PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, KETIMPANGAN PENDAPATAN,
PENGANGGURAN, BANTUAN PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT PESISIR (PEMP) TERHADAP
KEMISKINAN DI SUMATERA UTARA
T E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas-Tugas Dan Syarat-Syarat Memperoleh Gelar
Magister Sains
Oleh :
_SAIPUL ANWAR_
NIM: 8126161016
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا ها مسب
Syukur Al-hamdulillah penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan taufiq, hidayah dan I’nayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kehadirat junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa dan mengokohkan
Islam dibumi Allah ini dengan sempurna. Semoga kita semua termasuk kedalam
orang-orang yang akan mendapatkan syafa’atnya dihari akhirat kelak, Amin.
Penulis bermohon kiranya Allah SWT membalas semua jasa dan upaya itu semua
dengan pahala yang berlipat ganda dan kebaikan dari-Nya yang bertambah , Amin… ya robbal ‘alamin. Selanjutnya dalam penulisan tesis ini tidaklah luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh karna itu penulis berharap adanya tinjauan kembali mengenai hal-hal
yang telah penulis bahas dalam tesis ini dengan merujuk kepada sumber yang lebih banyak
dan lebih otentik lagi, juga kritikan dan saran yang membangun demi kebaikan kita
bersama.
Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
mendapatkan gelar Magister pada program studi Ilmu Ekonomi, Universitas Negeri Medan
(UNIMED) Program Pascasarjana. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangatlah diharapkan kritik dan saran untuk melengkapi isi dari
tesis ini, dengan selesainya tesis ini maka penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang
tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M. Pd. sebagai Direktur Program Pascasarjana
UNIMED, yang telah memberikan izin dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas studi di Program Pascasarjana UNIMED .
2. Ibu Dr. Fitrawaty, M.Si. sebagai ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana
UNIMED, yang telah memberikan arahan dan masukanya dalam penulisan tesis
ini.
3. Bapak Dr. Muhammad Nasir, M.Si. sebagai pembimbing pertama dan Bapak Prof.
Indra Maipita, M.Si, Ph.D. sebagai pembimbing kedua, yang telah banyak
memberikan pengarahan serta bimbinganya kepada penulis, sampai akhirnya
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Staff serta petugas di Program Pascasarjana
UNIMED, yang secara langsung atau tidak langsung telah member bantuan kepada
penulis dalam rangka penulisan tesis ini.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Kedua orang tua penulis, yang telah memelihara dan mendidik penulis dengan
penuh perhatian dan kasih sayang. Semoga Allah SWT, memberikan rahmat dan
kasih sayang-Nya, serta menerima amal dan mengampuni dosa-dosa mereka, Amin
ya robbal alamin.
2. Keluarga kakak-kakak dan abang, yang telah memberikan motivasi serta
dukungannya yang tak bernah berhenti kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Dan tak lupa kepada Istri tercinta Penulis, yang terus selalu sabar dan tawakkal
dalam memberikan semangat dalam penulisan tesisi ini. Kepada anak penulis yang
telah memberikan semangat juang dan melunturkan rasa jenuh dan bosan dalam
penulisan tesis ini, semoga anak penulis dapat menjadi anak yang berbakti dan
menjadianak yang sholehah dapat bermanfaat dunia dan akhirat, Amiin.
3. Sahabat sekalian, khususnya mahasiswa kelas Program Ilmu Ekonomi angkatan
XXII/B yang telah aktif memberikan sumbangan ide serta pemikiran yang
cemerlang dalam penulisan tesis ini, dan kepada teman sejawat yang secara
langsung maupun tidak langsung yang turut membantu dalam penyelesaian
penulisan tesisi ini .
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi pembaca
sekalian umumnya . Amin .
Medan, 7 April 2016 Penulis
i
ABSTRAK
SAIPUL ANWAR. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan,
Pengangguran, Bantuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) Terhadap
Kemiskinan Di Sumatera Utara. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemiskinan dengan cara memberikan
bantuan sosial yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah
pesisir Sumatera Utara, salah satu program yang dikeluarkan oleh Departemen Kelautan
dan Perikanan dengan menerapkan program (PEMP), dengan tujuan untuk mempercepat
pemberdayaan dan kesejahteraan ekonomi masyarakat di wilayah pesisir. Penelitian ini
berdasarkan Statistik model dan panel, dan data dalam bentuk sekunder lalu disimpulkan
kedalam model random effect yaitu melalui cross section lalu dilakukan pengujian secara
statistik dan ekonometrik. Sehingga dapat diketahui bahwa dari pemberdayaan masyarakat
pesisir (PEMP) terhadap kemiskinan menunjukkan adanya pengaruh yang sangat
signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan,
pengangguran. Dengan demikian program (PEMP) adalah salah satu cara untuk
ii
ABSTRACT
SAIPUL ANWAR. The Influence Of Economic Growth, Income Inequality, And Unemployment, Economic Empowerment Of Coastal Communities Receiver (PEMP) On Poverty In North Sumatra. Postgraduate Of The State University Of Medan, 2104.
