• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Performansi Jaringan CDMA Berdasarkan Data Radio Base Station (RBS) PT Indosat Divisi Starone Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Performansi Jaringan CDMA Berdasarkan Data Radio Base Station (RBS) PT Indosat Divisi Starone Medan"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh :

NIM : 060402027 MHD.KHALID LUBIS

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Oleh:

MHD KHALID LUBIS 060402027

Tugas akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada Tanggal 19 Bulan Januari Tahun 2013 di depan Penguji :

1. Ir. Arman Sani, M.T : Ketua Penguji

2. Ir. Sihar P.Panjaitan, M.T : Anggota Penguji

3. Ali Hanafiah Rambe, S.T., M.T : Anggota Penguji

Diketahui oleh : Disetujui oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro, Pembimbing Tugas Akhir,

Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si

NIP :195405311986011002 NIP : 196810042000121001

(3)

Permasalahan jaringan sering dialami oleh operator telekomunikasi.

Masalah seperti kepadatan trafik (occupancy) adalah hal biasa ditemui, langkah

performansi sangat penting mengingat kebutuhan akan kapasitas jaringan yang

semakin besar guna memenuhi quality of service kepada pelanggan baik secara

kualitas maupun kapasitas.

Tugas akhir ini membahas analisis performansi jaringan CDMA

berdasarkan data Radio Base Station (RBS) PT.Indosat Divisi StarOne Medan.

Analisis performansi RBS dapat diketahui dengan mengukur parameter set up

failure ratio, drop ratio, occupancy, diharapkan hasil pengukuran dapat

memberikan solusi performansi jaringan dalam penentuan jumlah kanal trafik

yang perlu ditambahkan.

Dari hasil data analisis didapat untuk perhitungan paket, nilai SFR ALF

dan KPA berada dalam kondisi baik yaitu dibawah 20% sedangkan RBS HEL

memiliki nilai diatas 20% disebabkan masalah perangkat, rata-rata drop rate

untuk keseluruhan RBS dibawah 30% dan dalam kategori baik. Untuk

perhitungan occupancy didapat nilai ALF dan HEL sudah melebihi standart yang

ditentukan. Langkah perencanaan yang dilakukan adalah dengan melakukan

penambahan kanal trafik dari 29 kanal menjadi 61 kanal didapat jumlah call max

dan call rejected setelah penambahan kanal menjadi lebih besar, sedangkan untuk

KPA nilai occupancy yang diukur masih dibawah standart operator 70% jadi tidak

(4)

Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH S.W.T atas berkat dan

karunia-Nya yang telah memberikan kemampuan dalam menghadapi segala

proses penyelesaian Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu

Ayahanda Zulkifli Lubis dan Ibunda Zairiani Dalimunthe, kakak saya

Nurkhadijah Lubis, adik saya Nur.annisa Lubis, Nurkhasanah Lubis, Nurhayati

Lubis, Mhd.Hidayat Lubis yang mendukung dan mendoakan sehingga penulis

dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini adalah bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan

untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di

Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN CDMA BERDASARKAN DATA RADIO BASE STATION (RBS) PT.INDOSAT DIVISI STARONE MEDAN

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya

Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, serta dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Maksum Pinem, ST, MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas

segala bimbingan, pengarahan, motivasi, dan dukungannya.

2. Bapak Ir. Pernantin Tarigan. M.sc, selaku Penasihat Akademik penulis, atas

(5)

Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis dan

seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara atas segala bantuannya.

6. Sahabat-sahabat terbaik elektro angkatan 2006 cas cas cas.

7. Abg Dony Gabe yang telah memberikan izin pengambilan data di PT.Indosat

Medan.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih mempunyai banyak

kekurangan baik dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan

kritik dengan tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang

ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca sekalian

dalam peningkatan pengenalan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya

bidang telekomunikasi.

Medan, Januari 2013 Penulis

NIM. 060402027

(6)

LEMBAR PENGESAHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS 2.1 Pendahuluan ... 5

2.2 Konsep Seluler ... 6

2.2.1 Perkembangan Komunikasi Bergerak ... 8

2.2.2 Perkembangan Multiple Access ... 10

2.3 Karakteristik CDMA ... 14

2.4 Sifat-sifat Code Division Multiple Access (CDMA) ... 16

BAB III PERFORMANSI CDMA 3.1 Umum ... 19

(7)

3.2.2 Proses Performansi RBS ... 21

3.2.3 Dasar Pengukuran Performansi RBS ... 22

3.3 Pengertian Trafik ... 23

3.4 Analisis Trafik ... 23

3.4.1 Kebutuhan Trafik ... 24

3.4.2 Jam Sibuk (Busy Hour) ... 26

3.4.3 Intensitas Trafik ... 27

3.4.4 Grade Of Service ... 27

3.4.5 Call Setup Success Ratio (CSSR) ... 28

3.4.6 Mean Holding Time (MHT) ... 29

3.4.7 Persentase Occupancy ... 29

3.5 Jenis Trafik ... 30

3.6 Kondisi Dan Spesifikasi RBS CDMA ... 31

3.7 Jenis Data Yang Dibutuhkan ... 32

3.8 Metode Analisis Trafik ... 33

3.9 Standarisasi Parameter Jaringan ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum ... 37

4.2 Packet Data ... 37

4.2.1 Analisa Packet Data RBS, Drop Ratio Alfalah (ALF) ... 39

a. Analisa Packet Data ... 39

b. Analisa Drop Ratio ... 41

4.2.2 Analisa Packet Data RBS, Drop Ratio Helvetia (HEL) ... 42

a. Analisa Packet Data ... 42

b. Analisa Drop Ratio ... 43

4.2.3 Analisa Packet Data RBS, Drop Ratio Komplek Astra (KPA) ... 44

a. Analisa Packet Data ... 44

b. Analisa Drop Ratio ... 45

4.3 Analisa Packet Suara ... 46

(8)

4.3.3 Analisa Packet Suara RBS Komplek Astra (KPA) ... 50

4.4 Analisa Tingkat Kepadatan Trafik (Occupancy) ... 51

4.5 Pengamatan Data Performansi Trafik RBS Alfalah (ALF) ... 52

4.5.1 Analisis Intensitas Trafik ... 54

4.5.2 Analisis Persentase Call Setup Success Ratio (%CSSR) ... 54

4.5.3 Analisis Rata-rata Waktu Pendudukan (Mean Holding Time) ... 55

4.5.4 Analisis Trafik Rata-rata Untuk Setiap Panggilan ... 55

4.5.5 Analisis Call Carried Dan Call Rejected ... 56

4.5.6 Evaluasi Perbandingan Data Perencanaan Awal Dengan Hasil Perhitungan ... 57

4.5.7 Analisa Persentase Kepadatan Saluran Dan Solusi Penurunan Persentase Occupancy ... 58

4.6 Pengamatan Data Performansi Trafik RBS Helvetia (HEL)... 59

4.6.1 Analisis Intensitas Trafik ... 60

4.6.2 Analisis Persentase Call Setup Success Ratio (%CSSR) ... 61

4.6.3 Analisis Rata-rata Waktu Pendudukan (Mean Holding Time) ... 61

4.6.4 Analisis Trafik Rata-rata Untuk Setiap Panggilan ... 62

4.6.5 Analisis Call Carried Dan Call Rejected ... 62

4.6.6 Evaluasi Perbandingan Data Perencanaan Awal Dengan Hasil Perhitungan ... 63

4.6.7 Analisis Persentase Kepadatan Saluran Dan Solusi Penurunan Persentase Occupancy ... 64

4.7 Pengamatan Data Performansi Trafik RBS Komplek Astra (KPA) ... 65

4.7.1 Analisis Intensitas Trafik ... 66

4.7.2 Analisis Persentase Call Setup Success Ratio (%CSSR) ... 67

4.7.3 Analisis Rata-rata Waktu Pendudukan (Mean Holding Time) ... 67

4.7.4 Analisis Trafik Rata-rata Untuk Setiap Panggilan ... 68

4.7.5 Analisis Call Carried Dan Call Rejected ... 68

4.7.6 Evaluasi Perbandingan Data Perencanaan Awal Dengan Hasil Perhitungan ... 69

(9)

Alfalah (ALF) Dan RBS Helvetia (HEL) ... 71

a. Traffic Offered Dengan 61 Kanal ... 71

b. Traffic Rejected Dengan 61 Kanal ... 72

c. Traffic Carried Dengan 61 Kanal ... 72

d. Jumlah Panggilan Dengan 61 Kanal ... 72

e. Evaluasi Jumlah Panggilan Dengan 61 Kanal ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

(10)

