PERFORMA GERAK
CRANKBAIT
BERDASARKAN SUDUT
DIVING LIP
, KECEPATAN TARIK DAN PANJANG TALI
PANCING TONDA (
TROLL LINE
)
GUNAWAN WICAKSONO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI THESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa thesis berjudul Performa Gerak Crankbait Berdasarkan Sudut Diving Lip, Kecepatan Tarik dan Panjang Tali Pancing Tonda (Troll Line) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar P ustaka di bagian akhir thesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Gunawan Wicaksono
ABSTRACT
Troll line is one of the traditional fishing gear that used for catch pelagic fish with high economical value. Troll line operation by dragging in the water with constant speed, so fish will attracted to the lure and chase it. One of lure that common used in this methode of fish catching is crankbait type of Artificial bait. Artificial bait is more popular than the natural bait, because this kind of bait have more resistant and easy to control it than using the natural bait, and crankbait type is common used because of it characteristic that when this type of lure being dragging by boat, it will be dive to certai depth. This research is to indentify factors that influence the depth of this lure. The results shows that the angel of diving lip have a big influence to the depth of the lure,with the best angel of diving lip is 10º. Other factor that show big differences of lures depth is the amount of the line. The model of the lure with dragging speed and range and the line can be specified with D = - 0.984 + 0.0601 X1 + 0.852 X2. This result may be vary
depend on kind of bluff body of the lure, and other conditions.
RINGKASAN
GUNAWAN WICAKSONO. Performa Gerak Crankbait Berdasarkan Sudut Diving Lip, Kecepatan Tarik dan Panjang Tali Pancing Tonda (Troll Line). Dibimbing oleh SULAEMAN MARTASUGANDA dan DINIAH
Crankbait merupakan umpan buatan yang digunakan dalam pengoperasian pancing tonda. Sampai tahun 2013 ini semakin banyak diminati oleh nelayan tonda, karena lebih tahan lama dibandingkan umpan alami. Keberhasilan operasional pancing tonda menggunakan crankbait sangat ditentukan oleh performanya didalam air. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Performa crankbait saat pengoperasian pancing tonda dipengaruhi oleh sudut diving lip dan kecepatan penarikan. Sementara posisinya di dalam air diduga sangat terkait dengan panjang tali pancing tonda yang digunakan. Kurangnya informasi tentang pengaruh diving lip, kecepatan penarikan dan panjang tali pancing tonda terhadap performa crankbait di dalam air, maka penelitian ini dilakukan.
Penelitian bertujuan untuk: (1) Menentukan panjang tali pancing pada saat penarikan crankbait agar mendapatkan posisi kedalaman umpan yang optimal; (2) Menentukan kecepatan penarikan pancing agar crankbait mencapai kedalaman yang optimal; (3) Menentukan besar sudut diving lip terhadap kedalaman
crankbait untuk mencapai kedalaman perairan yang diinginkan; (4) Menentukan formula hubungan antara panjang tali dan kecepatan tarik terhadap posisi kedalaman umpan buatan yang optimal.
Penelitian ini dilakukan dengan metode uji coba atau eksperimental. Uji coba dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama di Laboratorium menggunakan flume tank, dan tahap selanjutnya di lapangan. Pengujian di laboratorium flume tank berlangsung selama 5 (lima) bulan dimulai dari November 2011 sampai dengan Maret 2012. Uji coba di lapangan dilaksanakan selama 1 bulan dan berlangsung pada Mei 2012.
Pengujian di flume tank dilakukan untuk mengetahui sifat umpan buatan tipe crankbait terhadap kedalaman dengan faktor panjang tali, sudut diving lip dan kecepatan arus. Kecepatan arus yang digunakan di flume tank berkisar antara 0.1 m/s sampai dengan 0.6 m/s yang dihasilkan dari pengaturan mesin ke 4, 5 dan 6. Hasil terbaik dari pengujian di flume tank selanjutnya diujicobakan di lapangan. Pengaruh panjang tali, kecepatan penarikan dan sudut diving lip dianalisis menggunakan uji deskriptif eksperimental. Perlakuan kecepatan penarikan oleh kapal yang diberikan adalah: 1 knot, 2 knot, 3 knot, 4 knot dan 5 knot. Perlakuan panjang tali yang diulurkan adalah: 10 m, 20 m, 30 m, 40 m dan 50 m. Posisi
crankbait di perairan dipantau menggunakan echo sounder.
Hasil pengujian crankbait di flume tank menunjukkan bahwa ketiga faktor yang diujikan menghasilkan perbedaan kedalaman yang berbeda nyata. Penambahan sudut diving lip berpengaruh negatif terhadap kedalaman crankbait, penambahan panjang tali berpengaruh positif terhadap kedalaman crankbait, sedangkan penambahan kecepatan arus berpengaruh positif terhadap kedalaman hingga kecepatan 0.3 – 0.4 m/s. Sudut diving lip yang memiliki respon terbaik adalah 10º, sehingga besaran sudut ini digunakan untuk pengujian posisi crankbait
Hasil pengujian crankbait di lapangan menunjukkan bahwa penambahan panjang tali dan kecepatan penarikan berpengaruh nyata terhadap kedalaman
crankbait. Penambahan panjang tali berpengaruh positif terhadap kedalaman
crankbait. Penambahan kecepatan penarikan berpengaruh positif terhadap kedalaman crankbait hingga mencapai titik maksimum pada kecepatan penarikan 4 – 5 knot. Penarikan crankbait pada kecepatan melebihi 5 knot akan mengakibatkan posisi crankbait semakin dangkal. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nozomu et al. (2001) bahwa umpan akan mencapai kedalaman maksimal ketika sudut gaya yang bekerja pada umpan berada pada 20º-40º. Penambahan kecepatan arus setelah mencapai titik kritis akan menyebabkan kedalaman umpan berkurang.
Model kedalaman crankbait dihasilkan dalam formula D = - 0.984 + 0.0601 X1 + 0.852 X2 dengan X1 = panjang tali dan X2 = kecepatan penarikan pada
tingkat kepercayaan 95%.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
PERFORMA GERAK CRANKBAIT BERDASARKAN SUDUT
DIVING LIP, KECEPATAN TARIK DAN PANJANG TALI
PANCING TONDA (
TROLL LINE
)
GUNAWAN WICAKSONO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Tesissebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Judul Tesis : Performa Gerak Crankbait Berdasarkan Sudut Diving Lip, Kecepatan Tarik dan Panjang Tali Pancing Tonda (Troll Line)
Nama Mahasiswa : Gunawan Wicaksono
NIM : C451090091
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Sulaeman Martasuganda, B.fish, M.Sc. Dr.Ir. Diniah,M.Si.
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Perikanan Tangkap
Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc, M.Agr.
PRAKATA
Thesis ini mengungkapkan hasil penelitian terkait performa gerak crankbait
yang dilihat dari perbedaan sudut diving lip, kecepatan tarik dan panjang tali pancing tonda (Troll Line) saat dioperasikan. Hal- hal yang diungkapkan antara lain menyangkut rekonstruksi umpan buatan tipe crankbait dan pergerakannya secara vertikal, serta faktor yang berpengaruh terhadap posisi kedalaman umpan pada saat operasi penangkapan ikan berlangsung.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1) Dr. Sulaeman Martasuganda, B.Fish, M.Sc. dan Dr.Ir. Diniah, M.Si. selaku Pembimbing yang telah memberikan bimb ingan, saran dan arahan serta perhatian selama penelitian berlangsung hingga rampungnya thesis ini. 2) Prof.Dr.Ir. Ari Purbayanto, M.Sc. yang mewakili Komisi Pendidikan S2 TPT
Departemen PSP dan Dr.Ir. Ronny Irawan Wahju, M.Phil. sebagai penguji tamu atas masukan- masukannya untuk penyempurnaan thesis ini.
3) Semua pihak yang telah membantu dalam pengumpulan data baik di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB maupun di Pelabuhanratu Sukabumi.
4) Ayahanda dan Ibunda tersayang, serta seluruh keluarga, atas segala bantuan, doa dan kasih sayangnya
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas semua bantuannya, amin.
