• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Sosial Ekonomi Daerah Bogor

Kedudukan topografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara, merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya kebun raya yang didalamnya terdapat Istana Bogor di pusat kota, merupakan tujuan wisata, serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur wisata Puncak-Cianjur juga merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Pembangunan di daerah ini lebih diarahkan pada pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, dengan meprioritaskan pembangunan sektor perdagangan dan jasa yang ditunjang oleh sektor industri.

Kependudukan dan Ketenagakerjaan di Kota Bogor

Penduduk Kota Bogor pada tahun 2011 adalah 967 398 jiwa, yang terdiri dari 493 761 laki-laki dan 473 637 perempuan. Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin (sex ratio), yaitu angka yang menyatakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu. Rasio jenis kelamin laki-laki terhadap perempuan di Kota Bogor

16

menurut hasil sensus penduduk adalah 104 yang berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan rata-rata terdapat 104 penduduk laki-laki atau bisa juga diartikan jumlah penduduk laki-laki di Kota Bogor 4 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin terbesar terdapat di Kecamatan Bogor Selatan sebesar 106 dan terkecil terdapat di Kecamatan Bogor Timur yakni sebesar 103. Lebih jelasnya lihat Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2005-2011 Tahun Laki-laki (orang) Perempuan (orang) Jumlah (orang) Sex Ratio 2005 431 862 423 223 855 085 102 2006 444 508 434 630 879 138 102 2007 457 717 447 415 905 132 102 2008 476 476 465 728 942 204 102 2009 481 559 464 645 946 204 104 2010 484 791 465 543 950 334 104 2011 493 761 473 637 967 398 104

Sumber : BPS Kota Bogor 2012

Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Bogor Barat sebanyak 4 826 jiwa (22.21%). Diikuti penduduk Kecamatan Tanah Sareal sebanyak 195 742 jiwa (20.23%), Bogor Selatan sebanyak 184 336 jiwa (19.05%), Bogor Utara sebanyak 173 732 jiwa (17.96%), Bogor Tengah sebanyak 102 145 jiwa (10.56%), dan Bogor Timur sebanyak 96 617 jiwa (9.99%).

Partisipasi Angkatan Kerja tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dari 65.56 persen pada tahun 2010 menjadi 61.92 persen. Tingkat pengangguran di Kota Bogor pada tahun 2011 mengalami penurunan cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 72 015 orang pada tahun 2010 menjadi 44 985 orang pada tahun 2011.

Pendidikan di Kota Bogor

Menurut hasil survei sensus nasional pada tahun 2011 (Susenas 2013), penduduk usia 10 tahun ke atas di Kota Bogor yang dapat membaca dan menulis sebanyak 771 492 orang atau sekitar 98.10 persen. Artinya hanya sekitar 1.90 persen penduduk usia 10 tahun ke atas di Kota Bogor yang tidak dapat membaca dan menulis. Dilihat dari jenis kelamin ternyata penduduk perempuan lebih banyak yang tidak dapat membaca dan menulis dibandingkan dengan penduduk laki-laki dengan perbandingan 3:1.

Penduduk yang berusia 10 tahun ke atas memiliki ijazah paling banyak adalah ijazah SMU/SMA/SMK yaitu sebesar 28.36 persen. Ijazah SD sebesar 26.37 persen, ijazah SMP sebesar 18.61 persen, sedangkan yang memiliki ijazah perguruan tinggi 10.52 persen, dan yang tidak memiliki ijazah SD sebesar 16.14 persen. Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah di Kota Bogor sudah menunjukkan pencapaian yang baik dengan berhasilnya program Wajib Belajar 9 tahun. Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Bogor sudah memasuki pendidikan kelas 1 SLTA yang ditunjukkan dengan pencapaian angka 9.85.

