SKRIPSI
STUDI KOMPARATIF PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA BERSAMA DAN BMT INSANI DALAM PENGEMBANGAN UMK
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
OLEH
INDAH KOMALA SARI SIREGAR 080523012
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN PENCETAKAN
Nama : Indah Komala Sari Siregar
NIM : 080523012
Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan
Judul : Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan
Tanggal , Ketua Program Studi
NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D
Tanggal , Ketua Departemen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN
Nama : Indah Komala Sari Siregar
NIM : 080523012
Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan
Judul : Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan
Tanggal , Dosen Pembimbing
NIP. 19750920 200501 1 002 Paidi Hidayat, SE, M.Si
Tanggal , Dosen Pembaca Penilai
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juni 2013
NIM : 080523012
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada persamaan dan perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani. Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah modal usaha, pendapatan (omset), pengembangan kemitraan, perlindungan usaha dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan koperasi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan Koperasi BMT Insani, serta peneliti terjun langsung melakukan penelitian kepada responden yaitu para pedagang UMK di Kota Padangsidimpuan yang sudah menjadi anggota kedua koperasi tersebut.
Hasil Uji U Test (The Mann-Whitney Test) menunjukkan bahwa untuk variabel modal usaha perbulan dan pendapatan (omset) perbulan memperlihatkan bahwa nilai Zhitung lebih kecil dari nilai Ztabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani terhadap pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan. Sedangkan untuk variabel pengembangan kemitraan, perlindungan usaha dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan koperasi menunjukkan bahwa nilai Zhitung berada diantara nilai Ztabel yaitu: -1,96 < Zh < +1,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani terhadap pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan.
ABSTRACT
This Reasearch is aimed to see what the similarities and difference between Bina Bersama Saving-loan Cooperation and BMT Insani Cooperation. The concern Variable of this reasearh are Capital, Income, developing business partner, enterprise protection, and people’s satisfication level to cooperation service.
The data that used in this reasearch is directly recieve from between Saving-loan Cooperation Bina Bersama and BMT Insani Cooperation, and this reasearch also did some interview to the UMK traders who have been member of both coorporation in the city of Padangsidimpuan.
The result of U Test (The Mann-Whitney Test) shown that variable of Capital and Income by the month is more minor Z value acount than Z table, until can be conclude that there is a difference between Bina Bersama Saving-loan Cooperation and BMT Insani cooperation to developed UMK in city of Padangsidimpuan. Meanwhile, the variable of developing business partner, enterprise protection, and people’s satisfication level to cooperation service shown that acount Z is in between Z value table, it is -1,96 < Zh < +1,96 so can be conclude that there is no differencities between Bina Bersama Saving-loan cooperation and BMT Insani Cooperation to developed UMK in city of Padangsidimpuan.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat beriring salam senantiasa tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang mana perjuangannya telah menginspirasi
terselesaikannya skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Keuangan pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai
pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Ayah saya Drs. Masjul Hakim Siregar dan Ibu saya Elpiani Lubis yang telah
memberikan dukungan terbesar dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak (Alm.) Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Mantan Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim
Nasution, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan petunjuk, kritik dan
saran yang membangun serta penilaian kepada penulis demi terselesaikannya
skripsi ini.
5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi
Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk selalu memberikan
nasehat dan bimbingan kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
6. Teman-teman seluruh dari Fakultas Ekonomi.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa didalam penelitian ini masih terdapat
keterbatasan-keterbatasan yang menyebabkan penelitian ini belum sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepannya penelitian ini dapat lebih baik. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat terutama dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi siapapun
yang membutuhkannya.
Medan, Juni 2013
Penulis
NIM. 080523012
Indah Komala Sari siregar
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………. i
ABSTRACK ………... ii
KATA PENGANTAR ……….. iii
DAFTAR ISI ………. v
DAFTAR TABEL ……… vii
DAFTAR GAMBAR ……….... viii
DAFTAR LAMPIRAN ……….... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1
1.2 Perumusan Masalah ………... 4
1.3 Tujuan Penelitian ………... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Koperasi ………... 6
2.2 Peranan Koperasi Dalam Masyrakat Ekonomi…... 7
2.3 Modal Koperasi ………. 8
2.4 Sisa Hasil Usaha (SHU) ……… 10
2.4.1 Organisasi Koperasi ………. 11
2.4.2 Kredit ……… 13
2.4.3 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam ……… 15
2.4.4 Pengertian Koperasi BMT ……… 16
2.5.1 Keberadaan dan Permasalahan Pokok UMK ……. 23
2.5.2 Peranan Koperasi Simpan Pinjam terhadap UMK .. 25
2.5.3 Peranan Koperasi BMT Insani terhadap UMK ….. 27
2.6 Kerangka Pemikiran Konseptual ………. 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ………. 31
3.2 Jenis dan Sumber Data ……… 31
3.2.1 Wawancara ………. 31
3.2.2 Kuesioner ……… 31
3.3 Populasi dan Sampel ………... 32
3.3.1 Populasi ………. 32
3.3.2 Sampel ……….. 32
3.4 Metode Analisis Data ………. 33
3.5 Uji Validitas ……….... 34
3.6 Analisis Deskriptif ……….. 34
3.7 Uji Hipotesis ……… 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ……….. 37
4.1.1 Profil Wilayah Penelitian ……….. 37
4.1.2 Perekonomian Kota Padangsidimpuan …………. 38
4.1.3 Perkembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kota Padangsidimpuan ……… 41
4.1.4 Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota Padangsidimpuan ……… 43
4.2 Persamaan dan Perbedaan Antara Koperasi Simpan Pinjam
dengan Koperasi BMT ……… 46
4.3 Uji Validitas ……… 50
4.4 Analisis Deskriptif ……….. 52
4.5 Deskriptif Variabel Faktor-Faktor Penentu Dalam Pengembangan UMK yang ada di Kota Padangsidimpuan. 56 4.5.1 Modal Usaha ……... 56
4.5.2 Pendapatan (Omset) .………. 60
4.5.3 Pengembangan Kemitraan ………. 65
4.5.4 Perlindungan Usaha ……….. 67
4.5.5 Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Koperasi ……… 69
4.6 Perkembangan Kehidupan Rumah Tangga Pedagang UMK Setelah Meminjam di Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan Koperasi BMT Insani ………. 72
4.7 Uji Hipotesis ……… 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………... 78
5.2 Saran ……… 79
DAFTAR PUSTAKA ………. 81
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ciri-Ciri Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ….. 20
4.1 Uji Validitas Pertanyaan ……….. 51
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia yang Memilih Jasa Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama yang ada di
Kota Padangsidimpuan ………. 54
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia yang Memilih Jasa Koperasi BMT Insani yang ada di Kota
Padangsidimpuan ………... 54
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota
Padangsidimpuan ………... 55
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota Koperasi BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.. 56
4.6 Perbedaan Antara Modal, Bunga Pinjaman, Waktu Pinjaman, Jumlah Pinjaman, Jumlah Aset dan Jumlah Karyawan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani yang ada di Kota
Padangsidimpuan………....……… 58
4.7 Jumlah Modal Usaha Pedagang UMK (perbulan) Sebelum dan Sesudah Menjadi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama ………... 59
4.8 Jumlah Modal Usaha Pedagang UMK (perbulan) Sebelum dan Sesudah Menjadi Anggota Koperasi BMT Insani…… 60
4.9 Jumlah Pendapatan (Omset) Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama Selama Waktu Peminjaman ……… 61
4.10 Jumlah Pendapatan (Omset) Pedagang UMK Sebelum dan Sesudah Menjadi Anggota Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama ……… 62
4.12 Jumlah Pendapatan (Omset) Pedagang UMK (perbulan) Sebelum dan Sesudah Menjadi Anggota Koperasi BMT
Insani ……….. 64
4.13 Perkembangan Kehidupan Rumah Tangga Pedagang UMK Setelah Meminjam di Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan Koperasi BMT Insani di Kota
Padangsidimpuan ………. 73
4.14 Hasil Uji U Test (The Mann-Whitney Test) ………. 75
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Halaman
2.1 Skema Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam … 13
2.2 Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama (X1) dan Koperasi BMT Insani (X2) Terhadap Pengembangan
UMK (Y) ……… 30
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang Memilih Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama
di Kota Padangsidimpuan ………. 52
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin yang Memilih Koperasi BMT Insani di Kota
Padangsidimpuan ……… 53
4.3 Pengembangan Kemitraan yang Dilakukan Oleh Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota Padangsidimpuan .. 66
4.4 Pengembangan Kemitraan yang Dilakukan Oleh Koperasi BMT Insani di Kota Padangsidimpuan ………. 67
4.5 Perlindungan Usaha yang Diberikan Oleh Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama Bagi Para Pedagang UMK yang ada di Kota Padangsidimpuan ……….. 68
4.6 Perlindungan Usaha yang Diberikan Oleh Koperasi BMT Insani Kepada Para pedagang UMK yang ada di Kota
Padangsidimpuan ………. 69
4.7 Tingkat Kepuasan Pedagang UMK Terhadap Pelayanan Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama di Kota
Padangsidimpuan ……… 71
4.8 Tingkat Kepuasan pedagang UMK Terhadap Pelayanan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah pengangguran merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan
di negara Indonesia. Hal ini dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya jumlah
pengangguran selalu mengalami peningkatan, dan masalah ini menjadi beban
pemerintah untuk mencari solusi pemecahan dari permasalahan tersebut. Adapun
salah satu cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah dengan cara
meningkatkan pembangunan ekonomi pada sektor Usaha Mikro Kecil (UMK).
Sektor UMK ini diharapkan dapat lebih produktif dalam hal penyerapan
tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan sekaligus untuk
memperkokoh perekonomian nasional. Adapun hal yang sangat penting dalam
pengembangan UMK adalah modal kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, akan tetapi sering kebijakan-kebijakan
tersebut sangat tidak efektif dalam memajukan sektor usaha kecil, hal ini dapat
dilihat dari kredit yang diberikan oleh pemerintah tidak tersalurkan dengan baik
kepada para pengusaha-pengusaha kecil seperti industri rumahan.
Selain dari pemerintah, modal ini dapat diperoleh dari pihak perbankan
dan koperasi. Seperti yang diketahui bahwa pihak perbankan memberikan modal
kredit kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya, namun kenyataannya
pihak perbankan sering mengalami kegagalan bila dibandingkan dengan
kendala yang menyebabkan kegagalan pihak perbankan dalam penyaluran modal
kredit tersebut, adapun kendala tersebut adalah suku bunga kredit bank yang
tinggi dan prosedur yang panjang, sehingga masyarakat merasa dipersulit dalam
proses permohonan kredit usaha tersebut.
Dalam hal ini masyarakat banyak menggunakan jasa koperasi untuk
memperoleh pinjaman modal usahanya, karena suku bunga kredit yang diberikan
oleh koperasi lebih rendah bila dibandingkan dengan suku bunga kredit bank dan
persyaratan yang dibuat oleh koperasi tidak sebanyak persyaratan bila meminjam
kepada pihak perbankan. Oleh sebab itu masyarakat lebih memilih koperasi
sebagai kredit pembiayaan dalam mengembangkan usaha mikro kecil.
Berdasarkan UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab I,
Pasal I, Ayat I dinyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Pada dasarnya
pergerakan koperasi juga tidak berorientasi pada keuntungan, karena koperasi
berkonsentrasi untuk meningkatkan keuntungan yang diterima anggota bukan
dirinya sendiri, jika koperasi berorientasi keuntungan koperasi akan
mengeksploitasi anggotanya (Baga, 2003).
Pada dasarnya BMT dan Koperasi Simpan Pinjam memiliki badan hukum
yang sama yaitu Koperasi. Koperasi Simpan Pinjam adalah salah satu bentuk
koperasi yang mengumpulkan dana dari anggota dan kemudian diberikan lagi
kepada anggotanya sebagai bantuan modal untuk dimanfaatkan dalam
Islam dengan sistem bagi hasil. Keuntungan bagi hasil didasarkan pada
kemampuan pengelolaan usaha yang dilakukan, baik bagi BMT maupun bagi
nasabah.
Masyarakat di Kota Padangsidimpuan telah lama mengenal dan
mengetahui adanya koperasi simpan pinjam, sedangkan BMT dikenal masyarakat
pada awal tahun 1995 dan pada awal tahun tersebut banyak BMT berdiri, namun
karena berbagai kendala termasuk ketidakprofesionalan pengurus dalam
mengelola dana, maka banyak BMT yang gulung tikar disebabkan karena
kurangnya modal BMT dan banyaknya kredit macet. Akibat dari kendala
tersebut, maka BMT yang ada dan masih aktif di Kota Padangsidimpuan hanya
terdapat dua BMT saja yaitu Koperasi Simpan Pinjam BMT Insani yang didirikan
pada tanggal 2 Januari 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 10 Maret 1998.
Dengan adanya koperasi Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan
BMT Insani di Kota Padangsidimpuan, maka masyarakat dan para pengusaha
mikro kecil merasa terlindungi dari para rentenir-rentenir yang memberikan
pinjaman modal dengan bunga yang sangat tinggi. BMT Insani juga dapat
memotivasi para pengurus untuk menambah amal ibadah sesuai dengan syariah
agama islam.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai
peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani dalam
1.2 Perumusan Masalah
Dari permasalahan yang muncul, maka dirumuskan pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengembangan UMK (Kredit Mikro Kecil) sebelum dan
sesudah mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan
BMT Insani di Kota Padangsidimpuan?
2. Dari kedua jenis koperasi ini, koperasi manakah yang lebih dipilih oleh
masyarakat di Kota Padangsidimpuan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk melihat pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) sebelum dan
sesudah mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan
BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.
2. Untuk melihat jenis koperasi manakah yang lebih dipilih oleh masyarakat
di Kota Padangsidimpuan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat untuk menilai cara
kinerja koperasi yang ada di Kota Padangsidimpuan.
2. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah ataupun bagi
Institusi yang terkait, khususnya bagi Kantor Tenaga Kerja, Koperasi dan
3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang sedang
mempelajari dan meneliti tentang perkembangan Koperasi Simpan Pinjam
Bina Bersama dan BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.
4. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/I Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/I Departemen
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada persamaan dan perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani. Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah modal usaha, pendapatan (omset), pengembangan kemitraan, perlindungan usaha dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan koperasi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan Koperasi BMT Insani, serta peneliti terjun langsung melakukan penelitian kepada responden yaitu para pedagang UMK di Kota Padangsidimpuan yang sudah menjadi anggota kedua koperasi tersebut.
Hasil Uji U Test (The Mann-Whitney Test) menunjukkan bahwa untuk variabel modal usaha perbulan dan pendapatan (omset) perbulan memperlihatkan bahwa nilai Zhitung lebih kecil dari nilai Ztabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani terhadap pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan. Sedangkan untuk variabel pengembangan kemitraan, perlindungan usaha dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan koperasi menunjukkan bahwa nilai Zhitung berada diantara nilai Ztabel yaitu: -1,96 < Zh < +1,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dengan Koperasi BMT Insani terhadap pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan.
ABSTRACT
This Reasearch is aimed to see what the similarities and difference between Bina Bersama Saving-loan Cooperation and BMT Insani Cooperation. The concern Variable of this reasearh are Capital, Income, developing business partner, enterprise protection, and people’s satisfication level to cooperation service.
The data that used in this reasearch is directly recieve from between Saving-loan Cooperation Bina Bersama and BMT Insani Cooperation, and this reasearch also did some interview to the UMK traders who have been member of both coorporation in the city of Padangsidimpuan.
The result of U Test (The Mann-Whitney Test) shown that variable of Capital and Income by the month is more minor Z value acount than Z table, until can be conclude that there is a difference between Bina Bersama Saving-loan Cooperation and BMT Insani cooperation to developed UMK in city of Padangsidimpuan. Meanwhile, the variable of developing business partner, enterprise protection, and people’s satisfication level to cooperation service shown that acount Z is in between Z value table, it is -1,96 < Zh < +1,96 so can be conclude that there is no differencities between Bina Bersama Saving-loan cooperation and BMT Insani Cooperation to developed UMK in city of Padangsidimpuan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah pengangguran merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan
di negara Indonesia. Hal ini dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya jumlah
pengangguran selalu mengalami peningkatan, dan masalah ini menjadi beban
pemerintah untuk mencari solusi pemecahan dari permasalahan tersebut. Adapun
salah satu cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah dengan cara
meningkatkan pembangunan ekonomi pada sektor Usaha Mikro Kecil (UMK).
Sektor UMK ini diharapkan dapat lebih produktif dalam hal penyerapan
tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan sekaligus untuk
memperkokoh perekonomian nasional. Adapun hal yang sangat penting dalam
pengembangan UMK adalah modal kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, akan tetapi sering kebijakan-kebijakan
tersebut sangat tidak efektif dalam memajukan sektor usaha kecil, hal ini dapat
dilihat dari kredit yang diberikan oleh pemerintah tidak tersalurkan dengan baik
kepada para pengusaha-pengusaha kecil seperti industri rumahan.
Selain dari pemerintah, modal ini dapat diperoleh dari pihak perbankan
dan koperasi. Seperti yang diketahui bahwa pihak perbankan memberikan modal
kredit kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya, namun kenyataannya
pihak perbankan sering mengalami kegagalan bila dibandingkan dengan
kendala yang menyebabkan kegagalan pihak perbankan dalam penyaluran modal
kredit tersebut, adapun kendala tersebut adalah suku bunga kredit bank yang
tinggi dan prosedur yang panjang, sehingga masyarakat merasa dipersulit dalam
proses permohonan kredit usaha tersebut.
Dalam hal ini masyarakat banyak menggunakan jasa koperasi untuk
memperoleh pinjaman modal usahanya, karena suku bunga kredit yang diberikan
oleh koperasi lebih rendah bila dibandingkan dengan suku bunga kredit bank dan
persyaratan yang dibuat oleh koperasi tidak sebanyak persyaratan bila meminjam
kepada pihak perbankan. Oleh sebab itu masyarakat lebih memilih koperasi
sebagai kredit pembiayaan dalam mengembangkan usaha mikro kecil.
Berdasarkan UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab I,
Pasal I, Ayat I dinyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Pada dasarnya
pergerakan koperasi juga tidak berorientasi pada keuntungan, karena koperasi
berkonsentrasi untuk meningkatkan keuntungan yang diterima anggota bukan
dirinya sendiri, jika koperasi berorientasi keuntungan koperasi akan
mengeksploitasi anggotanya (Baga, 2003).
Pada dasarnya BMT dan Koperasi Simpan Pinjam memiliki badan hukum
yang sama yaitu Koperasi. Koperasi Simpan Pinjam adalah salah satu bentuk
koperasi yang mengumpulkan dana dari anggota dan kemudian diberikan lagi
kepada anggotanya sebagai bantuan modal untuk dimanfaatkan dalam
Islam dengan sistem bagi hasil. Keuntungan bagi hasil didasarkan pada
kemampuan pengelolaan usaha yang dilakukan, baik bagi BMT maupun bagi
nasabah.
Masyarakat di Kota Padangsidimpuan telah lama mengenal dan
mengetahui adanya koperasi simpan pinjam, sedangkan BMT dikenal masyarakat
pada awal tahun 1995 dan pada awal tahun tersebut banyak BMT berdiri, namun
karena berbagai kendala termasuk ketidakprofesionalan pengurus dalam
mengelola dana, maka banyak BMT yang gulung tikar disebabkan karena
kurangnya modal BMT dan banyaknya kredit macet. Akibat dari kendala
tersebut, maka BMT yang ada dan masih aktif di Kota Padangsidimpuan hanya
terdapat dua BMT saja yaitu Koperasi Simpan Pinjam BMT Insani yang didirikan
pada tanggal 2 Januari 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 10 Maret 1998.
Dengan adanya koperasi Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan
BMT Insani di Kota Padangsidimpuan, maka masyarakat dan para pengusaha
mikro kecil merasa terlindungi dari para rentenir-rentenir yang memberikan
pinjaman modal dengan bunga yang sangat tinggi. BMT Insani juga dapat
memotivasi para pengurus untuk menambah amal ibadah sesuai dengan syariah
agama islam.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai
peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani dalam
1.2 Perumusan Masalah
Dari permasalahan yang muncul, maka dirumuskan pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengembangan UMK (Kredit Mikro Kecil) sebelum dan
sesudah mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan
BMT Insani di Kota Padangsidimpuan?
2. Dari kedua jenis koperasi ini, koperasi manakah yang lebih dipilih oleh
masyarakat di Kota Padangsidimpuan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk melihat pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) sebelum dan
sesudah mendapat kredit dari Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan
BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.
2. Untuk melihat jenis koperasi manakah yang lebih dipilih oleh masyarakat
di Kota Padangsidimpuan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat untuk menilai cara
kinerja koperasi yang ada di Kota Padangsidimpuan.
2. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah ataupun bagi
Institusi yang terkait, khususnya bagi Kantor Tenaga Kerja, Koperasi dan
3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang sedang
mempelajari dan meneliti tentang perkembangan Koperasi Simpan Pinjam
Bina Bersama dan BMT Insani di Kota Padangsidimpuan.
4. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/I Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/I Departemen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Fungsi Koperasi
Menurut UU No.25 tahun 1992, Koperasi adalah suatu badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan. Sedangkan pengertian
koperasi menurut Dr.Mohammad Hatta, Koperasi adalah usaha bersama untuk
memperbaiki nasib, penghidupan ekonomi anggota-anggotanya berdasarkan
tolong-menolong.
Pengertian koperasi juga termuat dalam Undang-Undang Dasar tahun
1945 terutama pada pasal 33, dimana secara tegas menempatkan koperasi sebagai
soko guru perekonomian nasional dan sebagai bagian integral perekonomian
nasional. Koperasi Indonesia lahir dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsipnya
sendiri yang sangat ideal, yang tidak memfokuskan pada individu dan keuntungan
yang maksimal, melainkan pada kebersamaan dan untuk kesejahteraan anggota.
Oleh sebab itu koperasi Indonesia merupakan gerakan ekonomi rakyat yang
mewujudkan demokrasi ekonomi Indonesia, serta koperasi Indonesia berfungsi
sebagai alat pengatur perekonomian bangsa Indonesia.
Koperasi memiliki ciri-ciri khusus yang amat berbeda bila dibandingkan
dengan Badan Usaha Milik Negara maupun Badan Usaha Milik Swasta. Adapun
1. Koperasi merupakan salah satu alat pemerintah dalam memperkokoh
perekonomian nasional, yaitu sebagai soko guru perekonomian nasional.
2. Koperasi membangun dan mengembangkan potensi ekonomi anggota dan
masyarakat umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya.
3. Koperasi merupakan partner pemerintah dalam upaya mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, merata material dan spiritual.
4. Tujuan koperasi harus benar-benar merupakan kepentingan bersama para
anggotanya.
2.2 Peranan Koperasi Dalam Masyarakat Ekonomi
Peranan koperasi bagi masyarakat ekonomi adalah:
a. Koperasi meningkatkan pendapatan
Peranan koperasi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya
anggota dapat dilakukan antara lain melalui pembelian bersama dan penjualan
bersama. Pembelian bersama maksudnya adalah koperasi dapat menyediakan
barang-barang kebutuhan anggota dengan cara melakukan pembelian
langsung pada produsen atau grosir dan dalam jumlah banyak, sehingga
mendapat potongan harga. Sedangkan penjualan bersama maksudnya adalah
koperasi dapat menampung produk yang dihasilkan anggota dan mencari
pembeli yang sanggup membeli dengan harga tinggi dibandingkan harga
penjualan melalui pedagang tengkulak. Dengan kata lain koperasi bertindak
atas nama anggota untuk menjual secara bersama dengan harga tinggi, berarti
b. Koperasi menciptakan lapangan kerja
Koperasi merupakan wadah kerjasama anggota didalam mencapai tujuan
bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Melalui kegiatan usahanya
koperasi memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para anggota
untuk secara bersama-sama bekerja melakukan kegiatan koperasi. Dengan
kata lain koperasi berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi
mereka yang belum bekerja dan sanggup bekerjasama dalam koperasi.
c. Koperasi meningkatkan taraf hidup rakyat
Koperasi berperan dalam meningkatkan pendapatan anggota dan
menyediakan lapangan kerja bagi mereka yang bersedia bergabung dalam
koperasi. Dengan meningkatnya pendapatan maka semakin tercukupinya
kebutuhan hidup berarti taraf hidup juga akan mengalami peningkatan.
d. Koperasi memeratakan pendapatan
Melalui koperasi telah banyak diberikan fasilitas dan kemudahan, sehingga
menimbulkan semangat kerja anggota. Dengan kata lain apabila terjadi
peningkatan pendapatan maka secara otomatis akan tercipta pemerataan
pendapatan, kecuali itu melalui koperasi Sisa Hasil Usaha yang diperoleh
koperasi tidak semua dibagikan kepada anggota, tetapi juga sebagian untuk
pembangunan masyarakat daerah kerja koperasi.
2.3 Modal Koperasi
Menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 41, Bab VII tentang perkoperasian,
1. Modal Sendiri
Modal sendiri bersumber dari:
a. Simpanan Pokok Anggota
Simpanan Pokok Anggota adalah sejumlah uang yang sama banyaknya,
yang wajib dibayarkan oleh masing-masing anggota kepada koperasi.
b. Simpanan Wajib
Simpanan Wajib adalah sejumlah uang tertentu yang wajib dibayar oleh
setiap anggota kepada koperasi dalam waktu tertentu, yang nilainya untuk
masing-masing anggota tidak harus sama. Dengan kata lain apabila ada
anggota yang lebih mampu dari segi keuangan dapat memberikan lebih
kepada koperasi dibanding anggota lainnya sebagai simpanan wajibnya.
Simpanan wajib ini tidak dapat diambil kembali oleh anggota, selama
yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi tersebut.
c. Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah dana yang diperoleh dari penyisihan sisa
hasil usaha dan dicadangkan untuk menutupi kerugian koperasi bila
diperlukan.
d. Donasi atau Hibah
Donasi atau hibah adalah sejumlah uang atau barang yang dengan nilai
tertentu yang disumbangkan oleh pihak ketiga, tanpa adanya suatu
kewajiban untuk mengembalikannya.
2. Modal Pinjaman
a. Anggota
Yaitu pinjaman dari anggota ataupun calon anggota koperasi yang
bersangkutan.
b. Koperasi lainnya atau anggotanya
Yaitu pinjaman dari koperasi lainnya dan atau anggotanya didasari dari
kerjasama antar koperasi.
c. Bank dan lembaga keuangan lainnya
Yaitu pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
Yaitu dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi dan surat hutang
lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
2.4 Sisa Hasil Usaha (SHU)
Didalam koperasi tidak dikenal dengan yang namanya keuntungan (profit),
keuntungan (profit) dikenal sebagai SHU. Adapun pengertian SHU koperasi
adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam tahun buku tertentu setelah
dikurangi penyusutan, pajak, dan kewajiban-kewajiban lainnya. Sedangkan SHU
yang dibagikan kepada anggota koperasi adalah SHU setelah dikurangi dana
cadangan, dan besarnya dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.
Pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan
modal yang dimiliki seorang anggota tetapi yang berdasarkan pertimbangan jasa
usaha anggota kepada koperasi. SHU koperasi yang diterima anggota pada
1. SHU atas jasa modal, yang mencerminkan anggota sebagai pemilik
2. SHU atas jasa usaha, yang mencerminkan anggota sebagai pemilik dan juga
merupakan konsumen (pelanggan).
Secara umum SHU koperasi dibagikan kepada cadangan sebesar 40%, jasa
anggota sebesar 40%, jasa pengurus sebesar 5%, untuk karyawan sebesar 5%,
dana pendidikan sebesar 5%, dan dana kegiatan sosial lainnya sebesar 5%.