Penulis berharap kritik dan saran untuk menyempurnakan thesis ini. Akhir kata, semoga thesis ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Pengujian di laboratorium (flume tank) 5
Bahan dan alat 6
Metode pengambilan data 10
Flume tank 10
Crankbait 12
Pengujian crankbait di lapangan 15
Bahan dan alat 15
Metode pengambilan data 17
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
Hasil Pengujian 19
Penentuan arus di flume tank 19
Pengujian crankbait di flume tank 22
Pengujian crankbait di lapangan 31
Pembahasan 33 1 Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 4 19 2 Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 5 20 3 Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 6 21
DAFTAR GAMBAR
Hal. 1 Kerangka berpikir pengujian umpan buatan tipe crankbait 4 2 Flume tank: (a) Tangki; (b) ruang pengamatan 7
3 Flowmeter 7
4 Bentuk Plug atau Crankbait 8
6 Pembagian titik amatan berdasarkan panjang ruang pengamatan 11 7 Crankbait dengan perlakuan sudut diving lip 12 8 Perlakuan pemberian kecepatan arus dan panjang tali pada umpan 13 9 Contoh pergerakan ketidak stabilan dari umpan buatan 13
10 Echosounder Furuno FCV 620 16
11 GPS Garmin eTrex 16
12 Sketsa pengujian crankbait di lapangan 17
13 Persebaran arus pada pengaturan mesin ke 4 di dalam ruang pengamatan 20 14 Persebaran arus pada pengaturan mesin ke 5 di dalam ruang pengamatan 21 15 Persebaran arus pada pengaturan mesin ke 6 di dalam ruang pengamatan 21 16 Pengaruh kecepatan arus pada performa crankbait 23 17 Perubahan posisi kemiringan saat dilakukan penambahan
kecepatan arus 24
18 Performa crankbait dengan sudut diving lip pada kecepatan
arus terukur 25
19 Pengaruh kecepatan arus terhadap posisi kedalaman
crankbait perlakuandengan sudut diving lip 27 20 Kedalaman umpan pada pengujian lapangan sudut diving lip 10º terhadap
kecepatan penarikan 32
21 Kedalaman umpan pada pengujian lapangan sudut diving lip 10º terhadap
panjang tali 32
22 Gerakan crankbait dengan ilustrasi gaya yang mempengaruhi
gerakannya 36
DAFTAR LAMPIRAN
Hal. 1 Rancangan percobaan pengujian crankbait di flume tank 46 2 Data kedalaman pengujian umpan buatan tipe crankbait di flume tank 48 3 Perhitungan statistika data kedalaman crankbait menggunakan
software minitab 49
4 Data kedalaman pengujian umpan buatan tipe crankbait di perairan 51
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pancing tonda (troll line) digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar yang bernilai ekonomis tinggi, contohnya tuna, tenggiri dan kuwe. Alat ini dioperasikan dengan cara ditarik sehingga ikan yang tertarik pada umpan akan mengejar umpan yang dipasang dan memakannya.
Umpan yang digunakan dalam pengoperasian pancing tonda adalah umpan alami dan umpan buatan. Penggunaan umpan alami jarang digunakan, karena cepat busuk dan mudah lepas dari mata pancing. Umpan buatan lebih diminati nelayan, karena lebih kuat dan lebih awet ketika dioperasikan. Selain itu, ukuran dan bentuk umpan buatan dapat disesuaikan dengan ikan sasaran penangkapan. Umpan buatan yang digunakan dalam pancing tonda harus memiliki sifat mirip dengan umpan alami.
Umumnya ikan sasaran operasi unit penangkapan ikan pancing tonda adalah ikan pelagis, terutama ikan pelagis besar. Jenis ikan pelagis besar biasa hidup di kolom perairan mendekati permukaan. Agar umpan dapat mencapai kolom perairan tempat hidup persebaran ikan pelagis besar, maka dilakukan penyesuaian konstruksi pada umpan buatan, panjang tali dan pengaturan kecepatan kapal. Jenis umpan buatan bermacam- macam. Umpan buatan yang biasa digunakan adalah umpan tipe crankbait. Tipe crankbait ini memiliki alat bantu berupa diving lip
atau lidah penyelam yang berfungsi untuk membantu umpan untuk menyelam dan mendekati kedalaman ikan sasaran penangkapan.
Di beberapa tempat di perairan Indonesia, penggunaan umpan buatan untuk keperluan pengoperasian pancing tonda cukup banyak. Sebagian besar nelayan membengkokkan lidah dari umpan buatan lebih ke bawah dengan asumsi bahwa semakin besar sudut lidah, maka akan semakin besar pula kedalaman umpan di suatu perairan. Besarnya kecepatan penarikan oleh kapal dilakukan atas dasar perkiraan pengalaman nelayan, sehingga umpan akan mencapai kedalaman tertentu. Kurangnya informasi tentang pengaruh dari sudut kemiringan diving lip
Kecepatan arus yang terjadi ketika pengoperasian pancing tonda adalah kecepatan arus karena pergerakan kapal dan juga kecepatan arus perairan.
Penelitian ini perlu dilakukan karena kurangnya informasi mengenai pengaruh besarnya sudut diving lip pada umpan buatan tipe crankbait dan kecepatan arus terhadap kedalaman umpan. Hal ini sangat diperlukan agar dapat mengefektifkan operasi penangkapan ikan dengan memposisikan umpan tepat berada pada daerah persebaran vertikal ikan sasaran penangkapan, sehingga pengoperasian pancing tonda menjadi lebih efektif.
Perumusan Masalah
Keberhasilan operasi penangkapan ikan akan memberi dampak peningkatan produksi ikan di suatu daerah, selanjutnya produksi ikan akan mempengaruhi kesejahteraan nelayan itu sendiri. Usaha yang dilakukan oleh nelayan harus diimbangi dengan tingkat keberhasilan penangkapan ikan yang efektif.
Metode operasi penangkapan ikan yang tepat dan efisien sangat dibutuhkan agar dapat berjalan dengan baik. Pada pengoperasian pancing tonda, penyesuaian metode dapat dilakukan dengan cara penyesuaian pada kecepatan penarikan umpan, panjang tali yang efektif dan penyesuaia n pada umpan buatan itu sendiri. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan tipe crankbait. Rekonstruksi umpan dan pengaturan diving lip dilakukan agar umpan dapat berada pada kedalaman yang sesuai dengan posisi ruaya ikan sasaran penangkapan, sehingga diharapkan keberhasilan penangkapan bisa meningkat dan efisien.
Berdasarkan uraian ini, dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan yang diujikan sebagai berikut :
1) Berapa panjang tali pancing agar crankbait mencapai kedalaman yang optimal?
2) Berapa kecepatan penarikan kapal agar crankbait mencapai kedalaman yang optimal?
Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Menentukan panjang tali pancing pada saat penarikan crankbait agar mendapatkan posisi kedalaman umpan yang optimal;
2) Menentukan kecepatan penarikan pancing agar crankbait mencapai kedalaman yang optimal;
3) Menentukan besar sudut diving lip terhadap kedalaman crankbait untuk mencapai kedalaman perairan yang diinginkan;
4) Menentukan formula hubungan antara panjang tali dan kecepatan tarik terhadap posisi kedalaman crankbait yang optimal.
Hipotesis Penelitian Penelitian ini memakai hipotesis sebagai berikut:
a) Kecepatan penarikan dan panjang tali pancing mempengaruhi posisi kedalaman crankbait;
b) Perubahan sudut diving lip pada crankbait akan mempengaruhi posisi kedalaman umpan buatan dan penampilannya di dalam air.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1) Untuk memberi informasi dalam mengefektifkan pengoperasian pancing tonda menggunakan crankbait dengan pengaturan diving lip;
2) Sebagai informasi dalam kegiatan rekonstruksi crankbait yang optimal.
Kerangka Pe mikiran
Pengoperasian pancing tonda menggunakan umpan buatan memerlukan posisi dan penampilan umpan buatan yang optimal. Menurut Ayodhyoa (1981), beberapa kelemahan dalam pengoperasian pancing tonda antara lain: (1) jumlah hasil tangkapan yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan jenis alat tangkap lain; dan (2) keahlian perorangan dalam menentukan waktu dan tempat.
layer ikan sasaran dipengaruhi oleh panjang tali pancing dan kecepatan penarikan pancing. Selain itu, penampilan crankbait diduga dipengaruhi oleh besar sudut
diving lip.
Besar sudut diving lip yang optimal pada crankbait diuji di dalam flume tank. Sudut yang diujikan adalah sebesar 10º, 20º, 30º, 40º, 50º dan 60º. Posisi sudut yang sesuai dipengaruhi oleh kecepatan penarikan. Besar kecepatan penarikan di dalam flume tank dianalogikan sebagai kecepatan arus yang digunakan, sehingga dalam kondisi ini posisi crankbait pasif.
