• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

STUDI KOMPARATIF PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA BERSAMA DAN BMT INSANI DALAM PENGEMBANGAN UMK

DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

OLEH

INDAH KOMALA SARI SIREGAR 080523012

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : Indah Komala Sari Siregar

NIM : 080523012

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul : Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan

Tanggal , Ketua Program Studi

NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D

Tanggal , Ketua Departemen

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN

Nama : Indah Komala Sari Siregar

NIM : 080523012

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul : Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan

Tanggal , Dosen Pembimbing

NIP. 19750920 200501 1 002 Paidi Hidayat, SE, M.Si

Tanggal , Dosen Pembaca Penilai

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2013

NIM : 080523012

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada persamaan dan perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani. Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah modal usaha, pendapatan (omset), pengembangan kemitraan, perlindungan usaha dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan koperasi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan Koperasi BMT Insani, serta peneliti terjun langsung melakukan penelitian kepada responden yaitu para pedagang UMK di Kota Padangsidimpuan yang sudah menjadi anggota kedua koperasi tersebut.

Hasil Uji U Test (The Mann-Whitney Test) menunjukkan bahwa untuk variabel modal usaha perbulan dan pendapatan (omset) perbulan memperlihatkan bahwa nilai Zhitung lebih kecil dari nilai Ztabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani terhadap pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan. Sedangkan untuk variabel pengembangan kemitraan, perlindungan usaha dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan koperasi menunjukkan bahwa nilai Zhitung berada diantara nilai Ztabel yaitu: -1,96 < Zh < +1,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani terhadap pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan.

(6)

ABSTRACT

This Reasearch is aimed to see what the similarities and difference between Bina Bersama Saving-loan Cooperation and BMT Insani Cooperation. The concern Variable of this reasearh are Capital, Income, developing business partner, enterprise protection, and people’s satisfication level to cooperation service.

The data that used in this reasearch is directly recieve from between Saving-loan Cooperation Bina Bersama and BMT Insani Cooperation, and this reasearch also did some interview to the UMK traders who have been member of both coorporation in the city of Padangsidimpuan.

The result of U Test (The Mann-Whitney Test) shown that variable of Capital and Income by the month is more minor Z value acount than Z table, until can be conclude that there is a difference between Bina Bersama Saving-loan Cooperation and BMT Insani cooperation to developed UMK in city of Padangsidimpuan. Meanwhile, the variable of developing business partner, enterprise protection, and people’s satisfication level to cooperation service shown that acount Z is in between Z value table, it is -1,96 < Zh < +1,96 so can be conclude that there is no differencities between Bina Bersama Saving-loan cooperation and BMT Insani Cooperation to developed UMK in city of Padangsidimpuan.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat beriring salam senantiasa tercurahkan kepada

Rasulullah Muhammad SAW yang mana perjuangannya telah menginspirasi

terselesaikannya skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Keuangan pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai

pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Ayah saya Drs. Masjul Hakim Siregar dan Ibu saya Elpiani Lubis yang telah

memberikan dukungan terbesar dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak (Alm.) Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Mantan Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim

Nasution, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan

Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan petunjuk, kritik dan

saran yang membangun serta penilaian kepada penulis demi terselesaikannya

skripsi ini.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi

(8)

Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk selalu memberikan

nasehat dan bimbingan kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Teman-teman seluruh dari Fakultas Ekonomi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa didalam penelitian ini masih terdapat

keterbatasan-keterbatasan yang menyebabkan penelitian ini belum sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar

kedepannya penelitian ini dapat lebih baik. Semoga penelitian ini dapat

bermanfaat terutama dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi siapapun

yang membutuhkannya.

Medan, Juni 2013

Penulis

NIM. 080523012

Indah Komala Sari siregar

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. i

ABSTRACK ………... ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR GAMBAR ……….... viii

DAFTAR LAMPIRAN ……….... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 4

1.3 Tujuan Penelitian ………... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Koperasi ………... 6

2.2 Peranan Koperasi Dalam Masyrakat Ekonomi…... 7

2.3 Modal Koperasi ………. 8

2.4 Sisa Hasil Usaha (SHU) ……… 10

2.4.1 Organisasi Koperasi ………. 11

2.4.2 Kredit ……… 13

2.4.3 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam ……… 15

2.4.4 Pengertian Koperasi BMT ……… 16

(10)

2.5.1 Keberadaan dan Permasalahan Pokok UMK ……. 23

2.5.2 Peranan Koperasi Simpan Pinjam terhadap UMK .. 25

2.5.3 Peranan Koperasi BMT Insani terhadap UMK ….. 27

2.6 Kerangka Pemikiran Konseptual ………. 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ………. 31

3.2 Jenis dan Sumber Data ……… 31

3.2.1 Wawancara ………. 31

3.2.2 Kuesioner ……… 31

3.3 Populasi dan Sampel ………... 32

3.3.1 Populasi ………. 32

3.3.2 Sampel ……….. 32

3.4 Metode Analisis Data ………. 33

3.5 Uji Validitas ……….... 34

3.6 Analisis Deskriptif ……….. 34

3.7 Uji Hipotesis ……… 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ……….. 37

4.1.1 Profil Wilayah Penelitian ……….. 37

4.1.2 Perekonomian Kota Padangsidimpuan …………. 38

4.1.3 Perkembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kota Padangsidimpuan ……… 41

4.1.4 Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota Padangsidimpuan ……… 43

(11)

4.2 Persamaan dan Perbedaan Antara Koperasi Simpan Pinjam

dengan Koperasi BMT ……… 46

4.3 Uji Validitas ……… 50

4.4 Analisis Deskriptif ……….. 52

4.5 Deskriptif Variabel Faktor-Faktor Penentu Dalam Pengembangan UMK yang ada di Kota Padangsidimpuan. 56 4.5.1 Modal Usaha ……... 56

4.5.2 Pendapatan (Omset) .………. 60

4.5.3 Pengembangan Kemitraan ………. 65

4.5.4 Perlindungan Usaha ……….. 67

4.5.5 Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Koperasi ……… 69

4.6 Perkembangan Kehidupan Rumah Tangga Pedagang UMK Setelah Meminjam di Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan Koperasi BMT Insani ………. 72

4.7 Uji Hipotesis ……… 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………... 78

5.2 Saran ……… 79

DAFTAR PUSTAKA ………. 81

(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ciri-Ciri Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ….. 20

4.1 Uji Validitas Pertanyaan ……….. 51

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia yang Memilih Jasa Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama yang ada di

Kota Padangsidimpuan ………. 54

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia yang Memilih Jasa Koperasi BMT Insani yang ada di Kota

Padangsidimpuan ………... 54

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota

Padangsidimpuan ………... 55

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota Koperasi BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.. 56

4.6 Perbedaan Antara Modal, Bunga Pinjaman, Waktu Pinjaman, Jumlah Pinjaman, Jumlah Aset dan Jumlah Karyawan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani yang ada di Kota

Padangsidimpuan………....……… 58

4.7 Jumlah Modal Usaha Pedagang UMK (perbulan) Sebelum dan Sesudah Menjadi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama ………... 59