Adapun prinsip pembagian SHU adalah:
1. SHU yang dibagi bersumber dari anggota
2. SHU anggota adalah jasa dan modal serta transaksi usaha yang dilakukan
anggota
3. Pembagian SHU dilakukan secara transparansi (terbuka)
4. Pembayaran SHU dilakukan secara tunai
2.4.1 Organisasi Koperasi
Adapun alat organisasi koperasi terdiri dari:
1. Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan penguasaan (kekuasaan) tertinggi didalam
koperasi, rapat anggota harus dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya
diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
2. Pengurus
Pengurus merupkan perangkat organisasi yang diangkat dan diberhentikan
melalui rapat anggota. Pengurus bertugas melakukan pengawasan terhadap
untuk meneliti segala catatan yang ada pada koperasi serta memperoleh
keterangan-keterangan yang diperlukan.
3. Pengelola/Manajer
Pengelola/manajer merupakan orang-orang yang diangkat dan diberhentikan
oleh pengurus. Manajer atau pengelola bertugas untuk menjalankan roda
usaha koperasi secara efisien dan proporsional.
4. Pengawas
Pengawas diangkat dan diberhentikan melalui rapat anggota dan memperoleh
mandat untuk melakukan pengawasan terhadap kebijakan yang dilaksanakan
oleh pengurus.
5. Kasir
Kasir adalah seseorang yang diangkat dari anggota organisasi yang
mempunyai tugas untuk menangani simpan pinjam para anggota maupun non
anggota koperasi.
6. Petugas Simpan Pinjam
Petugas Simpan Pinjam adalah seseorang yang diangkat untuk menangani
pekerjaan administrasi atau pembukuan yang berhubungan dengan simpan
Gambar 2.1
Skema Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam 2.4.2 Kredit
Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992, yang dimaksud dengan
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga, imbalan, atau hasil pembagian keuntungan.
Kredit berasal dari bahasa yunani “credere” yang artinya kepercayaan.
Seseorang memberikan kredit kepada orang lain atau memberikan modal usaha
kepada orang lain karena berdasarkan faktor kepercayaan.
Menurut pendapat Drs. Muchdarsah Sinungan (1994 : 3) “kredit adalah
suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan
RAPAT ANGGOTA PENGAWAS
PENGURUS
PENGELOLA/MANAJER
dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan
suatu kontra prestasi berupa bunga” (Drs. Muchdarsyah Sinungan, 1997: 3).
Sedangkan menurut Drs. Susatyo Reksoprodjo, “Kredit adalah lalu lintas
pembayaran dan penukaran uang, barang, dan jasa oleh pihak yang memberikan
prestasi baik berupa barang, jasa atau prestasi lain kepada pihak lain”.
Adapun pengertian kredit atau pinjaman mengandung unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Unsur waktu, yaitu adanya petunjuk jarak saat pemberian dan pelunasan
kredit.
b. Unsur resiko, yaitu akibat yang mungkin timbul karena adanya jarak
waktu pemberian dan pelunasan kredit.
c. Unsur penyerahan, yaitu menyerahkan nilai ekonomi kepada pihak lain.
d. Unsur kepercayaan, yaitu menyerahkan kepercayaan kepada pihak lain
untuk mengelola uang.
e. Unsur persetujuan, yaitu adanya kesepakatan antara pihak pemberi dan
penerima kredit.
Sedangkan ciri-ciri kredit yang baik adalah:
a. Angsuran pinjaman/kredit lebih kecil dari keuntungan usaha.
b. Tingkat suku bunga yang serendah-rendahnya.
c. Periode pembayaran sekecil-kecilnya sesuai dengan perputaran produksi
usahanya dan perputaran pihak pemberi pinjaman/kredit.
d. Jangka waktu pinjaman selama-lamanya sesuai dengan peraturan yang
e. Pinjaman digunakan sesuai dengan tujuan yang disepakati atau pinjaman
tidak disalahgunakan.
f. Jumlah pinjaman sesuai dengan kebutuhan usaha.
2.4.3 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau ada juga yang menggunakan istilah
Koperasi Kredit (KOPDIT), dan secara internasional disebut dengan Credit
Union, merupakan Badan usaha yang dimilki oleh warga masyarakat yang diikat
oleh satu ikatan pemersatu, bersepakat untuk menyimpan dan menabungkan uang
mereka pada badan usaha tersebut, sehingga tercipta modal besama untuk
dipinjamkan kepada sesama selaku anggota koperasi untuk tujuan produktif dan
kesejahteraan.
Sementara pengertian Koperasi Simpan Pinjam berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 adalah “kegiatan yang dilakukan untuk
menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam
dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan”. Sedangkan pengertian
koperasi Simpan Pinjam berdasarkan PSAK 27/Reformat 2007 adalah koperasi
yang kegiatan atau jasa utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan
peminjaman untuk anggotanya.
Pada dasarnya fungsi Koperasi Simpan Pinjam hampir sama dengan bank,
yaitu sebagai badan usaha yang melakukan penggalian atau mobilisasi dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit kepada warga
masyarakat yang membutuhkan. Adapun perbedaan antara Koperasi Simpan
anggotanya dengan hak dan kedudukan yang sama, dan hanya memberikan
pelayanan kredit kepada anggotanya. Sedangkan bank dimiliki oleh sejumlah
orang atau badan sebagai pemegang saham, memobilisasi dana dari masyarakat
luas untuk menyimpan uang di bank tersebut, namun hanya menyalurkan dana
yang terhimpun kepada warga masyarakat yang mampu memenuhi persyaratan
teknis bank.
Ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dimiliki dan dijalankan oleh
Koperasi Simpan Pinjam dengan memperhatikan semangat dari prinsip dasar
Koperasi Simpan Pinjam rumusan Friedrich William Raiffeisen, selaku pendiri
pertama Credit Union pada pertengahan abad ke-19, yaitu:
a. Dana koperasi hanya diperoleh dari anggota-anggotanya saja.
b. Pinjaman juga hanya diberikan kepada anggota-anggotanya saja.
c. Jaminan yang terbaik bagi peminjam adalah watak si peminjam itu sendiri.
Prinsip Koperasi Simpan Pinjam ala Friedrich William Raiffeisen tersebut
mencerminkan bahwa KSP haruslah dibangun atas usaha dan semangat swadaya
dari anggotanya melalui usaha simpan pinjam berdasarkan kerjasama dan saling
percaya.
(Sumber
2.4.4 Pengertian Koperasi BMT
Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) adalah kelompok swadaya masyarakat
sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha
ekonomi pengusaha kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan. Koperasi BMT
juga lebih menekankan pada konsep syariah islam dengan sistem bagi hasil, dan
keuntungan bagi hasil didasarkan pada kemampuan pengelolaan usaha yang
dilakukan baik bagi BMT maupun nasabah. Besar kecilnya keuntungan dilakukan
dengan sistem tawar menawar yang selanjutnya dilakukan perjanjian bagi hasil
dengan akad.
Adapun jenis-jenis pinjaman atau pembiayaan produk BMT adalah sebagai
berikut:
1. Murobahah, yaitu pembiayaan untuk jual-beli dengan pembayaran jatuh
tempo.
2. Bai’u Bitsaman Ajil, yaitu jual-beli dengan pembayaran angsuran rutin.
3. Ijaroh, yaitu sewa-menyewa barang atau jasa dengan pembayaran
angsuran atau tangguh. Misalnya pembiayaan untuk sewa ruko (tempat
usaha).