17 Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kota Bogor

Pada tahun 2011 di Kota Bogor terdapat 10 rumah sakit dengan jumlah tempat tidur 1 726 buah. Jumlah puskesmas RRI sebanyak 24. Puskesmas pembantu sebanyak 28 dan 11 puskesmas keliling. Semua puskesmas yang ada merupakan puskesmas pelaksana program pemerintah. Penyandang permasalahan sosial di Kota Bogor terdiri dari 941 anak terlantar, 5 anak nakal, 112 korban penyalahgunaan narkoba dan 1 679 penyandang cacat. Sedangkan jumlah data potensi dan sumber kesejahteraan social terdiri 163 jumlah tenaga kesejahteraan social masyarakat, 126 organisasi social, 216 karang taruna, 362 wahana kesejahteraan sosial.

Perkembangan Zakat Program BAZ Kota Bogor 2009 - 2011

Secara umum, zakat yang disalurkan oleh BAZ kota Bogor mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan memerlihatkan perkembangan yang semakin baik. Namun, untuk penerimaan zakat, perkembanganya lebih bersifat fluktuatif. Hal ini bisa disebabkan pengeluaran untuk zakat masih dianggap sebagai perintah agama yang bersifat sunnah, bukan sebagai kewajiban. Meskipun tidak sedikit ketagori mustahik yang menyadari kewajiban berzakat.

Penerimaan Zakat Berdasarkan Muzaki

Jumlah zakat yang berasal dari muzaki perseorangan mencapai Rp 1 035 774 122.00. Angka ini hampir dua kali lipat dari jumlah zakat yang berasal dari UPZ Dinas atau perusahaan di tahun 2009. Di tahun 2010, jumlah zakat dari muzaki perseorangan naik cukup signifikan pada angka Rp 1 604 789 220.00 dan pada tahun 2011 meskipun sempat turun, namun angkanya masih lebih tinggi dari tahun 2009.

Tabel 2. Laporan Penerimaan Zakat Berdasarkan Muzaki

Uraian Penerimaan Zakat (Rp)

2009 2010 2011 Muzaki Perseorangan 1 035 774 122 1 604 789 220 1 065 692 926 UPZ Dinas 545 347 580 422 569 721 527 591 033 Perusahaan 545 301 558 117 099 090 529 446 300 Total Penerimaan Zakat 2 126 423 260 2 144 458 031 1 122 730 259

Sumber : BAZ Kota Bogor 2013

Penerimaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) BAZ dan Mitra BAZ Sepanjang tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, angka penerimaan ZIS di BAZ Kota Bogor menunjukkan grafik meningkat. Tahun 2009, pertumbuhan ZIS

18

meningkat dalam kisaran 100 persen dibanding tahun 2008. Begitu juga penerimaan ZIS tahun 2010 dan tahun 2011. Sampai akhir tahun 2011, jumlah dana ZIS yang dihimpun BAZ Kota Bogor bersama mitra BAZ yaitu unit pengumpul zakat (UPZ) Masjid, UPZ Sekolah, UPZ Dinas, dan BAZ Kecamatan, telah mencapai Rp 10 382 217 469. Perkembangan penerimaan ZIS tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

sumber : BAZ Kota Bogor 2013

Gambar 3. Total Penerimaan ZIS BAZ dan Mitra BAZ Penyaluran Zakat Berdasarkan Asnaf

Sejak tahun 2009-2011, program-program pendayagunaan BAZ Kota Bogor telah terorganisir berdasarkan asnaf, dengan proporsi anggaran terbesar pada asnaf sabilillah sebesar Rp 696 651 729. Program tersebut tersalur pada program pendidikan, syiar, dan kesehatan. Proporsi anggaran terbesar kedua adalah asnaf miskin dengan angka Rp 499 559 341 yang tersalur pada program kemanusiaan, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Kemudian, proporsi anggaran terbesar berikutnya adalah asnaf fakir dengan angka Rp 369 275 700 yang tersalur pada program kemanusiaan. Secara lengkap ditampilkan pada Gambar 4.