iii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 21 2.1 Kerangka Teori ... 21
2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 21
2.1.2 Ketimpangan Pendapatan ... 24
2.1.3 Pengangguran ... 28
2.1.4 Program (PEMP) ... 31
2.1.5 Masyarakat Pesisir ... 33
2.1.6 Pengertian Pemberdayaan ... 35
2.1.7 Konsep Kemiskinan ... 37
2.1.8 Penelitian Sebelumnya... 38
2.2 Kerangka Konseptual Hipotesis ... 43
2.2.1 Kerangka Konseptual... 43
2.3 Hipotesis Penelitian ... 44
4.1 Dinamika Kabupaten/Kota Pesisir ... 62
4.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 62
4.1.2 Ketimpangan Pendapatan ... 65
iv
4.2 Dinamika Wilayah Kabupaten/Kota Pesisir ... 69
4.2.1 Dinamika Pertumbuhan Ekonomi... 69
4.2.2 Dinamika Ketimpangan Pendapatan... 71
4.2.3 Dinamika Pengangguran ... 72
4.2.4 Dinamika Kemiskinan ... 73
4.2.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan ... 75
4.2.6 Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan ... 77
4.2.7 Pengangguran dan Kemiskinan ... 79
4.3 Analisis Kuadran ... 82
4.4 Pro poor Growth (Growth Incidence Curve/GIC) ... 83
4.4.1 GIC Periode 2008-2012 ... 83
4.5 HASIL ANALISIS DATA ... 84
4.6 Hasil Estimasi Pertumbuhan Ekonomi ... 85
4.7 Hasil Estimasi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 89
6.1 Kesimpulan ... 89
6.2 Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Jumlah Penduduk Miskin ……….. 7
Gambar 1.2. Grafik Persentase Penduduk Miskin ………. 8
Gambar 1.3. Perbandingan Rata-Rata PDRB ……… 10
Gambar 1.4. Perkembangan Indeks Gini ……… 11
Gambar 1.5. Persentase Penduduk Miskin ………. 12
Gambar 2.1. Kurva Lorenz ………. 27
Gambar 4.1. Rata-Rata PDRB Kabupaten/Kota Pesisir ……….. 64
Gambar 4.2. Indeks Gini ………...66
Gambar 4.3. TPT Kabupaten/Kota Pesisir ………68
Gambar 4.4. Tingkat Kemiskinan ……….70
Gambar 4.5. Perbandingan PDRB ……….71
Gambar 4.6. Perbandingan Indeks Gini ……….72
Gambar 4.7. Perbandingan PTP ……….73
Gambar 4.8. Perbandingan Persentase Penduduk Miskin ... 74
Gambar 4.9. Penduduk Miskin di 5 Kabupaten/Kota Pesisir ... 75
vii
Gambar 4.11. Perbandingan Kondisi Indeks Gini dan Kemiskinan
Menurut Kabupaten/Kota Pesisir Bantuan PEMP ... 78
Gambar 4.12. Perbandingan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) dan Kemiskinan... 80
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Jumlah Bantuan Program PEMP Untuk Kabupaten/Kota
Pesisir Tahun 2008-2012 (Milyar Rupiah) ... 98
Lampiran II Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten/Kota Pesisir
Bantuan PEMP Tahun 2008-2012 (jutaan rupiah)... 98
Lampiran III Ketimpangan Pendapatan, Indeks Gini menurut
Kabupaten/Kota Pesisir Penerima PEMP Tahun 2008-2012 ... 99
Lampiran IV Pengangguran, TPT Menurut Kabupaten/Kota Pesisir
Bantuan PEMP tahun 2008-2012... 99
Lampiran V Alokasi Besaran PEMP menurut Kabupaten/Kota Pesisir
Bantuan PEMP Tahun 2008-2012 (ribuan rupiah) ... 100
Lampiran VI Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Pesisir
Penerima PEMP Tahun 2008-2012 ... 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan indicator untuk melihat keberhasilan
pembangunan dan merupakan syarat bagi pengangguran tingkat kemiskinan.
Syaratnya adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut menyebar disetiap
golongan masyarakat, termasuk di golongan penduduk miskin.
Prasetyo (2009: 24) “menemukan bahwa terdapat hubungan yang negative
antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan
pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat
kemiskinan.
Pertambahan penduduk cenderung berdampak negative terhadap penduduk
miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagaimana besar keluarga
miskin memiliki jumlah jumlah anggota keluarga yang banyak sehingga kondisi
perekonomian mereka yang berada di garis kemiskinan semakin memburuk
seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan. Salah
satu penyebab dari kemiskinan adalah adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya yang selanjutnya akan menimbulkan distribusi pendapatan yang
mengalami ketimpangan.
Beberapa hal yang menyebabkan pengangguran antara lain:
a. Penduduk yang relative banyak.
b. Pendidikan dan keterampilan yang rendah.
c. Angkatan kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta dunia
2
d. Teknologi yang semakin modern.
e. Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan cara melakukan
penghematan-penghematan.
f. Penerapan rasionalisasi.
g. Adanya lapangan kerja yang dengan dipengaruhi musim.
h. Ketidak stabilan perekonomian, politik dan keamanan suatu Negara.
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika dalam
kegiatan produktif yaitu menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja ini terdiri
dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur. Golongan yang
bekerja (employed person) merupakan sebagian masyarakat yang sudah aktif
dalam kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan sebagian
masyarakat lainya yang tergolong siap bekerja dan mencari pekerjaan termasuk
dalam golongan menganggur. Bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga
kerja yang tidak bekerja maupun mencari pekerjaan, atau bias dikatakan sebagai
bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat atau tidak berusaha
terlibat dalam kegiatan produksi.
Kelompok bukan angkatan kerja ini terjadi dari golongan yang bersekolah,
golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain yang menerima
pendapatan. Pekerja tidak dibayar adalah seseorang yang bekerja mambantu usaha
untuk memperoleh penghasilan/keuntungan yang dilakukan oleh salah seorang
rumah tangga atau bukan anggota rumah tangga tanpa mendapat upah/gaji
seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara
aktif dalam empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan.