Gambar 2.1 Prinsip Dasar FDMA ... 11

Gambar 2.2 Prinsip Dasar TDMA ... 11

Gambar 2.3 Jalur Evolusi CDMA 2000 ... 13

Gambar 3.1 Faktor Utama Dalam Pertimbangan Performansi Jaringan ... 19

Gambar 3.2 Arsitektur Jaringan CDMA ... 30

Gambar 4.1 Grafik Total Data Call RBS Alfalah (ALF) ... 40

Gambar 4.2 Grafik Total Drop Rate RBS Alfalah (ALF) ... 41

Gambar 4.3 Grafik Total Data Call RBS Helvetia (HEL) ... 43

Gambar 4.4 Grafik Total Drop Rate RBS Helvetia (HEL) ... 44

Gambar 4.5 Grafik Total Data Call RBS Komplek Astra (KPA) ... 45

Gambar 4.6 Grafik Total Drop Rate RBS Komplek Astra (KPA) ... 46

Gambar 4.7 Grafik Total Voice Call RBS Alfalah (ALF) ... 48

Gambar 4.8 Grafik Total Voice Call RBS Helvetia (HEL) ... 49

Gambar 4.9 Grafik Total Voice Call RBS Komplek Astra (KPA) ... 51

(11)

Tabel 2.1 Rentang Frekuensi ... 9

Tabel 4.1 Paket Data Alfalah (ALF) ... 39

Tabel 4.2 Paket Data Helvetia (HEL) ... 42

Tabel 4.3 Paket Data Komplek Astra (KPA) ... 44

Tabel 4.4 Paket Suara Alfalah (ALF) ... 47

Tabel 4.5 Paket Suara Helvetia (HEL) ... 48

Tabel 4.6 Paket Suara Komplek Astra (KPA) ... 50

Tabel 4.7 Standarisasi Perencanaan Awal PT.Indosat ... 51

Tabel 4.8 Data Hasil Pengamatan Trafik Alfalah (ALF) ... 53

Tabel 4.9 Data Rata-rata Trafik 07 November Hingga 13 November 2012 ... 54

Tabel 4.10 Data Perencanaan Awal Dengan Analisisi Perhitungan ... 57

Tabel 4.11 Data Hasil Pengamatan Trafik Helvetia ... 60

Tabel 4.12 Data Rata-rata Trafik 07 November Hingga 13 November 2012 ... 61

Tabel 4.13 Data Perencanaan Awal Dengan Analisis Perhitungan ... 63

Tabel 4.14 Data Hasil Pengamatan Komplek Astra ... 66

Tabel 4.15 Data Rata-rata Trafik 07 November Hingga 13 November 2012 ... 67

Tabel 4.16 Data Perencanaan Awal Dengan Analisis Perhitungan ... 69

Tabel 4.17 Tabel Erlang-B ... 71

Tabel 4.18 Jumlah Call Max Dan Call Rejected Dengan 61 Kanal ... 74

(12)

Kondisi pada saat pelanggan yang dipanggil sedang melakukan pembicaraan. 2. Busy Hour

Periode secara terus menerus dalam 1 jam dimana pada saat itu terjadi intensitas trafik yang sangat tinggi.

3. Call Answer

Panggilan yang berhasil mencapai tujuannya dan mendapatkan jawaban dari pihak yang dipanggil.

4. Call Attempt

Suatu usaha yang dilakukan oleh pelanggan untuk melakukan panggilan. 5. Call Setup Succes Ratio

Perbandingan jumlah panggilan yang mendapatkan kanal (call seizure) dengan jumlah usaha melakukan panggilan (call attempt).

6. Congestion

Kondisi apabila suatu koneksi baru tidak memungkinkan untuk diakses pada system.

7. Destination

Tujuan dari suatu pelanggan yang dipanggil. 8. Erlang

Ukuran intensitas satuan trafik dimana satu erlang sama dengan satu pendudukan satu kanal elemen selama satu jam secara terus menerus. 9. Kanal

(13)

AAA = Authentication, Authorization and Accounting AMPS = Advanced Mobile Phone System

BMB = BTS Main Block

BTS = Base Transciever Station BPSK = Binary Phase Shift Keying HA = Home Agent

CDMA = Code Division Multiple Access DS-SS = Direct Sequence Spread Spectrum EV-DO = Evolution Data Only

EV-DV = Evolution Data Voice

FDMA = Frequency Division Multiple Access FH-SS = Frequency Hopping Spread Spectrum GSM = Global Positioning System

GPRS = General Packet Radio System HLR = Home Location Register IP = Internet Protocol

ISMSC = Intellegent Short Message Service Centre MS = Mobile Station

MSC = Mobile Station Centre/ Mobile Switching Centre PCF = Packet Control Function

PDSN = Packet Data Serving Network PPP = Point to Point Protocol

PSK = Phase Shift Keying

(14)

RBS = Radio Base System PCN = Packet Core Network MO = Mobile Originating MT = Mobile Terminating PD = Paket Data

PS = Paket Suara GOS = Grade Of Service QOS = Quality Of Service PN CODE = Pseudonoise Code

BTS = Base Transceiver Station HLR = Home Location Register AC = Authentication Center

PSTN = Public Switched Telecomunication Network GPS = Global Positioning System

(15)

Permasalahan jaringan sering dialami oleh operator telekomunikasi.

Masalah seperti kepadatan trafik (occupancy) adalah hal biasa ditemui, langkah

performansi sangat penting mengingat kebutuhan akan kapasitas jaringan yang

semakin besar guna memenuhi quality of service kepada pelanggan baik secara

kualitas maupun kapasitas.

Tugas akhir ini membahas analisis performansi jaringan CDMA

berdasarkan data Radio Base Station (RBS) PT.Indosat Divisi StarOne Medan.

Analisis performansi RBS dapat diketahui dengan mengukur parameter set up

failure ratio, drop ratio, occupancy, diharapkan hasil pengukuran dapat

memberikan solusi performansi jaringan dalam penentuan jumlah kanal trafik

yang perlu ditambahkan.

Dari hasil data analisis didapat untuk perhitungan paket, nilai SFR ALF

dan KPA berada dalam kondisi baik yaitu dibawah 20% sedangkan RBS HEL

memiliki nilai diatas 20% disebabkan masalah perangkat, rata-rata drop rate

untuk keseluruhan RBS dibawah 30% dan dalam kategori baik. Untuk

perhitungan occupancy didapat nilai ALF dan HEL sudah melebihi standart yang

ditentukan. Langkah perencanaan yang dilakukan adalah dengan melakukan

penambahan kanal trafik dari 29 kanal menjadi 61 kanal didapat jumlah call max

dan call rejected setelah penambahan kanal menjadi lebih besar, sedangkan untuk

KPA nilai occupancy yang diukur masih dibawah standart operator 70% jadi tidak

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dewasa ini tingkat pertumbuhan seluler di Indonesia terus mengalami

peningkatan seiring dengan peningkatan kebutuhan jasa telekomunikasi bagi

masyarakat modern. Hal ini mengakibatkan alokasi frekuensi radio yang tersedia

semakin lama akan semakin padat. Kondisi demikian ini akan menyebabkan

permintaan hubungan komunikasi yang sangat besar tidak bisa dilayani melalui

jaringan yang berbasis lintas radio.

Dalam perkembangannya, sinyal informasi yang dilewatkan jaringan

CDMA (Code Division Multiple Access) ke pelanggan semakin hari semakin

besar, sehingga perlu bandwith yang besar pula agar kecepatan akses ke

pelanggan tidak lambat. Oleh karena itu untuk menjaga kepuasan pelanggan

dalam teknologi CDMA, Indosat berusaha meningkatkan kemampuan akses

StarOne melalui jaringan pemancar BTS. Operator jaringan sering tidak siap

dalam menangani pembengkakan jumlah pelanggan dan trafik nya, sehingga

menyebabkan banyak panggilan yang gagal. Indosat menyeragamkan jumlah

kanal kode pada semua RBSnya, padahal belum tentu setiap daerah memiliki

karakteristik yang sama. Masalah ini dapat diketahui dengan mengukur

parameter-parameter performansi Radio Base Station (RBS) antara lain set up

falure rate, drop rate dan occupancy.

Dalam beberapa contoh yang ada pada BTS CDMA yang memiliki tingkat

(17)

semakin banyak, sedangkan resource yang ada pada BTS kurang, maka akan

terjadi peningkatan occupancy dan penurunan kualitas pelayanan, oleh karena

itu dibutuhkan penambahan resource pada BTS tersebut. Resource yang

dimaksud bisa berupa saluran kanal antara BTS, RBS, dan BSC.

1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan,

yaitu:

1. Seberapa besar pengaruh SFR terhadap drop rate pada sistem Code

Division Multiple Access (CDMA).

2. Seberapa besar pengaruh occupancy terhadap kanal yang tersedia.

3. Seberapa besar pengaruh penambahan resource kanal terhadap kualitas

layanan.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis performansi jaringan

CDMA di PT. Indosat divisi StarOne area Medan.

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah, maka pembahasan dibatasi sebagai berikut:

1. Permasalahan akan dibatasi pada pengaruh kualitas voice dan data call

(18)

2. Untuk analisis performansi occupancy hanya pada pembahasan perbaikan

occupancy kanal trafik yang mengacu pada parameter standarsasi trafik yang

ditentukan oleh operator, dan analisis trafik berdasarkan trafik keseluruhan.

