kondisi a, a, < blb2cIc2
...
I07. Isoklin y dan dan arah gerak orbit horizontal
...
...pada kondisi a, a, < blb2c1c2
.
.
.
.
108. Resultan anak panah yang menyatakan arah gerak orbit
pada kondisi a , a, < blb2c,c2
...
109. Isoklin x dan dan arah gerak orbit horizontal
pada kondisi a1 a2
>
blb2clc2 ... 1 I10. Isoklin y dan dan arah gerak orbit horizontal
...
pada saat a l a2
>
blb2cIc2 1 111. Resultan anak panah yang menyatakan arah gerak orbit
pada kondisi a, a2 2 blb2clc2
...
1112. Orbit penderita laki-laki ( x ) dan penderita perempuan
pada kondisi a, a2 < blb2clc2
...
12I Orbit penderita laki-laki (x) dan penderita perempuan
...
...pada kondisi a, a2
>
blb2cIc2.
.
.
.
1214. Perkembangan penderita laki-laki (x)
kondisi a l a2 < blb2cIc2
...
1315. Perkembangan penderita perempuan (Y)
pada kondisi a, a,
<
blb2clc2...
1316. Perkembangan penderita laki-laki (x)
...
padakondisi a,a2 2 b,b2c,c 13
17. Perkembangan penderita perempuan (v)
I. PENDAHULUAN
1.1 L a t a r belakang
Meningkatnya jumlah penderita penyakit yang
disebabkan oleh hubungan seksual seperti
gonorrheae, cl~lamydia, syphilis dan AIDS merupakan masalah utama di bidang kesehatan pada negara maju maupun negara berkembang. Sebagai contoh, di Amerika Serikat setiap tahunnya lebih dari dua juta orang menderita
penyakit gonorrheae. Jumlah tersebut jauti lebih
besar dari total penderita penyakit lainnya [Fahmi, S. 19971.
Penderita penyakit gonorrheae ini umumnya
para pekerja seks dan mereka yang melakukan seks tak wajar. Untuk mengetahui apakah seseorang tersebut terjangkit atau tidaknya, dibutuhkan waktu
yang cukup lama. Hal ini disebabkan masa
terinfeksinya yang cukup lama.
Seseorang yang telah dinyatakan sembuh dari
penyakit gonorrheae ini kemungkinan
terjangkitnya kembali sangat besar, karena belum ditemukannya vaksin pencegah penyakit tersebut.
Pennasalahan tersebut merupakan masalah yang menarik untuk dimodelkan. Oleh karena itu diperkenalkan model epidemik sederhana yang menggambarkan penyebarannya.
Sehubungan dengan masalah penyebaran dari
penyakit gonorrheae ini, maka pada tulisan ini
akan dibuat suatu analisis yang membahas kestabilan dan solusi model dinamik penyebaran gonorrheae berdasarkan diagram fase. Analisis
kualitatif model penyebaran gonorrheae dilakukan
karena model tersebut merupakan sistem
persamaan diferensial taklinear yang terlalu rumit untuk diaualisis secara kuantitatif.
Analisis kualitatif model penyebaran
gonorrheae ini dilakukan melalui pendekatan sistem dinamik dengan menggunakan bantuan sofhvarc Locbif dan Maple.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk ~nenganalisis kestabilan dan menganalisis solusi kualitatif dari model dinamik penyebaran gonorrl?eae.
1.3 Penjelasan Singkat tentang Gonorrlreae
Gonorrheae adalah sejenis penyakit kelamin
yang disebabkan oleh bakteri gonococcus yang
menyebar melalui hubungan seksual. Bakteri gonococcus ini ditemukan oleh Neisser pada tahun
1879. Gonococcus termasuk golongan diplokok
(Genus bakteri dari famili Actabacillaceae yang
terdiri dari dua sel kokkus yang kembar), berbentuk biji kopi dengan lebar 0.8 dan panjang
1.6 p. Bakteri ini bersifat negatif-Gram (dinding
sel bakteri mempunyai kandungan lipida yang tinggi), bersifat tahan asam, tampak di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39°C dan tidak tahan zat disinfektan (anti
kuman / pembersih).
Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuhoid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas. Masa tunas gonorrheae sangat singkat, pada pria umumnya
berkisar antara 2 - 5 hari, kadang-kadang lebih
lama. Sedangkan pada wanita masa tunas
gonorrheae sulit untuk ditentukan karena pada umumnya bersifat asimtomatik (berubah-ubah).
Pada pria, kuman masuk ke uretra. Hal ini akan menimbulkan radang pada uretra (uretritis), yang paling sering adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal (depan atau ujung pangkal) yang mengakibatkan komplikasi lokal, asenden (menuju ke depan) dan diseminata (pangkal uretra). Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal (pangkal) uretra di
sekitar lubang luar uretra, kemudian disusul
disuria, polakisuria, keluar cairan dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dapat pula disertai nyeri pada waktu ereksi. Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah
bening. lnfeksi pada wanita, pada mulanya
hanya mengenai leher rahim, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah.
Diagnosa pada penyakit ini dilakukan atas dasar perbandingan, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan pembantu. Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Jika tidak diobati dengan segera akan mengakibatkan kemandulan, cacat, gangguan pertumbuhan, radang sendi, kanker bahkan juga kematian.
11.
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Persamaan Diferensial LinearMandiri n111 ... "'I,,
Perhatikan sistem persamaan diferensial (SPD) berikut ini:
dengan fungsi ~ ( x ) mempunyai sifat
XI =
h
(xi (tb...
>X.(f)) lim,,, cp(x) = 0. Bentuk Mx disebut pelinearani 2 =
f2
(11 (11, ... ,.,,(I)) dari (4).(1) [Tu, 19941
dengan
fi, fi,
...
,
sebagai fungsi dariXI (I), x 2 (t);.., x,, (I), yang kontinu, bernilai real,
dan mempunyai turunan parsial kontinu disebut sistem persamaan diferensial mandiri, karena perubahan x dan y dinyatakan sebagai fungsi dari x
dan y sendiri yang tidak mengandung t secara
eksplisit.
Sistem persamaan diferensial mandiri dapat dinyatakan dalam bentuk matriks berikut:
x = A x (2)
.
,dengan x =
11,
. . = ! I , d a n A a d a l a bx,,
x,, matriks berukuran nxn.[Hasibuan, 19891
Definisi: (Titik Tetap)
Sisteln persamaan diferensial (1) dapat ditulis
dalam bentuk :
i = f ( x ) (3)
dengan
f
fungsi yang terturunkan. ~ i t i k x ' denganx = 0 disebut titik h i t i s atau titik tetap.
f(')
[Tu, 19941
2.2 Pelinearan
Dengan menggunakan perluasan Taylor pada suatu titik tetap x', maka diperoleh persamaan
berikut :
k
= Mx+
cp(x), (4)dengan M inatriks Jacobi, yaitu
M E D f (x') E
D
f (x)IF.".2.3 Vektor Eigen d a n Nilai Eigen
Misalkan A matriks berukuran nxn, maka suatu vektor taknol X di R" disebut vekror eigen dari A, jika untuk suatu skalar h, yang disebut nilai eigen dari A, berlaku:
Ax=
M.
Vektor X disebut vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen h. Untuk mencari nilai eigen
dari matriks A yang berukuran nxn maka
persamaan AX =
LY
dapat dituliskan kembalisebagai berikut:
A X = A X ~ ( A - X I ) = O
Persamaan terakhir akan mempunyai solusi tak-no1
jika dan banya jika :
det (A-hl) = /A-A4 = 0 (5)
Persamaan (5) disebut persamaan karakreristik dari A.
[Anton, H., 199.51
2.4 Bentuk Kanonik J o r d a n
Misalkan diberikan sistem
-
persamaan-
diferensial dua dimensi untuk A =
I:::
1::
J
mempunyai persamaan karakteristik sebagai
berikut :
C(h) = d e t ( A - X I ) = h 2 - y h + 6 = 0
dengan y = a l l + a2, dan S = det (A)
-
- all a22-a12 021.
Nilai eigen yang diperoleh dari persamaan karakteristik di atas adalah:
( 6 )
Misalkan matriks real Pzx2 mempunyai
balikan sehingga P.'AP = J, dengan J adalah
salah satu dari matriks dalam bentuk kanonik
Jordan :
Dalam penjelasan selanjutnya, bentuk kanonik Jordan (i), (ii) dan (iii) akan disebut Jordanl, Jordan2, dan Jordan3. Bentuk Jordan1 adalah kasus
untuk dua nilai eigen real yang berbeda (XI # h2).
