• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi pekarangan dalam peningkatan jasa lanskap di kawasan perdesaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi pekarangan dalam peningkatan jasa lanskap di kawasan perdesaan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Lokakarya

Naslonat dan Serninar

Forum

Komunikasi

Perguruan

Tinggi

Pertanian lndonesia

(2)

Lokakarya Nasional dan Seminar

Forum Komunikosi Perguruan Tinggi Pertonion tndonesio (FKPTPI), Bogor, 2-4 September 2013

tsBN

97 8-97 9-97

5Lt-7

-!

aiiilrillf :i;i€:..:-.-,f-:,

PROSIDING

LOKAKARYA NASIONAL

DAN SEMINAR

Forurn Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian lndonesia

B ogor, 2-4 SePtembet

2013

Dipublikasikan Oleh:

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (2013) Alamat:

Fakultas Pertanain, IPB

Jln. Meranti, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Tel. +62 251 8629354; +62 251 8629350 Fax. +62 251 8629352

RFffi

Fakultas Pertanian

lnstitut

Pertanian

Bogor

Diselenggarakan oleh

Forum Komunikasi

(3)

Lokakarya Nasional dan Seminar

Forum Komunikasi Perguruon nnggi Pertonidn lndonesio (FKprpl), Bogor, 24 september 2o73

POTENSI

PEKARANGAN DALAM PEI\INGKATAII JASA

LANSKAP DI KAWASAN

PERDESAAIT

Kaswantor, Muhammad Baihaqi2 dan Akhmad

Arifin

Hailil

Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta. IpB

'Departemen Ilmu

Nutisi

dan Teknologi Petenrakan, Fakultas Peternakan IpB e-mail: anto leonardus@yahoo.com; kaswanto@ipb.ac.id

Abstrak

Keberlanjutan suatu kawasan lanskap pertanian dapat diukur dari jasa

lanskap (landscape services) yang disediakan atau yang dapat diperoleh dari

struktur, fungsi dan perubahan sumber daya alam yang ada

di

dalamnya. Jasa

lanskap atau dikenal

juga

dengan

istilah jasa

lingkungan (environmental senices) dapat disediakan oleh lanskap agrofrestri pada skala mikro, yakni pada

skala pekarangan. Pengelolaan pekarangan sebagai wujud masyarakat renaan

karbon

MRK)

-

low carbon societies (LCS) dapat memberikan jasa lanskap dalam bentuk 1) konservasi keragaman hayati, 2) kandungan karbon tersimpan,

3) pemanfaatan sumber daya air, dan 4) kualitas estetika lingkungan. Dalam penelitian

ini,

keempat bentuk jasa lanskap

ini

telah

diteliti

dan dianalisis pengaruhnya terhadap lingkungan dan rumah tangga.

Hasil

penelitian

ini

menunjukkan bahwa pekarangan memiliki tingkat keragrman hayati (horizontal

dan vertikal) dan kandungan karbon tersimtrarl (carboy stock) yang relatif tinggr walaupun pada skala yang berukuran kecil (<400 m2;. Pemanfaatan air kolam untuk budidaya ikan juga berpengaruh kepada perbaikan kualitas air, karena kegiatan pemberian pakan organik. Kualitas estetika lingkungan juga membaik

karena pemanfaatan

8

(delapan) fungsi tanaman dalam pekarangan. Lanskap

agroforestri skala mikro dalam bentuk pekarangan dapat berkontribusi secara

nyata dalam konsep jasa lanskap untuk pelestarian lingkungan dan pada saat

yang

bersamaan

juga

dalam

peningkatan kesejahteraan

rumah

tangga.

Pelestarian lingkuugan diperoleh dari keempat bentuk jasa lanskap yang telah disebutkan sebelumnya, sementala peningkatan kesejahteraan diperoleh dari

aspek ekonomi dan gizi keluarga. As.pek ekonomi dianalisis dari hasil kalkulasi total pendapatan tambahan (additional income) hasil produksi pekarangan yang

mencapai 12.9% dari total pendapatan keluarga. Total pendapatan tambahan

dari menjual produk temak (telur, susu dan daging) lebih tinggi dibandingkan

dengan menjual prodtrk tanaman (buah,

b*gq

daun, kayu, tano-an obaidan

tanaman hias). Aspek gizi dikalkulasi dari empat tipe grzi tambahan {additional

nutrtfion) yang dapat diperoleh dari produksi pekarangan (produk ternak dan

dan telah

dikaji

untuk

kontribusi pekarangan terhadap

pola konsumsi rumah tangga. Kontribusi keempat

gizi

tersebut adalah kalori (2.I%), protein Q.So/o), vitamin

A

(12.7W dan vitamin

C

e3.tW

dari total komsumsi rumah tangga. Pengelolaan pekarangan secara optimal bisa menjadi

salah satu solusi menuju masyarakat rendah karbon (low carbon society

-

Lcs)

Kata

kunci:

additional income, additional nutrition,lanskap agroforestri, /ow

carbon society (LCS), masyarakat rendah karbon Qvm.K)

442

ToKArlRYA NASIoNAL DAN SEMINAR FKPTP]

,X

,€

.

rl

! t

I

;

I

d

p

'd

f,

?