Sadono Sukirno (2004: 12) menyimpulkan ‘pengangguran adalah suatu
3
mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya’. Seseorang yang
tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong dalam
angkatan kerja.
Pembangunan pada sector perikanan dan kelautan pada masa lalu kurang
mendapat perhatian yang serius dari pemerintah sehingga permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat pesisir dan nelayan seolah-olah diwarisi secara
turun-temurun dari generasi sebelumnya. Salah satu indikasi kurangnya perhatian
pemerintah adalah kecilnya jumlah alokasi kredit perbankan yang teralokasikan
untuk usaha perikanan dan kelautan (hanya 0,02% dari total kredit) selama
Pembangunan Jangka Panjang (PJP) I hingga pertengahan PJP II (Dahuri, 2004).
Sehingga sangatlah wajar apabila masyarakat pesisir sering diidentikkan sebagai
masyarakat miskin, terbelakang dan termarjinalkan. Departemen Eksplorasi Laut
yang didirikan pada tahun 1999, menjadi cikal bakal Departemen Kelautan dan
Perikanan (DKP) yang membawa harapan baru dalam pembangunan perikanan
dan kelautan Indonesia. DKP menjadi ujung tombak dalam membuat kebijakan
dan meyakinkan pemerintah bahwa sektor perikanan dan kelautan memiliki
potensi yang sama dengan sektor lain, kalau tidak ingin dikatakan memiliki
potensi yang lebih. Dalam platform pembangunan ekonomi nasional menuju
Indonesia yang maju, makmur, berkeadilan dan di ridhoi Tuhan Yang Maha Esa,
ada enam sektor yang menjadi andalan pembangunan. Enam sektor tersebut
adalah sektor kelautan dan perikanan, sektor pertanian, sektor kehutanan, sektor
energi dan sumberdaya mineral, sektor pariwisata dan sektor Usaha Kecil
Menengah Mikro (Dahuri, 2004). Masuknya sektor kelautan dan perikanan
4
salah satu keberhasilan perjuangan DKP, karena untuk pertama kali dalam sejarah
pembangunan Indonesia sektor perikanan dan kelautan menjadi sektor andalan.
Menurut Dahuri (2004), setidaknya ada enam alasan utama yang dapat dijelaskan
sehingga sektor perikanan dan kelautan layak menjadi sektor andalan yaitu: 1.
Secara fisik laut merupakan faktor dominan dan pemersatu, Indonesia memiliki
wilayah territorial laut sebesar 3,1 juta km persegi, serta luas laut ZEE (Zona
Ekonomi Eksklusif) 2,7 juta km persegi. Sebagai negara kepulauan terbesar
didunia (lebih dari 17.500 pulau) dan memiliki 81.000 km garis pantai terpanjang
ke dua di dunia setelah Kanada. Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar
dan beragam. Garis pantai terpanjang mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki
kawasan pesisir yang sangat luas. Kawasan pesisir adalah kawasan yang berada
disekitar pantai kearah laut dan ke arah darat. 2. Semakin meningkatnya jumlah
penduduk dunia dan kesadaran tentang gizi ikan yang lebih sehat dan
mencerdaskan sehingga permintaan produk dan jasa kelautan dan perikanan terus
meningkat. 3. Industri kelautan menciptakan backward dan forward linkage yang
tinggi. 4. Sumberdaya kelautan sebagian besar merupakan sumberdaya renewable
sehingga dapat menjadi basis pembangunan ekonomi berkelanjutan. 5. Sebagian
besar kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan terdapat di daerah pesisir dan
pulau-pulau kecil sehingga membantu masalah urbanisasi. 6. Penguasaan dan
penegakan kedaulatan dilaut yang memberi jaminan atas pertahanan, keamanan
dan kedaulatan NKRI sebagai suatu kesatuan.
Meskipun memiliki potensi sumberdaya alam yang berlimpah, masyarakat
pesisir masih menerima warisan kemiskinan karena sektor tersebut masih
5
Suatu gambaran paradoks, sumberdaya alam melimpah namun tidak tercermin
dari kesejahteraan para pelaku disektor itu sendiri. Sebagai faktanya, nelayan
Indonesia masih tergolong kelompok masyarakat termiskin dan terpinggirkan
dengan pendapatan per kapita perbulan sekitar 7-10 dollar AS (Fauzi, 2009).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada
maret 2011 mencapai 30,02 juta jiwa. Sebagian besar dari jumlah tersebut adalah
masyarakat kelautan dan perikanan, khususnya pembudidaya ikan. Kemiskinan
merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat
ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan
kesejahteraan sosial.
Kemiskinan masyarakat pesisir bersifat multidimensi dan ditengarai oleh
tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat antara lain kebutuhan akan pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, infrastruktur. Disamping kurangnya
kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan
permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros menyebabkan posisi
tawar masyarakat miskin semakin lemah. Pada saaat yang sama, kebijakan
pemerintah selama ini kurang berpihak pada masyarakat pesisir. Berbagai upaya
untuk penanggulangan kemiskinan telah banyak dilakukan, namun pemerintah
belum memiliki konsep yang jelas,sehingga penanganan masih bersifat parsial dan
tidak terpadu. Akibatnya angka kemiskinan belum dapat diturunkan secara
signifikan, justru dengan adanya penanggulangan kemiskinan, penduduk miskin
malah bertambah (Azman,2009).
Persentase penduduk miskin yang tinggal diwilayah pesisir kabupaten/
6
adanya kecenderungan penurunan dalam periode 2008-2012 seperti yang
disajikan pada table 1.1. pada Tahun 2012 persentase jumlah penduduk miskin
dikabupaten/ kota pesisir dan bukan pesisir masing-masing sebesar 14,64% dan
12,24%.
