• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate PT Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate PT Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation Kalimantan Selatan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN GULMA KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.)

DI ANGSANA ESTATE PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI,

MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN

WINDA NUFVITARINI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate PT. Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Winda Nufvitarini

(3)

ABSTRAK

WINDA NUFVITARINI. Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di Angsana Estate PT. Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN dan AHMAD JUNAEDI.

Kegiatan magang bertujuan untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja serta meningkatkan pengetahuan secara teknis di lapangan dan manajemen yang berkaitan dengan pengendalian gulma kelapa sawit. Magang dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan Juni 2011. Metode yang digunakan secara langsung dan tidak langsung. Metode secara langsung dengan mengikuti tahapan kegiatan di lapangan sebagai karyawan harian lepas, pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Metode tidak langsung dengan melakukan studi pustaka berupa literatur dan laporan kebun. Hasil analisis vegetasi jenis gulma berdaun lebar banyak mendominasi areal perkebunan. Perbandingan nilai koefisien komunitas gulma tiap tahun tanam yang ada di Angsana Estate adalah tidak homogen, nilai C < 75%. Pengendalian gulma di Angsana Estate (ASE) dilakukan di dua tempat yaitu di gawangan dan piringan. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian secara manual dilakukan pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan apabila cuaca hujan. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan herbisda sistemik. Penggunaan herbisida dilakukan sesuai dengan pedoman prinsip dan kriteria kebun yang berkelanjutan. Pengendalian gulma secara kimia di ASE, dilakukan secara terorganisasi dan dinamakan dengan Block Spraying System

(BSS). Tidak semua gulma di ASE dikendalikan, beberapa jenis gulma dipelihara untuk tujuan tertentu (beneficial plant) seperti menjaga kelembaban tanah, meningkatkan bahan organik dan nutrisi dalam tanah serta dapat menjadi inang untuk musuh alami atau predator dari hama penyakit. Beneficial plant tersebut antara lain Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan

Turnera subulata.

(4)

ABSTRACT

WINDA NUFVITARINI. Weed Management of Oil Palm (Elaeis guineensis

Jacq.) at Angsana Estate PT. Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation, South Kalimantan. Supervised by SOFYAN ZAMAN and AHMAD JUNAEDI.

The objective of this apprentice was to improve student’s competance on technical and managerial skill. The apprentice was conducted at Angsana Estate PT Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation,South Kalimantan from February to June 2011. The method used was direct and indirect. Directly method was performed the steps as field worker, foreman and division assistant. Indirect method to collect and plantation reports. There were two methods on weed control according to weed problem at site, first inter-row and second circle weeding. The vegetation analysis result showed that broadleaves weed species dominance at field. Coefficient weed comunity less than 75% so variable of weed community were not homogen. Weed control in Angsana Estate consisted of manual and chemical control. Manual control performed on young (immature) and productive if rainy weather. Chemical control using systemic herbicides. The use of herbicides was done in accordance with principles and criteria for sustainable palm oil. Chemical weed control in Angsana Estate (ASE) was organized called the Block Spraying System (BSS). Not all weeds were eradicated, some weed species have been maintain for a specific purpose (beneficial plant) as maintain soil moisture, increase organic matter and nutrients in the soil and can be a host for predators of pest and diseases. Example of beneficial plants are Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan Turnera subulata.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGELOLAAN GULMA KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.)

DI ANGSANA ESTATE PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI,

MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN

WINDA NUFVITARINI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate PT Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation Kalimantan Selatan

Nama : Winda Nufvitarini

NIM : A24070086

Disetujui oleh

Ir Sofyan Zaman, MP Pembimbing I

Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen

(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta kekuatanNya, penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai syarat kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih selama magang ialah pengelolaan gulma perkebunan dengan judul Pengelolaan Gulma Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.), di ASE PT. Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation, Kalimantan Selatan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Sofyan Zaman, MP dan Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi, selaku pembimbing skripsi, Bapak Prof Dr Ir Muhammad Ahmad Chozin, MAgr selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Iwan Darmawan selaku Estate Manager Bersama Bina Sejahtera, Bapak Puji Sasmita selaku Estate Manajer Angsana Estate, Bapak Jaka Istiarta selaku senior asisten, Bapak Ahmad Isa Almasih selaku Asisten Divisi I, dan keluarga besar Angsana Estate. Teman-teman seperjuangan magang, teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 44 dan semua pihak yang telah membantu dalam memberikan motivasi dan inspirasi selama menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi dan manfaat bagi pembaca.

.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Magang 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Kelapa Sawit 2

Pengendalian Gulma 3

METODE 3

Metode Pelaksanaan 3

Pengamatan dan Pengumpulan Data 4

Analisis Data dan Informasi 4

KEADAAN UMUM 4

Letak Geografis 4

Keadaan Iklim dan Tanah 5

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 6

Keadaan Tanaman dan Produksi 6

Struktur Organisasi dan Ketanakerjaan 6

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan 7

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 8

Aspek Teknis 8

Aspek Manajemen 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Kondisi dan Jenis Gulma 23

Organisasi Pengendalian Gulma 24

Teknik Pengendalian Gulma di ASE 26

Tanaman Berguna (Beneficial Plant) 31

SIMPULAN DAN SARAN 31

(10)

LAMPIRAN 34

(11)

DAFTAR TABEL

1 Keadaan tenaga kerja di ASE 7

2 Jenis dan dosis pupuk yang digunakan di Blok E10 Divisi III ASE 9

3 Mutu tandan buah segar 15

4 Standar prestasi kerja pengendalian gulma 20

5 Nilai NJD gulma yang ada di ASE 24

6 Nilai koefisien komunitas (C) gulma di ASE 24

7 Jenis herbisida yang digunakan di ASE 29

8 Jenis herbisida yang digunakan di ASE 30

DAFTAR GAMBAR

1 Penaburan pupuk 10

2 Aplikasi janjang kosong mulching dan focalfeeding 11

3 Struktur organisasi pengendalian gulma di ASE 26

4 Garuk piringan kelapa sawit TBM 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Curah hujan di ASE tahun 2001-2010 35

2 Peta areal statement ASE tahun 2010 36

3 Struktur organisasi ASE 37

4 Jurnal harian magang sebagai BHL 38

5 Gambar sistem penghancakan penyemprot 40

6 Jurnal harian magang sebagai pendamping mandor 41

7 Jurnal harian sebagai pendamping asisten 43

8 Peta pemeliharan piringan secara kimia 45

9 Peta pemeliharaan gawangan secara kimia 46

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor agribisnis kelapa sawit memberikan dampak positif dalam pembangunan nasional. Sunarko (2009) menyebutkan manfaat pengembangan agribisnis kelapa sawit antara lain peningkatan pendapatan petani, menyediakan bahan baku untuk industri hilir lainnya, peningkatan kesempatan kerja dan mendukung upaya pengembangan wilayah. Dalam proses pengembangannya luasan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia juga mengalami peningkatan pada tahun 2009 luasan areal seluas 7.8 juta ha menjadi 8.3 juta ha pada tahun 2010. Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 2011 seluas 8.9 juta ha meningkat pada tahun 2012 seluas 9.1 juta ha. Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit tahun 2009 sebesar 3 487 kg ha-1, data ini mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar 3 595 kg ha-1. Tahun 2011 produktivitas kelapa sawit sebesar 3 526 kg/ha mengalami peningkatan tahun 2012 menjadi 3 571 kg/ha (Direktorat Jenderal Perkebunan 2013). Peningkatan produktivitas kelapa sawit ini harus dipertahankan dengan cara melakukan pemeliharaan terhadap kebun kelapa sawit, salah satunya yaitu dengan adanya pengelolaan gulma yang tepat.

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh ditempat yang tidak dikehendaki oleh manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum diketahui (Tjitrosoedirdjo

et al. 1984). Hadirnya gulma diperkebunan dapat menurunkan produksi karena gulma melakukan kompetisi dengan tanaman budidaya dalam memperebutkan air tanah, cahaya matahari, unsur hara, udara dan ruang tumbuh. Hal ini mengakibatkan tanaman budidaya terganggu pertumbuhannya, sehingga dapat menurunkan hasil produksi. Selain itu gulma juga dapat menurunkan mutu hasil tanaman akibat dari kontaminasi dengan bagian-bagian gulma. Gulma juga dapat menjadi inang bagi hama dan patogen yang menyerang tanaman, mengganggu tata guna air, mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan biaya usaha tani. Keberadaan gulma yang banyak menimbulkan dampak negatif pada usaha perkebunan untuk itu memerlukan adanya pengelolaan gulma yang teratur dan terencana.