Hasil uji di flume tank diambil yang terbaik dan selanjutnya diujikan dalam kondisi sebenarnya di lapangan. Pengujian di lapangan dalam kondisi aktif dengan mengatur kecepatan penarikan dan panjang tali pancing yang digunakan. Hasil uji di lapangan diharapkan dapat menyempurnakan konstruksi crankbait untuk pengoperasian pancing tonda. Lebih sistematis dan jelas uraian kerangka pemikiran dapat dilihat dalam Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka berpikir pengujian umpan buatan tipe crankbait Penampilan Crankbait dalam
2. Kecepatan arus (konstan dan berubah)
METODOLOGI
Umpan buatan tipe crankbait adalah umpan yang biasa terbuat dari kayu atau plastik yang bersifat mengapung. Bentuk umpan buatan tipe crankbait menyerupai ikan atau makanan ikan yang pada bagian ujung depannya terdapat diving lip mini
(Schultz 2010). Menurut Preston et al. (1998), umpan buatan tipe crankbait adalah
diving lures yang didesain untuk menyelam. Umpan ini dilengkapi dengan diving board mini atau lidah pada bagian ujung depan umpan, atau memiliki bagian hidung atau kepala yang membentuk sudut untuk memberi tekanan pada umpan agar bergerak turun ketika dioperasikan.
Umpan buatan tipe crankbait biasa disebut plugs, memiliki tiga kategori:
floating/diving, sinking dan surface. Kategori tersebut digunakan untuk memancing di bawah permukaan air pada kedalaman tertentu, dimana umpan kategori sinking
memiliki variasi lebih sedikit dibandingkan dengan kategori floating/diving yang memiliki bentuk sangat banyak.
Umpan crankbait kategori floating/diving akan berada di permukaan air ketika tidak dilakukan penarikan dan akan bergerak menyelam pada kedalaman tertentu ketika ditarik atau trolling. Pergerakan ini biasanya bergantung pada ukuran dan bentuk dari diving lip dan kecepatan penarikan umpan oleh kapal.
Penelitian ini dilakukan dengan uji coba penangkapan ikan. Uji coba dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama di Laboratorium menggunakan
flume tank, dan tahap selanjutnya di lapangan. Pengujian di laboratorium flume tank
berlangsung selama 5 (lima) bulan diulai dari November 2011 sampai dengan Maret 2012. Uji coba di lapangan dilaksanakan selama 1 bulan dan berlangsung pada Mei 2012.
Pengujian di laboratorium (flume tank)
6
fluida yang dimaksud adalah air. Pengujian di flume tank dilakukan untuk mengetahui sifat umpan buatan tipe crankbait terhadap kedalaman dengan faktor panjang tali, sudut diving lip dan kecepatan arus dari mesin pembangkit arus flume tank. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat pergerakan yang terjadi pada umpan crankbait saat diberi perlakuan.
Bahan dan alat
Alat yang dipergunakan dalam melakukan pengujiian umpan buatan pada Laboratorium flume tank adalah sebagai berikut:
1) Flume tank (Gambar 3) 2) Flowmeter (Gambar 4) 3) Penggaris panjang 1.5 m 4) Umpan buatan tipe crankbait
Bahan yang dipergunakan dalam melakukan pengujiian umpan buatan pada Laboratorium flume tank adalah sebagai berikut:
1) Tali nylon monofilamen berkekuatan 20 lbs berdiameter 0.082 cm. 2) Air tawar 27.000 liter
3) Bahan bakar solar 4) Oli mesin
Flume tank adalah suatu bejana fluida yang didesain untuk menggerakkan fluida air di dalamnya pada kecepatan arus tertentu. Flume tank yang digunakan dalam penelitian ini adalah flume tank yang dimiliki oleh Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor yang memiliki kapasitas 30.000 liter dengan mesin pembangkit arus diesel.
Flume tank ini memiliki ruang pengamatan dengan dimensi 1 m x 1 m x 3.5 m.
7
yang akan menghitung kecepatan arus yang terjadi pada fluida tersebut. Nilai kecepatan arus yang terjadi akan muncul pada panel di atasnya. Alat ini memiliki spesifikasi: (1) menampilkan kecepatan arus dalam ft/sec atau m/sec; (2) mencatat 30 set data untuk kemudian dicatat nanti ;(3) ringan, berbentuk tongkat silinder; (4) Kisaran data antara 0.3-19.9 FPS (0.1-6.1 MPS); (5) Akurasi data pengukuran dengan ketelitian 1 FPS.
(a) (b)
Gambar 2 Flume tank: (a) Tangki; (b) ruang pengamatan
Gambar 3 Flowmeter
8
depan dari umpan, atau pada bagian hidung depan membentuk sudut agar mendorong umpan menyelam ketika sedang dioperasikan (Preston et al. (1987).
Crankbait (Sternberg 2003) adalah umpan buatan yang memiliki bentuk tubuh menyerupai ikan. Pergerakan crankbait yang terjadi ketika ditarik melewati perairan adalah terjadinya beberapa macam gerakan yang disebabkan oleh ketidak-stabilan dinamika air. Selain itu, dapat terjadi akibat adanya scoop (bidang mendatar) pada bagian bawah kepala crankbait, biasa disebut sebagai diving lip.
Gambar 4 Bentuk Plug atau Crankbait
Sumber: www.wikipedia.com/crankbait
Umpan buatan tipe crankbait ini digunakan dalam pengoperasian pancing tonda. Umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan atau stimulus yang bersifat fisik maupun kimia yang dapat memberikan respons bagi jenis ikan tertentu pada proses penangkapan ikan. Tertariknya ikan terhadap ump an disebabkan oleh rangsangan berupa warna, gerak, bentuk, rasa dan bau.
9
Penggunaan umpan buatan tipe crankbait lebih popular dibandingkan umpan alami karena:
1) Harga relatif murah dan mudah didapat, 2) Dapat dipakai berulang - ulang,
3) Dapat disimpan dalam waktu yang lama, 4) Warna dapat memikat ikan,
5) Ukuran dapat disesuaikan dengan bukaan mulut ikan
Umpan buatan tipe crankbait yang digunakan memiliki panjang 18 cm pada bagian bodi umpan dan tebal 3.5 cm, dan diving lip pada bagian ujung depan berbentu elips berukuran 12.5 cm x 4.75 cm. Sudut diving lip dapat diubah besarnya. Ukuran dan bentuk umpan buatan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Ukuran dan bentuk umpan buatan tipe crankbait
10
Alat tangkap pancing tonda digunakan untuk tujuan penangkapan ikan pelagis besar yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti ikan tuna, yellowfin, skipjack, sword fish, dorado dan jenis ikan pelagis besar lainnya. Tuna digolongkan menjadi 7 spesies yaitu yellowfin tuna, bigeye tuna, southern bluefin tuna, albacore, northern bluefin tuna, longtail tuna dan blackfin tuna.
Ikan tuna dan cakalang menyebar di seluruh Indonesia dan memiliki sifat oseanik. Daerah penyebaran secara horizontal meliputi perairan selatan dan barat Sumatera, perairan selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Laut Banda dan Flores, Laut Sulawesi dan Perairan barat Papua. Penyebaran ikan secara vertikal sangat dipengaruhi oleh suhu dan swimming layer (Nakamura l969).
Penelitian tentang kedalaman umpan sudah dilakukan oleh Nozomu et al. (2001) dengan judul “Retrieving Depth of Crank Bait Lure Controlled by Tied-eye Position” yang menggunakan flume tank sebagai tempat pengujian dengan kecepatan arus 40, 60 dan 80cm/s. Penelitian ini tentang hubungan antara area rasio diving lip dan kecepatan arus terhadap kedalaman, dan melihat olah gerak umpan pada pengujian di flume tank dan di lapangan, serta melihat karakteristik hidrodinamika yang bekerja pada badan umpan. Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara rasio ukuran diving lip, tempat mengikat tali utama pada diving lip dan ketegangan tali.
Metode pengambilan data
Data yang diambil berupa data primer, yaitu data pengamatan terhadap kecepatan arus dalam flume tank, dimaksudkan agar dapat ditentukan tingkah laku
flume tank yang dapat disesuaikan dengan pengujian umpan buatan jenis crankbait. Umpan crankbait yang digunakan akan diberi perlakuan berupa kecepatan arus dan panjang tali untuk dicatat kedalaman yang dihasilkan.