4.8 Jumlah Modal Usaha Pedagang UMK (perbulan) Sebelum dan Sesudah Menjadi Anggota Koperasi BMT Insani…… 60

4.9 Jumlah Pendapatan (Omset) Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama Selama Waktu Peminjaman ……… 61

4.10 Jumlah Pendapatan (Omset) Pedagang UMK Sebelum dan Sesudah Menjadi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama ……… 62

(13)

4.12 Jumlah Pendapatan (Omset) Pedagang UMK (perbulan) Sebelum dan Sesudah Menjadi Anggota Koperasi BMT

Insani ……….. 64

4.13 Perkembangan Kehidupan Rumah Tangga Pedagang UMK Setelah Meminjam di Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan Koperasi BMT Insani di Kota

Padangsidimpuan ………. 73

4.14 Hasil Uji U Test (The Mann-Whitney Test) ………. 75

(14)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.1 Skema Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam … 13

2.2 Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama (X1) dan Koperasi BMT Insani (X2) Terhadap Pengembangan

UMK (Y) ……… 30

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang Memilih Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama

di Kota Padangsidimpuan ………. 52

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang Memilih Koperasi BMT Insani di Kota

Padangsidimpuan ……… 53

4.3 Pengembangan Kemitraan yang Dilakukan Oleh Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota Padangsidimpuan .. 66

4.4 Pengembangan Kemitraan yang Dilakukan Oleh Koperasi BMT Insani di Kota Padangsidimpuan ………. 67

4.5 Perlindungan Usaha yang Diberikan Oleh Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama Bagi Para Pedagang UMK yang ada di Kota Padangsidimpuan ……….. 68

4.6 Perlindungan Usaha yang Diberikan Oleh Koperasi BMT Insani Kepada Para pedagang UMK yang ada di Kota

Padangsidimpuan ………. 69

4.7 Tingkat Kepuasan Pedagang UMK Terhadap Pelayanan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota

Padangsidimpuan ……… 71

4.8 Tingkat Kepuasan pedagang UMK Terhadap Pelayanan

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah pengangguran merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan

di negara Indonesia. Hal ini dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya jumlah

pengangguran selalu mengalami peningkatan, dan masalah ini menjadi beban

pemerintah untuk mencari solusi pemecahan dari permasalahan tersebut. Adapun

salah satu cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah dengan cara

meningkatkan pembangunan ekonomi pada sektor Usaha Mikro Kecil (UMK).

Sektor UMK ini diharapkan dapat lebih produktif dalam hal penyerapan

tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan sekaligus untuk

memperkokoh perekonomian nasional. Adapun hal yang sangat penting dalam

pengembangan UMK adalah modal kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, akan tetapi sering kebijakan-kebijakan

tersebut sangat tidak efektif dalam memajukan sektor usaha kecil, hal ini dapat

dilihat dari kredit yang diberikan oleh pemerintah tidak tersalurkan dengan baik

kepada para pengusaha-pengusaha kecil seperti industri rumahan.

Selain dari pemerintah, modal ini dapat diperoleh dari pihak perbankan

dan koperasi. Seperti yang diketahui bahwa pihak perbankan memberikan modal

kredit kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya, namun kenyataannya

pihak perbankan sering mengalami kegagalan bila dibandingkan dengan

(16)

kendala yang menyebabkan kegagalan pihak perbankan dalam penyaluran modal

kredit tersebut, adapun kendala tersebut adalah suku bunga kredit bank yang

tinggi dan prosedur yang panjang, sehingga masyarakat merasa dipersulit dalam

proses permohonan kredit usaha tersebut.

Dalam hal ini masyarakat banyak menggunakan jasa koperasi untuk

memperoleh pinjaman modal usahanya, karena suku bunga kredit yang diberikan

oleh koperasi lebih rendah bila dibandingkan dengan suku bunga kredit bank dan

persyaratan yang dibuat oleh koperasi tidak sebanyak persyaratan bila meminjam

kepada pihak perbankan. Oleh sebab itu masyarakat lebih memilih koperasi

sebagai kredit pembiayaan dalam mengembangkan usaha mikro kecil.

Berdasarkan UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab I,

Pasal I, Ayat I dinyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orang seorang atau badan koperasi sekaligus sebagai gerakan

ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Pada dasarnya

pergerakan koperasi juga tidak berorientasi pada keuntungan, karena koperasi

berkonsentrasi untuk meningkatkan keuntungan yang diterima anggota bukan

dirinya sendiri, jika koperasi berorientasi keuntungan koperasi akan

mengeksploitasi anggotanya (Baga, 2003).

Pada dasarnya BMT dan Koperasi Simpan Pinjam memiliki badan hukum

yang sama yaitu Koperasi. Koperasi Simpan Pinjam adalah salah satu bentuk

koperasi yang mengumpulkan dana dari anggota dan kemudian diberikan lagi

kepada anggotanya sebagai bantuan modal untuk dimanfaatkan dalam

(17)

Islam dengan sistem bagi hasil. Keuntungan bagi hasil didasarkan pada

kemampuan pengelolaan usaha yang dilakukan, baik bagi BMT maupun bagi

nasabah.

Masyarakat di Kota Padangsidimpuan telah lama mengenal dan

mengetahui adanya koperasi simpan pinjam, sedangkan BMT dikenal masyarakat

pada awal tahun 1995 dan pada awal tahun tersebut banyak BMT berdiri, namun

karena berbagai kendala termasuk ketidakprofesionalan pengurus dalam

mengelola dana, maka banyak BMT yang gulung tikar disebabkan karena

kurangnya modal BMT dan banyaknya kredit macet. Akibat dari kendala

tersebut, maka BMT yang ada dan masih aktif di Kota Padangsidimpuan hanya

terdapat dua BMT saja yaitu Koperasi Simpan Pinjam BMT Insani yang didirikan

pada tanggal 2 Januari 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 10 Maret 1998.

Dengan adanya koperasi Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan

BMT Insani di Kota Padangsidimpuan, maka masyarakat dan para pengusaha

mikro kecil merasa terlindungi dari para rentenir-rentenir yang memberikan

pinjaman modal dengan bunga yang sangat tinggi. BMT Insani juga dapat

memotivasi para pengurus untuk menambah amal ibadah sesuai dengan syariah

agama islam.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai

peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani dalam

(18)

1.2 Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang muncul, maka dirumuskan pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah pengembangan UMK (Kredit Mikro Kecil) sebelum dan

sesudah mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan

BMT Insani di Kota Padangsidimpuan?

2. Dari kedua jenis koperasi ini, koperasi manakah yang lebih dipilih oleh

masyarakat di Kota Padangsidimpuan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk melihat pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) sebelum dan

sesudah mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan

BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.

2. Untuk melihat jenis koperasi manakah yang lebih dipilih oleh masyarakat

di Kota Padangsidimpuan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat untuk menilai cara

kinerja koperasi yang ada di Kota Padangsidimpuan.

2. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah ataupun bagi

Institusi yang terkait, khususnya bagi Kantor Tenaga Kerja, Koperasi dan

(19)

3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang sedang

mempelajari dan meneliti tentang perkembangan Koperasi Simpan Pinjam

Bina Bersama dan BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.

4. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/I Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/I Departemen

(20)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada persamaan dan perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani. Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah modal usaha, pendapatan (omset), pengembangan kemitraan, perlindungan usaha dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan koperasi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan Koperasi BMT Insani, serta peneliti terjun langsung melakukan penelitian kepada responden yaitu para pedagang UMK di Kota Padangsidimpuan yang sudah menjadi anggota kedua koperasi tersebut.