(14)

2

Tujuan Magang

Tujuan magang antara lain untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja di perkebunan kelapa sawit Angsana Estate baik secara teknis dan manajerial, mempelajari teknis dan meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan mempelajari dan mengetahui manajemen pengelolaan gulma di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Lubis (1992) menjelaskan kata Elaeis berasal dari Elaion yang berarti minyak dalam bahasa Yunani. Huineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), dan Jacq berasal dari nama Botanist Amerika yaitu Jacquin. Taksonomi

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit merupakan tanaman introduksi yang berasal dari Afrika. Batangnya berbentuk bulat panjang dan tidak bercabang dan terus bertambah tinggi selama tanaman hidup. Batang berbentuk silindris tetapi pada pangkalnya membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang memanjangkan batang. Kecepatan pertumbuhan batang rata-rata 35 - 75 cm pertahun. Hal ini dipengaruhi oleh sifat genetik tanaman, keadaan iklim, pemeliharaan, kerapatan tanaman, umur dan sebagainya.

Sistem perakaran dari kelapa sawit yaitu sistem perakaran serabut, yang mana tumbuhnya akar ini dari bonggol atau pangkal batang dekat permukaan tanah. Sistem perakaran serabut ini terdiri atas akar primer, akar sekunder, akar tertier dan akar kuarterner. Akar tertier dan akar kuarterner adalah akar yang aktif mengambil hara dan air dari dalam tanah. Secara umum, sistem perakaran yang sawit memiliki susunan spiral 1/8. Daun ke 1, ke 9, ke 17 dan seterusnya terletak dalam satu garis kedudukan.

(15)

3 sawit terdiri atas pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), mesocarp dan

endocarp (cangkang) yang membungkus 1 - 4 inti/kernel.

Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia karena merugikan secara langsung maupun tidak langsung, ataupun karena belum diketahui kerugian atau kegunaannya (Tjitrosoedirdjo et al. 1984). Pahan (2008) menyebutkan bahwa kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat menimbulkan kerugian, karena terjadi persaingan dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama, menggangu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliaharaan.

Tjitrosoedirdjo et al. (1984) menambahkan bahwa penurunan hasil bukan satu-satunya faktor yang menjadi pertimbangan dalam pengendalian gulma. Kemudahan beroperasi dikebun, mengurangi resiko kebakaran dan menghilangkan tempat persembunyian hama (tikus) juga tergantung pada pengendalian gulma beserta biayanya. Lubis (1992) menyebutkan masalah gulma pada tanaman menghasilkan merupakan pos yang penting disamping pemupukan, pemeliharaan yang baik dapat memperlancar pekerjaan pemanenan, pemupukan, pengawasan, pengendalian hama/penyakin dan lain-lain.

Menurut Pahan (2008) pengendalian gulma awalnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Menurut Sukman dan Yakup (2002) pengendalian gulma didefisinikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Pengendalian gulma yang sering dilaksanakan di kebun adalah pengendalian secara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan menggunakan kored, garpu, parang atau dengan alat modern seperti traktor. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi herbisida. Penggunaan herbisida yang telah ada mampu mengendalikan gulma secara efektif, baik dari segi pengendalian gulma maupun biaya (Tjitrosoedirdjo et al. 1984).

METODE

Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan Juni 2011. Tempat pelaksanaan magang adalah Kebun Kelapa Sawit Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan.

Metode Pelaksanaan

(16)

4

dan pendamping asisten divisi selama dua bulan terakhir. Metode tidak langsung dengan melakukan kajian studi pustaka berupa literatur dan laporan kebun.

BHL yaitu melaksanakan segala kegiatan kebun yang diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun, seperti pemanenan, pemupukan, penunasan, pengendalian gulma dan pekerjaan kebun lainnya. Kegiatan pendamping mandor antara lain mengawasi pekerjaan karyawan, mengawasi dan mengkoordinasikan jalannya pekerjaan, membantu asisten divisi melakukan perencaan teknis dan membuat laporan hasil pekerjaan. Kegiatan yang dilakukan pada saat menjadi pendamping asisten divisi yaitu mengevaluasi hasil kegiatan kebun, mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan di lapangan dan membantu asisten dalam menyelesaikan administrasi kebun serta mencari pemecahan masalah yang ada di kebun.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari analisis vegetasi gulma dibeberapa blok tertentu berdasarkan tahun tanam baik itu tanaman yang sudah menghasilkan maupun tanaman belum menghasilkan. Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan kuadran berukuran 50 cm x 50 cm. Jumlah sampel yang diambil 5% dari luasan lahan tiap tahun tanam. Kemudian dilakukan pemanen gulma pada kuadran untuk dilakukan pengamatan Nisbah Jumlah Dominasi (NJD) dan koefisien komunitas (C). NJD diperoleh dengan menentukan frekuensi, kerapatan dan berat kering gulma. Kerapatan diperoleh dengan menghitung jumlah individu tiap spesies gulma tertentu dalam petak contoh. Frekuensi ditentukan dengan cara menghitung jumlah petak contoh yang memuat spesies tersebut. Berat kering ditentukan dengan cara mengeringkan spesies tersebut selama beberapa hari, kemudian ditimbang berat keringnya. C digunakan untuk membandingkan dua komunitas vegetasi atau dua macam vegetasi dari dua daerah (Tjitrosoedirdjo et al. 1984). Data sekunder yang diperoleh seperti peta wilayah administrasi kebun, letak geografis, peta kebun, data iklim, data produksi, data perawatan kebun seperti data program pemupukan dan pengendalian gulma serta data pendukung lainnya.

Analisis Data dan Informasi

Data pengamatan petak contoh yang diperoleh dikelompokkan dan diolah dengan menggunakan analisis vegetasi gulma metode kuadrat untuk mencari NJD dan C. Data sekunder dan informasi yang didapat melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, arsip kebun yang lain diolah secara deskriptif.

KEADAAN UMUM

Letak Geografis

(17)

5 membawahi perkebunan kelapa sawit Gunungsari Estate (GSE) dan pabrik kelapa sawit (PKS) Angsana Factory.

Secara geografis perkebunan ini terletak pada 3038’45” LS- 3035’39” LS dan 115034’04” BT - 115038’11” BT. Batas-batas perkebunan ASE yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kebun Hutan Tanaman Industri (HTI), sebelah selatan berbatasan dengan kebun GSE, dan sebelah timur berbatasan dengan Sungai Sebamban serta sebelah barat berbatasan dengan Kebun kelapa sawit PT. Buana Karya Bakti (BKB).

Keadaan Iklim dan Tanah

Data curah hujan yang terjadi di kebun ASE selama 7 tahun terakhir tahun 2004 – 2011 berkisar 2 335 - 3 419 mm/ tahun. Rata - rata curah hujan sebesar 2 840 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata sebesar 142 hari. Rata-rata curah hujan terendah pada bulan September sebesar 131 mm dengan jumlah hari hujan 5 hari. Sedangkan, rata-rata curah hujan tertinggi pada bulan April sebanyak 345 mm dengan jumlah hari hujan 17 hari. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, iklim di kebun ASE termasuk tipe iklim B, yaitu bulan basah (curah hujan> 100 mm). Data curah hujan di ASE ditampilkan pada Lampiran 1.

Kebun ASE terdapat dua formasi geologi penyususn areal, yaitu formasi batuan sedimen kuarter Dohar (Qtd) dan Aluvium (Q2). ASE merupakan kawasan yang sebagian besar arealnya berada pada landform tektonik/ struktural dengan sub-landform dataran tektonik dengan bahan induk sedimen. Jenis tanah di kebun ASE tergolong dalam ordo Oxisol dengan seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox dan MM-19 PlinticHapludox.

Tanah jenis Oxisol merupakan tanah yang mengalami pelapukan sangat lanjut. Tanah jenis ini terbentuk pada daerah dengan topografi berombak sampai berbukit. Ciri-ciri tanah jenis Oxisol memiliki warna tanah kuning-merah gelap, dengan pH < 5.5. Menurut Hardjowigeno (1987) menyebutkan tanah oxiosol

merupakan tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horizon oksik yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat dengan aktivitas rendah, dan kapasitas tukar kation rendah, serta mempunyai batas horison yang tidak jelas. Ciri - ciri seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox yaitu memiliki regim kelembaban Udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 90 cm dari permukaan tanah). Pada kedalaman  125 cm terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu). Seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox, memiliki ciri-ciri hampir sama dengan seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox

hanya saja pada kedalaman  125 cm mempunyai lebih dari 1 horison yang mengandung plintit (karatan-karatan besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar  0.5 volumenya atau kontinyu.

Menurut Departemen Riset Minamas Plantation (2006) satuan peta lahan (SPL) di kebun ASE terdiri dari 3 SPL. SPL 1 dengan seri tanah MM-18

(18)

6

Plinthic Hapludox, dengan kemiringan sebesar 3-8 % dan luas lahan sebesar 903 ha (29%). Pada kelas lahan SPL 3 tergolong kelas S2 (sesuai).

