1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Fungsi interpersonal dan tekstual merupakan fungsi bahasa yang sangat
penting dalam jagat berkomunikasi (Haliday, 1978:28; Richards, 1985:116). Fungsi itu
mengedepankan pentingnya hubungan sosial-sosietal dalam berkomunikasi dan
pentingnya memproduksi ujaran yang baik dan koheren dengan situasi dan kondisi
yang diacu oleh ujaran itu. Fungsi bahasa yang demikian mengemban dua prinsip
dasar berbahasa, yaitu Prinsip Kerjasama (PKS) dan Prinsip Sopan Santun (PSS).
Ujaran yang koheren berhubungan dengan kaidah PKS sedangkan ujaran yang baik
dan santun berhubungan dengan PSS.
Kedudukan PSS dalam aktivitas berbahasa bukan saja perlu, tetapi sangat
penting. Hal itu berkaitan dengan realisasi kesantunan berbahasa. Kesantunan
berbahasa dapat direalisasikan melalui tindak behasa memberitahukan,
mendeklarasikan, mengekpresifkan, menanyakan, dan memerintah. Tindak bahasa
(tindak tutur) memerintah merupakan salah satu tindak tutur yang mamainkan
peran penting dalam aktivitas berbahasa. Termasuk ke dalam tipologi tindak tutur
itu adalah: menyuruh, meminta, mengharap, memohon, menyilakan, mengajak, menasihati,
melarang. Keseluruhan tindak itu merupakan tindak bahasa yang paling dominan
digunakan di dalam aktivitas berbahasa dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
siswa SD, khususnya meminta, mengharap, memohon. Hal itu disebabkan oleh
kedudukan siswa SD yang secara sosial dan sosietal berkedudukan lebih rendah
daripada gurunya. Namun demikian, fenomena pemakaian bahasa menunjukkan
bahwa siswa SD seringkali merealisasikannya menjadi memerintah, mengharuskan,
bahkan memaksa untuk mencapai maksud yang sama, yaitu meminta, mengharap,
memohon.
Realisasi tindak berbahasa tersebut melibatkan aspek linguistik dan
ekstralinguistik, eksplisit dan implisit, dan akhirnya konteks secara keseluruhannya.
Konteks keseluruhan itu diwarnai oleh siapa, kepada siapa, apa, dan bagaimana
hubungan siapa-kepada siapa. Menilik kedudukannya yang demikian penting maka
dipandang sangat beralasan jika kesantunan tindak menyuruh perlu dirumuskan
2
gilirannya dapat dijadikan sebagai model dalam tindak kesantunan berbahasa di
lingkungan siswa SD. Persoalannya sampai sekarang adalah belum dilakukannya
sebuah pemetaan yang menghasilkan taksonomi realisasi kesantunan, teknik dan
strategi kesantunan dalam tindak berbahasa berikut gejala yang mengiringinya di
lingkungan siswa SD, khususnya yang berlatar belakang budaya Jawa.
Bentuk-bentuk kesantunan pemakaian bahasa di lingkungan siswa SD yang
berlatar belakang budaya Jawa mengandung maksud yang sangat beragam
bergantung pada konteks situasional, sosial, dan kultural yang mengiringi
terdapatnya tuturan itu. Keberagaman maksud tuturan itu menjadi literal, langsung,
objektif, akomodatif, santun, atau sebaliknya juga bergantung pada ketiga konteks
itu. Kenyataan menunjukkan bahwa kesantunan tindak berbahasa siswa SD, baik
dalam aktivitas resmi di kelas maupun nonresmi di luar kelas tetapi masih dalam
lingkungan sekolah dalam kaitannya dengan teknik dan strategi bertutur, implikatur
percakapan dan daya pragmatik, PKS dan PSS, skala kelangsungan dan peringkat
kesantunan, prinsip atau daya ironi (PI) menjadi langsung, literal, dan instan
sehingga cenderung tidak santun. Hal itu disebabkan oleh belum adanya strategi
pembelajaran berbahasa yang menekankan tentang pentingnya PSS. PSS bukan saja
berkaitan dengan PKS dan PI tetapi lebih luas lagi berhubungan Prinsip Seloroh (PS),
Prinsip Polyanna (PP), Prinsip Relevansi (PR, dan Prinsip Kerukunan (PK).