Hasil Uji U Test (The Mann-Whitney Test) menunjukkan bahwa untuk variabel modal usaha perbulan dan pendapatan (omset) perbulan memperlihatkan bahwa nilai Zhitung lebih kecil dari nilai Ztabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani terhadap pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan. Sedangkan untuk variabel pengembangan kemitraan, perlindungan usaha dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan koperasi menunjukkan bahwa nilai Zhitung berada diantara nilai Ztabel yaitu: -1,96 < Zh < +1,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani terhadap pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan.

(21)

ABSTRACT

This Reasearch is aimed to see what the similarities and difference between Bina Bersama Saving-loan Cooperation and BMT Insani Cooperation. The concern Variable of this reasearh are Capital, Income, developing business partner, enterprise protection, and people’s satisfication level to cooperation service.

The data that used in this reasearch is directly recieve from between Saving-loan Cooperation Bina Bersama and BMT Insani Cooperation, and this reasearch also did some interview to the UMK traders who have been member of both coorporation in the city of Padangsidimpuan.

The result of U Test (The Mann-Whitney Test) shown that variable of Capital and Income by the month is more minor Z value acount than Z table, until can be conclude that there is a difference between Bina Bersama Saving-loan Cooperation and BMT Insani cooperation to developed UMK in city of Padangsidimpuan. Meanwhile, the variable of developing business partner, enterprise protection, and people’s satisfication level to cooperation service shown that acount Z is in between Z value table, it is -1,96 < Zh < +1,96 so can be conclude that there is no differencities between Bina Bersama Saving-loan cooperation and BMT Insani Cooperation to developed UMK in city of Padangsidimpuan.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah pengangguran merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan

di negara Indonesia. Hal ini dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya jumlah

pengangguran selalu mengalami peningkatan, dan masalah ini menjadi beban

pemerintah untuk mencari solusi pemecahan dari permasalahan tersebut. Adapun

salah satu cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah dengan cara

meningkatkan pembangunan ekonomi pada sektor Usaha Mikro Kecil (UMK).

Sektor UMK ini diharapkan dapat lebih produktif dalam hal penyerapan

tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan sekaligus untuk

memperkokoh perekonomian nasional. Adapun hal yang sangat penting dalam

pengembangan UMK adalah modal kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, akan tetapi sering kebijakan-kebijakan

tersebut sangat tidak efektif dalam memajukan sektor usaha kecil, hal ini dapat

dilihat dari kredit yang diberikan oleh pemerintah tidak tersalurkan dengan baik

kepada para pengusaha-pengusaha kecil seperti industri rumahan.

Selain dari pemerintah, modal ini dapat diperoleh dari pihak perbankan

dan koperasi. Seperti yang diketahui bahwa pihak perbankan memberikan modal

kredit kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya, namun kenyataannya

pihak perbankan sering mengalami kegagalan bila dibandingkan dengan

(23)

kendala yang menyebabkan kegagalan pihak perbankan dalam penyaluran modal

kredit tersebut, adapun kendala tersebut adalah suku bunga kredit bank yang

tinggi dan prosedur yang panjang, sehingga masyarakat merasa dipersulit dalam

proses permohonan kredit usaha tersebut.

Dalam hal ini masyarakat banyak menggunakan jasa koperasi untuk

memperoleh pinjaman modal usahanya, karena suku bunga kredit yang diberikan

oleh koperasi lebih rendah bila dibandingkan dengan suku bunga kredit bank dan

persyaratan yang dibuat oleh koperasi tidak sebanyak persyaratan bila meminjam

kepada pihak perbankan. Oleh sebab itu masyarakat lebih memilih koperasi

sebagai kredit pembiayaan dalam mengembangkan usaha mikro kecil.

Berdasarkan UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab I,

Pasal I, Ayat I dinyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orang seorang atau badan koperasi sekaligus sebagai gerakan

ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Pada dasarnya

pergerakan koperasi juga tidak berorientasi pada keuntungan, karena koperasi

berkonsentrasi untuk meningkatkan keuntungan yang diterima anggota bukan

dirinya sendiri, jika koperasi berorientasi keuntungan koperasi akan

mengeksploitasi anggotanya (Baga, 2003).

Pada dasarnya BMT dan Koperasi Simpan Pinjam memiliki badan hukum

yang sama yaitu Koperasi. Koperasi Simpan Pinjam adalah salah satu bentuk

koperasi yang mengumpulkan dana dari anggota dan kemudian diberikan lagi

kepada anggotanya sebagai bantuan modal untuk dimanfaatkan dalam

(24)

Islam dengan sistem bagi hasil. Keuntungan bagi hasil didasarkan pada

kemampuan pengelolaan usaha yang dilakukan, baik bagi BMT maupun bagi

nasabah.

Masyarakat di Kota Padangsidimpuan telah lama mengenal dan

mengetahui adanya koperasi simpan pinjam, sedangkan BMT dikenal masyarakat

pada awal tahun 1995 dan pada awal tahun tersebut banyak BMT berdiri, namun

karena berbagai kendala termasuk ketidakprofesionalan pengurus dalam

mengelola dana, maka banyak BMT yang gulung tikar disebabkan karena

kurangnya modal BMT dan banyaknya kredit macet. Akibat dari kendala

tersebut, maka BMT yang ada dan masih aktif di Kota Padangsidimpuan hanya

terdapat dua BMT saja yaitu Koperasi Simpan Pinjam BMT Insani yang didirikan

pada tanggal 2 Januari 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 10 Maret 1998.

Dengan adanya koperasi Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan

BMT Insani di Kota Padangsidimpuan, maka masyarakat dan para pengusaha

mikro kecil merasa terlindungi dari para rentenir-rentenir yang memberikan

pinjaman modal dengan bunga yang sangat tinggi. BMT Insani juga dapat

memotivasi para pengurus untuk menambah amal ibadah sesuai dengan syariah

agama islam.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai

peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani dalam

(25)

1.2 Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang muncul, maka dirumuskan pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah pengembangan UMK (Kredit Mikro Kecil) sebelum dan

sesudah mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan

BMT Insani di Kota Padangsidimpuan?

2. Dari kedua jenis koperasi ini, koperasi manakah yang lebih dipilih oleh

masyarakat di Kota Padangsidimpuan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk melihat pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) sebelum dan

sesudah mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan

BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.

2. Untuk melihat jenis koperasi manakah yang lebih dipilih oleh masyarakat

di Kota Padangsidimpuan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat untuk menilai cara

kinerja koperasi yang ada di Kota Padangsidimpuan.

2. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah ataupun bagi

Institusi yang terkait, khususnya bagi Kantor Tenaga Kerja, Koperasi dan

(26)

3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang sedang

mempelajari dan meneliti tentang perkembangan Koperasi Simpan Pinjam

Bina Bersama dan BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.

4. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/I Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/I Departemen

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Fungsi Koperasi

Menurut UU No.25 tahun 1992, Koperasi adalah suatu badan usaha yang

beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan

kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan

ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan. Sedangkan pengertian

koperasi menurut Dr.Mohammad Hatta, Koperasi adalah usaha bersama untuk

memperbaiki nasib, penghidupan ekonomi anggota-anggotanya berdasarkan

tolong-menolong.