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Kebun ASE mempunyai luas lahan hak guna usaha (HGU) seluas 3 249.99 ha. Lahan tersebut digunakan sebagai areal yang ditanami seluas 3 047.56 ha, pabrik (PKS) seluas 34.51 ha, sarana dan prasarana penunjang kebun seluas 121.59 ha, serta area yang berupa bukit, sungai dan lembah seluas 46.33 ha. Lahan tanaman menghasilkan (TM) di kebun ASE seluas 2 829.04 ha. Lahan tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 218.52 ha. TM yang ada di ASE terdiri dari tahun tanam 1996 (629.55 ha), tahun tanam 1998 (1 622.53 ha), tahun tanam 1999 (167.38 ha), tahun tanam 2000 (84.04 ha) dan tahun tanam 2006

Sumber bibit tanaman kelapa sawit yang digunakan oleh ASE berasal dari Marihat (PPKS), Socfindo dan Guthrie. Varietas yang digunakan adalah varietas tenera, yang merupakan persilangan dari dura dan pasifera. Ciri-ciri varietas tenera yaitu memiliki cangkang yang tipis dan dikelilingi oleh cincin-cincin serat pada mesocarpnya. Dominasi varietas tenera yang berasal dari Marihat dan Socfindo pada TM tahun tanam 1996, 1998, 1999, dan 2000. Sedangkan varietas tenera Guthrie mendominasi pada TM tahun tanam 2006 dan TBM tahun tanam 2007 dan 2008. Jarak tanam yang digunakan berukuran 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m (segitiga sama sisi), sehingga populasi per hektarnya adalah 136 tanaman.

Struktur Organisasi dan Ketanagakerjaan

ASE dipimpin oleh seorang manajer kebun yang bertugas mengkoordinir dan membuat kebijaksanaan dari seluruh kegiatan kebun. Manajer kebun dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh satu orang senior asisten, dua orang asisten divisi, satu orang kepala seksi (kasi) dan satu orang dokter perusahaan. Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Senior asisten selain bertugas sebagai kepala divisi juga bertugas mengkoordinir bagian keamanan, emplasment, mess dan traksi. Asisten divisi bertugas mengkoordinir seluruh kegiatan divisi yang dipegangnya dan mengatasi masalah-masalah yang ada di divisinya. Kasi bertugas untuk mengkoordinir administrasi seluruh kegiatan kebun. Kasi juga bertugas untuk mengkoordinir gudang bersama dengan senior asisten dan kantor besar. Dokter perusahaan dibantu oleh mantri dan bidan bertugas untuk mengontrol dan mengobati kesehatan karyawan.

(19)

7 Pemberian tanggung jawab secara khusus ini dimaksud untuk memudahkan dalam hal pengawasan dan koordinasi.

Ketenagakerjaan di ASE, terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Perbedaan ini berdasarkan jenis pekerjaan dan sistem pengupahan. Karyawan staf terdiri dari manager kebun, senior asisten, asisten divisi, kepala seksi dan dokter perusahaan. Karyawan non staf terdiri dari syarat kerja umum (SKU) yang terbagi menjadi SKU Bulanan (SKU-B), SKU Harian (SKU- H), buruh harian lepas (BHL) dan tenaga kerja kontrak.

Karyawan SKU merupakan tenaga kerja selain mendapatkan gaji juga mendapatkan beras bulanan dan berbagai tunjangan. Tunjangan yang didapat antara lain tunjangan kesehatan, asuransi jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) dan uang pensiun. SKU- B merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya setiap bulan. Karyawan non staf SKU- B berjumlah 89 orang, yang terdiri dari SKU- B kantor (26 orang), SKU- B traksi (32 orang) dan SKU- B divisi (31 orang). Sedangkan SKU- H merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya berdasarkan kehadiran kerja.

Karyawan non staf SKU- H berjumlah 377 orang. BHL merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya dilihat dari prestasi kerja. Tenaga kerja kontrak merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya berdasarkan surat perjanjian kerja (SPK) yang telah disepakati antara perusahaan dengan kontraktor. Indeks tenaga kerja di ASE sebesar 0.146 orang ha-1. Standar indeks tenaga kerja di kebun kelapa sawit adalah 0.18 – 0.2 orang ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa indeks tenaga kerja di ASE belum ideal. Perhitunngan indeks tenaga kerja (ITK) disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Keadaan tenaga kerja di ASE

Status Jumlah

Karyawan Staf 7 orang

Karyawan non staf 466 orang

Total 473 orang

Luas kebun 3 249.99 ha

Indeks tenaga kerja (ITK) 0.146 orang ha-1

Sumber: Kantor Besar ASE (2011)

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan

Sarana dan prasana dalam menunjang kehidupan di kebun sangatlah penting. Hal ini terkait dengan kesejahteraan bagi karyawan. Untuk itu, ASE menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung kesejahteraan karyawan. Fasilitas tersebut berupa rumah tinggal, sarana pendidikan, sarana ibadah, kesehatan, olah raga, jaminan kesehatan dan kerja, penyediaan alat kerja dan pelindung diri, tempat penitipan anak, dan transportasi bagi staf kebun.

(20)

8

bangunan semi permanen yang dilengkapi dengan sarana penerangan, air bersih dan sarana olah raga seperti lapangan sepak bola. Tipe rumah karyawan non staf terdiri dari du tipe yaitu tipe satu rumah (G1) dan tipe dua rumah (G2). Tipe rumah G1 digunakan untuk mandor I, mandor dan kerani divisi, sedangkan tipe rumah G2 digunakan untuk karyawan lain. Fasilitas rumah tinggal untuk tamu berupa mess yang terletak di emplasmen.

Sarana pendidikan yang disediakan antara lain play group, TK, dan SD yang terletak di divisi III. Tempat penitipan anak yang berada di tiap-tiap divisi. Sarana ibadah berupa masjid di setiap divisi. Sarana olah raga berupa GOR, tempat

fitness, lapangan tenis, tenis meja, bilyard, kolam renang dan lapangan futsal. Tunjangan kesehatan gratis juga diberikan oleh kebun berupa poliklinik, mobil ambulans, dan asuransi kesehatan.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Magang yang dilaksanakan di Perkebuanan Kelapa Sawit Angsana Estate ini dimulai dari menjadi BHL, pendamping mandor dan menjadi pendamping asisten divisi. Pada pukul 06.30 WITA asisten divisi memimpin lingkaran pagi dengan mandor yang berada di depan kantor divisi. Disini asisten divisi memberi arahan kepada mandor tentang pekerjaan yang akan dilakukan hari ini, mengevaluasi pekerjaan hari kemarin serta memberikan solusi jika ada permasalahan di lapangan. Pada pukul 06.00 – 06.30 WITA, mandor melakukan apel pagi sesuai dengan intruksi asisten divisi. Selesai melakukan apel pagi karyawan menuju blok yang akan dikerjakan hari itu dengan menggunakan angkutan karyawan. Pada pukul 07.00 WITA karyawan sudah memasuki hancak masing-masing dan memulai pekerjaannya. Jam kerja di ASE dimulai pukul 07.00 WITA – 14.00 WITA kecuali hari Jum’at selesai pukul 12.00 WITA, waktu istirahat antara pukul 10.00 WITA – 10.30 WITA. Tabel jurnal kegiatan magang sebagai BHL dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan di ASE terdiri dari pemupukan anorganik dan pemupukan organik. Pemupukan anorganik dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk NK Blend, Kieserite, dan Dolomit. Sedangkan pemupukan organik terdiri dari aplikasi janjang kosong baik secara mulching maupun secara focal feeding

dan aplikasi POME.

Sistem aplikasi pemupukan di ASE menggunakan Block Manuring System

(21)

9 Tabel 2 Jenis dan dosis pupuk yang digunakan di Blok E10 Divisi III ASE

Jenis pupuk Unsur hara Dosis (kg pokok-1)

NK Blend Kalium 2

Dolomit Magnesium 2

Kiserit Magnesium 2

Sumber: Kantor Besar ASE (2011)

Pengeceran pupuk merupakan kegiatan pengangkutan pupuk dari gudang sentral ke lapangan. Pupuk diangkut dengan menggunakan kendaraan yang sebelumnya sudah dipastikan kesiapannya oleh asisten divisi, dengan membuat surat permintaan kendaraan ke bagian traksi. Pengecer pupuk meletakkan pupuk pada tempat pengumpulan pupuk (TPP) yang terdapat pada collection road (CR) di sisi timur dan barat blok. Keberadaan TPP mewakili tiga pasar rintis. Kebutuhan pupuk tiap TPP ditentukan berdasarkan dosis pupuk tiap pokok kelapa sawit. Tim pengecer terdiri dari empat orang karyawan laki-laki dengan standart kerja 2 ton/HK. Pupuk yang telah diecer di lapangan harus ditabur pada hari tersebut. Jika pupuk tidak selesai diaplikasikan dikarenakan kondisi hujan maka sisa pupuk jarus dibawa kembali ke gudang divisi.