Bentuk Jordan2 adalah kasus untuk dua nilai eigen
yang sama yaitu: h l = h 2 = h =
1
, dengany'=
46.2
Bentuk Jordan3 adalah kasus untuk nilai eigen Y
kompleks yaitu hl,,= a
+
ip, dengan a =-,
dan2
, 3 46-y 2 7
,
a dan (3 keduanya bernilai real2
dengan
P
> 0. J adalah matriks simetrik denganelemen diagonalnya adalah bagian real dari nilai eigen dan elemen yang bukan diagonal adalah bagian imajiner dari nilai eigen.
[Tu, 19941
2.5 Kestabilan Titik Tetap
2.5.1 Analisis Kestabilan Titik Tetap
Analisis kestabilan titik tetap berdasarkan nilai eigen dilakukan dengan cara menganalisis nilai eigen tersebut. Perhatikan nilai eigen pada
persamaan (6). Ada beberapa kasus untuk
menganalisis kestabilan titik tetap, tergantung
pada nilai y2
-
46.KASUS 1 (y2 -46)> 0
Nilai eigen yang diperoleh adalah real dan
berbeda (hl =L hz), dengan bentuk kanonik Jordan
i
=[hl
O1.
Solusi umum yang diperoleh0 h2
adalah :
A? r
x(t)= C, v, cA1' +C2 v2
"
(7)dengan Al dan
A,
adalah nilai eigen dari matriksJacobi, v , dan v2 berturut-turut adalah vektor eigen
yang bersesuaian dengan nilai eigen.
Pada kasus ini kestabilan titik tetap
mempunyai 3 sifat yaitu:
I . Bila kedua nilai eigennya negatif (hl < 0 dan
h2 < 0), maka diperoleh nilai y < 0 dan 6 > 0.
Dari solusi (7) diperoleh bahwa jika t
mendekati takhingga maka x mendekati no1 sehingga titik tetap bersifat stabil.
2. Bila semua nilai eigennya bernilai positif
( h , > 0 dan h2 > 0), maka diperoleh nilai y > 0
dan 6 > 0. Dari solusi (7) diperoleh bahwa
jika 1 mendekati takhingga maka x mendekati
takhingga. Hal ini menunjukkan bahwa x(t) merupakan titik tetap bersifat takstabil.
3. Bila nilai eigennya berlainan tanda (misalkan
A, < 0 <
h2
), maka diperoleh nilai 7 < 0 dan 6<
0. Dari solusi (7) diperoleli bahwa jika 1mendekati takhingga maka x(t) mendekati takhingga, sehingga lintasan kurva membentuk
suatu asimtot pada bidang v , dan 12. Titik
tetap ini bersifat titik sadel dan bersifat titik takstabil.
KASUS2 (y2-46)=0
Nilai eigen yang diperoleh nilai eigen real ganda ( & I = h2= h), dengan bentuk kanonik Jordan
J
=[h
I]. Bentuk solusi umumnya adalah:0 A
x(t) = (c, + c 2 1)
2'
(8)Pada kasus ini kestabilan titik tetap
mempunyai 2 sifat, antara lain:
1. Bila kedua nilai eigen negatif (i., < 0 dan
h2 < 0). Dari solusi (8) diperoleh bahwa jika r
mendekati takhingga maka x(l) menuju nol, sehingga titik tetap bersifat stabil.
2. Bila nilai eigen bernilai positif (i., > 0 dan
2.1 > 0). Dari solusi (8) diperoleh bahwa jika I
mendekati takhingga maka x(r) menuju takhingga sehingga titik tetap tersebut bersifat takstabil.
KASUS 3 (y2 -46)< 0
Pada kasus ini nilai eigen yang diperoleh
adalah nilai eigen kompleks dengan bentuk - -
kanonik Jordan J =
!I.
Misalhn nilaieigen yang diperoleh adalah = a
+
iP ( a # 0,p
# O), dengan a danP
adalah bilangan real danp
> 0. Sistem yang mempunyai nilai eigen a+
iPdapat dilambangkan dengan
x
,
dengan .? =[:
1
$=[-;
PI-
atau dalarn bentuk skalar adalah:
Dalam bentuk koordinat polar, x l dan x? dapat
dinyatakan dalam bentuk x, = r cos (8) dan
menghasilkan
Dengan menurunkan (10) terhadap waktu t akan
diperoleh :
Kemudian jika persamaan (9) disubstitusikan ke dalam persamaan (12) maka diperoleh:
Dengan menurunkan (1 1) terhadap t, maka akan diperoleh:
Bentuk x12sec2(8) dapat diperoleh dari persamaan (10) dan (11) yang menghasilkan
x12sec2(@)= r 2 . Kemudian dengan
lnensubstitusikan persamaan (9) dan
xI2sec2 (€I)= r 2 ke dalam persamaan (14) maka
diperoleh:
Solusi di atas mempunyai beberapa kasus yang
hergantung pada nilai a dan
0
seperti padapersamaan (13) dan (15) yaitu: a. a < O
Jika
a
< 0 maka r(f) pada persamaan (13)berkurang pada saat t bertambah. Jika
0
> 0Inaka @(1) pada persamaan (15) akan
berkurang, pada saat t semakin hesar, sehingga arali gerak orbit akan hergerak searah jamm
jam lnenuju titik tetap. Jika
p
< 0 maka arahgerak orbit berlawanan dengan arab jarum jam
menuju titik tetap. Dalam ha1 ini titik tetap merupakan titik tetap bersifat spiral srabil.
b. azO
Jika a > 0 maka r(t) pada persamaan (13) akan
bertamhah pada saat t semakin besar. Jika
p
> 0 maka B(t) pada persamaan (15) akan berkurang, pada saat t semakin besar. sehingga arah gerak orbit akan bergerak searah jammjam menjauhi titik tetap. Jika
P <
0 maka arahgerak orbit akan bergerak berlawanan dengan
arah jarum jam menjauhi titik tetap. Titik
tetap tersehut hersifat spiral fakrfabil. c. a=O
Jika a = 0 maka r(f) pada persamaan (13) tidak
berubah sepanjang waktu. Jika
P
< 0 maka €I(!)pada persamaan (15) akan naik, dan jika
p
> 0maka e(t) akan turun. Karena r(t) tetap maka gerak orbit membentuk suatu lingkaran dengan titik tetap sebagai pusat. Titik tetzp tersehut bersifat slabil nefral.
2.5.2 Perilaltu Titik Tetap
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan hahwa kestabilan titik tetap
mempunyai 3 perilaku, yaitu:
I . Stahil jika:
a. Setiap nilai eigen real adalah negatif
(A;< 0 untuk semua I].
h. Setiap komponen real nilai eigen
kompleks adalah takpositif, (Re (A, )
< 0
untuk semua I ] .
2. Takstabil jika:
a. Setiap nilai eigen real adalah positif
(Ai> 0 untuk semua I].
b. Setiap komponen real nilai eigen
kompleks adalah positif, (Re (A, ) > 0
untuk semua I ] .
3. Sadel jika:
Perkalian dua buah nilai eigen real sembarang
adalah negatif (A; A, < 0, untuk i dan j
sembarang). Titik tetap sadel ini bersifat
takstabil.
2.5.3 Bentuk Umum Kestabilan
Bentuk ulnum kestabilan di sekitar titik tetap herdasarkan perilaku orbit di sekitarnya, dibedakan berdasarkan dua tipe nilai eigen, nilai eigen real dan nilai eigen kompleks.
Bentuk umum kestabilan untuk tipe nilai eigen real adalah:
1. Jika setiap orbit mendekati titik tetap, maka
2. Jika setiap orbit bergerak menjauhi titik tetap, maka titik tetap itu disebut titik tetap takstabil. Tipe ini ditunjukkan oleh Gambar
1 .b.
3. Jika ada orbit yang bergerak mendekati dan
ada orbit yang menjauhi titik tetap, maka titik tetap itu disebut titik pelana (sadel). Tipe ini ditunjukkan oleh Gambar 1.c.