Oleh sebab itu, sangatlah beralasan jika Grice (1981:183) dan Leech (1983:121)
menyatakan bahwa PSS tidak boleh dianggap sebagai sebuah prinsip yang sekedar
ditambahkan saja pada PKS. Menurut (Holmes, 2002:5 dan Kasper, 1990:193) PSS
merupakan prinsip yang sangat penting, yang dapat menyelamatkan PKS dari suatu
kesulitan yang serius. Jadi, kedudukan PSS dalam aktivitas berbahasa siswa SD
sangat penting. Pertimbangan PSS tampaknya tidak dapat dikesampingkan begitu
saja, apalagi di lingkungan masyarakat yang berbudaya Jawa yang mendudukkan
sopan-santun sebagai cermin budaya Jawa .
Ihwal realisasi kesantunan tindak berbahasa di kalangan SD yang berlatar
belakang budaya Jawa saat ini sangat mengerikan, bahkan mengalami kemerosotan
yang amat luar biasa dalam dua dekade ini (Subroto, 2008:1-7). Kondisi yang sama
juga terjadi pada anak-anak dan remaja yang saat ini mulai menanggalkan
kesantunan (Sauri, 2008:46), anak mengalami kekeliruan berbahasa dalam hal
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penelitian tahun I ini
difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut.
a. Bagaimanakah realisasi bentuk kesantunan tindak berbahasa pada siswa
SD yang berlatar belakang budaya Jawa?
b. Bagaimanakah realisasi teknik kesantunan tindak berbahasa pada siswa SD
yang berlatar belakang budaya Jawa?
c. Bagaimanakah realisasi trategi kesantunan tindak berbahasa pada siswa SD yang berlatar belakang budaya Jawa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan taksonomi kesantunan tindak
tutur memerintah di kalangan pejabat di lingkungan pemerintahan kota yang berlatar
belakang budaya Jawa.
Tujuan spesifik penelitian tahun I ini adalah sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan realisasi bentuk kesantunan tindak berbahasa pada siswa
SD yang berlatar belakang budaya Jawa.
b. Mengidentifikasi teknik kesantunan tindak berbahasa pada siswa SD yang berlatar belakang budaya Jawa.
c. Memerikan trategi kesantunan tindak berbahasa pada siswa SD yang
berlatar belakang budaya Jawa.
D. Roadmap dan Alur Penelitian
TAHUN TAHAP LUARAN INDIKATOR
4
TAHUN TAHAP LUARAN INDIKATOR
II
Kaidah skala kesantunan tindak berbahasa di kalangan siswa SD dalam kaitannya dengan PKS
Kaidah skala kesantunan tindak berbahasa di kalangan siswa SD dalam kaitannya dengan PSS
Kaidah skala kesantunan tindak berbahasa di kalangan siswa SD dalam kaitannya dengan PI
Kaidah skala kesantunan tindak berbahasa di kalangan siswa SD dalam kaitannya dengan PR
Kaidah skala kesantunan tindak berbahasa di kalangan siswa SD dalam kaitannya dengan PS
Kaidah skala kesantunan tindak berbahasa di kalangan siswa SD dalam kaitannya dengan PP
Kaidah skala kesantunan tindak berbahasa di pada siswa SD yang berlatar belakang budaya Jawa.
Model pembelajaran skala kelangsungan tindak
Model materi ajar kesantunan berbahasa dengan pendekatan sosiopragmatik bagi siswa SD yang berlatar belakang budaya Jawa.
115
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Zifirdaus. 2004. “Citing Behaviours in Indonesian Humanistics Research Articles”.
ASAA e-Journal of Linguistics Language Teaching Issue, 48-53, Juni 2004.
Brown, Penelope and Stephen C. Levinson. 1992. Politeness in Some Universal in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.
Dorschel, Andreas. 1989. “Understand a Directive Speech Act” dalam Australian Journal of Philosophy, Volume 67, Number 3, 1989, pp. 319-340. Routledge Francis Group.