Penabur pupuk terdiri dari karyawan perempuan sebanyak 12 orang. Dalam kegiatan pemupukan, tim penabur pupuk dibagi menjadi beberapa tim kecil yang dinamakan Kelompok Kecil Pemupukan (KKP). Dalam satu KKP terdiri dari tiga sampai dengan empat orang. Sebelum melakukan kegiatan penaburan pupuk, karyawan melakukan apel pagi dengan mandor pupuk. Mandor pupuk memberikan penjelasan mengenai blok yang akan di pupuk, jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasi, penggunaan takaran, cara penaburan, mengabsen karyawan, mengecek kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) dan alat yang digunakan dalam pemupukan serta jika ada informasi dari asisten divisi.

APD tim pemupukan terdiri dari baju lengan panjang, sarung tangan, sepatu boat, apron, topi dan masker. Peralatan yang digunakan untuk penaburan pupuk terdiri dari bin pupuk yang digunakan sebagai wadah pupuk yang akan ditabur dan mangkuk takaran yang terbuat dari mangkuk yang sudah di kalibrasi.

Setelah melakukan apel pagi dengan mandor pupuk, tim pupuk tiap KKP segera menempati hancak pemupukan masing-masing. Tiap-tiap KKP mulai membuka karung pupuk dengan menggunakan pisau dan memasukkan pupuk kedalam bin pupuk. Hancak tiap karyawan adalah satu pasar rintis. Penaburan pupuk pada TM terletak di bibir piringan atau di atas rumpukan pelepah kering yang berbentuk huruf “U”. Penaburan pupuk dimulai dari pokok ke-8 menuju pokok ke-17 (pasar tengah). Kemudian dilanjutkan dengan menaburkan pupuk dari pokok ke-1 menuju pokok ke-7. Penaburan pupuk di bibit piringan dapat dilihat pada Gambar 1.

(22)

10

Gambar 1Penaburan pupuk

Aplikasi pupuk organik di ASE dilakukan dengan cara mengaplikasikan janjang kosong baik secara mulching maupun dengan focal feeding dan aplikasi

Pall Oil Mill Effluent (POME). Janjang kosong adalah sisa buah tandan sawit yang diolah di pabrik kelapa sawit (PKS). POME merupakan limbah cair dari pengolahan kelapa sawit di pabrik yang berasal dari sludge.

Aplikasi janjang kosong di ASE dilakukan secara manual. Terdapat dua macam cara aplikasi janjang kosong yaitu secara mulching dan focal feeding, dapat dilihat pada Gambar 2. Aplikasi janjang kosong secara mulching dengan cara mengaplikasikan janjang kosong ke setiap titik yang berada di antara pokok kelapa sawit. Janjang kosong diangkut dengan truk dari PKS ke blok yang akan diaplikasi, ditandai dengan pancang bambu berwarna merah. Kapasitas truk pengangkut antara 4-5 ton dengan menggunakan drum truck (PS) dan 6-7 ton dengan menggunakan Hino. Janjang kosong diletakkan di sisi jalan CR, kemudian akan diaplikasikan ke setiap titik yang berada di antara pokok kelapa sawit. Janjang kosong yang diaplikasikan secara mulching, pengaplikasiannya satu lapis saja tidak diperbolehkan melebihi satu lapis. Hal ini dikarenakan dapat mengundang perkembangbiakan kumbang tanduk (Oryctes).

Dosis aplikasi janjang kosong yaitu 300 kg/titik. Sehingga untuk satu truk pengangkut janjang kosong bisa diaplikasikan sebanyak 13-17 titik. Rotasi aplikasi janjang kosong ini dilakukan sebanyak 1 kali tiap tahunnya. Mulching

dengan janjang kosong dapat melibatkan biaya yang cukup tinggi oleh karena itu nilai ekonomis dan manfaatnya harus dimaksimalkan dengan prioritas utama pada areal yang miskin unsur hara seperti tanah berpasir dan laterit.

Teknik aplikasi focalfeeding direkomendasikan untuk tanaman kelapa sawit pada tanah marginal di land area. Ketentuan ini berlaku untuk areal yang dapat dijangkau dengan pembuatan lubang. Pembuatan lubang focal feeding dengan menggunakan mini excavator. Ukuran lubang yang dibuat dengan ukuran panjang 8 m, lebar 1 m dan kedalaman lubang 70 cm. Letak lubang yang dibuat berada di gawangan mati. Aplikasi focalfeeding terletak di blok B22. Di blok ini ada enam lubang yang dibuat untuk aplikasi janjang kosong secara focalfeeding.

Dosis yang digunakan seharusnya 500 kg/lubang. Hanya saja di lapangan belum diketahui dosis tepatnya hal ini dikarenakan ukuran lubang focal feeding

tidak sama setiap lubangnya. Untuk mengisi lubang focal feeding diperlukan 15 angkong janjang kosong, namun pengisiannya hanya satu lapis saja. Hal ini untuk menekan perkembangbiakan kumbang tanduk (Oryctes). Rotasi pengisian lubang

(23)

11

Gambar 2 Aplikasi janjang kosong a) mulching, b) focalfeeding

Di dalam pengolahan TBS di PKS akan dihasilkan hasil sampingan dalam bentuk limbah padatan berupa janjang kosong (± 23%), solid basah (± 4%) dan limbah cair/ POME (± 60 %). Untuk itu perlu adanya penanganan khusus agar limbah tersebut dapat bermanfaat secara ekonomis dan efektif serta bermanfaat untuk kebun dan masyarakat sekitar.

Effluent dari kolam pengelolaan limbah yang terletak di pabrik akan dialirkan ke kebun dengan menggunakan pipa. Pipa induk berukuran 6 inci dan pipa yang masuk ke dalam blok berukuran 4 inci serta pipa ke fletbad berukuran 2 inci. Limbah cair yang akan diaplikasikan dipompa melalui pipa-pipa kemudian dialirkan ke flet bad selanjutnya effluent akan mengalir ke setiap flet bad secara grafitasi.Efluent yang diaplikasi mempunyai BOD 2 000 – 3 500 ppm.

Flat bed dibuat pada gawangan mati /gawangan yang berselingan dengan jalan panen, berbentuk empat persegi panjang yang berukuran panjang 6.2 m dengan lebar 2.4 m dan kedalaman berukuran 60 cm serta ukuran sekat antar flet bad 80 cm. Pembuatan flet bad tergantung kepada potensi produksi yang dihasilkan setiap tahun, perencanaannya dimaksudkan agar pembuatan flet bad

dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dan menghindari fletbad yang tidak terisi. Aplikasi efluent tidak boleh dilakukan di saat hujan. Untuk menghindari pendangkalan dan kerusakan flet bad maka secara periodik dilakukan rehabilitasi atau pengurasan lumpur yang lalu dibuang ke kanan kiri fletbad di luar piringan.

Dalam 1 ha terdapat 150-160 flet bad, dimana satu flet bad berkapasitas 3 ton. Effluent diaplikasikan ke lapangan dengan dosis 750 ton/ha/rotasi. Jumlah rotasi dari aplikasi effluent di lapangan adalah 4 kali dalam 1 tahun. Tidak semua blok diberi aplikasi effluent, hanya beberapa blok yang diaplikasi. Blok-blok yang diaplikasi effluent antara lain D008, E010, C008, C009 dan D009.

Adanya aplikasi pupuk organik berupa janjang kosong dan POME diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Namun, dikarenakan proses pembusukan janjang kosong memerlukan waktu yang cukup lama begitu juga pelepasan haranya maka aplikasi pupuk anorganik tetap dilanjutkan dengan dosis normal khususnya pada tahun pertama aplikasi janjang kosong. Pada tahun kedua dan seterusnya pemberian pupuk anorganik dapat disesuaikan dosisnya karena pelepasan hara dari janjang kosong mulai diserap akar dengan tetap mempertimbangakan kecukupan hara untuk pertumbuhan tanaman.

Leaf sampling unit (LSU)

(24)

12

melihat status hara terkhir yang ada pada tanaman, sehingga dapat diduga hara apa saja yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada saat penulis mengikuti kegiatan ini digunakan untuk rekomendasi pupuk Magnesium (Mg) dan Boron (B) saja. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan contoh daun antara lain egrek, parang, dan kantong plastik. Cara pengambilan contoh menggunakan sistem 12 x 11, berarti untuk setiap 11 baris ditentukan 1 pohon sampel untuk setiap 12 pohon dalam baris tersebut. Pohon contoh dimulai dari pohon yang terletak pada baris ketiga dan pohon ketiga dalam barisan tersebut, dihitung dari tepi blok, sehingga terdapat 30 buah pohon contoh.

Daun contoh diambil dari pelepah nomor 17 yang berada di bawah pelepah nomor 9. Penentuan nomor pelepah dengan cara menentukan pelepah nomor 1, dibawahnya terdapat pelepah nomor 9 dan dibawahnya terdapat pelepah nomor 17. Pelepah nomor 17 ini, kemudian di potong dengan menggunakan egrek. Diambil anak daun sebanyak 3 helai dari kiri dan 3 helai dari kanan. Helai anak daun yang diambil yaitu terletak tepat di titik pertemuan ke dua sisi pelepah daun ditandai dengan runcingan. Kemudian helai daun dipotong bagian pangkal dan ujung disisakan kurang lebih 40 cm.

