• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN ZAKAT DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA

(Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor)

RINA MURNIATI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RINA MURNIATI. Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor). Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK.

Zakat merupakan salah satu instrumen yang berperan dalam pembangunan manusia dan memiliki potensi yang cukup besar di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mendesripsikan perkembangan pendayagunaan zakat yang dilakukan BAZ Kota Bogor, membuktikan perubahan yang terjadi pada pendapatan mustahik dengan adanya distribusi zakat, serta menganalisis peran zakat terhadap tingkat IPM dan kemiskinan mustahik. Dengan menggunakan metode perhitungan t-statistik, indeks pembangunan manusia tingkat individu, serta indikator kemiskinan, maka diperoleh hasil bahwa zakat berperan positif dalam meningkatkan pembangunan manusia di Kota Bogor. Perkembangan penyaluran zakat menunjukkan angka peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Selanjutnya dari hasil uji t-Statistik diperoleh bahwa pemberian zakat kepada mustahik memberikan pengaruh nyata pada tingkat pendapatannya. Begitu juga dengan nilai IPM mustahik yang mengalami peningkatan dari sebelum distribusi zakat sebesar 47 menjadi 49 dan terjadi penurunan pada tingkat kemiskinan mustahik dari empat indikator kemiskinan yang digunakan yaitu headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen indeks of poverty (P2).

Kata kunci : zakat, BAZ Kota Bogor, pembangunan manusia

ABSTRACT

RINA MURNIATI. The role of zakah in human development (case of zakah utilization programs of BAZ Kota Bogor). Survervised by IRFAN SYAUQI BEIK.

Zakah is one of the instruments that plays a role in human development and has considerable potential in Indonesia. This research aims to describe development of zakah utilization programs managed by BAZ Kota Bogor. The also attamps to verified the change in the mustahik income with the presence of zakat distribution, and analyzes the role of zakah towards HDI and poverty level of mustahik. By using t-statistic , HDI at individuals level, and poverty indices, as tools analysis, it is found that zakah has positive impact on human development in Bogor City. The progress fo zakah distribution shows an impressive growth overtime. The t-statistic test results indicate that zakah distribution significantly affect income level of mustahik. The value of HDI of mustahik could also be increase from 47 to 49 in the present of zakah programs. Similarly, the values of four poverty indices comparasing headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen indeks of poverty (P2) could also be lower.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

PERAN ZAKAT DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA

(Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor)

RINA MURNIATI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor)

Nama : Rina Murniati NIM : H14090096

Disetujui oleh

Irfan Syauqi Beik, Ph.D Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor) dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2013.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasi kepada:

1. Ayahanda Pendri dan Ibunda Lismawati, serta kakak dan adik-adik penulis, Iwan, Wahyu, dan Habibie atas doa, kasih sayang, perhatian serta dukungannya.

2. Bapak Irfan Syauqi Beik, Ph.D sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Yeti Lis Purnamadewi dan Ibu Ranti Wiliasih, M.Si sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan pada skripsi saya.

4. Bapak Deni Lubis, pak Dudin, pak Arman, mas Andi, Euis Intan atas bantuannya dalam pengambilan data.

5. Pegawai dan staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah banyak membatu administrasi selama masa perkuliahan saya.

6. Teman-teman sebimbingan (Syifa, Nidaa, dan Sri wulan) serta teman-teman kelas Ilmu Ekonomi angkatan 46 yang telah banyak membantu dan menemani selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi saya.

7. Teman-teman kosan Pringgondani, Athin, Orin, Melan, Siska, Tika, Mayang, Saibah, dan ka putri yang selalu memberikan keceriaan.

8. Teman-teman dari KAMMI komsat IPB, KAMMDA Bogor, An-Naba dan Formasi FEM yang selalu memberi semangat.

9. Teman-teman seperjuangan, Muh Firmansyah, Wasis Widodo, Ginanjar Bagus Nugroho yang banyak membantu penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

METODE PENELITIAN 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Kependudukan dan Ketenagakerjaan 15

SIMPULAN DAN SARAN 27

Simpulan 27

Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 30

(11)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2005-2011 16 2 Laporan Penerimaan Zakat Berdasarkan Muzaki 17 3 Proporsi Dana ZIS Per Program Tahun 2009-2011 19 4 Laporan Penyaluran Dana Program Pendidikan 21 5 Laporan Jumlah Penerima Manfaat Program Pendidikan 21

6 Karakteristik Demografi Responden 23

7 Nilai Komponen IPM 24

8 Klasifikasi nilai IPM menurut statusnya 24

9 Rata-rata usia mustahik 25

10 Indikator kemiskinan 26

DAFTAR GAMBAR

1 Tujuan Pembangunan 4

2 Kerangka Pemikiran 8

3 Total Penerimaan ZIS BAZ dan Mitra BAZ 18

4 Distribusi Anggaran Berdasarkan Asnaf Tahun 2009-2011 19

5 Trend Penyaluran Dana Program Kesehatan 20

6 Penyaluran Dana Program Kemanusiaan 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel Konversi Tingkat Pendidikan 30

2 Daftar Pengeluaran Barang 30

3 Tabel Nilai Maksimum-minimum Indikator IPM 31

4 Tabel t-statistik 31

5 Tabel Indeks Angka Harapan Hidup 33

6 Tabel Indeks Pendidikan 34

7 Tabel Indeks Daya Beli 36

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini, zakat mulai dikenal sebagai salah satu instrumen yang berperan dalam pembangunan manusia, khususnya di Indonesia. Konsep zakat sebagaimana yang dikatakan Beik (2010), memiliki tiga dimensi pokok yaitu dimensi spiritual personal, dimensi sosial, dan dimensi ekonomi. Zakat merupakan sarana ibadah dan penyucian jiwa seseorang. Dengan berzakat produktivitas individual akan meningkat, karena zakat mendorong seseorang untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Dalam dimensi ekonomi, Beik lebih lanjut menjelaskan bahwa zakat memiliki dua konsep utama, yaitu pertumbuhan ekonomi berkeadilan dan mekanisme sharing dalam perekonomian. Jika dikaji lebih mendalam, ketiga dimensi di atas memiliki hubungan positif dengan parameter pembangunan manusia yang terdiri atas kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak.

Di sisi lain, zakat juga memiliki korelasi dengan variabel pertumbuhan ekonomi. Pramanik (1993) menyatakan bahwa zakat berpengaruh pada investasi dan produksi, saving, dan konsumsi. Pada sisi investasi, zakat dapat dijadikan sebagai sumber dana produktif bagi pengembangan usaha mikro penerima zakat (mustahik). Pengembangan usaha mikro ini bisa membantu perekonomian Indonesia dan relatif memiliki daya tahan lebih besar dalam situasi krisis ekonomi. Pada sisi konsumsi, pemberian zakat dapat menstimulus peningkatan aggregate demand (permintaan agregat). Kenaikan permintaan agregat akan mendorong peningkatan dari sisi supply, sehingga perekonomian akan semakin berkembang. Namun, efektivitas penggunaan zakat sebagai instrumen peningkatan pembangunan akan dipengaruhi oleh aspek kinerja lembaga-lembaga zakat dan potensi dana zakat itu sendiri.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi zakat yang cukup besar. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dengan Institut Pertanian Bogor dan Islamic Development Bank pada tahun 2011, potensi zakat nasional mencapai Rp 217.3 triliun per tahun. Meskipun realisasi zakat masih dibawah satu persen dari proyeksi, namun pertumbuhan zakat nasional terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. BAZNAS (2013) mencatat untuk tahun 2012, dana zakat yang berhasil dihimpun mencapai Rp 2.2 triliun, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1.7 triliun dan tahun 2010 sebesar Rp 1.5 triliun. Jika dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan pemerintah pusat untuk menanggulangi kemiskinan yaitu sekitar Rp 70 triliun setiap tahun, maka zakat dapat membantu setidaknya 1.7 juta mustahik yang setara dengan enam persen warga miskin.

(13)

2

mendapat peringkat dua sebagai BAZ Kota/Kabupaten terbaik versi Islamic Social Responsibility. Hal ini karena kemampuan BAZ Kota Bogor dalam membuat inovasi program-program pendayagunaan dana zakat. Program-program tersebut meliputi bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan kemanusiaan.