4. Musyarokah, yaitu tambahan modal untuk usaha anggota/nasabah dengan
pengembalian secara angsuran atau tangguh dan bagi hasilnya ditentukan
berdasarkan komposisi modal dan kesepakatan bersama.
5. Mudharobah, yaitu pembiayaan modal usaha penuh dari BMT kepada
anggota/nasabah untuk mengelola sebuah usaha dan bagi hasilnya
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
6. Ar-rahn (gadai), yaitu pembiayaan dengan jaminan barang bergerak
keuntungan atau biaya pemeliharaan penyimpanan barang tersebut
berdasarkan kesepakatan bersama.
7. Qordhul Hassan, yaitu pembiayaan lunak yang dikhususkan untuk kaum
dhuafa atau orang yang sangat membutuhkan.
BMT berdiri dengan gagasan fleksibilitas dalam menjangkau masyarakat
kalangan bawah, yaitu lembaga ekonomi rakyat kecil. Akan tetapi dalam
kenyataannya keadaan BMT dilapangan tidak terlalu bagus, bahkan BMT yang
ada sering mengalami kegagalan bahkan rugi dan BMT tersebut tidak dapat
beroperasi lagi. Adapun faktor penyebab kegagalan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kurangnya persiapan sumber daya manusia (SDM) pengelola, baik dari
sisi pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola BMT terutama
masalah pengguliran pembiayaan, dengan kata lain banyaknya
pembiayaan yang tidak tertagih (pembiayaan macet).
2. Lemahnya pengawasan pada pengelolaan, terutama manajemen dana dan
kurangnya rasa memiliki pengelola BMT.
Faktor penyebab kegagalan pengelolaan BMT yang tidak kalah pentingnya
adalah adanya ambivalensi antara konsep syari’ah pengelolaan BMT dengan
operasionalisasi dilapangan. Terdapat ketidakcocokan dari garis syariah yang
telah disepakati, dan hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan dari para
2.5 Pengertian Usaha Mikro Kecil (UMK)
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, Usaha Mikro adalah
usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Adapun ciri-ciri usaha mikro adalah:
a. Jenis barang/komoditi yang usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti.
b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.
c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.
d. Sumber daya manusianya belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.
e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank.
g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Contoh Usaha Mikro adalah pertanian, peternakan, pedagang eceran dan
usaha-usaha jasa seperti: perbengkelan, salon kecantikan dan penjahit (konveksi).
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini. Adapun ciri-ciri usaha kecil adalah:
a. Jenis barang/komiditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah.
b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.
c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, sudah membuat neraca usaha.
d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
e. Sumber daya manusia memiliki pengalaman dalam berwirausaha.
f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal.
g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik.
Contoh Usaha Kecil adalah pedagang dipasar grosir (agen), pengerajin industri
kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tanga, industri pakaian jadi dan industri
kerajinan tangan.
Selain dari ciri-ciri diatas, maka jumlah karyawan (tenaga kerja) juga
merupakan tolak ukur dalam menilai usaha tersebut apakah termasuk dalam usaha
mikro, kecil dan menengah. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ciri-ciri Usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja
Jumlah Tenaga Kerja Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah 1-2 orang 4-19 orang 20-45 orang
Di Indonesia, Usaha Mikro Kecil (UMK) saat ini dianggap sebagai salah
hukum melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil. UMK merupakan suatu kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam
perekonomian Indonesia dan hal ini terbukti menjadi katup pengaman
perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan
ekonomi pasca krisis ekonomi.
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik tahun 2011) usaha Mikro
Kecil harus diakui sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat
proses pembangunan daerah, oleh sebab itu pertumbuhan Usaha Mikro Kecil
setiap tahun mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dimana jumlah UMK di
Indonesia pada tahun 2011 adalah sebanyak 48,9 juta unit dan terbukti
memberikan kontribusi 53,28% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan
sebanyak 96,18% terhadap penyerapan tenaga kerja. Oleh sebab itu keberadaan
UMK yang strategis baik secara nasional maupun didaerah tidak boleh kita
abaikan begitu saja karena UMK memiliki posisi yang sangat penting baik dalam
hal penyerapan tenaga kerja dan tingkat kesejahteraan masyarakat didaerah, dan
UMK juga berfungsi sebagai perekat dalam mengatasi masalah kesenjangan
sosial.
Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) pada hakikatnya merupakan
tanggung jawab bersama, baik antara pemerintah dan masyarakat. Ada beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh UMK berdasarkan pada evaluasi dan revitalisasi
a. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif
Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain
dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan berusaha serta
penyerderhanaan prosedur perijinan usaha, keringan pajak dan sebagainya.
b. Bantuan Permodalan
Pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang
tidak memberatkan bagi UMK, untuk membantu peningkatan permodalannya
baik itu melalui sektor jasa financial formal, sektor jasa financial informal,
skema penjamin, leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk Usaha
Mikro Kecil (UMK) sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) yang ada, maupun non bank.
c. Perlindungan Usaha
Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan
usaha golongan ekonomi lemah harus mendapatkan perlindungan dari
pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah
yang bermuara kepada saling menguntungkan.
d. Pengembangan Kemitraan
Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UMK, atau
antara UMK dengan pengusaha besar didalam negeri maupun luar negeri.
Untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha, disamping itu juga
untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien.
Dengan demikian UMK akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan
Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMK baik dalam aspek
kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta
keterampilannya dalam pengembangan usahanya, disamping itu juga perlu
diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan dilapangan untuk
mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.
e. Omset
Salah satu tujuan dari pemanfaatan UMKM dalam koperasi atau Credit Union
ataupun lembaga keuangan non bank adalah untuk meningkatkan omset dari
penjualan. Meningkatnya omset pada wirausaha juga sangat berpengaruh
pada kemajuan UMKM. Apabila pada wirausaha tidak mengalami omset
meningkat maka pihak dari UMKM biasanya mengadakan pelatihan dan
penyuluhan bagi anggota/mitra agar lebih memahami usaha yang dijalankan.
(Sumbe
2.5.1 Keberadaan dan Permasalahan Pokok UMK
Keberadaan UMK sangat banyak membantu pemerintah dalam hal
penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Posisi Usaha Mikro
Kecil (UMK) sekaligus dapat mengurangi tingkat kemiskinan rakyat Indonesia.
Tingkat pengangguran sudah mencapai 10%, dan selama 5 tahun kedepan
diharapkan jumlah pengangguran ini dapat diturunkan menjadi sekitar 5%, dan
diharapkan pada tahun 2015 jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan dapat
dikurangi sesuai dengan seruan PBB tentang Millenium Development Goals
UMKM pada kenyataannya selama krisis tidaklah terlalu terpuruk, seperti
halnya usaha besar. Menurut Faisal Basri (2002) UMKM tidak mengalami
keterpurukan hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu:
1. Sebagian besar usaha kecil menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer
goods) dengan ciri khasnya permintaan bersifat inelastis terhadap perubahan
pendapatan. Artinya, jika pendapatan masyarakat turun karena krisis,
turunnya permintaan terhadap barang kecil.