Daun dipisahkan dari lidinya dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label blok yang diambil contoh untuk LSU. Kantong plastik yang berisi daun contoh diantar ke kantor divisi. Setelah pengambilan contoh selesai satu divisi, tim riset akan mengambil contoh daun untuk dikeringkan dikirim ke laboratorium untuk dianalisa. Tenaga kerja yang digunakan untuk pelaksanaan LSU ini adalah tenaga kerja dari tim pupuk, yang kemudian dibagi menjadi tim kecil. Dalam satu tim kecil terdapat 1 pasangan yang terdiri dari tenaga kerja pria (untuk mengegrek) dan tenaga kerja wanita untuk mengambil daun contoh. Peralatan yang dibutuhkan antara lain egrek, kantong plasti, parang, dan kertas label serta bolpoint. Dalam melakukan sensus daun ini pokok yang diambil dan diamati sebanyak 30 buah dalam satu blok. Blok yang digunakan untuk melakukan LSU ini adalah Blok C012 yang luasnya 94.63 ha.

Sensus vegetatif

Sensus vegetatif merupakan sensus yang dilakukan oleh tim riset untuk mengetahui keadaan vegetatif dari tanaman kelapa sawit khusus di area riset. Sensus ini dilakukan tiap semester pada awal bulan Maret dan pada awal bulan September.

Parameter yang diamati antara lain: jumlah anak daun yang dihitung dari duri pertama yang muncul hingga ujung dari daun terakhir. Apabila daun terakhir belum membuka sepenuhnya maka tidak dihitung penambahannya. Panjang pelepah kelapa sawit, dihitung dengan cara mengukur panjang pelepah dengan menggunakan mistar dari duri pertama hingga dari ujung pelepah. Tinggi tanaman, dihitung dari permukaan tanah hingga ujung duri pertama pada pelepah nomor 17. Penambahan pelepah kelapa sawit yang dihitung setelah sensus vegetatif yang pertama dilakukan, hal ini ditandai dengan adanya warna cat pada pelepah. Penambahan pelepah ini untuk menentukan jumlah pelepah yang bertambah tiap semester.

(25)

13 membuka tidak dihitung. Serta pengamatan terhadap panjang helai daun dan lebar helai daun, hal ini diukur dengan mengambil enam daun contoh (tiga dari kiri dan tiga dari kanan) pada titik pertemuan pelepah.

Blok riset terletak di blok A035, tahun tanam 2008. dalam blok riset ini ada empat ulangan, dalam satu kali ulangan ada 43 plot, satu plotnya terdiri dari 12 pokok tanaman contoh. Keadaan tanaman dari blok riset ini merupakan tanaman persilangan, dimana terdapat 75 galur hasil persilangan.

Manajemen kanopi

Kegiatan manajemen kanopi (pengelolaan tajuk kelapa sawit) dilakukan agar tanaman kelapa sawit dapat bereproduksi secara optimal. Hal ini terkait dengan unsur hara hasil fotosintesis yang dilakukan oleh daun. Jumlah kecukupan pelepah kelapa sawit disesuaikan dengan tahun tanamnya. Kelapa sawit dengan tahun tanam 1996, 1998, 1999 dan 2000, jumlah pelepah yang dipertahankan sebanyak 48 - 56 pelepah (songgo 1/ songgo 2). Kelapa sawit dengan tahun tanam 2008, 2007 dan 2006, jumlah pelepah yang dipertahankan sebanyak 64 pelepah menggunakan songgo 3.

Progresif prunning merupakan penunasan yang dilakukan secara bertahap dan terus menerus sepanjang tahun bersamaan dengan pelaksanaan panen. Tujuan penunasan sendiri adalah untuk memudahkan kegiatan panen, menghindari tersangkutnya brondolan, dan mempermudah dalam melihat buah yang matang serta memudahkan kegiatan sensus produksi. Dalam melakukan progressif prunning harus melihat kecukupan pelepah. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen maka kegiatan progressif prunning dilakukan sendiri oleh pemanen. Pelepah yang ditunas disesuaikan dengan tahun tanamnya bisa menggunakan sistem songgo dua ataupun sistem songgo satu. Pelepah ditunas dengan menggunakan egrek, pelepah dipotong rapat ke pangkal pelepah sehingga berbentuk seperti tapak kuda. Pelepah yang sudah ditunas dibuang ke gawangan mati dan antar pokok (diluar piringan) membentuk huruf U (U shape front stacking) dengan pangkal pelepah berada di gawangan mati dan ujungnya menyentuh pasar rintis.

Kastrasi merupakan kegiatan membuang bunga jantan yang masih muda dan bunga betina yang sudah membuka pada periode TBM. Selain itu, kegiatan kastrasi juga melakukan kegiatan sanitasi (kebersihan) tanaman dengan cara membuang pelepah tua dan kering. Tujuan dari kastrasi sendiri adalah mempersiapkan pokok untuk dipanen. Alat yang digunakan adalah dodos yang juga digunakan untuk panen pada sistem non DOL. Kegiatan kastrasi dapat dilakukan jika dalam satu blok sekurang-kurangnya 40% telah mempunyai tandan buah yang pada ketinggian kurang lebih 90 cm dari tanah.

(26)

14

Panen

Persiapan panen diawali dengan melakukan penetapan seksi panen. Adanya penetapan seksi panen dapat mempermudah pemanen untuk pindah hancak dari satu blok ke blok lain, sehingga diharapkan pemanen mendapatkan hasil yang tinggi. Selain itu seksi panen juga mempermudah kegiatan supervisi oleh asisten divisi, mandor I dan mandor panen. Agar seksi panen dapat berjalan dengan baik maka tidak diperbolehkan panen pada hari minggu atau hari libur kecuali untuk mengganti hari hujan atau hari libur tertentu (hari raya). Jumlah rotasi panen dan umur pusingan normal yang dilaksanakan adalah 6/7 hari. Rotasi panen 6/7 artinya areal dibagi benjadi 6 seksi panen sehingga terdapat 6 hari panen dengan rotasi ulangan normal adalah 7-9 hari.

Kegiatan lain yang mendukung agar pelaksanaan panen dapat berjalan dengan baik antara lain perbaikan dan pengerasan jalan, perawatan TPH, pembuatan dan perawatan pasar rintis, pembersihan pokok piringan, pemasangan jembatan dan titi panen, dan lain sebagainya.

Taksasi produksi dilakukan untuk mengetahui keadaan buah matang di seksi yang akan dipanen keesokan harinya. Taksasi produksi dilakukan oleh asisten dan mandor panen bertujuan untuk menyesuaikan jumlah tenaga kerja pemanen dan pembrondol esok hari. Taksasi produksi dilakukan pada blok yang akan dipanen esok hari.

Sistem pemanenan yang tepat akan mempengaruhi hasil yang didapatkan. Sistem pemanenan yang dilakukan di ASE adalah BlockHarvestingSystem (BHS). Menurut Manual Referensi Agronomi (2008), BHS adalah sistem panen yang penyelesaian kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval yang telah ditentukan.

Ketersediaan tenaga kerja pemanen dan pembrondol menjadi bagian penting pada keberhasilan pemanenan. Kebutuhan tenaga pemanen disesuaikan dengan luas seksi untuk setiap hari panen. Tenaga kerja panen di ASE dibagi menjadi dua kelompok yaitu BHS Non DOL (Non Division of Labour) dan BHS DOL-2. Pembagian tenaga kerja ini disesuaikan dengan pembagian tugas berdasarkan tahun tanam. TM tahun tanam 2006 menggunakan kelompok BHS Non DOL, yang hanya terdapat di Divisi I. Sedangkan TM tahun tanam diatasnya menggunakan kelompok BHS DOL-2.

(27)

15 Tabel 3 Mutu tandan buah segar

Mutu TBS Keterangan %

Unripe (Mentah) < 5 brondolan lepas per janjang 0

Underripe (Mengkel) 5-9 brondolan yang lepas per janjang < 5

Ripe (Matang) ≥ 10 brondolan yang lepas per janjang >95

Over Ripe Brondolan sudah lepas 75% < 2

Emptybunch Tandan yang sudah busuk < 2

Abnormal Buah matahari, buah landak < 5

Sumber: Kantor Besar ASE (2011)

Pelaksanaan panen diawali dengan lingkaran pagi antara karyawan dengan mandor panen. Pada saat lingkaran pagi mandor melakukan absensi karyawan, pengecekan alat kerja, pengecekan alat pelindung diri (APD), dan pembagian hancak panen serta penyampaian beberapa informasi. Selanjutnya pemanen dan pembrondol segera memasuki hancak tetap masing – masing sesuai batas hancak yang telah di tentukan. Arah panen dari setiap pemanen pada masing-masing mandoran harus searah. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengangkutan TBS dan mempermudah pelaksanaan supervisi.

