• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat tangkap pancing tonda digunakan untuk tujuan penangkapan ikan pelagis besar yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti ikan tuna, yellowfin, skipjack, sword fish, dorado dan jenis ikan pelagis besar lainnya. Tuna digolongkan menjadi 7 spesies yaitu yellowfin tuna, bigeye tuna, southern bluefin tuna, albacore, northern bluefin tuna, longtail tuna dan blackfin tuna.

Ikan tuna dan cakalang menyebar di seluruh Indonesia dan memiliki sifat oseanik. Daerah penyebaran secara horizontal meliputi perairan selatan dan barat Sumatera, perairan selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Laut Banda dan Flores, Laut Sulawesi dan Perairan barat Papua. Penyebaran ikan secara vertikal sangat dipengaruhi oleh suhu dan swimming layer (Nakamura l969).

Penelitian tentang kedalaman umpan sudah dilakukan oleh Nozomu et al. (2001) dengan judul “Retrieving Depth of Crank Bait Lure Controlled by Tied-eye Position” yang menggunakan flume tank sebagai tempat pengujian dengan kecepatan arus 40, 60 dan 80cm/s. Penelitian ini tentang hubungan antara area rasio diving lip dan kecepatan arus terhadap kedalaman, dan melihat olah gerak umpan pada pengujian di flume tank dan di lapangan, serta melihat karakteristik hidrodinamika yang bekerja pada badan umpan. Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara rasio ukuran diving lip, tempat mengikat tali utama pada diving lip dan ketegangan tali.

Metode pengambilan data

Data yang diambil berupa data primer, yaitu data pengamatan terhadap kecepatan arus dalam flume tank, dimaksudkan agar dapat ditentukan tingkah laku

flume tank yang dapat disesuaikan dengan pengujian umpan buatan jenis crankbait. Umpan crankbait yang digunakan akan diberi perlakuan berupa kecepatan arus dan panjang tali untuk dicatat kedalaman yang dihasilkan.

1) Flume tank

Pengujian di flume tank dilakukan untuk mencatat kecepatan arus pada tiap bagian titik pengamatan dan menghitung tingkat laminar arus dengan menggunakan

11

flowmeter. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah arus yang dihasilkan pada

flume tank bersifat laminar atau turbulensi. Pengukuran kecepatan arus dilakukan pada beberapa titik di ruang pengamatan. Pembagian titik amatan pada ruang pengamatan flume tank diperlihatkan di Gambar 6.

Gambar 6 Pembagian titik amatan berdasarkan panjang ruang pengamatan Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa:

1) Ruang pengamatan dibagi menjadi 8 bidang amatan;

2) Lebar bidang amatan dibagi menjadi empat titik pengamatan;

3) Berdasarkan kedalaman flume tank dibagi menjadi empat titik pengamatan. Pengukuran kecepatan arus pada tiap titik pengamatan di ruang pengamatan flume tank dilakukan dengan kecepatan mesin yang berbeda. Pengaturan mesin ditetapkan menggunakan tiga kecepatan pengaturan terbesar dikarenakan mesin memiliki putaran mesin yang konstan ketika pengaturan kecepatan ke 4, 5 dan 6.

Tingkat laminar arus dihitung menggunakan rumus Reynolds sebagai berikut:

Keterangan:

Re = bilangan Reynolds

vs = kecepatan fluida,

L = panjang karakteristik, Misalnya pada aliran dalam pipa, panjang karakteristik adalah diameter pipa, jika penampang pipa bulat, atau diameter hidraulik, untuk penampang tak bulat.

μ = viskositas absolut fluida dinamis, = viskositas kinematik fluida: = μ / ρ,

12

Pengujian terhadap arus yang dihasilkan dihitung nilai bilangan Reynolds yang ada. Bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut denga n suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda, yaitu termasuk aliran yang bersifat laminar atau aliran yang bersifat turbulen. Aliran yang laminar terjadi dimana aliran yang dihasilkan bersifat lurus dan perubahan arah aliran kecil, sedangkan aliran yang turbulensi terjadi pada kondisi di

flume tank aliran tidak memiliki arah yang jelas dan cenderung acak. Apakah suatu aliran arus bersifat laminar atau turbulensi, maka digunakan bilangan Reynolds sebagai titik acuan untuk mengetahuinya.

Pengujian terhadap performa flume tank dilakukan untuk mengetahui tingkat laminar arus dan selanjutnya menjadi acuan untuk menentukan perlakuan kecepatan arus pada pengujian umpan buatan tipe crankbait.