3,523 5,205 10,382 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 2009 2010 2011 Ju ta R u p ia h Tahun

19

sumber : BAZ Kota Bogor 2013

Gambar 4. Distribusi Anggaran Berdasarkan Asnaf Tahun 2009-2011 Proporsi Dana ZIS Per Program

Untuk pembiyaan program-program, BAZ Kota Bogor juga menghimpun dana infak dan shadaqah, yang kemudian pendayagunaannya digabung bersama dana zakat atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan ZIS. Secara proporsi, pendistribusian dana ZIS sepanjang tahun 2009-2011 tersebar pada dua program yaitu kesehatan dan kemanusiaan. Di tahun 2009, program kesehatan menyerap dana ZIS terbanyak dengan proporsi 48.85 persen dari seluruh dana pendistribusian. Selama tehun 2010-2011, proporsi terbesar dana pendayagunaan berada pada program kemanusiaan yang berada pada kisaran 30.34 persen dan 33.40 persen dari total dana pendayagunaan.

Tabel 3. Proporsi Dana ZIS Per Program Tahun 2009-2011

Program 2009 2010 2011 Jumlah (Rp) Prp. (%) Jumlah (Rp) Prp. (%) Jumlah (Rp) Prp. (%) Kesehatan 860 628 547 49 422 147 597 26 471 671 765 28 Pendidikan 232 809 831 13 257 080 384 16 248 052 500 15 Ekonomi 62 984 600 4 95 285 080 6 100 957 500 6 Kemanusiaan 396 366 372 22 488 122 804 30 553 156 700 33 Dakwah 208 924 080 12 345 959 654 22 282 997 305 18 Total 1 761 713 430 100 1 608 595 519 100 1 656 835 770 100 Ket: Prp = Proporsi

Sumber : BAZ Kota Bogor 2013 0 100 200 300 400 500 600 700

Fakir Miskin Muallaf Riqab Gharimin Sabilillah Ibnu Sabil

Ju ta R u p iah Asnaf

20

Perkembangan Penyaluran Program BAZ Kota Bogor Program Kesehatan

Program ini memiliki tiga aktivitas utama yaitu aktivitas klinik dan ambulance, health emergency case (HEC), dan medical plus. Sejak tahun 2009, anggaran yang telah dikeluarkan BAZ Kota Bogor untuk program kesehatan mencapai Rp 761 368 257. Anggaran yang besar ini terkait adanya kasus-kasus kesehatan besar dan darurat para dhuafa yang ditangani BAZ Kota Bogor pada aktivitas HEC yang mencapai 220 kasus. Tahun 2010 jumlah anggaran untuk program kesehatan mengalami penurunan pada kisaran angka Rp 300 065 188. Hal itu juga terjadi pada tahun 2011 yang angkanya mencapai Rp 257 700 905. Penurunan anggaran ini lebih dikarenakan adanya penurunan jumlah kasus darurat yang ditangani BAZ Kota Bogor. Namun, alokasi anggaran untuk membantu dhuafa dalam mengakses obat dan ongkos berobat dhuafa yang terangkum dalam aktivitas medical plus, mengalami peningkatan signifikan di tahun 2011 angkanya mencapai Rp 35 861 110. Sedangkan, di tahun 2010, angkanya baru mencapai Rp 2 046 300.

Gambar 5. Penyaluran Dana Program Kesehatan Program Pendidikan

Program pendidikan memiliki tiga aktivitas utama yaitu guru ngajiku, Beastudy, dan angkasa Institute. Guru ngajiku adalah aktivitas untuk memberikan apresiasi kepada guru ngaji di Kota Bogor yang telah dengan sepenuh hati memberikan dedikasi untuk menebar pengetahuan agama kepada anak-anak. Aktivitas beastudy bergerak dalam ranah menanggulangi kasus-kasus pendidikan darurat yang dihadapi dhuafa. Aktivitas ini untuk memastikan para pelajar dhuafa