9

r

7

I

,d

#

(4)

Lokakarya Nasional dan Seminar

Forum Komunikasi Perguruon Tingg! Pertanian lndonesio (FKPTPI), Bogot, 24 September 2073

Pendahuluan

Keberlanjutan suatu kawasan lanskap pertanian dapat. diukur dari jasa lanskap (landscape servi.ces) yang disediakan atau yang dapat diperoleh dari struktur, firngsi dan dinamika sumber daya alam yaf,g ada

di

dalamnya' Jasa

lanskap juga dipenganrhi oleh aspek manajemen yang terbentuk dari budaya

aan

piritA<u

manusia yang mengelolanya. Jasa lanskap atau dikenal juga

dengan istilah jasa lingkungan (environmental services) dapat disediakan oleh

f-"kup

agrofrestri pada skala milro, yakni pada skala pekarangan. Jasa lanskap

y-g

dik.tola

dengan

baik

akan mendorong terwujudnya budlVa masyarakat

yang rendah karbon (N,IRK)

-

low carbon societies (LCS), artinya komunitas yang

ra*an

fingkungan dan kenal akan konsep keberlanjutan sehingga dapat

-""4**g

percepatan produktivitas komoditas pertanian di sekilarnya.

permasalahan dalam konservasi lingkungan dapat diinvestigasi pada skala

makro (macro-scale), skala meso (meso-scale) dan skala mikro (micro-scale). Skala makro difokuskan pada empat daerah aliran sungai (DAS), skala meso

pada zona hulutengah-hilir dari DAS, dan skala milcro pada pekarangan

itu

sendiri. Pekarangan dapat diartikan sebagai lanskap agroforestri skala mikro,

karena di dalam pekarangan dapat dijumpai berbagai jenis tanaman tahunan dan semusim, serta berbagai jenis ternak yang dibudidayakan secara efektif.

Pekarangan dapat diasumsikan sebagai taman rumah, halaman dan ruang

terbuka

di

-sekeliling

rumah.

Pekarangan

didefiniskan

sebagai sistem

agroforestri

yang complels

dan kaya dengan beragam spesies perpaduan

6**

tahunan dan simusim dengan skuktur vertikal multistrata, dan kerap

dikombinasikan

dengan

ternak

(Soemarwoto,

1987;

Christanty,

1990).

Pekarangan juga merupakan kumpulan tanaman, termasuk pohon, semalg perdu

dan tanaman merambat yang ada

di

halaman rumah (Landauer and Brazll,

1990). Beragam jenis produk yang multiguna dapat dihasilkan dari pekarangan

dengan keUutuhan tenaga kerja, biaya dan input lainnya yang relatif rendah (chiistanty, 1990; Soemarwoto and conway,1992; Hochegger, 1998). Lebih laojut,

p"t**gu,

juga

disebutkan berkontribusi secara nyata dalam siklus

k

r-boo - tersimpan

dan pada

saat

yang

bersainaan

juga

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat perdesaan @oshetko

et al.,

2002; Kaswanto and

Nakagoshi, 2012).

Fenetitian

ini

bertujuan untuk menganalisis empat bentuk jasa linglomgan

yang dapat diperoleh dari praktik pekarangan- Analisis jasa lanskap dalam

L*tot il

konservasi keragaman

hayati

(biodiversity conservation), 2"

kandungan karbon lsrsimPan (carbon stock),3) sumber pendapatan tamtahar (additiinal income),dan 4) sumber

nutisi

tambahan (additional nutrition).

Metode Penelitian

Penelitian dilatukan

di

kawasan Jawa bagian barat, tepatnya

di

empa

DAS. Keempat DAS tersebut adalah Cisadane, Ciliwung, Cimandiri dan Cibun (Gambar

t).

Oalam penelitian ini, perspeltif ekologi lanskap digunakan untuJ

menganalisis seluruh-proses lanskap agroforeshi pada skala milffo

ftecil),

yakr
(5)

tokakarya Nasional dan Seminar

Forum Komunikosi Perguruon Tinggi Pertonion tndones:ut (FKpfpl), Bogor, 24 september 2oli

berupa pekarangan

untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yana

berkaitan dengan

1)

konservasi

keanekaragaman

hayati

(bnd*irsift

conservation), 2) kandungan karbon tersimpan (carbon stock),3) pendapatan

tambahan (additional income), dan

4)

nutrisi tambahan (additionat nutrition)

(Gambar

2).

sebanyak

96

(sembilan

puluh

enam)

pekarangan telah

diwawancarai dan diukur langsung untuk melihat

potensi

tanaman, [image:5.597.65.505.157.723.2]

karbon, ekonomi dan

nutisi.