Gambar 1.1. memperlihatkan fakta bahwasanya masih banyak penduduk
miskin yang berlokasi di wilayah pesisir yaitu sebanyak 21,36 juta orang atau
sekitar 67,3% dari total penduduk miskin di Indonesia. Kondisi ini sangatlah
ironis, hal ini memperkuat dugaan awal bahwa kemiskinan yang terjadi di
kabupaten/kota pesisir merupakan warisan sehingga masuk sebagai kategori
kemiskinan yang kronis (chronic poverty) yaitu miskin yang tidak hanya sekedar
dari sisi konsumsinya saja atau yang biasa disebut kemiskinan sementara
(transitory poverty) tapi juga menyangkut pada berbagai aspek pengukuran
kemiskinan lainnya. Dugaan ini cukup beralasan mengingat sejak Indonesia
merdeka kantong-kantong kemiskinan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
belum juga mendapat sentuhan dari pemerintah sehingga sampai saat ini tidak
terjadi perubahan yang berarti. Sarana-prasarana informasi yang minim, moda
7
infrastruktur menjadi gambaran tentang perhatian pemerintah yang kurang
terhadap masyarakat pesisir.
Sumber :BPS, 2012 (diolah)
Gambar 1.1. Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin di Kabupaten/Kota Pesisir dan Bukan Pesisir, Tahun 2012.
Adapun untuk angka penduduk sumatera utara yang berada digaris
kemiskinan disetiap tahun yang terus mengalami peningkatan, dibalik itu juga
terdapat perbaikan, dimana pada tahun 2008 sebesar 87,45%, Tahun 2009 sebesar
88,47%, Tahun 2010 sebesar 86,69%, Tahun 2011 sebesar 89,17%, dan Tahun
2012 menjadi 89,59% .
Secara umum penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara
8
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2012.
Gambar 1.2. Grafik Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Tahun 2008-2012.
Gambaran kehidupan penduduk miskin pesisir dapat dilihat berdasarkan
Indeks kedalaman kemiskinan (Proverty Gap Index-P1) dan Indeks keparahan
kemiskinan (Proverty Severity Index-P2),Tabel 1.2. memperlihatkan bahwa P1
dan P2 di Kabupaten/ Kota Pesisir maupun bukan Pesisir pada Tahun 2012 lebih
rendah dibandingkan tahun 2008. Indeks kedalaman kemiskinan (P1) merupakan
ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin
terhadap batas kemiskinan, semakin tinggi nilai Indeks ini maka semakin besar
kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, Indeks
keparahan kemiskinan (P2) sampai batas tertentu dapat memberikan gambaran
mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin.
Jika dibandingkan antara Kabupaten/ Kota Pesisir dan Bukan Pesisir
maupun Nasional, P1 Untuk Kabupaten/ Kota Pesisir paling rendah. Pada Tahun
2008, untuk kabupaten/ kota pesisir sebesar 3,20 sementara dikabupaten bukan
pesisir mencapai 4,14 dan Nasional 3,79. Demikian pula pada Tahun 2012, P1
9
mencapai 2,83 dan Nasional 2,61, hal ini menunjukkan bahwasanya besarnya
kesenjangan rata-rata pendapatan penduduk miskin terhadap garis kemiskinan
cenderung mengecil, atau rata-rata pendapatan penduduk miskin di Kabupaten/
Kota Pesisir cenderung mankin mendekati kemiskinan.
Tabel .1.2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten/ Kota Pesisir dan bukan Pesisir, Tahun 2008-20012.
Sejalan dengan P1, P2 di kabupaten/kota pesisir maupun bukan pesisir juga
menunjukkan kecenderungan yang menurun. Besarnya penurunan persentase
untuk kabupaten/kota pesisir lebih rendah disbanding bukan pesisir. Ini berarti
upaya pemerintah dalam melakukan penurunan ketimpangan kemiskinan di
kabupaten/kota bukan pesisir lebih berhasil disbanding kabupaten/kota pesisir.
Penurunan P2 di kabupaten/kota pesisir tahun 2012 dibandingkan tahun 2008,
menunjukkan bahwa ketimpangan rata-rata pendapatan diantara penduduk miskin
di kabupaten/kota pesisir mengalami penurunan atau distribusi rata-rata
pendapatan diantara penduduk miskin cenderung makin merata.
Rendahnya P1 dan P2 di kabupaten/kota pesisir menunjukkan bahwa
kemiskinan di wilayah pesisir cenderung sirna dibandingkan diwilayah bukan
10
Kemiskinan dikabupaten/ kota pesisir ini semakin parah apabila didukung
oleh rendahnya output maupun pertumbuhan ekonomi wilayah kabipaten/ kota
Pesisir. Data empiris yang diperlihatkan pada gambar 1.3. menunjukkan bahwa
meskipun disetiap tahun rata-rata produk domestic bruto (PDRB) Kabupaten/
Kota pesisir mengalami kenaikan, namun besaran nominalnya masih dibawah
pencapaian rata-rata nasional. Gambar 3.1. juga menunjukkan bahwa pada Tahun
2008, rata-rata PDRB Kabupaten/ Kota pesisir hanya sebesar 3,811 milyar
sedangkan rata-rata PDRB Kabupaten/ Kota Pesisir hanya 4,924 milyar dan
sedangkan Nasional sebesar 4,188 milyar. Perbedaan yang sangat signifikan dari
rata-rata output antara wilayah pesisir dan bukan pesisir mengindikasikan bahwa
di Indonesia masih terjadi ketimpangan pembangunan ekonomi yang cukup besar
antara wilayah.