1) Flume tank
11
flowmeter. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah arus yang dihasilkan pada
flume tank bersifat laminar atau turbulensi. Pengukuran kecepatan arus dilakukan pada beberapa titik di ruang pengamatan. Pembagian titik amatan pada ruang pengamatan flume tank diperlihatkan di Gambar 6.
Gambar 6 Pembagian titik amatan berdasarkan panjang ruang pengamatan
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa:
1) Ruang pengamatan dibagi menjadi 8 bidang amatan;
2) Lebar bidang amatan dibagi menjadi empat titik pengamatan;
3) Berdasarkan kedalaman flume tank dibagi menjadi empat titik pengamatan. Pengukuran kecepatan arus pada tiap titik pengamatan di ruang pengamatan flume tank dilakukan dengan kecepatan mesin yang berbeda. Pengaturan mesin ditetapkan menggunakan tiga kecepatan pengaturan terbesar dikarenakan mesin memiliki putaran mesin yang konstan ketika pengaturan kecepatan ke 4, 5 dan 6.
Tingkat laminar arus dihitung menggunakan rumus Reynolds sebagai berikut:
Keterangan:
Re = bilangan Reynolds
vs = kecepatan fluida,
L = panjang karakteristik, Misalnya pada aliran dalam pipa, panjang karakteristik adalah diameter pipa, jika penampang pipa bulat, atau diameter hidraulik, untuk penampang tak bulat.
μ = viskositas absolut fluida dinamis, = viskositas kinematik fluida: = μ / ρ,
12
Pengujian terhadap arus yang dihasilkan dihitung nilai bilangan Reynolds yang ada. Bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut denga n suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda, yaitu termasuk aliran yang bersifat laminar atau aliran yang bersifat turbulen. Aliran yang laminar terjadi dimana aliran yang dihasilkan bersifat lurus dan perubahan arah aliran kecil, sedangkan aliran yang turbulensi terjadi pada kondisi di
flume tank aliran tidak memiliki arah yang jelas dan cenderung acak. Apakah suatu aliran arus bersifat laminar atau turbulensi, maka digunakan bilangan Reynolds sebagai titik acuan untuk mengetahuinya.
Pengujian terhadap performa flume tank dilakukan untuk mengetahui tingkat laminar arus dan selanjutnya menjadi acuan untuk menentukan perlakuan kecepatan arus pada pengujian umpan buatan tipe crankbait.
2) Crankbait
Pembuatan contoh uji crankbait dilakukan dengan mengambil contoh umpan buatan tipe plug atau crankbait yang banyak digunakan di daerah Palabuhanratu. Ukuran panjang umpan buatan, yaitu 18 cm. Perlakuan sudut diving lip digunakan sebesar 10˚, 20˚, 30º, 40º, 50º dan 60˚. Pada saat pengujian umpan buatan diberi perlakuan kecepatan arus, sedangkan panjangnya tali utama yang digunakan disesuaikan. Dari perlakuan ini diukur posisi kedalaman crankbait menggunakan penggaris dan mengamati pergerakannya. Gambar 7 menunjukkan contoh uji umpan buatan dengan perlakuan sudut diving lip terhadap crankbait. Gambar 8 menunjukkan ilustrasi pengujian dengan perlakuan kecepatan arus dan panjang tali yang digunakan.
13
Gambar 8 Perlakuan pemberian kecepatan arus dan panjang tali pada crankbait
Pengamatan terhadap pola gerak crankbait dilakukan dengan tujuan melihat tingkah laku alat ketika diberi perlakuan kecepatan arus. Pengujian ini untuk mengetahui kecepatan tertentu saat crankbait mencapai kedalaman maksimal, dan pergerakan lainnya yang terjadi saat pemberian perlakuan.
Pergerakan secara horizontal terhadap crankbait yang terjadi dilakukan dengan menjelaskan secara deskriptif terhadap gerakan-gerakan yang terjadi. Pergerakan ini terjadi karena ketidaksetimbangan posisi crankbait ketika diberi perlakuan arus. Pengamatan terhadap gerakan dilakukan ketika dilakukan pengujian crankbait
terhadap arus dan dilihat apakah gerakan tersebut mempengaruhi kedalaman yang dihasilkan. Gambar 9 menunjukkan contoh pergerakan crankbait secara horizontal ketika dilakukan pengujian.
Gambar 9 Contoh pergerakan ketidak stabilan dari crankbait
Kecepatan Arus crankbait
14
Analisis yang digunakan pada pengujian di flume tank adalah analisis deskriptif dengan menjelaskan pergerakan crankbait secara visual. Pergerakan umpan diamati terhadap pergerakan yang terjadi ketika dilakukan perngujian, baik gerakan secara vertikal maupun gerakan secara horizontal saat bergoyang. Gerakan vertikal dilihat dengan mendeskripsikan gerakan crankbait terhadap kedalaman, sedangkan gerakan horizontal dilihat dengan mendeskripsikan gerakan crankbait yang bergoyang menyerupai gerakan ikan. Analisis statistika dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan antara tiap perlakuan terhadap kedalaman crankbait.
Rancangan percobaan untuk kedalaman crankbait yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan tiga perlakuan (Lampiran 1). Perlakuan pertama adalah besarnya sudut diving lip yaitu 10˚, 20˚, 30˚, 40˚, 50˚ dan 60˚. Perlakuan kedua adalah kecepatan arus yaitu 0.2 m/s, 0.3 m/s, dan 0.5 m/s terhadap kedalaman crankbait di flumetank. Perlakuan ketiga adalah panjang tali utama yang digunakan yaitu 50 cm – 150 cm dengan selang 10 cm, yaitu ada 11 perlakuan. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah
Yijkl = µ + αi + j + k + α ij +α ik + jk + α ijk + εijkl
Keterangan :
Yijkl = Nilai pengamatan perlakuan sudut diving lip ke- i, kecepatan arus ke-j,
panjang tali utama ke-k dan ulangan ke-l µ = Nilai rata-rata
αi = Pengaruh perlakuan sudut diving lip ke- i (1,2,3,4,5,6) j = Pengaruh kecepatan arus ke-j (1,2,3,4)
k = Pengaruh panjang tali utama ke-k (1,2,3,4,5,4,5,6,7,8,9,10,11)
α ij = Interaksi pengaruh perlakuan sudut diving lip ke-i dengan pengaruh
kecepatan arus ke-j
α ik = Interaksi pengaruh perlakuan sudut diving lip ke- i dengan pengaruh panjang
tali utama ke-k
jk = Interaksi pengaruh kecepatan arus ke-j dengan pengaruh panjang tali utama
ke-k
α ijk = Interaksi pengaruh perlakuan sudut diving lip ke-i, interaksi kecepatan arus
ke-j, dan pengaruh panjang tali utama ke-k
εijkl = Galat percobaan
15
ini akan dibandingkan dengan kedalaman pada pengujian di lapangan. Hal ini dilakukan agar mendapatkan seberapa besar pengaruh panjang tali terhadap kedalaman yang dihasilkan.
Pengujian crankbait di lapangan
Pengujian crankbait di lapangan adalah pada keadaan yang sebenarnya. Hal ini dimaksudkan mendapat gambaran gerakan umpan crankbait saat operasi penangkapan ikan berlangsung. Umpan buatan yang digunakan pada pengujian ini adalah umpan crankbait dengan sudut terbaik dari hasil pengujian di flumetank.
Bahan dan alat
Alat yang digunakan untuk melakukan pengujian di lapangan adalah sebagai berikut:
1) Kapal PSP01 dan kapal jukung 2) 1 set Echosounder Furuno FCV 620. 3) GPS Garmin eTrex® H.
Bahan yang digunakan untuk melakukan pengujian di lapangan adalah sebagai berikut:
1) Umpan buatan tipe crankbait dengan sudut diving lip yang terbaik dari hasil uji di
flume tank
2) Tali nilon monofilamen berkekuatan 20 lbs berdiameter 0.082 cm.
Kapal PSP01 adalah kapal milik Departemen Pemanfaatan sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor yang ditujukan sebagai kapal latih dan kapal riset. Kapal ini bertonase 10 GT dengan tenaga penggerak utama 75 PK dan mampu bergerak dengan kecepatan lebih dari 5 knot.