0 100 200 300 400 500 600 2009 2010 2011 Ju ta R u p iah

21 yang kesulitan biaya dapat terus menjalani proses pendidikannya. Aktivitas angkasa institute memberikan kesempatan bagi lulusan SMA/sederajat dari kalangan dhuafa, untuk menjalani pendidikan selama satu tahun. Angkasa institute bertujuan mengahasilkan orang-orang muda yang kreatif, inovatif, seta penuh inspirasi tetapi terjaga oleh nilai-nilai kepedulian, kemanusiaan, peduli dan berbagi dengan orang banyak. Di tahun 2011, aktivitas angkasa institute terwujud dalam penguatan aktivitas Gebu Cinta yang juga memiliki semangat serupa dalam beragam aktivitas. Berikut rekapitulasi lengkap tentang ketiga aktivitas di program pendidikan :

Tabel 4. Laporan Penyaluran Dana Program Pendidikan

Nama Program 2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011 (Rp)

Beastudy 67 694 700 77 886 560 111 325 000

Guru Ngajiku 95 001 000 84 420 500 167 207 600

Angkasa/Gebu Cinta - 89 211 279 23 368 000

Total Penyaluran Dana 162 705 700 251 518 339 301 900 600

Sumber : Laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor 2012

Tabel 5. Laporan Jumlah Penerima Manfaat Program Pendidikan

Nama Program 2009 (orang) 2010 (orang) 2011(orang)

Beastudy 121 128 216

Guru Ngajiku 212 192 112

Angkasa/Gebu Cinta 0 19 19

Total Penyaluran Dana 352 339 347

Sumber : Laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor 2012

Program Kemanusiaan

Program ini terdiri dari tiga aktivitas utama yaitu aksi peduli bencana, paket senyum, dan bedah rumah. Aksi peduli bencana adalah aktivitas yang disiapkan untuk menangani berbagai bencana alam yang mungkin terjadi di kota Bogor, termasuk untuk membiayai proses tanggap darurat karena terjadinya bencana alam. Paket senyum adalah aktivitas untuk menjamin kebutuhan pokok dhuafa yang masuk asnaf fakir. Sedangkan, bedah rumah adalah aktivitas untuk melakukan rehab rumah dhuafa.

Salah satu program kemanusiaan yang sudah berjalan cukup baik adalah Paket Senyum. Program ini berupa pemberian paket sembako yang rutin setiap bulan. Program yang awalnya bernama “Beras Fakir” ini mulai dijalankan pada

Agustus 2010. Saat itu tercatat ada 227 orang fakir di Kota Bogor yang menerima paket senilai Rp 50 000. Jumlah penerimanya terus bertambah setiap bulan dan bantuan pun dinaikkan menjadi Rp 100 000. Namun, saat itu program ini belum memiliki manajemen yang baik dalam hal kriteria mustahik yang berhak

menerima. Pada tahun 2011 progam “Beras Fakir” diganti namanya menjadi “Paket Senyum”. Besaran nilai paket dinaikkan menjadi Rp 200 000 dan penerima

paket berjumlah 80 orang. Kriteria untuk menentukan penerima bantuan adalah mereka yang tidak memiliki sumber pendapatan sama sekali. Saat ini jumlah

22

penerima program paket senyum adalah 150 orang yang tersebar di enam kecamatan di Kota Bogor.

Tahun 2009, dana yang telah dikeluarkan BAZ Kota Bogor untuk program kemanusiaan mencapai Rp 103 857 900.00. Dana ini telah disalurkan untuk meringankan beban sekitar 237 orang yang mengalami musibah bencana alam. Di tahun 2010, dananya mencapai Rp 84 602 200.00 dengan jumlah penerima manfaat lebih banyak dari tahun 2009, yaitu 234 orang. Tahun 2011, jumlah anggaran program kemanusiaan meningkat hampir empat kali lipat dari anggaran tahun 2009. Angkanya mencapai Rp 468 199 600 00 dengan jumlah penerima manfaat mencapai 1 750. Laporan Penyaluran Dana Program Kemanusiaan dapat di lihat pada Gambar 6.