3. Merekomendasi perbaikan dengan cara penambahan kapasitas kanal trafik

untuk meningkatkan performansi jaringan CDMA.

4. Tidak membahas performansi secara Drive Test (DT) baik indoor maupun

outdoor.

5. Analisa pengukuran dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh di

PT. Indosat divisi StarOne area Medan.

1.5 Metodologi Penulisan

Metode Penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini

adalah:

1. Studi Literatur

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain

yang terkait serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal penelitian.

2. Studi Analisis

Yaitu menganalisa performansi jaringan CDMA 2000 menggunakan data

Radio Base Station (RBS).

3. Studi lapangan

Yaitu dengan melakukan penelitian pada perusahaan PT.Indosat divisi

(19)

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran mengenai tulisan ini, secara singkat dapat

diuraikan sistimatika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan

penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan, serta sistematika

penulisan.

BAB II Landasan Teori

Bab ini berisi pengenalan dan teori dasar mengenai CDMA,

perkembangan jaringan wireless didunia, konsep selular CDMA,

elemen sistem CDMA, perbandingan dengan TDMA dan FDMA,

serta keuntungan dan kerugian memakai CDMA.

BAB III Performansi jaringan CDMA pada Radio Base Station (RBS)

Bab ini konsep performansi, dan mengapa kita perlu melakukan

performansi tersebut. Menjelaskan juga tentang dasar performansi

RBS, BSC dan tingkat kepadatan trafik (occupancy).

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan

Pada bab ini menjelaskan tentang analisis Set Up Failure Ratio, Drop

Ratio, Occuupancy terhadap voice dan data call.

BAB V Penutup

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil

(20)

BAB II

CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS

2.1 Pendahuluan

Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh

perusahaan Bell Telephone di Amerika, yang sebelumnya menggunakan

pemancar berdaya pancar besar dan ditempatkan di daerah yang tinggi dengan

antenna yang menjulang. Di ubah menjadi pemancar berdaya kecil. Setiap

pemancar ini dirancang untuk melayani daerah (disebut wilayah cakupan) yang

kecil saja, sehingga disebut sel. Dari sini, sistem komunikasinya lalu disebut

dengan sistem komunikasi selular. Dalam sistem seluler prinsipnya, kanal-kanal

yang berupa frekuensi yang sama dapat digunakan secara berulang-ulang di

sel-sel tertentu pada jarak antar sel-sel tertentu pula, melalui pertimbangan yang matang

sehingga pengaruh interferensinya (saling ganggu bertumpang tindih) dapat

diabaikan. Penggunaan frekuensi yang sifatnya berulang ini dalam sistem seluler

dinyatakan dengan sel berbentuk heksagonal yang mempunyai tanda huruf atau

dapat juga berupa tanda angka yang sama [1].

Code division multiple access (CDMA) adalah sebuah bentuk

pemultipleksan (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode

(21)

dan menggunakan sifat-sifat

untuk melakukan pemultipleksan [1].

CDMA juga mengacu pada sistem telepon selular digital yang

menggunakan skema akses secara bersama ini,seperti yang diprakarsai oleh

pada Perang Dunia II oleh sekutu Inggris untuk menggagalkan usaha Jerman

mengganggu transmisi mereka. Sekutu memutuskan untuk mentransmisikan tidak

hanya pada satu frekuensi, namun pada beberapa frekuensi, menyulitkan Jerman

untuk menangkap sinyal yang lengkap. Sejak itu CDMA digunakan dalam

banyak sistem komunikasi, termasuk pada

Sistem terakhir didesain dan dibangun oleh Qualcomm, dan menjadi cikal bakal

yang membantu insinyur-insinyur Qualcomm untuk menemuka

dan kendali tenaga cepat, teknologi yang diperlukan untuk menjadikan CDMA

praktis dan efisien untuk komunikasi seluler terrestrial [3].

2.2 Konsep Selular

Menurut Gatot Santoso (Sistem Selular CDMA) Ditinjau dari segi daerah

jangkauan (coverage), maka sistem komunikasi bergerak dapat dibedakan

menjadi dua macam [1]:

1) Sistem Konvensional (Large Zone)

Pada sistem ini Base Station (BS) melayani wilayah yang sangat luas

dengan radius 40 km. Keuntungan dari sistem ini adalah relatif mudah dalam

(22)

a. Kesanggupan pelayanan terbatas

Daya yang dipancarkan harus besar dan antena harus tinggi. Selain itu

area pelayanan dibatasi oleh kelengkungan bumi. Ketika pelanggan

sedang melakukan pembicaraan dan keluar dari suatu wilayah pelayanan,

maka pembicaraan terputus karena tidak memiliki fasilitas Handover dan

harus dilakukan inisialisasi ulang.

b. Unjuk kerja pelayanan yang kurang baik

Sistem konvensional ini hanya memiliki jumlah kanal yang sedikit,

sehingga blocking menjadi besar.

c. Tidak efisien dalam penggunaan bandwidth

Tidak menggunakan pengulangan frekuensi sehingga jumlah kanal yang

dialokasikan pada setiap sel akan sangat kecil.

2) Sistem Selular (Multi Zone)

Dalam sistem ini pelayanan dibagi menjadi daerah-daerah yang lebih

kecil disebut sebagai sel dan setiap sel dilayani oleh sebuah Radio Base

Station (RBS). Antara Radio Base Station (RBS) masing-masing sel saling

terintegrasi dan dikendalikan oleh suatu Mobile Switching Centre (MSC).

Prinsip dasar dari arsitektur sistem selular adalah :

a. Pemancar mempunyai daya pancar yang rendah dan cakupan yang kecil.

b. Menggunakan prinsip penggunaan kembali frekuensi (frequency

reuse).

c. Menggunakan prinsip penggunaan kembali frekuensi (frequency

(23)

d. Pemecah sel (cell splitting) pada sel yang telah jenuh dengan

pelanggan.

Sistem ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan sistem konvensional,

yaitu

a. Kapasitas pelanggan lebih besar.

b. Efisien dalam penggunaan pita frekuensi karena memakai prinsip

pengulangan frekuensi.

c. Kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kepadatan lalu lintas atau

traffic karena sel dapat dipecah.

d. Kualitas pembicaraan baik karena tidak sering terputus.

e. Kemudahan bagi pemakai.

Konsep sistem selular adalah suatu sistem tanpa kawat (wireless)

yang dirancang dengan pembagian suatu area besar ke dalam beberapa sel kecil

dengan pemancar yang tinggi, pemancar yang rendah pada setiap sel, dan

pengulangan frekuensi dari satu sel ke sel lain setelah melewati beberapa

sel. Desain utama yang digunakan untuk menggunakan kembali frekuensi yang

tersedia adalah pengulangan frekuensi (frequency reuse), interferensi

co-channel, perbandingan carrier to interference, mekanisme Handover, dan cell

splitting [1].

2.2.1 Perkembangan Komunikasi Bergerak

(24)

antena [3]. Gelombang radio mempunyai frekuensi yang berbeda. Tabel 2.1

memperlihatkan spektrum radio frekuensi [1].

Tabel 2.1 Rentang Frekuensi Rentang Frekuensi Band

10 KHz s.d 30 KHZ Very Low Frequency(VLF)

30 KHz s.d 300 KHz Low Frequency(LF)

300 KHz s.d 3 MHz Medium Frequency(MF)

3 MHz s.d 30 MHz High Frequency(HF)

30 MHz s.d 144 MHz 144 MHz s.d 174 MHz 174 MHz s.d 328,6 MHz

Very High Frequency(VHF)

328,6 MHz s.d 450 MHz

Ultra High Frequency(UHF)

2,9 GHz s.d 30 GHz Super High Frequency(SHF)

Lebih dari 30 Ghz Extremely High Frequency(EHF)

Pada sistem selular generasi pertama, masih memakai teknologi analog.

Sistem ini dikembangkan di Eropa dan Jepang juga di kembangkan di Amerika,

yakni Advance Mobile Phone Sistem (AMPS). Di Inggris dengan istilah Total

Acces Communication Sistem (TACS), sedangkan di Skandinavia

mengembangkan Nordic Mobile Telephone Sistem (NMT). Serta di Jepang

dikembangkan Nippon Advanced Mobile Telephone Service (NAMTS).

Sedangkan di Jerman Barat (Negara Jerman waktu itu masih terbagi menjadi dua;

Jerman Barat dan Jerman Timur) mengembangkan NETZ-C (C-450) [1].

Kemampuan standar masing-masing sistem tersebut di atas relatif sama

(25)

dipilih dan dikembangkan di masing-masing negara untuk memenuhi kebutuhan

mereka sendiri, termasuk pilihan frekuensinya yang ditentukan oleh pita

frekuensi radio yang tersedia di setiap negara secara sendiri sendiri. Walaupun

konsep penggunaan sel dalam komunikasi seluler secara teori memberikan

kapasitas layanan komunikasi yang tidak terbatas melalui pemecahan sel jika

komunikasi di suatu wilayah sudah padat, di dalam prakteknya, para operator

tetap menghadapi kesulitan sejak dimulainya penggunaan radio seluler tahun

1990-an [5].