Gambar

1.

Lokasi penelitian di empat daerah aliran sungai (DAs) di kawasan Jawa bagian barat, yakni DAS Cisadane, Ciliwung, Cimandiri dan

Cibuni

a

&

4 g

j

a'

: :

lfl 4 ta

#

A

ff

fi

f

c

,&

#

&

ry,

t_

l-Fr"si

llEh,"il.-l[ffi

Jpendapatan/l J Kondisi I luanaiemen

I

uutris

I

Jxeberlaniutanl

f

rerirar<u

I I I I I I I I

Gambar 2. Pendekatan ekologi lanskap menganalisis empat aspek yakni, 1)

struktur, 2) fungsi, 3) dinamika, dan 4) budaya yang ada di dalam

lanskap agroforestri skala mikro (pekarangan). Pengambilan daa

melalui pengul*ran langsung dan wawancara dengan kuesioner

(6)

Lokakarya Nasional dan Seminar

Forum Komunikosi PerguruanTinggi Pertonion lndonesia (FKPTPI), 8ogor,24 September 2473

Penentuan sampel pekamngan dibagi menjadi empat g^rup, yqlmi

Gl,

G2,

G3 dan G4. Grup Giadalah pekarangan dengan luas <120 rt'dan tidak memiliki lahan pertanian lain (noother agricultural land

(oAL)

-

tanpa

oAL),

G2:<120

#;"il;;;

dan memiliki

blr

.t.ooo

m2,

G3:

r2o-400 a'Pekaransao tanpa OAL-dan

G4

120-400 m2 pekarangan dan

memiliki

OAL

<1.000

m'

(Garnbar

3).

Grup

Gl

dan G2 dikategorikan sebagai pekarangan berukuran kecil, sementara

C]

Oan G4 sebagai pekarangan berukuran sedang. Pemilihan sampel dilakukan dengan 1) pemilihan desa secara acak,2) mengevaluasi ada

tidaknya praktek intensifikasi dalam pekarangan,

dan

3)

mendefinisikan kerangka sampel (sample

frame)

rumah

tangga

yang

mempunyai hak

rcpeJiruan pitur*gurt

dan jenis penggunaan lahan yang dominan, seperti

proO"t

ti

pertanian dingan hortikultura dan tanaman

lain

kombinasi dengan peternakan. Sebelum pengumpulan data pekarangan, kerangka sampel terlebih

dahulu dibuat.

Kerangka sampel adalah

j"mluh

rumah tangga

disetiap

dusunlkampung yang sisuai dengan

lriteria

prosedur empat grup yang telah disebutkari- di

-atas.

Metode sampling seperti

ini

dapat dikatakan sebagai

purp o siv e random s amP ling,

Gambar

3.

Skematik penentuan sampel pekarangan GL, G2, G3, dan G4. Grup

Glaan-cstidakmemilikiotheragirculturalland(oAL),

sementara G2 dan G4 memiliki OAL narrun luasannya turang dari

1,000 m2

potensiKonservasi*"",":;;::::il:"];#diversitvconsemation)

Tingginya keragaman tanaman di dalam pekarangan terkait dengan jumlah

dan jeniJ-tanaman

ii*

1r*r*entals)

yang sangat beragamt Tana:nan dalam pekarangan didominasi oleh tanaman htas (47.2Yo) dan sebagian besar tanaman

^ai"gg*Vi

kurang dari

I

m (5l.2yo). Walaupun demikian, tanaman dengan tinggi

lebih dari

2

m

mencapai 20%o, artinya kapasitas ruang dalam pekarangan

memungkinkan tanaman untuk tumbuh vertikal secara optimal (Gambar 4)' Indeks

Lrugurr,*

spesies ditunjulkan oleh 214 tanaman dan 11 ternak yang

ditemukan

aAu-

96 sampel pekarangan. Setagian besar struktur pekarangan

G1

m

<*lo'If

ll0-mo r#

(7)

Lokakarya Nasional dan Seminar

Forum Komunikosi Petguruan Tinggi peftonion lndonesio (FKprpl), gogor, 24 september 2013

yang menjadi sampel ditemukan menyerupai kondisi hutan, di mana keraga.man

vertikal dan horizontal relatif tinggi.

trOmametals ltrFruits

EVegetables

tsIndustial sMediciae aSpices EMiscellineqrs rS0archy

(]I:0-l m

EIII: 1-2m EIIII:2-5 m

NIv:5-10m

rV:> 10m

(A) Ifutegori Tanaman (B) Stata Tanaman

p

F

fa

fr

d

?

7

{

c

t

,@

[image:7.597.91.511.47.719.2]

d ry,

Gambar

4.