Jika dilihat secara umum, Kota Bogor merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Sensus penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk Kota Bogor mencapai 949 066 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 2.39 persen. Diperkirakan pada tahun 2013 penduduk Kota Bogor mencapai angka satu juta penduduk. Namun, jumlah penduduk yang besar tersebut belum diimbangi dengan tingkat kesejahteraan yang merata. Pada tahun 2012, angka penduduk miskin mencapai 8.6 persen dari total jumlah penduduk dan angka pengangguran terbuka mencapai 10.2. Namun, BPS juga mencatat IPM Kota Bogor yang tinggi mencapai angka 76.06 pada tahun 2013. Hal ini tentu seperti bertentangan, dimana dari data-data yang dipublikasikan oleh pemerintah tidak memiliki korelasi satu sama lain. Karena itu, diperlukan penelitian lebih mandalam untuk mengetahui bagaimana kondisi yang sebenarnya terjadi.

Perumusan Masalah

Pembangunan manusia di Kota Bogor bisa meningkat jika melihat potensi dana zakat BAZ Kota Bogor yang cukup besar. Karena itu, seharusnya masalah pembangunan manusia dan variabel-variabel turunannya sudah masuk dalam tahap perkembangan yang lebih baik. Namun hingga saat ini, ditengah gejolak fluktuasi perekonomian Indonesia, seolah-olah potensi dana zakat yang besar tersebut belum memberikan solusi yang nyata bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Kota Bogor.

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian dan perumusan masalah, beberapa hal yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor selama tahun 2009-2011.

2. Apakah terjadi perubahan pendapatan sebelum dan sesudah adanya distribusi zakat oleh BAZ Kota Bogor kepada mustahik.

3. Bagaimana peran zakat terhadap tingkat IPM mustahik.

4. Bagaimana peran zakat terhadap tingkat kemiskinan mustahik.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah :

1. Menerangkan perkembangan pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor selama tahun 2009-2011.

2. Membuktikan perubahan pendapatan yang terjadi sebelum dan sesudah adanya distribusi zakat oleh BAZ Kota Bogor kepada mustahik.

3. Menganalisis peran zakat terhadap tingkat IPM mustahik.

(14)

3

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Pemerintah dan lembaga-lembaga zakat di Indonesia, khususnya BAZ Kota Bogor sebagai sumber referensi dan bahan pertimbangan untuk mengembangkan potensi zakat.

2. Muzaki dan perusahaan BUMN untuk meningkatkan kesadaran kewajiban pengeluaran zakat.

3. Mahasiswa dan masyarakat umum untuk menambah wawasan mengenai peran zakat dalam pembangunan manusia, khususnya di Kota Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dibatasi pada pembahasan peran zakat dan seberapa besar pengaruhnya dalam pembangunan manusia. Peran zakat dianalisis dari beberapa program pendayagunaan zakat BAZ Kota Bogor yang dibatasi hanya program Kesehatan, Pendidikan, dan kemanusiaan. Data yang digunakan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer terdiri atas data program kemanusiaan dengan sub program Paket Senyum. Data program paket senyum diperoleh dari survei langsung ke sebanyak tiga puluh rumah tangga mustahik yang berada di Kota Bogor. Kemudian ditambah dengan data program kesehatan sub program Aktivitas Klinik yang diperoleh melalui wawancara sebanyak tiga puluh pasien tetap di Poliklinik Ibnu Sina Tirta Pakuan Bogor. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor yang berupa deskripsi mengenai program-program pendayagunaan zakat, Badan Pusat Statistik (BPS) kota Bogor, dan literatur buku serta internet.

Ruang lingkup analisis peran dan pengaruh zakat dalam pembangunan manusia dibatasi oleh beberapa variabel. Variabel yang digunakan untuk menganalisis peran dan pengaruh zakat terhadap IPM adalah indeks angka harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks daya beli. Variabel yang digunakan untuk menganalisis peran dan pengaruh zakat terhadap tingkat kemiskinan adalah headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen indeks of poverty (P2).

TINJAUAN PUSTAKA

.

Pembangunan Manusia

(15)

4

berkembang (NSB) saat ini, konsep pembangunan ekonomi lebih menekankan pada proses kenaikan Gross National Product (GNP) dan Gross Domestic Product (GDP) tanpa memerhatikan kondisi pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur ekonomi. Penekanan pada peningkatan angka GNP dan GDP tanpa memerhatikan penambahan jumlah penduduk memungkinkan terjadinya kekeliruan dalam memahami prestasi kegiatan ekonomi. Karena pada saat perhitungan kenaikan GNP atau GDP, suatu negara juga mengalami pertumbuhan penduduk. Namun, beberapa pemikiran lain seperti yang terdapat dalam literatur ekonomi klasik yang disampaikan oleh Adam Smith, Keynes, dan Alfred Marshal, bahwasanya ada suatu dimensi lain yang juga sangat penting dalam pembangunan yakni sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan sebuah faktor produksi yang dapat diukur dari kondisi fisik, tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya. Semua kondisi tersebut dapat diukur dengan angka, karena itu kualitas sumber daya manusia sebuah negara juga dapat diukur dengan angka (Marzali 2007). Hal ini semakin diperkuat dengan pemikiran Soedjatmoko (1995) bahwa pembangunan hanya akan terlihat seutuhnya apabila pembangunan itu merupakan proses pembangunan manusia.

Gambar 1. Tujuan Pembangunan

Gambar 1. Merupakan dimensi tujuan pembangunan. Dimensi tujuan pembangunan menjelaskan bagaimana urutan tahapan evolusi pengukuran ekonomi pembangunan, dari awal kemunculan teori ekonomi pembangunan yang mengukur terjadinya pembangunan dilihat dari tingkat output melalui PDB berkembang menggunakan indeks pembangunan manusia (IPM), mengatasi kemiskinan dengan paradigma entitlements dan kapabilitas, kebebasan, hingga pembangunan berkelanjutan (Kuncoro 2010).

(16)

5 Konsep Zakat

Zakat berasal dari kata zaka yang berarti suci (menyucikan), baik, berkah,

berkembang, dan memperbaiki. “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu” (Asy-Syams: 9). Menurut istilah syariat zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk dikeluarkan sebagiannya dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. Perintah untuk berinfak dan berzakat terdapat dalam al-Quran Surah At-taubah (9) ayat 103, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membesihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi maha Mengetahui (Qardhawi 1993).

Menurut Chapra (2000), bahwa zakat merupakan instrument agama yang membantu individu dalam masyarakat, membantu orang-orang fakir dan miskin yang tidak mampu membantu diri mereka sendiri. Namun hal ini tidak menghilangkan kewajiban pemerintah untuk mengupayakan kemakmuran, mengganti komponen pengeluaran pemerintah atau pun penanggulangan bencana. Zakat merupakan amal dan kewajiban seorang muslim yang memiliki harta lebih untuk kemudian disalurkan kepada muslim lainnya yang kekurangan, yang mereka sudah ada dalam ketetapan golongan yang berhak menerima zakat.

Menurut Kahf (Suprayitno 2005), zakat dapat mengendalikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pengalokasian harta produktif di antara berbagai manfaat alternatif. 2. Sarana-sarana produksi yang tidak produktif.

3. Pengalokasian pendapatan di antara pengeluaran dan tabungan.

4. Pengalokasian tabungan-tabungan diantara manfaat-manfaat produktif dan barang-barang mewah yang akhirnya rusak tanpa guna.

Zakat sejak pertama diwajibkan telah ditentukan kadar dan jumlahnya tetapi hanya diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan fakir dan miskin. Namun, setelah nabi Muhammad SAW hijrah ke madinah, diberlakukanlah beberapa ketentuan dengan syarat yang harus dipenuhi dalam zakat meliputi (Qardhawi 2001) :

1. Islam

Zakat hanya diwajibkan untuk umat islam dan merupakan rukun islam. 2. Sempurna ahliyahnya

Sebagian berpendapat zakat termasuk ibadah madlah dan sebagian berpendapat zakat merupakan taklif maali (kewajiban atas harta) dan yang terakhir inilah menurut sebagian ulama merupakan pendapat yang rajah (terpilih).

3. Sempurnanya kepemilikan

Kepemilikan muzaki (orang yang wajib zakat) atas harta yang mau dizakatkan merupakan kepemilikan yang sempurna, dalam artian harta tersebut tidak terdapat kepemilikan dan hak orang lain.

4. Berkembang

Harta tersebut mendatangkan income atau tambahan kepada pemiliknya, seperti hasil pertanian, pertambangan dan lain-lain.

(17)

6

Harta yang wajib dizakati harus sampai pada kadar tertentu, yang disebut nisab.

6. Haul

Harta zakat yang telah mencapai nisab harus ada dalam kepemilikan ahlinya sampai waktu 12 bulan kamariah, kecuali hasil pertanian, perkebunan, barang tambang, madu dan sejenisnya.