2) Crankbait

Pembuatan contoh uji crankbait dilakukan dengan mengambil contoh umpan buatan tipe plug atau crankbait yang banyak digunakan di daerah Palabuhanratu. Ukuran panjang umpan buatan, yaitu 18 cm. Perlakuan sudut diving lip digunakan sebesar 10˚, 20˚, 30º, 40º, 50º dan 60˚. Pada saat pengujian umpan buatan diberi perlakuan kecepatan arus, sedangkan panjangnya tali utama yang digunakan disesuaikan. Dari perlakuan ini diukur posisi kedalaman crankbait menggunakan penggaris dan mengamati pergerakannya. Gambar 7 menunjukkan contoh uji umpan buatan dengan perlakuan sudut diving lip terhadap crankbait. Gambar 8 menunjukkan ilustrasi pengujian dengan perlakuan kecepatan arus dan panjang tali yang digunakan.

13

Gambar 8 Perlakuan pemberian kecepatan arus dan panjang tali pada crankbait

Pengamatan terhadap pola gerak crankbait dilakukan dengan tujuan melihat tingkah laku alat ketika diberi perlakuan kecepatan arus. Pengujian ini untuk mengetahui kecepatan tertentu saat crankbait mencapai kedalaman maksimal, dan pergerakan lainnya yang terjadi saat pemberian perlakuan.

Pergerakan secara horizontal terhadap crankbait yang terjadi dilakukan dengan menjelaskan secara deskriptif terhadap gerakan-gerakan yang terjadi. Pergerakan ini terjadi karena ketidaksetimbangan posisi crankbait ketika diberi perlakuan arus. Pengamatan terhadap gerakan dilakukan ketika dilakukan pengujian crankbait

terhadap arus dan dilihat apakah gerakan tersebut mempengaruhi kedalaman yang dihasilkan. Gambar 9 menunjukkan contoh pergerakan crankbait secara horizontal ketika dilakukan pengujian.

Gambar 9 Contoh pergerakan ketidak stabilan dari crankbait

Kecepatan Arus crankbait

14

Analisis yang digunakan pada pengujian di flume tank adalah analisis deskriptif dengan menjelaskan pergerakan crankbait secara visual. Pergerakan umpan diamati terhadap pergerakan yang terjadi ketika dilakukan perngujian, baik gerakan secara vertikal maupun gerakan secara horizontal saat bergoyang. Gerakan vertikal dilihat dengan mendeskripsikan gerakan crankbait terhadap kedalaman, sedangkan gerakan horizontal dilihat dengan mendeskripsikan gerakan crankbait yang bergoyang menyerupai gerakan ikan. Analisis statistika dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan antara tiap perlakuan terhadap kedalaman crankbait.

Rancangan percobaan untuk kedalaman crankbait yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan tiga perlakuan (Lampiran 1). Perlakuan pertama adalah besarnya sudut diving lip yaitu 10˚, 20˚, 30˚, 40˚, 50˚ dan 60˚. Perlakuan kedua adalah kecepatan arus yaitu 0.2 m/s, 0.3 m/s, dan 0.5 m/s terhadap kedalaman crankbait di flumetank. Perlakuan ketiga adalah panjang tali utama yang digunakan yaitu 50 cm – 150 cm dengan selang 10 cm, yaitu ada 11 perlakuan. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah

Yijkl = µ + αi + j + k + α ij ik + jk + α ijk + εijkl

Keterangan :

Yijkl = Nilai pengamatan perlakuan sudut diving lip ke- i, kecepatan arus ke-j, panjang tali utama ke-k dan ulangan ke-l

µ = Nilai rata-rata

αi = Pengaruh perlakuan sudut diving lip ke- i (1,2,3,4,5,6)

j = Pengaruh kecepatan arus ke-j (1,2,3,4)

k = Pengaruh panjang tali utama ke-k (1,2,3,4,5,4,5,6,7,8,9,10,11)

α ij = Interaksi pengaruh perlakuan sudut diving lip ke-i dengan pengaruh kecepatan arus ke-j

α ik = Interaksi pengaruh perlakuan sudut diving lip ke- i dengan pengaruh panjang tali utama ke-k

jk = Interaksi pengaruh kecepatan arus ke-j dengan pengaruh panjang tali utama ke-k

α ijk = Interaksi pengaruh perlakuan sudut diving lip ke-i, interaksi kecepatan arus ke-j, dan pengaruh panjang tali utama ke-k

εijkl = Galat percobaan

Analisis ini dilakukan dengan asumsi bahwa keadaan tali ketika dilakukan pengujian di flumetank dalam keadaan tegang sempurna dan lurus. Hasil dari analisis

15

ini akan dibandingkan dengan kedalaman pada pengujian di lapangan. Hal ini dilakukan agar mendapatkan seberapa besar pengaruh panjang tali terhadap kedalaman yang dihasilkan.