Komposisi tanama:l dalam pekarangan diklasifikasikan menjadi g

kategori dan 5 strata. Tanarnan daram pekarangan didominas-i oleh

tanaman hias (ornamentals) (47.2%) dan dalam strata

I

(0-r

m)

(st.2Yo)

Keraganran tanaman

di

dalam pekarangan dikatakan tinggr berdasarkan

g_9$itungan dari empat indeks keragaman, yakni Indeks uarEater, Shannon-Wieaer, Simpson den Sorenson (Kaswanto and

NakagosAilOtZy.

Kondisi

ekologi dari

keragaman

horizontal

dan vertical

memperlihatkan bahwa

pekarangan

sangat berkontribusi

dalam

mempertahankan keberlanjutan lingkungan (Kaswanto and Nakagoshi,

20il).

Hylander dan Nemomissa (jooey

j"g-u

menyimpulkan

.bahwa komposisi spesies

daxi

sebuah p"tarunga"

kadangkala menyerup ai area hutan tanaman.

Keragaman

dipengaruhi oreh perhatian masyarakat pada area

pekarangannya sendiri. Penyediaan pekarangan bagi keluargi

y^gtiturangan

lahan atau area budidaya

(Gl

dan GZ) dapatmerolorg keluarga tersebut

""tot

memperoleh

brhan

makanan

dan

bahan bakar

(fuel

wori"1 dari

area di

sekelilingnya Pada

alfiimya

pekarangan senantiasa mempertahankan

keragaman

dan pada saat

yang

bersamaan

juga

melestarikan

hutan

di sekelilingnya (Mitchell and Hanstad zoo4). situasi

ini

membuat keragaman tanaman dalam pekarangan dapat tenrs meningkat secaxa tidak langsung

k-*"

kebutuhan masyarakat 4i ssftslilingnya.

Potensi Kandungan Karbon Tersimpan (Corbon Stock)

Karbon lsrsimFan dalam pekarangan berkisar 3.49

-

10.g4 tonlha di dalam

pekarangan berukuran

kecil

(Gl

dan

G2),

sementara

untuk

pekarangan beruknran sedang (G3 dan G4) berkisar 6.54 - 22.23 tontha(Garnbar 5). sec-ara

totzl, rata-rata karbon tersimpan dalam pekarangan mencapai 9.90 tonlha. Hasil perhitungan beberapa penelitian juga menunjutron bahwa karbon tersimpan

l{y

pekarangan dapat mencapai2}% dari karbon tersimpan total hutan alami (Nifiez, 1987; Albrecht and Kandji, 2003; Roshetko et al.,)oo7). Hal ini berarti
(8)

Lokakarya Nasional dan Seminar

Forum Komunikosi Pergurwn Tinggi Pertanion lndonesio (FKPTPI), Bogor, 24 September 2073

bahwa kepadatan dan pertumbuhan ta&rman

di

dalam pekarangan memiliki [image:8.600.124.477.114.332.2]

kemampuan untukmenyerupai (mimic) kondisi hutan alami.

Gambar

5.

Jumlah karbon tersimpan

di

dalam pekarangan (dari tanaman dan

tanah) berdasarkan Hasifikasi grup. Terlihat bahwa pekarangan

skala kecil juga memiliki kemampuan untuk menyimpan karbon

dalam jumlah yang relatif besar

Dalam konteks karbon tersimpan, terdapat korelasi nyata antar grup,

walaupun demikian tidak terdapat korelasi antar grup yang memiliki

OAL

dan

tidak memiliki OAL. Namun, kepemilikan OAL mempengaruhi jumlah karbon

tersimpan dalam pekarangan,

hal

ini

karena pekarangan tanpa

OAL

lebih memperhatikan tanaman yang secara ekonomis lebih menguntungkan namun

memiliki kandungan karbon yaag rendah. Walaupun demikian, dapat dikatakan bahwa pekarangan yang beruluran kecil dan sedang (<400 m2) terryata juga memiliki pote,nsi lrandungan karbon tersimpan yang sangat tinggt. Keragaman yang tinggi dapat me,rnpertahankan fluktuasi karbon dalam lingkungan (tlenry et a1.,2009), dengan demikian pekarangan dapat meqjadi salah satu penjaga kestabilan jumlah CO2 di atmosfir, tenrtama pada lanskap perdesaan.

Potensi Sumber Pendapatan Tambahan (Additional fncome)

Potensi pendapatan tambahan (additional income) produksi pekarangan

diperoleh

dari

hasil penjualan produk tanaman dan ternak. Terlihat bahwa

rumah

tangga yang

tidak

memiliki

OAL

(Gl

dan

G3)

cenderung untuk memperoleh pendapatan tambahan yang lebih tinggr dibandingkan G2 dan G4

yang memiliki OAL (Tabel 1). Rata-rata tertinggi pendapatan tambahan

dimiliki

oleh G3

yang

mempunyai area pekarangan

lebih

besar

dari

Gl.