Departemen Agama Republik Indonesia (Depag 1999) menyebutkan bahwa tujuan dan sasaran zakat hendaknya digunakan untuk hal-hal sebagai berikut: 1. Memperbaiki taraf hidup

Tujuan zakat yang utama dalam memperbaiki taraf hidup rakyat. Kegiatan yang dapat dilakukan ada dua macam. Pertama, kegiatan yang bersifat motivasi seperti memberikan pengetahuan tentang sistem manajemen, bimbingan tentang beberapa macam home industry, dan lain-lain. Kedua, kegiatan yang bersifat memberikan bantuan permodalan, baik berupa uang untuk modal utama, modal tambahan, maupun modal berupa barang seperti peralatan, ternak, dan lain-lain.

2. Pendidikan dan beasiswa

Kegiatan yang dapat dilakukan dibedakan menjadi dua, pertama, memberikan bantuan kepada organisasi atau yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan, baik berupa uang yang pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada pengurusnya atau berupa bantuan sarana pendidikan yang mendesak untuk disediakan. Kedua, memberikan bantuan biaya sekolah kepada anak-anak tertentu atau sifatnya tetap dalam bentuk beasiswa kepada beberapa anak, sehingga ia dapat melanjutkan sekolah atau belajar sampai jenjang tertentu yang ditetapkan oleh pengelola atau pengurus BAZ.

3. Mengatasi masalah ketenagakerjaan atau pengangguran

Sasaran atau objek penggarapan dari proyek rintisan ini adalah fuqara yaitu orang-orang yang belum mempunyai usaha atau pekerjaan tetap untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Proyek seperti ini sudah dilaksanakan oleh beberapa LAZ baik dari DD Republika, DSUQ, PKPU atau BAZ.

4. Program pelayanan kesehatan

Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya mendirikan poliklinik, membantu fakir miskin yang keluarganya menderita sakit dan tidak mampu untuk menanggung biaya perawatan/pengobatannya, misalnya melalui program dana sehat.

5. Panti asuhan

Program yang dapat dilakukan dapat berupa pemberian bantuan kepada organisasi yang sudah ada (panti asuhan yang sudah ada) atau pun mendirikan panti asuhan baru.

Penelitian Terdahulu

(18)

7 indikator kesejahteraan yang tidak hanya diukur dari indikator ekonomi, tapi juga mencakup pendidikan dan kesehatan yang dirangkum dalam IPM. Nilai IPM yang digunakan adalah tingkat rumah tangga yang dibandingkan dengan rata-rata nilai IPM tingkat regional dan nasional, kemudian diuji apakah zakat memengaruhi nilai IPM dan komponen-komponennya. Hasil estimasi dari IPM ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata mencapai 69.43. Nilai tersebut masih di bawah rata-rata IPM Jakarta (77.36) dan tingkat nasional (71.76). Penerima zakat produktif, dengan metode regresi juga secara tidak langsung mempengaruhi IPM. Namun, yang menarik zakat ini memiliki efek pada perubahan alokasi pendapatan dan konsumsi untuk tujuan produktif.

Torre dan Moreno (2010) membahas tentang beberapa kasus yang terjadi di Meksiko berdasarkan informasi, konsep, dan teori penyesuaian IPM, berdasarkan laporan pembangunan manusia di Meksiko dan menyajikan cara dimana perhitungan IPM dapat dilakukan pada tingkat rumah tangga. Kasus-kasus yang disajikan meliputi kasus distribusi PDB dari Negara-negara penghasil minyak, kasus tindak kejahatan lokal, dan kekerasan terhadap perempuan. Dalam kasus pertama, ada perubahan signifikan dalam peringkat pengembangan Negara bagian Meksiko. Sedangkan dalam kasus kedua, perbedaan dalam peringkat tidak begitu besar, tetapi menunjukkan kepada daerah bermasalah yang memberikan informasi yang berguna untuk advokasi dan target kebijakan. Perhitungan terhadap IPM tingkat rumah tangga dilakukan untuk melihat kesenjangan pendapatan.

Beik (2009) membahas secara empirik dampak zakat terhadap upaya pengurangan tingkat kemiskinan, dengan mengambil studi kasus Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas). Sebanyak 50 responden diwawancari untuk memperoleh data yang kemudian dinalisis dengan sejumlah alat analisis, yaitu : headcount ratio, untuk mengetahui berapa jumlah dan presentase keluarga miskin; rasio kesenjangan kemiskinan dan rasio kesenjangan pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat kedalaman kemiskinan; dan indeks foster greer thorbacke (FGT) untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil analisis menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah dan presentase keluarga miskin, serta mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan.

(19)

8

Anriani (2010) membahas tentang dampak zakat terhadap kemiskinan dengan mengambil studi kasus pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor di tiga Kecamatan Kota Bogor. Pengumpulan data dari wawancara yang dilakukan kepada 100 responden yang tersebar di tiga kecamatan yaitu: Kecamatan Bogor Tengah, Bogor Barat, dan Bogor Timur. Penelitian ini menggunakan beberapa alat analisis indikator kemiskinan yaitu headcount ratio, untuk mengetahui berapa jumlah dan presentase keluarga miskin, rasio kesenjangan kemiskinan dan rasio kesenjangan pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat kedalaman kemiskinan, dan indeks FGT untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan pada semua indikator kemiskinan. Ini menunjukkan bahwa ternyata zakat berdampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan di tiga kecamatan tersebut.

Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Regulasi Undang-undang No 23 Tahun 2011 Tentang Zakat

Perkembangan BAZ dan LAZ semakin baik

BAZ Kota Bogor sebagai BAZ Kota/Kab. terbaik tahun 2009 versi BAZNAS

Pendayagunaan zakat berperan dalam pembangunan manusia

Indikator keberhasilan pembangunan manusia

Indeks pembangunan manusia (IPM) 1. Angka harapan hidup

2. Pendidikan 3. Daya beli

Indikator kemiskinan 1. Headcount ratio index (H) 2. Poverty gap index (P1) 3. Income gap indeks (I) 4. Sen indeks of poverty (P2).

Implikasi kebijakan

(20)

9

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan mustahik yang terdaftar sebagai penerima program pendayagunaan zakat BAZ Kota Bogor. Wawancara dilakukan kepada 60 responden yang di bagi ke dalam dua kategori. Kategori pertama merupakan 30 orang mustahik dari program kesehatan dengan sub program aktivitas klinik. Kategori kedua merupakan 30 orang mustahik dari program kemanusiaan dengan sub program paket senyum. Data sekunder diperoleh dari laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor, Badan Pusat Statistik Kota Bogor, United Nations Development Programme (UNDP), World Health Organization (WHO), jurnal, artikel, skripsi, buku, dan internet.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan didua kategori lokasi yang berbeda. Lokasi pertama di Poliklinik Ibnu Sina Tirta Pakuan, Bogor. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa polilklinik ini sudah memiliki manajemen administrasi yang baik, sehingga data yang dibutuhkan lebih mudah diperoleh. Selain itu, poliklinik ini juga lebih baik dalam hal pelayanan, sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan wawancara dengan pasien. Sedangkan lokasi kedua di Kota Bogor. Peneliti mencari rumah mustahik penerima program paket senyum yang tersebar di enam kecamatan di Kota Bogor. Dari enam kecamatan, sampel yang berhasil diwawancarai berlokasi di Kecamatan Bogor Barat, Tanah Sareal, dan Bogor Selatan. Pertimbangan pemilihan lokasi untuk penelitian kedua adalah jarak tempuh, alamat yang jelas, dan kemudahan akses ke rumah mustahik. Kedua penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2013.

Metode Pemilihan Sampel

(21)

10

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Metode analisis deskriptif untuk menerangkan perkembangan pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor tahun 2009-2011. Metode analisis kuantitatif terdiri dari beberapa alat analisis yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pertama, untuk membuktikan perubahan pendapatan yang terjadi setelah adanya distribusi zakat digunakan uji t-statistik. Kedua, untuk menganalisis peran zakat terhadap IPM, menggunakan estimasi nilai IPM tingkat individu. Ketiga, untuk menganalisis peran zakat terhadap tingkat kemiskinan, menggunakan perhitungan indikator kemiskinan yang meliputi headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen indeks of poverty (P2).

Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah metode statistik yang menjelaskan pengumpulan dan penyajian data sehingga dapat lebih mudah dipahami. Metode ini berhubungan dengan hal yang menguraikan atau memberikan keterangan mengenai suatu data. Metode analisis deskriptif dilakukan dalam penelitian ini untuk menganalisis perkembangan program zakat BAZ Kota Bogor. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan gambar yang merupakan hasil publikasi laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor. Data laporan yang tersedia saat ini hanya periode 2009 -2011.