2008 2009 2010 2011 2012
Pesisir Bukan Pesisir Nasional
Sumber : BPS, 2012, (diolah).
Gambar 1.3. Perbandingan Rata-Rata PDRB Kabupaten/ Kota Pesisir dan Kabupaten Bukan Pesisir dengan Rata-Rata PDRB Nasional.
Ketimpangan pembangunan ekonomi tersebut juga diikuti dengan
ketimpangan pendapatan antara pendapatan rumah tangga hal ini terlihat dari
11
yang tercermin dari Indeks gini yang fluktuatif dalam kurun waktu 2008-2012.
Namun masih dalam level sedang setiap tahunyaseperti yang disajikan pada
Gambar 1.4. pada tahun 2012 Indeks gini sebesar 0,33 mendekati angka nasional
sebesar 0,34. Sementara itu Kabupaten/ Kota bukan pesisir mencapai angka 0,36
dimana menurut Todaro dan Smith (2008) angka tersebut tidaklah mencerminkan
pendapatan masyarakat yang relative merata.
2008 2009 2010 2011 2012
- Pesisir - Bukan Pesisir - Nasional
Sumber : BPS, 2012, (diolah).
Gambar 1.4. Perkembangan Indeks Gini di Kabupaten/ Kota Pesisir dan Bukan Pesisir, Tahun 2008-2012
Pengangguran merupakan salah satu penyebab terjadinya kemiskinan.
Komisi kemiskinan dunia (The Poverty Comission) menyebutkan bahwa
pengangguran merupakan penyebab utama kemiskinan (Saunders, 2002).
Pengangguran dapat menimbulkan berbagai dampak social dan implikasinya
bukan hanya terdapat si penganggur, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat
sekitarnya. Pengangguran, selain manimbulkan konsekwensi kemiskinan, juga
berkontribusi terhadap ketimpangan distribusi pendapatan. Gambar 1.5.
menyajikan perkembangan persentase penduduk miskin (Po) dan tingkat
pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten/Kota pesisir dan bukan pesisir
12
2008 2009 2010 2011 2012
- Pesisir - Bukan Pesisir - Nasional - Miskin
Sumber : BPS, 2012, (diolah).
Gambar 1.5. Persentase Penduduk Miskin (Po) dan Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten/ Kota Pesisir dan Bukan Pesisir Tahun 2008-2012.
Kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan melalui
peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan penurunan
pengangguran di wilayah pesisir direalisasikan pada berbagai program bantuan.
Hal tersebut merupakan stimulus bagi wilayah pesisir untuk mendorong
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan adanya pemerataan
pendapatan serta penyerapan tenagakerja.
Salah satu bantuan stimulus di kabupaten/kota pesisir adalah program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang dilaksanakan oleh DKP
sejak tahun 2001. DKP saat ini beralih nama menjadi Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP). Kegiatan PEMP diinisiasi untuk mengatasi berbagai
permasalahan akibat krisis ekonomi, kenaikan BBM, kesenjangan dan
kemiskinan. Kualitas sumberdaya manusia (masyarakat) pesisir yang rendah dan
potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang belum dimanfaatkan secara
13
dilakukan oleh KKP melalui pemberdayaan nelayan dan masyarakat pesisir,
dinilai sudah cukup tepat. Pemberdayaan berarti apa yang telah dimiliki oleh
masyarakat yaitu sumberdaya pembangunan yang perlu dikembangkan sehingga
makin nyata kegunaannya bagi masyarakat pesisir itu sendiri. Hal ini sesuai
dengan kajian para pakar ekonomi sumberdaya, bahwasanya kemiskinan
masyarakat pesisir, khususnya nelayan lebih banyak disebabkan faktor sosial
ekonomi yang terkait sumberdaya serta teknologi yang digunakan. Faktor tersebut
membuat nelayan tetap dalam kemiskinannya.
Beberapa program pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan
pemerintah antara lain :
- CERD (Community Empowerment for Rural Development)
- KPEL (Kemitraan Pengembangan Ekonomi Lokal)
- WSLIC (Water and Sanitation for Low Income Communities)
- P2D (Program Pengembangan Prasarana Pedesaan)
- PEMP (Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir)
- P4K (Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Kecil)
Bappenas telah melakukan kajian kebijakan pemberdayaan masyarakat
miskin umtuk ke-6 jenis program pemberdayaan masyarakat tersebut diatas.
Kajian menggunakan 10 elemen kunci sebagai bobot keberhasilan program.
PEMP merupakan program yang memiliki keunggulan sebanyak 4 elemen kunci
(Kelembagaan, Akunbilitas, Transparansi dan Keberlanjutan) dari 10 elemen
kunci yang diteliti. PEMP termasuk program yang mempunyai keunggulan yang
lebih dibandingkan program pemberdayaan lainnya.
Studi terdahulu: - Smith (1979) mengadakan kajian pembangunan
perikanan di berbagai negara Asia. - Anderson (1979) juga melakukan kajian
14
kekakuan asset perikanan (fixity and rigidity of fishing assets). Kekakuan aset
adalah suatu sifat asset yang sulit dilikuidasi atau diubah bentuk dan fungsinya
untuk digunakan bagi kepentingan lain, sehingga nelayan tetap melakukan operasi
penangkapan ikan walau sesungguhnya tidak lagi efisien secara ekonomis. Dalam
era pembangunan yang semakin kompleks dan kompetitif nelayan dihadapkan
pada tantangan dan persaingan yang semakin besar dengan berbagai aspek
lingkungan yang memengaruhinya.