Total pendapatan tahunan

dari

penjualan produk ternak (daging, susu,

telur

dan

LomraRve NnsroNAL DAN SEMu.rnn FKPTPI 447

6

ED

=

xo

o

tt c

o

tl 6

(,

G

o

F

(9)

Lokakarya Nasional dan Seminar

Forum Komunikasi perguruon finggi pertonion rndonesto (FKprpl), Bogor, 24

september 207i

groduk lainnya) lebih

tinggi

dibandingkan peqiualan produk tanaman (bueh bunga, daun, umbi,

Fy_o dan

produklrin"i"l.

produi

temak;".ilfl"'"*ili

ekonomis yang lebih b-"+

dT

pida produk tanamao, namun juga membutuhkan

mgdal

awal

yang

tift!

^s!itit.

rotat

pendapatan tambahal

hasil

prodffi

L!-ury*

mencapai r2.g% dari total iendaiatan seruruh anggota

riar*e".

Hat

ini

b"ryti

dengan pengelolaan pekarangan secara

intensiiLp"

o,d;i

potensi sumber pendapatan yang lebi besar.

Tabel

1.

Pendapatan tambahan (additionat incomes) yang diperoleh dari penjualan

produk pekarangan dari tanaman dan ternak

H

E .E ,,€ $

j

Sumber Gl

G1&c3

Cr2&G4

Semua Grrp Income (IDR/year) *om a pet*rangan

Wffi

Iffi*

:':r''::.

:,::I,:'"?',:11,r^:l

:,9:o^,1r:* l'7!0,111. 1,367,2ssb1,538,e64 ab

I:rr

i'T:':??

'^,?:2,'^1:" :r.92.22:"1,222;p.2i-

t,sso,oosi,"r;;,;1;:;"1;;:,;;;l

rsr*r,

5,462,215

2

4,1M,942^ 6,87 3,338, A 300,+ZZ, e,zqo,elsi

i,ost'iii;,;;;:;;;

::

t3

n

#

p

d

7

w

f

I

t

i

b

#

sd W

:

Dendaoatan -,'. l,aL-o J,vvJ,zzJ \b

Income productivity (IDR/yearlm) fuom a pekuangan production Tanaman tt,eee.26,

19,196.28" t,seo.tio s1s_92+ giogg.ti"--iioz.+to 7,8s1.864b

Temak

40,s22'04- 27,8s7-66, fi,zta.tior5,:!1.40t zq,oss.ii"

iljs+.sir, zi,osi.iT*

ffi"rr*52,52r.30.

38,363.941 25,r77.o6bzoi,sst.e4 s:,rs+.st"

icira.gzr

28,go7-784b Note: Yalues in the same row and sub table not sharing thre same zubscript are significantty

lfrffiJl

*

0.05 in the two-sided test of equality for column

ie*r.

rirtr

assume equat

tlsts are adjusted

for all pair wise comparisons within a row of each innermost sub table using the Bonferroni correction.

Dalam konteks produktivitas,

Gl

dan G2 berbeda nyata dengan

G3 dan

G4,

yang artinya pekarangan berukuran_kecil lebih

prof"ttir

alu-aiogt*

pekarangan berukuran sedang.

Hal

ini

dikarenakan

p;g"l"i"*

pekarangan berukuran

kecil

lebih

ytenlil

dibandingkan

p"kr*r;;Grkd"

,"auig.

Pekarangan

kccil

(Gl- dan

G2)

cenderung mengembaigkan area terbukanya

9"rgT

membudidayakan lebih banyak

tanan,n

pangan dan berupaya teuin banyak memelihar hewan ternak/ikan.

recenderungiH

io*"

dikarenalan

mereka tidak memiliki lahan lain yang bisa mereka-kelota,"seiingga

mereka

lebih berfokus padapekarangan

-.Ltu

sendiri. crop

tunpa-bar

(Gl

dan G3) cenderung untuk

melili$

sumber pedapatan

a*i

p"ir-ogrnyang

lebih

tugg,

dari Grup

oAL

(G2

dan

G4),

Il*.*

respondin

tanpi

o'ar

akan selalu

menco-ba untuk mengembangkan dan meningkatkan

p.oir*tirrit".

pekarangan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Mitchell e1

9t

(]oo+)juga menyebutkan barrwa pekarangan

berkontribusi

secara nyata dalam banyak cara dan secara signifikan meiingkatkan

status

Iinansial keluarga.

