• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Sistem Drainase Lapangan Olahraga Institut Pertanian Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Sistem Drainase Lapangan Olahraga Institut Pertanian Bogor"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN SISTEM DRAINASE LAPANGAN OLAHRAGA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RIZAL ABUDZAR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Sistem Drainase Lapangan Olahraga Institut Pertanian Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RIZAL ABUDZAR. Kajian Sistem Drainase Lapangan Olahraga Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh SUTOYO.

IPB merupakan salah satu perguruan tinggi di Indonesia. Lapangan olahraga merupakan salah satu sarana penting yang harus dimiliki oleh suatu perguruan tinggi untuk pengembangan mahasiswa. Lapangan olahraga IPB masih tergenang air ketika hujan turun cukup deras. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penyebab terjadinya genangan dan menentukan metode penyelesaian masalah yang paling tepat. Analisis dilakukan terhadap sistem drainase eksisting, karakteristik tanah, serta topografi lapangan. Kapasitas drainase bawah permukaan lapangan sepak bola dan lintasan atletik adalah 0.26 m3/dtk dan 0.13 m3/dtk dengan debit

buangan 1.88 m3/dtk dan 0.42 m3/dtk. Tanah penutup lapangan sepak bola IPB

merupakan tanah berpasir yang tergolong baik untuk dipergunakan dalam drainase bawah permukaan dengan nilai konduktivitas hidrolik 0.08–2.09 cm/dtk. Tanah lapangan sepak bola IPB pada kedalaman 20 cm merupakan tanah liat dengan nilai konduktivitas hidrolik 0.00078–0.00388 cm/dtk. Nilai laju infiltrasi tanah lapangan sepak bola mencapai 1.08–4.68 cm/jam. Kemiringan lahan lapangan sepak bola arah utara ±0.06%, barat ±0.04%, timur ±0.05%, dan selatan ±0.02%. Genangan yang terjadi di lapangan olahraga IPB dipengaruhi oleh laju infiltrasi tanah yang nilainya lebih kecil dari curah hujan rencana 10 tahunan dan kapasitas sistem drainase eksisiting yang kurang memadai.

Kata kunci: lapangan, drainase, tanah, olahraga, kemiringan

ABSTRACT

RIZAL ABUDZAR. Bogor Agricultural University’s Sports Field Drainage System Study. Supervised by SUTOYO.

IPB is one of the universities in Indonesia. Sports field is one important means that must be owned by a college for student development. IPB’s sport field still flooded when it rained hard enough. The purpose of this study is to analyze the causes of flooding and determine the method most appropriate to solve the problem. Analysis was conducted on the condition of the existing drainage system, soil characteristics, and topography field conditions. Subsurface drainage capacity IPB’s football field and athletics track at 0.26 m3/sec and 0.13 m3/sec with effluent discharge at 1.88 m3/sec and 0.42 m3/sec. IPB’s football field land cover is a kind

of sandy soil belonging either to be used in subsurface drainage with hydraulic conductivity values 0.08-2.09 cm/sec. IPB’s football field soil at a depth 20 cm is a clay with hydraulic conductivity values 0.00078–0.00388 cm/sec. The infiltration rate of football field reaches 1.08–4.68 cm/h. The slope of football field to the north ±0.06%, ±0.05% west, ±0.05% east, and ±0.02% south. Inundation occurred in

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

KAJIAN SISTEM DRAINASE LAPANGAN OLAHRAGA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

NIM : F441 00024

Disetujui oleh

M.Si Dosen Pembimbing

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

3

-

FEB

20li

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah sistem drainase, dengan judul Kajian Sistem Drainase Lapangan Olahraga Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Saya juga menyampaikan banyak terimakasih kepada Sutoyo, STP, M.Si selaku dosen pembimbing dan Muhammad Fauzan S.T., M.T serta Tri Sudibyo S.T., M.Sc selaku dosen penguji ujian skripsi yang telah membantu dan membimbing dalam mensukseskan perampungan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dodi, Ibu Dahlia dan Bapak Rudi dari Staf dan Teknisi di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, para staf di ORSEN IPB, serta Ibu Ratna selaku sekertaris Tata Usaha FATETA IPB. Tak lupa beragam rasa saya ucapkan kepada Fachri, Gumi, Ismat, Titan, Rizky, Pipil sebagai teman yang telah menghambat dan membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Hujan dan Limpasan 2

Drainase 3

Drainase Lapangan Olahraga 3

Permeabilitas Tanah 3

METODE 4

Studi Literatur 4

Survey Lapangan 4

Bahan 4

Alat 4

Prosedur Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Deskripsi Lahan Penelitian 7

Pengukuran Topografi 9

Pengukuran Kemampuan Tanah Meloloskan Air 12

Kondisi Sistem Drainase Eksisting 15

Debit Buangan 17

Rancangan Sistem Drainase Baru 19

Rancangan Anggaran Perbaikan 20

Operasi dan Perawatan 20

(10)

Simpulan 21

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 24

(11)

DAFTAR TABEL

1 Viskositas air pada suhu T 7

2 Kondisi genangan di lapangan olahraga IPB tanggal

17 September 2014 11

3 Kondisi genangan di lapangan olahraga IPB tanggal

08 Oktober 2014 12

4 Hasil pengukuran laju infiltrasi tanah lapangan sepak bola IPB 12 5 Nilai konduktivitas hidrolik tanah jenuh lapangan sepak bola

IPB pada kedalaman 2 cm 14

6 Nilai konduktivitas hidrolik tanah jenuh lapangan sepak bola

IPB pada kedalaman 20 cm 14

7 Pengelompokan kualitas tanah untuk drainase berdasarkan

nilai konduktivitas hidroliknya 14

8 Kapasitas pipa drainase bawah permukaan lapangan sepak bola 16 9 Kecepatan maksimum aliran berdasarkan tekstur tanah 16 10 Kapasitas pipa drainase bawah permukaan lintasan atletik 17 11 Hasil perhitungan dispersi metode distribusi peluang kontinyu

melalui parameter statistik 18

12 Hasil Uji Smirnov-Kolmogorov terhadap metode distribusi

peluang kontinyu 18

13 Curah hujan periode ulang tertentu berdasarkan hasil

perhitungan distribusi Gumbel 19

14 Jarak antar pipa sistem drainase bawah permukaan baru 20 15 Diameter baru pipa sistem drainse bawah permukaan baru 20

DAFTAR GAMBAR

1 Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor 8

2 Lapangan Olahraga Institut Pertanian Bogor 8

3 Lokasi genangan di lapangan sepak bola dan lintasan atletik 10 4 Genangan yang terjadi di lapangan setelah hujan turun 11

5 Lokasi pengujian nilai laju infiltrasi tanah 13

6 Lokasi pengambilan contoh uji pengujian konduktivitas hidrolik 15 7 Drainase bawah permukaan lapangan sepak bola dan lintasan atletik 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rancangan anggaran biaya perbaikan sistem drainase bawah

permukaan lapangan olahraga IPB 24

(12)

3 Denah sistem drainase bawah permukaan lapangan olahraga IPB

eksisting dan rancangan perbaikan perubahan diameter 33

4 Denah rancangan sistem drainase bawah permukaan lapangan olahraga

IPB perubahan jarak antar pipa 34

5 Gambar detail pipa drainase bawah permukaan lapangan sepak bola IPB 35 6 Gambar detail pipa drainase bawah permukaan lintasan atletik IPB 36 7 Gambar detail rancangan sistem drainase bawah permukaan pipa baru