Untuk mengatasi hal itu diperlukan perubahan mainstream pembangunan
masyarakat dari program pembinaan ke program pemberdayaan. Pemberdayaan
nelayan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya khususnya meningkatkan
pendapatan masyarakat pesisir menurut Haque, et.al dalam Nikijuluw (2000)
merupakan pemberdayaan ekonomi untuk masyarakat pesisir yang diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Daerah dengan kawasan pesisir yang luas dan mempunyai sumberdaya alam yang
melimpah seyogianya mempunyai keuntungan yang lebih besar dalam menarik
investasi. Salah satu kebijakan yang diambil oleh KKP adalah pemberdayaan
nelayan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir
dengan cara meningkatkan kinerjanya melalui program PEMP.
Kebijakan ini merupakan bagian dari tiga pilar pembangunan dalam
Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2009-2014 yang
tertuang dalam Peraturan Menteri KKP Nomor PER.06/MEN/2010. Tiga pilar
pembangunan tersebut antara lain pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job
(penyerapan tenaga kerja), dan pro-growth (pertumbuhan). Secara umum, PEMP
15
pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan
penguatan kelembagaan sosial ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya
perikanan dan kelautan secara optimal dan berkelanjutan. Program PEMP
dirancang untuk 3 periode: yaitu inisiasi (tahun 2001-2003), institusionalisasi
(tahun 2004-2006) dan diversifikasi (tahun 2007-2009).
Pada tahun 2001, program PEMP dilaksanakan di 125 daerah kabupaten/
kota, tahun 2002 dilaksanakan di 91 daerah kabupaten/kota dan tahun 2003
dilaksanakan di 128 daerah kabupaten/kota, yang selama 3 tahun pelaksanaan
tersebar di 30 propinsi. Pada periode tahun 2001-2003, program PEMP telah
disalurkan kepada 79.480 orang masyarakat pesisir dan nelayan yang tergabung
dalam 8.138 KMP/kelompok masyarakat pemanfaat (DKP, 2003).
Selama tiga tahun pertama dana ekonomi produktif (DEP) PEMP telah
tersalurkan sebanyak 344 akabupaten/kota, dimana ada beberapa kabupaten dan
kota mendapat DEP PEMP setiap tahunya atau hanya 1-2 tahun saja. Jika setiap
kabupaten/kota menerima DEP Rp 800 juta per tahun, maka selama tiga tahun
telah dialokasikan dana sebesar Rp 275,2 M untuk program PEMP. Jumlah ini
belum termasuk dana pendampingan dari APBD, dana untuk konsultan
manajemen kabupaten/kota dan dana untuk operasional PEMP di KKP. Pada
beberapa tahun yang akan dating diharapkan dana yang telah digunakan untuk
program PEMP di Indonesia (dengan jumlah yang tidak sedikit) memberikan
manfaat dan pengaruh dalam meningkatkna kesejahteraan masyarakat pesisir dan
16
Tabel : 1.3. Jumlah Bantuan Program PEMP untuk Kabupaten/ Kota Pesisir Tahun 2008-2012 (Milyar Rupiah).
Tahun
Pulau 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2012, (diolah). Cat. Angka dalam kurung menunjukkan nilai proporsi .
Pemerintah dalam hal ini KKP, telah berupaya memberikan bantuan
stimulus untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP). Tabel 1.3
memperlihatkan bahwa dana yang digulirkan KKP untuk program PEMP di
kabupaten pesisir mengalami penurunan. Tercatat pada Tahun 2005 KKP
mengucurkan dana untuk program PEMP sebesar Rp 163,760 milyar dan
cenderung menurun sampai dengan tahun 2008 menjadi Rp 100,025 milyar,
namun pada tahun 2009 kembali meningkat menjadi sebesar Rp111,157 milyar.
Penurunan bantuan diduga akibat keterbatasan anggaran pemerintah, namun
demikian untuk pulau Jawa dan Sulawesi bantuan yang diperoleh pada tahun 2009
lebih besar dibanding bantuan pada tahun 2007 walau pada tahun 2008
mengalami penurunan.
Kondisi ini mencerminkan bahwa pemerintah memiliki perhatian yang
cukup serius untuk melakukan pemberdayaan ekonomi di wilayah pesisir. Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,menurunkan ketimpangan
pendapatan dan pengangguran di kabupaten/kota pesisir sehingga dapat
17
belum ada studi empirik yang mengkaji dampak kebijakan tersebut terhadap
pertumbuhan ekonomi ,ketimpangan pendapatan, pengangguran dan kemiskinan
di kabupaten/kota pesisisr. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini
berusaha untuk mengkaji peran program PEMP dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan ketimpangan pendapatan,
pengangguran, dan kemiskinan di kabupaten/kota pesisir.