2.2.2 Perkembangan Multiple Akses

Menurut Gatot Santoso pada bukunya yang berjudul Sistem Selular

CDMA, akses jamak (multiple access) merupakan sekumpulan pengguna yang mampu melakukan akses dengan pengguna lainnya melalui lebar bidang

spektrum frekuensi yang dialokasikan. Sistem komunikasi bergerak yang berbeda

mungkin akan menerapkan teknik akses jamak yang berbeda pula [1].

Pada dasarnya ada 3 sistem yaitu FDMA ( Frequency Division Multiple

Access), TDMA (Time Division Multiple Access), dan CDMA (Code Division

Multiple Access). Teknologi FDMA bekerja dengan membagi alokasi lebar

bidang spektrum frekuensi yang tersedia menjadi bagian-bagian kecil spektrum

frekuensi yang dialokasikan pada setiap penggunanya sebagai suatu kanal

komunikasi, seperti terlihat pada Gambar 2.1 [3]. Dalam FDMA setiap pengguna

diberikan alokasi bidang frekuensi tertentu selama melakukan proses percakapan,

sehingga dalam waktu yang sama hanya satu pengguna yang dapat

(26)

Gambar 2.1 Prinsip Dasar FDMA

Dalam TDMA setiap pengguna diberikan alokasi celah waktu (time slot) tertentu

sebagai kanal komunikasi pada potongan spektrum frekuensi yang telah

dialokasikan sehingga aliran informasi tidak terpotong-potong pada setiap slot

waktu seperti terlihat pada Gambar 2.2. Karena selang antara celah waktu sangat

pendek maka yang terdengar oleh pengguna seperti aliran informasi kontinyu

biasa. Jadi beberapa panggilan menggunakan satu frekuensi yang sama dengan

waktu yang berbeda, contohnya GSM [3].

Gambar 2.2 Prinsip Dasar TDMA

Teknik CDMA adalah temuan yang lebih baru dibandingkan dengan

(27)

Shannon dan Robert Pierce (yang banyak jasanya untuk kemajuan teknologi

telekomunikasi saat ini) menyampaikan ide dasar CDMA. Teknik ini merupakan

temuan yang brilian karena kanal yang satu dengan lainnya tidak dibedakan dari

frekuensi/FDMA atau waktu/TDMA yang secara awam lebih mudah dipahami,

melainkan dengan perbedaan kode. Kode ini dikenal dengan pseudorandom code

sequence. Cara kerja dari CDMA ini adalah dengan menebar/menggunakan

kode-kode pada satu frekuensi yang lebih besar dari FDMA dan TDMA dan

penggunaan waktu yang bersamaan. Jadi tiap panggilan diwakili satu kode pada

frekuensi dan waktu yang sama. Jika ada beberapa frekuensi yang digunakan

maka merupakan kombinasi FDMA-CDMA. Sistem yang memakai akses jamak

ini adalah CDMA2000 1x. Jadi pada CDMA, seluruh pelanggan menggunakan

frekuensi yang sama pada waktu yang sama [3].

CDMA juga disebut DSSS (Direct Sequence Spread Spectrum) yang

merupakan salah satu dari dua jenis teknik murni SSMA (Spread Spectrum

Multiple Access). Jenis lainnya dikenal sebagai FHSS (Frequency Hopping

Spread Spectrum). Kedua jenis ini tergolong SSMA karena sinyalnya tersebar

(spread) pada spektrum pita frekuensi yang lebar. Penyebaran sinyal diperoleh

akibat proses perkalian data input (yang mempunyai waktu perubahan lambat)

dengan kode PN (yang mempunyai waktu perubahan cepat) [2].

Walaupun pita frekuensinya lebar, tegangan sinyal yang dihasilkan sangat

kecil, menyerupai noise (derau) yang selalu menyertai gelombang radio.

Sehingga apabila dimonitor oleh penerima lain, sinyal yang dipancarkan oleh

(28)

ketiadaan sinyal pancar) yang tidak mengganggu sinyal lain. Sifat CDMA yang

lain adalah kemampuannya untuk tahan terhadap jamming (penutupan oleh sinyal

yang lebih kuat) pada pita frekuensi sempit. Hal ini terjadi karena jamming pada

pita frekuensi sempit itu tidak akan mengganggu sinyal-sinyal CDMA yang

tersebar di pita frekuensi lain [2].

CDMA sebagai generasi terakhir pada sistem akses jamak terus

berkembang sehingga sampai saat ini telah ada beberapa generasi CDMA, yaitu :

1. IS-95 A

2. IS-95 B

3. CDMA2000 1x

4. CDMA2000 1X EVDO REV-0, REV-A, REV-B

5. CDMA 2000 EVDV

Perkembangan generasi CDMA ini diperlihatkan seperti pada Gambar 2.3 [4]..

(29)

CDMA2000 merupakan salah satu teknologi sistem selular generasi

ketiga yang kini sedang berkembang. Nilai 1x pada CDMA2000 1x menunjukkan

bahwa bandwidth yang dipakai adalah 1x1.25 Mhz. Sehingga 1x menunjukkan

1.25 Mhz.

CDMA2000 1x selanjutnya dikembangkan menjadi CDMA2000 EV-DO

(Evolution Data Only) dan CDMA2000 EV-DV (Evolution Data and Voice). Hal

ini bertujuan agar dapat melayani komunikasi data yang jauh lebih cepat dari

CDMA2000 1x biasa.Untuk sistem CDMA2000 1x, kecepatan transfer data

maksimum sebesar 153 Kbps sedangkan pada sistem CDMA2000 EV-DO

sebesar 2,4 Mbps. Untuk EVDO Rev-A kecepatan transfer datanya bisa mencapai

3,1 Mbps untuk downlinknya sedangkan untuk uplinknya kecepatannya dapat

mencapai 1,8 Mbps. Pada EVDO REV-B kecepatan transfer data maksimumnya

dapat mencapai 9,3 Mbps untuk downlinknya dan untuk kecepatan pada

uplinknya dapat mencapai 5,4 Mbps [4].

2.3 Karakteristik CDMA

Menurut Muhammad Wicaksono (Spread Spectrum) CDMA adalah

teknik multiple access yang berdasar pada sistem komunikasi spread spectrum.

Spread spectrum adalah teknik modulasi dengan menebarkan energi sinyal

bandwidth yang jauh lebih besar untuk menyalurkan informasi dengan bandwidth

sempit.

Teknik spread spectrum yang umum dipakai adalah :

(30)

2. Frequency Hopping Spread Spectrum (FH-SS)

Pada CDMA2000 1x teknik spread spectrum yang dipakai adalah Direct

Sequence Spread Spectrum, dimana pada saat spreading informasi digital, data

binary di scrambling dengan PN sequence untuk menghasilkan sinyal yang akan

dipancarkan. Pada sisi penerima, sinyal yang diterima akan di de-scrambling

dengan PN sequence dimana syarat pada proses despreading ini adalah PN

sequence transmitter = PN sequence receiver (terjadi sinkronisasi). Kemudian

proses recovery informasi akan dihasilkan. Proses Direct Spread Spectrum

diperlihatkan pada Gambar 2.4 [5].

Gambar 2.4 Sistem Direct Sequence Spread Spectrum

Sistem komunikasi spread spectrum sebagai salah satu sistem komunikasi

digital, memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sistem komunikasi analog,

yaitu :

a. Lebih kebal terhadap jamming (penutupan oleh sinyal yang lebih kuat).

b. Mampu menekan interferensi.

c. Dapat dioperasikan pada level daya yang rendah.

(31)

e. Kerahasiaan lebih terjamin.

Ranging adalah mengukur jarak transmisi untuk mengetahui kapan sinyal yang

dikirim akan sampai di receiver [3].

2.4 Sifat-Sifat Code Division Multiple Access (CDMA)

Pada dasarnya sistem selular Code Division Multiple Access (CDMA) memiliki

berbagai sifat antara lain :

1) Multi Diversitas

Diversitas adalah usaha untuk mengurangi fading. Ada tiga tipe

diversitas yang sering digunakan yaitu diversitas waktu, frekuensi, dan

ruang.

2) Daya pancar yang rendah

Disamping peningkatan kapsitas secara langsung, hal lain adalah

menurunnya Eb/E0 yang dibutuhkan untuk mengatasi noise dan

interferensi. Ini berarti penurunan level daya pancar yang dibutuhkan.

3) Keamanan (privacy)

Bentuk pengacakan sinyal pada sistem Code Division Multiple Access

(CDMA) memungkinkan tingka privacy yang tinggi. Meskipun sistem

Code Division Multiple Access (CDMA) sudah memiliki tingkat

privacy yang tinggi, system isi masih tetap mungkin untuk dikembangkan

dengan menggunakan teknik pengacakan (encryption) yang ada.

4) Soft Handover

(32)

secara bersama-sama.