Ø 318 mm lapangan sepak bola IPB 37

8 Gambar detail rancangan sistem drainase bawah permukaan

dengan jarak antar pipa 2 m lapangan sepak bola IPB 38

9 Gambar detail rancangan sistem drainase bawah permukaan pipa baru

Ø 150 mm lintasan atletik IPB 39

10 Gambar detail rancangan sistem drainase bawah permukaan

dengan jarak antar pipa 1.5 m lintasan atletik IPB 40

11 Peta kontur lapangan olahraga IPB hasil pengolahan data pengukuran

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah salah satu perguruan tinggi di Indonesia. IPB memiliki prestasi baik dalam hal akademik maupun non akademik, seperti ekstrakulikuler. Kegiatan ekstrakulikuler terpusat pada organisasi UKM yang dinaungi oleh Direktorat Kemahasiswaan. Perlu adanya perhatian terhadap organisasi kemahasiswaan terkait kegiatan ekstrakulikuler, sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Penyediaan sarana, prasarana, dan dana penunjang kegiatan ekstrakulikuler adalah hal penting yang harus dilakukan oleh suatu perguruan tinggi.

Stadion atau lapangan olahraga merupakan salah satu sarana penting yang harus dimiliki oleh suatu perguruan tinggi untuk pengembangan mahasiswa. Lapangan olahraga adalah bangunan untuk menyelenggarakan kegiatan olahraga sepak bola dan atau atletik, serta fasilitas untuk penontonnya (SNI T-25-1991-03). Lapangan olahraga merupakan sarana paling penting dalam olahraga terutama sebagai tempat pembinaan atlet. Selain itu, lapangan olahraga juga dapat meningkatkan antusiasme mahasiswa IPB untuk mengembangkan dan memberi dukungan terhadap peningkatan prestasi olahraga Institut Pertanian Bogor.

Permasalahan yang sering terjadi pada hampir semua lapangan olahraga adalah timbulnya genangan air ketika hujan turun. Keberadaan genangan di lapangan sepak bola dan lintasan atletik dapat mengganggu olahraga yang berlangsung serta meningkatkan resiko cedera. Permasalahan genangan ini sangat berkaitan dengan rancangan sistem pembuangan air berlebih atau drainase yang ada di stadion olahraga tersebut. Sistem drainase yang diterapkan pada suatu stadion dapat berupa sistem drainase permukaan maupun drainase bawah permukaan. Faktor-faktor yang mendukung agar sistem drainase dapat berfungsi dengan baik perlu mendapat perhatian lebih, seperti kondisi tanah, operasi dan pemeliharaan.

Institut Pertanian Bogor memiliki lapangan olahraga yang terdiri atas lapangan sepak bola yang dikelilingi oleh lintasan atletik. Genangan sering kali timbul di lapangan sepak bola dan lintasan atletik ketika hujan turun cukup deras. Padahal lapangan olahraga tersebut telah dilengkapi dengan sistem drainase bawah permukaan baik di lapangan sepak bola dan lintasan atletiknya. Mengacu pada permasalahan tersebut perlu adanya penelitian berupa kajian sistem drainase lapangan olahraga IPB. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab terjadinya genangan dan menentukan desain rencana peningkatan sistem drainase yang sesuai.

Perumusan Masalah

(14)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab terjadinya genangan dan menentukan perbaikan atau peningkatan sistem drainase yang sesuai.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menyelesaikan permasalahan genangan di lapangan olahraga IPB.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meliputi uji lapangan dan uji laboratorium. Pengambilan contoh tanah, pengukuran topografi lahan dan uji kemampuan infiltrasi tanah dilakukan di lapangan. Pengujian konduktivitas hidrolik tanah jenuh dilakukan di laboratorium. Selain itu data lain yang diperlukan seperti data curah hujan diperoleh dari BMKG Dramaga, Kabupaten Bogor. Analisis dan pengolahan data banyak dilakukan dengan menggunakan program Surfer 11, Excel 2010, dan AutoCAD 2010.

TINJAUAN PUSTAKA

Hujan dan Limpasan

Hujan merupakan bentuk cair dari presipitasi yang sangat penting bagi

kehidupan di bumi. Tjasyono (2004:17) menyatakan “… Endapan (presipitasi)

didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh ke permukaan bumi. Meskipun kabut, embun, dan embun beku (frost) dapat berperan dalam alih kebasahan (moisture) dari atmosfer ke permukaan bumi, unsur tersebut tidak

ditinjau sebagai endapan…”. Air hujan yang turun ke permukaan bumi akan mengalami infiltrasi, evaporasi, dan melimpas.

(15)

Drainase

Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air (Suripin 2004). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Proses drainase yang berlangsung dapat berupa aliran air diatas permukaan tanah dan atau melalui tanah.

Drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang mengkaji kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial Budaya yang ada di kawasan kota (Hasmar 2002). Drainase perkotaan yang ada meliputi permukiman, kawasan industri dan perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir, instalasi militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut/sungai serta tempat lain yang merupakan bagian dari sarana kota. Oleh karena itu, desain drainase perkotaan mempertimbangkan tata guna lahan, master plan drainase kota, permasalahan sosial dan budaya.

Drainase Lapangan Olahraga

Sistem drainase lapangan olahraga bertujuan untuk mencegah timbulnya genangan di lapangan ketika hujan turun. Genangan pada lapangan olahraga dapat mengganggu olahraga yang berlangsung serta meningkatkan kemungkinan cedera dari pemakai lapangan sehingga diperlukan suatu sistem yang membuat air lebih cepat meresap ke dalam tanah (Edisono et al. 1997). Genangan air biasa timbul karena permeabilitas tanah yang lebih rendah dari intensitas hujan di daerah tersebut.

Menurut Edisono et al. (1997), perencanaan drainase lapangan olahraga harus memperhatikan :

1. Konstruksi sistem drainase diusahakan dapat mengeringkan lapangan dengan cepat, tetapi tidak mengganggu pertumbuhan rumput.

2. Daerah yang ditangani cukup luas dan tidak memungkinkan untuk dibuat suatu lubang pemasukan (inlet).

3. Tidak ada erosi tanah, limpasan permukaan dibuat sekecil mungkin dengan kemiringan lahan maksimum = 0.007.

4. Infiltrasi sebesar mungkin.

5. Piping dicegah dengan jalan memberi filter pada sambungan-sambungan pipa.

Pembebanan air dari luar dihilangkan dengan membuat saluran disekeliling lapangan.

Permeabilitas Tanah

(16)

Sutanto (2005) mengatakan “…Permeabilitas sangat dipengaruhi oleh tekstur,

struktur dan porositas. Permeabilitas diukur berdasarkan horizon tertentu…”. Permeabilitas tanah dikelompokkan menjadi permeabilitas tanah jenuh dan permeabilitas tanah tak jenuh.

Permeabilitas jenuh merupakan permeabilitas yang diukur pada tanah yang telah jenuh air atau seluruh pori-porinya telah terisi oleh air. Permeabilitas ini tergantung pada beberapa faktor, yakni ; ukuran, agihan, dan kesinambungan pori (distribusi ukuran partikel dan struktur pori intraped dan interped). Permeabilitas pada umumnya disimbolkan dengan huruf K dan merupakan ekspresi kecepatan berdasarkan perbedaan tekanan. Tanah dengan pori besar berkesinambungan mempunyai permeabilitas tinggi.