Bentuk umum kestabilan untuk tipe nilai eigen kompleks adalah:
1. Jika setiap orbit mendekati titik tetap secara
spiral, maka titik tetap tersebut merupakan titik tetap spiral stabil. Tipe ini ditunjukkan ole11 Gambar 2.a.
2. Jika setiap orbit ~nenjauhi titik tetap secara
spiral, lnaka titik tetap tersebut merupakan
titik tetap spiral takstabil. Tipe ini
ditunjukkan oleh Gambar 2.b.
3. jika orbit-orbit bergerak mengelilingi titik
tetap sehingga membentuk kurva tertutup, maka titik tetap tersebut merupakan titik tetap
[image:13.599.53.516.55.820.2] [image:13.599.353.456.70.370.2]stabil netral. Tipe ini ditunjukkan oleh
Gambar 2.c.
[Hasibuan, K. M. 19891
Teorema Kestabilan
Misalkan x = Ax adalab suatu sistem
persamaan diferensial dengan A matriks real
berukuran 2x2. Misalkan juga persamaan
karakteristik dari matriks A diberikan oleh h 2 + B h + C = 0 , d e n g a n B = t r ( ~ ) dan C = d e t A . Kestabilan sistem persamaan diferensial di atas diperoleh dari:
1. Jika B > 0 dan C > 0, maka titik tetap bersifat
stabil.
2. Jika B < 0 dan C > 0, maka titik tetap bersifat
tak-stabil.
3. Jika C < 0, maka titik tetap bersifat sadel
takstabil.
4. Jika B = 0 dan C > 0, maka titik tetap bersifat
stabil netral.
Bukti : [Indaryani, L. 19991
Gambar 2. Bentuk umum kestabilan titik tetap untuk tipe nilai eigen kompleks (a. Spiral stabil, b. Spiral takstabil, c. Stabil netral).
2.6 Bidang Fase dan Orbit Solusi
Perhatikan sistem persamaan diferensial berikut ini:
Solusi sistem persamaan diferensial (16)
lnelnbentuk suatu kurva berdimensi 3 dengan
koordinat (t,x,y). Karena secara eksplisit t tidak ada
dalam sistem tersebut, maka setiap solusi sistem
(16) untuk to < t < t, membentuk kurva di bidang
(x, y), atau jika t bergerak dari to ke t,, gugus titik-
titik (x(t), y(t)) membentuk suatu kurva di bidang
(x, y). Kurva ini disebut orbit (trayektori) yang merupakan solusi persamaan (16). Sedangkan bidang (x, y) disebut bidang fuse solusi tersebut. Dengan kata lain orbit solusi suatu sistem persamaan diferensial adalah lintasan yang dilakukan oleh solusi di bidang (x, y).
[Hasibuan, K. M. 19891
[image:14.605.321.504.77.224.2]2.7 Garis Isnklin dan Arah Gerak Solusi
Kurva dengan F (xa) = k, k konstanta, disebut
suatu isoklin dari persamaan diferensial(l6). Salah satu cara untuk memperoleh gambaran orbit sistem persamaan diferensial (SPD) (16), terutama untuk persamaan diferensial yang solusi persamaan diferensialnya tidak dapat dicari secara eksplisit, adalah dengan menggunakan metode
isoklin dan arah gerak solusi. Hal ini dapat
dilakukan karena SPD (16) membentuk suatu
medan arah di bidang (x, y), sehingga orbit yang
baik dapat diperoleh dengan cara memplot sejumlah kemiringan orbit pada titik-titik di bidang fase.
Isoklin-isoklin dari persamaan (16) adalah
kurva yang seluruh unsur-unsur garisnya
melnpunyai kemiringan tertentu. Jadi setiap orbit solusi suatu persamaan diferensial yang melalui suatu isoklinnya memiliki kemiringan yang sama.
Misalkan 0 adalah sudut antara arah gerak orbit yang terletak pada garis isoklin terhadap sumbu x. Ada dua isoklin yang paling penting,
yaitu isoklin &/dt = 0 yang berpadanan dengan
B
= ~ 1 2 , dan isoklin &/dt = 0 yang berpadanandengan 0 = 0. Perhatikan Gambar 3 berikut ini:
[image:14.605.314.502.388.519.2]I I
Gambar 3. Isoklin dan kemiringan orbit
yang melaluinya
Pada isoklin F = 0 dengan 0 = xni, orbit
lnemiliki arah gerak vertikal karena x tetap.
Sedangkan pada isoklin G = 0 dengan 0 = 0, orbit
memiliki arah gerak horizontal karena y tetap. Dari penjelasan tadi diperoleh bahwa
-- ok - F = 0 atau
-
&
= G = 0 pada garis isoklin.dt dl
dr
dvAkibatnya, nilai
-
atau - menjadi negatifdt dt
~.. ...
[image:14.605.318.505.546.672.2]pada salah satu daerah yang dipilah oleh garis isoklin. Perhatikan arah panah pada Gambar 4 dan
Gambar 5.
I I
Gambar 4. Isoklin F = 0 beserta arah gerak orbit
Arah gerak orbit pada suatu anak gugus resultan anak panah pada kedua isoklin tersebut.
bidang fase (x, y), ditentukan berdasarkan nilai [Hasibuan, K. M. 19891
111
PEMODELAN DINAMIK PENYEBARAN
GONORRHEAE
Model penyebaran gonorrheae dikembangkan oleh Martin Braun (1975). Asurnsi dari pemodelan ini adalah sebagai berikut:
I. Penyebaratlnya melalui hubungan seksual lawan jenis (heteroseksual).
2. Setiap individu yang rentan akan tertular jika
berhubungan seksual dengan orang yang terinfeksi gonor-rheae.
3. Conorrheae tidak memberikan kekebalan
terhadap penderita yang telah melakukan pengobatan, artinya bahwa kemungkinan terinfeksinya kembali masih ada.
4. Setelah pengobatan, penderita tidak
berinteraksi (berhubungan seksual) lagi
dengan orang yang terinfeksi.
Perhatikan sistem persamaan diferensial berikut:
dengan,
nlr
-
: laju pe~?umbuhan penderita laki-laki percN
satuan waktu
: laju pe~tumbuhan penderita perempuan
dl
per satuan waktu.
x : banyaknya penderita laki-laki.
y : banyaknya penderita perempuan.
a , : tingkat keberhasilan pengobatan penderita
laki-laki.
o2 : tingkat keberhasilan pengobatan penderita
perempuan.
b~ : tingkat resiko penularan terhadap laki-
laki.
b~ : tingkat resiko penularan terhadap
perempuan
C I : banyaknya populasi laki-laki.
cz : banyaknya populasi perempuan.
c l
-x
: banyaknya populasi laki-laki yangmudah tertular (rentan).
c?
-
y : banyaknya populasi perempuan yangmudah tertular (rentan).
Menurut Martin Braun (1975), kondisi yang
biasanya dipenuhi adalah al > q, yakni tingkat
keberhasilan pengobatan penderita laki-laki lebih besar daripada tingkat keberhasilan pengobatan
penderita perernpuan, karena jika laki-laki
terinfeksi maka gejalanya akan cepat timbul,
dengan demikian akan cepat melakukan
pengobatan.
Nilai-nilai a l , a2, b l , b,, c l , c,, x dan y selalu positif, dengan 0 < x < c, dan 0 < y < c,. Nilai-
nilai al,a2 masing-masing sebanding dengan
banyaknya populasi laki-laki dan perempuan. Nilai-nilai bl, b, masing-masing sebanding dengan banyaknya populasi laki-laki atau perempuan yang mudah tertular (rentan) dan banyaknya penderita laki-laki atau penderita perempuan.
Nilai-nilai parameter a,, a>, b13 b~ yang
IV. ANALISIS MODEL DINAMIK PENYEBARAN GONORRHEAE
4.1 Penentuan Titik Tetap
Pemodelan ini hanya didefinisikan pada kuadran pertama, dengan demikian titik tetap pada model ini didefioisikan pada kuadran pertama, dengan kata lain terjadi keseimbangai~ positif, karena x(t) dan At) tidak pernah negatif. Nilai- nilai x(t) dan At) masing-masing tidak pernah
melebihi
c l
danc2.