5) Kapasitas

Pada system Code Division Multiple Access (CDMA) kapasitas yang

besar diperoleh terutama karena frekuensi yang sama dapat dipakai

oleh semua sel.

6) Deteksi Aktivitas Suara

Pada komunikasi full duplex dua arah, aktivitas percakapan (duty cycle)

biasanya hanya sekitar 40%, sisa waktu lainnya dipakai untuk

mendengar. Karena pada system Code Division Multiple Access (CDMA)

semua pengguna memakai kanal yang sama, maka bila ada pengguna

yang tidak sedang berbicara, akan menyebabkan berkurangnya

interferensi sekitar 60%. Hal ini berakibat berkurangnya daya rata-rata

yang dipancarkan oleh Mobile Station (MS).

7) Peningkatan Kapasitas dengan Sektorisasi

Pada system Code Division Multiple Access (CDMA) sektorisasi

digunakan untuk meningkatkan kapasitas. Dengan membagi sel menjadi

tiga sektor maka diperoleh kapasitas hampir tiga kalinya.

8) Soft Capacity

Pada sistem Code Division Multiple Access (CDMA),hubungan antara

jumlah pengguna dengan tingkat pelayanan (grade of service) tidak begitu

tajam. Sebagai contoh operator dari sistem dapat mengijinkan

meningkatnya bit error rate sampai batas toleransi tertentu, dengan

(33)

selama jam tersibuk. Kemampuan ini sangat berguna khususnya untuk

mencegah terjadinya pemutusan pembicaran pada proses Handover

karena kekurangan kanal. Pada sistem Code Division Multiple Access

(CDMA), panggilan tetap dapat dilayani dengan peningkatan bit error

rate yang masih dapat diterima sampai panggilan lain berakhir [1].

Kelemahan sistem CDMA (Code Division Multiple Access)

a. Daya yang diterima oleh stasiun utama dari pengguna dekat lebih tinggi

dibandingkan dengan daya yang diterima dari pengguna yang lokasinya

jauh.

b. Untuk penerimaan yang benar, kesalahan sinkronoisasi dari urutan kode

yang dibangkitkan dan urutan kode yang diterima kecil.

c. Penggunaan yang dekat dengan stasiun utama akan membangkitkan

interferensi yang besar bagi pengguna yang jauh dari stasiun utama

(34)

BAB III

PERFORMANSI CDMA 3.1 Umum

Performansi jaringan adalah proses peningkatan kualitas jaringan radio

CDMA dalam pemenuhan coverage, quality, dan capacity, baik pada single dan

multiple cell site environment untuk performance RF network yang meliputi

proses drive test, analisis data drive test, audit BTS, adjustment /Tunning

Network serta monitoring Radio Base Station (RBS) dari suatu jaringan yang

sudah ada untuk mendapatkan kriteria jaringan yang baik dan bagus.

Performance dilakukan setelah Network Planning selesai dan komplet. Gambar

3.1 merupakan faktor kunci dalam pertimbangan performansi jaringan secara

umum [8].

(35)

Kualitas (Quality)

Kualitas suara didasarkan pada kemampuan jaringan memberikan tingkat

kualitas suara yang dapat diterima dengan baik dengan metode MOS dan

merupakan informasi komplemen dari cakupan layanan.

Cakupan (Coverage)

Coverage atau cakupan mengandung arti suatu area yang masih berada

dalam wilayah layanan dari sel base station tersebut. Komunikasi yang

menghubungkan baik dalam arah forward maupun reverse harus berada dalam

kondisi sama baiknya.

Kapasitas (Capacity)

Kapasitas pelanggan yang dapat dilayani oleh satu frekuensi pembawa

sistem CDMA dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti coding rate yang

digunakan [8].

3.2 Performansi Pada RBS

Sistem CDMA memiliki 3 bagian utama yaitu : Base Station Subsystem

(BSS), Circuit Core Network (CCN), dan Packet Core Nework (PCN). Diluar

komponen tersebut terdapat subscriber device (SD), yang merupakan sisi

pelanggan dan Network Management Subsystem (NMS) [10]. Pada jaringan

CDMA, Bagian yang terhubung langsung dengan pelanggan adalah BSS. BSS

terdiri dari BSC dan RBS yang saling terhubung satu dan yang lainnya. Oleh

karena itu, untuk mengetahui performansi dari suatu jaringan dapat dilakukan

(36)

dapat diukur pada BSC yang mengendalikannya. Hal itu karena setiap trafik yang

masuk RBS akan melewati BSC baik suara maupun data [6].

3.2.1 Parameter Performansi RBS

Sistem CDMA 2000 memisahkan trafik suara dan data. Trafik suara ditangani

secara circuit switch melalui fundamental chanel,sedangkan trafik data ditangani

secara packet switch melalui supplemental channel. Dengan demikian pada RBS

terdapat dua kelompok paramater penting yaitu suara dan data. Performansi dari

RBS dapat diketahui dengan cara mengkur parameter performansi RBS pada

Base Station Control (BSC). Parameter ini antara lain berupa set up failure rate,

drop rate dan occupancy [6].

3.2.2 Proses Performansi RBS

Operator jaringan sering tidak siap dalam menangani pembengkakan jumlah

pelanggan dan trafiknya, sehingga banyak pelanggan yang gagal. Evaluasi

terhadap performa dari suatu RBS belum banyak dilakukan, yang dilakukan

adalah pencatatan data data RBS meliputi data koneksi dan trafik dengan tujuan

sebagai informasi pelengkap apabila terdapat gangguan RBS.

Apabila pelanggan ingin melakukan panggilan, maka pelanggan akan

terhubung dengan RBS baik komunikasi suara dan data. Dari RBS akan

diteruskan ke BSC yang mengendalikan RBS tersebut. Setelah sampai BSC maka

antara suara dan data akan dipisahkan, suara dan data diteruskan ke MSC oleh

(37)

packet control function (PCF). Keduanya adalah bagian dari BSC. Dari MSC

maka trafik suara akan diteruskan ke PSTN atau MSC lain, trafik data diteruskan

oleh IWF ke PDN (Public Data Network). Sedangkan trafik packet data

diteruskan ke PDN oleh PSDN/PCN [6].

3.2.3 Dasar Pengukuran Performansi RBS

Radio Base Station (RBS) merupakan komponen jaringan CDMA yang

berhubungan langsung dengan pelanggan, sehingga secara umum kehandalan

jaringan dapat dilihat dari RBS. Oleh karena itu setiap RBS harus memiliki

performansi yang prima.Parameter performansi yang diukur adalah tingkat

kegagalan koneksi anatara BSC, RBS, dan pelanggan (Set up Failure Ratio),

tingkat kegagalan koneksi yang terbangun (drop ratio) dan tingkat kepadatan

trafik (occupancy). Cara perhitungannya dapat dihitung dengan rumus [6] :

SFR = set-up failure/ total set-up × 100% (3.1)

Drop Ratio = total drop/ total data call × 100% (3.2)

SFR dihitung untuk koneksi suara dan data, sedangkan drop ratio untuk

komunikasi data setelah koneksi terjadi, kadang kadang koneksi terputus

ditengah secara tiba tiba, inilah yang disebut drop. Hal ini terjadi karena sistem

paket switch yang dipakai memungkinkan adanya paket paket yang hilang atau

rusak. Semakin kecil drop ratio maka semakin bagus kehandalan jaringan dalam

menangani trafik data. Untuk Occupancy, dihitung berdasarka trafik keseluruhan.

Target untuk SFR adalah 20%, untuk drop ratio 30% dan untuk

(38)

penggunaan kanal cukup maksimal dan bagi pelanggan kualitas komunikasi

masih cukup baik.

Untuk paket data, parameter yang digunakan adalah set up failure ratio dan drop

ratio dengan rumus total call dapat dihitung dengan rumus [6]:

Total Call = PD-MO total set-up + PD-MT total set up – PD-MT set

up failure-PD-MO set up failure (3.3)

3.3 Pengertian Trafik

Trafik adalah perpindahan suatu benda dari suatu tempat ke tempat yang

lain [12]. Trafik dalam seluler didefinisikan sebagai kumpulan panggilan telepon

bergerak melalui suatu grup kanal dengan memandang durasi dan jumlah

panggilan. Operator biasanya memiliki nilai batas persentase pemanggilan yang

terblok (blocking rate) sehingga dapat ditentukan kebutuhan akan link yang

diperlukan. Dengan menggunakan model trafik Erlang-B maka kita dapat

menghitung probabilitas terjadinya bloking jika diketahui besarnya trafik dan

jumlah link. Probalitas tersebut disebut juga Grade of Service (GOS) yang

menunjukan kualitas jaringan. Untuk menjamin Keterhubungan dan perfomansi

jaringan, maka harus beban jaringan harus diatur. Pengaturan beban jaringan

harus menganilis kondisi trafik [11].