1.2. Perumusan Masalah
Upaya pemerintah saat ini adalah mengurangi keterpurukan ekonomi dan
mengurangi jumlah penduduk miskin di kabupaten/kota pesisir. Kebijakan yang
diusung KKP antara lain untuk mengurangi kemiskinan melalui peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan pengurangan ketimpangan pendapatan di wilayah
pesisir. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya KKP membantu Presiden
dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang Kelautan dan Perikanan
(Perpres No.94, Tahun 2006). Sejak tahun 2001, KKP meluncurkan bantuan
stimulus bagi masyarakat pesisir yaitu program pemberdayaan ekonomi
masyarakat pesisir (PEMP). Pada tahun 2009, KKP melaksanakan berbagai
program bantuan yang diberikan pada 120 (seratus dua puluh) kabupaten /kota
pesisir di Indonesia, dengan maksud membantu kabupaten/kota pesisir agar dapat
menjadi suatu kabupaten/kota yang mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir secara menyeluruh dan terencana dengan prinsip
pemberdayaan, yaitu helping the poor to help themselves yang pada gilirannya
dapat membuka peluang semakin bergeraknya perekonomian kabupaten/kota
18
Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa program bantuan yang
dilaksanakan mampu secara signifikan meningkatkan pendapatan kabupaten/kota
pesisir (Ariansyach, 2009). Penelitian yang dilakukan Subagio (2007) juga
menunjukkan bahwa program PEMP di Subang dan Cirebon memberikan dampak
nyata pada peningkatan pendapatan masyarakat. Selama ini, penelitian yang
dilakukan terhadap dampak program PEMP masih sebatas kajian secara mikro
yaitu pada kelompok sasaran penerima bantuan. Namun kajian mengenai dampak
program terhadap penurunan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan masih
belum banyak dilakukan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan studi mengenai
dinamika pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan , pengangguran
terhadap kemiskinan di kabupaten/kota pesisir. Terkait dengan besaran belanja
modal pemerintah pusat yang dilakukan oleh KPP, dalam hal ini program PEMP,
perlu dilakukan kajian apakah program ini memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota pesisir. Oleh karena
itu menarik untuk dikaji, sejauh mana manfaat PEMP mendongkrak pertumbuhan
ekonomi, mengurangi ketimpangan pendapatan, mengurangi pengangguran dan
menurunkan kemiskinan secara makro di tingkat kabupaten/kota. Hal ini perlu
dilakukan mengingat masih banyaknya penduduk miskin yang tinggal di
kabupaten/kota pesisir (67,3% dari total jumlah penduduk miskin di Indonesia).
Berdasarkan fakta tersebut, penulis merumuskan masalah dalam penelitian
19
1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan ?
2. Bagaimana pengaruh ketimpangan pendapatan terhadap Kemiskinan ?
3. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadapa kemiskinan ?
4. Bagaimana pengaruh bantuan Program PEMP terhadap Kemiskinan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan .
2. Untuk mengetahui pengaruh ketimpangan pendapatan terhadap Kemiskinan
.
3. Untuk mengetahui pengaruh pengangguran terhadapa kemiskinan .
4. Untuk mengetahui pengaruh bantuan Program PEMP terhadap Kemiskinan .
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Gambaran mengenai dinamika pertumbuhan ekonomi, ketimpangan
pendapatan dan pengangguran terhadap kemiskinan selama program PEMP
diharapkan dapat digunakan untuk menilai dampak dari program PEMP di
kabupaten/kota pesisir, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alat
evaluasi bagi KKP.
2. Analisis dampak program PEMP melalui studi ekonometrik diharapkan
dapat memberikan masukan bagi KKP tentang pentingnya program PEMP
bagi kesejahteraan masyarakat di Sumatera Utara.
3. Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
ketimpangan pendapatan dan pengangguran terhadap kemiskinan
diharapkan dapat memberikan masukan bagi KKP maupun pemangku
kebjakan yang lain untuk lebih memfokuskan kebijakan maupun
programnya sehubungan faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya
20
4. Analisis mengenai hubungan pertumbuhan ekonomi, ketimpangan
pendapatan dan pengangguran terhadap kemiskinan diharapkan dapat
digunakan oleh KKP dan pemangku kebijakan yang lain sebagai bahan
masukan dalam perumusan kebijakan yang tidak hanya pro pada
pertumbuhan (pro growth) namun juga pro terhadap rakyat miskin (pro
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini mengkaji pengaruh bantuan program pemberdayaan
ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) yang diberikan oleh Kementrian Kelautan
dan Perikanan (KKP) di kabupaten/kota pesisir. Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat dampak bantuan PEMP tersebut terhadap penurunan penduduk miskin di
wilayah pesisir. Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan sebelumnya, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dinamika perekonomian dan kemiskinan menunjukkan arah yang membaik,
baik pada capaian pertumbuhan ekonomi, penurunan ketimpangan
pendapatan, pengangguran dan kemiskinan. Selain itu, didukung pula oleh
hasil Growth Incidence Curve yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi di
periode ini bersifat pro poor growth, yang berarti memberikan manfaat bagi
penduduk miskin.
2. Umumnya hubungan pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan
disertai peningkatan ketimpangan seperti hasil penelitian Lin (2003). Lin
menemukan fakta bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi di RRC antara
tahun 1985 dan 2001 selain mengurangi kemiskinan juga meningkatkan
ketimpangan yang pada akhirnya mengurangi efektifitas pengurangan
kemiskinan. Namun hasil penelitian ini memperlihatkan pertumbuhan
ekonomi yang disertai penurunan ketimpangan pendapatan.
3. Hasil estimasi pengaruh bantuan program (PEMP) terhadap perekonomian,
90
dikembangkan dalam penelitian ini) menunjukkan bahwa program bantuan
tersebut nyata bermanfaat meningkatkan perekonomian, serta berhasil
menurunkan tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat .
4. Hasil estimasi menunjukkan bahwa peubah PDRB signifikan memengaruhi
penurunan tingkat kemiskinan, sedangkan peubah indeks gini dan peubah
TPT tidak nyata memengaruhi tingkat kemiskinan. Kondisi tersebut dapat
terjadi mengingat adanya kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang
didukung dengan penurunan tingkat ketimpangan yang merupakan salah satu
factor pendukung penurunan tingkat kemiskinan masyarakat kabupaten/kota
pesisir, dalam arti PEMP secara tidak langsung memengaruhi penurunan
kemiskinan melalui PDRB.