16
echosounder untuk mendeteksi kedalaman perairan dan posisi kedalaman crankbait
yang diujikan.
Echosounder Furuno FCV 620 (Gambar 10) memiliki dua frekuensi, yaitu 50 kHz dan 200 kHz. LCD-nya berwarna berukuran 5.6’ dan dapat memperlihatkan
kondisi di bawah air. Echosounder ini dapat membedakan antara “fog”, ikan dan kedalaman perairan dengan keterangan kedalamannya.
Gambar 10 Echosounder Furuno FCV 620
Penggunaan GPS (Gambar 11) untuk menentukan posisi awal penarikan dan kecepatan pergerakan kapal ketika dilakukan penarikan crankbait di perairan. Pada layar GPS akan diperlihatkan posisi awal penarikan, arah dan kecepatan pergerakan kapal ketika dilakukan penarikan. Hal ini agar perlakuan kecepatan dapat dilakukan secara lebih akurat.
17
Metode pengambilan data
Data yang diambil adalah hasil dari operasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap pancing tonda yang menggunakan crankbait. Dalam operasi penangkapan ikan diberikan dua perlakuan yang berbeda, yaitu kecepatan tarik pancing tonda dan panjang tali pancing. Kecepatan tarik tonda yang diberikan adalah 1 knot, 2 knot, 3 knot, 4 knot dan 5 knot. Sementara perlakuan panjang tali yang diberikan adalah 10 m, 20 m, 30 m, 40 m dan 50 m.
Tahap-tahap operasi penangkapan ikan adalah sebagai berikut:
1) Kapal jukung ditambatkan menggunakan tali pada kapal PSP01 agar arah dan kecepatan pergerakan kapal sama. Kapal jukung dilengkapi dengan echosounder untuk mendeteksi kedalaman crankbait.
2) Kapal PSP01 melakukan penempatan contoh uji di air, kemudian diberi perlakuan panjang tali dan kecepatan penarikan. Kapal jukung yang ada di belakangnya menggunakan echosounder mengukur kedalaman umpan.
3) Perlakuan kecepatan penarikan kapal adalah 1 – 5 knot, dengan selang perlakuan 1 knot
4) Perlakuan panjang tali yang dikeluarkan adalah 10 - 50 m, dengan selang 10 m. Gambar 11 menunjukkan proses pengujian crankbait di lapangan.
Gambar 11 Sketsa pengujian crankbait di lapangan
18
digunakan, yaitu 10, 20, 30, 40 dan 50 m. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah:
Yijkl = µ + αi + j + α ij + εijkl
Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan perlakuan kecepatan arus ke- i dan panjang tali utama ke-j
dan ulangan ke-k µ = Nilai rata-rata
αi = Pengaruh (1,2,3,4,5)
j = Pengaruh panjang tali utama ke-j (1,2,3,4,5)
α ij = Interaksi pengaruh perlakuan kecepatan arus ke- i dengan pengaruh panjang
tali ke-j
εijkl = Galat percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Penentuan arus di Flume tank
Hasil pengukuran kecepatan arus pada tiap pengaturan kecepatan mesin, didapatkan bahwa pada mesin pembangkit arus memiliki 6 pengaturan kecepatan mesin. Pada pengaturan kecepatan mesin ke 1, 2 dan 3 keadaan mesin tidak stabil, sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran kecepatan arus. Pengukuran kecepatan arus flume tank dilakukan pada pengaturan kecepatan ke 4, 5 dan 6. Pada pengaturan kecepatan ke 4, 5 dan 6, baling-baling pembangkit arus di flume tank
memiliki nilai kecepatan perputaran baling-baling rata-rata sebesar masing- masing 317 rpm, 538 rpm dan 799.9 rpm. Terlihat bahwa selang perputaran rata-rata tiap pengaturan kecepatan memiliki selang yang hampir sama. Hasil pengukuran kecepatan arus pada pengaturan kecepatan ke 4, pengaturan kecepatan ke 5 dan pengaturan kecepatan ke 6 seperti tercantum pada Tabel 1, 2 dan 3.
Kecepatan arus pada pengaturan ke 4 hampir sama pada kedalaman 20, 40 dan 60 cm, yaitu berkisar antara 0.1 – 0.2 m/s (Tabel 1 dan Gambar 14). Pada kedalaman 80 cm kecepatan arus berkisar antara 0.1 – 0.3 m/s. Hal ini mencerminkan bahwa pembedaan lapisan kecepatan pada tiap kedalaman dimana titik paling besar perbedaannya terjadi pada kedalaman 80 cm dan terletak pada posisi mendekati kaca bidang amatan posisi ke I dan II.
Tabel 1 Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 4
20
Gambar 13 Persebaran arus pada pengaturan mesin ke 4 di dalam bidang pengamatan
Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 5 menyebar relatif rata pada seluruh titik pengamatan. Kecepatan arus berkisar antara 0.2 m/s – 0.3 m/s (Tabel 2 dan Gambar 15). Pada titik yang mendekati bagian kaca pengamatan memiliki kecepatan arus rata-rata 0.3 m/s, sedangkan pada titik amatan yang menjauhi kaca pengamatan memiliki rata-rata kecepatan arus 0.2 m/s. Berdasarkan tinggi ruang pengamatan, kecepatan arus dari atas ke bawah relatif sama.
Tabel 2 Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 5
Posisi Kedalaman 20cm Kedalaman 40cm Kedalaman 60cm Kedalaman 80cm I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 0.3 0.2 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 2 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 3 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 4 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 5 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 6 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 7 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 8 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.2
Kecepatan arus pada bidang pengamatan dengan pengatur kecepatan mesin ke 6 memiliki pola yang tidak jelas (Tabel 3 dan Gambar 16). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi turbulensi yang mengakibatkan ketidak- merataan arus di tiap titik pengamatan. Arus yang dihasilkan memiliki kecepatan antara 0.3 – 0.6 m/s.
Kecepatan Arus (m/s)
21
Gambar 14 Persebaran arus pada pengaturan mesin ke 5 di dalam bidang pengamatan Tabel 3 Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 6
Posisi Kedalaman 20cm Kedalaman 40cm Kedalaman 60cm Kedalaman 80cm I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 0.6 0.5 0.4 0.4 0.5 0.5 0.4 0.4 0.3 0.5 0.4 0.3 0.6 0.4 0.3 0.4 2 0.6 0.5 0.4 0.4 0.5 0.5 0.4 0.4 0.3 0.5 0.3 0.3 0.5 0.4 0.4 0.3 3 0.6 0.4 0.5 0.4 0.5 0.4 0.4 0.3 0.3 0.4 0.4 0.3 0.5 0.4 0.3 0.3 4 0.6 0.4 0.5 0.4 0.6 0.4 0.4 0.3 0.3 0.5 0.4 0.3 0.5 0.5 0.3 0.3 5 0.6 0.5 0.5 0.4 0.5 0.4 0.4 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.6 0.5 0.3 0.3 6 0.5 0.5 0.4 0.4 0.5 0.4 0.4 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.3 0.3 7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.5 0.5 0.4 0.3 0.4 0.5 0.4 0.4 0.5 0.5 0.4 0.3 8 0.5 0.5 0.5 0.3 0.5 0.5 0.4 0.3 0.4 0.5 0.4 0.4 0.5 0.5 0.4 0.3
Gambar 15 Persebaran arus pada pengaturan mesin ke 6 di dalam ruang pengamatan Pengaturan kecepatan ke 4, 5 dan 6 pada flume tank menghasilkan kecepatan arus yang stabil dan keadaan kecepatan arus relatif laminar. Kecepatan arus yang dihasilkan dari pengaturan kecepatan tersebut berkisar antara 0.1 – 0.6 m/s.
Kecepatan Arus (m/s)
INLET OUTLET
Kecepatan Arus (m/s)
22
Hasil analisis bilangan Reynolds memperlihatkan bahwa pada pengaturan mesin ke 4, 5 dan 6 memiliki bilangan Reynolds, yaitu: (1) 200.28 pada pengaturan mesin ke 4; (2) 265.91 pada pengaturan mesin ke 5, dan; (3) 460.23 pada pengaturan mesin ke 6. Ketiga bilangan Reynolds untuk tiga pengaturan mesin pembangkit kecepatan arus flume tank ini menunjukkan bahwa pada tiga pengaturan mesin tersebut menghasilkan arus yang laminar, sehingga dapat dilakukan pengujian lanjutan, yaitu pengujian crankbait.