Pengertian koperasi juga termuat dalam Undang-Undang Dasar tahun

1945 terutama pada pasal 33, dimana secara tegas menempatkan koperasi sebagai

soko guru perekonomian nasional dan sebagai bagian integral perekonomian

nasional. Koperasi Indonesia lahir dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsipnya

sendiri yang sangat ideal, yang tidak memfokuskan pada individu dan keuntungan

yang maksimal, melainkan pada kebersamaan dan untuk kesejahteraan anggota.

Oleh sebab itu koperasi Indonesia merupakan gerakan ekonomi rakyat yang

mewujudkan demokrasi ekonomi Indonesia, serta koperasi Indonesia berfungsi

sebagai alat pengatur perekonomian bangsa Indonesia.

Koperasi memiliki ciri-ciri khusus yang amat berbeda bila dibandingkan

dengan Badan Usaha Milik Negara maupun Badan Usaha Milik Swasta. Adapun

(28)

1. Koperasi merupakan salah satu alat pemerintah dalam memperkokoh

perekonomian nasional, yaitu sebagai soko guru perekonomian nasional.

2. Koperasi membangun dan mengembangkan potensi ekonomi anggota dan

masyarakat umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan

sosialnya.

3. Koperasi merupakan partner pemerintah dalam upaya mewujudkan

masyarakat yang adil dan makmur, merata material dan spiritual.

4. Tujuan koperasi harus benar-benar merupakan kepentingan bersama para

anggotanya.

2.2 Peranan Koperasi Dalam Masyarakat Ekonomi

Peranan koperasi bagi masyarakat ekonomi adalah:

a. Koperasi meningkatkan pendapatan

Peranan koperasi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya

anggota dapat dilakukan antara lain melalui pembelian bersama dan penjualan

bersama. Pembelian bersama maksudnya adalah koperasi dapat menyediakan

barang-barang kebutuhan anggota dengan cara melakukan pembelian

langsung pada produsen atau grosir dan dalam jumlah banyak, sehingga

mendapat potongan harga. Sedangkan penjualan bersama maksudnya adalah

koperasi dapat menampung produk yang dihasilkan anggota dan mencari

pembeli yang sanggup membeli dengan harga tinggi dibandingkan harga

penjualan melalui pedagang tengkulak. Dengan kata lain koperasi bertindak

atas nama anggota untuk menjual secara bersama dengan harga tinggi, berarti

(29)

b. Koperasi menciptakan lapangan kerja

Koperasi merupakan wadah kerjasama anggota didalam mencapai tujuan

bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Melalui kegiatan usahanya

koperasi memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para anggota

untuk secara bersama-sama bekerja melakukan kegiatan koperasi. Dengan

kata lain koperasi berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi

mereka yang belum bekerja dan sanggup bekerjasama dalam koperasi.

c. Koperasi meningkatkan taraf hidup rakyat

Koperasi berperan dalam meningkatkan pendapatan anggota dan

menyediakan lapangan kerja bagi mereka yang bersedia bergabung dalam

koperasi. Dengan meningkatnya pendapatan maka semakin tercukupinya

kebutuhan hidup berarti taraf hidup juga akan mengalami peningkatan.

d. Koperasi memeratakan pendapatan

Melalui koperasi telah banyak diberikan fasilitas dan kemudahan, sehingga

menimbulkan semangat kerja anggota. Dengan kata lain apabila terjadi

peningkatan pendapatan maka secara otomatis akan tercipta pemerataan

pendapatan, kecuali itu melalui koperasi Sisa Hasil Usaha yang diperoleh

koperasi tidak semua dibagikan kepada anggota, tetapi juga sebagian untuk

pembangunan masyarakat daerah kerja koperasi.

2.3 Modal Koperasi

Menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 41, Bab VII tentang perkoperasian,

(30)

1. Modal Sendiri

Modal sendiri bersumber dari:

a. Simpanan Pokok Anggota

Simpanan Pokok Anggota adalah sejumlah uang yang sama banyaknya,

yang wajib dibayarkan oleh masing-masing anggota kepada koperasi.

b. Simpanan Wajib

Simpanan Wajib adalah sejumlah uang tertentu yang wajib dibayar oleh

setiap anggota kepada koperasi dalam waktu tertentu, yang nilainya untuk

masing-masing anggota tidak harus sama. Dengan kata lain apabila ada

anggota yang lebih mampu dari segi keuangan dapat memberikan lebih

kepada koperasi dibanding anggota lainnya sebagai simpanan wajibnya.

Simpanan wajib ini tidak dapat diambil kembali oleh anggota, selama

yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi tersebut.

c. Dana Cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah dana yang diperoleh dari penyisihan sisa

hasil usaha dan dicadangkan untuk menutupi kerugian koperasi bila

diperlukan.

d. Donasi atau Hibah

Donasi atau hibah adalah sejumlah uang atau barang yang dengan nilai

tertentu yang disumbangkan oleh pihak ketiga, tanpa adanya suatu

kewajiban untuk mengembalikannya.

2. Modal Pinjaman

(31)

a. Anggota

Yaitu pinjaman dari anggota ataupun calon anggota koperasi yang

bersangkutan.

b. Koperasi lainnya atau anggotanya

Yaitu pinjaman dari koperasi lainnya dan atau anggotanya didasari dari

kerjasama antar koperasi.

c. Bank dan lembaga keuangan lainnya

Yaitu pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan

berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya

Yaitu dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi dan surat hutang

lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

2.4 Sisa Hasil Usaha (SHU)

Didalam koperasi tidak dikenal dengan yang namanya keuntungan (profit),

keuntungan (profit) dikenal sebagai SHU. Adapun pengertian SHU koperasi

adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam tahun buku tertentu setelah

dikurangi penyusutan, pajak, dan kewajiban-kewajiban lainnya. Sedangkan SHU

yang dibagikan kepada anggota koperasi adalah SHU setelah dikurangi dana

cadangan, dan besarnya dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.

Pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan

modal yang dimiliki seorang anggota tetapi yang berdasarkan pertimbangan jasa

usaha anggota kepada koperasi. SHU koperasi yang diterima anggota pada

(32)

1. SHU atas jasa modal, yang mencerminkan anggota sebagai pemilik

2. SHU atas jasa usaha, yang mencerminkan anggota sebagai pemilik dan juga

merupakan konsumen (pelanggan).

Secara umum SHU koperasi dibagikan kepada cadangan sebesar 40%, jasa

anggota sebesar 40%, jasa pengurus sebesar 5%, untuk karyawan sebesar 5%,

dana pendidikan sebesar 5%, dan dana kegiatan sosial lainnya sebesar 5%.

Adapun prinsip pembagian SHU adalah:

1. SHU yang dibagi bersumber dari anggota

2. SHU anggota adalah jasa dan modal serta transaksi usaha yang dilakukan

anggota

3. Pembagian SHU dilakukan secara transparansi (terbuka)

4. Pembayaran SHU dilakukan secara tunai

2.4.1 Organisasi Koperasi

Adapun alat organisasi koperasi terdiri dari:

1. Rapat Anggota

Rapat anggota merupakan penguasaan (kekuasaan) tertinggi didalam

koperasi, rapat anggota harus dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya

diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

2. Pengurus

Pengurus merupkan perangkat organisasi yang diangkat dan diberhentikan

melalui rapat anggota. Pengurus bertugas melakukan pengawasan terhadap

(33)

untuk meneliti segala catatan yang ada pada koperasi serta memperoleh

keterangan-keterangan yang diperlukan.