L*ih

lanjut

dikatakan batiwa

petaraffi;drk

ii;

berperan secara ekologi saja, namun juga fungsi sosial'dan

b;Et"

(Arifin

a

ar.,

2001). Pekarangan berukuran

kecii

f,arus

aipea*angran-'sebagai

sebuah

model untuk keberlar$utan sistem agroforestri skala

mirio,

mengrutegrasikan [image:9.600.78.494.118.750.2]
(10)

Lokakarya Nasional dan Seminar

Forum Konwikosi p"rgurrrn'rini)u'

in*rn

rndonesio

(FKprpt), Bogot, 24 september 2o7j

benefit ekonomi

dan

ekologi yang

mampu

tr"."*f"a

untuk

masa

dJpan.

yang

lebih Ait

rf-"t

t*

oleh Schultink (2000)'

meningkatkan kesejahteraan

baik,

sePerti

Yang

Pemah

Potensi Sumber Nutrisi Tambahan (Adititional Nutrifion)

potensi nutrisi tambahan

.lulq

qekaransan

!:::y,

l*Y.#"11n*

*#T:il'ffi::ffi

;t";;;**i;1ry.:::T::J:.*tiT'ffi

A1?H

temak yang olKerora u'uB4u uo,^' r

**

.;r"

,rgtu

kecukupa

giri

(AK-G)

j"it

"""iti

yang

secara-"y"?

I:*1.:1.i

laroh rtikaii

,ntuk

mengetahui

ffi,fHJflil;'J

tffii

;;:

-rq:-:*['*3;"H#*?#X

ffiifl"3.,'ffi"**#Eiil'

;Ini"i;*

r"il,ilTy:',

^Y-.

Hr::,,:T;;;

f#ffi tTtr;:i:;;;;ii;;';-i^*:::':"!K'::;!i{;i,t!;;l^*

B"?:ffi",Z":ffi

;;;;;f',*rlii;qg"ii,*y:::*:'FT,1i';m

';#;'(rT:;;,";*y';;"(;1"/"1,

ffi,;

o'"iw

dan vitamin

c

Q,,w

da,,

total komsumsi (Tabel 2)'

Tabel2.Nulrisitambahan(additionalnutrition)yangdiperolehdadproduksi

pekarangan.

Prot€in VitasinA VitamittC

Kalori

To

To

GruP kcal

total RDA

To

To

total

RDA

To

To

ru

total

RDA

To

To

mg

Total RDA

Gl

60.1

G2

9s.6

G3

201.8 0.93 1.50 2.8',1 3-22 1.05 t.45 2.32 3.06 1.13 1.20 3.74 3.75 1.27 1.41 3.02 3.58 67.9 78.2 105.7 114.2 8.71 8.68 17.11 16.t2 9.79 10.19 13.77 15.36 22.7 35.7 46.4 45.6 18.95 15.94 25.56 31.82 21.32 18.71 20.58 10.32 gram 2.1 2.5 6.1 8-2

G4

220.1

'46

2'32

91'5 Average

l'14.5 2-13

I

'

12.65 12.28 37 -6 23.0',1 22.7: cons*mPtion

Beberapa studi

juga

menemukan bahwa pekarangal secar'a signifikat meningkatkan

too..,-'I

rumah tangga

qNffiti

1985t Soemarwoto'

1987

Marsh, lgg8;

MitcUifaniE'nstad'

2004- Abdoellah et

al''

2006; Wiersum 2006; Kaswant"

*d

fi

#;;nhi

-

iiZ1,.

1^t

rrut me"ingkatkan kuatitas nutris dari tanaman karena proses dekomposrsr dalam pekarangan @ast and Dawes

2009). Dengan

demitiaq

pekarangan

t-not

baik untuk

direkomendasika sebagai salatr satu

;;GLt*

rieogut

rimut"rrttisi

dan defisiensi nutrir

;il;;kil*"va

bagi misyarakat di area marjinal' KesimPulan

Sebagaikesimpulandapatdikatakanbahwapekarangan;ebasaisalahsa bentuk lanskap

"gr"il;;;'d;rt

U"**triU*i

sicara nyuta

dalam konsep

ja

linglrungan

l"nurron*"ntol

si*ces)

untuk melestarikan linglarngan dan pat

saat yang

u"rr**#ffi;*t"gk;"kan

kesejahteraan rumah tangga' Poter

;x#Hiffi-ffi

ffi

ffi

Jffi

"*:*x;:;"4:fi

#ir#

potensipekaranganlf

ilr?lf

n"iOuri-a*i-f lkonservasikeanekaragamanhay
(11)

Lokakarya Nasional dan Seminar

Forum Komunikosi Peryuruoa Tinggi pertonion lndonesio (FKprpt), Bogor, 24 september 2o7J

(biodiversity conservation)

yang

sangat beragam,

Z)

karbon tersimFan (carbon

stock)

yang tinggi

mencapai

9.9

tonlha,

3)

sumb;;

pendapatan tambahan yang berkisar 12.9o/o dari total pendapatan, dan 4)

,o*t"i

nutrisi tambahan yang

relatif

tinggr, terutama pada vitamin

A

(12.7%)

d;

vitamin C Q3.L%) dari total konsumsi.