Metode Analisis Perubahan Pendapatan Mustahik

Untuk melihat apakah terjadi perubahan pendapatan mustahik karena adanya distribusi zakat, digunakan analisis uji t-statistik. Uji t-statistik merupakan salah satu metode pengujian hipotesis untuk data berpasangan atau data tidak bebas. Uji ini sering dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah percobaan. Uji kali ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan sebelum dan sesudah distribusi zakat. Data yang digunakan adalah data pendapatan dengan dan tanpa zakat dengan ragam tidak diketahui.

Hipotesis uji t : H0 : � = 0 H1 : � > 0

Statistik uji : thit

=

� √

Keterangan :

d = rata-rata selisih pendapatan dengan dan tanpa zakat Sd = standar deviasi

(22)

11 Metode Analisis Peran Zakat terhadap IPM

Nilai IPM diperoleh dengan menggabungkan tiga nilai indeks yang terdiri dari indeks angka harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks daya beli. Nilai indeks ini menggunakan standar internasional yang digabungkan dengan standar nasional. Formulanya sebagai berikut (Sen dan Anand 1994):

IPM = 1/3 (indeks angka harapan hidup) + 1/3 (indeks pendidikan) + 1/3 (indeks daya beli)

Metode yang digunakan pada penelitian ini sedikit berbeda dengan metode standar yang digunakan UNDP. metode yang digunakan UNDP adalah untuk perbandingan antar negara dan antar tingkat daerah lokal. Namun penelitian kali ini menggunakan pendekatan baru yang mengestimasi pada tingkat keluarga atau individu. Formulanya mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan Nurzaman (2010). Estimasi secara rinci untuk masing-masing komponen IPM adalah sebagai berikut.

Indeks Angka Harapan Hidup

Indeks angka harapan hidup yang saat ini digunakan oleh UNDP dan beberapa negara dalam mengestimasi IPM ditingkat nasional adalah dengan menganggap kondisi ketika individu lahir. Demikian juga untuk tingkat provinsi dan kabupaten, telah sesuai dengan standar nilai IPM internasional. Namun dalam penelitian ini, untuk memperkirakan nilai indeks harapan hidup pada tingkat individu akan dilakukan penyesuaian metode dengan mempertimbangkan variasi sebaran dari populasi. Dengan kata lain, untuk mendapatkan angka harapan hidup seseorang pada usia tertentu, dengan menggunakan harapan hidup saat lahir yang sudah terdapat di BPS dan sebagian data yang tidak tersedia, diperoleh dari WHO. Spesifikasi model sebagai berikut:

IHi = , , − , ,( )

, , − , ( )

Keterangan:

IHi = indeks harapan hidup individu (i)

, , = harapan hidup seorang individu (i) yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin

, , ( ) adalah data standar internasional untuk harapan hidup maksimum dan minimum yang diperoleh dari WHO dengan rentang nilai dari 0 tahun sampai 100 tahun.

Indeks Pendidikan

(23)

12

menggunakan dua variabel secara simultan yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Angka melek huruf juga diperlakukan untuk penduduk usia 15 tahun atau lebih dengan indikator yang diperoleh dari kemampuan membaca dan menulis. Perhitungan dalam penelitian ini menggunakan standar pemerintah Indonesia.

Untuk indikator melek huruf, dua batas yang digunakan untuk maksimum 100 dan minimum 0, yang menggambarkan kondisi 100 adalah masyarakat yang mampu membaca dan menulis dan kondisi 0 untuk sebaliknya.

Kemudian pola ini dihitung dengan indeks pendidikan : Indeks pendidikan = 2

Indeks pendapatan atau daya beli seseorang diukur dengan kualitas standar hidup yang layak. Pada penelitian ini, standar hidup yang layak seorang individu akan dihitung secara langsung dengan menyesuaiakan pengeluaran riil perkapita. Langkah pertama adalah dengan menghitung pengeluaran pendapatan bulanan keluarga masing-masing mustahik. Komponen pengeluaragan mengikuti metode standar yang digunakan pemerintah yang didasarkan pada harga 27 komoditas. Namun, pada penelitian ini komoditas tersebut mengalami beberapa penyederhanaan yang diseseuaikan dengan kondisi mustahik dilapangan manjadi lebih sederhana dan mudah dipahami.

Langkah berikutnya adalah menyesuaikan nilai paritas daya beli (PPP) dari pengeluaran ke dalam unit Dolar AS. Metode ini sering digunakan oleh banyak negara untuk menyesuaikan nilai pendapatan domestik bruto (PDB) perkapita agar dapat melakukan perbandingan standar dalam perhitungan IPM di tingkat internasional, formulanya adalah sebagai berikut:

PPP yang disesuaikan (Xij) = pengeluaran keluarga per tahun x (PDB deflator Indonesia/PDB deflator AS)

Selanjutnya, untuk mendapatkan indeks standar hidup yang layak adalah dengan memasukkan PPP yang telah disesuaikan ke dalam formula berikut,

Indeks daya beli = log� −log

log −log

Keterangan:

Χ = daya beli yang telah disesuaikan ke keluarga (i)

(24)

13 = daya beli maksimum untuk setahun di tingkat internasional

yang telah ditetapkan UNDP sebesar US$ 40 000.

Metode Analisis Peran Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan

Untuk menganalisis peran zakat terhadap tingkat kemiskinan mustahik, digunakan beberapa indikator kemiskinan. Indikator kemiskinan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen indeks of poverty (P2). Berikut akan dijelaskan mengenai masing-masing indikator tersebut.

Headcount Ratio Index (H)

Headcount ratio index merupakan indikator kemiskinan yang mengukur jumlah orang miskin yang berada di bawah garis kemiskinan. Kategori miskin didasarkan pada standar garis kemiskinan yang dikeluarkan BPS.

Adapaun rumus dari dari rasio ini adalah : H =

Keterangan :

H = headcount ratio index

q = jumlah keluarga mustahik yang berada di bawah garis kemiskinan n = jumlah observasi

Garis kemiskinan keluarga diperoleh dari mengalikan garis kemiskinan per kapita per bulan dengan rata-rata besar ukuran keluarga. Garis kemiskinan kota Bogor tahun 2011 adalah Rp 305.870. Penggunaan headcount ratio index pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa banyak mustahik yang berada dibawah garis kemiskinan dan menggambarkan berapa jumlah mustahik yang dapat dikurangi melalui pendayagunaan zakat. Apabila nilai dari indeks headcount ini berkurang, maka berarti pendayagunaan zakat memiliki dampak yang positif, karena mampu mengurangi jumlah mustahik yang hidup dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan. Atau dengan kata lain, semakin kecil nilai headcount ratio index, maka jumlah penduduk miskin semakin sedikit.

Poverty Gap Index (P1) dan Income Gap Indeks (I)

(25)

14

P1 = − =1 /

Keterangan:

P1 = kesenjangan kemiskinan Z = garis kemiskinan keluarga

yi = pendapatan keluarga mustahik ke-i

q = jumlah keluarga mustahik yang berada di bawah garis kemiskinan

Jika setelah distribusi zakat, nilai indeks ini mengalami penurunan, berarti zakat memiliki pengaruh yang positif dalam pengurangan tingkat kesenjangan kemiskinan. Atau dengan kata lain, semakin kecil indeks ini, maka semakin sedikit selisih (gap) antara pendapatan agregat komunitas masyarakat miskin dengan garis kemiskinan sehingga kesejahteraan semakin baik.

Income Gap Index (I) mengukur persentase rata-rata kesenjangan pendapatan setiap orang miskin terhadap batas kemiskinan. Indeks ini dibuat oleh Amartya Sen untuk menormalisasikan kesenjangan kemiskinan keseluruhan populasi menjadi kesenjangan kemiskinan rata-rata individu (Beik 2010).

Formula untuk mengukur indeks kesenjangan pendapatan yaitu : I = =∈�( )

Keterangan:

I = indeks kesenjangan kemiskinan pendapatan

gi = z-yi , selisih pendapatan mustahik ke-i dengan garis kemiskinan q = jumlah keluarga mustahik yang berada di bawah garis kemiskinan z = garis kemiskinan keluarga

yi = pendapatan keluarga mustahik ke-i

Semakin kecil nilai rasio ini, maka semakin sedikit orang miskin dalam komunitas tersebut. Apabila keberadaan program pendayagunaan zakat mampu menurunkan nilai indeks income gap ini, maka zakat memiliki dampak yang positif terhadap penurunan tingkat kedalaman kemiskinan.