3. Pengelola/Manajer

Pengelola/manajer merupakan orang-orang yang diangkat dan diberhentikan

oleh pengurus. Manajer atau pengelola bertugas untuk menjalankan roda

usaha koperasi secara efisien dan proporsional.

4. Pengawas

Pengawas diangkat dan diberhentikan melalui rapat anggota dan memperoleh

mandat untuk melakukan pengawasan terhadap kebijakan yang dilaksanakan

oleh pengurus.

5. Kasir

Kasir adalah seseorang yang diangkat dari anggota organisasi yang

mempunyai tugas untuk menangani simpan pinjam para anggota maupun non

anggota koperasi.

6. Petugas Simpan Pinjam

Petugas Simpan Pinjam adalah seseorang yang diangkat untuk menangani

pekerjaan administrasi atau pembukuan yang berhubungan dengan simpan

(34)

Gambar 2.1

Skema Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam 2.4.2 Kredit

Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992, yang dimaksud dengan

kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga, imbalan, atau hasil pembagian keuntungan.

Kredit berasal dari bahasa yunani “credere” yang artinya kepercayaan.

Seseorang memberikan kredit kepada orang lain atau memberikan modal usaha

kepada orang lain karena berdasarkan faktor kepercayaan.

Menurut pendapat Drs. Muchdarsah Sinungan (1994 : 3) “kredit adalah

suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan

RAPAT ANGGOTA PENGAWAS

PENGURUS

PENGELOLA/MANAJER

(35)

dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan

suatu kontra prestasi berupa bunga” (Drs. Muchdarsyah Sinungan, 1997: 3).

Sedangkan menurut Drs. Susatyo Reksoprodjo, “Kredit adalah lalu lintas

pembayaran dan penukaran uang, barang, dan jasa oleh pihak yang memberikan

prestasi baik berupa barang, jasa atau prestasi lain kepada pihak lain”.

Adapun pengertian kredit atau pinjaman mengandung unsur-unsur sebagai

berikut:

a. Unsur waktu, yaitu adanya petunjuk jarak saat pemberian dan pelunasan

kredit.

b. Unsur resiko, yaitu akibat yang mungkin timbul karena adanya jarak

waktu pemberian dan pelunasan kredit.

c. Unsur penyerahan, yaitu menyerahkan nilai ekonomi kepada pihak lain.

d. Unsur kepercayaan, yaitu menyerahkan kepercayaan kepada pihak lain

untuk mengelola uang.

e. Unsur persetujuan, yaitu adanya kesepakatan antara pihak pemberi dan

penerima kredit.

Sedangkan ciri-ciri kredit yang baik adalah:

a. Angsuran pinjaman/kredit lebih kecil dari keuntungan usaha.

b. Tingkat suku bunga yang serendah-rendahnya.

c. Periode pembayaran sekecil-kecilnya sesuai dengan perputaran produksi

usahanya dan perputaran pihak pemberi pinjaman/kredit.

d. Jangka waktu pinjaman selama-lamanya sesuai dengan peraturan yang

(36)

e. Pinjaman digunakan sesuai dengan tujuan yang disepakati atau pinjaman

tidak disalahgunakan.

f. Jumlah pinjaman sesuai dengan kebutuhan usaha.

2.4.3 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau ada juga yang menggunakan istilah

Koperasi Kredit (KOPDIT), dan secara internasional disebut dengan Credit

Union, merupakan Badan usaha yang dimilki oleh warga masyarakat yang diikat

oleh satu ikatan pemersatu, bersepakat untuk menyimpan dan menabungkan uang

mereka pada badan usaha tersebut, sehingga tercipta modal besama untuk

dipinjamkan kepada sesama selaku anggota koperasi untuk tujuan produktif dan

kesejahteraan.

Sementara pengertian Koperasi Simpan Pinjam berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 adalah “kegiatan yang dilakukan untuk

menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam

dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan”. Sedangkan pengertian

koperasi Simpan Pinjam berdasarkan PSAK 27/Reformat 2007 adalah koperasi

yang kegiatan atau jasa utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan

peminjaman untuk anggotanya.

Pada dasarnya fungsi Koperasi Simpan Pinjam hampir sama dengan bank,

yaitu sebagai badan usaha yang melakukan penggalian atau mobilisasi dana dari

masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit kepada warga

masyarakat yang membutuhkan. Adapun perbedaan antara Koperasi Simpan

(37)

anggotanya dengan hak dan kedudukan yang sama, dan hanya memberikan

pelayanan kredit kepada anggotanya. Sedangkan bank dimiliki oleh sejumlah

orang atau badan sebagai pemegang saham, memobilisasi dana dari masyarakat

luas untuk menyimpan uang di bank tersebut, namun hanya menyalurkan dana

yang terhimpun kepada warga masyarakat yang mampu memenuhi persyaratan

teknis bank.

Ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dimiliki dan dijalankan oleh

Koperasi Simpan Pinjam dengan memperhatikan semangat dari prinsip dasar

Koperasi Simpan Pinjam rumusan Friedrich William Raiffeisen, selaku pendiri

pertama Credit Union pada pertengahan abad ke-19, yaitu:

a. Dana koperasi hanya diperoleh dari anggota-anggotanya saja.

b. Pinjaman juga hanya diberikan kepada anggota-anggotanya saja.

c. Jaminan yang terbaik bagi peminjam adalah watak si peminjam itu sendiri.

Prinsip Koperasi Simpan Pinjam ala Friedrich William Raiffeisen tersebut

mencerminkan bahwa KSP haruslah dibangun atas usaha dan semangat swadaya

dari anggotanya melalui usaha simpan pinjam berdasarkan kerjasama dan saling

percaya.

(Sumber

2.4.4 Pengertian Koperasi BMT

Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) adalah kelompok swadaya masyarakat

sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha

(38)

ekonomi pengusaha kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan. Koperasi BMT

juga lebih menekankan pada konsep syariah islam dengan sistem bagi hasil, dan

keuntungan bagi hasil didasarkan pada kemampuan pengelolaan usaha yang

dilakukan baik bagi BMT maupun nasabah. Besar kecilnya keuntungan dilakukan

dengan sistem tawar menawar yang selanjutnya dilakukan perjanjian bagi hasil

dengan akad.

Adapun jenis-jenis pinjaman atau pembiayaan produk BMT adalah sebagai

berikut:

1. Murobahah, yaitu pembiayaan untuk jual-beli dengan pembayaran jatuh

tempo.

2. Bai’u Bitsaman Ajil, yaitu jual-beli dengan pembayaran angsuran rutin.

3. Ijaroh, yaitu sewa-menyewa barang atau jasa dengan pembayaran

angsuran atau tangguh. Misalnya pembiayaan untuk sewa ruko (tempat

usaha).

4. Musyarokah, yaitu tambahan modal untuk usaha anggota/nasabah dengan

pengembalian secara angsuran atau tangguh dan bagi hasilnya ditentukan

berdasarkan komposisi modal dan kesepakatan bersama.