Permeabilitas tak jenuh adalah permeabilitas yang terjadi apabila seluruh pori tidak terisi air. Aliran tak jenuh terjadi apabila tanah dalam keadaan kering, pori besar tidak terisi air dan gerakan air terjadi melalui pori berukuran kecil. Pada kondisi ini, permeabilitas (k) tak jenuh sangat tergantung pada kandungan air (tekanan).

METODE

Studi Literatur

Melakukan studi literatur untuk memperoleh informasi yang lebih detail terhadap objek studi.

Survey Lapangan

Melakukan survey lapangan untuk memperkecil kesalahan analisa dan untuk mendapatkan solusi yang tepat untuk permasalahan yang ada di wilayah studi.

Bahan

Penelitian ini menggunakan data sekunder dan primer. Data primer berupa data sifat tanah yakni permeabilitas tanah, laju infiltrasi, dan topografi lahan. Sedangkan data sekunder berupa data curah hujan harian maksimum BMKG Dramaga tahun 2004-2013 dan gambar rencana Lapangan Olahraga IPB.

Alat

(17)

Prosedur Analisis Data

1. Penentuan kondisi permukaan tanah atau topografi dilakukan dengan menggunakan pengukuran sipat datar metode grid, besar ukuran grid 5 × 5 meter, 5 × 10 meter, dan 10 × 10 meter. Beda tinggi antar titik di lapangan dapat ditentukan dengan persamaan 1 (Sinaga 1997). Data beda tinggi yang sudah diperoleh kemudian diolah menggunakan Surfer 11 untuk memperoleh peta kontur.

zi = zi−1+ ∆hi−1,i (1)

Dimana : zi = tinggi titik selanjutnya (cm)

zi-1 = tinggi titik sebelumnya (cm)

∆hi-1,i = beda tinggi kedua antara zi dan zi-1 (cm)

2. Penentuan curah hujan rencana diperoleh dari hasil analisis hidrologi menggunakan metode statistika. Metode statistika yang dipergunakan adalah uji peluang distribusi menggunakan metode distribusi Normal, Log Normal, Log Pearson Type III, dan Gumbel. Uji kelayakan Smirnov-Kolmogorov perlu diterapkan terhadap uji probabilitas untuk meningkatkan nilai kelayakannya (Soewarno 1995).

3. Debit buangan dan jarak antar pipa drainase ditentukan berdasarkan koefisien drainase dan luas daerah yang harus didrainasekan (Cavelaars et al. 1994). Q = q × A = q × W × B (2) Dimana : Q = debit pipa (m3/dtk)

q = koefisien drainase (m/dtk)

A = luas area yang harus didrainasekan (m2)

W = lebar area yang harus didrainasekan oleh pipa (m). Untuk drainase lahan W adalah spasing drainase. B = panjang dari pipa drainase (m)

4. Koefisien drainase dapat ditentukan berdasarkan curah hujan harian maksimum yang harus dibuang dalam satu satuan waktu. Curah hujan harian maksimum yang dipergunakan ditentukan berdasarkan rencana periode ulang yang diinginkan (Supyan 1994).

5. Penentuan kapasitas sistem drainase dilakukan dengan menghitung kapasitas sistem yang ada dengan menggunakan persamaan kontinuitas debit (Bos 1994).

Q = A × V (3)

Dimana : Q = kapasitas saluran (m3/dtk)

(18)

6. Kecepatan aliran air yang mengalir di dalam saluran dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan kecepatan Manning (Bos 1994).

V = 1n × R23 × S12 (4)

Dimana : R = jari-jari hidrolik (m) S = kemiringan dasar saluran

n = kekasaran manning untuk dasar saluran V = kecepatan aliran air (m/dtk)

7. Penentuan konduktivitas hidrolik tanah mengacu pada percobaan yang dilakukan Bowles (1970). Pengujian dilakukan menggunakan metode falling head. Falling head adalah metode percobaan yang didasarkan pada perubahan perbedaan tekanan (head) selama pengujian (Budi 2011). Contoh uji tanah diambil dari lapangan menggunakan ring sample. Contoh uji tanah diambil pada kedalaman 2 dan 20 cm. Sebelum pengujian menggunakan falling head dilakukan contoh uji tanah harus dijenuhkan terlebih dahulu dengan cara direndam di dalam air selama 24 jam. Air rendaman haruslah mencapai ¾ dari tinggi ring sample. Hal yang diamati pada pengujian falling head adalah waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan sejumlah air di dalam tabung.

Kt = 2,3 × AAbn×L×T × log10 HH12 (5) Dimana : Kt = konduktivitas hidrolik (cm/dtk)

Ab = luas alas ring sample bagian dalam (cm) An = luas tabung bagian dalam (cm)

H1 = tinggi air awal (cm)

H2 = tinggi air akhir (cm)

8. Viskositas air pada pengujian falling head memiliki pengaruh yang cukup signifikan. Pengaruh suhu air terhadap pengukuran konduktivitas hidrolik ditentukan dengan menggunakan persamaan 6. Perbandingan viskositas pada suhu standar dapat ditentukan menggunakan Tabel 1.

KT = (μμt

20) × Kt (6)

Dimana : KT = konduktivitas hidrolik dengan suhu air T (cm/dtk)

μT = viskositas air pada suhu T

(19)

Tabel 1Viskositas air pada suhu T

9. Laju infiltrasi diukur menggunakan model dari Philips (2006). Pengukuran dilakukan dengan membuat lubang di tanah. Lubang tersebut diisi air sampai penuh, waktu yang dibutuhkan untuk air menyerap seluruhnya ke dalam tanah diukur menggunakan stopwatch. Perlakuan tersebut terus dilakukan hingga waktu air meresap seluruhnya kedalam tanah hampir konstan. Metode Uji dan Ralat harus dipergunakan untuk mendapatkan nilai laju infiltrasi yang mendekati nilai aslinya.

f t = 12 × S × t- 12 + K (7) Dimana : f(t) = fungsi infiltrasi (cm/dtk)

S = sorptivitas tanah (cm/dtk1/2)

K = konduktivitas hidrolik tanah bagian atas (cm/dtk) t = waktu (dtk)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lahan Penelitian

(20)

Gambar 1 Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor

Gambar 2 Lapangan Olahraga Institut Pertanian Bogor

Gambar 1 menunjukkan lokasi penelitian yang berada di dalam lingkup kampus IPB Dramaga. Gambar 2 menunjukkan citra satelit lapangan olahraga IPB yang diambil menggunakan software Google Earth. Citra ini diambil oleh satelit pada 13 Mei 2014. Lapangan olahraga IPB terdiri atas lapangan sepak bola, lintasan atletik, lintasan lompat jauh, lintasan tolak peluru, dan tribun penonton. Penelitian difokuskan pada permasalahan genangan yang masih sering terjadi di lapangan sepak bola dan lintasan atletik.

Lokasi Penelitian Lapangan Olahraga

(21)

Pengukuran Topografi

Pengukuran topografi merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk menentukan perubahan permukaan bumi dan untuk penentuan letak lokasi ciri-ciri alamiah dan kebudayaan diatasnya. Pengukuran menghasilkan peta topografi yang berasal dari data pengukuran berupa garis dan simbul-simbul konvensional. Peta topografik adalah penyajian dari sebagian permukaan bumi yang memperlihatkan kebudayaan, relief, hidrografi, dan mungkin tumbuh-tumbuhan (Brinker dan Wolf 1997).