2. Mayoritas UKM mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek
pendanaan. Maka ketika perbankan juga mengalami krisis, UKM tidak
terpengaruh namun akses usaha kecil pada fasilitas dana perbankan ini
sebenarnya mengandung potensi permasalahan jika UKM ingin berkembang
lebih jauh.
UMKM mampu bertahan terhadap krisis, hal ini disebabkan karena
permodalan UMKM tidak bergantung pada pinjaman asing, sehingga tidak terlalu
terpengaruh terhadap fluktuasi mata uang asing.
Adapun ciri-ciri pengusaha kecil adalah sebagai berikut:
1. Hampir setengah persen UKM hanya mempergunakan kapasitas 10% atau
kurang.
2. Masalah utama yang dihadapi pada tahap sebelum investasi yang sering
dihadapi menyangkut permodalan, kemudahan (lokasi, izin).
3. Lebih dari 50% perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan usaha
4. Pada masa peningkatan usaha, maka yang dihadapi terutama bermula dengan
pengenalan barang.
5. Penurunan usaha terjadi karena kekurangan modal, tidak mampu memasarkan
dan kurang keterampilan teknis dan administrasi.
6. Pengusaha kecil mengharapkan bantuan dari pemerintah berupa permodalan,
pemasaran dan pengadaan.
7. Hampir 70% dari usaha kecil melakukan pemasaran langsung ke konsumen.
8. Sebahagian besar pengusaha kecil.
Jika dilihat dari segi permasalahan umum UMKM, BPS dapat
mengklasifikasikan permasalahan umum yang dihadapi oleh UMKM (2003).
Masalah-masalah tersebut adalah:
1. Kurang Permodalan
2. Kesulitan Pemasaran
3. Persaingan Usaha
4. Kesulitan Bahan Baku
5. Kurangnya kemampuan teknis produksi dan keahlian
6. Kurangnya ketrampilan manajerial
7. Kurangnya pengetahuan manajemen keuangan
8. Iklim usaha yang kurang kondusif (perizinan, aturan/perundangan)
2.5.2 Peranan Koperasi Simpan Pinjam terhadap UMK
Peran koperasi simpan pinjam dalam pengembangan UMK di Indonesia
dapat melakukan pinjaman kredit dari koperasi dalam mengembangkan usahanya
tetapi juga untuk membantu dalam pemasaran dan pengadaan bahan baku.
Pemerintah banyak membuat program atau skim kredit untuk
mengembangkan sektor UMK, dimana para pengusaha mikro dan kecil dapat
memperoleh pinjaman dari koperasi dengan bunga yang relatif ringan. Bahkan
memasuki tahun 2011 berdasarkan data BPS, koperasi Indonesia sudah
didominasi oleh koperasi kredit yang mana jumlahnya berkisar antara 55-60
persen dari keseluruhan aset koperasi, dan pada akhir tahun 2011 posisi koperasi
dalam pasar perkreditan mikro menempati urutan kedua setelah Bank Rakyat
Indonesia (BRI) unit desa sebesar 46 persen Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
dengan pangsa sekitar 31 persen.
Pada koperasi simpan pinjam ada satu faktor yang sangat dikhawatirkan
oleh koperasi yaitu dimana para pengusaha hanya memanfaatkan koperasi sebagai
tempat peminjaman saja, tanpa mau terjun langsung mengikuti aktivitas yang ada
di koperasi sehingga tujuan dari koperasi tidak tercapai dengan baik. Keadaan
koperasi yang seperti ini akan vakum dan tidak berkembang baik, karena
kurangnya partisipasi dari para anggota untuk menjalankan koperasi sebagaimana
mestinya sesuai dengan tujuan koperasi yang ingin dicapai.
Adapun peran usaha mikro dan kecil dapat dilihat dari kontribusinya pada
produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga
kerja. Akan tetapi Usaha Mikro, Kecil ini juga mempunyai tantangan dalam
serta financial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi
pertumbuhan outuput jangka panjang.
Pada saat itu kendala utama yang dihadapi para pengusaha mikro dan kecil
adalah dalam mendapatkan dana dari luar khususnya kredit. Hal ini disebabkan
karena ketidakmampuan dan ketidaksiapan mereka dalam memenuhi persyaratan
teknis perbankan. Seperti yang diketahui bahwa pengusaha mikro dan kecil tidak
memiliki aset yang dapat dijadikan jaminan (agunan) apabila meminjam kredit
dari bank, sehingga dalam hal ini koperasi simpan pinjam memiliki peranan
penting dalam memberikan pinjaman kepada para pengusaha mikro dan kecil.
2.5.3 Peranan Koperasi BMT Insani terhadap UMK
Koperasi BMT Insani mempunyai peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan Usaha Mikro dan Kecil (UMK), karena BMT siap memberikan
pinjaman modal kepada para pengusaha mikro dan kecil tanpa harus adanya
agunan, dengan prosedur administrasi yang mudah, biaya transaksi yang rendah,
dan bebas dari bunga karena BMT menganut sistem syariah islam dimana sistem
bunga diganti menjadi sistem bagi hasil.
Dengan adanya sistem bagi hasil ini akan mendorong para pengusaha
mikro dan kecil untuk beralih meminjam modal usaha kepada BMT, sehingga
para pengusaha mikro dan kecil terbebas dari jeratan rentenir yang memberikan
bunga yang sangat tinggi.
Berdasarkan laporan pengurus BMT yang ada di desa-desa, BMT pada
saat ini mengalami perkembangan yang cukup baik hal ini disebabkan karena
pembiayaan yang mudah dan tidak menjerat leher para pengusaha kecil. Dan ini
terbukti bahwa BMT mampu memantapkan eksistensinya sebagai koperasi
berbasis syariah karena mampu menjaga kepercayaan masyarakat.
Bagi hasil dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan profit sharing
yang artinya “distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu
perusahaan”, atau dengan kata lain profit sharing merupakan bonus tahunan dalam
bentuk uang tunai yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun
sebelumnya, atau dapat juga sebagai pembayaran bulanan ataupun mingguan.
BMT Insani tidak jauh berbeda dengan Koperasi Simpan Pinjam pada
umumnya, Koperasi BMT insani juga melakukan usaha-usaha seperti:
a. Menyediakan barang-barang kebutuhan pokok anggota
b. Mengadakan usaha kerjasama dengan koperasi maupun usaha lainnya
yang saling menguntungkan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
c. Menyelenggarakan usaha simpan pinjam anggota dan masyarakat.
d. Memberikan pinjaman kepada anggota.
e. Menerima tabungan anggota dan pihak ketiga.
f. Memberikan jasa penagihan rekening listrik, telepon dan jasa-jasa lainnya.
Adapun perbedaan antara koperasi simpan pinjam dengan BMT dapat
dilihat berdasarkan:
1. Sistem memperoleh keuntungan (Bagi hasil dan Bunga).
2. Konsistensi terhadap aturan koperasi (peminjam harus anggota koperasi).
3. Konsistensi terhadap pembangunan masyarakat ekonomi lemah dalam
4. Perbedaan pelayanan (sebagai penyedia dana usaha yang sekaligus sebagai
konsultan usaha).