3.4 Analisis Trafik

Sebelum sebuah operator telepon berdiri, biasanya operator telah

(39)

tersebut operator melakukan kalkulasi, sehingga didapatkan business case yang

rasional. Setelah itu barulah operator atau vendor yang akan membangun

infrastruktur, serta melakukan perencanaan pembangunan jaringan. Hal yang

sama juga dilakukan oleh operator yang akan melakukan ekspansi jaringannya.

Perencanaan pembangunan jaringan inti (core network) dilakukan dengan

mengikuti langkah-langkah berikut :

1. Pendefinisian kebutuhan jaringan (assesment).

2. Dimensioning, yaitu menganalisis dan melakukan perhitungan terhadap

kebutuhan dari infrastruktur sesuai target yang telah dibuat.

3. Pembuatan master plan.

4. Pembuatan detil perencanaan seperti detil prosedur dan detil spesifikasi

tiap-tiap element yang dibutuhkan [11].

3.4.1 Kebutuhan Trafik

Sebuah definisi kebutuhan jaringan biasanya dibagi perwilayah dengan

mempertimbangkan jumlah target pelanggan disetiap wilayah, efektivitas

perawatan, biaya-biaya dan lain-lain. Target-target dari kebutuhan juga biasanya

didefinisikan per satuan waktu, sehingga pembangunan infrastruktur dapat

dilakukan secara bertahap.

Kebutuhan dari trafik tersebut direpresentasikan dalam trafic profiles

yang terdiri dari parameter-parameter seperti:

1. Jam sibuk (busy hour)

(40)

3. Grade Of Service (GOS)

4. Call Setup Success Ratio (CSSR)

5. Mean Holding Time (MHT)

6. Persentase Occupancy.

Dari profil trafik tersebut barulah bisa dilakukan dimensioning.

Dimensioning yang terpenting adalah menentukan jumlah link atau trunk yang

dibutuhkan dari element switching. Biasanya jumlah link dihitung dengan satuan

erlang. Erlang merupakan satuan tanpa dimensi yang digunakan untuk

menunjukan intensitas lalu-lintas (trafic occupancy) suatu sistem telekomunikasi.

Satu erlang biasanya didefinisikan sebagai penggunaan link/circuit oleh

pemanggilan (call) selama 3600 detik secara kontinu dalam durasi satu jam.

Contoh perhitungan erlang sederhana:

Jika terjadi 100 pemanggilan dalam satu jam, dengan masing-masing

pemanggilan lamanya 2 menit. Maka pemakaian trafik dalam erlang adalah

Total durasi panggilan dalam sejam = 100 panggilan × 2 menit = 200 menit

Trafik dalam sejam dalam erlangs = 200 menit/1jam

= 3.33 jam/1 jam =3.33 erlangs

Sejumlah trafik harus dilayani oleh sejumlah trunk atau link circuit dari

switching, oleh sebab itu perlu ditentukan berpaa banyak link yang dibutuhkan

(41)

karena keterbatasan link, yaitu saat jumlah link yang tersedia untuk melakukan

pemanggilan lebih sedikit dari jumlah pemanggilan dalam saat yang bersamaan

(kondisi sibuk) [9] .

3.4.2 Jam Sibuk (Busy Hour)

Jam sibuk dalam teori trafik adalah periode secara terus menerus dalam 1

jam dimana pada saat itu terjadi intensitas trafik yang paling tinggi. Ada tiga cara

untuk mengetahui jam sibuk yaitu :

1. Time Consistent Busy Hour adalah jam sibuk yang memiliki rata-rata trafik

tertinggi dalam 1 jam dalam periode lama.

2. Average Busy Season adalah periode dalam tiga bulan, tidak perlu berurutan

tetapi hanya memiliki rata-rata trafik yang tinggi.

3. Average Busy Season Hour adalah rata-rata trafik dalam tiga bulan, yang

tidak berurutan dengan memiliki rata-rata trafik yang tinggi dan datanya

tidak termasuk dari hari-hari yang memiliki trafik yang sangat tinggi dan

tidak termasuk akhir pekan yang trafiknya rendah.

Kegunaan pengukuran trafik pada jam sibuk adalah :

1. Mengetahui perilaku pelanggan.

2. Mengetahui kehandalan sistem suatu sentral.

3. Mengetahui kinerja sistem.

4. Mengetahui rasio keberhasilan suatu panggilan.

5. Menyediakan data-data untuk perencanaan.

(42)

3.4.3 Intensitas Trafik

Dalam usaha untuk menentukan jumlah kanal trafik sangat perlu untuk

memperkirakan besar trafik yang dihasilkan oleh setiap pelanggan. Intensitas

trafik dalam Erlang menyatakan jumlah rata-rata dari panggilan-panggilan yang

terjadi secara bersamaan selama selang waktu satu jam [9]. Trafik rata-rata untuk

setiap pelanggan dapat dihitung dengan rumus [13]:

A = (n × T)/ 3600 (3.4)

Dimana :

A = Intensitas Trafik (dalam Erlang)

T = Rata-rata waktu percakapan (dalam detik)

n = Jumlah panggilan setiap jam dan pelanggan

Dari intensitas trafik tersebut dapat dihitung efisiensi sirkit (tingkat kepadatan)

atau occupancy circuit. Occupancy circuit adalah persentase kondisi sirkit ketika

digunakan oleh sejumlah panggilan yang berhasil dari besarnya kapasitas yang

dapat ditampung.

3.4.4 Grade Of Service (GOS)

GOS merupakan perbandingan antara panggilan yang gagal dengan

keseluruhan jumlah panggilan. Secara sederhana pengertiannya adalah sebagai

berikut, untuk GOS sebesar 2% berarti dalam 100 panggilan akan terdapat 2

panggilan yang tidak mendapatkan saluran atau diblok oleh sistem. Dalam

(43)

diperlukan untuk mengetahui berapa kanal yang dibutuhkan untuk minimum

GOS yang disyaratkan (lampiran hal 4). Berikut rumus perhitungan GOS [13]:

GOS =JumlahPanggilanYangGagal

TotalPanggilanSeluruhnya

× 100 %

(3.5)

Terdapat perbedaan antara blocking rate dan blocking probability. Blocking rate

didefinisikan sebagai jumlah yang terukur dari suatu base station, sedangkan

blocking probability didefinisikan sebagai peluang suatu panggilan di-block

karena ketiadaan kanal bebas ke suatu base station. Pada sejumlah kanal ketika

beban bertambah maka blocking probability juga meningkat. Blocking

probability digunakan sebagai ukuran Grade Of Service (GOS) [11].

3.4.5 Call Setup Success Ratio (CSSR)

Call setup success ratio (CSSR) adalah perbandingan antara panggilan

yang berhasil menduduki kanal trafik (call seizure) dengan jumlah percobaan

melakukan panggilan (call attempt) . CSSR adalah parameter yang menyatakan

besarnya suatu panggilan yang berhasil dibangun. Berikut rumus perhitungan

CSSR [9].

CSSR

=

JumlahPanggilanyangberhasilmendudukiKanal

Jumlahpercobaanpanggilan

× 100 %

(3.6)

Secara teori CSSR yang baik berarti panggilan yang berhasil menduduki kanal

makin besar, tapi pada kenyataannya panggilan tidak selalu dapat menduduki

(44)

3.4.6 Mean Holding Time (MHT)

Mean Holding Time adalah rata-rata waktu penggunaan jalur trafik

(kanal) tiap panggilan. Yang disebut sebagai jalur trafik adalah suatu rangkaian

dimana suatu komunikasi individual bisa dilewatkan. Berikut rumus perhitungan

MHT [11]:

MHT

=

InsentitasTra�ik

×60menit

Total����������� ×1erlang (3.7)

Dimana:

MHT = Rata-rata waktu penggunaan jalur trafik tiap panggilan

(menit/panggilan)

Intensitas Trafik = Total trafik yang berhasil menduduki kanal

(incoming+outgoing) (erlang)

Total Call Attempt = Total dari jumlah panggilan yang akan menduduki kanal

(incoming + outgoing).

3.4.7 Persentase Occupancy

Setiap daerah memiliki tingkat kepadatan trafik yang berbeda-beda. Pada

daerah perkotaan, biasanya memiliki tingkat kepadatan trafik yang lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah pedesaan. Jadi yang dimaksud occupancy disini

adalah kepadatan trafik yang terjadi padas suatu BTS. Untuk menghitung

persentase occupancy digunakan rumus [11]:

% Occupancy

=

IntensitasTra�ikhasilpengamatan

(45)

Jika tingkat occupancy untuk sebuah BTS meningkat, maka pihak operator akan

melakukan evaluasi terhadap besarnya kapasitas saluran, dan dapat segera

melakukan penambahan jumlah kanal ke BTS tersebut sehingga akan

memperkecil persentase occupancy pada BTS tersebut.

3.5 Jenis Trafik

Dalam bidang telekomunikasi dikenal 3 jenis trafik, yaitu:

a. Offered Trafic (Ao), yaitu trafik yang ditawarkan atau yang mau masuk ke

jaringan.

b. Carried Trafic (Ac), yaitu trafik yang dimuat atau yang mendapat saluran.

c. Rejected Trafic (Ar), yaitu trafik yang ditolak oleh system jaringan.