5.2. Saran .
1. Pemerintah perlu memperbanyak program-program pemberdayaan
masyarakat pesisir semacam PEMP secara lebih luas, karena berpengaruh
nyata pada peningkatan perekonomian secara makro sekaligus memberi
dampak terhadap penurunan kemiskinan.
2. Perlu adanya koordinasi kebijakan pengentasan kemiskinan antara pusat dan
daerah serta lebih dititikberatkan pada kawasan timur, mengingat masih
tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan di wilayah pesisir kawasan
timur Indonesia.
3. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan pemerintah khususnya pemerintah
daerah dalam membuat perencanaan pembangunan berkaitan dengan program
91
dikemas dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM Mandiri).
4. Model penelitian ini sifatnya makro dan belum dikembangkan oleh para
peneliti sehingga masih mengandung kelemahan dan keterbatasan. Bagi
peneliti-peneliti selanjutnya dapat mengembangkan model penelitian ini
dengan cara memasukkan pengaruh program-program pemerintah lainnya
92
DAFTAR PUSTAKA
Azman, Syaiful. 2009. Konsep Penanganan Kemiskinan Nelayan. Blogspot.com [terhubung berkala].http://suara anak-nelayan.blogspot.com/8282.html [31 Januari 2011].
Aisyah, Dara et al. Prestasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Jakarta Utara, Indonesia: Satu Penilaian Awal. Geografia Online Malaysian Journal of Society and Space 6 issues 3 (13-29), ISSN 2180-2491 [2 Maret 2011].
Astuti, Irma. 2008. Manfaat Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP) terhadap Pendapatan Masyarakat Tradisional di Kabupaten Lamongan. ADLN Digital Collection [terhubung berkala], http://top/unair thesis /pengembangan SDM/jiptunair-gdl-s2-2004-astuti/irma-118 [17 Februari 2011].
Ariansyach.2009. Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Terhadap Pendapatan Masyarakat Pesisir Kabupaten Sukabumi, UT-Agribisnis
Asian Development Bank.1999.Fighting Poverty in Asia and the Pacific: The Poverty Reduction Strategy.Manila:Asian Development Bank.
[BPS] Badan Pusat Statistik “ Analisis dan PEnghitungan Tingkat Kemiskinan “ Jakarta:BPS
93
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) 2003. Jakarta: DKP.
Dahuri R. 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia melalui Sektor Perikanan dan Kelautan. Jakarta: LISPI. Hal: 80-81.
Glaeser El. 2006. Inequality. Di dalam Barry R Weingast BR, Wittman DA, editor. The Oxford Handbook of Political Economy. New York: Oxford University Press Inc.
Fauzi, Akhmad. 2009. Turning the Tide: Kebijakan Ekonomi Perikanan
(makalah tidak dipublikasikan).8 hal.
Hidayat S, Patunru AA. 2007. Pertumbuhan Ekonomi, Ketidakmerataan Pendapatan dan Kemiskinan: Estimasi Parameter Elastisitas Kemiskinan Tingkat Provinsi di Indonesia tahun 1996-2005. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hsiao, C. 1990. Analysis of Panel Data, Cambridge University Press, New York.
Kusnadi. 2006. Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Bandung: Humaniora.
Lin BQ. 2003. Economic Growth, Income Inequality, and Poverty Reduction in people's Republic of China. Asian Development Review 20:105-124.
Mamkiw NG. 2007. Makroekonomi. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
Manurung, Jonni J. 2005. Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
94
Nikijuluw, V.P.H. 2002, Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Kerjasama Pusat Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional. Jakarta: PT. Pustaka Cidesindo, Hal 254.
Na fziger WE. 2006. Economic Development 4th ed. Cambridge:Cambridge
University Press.
Oshima HT. 1970. Income Inequality and Economic Growth : The Postwar Experiences of Asian Countries. Malaya Economic Review 15(2) : 13
Prasetyo, P.Eko.2009. Fundamental Makro Ekonomi. Yogyakarta:Beta Offset.
Ravallion M, Datt G. 1996. How Important to India’s Poor is Sektoral Composition of Economic Growth? The World Bank Economic Review; 10: 1-25
Ravallion M. 2005. A poverty-inequality Trade – off, Jounal of Economic Inequality 3: 169-181
Saad, S dan Basuki R. 2004. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Upaya Meningkatkan Kemandirian. Makalah Seminar Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Jakarta.
Saunders, Peter. 2002. The Direct and Indirect Effects of Unemployment on Poverty and Inequality. SPRC Discussion Paper No. 118, The Social Policy Research Centre University of South Wales, Sydney 052, NSW 2 Australia.
Sen, A. 1988, The concept of development, dalam HB Chenery & TN Srinivasan (eds). Handbook of development economics, Edisi 1, Vol.1, No. 1, Elsevier Science Publishers, Amsterdam, The Netherlands.
95
Subagio, Drajat. 2017. Analisis Dampak Program Pemberdayaan Ekonomi masyarakat Pesisir (PEMP) terhadap Pendapatan Angota Kelompok.
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga Cetakan Kelimabelas. Jakarta: Raja Grafindo persada.
Tambunan, T.H. 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa Permasalahan Penting. Jakarta: Ghalia Indonsia.
Todaro MP dan Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesimbilan. Jakarta : Erlanggan.
Widarjono, Agus.2005. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Ekonisia FE-UI.
Widodo, Sutejo Kuwat. 200. Dinamika Kebijakan terhadap Nelayan: Tinjauan Historis pada Nelayan Pantai Utara Jawa, 1900-200.
Wodon, Quentin. 1999. Growth, poverty and Inequality: Aregion Panel for Banglades. Policy Research Working Paper No. 2072. World Bank South Asia Region.