Perhatikan sistem persamaan diferensial (17).
cl:
dYTitik tetap diperoleh apabila
-
=-
= 0 , ataudt dl
dari persamaan (18) dan (19) diperoleh:
'IX dan x = '7, Y
=
b, (c,
-
x)b2(~2
-Y) (20)Dengan mensubstitusikan nilai y ke dalain
persamaan x =
,
maka diperoleh:b2
( ~ 2-
Y )Kemudian nilai x disubstitusikan ke dalam
persamaan y = bl (cl alx maka diperoleh:
Dari sistem persamaan diferensial (17) diperoleh dua titik tetap, yaitu:
TI
(x, y) = (0, 0) danT2
(x, 11) =T2
(x',Dengan x' dan y' sesuai dengan persamaan (21) dan (22) di atas.
Selanjutnya dari kedua titik tetap yang
diperoleh, akan ditinjau dua kasus yang
membedakan nilai komponen petnbilang pada persamaan (21) dan (22) yakni:
1. Kasus
a,@
<b,b2c,c2
Pada kondisi ini, titik tetap yang diperoleh
ada dua, yaitu
TI
danT2,
karenaT2
bernilaipositif dan berada pada kuadran pertama.
2. Kasus ala2
>
blb2cIc2
Pada kondisi ini, titik tetap yang diperoleh hanya ada satu, yaitu titik tetap TI. Titik tetap
T2
bemilai negatif (1' < 0 dany'
< 0) dan tidak berada pada kuadran pertama. Olehkarena itu,
T2
tidak akan dibahas.4.2 Matriks Jacobi
Perhatikan persamaan (IS) dan (19) yang dapat dituliskan kembali berikut ini:
Dengan melakukan pelinearan pada sistem
persamaan diferensial (23) maka akan diperoleh
matriks Jacobi berikut ini :
Untuk titik tetap TI : (0,0), diperoleh matriks
Jacobi berikut ini :
Untuk titik tetap
Tz
(xa) = (x', ye), diperolellmatriks Jacobi sebagai berikut:
J. = [ - q - 4 ~
k-b]
dengan
Jika a102 < blb2cIcZ, maka B = - Gll+ ja2) > 0 dan
C =
GI
I j12) -GI,
j2,) > 0. Berdasarkan TeoremaKestabilan pada 2.5.3, titik tetap T2 bersifat stabil.
b. Kasus ala2 2 blb2cIca
Pada kasus ini, sistem persamaan diferensial (17) hanya memiliki satu titik tetao vaitu titik tetao
TI (0,0), karena T2 berada di 'liar kuadran
i.
j 1 2 = ~ I ~ Z C I (b1c2 + a ~ ) - b l (h b 2 ~ 1 ~ 2 -ala2) Perhatikan nilai eigen pada persamaan (24), karena
b2 (b1~2 + 01 ) ala2 2 blb2clc2 maka diperoleh kedua nilai eigen
negatif (hl < 0 dan ha < 0). Berdasarkan definisi
blbzc2(b?c1 +a2)-bz(bib2~1~2 -0102)
,
dan kestabilan (lihat 2.5.1 pada landasan teori), titikJ21 =
-
bi(b2 CI + a d tetap TI (0,O) bersifat stabil.
4.4 Plot Bidang Fase
Perhatikan kembali sisteln persamaan
diferensial (23). Definisikan isoklin 41(x) adalah
dr
kurva
f
(xa) = 0, yaitu yang tnemenuhi-
= 0,4.3 Analisis Kestabilan di Sekitar Titik Tetap dl
Analisis kestabilan pada titik tetap untuk sehinggamenghasi'kan:
sisteln persamaan diferensial (17) dibagi menjadi
dua kasus yaitu kasus yang telah dijelaskan pada Y= -- a'x
-
4!(x).sub bab 4.1, yakni: (CI - X) (25)
a. Kasus ala2 ; blb2cIc2 Persamaan ini disebut isoklinx.
Pada kasus ini terdapat aua titik tetap, TI (0,O)
dan T, (x'a'). Definisikan isoklin 4?(x) adalah kurva
Dari rnatriks Jl di atas diperoleh persamaan
karakteristik di bawah ini: g (xa) = 0, yaitu kurva yang memenuhi d~ = 0,
(11
C(h) = det (J,-hl) = 0 sehingga menghasilkan:
(-al - A) (-a2-h)
-
blclb2c2 = 0A'+ (al+a2) A+ ala2- blb2c1c2=0 bzc2x
Dari persatnaan karakteristik ini diperoleh:
= (02
+
b2X) = dz(x). (26)2
-(a, +9)+d(al +a2) -4(oIa2 -6,b2CIC2)) (24,) Persamaan ini disebut isoklin y
Jika ala2
<
blb2clc2, maka diperoleh nilaieigen bernilai A, < 0 dan h2 > 0. Berdasarkan
definisi kestabilan (liliat 2.5.1 pada landasan
teori), titik tetap TI bersifat sadel takstabil. Dari ~natriks J2 untuk titik tetap T,, maka akan diperoleh persamaan karakteristik berikut ini:
C(A) = det (J2-hl) = 0 .
A'-0
1 1+.
122) 1 +O'II
J Z Z ) - G I ~ J Z I ) = 0 Persa~naan karakteristik di atas analog denganbentuk persamaan h% B h + C = 0,
di~nana : B =
-
GI
jZ2) danC =
0'11
~ z ~ ) - G I zjd.
Selanjutnya akan ditinjau kemungkinan bentuk isoklin dan arah gerak orbit. Pembentukan isoklin ini dilakukan secara manual, yaitu dengan cara
~nengambil nilai-nilai sembarang berdasarkan
kondisi tertentu yang harus dipenuhi. Dalam ha1 ini, berapapun pengambilan nilai-nilai tersebut akan menghasilkan pola kurva yang sama.
I . Kondisi ala2 < blO2c1c2
Dengan memilih nilai parameter yang sesuai
dengan kondisi di atas (al = 0.99, aa = 0.85,
b l = 0.325, b, = 0.425, c l = 5, c2 = 4) diperoleh
I I
Gambar 6. isoklin x dan arah gerak orbit horizontal pada kondisi ala2 < blbrc,cz.
Setiap titik pada daerah sebelah kiri isoklin x
dx
dx
diperoleh
-
> 0 (- tertulis pada (23)). Hal inidt dt
mengakibatkan x(t) naik sehingga orbit akan
bergerak ke arah kanan. Prosedur yang sama
dilakukan terhadap titik pada daerah sebelah kanan
dr
dx
isoklin x, diperoleh
-
< 0 (- tertulis pada (23)).dl dl
Hal ini mengakibatkan x(!) turun sehingga orbit
akan bergerak ke arah kiri.
Dengan menggunakan nilai parameter di atas,
kurva isoklin y yakni +&) pada persamaan (2.6)
diperoleh kurva (Gambar 7).
Gambar 7. lsoklin y dan arah gerak
orbit vertikal pada kondisi alaz < blb2Clcz.
Setiap titik pada daerah sebelah atas isoklin JJ
dv d~
diperoleh
-
< 0 (- tertulis pada (23)). Hal inidt dt
mengakibatkan A t ) turun sehingga orbit akan
bergerak ke arah bawah. Prosedur yang sama
dilakukan terhadap titik pada daerah sebelah bawah
dy dy
isoklin y, diperoleh
-
> 0 (- termlis padadl dl
(23)). Hal ini mengakibatkan y(f) naik sehingga
orbit akan bergerak ke arah atas.
Penggabungan Ga~nbar 6 dan Gambar 7
men%asilkan Gatnbar 8. Berdasarkan Gambar 8,
ada empat daerah yang dipilah oleh kedua isoklin
tersebut, yaitu daerah I , daerah 2, daerah 3 dan
daerah 4, dengan keterangan sebagai berikut: Daerah 1 : dr/dt> 0, dy/d/> 0
Daerah 2 : &/dl < 0, dy/dl > 0 Daerah 3 : dr/dt< 0, dy/dr < 0 Daerah 4 : Wd1> 0, dy/dr < 0
Y
41
(r) [image:18.608.75.297.80.826.2] [image:18.608.84.293.81.321.2] [image:18.608.313.509.177.468.2]I J
Gambar 8. Resultan anak panab yang
menyatakan arah gerak orbit
pada kondisi a l q < b1bIclc2
Perhatikan anak panah pada Gambar 8,
Resultan anak panah tnenyatakan arah gerak orbit.