5. Mudharobah, yaitu pembiayaan modal usaha penuh dari BMT kepada

anggota/nasabah untuk mengelola sebuah usaha dan bagi hasilnya

ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

6. Ar-rahn (gadai), yaitu pembiayaan dengan jaminan barang bergerak

(39)

keuntungan atau biaya pemeliharaan penyimpanan barang tersebut

berdasarkan kesepakatan bersama.

7. Qordhul Hassan, yaitu pembiayaan lunak yang dikhususkan untuk kaum

dhuafa atau orang yang sangat membutuhkan.

BMT berdiri dengan gagasan fleksibilitas dalam menjangkau masyarakat

kalangan bawah, yaitu lembaga ekonomi rakyat kecil. Akan tetapi dalam

kenyataannya keadaan BMT dilapangan tidak terlalu bagus, bahkan BMT yang

ada sering mengalami kegagalan bahkan rugi dan BMT tersebut tidak dapat

beroperasi lagi. Adapun faktor penyebab kegagalan tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Kurangnya persiapan sumber daya manusia (SDM) pengelola, baik dari

sisi pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola BMT terutama

masalah pengguliran pembiayaan, dengan kata lain banyaknya

pembiayaan yang tidak tertagih (pembiayaan macet).

2. Lemahnya pengawasan pada pengelolaan, terutama manajemen dana dan

kurangnya rasa memiliki pengelola BMT.

Faktor penyebab kegagalan pengelolaan BMT yang tidak kalah pentingnya

adalah adanya ambivalensi antara konsep syari’ah pengelolaan BMT dengan

operasionalisasi dilapangan. Terdapat ketidakcocokan dari garis syariah yang

telah disepakati, dan hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan dari para

(40)

2.5 Pengertian Usaha Mikro Kecil (UMK)

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, Usaha Mikro adalah

usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang

memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Adapun ciri-ciri usaha mikro adalah:

a. Jenis barang/komoditi yang usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat

berganti.

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.

c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak

memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.

d. Sumber daya manusianya belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.

e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.

f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka

sudah akses ke lembaga keuangan non bank.

g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP.

Contoh Usaha Mikro adalah pertanian, peternakan, pedagang eceran dan

usaha-usaha jasa seperti: perbengkelan, salon kecantikan dan penjahit (konveksi).

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

(41)

besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang ini. Adapun ciri-ciri usaha kecil adalah:

a. Jenis barang/komiditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah.

b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.

c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan

keluarga, sudah membuat neraca usaha.

d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

e. Sumber daya manusia memiliki pengalaman dalam berwirausaha.

f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal.

g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik.

Contoh Usaha Kecil adalah pedagang dipasar grosir (agen), pengerajin industri

kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tanga, industri pakaian jadi dan industri

kerajinan tangan.

Selain dari ciri-ciri diatas, maka jumlah karyawan (tenaga kerja) juga

merupakan tolak ukur dalam menilai usaha tersebut apakah termasuk dalam usaha

mikro, kecil dan menengah. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Ciri-ciri Usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja

Jumlah Tenaga Kerja Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah 1-2 orang 4-19 orang 20-45 orang

Di Indonesia, Usaha Mikro Kecil (UMK) saat ini dianggap sebagai salah

(42)

hukum melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro

Kecil. UMK merupakan suatu kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam

perekonomian Indonesia dan hal ini terbukti menjadi katup pengaman

perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan

ekonomi pasca krisis ekonomi.

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik tahun 2011) usaha Mikro

Kecil harus diakui sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat

proses pembangunan daerah, oleh sebab itu pertumbuhan Usaha Mikro Kecil

setiap tahun mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dimana jumlah UMK di

Indonesia pada tahun 2011 adalah sebanyak 48,9 juta unit dan terbukti

memberikan kontribusi 53,28% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan

sebanyak 96,18% terhadap penyerapan tenaga kerja. Oleh sebab itu keberadaan

UMK yang strategis baik secara nasional maupun didaerah tidak boleh kita

abaikan begitu saja karena UMK memiliki posisi yang sangat penting baik dalam

hal penyerapan tenaga kerja dan tingkat kesejahteraan masyarakat didaerah, dan

UMK juga berfungsi sebagai perekat dalam mengatasi masalah kesenjangan

sosial.

Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) pada hakikatnya merupakan

tanggung jawab bersama, baik antara pemerintah dan masyarakat. Ada beberapa

permasalahan yang dihadapi oleh UMK berdasarkan pada evaluasi dan revitalisasi

(43)

a. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif

Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain

dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan berusaha serta

penyerderhanaan prosedur perijinan usaha, keringan pajak dan sebagainya.

b. Bantuan Permodalan

Pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang

tidak memberatkan bagi UMK, untuk membantu peningkatan permodalannya

baik itu melalui sektor jasa financial formal, sektor jasa financial informal,

skema penjamin, leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk Usaha

Mikro Kecil (UMK) sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro

(LKM) yang ada, maupun non bank.

c. Perlindungan Usaha

Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan

usaha golongan ekonomi lemah harus mendapatkan perlindungan dari

pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah

yang bermuara kepada saling menguntungkan.

d. Pengembangan Kemitraan

Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UMK, atau

antara UMK dengan pengusaha besar didalam negeri maupun luar negeri.

Untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha, disamping itu juga

untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien.

Dengan demikian UMK akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan

(44)

Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMK baik dalam aspek

kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta

keterampilannya dalam pengembangan usahanya, disamping itu juga perlu

diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan dilapangan untuk

mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.

e. Omset

Salah satu tujuan dari pemanfaatan UMKM dalam koperasi atau Credit Union

ataupun lembaga keuangan non bank adalah untuk meningkatkan omset dari

penjualan. Meningkatnya omset pada wirausaha juga sangat berpengaruh

pada kemajuan UMKM. Apabila pada wirausaha tidak mengalami omset

meningkat maka pihak dari UMKM biasanya mengadakan pelatihan dan

penyuluhan bagi anggota/mitra agar lebih memahami usaha yang dijalankan.

(Sumbe

2.5.1 Keberadaan dan Permasalahan Pokok UMK

Keberadaan UMK sangat banyak membantu pemerintah dalam hal

penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Posisi Usaha Mikro

Kecil (UMK) sekaligus dapat mengurangi tingkat kemiskinan rakyat Indonesia.

Tingkat pengangguran sudah mencapai 10%, dan selama 5 tahun kedepan

diharapkan jumlah pengangguran ini dapat diturunkan menjadi sekitar 5%, dan

diharapkan pada tahun 2015 jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan dapat

dikurangi sesuai dengan seruan PBB tentang Millenium Development Goals

(45)

UMKM pada kenyataannya selama krisis tidaklah terlalu terpuruk, seperti

halnya usaha besar. Menurut Faisal Basri (2002) UMKM tidak mengalami

keterpurukan hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu:

1. Sebagian besar usaha kecil menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer

goods) dengan ciri khasnya permintaan bersifat inelastis terhadap perubahan

pendapatan. Artinya, jika pendapatan masyarakat turun karena krisis,

turunnya permintaan terhadap barang kecil.

2. Mayoritas UKM mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek

pendanaan. Maka ketika perbankan juga mengalami krisis, UKM tidak

terpengaruh namun akses usaha kecil pada fasilitas dana perbankan ini

sebenarnya mengandung potensi permasalahan jika UKM ingin berkembang

lebih jauh.