sumber : BAZ Kota Bogor 2013

Gambar 6. Penyaluran Dana Program Kemanusiaan Demografi Responden

Responden yang digunakan dalam penelitian ini merupakan mustahik dari program kesehatan sub program aktivitas klinik dan program kemanusiaan sub program paket senyum. Total responden adalah sebanyak 60 orang. Karakteristik demografi responden akan dijelaskan pada Tabel 6.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 2009 2010 2011 Ju ta R u p iah Tahun dana program kemanusiaan

23 Tabel 6. Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan Tabel 6, mayoritas keluarga adalah berjenis kelamin perempuan (68.3 persen). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar tanggung jawab kepala keluarga dipegang oleh perempuan dan merupakan sesuatu yang tidak wajar. Dari segi usia, mayoritas responden berada pada usia yang tidak produktikf yaitu 51-65 tahun (45 persen), kemudian diikuti kelompok usia 66-80 tahun (21 persen). Hal ini mengindikasikan mayoritas responden merupakan kelompo usia tua yang memiliki peluang sangat kecil untuk meningkatkan kualitas taraf hidupnya. Dari aspek pendidikan, mayoritas responden tidak pernah bersekolah (35 persen) dan sebagian besar tidak tamat SD (13 persen) dan tamat SD (15 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah. Dari segi besar ukuran keluarga, mayoritas responden memiliki tanggungan keluarga 1-3 orang (35 persen). Kemudian diikuti dengan keluarga dengan tanggungan 4-6 orang (19 persen). Hal ini bisa diindikasikan responden memiliki tanggungan yang cukup besar. Dari segi pendapatan, mayoritas responden berada pada pendapatan dibawah Rp 600 ribu per bulan (43.4 persen).

Karakteristik demografi Jumlah Presentase Jenis kelamin KK laki-laki perempuan 19 41 31.7 68.3 Usia 21-35 tahun 36-50 tahun 51-65 tahun 66-80 tahun >81 tahun 2 8 27 21 2 3.3 13.3 45 35 3.3 Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD SD SMP SMA Diploma/Sarjana 21 13 15 6 5 - 35 21.7 25 10 8.3 - Besar ukuran keluarga

1-3 orang 4-6 orang >7 orang 35 19 6 58.3 31.7 10 Pendapatan sebelum zakat

(rupiah per bulan) <600.000 600.000-1.200.000 >1200.000 26 24 10 43.3 40 16.7

24

Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar responden termasuk kalangan menengah ke bawah.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden penelitian ini adalah kepala keluarga didominasi perempuan dengan usia yang tidak produktif lagi, sudah menikah dan memiliki tanggungan berkisar 1-3 orang, tidak pernah sekolah, dan berpenghasilah dibawah Rp 600 000 per bulan.

Analisis Hasil Penelitian

Analisis Perubahan Pendapatan Mustahik

Berdasarkan hasil perhitungan uji t-statistik diperoleh nilai thit (18.76) lebih besar dari ttabel (1.96) sehingga tolak H0. Artinya, pendapatan setelah zakat

berbeda nyata pada taraf α=5 persen terhadap pendapatan sebelum distribusi zakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian zakat kepada mustahik memberikan pengaruh nyata pada tingkat pendapatannya.

Analisis Peran Zakat terhadap IPM

Berdasarkan hasil estimasi perhitungan IPM tingkat individu pada mustahik program pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor, dari 60 responden diperoleh rata-rata nilai komponen IPM sebagai berikut:

Tabel 7. Nilai Komponen IPM

Tabel 8. Klasifikasi nilai IPM menurut statusnya

Sumber : BPS Kota Bogor 2012

Berdasarkan data pada Tabel 7 dan Tabel 8, nilai IPM mustahik sebelum dan setelah distribusi zakat berada pada tingkatan rendah. Sebelum distribusi zakat IPM mustahik sebesar 47 dan setelah distribusi zakat naik menjadi 49. Artinya