Gasdar, Gerald. 1979. Pragmatics: Implicature, Presuposition, and Logical Form. New York: Academica Press.
Gauthier, Gilles. 2004. “The Use of Indirection in Television Political Debates: The Bush
-Gore Debates During 2000 American Presidential” dalam Journal of Political Marketing, Volume 3, Number 3, 2004, pp. 69-86. Haworth Press.
Grice, H.P. 1981. Presupposition and Conversational Implicature. New York: Academic Press.
Gunarwan, Asim. 1994. “Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik” dalam Berkala PELLBA 7. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atmajaya.
Gunarwan, Asim. 2000. “Tindak Tutur Melarang di Kalangan Dua Kelompok Etnis Indonesia: Ke Arah Kajian Etnopragmatik” dalam Berkala PELLBA 13. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atmajaya.
Gunarwan, Asim. 2001. “Implikatur Pemilihan Sandi Bahasa di dalam Beberapa Dialog Ludruk” dalam Berkala PELLBA 14. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atmajaya.
Gunarwan, Asim. 2003. “Persepsi Nilai Budaya Jawa di Kalangan Orang Jawa: Implikasi
dan Penggunaan” dalam Berkala PELLBA 16, Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atmajaya.
Gunarwan, Asim. 2004. “Pragmatik, Kebudayaan, dan Pengajaran Bahasa” dalam Seminar Nasional Semantik III. Surakarta: Program Pascasarjana UNS.
Gunarwan, Asim. 2005. “Beberapa Prinsip dalam Komunikasi Verbal: Tinjauan Sosiolinguistik dan Pragmatik” dalam Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya (Ed. Pranowo). Yogjakarta: Sanata Dharma University Press.
Halliday, M.A.K. and Ruqaiyah Hasan. 1992. Language, Contex, and Tex: Aspect of Language in Social-Semiotic Perspective. Victoria: Deakin University.
Haryono, Purwo. 2004. Tindak Tutur dalam Wacana Rapat Dinas DPRD Kabupaten Klaten
(Tesis). Surakarta: Program Pascasarjana UNS.
116
Ibrahim, Abd. Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional.
Jumanto. 2007. Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur Jati Bahasa Inggris: Satu Cara Bahasa Digunakan untuk Menciptakan Hubungan Sosial yang Harmonis. Semarang: WorldPro Publishing.
Kasper, G. 1990. “Linguistic Politeness Curent Research Issues”. Journal of Pragmatic, 1993-218. Desember 1990.
Kuntjara, Esther dan Anita Lie. 2000. “Analisis Protokol Proses Membaca dan Menulis dalam Perspektif Jender” dalam Berkala PELLBA 13, hal. 61 s.d 109. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa Unika Atmajaya.
Kushartanti. B. 2009. “Strategi Kesantunan Bahasa pada Anak-anak Usia Prasekolah: Mengungkapkan Keinginan. Dalam Jurnal Linguistik Indonesia. Tahun 27, No.2, hlm. 257-270, Masyarakat Linguistik Indonesia.
Ladegaard, Hans J. 2004. “Politeness in Young Children‟s Speech: Context, Perr Group
Influence and Pragmatic Competence” dalam Journal of Pargmatics 36 (2004) 2003-2022.
Lakoff, R. 1990. Talking Power: The Politics of Language in Our Lives. New York: Harper Row Publishers.
Leech, Geoffrey N. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman.
Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. London: Cambridge University Press.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Miles, M.B. and Michael Hubermen. 1992. Qualitative Data Analysis: A Cource Book of New Method. Baverly Hills: Saga Publications.
Moessner, Lilo. 2010. “Directive Speech Acts A Cross-Generic Diacronic Study” dalam
Journal of Historical Pragmatics, Volume11, Number 2, 2010, pp.219-249. John Benyamin Publishing Company.
Muslich, Masnur. 2006. ”Kesantunan Berbahasa” dalam Jurnal Humanities and Social Sciences, Prince of Songkhla University, Pattani, Thaliland.
Nagy C., Katalin. 2010. “The Pragmatics of Grammaticalisation: The Role of Implicatures in Semantic Change” dalam Journal of Historical Pragmatics, Volume11, Number 1, 2010, pp.67-95. John Benyamin Publishing Company.