Sen Index of Poverty (P2)

sen index of poverty (P2) atau indeks keparahan kemiskinan menggambarkan ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin. Formula untuk indeks Sen adalah :

P2 = H[I+(1-I)Gp] Keterangan :

P2 = sen index of poverty H = headcount ratio index I = income gap index

(26)

15

Nilai indeks gini berkisar antara 0-1.

Untuk, Indeks gini = 0 menandakan pemerataan pendapatan yang sempurna 0<IG<0.3 menandakan kesenjangan pendapatan rendah

0.3≤IG≤0.5 menandakan kesenjangan pendapatan sedang

IG≥0.5 menandakan kesenjangan pendapatan tinggi Formula untuk menghitung indeks gini adalah:

IG=1- =1 ( + 1) Keterangan:

IG = indeks gini

Fpi = frekuensi keluarga dalam kelas pendapatan ke-i

Fci = frekuensi kumulatif dari total pendapatan dalam kelas pendapatan ke-i Fci-1 = frekuensi kumulatif dari total pendapatan dalam kelas pendapatan ke (i-1)

Semakin kecil indeks ini, maka sedikit persentase orang miskin, selisih (gap) antara pendapatan agregat masyarakat miskin dengan garis kemiskinan juga semakin sedikit, dan kesenjangan pendapatan semakin kecil. Apabila setelah pendayagunaan zakat, nilai indeks ini mengalami penurunan, maka artinya zakat memiliki dampak positif dalam mengurangi tingkat keparahan kemiskinan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM

Potensi Sosial Ekonomi Daerah Bogor

Kedudukan topografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara, merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya kebun raya yang didalamnya terdapat Istana Bogor di pusat kota, merupakan tujuan wisata, serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur wisata Puncak-Cianjur juga merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Pembangunan di daerah ini lebih diarahkan pada pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, dengan meprioritaskan pembangunan sektor perdagangan dan jasa yang ditunjang oleh sektor industri.

Kependudukan dan Ketenagakerjaan di Kota Bogor

(27)

16

menurut hasil sensus penduduk adalah 104 yang berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan rata-rata terdapat 104 penduduk laki-laki atau bisa juga diartikan jumlah penduduk laki-laki di Kota Bogor 4 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin terbesar terdapat di Kecamatan Bogor Selatan sebesar 106 dan terkecil terdapat di Kecamatan Bogor Timur yakni sebesar 103. Lebih jelasnya lihat Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2005-2011 Tahun Laki-laki

Sumber : BPS Kota Bogor 2012

Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Bogor Barat sebanyak 4 826 jiwa (22.21%). Diikuti penduduk Kecamatan Tanah Sareal sebanyak 195 742 jiwa (20.23%), Bogor Selatan sebanyak 184 336 jiwa (19.05%), Bogor Utara sebanyak 173 732 jiwa (17.96%), Bogor Tengah sebanyak 102 145 jiwa (10.56%), dan Bogor Timur sebanyak 96 617 jiwa (9.99%).

Partisipasi Angkatan Kerja tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dari 65.56 persen pada tahun 2010 menjadi 61.92 persen. Tingkat pengangguran di Kota Bogor pada tahun 2011 mengalami penurunan cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 72 015 orang pada tahun 2010 menjadi 44 985 orang pada tahun 2011.

Pendidikan di Kota Bogor

Menurut hasil survei sensus nasional pada tahun 2011 (Susenas 2013), penduduk usia 10 tahun ke atas di Kota Bogor yang dapat membaca dan menulis sebanyak 771 492 orang atau sekitar 98.10 persen. Artinya hanya sekitar 1.90 persen penduduk usia 10 tahun ke atas di Kota Bogor yang tidak dapat membaca dan menulis. Dilihat dari jenis kelamin ternyata penduduk perempuan lebih banyak yang tidak dapat membaca dan menulis dibandingkan dengan penduduk laki-laki dengan perbandingan 3:1.

(28)

17 Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kota Bogor

Pada tahun 2011 di Kota Bogor terdapat 10 rumah sakit dengan jumlah tempat tidur 1 726 buah. Jumlah puskesmas RRI sebanyak 24. Puskesmas pembantu sebanyak 28 dan 11 puskesmas keliling. Semua puskesmas yang ada merupakan puskesmas pelaksana program pemerintah. Penyandang permasalahan sosial di Kota Bogor terdiri dari 941 anak terlantar, 5 anak nakal, 112 korban penyalahgunaan narkoba dan 1 679 penyandang cacat. Sedangkan jumlah data potensi dan sumber kesejahteraan social terdiri 163 jumlah tenaga kesejahteraan social masyarakat, 126 organisasi social, 216 karang taruna, 362 wahana kesejahteraan sosial.

Perkembangan Zakat Program BAZ Kota Bogor 2009 - 2011

Secara umum, zakat yang disalurkan oleh BAZ kota Bogor mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan memerlihatkan perkembangan yang semakin baik. Namun, untuk penerimaan zakat, perkembanganya lebih bersifat fluktuatif. Hal ini bisa disebabkan pengeluaran untuk zakat masih dianggap sebagai perintah agama yang bersifat sunnah, bukan sebagai kewajiban. Meskipun tidak sedikit ketagori mustahik yang menyadari kewajiban berzakat.

Penerimaan Zakat Berdasarkan Muzaki

Jumlah zakat yang berasal dari muzaki perseorangan mencapai Rp 1 035 774 122.00. Angka ini hampir dua kali lipat dari jumlah zakat yang berasal dari UPZ Dinas atau perusahaan di tahun 2009. Di tahun 2010, jumlah zakat dari muzaki perseorangan naik cukup signifikan pada angka Rp 1 604 789 220.00 dan pada tahun 2011 meskipun sempat turun, namun angkanya masih lebih tinggi dari tahun 2009.

Tabel 2. Laporan Penerimaan Zakat Berdasarkan Muzaki

Uraian Penerimaan Zakat (Rp)

2009 2010 2011

Muzaki Perseorangan

1 035 774 122 1 604 789 220 1 065 692 926 UPZ Dinas 545 347 580 422 569 721 527 591 033 Perusahaan 545 301 558 117 099 090 529 446 300 Total Penerimaan

Zakat

2 126 423 260 2 144 458 031 1 122 730 259

Sumber : BAZ Kota Bogor 2013

Penerimaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) BAZ dan Mitra BAZ

(29)

18

meningkat dalam kisaran 100 persen dibanding tahun 2008. Begitu juga penerimaan ZIS tahun 2010 dan tahun 2011. Sampai akhir tahun 2011, jumlah dana ZIS yang dihimpun BAZ Kota Bogor bersama mitra BAZ yaitu unit pengumpul zakat (UPZ) Masjid, UPZ Sekolah, UPZ Dinas, dan BAZ Kecamatan, telah mencapai Rp 10 382 217 469. Perkembangan penerimaan ZIS tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

sumber : BAZ Kota Bogor 2013

Gambar 3. Total Penerimaan ZIS BAZ dan Mitra BAZ Penyaluran Zakat Berdasarkan Asnaf

Sejak tahun 2009-2011, program-program pendayagunaan BAZ Kota Bogor telah terorganisir berdasarkan asnaf, dengan proporsi anggaran terbesar pada asnaf sabilillah sebesar Rp 696 651 729. Program tersebut tersalur pada program pendidikan, syiar, dan kesehatan. Proporsi anggaran terbesar kedua adalah asnaf miskin dengan angka Rp 499 559 341 yang tersalur pada program kemanusiaan, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Kemudian, proporsi anggaran terbesar berikutnya adalah asnaf fakir dengan angka Rp 369 275 700 yang tersalur pada program kemanusiaan. Secara lengkap ditampilkan pada Gambar 4.

3,523

5,205

10,382

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000

2009 2010 2011

Ju

ta

R

u

p

ia

h

(30)

19

sumber : BAZ Kota Bogor 2013

Gambar 4. Distribusi Anggaran Berdasarkan Asnaf Tahun 2009-2011

Proporsi Dana ZIS Per Program

Untuk pembiyaan program-program, BAZ Kota Bogor juga menghimpun dana infak dan shadaqah, yang kemudian pendayagunaannya digabung bersama dana zakat atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan ZIS. Secara proporsi, pendistribusian dana ZIS sepanjang tahun 2009-2011 tersebar pada dua program yaitu kesehatan dan kemanusiaan. Di tahun 2009, program kesehatan menyerap dana ZIS terbanyak dengan proporsi 48.85 persen dari seluruh dana pendistribusian. Selama tehun 2010-2011, proporsi terbesar dana pendayagunaan berada pada program kemanusiaan yang berada pada kisaran 30.34 persen dan 33.40 persen dari total dana pendayagunaan.