Lampiran 11 merupakan peta kontur hasil pengolahan data menggunakan software Surfer 11. Lapangan sepak bola harus memiliki kemiringan yang mengarah ke empat arah. Data pengukuran menunjukkan kemiringan lapangan sepak bola sebelah utara ±0.06%, sebelah barat ±0.04%, sebelah timur ±0.05%, dan sebelah selatan ±0.02%. Kemiringan tersebut tidak sesuai dengan aturan yang ada di dalam SNI 03-3646-1994. SNI 03-3646-1994 menentukan kemiringan lapangan sepak bola mencapai 0.5–1% yang terbagi ke empat arah, lihat lampiran 2. Permukaan lahan yang baik menjaga tingkat keamanan dan memaksimalkan kualitas permainan (Sport England 2011).

Menurut SNI 03-3646-1994, kemiringan lintasan atletik pada arah memanjang (arah berlari) ditentukan 0–0.1% dan pada arah melintang 0–1%. Kemiringan arah melintang ini menjorok ke dalam atau mengarah ke lapangan sepak bola. Mengacu pada hasil pengukuran topografi, kemiringan lintasan lari arah melintang mencapai 2%. Kemiringan tersebut melebihi standar yang ada di SNI 03-3646-1994. Kemiringan yang berlebih menyebabkan air mengalir diatas lintasan atletik lebih cepat menuju ke hulu. Pergerakan air yang cepat menuju hulu menyebabkan penumpukan air di hulu.

Lampiran 11 juga memperlihatkan adanya garis kontur yang saling mendekati atau berhimpit. Pola garis demikian menunjukkan adanya kemiringan lahan yang cukup curam. Garis kontur yang berhimpit tersebut membentuk area yang cukup luas. Area tersebut merupakan cekungan yang ada di permukaan tanah. Keberadaan cekungan membuat penyebaran air hujan tidak merata. Pada area cekungan, volume air menjadi lebih banyak. Volume air yang berlebih menyebabkan waktu yang dibutuhkan air untuk menyerap seluruhnya ke dalam tanah lebih lama.

Gambar 3 menunjukkan lokasi genangan yang sering terjadi ketika hujan turun cukup deras. Lokasi genangan tersebut memiliki luas yang cukup besar dan waktu yang lama untuk menyerap seluruhnya ke dalam tanah, penampakan genangan dapat dilihat pada Gambar 4. Waktu penyerapan air yang berada di lintasan atletik dapat mencapai 30–60 menit. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menyerapkan air di atas lapangan sepak bola dapat mencapai 1–6 jam. Tabel 2 dan 3 merupakan tabel hasil pengamatan langsung yang menunjukkan rata-rata luas dan kedalaman genangan yang terjadi di lapangan sepak bola dan lintasan atletik. Genangan terluas adalah 800 m2 dan terjadi di lintasan atletik dengan

kedalaman 2–3 cm sedangkan yang terkecil 12 m2 pada lokasi 3. Perbedaan nilai

(22)
(23)

Gambar 4 Genangan yang terjadi di lapangan setelah hujan turun

Pengukuran topografi menunjukkan terdapat cekungan atau tidak meratanya permukaan lapangan sepak bola IPB. Kemiringan lahan pada lapangan olahraga alami adalah salah satu hal yang berpengaruh pada aspek fungsionalitas lapangan (Sport England 2011). Kemiringan area harus dibuat sesuai aturan untuk mencegah timbulnya genangan. Tidak hanya itu proses perawatan dan pengelolaan juga perlu ditingkatkan agar kelayakan waktu penggunaan lapangan dapat terjaga.

Tabel 2 Kondisi genangan di lapangan olahraga IPB tanggal 17 September 2014

Lokasi Luas Genangan (m2) Kedalaman (cm)

1 30 1-3

2 800 2-3

3 18 1-2

4 30 1-4

5 100 1-4

6 20 1-4

1 2

3 4

(24)

Tabel 3 Kondisi genangan di lapangan olahraga IPB tanggal 08 Oktober 2014

Pengukuran Kemampuan Tanah Meloloskan Air

Karakteristik tanah merupakan faktor penting dalam perancangan sistem drainase bawah permukaan. Proses yang terjadi pada drainase bawah permukaan adalah proses mengalirnya air melewati atau melalui tanah (Braun dan Kruijne 1994). Karakteristik tanah tersebut diantaranya adalah kemampuan tanah meloloskan air atau konduktivitas hidrolik tanah dan infiltrasi. Tabel 4 menunjukkan nilai laju infiltrasi tanah lapangan sepak bola IPB.

Pengukuran laju infiltrasi dilakukan di 3 titik yang berbeda, lihat Gambar 5. Lokasi pertama merupakan lokasi yang tidak tergenang, lokasi kedua kedua dan ketiga merupakan lokasi tergenang. Nilai laju infiltrasi tanah lapangan sepak bola IPB berkisar antara 1.08–4.68 cm/jam. Tabel 4 menunjukkan keberagaman nilai laju infiltrasi untuk lokasi yang berbeda di lapangan sepak bola.

Laju infiltrasi yang berbeda dikarenakan kondisi profil muka tanah berbeda untuk masing-masing lokasi. Lokasi 1 merupakan daerah di lapangan yang tidak ditutupi rumput, lokasi 2 daerah yang ditutupi rumput dengan jumlah sedang, dan lokasi 3 daerah yang ditutupi rumput dengan jumlah yang banyak. Ketebalan tanah di setiap titik pun berbeda titik 1, 2, 3 adalah 7 cm, 11 cm, dan 10 cm. Profil tanah berdampak pada kemampuan laju infiltrasi suatu lahan (Arsyad 2006).

Tanah lapangan sepak bola IPB dibangun menggunakan tanah berpasir. Tanah berpasir memiliki nilai laju infiltrasi sebesar 4.9 cm/jam (Free et al. 1940). Hasil pengukuran menunjukkan laju infiltrasi tanah lapangan sepak bola IPB mengalami penurunan di beberapa lokasi.

Tabel 4 Hasil pengukuran laju infiltrasi tanah lapangan sepak bola IPB

Lokasi Lubang Laju Infiltrasi Tanah

cm/dtk cm/jam

1 P1 0.0013 4.68

2 P2 0.0003 1.08

(25)

Gambar 5 Lokasi pengujian nilai laju infiltrasi tanah

Lokasi pengambilan contoh uji tanah pengukuran konduktivitas hidrolik dikelompokkan menjadi lokasi yang tergenang dan tidak tergenang air. Pengambilan contoh uji tanah dilakukan di 8 lokasi, lihat Gambar 6. Lokasi 1, 2, 3, dan 4 merupakan lokasi tanah yang tergenang air sedangkan lokasi 5, 6, 7, dan 8 lokasi tidak tergenang air. Nilai konduktivitas hidrolik tanah lapangan sepak bola IPB dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5 menunjukkan nilai konduktivitas tanah pada kedalaman 2 cm. Nilai konduktivitas tanah lapangan pada kedalaman 2 cm mencapai 0.08–2.09 cm/dtk. Konduktivitas tanah yang berada diantara 10-1–10-3 cm/dtk merupakan kerikil halus atau pasir, kemampuan permeabilitasnya

medium (Santosa et al.1998). Selain itu, Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai konduktivitas hidrolik tanah lapangan sepak bola IPB tergolong baik jika digunakan untuk sistem drainase bawah permukaan.