Nemeth, Eniko T. 2001. “Pragmatics in 2001: Selected Papers from The 7 th International Pragmatics Conference.” Belgium: International Pragmatics Association.
117
Prayitno, Harun Joko. 2009. “Perilaku Tindak Tutur Berbahasa Pemimpin dalam Wacana Rapat Dinas: Kajian Pragmatik dengan Pendekatan Jender” dalam Jurnal Terkreditasi Kajian Linguistik dan Sastra, Volume 21, No.2, Desember 2009, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Indonesia FKIP UMS.
Prayitno, Harun Joko. 2010. “Perwujudan Prinsip Kerja Sama, Sopan Santun, dan Ironi
Para Pejabat dalam Peristiwa Rapat Dinas di Lingkungan Pemerintahan Kota
Berbudaya Jawa” dalam Jurnal Terkreditasi Kajian Linguistik dan Sastra, Volume 22, No.1, Juni 2010, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Indonesia FKIP UMS.
Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Sifianou, Maria. 1992. Politeness Phenomena in England dan Greece: A Cross Cultural Perspective. Oxford: Clarendon Press.
Sofia, Sarosi. 2003. “Historical Sociopragmatics: A New Approach to the Study of the History of Hungarian” dalam Acta Linguistica Hungaria, Volume 50, Number 4, 2003, pp. 435-456. Akademiai Kiado.
Spencer O.H., Jiang. 2003. “Explaining Cross-Cultural Pragmatic Findings: Moving from
Politeness Maxims to Sociopragmatic Interactional Principles (SIPs)” dalam
Journal of Pragmatics, Volume 35, Number 10, 2003, pp. 1633-1650. John Benyamin Publishing Company.
Spencer O.H., Jiang. 2003. “Politeness in Presidential Debates: Shaping Political Face in
Campaign Debates” dalam Presidential Studies Quarterly, Volume 40, Number 3, 2010, pp. 569-570. Wiley Blackwell.
Spencer O.H., Jiang. 2003. “The Paradox of Communication Sociocognitive Approach to Pragmatics” dalam Pragmatics of Society, Volume 1, Number 1, 2010, pp. 50-73. John Benyamin Publishing Company.
Subroto, Edi. 2004. “Pragmatik, Implikatur, dan Komunikasi” dalam . Seminar Nasional Semantik III. Surakarta: Program Pascasarjana UNS.
Subroto, Edi. 2008. ”Bagaimana Kesantunan Berbahasa di Kalangan Anak Muda.” dalam
www.kr.co.id/web/detail.php?sid=184199&actmenu=40, Akses 28 April 2009.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Suprihatin, Yeni Mulyani. 2007. “Kesantunan berbahasa dalam Mengungkapkan
Perintah”. Dalam Jurnal Linguistik Indonesia. Tahun 25, No.1, hlm. 53-62, Masyarakat Linguistik Indonesia.
Watts, Richard J. 2003. Politeness: Key Topics in Sodiolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press.
LAPORAN HASIL PENELITIAN
HIBAH KOMPETENSI
JUDUL KEGIATAN:
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KESANTUNAN BERBAHASA
DENGAN PENDEKATAN SOSIOPRAGMATIK
DI LINGKUNGAN SISWA SD BERBUDAYA JAWA
Ketua Tim:
Dr. Harun Joko Prayitno
Angkatan Tahun 2010
(Tahun ke-1)
iii
RINGKASAN
HASIL PENELITIANPenelitian ini bertujuan untuk merumuskan model materi ajar kesantunan berbahasa di kalangan siswa SD yang berlatar belakang budaya Jawa. Target khusus untuk merealisasikan tujuan penelitian itu akan dicapai selama tiga tahun. Target khusus pada ini (tahun I), adalah untuk merumuskan realisasi kesantunan berbahasa siswa SD, menurut tiga aspek, yaitu: (a) pemarkah formal dan wujud pragmatik kesantunan berbahasa, (b) teknik kesantunan berbahasa, dan (c) strategi kesantunan berbahasa.