Potensi pekarangan yang beragam

ini

ikut

andil dalam sistem

pertanian-bioindustri berkelanjutan dalam menghasilkan beragam pangan

aari

sumbe.

daya hayati dalam lanskap pertanian. Keberlanjutan sistem:pertanian oapai didekati pada skala

miko

melalui pola lanskap agroforestri pekarangan.

oi"t

karena

itu,

pengelotaan pekarangan

bagi

masyarakat perdesaan

pJrtu

teuin

diberdayakan

untuk

menghasilkan

pangan sehat

dan benrilai

tambatl Masyarakat harus mempertimbangkan

p!!ek

agroforestri pekarangan yang rysua! daripada hanya mengandalkan budidaya lahan pertanian. Masyarakai

juga

bisa berharap banyak dengan merevitalisasi penggunaan spesies lokal

secara beragam demi meningkatkan nilai ekologis, ekonomi, sosiafda, budaya

(ada|.

Ucapan Terima

lGsih

ucapan

terimakasih

dituj,kan

kepada kepada

Direktorat

Jenderal

Pendidikan Tinggr Republik Indonesia melalui program Bantuan operasional Perguruan Tinggr

Negeri

(Boprlg

2013

yarg

berjudul

Desair

Lanskap

Agroforesti Menuju Masyarakat Rendah Karbon sehingga penelitian

ini

dapat

terlaksana denganbaik

Daftar Pustaka

Abdoellah

o,

Hadikusumah

H,

Takeuchi

I!

okubo

s,

parikesit.

2006. commercialization

of

homegardens

in

an Indonesian village: vegetation semposition

and

functional changes.

In:

Kumar

B,

Nair p,

iditors. Tropical Homegardens: Springer Netherlands. p 233-250.

Albrecht A,, Kandji

sr.

2003. carbon sequestration

in

tropical agroforestry

systems. Agriculfure, Ecosystems

&

Environment 99:13.

fuifin

HS, sakamoto

Il

rakzuchi

T.

zool. study of

nrat

landscape sbucture based on its different bio-climatic conditions

in

middle part

of

citarum watershed, craqiur

Distic!'west

Jav4 Indonesia. tn:

JsFs-octtg

core

unilersity

Program

in

Apptied Biosciences. Tokyo: The

univemru

of

Tokyo, Japan- p 99-108.

christanty

L.

1990. Home Gardens in Tropical

Asi4

with special Reference to

Indonesia. In: Landauer K, Brazil M, editors. Tropical Home Gardens: The

United National University, Toklro, Japan.

p

9-20.

Domel Ba:rter

s,

smith

AF,

Guinn

cH,

Thompson

wo,

Litaker MS, Baglio

ML,

shaffer lrlrvl,

Frye

FHA.

2003. tnterview format influences -the

accuracy of children's dietary recalls validated with observations. Nutuition

Research 23

:l

537

-l

546.

450

toxxnnva Nnstorar orul Seuruan FKpTpl

iil

g

g € $ €

:1

l

j

: l j

3:^

fll

?'

fll

5i^ ,t ?1

f."

7

(i,

,d d

(12)

Lokakarya Nasional dan Seminar

Forum Komunikasi Perguruon Tinggi Pertonion lndonesio (FKPTPI), Bogor, 2-4 September 201i

East AJ, Dawes LA.2009. Homegardening as a panacea:

A

case study of South

'

Tarawa. Asia Pacific Viewpoint 50:15p.

Hebert JR, Ockene IS, Hurley TG, Luippold R, Well AD, HarmatzMG. 1997.

Development and testing of a seven-day dietary recall. Joumal of Clinical

Epidemiolo gy 50:925 -937 .

Henry M, Tittonell P, Manlay RI, Bernoux M, Albrecht A, Vanlauwe B. 2009.

Biodiversity, carbon stocks and sequestration potential

in

aboveground

biomass

in

smallholder farming systems

of

western Kenya. Agriculture,

Ecosystems

&

Environment 129:15P.

Hochegger

K.

1998. Farming like the Forest-Traditional Home Garden System

in Sri Lanka. Weikersheim, Germany: Margraf

Hylander K, Nemomissa S. 2009. Complementary Roles of Home Gardens and

Exotic Tree Plantations as Altemative Habitats for Plants of the Ethiopian Montane Rainforest. Conservation Biology 23 :

l0p.

Jonnalagadda SS,

Mitchell

DC, Smiciklas-Wright

H,

Meaker

KB,

Heel NV, Karmally W, Ershow AG, Kris-Etherton PM. 2000. Accuracy

of

Energy

Intake

Data

Estimated

by

a

Multiplepass, 24-hour

Dietary

Recall

Technique. Journal of the American Dietetic Association 100:303-311.

Kaswanto, Nakagoshi

N.

2011. Landscape Ecology based Approach for

Assessing Pekarangan Condition to Preserve Protected Areas in West Java.