Pemanen (cutter) memasuki hancaknya pada hari itu dan mencari buah yang masak pada hancaknya. Tanda buah yang masak dapat dicirikan dengan adanya brondolan yang jatuh ditanah minimal lima brondolan. Kemudian pemanen memotong pelepah yang menjadi penyangga buah masak (tidak boleh sengkleh) dan menyusun pelepah tersebut pada gawangan mati. Pemotongan pelepah dengan memperhatikan standar songgo buah, agar tidak overpruning atau sebaliknya.

Pemanen memotong buah yang telah masak dengan menggunakan egrek. Gagang panjang pada buah di potong minimal ± 3 cm dari permukaan buah dengan menggunakan kapak, kemudian potongan gagang panjang ini dibuang pada gawangan mati. Selanjutnya pemanen maju ke pokok depannya hingga pasar tengah kemudian pindah ke rintis selanjutnya hingga rintis terakhir dalam hancak selesai. Pemanen selanjutnya mengangkut dan menyusun TBS di TPH secara teratur (kelipatan lima) kemudian menuliskan nomor pemanen pada permukaan potongan salah satu buah. Bila hancak dalam blok pertama selesai, pemanen akan pindah pada blok depannya hingga hancak pada hari itu selesai.

(28)

16

Pengangkutan tandan buah segar (TBS)

Pelaksanaan pengangkutan TBS di ASE diawali dengan penyediaan jumlah transportasi dan pemuat TBS oleh kerani transport yang diketahui oleh asisten dan mandor I. Pukul 09.00 WITA, kerani transport memberi arahan kepada pemuat dan supir tentang blok yang akan dievakuasi dan pembagian hancak. Dasar untuk menentukan jumlah transportasi yaitu dengan melihat taksasi produksi. Apabila kapasitas produksi kebun melebihi kapasitas pengolahan TBS di pabrik akan menyebabkan antrian panjang sehingga dalam kondisi ini kebun perlu menambah alat transportasi agar tidak terjadi restan karena tidak terangkut. Di ASE pengangkutan TBS ke PKS menggunakan unit perusahaan sendiri dan truk milik kontraktor.

Pelaksanaan pengangkutan TBS hari itu dimulai setelah kerani transport berkeliling untuk menghitung jumlah janjang TBS di TPH mulai dari ujung jalan sampai diperoleh sejumlah TBS mencukupi kapasitas angkut unit transport. Selama itu, unit transport melakukan evakuasi buah restan hari kemarin. Kunci utama agar buah segera dapat diangkut adalah pemanen dan pembrondol harus segera langsung mengeluarkan TBS ke TPH. Untuk itu kerani panen yang bertugas mencatat output pemananen dan pembrondol harus secepatnya memeriksa dan menerima buah. Buah yang telah selesai dihitung dan dicatat oleh kerani panen ditandai dengan satu buah yang ditaruh di atas susunan TBS.

Tandan buah segar yang telah dicatat dimuat oleh pemuat dengan menggunakan tojok, dan disusun di atas truk dengan menggunakan ganco. Brondolan dimuat ke dalam truk dengan menggunakan karung bekas dan pengki. Jika unit transport telah penuh maka segera diantar ke PKS. Jumlah kapasitas standar muatan yang bisa diangkut jika menggunakan PS maksimal 8 ton dan maksimal 12 ton jika menggunakan Hino. Sebelum diantar ke PKS, supir unit meminta SPB (Surat Pengantar Buah) dari kerani transport yang telah menunggu di tempat yang dijanjikan. Unit evakuasi buah transit ke weigh bridge (jembatan timbang) dan memberikan SPB ke pabrik dan meminta karcis timbang. Unit transport selanjutnya menuju ke looading ramp. Setelah buah di antar ke looading ramp, unit transport kembali ke kebun untuk melakukan pengangkutan TBS kembali.

Tanam Nephrolepsis biserata

Nephrolepsis biserata ditanam untuk menjaga kelembaban tanah, sehingga akan meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah. Penanaman Nephrolepsis biserata di ASE sedang digalakkan, hal ini karena tanaman Nephrolepsis biserata memiliki keunggulaan diantaranya dapat berfungsi untuk memperkuat struktur tanah, sehingga dapat mengurangi terjadinya erosi.

(29)

17

Pengendalian gulma

Salah satu kegiatan perawatan kelapa sawit selain pemupukan adalah kegiatan pengendalian terhadap gulma. Pengendalian gulma merupakan pengendalian terhadap pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan agar persaingan dengan tanaman utamanya dapat ditekan. Gulma menyebabkan tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan mengalami persaingan dalam mendapatkan nutrisi, cahaya, air, dan CO2. Selain itu, tidak adanya pengendalian gulma dapat menyebabkan kegiatan operasional kebun lainnya menjadi terhambat. Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh gulma ini, perlu adanya pengendalian gulma yang tepat dengan memperhatikan faktor teknis di lapangan, biaya yang diperlukan dan kemungkinan adanya dampak negatif yang ditimbulkan. Secara umum sasaran pengendalian gulma di ASE dilakukan di dua tempat yaitu di piringan dan gawangan kelapa sawit. Sedangkan metode pengendaliannya dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan kimia.

Berantas tumbuhan pengganggu (BTP) merupakan kegiatan pengendalian gulma secara manual. Kegiatan BTP ini lebih ke tanaman kelapa sawit TBM. Sasaran pengendalian difokuskan untuk gulma anak kayu dan anakan kelapa sawit yang berada di piringan dan gawangan. Peralatan yang digunakan antara lain cados (cangkul dodos), parang dan garukan.

Pengendalian gulma pada gawangan kelapa sawit TBM bertujuan untuk mempertahankan kondisi agar areal tetap murni Legume Cover Crop (LCC) dengan jalan membuang semua jenis gulma yang tumbuh di areal tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mendongkel semua anak kayu dan anakan sawit. Anakan sawit tersebut dibuang pada rumpukan pelepah di gawangan mati. Untuk pembuangan anakan kelapa sawit dengan cara dibalik (akar diatas daun dibawah). Selain mendongkel pengendalian gulma pada gawangan secara manual juga dilakukan kegiatan tabas. Gulma yang ditabas antara lain Scleria sumatrensis,

Melastoma malabathricum, Chromolaena odorata dan Micrania micrantha. Seharusnya kegiatan tabas gulma dengan menggunakan parang diusahakan rapat ke tanah, sehingga batang yang tersisa tidak lebih dari 10 cm, namun belum terlaksana dengan baik. Apabila pada tanaman pokok terdapat gulma yang merambat seperti Micrania micrantha, gulma tersebut dibersihkan dengan cara di tabas dengan menggunakan parang.

Pengendalian gulma pada piringan kelapa sawit TBM disebut dengan raking. Kegiatan raking yaitu membersihkan piringan dari gulma dan segala kotoran, sehingga piringan dalam keadaan bersih dari gulma dan bebas kotoran. Apabila di piringan terdapat anakan sawit dan kotoran seperti brondolan hitam maka penanganannya anakan kelapa sawit tersebut di dongkel, dan kotoran di piringan digaruk hingga bersih. Anakan sawit dan kotoran dibuang ke gawangan mati, khusus untuk anakan kelapa sawit dibuang dengan cara dibalik agar tidak tumbuh lagi.

(30)

18

semprot piringan yang dilakukan oleh tim MHS (Micro Herby Sprayer). Alat Pelindung Diri (APD) yang wajib dikenakan oleh tim BSS ini antara lain pakaian pelindung khusus yang berlengan dan berkaki panjang, apron, sarung tangan karet, sepatu bot tinggi, topi dan pelindung muka.

Gawangan merupakan jalur diantara barisan kelapa sawit. Gawangan terdiri dari dua macam yaitu gawangan mati dan gawangan hidup yang digunakan sebagai jalan tikus (pasar rintis / pasar pikul). Tujuan dari pengendalian gulma di gawangan antara lain dapat mengurangi kompetisi antara gulma dengan kelapa sawit, memudahkan kontrol kegiatan kebun dan menekan tanaman inang hama. Pengendalian gulma di gawangan dilakukan oleh tim TSK. Tim TSK terdiri dari 20 anggota, satu orang mandor TSK, dan seorang supir sekaligus sebagai mekanik. Tim TSK dilengkapi dengan satu unit kendaraan roda empat berupa drum truck

yang telah dimodivikasi. Modivikasi drum truk ini antara lain terdapat satu tangki air, tempat meletakkan alat semprot, tempat bekal makan (bontot), tempat alat kerja sekunder, tempat spare part alat semprot/ unit kendaraan, tempat air besih untuk mencuci tangan dan larutan herbisida.