UMKM mampu bertahan terhadap krisis, hal ini disebabkan karena

permodalan UMKM tidak bergantung pada pinjaman asing, sehingga tidak terlalu

terpengaruh terhadap fluktuasi mata uang asing.

Adapun ciri-ciri pengusaha kecil adalah sebagai berikut:

1. Hampir setengah persen UKM hanya mempergunakan kapasitas 10% atau

kurang.

2. Masalah utama yang dihadapi pada tahap sebelum investasi yang sering

dihadapi menyangkut permodalan, kemudahan (lokasi, izin).

3. Lebih dari 50% perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan usaha

(46)

4. Pada masa peningkatan usaha, maka yang dihadapi terutama bermula dengan

pengenalan barang.

5. Penurunan usaha terjadi karena kekurangan modal, tidak mampu memasarkan

dan kurang keterampilan teknis dan administrasi.

6. Pengusaha kecil mengharapkan bantuan dari pemerintah berupa permodalan,

pemasaran dan pengadaan.

7. Hampir 70% dari usaha kecil melakukan pemasaran langsung ke konsumen.

8. Sebahagian besar pengusaha kecil.

Jika dilihat dari segi permasalahan umum UMKM, BPS dapat

mengklasifikasikan permasalahan umum yang dihadapi oleh UMKM (2003).

Masalah-masalah tersebut adalah:

1. Kurang Permodalan

2. Kesulitan Pemasaran

3. Persaingan Usaha

4. Kesulitan Bahan Baku

5. Kurangnya kemampuan teknis produksi dan keahlian

6. Kurangnya ketrampilan manajerial

7. Kurangnya pengetahuan manajemen keuangan

8. Iklim usaha yang kurang kondusif (perizinan, aturan/perundangan)

2.5.2 Peranan Koperasi Simpan Pinjam terhadap UMK

Peran koperasi simpan pinjam dalam pengembangan UMK di Indonesia

(47)

dapat melakukan pinjaman kredit dari koperasi dalam mengembangkan usahanya

tetapi juga untuk membantu dalam pemasaran dan pengadaan bahan baku.

Pemerintah banyak membuat program atau skim kredit untuk

mengembangkan sektor UMK, dimana para pengusaha mikro dan kecil dapat

memperoleh pinjaman dari koperasi dengan bunga yang relatif ringan. Bahkan

memasuki tahun 2011 berdasarkan data BPS, koperasi Indonesia sudah

didominasi oleh koperasi kredit yang mana jumlahnya berkisar antara 55-60

persen dari keseluruhan aset koperasi, dan pada akhir tahun 2011 posisi koperasi

dalam pasar perkreditan mikro menempati urutan kedua setelah Bank Rakyat

Indonesia (BRI) unit desa sebesar 46 persen Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

dengan pangsa sekitar 31 persen.

Pada koperasi simpan pinjam ada satu faktor yang sangat dikhawatirkan

oleh koperasi yaitu dimana para pengusaha hanya memanfaatkan koperasi sebagai

tempat peminjaman saja, tanpa mau terjun langsung mengikuti aktivitas yang ada

di koperasi sehingga tujuan dari koperasi tidak tercapai dengan baik. Keadaan

koperasi yang seperti ini akan vakum dan tidak berkembang baik, karena

kurangnya partisipasi dari para anggota untuk menjalankan koperasi sebagaimana

mestinya sesuai dengan tujuan koperasi yang ingin dicapai.

Adapun peran usaha mikro dan kecil dapat dilihat dari kontribusinya pada

produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga

kerja. Akan tetapi Usaha Mikro, Kecil ini juga mempunyai tantangan dalam

(48)

serta financial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi

pertumbuhan outuput jangka panjang.

Pada saat itu kendala utama yang dihadapi para pengusaha mikro dan kecil

adalah dalam mendapatkan dana dari luar khususnya kredit. Hal ini disebabkan

karena ketidakmampuan dan ketidaksiapan mereka dalam memenuhi persyaratan

teknis perbankan. Seperti yang diketahui bahwa pengusaha mikro dan kecil tidak

memiliki aset yang dapat dijadikan jaminan (agunan) apabila meminjam kredit

dari bank, sehingga dalam hal ini koperasi simpan pinjam memiliki peranan

penting dalam memberikan pinjaman kepada para pengusaha mikro dan kecil.

2.5.3 Peranan Koperasi BMT Insani terhadap UMK

Koperasi BMT Insani mempunyai peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan Usaha Mikro dan Kecil (UMK), karena BMT siap memberikan

pinjaman modal kepada para pengusaha mikro dan kecil tanpa harus adanya

agunan, dengan prosedur administrasi yang mudah, biaya transaksi yang rendah,

dan bebas dari bunga karena BMT menganut sistem syariah islam dimana sistem

bunga diganti menjadi sistem bagi hasil.

Dengan adanya sistem bagi hasil ini akan mendorong para pengusaha

mikro dan kecil untuk beralih meminjam modal usaha kepada BMT, sehingga

para pengusaha mikro dan kecil terbebas dari jeratan rentenir yang memberikan

bunga yang sangat tinggi.

Berdasarkan laporan pengurus BMT yang ada di desa-desa, BMT pada

saat ini mengalami perkembangan yang cukup baik hal ini disebabkan karena

(49)

pembiayaan yang mudah dan tidak menjerat leher para pengusaha kecil. Dan ini

terbukti bahwa BMT mampu memantapkan eksistensinya sebagai koperasi

berbasis syariah karena mampu menjaga kepercayaan masyarakat.

Bagi hasil dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan profit sharing

yang artinya “distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu

perusahaan”, atau dengan kata lain profit sharing merupakan bonus tahunan dalam

bentuk uang tunai yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun

sebelumnya, atau dapat juga sebagai pembayaran bulanan ataupun mingguan.

BMT Insani tidak jauh berbeda dengan Koperasi Simpan Pinjam pada

umumnya, Koperasi BMT insani juga melakukan usaha-usaha seperti:

a. Menyediakan barang-barang kebutuhan pokok anggota

b. Mengadakan usaha kerjasama dengan koperasi maupun usaha lainnya

yang saling menguntungkan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.

c. Menyelenggarakan usaha simpan pinjam anggota dan masyarakat.

d. Memberikan pinjaman kepada anggota.

e. Menerima tabungan anggota dan pihak ketiga.

f. Memberikan jasa penagihan rekening listrik, telepon dan jasa-jasa lainnya.

Adapun perbedaan antara koperasi simpan pinjam dengan BMT dapat

dilihat berdasarkan:

1. Sistem memperoleh keuntungan (Bagi hasil dan Bunga).

2. Konsistensi terhadap aturan koperasi (peminjam harus anggota koperasi).

3. Konsistensi terhadap pembangunan masyarakat ekonomi lemah dalam

(50)

4. Perbedaan pelayanan (sebagai penyedia dana usaha yang sekaligus sebagai

konsultan usaha).

Ada banyak fasilitas peminjaman yang dimiliki oleh BMT Insani dalam

bentuk ekonomi syariah dan memperkenalkan diri kepada masyarakat agar BMT

ini dapat diterima dengan baik, dapat membantu ekonomi lemah serta dapat

mengembangkan usaha mikro kecil.