In: Proceeding of the 8th Intemational Association for Landscape Ecology (IALE) World Congress CD-ROM. IALE Organizing Committee. Beding,

China.

Kaswanto, Nakagoshi

N.

2012. Revitalizing Pekarangan Home Gardens, a

Small

Agroforestry Landscape

for

Low

Carbon Society.

HIKOBIA

16:16l-171.

Landauer

K,

Brazil

M.

1990. Tropical Home Gardens.

In:

United Nation University Press. Tokyo, Japan. p 255.

Marsh R. 1998. Building on Traditional Gardening to Improve Household Food Security. In: Food, Nutrition and Agriculture No. 22.Food and Agriculture Organization.

Mitchell

R,

Hanstad

T.

2004.

Small

homegarden

plots and

sustainable

livelihoods

for

the poor.

In:

FAO

LSP Working Paper 11: Access to Natural Resources Sub-Programme. Rural Development Institue (RDI), USA. p 44.

Niflez

V.

1985.

Introduction: Household gardens

and

small-scale food production. In: Niflez V, editor. Food and Nutrition Bulletin: International

Potato Centre (CIP).

Niflez

V.

1987. Household gardens: Theoretical and

policy

considerations.

Agricultural Systems 23:167 -186.

Roshetko J, Lasco R, Angeles

M.

2007. Smallholder agroforestry systems for

carbon storage. Mitigation and Adaptation Strategies

for

Global Change

12:219-242.

(13)

Lokakarya Nasional dan Seminar

Forum Komunikosi Perguruon Tinggi Pertonian lndonesio {FKPTpl), Bogor,2-4 September 2073

Roshetko JM, Delaney M, Hairiah K, Purnomosidhi P. 2002. carbon stocls in

"

Indonesian homegarden systems: can smallholder systems be targeted foi

increased carbon storage? American Journal

of

Altemative Agriculture

I 7:138-148.

Schultink G. 2000. Critical environmental indicators: performance indices and

assessment models for sustainable rural development planning. Ecological

Modelling 130:47-58.

soemarwoto

o.

1987. Homegardens:

A

traditional agroforestry system with promising future.

In:

Steppler

HA, Nair

PK&

editors.

A

Decade

of

Development. Nairobi: ICRAF.

p

157-170.

Soemarwoto

o,

conway

GR.

1992. The Javanese homegarden. Journal for

Farming Systems Research-Extension 2 : 95- 1 I 8.

wiersum

K.

2006. Diversity

and

change

in

homegarden cultivation in Indonesia.

In:

Kumar

B,

Nair

P,

editors.

Tropical

Homegardens.

Dordrecht Springer. p

13-24-452

LomrnnyA NestoNar oax SeutNAR FKPTPI

q

il

T

HE -E

,4

;i

I

:]

-t It it

Z:,

4:^

7t

7,

r.:,

4:^:^

3i

'ltr

-7"

::

irr, i Ii. :

iir

llr,

;:i'

iil ii' ii.

I'

jl:

Gambar

Gambar 1. Lokasi penelitian di empat daerah aliran sungai (DAs) di kawasan
Gambar 4. Komposisi tanama:l dalam pekarangan diklasifikasikan menjadi gkategori
Gambar 5. Jumlah karbon tersimpan di dalam pekarangan (dari tanaman dantanah) berdasarkan Hasifikasi grup
Tabel 1. Pendapatan tambahan (additionat incomes) yang diperoleh dari penjualanproduk pekarangan dari

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Umum Mawar Banjarbaru di unit rekam medis melaui wawancara sejak berdrinya Rumah

Casa Bella Indonesia (PT. CBI) yang menyebabkan Mario Leo berkedudukan sebagai termohon PKPU. Oleh karena itu, rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1)

hasil perbanyakan pada berbagai media memberikan perbedaan nyata dengan T0 (Kontrol) dalam hal tinggi tanaman, jumlah cabang, bunga, buah dan bobot buah berarti

Diagram tersebut diatas menunjukan paling banyak jumlah daun bahwa penggunaan ekstrak kombinasi dari keduanya (alang- alang dan kirinyuh) pada P3 pada pengamatan

Dari hasil analisis Tabel 1 dapat diketahui bahwa secara bersama-sama luas lahan, persepsi petani terhadap ketersediaan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata

Kecuali untuk pupuk kimia lain, koefisien determinasi (adjusted R 2 ) untuk urea dan TSP adalah cukup tinggi yaitu masing-masing 88,18 persen dan 86,88 persen. U ntuk

T pada anak-anak di desa Boyongpante Dua 1,53 termasuk kategori rendah dan nilai rerata kadar fluor air sumur di desa Boyongpante Dua 3,54 ppm,dari hasil

Populasi dapat didefinisikan pada mereka yang hidup pada area geografis yang spesifik (contoh : tetangga, komunitas, kota atau negara) atau mereka kelompok