Tabel 3. Proporsi Dana ZIS Per Program Tahun 2009-2011

Program

Sumber : BAZ Kota Bogor 2013 0

Fakir Miskin Muallaf Riqab Gharimin Sabilillah Ibnu Sabil

(31)

20

Perkembangan Penyaluran Program BAZ Kota Bogor

Program Kesehatan

Program ini memiliki tiga aktivitas utama yaitu aktivitas klinik dan ambulance, health emergency case (HEC), dan medical plus. Sejak tahun 2009, anggaran yang telah dikeluarkan BAZ Kota Bogor untuk program kesehatan mencapai Rp 761 368 257. Anggaran yang besar ini terkait adanya kasus-kasus kesehatan besar dan darurat para dhuafa yang ditangani BAZ Kota Bogor pada aktivitas HEC yang mencapai 220 kasus. Tahun 2010 jumlah anggaran untuk program kesehatan mengalami penurunan pada kisaran angka Rp 300 065 188. Hal itu juga terjadi pada tahun 2011 yang angkanya mencapai Rp 257 700 905. Penurunan anggaran ini lebih dikarenakan adanya penurunan jumlah kasus darurat yang ditangani BAZ Kota Bogor. Namun, alokasi anggaran untuk membantu dhuafa dalam mengakses obat dan ongkos berobat dhuafa yang terangkum dalam aktivitas medical plus, mengalami peningkatan signifikan di tahun 2011 angkanya mencapai Rp 35 861 110. Sedangkan, di tahun 2010, angkanya baru mencapai Rp 2 046 300.

Gambar 5. Penyaluran Dana Program Kesehatan

Program Pendidikan

Program pendidikan memiliki tiga aktivitas utama yaitu guru ngajiku, Beastudy, dan angkasa Institute. Guru ngajiku adalah aktivitas untuk memberikan apresiasi kepada guru ngaji di Kota Bogor yang telah dengan sepenuh hati memberikan dedikasi untuk menebar pengetahuan agama kepada anak-anak. Aktivitas beastudy bergerak dalam ranah menanggulangi kasus-kasus pendidikan darurat yang dihadapi dhuafa. Aktivitas ini untuk memastikan para pelajar dhuafa

0 100 200 300 400 500 600

2009 2010 2011

Ju

ta

R

u

p

iah

(32)

21 yang kesulitan biaya dapat terus menjalani proses pendidikannya. Aktivitas angkasa institute memberikan kesempatan bagi lulusan SMA/sederajat dari kalangan dhuafa, untuk menjalani pendidikan selama satu tahun. Angkasa institute bertujuan mengahasilkan orang-orang muda yang kreatif, inovatif, seta penuh inspirasi tetapi terjaga oleh nilai-nilai kepedulian, kemanusiaan, peduli dan berbagi dengan orang banyak. Di tahun 2011, aktivitas angkasa institute terwujud dalam penguatan aktivitas Gebu Cinta yang juga memiliki semangat serupa dalam beragam aktivitas. Berikut rekapitulasi lengkap tentang ketiga aktivitas di program pendidikan :

Tabel 4. Laporan Penyaluran Dana Program Pendidikan

Nama Program 2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011 (Rp)

Beastudy 67 694 700 77 886 560 111 325 000

Guru Ngajiku 95 001 000 84 420 500 167 207 600

Angkasa/Gebu Cinta - 89 211 279 23 368 000

Total Penyaluran Dana 162 705 700 251 518 339 301 900 600

Sumber : Laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor 2012

Tabel 5. Laporan Jumlah Penerima Manfaat Program Pendidikan

Nama Program 2009 (orang) 2010 (orang) 2011(orang)

Beastudy 121 128 216

Guru Ngajiku 212 192 112

Angkasa/Gebu Cinta 0 19 19

Total Penyaluran Dana 352 339 347

Sumber : Laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor 2012

Program Kemanusiaan

Program ini terdiri dari tiga aktivitas utama yaitu aksi peduli bencana, paket senyum, dan bedah rumah. Aksi peduli bencana adalah aktivitas yang disiapkan untuk menangani berbagai bencana alam yang mungkin terjadi di kota Bogor, termasuk untuk membiayai proses tanggap darurat karena terjadinya bencana alam. Paket senyum adalah aktivitas untuk menjamin kebutuhan pokok dhuafa yang masuk asnaf fakir. Sedangkan, bedah rumah adalah aktivitas untuk melakukan rehab rumah dhuafa.

Salah satu program kemanusiaan yang sudah berjalan cukup baik adalah Paket Senyum. Program ini berupa pemberian paket sembako yang rutin setiap bulan. Program yang awalnya bernama “Beras Fakir” ini mulai dijalankan pada Agustus 2010. Saat itu tercatat ada 227 orang fakir di Kota Bogor yang menerima paket senilai Rp 50 000. Jumlah penerimanya terus bertambah setiap bulan dan bantuan pun dinaikkan menjadi Rp 100 000. Namun, saat itu program ini belum memiliki manajemen yang baik dalam hal kriteria mustahik yang berhak

menerima. Pada tahun 2011 progam “Beras Fakir” diganti namanya menjadi “Paket Senyum”. Besaran nilai paket dinaikkan menjadi Rp 200 000 dan penerima

(33)

22

penerima program paket senyum adalah 150 orang yang tersebar di enam kecamatan di Kota Bogor.

Tahun 2009, dana yang telah dikeluarkan BAZ Kota Bogor untuk program kemanusiaan mencapai Rp 103 857 900.00. Dana ini telah disalurkan untuk meringankan beban sekitar 237 orang yang mengalami musibah bencana alam. Di tahun 2010, dananya mencapai Rp 84 602 200.00 dengan jumlah penerima manfaat lebih banyak dari tahun 2009, yaitu 234 orang. Tahun 2011, jumlah anggaran program kemanusiaan meningkat hampir empat kali lipat dari anggaran tahun 2009. Angkanya mencapai Rp 468 199 600 00 dengan jumlah penerima manfaat mencapai 1 750. Laporan Penyaluran Dana Program Kemanusiaan dapat di lihat pada Gambar 6.

sumber : BAZ Kota Bogor 2013

Gambar 6. Penyaluran Dana Program Kemanusiaan

Demografi Responden

Responden yang digunakan dalam penelitian ini merupakan mustahik dari program kesehatan sub program aktivitas klinik dan program kemanusiaan sub program paket senyum. Total responden adalah sebanyak 60 orang. Karakteristik demografi responden akan dijelaskan pada Tabel 6.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

2009 2010 2011

Ju

ta

R

u

p

iah

Tahun

(34)

23 Tabel 6. Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan Tabel 6, mayoritas keluarga adalah berjenis kelamin perempuan (68.3 persen). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar tanggung jawab kepala keluarga dipegang oleh perempuan dan merupakan sesuatu yang tidak wajar. Dari segi usia, mayoritas responden berada pada usia yang tidak produktikf yaitu 51-65 tahun (45 persen), kemudian diikuti kelompok usia 66-80 tahun (21 persen). Hal ini mengindikasikan mayoritas responden merupakan kelompo usia tua yang memiliki peluang sangat kecil untuk meningkatkan kualitas taraf hidupnya. Dari aspek pendidikan, mayoritas responden tidak pernah bersekolah (35 persen) dan sebagian besar tidak tamat SD (13 persen) dan tamat SD (15 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah. Dari segi besar ukuran keluarga, mayoritas responden memiliki tanggungan keluarga 1-3 orang (35 persen). Kemudian diikuti dengan keluarga dengan tanggungan 4-6 orang (19 persen). Hal ini bisa diindikasikan responden memiliki tanggungan yang cukup besar. Dari segi pendapatan, mayoritas responden berada pada pendapatan dibawah Rp 600 ribu per bulan (43.4 persen).

Karakteristik demografi Jumlah Presentase

Jenis kelamin KK Pendapatan sebelum zakat

(35)

24

Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar responden termasuk kalangan menengah ke bawah.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden penelitian ini adalah kepala keluarga didominasi perempuan dengan usia yang tidak produktif lagi, sudah menikah dan memiliki tanggungan berkisar 1-3 orang, tidak pernah sekolah, dan berpenghasilah dibawah Rp 600 000 per bulan.