Pengujian crankbait di lapangan

Pengujian crankbait di lapangan adalah pada keadaan yang sebenarnya. Hal ini dimaksudkan mendapat gambaran gerakan umpan crankbait saat operasi penangkapan ikan berlangsung. Umpan buatan yang digunakan pada pengujian ini adalah umpan crankbait dengan sudut terbaik dari hasil pengujian di flumetank. Bahan dan alat

Alat yang digunakan untuk melakukan pengujian di lapangan adalah sebagai berikut:

1) Kapal PSP01 dan kapal jukung 2) 1 set Echosounder Furuno FCV 620. 3) GPS Garmin eTrex® H.

Bahan yang digunakan untuk melakukan pengujian di lapangan adalah sebagai berikut:

1) Umpan buatan tipe crankbait dengan sudut diving lip yang terbaik dari hasil uji di

flume tank

2) Tali nilon monofilamen berkekuatan 20 lbs berdiameter 0.082 cm.

Kapal PSP01 adalah kapal milik Departemen Pemanfaatan sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor yang ditujukan sebagai kapal latih dan kapal riset. Kapal ini bertonase 10 GT dengan tenaga penggerak utama 75 PK dan mampu bergerak dengan kecepatan lebih dari 5 knot.

Kapal jukung adalah kapal berukuran kecil dengan tonase kurang dari 3 GT dan tenaga penggerak mesin tempel. Kapal jukung berfungsi sebagai pembawa

16

echosounder untuk mendeteksi kedalaman perairan dan posisi kedalaman crankbait

yang diujikan.

Echosounder Furuno FCV 620 (Gambar 10) memiliki dua frekuensi, yaitu 50 kHz dan 200 kHz. LCD-nya berwarna berukuran 5.6’ dan dapat memperlihatkan kondisi di bawah air. Echosounder ini dapat membedakan antara “fog”, ikan dan kedalaman perairan dengan keterangan kedalamannya.

Gambar 10 Echosounder Furuno FCV 620

Penggunaan GPS (Gambar 11) untuk menentukan posisi awal penarikan dan kecepatan pergerakan kapal ketika dilakukan penarikan crankbait di perairan. Pada layar GPS akan diperlihatkan posisi awal penarikan, arah dan kecepatan pergerakan kapal ketika dilakukan penarikan. Hal ini agar perlakuan kecepatan dapat dilakukan secara lebih akurat.

17

Metode pengambilan data

Data yang diambil adalah hasil dari operasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap pancing tonda yang menggunakan crankbait. Dalam operasi penangkapan ikan diberikan dua perlakuan yang berbeda, yaitu kecepatan tarik pancing tonda dan panjang tali pancing. Kecepatan tarik tonda yang diberikan adalah 1 knot, 2 knot, 3 knot, 4 knot dan 5 knot. Sementara perlakuan panjang tali yang diberikan adalah 10 m, 20 m, 30 m, 40 m dan 50 m.

Tahap-tahap operasi penangkapan ikan adalah sebagai berikut:

1) Kapal jukung ditambatkan menggunakan tali pada kapal PSP01 agar arah dan kecepatan pergerakan kapal sama. Kapal jukung dilengkapi dengan echosounder untuk mendeteksi kedalaman crankbait.

2) Kapal PSP01 melakukan penempatan contoh uji di air, kemudian diberi perlakuan panjang tali dan kecepatan penarikan. Kapal jukung yang ada di belakangnya menggunakan echosounder mengukur kedalaman umpan.

3) Perlakuan kecepatan penarikan kapal adalah 1 – 5 knot, dengan selang perlakuan 1 knot

4) Perlakuan panjang tali yang dikeluarkan adalah 10 - 50 m, dengan selang 10 m. Gambar 11 menunjukkan proses pengujian crankbait di lapangan.

Gambar 11 Sketsa pengujian crankbait di lapangan

Rancangan percobaan untuk kedalaman crankbait yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama adalah kecepatan arus, yaitu 1,2,3,4 dan 5 knot terhadap kedalaman umpan di perairan. Perlakuan kedua adalah panjang tali utama yang

18

digunakan, yaitu 10, 20, 30, 40 dan 50 m. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah:

Yijkl = µ + αi + j + α ij + εijkl

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan perlakuan kecepatan arus ke- i dan panjang tali utama ke-j dan ulangan ke-k

µ = Nilai rata-rata

αi = Pengaruh (1,2,3,4,5)

j = Pengaruh panjang tali utama ke-j (1,2,3,4,5)

α ij = Interaksi pengaruh perlakuan kecepatan arus ke- i dengan pengaruh panjang tali ke-j

εijkl = Galat percobaan

Analisis yang digunakan pada pengujian di lapangan adalah analisis deskriptif terhadap kedalaman crankbait yang dihasilkan pada setiap perlakuan. Pergerakan vertikal crankbait diamati pada echosounder lalu menganalisis data yang dihasilkan dengan menggunakan statistika untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan panjang tali dan kecepatan penarikan terhadap kedalaman crankbait.

Dokumen terkait