Metode penelitian ini berbentuk kualitatif dengan strategi studi kasus ganda. Metode penelitian tahun I: sumber datanya meliputi aktivitas dan keseluruhan siswa SD yang berlatar belakang budaya Jawa di Surakarta, di daerah marginal, dan di DIY yang ditentukan secara purposive sampling dengan pertimbangan criterion based selection; datanya berupa satuan lingual tindak tutur direktif, baik dalam suasana formal maupun nonformal di sekolah; teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dasar sadap dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap; analisis data dilakukan dengan teknik heuristik dan means end yang diperkuat dengan teknik padan intralingual dan ekstralingual.
Realisasi perwujudan tindak kesantunan direktif andik SD ditentukan berdasarkan eksplikatur, pemarkah lingual, penanda kontekstual, implikatur, dan konteks sosial-sosietal. Realisasi tindak kesantunan direktif andik SD tidak pernah tunggal. Andik SD sudah memiliki potensi mewujudkan kepelbagaian tindak kesantunan direktif menjadi 36 subkesantunan direktif, dari yang berpemeringkat paling tinggi (4,2%-17,6%), yaitu:
meminta, merayu, menyuruh, menyndir, mengaharp, memerintah, mengajak, memohon, membujuk, mengingatkan, mengarahkan; berpemeringkat sedang (1,1%-3,1%), yaitu:
menawar, memaksa, mendesak, mengumpat, memarahi, melarang, mendorong, menegur, mencegah, meminjam, menuntut, menasihati; dan yang berpemeringkat paling rendah (0,2%-0,9%), yakni: menyilakan, menyarankan, menyerukan, menganjurkan, mengritik, menargetkan, mengtimbau, mengancam, menginstruksikan, mengusulkan, mendukung, menantang, mengecam. Kepelbagaian realisasi tindak kesantunan berbahasa itu dapat dipilah menurut tipologi kedirektifannya menjadi 6 kategori, yakni memerintah
v
PRAKATAPuji dan syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang
Maha Rahman dan Rahim. Atas rahmat, karunia, dan hidayah-Nya jualah, yang
disertai semangat dan kerja keras peneliti akhirnya penelitian Program Hibah
Kompetensi ini dapat terampungkan.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dua hal pokok, yaitu bahasa dan kesantunan,
khususnya tindak kesantunan direktif yang dikaji secara sosiopragmatik. Kajian
terhadap realisasi kesantunan berbahasa dipandang sangat penting, khususnya bagi
andik SD. Hal ini disebabkan bahwa kesantunan saat ini menjadi barang mahal,
terutama dalam hubungannya dengan budaya masyarakat Indonesia yang terkenal
dengan sopan-santun-nya.
Menyikapi kondisi di atas, dipandang penting dilakukannya sebuah kajian
tentang perwujudan tindak bahasa yang secara khusus memusatkan perhatiannya
pada realisasi kesantunan direktif dengan kajian sosiopragmatik. Perwujudan
kesantunan direktif dimaksud menjadi amat penting manakala dalam aktivitas
berbahasa sehari-hari semua orang, tanpa kecuali andik SD senantiasa
menggunakannya. Oleh sebab itu, penelitian ini berusaha memaparkan realisasi
kesantunan direktif dlam kaitannya dengan budaya Jawa di Surakarta, daerah
marginal, dan DIY.
Sudah barang tentu, dalam merencanakan, melaksanakan, menyusun, dan
mengerjakan laporan akhir penelitian ini, peneliti mendapat sumbangan akademik dan
administratif yang amat berharga dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih yang tinggi kepada:
1) Direktur Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat dan Kasubdit
vi
telah memberikan dukungan pembiayaan penelitian ini.
2) Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Lembaga Penelitian UMS,
Dekan FKIP UMS, dan Kaprodi PBSID FKIP serta seluruh civitas akademika di
lingkungan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah mengizinkan
dan memberikan dukungan moral dan akademis kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian ini.
3) Tim ”penyimak” setia di lapangan, Sdr. Al Muntaqo Zein, M.Ag.; Sugiyanto,
S.Pd.; Miftahul Huda, S.Pd.; Rahmah Purwadaria, S.Pd.; Drs. Muh. Arif; Dra.