Analisis Hasil Penelitian

Analisis Perubahan Pendapatan Mustahik

Berdasarkan hasil perhitungan uji t-statistik diperoleh nilai thit (18.76) lebih besar dari ttabel (1.96) sehingga tolak H0. Artinya, pendapatan setelah zakat

berbeda nyata pada taraf α=5 persen terhadap pendapatan sebelum distribusi zakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian zakat kepada mustahik memberikan pengaruh nyata pada tingkat pendapatannya.

Analisis Peran Zakat terhadap IPM

Berdasarkan hasil estimasi perhitungan IPM tingkat individu pada mustahik program pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor, dari 60 responden diperoleh rata-rata nilai komponen IPM sebagai berikut:

Tabel 7. Nilai Komponen IPM

Tabel 8. Klasifikasi nilai IPM menurut statusnya

Sumber : BPS Kota Bogor 2012

Berdasarkan data pada Tabel 7 dan Tabel 8, nilai IPM mustahik sebelum dan setelah distribusi zakat berada pada tingkatan rendah. Sebelum distribusi zakat IPM mustahik sebesar 47 dan setelah distribusi zakat naik menjadi 49. Artinya

Komponen IPM Nilai Indeks (%)

Indeks angka harapan hidup 0.34 34

Indeks Pendidikan 0.55 55

Indeks paritas daya beli (PPP) tanpa zakat 0.53 53 Indeks paritas daya beli (PPP) dengan zakat 0.59 59

IPM sebelum distribusi zakat 0.47 47

IPM setelah distribusi zakat 0.49 49

Perubahan IPM (%) 4.1

Tingkatan Status Kriteria

Rendah IPM < 50

Menengah bawah 50 IPM <66 Menengah atas 66 IPM <80

(36)

25 terjadi perubahan nilai IPM mustahik sebesar 4.1 persen, namun perubahannya masih kecil. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti pengaruh nilai komponen-komponen IPM itu sendiri.

Hasil analisis tiap komponen IPM menunjukkan perubahan yang tidak terlalu signifikan. Nilai Indeks angka harapan hidup mustahik adalah 0.34. Artinya, rata-rata kemungkinan hidup bayi-bayi yang lahir pada tahun tersebut sekitar 34 persen dan dapat bertahan hidup hingga umur 34 tahun. Namun, melihat fakta yang terjadi sekarang, banyak tahun yang dapat ditempuh oleh mustahik berkisar 60 tahun ke atas. Hasil ini berdasarkan survei langsung ke para mustahik yang menjadi sampel penelitian ini. Dari 60 mustahik yang diwawancarai, tidak ada yang berumur minimal 34 tahun. Ini membuktikan bahwa estimasi perhitungan indeks angka harapan hidup belum bisa dijadikan fokus untuk mengukur kesejahteraan penduduk di bidang kesehatan.

Tabel 9. Rata-rata usia mustahik

Jarak usia (tahun) Jumlah mustahik (orang)

50 10

51-65 27

66-80 21

> 80 2

Komponen IPM berikutnya adalah indeks pendidikan. Indeks pendidikan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia dan juga mempresentasikan dimensi pengetahuan dalam IPM. Indikator yang digunakan dalam menghitung indeks pendidikan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf menggambarkan presentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang mampu baca tulis. Sementara rata-rata lama sekolah menggambarkan rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian, angka melek huruf mustahik sebesar 73 persen. Hal ini berarti sebesar 27 persen mustahik yang berumur di atas 15 tahun tidak bisa baca tulis. Sedangkan, rata-rata lama sekolah mustahik berkisar 4.2 tahun. Artinya rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh mustahik usia 15 tahun ke atas dalam menempuh semua jenis pendidikan formal adalah sebesar 4.2 tahun. Berdasarkan dua indikator tersebut, maka diperoleh nilai indeks pendidikan sebesar 0.55.

(37)

26

Hasil analisis dari ketiga komponen IPM di atas menunjukkan bahwa komponen indeks angka harapan hidup yang paling mempengaruhi rendahnya nilai IPM mustahik. Ini karena indeks angka harapan hidup bukan komponen yang memiliki hubungan langsung dengan distribusi zakat. Dana zakat yang disalurkan pada program ini lebih kepada bantuan uang dan sembako yang berpengaruh secara langsung pada indeks paritas daya beli.

Analisis Peran Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan Mustahik

Setelah memperoleh nilai IPM dari mustahik, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan indikator kemiskinan. Hal ini untuk melihat lebih jelas bagaimana peran zakat dalam pembangunan manusia. Karena kemiskinan merupakan salah satu poin penting dalam mengukur pembangunan manusia (Soedjatmoko 1995)

Tabel 10. Indikator kemiskinan

Berdasarkan Tabel 10, nilai indeks headcount ratio sebelum distribusi zakat adalah sebesar 0.85 yang artinya dari seluruh rumah tangga terdapat 85 persen keluarga yang dikategorikan miskin berdasarkan garis kemiskinan keluarga. kehadiran program pendayagunaan zakat menyebabkan nilai headcount ratio mengalami penurunan dari 0.85 menjadi 0.77. Ini menunjukkan bahwa pendayagunaan zakat memiliki dampak yang positif, karena mampu mengurangi jumlah mustahik yang hidup dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan sebesar 9.8 persen. Hal ini membuktikan bahwa terjadi penurunan tingkat kemiskinan keluarga mustahik setelah distirbusi zakat.

Nilai indeks poverty Gap atau kesenjangan kemiskinan mengalami penurunan dari Rp 536 265.891 menjadi Rp 301 755.662. Artinya, sebelum terjadinya pendistribusian zakat, jarak antara rata-rata pendapatan rumah tangga miskin mustahik dengan garis kemiskinan adalah Rp 536 265.891. Dengan adanya program pendayagunaan zakat dari BAZ kota Bogor, jarak ini dapat diperkecil menjadi Rp 301 755.662. Penurunan angka sebesar 43.73 persen mengindikasikan bahwa pendistribusian zakat yang dilakukan oleh BAZ Kota Bogor secara empirik mampu menurunkan tingkat kesenjangan kemiskinan keluarga mustahik.

Hal yang sama juga terjadi pada indeks kesenjangan pendapatan dimana indeks kesenjangan pendapatan turun dari sebelum distribusi zakat sebesar 0.43 menjadi 0.24 setelah distribusi zakat. Hal ini menujukkan keberadaan zakat mampu menurunkan nilai rasio kesenjangan pendapatan sebesar 43.73 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kedalaman kemiskinan dapat direduksi oleh program pendistribusian zakat BAZ Kota Bogor.

(38)

27 Nilai indeks sen atau tingkat keparahan kemiskinan sebelum adanya distribusi zakat sebesar 0.84 menunjukkan bahwa kelompok mustahik berada pada tingkat keparahan kemiskinan yang tinggi. Kehadiran program pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor mampu mereduksi tingkat keparahan kemiskinan menjadi 0.75. Penurunan indeks sen sebesar 10.8 persen ini mengindikasikan bahwa program zakat berdampak positif terhadap pengentasan kemiskinan.

Untuk melihat apakah terjadi kesenjangan dalam pemberian zakat kepada mustahik, digunakan analisis gini coefficient of the poor (Gp). Nilai Gp mustahik sebelum pemberian dana zakat adalah sebesar 0.98. Artinya, kesenjangan pendapatan mustahik sebelum distribusi zakat sangat tinggi. Setelah distribusi zakat Gp mustahik mengalami penurunan manjadi 0.97. Perubahan Gp mustahik hanya sebesar 1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa setelah pemberian zakat, kesenjangan pendapatan mustahik masih sangat tinggi. Ini bisa dikarenakan dalam distribusi zakat, BAZ Kota Bogor belum memperhatikan dari sisi pembobotan dana zakat yang diberikan kepada masing-masing mustahik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Total penerimaan zakat sempat mengalami penurunan yang cukup besar di tahun 2011. Sementara total penerimaan dari ZIS BAZ dan mitra BAZ menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk penyaluran dana zakat berdasarkan asnaf, program yang menerima dana paling besar adalah program kemanusiaan, kemudian program kesehatan.

Distribusi zakat kepada mustahik menunjukkan terjadinya perubahan pada tingkat pendapatan mustahik. Dengan menggunakan Uji t-Statistik, ditemukan bahwa pendapatan mustahik sebelum dan setelah distribusi zakat berbeda pada taraf nyata 5 persen. Dengan kata lain, distribusi zakat dapat meningkatkan tingkat pendapatan mustahik.

IPM mustahik sebelum dan setelah distribusi zakat berada pada tingkatan rendah. Nilai IPM sebelum distribusi zakat sebesar 47 dan setelah distribusi zakat menjadi 49. Hal ini mengindikasikan, terjadi perubahan nilai IPM sebesar 4.1 persen dengan adanya program pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor.