Komponen IPM Nilai Indeks (%)

Indeks angka harapan hidup 0.34 34

Indeks Pendidikan 0.55 55

Indeks paritas daya beli (PPP) tanpa zakat 0.53 53 Indeks paritas daya beli (PPP) dengan zakat 0.59 59

IPM sebelum distribusi zakat 0.47 47

IPM setelah distribusi zakat 0.49 49

Perubahan IPM (%) 4.1

Tingkatan Status Kriteria

Rendah IPM < 50

Menengah bawah 50 IPM <66 Menengah atas 66 IPM <80

25 terjadi perubahan nilai IPM mustahik sebesar 4.1 persen, namun perubahannya masih kecil. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti pengaruh nilai komponen-komponen IPM itu sendiri.

Hasil analisis tiap komponen IPM menunjukkan perubahan yang tidak terlalu signifikan. Nilai Indeks angka harapan hidup mustahik adalah 0.34. Artinya, rata-rata kemungkinan hidup bayi-bayi yang lahir pada tahun tersebut sekitar 34 persen dan dapat bertahan hidup hingga umur 34 tahun. Namun, melihat fakta yang terjadi sekarang, banyak tahun yang dapat ditempuh oleh mustahik berkisar 60 tahun ke atas. Hasil ini berdasarkan survei langsung ke para mustahik yang menjadi sampel penelitian ini. Dari 60 mustahik yang diwawancarai, tidak ada yang berumur minimal 34 tahun. Ini membuktikan bahwa estimasi perhitungan indeks angka harapan hidup belum bisa dijadikan fokus untuk mengukur kesejahteraan penduduk di bidang kesehatan.

Tabel 9. Rata-rata usia mustahik

Jarak usia (tahun) Jumlah mustahik (orang)

50 10

51-65 27

66-80 21

> 80 2

Komponen IPM berikutnya adalah indeks pendidikan. Indeks pendidikan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia dan juga mempresentasikan dimensi pengetahuan dalam IPM. Indikator yang digunakan dalam menghitung indeks pendidikan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf menggambarkan presentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang mampu baca tulis. Sementara rata-rata lama sekolah menggambarkan rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian, angka melek huruf mustahik sebesar 73 persen. Hal ini berarti sebesar 27 persen mustahik yang berumur di atas 15 tahun tidak bisa baca tulis. Sedangkan, rata-rata lama sekolah mustahik berkisar 4.2 tahun. Artinya rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh mustahik usia 15 tahun ke atas dalam menempuh semua jenis pendidikan formal adalah sebesar 4.2 tahun. Berdasarkan dua indikator tersebut, maka diperoleh nilai indeks pendidikan sebesar 0.55.

Komponen IPM yang digunakan dalam mengukur standar hidup masyarakat adalah dengan indeks daya beli. Daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa. Kemampuan ini dipengaruhi oleh harga riil dan nilai tukar. Pada penelitian ini, untuk melihat adanya pengaruh dari distribusi zakat, maka paritas daya beli mustahik dihitung sebelum dan setelah distribusi zakat. Indeks paritas daya beli mustahik sebelum distribusi zakat adalah sebesar 0.53. Sedangkan setelah distribusi zakat indeks paritas daya beli mustahik naik menjadi 0.59. persentase perubahannya hanya sebesar 10.2 persen. Ini mengindikasikan bahwa paritas daya beli mustahik mengalami peningkatan sebesar 10.2 persen dan berimplikasi positif terhadap standar hidup kelompok mustahik.

26

Hasil analisis dari ketiga komponen IPM di atas menunjukkan bahwa komponen indeks angka harapan hidup yang paling mempengaruhi rendahnya nilai IPM mustahik. Ini karena indeks angka harapan hidup bukan komponen yang memiliki hubungan langsung dengan distribusi zakat. Dana zakat yang disalurkan pada program ini lebih kepada bantuan uang dan sembako yang berpengaruh secara langsung pada indeks paritas daya beli.