2.6 Kerangka Pemikiran Konseptual

Kopersi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani diharapkan dapat

membantu peningkatan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) untuk berperan

aktif dalam pembangunan nasional, serta dengan adanya koperasi maka dapat

meningkatkan kesejahteraan kehidupan dari anggota-anggotanya dan dapat

(51)

Keterangan: = Alur Penelitian

Gambar 2.2

Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama (X1) dan Koperasi BMT

Insani (X2) terhadap Pengembangan UMK (Y)

Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama (X1)

Koperasi BMT Insani (X2)

Pengembangan UMK (Y)

Indikator yang diteliti:

• Modal Usaha

• Omset

• Pengembangan Kemitraan

• Perlindungan Usaha

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan

dalam mengumpulkan data atau informasi empiris guna memecahkan

permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metodologi penelitian

yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisa peran Koperasi

Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani dalam Pengembangan UMK di

Kota Padangsidimpuan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan

data sekunder. Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan metode:

3.2.1 Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui berbicara dan berhdapan muka

dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada sipeneliti (Mardalis :

1995).

3.2.2 Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang

berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau

sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi

(53)

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan

pengutipan dari sumber lain yang menerbitkan data tersebut (Soeratno dan

Lincolin Arsyad : 1993).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006: 55). Yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah nasabah koperasi yang ada di Kota

Padangsidimpuan.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya

(Sugiarto, 2001: 2).

Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive

Random yang dilakukan dengan mengambil orang-orang yang benar-benar

terpilih oleh peneliti sesuai dengan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel itu

(Soeratno dan Lincolin Arsyad, 1993).

Dalam penelitian sosial, dikenal dengan hukum kemungkinan (hukum

probabilitas) yaitu kesimpulan yang dapat ditarik dari populasi yang dapat

menggambarkan kepada seluruh populasi (Burhan Bungin, 2001). Pada penelitian

ini jumlah populasi tidak diketahui secara pasti oleh karena itu peneliti mengambil

(54)

Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan 20 orang responden Koperasi BMT

Insani yang tinggal di Kota Padangsidimpuan, dengan asumsi responden tersebut

adalah penduduk daerah tersebut.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data secara deskriptif yaitu dengan mendiskripsikan atau memberi gambaran

terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana

adanya.

Untuk menentukan nilai atas persepsi responden dari kuesioner, maka

penelitian ini menggunakan skala Likert sebagai skala pengukuran. Skala Likert

adalah pertanyaan yang mengukur sikap dari keadaan yang sangat negatif sampai

ke jenjang yang sangat positif. Jawaban yang paling positif (maksimal) diberi

nilai paling besar yaitu nilai 5, dan jawaban yang paling negatif (minimal) diberi

nilai paling kecil yaitu nilai 1.

Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:

Pertanyaan Nilai

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Setelah data data dikumpulkan dengan lengkap baik data yang diperoleh

dari wawancara, observasi, kuesioner maupun dokumentasi maka selanjutnya

dilakukan penyajian data kedalam tabel, grafik, maupun diagram dan kemudian

(55)

3.5 Uji Validitas

Uji validitas dari penelitian ini digunakan untuk menguji kevalidan

kuesioner. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi

19, dimana teknik pengujian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

korelasi bivariate pearson dan Corrected Item-Total Correlation yaitu

mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Pengujian

menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 5% (0,05) dengan kriteria

pengujian sebagai berikut:

• Jika rhitung ≥ rtabel (uji dua sisi dengan sig. 5% atau 0,05) maka item-item

pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total atau pertanyaan

dikatakan valid.

• Jika rhitung < rtabel (uji dua sisi dengan sig. 5% atau 0,05) maka item-item

pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total atau pertanyaan

dinyatakan tidak valid.

3.6 Analisis Deskriptif

Analisis deskriftip adalah analisis yang digunakan untuk memberikan

gambaran umum tentang data yang diperoleh dari suatu penelitian. Adapun

rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Frekuensi (f)

P = X 100%

(56)

3.7 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non

parametrik yaitu menggunakan uji U Test (The Mann-Whitney Test). Pengujian

ini dilakukan pada dua sampel yang bersifat independent. Adapun

langkah-langkah dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

1. Kita harus memberikan rangking tertentu untuk setiap nilai yang

dicapai/didapatkan dalam penelitian ini.

2. Setelah memberikan rangking yang sesuai dengan nilai yang

dicapai/didapatkan, maka kita dapat menjumlahkan nilai rangking yang

diperoleh pada setiap group atau daerah, yaitu R1 untuk group atau daerah

penelitian pertama dan R2 untuk group atau daerah penelitian kedua.

3. Setelah nilai R1 dan R2 diperoleh, maka kita mencari besar nilai U

statistiknya.

4. Kemudian kita mencari nilai harapan (expected Value) mean dan standard

deviasi.

5. Jika n1 dan n2 keduanya berjumlah ≥ 8, maka nilai statistik U akan

mendekati (dianggap) berdistribusi normal.

6. Bila diuji dengan α = 5% (0,05) dengan pengujian dua sisi yaitu:

• Ho diterima apabila -1,96 ≤ ZH≤ +1,96

• Ho ditolak apabila nilai ZH > +1,96 atau ZH < -1,96.

Pengujian U Test dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 19.

(57)

berapa besarnya nilai Zhitung dan nilai Zhitung ini akan kita bandingkan dengan nilai

uji dua sisi dengan taraf signifikan 5% (0,05).

(58)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Profil Wilayah Penelitian

Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan

pusat Pemerintah dari lembah besar Tapanuli selatan dan pernah menjadi ibukota

Kabupaten Angkola Sipirok sampai digabung kembali menjadi Kabupaten

Mandailing Natal. Melalui aspirasi masyarakat serta Peraturan Pemerintah

Nomor 32 tahun 1982 dan melalui rekomendasi DPRD Kabupaten Tapanuli

Selatan Nomor 15/KPTS/1992 dan Nomor 16/KPTS/1992 Kota Administratif

Padangsidimpuan diusulkan menjadi Kota Madya Daerah Tk.II bersamaan dengan

pengusulan pembentukan Kabupaten Daerah Tk.II Mandailing Natal, Angkola

Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas.

Pada tanggal 17 Oktober 2001 oleh Mentri Dalam Negeri Atas Nama

Presiden Republik Indonesia diresmikan Padangsidimpuan menjadi Kota, dan

pada tanggal 9 November 2001 oleh Gubernur Sumatera Utara dilantik

Drs.Zulkarnain Nasution sebagai Pejabat Walikota Padangsidimpuan.

Kota Padangsidimpuan terdiri dari 5 Kecamatan, 58 Desa dan 20 Kelurahan

dengan batas wilayah sebagai berikut:

• Utara : Kecamatan Padangsidimpuan Barat Kab.Tapanuli Selatan

• Timur : Kecamatan Padangsidimpuan Timur Kab.Tapanuli Selatan

• Selatan : Kecamatan Batang Angkola Kab.Tapanuli Selatan

Gambar

Gambar 2.1 Skema Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam
Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama (XGambar 2.2 1) dan Koperasi BMT Insani (X) terhadap Pengembangan UMK (Y)
Tabel 4.1 Uji Validitas Pertanyaan
Gambar 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang memilih Koperasi
+7

Referensi

Dokumen terkait