Pengujian crankbait di flumetank
Gambaran pergerakan crankbait ditampilkan dengan perlakuan kecepatan arus yang sama dengan pengujian sebelumnya, yaitu antara 0.2 – 0.5 m/s dengan selang 0.1 m/s. Pengujian crankbait dilakukan dengan menempatkan umpan pada posisi dimana kecepatan arus stabil dan tetap.
Pada kecepatan arus sama dengan nol, crankbait mengapung di permukaan air
flume tank. Ketika diberikan kecepatan arus 0.2 m/s, crankbait dengan sudut diving lip 10-60º menyelam ke kedalaman tertentu dan membutuhkan waktu sekitar 1 menit untuk stabil. Ketika kecepatan arus ditambah, crankbait akan menyelam lebih dalam hingga kecepatan 0.3 m/s, namun kedalaman crankbait berkurang ketika diberikan perlakuan arus 0.4 m/s dan 0.5 m/s.
Gerakan crankbait ketika diberikan perlakuan arus terjadi goyangan seperti ikan. Gerakan ini akan semakin sering ketika diberikan kecepatan arus yang lebih besar, namun dengan simpangan yang semakin mengecil. Kemiringan crankbait tidak berubah ketika gerakan ini terjadi.
23
(a) Tanpa arus
(b) Dengan kecepatan arus
Gambar 16 Pengaruh kecepatan arus pada performa crankbait
24
(a) Kecepatan awal
(b) Kecepatan arus ditingkatkan
Gambar 17 Perubahan posisi kemiringan saat dilakukan penambahan kecepatan arus
Perubahan kemiringan terjadi pada setiap ada perubahan kecepatan arus. Semakin tinggi kecepatan arus yang diberikan, maka semakin datar posisi crankbait
25
hidrodinamika yang bekerja pada crankbait agar dapat terlihat pengaruh gaya hidrodinamika terhadap kemiringan badan crankbait dan kedalaman.
Hasil pengujian crankbait dengan perlakuan sudut diving lip dan panjang tali yang berbeda menunjukkan bahwa crankbait dengan sudut diving lip 10º memberikan respon kedalaman tertinggi pada empat kecepatan yang diujikan. Gambar 18 menunjukkan respon kedalaman crankbait terhadap panjang tali pada setiap kecepatan arus.
(a)Varus = 0.2 m/s (b)Varus = 0.3 m/s
(c) Varus = 0.4 m/s (d) Varus = 0.2 m/s
Gambar 18 Performa crankbait dengan sudut diving lip pada kecepatan arus terukur
26
Respon kedalaman crankbait dengan sudut diving lip 10° hingga 60° mengalami penambahan kedalaman pada setiap perlakuan penambahan panjang tali.
Crankbait dengan diving lip 10° memiliki respon kedalaman terbesar dibandingkan
crankbait dengan diving lip lebih besar pada setiap kecepatan arus. Pada perlakuan kecepatan arus, respon terbesar diberikan crankbait dengan diving lip 10° pada kecepatan penarikan 0.4 m/s. Respon terkecil diberikan crankbait dengan sudut
diving lip 60° dengan kecepatan penarikan 0.5 m/s.
Respon terbesar diberikan oleh crankbait dengan sudut diving lip 10º untuk kedalaman yang maksimal, yaitu 108.5 cm dengan menggunakan panjang tali 150 cm. Respon kedalaman terkecil diberikan oleh crankbait dengan sudut 60º dan panjang tali 50 cm sebesar 5 cm. Respon kedalaman crankbait dengan semua sudut
diving lip memiliki karakteristik yang sama, yaitu setiap penambahan kecepatan arus akan memberikan kedalaman lebih besar hingga pada titik antara kecepatan 0.3 m/s dan 0.4 m/s. Secara lengkap sebaran kedalaman umpan terhadap kecepatan arus pada setiap panjang tali pada sudut diving lip 10º, 20º, 30º,40º,50º dan 60º sebagaimana terlihat dalam Gambar 29.
Hasil analisis statistika menunjukkan adanya pengaruh diving lip, kecepatan arus dan panjang tali terhadap posisi crankbait di dalam air. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan persamaan:
Y = - 3.48 - 8.15 X1 - 0.523 X2 + 0.706 X3 ; R2 = 92,5 % Keterangan:
Y = Kedalaman crankbait (cm) X1 = Kecepatan arus (m/s)
X2 = Sudut diving lip (10˚, 20˚, 30˚, 40˚, 50˚, 60˚)
27
28
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa penambahan kecepatan arus dan sudut
diving lip akan menyebabkan berkurangnya kedalaman posisi crankbait yang dihasilkan. Penambahan panjang tali sebesar 1 cm akan menambah kedalaman umpan sebesar 0,706 cm. Persamaan ini dapat digunakan dengan tingkat kepercayaan 92,5%. Persamaan ini dapat digunakan dengan asumsi kecepatan lebih dari atau sama dengan 0,2 m/s dan panjang tali adalah lebih dari 50 cm. Hasil uji statistika dilakukan terhadap hasil pengujian posisi crankbait di flume tank dengan faktor sudut diving lip, kecepatan arus dan panjang tali menunjukkan bahwa ketiga faktor berpengaruh yang nyata terhadap kedalaman crankbait.
Pengujian crankbait di flume tank memperlihatkan bahwa setiap penambahan sudut diving lip, penambahan kecepatan arus dan penambahan panjang tali berpengaruh terhadap kedalaman posisi crankbait. Berdasarkan hasil pengujian
crankbait menunjukkan bahwa sudut diving lip 10º memberikan respon kedalaman terbesar. Crankbait dengan diving lip 10º adalah tipe umpan yang digunakan dalam pengujian di lapangan. Perlu dilakukan pengujian lanjutan terhadap gaya hidrodinamika yang bekerja pada crankbait pada semua sudut diving lip sehingga didapatkan informasi pengaruh gaya hidrodinamika terhadap kedalaman crankbait.
Pengujian crankbait di lapangan
Pengujian di lapangan menggunakan crankbait dengan sudut diving lip 10º. Hal ini berdasarkan pada hasil pengujian crankbait di flume tank yang menunjukkan bahwa crankbait dengan sudut diving lip 10º memberikan respon kedalaman terbesar dibandingkan crankbait dengan sudut yang lebih besar. Penambahan kecepatan tarik pada setiap panjang tali yang berbeda akan meningkatkan posisi kedalaman
29
Perubahan tersebut bersifat menambah kedalaman yang dihasilkan hingga kecepatan antara 2 m/s dan 2.5 m/s.
Gambar 20 Kedalaman umpan pada pengujian lapangan sudut diving lip 10º terhadap kecepatan penarikan
Gambar 21 Kedalaman umpan pada pengujian lapangan sudut diving lip 10º terhadap panjang tali
Analisis statistika menunjukkan bahwa setiap penambahan kecepatan dan panjang tali akan menambah kedalaman yang dihasilkan oleh crankbait. Hubungan antara panjang tali dan kecepatan penarikan terhadap kedalaman tersebut nyata dengan nilai koefisien regresi yang diperoleh 80,5%, artinya model tersebut dapat
30
digunakan untuk memperkirakan posisi kedalaman crankbait di lapangan dengan tingkat kepercayaan 80,5%. Persamaan ini dapat digunakan dengan asumsi:
1) Kecepatan arus laut dianggap 0, karena perubahan arus di laut selalu terjadi dengan arah dan kecepatan yang berbeda;
2) Panjang tali yang digunakan ketika pengoperasian antara 10 m – 50 m; 3) Kecepatan penarikan yang dilakukan antara 1 mph – 5 mph.
Hubungan antara kedalaman crankbait dengan panjang tali dan kecepatan penarikan kapal digambarkan oleh rumus berikut:
D = - 0.984 + 0.0601 X1 + 0.852 X2; R2 = 80,5%
Flume tank adalah sebuah bejana berputar yang berfungsi sebagai pembangkit arus pada kecepatan tertentu di dalamnya untuk tujuan riset ilmiah. Untuk mengetahui karakteristik kecepatan arus yang dihasilkan oleh flume tank maka diperlukan pengujian terhadap kecepatan arus di flume tank. Hasil pengujian flume tank menunjukkan bahwa pada pengaturan mesin pembangkit arus flume tank ke 4, 5 dan 6 yang menghasilkan arus dengan keadaan yang stabil. Hal ini dikarenakan kecepatan putaran mesin (RPM) mesin pada pengaturan mesin ke 1, 2 dan 3 cenderung berubah- ubah, sehingga kecepatan putaran baling-baling untuk membangkitkan arus tidak kostan dan menghasilkan kecepatan arus yang berubah-ubah, sedangkan pengaturan mesin ke 4,5 dan 6 relatif konstan sehingga kecepatan arus yang dihasilkan relatif stabil.