Analisis Peran Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan Mustahik

Setelah memperoleh nilai IPM dari mustahik, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan indikator kemiskinan. Hal ini untuk melihat lebih jelas bagaimana peran zakat dalam pembangunan manusia. Karena kemiskinan merupakan salah satu poin penting dalam mengukur pembangunan manusia (Soedjatmoko 1995)

Tabel 10. Indikator kemiskinan

Berdasarkan Tabel 10, nilai indeks headcount ratio sebelum distribusi zakat adalah sebesar 0.85 yang artinya dari seluruh rumah tangga terdapat 85 persen keluarga yang dikategorikan miskin berdasarkan garis kemiskinan keluarga. kehadiran program pendayagunaan zakat menyebabkan nilai headcount ratio mengalami penurunan dari 0.85 menjadi 0.77. Ini menunjukkan bahwa pendayagunaan zakat memiliki dampak yang positif, karena mampu mengurangi jumlah mustahik yang hidup dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan sebesar 9.8 persen. Hal ini membuktikan bahwa terjadi penurunan tingkat kemiskinan keluarga mustahik setelah distirbusi zakat.

Nilai indeks poverty Gap atau kesenjangan kemiskinan mengalami penurunan dari Rp 536 265.891 menjadi Rp 301 755.662. Artinya, sebelum terjadinya pendistribusian zakat, jarak antara rata-rata pendapatan rumah tangga miskin mustahik dengan garis kemiskinan adalah Rp 536 265.891. Dengan adanya program pendayagunaan zakat dari BAZ kota Bogor, jarak ini dapat diperkecil menjadi Rp 301 755.662. Penurunan angka sebesar 43.73 persen mengindikasikan bahwa pendistribusian zakat yang dilakukan oleh BAZ Kota Bogor secara empirik mampu menurunkan tingkat kesenjangan kemiskinan keluarga mustahik.

Hal yang sama juga terjadi pada indeks kesenjangan pendapatan dimana indeks kesenjangan pendapatan turun dari sebelum distribusi zakat sebesar 0.43 menjadi 0.24 setelah distribusi zakat. Hal ini menujukkan keberadaan zakat mampu menurunkan nilai rasio kesenjangan pendapatan sebesar 43.73 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kedalaman kemiskinan dapat direduksi oleh program pendistribusian zakat BAZ Kota Bogor.

Indeks Kemiskinan Sebelum distribusi zakat Setelah distribusi zakat Persentase perubahan (%) H 0.85 0.77 9.8 P1 (rupiah) 536 265.89 301 755.66 43.73 I 0.43 0.24 43.73 P2 0.84 0.75 10.8 Gp 0.98 0.97 1

27 Nilai indeks sen atau tingkat keparahan kemiskinan sebelum adanya distribusi zakat sebesar 0.84 menunjukkan bahwa kelompok mustahik berada pada tingkat keparahan kemiskinan yang tinggi. Kehadiran program pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor mampu mereduksi tingkat keparahan kemiskinan menjadi 0.75. Penurunan indeks sen sebesar 10.8 persen ini mengindikasikan bahwa program zakat berdampak positif terhadap pengentasan kemiskinan.

Untuk melihat apakah terjadi kesenjangan dalam pemberian zakat kepada mustahik, digunakan analisis gini coefficient of the poor (Gp). Nilai Gp mustahik sebelum pemberian dana zakat adalah sebesar 0.98. Artinya, kesenjangan pendapatan mustahik sebelum distribusi zakat sangat tinggi. Setelah distribusi zakat Gp mustahik mengalami penurunan manjadi 0.97. Perubahan Gp mustahik hanya sebesar 1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa setelah pemberian zakat, kesenjangan pendapatan mustahik masih sangat tinggi. Ini bisa dikarenakan dalam distribusi zakat, BAZ Kota Bogor belum memperhatikan dari sisi pembobotan dana zakat yang diberikan kepada masing-masing mustahik.

Dokumen terkait