Siti Zurotul; Ervina; kepala sekolah dan guru di SD lokasi penelitian; ”anak
-anak didik yang masih polos dam lucu” dalam bertindak kesantunan direktif;
dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang dengan segala
kearifannya sehingga peneliti dapat melakukan dokumentasi
rekam-catat-simak, pengamatan terlibat pasif, wawancara mendalam, dan bahkan
triangulasi data berkali-kali sebagai bahan penyediaan data penelitian ini.
4) Dr. Sumarlam sebagai peers penelitian ini yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan masukan kritis terhadap kesempurnaan penelitian ini.
Akhirnya, peneliti berharap mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi pemerhati dan peneliti serta teman-teman guru SD dalam
memberikan teladan bertindak santun bahasa kepada anak didiknya.
Surakarta, 1 November 2010
vii
DAFTAR ISIHalaman
HALAMAN PENGESAHAN ii
RINGKASAN DAN SUMMARY iii
PRAKATA v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG viii
DAFTAR TANDA ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Roadmap dan Alur Penelitian 3
BAB II URAIAN KEGIATAN YANG TELAH DILAKSANAKAN DAN 5
YANG AKAN DILAKSANAKAN
A. Hasil Penelitian yang telah Dicapai 5
1. Penelitian Tindak Tutur Berbahasa 10
2. Penelitian Kelangsungan dan Kesantunan Bertutur 12
B. Uraian Kebaruan dalam Bidang Penelitian, Pengabdian, 14
dan Lainnya
1. Prinsip Ironi dan Daya Pragmatik 15
2. Prinsip Pollyanna 16
3. Prinsip Kerukunan
4. Prinsip Kultural yang Mendasari Cara Berkomunikasi 17
Masyarakat Jawa
5. Kaidah Skala Kelangsungan dan Derajat Kesantuan 19
Prinsip Kultural yang Mendasari Cara Berkomunikasi
BAB III METODE PENELITIAN 22
viii
B. Lokasi Penelitian 22
C. Objek Penelitian 23
D. Sumber Data dan Data 23
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data 23
F. Luaran Hasil Penelitian Tahun I 24
G. Bagan Alir Metode Penelitian 25
BAB IV REALISASI KESANTUNAN DIREKTIF ANDIK SD 26
BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA
A. Bentuk Umum Realisasi Kesantunan Direktif Andik SD 29
1. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Meminta 31
2. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Merayu 31
3. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Menyuruh 32
4. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mnyindir 33
5. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mengharap 34
6. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Memerintah 34
7. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mengajak 35
8. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Memohon 37
9. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Membujuk 37
10. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mengingatkan 38
11. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mengarahkan 39
12. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Menawar 40
13. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Memaksa 41
14. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mendesak 41
15. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Merayu 42
16. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Memarahi 43
17. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Melarang 44
18. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mendorong 45
19. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Menegur 46
20. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mencegah 47
21. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Meminjam 48
22. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Menuntut 49
23. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Menasihati 49
ix
25. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Memberi Saran 51
26. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Menyerukan 52
27. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Meengajurkan 53
28. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mengritik 54
29. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Menargetkan 54
30. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Menyerukan 55
31. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Menyerukan 56
32. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mengisntruksikan 57
33. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mengusulkan 57
34. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mendukung 58
35. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Menantang 59
36. Realisasi Kesantunan Direktif Sub-KD Mengecam 60
B. Realisasi Kesantunan Direktif Andik SD 66
Menurut Kategori KD dan Sub-KD
1. Realisasi Kesantunan Direktif Kategori Memerintah 66
2. Realisasi Kesantunan Direktif Kategori Meminta 69
3. Realisasi Kesantunan Direktif Kategori Mengajak 71
4. Realisasi Kesantunan Direktif Kategori Menasihati 73
5. Realisasi Kesantunan Direktif Kategori Menegur 75
6. Realisasi Kesantunan Direktif Kategori Melarang 77
C. Realisasi Kesantunan Direktif Andik SD 79
Menurut Latar Budaya Asal Daerah
1. Realisasi KD ke dalam Kategori KD Andik SD Surakarta 80
2. Realisasi KD ke dalam Kategori KD Andik SD Marginal 83
3. Realisasi KD ke dalam Kategori KD Andik SD DIY 87
BAB V STRATEGI DAN TEKNIK KESANTUNAN DIREKTIF 93
ANDIK SD MENURUT LATAR BUDAYA JAWA
A. Strategi Kesantunan Direktif Andik SD 93
1. Strategi Kesantunan Direktif Langsung 95
2. Strategi Kesantunan Direktif TakLangsung 97
B. Strategi dan Teknik Kesantunan Direktif Andik SD 100
1. Strategi Langsung 103
x
3. Strategi Langsung Literal 104
4. Strategi Langsung Tak Literal 105
5. Strategi Tak Langsung Literal 106
6. Strategi Tak Langsung Tak Literal 106
BAB VI PENUTUP 113
DAFTAR PUSTAKA 115
xi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Andik : anak didik
KD : kesantunan direktif
Mt : mitra tutur
no. : nomor
O1 : orang pertama
O2 : orang kedua
O3 : orang ketiga
Pn : penutur
PELLBA : Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya
PI : prinsip ironi
PK : prinsip kerjasama
PP : Peraturan Pemerintah
PS : prinsip sopan-santun
SD : Sekolah Dasar
s.d : sampai dengan
Sub-KD : sub-kesantunan direktif
T : tuturan/tindakan/pertanyaan/pernyataan
TKD : tindak kesantunan direktif
V : verba
xii
DAFTAR TANDA
% : persentase
╪ : ketidaksamaan
: konstituen di sebelah kiri anak panah terdiri atas
konstituen yang berada di sebelah kanan anak panah
(…) : formatif yang ada di dalamnya bersifat opsional
{...} : formatif yang ada di dalamnya dapat dan perlu dipilih
salah satu
[...] : untuk mengapit tanda bunyi fonemis/tanda bunyi
ortografis
‘…’ : tanda glos semantis
* [asterisk] : tuturannya tidak gramatikal
! : imperatif/tanda seru
? : tanda tanya
Ø : zero
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 : Perwujudan Sub-KD pada Andik SD Berlatar Belakang Budaya Jawa di Sala, Daerah Marginal, dan DIY
29
Tabel 4.2 : Realisasi Bentuk KD Andik SD di Lingkungan Masyarakat Berbudaya Jawa Sala, Marginal, DIY Berdasarkan Frekuensi Perwujudan Kategori dan Subtindak KD
62
Tabel 4.3 : Realisasi Bentuk Sub-KD Andik SD Berlatar Belakang Budaya Jawa Berdasarkan Latar Daerah Sala, Marginal, dan DIY
63
Tabel 4.4 : Realisasi Bentuk Kategori KD Andik SD Berlatar Belakang Budaya Jawa Berdasarkan Latar Daerah Sala, Marginal, dan DIY
64
Tabel 4.5 : Perbedaan Perwujudan Kategori KD Memerintah
dan Sub-KD Andik SD dari Daerah Sala, Marginal, dan DIY
68
Tabel 4.6 : Perbedaan Perwujudan Kategori KD Meminta