31
pengamatan pada daerah yang mendekati kaca ruang pengamatan flume tank
cenderung memiliki kecepatan arus lebih tinggi dibandingkan pada bagian menjauhi kaca ruang pengamatan flume tank. Hal ini terjadi karena gaya yang dihasilkan air ketika melewati ruang yang melingkar masih memiliki pengaruh gaya potensial di ruang pengamatan sehingga massa berkumpul pada sisi luar dan memiliki kecepatan yang lebih besar.
Pengujian terhadap arus yang dihasilkan perhitungan bilangan Reynolds untuk menentukan tingkat karakteristik laminar aliran arus yang dihasilkan. Bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut denga n suatu kondisi aliran tertentu. Dalam penghitungan nilai Bilangan Reynolds ini akan diketahui apakah aliran yang terjadi di dalam flume tank bersifat laminar atau turbulen. Nilai batasan Bilangan Reynolds ini adalah apabila Re≤2300 maka aliran bersifat laminar, Apabila
nilai Re ≥ 4000 maka aliran bersifat turbulen. Diantara kedua nilai tersebut terjadi
aliran yang bersifat transisi, yaitu ketika sifat laminar aliran mulai menghilang dan munculnya aliran yang bersifat turbulen.
Sifat flume tank sebagai tempat pengujian bisa dilakukan karena pengaturan kecepatan dihasilkan arus yang laminar dan kecepatan arus relatif merata pada bidang ruang pengamatan di flume tank. Pengujian alat tangkap pada flume tank dilakukan dengan perlakuan kecepatan arus yang laminar dan pada kecepatan tertentu.
Y Kervella et al. (2009) menyatakan bahwa pada bagian bawah flume tank saat dilakukan pengujian menggunakan flume tank terjadi peningkatan total faktor shear stress yang menyebabkan berpendarnya energi arus karena adanya turbulensi. Hal ini akan mengakibatkan pergerakan arus secara keseluruhan akan menurun,
32
Berdasarkan hal ini, disadari bahwa keadaan flume tank masih belum bisa mewakili dari keadaan sebenarnya di lapangan. Pengujian crankbait di flume tank
hanya sebatas pada untuk pengamatan terhadap gambaran tingkah gerak crankbait ini ketika diberi perlakuan sudut diving lip, kecepatan arus dan panjang tali.
Gerakan pada crankbait terjadi dalam bentuk gerakan vertikal dan horizontal. Gerakan vertikal berupa gerakan yang terkait dengan kedalaman posisi crankbait, sedangkan gerakan secara horizontal adalah gerakan badan crankbait ke arah kiri dan kanan. Gerakan ke arah kiri dan kanan terjadi karena ketidak seimbangan beban yang bekerja pada badan crankbait. Ketidak setimbangan ini terjadi karena beberapa hal. Ujung mata kail yang ada pada umpan bersifat tidak statis, sehingga apabila crankbait
bergerak terhadap arus, mata kail pada crankbait juga bergerak dan posisinya berubah-ubah. Berubahnya posisi mata kail karena adanya arus turbulensi yang dihasilkan karena arus yang melewati diving lip dan badan crankbait, sehingga ketika arus turbulensi melewati mata kail maka mata kail akan condong terdorong ke arah belakang namun gerakannya tidak beraturan. Gerakan inilah yang menyebabkan
crankbait tidak stabil, bergoyang ke kiri dan ke kanan. Selain mata kail, crankbait
juga dilengkapi dengan butiran timah di dalamnya yang bergerak ke arah kiri dan kanan di dalam badan crankbait. Hal ini dimaksudkan agar umpan dalam posisi horizontal yang keadaan tidak stabil dan akan bergerak bergetar menyerupai gerakan ikan (fish like wobbling). Butiran timah di dalamnya juga dimaksudkan untuk menghasilkan bunyi yang menarik ikan predator. Semakin besar kecepatan arus yang dilakukan maka akan semakin banyak gerakan yang dihasilkan namun sudut simpangan gerakan terhadap arah gerak crankbait semakin kecil.
Gerakan gaya yang mempengaruhi gerakan vertikal crankbait seperti terlihat dalam Gambar 22. Ketika arus datang dari arah X, arus yang mengenai badan
crankbait akan mendorong badan crankbait hingga miring ke bawah, namun
33
akan mencapai titik kesetimbangan ketika gaya ke atas yang dihasilkan oleh gaya tarik kapal dan gaya apung umpan sama dengan gaya ke bawah karena diving lip.
Gambar 22 Gerakan crankbait dengan ilustrasi gaya yang mempengaruhi gerakannya Kedalaman crankbait dipengaruhi oleh kecepatan arus, sudut diving lip dan panjang tali. Pada pengujian crankbait di flume tank terlihat bahwa semakin besar sudut diving lip, maka akan semakin dangkal crankbait menyelam. Hal ini dikarenakan semakin besar sudut diving lip, maka akan berdampak pada semakin besarnya gaya tahanan hidrodinamika. Gaya tahanan hidrodinamika yang dihasilkan oleh crankbait dengan sudut diving lip lebih besar akan cenderung mendorong
crankbait ke arah belakang, bukan ke arah bawah. Hal itu menyebabkan crankbait
berkurang kedalamannya. Sudut diving lip yang ada pada crankbait dengan sudut yang kecil menghasilkan tahanan hidrodinamika yang kecil dan menghasilkan gaya ke arah bawah yang lebih besar, sehingga crankbait tersebut menghasilkan kedalaman yang lebih besar jika dibandingkan dengan crankbait dengan sudut diving lip lebih besar.
34
melandai. Pada titik ini, ketika kecepatan ditambah hanya akan meningkatkan tahanan hidrodinamika dari crankbait dan tali, sehingga umpan akan melandai. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa kecepatan maksimal pada tiap sudut diving lip dan panjang tali adalah sekitar 0.3 - 0.4 m/s, sehingga dalam pengujian di flume tank akan terlihat lebih efektif pada kecepatan 0.3 – 0.4 m/s.
Penambahan panjang tali yang diujikan akan memberikan peningkatan kedalaman crankbait. Hal ini dikarenakan gaya tahanan hidrodinamika dan
downforce dari crankbait akan membentuk arah gaya diagonal. Gaya ini akan membuat crankbait menyelam lebih dalam ke bawah air. Kedalaman yang dihasilkan dibatasi oleh panjang tali dan tingkat ketegangannya. Pada pengujian ini, tali utama dalam keadaan tegang sehingga kedalaman ditentukan oleh arah gaya crankbait, panjang dan ketegangan tali. Bila tali dalam keadaan tidak tegang, maka kedalaman
crankbait masih bisa dicapai karena tali masih bisa memulur mendekati keadaan tegang. Kedalaman crankbait tidak akan bertambah ketika tali sudah dalam keadaan tegang sehingga tali sudah tidak bisa memulur lagi, yang mengakibatka n peningkatan kecepatan hanya akan meningkatkan tahanan hidrodinamika crankbait dan tali kemudian crankbait akan bergerak ke atas.
Hasil pengujian pada flume tank ini berbeda dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Spolek (2008). Spolek (2008) melakukan pengujian di lapangan dengan perlakuan kecepatan penarikan terhadap kedalaman menunjukkan bahwa semakin cepat penarikan umpan pada kapal, maka umpan akan semakin menuju ke permukaan. Hal ini dikarenakan umpan troll line yang digunakan oleh Spolek sebagai contoh uji adalah umpan buatan tipe Fly. Umpan tipe ini tidak memberikan
35
peningkatan kecepatan penarikan akan membuat umpan memiliki gaya downforce yang besar pula, sehingga umpan dapat mempertahankan kedalamannya.