Alat semprot yang digunakan tim TSK berupa alat semprot punggung semi otomatis RB-15 dengan kapasitas tangki 15 liter. Nozel yang digunakan adalah

yellow cone nozel. Jenis nozel ini digunakan untuk menyemprot secara sporadis (gulma tertentu saja). Jumlah alat semprot disesuaikan dengan banyaknya anggota tim TSK. Alat semprot telah diberi nomor sesuai dengan nomor penyemprot. Peralatan lain yang digunakan selain alat semprot antara lain selang air, ember, gelas takar, alat kerja sekunder (cados), dan wadah peralatan reparasi, serta bendera berwarna kuning dan merah.

Persiapaan semprot gawangan diawali dengan pengisian air ke dalam tangki truk TSK pada sore hari. Air yang digunakan merupakan air bersih yang berasal dari traksi. Asisten koordinator melihat kondisi kerapatan gulma pada lahan yang akan disemprot. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jenis dan kebutuhan herbisida yang akan digunakan untuk mengendalikan gulma di lahan. Selanjutnya, asisten akan membuat bon permintaan herbisida yang disesuaikan dengan kondisi kerapatan gulma dalam bentuk konsentrasi dan dosis per ha. Selesai apel pagi, mandor semprot mengambil herbisida ke gudang utama sesuai dengan bon permintaan dan memeriksa alat serta perlengkapan penyemprot di rumah BSS.

Truk TSK mulai beroprasi pukul 05.30 WITA untuk menjemput karyawan penyemprot yang tinggal di pondok divisi. Truk TSK yang sudah bermuatan karyawan penyemprot kembali ke rumah BSS untuk membawa herbisida, peralatan semprot, dan alat kerja sekunder. Di sini karyawan penyemprot berganti pakaian kerja yang disesuaikan dengan APD. Sebelum berangkat ke lapangan mandor semprot melakukan pengecekan APD karyawan semprot dan memberi arahan lahan yang akan disemprot, herbisida yang digunakan, dan konsentrasi kepada tukang air dan sopir TSK.

(31)

19 Penghancakan kerja dilakukan dari CR hingga CR selanjutnya. Kendaraan berpindah ke CR selanjutnya setelah selesai penghancakan. Ilustrasi sistem penghancakan semprot dapat dilihat pada Lampiran 5.

Penyemprotan dilakukan secara sporadis, hanya pada gulma sasaran. Tidak semua gulma dikendalikan karena beberapa gulma memiliki manfaat positif, selain itu tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) sangat merugikan karena mendorong terjadinya erosi. Gulma yang tidak dikendalikan antara lain rumput-rumputan seperti Axonopus compressus, Centotheca lappacea, Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, dan Turnerasubulata. Batas penyemprotan apabila ada sungai besar tidak boleh lebih dari 30 meter dari pinggir sungai (buffer zone), hal ini bertujuan agar tidak terjadi pencemaran terhadap sumber air.

Selesai menyelesaikan aplikasi herbisida hari itu, mandor semprot membuat laporan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor dan mengisi administrasi monitoring semprot. Sedapat mungkin larutan herbisida hari itu dapat habis teraplikasi pada hari itu juga. Para karyawan semprot kembali ke rumah BSS untuk mandi dan membersihkan badan. Pakaian dan perlengkapan kerja lainnya tidak diperbolehkan untuk dibawa pulang, semua dicuci dengan air bersih yang ada di rumah BSS. Karyawan juga diharuskan untuk membersihkan alat semprot masing-masing di rumah BSS dan menyimpan pada tempat yang sudah disediakan. Tiap akhir bulan karyawan semprot mendapatkan ekstra fooding berupa sabun mandi, telur dan susu. Standar kerja pengendalian gulma disajikan pada Tabel 4.

Pemeliharaan piringan, pasar rintis dan TPH yang berkesinambungan sangat lah penting. Selain dapat mengurangi kompetisi unsur hara dan air juga sebagai sarana kegiatan lain dikebun seperti panen dan pemupukan. Piringan berfungsi sebagai tempat jatuhnya tandan buah segar dan brondolan. Pasar rintis berfungsi sebagai jalan evakuasi buah ke TPH dan menjalankan aktifitas lainnya. TPH berfungsi sebagai tempat mengumpulkan hasil panen baik berupa TBS dan brondolan sebelum diangkut ke PKS.

Pengendalian gulma di piringan, pasar rintis dan TPH secara kimia difokuskan pada tanaman kelapa sawit TM. Pengendaliannya dilakukan oleh tim MHS. Tim ini terdiri dari 6 orang, satu orang mandor MHS, dan seorang tukang air merangkap mekanik. Alat semprot yang digunakan berupa alat semprot punggung CDA (Controlled Droplet Application), yang lebih dikenal dengan nama MHS (Micron Herbi Sprayer) yang bervolume 5 liter. Jenis nozel yang digunakan adalah nozel atomizer berwarna orange. Peralatan pendukung lain antara lain battery charge 12 volt sebanyak 7 unit, gelas ukur, ember, wadah peralatan repasrasi dan baterai cadangan, alat kerja sekunder (cados), bendera berwarna kuning dan merah, serta peralatan untuk membersihkan alat semprot.

Herbisida yang digunakan merupakan herbisida sistemik berbahan aktif

(32)

20

senyawa lain sehingga penggunaan air keruh akan mengakibatkan efek racun menjadi berkurang.

Tabel 4 Standar prestasi kerja pengendalian gulma

Kondisi Prestasi Kerja

Keterangan: BTP : Berantas tumbuhan pengganggu; TSK : Tim semprot keliling; MHS: Tim Micron herby spryer

Prinsip mekanisme pekerjaan MHS ini sama dengan penyemprotan gawangan. Penyemprot memasuki hancak tetap masing-masing secara bersamaan. Penghancakan dimulai dari CR sampai CR selanjutnya dalam satu gawangan, lalu bergeser kegawangan sebelahnya. Setelah dua gawangan terselesaikan karyawan mengisi tangki semprotnya kembali dengan larutan herbisida, kemudian masuk kehancak dimulai dari hancak terakhir karyawan semprot yang ditandai dengan bendera merah.

Apabila terjadi kekurangan larutan di tengah blok, maka tukang air dengan membawa ember dan larutan herbisida memasuki hancak penyemprot yang kehabisan larutan. Air pelarut herbisida yang digunakan berasal dari air hujan yang tertampung di silt pit. Area yang harus disemprot adalah piringan, pasar rintis, pasar tengah dan TPH. Penyemprotan TPH disesuaikan dengan luas TPH. Penyemprotan dilakukan secara merata searah dengan jarum jam membentuk tali simpul.

Aspek Manajemen

Koordinasi yang baik sangatlah diperlukan dalam menjalankan kegiatan kebun agar berjalan sesuai dengan rencana. Setiap kegiatan manajerial kebun haruslah melaksanakan tugasnya sesuai dengan deskripsi pekerjaan masing-masing. Karyawan ASE, terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri dari manager kebun, senior asisten, asisten divisi, kepala seksi dan dokter perusahaan. Karyawan non staf terdiri dari syarat kerja umum (SKU) yang terbagi menjadi SKU Bulanan (SKU-B), SKU Harian (SKU- H), buruh harian lepas (BHL) dan tenaga kerja kontrak. Dalam kegiatan magang, penulis melaksanakan kegiatan manajerial kebun sebagai buruh harian lepas (BHL), pendamping mandor, pendamping kerani, pendamping mandor I, dan pendamping asisten. Tabel jurnal kegiatan harian sebagai pendamping mandor dan asisten dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.

Pendamping mandor

(33)

21 perencanaan teksnis dan membuat laporan hasil pekerjaan. Selain itu mandor juga memiliki peran penting yaitu memberikan motivasi kepada karyawan agar dapat melakukan pekerjaan.

Kegiatan koordinasi yang dipimpin oleh mandor I yang didampingi oleh asisten divisi, dengan seluruh mandor dan kerani dilaksanakan pada saat lingkar pagi pada pukul 05.30 WITA. Mandor I akan mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan pada hari kemarin dan memberikan pengarahan terkait dengan pekerjaan yang dilakukan hari ini. Setelah melakukan lingkar pagi, setiap mandor melakukan apel pagi dengan karyawan. Setiap mandor memberikan pengarahan terhadap kegiatan yang dilakukan serta mengatur pembagian hancak masing-masing karyawan. Untuk itulah mandor harus mempunyai kemampuan menterjemahkan intruksi-intruksi kerja ke dalam bahasa yang mudah dipahami oleh karyawan. Setelah apel pagi, karyawan berangkat kerja ke hancak masing-masing. Jam kerja dimulai pada pukul 07.00 WITA sampai pukul 14.00 WITA kecuali hari Jum’at sampai dengan pukul 12.00 WITA.