Lokasi 1, 2, 3, dan 4 memiliki nilai konduktivitas hidrolik yang lebih rendah jika dibandingkan dengan lokasi 5, 6, 7, dan 8. Variasi nilai konduktivitas hidrolik dapat diakibatkan oleh kerusakan pada lapisan tanah lapangan sepak bola. Kerusakan lapisan tanah dapat dipengaruhi oleh umur pakai yang telah melebihi batas. Menurut pengelola lapangan, faktor utama penyebab kerusakan adalah umur pakai bangunan yang sudah melebihi batas. Selain itu, kerusakan juga diakibatkan pengguna lapangan tidak mematuhi aturan penggunaan lapangan.

(26)

Tabel 5 Nilai konduktivitas hidrolik tanah jenuh lapangan sepak bola IPB pada kedalaman 2 cm

Lokasi Konduktivitas hidrolik t=29(cm/dtk)

1 0.11

Tabel 6 Nilai konduktivitas hidrolik tanah jenuh lapangan sepak bola IPB pada kedalaman 20 cm

Lokasi Konduktivitas Hidrolik t=29 (cm/jam)

1 0.00351

Tabel 7 Pengelompokan kualitas tanah untuk drainase berdasarkan nilai konduktivitas hidroliknya

Lapisan penutup tanah lapangan olahraga IPB masih tergolong baik jika digunakan untuk sistem drainase bawah permukaan. Nilai laju infiltrasi tanahnya masih jauh dari standar FIFA. FIFA menentukan kemampuan lapangan sepak bola untuk menghilangkan air harus mencapai >180 mm/jam. Selain itu, menurut SNI 03-3646-1994 lapangan harus dapat menyerap dan mengeringkan air hujan dengan curah 10.8 mm/m2 dalam waktu 90 menit atau perkolasi 120 l/dtk/hari dalam waktu

(27)

Gambar 6 Lokasi pengambilan contoh uji pengujian konduktivitas hidrolik

Kondisi Sistem Drainase Eksisting

Drainase bawah permukaan IPB berupa pipa plastik tanpa ulir dan berlubang (perforated pipe). Jarak antar lubang pada pipa adalah 30 cm. Pola atau jaringan sistem drainase menggunakan sistem singular. Pada sistem singular setiap pipa drainase di lapangan mengalirkan air langsung ke drainase pengumpul (Cavelaars et al. 1994). Sistem singular tersebut diterapkan pada drainase bawah permukaan lapangan sepak bola dan lintasan atletik, dapat dilihat pada gambar 6.

Lampiran 4 dan 5 menunjukkan gambar detail kondisi pipa drainase bawah permukaan lapangan olahraga IPB. Sport England (2011), merekomendasikan sistem drainase pipa untuk lapangan sepak bola alami dengan kriteria :

(28)

2. Meningkatkan penggunaan pipa dinding kembar untuk drainase utama untuk pipa yang lebih kaku dan aliran yang lebih baik.

3. Pipa harus diletakkan dengan kemiringan yang sesuai dengan diameter pipa untuk mencapai debit yang direncakan. Umumnya kemiringan yang digunakan 1:100.

4. Adanya outfall yang baik menuju suatu saluran air, dapat berupa saluran permukaan. Pembuatan ini harus sesuai dengan persyaratan yang diberlakukan oleh otoritas drainase atau badan lingkungan hidup.

Tabel 8 menunjukkan kondisi fisik dari pipa drainase bawah permukaan lapangan sepak bola. Pipa drainase yang digunakan pada lapangan sepak bola berjumlah 20 buah. Pipa tersebut tersebar ke dua arah yakni sisi barat dan sisi timur lapangan, dengan jarak antar pipa adalah 15 m. Setiap pipa dapat mengalirkan air yang menyerap dari lapangan sepak bola sebesar 0.015 m3/dtk. Kemiringan pipa di

lapangan mencapai 0.011. Kapasitas debit seluruh pipa di lapangan sepak bola adalah 0.3 m3/dtk.

Saluran dibuat memiliki kemiringan agar air dapat disalurkan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Besarnya kemiringan pipa mempengaruhi tinggi kecepatan aliran di dalamnya. Pipa drainase untuk area datar umumnya 0.001 sedangkan saluran pengumpul untuk drainase lahan kemiringannya 0.0003 sampai 0.001 (Cavelaars et al. 1994). Kecepatan minimum saluran untuk daerah yang rawan sedimentasi adalah 1.4 ft/dtk, sedangkan untuk daerah yang kurang rawan kecepatan minum dapat diturunkan menjadi 0.5 ft/dtk (USDA 2014). Kecepatan minimum ditentukan agar saluran dapat melakukan pembersihan sendiri (self-cleaning) jika ada sedimen di saluran. Desain kecepatan maksimum untuk pipa berlubang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 8 Kapasitas pipa drainase bawah permukaan lapangan sepak bola Panjang

Koef. Manning Debit Hidrolika (m3/dtk)

35 0.011 0.15 0.017 0.014 0.015

Tabel 9 Kecepatan maksimum aliran berdasarkan tekstur tanah

Tekstur Tanah Kecepatan (ft/dtk)

Pasir dan pasir lempung 3.5

Lanau dan lanau lempung 5.0

Lempung liat berdebu 6.0

Liat dan liat lempung 7.0

Gersik atau kerikil 9.0

Sumber : USDA 2014

(29)

Kapasitas debit pipa drainase bawah permukaan dihitung dengan menggunakan persamaan pipa aliran penuh. Persamaan pipa aliran penuh digunakan untuk menghindari kesalahan konstanta yang beragam dalam persamaan dan untuk menyederhanakan iterasi penyelesaian persamaan Manning (Cavelaars et al. 1994).

Tabel 10 Kapasitas pipa drainase bawah permukaan lintasan atletik Panjang

(m) Slope

Diameter (m)

Luas

(m2) Koef. Manning

Debit Hidrolika (m3/dtk)

10 0.019 0.076 0.004 0.014 0.003

Gambar 7 Drainase bawah permukaan lapangan sepak bola dan lintasan atletik

Debit Buangan

(30)

perlu diuji kembali untuk memperkuat hasil yang didapat dengan menggunakan uji Smirnov-Kolmogorov.

Suatu kenyataan bahwa tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak atau sama dengan nilai rata-ratanya, tetapi kemungkinan ada nilai yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai rata-ratanya (Mori 2003). Besarnya derajat dari sebaran variat disekitar nilai rata-ratanya disebut variasi atau dispersi. Besarnya dispersi dapat diukur melalui perhitungan parameter statistik. Parameter tersebut diantaranya deviasi rata-rata (S), koefisien variasi (Cv), koefisien kurtosis (Ck), dan koefisien kemencengan (Cs). Tabel 11 menunjukkan bahwa hanya metode Gumbel yang memenuhi syarat. Syarat tersebut diambil berdasarkan nilai Cs, Cv, dan Ck dari kurva masing-masing distribusi peluang.

Tabel 11 Hasil perhitungan dispersi metode distribusi peluang kontinyu melalui parameter statistik

No Jenis Distribusi Syarat Hasil Keterangan

1 Gumbel Cs ≤ 1.1396 Cs = 0.1562 Memenuhi Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering disebut uji kecocokan non parametrik karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi tertentu (Soewarno 1995). Tabel 12 menunjukkan hasil perhitungan nilai D. Nilai Dmaks lebih kecil dari Do (0.08 < 0.41) maka persamaan distribusi gumbel yang diperoleh dapat diterima untuk menghitung peluang curah hujan yang terjadi.