dan Sub-KD Andik SD dari Daerah Sala, Marginal, dan DIY
70
Tabel 4.7 : Perbedaan Perwujudan Kategori KD Melarang
dan Sub-KD Andik SD dari Daerah Sala, Marginal, dan DIY
106
Tabel 4.8 : Bentuk, Strategi, dan Teknik KD Andik SD dari Daerah Sala, Marginal, dan DIY
108
Tabel 49 : Strategi dan Teknik KD Andik SD Berdasarkan Pemarkah Lingual dan Penanda Nonlingual
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 : Diagram tren Reaisasi KD Andik SD Menurut Latar Budaya daerah Sala, Marginal, dan DIY
30
Gambar 4.2 : Diagram Realisasi Kategori KD Andik SD Berlatar Belakang Budaya Jawa Menurut Latar Daerah Sala, Daerah Marginal, dan DIY
64
Gambar 4.3 : Diagram Realisasi KD Andik SD Menurut Latar Budaya Daerah Sala, Marginal, dan DIY
65
Gambar 4.4 : Realisasi Sub Kesantunan Direktif Andik SD Berdasarkan Latar Budaya Daerah Sala, Marginal, dan DIY
66
Gambar 4.5 : Perbedaan Realisasi KD Kategori Memerintah
Andik SD Berdasarkan Latar Budaya Daerah Sala, Marginal, dan DIY
68
Gambar 4.6 : Perbedaan Realisasi KD Kategori Meminta Andik SD Berdasarkan Latar Budaya Daerah Sala, Marginal, dan DIY
71
Gambar 4.7 : Perbedaan Realisasi KD Kategori Megajak Andik SD Berdasarkan Latar Budaya Daerah Sala, Marginal, dan DIY
72
Gambar 4.8 : Perbedaan Realisasi KD Kategori Menasihati
Andik SD
Berdasarkan Latar Budaya Daerah Sala, Marginal, dan DIY
75
Gambar 4.9 : Perbedaan Realisasi KD Kategori Menegur Andik SD Berdasarkan Latar Budaya Daerah Sala, Marginal, dan DIY
77
Gambar 4.10 : Perbedaan Realisasi KD Kategori Melarang Andik SD Berdasarkan Latar Budaya Daerah Sala, Marginal, dan DIY
79
Gambar 4.11 : Persentse Realisasi KD ke dalam Kategori KD pada Andik SD Berdasarkan Latar Budaya Daerah Sala
82
Gambar 4.12 : Tren Realisasi KD ke dalam Kategori KD pada Andik SD Berdasarkan Latar Budaya Daerah Sala
xv
Gambar 4.13 : Tren Realisasi Kategori KD ke dalam Sub-KD pada Andik SD Berdasarkan Latar Budaya Daerah Sala
83
Gambar 4.14 : Persentse Realisasi KD ke dalam Kategori KD pada Andik SD Berdasarkan Latar Budaya Daerah Marginal
85
Gambar 4.15 : Tren Realisasi KD ke dalam Kategori KD pada Andik SD Berdasarkan Latar Budaya Daerah Marginal
86
Gambar 4.16 : Tren Realisasi Kategori KD ke dalam Sub-KD pada Andik SD Berdasarkan Latar Budaya Daerah Marginal
86
Gambar 4.17 : Persentse Realisasi KD ke dalam Kategori KD pada Andik SD Berdasarkan Latar Budaya DIY
89
Gambar 4.18 : Tren Realisasi KD ke dalam Kategori KD pada Andik SD
Berdasarkan Latar Budaya DIY
90
Gambar 4.19 : Tren Realisasi Kategori KD ke dalam Sub-KD pada Andik SD Berdasarkan Latar Budaya DIY
90
Gambar 4.20 : Strategi Kesantunan Direktif Andik SD 94
Gambar 4.21 : Strategi Tindak Kesantunan Direktif Andik SD di Sala
99
Gambar 4.22 : Strategi Tindak Kesantunan Direktif Andik SD di Daerah Marginal
99
Gambar 4.23 : Strategi Tindak Kesantunan Direktif Andik SD di DIY
98
Gambar 4.24 : Keliteralan Kesantunan Andik SD Menurut Latar Belakang Daerah Sala, Marginal, dan DIY
99
Gambar 4.25 : Keliteralan Kesantunan Andik SD Menurut Latar Belakang Daerah Sala
100
Gambar 4.26 : Keliteralan Kesantunan Andik SD Menurut Latar Belakang Daerah Marginal
101
Gambar 4.27 : Keliteralan Kesantunan Andik SD Menurut Latar Belakang Daerah DIY
102
xvi
Andik SD Berlatar Belakang Budaya Jawa
Gambar 4.29 : Strategi dan Teknik Kesantunan Direktif Andik SD Berlatar Belakang Daerah (Sala, Marginal, DIY)
108
Gambar 4.30 : Strategi dan Teknik Kesantunan Direktif Andik SD Berlatar Belakang Daerah Sala
109
Gambar 4.31 : Strategi dan Teknik Kesantunan Direktif Andik SD Berlatar Belakang Daerah Marginal
109
Gambar 4.32 : Strategi dan Teknik Kesantunan Direktif Andik SD Berlatar Belakang Daerah DIY