Gambar 3.2 merupakan menunjukan arsitektur jaringan CDMA [10].

AO AC

Ar

G = Element Gandeng (switching network)

Gambar 3.2 Arsitektur Jaringan CDMA

Dalam perencanaan suatu BTS, jumlah kanal yang harus diinstalasi

tidaklah mungkin sebesar jumlah semua panggilan yang berada dalam jangkauan

layanan BTS tersebut, dengan demikian akan ada kemungkinan sejumlah

(46)

pangglan yang akan ditolak pada saat semua saluran digunakan. Untuk

menghitung offered traffic digunakan rumus [9]:

Offered Traffic (Ao) = Carried Traffic (Ac) + Lost Traffic (Ar) (3.9)

Untuk menentukan jumlah panggilan yang dilayani oleh jaringan yang

memiliki traffic carried (Ac) dan traffic rejected (Ar) tergantung pada :

a. Panggilan Yang Dilayani

Panggilan yang dilayani tergantung dari besar traffic carried (Ac). Untuk

menentukan traffic carried dapat digunakan rumus [11]:

Call Max = ��������������

Tra�ikPerPelanggan (3.10)

b. Panggilan Yang Ditolak

Besar panggilan yang ditolak tergantung dari besarnya Grade Of Service

(GOS). Untuk menentukan call rejected dapat digunakan rumus [11]:

Call Rejected =Tra�ik�������Per��������Pelanggan

(3.11)

3.6 Kondisi Dan Spesifikasi RBS CDMA

Pada RBS CDMA yang dijadikan objek penelitian yaitu site Alfalah (ALF),

site Helvetia (HEL) dan site Komplek Astra (KPA) memiliki 3 sector, yaitu

sector 1, sector 2 dan sector 3, jarak antara sector sebesar 1200 dan

masing-masing memiliki satu frekuensi pembawa, dan jumlah kanal elemen sebanyak 32

kanal elemen. Karena 3 kanal elemen digunakan sebagai paging, synchronize dan

(47)

3.7 Jenis Data Yang Dibutuhkan

Untuk menganalisis dan mengevaluasi diambil 3 sampel RBS yang

mewakili daerah yang berbeda-beda yaitu site Alfalah (ALF), site Helvetia (HEL)

dan site Komplek Astra dimana penganalisaan meliputi parameter total call, drop

rate dan occupancy. Data yang dibutuhkan adalah :

1. Total Paket Data Call Dan Voice Call

Dari data-data yang ada dapat ditentukan parameter-parameter SFR (setup

failure rate) baik untuk mobile originating (MO) dan mobile terminating

(MT) kemudian dapat dihitung berapa total call tiap sector. Untuk paket

data dihitung SFR (setup failure rate) dan drop ratio sedangkan untuk paket

suara dihitung SFR tanpa drop ratio.

2. Drop Ratio

Dari data-data yang ada dapat ditentukan total drop rate dari sisi mobile

originating (MO) dan mobile terminating (MT).

3. Occupancy

Data Occupany yang dibutuhkan adalah :

a.Jumlah Kanal Elemen

Kapasitas kanal elemen yang terpasang perlu diketahui untuk

mempermudah dan menganalisis jaringan. Kurangnya kanal elemen yang

terpasang dapat mengakibatkan terjadinya congestion circuit. Congestion

circuit adalah kondisi dimana jaringan tidak dapat lagi menampung

panggilan yang datang.

(48)

Jumlah panggilan keluar dan panggilan yang masuk diperoleh dari hasil

pemantauan jaringan trunk. Data tersebut menentukan trafic outgoing dan

trafic incoming.

c. Traffic Outgoing Dan Traffic Incoming

Data traffic outgoing dan traffic incoming yang dipantau secara otomatis

selama adanya panggilan yang keluar dan panggilan yang masuk. Data

traffic ini akan dijadikan bahan perhitungan dalam menentukan erlang

traffic serta kanal yang terpakai.

3.8 Metode Analisis Trafik

Dari data observasi yang didapat, maka diperlukan metode analisis trafik

berupa perhitungan trafik atau pengolahan data trafik. Metode analisis trafik yang

dilakukan adalah :

1. Call Setup Success Ratio (CSSR)

Jumlah panggilan yang berhasil menduduki kanal diperoleh dari hasil

pemantauan jaringan. Penentuan data CSSR berdasarkan parameter outgoing

call dan incoming call

2. Mean Holding Time (MHT)

Perhitungan waktu pendudukan (Mean Holding Time) bertujuan untuk

mengetahui jumlah waktu pengguna komunikasi pada saat menduduki

saluran.

(49)

Rata-rata trafik setiap pelanggan didapat dari perhitungan waktu

pendudukan dibagi 60 menit waktu pengamatan [9].

Trafik setiap pelanggan = MHT

60Menit

(3.12)

4. Tingkat Kepadatan Trafik (Occupancy)

Perhitungan tingkat kepadatan trafik (occupancy) didapat dari intensitas

trafik dibagi dengan jumlah kanal elemen yang tersedia. Perhitungan ini

digunakan untuk membandingkan hasil perhitungan dari data yang didapat

dengan standarisasi occupancy.

3.9 Standarisasi Parameter Jaringan

PT.Indosat Indonesia dalam melakukan manajemen jaringan, memiliki

standarisasi parameter yang digunakan sebagai pedoman bagi operator jaringan

dalam melakukan manajemen jaringan.Parameter yang distandarisasikan adalah:

1. Setup Failure Rate (SFR)

Target untuk SFR adalah 20 %.

2. Drop Ratio

Target untuk drop ratio adalah 70%.

3. Call Setup Success Ratio (CSSR)

Call setup success ratio (CSSR) adalah perbandingan panggilan yang

berhasil menduduki kanal trafik (call seizure) dengan jumlah percobaan

melakukan panggilan (call attempt). CSSR yang baik adalah CSSR dengan

(50)

semakin kecil. Operator CDMA menetapkan CSSR pada jaringannya

minimal 98%.

Pengukuran jaringan dilakukan untuk mengetahui tingkat CSSR pada

jaringan tersebut. Bila jaringan mendapat tingkat CSSR dibawah 98% maka

akan dilakukan analisis terhadap jaringan tersebut untuk mengetahui

penyebab kecilnya tingkat CSSR pada jaringan tersebut.

4. Tingkat Occupancy

PT.Indosat menetapkan tingkat persentase occupancy tertinggi pada

jaringannya adalah 70%. Batasan tingkat occupancy tersebut ditetapkan

untuk menjaga kualitas layanan yang diberikan. Karena bila jaringan

memiliki persentase occupancy yang melebihi 70% perlu dilakukan

perencaan occupancy jaringan.

5. Grade Of Service (GOS)

PT.Indosat menetapkan Grade Of Service (GOS) sebesar 2% untuk semua

jaringan yang dimilikinya. GOS menggambarkan tingkat penanganan trafik

yang sangat bergantung kepada jumlah perangkat yang dioperasikan atau

kualitas layanan dan merupakan tingkat kegagalan panggilan yang

dinyatakan dalam persentase.

Dalam prakteknya GOS merupakan perbandingan panggilan yang tidak

dapat dilayani. Panggilan-panggilan yang tidak terlayani tersebut terjadi

karena pertimbangan ekonomis pada peralatan sentral. Besarnya GOS untuk

sejumlah panggilan identik dengan probabilitas trafik yang ditolak. Sebagai

(51)

yang datang secara bersamaan maka akan terdapat 2 panggilan yang

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum

Pada bab ini ditampilkan data data yang ada pada BSC MEDAN1 dimana

diambil 3 sampel RBS yang mewakili daerah yang berbeda beda yaitu Alfalah

(ALF), Helvetia (HEL), Komplek Astra (KPA) dan data yang ditampilkan dari

tanggal 07 November 2012 hingga 13 November 2012. Setelah data yang

dibutuhkan terkumpul, selanjutnya dilakukan penganalisaan meliputi parameter

packet data (total call, drop rate dan occupancy) dan packet suara (total call dan

occupancy).

Untuk tingkat kepadatan trafik (occupancy) dihitung berdasarkan trafik

keseluruhan (suara dan data) dan langkah awal untuk menganalisis tingkat

kepadatan trafik (occupancy) yang tinggi adalah mengetahui standart tingkat

occupancy berdasarkan parameter Grade Of Service (GOS) yang ditentukan

operator dengan menggunakan model trafik Erlang-B, kemudian langkah

selanjutnya adalah mengambil data trafik pada jam sibuk yaitu pukul

15.00-16.00, kemudian dari data-data tersebut dapat dianalisis dan diambil langkah

untuk melakukan performansi occupancy dan melakukan perbandingan yang

mengacu pada batasan-batasan yang telah ditentukan PT.Indosat.