Berdasarkan resultan anak panab pada Gambar 8,
arah gerak orbit niendekati titik keseimbangan,
2. Kondisi alaz 2 blb2c1cz
Nilai parameter yang dipilih secara
sembarang tapi memenuhi kondisi di atas ialah a l = 0 . 9 9 , a 2 = 0 . 8 5 , b l = 0 . 1 5 5 , bz=0.025, c 1 = 6 ,
cz = 12. Pada kondisi ini, akan dibahas dua isoklin,
yaitu isoklin x dan isoklin y, untuk isoklin x
bergerak ke arah bawah. Prosedur yang sama dilakukan terhadap titik pada daerah sebelah bawah
du dy
isoklin y, diperoleh
-
> 0 (- tenulis padsdt dl
(23)). Hal ini ~nengakibatkan y(t) naik sehingga orbit akan bergerak ke arah atas.
Penggabungan Gambar 9 dan Gambar 10
menghasilkan Gambar 1 1 . Berdasarkan Gambar 11, ada tiga daerah yang dipilah oleh kedua isoklin
tersebut, yaitu daerah 1, daerah 2 dan daerah 3.
dengan keterangan sebagai berikut: Daerah 1 : dx/dt > 0, dy/dt < 0
Gambar 9. Isoklin x dan arah yerak Daerah 2 : < 0, a$/df < 0
orbit horizontal oada kondisi Daerah 3 : < 0, dy/dl> 0
Setiap titik pada daerah sebelah kiri isoklin x
dr
ak
diperoleh
-
> 0 (- tertulis pada (23)). Hal inid! dt
mengakibatkan x(t) naik sehingga orbit akan
bergerak ke arah kanan. Prosedur yang sama
dilakukan terhadap titik pada daerah sebelah kanan
ak
ak
isoklin x, diperoleh
-
< 0 (- tertulis pada (23))dl dt
Hal ini mengakibatkan x(t) turun sehingga orbit
akan bergerak ke arah kiri.
-
Dengan menggunakan nilai parameter di atas,
kurva isoklin y yakni $&) pada persamaan (2.6) Gambar I I . Resultan anak panah yang
diperoleh kurva (Gambar 10). menyatakan arah gerak orbit
pada kondisi a,a2 t blb2cIc2.
Perhatikan anak panah pada Gambar 8.
Resultan anak panah menyatakan arah gerak orbit.
Berdasarkan resultan anak oanah oada Gambar 8.
arah gerak orbit mendekati titik keseimbangan (0,0).
4.5 Orbit dan Kestabilan Sistem
Analisis kualitatif melalui diagram fase untuk menunjukkan kondisi kestabilan sistem pada titik tetapnya dapat diilust-asikan dengan bantuan sofiware Locbif. Adapun diagram fase tersebut
merupakan orbit solusi sistem persatnaan
[image:19.595.88.287.69.259.2]diferensial (17) yang tnenggambarkan lintasan
Gambar 10. Isoklin y dan arah gerak orbit yang dilalui pada bidang (x, y).
orbit vertikal pada kondisi Untuk menghasilkan suatu diagram fase
ala2 2 blb2cIc2. dengan bantuan Locbif diperlukan nilai-nilai
parameter yang memenuhi syarat yang
Setiap titik pada daerah sebelah atas isoklin y disubstitusikan ke dalam sistem persamaan
dy d. diferensial (17). Nilai-nilai parameter tesebut
-<O (-tertufis ~ a d a (23)). Hal diatnbil berdasarkan syarat-syarat tertentu, Adapun
dt dt .
[image:19.595.75.290.75.782.2] [image:19.595.313.504.167.437.2]ala; t blb;clc,. Tanda panah menunjukkan arah gerak sepanjang lintasan solusi selama waktu berjalan.
Ilustrasi kestabilan sistem untuk kondisi
ala; < blb;cIc2, dengan nilai parameter c l = c, =20
juta, a, = 0.99, a; = 0.95, bl = 0.049, dan
62 = 0.575 dapat ditunjukkan pada Gambar 12
berikut ini:
Gambar 12. Orbit penderita laki-laki ( x )
dan penderita perempuan Q
pada kondisi ala2 < b,b2clc2.
Gambar 12 menunjukkan bahwa titik tetap T;
bersifat stabil, untuk titik awal sembarang di setiap daerah akan bergerak ke arah titik tetap
(1.21, 1.21) pada pada waktu I = 88.3. Pada
kondisi ini bahwa sistem stabil pada titik
kesetimbangan, artinya bahwa banyaknya
penderita penyakit gonorrheae berada pada jumlah yang tetap. Sedangkan untuk titik tetap TI pada kondisi ini bersifat sadel pada kuadran 11, 111, dan IV.
Gambar 13. Orbit penderita laki-laki ( x )
dan penderita perempuan (y)
pada kondisi ala; 2 blb2clc;.
Gambar 13 menunjukkan bahwa titik tetap TI bersifat stabil, karena untuk titik awal sembarang di setiap daerah akan bergerah ke arah titik tetap
( 0, 0 ) pada waktu 1 z 80.4. Hal ini menunjukkan
sistem stabil, artinya tidak ada lagi yang terinfeksi.
4.6 Solusi Model
Solusi kualitatif dari persamaan (17)
dilakukan melalui grafik yang diperoleh dengan
menggunakan sofware Maple, dengan
memasukkan nilai-nilai parameter a,, a,, 61, 62. CI.
c,, Nilai-nilai parameter tersebut diambil
berdasarkan pada kondisi tertentu. Dalam ha1 ini, ada dua kondisi yang harus dipenuhi, yaitu ala2 < blbzclc, dan ala; t b1b2cIc2 dengan a l >a;.
Pada kondisi a l a 2 < blb2cIc2, dengan nilai
parameter sama dengan nilai pada orbit dan kestabilan sistem (lihat 4 3 , sehingga diperoleh grafik sebagai berikut:
Selanjutnya ilustrasi kestabilan sistem untuk
kondisi ala2 t blb;cIc2, dengan nilai parameter
adalah c, = c2 = 20 juta al = 0.99, a2 = 0.9,
bl = 0.0435 dan b2= 0.037 dapat ditunjukkan pada
[image:20.602.330.499.72.274.2]Gambar 14. Perkembangan penderita
laki-laki (x) pada kondisi
ala2 < blb2clc2.
Gambar 14 menunjukkan bahwa pada selang
waktu 1 tertentu lintasan kuwa semakin menurun
hingga mencapai titik minimum. Selanjutnya
lintasan kurva akan konstan sampai t mendekati
tak hingga. Hal ini menunjukkan bahwa selama
selang waktu tertentu banyaknya penderita
gonorrheae untuk laki-laki (x(r)) akan semakin berkurang hingga mencapai jumlah yang minimum dan selanjutnya akan berada pada jumlah yang tetap.
Ga~nbar 15. Perkembangan penderita
perelnpuan (v) pada kondisi
a1a2 < b l b l c ~ c ~ .
Gambar 15 lnenunjukkan bahwa pada selang
waktu r tertentu lintasan kurva semakin menurun
liingga mencapai titik minimum, selanjutnya lintasan kurva akan konstan. Hal ini menunjukkan bahwa selama selang waktu tertentu banyaknya
penderita gonowl7eae untuk pereliipuan @(I)) akan
semakin berkurang hingga mencapai jumlah yang minimum dan selanjutnya akan berada pada jumlah yang tetap.
Pada kondisi a,a2 2 blb2cIc2, dengan nilai
parameter sama dengan nilai pada orbit dan kestabilan sistem (lihat 4 . 9 , sehingga diperoleh grafik sebagai berikut:
Gambar 16. Perkembangan penderita laki-laki (x) pada kondisi
a l q 2 blb2cIc2.
Gambar 16 menunjukkan bahwa lintasan
kurva semakin menurun selama selang waktu t.
Pada saat waktu t mendekati takhingga maka x(r)
akan mendekati 0. Hal ini menunjukkan bahwa
banyaknya penderita gonorrheae untuk laki-laki
( ~ ( 1 ) ) akan semakin berkurang sehingga pada
akhirnya banyaknya penderita go~torrheae untuk
laki-laki tersebut nol.
Gambar 17. Perkembangan penderita
perempuan pada kondisi
[image:21.595.114.289.63.286.2] [image:21.595.335.500.157.366.2] [image:21.595.335.500.479.683.2]Gambar 17 menunjukkan bahwa lintasan banyaknya penderita gonorrheae untuk perempuan
kurva semakin menurun selama selang waktu t. W t ) ) akan semakin berkurang sehingga pada
Pada saat waktu t mendekati takhingga makay(t) akhirnya banyaknya penderita gonorrl7eae untuk
akan mendekati 0. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tersebut nol.