Tabel 12 Hasil Uji Smirnov-Kolmogorov terhadap metode distribusi peluang kontinyu

No Jenis Distribusi Syarat Do Dmaks Keterangan 1 Normal

(31)

olahraga harus sudah dapat meresap seluruhnya dalam waktu 15 menit (SNI 03-3646-1994). Koefisien drainase menjadi 162.09 mm/15 menit atau 0.00018 m/dtk. Tabel 13 Curah hujan periode ulang tertentu berdasarkan hasil perhitungan

distribusi Gumbel

Luas lapangan sepak bola keseluruhan yang harus terlayani oleh sistem drainase bawah permukaan mencapai 10420 m2. Sedangkan luas lintasan atletik mencapai 2360 m2. Jumlah debit yang harus dibuang berdasarkan koefisien

drainase pada lapangan sepak bola adalah 1.88 m3/dtk dan lintasan atletik adalah

0.42 m3/dtk.

Rancangan Sistem Drainase Baru

Kapasitas debit 20 pipa drainase bawah permukaan lapangan sepak bola adalah 0.3 m3/dtk sedangkan debit yang harus dibuang adalah 1.88 m3/dtk.

Kapasitas debit 40 pipa drainase bawah permukaan lintasan atletik berjumlah 0.13 m3/dtk sedangkan debit yang harus dibuang adalah 0.42 m3/dtk. Perancangan kapasitas sistem drainase harus bernilai sama atau lebih besar dari debit yang harus dibuang. Kapasitas debit saluran yang ada di lapangan sepak bola dan lintasan atletik lebih kecil dari debit buangan yang ada. Perlu adanya perancangan ulang sistem drainase yang lebih tepat. Perancangan ulang yang dilakukan berupa penentuan diameter dan jarak antar pipa yang baru.

(32)

Tabel 14 Jarak antar pipa sistem drainase bawah permukaan baru

Tabel 15 Diameter baru pipa sistem drainse bawah permukaan baru

DTA ADTA

Sistem drainase lapangan olahraga IPB dapat diperbaiki dengan 2 metode. Metode pertama adalah dengan mengganti pipa lama dengan pipa baru yang memiliki diameter lebih besar. Metode kedua adalah mengatur ulang jarak antar pipa yang berarti menambah jumlah pipa yang dipergunakan. Pemilihan metode yang dipergunakan didasarkan pada besar biaya perbaikan yang dibutuhkan. Perhitungan besar biaya yang dibutuhkan masing-masing metode dapat dilakukan dengan melakukan analisis harga satuan pekerjaan (AHSP) serta volume pekerjaan. Nilai anggaran biaya pekerjaan akan dihasilkan dari AHSP dan volume pekerjaan. Analisis harga satuan pekerjaan mengacu pada SNI 2385-2008 tentang Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan dan Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode 1 membutuhkan biaya sebesar Rp 244,209,446.40 dan metode 2 membutuhkan biaya sebesar Rp 1,239,361,419.81.

Operasi dan Perawatan

Pengelola lapangan olahraga IPB menerangkan bahwa tidak ada perlakuan khusus terkait perawatan sistem drainase bawah permukaan lapangan olahraga. Tindakan perawatan yang dilakukan hanya berupa pemantuan rumput lapangan serta pembersihan drainase permukaan dari sampah, sedimen, dan gulma. Padahal sistem drainase yang dipasang harus dapat bekerja dengan baik untuk waktu yang lama. Oleh karena itu perlu adanya manajemen yang baik dalam hal teknis dan

(33)

ketika dibutuhkan. Secara administrasi, perlu adanya kejelasan terkait tanggung jawab terhadap operasi dan perawatan (Cavelaars et al. 1994).

Menurut Cavelaars et al. (1994), terdapat 3 hal penting yang diperlukan terkait operasi dan perawatan sistem drainase :

1. As-Built drawing dari pekerjaan drainase

As-Built drawing merupakan gambar aktual atau peta dari seluruh komponen yang ada (drainase lahan, kolektor, koneksi, dll). Penanggung jawab harus memiliki peta ini agar dapat mengetahui kondisi aktual sistem drainase di lapangan seperti elevasi dari titik kolektor, outlet dari drainase lahan, serta titik referensi dari struktur utama.

2. Pemantauan

Kegiatan pemantauan terhadap sistem drainase terbagi menjadi 3, pemantauan pada saat drainase dibangun, pemantauan rutin, dan pemantauan lebih mendetail. Pemantauan pada saat drainase dibangun dilakukan untuk memastikan sistem drainase dibangun sesuai standar dan perencanaan yang ada. Sedangkan kegiatan pemantauan rutin dilakukan untuk memastikan sistem drainase bekerja dengan baik, biasanya hanya terkait apakah terjadi sumbatan atau tidak. Pemantauan lebih mendetail dilakukan rutin dengan jangka waktu yang panjang. Pemantuan ini dilakukan untuk mengecek kondisi keseluruhan sistem yang menunjang, terutama kondisi fisik alat. 3. Pembersihan pipa

Pipa drainase biasanya tersumbat oleh tanah atau pasir yang terbawa oleh air. Penyumbatan tersebut menghambat atau mengurangi fungsi dari pipa drainase. Pasir atau tanah yang terkumpul dapat dikeluarkan dengan metode

flushing”.Flushing merupakan metode pembersihan pipa saluran drainase yang tersumbat dengan menyemprotkan air bertekanan ke dalam saluran. Fungsi dari flushing adalah untuk membuka sumbatan yang terjadi di dalam pipa, membersihkan dan membuka sumbatan pada lubang perforasi pipa, serta membawa polutan keluar dari pipa.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Genangan yang terjadi di lapangan olahraga IPB dipengaruhi oleh laju infiltrasi tanah yang nilainya lebih kecil dari curah hujan rencana 10 tahunan dan kapasitas sistem drainase eksisiting yang kurang memadai. Laju infiltrasi tanah lapangan sepak bola berkisar antara 1.08–4.68 cm/jam sedangkan curah hujan mencapai 6.67 cm/jam. Laju infiltrasi di lokasi genangan nilainya lebih rendah yakni 1.08 cm/jam dibandingkan di lokasi tidak tergenang yakni 4.68 cm/jam. Konduktivitas hidrolik tanah lapangan sepak bola IPB tergolong baik, bilainya berkisar 0.08–2.09 cm/dtk. Kapasitas saluran drainase eksisting lapangan sepak bola adalah 0.3 m3/dtk dan lintasan atletik adalah 0.13 m3/dtk nilainya lebih kecil dari debit buangan masing-masing sebesar 1.88 m3/dtk dan 0.42 m3/dtk. Pengukuran

(34)

±0.06%, sebelah barat ±0.04%, sebelah timur ±0.05%, dan sebelah selatan ±0.02%. Sedangkan kemiringan lintasan lari arah melintang mencapai 2%. Kemiringan tersebut tidak sesuai dengan aturan yang ada di dalam SNI 03-3646-1994. Permukaan lapangan sepak bola terdapat cekungan-cekungan yang menjadi lokasi genangan.

2. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan genangan adalah dengan melakukan perbaikan terhadap permukaan tanah serta sistem drainase lapangan olahraga dan lintasan atletik. Perbaikan sistem drainase dapat dilakukan dengan mengganti pipa lama dengan pipa baru yang memiliki diameter lebih besar atau mengganti jarak antar pipa yang berarti menambah jumlah pipa yang dipergunakan. Perbaikan penggantian pipa dengan diameter lebih besar membutuhkan biaya sebesar Rp 244,209,446 dan perbaikan dengan spasing yang baru membutuhkan biaya sebesar Rp 1,239,361,418. Selain itu, perlu adanya peningkatan hal teknis dan administasi dari sistem operasi dan perawatan.

Saran

1. Penelitian dapat dilakukan lebih mendalam dengan mempertimbangkan adanya drainase permukaan sebagai saluran pengumpul.

2. Penelitian terkait lapisan permukaan lapangan sepak bola dan lintasan atletik masih dapat dilakukan dengan mengganti variabel-variabel tertentu, seperti ketebalan dan jenis lapisan.

3. Penelitian dapat dilakukan lebih mendalam dengan mengambil topik terkait sistem drainase yang berwawasan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standar Nasioanl. 1991. Standar Nasional Indonesia Nomor T-25-1991-03 tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan Stadion. Jakarta (ID): BSN.

[BSN] Badan Standar Nasional. 1994. Standar Nasiodanl Indonesia Nomor 03-3646-1994 tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan Stadion. Jakarta (ID): BSN.

Bos MG. 1994. Drainage Canals and Related Structures. Di dalam : Aart RV, Bos MG, Braun HMH, Lenselink KJ, Ritzema HP, editor. Drainage Princilples and Application 3rd ed. Wageningen (NL): ILRI. hal 745-749.

Bos MG. 1994. Basics of Groundwater Flow. Di dalam : Aart RV, Bos MG, Braun HMH, Lenselink KJ, Ritzema HP, editor. Drainage Princilples and Application 3rd ed. Wageningen (NL): ILRI. hal 228-229.

Bowles JE. 1992. Engineering Properties of Soils and their Measurements 4th ed.

Clark BJ, Kimbell K, Morris JM, editor. New York (US): McGraw-Hill.

(35)

Brinker RC, Wolf PR. 1997. Dasar-Dasar Pengukuran Tanah (Surveying) 7th ed.Walijatun D, Penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Elemental Surveying 7th ed.

Budi GS. 2011. Pengujian Tanah di Laboratorium : Penjelasan dan Panduan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Cavelaars JC, Vlotman WF, Spoor G. 1994. Subsurface Drainage Systems. Di dalam : Aart RV, Bos MG, Braun HMH, Lenselink KJ, Ritzema HP, editor. Drainage Princilples and Application 3rd ed. Wageningen (NL): ILRI. hal 846.

Edisono et al. 1997. Drainase Perkotaan. Jakarta (ID): Gunadarma.

Free GR, Browning GM, Musgrave GW. 1940. Relative infiltration and related physical characteristics of certain soils: U.S. Dept. Agriculture. Tech Bull. 729, 52 p.

[FIFA] Federation International Football Association. 2012. Quality Concept for Football Turf : Handbook of Requirements. Zurich (CH) : FIFA.

Hasmar HAH. 2002. Drainase Perkotaan. Yogyakarta (ID): UII Press.

Mori K. 2003. Hidrologi untuk Pengairan. Taulu L, Penerjemah. Sosrodarsono S dan Kensaku T, editor.Jakarta (ID): Paradnya Paramita. Terjemahan dari: Manual on Hydrology.

Philip JR. 2006. The Theory of Infiltration : 1. The Infiltration Equation and Its Solution. Soil Sci. Volume(171):S34-S36.0038-075x/06/171Sl-s34-s36.

Santosa B, Suprapto H, Suryadi HS. 1998. Mekanika Tanah Lanjutan. Jakarta (ID): Gunadarma.

Sinaga I. 1997. Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi. Jakarta (ID): Sinar Harapan.

Soewarno. 1995. Hidrologi : Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data Jilid 1. Bandung (ID) : Nova.

Sport England, Robin Wilson Consulting, S&P Architects. 2011. Design Guidance Note : Natural Turf For Sport. London (GB) : Sport England.

Supyan A. 1994. Rancangan sistem drainase di Matoa Golf and Country Club, Jakarta Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID): Andi.

Sutanto R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah : Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Tjasyono BHK. 2004. Klimatologi. Bandung (ID): ITB.

[USDA] United State Departemen of Agriculture. 2007. Water Management Guide [internet]. [diunduh 2014 Jan 01]. Tersedia pada : http://www.nrcs.usda.gov/Internet/FSE_DOCUMENTS/nrcs141p2_018127.pd f.

(36)

Lampiran 1 Rancangan anggaran biaya perbaikan sistem drainase bawah permukaan lapangan olahraga IPB

1. Daftar harga satuan barang dan upah

Benda Satuan Harga Per Satuan (Rp) Sumber

Pipa PVC Rucika Ø 76.2 mm btg 155,870

2. Analisis harga satuan pekerjaan (AHSP)

2.a Pekerjaan pemasangan pipa baru 1 m pipa PVC Ø 76.2 mm Kode Uraian Satuan Koefisien Harga

(37)

Lampiran 1 Lanjutan

2.b Pekerjaan pemasangan pipa baru 1 m pipa PVC Ø 150 mm Kode Uraian Satuan Koefisien Harga

(Rp)

2.c Pekerjaan pemasangan pipa baru 1 m pipa PVC Ø 318 mm Kode Uraian Satuan Koefisien Harga

(Rp)

2.d Pekerjaan galian tanah biasa 1 m3 sedalam 1 m

(38)

Lampiran 1 Lanjutan

2.e Pekerjaan pemasangan lapisan ijuk m2 dengan tebal 10 cm

Kode Uraian Satuan Koefisien Harga (Rp)

2.f Pekerjaan urugan batu koral

(39)

Lampiran 1 Lanjutan

2.g Pekerjaan urugan batu pecahan mesin ½

Kode Uraian Satuan Koefisien Harga (Rp)

2.h Pekerjaan urugan batu pecahan mesin ⅔

(40)

3. Racangan anggaran biaya (RAB)

3.a Rancangan anggaran biaya perbaikan sistem drainase bawah permukaan lapangan sepak bola penggantian jarak antar pipa

No Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga

(Rp) Faktor Koreksi

Jumlah Harga (Rp) 1 Pekerjaan Pemasangan Pipa Baru 1 m Diameter Ø 150 mm 35 m 16,5045.12 - 5,776,579.37

2 Pekerjaan Galian 1 m3 sedalam 1 m 19.62 m3 45,568.75 0.1 89,384.52

3 Pekerjaan Pemasangan Lapisan Ijuk 1 m2 dengan tebal 10 cm 18.38 m2 134,291.25 0.3 740,280.51 4 Pekerjaan Pemasangan Lapisan Ijuk 2 m2 dengan tebal 10 cm 23.1 m2 134,291.25 0.3 930,638.36

5 Pekerjaan Urugan Kembali 10.56 m3 15,189.58 0.3 53,495.81

6 Pekerjaan Urugan Batu Koral 2.83 m3 220,579.58 - 625,150.11

8,215,528.71

Jumlah pipa baru yang dipasang 134

Total biaya pekerjaan Rp 1,100,880,846.56

28

(41)

lebih besar (Pipa PVC Ø 318 mm)

No Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga

(Rp)