Pada pengujian crankbait di lapangan, semakin cepat penarikan oleh kapal, maka semakin dalam posisi kedalaman crankbait hingga mencapai kedalaman maksimal. Kedalaman maksimal ini berada pada kecepatan penarikan 2 – 2.5 m/s. Setelah mencapai titik maksimal, setiap penambahan kecepatan maka kedalaman umpan akan berkurang. Hal ini terjadi dikarenakan adanya tahanan hidrodinamika
crankbait dan ketegangan tali, hampir sama dengan kondisi pengujian di dalam flume tank. Pengujian di flume tank tergambarkan bila keadaan badan crankbait dalam keadaan miring, akan membantu crankbait bertahan pada kedalaman tertentu dan membuat kemiringan diving lip berubah. Berbeda dengan pengujian di lapangan, dengan menggunakan kecepatan yang lebih tinggi, yaitu hingga 2.54 m/s, kemiringan badan crankbait lebih melandai. Gaya resistansi crankbait yang diubah oleh diving lip semakin kecil, namun besarnya gaya ditentukan oleh luas penampang terhadap arus berbanding lurus dengan kuadrat kecepatan crankbait.
Pada kedalaman maksimal, posisi badan crankbait sudah mendatar, dan keadaan tali dalam keadaan tegang. Pada pengujian ini, keadaan tali yang tegang berbentuk lengkungan. Hal ini dikarenakan berat beban tali tersebut terhadap air dan gaya hidodinamika yang bekerja pada tali. Dalam keadaan tegang, setiap penambahan kecepatan penarikan akan mengakibatkan pengurangan kedalaman. Perlunya dilakukan pengujian lanjutan terhadap gaya hidrodinamika yang bekerja pada
crankbait agar dapat terlihat pengaruh gaya hidrodinamika te rhadap kemiringan badan crankbait dan kedalaman. Selain itu perlu dilakukan pengujian terhadap
crankbait dengan perlakuan ukuran badan crankbait agar dapat diketahui pengaruh besar badan crankbait terhadap kedalaman yang dihasilkan.
36
daripada menambah kecepatan penarikan kapal untuk mendapatkan posisi kedalaman
crankbait yang lebih dalam.
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini adalah
1) Kecepatan penarikan yang optimal pada saat penarikan crankbait pada operasi penangkapan pancing tonda adalah pada kecepatan antara 2 – 2.5 m/s
2) Besar sudut diving lip yang terbaik agar mendapatkan posisi kedalaman
crankbait yang maksimal adalah sudut 10º
3) Panjang tali berpengaruh positif terhadap posisi kedalaman umpan, sehingga setiap penambahan panjang tali akan menghasilkan peningkatan posisi kedalaman crankbait
4) Formula yang menggambarkan hubungan antara posisi crankbait dengan panjang tali dan kecepatan penarikan adalah D = - 0.984 + 0.0601 X1 +
0.852 X2, dengan X1 adalah panjang tali (m) dan X2 adalah kecepatan
penarikan (m/s) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan nilai koefisien determinasi dari data yang diperoleh (R2) adalah 80,5%
Saran Saran penelitian ini adalah
1) Untuk operasional alat penangkapan pancing tonda dapat menggunakan
crankbait dengan sudut diving lip 10º, melakukan penarikan pancing pada saat operasi penangkapan ikan dengan kecepatan 4 – 5 knot. Panjang tali yang digunakan disesuaikan dengan kedalaman operasi yang diinginkan karena panjang tali berpengaruh positif terhadap kedalaman.
42
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. 95 hal.
D Nozomu, I Hiroshi, Hu F, S Takuhiro. 2002. Hydrodynamic Characteristics Of Crank Bait Lure Changed By The Aspect Ratio Of The Lip. Jurnal: Nippon Suisan Gakkaishi vol.68; no. 6; halaman 843-851; (20021115): Jepang D Nozomu, I Hiroshi, M Tomohiru, S Takuhiro, K Haruyuki . 2001. Change in
Diving Behavior by Lip Shape and Tied -eye Position of Crank Bait Lure.
Jurnal: Nippon Suisan Gakkaishi. vol.67; no. 6; halaman 1072 - 1081; (20011115): Jepang
D Nozomu, I Hiroshi, M Tomohiru, K Haruyuki. 1999. Retrieving Depth of Crank Bait Lure Controlled by Tied-eye Position. Jurnal: Nippon Suisan Gakkaishi vol.65; no. 5; halaman 839 – 846; (19990915): Jepang
G Spolek. 2007. Sink depth of trolled fishing lines. Jurnal: Mechanical & Materials Engineering, Portland State University, Portland, Amerika Serikat Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya dengan Alat, Metode,
dan Tehnik Penangkapan Ikan (tidak dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. 149 hal ________. 1991. Tingkah Laku Ikan dan Perikanan Pancing. (tidak
dipublikasikan). Jurusan PSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. 113 hal
Iris E. Hendriks, Luca A. van Duren, Peter M.J. Herman. (2006) Turbulence levels in a flume compared to the field: implications for larval settlement studies.
Journal of Sea Research. Elsevier/Netherlands Institute for Sea Research: Amsterdam. ISSN 1385-1101
M Tomohiru, D Nozomu, I Hiroshi, S Takuhiro, K Haruyuki. 2001. Diving Behaviour of Lipped Hard-lure Changed by the Body Shape in the Retrieving Process. Jurnal: Nippon Suisan Gakkaishi. vol.67; no. 1; halaman 49-57; (20011015): Jepang
Nomura M and Yamazaki. 1977. Fishing Techniques. Tokyo: Japan International Agency. 157-161 hal
43
Preston G, C Lindsay, M Paul and T Pale. 1987. SPC Handbook No. 28. Trolling Techniques for the Pacific Islands. Manual for Fishermen. South Pasific Commission Headquarters. Noumea, New Caledonia
_________. 1998.Vertical longlining and others methods of Fishing around Fish Aggregating Device (1998) Manual for fishermen Noumea, New Caledonia: South Pasific Commission Headquarters
_________. 1999. Deep Bottom Fishing Techniques for the Pacific Islands. Manual for Fishermen. Noumea, New Caledonia: South Pasific Commission Headquarters
Puspito G. 2009. Pancing. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 9-16
Sternberg D. (2003). The Ultimate Guide to Freshwater Fishing. Publishing Solutions, Page 264. ISBN 0-9725580-0-4
Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 248 hal.
www.wikipedia.com/plugs
Y Kervella, Grégory G, Benoît G, Jean-Valéry F, F Cayocca, P Lesueur. 2009.
45
46
Lampiran 1 Rancangan percobaan pengujian crankbait di flume tank
48
Lampiran 2 Data kedalaman pengujian umpan buatan tipe crankbait di flume tank
Panjang tali (cm)
Rata-rata kedalaman (cm)
Kecepatan Arus 0,2 Kecepatan Arus 0,3 Kecepatan Arus 0,5
49
Lampiran 3 Perhitungan statistika data kedalaman crankbait menggunakan
software minitab
General Linear Model: Kedalaman versus Kecepatan Arus, Sudut DL, ...
Factor Type Levels Values
Kecepatan Arus random 3 0.2, 0.3, 0.5
Sudut DL fixed 6 10, 20, 30, 40, 50, 60
Panjang Tali fixed 11 50, 60, 70, 80, 90, 100, 110, 120, 130, 140,150
Analysis of Variance for Kedalaman, using Adjusted SS for Tests
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
R denotes an observation with a large standardized residual.
Regression Analysis: Kedalaman versus Kecepatan Arus, Sudut DL, ...
50
Lampiran 4 (Lanjutan)
Residual Error 194 9151 47 Total 197 123964
Source DF Seq SS Kecepatan Arus 1 205 Sudut DL 1 15802 Panjang Tali 1 98806
Unusual Observations
Kecepatan
Obs Arus Kedalaman Fit SE Fit Residual St Resid 3 0.200 25.500 39.105 1.111 -13.605 -2.01R 4 0.200 32.500 46.169 1.057 -13.669 -2.01R 32 0.200 91.875 78.092 0.955 13.783 2.03R 98 0.300 92.368 77.277 0.810 15.090 2.21R 99 0.300 100.000 84.341 0.933 15.659 2.30R 130 0.300 40.586 54.520 0.990 -13.934 -2.05R 132 0.300 53.000 68.649 1.167 -15.649 -2.31R 153 0.500 96.093 80.878 1.108 15.215 2.24R 198 0.500 51.000 67.019 1.330 -16.019 -2.38R
51
Lampiran 4 Data kedalaman pengujian umpan buatan tipe crankbait di perairan Panjang
tali (m)
52
Lampiran 5 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan
Kegiatan pengukuran kecepatan arus di ruang pengamatan flume tank
53
Contoh uji crankbait yang digunakan pada pengujian