V.
KESIMPULAN
Model dina~nika tentang penyebaran
gonorrhcae dikembangkan . oleh Martin Braun
(1975). Pemodelan ini membahas penyebaran
penyakit gonorrheoe yang disebabkan oleh
hubungan seksual lawan jenis individu rentan mudah tertular jika berhubungan seksual dengan orang yang terinfeksi.
Analisis kestabilan yang dilakukan pada model ini diinterpretasikan ke dalam suatu contoh di~nana permasalahan yang ada dibagi dua kasus.
Kasus pertama yaitu pada saat ala2 < b1b2cIc2, dan
kasus kedua yaitu n,a2 2 blb2cIc2.
Kasus pertama, sistem memiliki dua titik
tetap, titik tetap TI = (0, 0) yang bersifat sadel
takstabil dan titik tetap T2 = (x8,y'). dengan
yang bersifat stabil. Hal ini menunjukkan bahwa
untuk kasus ini banyaknya penderita gonorrheae
baik laki-laki maupun perempuan pada akhirnya akan mengalami jumlah yang tetap (konstan).
Kemudian untuk kasus kedua, sisteln hanya
memiliki satu titik tetap TI = (0, 0) yang bersifat
stabil. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya
penderita gonorrheae untuk laki-laki dan
perempuan semakin lama akan semakin berkurang sampai akhirnya penyakit tersebut sembuh (tidak ada lagi yang terinfeksi).
DAFTAR PUSTAKA
Anton, H. 1987. Aljabar Linear Eletnenler.
Terjemahan Pantur Silaban. Erlangga, Jakarta
Braun, M. 1975. Differential equations and
their applications, Applied Marhea~atical
Sciences Series. 15: 208 - 2 16.
Braun, M., S. C.Courtney, dan A. D. Donald.
1983. D~fferential Equation Models.
Springer-Verlag, New York.
Falimi, S. ' 1997. Gonore, hal. 44-51. Di dalam
Bahaya Penyakit K~rlit don Kelanzh. Lukrnan Hakim (penyunting). FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Frauenthal, J. C. 1980. Mathematical
Modeling in Epidenziology. Springer-Verlag, New York.
Hasibuan, K. M. 1989. Dinamika Populasi,
Penzodela~z Matenzatika didalanl Biologi Populasi. PAU IPB, Bogor.
Indaryani, L. 1999. Bifurkasi lokal pada titik
tetap non-hiperbolik. Skripsi. Jurusan
Matematika FMlPA IPB, Bogor.
Tu, N. V. 1994. Dynamical Sysrenz. .In
LISTlNG PROGRAM MAPLE
# Bidang Fase Perkembangan Penderita Laki-laki pada Kondisi ala2 < blb2clc2 (Gambar 14)
> Restart;
> a,:=0.99:a2:=0.95:b1:=0.049:b2:=0.575:cl:=20:c2:=20:
> with (DEtools):
G
Phaseportrait ([D(x)(t)=-a1 *x(t)+b I *(c l-x(t))*y(t),D(y)(t)=-a2*y(t)+b2*(~2-y(t))*x(t)].\[x(t),y(t)J,t=O.. 10,[[x(0)=1O,y(0)=1OJ],stepsize=0.05,\scene=[t,x(t)],linecolo~[blue],
tnetl~od=classical[foreuler]);
# Bidang Fase Perkembangan Penderita Perempuan pada Kondisi a l a 2 < blb2cIc: (Gambar 15)
> Restatt;
> a1:=0.99:a~:=0.95:~:=0.049:b~:=0.575:c~:=20:~~:=20:
> with (DEtools):
G
Phaseportt.ait ([D(x)(t)=-ai*x(t)+bi*(cl-x(t))*y(t),D(y)(t)=-a2*y(t)+b2*(c2-y(t))*x(t)J,\[x(t),y(t)],t=O.. lO,[[x(O)=lO,y(O)=lO]],stepsize=O.O5,\scene=[t,y(t)],linecolor=[blue],
metliod=classical[foreuler]);
# Bidang Fase Perkembangan Penderita Laki-laki pada Kondisi ala2 2 blbZcIc2 (Gambar 16)
> Restatt;
> al:=0.99:a2:=0.9:bl:=0.0435:b2:=0.037:cl:=20:c2:=20:
9 with (DEtools):
G
phaseportrait ([D(x)(t)=-al*x(t)+bl*(cl-x(t))*y(t), D(y)(t)=-a2*y(t)+b2*(c2-(t))*x(t)],\[x(t),y(t)],t=O.. 1 O,[[x(O)=lO,y(O)=lO]J,stepsize=O.O5,kcene=[t,x(t)],linecolo~[blue~,
metl~od=classical[foreuler]);
# Bidang Fase Perkembangan Penderita Perempuan pada Kondisi a l a 2 2 blb2cIc2 (Gambar 17)
> Restart;
> al:=0.99:a2:=0.9:bl:=0.0435:b2:=0.037:cl:=20:c2:=20:
9 with (DEtools):
G
phasepo~.trait([D(x)(t)=-al*x(t)+bI*(cl-x(t))*y(t),
D(y)(t)=-aZ*y(t)+b2*(~2-(t))*x(t)],\[x(t),y(t)],t=O.. lO,[[x(O)=lO,y(0)=1O]],stepsize=0.05,\scene=[t,y(t)J,linecolor=[blueJ,
ANALISIS KESTABILAN
MODEL PENYEBARAN, GONORRHEAE
Oleh:
AT1 ROHAYATI
JURUSAN MATEMATIKA
HAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
I. PENDAHULUAN
1.1 L a t a r belakang
Meningkatnya jumlah penderita penyakit yang
disebabkan oleh hubungan seksual seperti
gonorrheae, cl~lamydia, syphilis dan AIDS merupakan masalah utama di bidang kesehatan pada negara maju maupun negara berkembang. Sebagai contoh, di Amerika Serikat setiap tahunnya lebih dari dua juta orang menderita
penyakit gonorrheae. Jumlah tersebut jauti lebih
besar dari total penderita penyakit lainnya [Fahmi, S. 19971.
Penderita penyakit gonorrheae ini umumnya
para pekerja seks dan mereka yang melakukan seks tak wajar. Untuk mengetahui apakah seseorang tersebut terjangkit atau tidaknya, dibutuhkan waktu
yang cukup lama. Hal ini disebabkan masa
terinfeksinya yang cukup lama.
Seseorang yang telah dinyatakan sembuh dari
penyakit gonorrheae ini kemungkinan
terjangkitnya kembali sangat besar, karena belum ditemukannya vaksin pencegah penyakit tersebut.
Pennasalahan tersebut merupakan masalah yang menarik untuk dimodelkan. Oleh karena itu diperkenalkan model epidemik sederhana yang menggambarkan penyebarannya.
Sehubungan dengan masalah penyebaran dari
penyakit gonorrheae ini, maka pada tulisan ini
akan dibuat suatu analisis yang membahas kestabilan dan solusi model dinamik penyebaran gonorrheae berdasarkan diagram fase. Analisis
kualitatif model penyebaran gonorrheae dilakukan
karena model tersebut merupakan sistem
persamaan diferensial taklinear yang terlalu rumit untuk diaualisis secara kuantitatif.
Analisis kualitatif model penyebaran
gonorrheae ini dilakukan melalui pendekatan sistem dinamik dengan menggunakan bantuan sofhvarc Locbif dan Maple.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk ~nenganalisis kestabilan dan menganalisis solusi kualitatif dari model dinamik penyebaran gonorrl?eae.
1.3 Penjelasan Singkat tentang Gonorrlreae
Gonorrheae adalah sejenis penyakit kelamin
yang disebabkan oleh bakteri gonococcus yang
menyebar melalui hubungan seksual. Bakteri gonococcus ini ditemukan oleh Neisser pada tahun
1879. Gonococcus termasuk golongan diplokok
(Genus bakteri dari famili Actabacillaceae yang
terdiri dari dua sel kokkus yang kembar), berbentuk biji kopi dengan lebar 0.8 dan panjang
1.6 p. Bakteri ini bersifat negatif-Gram (dinding
sel bakteri mempunyai kandungan lipida yang tinggi), bersifat tahan asam, tampak di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39°C dan tidak tahan zat disinfektan (anti
kuman / pembersih).
Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuhoid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas. Masa tunas gonorrheae sangat singkat, pada pria umumnya
berkisar antara 2 - 5 hari, kadang-kadang lebih
lama. Sedangkan pada wanita masa tunas
gonorrheae sulit untuk ditentukan karena pada umumnya bersifat asimtomatik (berubah-ubah).
Pada pria, kuman masuk ke uretra. Hal ini akan menimbulkan radang pada uretra (uretritis), yang paling sering adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal (depan atau ujung pangkal) yang mengakibatkan komplikasi lokal, asenden (menuju ke depan) dan diseminata (pangkal uretra). Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal (pangkal) uretra di
sekitar lubang luar uretra, kemudian disusul
disuria, polakisuria, keluar cairan dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dapat pula disertai nyeri pada waktu ereksi. Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah
bening. lnfeksi pada wanita, pada mulanya
hanya mengenai leher rahim, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah.
Diagnosa pada penyakit ini dilakukan atas dasar perbandingan, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan pembantu. Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Jika tidak diobati dengan segera akan mengakibatkan kemandulan, cacat, gangguan pertumbuhan, radang sendi, kanker bahkan juga kematian.
11.
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Persamaan Diferensial LinearMandiri n111 ... "'I,,
Perhatikan sistem persamaan diferensial (SPD) berikut ini:
dengan fungsi ~ ( x ) mempunyai sifat
XI =
h
(xi (tb...
>X.(f)) lim,,, cp(x) = 0. Bentuk Mx disebut pelinearani 2 =
f2
(11 (11, ... ,.,,(I)) dari (4).(1) [Tu, 19941
dengan
fi, fi,
...
,
sebagai fungsi dariXI (I), x 2 (t);.., x,, (I), yang kontinu, bernilai real,
dan mempunyai turunan parsial kontinu disebut sistem persamaan diferensial mandiri, karena perubahan x dan y dinyatakan sebagai fungsi dari x
dan y sendiri yang tidak mengandung t secara
eksplisit.
Sistem persamaan diferensial mandiri dapat dinyatakan dalam bentuk matriks berikut:
x = A x (2)
.
,dengan x =
11,
. . = ! I , d a n A a d a l a bx,,
x,, matriks berukuran nxn.[Hasibuan, 19891
Definisi: (Titik Tetap)
Sisteln persamaan diferensial (1) dapat ditulis
dalam bentuk :
i = f ( x ) (3)
dengan
f
fungsi yang terturunkan. ~ i t i k x ' denganx = 0 disebut titik h i t i s atau titik tetap.
f(')
[Tu, 19941
2.2 Pelinearan
Dengan menggunakan perluasan Taylor pada suatu titik tetap x', maka diperoleh persamaan
berikut :
k
= Mx+
cp(x), (4)dengan M inatriks Jacobi, yaitu
M E D f (x') E
D
f (x)IF.".2.3 Vektor Eigen d a n Nilai Eigen
Misalkan A matriks berukuran nxn, maka suatu vektor taknol X di R" disebut vekror eigen dari A, jika untuk suatu skalar h, yang disebut nilai eigen dari A, berlaku:
Ax=
M.
Vektor X disebut vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen h. Untuk mencari nilai eigen
dari matriks A yang berukuran nxn maka
persamaan AX =
LY
dapat dituliskan kembalisebagai berikut:
A X = A X ~ ( A - X I ) = O
Persamaan terakhir akan mempunyai solusi tak-no1
jika dan banya jika :
det (A-hl) = /A-A4 = 0 (5)
Persamaan (5) disebut persamaan karakreristik dari A.
[Anton, H., 199.51
2.4 Bentuk Kanonik J o r d a n
Misalkan diberikan sistem
-
persamaan-
diferensial dua dimensi untuk A =
I:::
1::
J
mempunyai persamaan karakteristik sebagai
berikut :
C(h) = d e t ( A - X I ) = h 2 - y h + 6 = 0
dengan y = a l l + a2, dan S = det (A)
-
- all a22-a12 021.
Nilai eigen yang diperoleh dari persamaan karakteristik di atas adalah:
( 6 )
Misalkan matriks real Pzx2 mempunyai
balikan sehingga P.'AP = J, dengan J adalah
salah satu dari matriks dalam bentuk kanonik
Jordan :
Dalam penjelasan selanjutnya, bentuk kanonik Jordan (i), (ii) dan (iii) akan disebut Jordanl, Jordan2, dan Jordan3. Bentuk Jordan1 adalah kasus
untuk dua nilai eigen real yang berbeda (XI # h2).
Bentuk Jordan2 adalah kasus untuk dua nilai eigen
yang sama yaitu: h l = h 2 = h =
1
, dengany'=
46.2
Bentuk Jordan3 adalah kasus untuk nilai eigen Y
kompleks yaitu hl,,= a
+
ip, dengan a =-,
dan2
, 3 46-y 2 7
,
a dan (3 keduanya bernilai real2
dengan
P
> 0. J adalah matriks simetrik denganelemen diagonalnya adalah bagian real dari nilai eigen dan elemen yang bukan diagonal adalah bagian imajiner dari nilai eigen.
[Tu, 19941
2.5 Kestabilan Titik Tetap
2.5.1 Analisis Kestabilan Titik Tetap
Analisis kestabilan titik tetap berdasarkan nilai eigen dilakukan dengan cara menganalisis nilai eigen tersebut. Perhatikan nilai eigen pada
persamaan (6). Ada beberapa kasus untuk
menganalisis kestabilan titik tetap, tergantung
pada nilai y2
-
46.KASUS 1 (y2 -46)> 0
Nilai eigen yang diperoleh adalah real dan
berbeda (hl =L hz), dengan bentuk kanonik Jordan
i
=[hl
O1.
Solusi umum yang diperoleh0 h2
adalah :
A? r
x(t)= C, v, cA1' +C2 v2
"
(7)dengan Al dan
A,
adalah nilai eigen dari matriksJacobi, v , dan v2 berturut-turut adalah vektor eigen
yang bersesuaian dengan nilai eigen.
Pada kasus ini kestabilan titik tetap
mempunyai 3 sifat yaitu:
I . Bila kedua nilai eigennya negatif (hl < 0 dan
h2 < 0), maka diperoleh nilai y < 0 dan 6 > 0.
Dari solusi (7) diperoleh bahwa jika t
mendekati takhingga maka x mendekati no1 sehingga titik tetap bersifat stabil.
2. Bila semua nilai eigennya bernilai positif
( h , > 0 dan h2 > 0), maka diperoleh nilai y > 0
dan 6 > 0. Dari solusi (7) diperoleh bahwa
jika 1 mendekati takhingga maka x mendekati
takhingga. Hal ini menunjukkan bahwa x(t) merupakan titik tetap bersifat takstabil.
3. Bila nilai eigennya berlainan tanda (misalkan
A, < 0 <
h2
), maka diperoleh nilai 7 < 0 dan 6<
0. Dari solusi (7) diperoleli bahwa jika 1mendekati takhingga maka x(t) mendekati takhingga, sehingga lintasan kurva membentuk
suatu asimtot pada bidang v , dan 12. Titik
tetap ini bersifat titik sadel dan bersifat titik takstabil.
KASUS2 (y2-46)=0
Nilai eigen yang diperoleh nilai eigen real ganda ( & I = h2= h), dengan bentuk kanonik Jordan
J
=[h
I]. Bentuk solusi umumnya adalah:0 A
x(t) = (c, + c 2 1)
2'
(8)Pada kasus ini kestabilan titik tetap
mempunyai 2 sifat, antara lain:
1. Bila kedua nilai eigen negatif (i., < 0 dan
h2 < 0). Dari solusi (8) diperoleh bahwa jika r
mendekati takhingga maka x(l) menuju nol, sehingga titik tetap bersifat stabil.
2. Bila nilai eigen bernilai positif (i., > 0 dan
2.1 > 0). Dari solusi (8) diperoleh bahwa jika I
mendekati takhingga maka x(r) menuju takhingga sehingga titik tetap tersebut bersifat takstabil.
KASUS 3 (y2 -46)< 0
Pada kasus ini nilai eigen yang diperoleh
adalah nilai eigen kompleks dengan bentuk - -
kanonik Jordan J =
!I.