Mandor I merupakan pembantu asisten divisi dalam menjalankan pengelolaan divisi. Tugas mandor I antara lain membuat rencana kerja harian kebun yang diketahui oleh asisten divisi, mengkoordinasikan kerja mandor-mandor lainnya, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan semua kegiatan kebun. Namun, tugas mandor I lebih difokuskan pada kegiatan panen. Mandor I wajib mengikuti apel pagi bersama dengan asisten divisi dan salah satu mandoran panen. Mandor I juga bertugas melakukan pemeriksaan adanya buah restan pada blok-blok panen sehari sebelumnya termasuk kebersihan brondolan di TPH. Untuk itu mandor I juga melakukan koordinasi dengan traksi untuk mengangkut buah restan. Selama menjadi pendamping mandor I penulis membantu pengawasan pelaksanaan kegiatan panen dan angkut TBS.

Mandor panen memiliki tugas melakukan pengawasan terhadap kegiatan panen. Kegiatan panen merupakan kegiatan yang sangat penting, untuk itu pengawasan terhadap kegiatan panen menjadi salah satu faktor keberhasilan panen dan mengurangi hasil (losses). Selama menjadi pendamping mandor panen, penulis bersama dengan mandoran lain mengikuti lingkaran pagi bersama dengan asisten divisi dan mandor I, setelah itu melakukan antrian pagi dengan karyawan. Disini mandor panen melakukan absensi terhadap karyawan, menyampaikan evaluasi terhadap kegiatan panen kemarin, pengarahan blok mana yang akan dipanen, membagai hancak karyawan, memeriksan seluruh perlengkapan kerja pemanen dan pembrondol. Tugas mandor panen selanjutnya memastikan seluaruh karyawan baik pemanen dan pembrondol telah masuk pada hancak masing-masing dan melakukan pengawasan terhadap kegiatan panen yang sedang berlangsung serta melakukan pengecekan mutu buah dan hancak karyawan. Setelah kegiatan panen selesai mandor panen mengisi kegiatan administrasi panen yang meliputi buku kegiatan mandor (BKM), laporan potong buah (LPB), dan tabel pusingan panen. Selanjutnya mandor penen melakukan taksasi buah di blok selanjutnya dan menuliskannya di tabel taksasi janjang panen di kantor divisi.

(34)

22

dan brondolan yang telah diantrikan di TPH. Selanjutnya mengisi buku potong buah, laporan kutip brondolan dan laporan penerimanaan buah. Buah yang sudah dicatat ditandai dengan meletakkan salah satu buah keatas tumpukan TBS. Kendala yang dihadapi penulis pada saat menjadi kerani panen yaitu transport sudah mulai mengangkut TBS sedangkan pencatatan hasil perolehan belum selesai dilaksanakan. Kerjasama antara kerani buah dan transportasi pengangkutan buah sangat diperlukan untuk menghindari pencatatan yang tidak valid.

Mandor TSK dan MHS memiliki tugas yang sama yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia. Disini mandor semprot memastikan penyemprotan sesuai dengan sasaran. Selama menjadi pendamping mandor, penulis membantu mandor dalam pengawasan kinerja karyawan, mengawasi pencampuran dan pemakaian herbisida di lapangan, melihat efektifitas penyemprotan di lahan yang disemprot dan mengisi buku kegiatan mandor (BKM).

Mandor BPT (berantas tumbuhan pengganggu) memiliki tugas hampir sama dengan mandor TSK/MHS, namun mandor BPT melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pengendalian gulma secara manual dengan menggunakan alat (mekanis). Pelaksanaan kerja pengendalian gulma secara manual lebih ke area TBM. Tugas mandor BTP antara lain mengabsensi karyawan, mengawasi kegiatan karyawan, dan mengisi buku kegiatan mandor.

Kerani divisi memiliki kewajiban dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi dalam divisinya. Kerani divisi bertugas membuat bon permintaan bahan, mengisi laporan dan realisasi pekerjaan bulanan, mengisi daftar hadir karyawan, mengisi buku prestasi kerja karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian, mengarsir dan membuat peta pekerjaan, merangkum dan membuat data produksi panen.

Pendamping asisten.

Asisten divisi merupakan manajemen tingkat staf yang bertanggung jawab penuh atas divisi yang dipimpinnya. Seorang asisten divisi bertugas dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengevaluasian semua kegiatan divisi. Asisten divisi melakukan apel pagi dengan pada mandor untuk menjelaskan rencana kegiatan pada hari yang bersangkutan dan mengevaluasi hasil kerja hari sebelumnya. Seorang asisten divisi juga bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan yang ada di divisinya maupun dalam lingkungan kemasyarakatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(35)

23 keberhasilan kegiatan ini akan mempengaruhi kualitas kegiatan lainnya seperti kegiatan pemupukan dan panen.

Kondisi dan Jenis Gulma

Gulma yang tumbuh disuatu daerah akan berbeda di daerah lainnya meskipun pada tanaman budidaya yang sama. Kondisi gulma pada suatu lahan dapat diketahui dengan cara melakukan analisis vegetasi. Menurut Tjitrosoedirdjo

et al. (1984) analisis vegetasi ditunjukkan untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi hasil pengendalian gulma, perubahan flora sebagai akibat pengendalian tertentu dan evaluasi herbisida untuk menentukan aktivitas suatu herbisida terhadap jenis gulma di lapangan. Parameter kuantitatif yang digunakan untuk analisis vegetasi antara lain persentase penyebaran gulma, kerapatan, frekuensi dan dominasi gulma.

Hasil analisis vegetasi yang dilakukan (Tabel 5) menunjukkan bahwa jenis-jenis gulma yang ada di ASE cukup bervariasi. Jenis gulma yang tumbuh di areal TM ditemukan juga di areal TBM. Nilai NJD menurut golongan gulma menunjukkan golongan gulma daun lebar banyak mendominasi di areal perkebunan. Gulma daun lebar tersebut antara lain Ageratum conyzoides, Borreria alata, Kentosan, Melastoma malabatricum, dan Micrania micranta. Gulma golongan rumput banyak mendominasi areal TM, gulma tersebut antara lain

Axonopus compressus, Centotheca lappaceae, dan Cynodon dactilon. Gulma golongan teki-tekian yang mendominasi yaitu Cyperus iria dan Scleria sumatrensis.

Perbedaan tahun tanam kelapa sawit mengakibatkan penutupan kanopi yang berbeda, sehingga jenis gulma yang tumbuh dominan memiliki perbedaan disetiap tahun tanamnya. Tanaman kepala sawit menghasilkan (TM) memiliki tajuk yang saling menutup sehingga cahaya masuk ke permukaan tanah tidak banyak. Kondisi yang demikian akan menghambat pertumbuhan gulma di bawah tajuk karena cahaya matahari kurang bagi pertumbuhan gulma. Kondisi ini berbeda dengan tanaman kelapa sawit yang masih muda (TBM). Syahputra et al. (2011) mengungkapkan bahwa kondisi lahan pada TBM masih terbuka sehingga penetrasi cahaya matahari lebih banyak, keadaan ini dapat menyebabkan biji gulma yang pada awalnya dorman di permukaan tanah menjadi terpicu untuk berkecambah.

Koefisien komunitas digunakan untuk menilai adanya variasi atau kesamaan dari berbagai komunitas dalam suatu area. Suatu area dikatakan memiliki kesamaan apabila nilai dari koefisien komunitas (C) di atas 75% (Tjitrosoedirdjo

(36)

24

Tabel 5 Nilai NJD gulma yang ada di ASE

Nama spesies Tahun tanam

Tabel 6 Nilai koefisien komunitas (C) gulma di ASE

Tahun tanam Tahun tanam

Gambar

Gambar 2 Aplikasi janjang kosong a) mulching, b) focal feeding
Tabel 5 Nilai NJD gulma yang ada di ASE
Gambar 3 Struktur organisasi pengendalian gulma di ASE
Tabel 7 Jenis herbisida yang digunakan di ASE

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima jenis bahan yang diduga sebagai perangsang makan, kecap dan sukrosa secara signifikan meningkatkan konsumsi UGB dan

Beberapa galur inbrida menunjukkan keragaan bobot malai dan bobot biji per malai yang lebih tinggi dari kedua tetuanya, yaitu galur 110-6 dan 377-9 untuk karakter bobot malai

Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa struktur kalimat tanya bahasa Mandailing terdiri atas: (a) 22 struktur yang berbeda pada kalimat tanya dengan kata tanya, (b) 8 struktur

Hasil penelitian mengenai proses komunikasi antara Sparkle Organizer dengan Klien adalah dari pihak SO harus memposisikan tugas dan fungsi dari setiap devisi dalam

p. Guru menutup pelajaran dengan berdoa. Menerapkan metode Cooperative Script pada pembelajaran IPA materi perubahan pada makhluk hidup, diharapkan siswa dapat

Reward sangat berperan penting dalam hasil belajar siswa dengan adanya reward siswa merasa lebih dihargai dengan apa yang telah siswa capai sehingga untuk kedepannya

Untuk mengetahui karakteristik antrian pada fasilitas check in counter tersebut secara mikro maka perlu dilakukan analisis dengan pendekatan teori antrian (distribusi

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan pengujian hipotesis yang dilakukan, didapatkan hasil perhitungan persentase sebesar 97,5% sehingga dapat disimpulkan bahwa