Ada banyak fasilitas peminjaman yang dimiliki oleh BMT Insani dalam
bentuk ekonomi syariah dan memperkenalkan diri kepada masyarakat agar BMT
ini dapat diterima dengan baik, dapat membantu ekonomi lemah serta dapat
mengembangkan usaha mikro kecil.
2.6 Kerangka Pemikiran Konseptual
Kopersi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani diharapkan dapat
membantu peningkatan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) untuk berperan
aktif dalam pembangunan nasional, serta dengan adanya koperasi maka dapat
meningkatkan kesejahteraan kehidupan dari anggota-anggotanya dan dapat
Keterangan: = Alur Penelitian
Gambar 2.2
Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama (X1) dan Koperasi BMT
Insani (X2) terhadap Pengembangan UMK (Y)
Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama (X1)
Koperasi BMT Insani (X2)
Pengembangan UMK (Y)
Indikator yang diteliti:
• Modal Usaha
• Omset
• Pengembangan Kemitraan
• Perlindungan Usaha
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan
dalam mengumpulkan data atau informasi empiris guna memecahkan
permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metodologi penelitian
yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisa peran Koperasi
Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani dalam Pengembangan UMK di
Kota Padangsidimpuan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan metode:
3.2.1 Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui berbicara dan berhdapan muka
dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada sipeneliti (Mardalis :
1995).
3.2.2 Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau
sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan
pengutipan dari sumber lain yang menerbitkan data tersebut (Soeratno dan
Lincolin Arsyad : 1993).
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006: 55). Yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah nasabah koperasi yang ada di Kota
Padangsidimpuan.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan
menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya
(Sugiarto, 2001: 2).
Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
Random yang dilakukan dengan mengambil orang-orang yang benar-benar
terpilih oleh peneliti sesuai dengan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel itu
(Soeratno dan Lincolin Arsyad, 1993).
Dalam penelitian sosial, dikenal dengan hukum kemungkinan (hukum
probabilitas) yaitu kesimpulan yang dapat ditarik dari populasi yang dapat
menggambarkan kepada seluruh populasi (Burhan Bungin, 2001). Pada penelitian
ini jumlah populasi tidak diketahui secara pasti oleh karena itu peneliti mengambil
Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan 20 orang responden Koperasi BMT
Insani yang tinggal di Kota Padangsidimpuan, dengan asumsi responden tersebut
adalah penduduk daerah tersebut.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data secara deskriptif yaitu dengan mendiskripsikan atau memberi gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana
adanya.
Untuk menentukan nilai atas persepsi responden dari kuesioner, maka
penelitian ini menggunakan skala Likert sebagai skala pengukuran. Skala Likert
adalah pertanyaan yang mengukur sikap dari keadaan yang sangat negatif sampai
ke jenjang yang sangat positif. Jawaban yang paling positif (maksimal) diberi
nilai paling besar yaitu nilai 5, dan jawaban yang paling negatif (minimal) diberi
nilai paling kecil yaitu nilai 1.
Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:
Pertanyaan Nilai
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Setelah data data dikumpulkan dengan lengkap baik data yang diperoleh
dari wawancara, observasi, kuesioner maupun dokumentasi maka selanjutnya
dilakukan penyajian data kedalam tabel, grafik, maupun diagram dan kemudian
3.5 Uji Validitas
Uji validitas dari penelitian ini digunakan untuk menguji kevalidan
kuesioner. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi
19, dimana teknik pengujian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
korelasi bivariate pearson dan Corrected Item-Total Correlation yaitu
mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Pengujian
menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 5% (0,05) dengan kriteria
pengujian sebagai berikut:
• Jika rhitung ≥ rtabel (uji dua sisi dengan sig. 5% atau 0,05) maka item-item
pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total atau pertanyaan
dikatakan valid.
• Jika rhitung < rtabel (uji dua sisi dengan sig. 5% atau 0,05) maka item-item
pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total atau pertanyaan
dinyatakan tidak valid.
3.6 Analisis Deskriptif
Analisis deskriftip adalah analisis yang digunakan untuk memberikan
gambaran umum tentang data yang diperoleh dari suatu penelitian. Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Frekuensi (f)
P = X 100%
3.7 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non
parametrik yaitu menggunakan uji U Test (The Mann-Whitney Test). Pengujian
ini dilakukan pada dua sampel yang bersifat independent. Adapun
langkah-langkah dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
1. Kita harus memberikan rangking tertentu untuk setiap nilai yang
dicapai/didapatkan dalam penelitian ini.
2. Setelah memberikan rangking yang sesuai dengan nilai yang
dicapai/didapatkan, maka kita dapat menjumlahkan nilai rangking yang
diperoleh pada setiap group atau daerah, yaitu R1 untuk group atau daerah
penelitian pertama dan R2 untuk group atau daerah penelitian kedua.
3. Setelah nilai R1 dan R2 diperoleh, maka kita mencari besar nilai U
statistiknya.
4. Kemudian kita mencari nilai harapan (expected Value) mean dan standard
deviasi.
5. Jika n1 dan n2 keduanya berjumlah ≥ 8, maka nilai statistik U akan
mendekati (dianggap) berdistribusi normal.
6. Bila diuji dengan α = 5% (0,05) dengan pengujian dua sisi yaitu:
• Ho diterima apabila -1,96 ≤ ZH≤ +1,96
• Ho ditolak apabila nilai ZH > +1,96 atau ZH < -1,96.
Pengujian U Test dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 19.
berapa besarnya nilai Zhitung dan nilai Zhitung ini akan kita bandingkan dengan nilai
uji dua sisi dengan taraf signifikan 5% (0,05).
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Profil Wilayah Penelitian
Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan
pusat Pemerintah dari lembah besar Tapanuli selatan dan pernah menjadi ibukota
Kabupaten Angkola Sipirok sampai digabung kembali menjadi Kabupaten
Mandailing Natal. Melalui aspirasi masyarakat serta Peraturan Pemerintah
Nomor 32 tahun 1982 dan melalui rekomendasi DPRD Kabupaten Tapanuli
Selatan Nomor 15/KPTS/1992 dan Nomor 16/KPTS/1992 Kota Administratif
Padangsidimpuan diusulkan menjadi Kota Madya Daerah Tk.II bersamaan dengan
pengusulan pembentukan Kabupaten Daerah Tk.II Mandailing Natal, Angkola
Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas.
Pada tanggal 17 Oktober 2001 oleh Mentri Dalam Negeri Atas Nama
Presiden Republik Indonesia diresmikan Padangsidimpuan menjadi Kota, dan
pada tanggal 9 November 2001 oleh Gubernur Sumatera Utara dilantik
Drs.Zulkarnain Nasution sebagai Pejabat Walikota Padangsidimpuan.
Kota Padangsidimpuan terdiri dari 5 Kecamatan, 58 Desa dan 20 Kelurahan
dengan batas wilayah sebagai berikut:
• Utara : Kecamatan Padangsidimpuan Barat Kab.Tapanuli Selatan
• Timur : Kecamatan Padangsidimpuan Timur Kab.Tapanuli Selatan
• Selatan : Kecamatan Batang Angkola Kab.Tapanuli Selatan