Misalhn nilaieigen yang diperoleh adalah = a
+
iP ( a # 0,p
# O), dengan a danP
adalah bilangan real danp
> 0. Sistem yang mempunyai nilai eigen a+
iPdapat dilambangkan dengan
x
,
dengan .? =[:
1
$=[-;
PI-
atau dalarn bentuk skalar adalah:
Dalam bentuk koordinat polar, x l dan x? dapat
dinyatakan dalam bentuk x, = r cos (8) dan
menghasilkan
Dengan menurunkan (10) terhadap waktu t akan
diperoleh :
Kemudian jika persamaan (9) disubstitusikan ke dalam persamaan (12) maka diperoleh:
Dengan menurunkan (1 1) terhadap t, maka akan diperoleh:
Bentuk x12sec2(8) dapat diperoleh dari persamaan (10) dan (11) yang menghasilkan
x12sec2(@)= r 2 . Kemudian dengan
lnensubstitusikan persamaan (9) dan
xI2sec2 (€I)= r 2 ke dalam persamaan (14) maka
diperoleh:
Solusi di atas mempunyai beberapa kasus yang
hergantung pada nilai a dan
0
seperti padapersamaan (13) dan (15) yaitu: a. a < O
Jika
a
< 0 maka r(f) pada persamaan (13)berkurang pada saat t bertambah. Jika
0
> 0Inaka @(1) pada persamaan (15) akan
berkurang, pada saat t semakin hesar, sehingga arali gerak orbit akan hergerak searah jamm
jam lnenuju titik tetap. Jika
p
< 0 maka arahgerak orbit berlawanan dengan arab jarum jam
menuju titik tetap. Dalam ha1 ini titik tetap merupakan titik tetap bersifat spiral srabil.
b. azO
Jika a > 0 maka r(t) pada persamaan (13) akan
bertamhah pada saat t semakin besar. Jika
p
> 0 maka B(t) pada persamaan (15) akan berkurang, pada saat t semakin besar. sehingga arah gerak orbit akan bergerak searah jammjam menjauhi titik tetap. Jika
P <
0 maka arahgerak orbit akan bergerak berlawanan dengan
arah jarum jam menjauhi titik tetap. Titik
tetap tersehut hersifat spiral fakrfabil. c. a=O
Jika a = 0 maka r(f) pada persamaan (13) tidak
berubah sepanjang waktu. Jika
P
< 0 maka €I(!)pada persamaan (15) akan naik, dan jika
p
> 0maka e(t) akan turun. Karena r(t) tetap maka gerak orbit membentuk suatu lingkaran dengan titik tetap sebagai pusat. Titik tetzp tersehut bersifat slabil nefral.
2.5.2 Perilaltu Titik Tetap
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan hahwa kestabilan titik tetap
mempunyai 3 perilaku, yaitu:
I . Stahil jika:
a. Setiap nilai eigen real adalah negatif
(A;< 0 untuk semua I].
h. Setiap komponen real nilai eigen
kompleks adalah takpositif, (Re (A, )
< 0
untuk semua I ] .
2. Takstabil jika:
a. Setiap nilai eigen real adalah positif
(Ai> 0 untuk semua I].
b. Setiap komponen real nilai eigen
kompleks adalah positif, (Re (A, ) > 0
untuk semua I ] .
3. Sadel jika:
Perkalian dua buah nilai eigen real sembarang
adalah negatif (A; A, < 0, untuk i dan j
sembarang). Titik tetap sadel ini bersifat
takstabil.
2.5.3 Bentuk Umum Kestabilan
Bentuk ulnum kestabilan di sekitar titik tetap herdasarkan perilaku orbit di sekitarnya, dibedakan berdasarkan dua tipe nilai eigen, nilai eigen real dan nilai eigen kompleks.
Bentuk umum kestabilan untuk tipe nilai eigen real adalah:
1. Jika setiap orbit mendekati titik tetap, maka
2. Jika setiap orbit bergerak menjauhi titik tetap, maka titik tetap itu disebut titik tetap takstabil. Tipe ini ditunjukkan oleh Gambar
1 .b.
3. Jika ada orbit yang bergerak mendekati dan
ada orbit yang menjauhi titik tetap, maka titik tetap itu disebut titik pelana (sadel). Tipe ini ditunjukkan oleh Gambar 1.c.
Bentuk umum kestabilan untuk tipe nilai eigen kompleks adalah:
1. Jika setiap orbit mendekati titik tetap secara
spiral, maka titik tetap tersebut merupakan titik tetap spiral stabil. Tipe ini ditunjukkan ole11 Gambar 2.a.
2. Jika setiap orbit ~nenjauhi titik tetap secara
spiral, lnaka titik tetap tersebut merupakan
titik tetap spiral takstabil. Tipe ini
ditunjukkan oleh Gambar 2.b.
3. jika orbit-orbit bergerak mengelilingi titik
tetap sehingga membentuk kurva tertutup, maka titik tetap tersebut merupakan titik tetap
[image:30.599.53.516.55.820.2] [image:30.599.353.456.70.370.2]stabil netral. Tipe ini ditunjukkan oleh
Gambar 2.c.
[Hasibuan, K. M. 19891
Teorema Kestabilan
Misalkan x = Ax adalab suatu sistem
persamaan diferensial dengan A matriks real
berukuran 2x2. Misalkan juga persamaan
karakteristik dari matriks A diberikan oleh h 2 + B h + C = 0 , d e n g a n B = t r ( ~ ) dan C = d e t A . Kestabilan sistem persamaan diferensial di atas diperoleh dari:
1. Jika B > 0 dan C > 0, maka titik tetap bersifat
stabil.
2. Jika B < 0 dan C > 0, maka titik tetap bersifat
tak-stabil.
3. Jika C < 0, maka titik tetap bersifat sadel
takstabil.
4. Jika B = 0 dan C > 0, maka titik tetap bersifat
stabil netral.
Bukti : [Indaryani, L. 19991
Gambar 2. Bentuk umum kestabilan titik tetap untuk tipe nilai eigen kompleks (a. Spiral stabil, b. Spiral takstabil, c. Stabil netral).
2.6 Bidang Fase dan Orbit Solusi
Perhatikan sistem persamaan diferensial berikut ini:
Solusi sistem persamaan diferensial (16)
lnelnbentuk suatu kurva berdimensi 3 dengan
koordinat (t,x,y). Karena secara eksplisit t tidak ada
dalam sistem tersebut, maka setiap solusi sistem
(16) untuk to < t < t, membentuk kurva di bidang
(x, y), atau jika t bergerak dari to ke t,, gugus titik-
titik (x(t), y(t)) membentuk suatu kurva di bidang
(x, y). Kurva ini disebut orbit (trayektori) yang merupakan solusi persamaan (16). Sedangkan bidang (x, y) disebut bidang fuse solusi tersebut. Dengan kata lain orbit solusi suatu sistem persamaan diferensial adalah lintasan yang dilakukan oleh solusi di bidang (x, y).
[Hasibuan, K. M. 19891
[image:31.605.321.504.77.224.2]2.7 Garis Isnklin dan Arah Gerak Solusi
Kurva dengan F (xa) = k, k konstanta, disebut
suatu isoklin dari persamaan diferensial(l6). Salah satu cara untuk memperoleh gambaran orbit sistem persamaan diferensial (SPD) (16), terutama untuk persamaan diferensial yang solusi persamaan diferensialnya tidak dapat dicari secara eksplisit, adalah dengan menggunakan metode
isoklin dan arah gerak solusi. Hal ini dapat
dilakukan karena SPD (16) membentuk suatu
medan arah di bidang (x, y), sehingga orbit yang
baik dapat diperoleh dengan cara memplot sejumlah kemiringan orbit pada titik-titik di bidang fase.
Isoklin-isoklin dari persamaan (16) adalah
kurva yang seluruh unsur-unsur garisnya
melnpunyai kemiringan tertentu. Jadi setiap orbit solusi suatu persamaan diferensial yang melalui suatu isoklinnya memiliki kemiringan yang sama.
Misalkan 0 adalah sudut antara arah gerak orbit yang terletak pada garis isoklin terhadap sumbu x. Ada dua isoklin yang paling penting,
yaitu isoklin &/dt = 0 yang berpadanan dengan
B
= ~