Faktor Koreksi

Jumlah Harga (Rp) 1 Pekerjaan Pemasangan Pipa Baru 1 m Diameter Ø 318 mm 35 m 541,224.5 - 18,942,857.5 2 Pekerjaan Galian Tanah Biasa 1 m3 sedalam 1 m 23.17 m3 45,568.75 0.1 105,598.74 3 Pekerjaan Pemasangan Lapisan Ijuk 1 m2 dengan tebal 10 cm 18.38 m2 134,291.25 0.3 740,280.51 4 Pekerjaan Pemasangan Lapisan Ijuk 2 m2 dengan tebal 10 cm 41.58 m2 134,291.25 0.3 1,675,149.05

5 Pekerjaan Urugan Tanah Kembali 17.92 m3 15,189.58 0.33 90,772.32

6 Pekerjaan Urugan Batu Koral 1.74 m3 220,579.58 - 384,153.68

21,938,811.81

Jumlah pipa baru yang dipasang 10

Total biaya pekerjaan Rp 219,388,118.1

29

Lampiran 1 / anjutan

(42)

No Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga (Rp)

Faktor Koreksi

Jumlah Harga (Rp) 1 Pekerjaan Pemasangan Pipa Baru 1 m Diameter Ø 76.2 mm 10 m 57,520.12 - 575,201.25 2 Pekerjaan Galian Tanah Biasa 1 m3 sedalam 1 m 0.28 m3 45,568.75 0.1 1,341.99 3 Pekerjaan Pemasangan Lapisan Ijuk 1 m2 dengan tebal 10 cm 0.42 m2 134,291.25 0.3 17,245.29 4 Pekerjaan Urugan Batu Pecah Mesin 2/3 0.08 m2 15,189.68 0.33 11,801.03

5 Pekerjaan Urugan Tanah Kembali 0.29 m3 45,568.75 0.33 4,456,99

610,046.57

Jumlah pipa baru yang dipasang 227

Total biaya pekerjaan Rp 138,480,572.2

30

Lampiran 1 / anjutan

(43)

besar (Pipa PVC Ø 150 mm)

No Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga

(Rp)

Faktor Koreksi

Jumlah Harga (Rp) 1 Pekerjaan Pemasangan Pipa Baru 1 m Diameter Ø 150 mm 10 m 57,520.12 - 575,201.25 2 Pekerjaan Galian Tanah Biasa 1 m3 sedalam 1 m 0.56 m3 45,568.75 0.1 2,617.92 3 Pekerjaan Pemasangan Lapisan Ijuk 1 m2 dengan tebal 10 cm 0.42 m2 134,291.25 0.3 17,245.29

4 Pekerjaan Urugan Batu Pecah Mesin 2/3 0.12 m2 15,189.68 0.33 17,701.33

5 Pekerjaan Urugan Tanah Kembali 0.51 m3 45,568.75 0.33 7,767.19

620,533.21

Jumlah pipa baru yang dipasang 40

Total biaya pekerjaan Rp 24,821,328.30

31

Lampiran 1 / anjutan

(44)

Lampiran 2 Kemiringan lapangan sepak bola menurut SNI 03-3646-1994

(45)

POTONGAN MELINTANG PIPA DRAINASE BAWAH PERMUKAAN LINTASAN ATLETIK

POTONGAN MELINTANG PIPA DRAINASE BAWAH PERMUKAAN LAPANGAN SEPAK BOLA

POTONGAN MEMANJANG PIPA DRAINASE BAWAH PERMUKAAN LAPANGAN SEPAK BOLA POTONGAN MEMANJANG PIPA DRAINASE BAWAH PERMUKAAN LINTASAN ATLETIK

Denah Drainase Bawah Permukaan Lapangan Olahraga Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor

Departemen

Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor

Departemen

Teknik Sipil dan Lingkungan

SATUAN

cm SKALA

1 : 150

33

(46)

POTONGAN MELINTANG PIPA DRAINASE BAWAH PERMUKAAN LINTASAN ATLETIK

POTONGAN MELINTANG PIPA DRAINASE BAWAH PERMUKAAN LAPANGAN SEPAK BOLA

POTONGAN MEMANJANG PIPA DRAINASE BAWAH PERMUKAAN LAPANGAN SEPAK BOLA POTONGAN MEMANJANG PIPA DRAINASE BAWAH PERMUKAAN LINTASAN ATLETIK

Institut Pertanian Bogor

Departemen

Teknik Sipil dan Lingkungan

Denah Rancangan Drainase Bawah Permukaan

Lapangan Olahraga Institut Pertanian Bogor

SATUAN

cm SKALA

1 : 150

U

(47)

POTONGAN MELINTANG SKALA 1 : 170 1500

3000

C

SKALA 1 : 210

10

27

5

3.50

2.77

DETAIL A SKALA 1 : 30

10

3

(48)

1000

C

B

POTONGAN MEMANJANG SKALA 1 : 80

2

3

14

3

17

LAYERING GRAVEL ATLETIK t = 1 - 2 CM GRAVEL EKSISTING

(49)

POTONGAN MELINTANG SKALA 1 : 170 1500

3000

C

SKALA 1 : 210

10

27

5

3.50

2.60

DETAIL A SKALA 1 : 30

10

3

(50)

40

5

(51)

1000

C

B

POTONGAN MEMANJANG SKALA 1 : 80

2

3

21

3

26

LAYERING GRAVEL ATLETIK t = 1 - 2 CM GRAVEL EKSISTING

(52)

1000

C

B

(53)

Lampiran 11 Peta kontur lapangan olahraga IPB hasil pengolahan data pengukuran topografi menggunakan program Surfer 11

(54)

RIWAYAT HIDUP

Rizal Abudzar dilahirkan di Bogor pada tanggal 09 Mei 1992 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Syafruddin dan Oneng Herwalis. Pada tahun 2004 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Babakan, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2007. Penulis menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 3 Bogor pada tahun 2010. Kemudian pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI).

Gambar

Gambar detail pipa drainase bawah permukaan lapangan sepak bola IPB 35
Tabel 1Viskositas air pada suhu T
Gambar 1  Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor
Gambar 3  Lokasi genangan di lapangan sepak bola dan lintasan atletik
+6

Referensi

Dokumen terkait

agama Islam mata pelajaran fiqih terkait dengan program Adiwiyata yang diterapkan pada SMP Bhakti Pertiwi berhubungan dengan hal-hal mengenai hubungan manusia dengan

Yogyakarta, 31 Januari 2018 * Dosen Pengampu REMIDI sesuai penunjukkan dari

Ibnu Rusyd melihat bahwa demokrasi adalah bentuk negara yang paling sesuai dan memungkinkan untk diterapkan oleh umat Islam, mengingat kenyataan di dunia Islam

Dalam memodelkan akreditasi dengan menggunakan logika fuzzy ini mengasumsikan bahwa : (1) standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan standar

Menurut Wiryawan dan Pratiwi (2009) dalam jurnal Analisis Pengaruh Selebriti Endorser Terhadap Brand Image Pada Iklan Produk Prabayar XL Bebas Di Bandar Lampung

Untuk mengetahui karakter karyawan, karakter calon lulusan, dan karakter alumni diera sekarang maka akan dilakukan merangking rata-rata untuk melihat karakter mana yang

Faktor penyebab ME fase administration meliputi beban kerja yaitu rasio antara beban kerja dan SDM tidak seimbang, gangguan bekerja yaitu terganggu dengan dering

Pengiriman ikan bawal putih ke pabrik oleh pedagang pengumpul tidak harus melalui pedagang besar, namun untuk pengiriman ke pabrik sesuai dengan kecocokan harga