(39)

28

positif terhadap pengentasan kemiskinan dan berperan baik dalam meningkatkan pembangunan manusia.

Hasil analisis Gp sebelum distribusi zakat merepresentasikan kesejangan pendapatan yang sangat tinggi diantara mustahik. Nilai Gp mustahik sebelum menerima dana zakat adalah sebesar 0.98. Mengalami penuruan menjadi 0.97 setelah mustahik menerima bantuan zakat. Perubahan Gp mustahik hanya sebesar 1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa setelah pemberian zakat, kesenjangan pendapatan mustahik masih sangat tinggi. Ini bisa dikarenakan dalam distribusi zakat, BAZ Kota Bogor belum memperhatikan dari sisi pembobotan dana zakat yang diberikan kepada masing-masing mustahik.

Saran

Pemerintah, lembaga-lembaga zakat, Muzaki, dan perusahaan BUMN diharapkan lebih menyadari pentingnya mengeluarkan kewajiban zakatrnya, agar sumber-sumber dana zakat semakin besar dan bisa dioptimalkan pendayagunaannya. Jika ada penelitian selanjutnya disarankan dapat menggunakan lebih banyak sampel, baik untuk mustahik atau pun untuk program-program pendayagunaan zakat.

DAFTAR PUSTAKA

Anriani. 2010. Analisis Dampak Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan Mustahik : Studi Kasus Pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor di Tiga Kecamatan Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Beik IS. 2009. Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus

Dompet Dhuafa Republika. Jurnal Zakat & Empowering: 2:47-55. Beik IS. 2010. Tiga Dimensi Zakat. Jakarta: Harian Republika.

[BAZ] Badan Amil Zakat Kota Bogor. 2013. Laporan Tiga Tahunan 2009-2011. Bogor (ID): BAZ Kota Bogor.

[BAZNAS] Badan Amil Zakat Nasional. 2013. [Internet diunduh 2013 Mei 01]. Tersedia pada : http://www.pusat.baznas.go.id. Jakarta (ID): BAZNAS [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2011. Bogor dalam Angka 2012. Bogor

(ID): BPS Kota Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2012. Hasil Proyeksi dan Sensus Penduduk 2010. Bogor (ID): BPS Kota Bogor.

Chapra MU. 2000. Sistem Moneter Islam. Basri IA, penerjemah. Jakarta (ID): Gema Insani Press.

[Depag] Departemen Agama Republik Indonesia. 1999. [Internet diunduh 2013 September 12]. Tersedia pada : http://www.kemenag.go.id. Jakarta (ID): Depag.

Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press.

Kuncoro M. 2010. Ekonomika Pembangunan. Jakarta (ID): Erlangga.

(40)

29 Meier GM. 1998. Leading Issues in Economic Development. Oxford University

Press.

Nurzaman MS. 2010. Zakat and human development: an empirical analysis on poverty alleviation in Jakarta, indonesia. Center for Islamic economics and finance, Qatar faculty of Islamic studies, Qatar foundation. p 1-26.

Pramanik AH. 1993. Development and Distribution in Islam. Petaling Jaya: Pelanduk Publications.

Sen A dan Anand S. 1994. Human Development index : Methodology and Measurement. Human Development Report Office Occasional Papers. Soedjatmoko.1995. Dimensi Manusia dalam Pembangunan-Pilihan Karangan

Soedjatmoko. Jakarta (ID): Pustaka LP3ES Indonesia.

Suprayitno E. 2005. Ekonomi Islam. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

[SUSENAS] Survei Sensus Nasional Kota Bogor. 2013. Laporan Sensus Kota Bogor. Bogor (ID): Susenas.

Torre R dan Moreno H. 2010. Advances in sub national measurement of the Human Development Index: The case of Mexico. Human Development Research Paper No.23.

(41)

30

Lampiran 1 Tabel Konversi Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Tertinggi Konversi Tahun

1 Tidak Sekolah 0

2 SD 6

3 SLTP 9

4 SLTA 12

5 Diploma 1 13

6 Diploma 2 14

7 Diploma 3 15

8 SI 16

9 S2 18

10 S3 21

sumber : BPS 2010

Lampiran 2 Daftar Pengeluaran Barang

No Jenis pengeluaran

1 Pengeluaran kebutuhan dasar

- Beras

- Gula, teh, kopi - minyak sayur

- daging/ayam/ikan, lauk pauk lainnya.. - sayur, buah

- bumbu-bumbu

2 Sewa rumah 3 Listrik dan air 4 Gas

5 Susu

6 Konsumsi makanan ringan anak-anak 7 Rokok

8 Biaya bensin/biaya transportasi

9 Biaya sekolah (SPP, buku, transportasi, dll) 10 Pulsa ponsel

(42)

31

Lampiran 3 Tabel Nilai Maksimum-minimum Indikator IPM

Indikator IPM Maksimum Minimum Sumber

Angka Harapan

Daya Beli 732 720a 360 000b Menggunakan

PDB perkapita riil yang disesuaikan.

Keterangan : a) perkiraan maksimum pada akhir PJP II tahun 2018

b) penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru

2.046.000 2.230.000 184.000

1.178.000 1.308.000 130.000

915.000 1.115.000 200.000

1.461.000 1.761.000 300.000

383.000 604.000 220.000

2.261.000 2.521.000 260.000

1.603.000 1.903.000 300.000

1.034.000 1.114.000 80.000

362.000 602.000 240.000

1.662.000 1.902.000 240.000

1.982.000 2.202.000 220.000

574.000 843.300 260.000

1.181.000 1.381.000 200.000

440.000 600.000 160.000

1.052.000 1.232.000 180.000

412.000 652.000 240.000

742.000 982.000 240.000

342.000 548.000 200.000

1.505.000 1.685.000 180.000

1.054.000 1.254.000 200.000

987.000 1.187.000 200.000

(43)

32

632.000 832.000 200.000

320.000 480.000 160.000

536.000 716000 180.000

292.000 412.000 120.000

951.000 1.151.000 200.000

1.300.000 1.400.000 100.000

2.025.000 2.139.000 110.000

874.000 1.094.000 220.000

301.500 551.500 250.000

870.000 1.120.000 250.000

610.000 860.000 250.000

934.000 1.184.000 250.000

972.000 1.222.000 250.000

790.000 1.040.000 250.000

1.219.000 1.469.000 250.000

470.000 720.000 250.000

536.000 786.000 250.000

603.000 853.500 250.000

982.500 1.322.500 250.000

629.500 879.500 250.000

390.000 640.000 250.000

315.000 565.000 250.000

264.000 514.000 250.000

962.000 1.212.000 250.000

714.000 964.000 250.000

440.500 690.500 250.000

320.000 570.000 250.000

881.000 1.131.000 250.000

334.000 548.000 250.000

191.000 411.000 250.000

410.000 660.000 250.000

638.000 888.000 250.000

320.000 570.000 250.000

183.000 433.000 250.000

190.000 440.000 250.000

170.000 420.000 250.000

384.000 634.000 250.000

234.000 484.000 250.000

Gambar

Gambar 1. Tujuan Pembangunan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Jumlah  Penduduk Kota Bogor Tahun  2005-2011
Tabel 3. Proporsi Dana ZIS Per Program Tahun 2009-2011
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kelima, konsep Freud tentang “ketidaksadaran” dapat digunakan dalam proses bimbingan yang dilakukan pada individu dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls dorongan

Nilai seluruh peubah kualitas spermatozoa yang diamati meliputi persentase motilitas, spermatozoa hidup, abnormalitas, butiran sitoplasma, TAU, dan MPU pada spermatozoa cauda

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun penggunaan metode ini untuk memaparkan besarnya pengaruh disiplin terhadap hasil belajar

Berdasarkan hasil pengamatan petrografi dan data XRD, tipe alterasi hidrotermal yang berkembang di daerah penelitian terbagi menjadi 5 (lihat Gambar 3.) yaitu alterasi

Buku keempat ini memuat data dan informasi sampai dengan pertengahan tahun 2012 serta mengungkapkan secara lebih luas dan mendalam tentang: Konsumsi Rokok dan Produk

A Bizottság jelentése a Tanácsnak, az Európai Parlamentnek, az Európai Gazdasági és Szociális Bizottságnak és a Régiók Bizottságának az európai szövetkezet statútumának a

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka industri kreatif BO Production dinilai sangat menarik untuk diteliti, sehingga peneliti tertarik untuk menuangkan