4.2 Packet Data

Didalam menghitung paket data parameter yang digunakan adalah set up

(53)

SFR = set-up failure / total set-up × 100 %

Drop Ratio = total drop / total drop call × 100 %

Total call = PD-MO total set up + PD-MT total set up- PD-MT set up

failure -PD-MO set up failure

Dari data data yang ada dapat ditentukan parameter parameter-parameter

SFR dan drop ratio baik untuk mobile originating (MO) dan mobile terminating

(MT). Dengan contoh perhitungan RBS Alfalah (ALF) diambil sampel hari

Kamis, 8/11/12, sector 3.

Untuk menentukan nilai SFR didapat dengan membagikan nilai setup

failure (SF) dengan total setups (TS) baik untuk mobile originating (MO) dan

mobile terminating (MT) berdasarkan rumus 3.1.

SFR PD-MO = 2/89 × 100 %

= 2.25 %

SFR PD-MT = 1/11 × 100 %

= 9.09 %

Lalu tentukan nilai total call yang didapat dengan menjumlahkan total setups

(TS) dikurang setup failure (SF) untuk MO dan MT berdasarkan rumus 3.3.

Total Calls = 89+11-1-2

= 97

Sehingga didapat drop rate yang didapat dengan membagikan nilai total drop

(TD) dengan total calls (TC) menggunakan persamaan 3.2.

Drop Rate = 4/97 × 100 %

(54)

4.2.1 Analisa Packet Data RBS, Drop Ratio Alfalah (ALF) a. Analisa Packet Data

Setelah dilakukan perhitungan secara menyeluruh packet data call RBS

Alfalah (ALF) selama 1 minggu. Tabel 4.1 menunjukan hasil penelitian

pengamatan yang dianalisa.

Tabel 4.1 Packet Data ALF

(55)

TS = Total Setups

SFR = Set up Failure Rate (%)

PD-M.O = Packet Data-Mobile Originating

PD-M.T = Packet Data-Mobile Terminating

Dari data Tabel 4.1 Packet Data RBS ALF diatas dapat dibuat grafik 4.1 total

data call selama 7 hari pengamatan.

Grafik 4.1 Total Data Call RBS ALF

Berdasarkan Grafik 4.1 dapat dilihat untuk komunikasi data pada RBS

ALF penggunanya cukup banyak yakni 133 call/hari/sektor, paling banyak di

sektor 1 yakni rata-rata 51 call/hari/sektor. Drop ratio keseluruhan 10.90%

(sangat baik) dan SFR keseluruhan < 1% (sangat baik) dimana PT.Indosat

mempunyai target untuk drop ratio maksimal 30 % dan SFR maksimal 20 %. Hal

ini berarti tidak ada masalah di RBS itu sehingga bagusnya tingkat koneksi data

0

Total data call november 2012

Sektor 3

Sektor 2

(56)

call. Semakin kecil drop ratio maka semakin bagus kehandalan jaringan dalam

menangani trafik data dan bagi pelanggan kualitas komunikasi masih cukup baik.

b. Analisa Drop ratio

Berdasarkan Tabel 4.1 didapat total drop rate < 30% dan drop rate disini

sangat baik karena dibawah target dari provider, terlihat pada pengukuran hari ke

2 s.d 8 tingkat drop ratio rendah tetapi pada pengukuran pertama tingkat drop

ratio sedikit tinggi yakni pada sektor 2 dan 3 masing masing 27.86 % dan 18.32

tapi masih dalam kondisi normal karena masih dibawah target dari provider.

Untuk RBS ALF kondisi rata-rata sudah baik jadi performansi tidak perlu

dilakukan hanya pengecekan secara berkala. Grafik 4.2 menunjukan tingkat drop

RBS ALF selama 7 hari pengamatan

Grafik 4.2 Total Drop Rate RBS ALF

0

Total Drop Rate November 2012

sektor 1

sektor 2

(57)

4.2.2 Analisa Packet Data RBS , Drop Ratio Helvetia (HEL) a. Analisa Packet Data

Setelah dilakukan perhitungan secara menyeluruh Packet Data Call RBS

Helvetia (HEL) selama 1 minggu, Tabel 4.4 menunjukan hasil penelitian

pengamatan yang dianalisa.

Tabel 4.2 Packet Data HEL

BSC Medan1 Packet Data

Dari data Tabel 4.4 Packet Data HEL diatas dapat dibuat grafik 4.3 total data call

(58)

Grafik 4.3 Total Data Call RBS HEL

Berdasarkan grafik 4.3 total call di RBS juga cukup banyak, lonjakan

terlihat pada hari ke 2 sector 3 dimana terdapat 212 call/hari/sector dengan drop

call yang cuma 10.38 persen dan juga hari ke enam dengan call success 100%

menunjukan sangat bagus koneksi disini, tapi disisi M.O (Mobile Originating)

dan M.T ( Mobile Terminating) tingkat SFR total sangat tinggi yakni >70% hal

ini menyebabkan Drop Rate yang sangat tinggi pula pada pengukuran hari ke 4

ditunjukan grafik 4.3, Lonjakan SFR yang tinggi ini disebabkan masalah terminal

CDMA perlu dilakukannya pemeriksaan secara berkala baik itu drive test untuk

performansi yang baik.

b. Analisa Drop Ratio

Berdasarkan tabel 4.2 tingkat drop ratio sangat baik dengan total drop rate

13.72%, tetapi pada pengukuran ke 4 drop ratio mencapai 100 % di sektor 1 dan

sektor 3, ini disebabkan terdapat permasalahan perangkat dari sisi power control.

Grafik 4.4 menunjukan tingkat drop RBS HEL selama 7 hari pengamatan

0

Total Data Call November 2012

(59)

Grafik 4.4 Total Drop Rate RBS HEL

4.2.3 Analisa Packet Data RBS, Drop Ratio Komplek Astra (KPA) a. Analisa Packet Data

Setelah dilakukan perhitungan secara menyeluruh Packet Data Call RBS

Komplek Astra (KPA) selama 1 minggu. Tabel 4.6 menunjukan data hasil

penelitian pengamatan yang dianalisa :

Tabel 4.3 Packet Data KPA

0

Total Drop Rate November 2012

SEKTOR 1

SEKTOR 2

SEKTOR 3

(60)

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa komunikasi data pada RBS KPA

penggunanya jauh lebih sedikit dibandingkan RBS HEL dan RBS ALF yakni rata

rata hanya 28 call/hari/sector. SFR keseluruhan <10 % (sangat baik). Grafik 4.6

menunjukan total data call RBS KPA

Grafik 4.5 Total Data Call RBS KPA

b. Analisa Drop Ratio

Drop ratio keseluruhan < 10 % (sangat baik) tapi di pengukuran hari ke 2

sector 1 dan pengukuran hari ke 7 sector 2 tingkat drop call disini sangat besar

0

Total Data Call November 2012

(61)

ditunjukan grafik 4.6, hal ini berarti masalah RBS ini bukan pada kapasitas tapi

lebih ke sistem. SFR keseluruhan <10 % (sangat baik).

Grafik 4.6 Total Drop Rate RBS KPA

4.3 Analisa Packet Suara

Didalam menghitung koneksi suara, perhitungan yang digunakan sama

seperti paket data tetapi tanpa parameter drop ratio dikarenakan drop ratio hanya

untuk paket data dikarenakan dalam koneksi data sering terjadi koneksi terputus

ditengah secara tiba tiba.

4.31 Analisa Packet Suara RBS Alfalaf (ALF)

Dari data data yang ada dapat ditentukan parameter parameter-parameter

SFR untuk mobile originating (MO) dan mobile terminating (MT). Setelah

dilakukan perhitungan secara menyeluruh Paket Voice Call RBS Alfalah (ALF)

selama 1 minggu, tabel 4.4 menunjukan data hasil penelitian pengamatan yang

dianalisa.

Total Drop Rate November 2012

sektor 1

sektor 2

(62)

Tabel 4.4 Packet Suara ALF

BSC Medan1 Packet Suara

Berdasarkan tabel 4.4 pengguna komunikasi suara di RBS ALF cukup

banyak yakni rata rata 2216/hari/sektor paling banyak di sector 3, SFR

menunjukan >>20 % dan kondisi SFR ini dikatakan buruk hal ini disebabkan

terhalang bangunan-bangunan yang tinggi ataupun akibat masalah perangkat

power control sehingga perlu diadakan pengecekan secara berkala. Grafik 4.7

(63)

Grafik 4.7 Total Voice Call RBS ALF

4.3.2 Analisa Packet Suara RBS Helvetia (HEL)

Setelah dilakukan perhitungan secara menyeluruh Paket Voice Call RBS

Helvetia (HEL) selama 1 minggu, tabel 4.5 menunjukan data hasil penelitian

pengamatan yang dianalisa.

Tabel 4.5 Packet Suara HEL

BSC Medan1

Packet Suara

Total Voice Call November 2012

sektor3

sektor2

Gambar

Tabel 2.1 Rentang Frekuensi
Gambar 2.1  Prinsip Dasar FDMA
Gambar 2.3  Jalur Evolusi CDMA 2000
Gambar 2.4 Sistem Direct Sequence Spread Spectrum
+7

Referensi

Dokumen terkait